DAMPAK STUKTURISASI KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN TERHADAP PENYEDIAN ENERGI LISTRIK (Studi Kasus Krisis Listrik di Kota Pangkalan Kerinci Tahun 2011-2012) Oleh: Eko Baseptriadi Pembimbing: Drs. Erman Muchtar M.Si Alamat: Jl. Kutilang Sakti. Panam, Pekanbaru Email: [email protected] Telpon: 085271336089 Abstract Local Government as an organization is run in accordance with the Government in the area of regional autonomy have been predicting the need for electricity in the future. With the consideration that electric power is very important for improving the welfare and prosperity of the people generally, and in particular an increase in economic activity and therefore electrical energy supply business, utilization and management needs to be improved so that the availability of electricity in sufficient quantities and evenly with a good quality service. Then remove it in 2004 in the Regional Regulation No. 04 Year 2004 on Electricity Management. With the enactment of Pelalawan District No. 04 of 2004 Regarding the Management of Electricity, power management in the city of Pangkalan Kerinci is not only done by PT. PLN (Persero). Through policies made by the government Pelalawan, the government authorizes another party to set up and manage electric power for the common good (Institutional Structuring). But of this policy resulted in a power crisis that have a major impact is felt by the community. Keywords : Institutional Structuring- Power Crisis- Crisis Impact PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia peranan BUMN tidak lagi sebatas pada pengelolaan barang-barang yang meliputi hajat hidup orang banyak, tetapi juga masuk dalam berbagai kegiatan produksi dan pelayanan yang juga dilakukan oleh swasta. Beberapa hal pokok yang menjadi peran BUMN di Indonesia, seperti: perlunya public goods untuk dikelola pemerintah, pertimbangan efiesiensi untuk kegiatan ekonomi berskala besar dan pengendalian dampak negatif seperti masalah eksternalitas.1 Untuk menjaga stabilitas ekonomi maka hak monopoli atas sumber daya dan kegiatan ekonomi tertentu ada di tangan negara. Sebagaimana yang diatur dalam Undang -Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yaitu “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Salah satu sumber daya yang dikuasai oleh negara adalah listrik. Dalam hal ini listrik memegang fungsi utama dalam kelangsungan hidup masyarakat umum. Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk berbagai aktifitas manusia, yang kemudian digunakan untuk beragam fungsi kedepannya. Beberapa tahun terakhir sering kali terjadi pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) untuk menanggulangi permasalahan 1 Bambang Subianto, Peningkatan efisiensi BUMN, Swastanisasi Atau Cara Lainnya, Dalam Prospek Ekonomi Indonesia 1988/89, UI Press, Jakarta, 1990, hlm. 553-555. 1 krisis listrik. Ini terjadi karena produksi pasokan listrik sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang masyarakatnya konsumtif akan listrik dikarenakan laju perkembangan teknologi yang sangat pesat. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020. Dibeberapa daerah di Indonesia khususnya Riau sendiri, kurangnya pasokan listrik merupakan hal yang sangat mengganggu. Kondisi perlistrikan di Riau nomor dua terburuk di Sumatera, setelah Bangka Belitung (Banbel)2. Beberapa daerah di Riau seperti Kabupaten Pelalawan sangat merasakan dampak dari kurangnya pasokan listrik ini. Kekurangan pasokan listrik di Kabupaten Pelalawan disebabkan oleh kurangnya daya dan pertambahan penduduk yang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Kekurangan daya ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah daerah dalam strukturisasi kelembagaan pengelolaan listrik di Kabupaten Pelalawan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah guna memberikan izin pengelolaan kepada pihak lain selain PT.PLN (Persero) untuk mengelola listrik, strukturisasi kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah ini dimaksudkan untuk menanggulangi jumlah konsumsi listrik yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan listrik tersebut, berdirilah PD.Tuah Sekata sebagai pihak kedua setelah PT.PLN (Persero) untuk ikut serta dalam pengelolaan listrik dikota Pangkalan Kerinci. Sebenarnya tanpa adanya PD.Tuah Sekata dalam strukturisasi pengelolaan listrik di Kota Pangkalan Kerinci, pasokan listrik masih normal walau dengan banyaknya pertambahan jumlah penduduk. PT.PLN (Persero) masih mampu menanggulangi pasokan listrik untuk kebutuhan seluruh masyarakat dengan semua kecukupan daya yang tersedia. Akan tetapi setelah adanya PD.Tuah Sekata, daya listrik yang ada harus dibagi dua dalam penyalurannya yaitu untuk PT.PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata. Penyaluran listrik di Kota Pangkalan Kerinci yang ditangani oleh PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekata ini masih mengandalkan suplai daya listrik dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui PT. Riau Prima Energi (RPE). Dengan adanya strukturisasi ini, masyarakat mulai merasakan dampak