DAMPAK STUKTURISASI KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN

advertisement
DAMPAK STUKTURISASI KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN
TERHADAP PENYEDIAN ENERGI LISTRIK (Studi Kasus Krisis Listrik
di Kota Pangkalan Kerinci Tahun 2011-2012)
Oleh: Eko Baseptriadi
Pembimbing: Drs. Erman Muchtar M.Si
Alamat: Jl. Kutilang Sakti. Panam, Pekanbaru
Email: [email protected]
Telpon: 085271336089
Abstract
Local Government as an organization is run in accordance with
the Government in the area of regional autonomy have been predicting the
need for electricity in the future. With the consideration that electric
power is very important for improving the welfare and prosperity of the
people generally, and in particular an increase in economic activity and
therefore electrical energy supply business, utilization and management
needs to be improved so that the availability of electricity in sufficient
quantities and evenly with a good quality service. Then remove it in 2004
in the Regional Regulation No. 04 Year 2004 on Electricity Management.
With the enactment of Pelalawan District No. 04 of 2004 Regarding the
Management of Electricity, power management in the city of Pangkalan
Kerinci is not only done by PT. PLN (Persero). Through policies made by
the government Pelalawan, the government authorizes another party to set
up and manage electric power for the common good (Institutional
Structuring). But of this policy resulted in a power crisis that have a major
impact is felt by the community.
Keywords : Institutional Structuring- Power Crisis- Crisis Impact
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia peranan BUMN tidak lagi sebatas pada pengelolaan
barang-barang yang meliputi hajat hidup orang banyak, tetapi juga masuk
dalam berbagai kegiatan produksi dan pelayanan yang juga dilakukan oleh
swasta. Beberapa hal pokok yang menjadi peran BUMN di Indonesia,
seperti: perlunya public goods untuk dikelola pemerintah, pertimbangan
efiesiensi untuk kegiatan ekonomi berskala besar dan pengendalian
dampak negatif seperti masalah eksternalitas.1
Untuk menjaga stabilitas ekonomi maka hak monopoli atas sumber
daya dan kegiatan ekonomi tertentu ada di tangan negara. Sebagaimana
yang diatur dalam Undang -Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yaitu
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Salah satu sumber daya yang dikuasai oleh negara adalah listrik. Dalam
hal ini listrik memegang fungsi utama dalam kelangsungan hidup
masyarakat umum. Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk
berbagai aktifitas manusia, yang kemudian digunakan untuk beragam
fungsi kedepannya.
Beberapa tahun terakhir sering kali terjadi pemadaman listrik yang
dilakukan oleh PT. PLN (Persero) untuk menanggulangi permasalahan
1
Bambang Subianto, Peningkatan efisiensi BUMN, Swastanisasi Atau Cara Lainnya,
Dalam Prospek Ekonomi Indonesia 1988/89, UI Press, Jakarta, 1990, hlm. 553-555.
1
krisis listrik. Ini terjadi karena produksi pasokan listrik sudah tidak lagi
dapat memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang masyarakatnya
konsumtif akan listrik dikarenakan laju perkembangan teknologi yang
sangat pesat. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang
diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020.
Dibeberapa daerah di Indonesia khususnya Riau sendiri, kurangnya
pasokan listrik merupakan hal yang sangat mengganggu. Kondisi
perlistrikan di Riau nomor dua terburuk di Sumatera, setelah Bangka
Belitung (Banbel)2. Beberapa daerah di Riau seperti Kabupaten Pelalawan
sangat merasakan dampak dari kurangnya pasokan listrik ini. Kekurangan
pasokan listrik di Kabupaten Pelalawan disebabkan oleh kurangnya daya
dan pertambahan penduduk yang mengalami pertumbuhan sangat cepat.
Kekurangan daya ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah
daerah dalam strukturisasi kelembagaan pengelolaan listrik di Kabupaten
Pelalawan.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah
Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Ketenagalistrikan, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah guna memberikan
izin pengelolaan kepada pihak lain selain PT.PLN (Persero) untuk
mengelola listrik, strukturisasi kelembagaan yang dilakukan oleh
pemerintah ini dimaksudkan untuk menanggulangi jumlah konsumsi listrik
yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
meningkat pesat.
Setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan listrik tersebut,
berdirilah PD.Tuah Sekata sebagai pihak kedua setelah PT.PLN (Persero)
untuk ikut serta dalam pengelolaan listrik dikota Pangkalan Kerinci.
Sebenarnya tanpa adanya PD.Tuah Sekata dalam strukturisasi pengelolaan
listrik di Kota Pangkalan Kerinci, pasokan listrik masih normal walau
dengan banyaknya pertambahan jumlah penduduk. PT.PLN (Persero)
masih mampu menanggulangi pasokan listrik untuk kebutuhan seluruh
masyarakat dengan semua kecukupan daya yang tersedia. Akan tetapi
setelah adanya PD.Tuah Sekata, daya listrik yang ada harus dibagi dua
dalam penyalurannya yaitu untuk PT.PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata.
Penyaluran listrik di Kota Pangkalan Kerinci yang ditangani oleh PT. PLN
(Persero) dan PD. Tuah Sekata ini masih mengandalkan suplai daya listrik
dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui PT. Riau Prima
Energi (RPE).
Dengan adanya strukturisasi ini, masyarakat mulai merasakan
dampak dari strukturisasi kelembagaan terhadap penyediaan energi listrik.
