Juni 2004 Bank Indonesia terus melanjutkan dan menyelesaikan

advertisement
I KHTISAR
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN RENCANA TINDAK
PASCA PROGRAM IMF (WHITE PAPER) BIDANG TUGAS BANK INDONESIA
(PERIODE APRIL – JUNI 2004)
Dalam periode April – Juni 2004 Bank Indonesia terus melanjutkan dan
menyelesaikan beberapa rencana tindak lanjut program stabilisasi ekonomi pasca program
LoI IMF (White Paper) bidang tugas Bank Indonesia yakni pada Program Stabilisasi
Ekonomi Makro dan Program Restrukturisasi dan Reformasi Sektor Keuangan.
A. Program Stabilisasi Ekonomi Makro
•
Secara umum, progress dari rencana tindak untuk Program Stabilisasi Ekonomi
Makro yang dilaksanakan Bank Indonesia selama periode April – Juni 2004 telah
mencapai hasil yang bersifat “berlanjut”. Beberapa rencana tindak dalam program
stabilisasi ekonomi makro dilaksanakan dalam kerangka implementasi kebijakan
moneter Bank Indonesia yang bersifat jangka menengah-panjang.
•
Untuk memperkuat kestabilan makroekonomi yang telah dicapai selama periode
sebelumnya serta untuk memelihara momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi,
dalam periode April – Juni 2004 Bank Indonesia telah mengimplementasikan paket
kebijakan untuk memperkuat kestabilan nilai tukar rupiah yang mencakup tiga aspek
yakni : Pertama, kebijakan pengendalian di sisi likuiditas Rupiah yang dimaksudkan
untuk meningkatkan penyerapan kelebihan likuiditas perbankan yang belum dapat
dimanfaatkan oleh sektor riil; Kedua, kebijakan penyempurnaan ketentuan kehatihatian perbankan berkaitan dengan PDN; dan Ketiga, peningkatan pemantauan dan
pengaturan transaksi valas. Terkait dengan kebijakan pengendalian likuiditas Rupiah,
langkah yang ditempuh mencakup antara lain pengaktifkan kembali Fasilitas Simpanan
Bank Indonesia (FASBI) jangka waktu 7 hari yang telah dimulai sejak 7 Juni 2004 dan
penyempurnaan ketentuan GWM Rupiah disesuaikan dengan posisi dana pihak ketiga
Rupiah yang dimiliki bank yang berlaku efektif sejak 1 Juli 2004.
•
Sejalan dengan arah kebijakan moneter dalam menjaga kesinambungan stabilitas
moneter dalam jangka menengah-panjang, beberapa indikator ekonomi-moneter yang
relevan menunjukkan pergerakan yang tetap terkendali antara lain :
(i) Dalam periode April – Juni 2004, perkembangan harga-harga mulai
menunjukkan kecenderungan meningkat. Inflasi IHK bulan Juni 2004 tercatat
sebesar 6,83% (yoy), 2,35% (qtq) serta 0,48% (mtm). Inflasi inti juga cenderung
meningkat sehingga pada bulan Juni mencapai 6,95% (y-o-y).
(ii) Nilai tukar rupiah mengalami tekanan dan disertai dengan peningkatan volatilitas
dibandingkan periode sebelumnya. Secara point to point rupiah terdepresiasi
sehingga pada akhir bulan Juni 2004 mencapai Rp9.403 per dolar AS. Dengan
perkembangan tersebut rata-rata rupiah selama triwulan II-2004 mencapai Rp9.005
1
per dolar AS. Sampai dengan semester I-2004, rata-rata nilai tukar rupiah mencapai
Rp8.733 per dolar AS.
(iii) Suku bunga SBI 1 bulan dan 3 bulan relatif stabil pada level 7,34% dan 7,25%.
Sementara itu, suku bunga GASBI pagi mengalami penurunan 25 bps menjadi 7%.
(iv) Posisi base money sampai dengan akhir bulan Juni 2004 tercatat sebesar Rp156,2
triliun. Posisi test date sementara base money bulan Juni 2004 sebesar Rp150,75
triliun atau mengalami margin over sebesar Rp0,63 triliun dari proyeksi
indikatifnya sebesar Rp150,12 triliun.