dari strukturisasi kelembagaan terhadap penyediaan energi listrik. Mulanya pasokan listrik kepada masyarakat berjalan normal dan stabil, saat ini masyarakat mulai kekurangan. Daya yang dimiliki oleh PT.PLN (Persero) tidak lagi mencukupi untuk kebutuhan masyarakat belum lagi ditambah dengan pertambahan peduduk yang semakin banyak. Krisis listrik yang terjadi di Kabupaten Pelalawan sudah terjadi sejak awal tahun 2011, awalnya terjadi pemadaman lampu jalan dan kemudian pemadaman listrik di masyarakat dikarenakan beban puncak pada malam hari sangat besar. Pemadaman lampu jalan lintas timur merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pelalawan dalam menghadapi krisis listrik ini agar masyarakat bisa merasakan listrik pada malam hari sering terjadi pemadaman bergilir. PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata sebagai Perusahaan Milik Daerah yang menangani pengelolaan dibidang listrik didaerah tidak memiliki antisipasi terhadap permasalahan ini. 2 WIB. http://www.riauinfo.com, terakhir diakses pada Tanggal 9 Januari 2013 Pukul 14.53 2 Pengambilan kebijakan guna mengurangi krisis yang ada malah menimbulkan persoalan baru. Strukturisasi kelembagaan pengelolaan listrik yang pada awalnya hanya terpusat pada PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada didaerah, yang menangani masalah penyaluran listrik kini bertambah dengan adanya beberapa pihak baru yang direncanakan akan membantu masalah kekurangan lstrik yang terjadi di Kota Pangkalan Kerinci. Namun kenyataan yang dihadapi, malah terjadi krisis listrik yang harus dihadapi masyarakat Kota Pangkalan Kerinci. Krisis ini akan berimbas pada seluruh sektor perkonomian. 2. Kerangka Teori 1. Kebijakan Publik Kebijakan Publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.3 Sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem atau elemen, komposisi dari kebijakan dapat diikuti dari dua perspektif, yaitu dari proses kebijakan dan struktur kebijakan. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam suatu kebijakan yaitu : 4 1. Tujuan Kebijakan Telah dipahami bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin di capai. 2. Masalah Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan dalam menentukan masalah yang tepat, dapat menimbulkan kegagalan total dalam sebuah proses kebijakan. 3. Tuntutan Tuntutan muncul karena salah satu dari dua sebab. Pertama, karena terabaikan kepentingan suatu golongan dalam proses pembuatan kebijakan. Kedua, karena munculnya kebutuhan baru yang telah menyusul setelah suatu tujuan tercapai atau maslaah terpecahkan. 4. Dampak Dampak merupakan bentuk pengaruh dari pencapaian suatu tujuan. Tindakan akan dapat menimbulkan akibat atau dampak yang lebih besar dalam masyarakat daripada target yang diperhitungkan dari suatu kebijakan. 1.4.1 Strukturasi Teori strukturasi dapat dilihat sebagai suatu upaya dalam mengintegrasikan agen dan struktur melalui cara yang tepat, dan dimaksudkan untuk menjelaskan dualitas dan hubungan dialektika antara agen dan struktur. 2-4. 3 Thomas R Dye, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New Jersey,1992, hlm 4 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Salemba Humanika, Jakarta, 2012, hlm. 25-32. 3 Giddens menerangkan pandangan tentang struktur dengan melakukan perbandingan terhadap teori-teori sosial sebelumnya yaitu: 5 Firstly, structure in the factionalist texts, it refers to structure as a skeleton or girders of a building which is external to human action. Secondly, as 15conceptualized in the structuralist and post-structuralist thought, it refers to an intersection of presence and absence. But, structure in Giddens’ attitude is defined as the structuring properties which make it possible for discernibly similar social practices to exist across varying spans of time and space and which lend them systemic form. Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa Giddens tidak melihat struktur sebagai bingkai eksternal yang menekan, melainkan lebih sebagai bingkai yang memungkinkan dilakukannya praktik sosial melintasi ruang dan waktu. Melalui relasi dualitas inilah, masyarakat secara konstan dibentuk dalam proses strukturasi yang dilakukan terus-menerus melalui perulangan praktik sosial ‘social practice’. 1.4.2 Dampak Krisis Dampak merupakan bentuk pengaruh dari pencapaian suatu tujuan. Tindakan akan dapat menimbulkan akibat atau dampak yang lebih besar dalam masyarakat daripada target yang diperhitungkan dari suatu kebijakan. Dampak adalah sesuatu yang bersifat objektif, dampak merupakan sebuah konsep pengawasan internal sangat penting, yang dengan mudah dapat diubah menjadi sesuatu yang dipahami dan ditanggapi secara serius oleh manajemen.6 Krisis dalam bahasa Cina, diucapkan dengan wei-ji dan dan mempunyai dua arti, yaitu ”bahaya” dan “peluang”. Two side in the same coin. Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti "keputusan." Ketika krisis terjadi pemerintah akan memutuskan apa yang harus dilakukan. bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan. Ke bawah atau ke atas. Bertarung atau melarikan diri. Krisis adalah ujian bagi eksistensi diri kita, baik sebagai sebuah lembaga atau seseorang, bagaimana kita menangani diri di tengah krisis. 