BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam era reformasi termasuk reformasi pendidikan, namun sekian tahun era reformasi berjalan, nampaknya belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di antara penyebabnya adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hasil penelitian United Nation development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat pembangunan SDM di negara-negara berkembang, Indonesia menempati urutan ke-102 dari 107 negara yang diteiiti (Soejadi, 1996:175). Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mendesak yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dalam rangka memasuki era pasar bebas dan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia tersebut sebab di bidang pendidikan ini, Indonesia telah memperoleh berbagai sukses besar disamping menghadapi berbagai masalah. Sukses besar itu diantaranya (1) dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya pada tahun 1969, telah mencapai pendidikan universal 6 tahun, dan sejak tahun 1995 telah dicanangkan pendidikan universal 9 tahun, dan (2) lahimya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua tonggak dasar sektor pembangunan pendidikan nasional itu baru merupakan dasar bagi pembangunan pada tingkat yang lebih tinggi yaitu kualitas pendidikan dan manajemen sektor pendidikan sebagai bagian dari manajemen pembangunan nasional. Pidarta (1988:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan pendidikan bukan pada aspek keuangan tetapi pada aspek manajemen. Dalam pendidikan manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber- sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu upaya memperbaiki mutu pendidikan hams dimulai dari manajemen pendidikan. Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya penataan manajemen pendidikan mulai dari pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana dan perubahan sistem lainnya. Walaupun demikian hams diakui bahwa manajemen pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain bahkan dari negara tetangga sekalipun seperti Malaysia atau Singapura, selain itu dalam tatanan makro kebijakan pemerintah dalam menetapkan Alokasi Anggaran untuk sektor pendidikan masih jauh dari memadai dan kurikulum nasional yang masih mencari format yang ideal disesuaikan dengan tantangan-tantangan kedaerahan merupakan tantangan yang maha berat bagi insan pendidikan. Dalam ruang lingkup mikro, permasalahan pendidikan masih berpusat di sekitar pertanyaan : Bagaimana supaya proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien ? bagaimana agar kualitas tingkah laku anak terns meningkat sejalan dengan meningkatnya kualitas kognitif ? metode apa yang hams diaplikasikan dalam rangka menghentikan perkelahian antar pelajar yang lagi marak sekarang ini ? dengan cara apa agar siswa terampil, kritis dan penuh inisiatif ? metode apa yang paling tepat untuk mengukur kemajuan belajar ?dan bagaimana cara meningkatkan kualitas gum ? Diantara sekian banyak permasalahan pendidikan yang teridentifikasikan tersebut, masalah manajemen pendidikan mempakan permasalahan yang hams diprioritaskan sebab hal ini berkaitan dengan bagaimana mengelola pendidikan dari aspek pemerataan, relevansi, produktivitas, efektivitas dan efesiensi serta mutu pendidikan itu sendiri. 1. Masalah pemerataan pendidikan berhubungan dengan hak setiap warga Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan adil dalam setiap jenjang, 2. Relevansi pendidikan berkaitan erat dengan program-program pendidikan yang disajikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam masyarakat, oleh karena itu iklim dunia kerja dan industri mempakan suatu keharusan dalam memenuhinya. Kebutuhan masyarakat disini bukan bukan hanya IPTEK dan keterampilan melainkan kebutuhan moral, etika dan agama. Dengan demikian relevansi pendidikan akan berjalan dengan baik tergantung pada gum yang profesional. 3. Produktivitas berhubungan dengan ilmu, sistem, nilai dan pendidikan situasional manajemen dalam prosesnya untuk menentukan visi dan misi pendidikan. 4. Masalah Efektivitas dan Efesiensi, dalam hal ini efektivitas menyangkut seberapa jauh target atau tujuan pendidikan yang telah dan akan dicapai sementara efesiensi menyangkut perbandingan antara output dengan input pendidikan. 