(v) Posisi cadangan devisa (reserve assets) pada akhir bulan Juni 2004 menunjukkan
posisi yang cukup memadai dan aman hingga mencapai USD34,85 miliar atau
setara dengan 6,0 bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
•
Terkait dengan program kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah yang realistis,
khususnya di bulan Mei 2004, sebagaimana dimaklumi nilai tukar rupiah mengalami
tekanan yang berat dengan diiringi peningkatan volatilitas. Tekanan tersebut terutama
dipicu dampak eksternal atas penguatan dolar AS secara global terkait dengan
ekspektasi kenaikan suku bunga Fedres dan percepatan pemulihan ekonomi AS, serta
upaya perlambatan pertumbuhan perekonomian Cina, dan meningkatnya harga minyak
di pasar dunia. Namun demikian, langkah intervensi yang dilakukan BI, baik secara
verbal maupun langsung ke pasar, serta pelaksanaan on site supervision ke beberapa
bank telah secara efektif menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, sejalan dengan
tambahan pasokan valas dengan penjualan SUN dan bond valas RI.
•
Terkait dengan upaya percepatan fungsi intermediasi perbankan, kebijakan Bank
Indonesia yang memberikan peluang bagi penurunan suku bunga SBI secara bertahap
telah direspon perbankan oleh penurunan suku bunga simpanan. Arah pergerakan yang
sama juga terjadi pada suku bunga kredit yang mendorong meningkatnya penyaluran
kredit perbankan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia terus melanjutkan monitoring
pencapaian business plan bank-bank dan melakukan moral suasi (himbauan) kepada
bank-bank dalam rangka mempercepat intermediasi perbankan. Penyaluran dana pada
April 2004 tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp10,2 triliun sehingga
posisinya mencapai Rp496,1 triliun. Dari kenaikan sebesar itu, sekitar Rp1,4 triliun
merupakan kredit baru.
•
Di sisi lain, dalam kerangka kebijakan pencapaian laju inflasi yang rendah dalam
jangka menengah panjang, langkah koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah
terus berlanjut dan diperkuat terutama dalam kerangka rencana tindak untuk : (i)
pengendalian likuiditas perekonomian sebagai implikasi dari penjualan obligasi negara
dan penggunaan rekening pemerintah di Bank Indonesia, (ii) operasi penggunaan
rekening Pemerintah di Bank Indonesia, (iii) pengelolaan utang dalam dan luar negeri
pemerintah, (iv) penggunaan SUN dan SBI sebagai instrumen moneter untuk
mendukung kebijakan moneter.
B. Program Restrukturisasi dan Reformasi Sektor Keuangan
•
Secara umum, perkembangan kinerja perbankan secara keseluruhan menunjukkan
kestabilan dan perbaikan serta tidak menunjukkan adanya potensi peningkatan risiko
yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan. Berdasarkan data April 2004,
2
secara umum beberapa indikator-indikator perbankan memperlihatkan perbaikan.
Kualitas kredit secara industri tidak menunjukkan perubahan sebagaimana yang
ditunjukkan oleh NPL gross yang menurun menjadi 7,75% dan merupakan level NPL
terendah sejak krisis. Sementara itu, meskipun masih lamban, kredit perbankan terus
meningkat sebesar 2,1% dibandingkan bulan sebelumnya atau secara tahun mencapai
16,4% (yoy). Kredit baru tercatat sebesar Rp1,4 triliun sehingga sampai dengan April
2004 kredit baru tercatat Rp7,8 triliun dimana 54,3% diantaranya berupa kredit
UMKM. Sementara rentabilitas perbankan masih memadai dimana ROA tercatat
meningkat menjadi 2,8% dan merupakan rasio ROA tertinggi sejak tahun 1993.
