1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara bagi perusahaan agar tetap survive dalam era globalisasi adalah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan bersemangat kerja tinggi dalam mengerjakan segala tugas dan kewajibannya terhadap perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Sumber Daya Manusia adalah seni dan ilmu pengadaan, pengadaan dan pemanfaatan SDM sehingga tujuan perusahaan dapat direalisasikan secara daya guna dan kegairahan kerja dari semua kerja.Sumber Daya Manusia dianggap penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis sebagai referensi.Pengelolaan sumber daya manusia di mulai dari proses rekruitmen, training sampai proses maintainnya. Pengelolaan sumber daya manusia yang harus matang harus di mulai dari awal karena nantinya akan sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menjadi tanggung jawab manajemen atau pemimpin perusahaan, karena itu manajemen harus mampu membuat perencanaan yang matang, menyusun strategi yang efektif serta mampu mengkoordinasikan semua komponen perusahaan pada umumnya dan sumber daya pada khususnya. Kualitas manusia sebagai tenaga kerja merupakan modal dasar dalam masa pembangunan. Tenaga kerja yang berkualitas menghasilkan suatu hasil kerja yang 2 optimal sesuai dengan target kerjanya. Manusia sebagai tenaga kerja atau karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena mereka mempunyai bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dan dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya Sumber Daya Manusia juga mempunyai berbagai macam kebutuhan yang ingin di penuhinya.Keinginan para karyawan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu termasuk untuk melakukan pekerjaan atau bekerja. Penghasilan merupakan suatu pendapatan seseorang yang didapat melalui usaha yaitu melalui pekerjaan yang telah di lakukannya.Dalam perusahaan penghasilan yang diterima oleh karyawan disebut kompensasi, yaitu merupakan suatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan.Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Tujuan kompensasi dilakukan perusahaan antara lain untuk menjamin keadilan diantara karyawan, mempertahankan pegawai, memperoleh karyawan yang bermutu , dan sistem kompensasi haruslah dapat memotivasi para karyawan. Oleh karena itu, kompensasi merupakan faktor yang penting untuk dapat bekerja lebih produktif dan berkualitas. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah motivasi. Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada didalam diri seorang manusia, yang dapat di kembangkannya sendiriatau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan non moneter, 3 yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secar cpositif atau secara negative, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Motivasi dari dalam diri pegawai dapat berasal dari kebutuhan akan uang, penghargaan, kekuasaan, dan pengakuan. Motivasi dari luar dapat berasal dari keluarga, teman kerja maupun atasan. Pada garis besarnya motivasi dibagi menjadi dua , yaitu motivasi positif dan negatif. Motivasi positif adalah proses yang mempengaruhi orang dengan memberikan kemumgkinan mendapatkan hadiah sementara motivasi negative adalah proses mempengaruhi seseorang melalui kekuatan ketakutan seperti kehilangan pengakuan , uang, atau jabatan. (Heidjrachman dan Husnan, 2002) Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja pegawai.Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat bekerja secara optimal.Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap pegawai dalam menyelesaikan tanggung jawab kepada organisasi. Untuk mengetahui pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana ia bekerja , maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek yang penting di dalam praktek manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi.Kepuasan kerja pada 4 tingkat tertentu dapat mencegah karyawan untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain. Karyawan yang memperoleh kepuasan dari perusahaannya akan memiliki rasa keterikatan atau komitmen lebih besar terhadap perusahaan di banding karyawan yang tidak puas. Kepuasan kerja adalah faktor pendorong meningkatnya kepuasan kerja yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja organisasi (Gorda, 2004). Seorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila ia ditempatkan pada posisi dan golongan yang sesuai dengan keinginannya, tetapi dalam hal ini manajemen juga harus melihat kemampuan karyawan tersebut agar dapat bernilai positif. Kepuasan kerja merupakan yang yang sangat personal, artinya yang bisa merasakan hanyalah yang bersangkutan, dan mempunyai sifat tidak selalu sama antara orang yang satu dengan yang lain. Selain hasil dari pengamatan di perusahaan tersebut, penelitian ini juga di latar belakangi oleh perbedaan hasil penelitian terdahulu yang di lakukan oleh I Gede Adyana Sudibya (2012) dari variabel pengaruh motivasi, lingkungan kerja, kompetensi, dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kepuasan kerja dengan hasil penelitian lain yang menjadi referensi dalam penelitian ini. Dalam penelitian I Gede Adyana Sudibya didapatkan hasil bahwa motivasiberpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja.Sedangkan dalam penelitian Fisla Wirda dan Tuti Azra, motivasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan karyawan. Permasalahan kepuasan kerja dapat dilihat dari masih adanya pegawai yang keluar kantor diwaktu jam kerja dengan kepentingan pribadinya. Rendahnya disiplin pegawai dari hasil pengamatan awal dilapangan menunjukkan rendahnya tingkat 5 kedisiplinan pegawai terlihat dari pegawai yang masuk kerja siang (jam 08.00 WIB) dan pulangnya awal (sebelum jam 15.00 WIB) dari ketentuan masuk kerja jam 08.00 WIB dan pulang jam 15.00 WIB. Disamping hal tersebut juga menurunnya disiplin pegawai yang ditandai dengan absensi kehadiran apel pagi dan siang. Pelaksanaan tugas rutin seperti apel pagi dan siang yang mengikuti hanya sedikit dan orang tertentu, pulang kerja belum waktunya. Pegawai dapat bekerja sesuai yang diharapkan, maka dalam diri seorang pegawai harus ditumbuhkan motivasi bekerja untuk meraih segala sesuatu yang diinginkan. Apabila semangat kerja menjadi tinggi maka semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan lebih cepat dan tepat selesai. Pekerjaan yang dengan cepat dan tepat selesai adalah merupakan suatu kinerja karyawan yang baik. Luthans (2005:126) merumuskan kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dan penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Untuk mengukur kepuasan kerja diperlukan prasurvey untuk menentukan variabel yang digunakan sebagai dasar pengambilan judul antara lain untuk variabel motivasi diukur dengan menggunakan rasa aman bekerja di perusahaan dan karyawan memelihara hubungan baik dengan karyawan lain. Variabel kemampuan diukur dengan menggunakan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugastugas dan pengetahuan yang dimiliki karyawan, sedangkan disiplin kerja diukur 6 dengan menggunakan karyawan selalu berpikir positif dalam setiap pekerjaan dan karyawan selalu bersikap terbuka dengan karyawan lain dan kinerja karyawa diukur dengan menggunakan hasil kerja saya sesuai dengan harapan dan keinginan perusahaan dan pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan standar pengukuran yang diterapkan perusahaan. Berikut penilaian pegawai dari 15 responden yang bekerja pada PT.PLN (Persero) APP Semarang yang ditampilkan pada tabel 1.1 : No. 1. 2. 3 4. 5. 6. Tabel 1.1 Penilaian Kepuasan kerja PT.PLN (Persero) APP Semarang Keterangan Jumlah responden Tidak % Setuj Setuju u Pegawai PT.PLN (Persero) APP 8 53,33 7 Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan Pegawai PT.PLN (Persero) APP 9 60 6 Semarang merasa tingkat kerjasama yang dilakukan dengan rekan kerja berjalan dengan baik Pegawai PT.PLN (Persero) APP 10 66,66 5 Semarang merasa puas dengan pekerjaan yang dilakukan Pegawai PT.PLN (Persero) APP 9 60 6 Semarang merasa senang dan nyaman dengan kondisi lingkungan kerja yang ada Pegawai PT.PLN (Persero) APP 7 46,67 8 Semarang selalu menaati tata tertib dan peraturan yang berlaku Pegawai PT.PLN (Persero) APP 8 53,33 7 Semarang selalu tepat waktu dalam menyelesaikan dan memberikan laporan mengenai tugas yang diberikan pimpinan % 46,67 40 33,44 40 43,33 46,67 7 No. 7. Keterangan Tidak Setuju 11 Jumlah responden % Setuj % u 73,33 4 26,67 Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan oleh pimpinan 8. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 9 60 6 Semarang selalu tepat waktu dalam datang ketempat kerja 9. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 8 53,33 7 Semarang dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur atau cara kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan 10. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 6 40 9 Semarang merasa bahwa kami dapat menyelesaikan pekerjan yang diberikan pimpinan dengan baik 11. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 6 60 9 Semarang dalam menyelesaikan atau memberikan laporan tugas yang diberikan pimpinan dengan cpat dan tepat waktu 12. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 7 46,.67 8 Semarang tidak pernah melakukan kesalahan dalam bekerja sehingga hasil kerja kami sesuai dengan yang ditentuka 13. Pegawai PT.PLN (Persero) APP 5 33,33 10 Semarang memiliki hubungan kerja yang harmonis antar rekan kerja di kantor Sumber : Pra Survey pada PT.PLN (Persero) APP Semarang , 2015 40 46,67 60 60 83,33 66,67 Berdasarkan dari hasil pra survey yang dihasilkan responden yang bekerja di PT.PLN (Persero) APP Semarang menunjukkan bahwa Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah 8 ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%), Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang merasa tingkat kerjasama yang dilakukan dengan rekan kerja berjalan dengan baik dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 9 responden (60%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 responden (40,00%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang merasa puas dengan pekerjaan yang dilakukan sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang 9 menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Pegawai PT.PLN (Persero) APP Semarang selalu berusaha datang ketempat kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dari 15 orang karyawan yang menjawab setuju sebanyak 8 responden (53,33%) dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden (46,67%) Berbagai variabel berhubungan dengan kepuasan kerja yang perlu di analisa diantaranya kompensasi, motivasi, dan lingkungan kerja agar meningkatnya semangat kerja karyawan di perusahaan tersebut. Dengan demikian pada penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Pengaruh Kompensasi, Motivasi, Dan 10 Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (studi pada karyawan tetap PT. PLN (persero) APP SEMARANG) 1.2 Rumusan Masalah Keberhasilan suatu usaha sangat di tentukan oleh orang-orang yang berada di dalam perusahaan.Kepuasan kerja adalah salah satu faktor yang sangat dominan dalam meningkatkan keuntungan perusahaan, PT.PLN (Persero) APP Semarang meningkatkan perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal sesuai dengan target yang di tentukan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelolaa karyawannya dengan baik agar dapat meningkatkan kinerja serta kepuasan karyawan sehingga harapan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan maksimal dapat tercapai, oleh karena itu, perumusan masalah dalam penilaian ini adalah : a) Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan di PT.PLN (Persero) APP Semarang? b) Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan di PT.PLN (Persero) APP Semarang? c) Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di PT.PLN (Persero) APP Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas , maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 11 1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kepuasan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang? 2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kepuasan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang ? 