5. Mutu pendidikan berkaitan dengan peningkatan kualitas, dan dari berbagai unsur penyelenggaraan pendidikan dapat diketahui bahwa kesulitan dalam peningkatan kualitas pendidikan disebabkan oleh sarana terbatas, dana pendidikan yang minim dan penghargaan kepada profesi gum yang sangat rendah. Dalam kaitan dengan ini, pendidikan yang berkuahtas bukan hanya pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik tapi mencakup kepada seluruh spektrum intelegensi manusia yaitu emosional, spatsial, interpersonal dan intra-personal. Dan kunci utama didalam peningkatan kualitas pendidikan tersebutadalahmutu padagurunya. Dari sekian banyak permasalahan di atas, pada dasarnya keberhasilan pendidikan atau tinggi rendahnya pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh kinerja para pelaku pendidikan khususnya para gum dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mengelola pendidikan dan pengajaran yang dibebankan kepadanya. Kinerja gum mempakan faktor yang paling menarik minat untuk diteliti karena tiga alasan. Pertama, gum yang belakangan mendapat sorotan dunia pers karena tuntutan mereka akan kenaikan gaji dan tunjangan sebagai ujung tombak bagi keberhasilan proses belajar mengajar, tanpa gum berkuahtas dan rela berkorban, mustahil suatu proses belajar mengajar dapat menghasilkan peserta didik yang berkuahtas. Kedua, gum tidak hanya berperan didalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya tapi memberikan tauladan sikap, ucapan dan perilaku sebab anak didik SD, SLTP atau SMU sering melakukan imitasi dan sangat membutuhkan figur dalam mengaplikasikan ilmunya. Ketiga, kualitas kinerja gum bukanlah sesuatu yang final dan tidak dapat diperbaiki karena sebagai manusia, gum selalu tumbuh dan berubah, oleh sebab itu gum dapat memperbaiki atau diperbaiki kinerjanya sesuai dengan harapannya sendiri atau institusi. Asumsi tersebut tentunya dapat memberikan harapan dan optimisme bam kepada siapapun yang menaruh perhatian serius kepada dunia pendidikan temtama peningkatan kualitas kinerja gum, baik dalam hal penguasaan materi, metode mengajar, kemampuan komunikasi atau kemampuan teknis lainnya sehingga proses belajar mengajarmenjadi berkuahtasdan memuaskan. Dalam proses pendidikan sekolah, gum mempakan salah satu komponen yang penting. Posisi dan peran gum daiam pendidikan sekolah mempakan ujung tombak bahkan menentukan kurikulum operasional dan eksperensial karena gum mengorganisir pesan pengajaran bagi siswanya. Sebagaimana disebutkan M.Uzer Ussman (2002 : 7) " Tugas gum sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa." Berdasarkan pada pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuan dan dengan kecakapan keguruannya (didaktis-metodis) maka guru dapat mengolah dan mengatur kembali isi kurikulum formal menjadi program atau satuan pelajaran yang merangsang belajar siswa sementara dalam kondisi negatif, jika mutu pribadi, keilmuan dan kecakapan keguruan dari seorang gum itu jelek, pasti akan merusak minimal menghambat proses dan hasil belajar siswa. Fajar (Kompas, 5 Februari 2001) menyebutkan bahwa bangsa ini memiliki banyak tenaga pendidik tetapi kurang guru, gum bukan pegawai, bukan pula buruh tapi gum menyandang suatu beban psikologis paedagogik. Jabatan gum mempakan jabatan fungsional, gum hams memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menjalankan profesi keguruannya (kompetensi profesional). Dengan kompetensi'profesional yang dimiliki oleh gum dan didukung oleh iklim organisasi yang kondusip, diharapkan gum mampu melaksanakan tugasnya dengan baiksehingga menghasilkan kinerja yang baikpula Menurut Davis (1971:71) peranan dantugas gumdapat diidentifikasi dalam dua bagian pokok yaitu (a) sebagai pengelola dan (b) sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran di kelas. Gum sebagai pengelola harus memiliki kemampuan manajerial yaitu menguasai perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian, begitu pulagumharus mampu memanfaatkan segala sumber daya pendidikan yang adadalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Adapun gum sebagai pelaksana harus memiliki kemampuan teknis yang terkait dengan bagaimana menggunakan segala sumber daya pendidikan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, dalam hal ini gum haras mampu mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik melalui berbagai strategi dan metode sekaligus menjadi sumberbelajarbagi siswa. Berkaitan dengan kompetensi profesional gum di atas maka gum akan makin meningkatkan kemampuannya bila didukung oleh komponen sekolah atau sistem pendidikan yang lengkap, berkaitan dengan komponen sekolah seperti guru, siswa, pimpinan, sarana prasarana, pembagian tugas, peraturan-peraturan. Sebagai mana diungkapkan oleh Engkoswara (2001: 30) " Rambu-rambu sistem pendidikan yang produktif minimal