•
Sementara itu, beberapa pencapaian dari Program Restrukturisasi dan Reformasi Sektor
Keuangan masih berlangsung karena akan diselesaikan pada tahun 2004 dan bersifat
berlanjut. Rencana tindak lanjut tersebut antara lain meliputi: (ii) penyusunan kajian
stabilitas keuangan; (ii) penelitian stabilitas sistem keuangan, (iii) program linkage
bank umum dan BPR dalam rangka UMKM; (iv) penyusunan ketentuan mengenai
perbankan syariah; dan (v) penyusunan sistem dan desain sistem tehnologi, serta
ketentuan dan pembentukan Komite Sertifikasi bagi pengawas dan pemeriksa bank.
•
Terkait dengan penyusunan laporan peraturan pelaksanaan mengenai mekanisme
LoLR, Bank Indonesia dan Departemen Keuangan telah melakukan koordinasi dan
menyelesaikan draft PBI dan draft Keputusan Menteri Keuangan (KMK) mengenai
Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD). Draft PBI dan draft KMK tersebut telah dibahas
pula oleh Tim IFSN. Sementara itu, Bank Indonesia telah menyelesaikan draft PDG
mengenai FPD yang digunakan sebagai pedoman internal.
•
Dalam kerangka program Arsitektur Perbankan Indonesia (API), sampai dengan
akhir Juni 2004 Bank Indonesia juga telah dan tengah melanjutkan beberapa konsep
pendukung pilar-pilar API antara lain : (i) Expert panel BI yang merupakan salah satu
program pilar 2 yaitu menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang
efektif dan mengacu pada standar internasional; (ii) Persiapan teknis peluncuran
program sertifikasi bagi manajer risiko (salah satu program dari pilar 4 yaitu
menciptakan Good Corporate Governance (GCG) dalam rangka memperkuat kondisi
internal perbankan nasional); dan (iii) Penyusunan konsep PBI mengenai mekanisme
pengaduan nasabah dan transparansi produk (program dari pilar 6 yaitu mewujudkan
pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan). Terhadap programprogram API yang belum menghasilkan konsep awal, terus dilakukan pembahasan
dengan pihak internal maupun eksternal BI yang terkait.
•
Berkaitan dengan pemenuhan 25 Basel Core Prinsiple (BSP), selama periode April –
Juni 2004 Bank Indonesia telah menyelesaikan ketentuan yang terkait dengan
kebijakan restrukturisasi dan penyehatan perbankan yakni PBI No. 6/10/PBI/2004
tentang CAMELS serta melanjutkan penyusunan ketentuan Tata Cara Penilaian Bank
Rating System dan penyusunan disain dan sistem teknologi dalam rangka early
warning system. Sebelumnya beberapa ketentuan telah diselesaikan yakni yang terkait
dengan pedoman penerapan manajemen risiko (risk management).
•
Terkait dengan rencana tindak dalam mendorong linkage program antara BPR dan
bank umum dalam periode laporan, Bank Indonesia terus meminta perbankan untuk
meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dan membuat business plan dalam
upaya menyebar risiko portofolio perkreditan dan mengembangkan serta
memberdayakan UMKM. Sampai akhir Maret 2004, linkage program telah melibatkan
3
kerjasama antara 27 bank umum dengan 802 BPR, dengan plafon dan outstanding
masing-masing sebesar Rp638 miliar dan Rp368 miliar. Sebagai upaya meningkatkan
business plan perbankan melalui linkage program tersebut, Bank Indonesia
bekerjasama dengan pihak terkait mengembangkan program pemberdayaan konsultan
keuangan/pendamping UMKM mitra bank (KKMB). Program ini dimaksudkan
meningkatkan daya serap UMKM terhadap pembiayaan perbankan dan membantu
menjaga kualitas kredit yang disalurkan oleh bank kepada UMKM, mengingat salah
satu indikator keberhasilan program ini adalah meningkatnya jumlah UMKM yang
bankable dan memperoleh kredit dari bank serta lancar pengembaliannya.
Jakarta, 8 Juli 2004
BANK INDONESIA
4
MATRIKS PEMANTAUAN
PROGRAM STABILISASI EKONOMI MAKRO
Periode April s.d. Juni 2004
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
1.