7 Krisis sebaiknya tidak hanya dianggap sebagai suatu petaka melainkan juga momentum untuk perbaikan. Memang di dalam krisis terdapat ancaman tetapi yang harus dilakukan adalah mencari peluangpeluang di balik sebuah krisis. Dengan demikian kita harus memiliki persepsi mengenai krisis dari sudut pandang positif yaitu dari sudut pandang seorang yang optimis, sehingga krisis dapat direspon secara cepat dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Steven Fink mendefinisikan krisis sebagai: 8 5 Anthony Giddens, The Constitution of Society, Polity Press, Cambridge, 1984, hlm. 17. 6 Hiro. Tugiman, “Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Kinerja Perusahaan” Disertasi Doktor Universitas Padjajaran, Bandung, 2000, hlm. 56 7 http://firsannova.blogspot.com/2011/09/bab-2-definisi-krisis.html terakhir diakses Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 04.20 WIB. 8 Steven Fink, Crisis Management – Planning for the inevitable, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1984, hlm. 94. 4 "A crisis is an unstable time or state of affairs in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of a highly desirable and extremely positibe outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proposition, but yoy can improve the odds". Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang tidak terduga, artinya organisasi umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul krisis yang dapat mengancam keberadaanya. Dalam manajemen krisis, “ancaman” adalah potensi kerusakan bisa menyebabkan krisis pada sebuah organisasi, stakeholder, dan industri. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk.9 Jika dipandang dari kaca mata pemerintahan suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut : 10 a. Intensitas permasalahan akan bertambah. b. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut. c. Masalah akan menganggu kelancaran kegitatan sehari-hari. d. Masalah menganggu nama baik instansi/pemerintah terkait. e. Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan instansi/pemerintah secara keseluruhan. f. Masalah yang dihadapi disamping membuat instansi/pemerintah menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi panik. g. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi. 3. Masalah Penelitian 1. Bagaimana terjadi strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaan energi listrik? 2. Bagaimana terjadinya krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci Tahun 2011-2012? 3. Bagaimana dampak krisis listrik akibat strukturisasi kelembagaan Pemerintahan? 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana terjadi strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaan energi listrik. 2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci Tahun 2011-2012. 3. Untuk mengetahui bagaimana dampak krisis listrik akibat strukturisasi kelembagaan Pemerintahan. 9 Suharyanti dan Achmad Hidayat Sutawidjaya, “Analisis Krisis Pada Analisis Krisis Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis Dan Perspektif Public Relations”, Journal Communication Spectrum, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012 ­ Januari 2013 hlm. 167-168. 10 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hlm. 153. 5 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini maka di harapkan beberapa manfaat antara lain : 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan referensi serta masukan berupa fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungan instansi pemerintahan maupun lingkungan masyarakat yang mengkaji masalah krisis listrik di Kabupaten Pelalawan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah, Penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu masukan mengapa terjadi krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci dan bagaimana dampak strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyedian energi listrik. b. Bagi Masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapakan dapat memberikan suatu pengetahuan mengapa terjadi krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci. METODE PENELITIAN 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu 1. Studi kepustakaan (library research). 2. Studi dokumen ( dokument research ), Penelusuran Dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan mencari sejumlah besar fakta dan data tersimpan di dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.11 3. Studi lapangan (field research), dimaksudkan untuk mendapatkan data primer dengan cara : Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui pembicaraan/percakapan dengan maksud tertentu. Pembicaraan ini dilakukan penulis/pewawancara (interviewer) interview).12 oleh dan dua pihak yaitu terwawancara ( 2. Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan data yaitu : a. Data Primer Data di peroleh dari PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci, PD. Tuah Sekata Kabupaten Pelalawan, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pelalawan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pelalawan dan Masyarakat yang mengetahui krisis listrik yang terjadi dikota Pangkalan Kerinci. b. Data Sekunder 11 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R & D, Jakarta, Alfabeta, 2009, hlm. 217. 12 Ibid, hlm.186. 6 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari tinjauan pustaka melalui buku, arsip, jurnal, koran, media online dan laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian. 3. Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana metode ini menunjukan pada riset yang menghasilkan data kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka, melainkan berbentuk suatu yang menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu.13 Metode penelitian kualitatif ini adalah seringnya berubah-ubah, desain penelitian tergantung pada perkembangan data yang telah dikumpulkan. Metode ini menempatkan pola-pola sebagai sasaran kajian dan bukannya variabel sebagai sasaran dalam penelitian.14 HASIL DAN PEMBAHASAN Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk berbagai aktifitas manusia, yang kemudian digunakan untuk beragam fungsi kedepannya. Listrik menjadikan manusia ketergantungan akan keberadaannya, adapun akhirnya peran dari pemerintah dalam penyediaan listrik bagi masyarakat luas. Tidak heran jika pemerintah menguasai kepentingan listrik dalam bentuk badan usaha milik negara untuk dapat mengaturnya dengan baik untuk kepentingan bersama agar tidak terjadi monopoli dalam kepentingan ini. 1. Strukturisasi Kelembagaan Pemerintahan Terhadap Penyediaan Energi Listrik a. Sebelum kebijakan Strukturisasi Listrik merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, dimana pada yang zaman modern ini sudah banyak alat pendukung kehidupan manusia yang membutuhkan tenaga listrik untuk mengoperasikannya, seperti lampu, mesin cuci, mesin pompa air, televisi, radio, komputer dan perangkat elektronik lainnya. Suatu perusahaan besar sebagai penyedia listrik untuk masyarakat adalah PT. PLN, dimana perusahaan listrik milik negara ini telah banyak memberikan kontribusi yang besar dalam memasok kebutuhan listrik untuk masyarakat. Berdirinya Kabupaten Pelalawan menuntut PT.PLN (Persero) Cabang Pekanbaru untuk mengelola listrik di Kabupaten Pelalawan. Sejak tahun 1999 berdirinya Kabupaten Pelalawan listrik yang di kelola oleh PT.PLN (Persero) tidak pernah mengalami kendala yang berarti dikarenakan daya yang cukup dan penduduk pada saat itu tidaklah banyak. Dengan perkembangan zaman, banyak pula inverstor melirik kabupaten Pelalawan dalam membangun usaha industri. Dengan adanya industri ini, Kabupaten Pelalawan menjadi berkembang pesat dan harus kita ketahui kegunaan listrik semakin hari semakin besar PT. PLN menyadari kebutuhan listrik masyarakat yang semakin ketergantungan akan adanya tenaga listrik. Pemerintah Daerah selaku organisasi yang menjalankan Pemerintahan di daerah sesuai dengan otonomi daerah telah memprediksi akan perlunya listrik di masa yang akan datang. Dengan Pertimbangan 13 P. Joko Subagyo, 2004, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 94. 14 Sugiyono, Op.cit, hlm.7 7 bahwa tenaga listrik sangat penting artinya bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat umumnya serta peningkatan kegiatan ekonomi pada khususnya dan oleh karenanya usaha penyediaan energi listrik, pemanfaatan dan pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedianya listrik dalam jumlah cukup dan merata dengan mutu pelayanan yang baikmaka pada tahun 2004 di keluarkanlah Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan. Dengan keluarnya Peraturan daerah nomor 04 tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan ini memberikan izin pengusahaanya sesuai dengan pasal 8 ayat 2 : “Izin usaha ketenagalistrikan dapat diberikan kepada : Perseorangan, Koperasi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Swasta, Perusahaan dengan modal bersama antar negara/Badan Usaha Milik Negara atau Kabupaten/Badan Usaha Milik Daerah satu pihak dengan perseorangan, Koperasi, atau Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahan asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dan Pemanfaatannya harus sesuai dengan pasal 7 ayat 1 : “Pemanfaatan tenaga listrik diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat”. b. Setelah Kebijakan Strukturisasi Penyaluran listrik selama ini di Kota Pangkalan Kerinci ditangani oleh PT. PLN (Persero). Sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan tersebut kemudian PD. Tuah Sekata selaku Perusahaan Daerah ikut serta dalam pengelolaan listrik yang ada di Kota Pangkalan Kerinci. Kebijakan Strukturisasi Kelembagaan pengelolaan listrik yang diambil Pemerintah Kabupaten Pelalawan ini bertujuan untuk menanggulangi kekurangan listrik yang terjadi di Kota Pangkalan Kerinci. Namun padanya nyatanya tujuan kebijakan ini belum dapat terpenuhi. c. Tujuan Kebijakan Strukturisasi Telah dipahami bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan, tidak perlu ada kebijakan. Dengan demikian, tujuan menjadi unsur pertama dari suatu kebijakan. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan yaitu Pemerintah memberikan wewenang kepada pihak lain untuk mendirikan dan mengelola tenaga listrik untuk kepentingan umum (strukturisasi). Dalam hal ini pengelolaan listrik yang pada awalnya dilakukan oleh PT. PLN (Persero) kini juga dilakukan oleh PD. Tuah Sekata. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pelalawan dan untuk mengatasi listrik di Kota Pangkalan Kerinci di masa yang akan datang. Diharapkan dengan keikutsertaan PD. Tuah Sekata dapat mengatasi krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci. Pemerintah sebagai pihak yang sangat berandil besar dalam mengambil sebuah kebijakan seharusnya perlu mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Tapi pada implementasinya tujuan kebijakan yang seharusnya untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengatasi krisis listrik namun nyatanya harapan untuk memperbaiki keadaan listrik yang ada malah jauh dari harapan, bukan membuat pasokan tenaga listrik menjadi lancar malah semakin memperburuk keadaan yang ada. Hingga saat ini masyarakat umum malah semakin kekurangan pasokan energi listrik. 8 d. Dampak Kebijakan Strukturisasi Dampak merupakan tujuan lanjutan yang muncul sebagai pengaruh dari pencapaian suatu tujuan. Setiap tindakan menimbulkan akibat atau dampak yang lebih besar dalam masyarakat daripada target yang diperhitungkan dari suatu kebijakan. Sesuai dengan ciri dari kebijakan yang dapat bersifat positif dan negatif, dampak yang muncul juga ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif yang diharapkan terjadi dari suatu tindakan kebijakan. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan Pemerintah Daerah harus memperhatikan bermacam-macam faktor. Arus informasi dan komunikasi perlu diperhatikan sehingga tidak terjadi pemahaman yang berbeda antara isi kebijakan yang diberikan oleh pusat dengan persepsi aparat pelaksana di daerah. Diperlukan pula dukungan sumber daya maupun stakeholders yang terkait dengan proses implementasi kebijakan di daerah. Diperlukan pula pembagian tugas maupun struktur birokrasi yang jelas di daerah sehingga tidak terjadi ketimpangan tugas dalam proses implementasi suatu kebijakan di daerah. Begitu pula halnya kebijakan yang di buat Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan melalui Peraturan Daerah nomor 04 tahun 2004 berdampak signifikan terhadap masyarakat. Adanya strukturisasi ini berujung pada krisis listrik yang seharusnya sebelum adanya kebijakan strukturisasi ini listrik di kota pangkalan kerinci tidak mengalami kendala, tetapi setelah kebijakan ini ada terjadi krisis listrik. Dampak dari strukturisasi ini adalah terjadinya krisis listrik dikarenakan kurangnya daya dan pertambahan penduduk. Krisis kurangnya daya yang dihadapi PT. PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata sudah terlalu berat.Sering terjadi pemadaman listrik bergilir dan terkadang listrik mati 24 jam. Masalah yang dihadapi masyarakat di Kota Pangkalan Kerinci yaitu krisis listrik yang harus segera ditanggulangi oleh pemerintah. Banyak kerugian yang diderita masyarakat akibat krisis listrik yang hingga saat ini belum ada pemecahannya. Sementara pemerintah membuat kebijakan untuk menstrukturisasi kelembagaan pemerintahan yang tujuannya adalah agar ada pihak lain yang ikut serta dalam pengelolaan listrik agar permasalahan krisis listrik dapat diselesaikan. Bukannya memberikan jalan keluar dari tuntutan permasalahan ini malah menimbulkan krisis listrik yang makin hari makin parah. 2. Terjadinya Krisis Listrik di kota Pangkalan Kerinci tahun 20112012 Sebelum adanya Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang pengelolaan Ketenagalistrikan, pasokan listrik di Kota Pangkalan Kerinci masih normal dan tidak memiliki masalah dalam penyalurannya. Masyarakat masih dapat melakukan segala kegiatan dengan normal tanpa terkendala dengan masalah listrik, karena dalam pengelolaannya masih di pegang oleh PT. PLN (Persero). Kemudian Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah guna memberikan izin pengelolaan kepada pihak lain selain PT. PLN (Persero) untuk mengelola listrik, strukturisasi kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah ini dimaksudkan untuk menanggulangi jumlah konsumsi listrik yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. 9 Setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan listrik tersebut, berdirilah PD. Tuah Sekata sebagai pihak kedua setelah PT. PLN (Persero) untuk ikut serta dalam pengelolaan listrik dikota Pangkalan Kerinci. Sebenarnya tanpa adanya PD. Tuah Sekata dalam strukturisasi pengelolaan listrik di Kota Pangkalan Kerinci, pasokan listrik masih normal walau dengan banyaknya pertambahan jumlah penduduk. PT. PLN (Persero) masih mampu menanggulangi pasokan listrik untuk kebutuhan seluruh masyarakat dengan semua kecukupan daya yang tersedia. Akan tetapi setelah adanya PD. Tuah Sekata, daya listrik yang ada harus dibagi dua dalam penyalurannya yaitu untuk PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekata. a. Pertambahan