meliputi filsafot atau tujuan pendidikan, peserta didik, kurikulum dan teknologi pendidikan, tenaga kependidikan , organisasi dan kepemimpinan pendidikan, dan proiritas pendidikan." Komponen atau sistem pendidikan akan bisa dijalankan apabila disertai dengan organisasi pendidikan yang jelas. Secara umum organisasi adalah kumpulan orangorang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kesimpulan ini didukung oleh Fremont E Kast dan J.E. Rosenzweig (1995:3) " Organisasi berarti menstruktur dan memadukan (integrating) kegiatan , yaitu kegiatan orang-orang yang bekerja bersama dalam hubungan yang saling bergantung." Siagian dalam Indrawijaya (1999:3) mendefinisikan "organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang sekelompok yang disebut bawahan." /A ,1 *g \\ g Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari organisasi k \ „ mewujudkan tujuan organisasi dengan tepat waktu, tepat kualitas dan^tepat^fet^a adalam manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (1993:1) " adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu." Dengan demikian organisasi dan manajemen, adalah dua hal yang sangat penting bagi pencapaian suatu tujuan. Dengan demikian organisasi sekolah dalam mencapai tujuannya harus didukung oleh manajemen yang berkuahtas. Salah satu komponen yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah dalam mewujudkan prestasi kerja (kinerja) adalah tenaga kependidikan dan iklim organisasi tempat mereka bekerja. Tenaga kependidikan maksudnya kompetensi profesional gum , sedangkan iklim organisasi disini maksudnya lingkungan manusia yang terdiri dari para pegawai organisasi dalam melakukan pekerjaan mereka. Lingkungan manusia yang dimaksud adalah berkaitan dengan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan dan pengendalian, lingkungan manusia yang kondusip disini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi profesional gum yang pada ahirnyaakan meningkatkan kinerja gum di sekolah. Dari uraian di atas jelas bahwa studi tentang pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim orgamsasi terhadap kinerja gum itu perlu dilakukan. Pentingnya studi ini dilakukan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama karena SLTP sebagai jenjang pendidikan menengah mempakan sarana pendidikan yang menindaklanjuti dari Sekolah Dasar sekaligus sebagai bahan persiapan bagi siswa untuk tetap meneruskan ke tingkat Sekolah Menengah Umum, dan seorang gum harus mampu memberikan motivasi dan harapan-harapannya untuk kehidupan masa depan anak didiknya karena itu diperlukan dukungan iklim orgamsasi dalam hal kepemimpinan, motivasi serta pengendalian. Semua itu dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam mengontrol kemampuan gum sebagai orang yang paling berperan dalam menggali potensi anak didik di sekolah. Rahim (Kompas, 5 februari 2001) menyebutkan bahwa mutu pendidikan di tanah airmasih sangat rendah sehingga banyak lulusannya yang kalah bersaing dengan lulusan dari negara lain, rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan karena kurangnya gum berkuahtas dan kualifikasi gum rendah. Studi yang dilakukan akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas gum di sekolah menengah pertama. Berdasarkan asumsi itu , permasalahan-permasalahan kinerja gum yang terjadi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt mengindikasikan bahwa sekolah tersebut cukup banyak peminatnya dan setiap penerimaan siswa bam bisa mencapai sekitar 700 sampai 800 siswa dan yang diterima hanya sekitar 360 siswa. Masyarakat menginginkan sekolah itu berkuahtas sehingga anak-anaknya tidak perlu sekolah ke tempat jauh, oleh karena itu sekolah tersebut perlu mempersiapkan siswanya untuk menjadi generasi yang berkuahtas secara intelektual dan menjadi suri tauladan secara moral bagi masyarakat sekitar. SLTP Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut sebagai suatu lembaga pendidikan yang asal mulanya sama-sama mempakan filial ^nwwfw* SLTP Negeri 1gamt Kota dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayaVLs8@i^^ / tarat yang sangat memuaskan namun dalam operasionalnya sekoRm^tecsebaf^ mempunyai permasalahan yang sangat mendesak untuk diselesaikan khususnya masalah kinerja gum yang hams segera diperbaiki baik yang berhubungan dengan gum atau dengan prestasi siswa. Baik yang berkaitan langsung dengan kinerja gum seperti ada sebagian gum yang kurang memahami kompetensi gum atau yang tidak langsung berkaitan dengan gum antara lain belum memuaskannya kualitas disiplin dan prestasi siswa. Jika