Pencapaian laju
inflasi yang
rendah dalam
jangka menengah,
untuk
mempertahankan
daya saing
internasional
a. Meningkatkan efektivitas
pengendalian inflasi melalui
optimalisasi pengendalian
moneter dengan
menggunakan Operasi
Pasar Terbuka, sterilisasi
valas dan instrumen
moneter lainnya
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
Berlanjut
URAIAN KEMAJUAN
Pada awal tahun tahun 2004, Bank
Indonesia memperkirakan bahwa laju inflasi
IHK akan berada dalam kisaran 5,5% +
1%. Perkiraan inflasi dimaksud
memasukkan beberapa asumsi antara lain
nilai tukar diperkirakan pada level antara
Rp8.200-8.700 per dolar AS.
Beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi
ke depan adalah nilai tukar rupiah yang
stabil, relatif seimbangnya interaksi
permintaan dan penawaran, tekanan
administered price yang menurun, serta
membaiknya ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi.
Dalam tahun 2004, khususnya triwulan II,
terjadi tekanan harga yang cukup kuat yang
antara lain disebabkan oleh melemahnya
nilai tukar dan kenaikan tarif telepon.
Kondisi ini telah mengakibatkan Inflasi IHK
bulan Juni tercatat sebesar 6,83% (yoy),
2,35% (qtq) serta 0,48% (mtm). Sejalan
dengan tekanan IHK, inflasi inti juga
cenderung meningkat sehingga pada bulan
Juni mencapai 6,95% (y-o-y).
Untuk mengarahkan inflasi sesuai dengan
yang diperkirakan, dan menjaga stabilitas
ekonomi dan moneter, selama triwulan II
Bank Indonesia antara lain memutuskan
bahwa kebijakan moneter dalam triwulan II2004 akan tetap diarahkan untuk menjaga
kestabilan makroekonomi yang telah dicapai
melalui kebijakan yang akomodatif dan
berhati-hati. Dalam hal mensikapi
melemahnya nilai tukar rupiah kebijakan
yang ditempuh Bank Indonesia di arahkan
untuk menyerap likuiditas dari sistem
perbankan secara maksimal namun
berdampak minimal terhadap kenaikan suku
bunga. Selain itu, BI tetap melakukan
sterilisasi valas secara terukur sesuai
dengan kebutuhan.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
Berlanjut, dengan melihat
perkembangan indikator
ekonomi moneter terkini
dan prospek ke depan.
1
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
Secara khusus dalam upaya memperkuat
Fundamental dan Stabilitas Ekonomi, Bank
Indonesia pada tanggal 2 Juni 2004 telah
mengeluarkan paket kebijakan yang
mencakup tiga aspek yakni : Pertama,
kebijakan pengendalian di sisi likuiditas
Rupiah yang dimaksudkan untuk
meningkatkan penyerapan kelebihan
likuiditas perbankan yang belum dapat
dimanfaatkan oleh sektor riil; Kedua,
kebijakan penyempurnaan ketentuan
kehati-hatian perbankan berkaitan dengan
PDN; dan Ketiga, peningkatan pemantauan
dan pengaturan transaksi valas. Terkait
dengan kebijakan pengendalian likuiditas
Rupiah, langkah yang ditempuh mencakup
antara lain pengaktifkan kembali Fasilitas
Simpanan Bank Indonesia (FASBI) jangka
waktu 7 hari yang telah dimulai sejak 7 Juni
2004 dan penyempurnaan ketentuan GWM
Rupiah disesuaikan dengan posisi dana
pihak ketiga Rupiah yang dimiliki bank yang
berlaku efektif sejak 1 Juli 2004.
Berdasarkan atas berbagai upaya yang
dilakukan Bank Indonesia melalui kebijakan
moneternya selama triwulan II, dapat
dilaporkan
perkembangan
beberapa
indikator utama ekonomi dan moneter;
a.