3. Untuk menganlisis lingkungan kerja terhadap karyawan di PT.PLN (Persero) APP Semarang ? 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Akademik Penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi dan referensi bacaan, sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai tenatang kompensasi, motivasi , lingkungan kerja, serta kepuasan kerja karyawan 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian di harapkan dapat memberi masukan atau pertimbangan mengenai hal-hal- yang perlu di perhatikan hubungan dengan adanya kompensasi, motivasi , dan lingkungan kerja yang baik serta kepuasan kerja karyawan. 12 BAB II LANDASAN TEORI Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelasskan berbagai fenomena secara sistematik, (Sugiono,2010). Lebih lanjutnya Sugiono(2010), menjelaskanbahwa deskrisi teori dalam penelitian adalah teori-teori yang relevan yang dapat di gunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrument penelitian. Dari definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa landasan teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposal yang di susun secara rapih dan sistematis mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang kemudian menjadi dasar yang kuat bagi penelitian yang di lakukan dan akan menghasilan kesimpulan teori baru yang valid dan solid.Di dalam landasan teori ini terdapat beberapa variabel yaitu kompensasi, motivasi, dan lingkungan kerja serta kepuasan kerja. Yang membahasan tentang definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan teori yang mendukung di setiap variabel. 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kompensasi Menurut Handoko (2011), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Simamora (2004) menyatakan kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para pegawai sebagai ganti kontribusinya kepada organisasi. Kompensasi menurut Wayne (Mangkuprawira, 2005) meliputi bentuk 13 tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk motivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang tinggi.Siagian (2007) menyatakan bahwa dalam mengembangkan dan menerapkan system kompensasi/ imbalan, kepentingan organisasi dan kepentingan pegawai mutlak perlu di perhitungkan.Rivai (2005) menyebutkan bebarapa tujuan manajemen kompensasi efektif, yaitu untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, mempertahankan pegawai yang ada, menjamin keadilan, penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan, mengendalikan biaya, dan mengikuti aturan hukum. Menurut Panggabean dalam tulisan Edy Sutrisno (2009), kompensasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang langsung dirasakan oleh penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan, insentif merupakan hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk membayarnya a) Gaji adalah balas jasa yang dibayarkansecara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. b) Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada para karyawannya, karena karyawannya tersebut di anggap telah ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. c) Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar. 2. Kompensasi Tidak Langsung adalah kompensasi yang tidak dapat dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan service (tunjangan pelayanan). Benefit 14 dan service adalah kompensasi tambahan (financial atau non financial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan mereka. Seperti tunjangan hari raya, uang pensiun, pakaian dinas, olahraga dan darma wisata (family gathering). 2.1.2 Karakteristik Kompensasi Terdapat lima karakteristik menurut Simamora (1996, p.544-545), yang harus selalu ada dalam program kompensasi agar dalam pelaksanaan program tersebut dapat optimal dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya yaitu: 1. Arti penting, sebuah imbalan tidak akan dapat mempengaruhi seseorang jika imbalan tersebut tidak mempunyai arti penting bagi mereka. 2. Fleksibilitas, jika sistem imbalan disesuaikan dengan karakteristik unik dari anggota individu, dan jika imbalan disediakan dengan mempertimbangkan tingkat kinerja tertentu, maka imbalan-imbalan memerlukan tingkat fleksibilitas. 3. Frekuensi, semakin sering suatu imbalan dapat diberikan, semakin besar daya gunanya sebagai alat yang mempengaruhi kinerja karyawan. 4. Visibilitas, imbalan-imbalan hendaknya dapat dilihat secara fisik agar individu merasakan adanya hubungan kinerja dan imbalan yang diberikan. 5. Biaya, sistem kompensasi tidak dapat dirancang tanpa pertimbangan biaya. Semakin rendah biaya, semakin diinginkan imbalan tersebut dari sudut pandang organisasi. 15 2.1.3 Tujuan Kompensasi Tujuan dari kompensasi yang efektif sebagaimana yang di kemukakan oleh Soleh Purnomo (2003,p. 33-34), adalah : 1. Memperoeh SDM yang berkualitas, kompensasi yang menjajikan akan daya tarik tersendiri bagi para pencari kerja. Tingkat pembayaran harus responsive terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja, karena para manajer perusahaan akan berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang berkualitass sesuai dengan yang diharapkan. 2. Mempertahankan karyawan yang ada, para karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya akan menimbulkan perputaran karyawan yang semakin tinggi 3. Menjamin keadilan, manajemen kompensasi selalu berusaha agar keadilan internal dan eksternal dapat terwujud. Keadilan internal menyatakan bahwa kompensasi dikaitkan dengan nilai relatif suatu pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama dibayar dengan besaran yag sama, sedangkan keadilan eksternal berarti bahwa kompensasi terhadap karyawan merupakan sesuatu yang dapat dibandingkan dengan organisasi lain. 4. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan, pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perbaikan perilaku di masa yang akan datang, rencana kompensasi efektif, menghargai kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab dan perilaku – perilaku lainya. 16 5. Mengendalikan biaya, sistem kompensasi yang rasional akan membantu organisasi dalam memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang beralasan. Tanpa manajemen kompensasi yang efektif, maka bisa jadi pekerja akan dibayar dibawah atau di atas nilai standar. 2.2 2.2.1 Motivasi Pengertian Motivasi Pengertian motivasi menurut Edy Sutrisno (2012: 109) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.” Menurut Robbins dan Judge (2011: 238) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivation is the processes that account for an individual's intensity, direction, and persistence of effort toward attaining a goal.” Artinya menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas individu, arah, dan ketekunan usaha terhadap pencapaian tujuan. Menurut Wibowo (2012: 379) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan.” Dari beberapa definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong dan mengarahkan individu untuk melakukan aktivitas tertentu dengan ketekunan usaha dalam mencapai tujuan. 17 Dalam setiap organisasi pastinya ingin mencapai tujuan yang sudah dibuat, dan untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat didalamnya sangat penting. Maka haruslah memahami motivasi manusia yang bekerja didalam organisasi tersebut agar dapat menggerakkan manusia tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Karena motivasi yang akan menentukan perilaku orang-orang dalam bekerja. Menurut Edy Sutrisno (2012: 121-144) teori motivasi terdiri dari dua aspek, yaitu: 1. Teori Kepuasan (Content Theory) Teori ini menekankan kepada pendekatan atas factor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu menyebabkannya bertindak dan berperilaku secara tertentu. Jadi, dalam teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Kebutuhan dan pendorong adalah keinginan dalam memenuhi kepuasan material dan nonmaterial dari hasil bekerja. Hal ini digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini: Kebutuhan Dorongan Kepuasan Gambar 2.1 Model Motivasi dari Content Theory Sumber: Edy Sutrisno (2012: 121) Teori kepuasan (Content Theory) yang dikenal antara lain : a) Teori F.W.Taylor dengan teori motivasi konvensional Tindakan 18 Teori ini memfokuskan pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan kebutuhan menyebabkan orang mau bekerja keras. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mau berusaha memberikan imbalan berupa bentuk materi, agar bawahannya bersedia diperintah untuk melakukan pekerjaan yang telah ditentukan. b) Teori Abaraham H.Maslow dengan teori hierarki a. Kebutuhan fisiologis (physiological), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Seperti : makan, minum, pakaian, dan lainlain. Upaya untuk bertahan hidup. b. Kebutuhan rasa aman (safety), yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Keamanan dan perlindungan/keselamatan dari bahaya fisik dan emosional. c. Kebutuhan hubungan sosial (affiliation), yaitu kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Seperti: kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan. d. Kebutuhan pengakuan (esteem), kebutuhan akan adanya penghargaan diri dan penghargaan prestise (posisi) diri dari lingkungannya. Kebutuhan pengakuan meliputi : faktor internal (otonomi, dan prestasi) dan faktor eksternal (pengakuan, dan perhatian) e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization), merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi, karena biasanya seseorang bertindak 19 bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena atas kesadaran dan keinginan diri sendiri. Gambar 2.2 Teori Hierarki Maslow Sumber: Robbins dan Judge (2011: 239) c) David McClelland dengan teori motivasi prestasi a. Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. b. Need for affiliation, yaitu kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. c. Need for power, yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan perasaan orang lain. 20 d) Frederick Hezberg dengan teori model dan faktor a. Factor pemeliharaan (maintenance factor), yang disebut juga hygiene factor, merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi: gaji, kondisi kerja fisik, kepastian kerja, supervisi yang menyenangkan, dan macammacam tunjangan lainnya. b. Faktor motivasi (motivation factor), merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan, mencakup: kepuasan kerja, prestasi yang diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain, kemungkinan pengembangan karier, dan tanggung jawab. e) Clayton P. Alderfer dengan teori ERG a. Existence (keberadaan), merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpeliharanya keberadaan yang bersangkutan sebagai seorang manusia di tengah-tengah masyarakat atau perusahaan, yang meliputi: kebutuhan psikologis (rasa lapar, rasa haus) dan kebutuhan rasa aman. b. Relatedness (kekerabatan), merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan sosial sekitarnya. Teori ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain, 21 seperti: kegiatan saling menerima, pemberian pengertian, dan sebagainya yang merupakan proses kekerabatan. c. Growth (pertumbuhan), merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang, seperti: pertumbuhan kreativitas dan pribadi. f) Douglas McGregor dengan teori X dan Y a. Teori X atau teori konvensional yang didasarkan pada pola pikir konvensional dan menyorot sosok negatif perilaku manusia, yang menganggap manusia itu: malas dan tidak suka bekerja, kurang bisa bekerja keras, menghindar dari tanggung jawab, mementingkan diri sendiri, tidak mau peduli dengan orang lain, dan juga kurang suka menerima perubahan. b. Teori Y atau teori potensial , merupakan suatu revolusi pola pikir dalam memandang manusia secara optimis. Teori Y memandang manusia itu pada dasarnya: rajin, aktif, mau mencapai prestasi bila kondisi konduktif, dapat produktif bila diberi motivasi, selalu ingin perubahan, dan dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar. 2. Teori Motivasi Proses (Process Theory) Teori motivasi proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu agar setiap individu dapat bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer, atau dengan kata lain teori- 22 teori proses memusatkan perhatiannya pada bagaimana motivasi terjadi. Teori ini merupakan sebab-akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil telah diperolehnya. Ada tiga teori motivasi proses (Process Theory) yang dikenal yaitu: a) Teori harapan (expectancy theory) Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaannya bergantung pada timbal balik antara apa yang diinginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu. Teori ini mengandung 3 variabel, yaitu: a. Daya tarik, yaitu sampai sejauh mana seseorang merasa pentingnya hasil yang diperoleh dalam menyelesaikan tugasnya. b. Hubungan antara prestasi kerja dengan imbalan, yaitu tingkat keyakinan seeorang tentang hubungan antara tingkat prestasi kerja dengan pencapaian hasil tertentu. c. Hubungan antara usaha dengan prestasi kerja, yaitu persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu akan menjurus kepada prestasi. b) Teori keadilan (equity theory) Teori ini menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relative sama. Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. 23 c) Teori pengukuhan (reinforcement theory) Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. Jadi, teori ini menyatakan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan dan imbalannya berlaku sebagai faktor pendorong yang positif dan perilaku yang berhasil. 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menurut Edy Sutrisno (2012: 116-120) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern yang berasal dari karyawan, yakni : 1. Faktor Intern, dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang, yang meliputi : a) Keinginan untuk dapat hidup, merupakan kebutuhan setiap manusia untuk bertahan hidup yang meliputi : mendapat kompensasi, memiliki pekerjaan tetap, dan suasana kerja yang aman dan nyaman. b) Keinginan untuk dapat memiliki, dapat mendorong seseorang untuk mau melalakukan pekerjaan. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang apabila memiliki keinginan yang keras maka dapat mendorong orang untuk mau bekerja. c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan, yang disebabkan adanya keinginan untuk dihormati, dihargai, dan diterima oleh orang lain. 24 d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan, yang meliputi : penghargaan terhadap prestasi, hubungan kerja yang harmonis, pimpinan yang adil, dan dihargai masyarakat. e) Keinginan untuk berkuasa, dapat mendorong seseorang untuk bekerja. Hal ini dapat memungkinkan seseorang menjadi pemimpin atau penguasa dalam organisasi. 2. Faktor Ekstern, bisa dapat melemahkan motivasi kerja seseorang, yang meliputi : a) Kondisi lingkungan kerja Meliputi keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar lingkungan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. b) Kompensasi yang memadai Merupakan alat motivasi yang paling ampuh untuk mendorong para karyawan dapat bekerja dengan baik. c) Supervisi yang baik Fungsi supervisi adalah memberikan pengarahan, dan membimbing dalam bekerja. Dengan hubungan yang baik antara supervisi dan para karyawan, maka akan dapat menghadapi segala masalah dengan baik. d) Adanya jaminan pekerjaan Hal ini bisa membuat para karyawan akan mau bekerja keras untuk perusahaan. Para karyawan memiliki keinginan kalau jaminan karier yang jelas untuk masa depan mereka dapat dijamin oleh perusahaan. 25 e) Status dan tanggung jawab Merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan akan rasa sebuah pencapaian. f) Peraturan yang fleksibel. Biasanya dalam suatu perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang harus dipatuhi oleh para karyawan, yang bersifat untuk mengatur dan melindungi para karyawan. Semua peraturan yang berlaku diperusahaan harus dikomunikasikan sejelas-jelasnya kepada para karyawan. 2.3 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja sangatlah perlu untuk di perhatikan karena merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kepuasan kerja karyawan.Dengan lingkungan kerja yang baik, para karyawan dapat terpacu untuk melaksanakanya dengan baik. Mereka akan merasa lebih senang dan lebih mudah untuk berkonsentrasi dalam bekerja sehingga kepuasan kerjanya tinggi. Sedangkan jika lingkungan kerja buruk, dapat berdampak buruk juga terhadap kepuasan kerja para karyawan.Hal ini di karenakan mereka merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga kinerja menjadi rendah. Musriha (2011) mengemukakan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan sangat penting sebagai insentif untuk kinerja karyawan yang paling efektif. Lingkungan kerja dapat memainkan peran utama dalam meningkatkan kinerja dan komitmen karyawan mengidentifikasi serta dapat membantu untuk faktor-faktor yang menyebabkan suatu ketidakpuasan kerja (Westerman, 2007). Menurut Gjorgji (2011) 26 sebagian besar lingkungan kerja yang baik dapat membantu dalam hal meningkatkan kepuasan kerja.Shalley (2000) menyatakan bahwa faktor lingkungan kerja tersebut mampu meningkatkan dan menurunkan kepuasan karyawan.Jadi, dengan adanya lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman dalam suatu perusahaan maka dapat meningkatkan kepuasan karyawan dalam bekerja dan membuat karyawan betah dalam bekerja.Adapun faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan karena adanya segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja, yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas (Nitisemito, 2006). Menurut Mangkunegara (2006) lingkungan kerja meliputi uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadahi, target kerja yang menantang, pola komunikasi, hubungan kerja harmonis, iklim kerja dinamis, peluang karir, dan fasilitas kerja memadai. Lingkungan kerja yang tidaak memuaskan dapat menurunkan semangat kerja dan akhirnya menurunkan produktifitas kerja pegawai (Ahyari, 2006). Lingkungan kerja sangatlah perlu untuk diperhatikan karena merupakan salah satu factor yang penting dalam menentukan kinerja karyawan. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga kinerja menjadi rendah. Lingkungan kerja adalah sesuatu dari lingkungan pekerjaan yang memudahkan atau menyulitkan pekerjaan. Terdapat dua jenis lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Menurut Sarwoto (2011): 1. Lingkungan kerja fisik. merupakan lingkungan atau kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan efesiensi kerja, di antaranya adalah: 27 a. Tata ruang kerja yang tepat Suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Karyawan tidak mungkin dapat bekerja dengan tenang dan maksimal jika tempat yang tersedia tidak dapat memberikan kenyamanan. Dengan demikian ruang gerak untuk tempat karyawan bekerja seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak terganggu di dalam melaksanakan pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat menghindari dari pemborosan dan menekan biaya yang banyak. b. Cahaya dalam ruangan yang tepat Cahaya dalam ruangan atau penerangan ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya kegiatan-kegiatan operasional organisasi. c. Suhu dan kelembapan udara yang tepat Didalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan menurunkan semangat kerja karyawan didalam melaksanakan pekerjaan. d. Suara yang tidak mengganggu konsentrasi kerja suara yang bunyi bias sangat menganggu para karyawan dalam bekerja. Suara yang bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan sehingga kinerja karyawan bias menjadi tidak optimal, oleh karena itu setiap organisasi harus selalu berusaha untuk 28 menghilangkan suara bising tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising tersebut. Kemampuan organisasi didalam menyediakan dana untuk keperluan pengendalian suara bising dalam suatu organisasi. e. Suasana kerja dalam perusahaan merupakan pendukung dalam kelancaran pekerjaan perusahaan. Dengan suasana kerja yang baik dapat menimbulkan semangat kerjakaryawan. Suasana dalam pe rusahaan yang baik dapat dilihat dari hubungan antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Dengan adanya hubungan yang baik, maka dapat menimbulkan saling pengertian antara pimpinan dengan karyawan serta dapat menumbuhkan motivasi kerja karyawan itu sendiri. f. Keamanan kerja karyawan Rasa aman akan menimbulkan ketenangan, dan ketenangan itu akan mendorong motivasi kerja karyawan sehingga kinerja menjadi baik. Rasaaman di sini meliputi diri pribadi maupun luar pribadi. Kaitan dengan diri pribadi adalah menyangkut keselamatan selama bekerja dan terjaminnya karyawan dalam memperoleh pekerjaan dan jabatan dalam perusahaan, selama ia melaksanakan tugasnya dengan prestasi kerja yang memuaskan. Sedangkan rasa aman dari luar pribadi adalah terjaminnya milik karyawan dari adanya perusakan dan pencurian. 2. Lingkungan kerja non Fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan bawahan sesame rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik. Semangat kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kerja non 29 fisik, misalnya hubungan dengan sesama karyawan dan dengan pemimpinnya, Apabila hubungan seorang karyawan dengan karyawan lain dan dengan pimpinan berjalan dengan sangat baik maka akan dapat membuat karyawan merasa lebih nyaman berada di lingkungan kerjanya. Dengan begitu semangat kerja karyawan akan meningkat dan kinerja pun juga akan ikut meningkat. Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bias mempengaruhi perilaku karyawan ,yaitu : a. Struktur kerja yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik. b. Tanggung jawab kerja,yaitu sejauh mana pekerja merasakan bahwa pekerjaan mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas tindakan mereka c. Perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta menghargai mereka. d. Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada. e. Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar ,baik antara teman sekerja ataupun dengan pimpinan. Kedua jenis Lingkungan kerja diatas harus selalu diperhatikan oleh organisasi. Keduanya tidak bias dipisahkan begitu saja, terkadang organisasi hanya mengutamakan 30 salah satu jenis lingkungan kerja diatas, tetapi akan lebih baik lagi apabila keduanya dilaksanakan secara maksimal. Dengan begitu kinerja karyawan bisa lebih maksimal. Definisi di atas menunjukan bahwa untuk lingkungan kerja yang berbeda dalam lingkungan kerjanya memberi pengaruh yang besar pada setiap pekerjaan karyawan. Terdapat dua jenis lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Menurut Sarwoto (2007:36), lingkungan kerja fisik merupakan lingkungan kerja atau kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan efesiensi kerja, diantaranya adalah : 1. Tata ruang kerja yang tepat 2. Cahaya dalam ruaangan yang tepat 3. Suhu dan kelembapan udara yang tepat 4. Suara yang tidak mengganggu konsentrasi 2.4 Kepuasan Kerja 2.