KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

advertisement
KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber:
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
POKOK BAHASAN
1. Kondisi Saat Ini
2. Regulasi dan Kebijakan
3. Kegiatan Prioritas Tahun 2012
4.  Kesimpulan
2
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
DIREKTORAT JENDERAL
MINERAL DAN
BATUBARA
SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT
PEMBINAAN
PROGRAM
MINERAL DAN
BATUBARA
DIREKTORAT
PEMBINAAN
PENGUSAHAAN
BATUBARA
DIREKTORAT
PEMBINAAN
PENGUSAHAAN
MINERAL
3
DIREKTORAT
TEKNIK DAN
LINGKUNGAN
MINERAL DAN
BATUBARA
KONDISI SAAT INI TUGAS DAN FUNGSI
Tugas :
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang mineral dan batubara.
Fungsi :
v  perumusan kebijakan di bidang mineral dan batubara;
v  pelaksanaan kebijakan di bidang mineral dan batubara;
v  penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
mineral dan batubara;
v  pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mineral
dan batubara; dan
v  pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara.
KONDISI SAAT INI PERKEMBANGAN SEKTOR PERTAMBANGAN
1. 
Sumber daya mineral dan batubara Indonesia masih cukup besar. ü Sumber daya batubara 105,18 miliar ton (MT) dan cadangan sebesar 21.13MT ; ü Sumberdaya komodiD utama : nikel 2,05 MT, tembaga sebesar 82,5 juta ton, bauksit sebesar 614 juta ton, Dmah 2,06 juta ton dan emas 6,5 ribu ton. 2. 
Saat ini terdapat 13 KK (mineral), 49 PKP2B (batubara) yang sudah dalam tahap produksi dan IUP sebanyak 5.086 buah KP telah dirubah menjadi IUP (Status Maret 2011). 3. 
Terbitnya UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan arah baru terhadap kebijakan pertambangan mineral dan batubara ke-­‐depan, termasuk: pengaturan DMO, produksi minerba, nilai tambah produk pertambangan, good mining pracDce dll. 4. 
Sektor pertambangan memberikan kontrbusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi IndonesiA (Investasi, Penerimaan negara, tenaga Kerja, Comdev, nilai tambah, dll) 5
5
KONDISI SAAT INI PENERIMAAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA
Milyar Rp
80,000.00
70,000.00
60,000.00
50,000.00
40,000.00
30,000.00
20,000.00
10,000.00
-
-
-
2009
2010*)
2011
Penerimaan Pertambangan Umum
b. PNBP Pertambangan Umum
2012
a. Pajak Pertambangan Umum
PNBP Panas Bumi *
(Milyar Rp)
Realisasi
Rencana**)
2009
Penerimaan
Pertambangan Umum
a. Pajak Pertambangan
Umum
b. PNBP Pertambangan
Umum
PNBP Panas Bumi *
2010*)
2011
2012
51.138,90
66.738,00
66.000,12
70.400,00
36.087,90
48.038,00
49.500,00
52.507,67
15.051,00
18.700,00
16.500,12
17.892,33
425,07
-
-
*) PNBP Panas Bumi sejak tahun 2010 sudah tidak di Ditjen Mineral dan Batubara
**) Rencana sementara/ akan berubah setelah APBN-P
-
6
KONDISI SAAT INI INVESTASI SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA
Realisasi
Rencana
7
KONDISI SAAT INI PRODUKSI MINERAL
Realisasi
Mineral
Tembaga
Emas
Perak
Ni+Co in matte
Logam Timah
Bijih Nikel
Feronikel
Bauksit
Bijih Besi
Granit
Satuan
(ton)
(kg)
(kg)
(ton)
(ton)
(ton)
(mt)
(mt)
(mt)
(m3)
2009
999.259
128.844
327.794
68.228
54.801
6.099.673
12.550
5.424.113
5.172.443
1.730.370
Rencana
2010*)
878.376
104.536
278.780
77.185
49.496
7.522.759
18.688
15.595.048
3.865.385
2.343.133
2011
665.158
102.562
278.431
70.500