Nilai tukar pada akhir Juni 2004
mencapai Rp9.403 / USD. Secara ratarata rupiah selama triwulan II nilai tukar
rupiah
mencapai
Rp9.005/USD
atau
melemah 6,3% dibandingkan triwulan I2004. Untuk rata-rata semester I nilai
tukar rupiah mencapai Rp8.733/USD atau
sedikit di atas rentang perkiraan semula di
Rp8.200-Rp8.700/USD.
b.
Suku bunga SBI 1 bulan dan 3 bulan
relatif stabil pada level 7,34% dan 7,25%.
Sementara suku bunga FASBI pagi
mengalami penurunan 25bps menjadi 7%.
2
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
c.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
Base money relatif terkendali dan
masih
sejalan
dengan
pertumbuhan
tahunan
rata-rata
tahunan
yang
diproyeksikan pada kisaran 13 – 14,5%.
Pada akhir bulan Juni base money tercatat
sebesar Rp156,2 triliun. Posisi test date
sementara base money bulan Juni 2004
sebesar Rp150,75 triliun atau mengalami
margin over sebesar Rp0,63 triliun dari
proyeksi indikatifnya sebesar Rp150,12
triliun.
d. Posisi cadangan devisa (reserve assets)
pada akhir bulan Juni 2004 menunjukkan
posisi yang masih cukup aman mencapai
USD34,85 miliar atau setara dengan 6,0
bulan kebutuhan impor dan pembayaran
utang luar negeri pemerintah.
Dalam upaya meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas kebijakan moneter secara
rutin mingguan, Bank Indonesia
mengumumkan kepada masyarakat melalui
siaran pers dan website BI di
http:/www.bi.go.id mengenai hasil lelang
SBI, indikator utama perekonomian serta
berbagai kebijakan moneter yang telah dan
akan ditempuhnya.
b.
Melaksanakan kebijakan
persuasi (moral suasion)
kepada bank-bank dalam
rangka mempercepat
fungsi intermediasi bank.
Business plan bank
umum diarahkan
untuk ekspansi
kredit, sesuai
dengan kondisi
makro ekonomi
terkini dan prospek
tahun 2004-2006
Berlanjut
• Bank-bank telah menyampaikan
rencana bisnis tahun 2004-2006,
termasuk proyeksi kredit
denganrencana pertumbuhan tahun
2004 sekitar 28% (cat : untuk bank
besar).
• BI melakukan
monitoring pencapaian
rencana bisnis bankbank secara reguler.
• Pertumbuhan kredit sd April 2004
mencapai 9,3% dari proyeksi
pertumbuhan 2004.
c.
Meningkatkan koordinasi
dengan Pemerintah guna
mencegah:
Berlanjut
3
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
1. Likuiditas yang terlalu
ketat (crowding out) di
pasar uang
sehubungan dengan
penjualan obligasi
negara
Hasil koordinasi
antara Bank
Indonesia dan
Departemen
Keuangan berupa
surat Departemen
Keuangan mengenai
term and condition
serta pelaksanaan
lelang obligasi
negara.
Berlanjut
2. Ekspansi moneter yang
mengganggu likuiditas
perekonomian karena
penggunaan rekening
pemerintah di BI
Pertemuan dan
kontak informal
dengan Depkeu,
khususnya Ditjen
Anggaran, Ditjen
PKPD, dan Ditjen
Lembaga Keuangan.
Berlanjut
Data posisi dan
maturity profile ULN
dan utang domestik
pemerintah.
Berlanjut
d. Mengkoordinasikan
pengelolaan utang dalam
negeri dan luar negeri
pemerintah1
URAIAN KEMAJUAN
• BI telah memberikan masukan kepada
Berlanjut, pelaksanaan
koordinasi antara Bank
Indonesia dan
Departemen Keuangan
• Dalam kerangka operasi pengendalian
Melanjutkan koordinasi.