Mulanya pasokan listrik kepada masyarakat berjalan normal dan stabil,
saat ini masyarakat mulai kekurangan. Daya yang dimiliki oleh PT.PLN
(Persero) tidak lagi mencukupi untuk kebutuhan masyarakat belum lagi
ditambah dengan pertambahan peduduk yang semakin banyak. Krisis
listrik yang terjadi di Kabupaten Pelalawan sudah terjadi sejak awal tahun
2011, awalnya terjadi pemadaman lampu jalan dan kemudian pemadaman
listrik di masyarakat dikarenakan beban puncak pada malam hari sangat
besar. Pemadaman lampu jalan lintas timur merupakan kebijakan
Pemerintah Kabupaten Pelalawan dalam menghadapi krisis listrik ini agar
masyarakat bisa merasakan listrik pada malam hari sering terjadi
pemadaman bergilir. PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan Kerinci dan PD.
Tuah Sekata sebagai Perusahaan Milik Daerah yang menangani
pengelolaan dibidang listrik didaerah tidak memiliki antisipasi terhadap
permasalahan ini.
2
WIB.
http://www.riauinfo.com, terakhir diakses pada Tanggal 9 Januari 2013 Pukul 14.53
2
Pengambilan kebijakan guna mengurangi krisis yang ada malah
menimbulkan persoalan baru. Strukturisasi kelembagaan pengelolaan
listrik yang pada awalnya hanya terpusat pada PT. PLN (Persero) sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada didaerah, yang menangani
masalah penyaluran listrik kini bertambah dengan adanya beberapa pihak
baru yang direncanakan akan membantu masalah kekurangan lstrik yang
terjadi di Kota Pangkalan Kerinci. Namun kenyataan yang dihadapi, malah
terjadi krisis listrik yang harus dihadapi masyarakat Kota Pangkalan
Kerinci. Krisis ini akan berimbas pada seluruh sektor perkonomian.
2. Kerangka Teori
1. Kebijakan Publik
Kebijakan Publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak
dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan
apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan
yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar
bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan
persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang
diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus
bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan.3
Sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem atau elemen,
komposisi dari kebijakan dapat diikuti dari dua perspektif, yaitu dari
proses kebijakan dan struktur kebijakan. Ada beberapa unsur yang terdapat
dalam suatu kebijakan yaitu : 4
1. Tujuan Kebijakan
Telah dipahami bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan
yang ingin di capai.
2. Masalah
Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan.
Kesalahan dalam menentukan masalah yang tepat, dapat
menimbulkan kegagalan total dalam sebuah proses kebijakan.
3. Tuntutan
Tuntutan muncul karena salah satu dari dua sebab. Pertama,
karena terabaikan kepentingan suatu golongan dalam proses
pembuatan kebijakan. Kedua, karena munculnya kebutuhan baru
yang telah menyusul setelah suatu tujuan tercapai atau maslaah
terpecahkan.
4. Dampak
Dampak merupakan bentuk pengaruh dari pencapaian suatu tujuan.
Tindakan akan dapat menimbulkan akibat atau dampak yang lebih
besar dalam masyarakat daripada target yang diperhitungkan dari
suatu kebijakan.
1.4.1
Strukturasi
Teori strukturasi dapat dilihat sebagai suatu upaya dalam
mengintegrasikan agen dan struktur melalui cara yang tepat, dan
dimaksudkan untuk menjelaskan dualitas dan hubungan dialektika antara
agen dan struktur.
2-4.
3
Thomas R Dye, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New Jersey,1992, hlm
4
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Salemba Humanika, Jakarta, 2012, hlm. 25-32.
3
Giddens menerangkan pandangan tentang struktur dengan
melakukan perbandingan terhadap teori-teori sosial sebelumnya yaitu: 5
Firstly, structure in the factionalist texts, it refers to structure as
a skeleton or girders of a building which is external to human
action. Secondly, as 15conceptualized in the structuralist and
post-structuralist thought, it refers to an intersection of presence
and absence. But, structure in Giddens’ attitude is defined as the
structuring properties which make it possible for discernibly
similar social practices to exist across varying spans of time and
space and which lend them systemic form.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa Giddens tidak melihat
struktur sebagai bingkai eksternal yang menekan, melainkan lebih sebagai
bingkai yang memungkinkan dilakukannya praktik sosial melintasi ruang
dan waktu. Melalui relasi dualitas inilah, masyarakat secara konstan
dibentuk dalam proses strukturasi yang dilakukan terus-menerus melalui
perulangan praktik sosial ‘social practice’.
1.4.2
Dampak Krisis
Dampak merupakan bentuk pengaruh dari pencapaian suatu tujuan.
Tindakan akan dapat menimbulkan akibat atau dampak yang lebih besar
dalam masyarakat daripada target yang diperhitungkan dari suatu
kebijakan. Dampak adalah sesuatu yang bersifat objektif, dampak
merupakan sebuah konsep pengawasan internal sangat penting, yang
dengan mudah dapat diubah menjadi sesuatu yang dipahami dan
ditanggapi secara serius oleh manajemen.6
Krisis dalam bahasa Cina, diucapkan dengan wei-ji dan dan
mempunyai dua arti, yaitu ”bahaya” dan “peluang”. Two side in the same
coin. Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti
"keputusan." Ketika krisis terjadi pemerintah akan memutuskan apa yang
harus dilakukan. bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan. Ke bawah atau
ke atas. Bertarung atau melarikan diri. Krisis adalah ujian bagi eksistensi
diri kita, baik sebagai sebuah lembaga atau seseorang, bagaimana kita
menangani diri di tengah krisis. 7
Krisis sebaiknya tidak hanya dianggap sebagai suatu petaka
melainkan juga momentum untuk perbaikan. Memang di dalam krisis
terdapat ancaman tetapi yang harus dilakukan adalah mencari peluangpeluang di balik sebuah krisis. Dengan demikian kita harus memiliki
persepsi mengenai krisis dari sudut pandang positif yaitu dari sudut
pandang seorang yang optimis, sehingga krisis dapat direspon secara cepat
dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Steven Fink mendefinisikan
krisis sebagai: 8
5
Anthony Giddens, The Constitution of Society, Polity Press, Cambridge, 1984, hlm. 17.