75.000
8.500.000
18.000
10.000.000
5.000.000
2.500.000
*) Update data 24 Februari 2011
Terjadi penurunan produksi disebabkan:
- Terjadi tanah longsor di tambang PT FI dan NNT
- Penggalian bahan tambang kadar tinggi (di daerah longsoran) tidak optimal, pemindahan
penggalian di daerah aman namun kadar berkurang
8
KONDISI SAAT INI PRODUKSI BATUBARA
Juta Ton
350
300
250
200
150
100
50
0
2008
2009
Produksi
2010
Domestik
2011
2012
Ekspor
(Juta Ton)
Produksi Domestik Ekspor 2008 2009 2010
240
250
275
54
49
67
163
191
208
Rencana 2011
2012
327
332
79
82
248
250
9
SAAT INI MINERBA SASARAN KONDISI STRATEGIS BIDANG TAHUN MINERBA
2011 TAHUN 2011
SASARAN STRATEGIS
Sumber
Penerimaan Negara
Penerimaan negara 2011 : Rp 16.5 triliun *)
Pembangunan Daerah
Perkiraan CD 2011: Rp 1.2 triliun
Neraca Perdagangan
Rencana produksi
batubara 2011 : 327 juta ton
Investasi
Rencana Investasi
2011: 3.372 juta USD
Energi &
Bahan Baku Domestik
Rencana DMO batubara
2011: 79 juta ton
Efek Berantai/
Ketenagakerjaan
Perkiraan tenaga kerja
2011: 145.910 orang
Pembangunan
Nasional
*) Hanya untuk komoditi strategis tertentu
10
KONDISI SAAT INI TANTANGAN DAN PERMASALAHAN
1)  Ketidakpastian hukum di bidang pertambangan dan tumpang tindih
kebijakan lintas sektoral;
2)  Masih belum sinkronnya beberapa legislasi lintas sektor (pertambangan,
kehutanan, lingkungan, pertanahan, peraturan daerah dan tata ruang) dan/
atau antara pusat dan daerah;
3)  Belum adanya legislasi peningkatan nilai tambah melalui kegiatan
pengolahan dan pemurnian;
4)  Masih lambatnya proses rekomendasi dari Pemerintah Daerah;
5)  Investasi terhambat akibat kepastian hukum yang belum sepenuhnya
kondusif
6)  Terbatasnya sarana prasarana (infrastruktur) yang dimiliki oleh pemerintah
daerah dalam pengelolaan pertambangan (khususnya pembangunan rel
kereta api angkutan batubara)
7)  Masih adanya tumpang tindih lahan
8)  Belum optimalnya sumber daya manusia dan kapasitas kelembagaan
11
KONDISI SAAT INI UPAYA PENYELESAIAN
1)  Koordinasi dan sinkronisasi peraturan-peraturan terkait sektor
pertambangan antar Kementerian dan/atau antara Pusat dan Daerah
2)  Penyempurnaan peraturan perundang-undangan dan melengkapi peraturan
pelaksananya untuk mewujudkan kepastian hukum
3)  Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan
pendidikan informal seperti diklat, in House Training, seminar, workshop,
dll.
4)  Meningkatkan investasi melalui :
v  Promosi pengusahaan pengolahan dan pemurnian, dll
v  Pelayanan informasi pengusahaan mineral terpadu (pusat dan daerah)
v  Mendorong tumbuhnya usaha jasa pertambangan
v  Inventarisasi investasi IUP dan usaha jasa
5)  Memberikan insentif fiskal untuk menarik investasi khususnya investasi
dalam bidang infrastruktur (jalan, pelabuhan, rel kerta api, dll) dan fasilitas
pengolahan dan pemurnian
12
REGULASI LANDASAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
v ng
UUD 1945
Pasal 33 ayat 3
UU No.4/2009
tentang
Pertambangan
Mineral dan
Batubara
Regulasi
Pendukung
(PP, Permen,
Kepmen,dll)
Tujuan : Memanfaatkan Sumber daya Alam ,khususnya
mineral dan batubara untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang sebesar-besarnya
REGULASI PERATURAN PEMERINTAH
22 pasal pada UU No. 4/2009 mengamanatkan diatur lebih lanjut dengan
PP, yang selanjutnya dikelompokan menjadi PP.