• Koordinasi dalam hal pengelolaan data
• Melakukan pengkinian
• BI telah memberikan masukan kepada
• Berlanjut, pelaksanaan
Departemen Keuangan mengenai
informasi likuiditas pasar, jangka waktu
obligasi negara yang diminati oleh
pasar (market appetite), jumlah
obligasi negara yang dapat diterbitkan,
dan terms and conditions dari obligasi
negara yang akan diterbitkan,
termasuk institusi peserta lelang.
moneter mingguan, secara teratur BI
telah melakukan komunikasi, koordinasi
dan pertemuan dengan Departemen
Keuangan yang berlangsung cukup
baik. Ke depan, hal ini perlu terus
ditingkatkan.
utang luar negeri dan utang domestik
dilakukan terutama dengan saling tukar
informasi mengenai data posisi terkini
dan data rencana beban pembayaran
utang
Departemen Keuangan mengenai
informasi likuiditas pasar, jangka waktu
obligasi negara yang diminati oleh pasar
(market appetite), jumlah obligasi
negara yang dapat diterbitkan, dan
terms and conditions dari obligasi
negara yang akan diterbitkan,
termasuk institusi peserta lelang.
1 *
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
informasi data posisi
& maturity profile
utang luar negeri dan
utang domestik.
koordinasi antara Bank
Indonesia dan
Departemen Keuangan
Yang dimaksud dengan rencana tindak tersebut diatas adalah terbatas pada koordinasi pengelolaan data utang luar negeri dan data utang domestik pemerintah
4
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
e. Membangun infrastruktur
bagi pengembangan pasar
sekunder Surat Utang
Negara (SUN).
1. Tersedianya
infrastruktur yang
mendukung
pengembangan
pasar sekunder
SUN dalam suatu
sistem yang
disebut Bank
IndonesiaScripless
Securities
Settlement
System (BI-SSSS)
yang telah
diimplementasikan
pada tanggal 16
Februari 2004
2. PBI tentang BISSSS
3. SE BI perihal BISSSS
4. Konsep SE BI
perihal Biaya
Pengunaan BISSSS
5. Revisi PBI tentang
Penerbitan,
Penjualan dan
Pembelian serta
Penatausahaan
SUN.
6. SE BI perihal Tata
cara Pelaksanaan
Lelang SUN di
Pasar Perdana.
SASARAN
WAKTU
2004-2006
URAIAN KEMAJUAN
• BI telah menyediakan infrastruktur
yang mendukung pengembangan pasar
sekunder SUN dalam suatu sistem yaitu
BI-SSSS yang telah diimplementasikan
pada tanggal 16 Februari 2004.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
• Memfasilitasi
penyusunan Master
Repo Agreement
(MRA) yang akan
digunakan oleh pelaku
pasar termasuk Bank
Indonesia sebagai
acuan dalam
melakukan transaksi
pasar sekunder SUN.
•
Melakukan
pengkajian BI-SSSS
sesuai dengan
perkembangan pasar
yaitu sistem
penatausahaan SUN
dalam valuta asing,
hubungan secara
online BI-SSSS
dengan pelaku pasar
keuangan lainnya
hubungan secara
online
penatausahaan BISSSS dengan pelaku
pasar di luar negeri
(cross border
settlement)
7. SE BI perihal
Persyaratan dan
Tata cara
Penunjukkan SubRegistry untuk
Penatausahaan
Surat Berharga.
5
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
8. SE BI perihal
Kriteria dan
Persyaratan serta
Tata cara
Penunjukkan
Peserta Lelang
SUN
f. Mengkoordinasikan
penggunaan SUN dan SBI
sebagai instrumen moneter
untuk mendukung
kebijakan moneter
Berlanjut
• BI telah melakukan kajian awal dampak
lelang reguler SUN terhadap kebijakan
moneter.
• BI telah melakukan koordinasi dan
diskusi dengan pihak internal Bank
Indonesia (satuan kerja terkait) pada
minggu terakhir bulan Mei 2004.
• BI telah melakukan diskusi dengan
pihak eksternal Bank Indonesia (pelaku
pasar) untuk mendapatkan masukan.
Melanjutkan penelitian
dengan
mempertimbangkan
perkembangan makro
ekonomi terkini dan UU
No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
dan UU No. 23 tahun
1999 sebagaimana telah
dirubah dengan UU No.3
tahun 2004.