6
Hiro. Tugiman, “Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya
Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Kinerja Perusahaan” Disertasi Doktor Universitas
Padjajaran, Bandung, 2000, hlm. 56
7
http://firsannova.blogspot.com/2011/09/bab-2-definisi-krisis.html terakhir diakses
Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 04.20 WIB.
8
Steven Fink, Crisis Management – Planning for the inevitable, PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1984, hlm. 94.
4
"A crisis is an unstable time or state of affairs in which a decisive
change is impending-either one with the distinct possibility of a
highly desirable and extremely positibe outcome, or one with the
distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a
50-50 proposition, but yoy can improve the odds".
Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang tidak terduga,
artinya organisasi umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul
krisis yang dapat mengancam keberadaanya. Dalam manajemen krisis,
“ancaman” adalah potensi kerusakan bisa menyebabkan krisis pada sebuah
organisasi, stakeholder, dan industri. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat
membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk.9
Jika dipandang dari kaca mata pemerintahan suatu krisis akan
menimbulkan hal-hal seperti berikut : 10
a. Intensitas permasalahan akan bertambah.
b. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa,
atau informasi dari mulut ke mulut.
c. Masalah akan menganggu kelancaran kegitatan sehari-hari.
d. Masalah menganggu nama baik instansi/pemerintah terkait.
e. Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan
instansi/pemerintah secara keseluruhan.
f. Masalah yang dihadapi disamping membuat instansi/pemerintah
menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi
panik.
g. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
3. Masalah Penelitian
1. Bagaimana terjadi strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap
penyediaan energi listrik?
2. Bagaimana terjadinya krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci Tahun
2011-2012?
3. Bagaimana dampak krisis listrik akibat strukturisasi kelembagaan
Pemerintahan?
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana terjadi strukturisasi
kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaan energi
listrik.
2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya krisis listrik di
Kota Pangkalan Kerinci Tahun 2011-2012.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak krisis listrik akibat
strukturisasi kelembagaan Pemerintahan.
9
Suharyanti dan Achmad Hidayat Sutawidjaya, “Analisis Krisis Pada Analisis Krisis
Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis Dan Perspektif Public Relations”, Journal
Communication Spectrum, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012 ­ Januari 2013 hlm. 167-168.
10
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2006, hlm. 153.
5
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka di harapkan beberapa
manfaat antara lain :
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan referensi
serta masukan berupa fenomena-fenomena yang terjadi
dilingkungan instansi pemerintahan maupun lingkungan
masyarakat yang mengkaji masalah krisis listrik di Kabupaten
Pelalawan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah, Penelitian ini di harapkan dapat
menjadi salah satu masukan mengapa terjadi krisis
listrik di Kota Pangkalan Kerinci dan bagaimana
dampak strukturisasi kelembagaan pemerintahan
terhadap penyedian energi listrik.
b. Bagi Masyarakat, dengan adanya penelitian ini
diharapakan dapat memberikan suatu pengetahuan
mengapa terjadi krisis listrik di Kota Pangkalan
Kerinci.
METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu
1. Studi kepustakaan (library research).
2. Studi dokumen ( dokument research ), Penelusuran Dokumen
adalah teknik pengumpulan data dengan mencari sejumlah
besar fakta dan data tersimpan di dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.11
3. Studi lapangan (field research), dimaksudkan untuk
mendapatkan data primer dengan cara : Wawancara adalah
teknik pengumpulan data melalui pembicaraan/percakapan
dengan maksud tertentu.
Pembicaraan ini dilakukan
penulis/pewawancara (interviewer)
interview).12
oleh
dan
dua pihak yaitu
terwawancara (
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan data yaitu :
a. Data Primer
Data di peroleh dari PT. PLN (Persero) Rayon Pangkalan
Kerinci, PD. Tuah Sekata Kabupaten Pelalawan, Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Pelalawan, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pelalawan dan Masyarakat
yang mengetahui krisis listrik yang terjadi dikota Pangkalan
Kerinci.
b. Data Sekunder
11
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R & D, Jakarta,
Alfabeta, 2009, hlm. 217.
12
Ibid, hlm.186.
6
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari tinjauan
pustaka melalui buku, arsip, jurnal, koran, media online dan
laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian.
3. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, dimana metode ini menunjukan pada riset yang
menghasilkan data kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diwujudkan
dalam bentuk angka-angka, melainkan berbentuk suatu yang
menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu.13
Metode penelitian kualitatif ini adalah seringnya berubah-ubah,
desain penelitian tergantung pada perkembangan data yang telah
dikumpulkan. Metode ini menempatkan pola-pola sebagai sasaran
kajian dan bukannya variabel sebagai sasaran dalam penelitian.14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk berbagai
aktifitas manusia, yang kemudian digunakan untuk beragam fungsi
kedepannya. Listrik menjadikan manusia ketergantungan akan
keberadaannya, adapun akhirnya peran dari pemerintah dalam penyediaan
listrik bagi masyarakat luas. Tidak heran jika pemerintah menguasai
kepentingan listrik dalam bentuk badan usaha milik negara untuk dapat
mengaturnya dengan baik untuk kepentingan bersama agar tidak terjadi
monopoli dalam kepentingan ini.