permasalahan-permasalahan ini dibiarkan begitu saja, akan sangat mengganggu kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar yang mempakan ujung tombak atau tolak ukur dari keberhasilan dari suatu proses pendidikan. Jadi, dengan demikian diperlukan usaha serius dan segera untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi akar dari semua permasalahan kinerja gum tersebut. B. Identifikasi Masalah Faktor-faktor yang menimbulkan atau yang menyebabkan kinerja gummenjadi masalah. Faktor penyebabnya antaralain : status sosial ekonomi guru, motivasi kerja, pendidikan guru, iklim organisasi , masa kerja gum , kompetensi profesional gum (kemampuan profesional). Status sosial ekonomi gum mempakan salah satu penyebab kinerja gum menurun. Kita ketahui bersama bahwa gaji gum yang diterima saat ini masih kurang untuk menutupi kebutuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Seorang gum harus 11 mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam satu bulan dengan cara misalnya mengajar dibeberapa sekolah atau usaha lain diluar mengajar . Dengan terlalu banyaknya mengajar atau usaha lain diluar sekolah sudah barang tentu tidak memikirkan prestasi kerjanya (kinerja) atau sangat sedikit waktunya untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas mengajar serta konsentrasi terhadapprosesbelajarmengajar akan berkurang. Motivasi kerja yang rendah dari sebagian besar gum penyebab menuranya prestasi kerjaguru. Sangat sedikit gum yang mempuyai motivasi kerja tinggi di suatu sekolah, yang terjadi gum yang mempunyai motivasi kerja tinggi adalah gum yang memperoleh tugas tambahan seperti menjadi pembantu kepala sekolah (PKS). Gum yang tidak ada tugas tambahan sebagian besar mengerjakan tugasnya seadanya, asal jadi dalam arti tidak memikirkan suatupekerjaan yang berkuahtas. Tingkat pendidikan gum berpengaruh terhadap kinerja . Gum yang berpendidikan tinggi memiliki pengetauan dan wawasan yang lebih luas ketimbang gum yang berpendidikan lebih rendah. Karena orang yang berpendidikan lebihtinggi lebih banyak akalnya sebagai konsekwensi berwawasan luas, dengan demikian kinerjanya cenderung lebih tinggi. Kenyataan dipalangan masih banyak gum yang mengajar di tingkat SLTP tamatan D-l atau D-2 yang seharusnya S-l. Suasana lingkungantempat para gum melakukan pekerjaan ( iklim organisasi) juga sangat menentukan terhadap kinerja gum. Iklim organisasi sekolah ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, gum selalu dilibatkan dalam suatu proses pengambilan keputusan, atau serasinya komunikasi antara gum dan 12 kepala sekolah atau antara gum dengan sesama guru. Kenyataan yang terjadi dewasa ini masihbanyak kepala sekolah yang otoriter, gum tidak banyak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan , kurang keterbukaan antara kepala sekolah dengan gum yang pada akhirnyagum tidak mengerjakan tugasnya dengan berprestasi. Masa kerja atau pengalaman mengajar seorang gum turut menentukan timbulnya masalah kinerja guru.. Gum yang mempunyai pengalaman mengajar yang lama relatifjarang melakukan kesalahn yang sama, maka kinerjanya diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurang pengalaman. Dewasa ini yang terjadi karena setiap sekolah hampir kekurangan gum, maka diangkat gum bam baik sebagai PNS, atau gum kontrak. Hal itu menimbulkan menurunnya kinerja karena kurang berpenglaman itu. Kemampuan gum atau kemampuan profesional gum yang rendah dalam melaksanakan tugasnya menimbulkan masalah kinerja gum. Banyak gum yang tidak menguasai bahan pelajaran artinya sebagian besar gum tidak menguasai bahan yang akan diajarkan sehingga anak hanya disuruh mencatat atau mengerjakan LKS. Gum tidak mengusai landasan kependidikan, tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugas gum sebagi pendidik dan pengajar. Banyak gum-gum adalam mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan diajarkan atau tidak membuat administrasi gum. Dengan gum yang tidak mempunyi kompetensi profesional tadi , maka siswa tidak tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau banyak ditemukan siswa malas, tidak masuk kelas, atau bolos. 