Penduduk Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (19902000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Melihat statistik di atas pertambahan penduduk Pangkalan Kerinci juga demikian, semakin hari semakin meningkat begitu juga Kebutuhan Listrik di Kota Pangkalan Kerinci meningkat akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat sedangkan tenaga listrik yang tersedia tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Pertambahan penduduk yang begitu cepat berdampak pada pasokan kurangnya listrik untuk kota Pangkalan Kerinci. Pada tahun 2011 terdapat 64.624 jiwa penduduk kecamatan Pangkalan Kerinci dimana terdapat 32.304 jiwa laki laki dan 32.320 jiwa perempuan dan jumlah KK adalah 14.455 KK. Kemudian pada tahun 2012 peningkatan penduduk terjadi menjadi 76.088 jiwa yang mana terdapat 37.014 jiwa laki-laki dan 39.074 jiwa perempuan dan jumlah KK adalah 16.531 KK. Untuk Pelanggan listrik Pada tahun 2011 Jumlah pelanggan PT.PLN (Persero) yaitu sebanyak 8854 pelanggan sedangkan PD.Tuah Sekata jumlah penduduknya sebanyak 3343 Pelanggan. Kemudian pada tahun 2012 pertambahan pelanggan yang begitu pesat terjadi pada pelanggan PT.PLN (Persero) sebanyak 9315 pelanggan sedangkan pada PD.Tuah Sekata menjadi 3586 pelanggan. b. Kekurangan Daya Penyaluran listrik di Kota Pangkalan Kerinci yang ditangani oleh PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekataini masih mengandalkan suplai daya listrik dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui PT. Riau Prima Energi (RPE). Mulanya pasokan listrik kepada masyarakat berjalan normal dan stabil. Dengan adanya strukturisasi terjadilah krisis listrik dikarenakan kurangnya daya. Krisis listrik yang terjadi di Kabupaten Pelalawan terjadi sejak awal tahun 2011. Kurangnya pasokan listrik ini sudah termasuk dalam fase krisis yang tak mampu ditanggulangi. 10 Seharusnya dengan adanya PD. Tuah Sekata masalah krisis listrik di kota Pangkalan Kerinci bisa di atasi, namun pada kenyataannya krisis listrik semakin tidak bisa di atasi. PT.PLN (Persero) yang sudah profesional dalam pengelolaan listrik juga kesulitan dalam mengatasi krisis ini. Daya listrik yang di distribusikan pada tahun 2011 oleh PT. Riau Prima Energi kepada PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekata hanya 8 MW sementara diketahui, daya yang di hasilkan dari 7 turbin PT. RPE 350 MW. Total kebutuhan daya listrik di kota Pangkalan Kerinci dari PT. PLN (Persero) sudah mencapai 7 MW sedangkan PD. Tuah Sekata sudah mencapai 3 MW. Tidak adanya penambahan daya atas kekurangan kebutuhan daya listrik menyebabkan pihak PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci dan PD.Tuah Sekata melakukan pemadaman listrik. Kemudian pihak PD. Tuah sekata juga mengeluhkan suplai yang sedikit. Pada bulan Mei tahun 2012 terjadi pemadaman listrik besar-besaran yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata. Supply tenaga listrik dari PT. Riau Prima Energi terganggu karena adanya kerusakan. Hal ini memperpanjang masalah krisis listrik yang terjadi di kota Pangkalan Kerinci. Sebelumnya daya yang di suplai dari PT. Riau Prima Energi sebanyak 8 MW menjadi 5 MW. Untuk PT. PLN (Persero) pada saat sebelum krisis di beri daya sebanyak 5 MW menjadi 3,5 MW, padahal kebutuhan listrik untuk kota Pangkalan Kerinci sebanyak 7 MW.Hal ini dikarenakan mesin turbin dari PT. Riau Prima Energi mengalami kerusakan.Sedangkan PD. Tuah Sekata yang sebelumnya 3MW menjadi 1,5 MW untuk total kebutuhan 3,5 MW. c. Kurangnya Antisipasi Antisipasi merupakan langkah yang dilakukan guna mengatasi apa yang terjadi kedepan yaitu krisis. Selama ini, PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci hanya membeli daya dari PT.Riau Prima Energi sebanyak 5 MW pada tahun 2011 kemudian persedian Genset sekitar hanya 2 MW untuk mengatasi kebutuhan listrik di kota Pangkalan Kerinci sebanyak 7 MW. Sedangkan pihak PD.Tuah Sekata pada tahun 2011 sudah mengalami krisis yaitu kekurangan daya yang signifikan dikarenakan banyaknya pelanggan yang masuk pada perusahaan daerah ini. Antisipasi pada tahun 2011 ini hanya memadamkan lampu jalan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. Berjalannya waktu kewaktu krisis ini semakin parah semenjak terjadi kerusakan turbin yang di alami PT. Riau Prima Energi. Pada tahun 2012 terjadi krisis listrik besar-besaran. Kondisi yang mulanya hanya sekedar pemadaman listrik bergilir terjadi pemadaman listrik total selama 3 hari kota Pangkalan Kerinci gelap gulita. PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata kurang mengantisipasi karena rusaknya turbin dari pihak PT. Riau Prima Energi. Walaupun pihak PT. PLN (Persero) memiliki antisipasi tetapi antisipasi yang dilakukan terlambat. Sebagai salah upaya dalam mengantisipasi kondisi listrik di Kabupaten Pelalawan khususnya di Pangkalan Kerinci, PLN Rayon Pangkalan Kerinci telah menyiapkan sebanyak 12 genset yang didatangkan dari berbagai daerah. Kedua belas genset itu didatangkan dari Pekanbaru sebanyak tiga (3) buah, Kabupaten Siak tiga (3) buah dan Rengat enam (6) buah. Meski belum maksimal namun dengan keberadaan 12 genset itu setidaknya masyarakat Pangkalan Kerinci tak mengalami gelap gulita. 