1. Strukturisasi Kelembagaan Pemerintahan Terhadap Penyediaan
Energi Listrik
a. Sebelum kebijakan Strukturisasi
Listrik merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari, dimana pada yang zaman modern ini
sudah banyak alat pendukung kehidupan manusia yang membutuhkan
tenaga listrik untuk mengoperasikannya, seperti lampu, mesin cuci, mesin
pompa air, televisi, radio, komputer dan perangkat elektronik lainnya.
Suatu perusahaan besar sebagai penyedia listrik untuk masyarakat adalah
PT. PLN, dimana perusahaan listrik milik negara ini telah banyak
memberikan kontribusi yang besar dalam memasok kebutuhan listrik
untuk masyarakat. Berdirinya Kabupaten Pelalawan menuntut PT.PLN
(Persero) Cabang Pekanbaru untuk mengelola listrik di Kabupaten
Pelalawan. Sejak tahun 1999 berdirinya Kabupaten Pelalawan listrik yang
di kelola oleh PT.PLN (Persero) tidak pernah mengalami kendala yang
berarti dikarenakan daya yang cukup dan penduduk pada saat itu tidaklah
banyak. Dengan perkembangan zaman, banyak pula inverstor melirik
kabupaten Pelalawan dalam membangun usaha industri. Dengan adanya
industri ini, Kabupaten Pelalawan menjadi berkembang pesat dan harus
kita ketahui kegunaan listrik semakin hari semakin besar PT. PLN
menyadari kebutuhan listrik masyarakat yang semakin ketergantungan
akan adanya tenaga listrik.
Pemerintah Daerah selaku organisasi yang menjalankan
Pemerintahan di daerah sesuai dengan otonomi daerah telah memprediksi
akan perlunya listrik di masa yang akan datang. Dengan Pertimbangan
13
P. Joko Subagyo, 2004, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,Rineka Cipta,
Jakarta, hlm. 94.
14
Sugiyono, Op.cit, hlm.7
7
bahwa tenaga listrik sangat penting artinya bagi peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat umumnya serta peningkatan kegiatan ekonomi
pada khususnya dan oleh karenanya usaha penyediaan energi listrik,
pemanfaatan dan pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedianya
listrik dalam jumlah cukup dan merata dengan mutu pelayanan yang
baikmaka pada tahun 2004 di keluarkanlah Peraturan Daerah Nomor 04
Tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan.
Dengan keluarnya Peraturan daerah nomor 04 tahun 2004 tentang
Pengelolaan Ketenagalistrikan ini memberikan izin pengusahaanya sesuai
dengan pasal 8 ayat 2 : “Izin usaha ketenagalistrikan dapat diberikan
kepada : Perseorangan, Koperasi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Swasta, Perusahaan
dengan modal bersama antar negara/Badan Usaha Milik Negara atau
Kabupaten/Badan Usaha Milik Daerah satu pihak dengan perseorangan,
Koperasi, atau Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahan asing sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dan
Pemanfaatannya harus sesuai dengan pasal 7 ayat 1 : “Pemanfaatan
tenaga listrik diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat”.
b. Setelah Kebijakan Strukturisasi
Penyaluran listrik selama ini di Kota Pangkalan Kerinci ditangani
oleh PT. PLN (Persero). Sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah
Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Ketenagalistrikan tersebut kemudian PD. Tuah Sekata selaku Perusahaan
Daerah ikut serta dalam pengelolaan listrik yang ada di Kota Pangkalan
Kerinci. Kebijakan Strukturisasi Kelembagaan pengelolaan listrik yang
diambil Pemerintah Kabupaten Pelalawan ini bertujuan untuk
menanggulangi kekurangan listrik yang terjadi di Kota Pangkalan Kerinci.
Namun padanya nyatanya tujuan kebijakan ini belum dapat terpenuhi.
c. Tujuan Kebijakan Strukturisasi
Telah dipahami bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan
yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan, tidak perlu ada kebijakan. Dengan
demikian, tujuan menjadi unsur pertama dari suatu kebijakan. Kebijakan
yang baik mempunyai tujuan yang baik.
Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan yaitu
Pemerintah memberikan wewenang kepada pihak lain untuk mendirikan
dan mengelola tenaga listrik untuk kepentingan umum (strukturisasi).
Dalam hal ini pengelolaan listrik yang pada awalnya dilakukan oleh PT.
PLN (Persero) kini juga dilakukan oleh PD. Tuah Sekata. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Pelalawan dan untuk mengatasi listrik di Kota Pangkalan
Kerinci di masa yang akan datang. Diharapkan dengan keikutsertaan PD.
Tuah Sekata dapat mengatasi krisis listrik di Kota Pangkalan Kerinci.
Pemerintah sebagai pihak yang sangat berandil besar dalam mengambil
sebuah kebijakan seharusnya perlu mempertimbangkan hal-hal yang
menyangkut hajat hidup masyarakat banyak.
Tapi pada implementasinya tujuan kebijakan yang seharusnya
untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengatasi
krisis listrik namun nyatanya harapan untuk memperbaiki keadaan listrik
yang ada malah jauh dari harapan, bukan membuat pasokan tenaga listrik
menjadi lancar malah semakin memperburuk keadaan yang ada. Hingga
saat ini masyarakat umum malah semakin kekurangan pasokan energi
listrik.