3 PP yang sudah diterbitkan adalah sebagai berikut:
1.  PP 22/2010 tentang Wilayah Pertambangan (pelaksanaan dari Pasal 12, Pasal
19, Pasal 25, Pasal 33, dan Pasal 89);
2.  PP 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (pelaksanaan dari : Pasal 5 ayat (5), Pasal 34 ayat (3), Pasal 49,
Pasal 63, Pasal 65 ayat (2), Pasal 76 ayat (3), Pasal 84, Pasal 86 ayat (2),
Pasal 103 ayat (3), Pasal 109, Pasal 111 ayat (2), Pasal 112, Pasal 116 dan
Pasal 156);
3.  PP 55/2010 tentang Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara pelaksanaan dari Pasal 144
4.  PP 78/2010 tentang reklamasi dan Pasca Tambang pelaksanaan dari Pasal 101
KEBIJAKAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
PENGEMBANGAN
(IPTEK/SDM)
Sub Sektor Pertambangan (Industri Primer)
Sub Sektor Perindustrian
(Industri sekunder)
KONSERVASI
•  Pencadangan
Minerba
•  Optimalisasi
penambangan,
pengolahan dan/
atau pemurnian
PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN
INVENTARISASI
Potensi kekayaan
Minerba
Data hasil eksplorasi dan
produksi
Pengaturan
dan
Perencanaan
Pertambangan
PENDAYAGUNAAN
•  Nilai tambah
mineral nasional
•  Manfaat lokal
•  Lingkungan
•  Kepentingan
industri nasional
•  Devisa negara
PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN
Eksplorasi,
eksploitasi,
pengolahan dan/
atau pemurnian
USAHA
INDUSTRI
STRATEGIS
(LISTRIK,
FABRIKASI,
MANUFAKTUR,
dll)
ARAH KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA Kondisi yang Diharapkan
Kondisi saat ini
1.  Sumber daya dan cadangan
tersebar dan jumlahnya terbatas
2.  Kebutuhan domestik meningkat
3.  Pengolahan dan Pemurnian
terbatas
4.  Infrastruktur terbatas
5.  Keahlian SDM masih terbatas
6.  Kemampuan teknologi terbatas
2011
1.  Tercapainya
pelaksanaan good
mining practice
2.  Tercapainya
peningkatan
produksi, penjualan
investasi dan
penerimaan negara
3.  Mendorong
pengolahan mineral
1.  Kaitan industri hulu dan hillir
mineral nasional yang terjalin
dengan kokoh
2.  Industri nilai tambah produk
pertambangan nasional
berkontribusi pada
perekonomian nasional
3.  Kemampuan teknologi industri
nilai tambah sudah kuat dan
kokoh
4.  Kemampuan SDM sudah
berkembang dan menguasai
teknologi.
2011-2015
2015-2025
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
KEBIJAKAN: 1. 
Melaksanakan prioritas pemenuhan mineral dan batubara untuk kebutuhan
dalam negeri
2. 
Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan
(regulasi pendukung UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll)
3. 
Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan
4. 
Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara
Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l.
pengolahan, pemurnian, local content, local expenditure, tenaga kerja dan CSR)
UU No.4/2009
dan Peraturan
Pendukungnya
KEBIJAKAN DMO MINERAL DAN BATUBARA 1. 
UU Nomor. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
mengamanatkan dalam Pasal 5 ayat (1) , bahwa : “Untuk kepentingan
nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia dapat menetapkan kebijakan pengutamaan
mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri”.
2. 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 Pasal 84 ayat (1) : “Pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi harus mengutamakan
kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.”
3. 
Peraturan Menteri Nomor. 34 Tahun 2009 Tentang Pengutamaan
Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam
Negeri.
4. 