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja memiliki arti penting bagi setiap organisasi karena kepuasan kerja merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan anggota di dalamnya.Penelitian sebelumnya ditemukan bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan dengan gaji, stres kerja, pemberdayaan, perusahaan dan kebijakan administrasi, prestasi, pertumbuhan pribadi, hubungan dengan orang lain, dan kondisi kerja dalam perusahaan secara keseluruhan, karena kepuasan kerja itu sendiri merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu organisasi (Waheed et al., 2011).Kepuasan kerja 31 adalah faktor pendorong meningkatnya kepuasan kerja yang pada gilirannya akanmemberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja organisasi (Gorda, 2005). Blum (2005) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap yang terkait dengan pekerjaan dan faktor-faktor khusus seperti upah, kestabilan kerja, ketentraman kerja, dan perlakuan atasan.Mathis dan Jackson (2005), mengemukakan kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.Strauss dan sayles (Handoko, 2005), mengemukakan bahwa kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri pegawai. Menurut Robbins (2005), kepuasan kerja adalah sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan dimana seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan skap yang positif terhadap pekerjaan. Morse (Pangabean, 2005), menyebutkan bahwa pada dasarnya kepuasan kerja tergantung kepada apa yang ingiinkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang diperoleh.Menurut Greenberg dan Baron (2003:148) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka.Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbin, 2008:31).George dan Jones (2000: 34) mengartikan kepuasan kerja sebagai kumpulan perasaan dan kepercayaan yang karyawan rasakan tentang pekerjaannya saat ini.Sedangkan menurut Agungdan Try (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional sesorang yang positif atau negatif yang dihasilkan dari penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. 32 2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Schemerchorn, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ada beberapa faktor, antar lain : 1. Pekerjaan itu sendiri (Work it self). Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Penyelia (Supervision). Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya.Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai figur ayah atau ibu dan sekaligus atasannya. 3. Teman sekerja (Workers). Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 4. Promosi (Promotion). Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja. 5. Gaji / upah (Pay). Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.. 33 2.4.3 Teori yang Mendasari Konsep Kepuasan Kerja Teori yang mendasari konsep kepuasan kerja ini adalah Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg (1959) dalam Afani (2008), teori ini menyatakan bahwa di dalam teori ini terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan karyawan puas dan tidak puas yaitu faktor satisfiers atau “mativator” dan faktor dissatisfiers atau “hygiene”. a. Satisfiers (mativator) faktor sebagai sumber kepuasan kerja Berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjan itu sendiri.Jadi behubungan dengan aspek instrinsik dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang termassuk disini adalah : 1. keberhasilan menyelesaikan tugas, 2. penghargaan, 3. pekerjaan itu sendiri, 4. tanggung jawab, 5. kemungkinan untuk mengembangkan diri, 6. kesemptan untuk maju. Hadirnya faktor ini akan memberikan rasa puas bagi karyawannya, akan tetapi pula tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan. b. dissatisfiers(hygiene) sebagai faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Merupakan faktor komponen yang di dalamnya mencakup kebutuhan yang paling mendasar bagi karyawan untuk dapat memelihara dan melindungi diri dari 34 kemerosotan hidup. Oleh krena itu, faktor ini dikatakan sebagai faktor yang besar ketidakpuasannya yang berasal dari luar individu. Faktor-faktor yang termasuk disini adalah: 1.) kondisi kerja, 2.) hubungan antar pribadi, 3.) kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanya, 4.) teknik pengawasan, 5.) perasaan aman dalam bekerja. 2.5 Penelitian Terdahulu No Pengarang 1. Achmad Sudiro dan Rofiaty (2012) Judul Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Study Kasus PT. Bank BTPN, Tbk Cabang Malang) Variabel Independen: 1.Kompensasi 2. Lingkungan Kerja Dependen: 1.Kepuasan Kerja 2.Kinerja Karyawan Alat Analisis Generalized Structural Component Analysis (GSCA) Hasil Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kompensasi dan kepuasan kerja karyawan, namun tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan di 35 2. I Gede Adyana Sudibya, I Wayan Mudiartha Utama (2012) 3. Agung Wahyu Handaru (2013) 4. Fisla Wirda (2012) Pengaruh Motivasi, Lingkungan kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali Pengaruh Lingkungan Kerja, Kompensasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di Rs “X” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan PT. Bank BTPN, Tbk Cabang Malang Terdapat pengaruh positif namun tidak signifikan dari motivasi dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. - Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Independen: 1. Motivasi 2. Lingkungan kerja 3. Kompensasi 4. Kompetensi Dependen: 1. Kepuasan kerja SEM Independen: 1. Lingkungan Kerja 2. Kompensasi 3. Komitmen Dependen: 1. Kepuasan Kerja SEM Lingkungan kerja, kompensasi, komitmen organisasi dan kepuasan kerja mempunyai suatu hubungan satu sama lain. Independen: 1. Kepemimpinan Situasional 2. Motivasi Kerja Dependen: 1. Kepuasan Kerja 2. Kinerja Analisis Jalur (Path Analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja 36 Kerja Karyawan Politeknik Negeri Padang 5. Rio Wardana (2014) 2.6 Hipotesis karyawan Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja (Studi Pada Karyawan Pt. Pln (Persero) Area Malang) Independen: 1. Keselamatan Kerja 2. Kesehatan Kerja Dependen: 1. Kepuasan Kerja 2. Motivasi Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan explanatory Keselamatan research kerja dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja Karyawan Pt. Pln (Persero) Area Malang 2.6.1 Pengaruh Kompensasi (X1) Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Y) Salah satu faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya semangat kerjakaryawan adalah pemberian kompensasi (Wiryanto, 2004: 11).Handoko (2001: 155)menyatakan dalam suatu perusahaan, kompensasi merupakan salah satu bentuk motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.Kompensasi yang diterima karyawan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Rumada dan Mudiartha (2013) menyatakan secara signifikan dan positif kepuasan kerja dipengaruhi oleh kompensasi. Tingkat kompensasi yang diberikan akan menentukanskala kehidupan ekonomi karyawan, kompensasi relatif menunjukan status 37 dan harga karyawan. Karyawan yang memandang apabila kompensasi belum memadai maka produktivitas, prestasi, dan kepuasannya akan turun. Kompensasi bisa dirancang secara benar untuk mencapai keberhasilan bersama sehingga karyawan merasa puas dengan jerih payah mereka dan termotivasi untuk mencapai tujuan dan saranabersama manajemen (Rachmawati, 2008:143). H1:kompensasi berpengaruhsecara positif terhadap kepuasan kerja 2.6.2 Pengaruh Motivasi (X2) Terhadap Kepuasan Kerja (Y) Secara umum proses motivasi diawali dengan dirasakannya kebutuhan yang takterpuaskan. Ketidakpuasan ini kemudian meningkat dan menimbulkan ketegangan dandorongan untuk melakukan sesuatu. Pada tahap ini manusia melakukan upaya-upayauntuk memuaskan kebutuhan. Jika perilaku ini berhasil, maka kebutuhan akan terpuaskandan ketegangan akan menurun. Upaya manusia untuk mengurangi ketegangan tadi tidak selalu berhasil. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidakpuasan yang akan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku misalnya frustasi. Menurut Mochammad Al Musadieq (2014) ,manfaat motivasi yang utama yaitu menciptakan semangat kerja karena yang dikerjakan dengan adanya dorongan motivasi akan membuat karyawan senang mengerjakannya dan merasa dihargai. Kondisi nyaman dan sehatmemberikan umpan balik motivasi yang akan memotivasi prestasi kerja. Pendapat lain diungkapkan oleh Ishfaq et al. (2010) menyatakan karyawan akan termotivasi dengan terpenuhinya kepuasan kerja atau rasa keberhasilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Utama (2011) mengungkapkan bahwa pada dasarnya orang giat bekerja karena adanya suatu 38 motivasi dalam dirinya, hal tersebut timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.Motivasi menjadi suatu hal yang penting, karena motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan atau mendukung perilaku karyawan agar bekerja giat dan mencapai hasil yang optimal.Motivasi menjadi semakin penting untuk diperhatikan karena manajer/pimpinan membagikan pekerjaan kepada bawahannya agar diselesaikan dengan baik dan tertata pada tujuan yang diinginkan (Prabu, 2005). H2 : motivasi berpengaruh secara positif terhadap kepuasan kerja 2.6.3 Pengaruh Lingkungan Kerja (X3) Terhadap Kepuasan Kerja (Y) Herzberg (Ardana, dkk., 2009:22) menyatakan lingkungan kerja non fisik merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja selain kompensasi, promosi jabatan serta karakteristik dari pekerjaan yang bersangkutan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Sardzoska dan Tang (2012), Annakis et al. 614 (2011) dan Paripurna (2013) menyatakan secara signifikan dan positifkepuasan kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Pimpinan perusahaan dalam membebankan tugas dan tanggung jawab kepada karyawan hendaknya juga memperhatikan lingkungan kerja karyawan. Perusahaan dituntut harus mampu memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi karyawan dalam bekerja (Febriani dan Indrawati, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan suasana pekerjaan yang baik sehingga memiliki tim kerja yang saling mendukung terhadap pekerjaan. Nur (2013) menyebutkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan 39 kerja dengan kepuasan kerja karyawan.Lingkungan kerja merupakan kondisi dari segala sesuatu yang terdapat di sekitar tempat bekerja karyawan yang mampu memberikan pengaruh bagi dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepuasan akan lebih tinggi dan niat untuk meninggalkan akan lebih rendah bila lingkungan kerja melengkapi persyaratan kreativitas pekerjaan (Nitisemito, 2006:106). H3 : lingkungan kerja berpengaruh secara positif terhadap kepuasan kerja 2.7 Kerangka Konseptual Kerangka penelitian ini menggambarkan pengaruh tiga variabel independen yaitu kompensasi, motivasi, dan lingkungan kerja terhadap variabel dependen yaitu kepuasan karyawan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti pada gambar 2.1 : Kompensasi (X1) Motivasi Kepuasan Kerja Karyawan (X2) (Y) Lingkungan Kerja (X3) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 40 2.8 Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka.Oleh karena itu, suatu hipotesis tidak timbul secara tiba-tiba yaitu sejak awal di latar belakang masalah maupun dalam landasan teori. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. H3 : Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Berdasarkan kerangka konseptual dan hipotesis yang diajukan maka variabel penelitian dan definisi oprasional dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas ( independen) Variable bebas atau variable independen adalah variable yang menjelaskan atau mempengaruhi variable lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: a. Kompensasi (X1) Kompensasi adalah segala sesuatu yang dterima oleh karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang sebagai balas jasa untuk mereka. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kompensasi dalam penelitian ini adalah: (Parlina, 2003) a) Tunjangan yang diberikan perusahaan . b) Kebijakan penentuan besarnya pemberian bonus c) Gaji pokok sesuai dengan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. b. Motivasi (X2) Motivasi adalah keinginan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, dimana keinginan tersebut dapat merangsang dan membuat karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang mau melakukan pekerjaan atau apa yang mengakibatkan timbulnya motivasi kerja. Motivasi dapat diukur dengan : (Utomo, 2010) 42 a) Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan akan penghargaan bagi karyawan berprestasi b) Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. c) Need for affiliation, yaitu kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. d) Need for power, yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan perasaan orang lain. b. Lingkungan kerja (X3) Lingkungan kerja adalah serangkaian upaya dan pimpinan dalam mempengaruhi dan menggerakan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang sedemikian rupa sehingga para bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi dan mempunyai disiplin serta tanggung jawab yang tinggi terhadap atasan. Indikator yang digunakan adalah (Parlinda,2003) : a. Perlengkapan kerja yang memadai b. Tersedianya sarana tempat ibadah c. Kondisi kerja yang mendukung d. Kerjasama antar pegawai 43 e. Variabel Terikat (variabel dependen) Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan (Y). Disini di artikan bahwa kepuasan kerja adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Adapun beberapa indikator kepuasan kerja adalah : (Parlina, 2003) a) Pekerjaan itu sendiri b) Supervisi. Atasan mampu menghargai pekerjaan bawahannya/ karyawannya. c) Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. d) Rekan kerja 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono(2010:119). Populasi yang di maksud adalah karyawan tetap di PT.PLN (Persero) APP Semarang. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, Sugiyono (2012:120).Dalam penelitian ini teknik 44 pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling.Jumlah sampel ditentukan berdasarkan perhitungan dari rumus Slovin dengan tingkat kesalahan ditoleransi sebesar 10% dengan formula sebagai berikut : Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir sebesar 10%. Dengan menggunakan formula diatas maka dapat diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n= 244 1+(244x0,12) n = 70,93 Berdasarkan perhitungan di atas, maka sampel yang diambil yang dapat digunakan 70,93 dan dibulatkan menjadi 80 orang. Dan peneliti menyebarkan kuesioner untuk dijadikan responden. Ketentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah : a. karyawan tetap di PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG b. masa kerja lebih dari 5 tahun 45 3.3 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan jenis data yang dibutuhkan dan dikumpulkan, yakni berupa jawaban dari para responden yang telah ditentukan sebelumnya atas poin-poin kusioner yang ditanyakan terkait tentang indikator variabel yang akan diteliti. Data yang peneliti dapat dari penelitian ini, bersumber pada karyawan tetap di PT.PLN (Persero) APP Semarang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang berhubungan dengan masalah yang diteliti kepada responden untuk diisi. Prosedur pengumpulan datanya adalah dengan membagikan kuesioner, lalu responden diminta untuk mengisi pada lembar jawaban yang telah disediakan. Setelah itu, lembar kuesioner dikumpulkan, diseleksi, lalu diolah dan kemudian dianalisis. 3.5 Metode Analisis Data Dalam metode ini terdapat 2 metode , yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. 1. Analisi Kualitatif Adalah analisi yang digunakan untuk menganalisis dan menginterprestasikan data secara langsung yang akan ditunjukan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. 46 2. Analisis Kuantitatif Adalah analisis yang didasarkan pada angka-angka perhitungan melalui metode statistik.Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan pada PT.PLN (Persero) APP Semarang. Dalam analisis ini menggunakan skala Likert, yaitu berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu hal (Umar,2013:70). Sedangkan skala Likert dalam penelitian ini menggunakan skala Ordinal yaitu dengan penilaian sebagai berikut: - Untuk jawaban “STS” sangat tidak setuju diberi nilai = 1 - Untuk jawaban “TS” tidak setuju diberi nilai = 2 - Untuk jawaban “N” netral diberi nilai = 3 - Untuk jawaban “S” setuju diberi nilai = 4 - Untuk jawaban “SS” sangat setuju diberi nilai = 5 Alat analisis yang digunakan, yaitu: a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali,2005). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas adalah mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dapat diketahui dengan melihat r hitumg dam r tabel. Apabila r hitung > r tabel, maka valid. Apabila r hitung < r tabel, maka tidak valid. 47 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,2009:45). Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak oleh karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila hasil α > 0,60 = reliabel dan hasil α < 0,60 = tidak reliabel. c. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik model sehingga hasilnya layak digunakan.Pada prakteknya ada beberapa uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu pengujian normalitas, heterokedastisitas, dan multikolinearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali,2009:147). Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Kalau 48 asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov smirnov. Jika nilai Kolmogorov smirnov lebih besar dari α =0,05 maka data normal (Ghozali,2009:152) 2. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2009:129). Adanya heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya uji Glesjer, jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka indikasi terjadi heterokedastisitas (Ghozali,2009:129). Jika signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5 % maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas.Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal 49 adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali,2009:95). 4. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali,2009:86). Rumus : Y = b0 + b1X1 +b2X2 + b3X3+ e Keterangan : Y = Kepuasan kerja b0 = Konstanta b1,b2, b3 = Koefisien Regresi X1 = Kompensasi X2 = Motivasi X3 = Keselamatan kerja X4 = Lingkungan kerja e = Error 5. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat perlu dilakukan pengujian signifikansi dari masing-masing koefisien regresi yaitu dengan menggunakan Uji t dan Uji F. 50 a. Uji t Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai berikut : Ha1 : β1 ≠ 0 (terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompensasi dan kepuasan kerja karyawan) Ha2 : β2 ≠ 0 (terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja karyawan) Ha3 : β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan) Batasan t hitung Ho diterima : bila sig. > α = 0,05 Ho ditolak : bila sig. < α = 0,05 b. Uji F Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik distribusi F, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Ha4 : β1 ≠ β2 ≠ β3≠ 0 (terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompensasi, motivasi dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan secara bersama-sama) Batasan F hitung Ho diterima : bila sig. > α = 0,05 Ho ditolak : bila sig. < α = 0,05 51 6. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1).Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuasn variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2009:87). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimaksudkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel dependen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R 2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,2009:87). 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian PT PLN (Persero) APP Semarang dibawah PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali yang kegiatannya melaksanakan operasi dan pemeliharaan instalasi tenaga listrik tegangan tinggi dan ekstra tinggi di wilayah Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora dan Kabupaten Cepu. Dalam hal pengelolaan pemeliharaan dibagi menjadi 2 Base Camp wilayah kerja yaitu Base Camp Semarang yang mengelola 14 GI di daerah Semarang dan Base Camp Kudus yang mengelola 11 GI daerah Kudus sampai dengan Cepu. PLN APP Semarang berkedudukan di Jl. Jendral Sudirman kM 23 Ungaran Kabupaten Semarang, dengan Jumlah SDM 246 Pegawai per April 2012 ditambah tenaga Outsourching 375 orang (Tenaga Keamanan 162 Orang, Tenaga Pengawas SUTT/SUTET 99 Orang, Tenaga Administrasi kantor 6 orang, Tenaga Pengemudi 22 Orang, Tenaga Cleaning Service 78 Orang, Tenaga Pelayan Kantor 7 Orang, Tenaga Operator Telepon 1 Orang). 53 PT PLN (Persero) APP Semarang bertanggung jawab melaksanakan operasi dan pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik di wilayah kerjanya yang meliputi fungsi: pemeliharaan meter dan proteksi, pemeliharaan instalasi penyaluran, supervisi operasi, logistik dan pengelolaan lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB), Enjinering, mengelola bidang Administrasi dan Keuangan mendukung kegiatan operasi dan pemeliharaan instalasi, hubungan masyarakat dan pengelolaan permasalahan social terkait ROW (right of way), untuk mencapai target kinerja yang ditentukan dan terobosan yang dibuat, mengacu kepada strategi dan kebijakan Kantor Induk P3B Jawa Bali Wilayah kerja APP Semarang meliputi GI/GITET Ungaran, GIS Pudak Payung, GI Srondol, GIS Simpang Lima, GIS Kalisari, GI Pandean Lamper, GI Mranggen, GI Sayung, GI/GIS Tambak Lorok, GI Krapyak, GI Bumi Semarang Baru, GIS Randu Garut, GI Kaliwungu, GI Kudus, GI Jepara, GI Tanjung Jati, GI Pati, GI Jekulo, GI Rembang, GI PLTU Rembang, GI Purwodadi, GI Kedung Ombo, GI Blora dan GI Cepu. Tanggung Jawab 1. Melaksanakan pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk, Proteksi, Meter sesuai RKAP untuk menjaga kesiapan operasi instalasi 2. Melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran, meter, proteksi di wilayah kerjanya 3. Merencanakan pengembangan dan perbaikan instalasi penyaluran, Rencana Anggaran Operasi/Investasi, target kinerja dan tingkat mutu pelayanan untuk diusulkan ke PT PLN (Persero) P3B JB 54 4. Mengelola sistem informasi operasi dan pemeliharaan untuk bahan evaluasi Operasi dan Pemeliharaan dengan penerapan Pemeliharaan Berbasis Kondisi atau CBM (Conditional Based Maintenance) 5. Pengelolaan logistik, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan untuk optimalisasi penggunaan peralatan kerja, instalasi dan material, serta mencapai target kecelakaan kerja fatal nihil 6. Mengelola bina lingkungan, ROW (Right of Way) serta permasalahan sosial lainnya 7. Melaksanakan PDKB Gardu Induk dan Transmisi 8. Melaksanakan kebijakan dibidang Administrasi dan Kepegawaian 9. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM sesuai kebutuhan kompetensi jabatan untuk mencapai target kinerja 10. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai peraturan yang berlaku 11. Tahun 2012 s.d. 2013 melakukan pengawasan pekerjaan proyek terkait program Percepatan 6900 MW Tahap II APP Semarang dipasok dari pembangkit 150 kV PLTU & PLTGU Tambak Lorok dengan daya terpasang 1.224 MW, PLTA Kedung Ombo 22.5 MW dan PLTU Rembang 630 MW. Sedang pasokan dari 500 kV PLTU Tanjung Jati B sebesar 2.640 MW.PT PLN (Persero) APP Semarang dipimpin oleh seorang Manajer dengan dibantu oleh 4 (empat) orang Asisten Manajer. Dalam menjalankan tugas Operasi dan pemeliharaan gardu induk dibantu oleh 2 (dua) orang Supervisor pemeliharaan yang ada di masing-masing BC Semarang dan BC Kudus, dan 18 (delapan belas) Supervisor 55 Gardu Induk. Secara lengkap struktur organisasi PT PLN APP Semarang dapat dilihat dalam bagan berikut Sumber : PT PLN (Persero) APP Semarang Pelanggan utama PLN APP Semarang adalah: 1. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY, APD Semarang, Area Semarang, Area Kudus, Unit Layanan Salatiga 2. PT Indonesia Power UBP Semarang-PLTU Tambaklorok, UBP Mrica- PLTA Kedungombo, PT PLN (Persero) UPJB-PLTU Rembang, PT PLN (Persero) PLTU Tanjungjati B 3. KTT 150kV PT Asia Pasific Fiber 56 4.2 Deskripsi Responden Diskripsi responden ini merupakan suatu proses mendiskripsikan para responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan. Pada penelitian didapat sebanyak 105 responden dimana hasil ini diketahui dari jumlah hasil penyebaran. abel 4.1 Penyebaran kuesioner Keterangan Jumlah Kuesioner yang disebar 100 Kuesioner yang kembali 80 Kuesioner rusak / tidak lengkap 20 Jumlah Responden 80 Sumber: data Primer yang diolah, 2016 Pada perhitungan sampel telah ditetapkan sebanyak 100 sampel penelitian untuk itu dalam penelitian ini dilakukan penyebaran sebanyak 100 kuesioner. Dari hasil penyebaran kuesioner yang didapat menunjukan bahwa terdapat kuesioner yang kembali sebanyak 80 kuesioner, kuesioner rusak dan tidak lengkap 20, dan kuesioner yang diolah adalah 100 responden. 57 4.3 Identitas Responden Identitas responden adalah segala sesuatu yang erat hubungannya dengan diri responden secara individual atau dengan kata lain identitas responden adalah keadaan, sifat atau ciri-ciri khusus yang dapat memberikan gambaran umum tentang keadaan responden. Dalam penelitian ini responden terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang. Sedangkan identitas responden dapat dilihat dari jenis kelamin, umur, pendidikan responden dan masa kerja. 4.2.1 Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Jenis Kelamin Keterangan Jumlah Persentase Laki-laki 26 44,32 Perempuan 54 55,67 Jumlah 80 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2016 Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.1 diatas yang menunjukkan bahwa dari 97 responden 43 orang atau 44,32 % adalah laki-laki dan 54 responden atau 55,67 % adalah perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden yang ditemui adalah laki-laki. 4.2.2 Umur Responden 58 Berdasarkan hasil penelitian, gambaran mengenai umur responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Umur Responden Usia Jumlah Persentase 20 – 25 tahun 14 24,74 26-30 tahun 32 40,21 31-35 tahun 24 24,74 36-40 tahun 10 10,31 Jumlah 80 100 Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa usia 20-25 tahun yaitu 24 responden atau 24,74 persen kemudian responden yang berusia 26-30 tahun yaitu sebesar 39 responden atau 40,21 persen kemudian responden 31-35 yaitu sebanyak 24 orang atau 24,74 persen dan 36-40 tahun sebanyak 10 responden atau 10,31 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa umur karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang berusia produktif. Dalam penelitian ini menggunakan range 5 karena sesuai dengan interval yang kelas minimal dan kelas maksimal. 4.1.1.1 Pendidikan Terakhir Berdasarkan penelitian pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : 59 Tabel 4.3 Pendidikan Keterangan 1. 2. 3. 4. SLTA DIPLOMA S1 S2 Jumlah 20 Persentase 30,93 18 25,77 23 23,71 5 5,15 80 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2016 Karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.3 di atas yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sangat variatif. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 30 atau 30,93 persen Diploma sebanyak 25 responden atau 25,77 persen, responden dengan pendidikan S1 sebanyak 23 responden atau 23,71 persen, responden dengan pendidikan S2 sebanyak 5 responden atau 5,15 persen hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang berpendidikan SLTA. 4.1.1.2 Masa kerja Berdasarkan penelitian masa kerja terakhir responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 60 Masa Kerja Keterangan Jumlah Persentase 6-10 Tahun 52 65,00 11-15 Tahun 9 11,25 >15 tahun 19 23,75 80 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2016 Karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang yang menjadi responden dalam penelitian ini bahwa masa kerja yang bervariatif hal ini dapat dilihat dari tabel 4.4 di atas yang menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja paling dominan adalah 6-10 tahun sebanyak 52 responden atau 65,00 persen dan karyawan yang memiliki masa kerja paling kecil adalah 11-15 tahun yaitu sebanyak 9 responden atau 11,25 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang selama ini sudah tinggi karena sebagian karyawan memiliki masa kerja 6-10 tahun. 4.2 Analisis Deskriptif Berdasarkan hasil tanggapan 80 orang responden akan menguraikan secara rinci jawaban responden yang dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut : STS atau “Sangat Tidak Setuju” diberi skor = 1 61 TS atau “Tidak Setuju” diberi skor = 2 N atau “Netral” diberi skor = 3 S atau “Setuju” diberi skor = 4 SS atau “Sangat Setuju” diberi skor = 5 I= = R K 5 1 0,8 5 Maka interval dari kriteria rata-rata dapat diinterprestasikan sebagai berikut : Sangat rendah : 1,00 – 1,79 Rendah : 1,80 – 2,59 Cukup rendah : 2,60 – 3,39 tinggi : 3,40 – 4,19 Sangat tinggi : 4,20 – 5,00 4.2.1 Kepuasan Kerja (Y) Untuk mengetahui tanggapan responden pada PT.PLN (Persero) APP Semarang dapat dilihat dalam tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Kerja Indikator STS TS Scor F e Scor F e N F Scor e S F Scor e SS F Scor e Rerat a 62 Pekerjaan itu sendiri 0 0 0 0 9 27 64 256 5 35 3,98 Supervisi. Atasan mampu menghargai pekerjaan bawahannya/ karyawannya. 0 0 0 0 4 12 42 168 34 170 4,38 Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. 0 0 0 0 12 36 47 188 21 105 4.11 Rekan kerja 0 0 0 0 10 30 44 176 26 130 4,2 Nilai rerata variabel Kepuasan kerja 4,17 Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai kepuasan kerja PT.PLN (Persero) APP Semarang , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,17 (interval 3,40 – 4,19). 4.2.4 Kompensasi Untuk mengetahui tanggapan responden pada PT.PLN (Persero) APP Semarang dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Kompensasi STS TS N S SS Indikator F Scor F Scor F Scor F Scor F Scor Rerat a 63 e Tunjangan yang diberikan perusahaan . 0 Kebijakan besarnya bonus 0 penentuan pemberian Gaji pokok sesuai dengan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. 0 e 0 0 0 e e e 0 0 17 51 42 168 21 105 4,05 4 8 26 78 28 112 22 110 3,85 0 0 19 57 37 148 24 120 4,06 Nilai rerata variabel Kompensasi 3,99 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai Kompensasi di PT.PLN (Persero) APP Semarang , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 3,99 (interval 3,40 – 4,19). Indikator yang paling dominan dalam variabel ini adalah gaji pokok sesuai dengan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Kepuasan kerja yang tinggi diharapkan membuat karyawan menjadi semakin setia kepada organisasi, semakin termotivasi dalam bekerja, merasa senang dalam bekerja, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Karyawan yang tidak puas cenderung menghindar dari tugas dan tanggungjawab, yang akan mengganggu proses pencapaian tujuan organisasi. Karyawan yang tidak puas seringkali menghindari pekerjaan dan lebih besar kemungkinan untuk mengundurkan diri. Karyawan yang puas memiliki kesehatan yang 64 lebih baik, usia yang lebih panjang, dan kepuasan kerja tersebut akan dibawa ke luar dari organisasi. Ada semacam suatu keyakinan bagi sebagian manager, bahwa karyawan yang puas cenderung lebih produktif dibandingkan karyawan yang tidak puas. Meskipun hubungan kepuasan kerja dengan produktivitas masih menjadi kontroversi, kepuasan masih dianggap sebagai variabel penting yang perlu mendapatkan perhatian baik dari manager maupun peneliti. 4.2.2 Motivasi Untuk mengetahui tanggapan responden pada PT.PLN (Persero) APP Semarang dapat dilihat dalam tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Motivasi STS TS N S SS Rera ta Indikator F Sc or F Sc or F Sc or F Sc or F Sc or Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan akan 0 penghargaan bagi karyawan berprestasi 0 0 0 3 4 10 2 2 3 92 2 3 11 5 3,86 kebutuhan akan kesehatan yang diberikan selama ini 0 sesuai dengan harapan 0 2 4 1 8 54 3 2 16 8 2 8 14 0 4,08 Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan karyawan atas 0 rasa aman yang dirasakan karyawan selama ini. 0 2 4 1 8 54 2 5 10 0 2 5 17 5 4,16 65 Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dan potensi diri yang 0 berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai. 0 0 0 2 4 72 1 8 72 3 8 19 0 Nilai rerata variabel Motivasi 4,18 4,07 Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai Motivasi PT.PLN (Persero) APP Semarang , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,07 (interval 3,40 – 4,19). Indikator dalam penelitian ini yang paling dominan adalah Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dan potensi diri yang berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai. Kinerja yang baik memerlukan kemampuan intelektual dan fisik yang sesuai dengan pekerjaan seseorang. Seorang karyawan agar memiliki kinerja yang baik, maka diperlukan kemampuan pengetahuan tentang bidang tugasnya, seperti pengetahuan yang mendalam tentang materi pekerjaannya, teknik pelaksanaan pekerjaan, cara berkomunikasi dalam proses pelayanan, interaksi antar unitnya, dan lain sebagainya. Untuk kemampuan fisik, seperti tidak cacat fisik yang dapat menjadi penghalang/kendala dalam bertugas. Seseorang karyawan yang memiliki kemampuan kurang dari yang dipersyaratkan akan besar kemungkinannya untuk gagal. Jika sebaliknya, yaitu memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang dipersyaratkan, maka akan menjadi tidak efisien di dalam organisasi dan bahkan dapat berakibat kurang puas kerja atau dapat pula menimbulkan stress/frustrasi, dan sebagainya. Jadi pegawai sangat perlu 66 ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan posisinya dan sesuai dengan keahliannya 4.2.3 Lingkungan Kerja Untuk mengetahui tanggapan responden pada PT.PLN (Persero) APP Semarang dapat dilihat dalam tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Lingkungan kerja STS TS N S SS Rera ta Indikator F Sco re F Sco re F Sco re F Sco re F Scor e Keamanan kerja dalam setiap pelaksanaan kerja 0 0 0 0 2 1 63 3 2 128 2 7 135 4,08 Suasana kerja / kondisi ruang kerja 0 0 0 0 2 1 63 3 2 128 2 7 135 4,08 Perlakuan yang baik, hubungan berlangsung serasi dan mendapat perlakuan adil. 0 0 1 2 4 1 123 2 1 84 1 7 85 3,68 Kondisi lingkungan pekerjaan sesuai 0 0 0 0 2 1 63 4 5 180 1 4 70 3,91 67 dengan suhu ruangan Nilai rerata variabel Lingkungan kerja 3,94 Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai lingkungan kerja , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,04 (interval 3,40 – 4,19). Indikator yang paling dominan adalah Suasana kerja dan kondisi ruang kerja. Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karuyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut. Faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuhtumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja. 68 4.