8
d. Dampak Kebijakan Strukturisasi
Dampak merupakan tujuan lanjutan yang muncul sebagai pengaruh
dari pencapaian suatu tujuan. Setiap tindakan menimbulkan akibat atau
dampak yang lebih besar dalam masyarakat daripada target yang
diperhitungkan dari suatu kebijakan. Sesuai dengan ciri dari kebijakan
yang dapat bersifat positif dan negatif, dampak yang muncul juga ada
yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif yang diharapkan terjadi
dari suatu tindakan kebijakan.
Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan Pemerintah Daerah
harus memperhatikan bermacam-macam faktor. Arus informasi dan
komunikasi perlu diperhatikan sehingga tidak terjadi pemahaman yang
berbeda antara isi kebijakan yang diberikan oleh pusat dengan persepsi
aparat pelaksana di daerah. Diperlukan pula dukungan sumber daya
maupun stakeholders yang terkait dengan proses implementasi kebijakan
di daerah. Diperlukan pula pembagian tugas maupun struktur birokrasi
yang jelas di daerah sehingga tidak terjadi ketimpangan tugas dalam
proses implementasi suatu kebijakan di daerah. Begitu pula halnya
kebijakan yang di buat Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan melalui
Peraturan Daerah nomor 04 tahun 2004 berdampak signifikan terhadap
masyarakat. Adanya strukturisasi ini berujung pada krisis listrik yang
seharusnya sebelum adanya kebijakan strukturisasi ini listrik di kota
pangkalan kerinci tidak mengalami kendala, tetapi setelah kebijakan ini
ada terjadi krisis listrik.
Dampak dari strukturisasi ini adalah terjadinya krisis listrik
dikarenakan kurangnya daya dan pertambahan penduduk. Krisis
kurangnya daya yang dihadapi PT. PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata
sudah terlalu berat.Sering terjadi pemadaman listrik bergilir dan terkadang
listrik mati 24 jam. Masalah yang dihadapi masyarakat di Kota Pangkalan
Kerinci yaitu krisis listrik yang harus segera ditanggulangi oleh
pemerintah. Banyak kerugian yang diderita masyarakat akibat krisis listrik
yang hingga saat ini belum ada pemecahannya. Sementara pemerintah
membuat kebijakan untuk menstrukturisasi kelembagaan pemerintahan
yang tujuannya adalah agar ada pihak lain yang ikut serta dalam
pengelolaan listrik agar permasalahan krisis listrik dapat diselesaikan.
Bukannya memberikan jalan keluar dari tuntutan permasalahan ini malah
menimbulkan krisis listrik yang makin hari makin parah.
2. Terjadinya Krisis Listrik di kota Pangkalan Kerinci tahun 20112012
Sebelum adanya Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor
04 Tahun 2004 tentang pengelolaan Ketenagalistrikan, pasokan listrik di
Kota Pangkalan Kerinci masih normal dan tidak memiliki masalah dalam
penyalurannya. Masyarakat masih dapat melakukan segala kegiatan
dengan normal tanpa terkendala dengan masalah listrik, karena dalam
pengelolaannya masih di pegang oleh PT. PLN (Persero). Kemudian
Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Kabupaten
Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Ketenagalistrikan,
kebijakan ini dikeluarkan pemerintah guna memberikan izin pengelolaan
kepada pihak lain selain PT. PLN (Persero) untuk mengelola listrik,
strukturisasi kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah ini
dimaksudkan untuk menanggulangi jumlah konsumsi listrik yang semakin
banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat.
9
Setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan listrik tersebut,
berdirilah PD. Tuah Sekata sebagai pihak kedua setelah PT. PLN (Persero)
untuk ikut serta dalam pengelolaan listrik dikota Pangkalan Kerinci.
Sebenarnya tanpa adanya PD. Tuah Sekata dalam strukturisasi
pengelolaan listrik di Kota Pangkalan Kerinci, pasokan listrik masih
normal walau dengan banyaknya pertambahan jumlah penduduk. PT. PLN
(Persero) masih mampu menanggulangi pasokan listrik untuk kebutuhan
seluruh masyarakat dengan semua kecukupan daya yang tersedia. Akan
tetapi setelah adanya PD. Tuah Sekata, daya listrik yang ada harus dibagi
dua dalam penyalurannya yaitu untuk PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah
Sekata.
a. Pertambahan Penduduk
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah
dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan
dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju
pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada
pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh,
provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam
minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (19902000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara,
provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40
persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka
Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Melihat statistik di atas pertambahan penduduk Pangkalan Kerinci
juga demikian, semakin hari semakin meningkat begitu juga Kebutuhan
Listrik di Kota Pangkalan Kerinci meningkat akibat pertambahan
penduduk yang sangat cepat sedangkan tenaga listrik yang tersedia tidak
mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Pertambahan penduduk yang
begitu cepat berdampak pada pasokan kurangnya listrik untuk kota
Pangkalan Kerinci. Pada tahun 2011 terdapat 64.624 jiwa penduduk
kecamatan Pangkalan Kerinci dimana terdapat 32.304 jiwa laki laki dan
32.320 jiwa perempuan dan jumlah KK adalah 14.455 KK. Kemudian
pada tahun 2012 peningkatan penduduk terjadi menjadi 76.088 jiwa yang
mana terdapat 37.014 jiwa laki-laki dan 39.074 jiwa perempuan dan
jumlah KK adalah 16.531 KK.