13 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, sebenarnya masih banyak faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja gum . Dengan keterbatasan waktu dan ruang serta kemampuan dan tidak mungkin semua faktor yang berpengaruh terhadap kinerja gum diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti hanya memilih faktor-faktor yang dianggap mempunyai kontribusi yang sangat signifikan saja. Faaktor- faktor yang diteliti sebagai penyebab timbulnya masalah kinerja gum diatas yaitu kompetensi profesional gum dan iklim organisasi. Selain itu peneliti juga mempeitimbangkan sejauhmana faktor-faktor tersebut mungkin dan realistis untuk dioperasionalisasikan dalam program perbaikan kinerja gum yang akan direkomendasikan oleh peneliti kepada kepala sekolah SLTP Negeri 1 Samarang dan kepala sekolah SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt. Asumsi penulis rendahnya kinerja gum SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong sangat dipengaruhi dengan masalah kompetensi profesional gum dan iklim organisasi. Hal ini ditunjukan bahwa kinerja gum di Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt belum optimal dan indikator utamanya adalah banyak gum yang kurang memiliki kompetensi profesional dan iklim organisasi yang masih belum sempurna. Kurangnya kompetensi profesional guru terlihat dari masih banyak gum yang tidak membuat rencana pembelajaran, kurang efektif dan efesien dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta tidak melaksanakan penilaian sebagaimana mestinya, sedangkan iklim organisasi yang 14 ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah - motivasi kerja gum - komunikasi dan pengendalian masih belum ditangani dengan serius. D. Rumusan Masalah Berdasarkan observasi dan intervie di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt , maka pernyataan masalahnya bahwa kompetensi profesional gum, dan iklim organisasi tempat mereka bekerja mempakan faktor penyebab utama rendahnya kinerjagum. Oleh karena itu , pertanyaan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah : "Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim organisasi terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut". Masalah utama tersebut kemudian diturunkan menjadi sub-sub masalah berikut : 1. Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional gum terhadap kinerja gum di SLTPNegeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt ? 2. Seberapa besar pengaruh iklim orgamsasi terhadap kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt ? 15 3. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt ? Dari rumusan masalah tersebut mendorong penulis yang sedang mendalami ilmu Administrasi Pendidikan ( Manajemen Perencanaan Pendidikan ) tertarik untuk mengadakan penelitian Tesis yang berjudul " Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Iklim organisasi terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Samarang dan Sekolah Lanjutan tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bayongbong di Kabupaten Garut". E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kompetensi profesional gum , iklim organisasi dan kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt Selain itu untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. menjadi bahan informasi atau masukan yang akurat bagi Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini khususnya kantor dinas pendidikan tingkat Kabupaten Gamt serta para pengelola lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 16 2. Menjadi bahan informasi yang penting bagi kepala sekolah SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong kabupaten Gamt dalam upaya meningkatkan kinerja gum dalam mengelola pendidikan dan pengajaran sekolah yang dipimpinnya. 3. Menjadi bahan masukan bagi para gum dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional sehingga kinerjanyapun menjadi baik. 4. Menjadi bahan renungan bagi para stakeholders pendidikan agar mampu menciptakan iklim organisasi sekolah yang menuju kepada peningkatan kualitas. 5. Menjadi bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Administrasi Pendidikan. 6. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja yang berminat terhadap masalah kinerja gum. F. Deflnisi Operasional Variabel Secara rinci variabel-variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kompetensi Profesional Gum (XI) adalah kemampuan dan kewenangan gum dalam menjalankan profesi keguruannya, yang diperoleh berdasarkan skor angket persepsi terhadap kompetensi profesional . Semakin tinggi skor seseorang maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya Kompetensi Profesional Guru. Angket Kompetensi Profesional Gum disusun berdasarkan indikator sebagai berikut: 17 a. Dimensi menguasai bahan, indikatomya kegiatan dalam menguasai materi pelajaran b. Dimensi mengelola program belajar mengajar, indikatomya menggunakan media / metode pembelajaran c. Dimensi mengelola kelas, indikatomya menggunakan kelas