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.3.1 Pengujian Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak validnya suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 80 dengan tingkat signifikansi 5 % menunjukkan r tabel sebesar 0,2199. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai r positif maka pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).Jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan mengenai adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Validitas Indikator Pertanyaan No. Variabel dan indikatornya r hitung > atau < r table Keterangan 0,548 > 0,2199 Valid 0,650 > 0,2199 Valid 0,775 > 0,2199 Valid 0,856 > 0,2199 Valid Kepuasan kerja (Y) e) 1. Kepuasan atas prestasi yang Pekerjaan itu sendiri f) Supervisi. Atasan mampu menghargai pekerjaan bawahannya/ karyawannya. g) Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. h) Rekan kerja 69 Kompensasi (X3) d) e) 2 f) Tunjangan yang diberikan perusahaan . Kebijakan penentuan besarnya pemberian bonus Gaji pokok sesuai dengan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. 0,886 > 0,2199 Valid 0,886 > 0,2199 Valid 0,594 > 0,2199 Valid 0,715 > 0,2199 Valid > 0,2199 Valid > 0,2199 Valid > 0,2199 valid 0,521 > 0,2199 Valid 0,913 > 0,2199 Valid Motivasi (X1) 3 1. Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan akan penghargaan bagi karyawan berprestasi 2. kebutuhan akan kesehatan yang diberikan selama ini sesuai dengan harapan 3. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan karyawan atas rasa aman yang dirasakan karyawan selama ini. 4. Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dan potensi diri yang berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai. 0,765 0,823 0,533 Lingkungan kerja (X2) 4 a) Keamanan kerja dalam setiap pelaksanaan kerja b) Suasana kerja / kondisi ruang kerja c) Perlakuan yang baik, hubungan berlangsung serasi dan mendapat perlakuan adil. 70 d) Kondisi lingkungan pekerjaan sesuai dengan suhu ruangan 0,841 > 0,2199 Valid 0,913 > 0,2199 Valid Sumber : Data primer yang diolah, 2016 4.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel tersebut dapat dipercaya untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 ( Ghozali, 2009). 1. Pengujian Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas ini dilakukan berdasarkan masing-masing butir jawaban. Setiap butir pertanyaan dinyatakan reliabel karena nilai r Alpha lebih dari 0,6. Adapun hasil perhitungan reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS terhadap setiap butir jawaban adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Alpha (α) Keterangan 71 Kepuasan kerja 0,855 Reliabel Kompensasi 0,887 Reliabel Motivasi 0,859 Reliabel Lingkungan kerja 0,905 Reliabel Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Dari data diatas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel adalah reliabel karena mempunyai nilai alpha lebih besar dari 0,6. 4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Model yang tinggi adalah yang memiliki ditribusi data yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas data ini dilakukan dengan melihat normal probability plot. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa data terdistribusi nomal, hal ini ditunjukkan gambar dibawah ini : Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kepuasan 1.0 Expected Cum Prob 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 Observed Cum Prob 0.8 1.0 72 Gambar 4.1 (Uji normalitas) Hasil uji normalitas data dengan menggunakan analisis grafik yaitu grafik normal plot menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. 4.4.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang tinggi seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi gejala Multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat nilai (VIF) Variance Inflation Factor ( Ghozali, 2009). Pada perhitungan ini tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10, maka data ini bebas dari Multikolinearitas. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat dari tabel 4.11 Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas Coeffi ci entsa Model 1 Kompensasi Motiv asi Lingkungan Collinearity Statistics Tolerance VI F .992 1.008 .995 1.005 .996 1.004 a. Dependent Variable: Kepuasan 73 Sumber : Hasil Output SPSS Nilai VIF untuk masing-masing variabel independen dalam persamaan memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka semua variabel dalam model tidak terkena masalah multikolinearitas. 4.4.3 Pengujian Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi keobservasi lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedetisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik heteroskesdasitas untuk memprediksi nilai variabel dependen dengan variabel independen. Dari scatterrplots terlihat titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y . Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dibawah ini : 74 Scatterplot Dependent Variable: Kepuasan Regression Studentized Residual 4 2 0 -2 -4 -2 -1 0 1 2 Regression Standardized Predicted Value Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas Berdasarkan gambar 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Sebagaimana terlihat, titik-titik itu menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.5 Analisis Regresi Linear Berganda 75 Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh kompensasi, lingkungan kerja, kompetensi dan motivasi terhadap kepuasan kerja PT.PLN (Persero) APP Semarang secara bersama-sama melalui suatu persamaan regresi linear berganda. Hasil output dari regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Output Regresi Linier Berganda Coeffi ci entsa Model 1 (Constant) Kompensasi Motiv asi Lingkungan Unstandardized Coef f icients B St d. Error 2.645 1.280 .479 .062 .375 .047 .142 .047 St andardized Coef f icients Beta .528 .548 .207 t 2.067 7.749 8.052 3.053 Sig. .042 .000 .000 .003 a. Dependent Variable: Kepuasan Bila hasil perhitungan dari print out komputer dengan bantuan program SPSS dapat menarik garis regresinya menjadi : ^ Y =2,645 + 0,479X1 + 0,375X2 + 0,142X3 Dari persamaan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 76 a. Nilai koefisien kompensasi bernilai positif, artinya nilai kepuasan kerja akan ikut naik apabila kompensasi dinaikkan satu satuan, sedangkan koefisien regresi motivasi dan lingkungan bernilai 0 atau tetap (konstan). Artinya jika kompensasi ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat. b. Nilai koefisien motivasi bernilai positif, artinya nilai kepuasan kerja akan ikut naik apabila lingkungan dinaikkan satu satuan, sedangkan koefisien regresi kompensasi dan lingkungan bernilai 0 Artinya jika motivasi ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat. c. Nilai koefisien lingkungan bernilai positif, artinya nilai kepuasan kerja akan ikut naik apabila lingkungan dinaikkan satu satuan, sedangkan koefisien regresi kompensasi dan motivasi bernilai 0. Artinya jika lingkungan ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat. 4.6 Uji Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat perlu dilakukan pengujian signifikansi dari masing-masing koefisien regresi yaitu dengan menggunakan Uji "t" dan uji "F". 4.6.1 Uji F Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel bebas x dan variabel terikat Y, apakah x secara bersama-sama 77 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y (Kepuasan kerja ) PT.PLN (Persero) APP Semarang dengan langkah-langkah sebagai berikut : ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 194.994 104.894 299.888 df 3 76 79 Mean Square 64.998 1.380 F 47.094 Sig. .000a a. Predictors: (Const ant), Lingkungan , Motiv asi, Kompensasi b. Dependent Variable: Kepuasan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 47,094 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian keputusan yang diambil Ho ditolak dan menerima Ha. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel terikat (kepuasan) secara signifikan. 4.6.2 Uji t Berdasarkan dari analisis dengan menggunakan SPSS maka diperoleh hasil uji-t yang dapat dilihat pada table berikut ini : Berdasarkan dari hasil uji – t dapat dilakukan pembuktian sebagai berikut : 1) kompensasi (X1 ) = 7,749 dengan sig. = 0,000 < 0,05 dengan demikian menerima H1 yang menyatakan kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja. 2) Lingkungan kerja (X2 ) = 8,052 dengan sig. = 0,000 < 0,05 dengan demikian menerima H2 yang menyatakan lingkungan kerja kepuasan kerja . berpengaruh terhadap 78 3) motivasi (X4 ) =3,053 dengan sig. = 0,000 < 0,05 dengan demikian menerima H3 yang menyatakan motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja. 4.7 Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independentnya. Pada tabel 4.13 dibawah ini dapat dilihat hasil koefisien determinasi penelitian ini antara lain sebagai berikut : Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1 R .806a R Square .650 Adjusted R Square .636 St d. Error of the Estimate 1.175 a. Predictors: (Constant), Lingkungan , Motiv asi, Kompensasi b. Dependent Variable: Kepuasan Dalam tabel 4.13 diatas dapat dilihat hasil SPSS ditunjukkan pada kolom Adjusted R Square yaitu sebesar 0,636 atau sebesar 63,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa 63,6 % variabel Kepuasan kerja dijelaskan oleh variabel independen sisanya (100 %-63,6%) yaitu sebesar 36,5 % kepuasan kerja dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini. 4.8 Pembahasan 4.8.1 Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan kerja 79 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Salah satu faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya semangat kerja karyawan adalah pemberian kompensasi. Bagi suatu perusahaan, kompensasi merupakan salah satu bentuk motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.Kompensasi yang diterima karyawan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Salah satu cara untuk memotivasi anggota organisasi adalah dengan memberikan kompensasi, karena kompensasi merupakan sumber pendapatan dan penerimaan yang diperoleh karena pendidikan, ketrampilan dan juga menunjukkan kontribusi mereka dalam organisasi itu. Manusia semakin sadar bahwa dia bekerja memang untuk memenuhi kebutuhan yang bukan hanya berupa kompensasi finansial tapi juga yang berupa non finansial. Dengan terpuaskan kebutuhannya itu diharapkan produktivitas kerja akan meningkat dan begitu pula dengan kinerjanya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kompensasi merupakan salah satu aspek terpenting dari hubungan kemanusiaan. Tunjangan adalah setiap tambahan benefit yang ditawarkan pada pekerja atau karyawan. Misalnya pemakaian kendaraan perusahaan, makan siang gratis, bunga pinjaman rendah atau tanpa bunga, jasa kesehatan, bantuan liburan, dan skema pembelian saham. Pada tingkatan tinggi, seperti manajer senior, perusahaan biasanya lebih memilih memberikan tunjangan lebih besar dibanding menambah gaji, hal ini disebabkan tunjangan hanya dikenakan pajak rendah atau bahkan tidak dikenai pajak sama sekali. Tunjangan merupakan kompensasi tambahan yang bertujuan untuk mengikat karyawan agar tetap bekerja pada perusahaan. 