Untuk Pelanggan listrik Pada tahun 2011 Jumlah pelanggan
PT.PLN (Persero) yaitu sebanyak 8854 pelanggan sedangkan PD.Tuah
Sekata jumlah penduduknya sebanyak 3343 Pelanggan. Kemudian pada
tahun 2012 pertambahan pelanggan yang begitu pesat terjadi pada
pelanggan PT.PLN (Persero) sebanyak 9315 pelanggan sedangkan pada
PD.Tuah Sekata menjadi 3586 pelanggan.
b. Kekurangan Daya
Penyaluran listrik di Kota Pangkalan Kerinci yang ditangani oleh
PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekataini masih mengandalkan suplai
daya listrik dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui PT. Riau
Prima Energi (RPE). Mulanya pasokan listrik kepada masyarakat berjalan
normal dan stabil. Dengan adanya strukturisasi terjadilah krisis listrik
dikarenakan kurangnya daya. Krisis listrik yang terjadi di Kabupaten
Pelalawan terjadi sejak awal tahun 2011. Kurangnya pasokan listrik ini
sudah termasuk dalam fase krisis yang tak mampu ditanggulangi.
10
Seharusnya dengan adanya PD. Tuah Sekata masalah krisis listrik di kota
Pangkalan Kerinci bisa di atasi, namun pada kenyataannya krisis listrik
semakin tidak bisa di atasi. PT.PLN (Persero) yang sudah profesional dalam
pengelolaan listrik juga kesulitan dalam mengatasi krisis ini.
Daya listrik yang di distribusikan pada tahun 2011 oleh PT. Riau
Prima Energi kepada PT. PLN (Persero) dan PD. Tuah Sekata hanya 8
MW sementara diketahui, daya yang di hasilkan dari 7 turbin PT. RPE 350
MW. Total kebutuhan daya listrik di kota Pangkalan Kerinci dari PT. PLN
(Persero) sudah mencapai 7 MW sedangkan PD. Tuah Sekata sudah
mencapai 3 MW. Tidak adanya penambahan daya atas kekurangan
kebutuhan daya listrik menyebabkan pihak PT. PLN (Persero) Rayon
Pangkalan Kerinci dan PD.Tuah Sekata melakukan pemadaman listrik.
Kemudian pihak PD. Tuah sekata juga mengeluhkan suplai yang sedikit.
Pada bulan Mei tahun 2012 terjadi pemadaman listrik besar-besaran yang
dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dan PD.Tuah Sekata. Supply tenaga
listrik dari PT. Riau Prima Energi terganggu karena adanya kerusakan. Hal
ini memperpanjang masalah krisis listrik yang terjadi di kota Pangkalan
Kerinci. Sebelumnya daya yang di suplai dari PT. Riau Prima Energi
sebanyak 8 MW menjadi 5 MW. Untuk PT. PLN (Persero) pada saat
sebelum krisis di beri daya sebanyak 5 MW menjadi 3,5 MW, padahal
kebutuhan listrik untuk kota Pangkalan Kerinci sebanyak 7 MW.Hal ini
dikarenakan mesin turbin dari PT. Riau Prima Energi mengalami
kerusakan.Sedangkan PD. Tuah Sekata yang sebelumnya 3MW menjadi
1,5 MW untuk total kebutuhan 3,5 MW.
c. Kurangnya Antisipasi
Antisipasi merupakan langkah yang dilakukan guna mengatasi apa
yang terjadi kedepan yaitu krisis. Selama ini, PT. PLN (Persero) Rayon
Pangkalan Kerinci hanya membeli daya dari PT.Riau Prima Energi
sebanyak 5 MW pada tahun 2011 kemudian persedian Genset sekitar
hanya 2 MW untuk mengatasi kebutuhan listrik di kota Pangkalan Kerinci
sebanyak 7 MW. Sedangkan pihak PD.Tuah Sekata pada tahun 2011
sudah mengalami krisis yaitu kekurangan daya yang signifikan
dikarenakan banyaknya pelanggan yang masuk pada perusahaan daerah
ini. Antisipasi pada tahun 2011 ini hanya memadamkan lampu jalan sesuai
dengan kebijakan pemerintah daerah.
Berjalannya waktu kewaktu krisis ini semakin parah semenjak
terjadi kerusakan turbin yang di alami PT. Riau Prima Energi. Pada tahun
2012 terjadi krisis listrik besar-besaran. Kondisi yang mulanya hanya
sekedar pemadaman listrik bergilir terjadi pemadaman listrik total selama
3 hari kota Pangkalan Kerinci gelap gulita. PT. PLN (Persero) Rayon
Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata kurang mengantisipasi karena
rusaknya turbin dari pihak PT. Riau Prima Energi. Walaupun pihak PT.
PLN (Persero) memiliki antisipasi tetapi antisipasi yang dilakukan
terlambat. Sebagai salah upaya dalam mengantisipasi kondisi listrik di
Kabupaten Pelalawan khususnya di Pangkalan Kerinci, PLN Rayon
Pangkalan Kerinci telah menyiapkan sebanyak 12 genset yang
didatangkan dari berbagai daerah. Kedua belas genset itu didatangkan dari
Pekanbaru sebanyak tiga (3) buah, Kabupaten Siak tiga (3) buah dan
Rengat enam (6) buah. Meski belum maksimal namun dengan keberadaan
12 genset itu setidaknya masyarakat Pangkalan Kerinci tak mengalami
gelap gulita.
11
Pihak PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci yang pada tahun
2011 mendapat 5 MW tetapi semenjak kerusakan turbin pada tahun 2012
pihak PT. Riau Prima Energi hanya menjual kepada PT. PLN (Persero)
rayon Pangkalan Kerinci sebanyak 3,5MW kekurangan itu dengan genset
dan PLTD.