sebagai tempat KBM danmemanfaatkan waktu belajar seefektifdan seepisien mungkin d. Dimensi menggunakan media / sumber, indikatomya menggunakan media / sumber dalam kegiatan pembelajaran e. Dimensi menguasai landasan-landasan kependidikan, indikatomya mendalami landasan kependidikan dan mempelajari GBPP f. Dimensi mengelola interaksi belajar mengajar, indikatomya menggunakan metode pembelajaran dengan tepat pada proses belajar mengajar g. Dimensi menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran, indikatomya membuat alat evaluasi, memberikan laporan kemajuan siswa dalam laport h. Dimensi mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta penyuluhan, indikatomya menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling i. Dimensi memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian, indikatomya membuat administrasi gum dalam kegiatan belajar-mengajar 18 j. Dimensi memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan, indikatomya hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dijadikan landasan strategi belajar-mengajar berikutnya .w^ 2.1klim Organisasi (X2), adalah kualitas serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dinilai langsung atau tidak langsung oleh guru, yang diperoleh berdasarkan skor angket persepsi terhadap iklim organisasi yang disusun oleh penulis berdasarkan teori dari Rensis Likert. Semakin tinggi skor seseorang pada angket ini, maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya terhadap lingkungan organisasi. Angket Iklim Organisasi disusun berdasarkan dimensi dan indikator berikut: a. Dimensi Motivasi. Indikatomya adalah motivasi langsung seperti dukungan pimpinan, dan dukungan gum-gum lainnya, dan motivasi tidak langsung seperti kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana. b. Dimensi Pengendalian. Indikatomya adalah pengendalian langsung seperti pengawasan, laporan lisan dan tulisan, dan pengawasan tidak langsung seperti penilaian prestasi dan rapat-rapat. c. Dimensi Komunikasi. Indikatomya adalah komunikasi vertikal (komunikasi gum dan pimpinan) dan komunikasi horizontal (komunikasi antar gum) d. Dimensi Kepemimpinan. Indikatomya adalah otoriter, demokratis, permisif 19 e. Dimensi Pengambilan Keputusan. Indikatomya adalah proses pengambilan keputusan dan sifat keputusan yang diambil f. Dimensi Penetapan Tujuan. Indikatomya adalah proses penetapan tujuan dan sifat tujuan yang ditetapkan g. Dimensi Interaksi. Indikatomya adalah penilaian menyeluruh terhadap keadaan organisasi 3. Kinerja gum (Y), adalah kualitas hasil kerja guru yang diperoleh berdasarkan skor angket self-report mengenai kinerja, dan data skor angket dari siswa serta data sekunder mengenai kehadiran. Semakin tinggi skor seseorang pada angket dan kehadiran, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja orang tersebut. Angket Kinerja guru disusun berdasarkan dimensi dan indikator berikut: a. Dimensi kualitas hasil kerja. Indikatomya adalah kepuasan, pemahaman, dan prestasi siswa b. Dimensi kemampuan. Indikatomya adalah penguasan materi dan penguasaan metode pengajaran c. Dimensi inisiatif. Indikatomya adalah pikiran untuk berbuat lebih baik dan tindakan untuk mewujudkan pikiran-pikiran kualitas belajar mengajar. d. Dimensi komunikasi. Indikatomya adalah kualitas penyampaian materi dan penguasaan suasana kelas e. Dimensi ketepatan waktu. Indikatomya adalah kedatangan dan kepulangan 20 G. Kerangka Pemikiran Adanya beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia khususnya pada sektor pendidikan. Kebijakan itu antara lain desentralisasi pendidikan yang melahirkan otonomi pendidikan . Operasional pada tingkat sekolah sebagai akibat dari kebijakan itu salah satu contohnya munculah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah sebagian tantangan spesifik yang mendesak untuk direspon sebagai tantanagan masa depan. Langkah-langkah antisipatif untuk merespon tantangan masa depan, dimana sebagian sekolah-sekolah yang ada di negara kita sebenamya masih memiliki kekurangan-kekurangan yang prinsipil. Langkah-langkah kearah peningkatan mutu atau prestasi yang maksimal sebagai antisipatiftersebut menjadi sangat penting. Reformasi pendidikan ,mungkin kata yang paling tepat untuk menunjuk proses antisifasi tantangan masa depan tersebut, mencakup banyak hal , dari faktor-faktor yang bersifat makro sampai faktor-faktor yang bersifat mikro. Faktor-faktor yang bersifat makro misalnya, berkaitan dengan kebijakan dan perundang-undangan yang mengatur bagaimana pendidikan itudijalankan, dan alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan nasional. Faktor-faktor yang bersifat mikro misalnya , berkaitan dengan kurikulum , kesejahteraan guru, program peningkatan kualitas guru, dan perpustakaan. Reformasi pendidikan berarti, mengevaluasi, memperbaiki, dan mengembangkan format ideal sistem pendidikan nasional yang dapat menjamin terwujudnya kecerdasan dan keluhuran moral bangsa. Sekolah lanjutan tingkat pertama yang mempakan tingkat peiidid'i^^tJ^^J' tampil dalam format yang lebih ideal dengan manajemen sekolah yang lebih moHeren^/^ Manajemen sekolah yang mengarah pada otonomi sekolah memberikan harapan yang cukup optimistis sebagai salah satu format ideal dalam meningkatkan prestasi kerja teratama prestasi kerja gum (kinerja). Namun demikian , tidaklah mudah bagi sekolah-sekolah untuk memenuhi harapan tersebut. Pergeseran pengelolaan sekolah dari sentralistik ke desentralistik dipastikan akan menimbulkan masa-masa transisi. Untuk mengatasi masa transisi itu beberapa sekolah lanjutan tingkat peretama mencoba untuk keluar dari masa transisi tersebut. Dua sekolah yang dalam kondisi yang disebut terakhir adalah SLTP Negeri 1 Bayongbong dan SLTP Negeri 1 Samarang yang berada dikabupaten Gamt, berjuang menyesuaikan diri dengan pranata-pranata moderen. Pada tahun-tahun terakhir ini tidak kurang laboratorium biologi, fisika, dan komputer dibangun . Kedua sekolah tersebut pada tahun 2003 mendapatkan bantuan Block Grant sebesar 90 juta bagi SLTP Negeri 1 Bayongbong dan bantuan BOM sebesar 50 juta bagi SLTP Negeri 1 Samarang. Bukan hanya secara fisik, program peningkatan sumber daya manusiapun tidak ketinggalan, paling tidak ada beberapa kader gum yang menjadi kepala sekolah dari kedua sekolah tersebut. Menjadi gum teladan baik tingkat propinsi atau tingkat kabupaten atau penataran-penataran yang menuju pada peningkatan kompetensi gum, sehingga kinerja gum dapat meningkat. 22 Namun demikian, tidak berarti dengan dijalankannya 2 program tersebut, yaitu pembangunan sarana fisik dan pembangunan kualitas sumber daya manusia, kemudian sekolah dapat dikatakan telah berhasil melewati masa transisi dengan gilang gemilang. Masih terlalu banyak unsur-unsur lain yang harus disentuh dan mempakan prasarat bagi kokohnya manajemen moderen diletakan. Sebagian unsur-unsur tersebut adalah kinerja guru/ gum (resultan dari faktor-faktor), kualitas lingkungan sekolah atau iklim organisasi (faktor ektemal) dan kompetensi profesional gum (faktor internal). Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada formula kinerja dari Vroom yang menyebutkan bahwa kinerja mempakan fungsi dari kemampuan dikalikan motivasi. Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari sebuah perilaku (Gibson, 1996 : 70), atau suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan , dan waktu ( Hasibuan , 1997 : 105 ). Bisa juga diartikan bahwa performasi atau kinerja adalah ".. output drive from processes. Human or otherwise ". Maksudnya kinerja mempakan hasil atau output dari suatu proses. (August W. Smith, 1982: 393). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja . Menurut Wahjosumidjo (1987 :177) kinerja adalah fungsi dari faktor kemampuan, motivasi, dan persepsi . Jouke Komalig dalam bukunya Cahyono (1996 :60) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas (kinerja), antara lain : manusia, modal , metode, faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara, faktor lingkungan regional, dan umpan balik. 23 Kinerja gum ditunjukan oleh kemampuan kompetensi profesional guru, dalam operasionalnya pada proses belajar mengajar hams didukung oleh iklim organisasi dalam hal ini adanya motivasi dari lingkungan sekitar baik dari kepemimpinan kepala sekolah atau komumkasi dalam lingkungan organisasi sekolah. Kinerja gum mempakan prestasi yang dicapai oleh gum dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengelola pendidikan sesuai dengan ukuran yang ditetapkan baginya. Menurut Arikunto (1993:239) : (1) Kompetensi profgesional gum artinya gum harus memiliki pengetahuan yang luas dan dalamtentangsubjeck matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu penguasaan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. (2) Kompetensi personal artinya gum harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber intensifikasi bagi subjek didik , hal ini berarti gum mempunyai kepribadian yang patut diteladani oleh siswa. (3) Kompetensi sosial artinya gum memiliki kemampuan berkomunikasi sosial baik dengan murid , sesama gum, kepala sekolah, pegawai tatausaha bahkan dengan anggota masyarakat. Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka( Davis & Newstrom, 1996:21 ). Yangdimaksud dengan lingkungan manusia disini , seperti yang dikemukakan oleh Rensis Likert dalam bukunya Davis & Newstrom ( 1996 : 24 ) adalah kepemimpinan , motivasi , komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan pengendalian. Sebenarnya pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja itu bersifat tidak langsung. Iklim organisasi mempunyai peranan besar temtama didalam menciptakan 24 lingkungan organisasi sekolah guna membentuk motivasi (motivasi ektrinsik), kepuasan, dan sikap kerja (Davis, K. & Werther, 1989). Motivasi ektrinsik maksudnya adalah motivasi yang bersumber dari faktor- faktor ektemal, seperti karier, gaji, kesejahteraan, hubungan interpersonal, pujian dan Iain-lain. Motivasi ektrinsik diperlukan temtama bagi pegawai-pegawai yang motivasi intrinsiknya rendah termasuk kompetensi profesional guru. Selain itu iklim organisasi dapat membentuk kepuasan dan sikap kerja pegawai. Gum yang tidak puas akan menghabiskan waktunya hanya untuk menggerutu, menggunjing, menghasut dan mengeluh. Juga gum yang tidak puas akan mempunyai catatan absen dan turn-over yang relatif tinggi. Pernyataan diatas menegaskan bahwa faktor kompetensi profesionalismen gum dan ikilim organisasi memang mempakan salah satu faktor yang diperkirakan akan berpengarah terhadap kinerja gum. Pertanyaanya adalah bagaimana proses berpengaruhnya kompetensi profesionalisme gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum itu berlangsung. Jabatan gum mempakan jabatan profesional. Peran dan fungsi gum dalam proses belajar mengajar sangat besar yaitu sebagai pengelola kelas, demonstrator, mediator, fasilitator dan evaluator. Sehubungan dengan hal itu maka keberadaan kompetensi profesional seorang gum sangat penting sebab akan menentukan fungsi dan peran gum tersebut dapat diaplikasikan atau tidak sehingga hal itu menentukan kinerjanya pula. Sedangkan iklim organisasi mempakan daya dorong dari luar pribadi 25 gum yang akan mengontrol apakah gum yang mengajar di kelas layak atau tidak menjadi seorang gum profesional. Dengankompetensi profesional yangtinggi yangdimiliki gum maka gum akan mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik karena ia mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta mampumenggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Dari uraian di atas maka diduga bahwa kompetensi profesional mempengaruhi kinerja gum dari dalam individu sedangkan iklim organisasi mempengaruhi kinerja gum dari luar individu sehingga hal itu dapat dikatakan semakin tinggi kompetensi profesional gum dan iklim organisasi, semakin tinggi pula kinerjanya. Sebaliknya semakin rendah kompetensi profesional gum dan iklim organisasi, semakin rendah pula kinerjanya. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut ini: 26 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengamh Kompetensi Profesional Gum dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja KOMPETENSI PROFESIONAL GURU $ 1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar-mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media 5. Menguasai landasan kependidikan 6. Mengelola Interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi siswa 8. Bimbingan dan penyuluhan 9. Adminisrrasi sekolah 10. Menafsirkan hasil penelitian pendidikan IKLIM ORGANISASI c> 1. Motivasi 2. Pengendalian 3. Komunikasi 4. 6. Kepemimpinan Pengambilan keputusan Penetapan tujuan 7. Interaksi 5. 27 H. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan mempakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Munir, 1988 :182 ). Karena sifatnya sementara, maka suatu hipotesis dalam suatu penelitian hams dibuktikan. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan , maka disusunlah hipotesis sebagai berikut: " Ada pengaruh positif kompetensi profesional guru dan iklim organisasi terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong." Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi hipotesis kerja atau sub-sub hipotesis berikut: A. Ada pengaruh positifkompetensi profesional gum terhadapkinerjagum B. Ada pengaruhpositif iklimorganisasi terhadap kinerja gum C. Ada pengaruh positif antara kompetensi profesional gum dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Rumusan hipotesisnya Ho:Py.l.2 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum (tolak Ho). Hl:Py.l.2> 0 artinya ada pengaruh yang signifikan kompetensi profesional gum dan iklim orgamsasi terhadap kinerja gum (terima HI).