Keputusan Menteri Nomor. 1604.K/30/MEM/2010 Tentang Penetapan
Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan
Dalam Negeri tahun 2010
Keputusan Menteri ESDM No. 2360 K/30/MEM/2010 : Perkiraan kebutuhan
batubara untuk kepentingan dalam negeri (end user domestic) oleh pemakai
batubara Tahun 2011
5. 
17
KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENYELESAIAN REGULASI PENDUKUNG
§  Telah diselesaikan 4 PP ( PP 22/2010 tentang Wilayah
Pertambangan, PP 23/2010 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara dan PP No.55/2010 Tentang Pembinaan
Pengawasan, PP No.78/2010 Tentang Reklamasi dan Penutupan
Tambang )
§  Telah diterbitkannya 3 (tiga) Permen ESDM dan 5 (lima) Kepmen
ESDM
§  Saat ini 20 Permen masih dalam proses penyelesaian (Peningkatan
nilai tambah, Tatacara Penetapan WUP, WIUP, dll)
KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENINGKATAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
§  Sebanyak 5.086 buah KP telah dirubah menjadi IUP (Status Maret 2011). §  Pelaksanaan peningkatan pengawasan dan pembinaan
ü  Inspeksi terpadu Pemerintah Pusat dan Daerah
ü  Pengawasan pelaksanan DMO minerba seluruh wilayah
ü  Penyiapan inspektur tambang
§  Kerjasama dengan Tim OPN BPKP untuk melakukan audit terhadap
perusahaan tambang di daerah.
KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN
MENDORONG PENINGKATAN INVESTASI DAN PENERIMAAN NEGARA
§  Pelayanan informasi pengusahaan mineral dan
batubara terpadu (pusat dan daerah)
§  Inventarisasi data potensi pengembangan hilir
§  Peningkatan promosi investasi pertambangan mineral
§  Mendorong pemberian insentif untuk industri pengolahan
dan pemurnian mineral
§  Fasilitasi penanganan permasalahan investasi (desk
crisis)
§  Pengembangan infrastruktur untuk industri
pertambangan
§  Fasilitasi pengembangan infrastruktur pertambangan
§  Mendorong tumbuhnya usaha jasa pertambangan
KEBIJAKAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH
PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM Bauksit, Pasir besi,
Bijih besi, Nikel,
Tembaga, Timah
MINERAL NON-­‐LOGAM Zirkon, Felspar,
Batu Gamping,
Bentonit, Kaolin
BATUAN Batu Mulia,Granit,
Marmer, Andesit
BATUBARA
Bahan Baku Industri Bahan Bangunan § Optimalisasi
nilai
tambang
§ Penyediaan
bahan baku
industri
§ Penyerapan
tenaga kerja
§ Peningkatan
penerimaan
negara
KETAHANAN ENERGI Pemilahan Tergantung Kepada Kebutuhan dan
Kebijakan Pembangunan Nasional
21
KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2012
NO
KEGIATAN
1.
Peningkatan pengawasan kegiatan pertambangan
2.
Penerapan Good Mining Practice
3.
Pengawasan kebijakan DMO mineral dan batubara
4.
‒  Menyelesaikan regulasi terkait subsektor mineral dan batubara (Permen
dan Kepmen)
‒  Harmonisasi regulasi bidang pertambangan mineral dan batubara dengan
sektor lain
5.
Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sub sektor mineral
dan batubara
6.
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah tambang
22
PENUTUP
1. 
Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan diharapkan akan memajukan dan
mengembangkan sub sektor pertambangan mineral dan batubara
Indonesia yang akan semakin meningkatkan kontribusi terhadap
pembangunan nasional.
2. 
Prinsip dari kebijakan tersebut akan mengutamakan kepentingan
nasional dan prinsip berkelanjutan (sustainable).
3. 
Kebijakan Pengusahaan Mineral dan Batubara dikelola berdasar asas
manfaat, keadilan, keseimbangan dan bersifat strategis sehingga dapat
menguntungkan bagi para investor dan tentu saja mendatangkan
manfaat bagi negara.
23
Terima Kasih
www.djmbp.esdm.go.id
Download