Pihak PD. Tuah Sekata sejak kerusakan yang terjadi pada turbin
PT. Riau Prima Energi mencoba mencari antisipasi terhadap kekurangan
daya yang di berikan PT. Riau Prima Energi sebanyak 1,5 MW. Antisipasi
yang dilakukan PD.Tuah Sekata hanya melalakukan Pemadaman bergilir
tetapi tidak mencari daya tambahan untuk mengurangi krisis ini.
Dengan bantuan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertambangan
Energi Bidang Ketenagalistrikan pihak Pemerintah daerah mencari solusi
untuk mengatasi krisis ini yaitu dengan mengoperasikan 2 unit genset dari
pihak Satpol PP.
3. Dampak Krisis Listrik akibat strukturisasi kelembagaan
Pemerintahan
a. Dampak bagi Perekonomian Masyarakat
Masyarakat sangat jelas terkena dampak dari krisis listrik ini.
Apabila ada pembangkit yang mengalami gangguan, maka cadangan daya
akan semakin turun dan pemadaman listrik pun tidak bisa dihindarkan.
Dengan kondisi seperti itu, pemerintah menginginkan pelanggan sedikit
mengurangi menghemat konsumsi listrik. Dengan kondisi yang ada, PLN
mulai membuat jadwal pemadaman bergilir disamping gencar menyerukan
penghematan lewat media masa cetak maupun elektronik.
Pihak yang paling dirugikan dalam kebijakan ini adalah sektor
industri. Sektor utama penggerak perekonomian saat ini mengalami
kerugian yang tidak sedikit. Produktivitas berkurang akibat pemadaman
listrik secara bergilir. Belum lagi, kerugian yang dialami akibat kerusakan
alat-alat elektronik semakin membebani pelaku usaha.
Pemadaman listrik juga berpengaruh terhadap investasi.
Kepercayaan investor untuk berinvestasi di kota Pangkalan Kerinci
semakin berkurang. Kepastian pasokan listrik merupakan salah satu faktor
penentu kepercayaan investor untuk mengalirkan dananya ke kota
Pangkalan Kerinci. Apabila kepercayaan ini pudar, maka output total
dalam perekonomian akan berkurang. Hal ini juga menunjukkan
berkurangnya pendapatan daerah.
Tidak hanya sampai disitu saja, Masyarakat juga harus lebih
membayar mahal listrik dikarenakan pemadaman listrik mengakibatkan
lonjakan pembayaran listrik.
b. Dampak bagi Pendidikan
Terlepas mahal atau tidaknya biaya listrik, masyarakat akan tetap
berterimakasih pada Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebab kehadiran
listrik sangat bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu pengaruh kehadiran
listrik yang terpenting adalah terhadap dunia pendidikan. Kita bisa
membayangkan bagaimana kondisi suatu lembaga pendidikan tanpa
menggunakan manfaat listrik. Memang pendidikan bisa dijalankan dalam
situasi apa pun. Akan tetapi, bisa kah pendidikan tersebut berkembang dan
berjalan dengan baik tanpa adanya listrik tentu hal itu akan sulit. Salah
satu faktor pendukung pendidikan ialah kelengkapan fasilitas (media
pendidikan). Fasilitas pendidikan merupakan sesuatu yang bisa membantu
kelancaran pendidikan, baik proses belajar-mengajar, administrasi,
12
pengelolaan pendidikan, dan media-media pendidikan yang bersifat
elektrik (menggunakan listrik).
Di zaman sekarang, pengelolaan pendidikan yang bersifat
administrasi pembukuan maupun penulisan hampir rata-rata menggunakan
kompuer dibanding mesin tik, sebab hal itu mudah dilakukan, lebih praktis
dan hasilnya lebih baik. Di samping itu, proses-belajar mengajar pun
menuntut adanya media pembelajaran demi kemudahan proses
pembelajaran atau pendidikan. Misalnya media audio, audio-visual, atau
alat-alat praktek lain yang membutuhkan listrik. Selain itu, pengetahuan
siswa terhadap hal-hal komputer (operasional komputer atau pengetahuan
tentang dunia Cyberspace, internet, yang fasilitasnya menggunakan
komputer) akan sangat terbatas. Padahal, komputer untuk zaman sekarang
merupakan kebutuhan yang sangat penting. Dengan tidak adanya listrik,
dunia pendidikan (lembaga, guru dan muridnya) akan sangat sulit
berkembang, bisa jadi monoton. Dan, kita tahu, tidak berkembangnya
pendidikan itu mempunyai pengaruh buruk pada suatu masyarakat,
terkhusus dalam aspek pengetahuan.
Listrik memang bisa dihasilkan tidak dari PLN saja, akan tetapi
efektifitas dan efisiensinya tidak sebaik dan seluas PLN. Kalau kondisi ini
dibiarkan berlarut-larut, sedikit-banyaknya bisa memberi dampak tidak
baik pada perkembangan pendidikan. Di satu wilayah pendidikan
berkembang atau maju dengan baik, tapi di wilayah yang lain pendidikan
tidak berkembang. Bahkan, bisa dikatakan mengalami kemunduran jika
kondisi pendidikan diwilayah tidak teraliri listrik tetap saja seperti zaman
pralistrik, sedangkan di wilayah lain perkembangan pendidikan maju
dengan pesat.
c. Dampak bagi Pemerintahan
Krisis listrik tidak hanya berdampak pada sektor perekonomian
secara umum dan pendidikan bahkan dampak krisis listrik tersebut juga
dirasakan bagi pemerintahan. Secara umum, pemerintah diharapkan untuk
menjalankan tugas administrasi dengan baik dalam memberikan pelayanan
yang prima kepada masyarakat. Yang utama dituntut masyarakat adalah
tentang kinerja pemerintahan. Bagi kalangan akademik, biasanya baik atau
buruknya suatu pemerintahan dapat dilihat dan diukur dari seberapa jauh
performance kinerja pemerintahan itu sendiri berjalan. Di kehidupan
sehari-hari, kita tentu membutuhkan yang namanya institusi, karena
institusi merupakan penyedia jasa pelayanan publik.