11 Pihak PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci yang pada tahun 2011 mendapat 5 MW tetapi semenjak kerusakan turbin pada tahun 2012 pihak PT. Riau Prima Energi hanya menjual kepada PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci sebanyak 3,5MW kekurangan itu dengan genset dan PLTD. Pihak PD. Tuah Sekata sejak kerusakan yang terjadi pada turbin PT. Riau Prima Energi mencoba mencari antisipasi terhadap kekurangan daya yang di berikan PT. Riau Prima Energi sebanyak 1,5 MW. Antisipasi yang dilakukan PD.Tuah Sekata hanya melalakukan Pemadaman bergilir tetapi tidak mencari daya tambahan untuk mengurangi krisis ini. Dengan bantuan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertambangan Energi Bidang Ketenagalistrikan pihak Pemerintah daerah mencari solusi untuk mengatasi krisis ini yaitu dengan mengoperasikan 2 unit genset dari pihak Satpol PP. 3. Dampak Krisis Listrik akibat strukturisasi kelembagaan Pemerintahan a. Dampak bagi Perekonomian Masyarakat Masyarakat sangat jelas terkena dampak dari krisis listrik ini. Apabila ada pembangkit yang mengalami gangguan, maka cadangan daya akan semakin turun dan pemadaman listrik pun tidak bisa dihindarkan. Dengan kondisi seperti itu, pemerintah menginginkan pelanggan sedikit mengurangi menghemat konsumsi listrik. Dengan kondisi yang ada, PLN mulai membuat jadwal pemadaman bergilir disamping gencar menyerukan penghematan lewat media masa cetak maupun elektronik. Pihak yang paling dirugikan dalam kebijakan ini adalah sektor industri. Sektor utama penggerak perekonomian saat ini mengalami kerugian yang tidak sedikit. Produktivitas berkurang akibat pemadaman listrik secara bergilir. Belum lagi, kerugian yang dialami akibat kerusakan alat-alat elektronik semakin membebani pelaku usaha. Pemadaman listrik juga berpengaruh terhadap investasi. Kepercayaan investor untuk berinvestasi di kota Pangkalan Kerinci semakin berkurang. Kepastian pasokan listrik merupakan salah satu faktor penentu kepercayaan investor untuk mengalirkan dananya ke kota Pangkalan Kerinci. Apabila kepercayaan ini pudar, maka output total dalam perekonomian akan berkurang. Hal ini juga menunjukkan berkurangnya pendapatan daerah. Tidak hanya sampai disitu saja, Masyarakat juga harus lebih membayar mahal listrik dikarenakan pemadaman listrik mengakibatkan lonjakan pembayaran listrik. b. Dampak bagi Pendidikan Terlepas mahal atau tidaknya biaya listrik, masyarakat akan tetap berterimakasih pada Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebab kehadiran listrik sangat bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu pengaruh kehadiran listrik yang terpenting adalah terhadap dunia pendidikan. Kita bisa membayangkan bagaimana kondisi suatu lembaga pendidikan tanpa menggunakan manfaat listrik. Memang pendidikan bisa dijalankan dalam situasi apa pun. Akan tetapi, bisa kah pendidikan tersebut berkembang dan berjalan dengan baik tanpa adanya listrik tentu hal itu akan sulit. Salah satu faktor pendukung pendidikan ialah kelengkapan fasilitas (media pendidikan). Fasilitas pendidikan merupakan sesuatu yang bisa membantu kelancaran pendidikan, baik proses belajar-mengajar, administrasi, 12 pengelolaan pendidikan, dan media-media pendidikan yang bersifat elektrik (menggunakan listrik). Di zaman sekarang, pengelolaan pendidikan yang bersifat administrasi pembukuan maupun penulisan hampir rata-rata menggunakan kompuer dibanding mesin tik, sebab hal itu mudah dilakukan, lebih praktis dan hasilnya lebih baik. Di samping itu, proses-belajar mengajar pun menuntut adanya media pembelajaran demi kemudahan proses pembelajaran atau pendidikan. Misalnya media audio, audio-visual, atau alat-alat praktek lain yang membutuhkan listrik. Selain itu, pengetahuan siswa terhadap hal-hal komputer (operasional komputer atau pengetahuan tentang dunia Cyberspace, internet, yang fasilitasnya menggunakan komputer) akan sangat terbatas. Padahal, komputer untuk zaman sekarang merupakan kebutuhan yang sangat penting. Dengan tidak adanya listrik, dunia pendidikan (lembaga, guru dan muridnya) akan sangat sulit berkembang, bisa jadi monoton. Dan, kita tahu, tidak berkembangnya pendidikan itu mempunyai pengaruh buruk pada suatu masyarakat, terkhusus dalam aspek pengetahuan. Listrik memang bisa dihasilkan tidak dari PLN saja, akan tetapi efektifitas dan efisiensinya tidak sebaik dan seluas PLN. Kalau kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, sedikit-banyaknya bisa memberi dampak tidak baik pada perkembangan pendidikan. Di satu wilayah pendidikan berkembang atau maju dengan baik, tapi di wilayah yang lain pendidikan tidak berkembang. Bahkan, bisa dikatakan mengalami kemunduran jika kondisi pendidikan diwilayah tidak teraliri listrik tetap saja seperti zaman pralistrik, sedangkan di wilayah lain perkembangan pendidikan maju dengan pesat. c. Dampak bagi Pemerintahan Krisis listrik tidak hanya berdampak pada sektor perekonomian secara umum dan pendidikan bahkan dampak krisis listrik tersebut juga dirasakan bagi pemerintahan. Secara umum, pemerintah diharapkan untuk