80 Bonus merupakan sejumlah uang yang ditambahkan ke gaji karyawan, biasanya diperuntukkan bagi karyawan sebagai hadiah untuk karena mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Apabila pembayaran gaji pokok biasanya dilakukan setiap bulan, maka pembayaran bonus dilakukan secara bervariasi, tergantung pada kriteria-kriteria seperti : omset tahunan perusahaan, atau jumlah pelanggan yang diperoleh, atau nilai saham perusahaan saat ini. Dengan demikian pembayaran bonus dapat bertindak sebagai insentif bagi para pekerja agar termotivasi untuk mencari keuntungan bagi keberhasilan ekonomi perusahaan mereka. Gaji pokok menunjukkan hubungan pertukaran dasar dari kontrak, dan menggambarkan input yang anggota organisasi miliki (pendidikan, ketrampilan, dan lain-lain) yang diberikan oleh perusahaan atau organisasi pada setiap bulannya. Gaji pokok ini diberikan oleh perusahaan atau organisasi pada setiap bulannya. Gaji pokok ini diberikan tetap jumlahnya setiap bulannya tidak peduli apakah karyawan pada periode bulan tersebut tidak produktif, bekerja dengan kinerja yang rendah ataupun absen. Agar tujuan – tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal dituntut untuk mampu menjaga semangat kerja para pegawainya. Disamping itu, selalu mendorong mereka untuk bekerja dengan baik sehingga produktiviitas kerja masing-masing pegawai dapat meningkat. Karena pegawai merupakan asset yang sangat penting. Dalam hal ini gaji, pendidikan dan masa kerja memiliki peranan penting dalam memotivasi kerja pegawai. 81 Indikator yang paling dominan dalam variabel ini adalah gaji pokok sesuai dengan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Kepuasan kerja yang tinggi diharapkan membuat karyawan menjadi semakin setia kepada organisasi, semakin termotivasi dalam bekerja, merasa senang dalam bekerja, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Karyawan yang tidak puas cenderung menghindar dari tugas dan tanggungjawab, yang akan mengganggu proses pencapaian tujuan organisasi. Karyawan yang tidak puas seringkali menghindari pekerjaan dan lebih besar kemungkinan untuk mengundurkan diri. Karyawan yang puas memiliki kesehatan yang lebih baik, usia yang lebih panjang, dan kepuasan kerja tersebut akan dibawa ke luar dari organisasi. Ada semacam suatu keyakinan bagi sebagian manager, bahwa karyawan yang puas cenderung lebih produktif dibandingkan karyawan yang tidak puas. Meskipun hubungan kepuasan kerja dengan produktivitas masih menjadi kontroversi, kepuasan masih dianggap sebagai variabel penting yang perlu mendapatkan perhatian baik dari manager maupun peneliti. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhman dkk (2013), Nasution (2013), Dhermawan dkk (2012), Sari (2008) dan Kunartinah (2012) yang menyatakan bahwa Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja . 4.8.3 Pengaruh Motivasi terhadap kepuasan kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Karyawan memiliki kepuasan kerja yang tinggi jika karyawan memiliki motivasi yang tinggi, dengan asumsi bahwa seorang pimpinan akan dapat meningkatkan kepuasan kerjanya jika pihak perusahaan memotivasi karyawan nya dengan memberikan 82 penghargaan kepada karyawan, memberikan pengakuan yang lebih tinggi kepada karyawannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai Motivasi PT.PLN (Persero) APP Semarang , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,07 (interval 3,40 – 4,19). Indikator dalam penelitian ini yang paling dominan adalah Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dan potensi diri yang berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai. Kinerja yang baik memerlukan kemampuan intelektual dan fisik yang sesuai dengan pekerjaan seseorang. Seorang karyawan agar memiliki kinerja yang baik, maka diperlukan kemampuan pengetahuan tentang bidang tugasnya, seperti pengetahuan yang mendalam tentang materi pekerjaannya, teknik pelaksanaan pekerjaan, cara berkomunikasi dalam proses pelayanan, interaksi antar unitnya, dan lain sebagainya. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan untuk merekrut, memotivasi, dan mempertahankan orang-orang yang cakap atau berprestasi. Dapat disimpulkan bahwa pemberian penghargaan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas serta mempertahankan karyawan yang berprestasi supaya tetap berada dalam perusahaan. Kebutuhan akan kesehatan sangat diperlukan karyawan untuk meningkatkan motivasi kerja. Untuk kemampuan fisik, seperti tidak cacat fisik yang dapat menjadi penghalang/kendala dalam bertugas. Seseorang karyawan yang memiliki kemampuan kurang dari yang dipersyaratkan akan besar kemungkinannya untuk gagal. Jika 83 sebaliknya, yaitu memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang dipersyaratkan, maka akan menjadi tidak efisien di dalam organisasi dan bahkan dapat berakibat kurang puas kerja atau dapat pula menimbulkan stress/frustrasi, dan sebagainya. Karyawan yang bekerja di PT.PLN merasa aman karena adanya jaminan keselamatan yang diberikan perusahaan. Karyawan yang telah berusia lebih dari 56 tahun akan diberhentikan dari pekerjaannya dan mendapat dana pensiun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhermawan dkk (2012) dan Kaihatu (2010) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja . 4.8.2 Pengaruh Lingkungan kerja terhadap Kepuasan kerja Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan suasana pekerjaan yang baik sehingga memiliki tim kerja yang saling mendukung terhadap pekerjaan. Nur (2013) menyebutkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan.Lingkungan kerja merupakan kondisi dari segala sesuatu yang terdapat di sekitar tempat bekerja karyawan yang mampu memberikan pengaruh bagi dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepuasan akan lebih tinggi dan niat untuk meninggalkan akan lebih rendah bila lingkungan kerja melengkapi persyaratan kreativitas pekerjaan (Nitisemito, 2006:106). 84 Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner, secara keseluruhan karyawan PT.PLN (Persero) APP Semarang memiliki persepsi yang tinggi mengenai lingkungan kerja , tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,08 (interval 3,40 – 4,19). Indikator yang paling dominan adalah Suasana kerja dan kondisi ruang kerja. Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karuyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut. Faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuhtumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja. Kondisi lingkungan kerja non fisik merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja selain kompensasi, promosi jabatan serta karakteristik dari pekerjaan yang bersangkutan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Sardzoska dan Tang (2012), Annakis et al. 614 (2011) dan Paripurna (2013) menyatakan secara 85 signifikan dan positif kepuasan kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Pimpinan perusahaan dalam membebankan tugas dan tanggung jawab kepada karyawan hendaknya juga memperhatikan lingkungan kerja karyawan. Perusahaan dituntut harus mampu memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi karyawan dalam bekerja (Febriani dan Indrawati, 2013). Keamanan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan didalam perusahaan maupun dilapangan. Dengan kata lain keamanan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keamanan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhman dkk (2013), Nasution (2013), Sari (2008) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja . 86 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penjelasan dan uraian yang ada di bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Kompensasi karyawan berpengaruh terhadap kepuasan kerja di PT.PLN (Persero) APP Semarang. Semakin tinggi kompensasi yang diberikan karyawan diharapkan kepuasan kerja akan mengalami peningkatan. Indikator terkecil dari variabel ini adalah Kebijakan penentuan besarnya pemberian bonus. Pemberian bonus oleh perusahaan ditentukan dengan seberapa masa kerja karyawan di PT.PLN (Persero) APP 87 Semarang. Tingkat kompensasi yang diberikan akan menentukan skala kehidupan ekonomi karyawan, kompensasi relatif menunjukan status dan harga karyawan. Karyawan yang memandang apabila kompensasi belum memadai maka produktivitas, prestasi, dan kepuasannya akan turun. Kompensasi bisa dirancang secara benar untuk mencapai keberhasilan bersama sehingga karyawan merasa puas dengan jerih payah mereka dan termotivasi untuk mencapai tujuan dan sarana bersama manajemen. Kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat memberikan manfaat jangka panjang dan pendek perusahaan karena kompensasi berfungsi dan bertujuan untuk ikatan kerjasama perusahaan dengan karyawan, peningkatan kepuasan kerja, pengadaan yang efektif, memotivasi, menjaga stabilitas karyawan, menjaga kedisiplinan karyawan, penghindaran serikat buruh dan pengaruh intervensi pemerintah Lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja di PT.PLN (Persero) APP Semarang. Semakin baik lingkungan kerja maka diharapkan akan dapat meningkatlkan kepuasan kerja karyawan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, nyaman dan aman. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menyebabkan tidak efisiennya suatu rancangan system kerja yang mempengaruhi efektivitas organisasi secara langsung atau tidak langsung, yang meliputi kinerja dan produktivitas, absenteisme dan perputaran, serta keanggotaan organisasi. Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. 88 Lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawannya dapat meningkatkan kepuasan kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kepuasan kerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan. Motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja di PT.PLN (Persero) APP Semarang. Pemberian motivasi kerja eksternal dan internal yang makin baik dapat mendorong karyawan bekerja dengan makin produktif. Dengan produktivitas kerja yang tinggi, ongkos karyawan per unit produksi bahkan akan semakin rendah. Selain itu, pemberian kesempatan kepada setiap karyawan untuk berkembang, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berdasarkan kemampuan dan kompetensi individu merupakan bagian terpenting dari upaya pemberian pemenuhan kebutuhan bagi karyawan, terutama pada upaya memupuk motivasi kerja karyawan ke arah produktivitas yang lebih tinggi, sebab dengan adanya pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan harapan karyawan, terutama imbalan finansial berupa gaji dan bonus atas prestasi kerja mereka, maka memungkinkan karyawan berkonsentrasi penuh terhadap pekerjannya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Kompensasi merupakan varioabel dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hendaknya perusahaan perlu meningkatkan kompensasi gaji dan insentif seperti 89 promosi jabatan sebagai imbalan terhadap pekerjaan agar karyawan lebih terpacu ataupun terangsang untuk meningkatkan kinerja serta puas terhadap kebijakan yang diberikan perusahaan. Pihak manajemen dapat memberikan kompensasi berdasarkan tanggung jawab yang diemban oleh karyawan, dan disesuaikan dengan prestasi kerja yang ditunjukkan. Pemberian kompensasi bisa berupa promosi jabatan, karena di perusahaan BUMN untuk kompensasi finansial dan non finansial sudah ditetapkan oleh negara. Peningkatan semangat kerja karyawan dapat dilakukan dengan promosi jabatan agar karyawan lebih bersemangat dalam mengerjakan apa yang diberikan kepadanya 2. Variabel kedua yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja juga berperan penting dalam menciptakan kepuasan kerja karyawan, pimpinan perlu menciptakan suasana yang lebih kekeluargaan dan kondusif dalam lingkungan kerja sehingga kepuasan karyawan tetap terjaga di perusahaan dan dapat memberikan dorongan kepada karyawan agar bekerja secara lebih optimal 3. Variabel ketiga yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah motivasi. Pimpinan perlu meningkatkan motivasi kerja karyawan agar dapat lebih meningkatkan kinerjanya. Misalnya, dengan cara memotivasi untuk berprestasi dengan memberikan imbalan (di luar gaji) yang sesuai bila prestasi karyawan baik, sehingga karyawan akan merasa dihargai kerjanya.