Krisis listrik yang melanda Kota Pangkalan Kerinci berdampak
dalam pelayanan pemerintah yang menjadi lamban. Padahal masyarakat
benar-benar membutuhkan pelayanan publik. Pemerintah lah yang bekerja
menyediakan dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat
umum yang seharusnya dapat dilakukan secara cepat dan efisien. Ada
kalanya listrik dipadamkan pada jam-jam dimana sedang berlangsung
kegiatan kantor sehingga sangat mengganggu aktivitas perkantoran dan
berakibat lambat atau tidak terlaksanakanya pelayanan kepada
masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Strukturisasi kelembagaan pemerintahan terhadap penyediaaan energi
listrik terjadi karena Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2004 tentang
13
Pengelolaan Ketenagalistrikan, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah
guna memberikan izin pengelolaan kepada pihak lain selain PT.PLN
(Persero) untuk mengelola listrik, strukturisasi kelembagaan yang
dilakukan oleh pemerintah ini dimaksudkan untuk menanggulangi
jumlah konsumsi listrik yang semakin banyak seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Terdapat 4 proses
utama dalam dampak strukturisasi kelembagaan pemerintahan
terhadap penyediaan energi listrik yaitu :
a.
b.
c.
d.
Sebelum Kebijakan Strukturisasi
Setelah Kebijakan Strukturisasi
Tujuan Kebijakan Strukturisasi
Dampak Kebijakan Strukturisasi
Pada proses ini awal mulanya terjadi krisis listrik di kota
pangkalan Kerinci tahun 2011-2012.
2. Proses Terjadinya krisis listrik dikota Pangkalan Kerinci tahun 20112012 karena adanya :
a. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk Pangkalan semakin hari semakin
meningkat begitu juga Kebutuhan Listrik di Kota Pangkalan
Kerinci juga meningkat akibat pertambahan penduduk yang sangat
cepat sedangkan tenaga listrik yang tersedia tidak mencukupi
untuk kebutuhan masyarakat.
b. Kurangnya Daya
Dengan adanya strukturisasi terjadilah krisis listrik dikarenakan
kurangnya daya.
c. Kurangnya antisipasi PT. PLN (Persero) rayon Pangkalan Kerinci
dan PD. Tuah Sekata mengenai pertambahan penduduk dan
kurangnya daya listrik di kota pangkalan kerinci.
3. Dampak Krisis listrik akibat strukturisasi kelembagaan Pemerintahan
terhadap penyedian energi listrik.
Dampak krisis telah memunculkan berbagai dampak yang
ditanggapi pemerintah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang
ternyata hanya merupakan kebijakan-kebijkan reksioner dan jangka
pendek. Beberapa kebijakan yang terjadi akibat krisis listrik antara lain
pemadaman listrik secara bergilir, strukrurisasi kelembagaan.
Beberapa dampak yang secara langsung dirasakan akibat krisis listrik :
1) Dampak bagi Perekonomian Masyarakat
2) Dampak bagi Pendidikan
3) Dampak bagi Pemerintahan
2. Saran
1.
Pemerintah harusnya segera kembali merumuskan kebijakan
mengenai pengelolaan ketenagalistrikan.
2. Pemerintah harus membantu PT. PLN (Persero) rayon
Pangkalan Kerinci dan PD. Tuah Sekata agar segera mencari
alternatif daya listrik untuk kebutuhan masyarakat untuk
sementara.
3. Pemerintah juga harus mencari antisipasi energi listrik untuk
14
kedepan dan menanggulangi segala dampak yang terjadi akibat
krisis listrik ini.
4. Pemerintah harus mengembalikan sektor perekonomian agar
investor bisa berinvertasi dikabupaten Pelalawan.
A. Buku
DAFTAR PUSTAKA
Dye, Thomas R., 1992, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Fink, Steven, 1984, Crisis Management – Planning for the inevitable,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Giddens, Anthony, 1984, The Constitution of Society, Polity Press,
Cambridge.
Kaspersen, Lars Bo., 2000, Classical and Modern Social Theory, Blackwell,
Oxford.
Ruslan, Rosady., 2006, Manajemen Public Relations & Media
Komunikasi,Rajawali Pers, Jakarta.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode
R & D, Alfabeta , Jakarta.
Subianto, Bambang, 1990, Peningkatan Efisiensi BUMN, Swastanisasi Atau
Cara Lainnya, Dalam Prospek Ekonomi Indonesia1988/89, UI Press,
Jakarta.
Zainal Abidin, Said, 2012, Kebijakan publik, Salemba Humanika, Jakarta.
B. Jurnal
Hiro Tugiman, 2000, “Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor
Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Kinerja
Perusahaan”, Disertasi Doktor, Bandung, Universitas Padjajaran.
Suharyanti dan Achmad Hidayat Sutawidjaya, “Analisis Krisis Pada Analisis
Krisis Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis Dan
Perspektif Public Relations”, Journal Communication Spectrum, Vol.2
No. 2 Agustus 2012 ­ Januari 2013.
C. Website
http://www.riauinfo.com,terakhir diakses pada tanggal 9 Januari 2013 jam
14.53 WIB.
http://firsannova.blogspot.com/2011/09/bab-2-definisi-krisis.html terakhir
diakses Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 04.20 WIB
15
Download