menjalankan tugas administrasi dengan baik dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Yang utama dituntut masyarakat adalah tentang kinerja pemerintahan. Bagi kalangan akademik, biasanya baik atau buruknya suatu pemerintahan dapat dilihat dan diukur dari seberapa jauh performance kinerja pemerintahan itu sendiri berjalan. Di kehidupan sehari-hari, kita tentu membutuhkan yang namanya institusi, karena institusi merupakan penyedia jasa pelayanan publik. Krisis listrik yang melanda Kota Pangkalan Kerinci berdampak dalam pelayanan pemerintah yang menjadi lamban. Padahal masyarakat benar-benar membutuhkan pelayanan publik. Pemerintah lah yang bekerja menyediakan dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat umum yang seharusnya dapat dilakukan secara cepat dan efisien. Ada kalanya listrik dipadamkan pada jam-jam dimana sedang berlangsung kegiatan kantor sehingga sangat mengganggu aktivitas perkantoran dan berakibat lambat atau tidak terlaksanakanya pelayanan kepada masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaaan energi listrik terjadi karena Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang 13 Pengelolaan Ketenagalistrikan, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah guna memberikan izin pengelolaan kepada pihak lain selain PT.PLN (Persero) untuk mengelola listrik, strukturisasi kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah ini dimaksudkan untuk menanggulangi jumlah konsumsi listrik yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Terdapat 4 proses utama dalam dampak strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaan energi listrik yaitu : a. b. c. d. Sebelum Kebijakan Strukturisasi Setelah Kebijakan Strukturisasi Tujuan Kebijakan Strukturisasi Dampak Kebijakan Strukturisasi Pada proses ini awal mulanya terjadi krisis listrik di kota pangkalan Kerinci tahun 2011-2012. 2. Proses Terjadinya krisis listrik dikota Pangkalan Kerinci tahun 20112012 karena adanya : a. Pertambahan Penduduk Pertambahan penduduk Pangkalan semakin hari semakin meningkat begitu juga Kebutuhan Listrik di Kota Pangkalan Kerinci juga meningkat akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat sedangkan tenaga listrik yang tersedia tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. b. Kurangnya Daya Dengan adanya strukturisasi terjadilah krisis listrik dikarenakan kurangnya daya. c. Kurangnya antisipasi PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata mengenai pertambahan penduduk dan kurangnya daya listrik di kota pangkalan kerinci. 3. Dampak Krisis listrik akibat strukturisasi kelembagaan Pemerintahan terhadap penyedian energi listrik. Dampak krisis telah memunculkan berbagai dampak yang ditanggapi pemerintah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang ternyata hanya merupakan kebijakan-kebijkan reksioner dan jangka pendek. Beberapa kebijakan yang terjadi akibat krisis listrik antara lain pemadaman listrik secara bergilir, strukrurisasi kelembagaan. Beberapa dampak yang secara langsung dirasakan akibat krisis listrik : 1) Dampak bagi Perekonomian Masyarakat 2) Dampak bagi Pendidikan 3) Dampak bagi Pemerintahan 2. Saran 1. Pemerintah harusnya segera kembali merumuskan kebijakan mengenai pengelolaan ketenagalistrikan. 2. Pemerintah harus membantu PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata agar segera mencari alternatif daya listrik untuk kebutuhan masyarakat untuk sementara. 3. Pemerintah juga harus mencari antisipasi energi listrik untuk 14 kedepan dan menanggulangi segala dampak yang terjadi akibat krisis listrik ini. 4. Pemerintah harus mengembalikan sektor perekonomian agar investor bisa berinvertasi dikabupaten Pelalawan. A. Buku DAFTAR PUSTAKA Dye, Thomas R., 1992, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New Jersey. Fink, Steven, 1984, Crisis Management – Planning for the inevitable, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Giddens, Anthony, 1984, The Constitution of Society, Polity Press, Cambridge. Kaspersen, Lars Bo., 2000, Classical and Modern Social Theory, Blackwell, Oxford. Ruslan, Rosady., 2006, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi,Rajawali Pers, Jakarta. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R & D, Alfabeta , Jakarta. Subianto, Bambang, 1990, Peningkatan Efisiensi BUMN, Swastanisasi Atau Cara Lainnya, Dalam Prospek Ekonomi Indonesia1988/89, UI Press, Jakarta. Zainal Abidin, Said, 2012, Kebijakan publik, Salemba Humanika, Jakarta. B. Jurnal Hiro Tugiman, 2000, “Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Kinerja Perusahaan”, Disertasi Doktor, Bandung, Universitas Padjajaran. Suharyanti dan Achmad Hidayat Sutawidjaya, “Analisis Krisis Pada Analisis Krisis Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis Dan Perspektif Public Relations”, Journal Communication Spectrum, Vol.2 No. 2 Agustus 2012 ­ Januari 2013. C. Website http://www.riauinfo.com,terakhir diakses pada tanggal 9 Januari 2013 jam 14.53 WIB. http://firsannova.blogspot.com/2011/09/bab-2-definisi-krisis.html terakhir diakses Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 04.20 WIB 15