• Bi telah melakukan diskusi dengan
pihak eksternal Konsultan dari World
Bank untuk mendapatkan masukan.
• BI tengah melakukan kajian literatur
benchmarking negara lain dalam
penggunaan SUN sebagai instrumen
moneter.
6
NO
2.
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
Menjaga nilai
tukar rupiah yang
realistis
a. Sterilisasi/intervensi valas
untuk mengurangi
volatilitas nilai tukar rupiah
KELUARAN
Keputusan RDG
SASARAN
WAKTU
Berlanjut
URAIAN KEMAJUAN
• Sepanjang triwulan II-2004, nilai tukar
rupiah terus mengalami tekanan yang
diiringi dengan meningkatnya
volatilitas. Pengaruh faktor eksternal
cukup dominan dalam ikut
menyebabkan melemahnya rupiah
terutama pada paro pertama triwulan
II, sedangkan faktor domestik lebih
dominan pada paro kedua. Secara point
to point rupiah terus terdepresiasi
sehingga pada akhir bulan Juni 2004
mencapai Rp9.403/USD. Dengan
perkembangan tersebut rata-rata
rupiah selama triwulan II mencapai
Rp9.005/USD atau melemah 6,3%
dibandingkan triwulan I-2004. Untuk
rata-rata semester I nilai tukar rupiah
mencapai Rp8.733/USD atau sedikit di
atas rentang perkiraan semula di
Rp8.200-Rp8.700/USD. Pelemahan
rupiah di paro pertama triwulan II
terutama dipicu oleh dampak eksternal
atas penguatan USD secara global
terkait dengan ekspektasi kenaikan
suku b unga Fedres dan percepatan
pemulihan ekonomi AS serta upaya
perlambatan pertumbuh-an ekonomi
cina.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
Bank Indonesia akan
memonitor
perkembangan pasar dan
meminimalisir gejolak
nilai tukar rupiah yang
berlebihan secara lebih
intensif terutama
terhadap transaksi yang
ditengarai mempunyai
unsure spekulasi yang
memanfaatkan
ketidakpastian kondisi
politik dalam negeri serta
perkembangan valas
internasional.
• Namun intervensi yang dilakukan BI,
baik secara verbal maupun langsung ke
pasar, serta pelaksanaan on site
supervision ke beberapa bank cukup
efektif untuk menahan pelemahan
rupiah lebih lanjut, sejalan dengan
tambahan pasokan valas dengan
penjualan SUN dan bond valas RI.
7
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
b. Menyempurnaan
ketentuan tentang
pembatasan transaksi
Rupiah dan pemberian
kredit valas oleh bank
Penyempurnaan
Ketentuan
c. Meningkatkan kepatuhan
pada prinsip kehati-hatian
di bidang perbankan,
termasuk Net Open
Position (NOP) dan risiko
transaksi reksa dana
Hasil monitoring dan
penegakkan
ketentuan perbankan
d. Meningkatkan perolehan
kualitas informasi transaksi
valas, termasuk monitoring
pelaku pasar.
Hasil penelitian,
monitoring dan
pemantauan
langsung.
SASARAN
WAKTU
Semester I –
tahun 2004
Berlanjut
Berlanjut
URAIAN KEMAJUAN
Draft PBI dan SE telah selesai disusun dan
dimaksudkan untuk menyempurnakan
pembatasan transaksi rupiah dan
pemberian kredit kepada non residen
(swap jual, forward jual dan option jual).
Namun, penyempurnaan PBI 3/3 akan
dilengkapi juga dengan pembatasan
transaksi rupiah dari sisi pinjaman
diterima dari non residen (swap beli,
forward beli).
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
Saat ini sedang dilakukan
pembahasan antar
Direktorat mengenai
dampak pembatasan dari
pinjaman yang diterima
dari non residen
BI telah memberikan teguran dan sanksi
sesuai ketentuan yang berlaku kepada
bank-bank yang melanggar ketentuan
kehati-hatian.
• Pemantauan transaksi valas perbankan
domestik, terutama dengan pihak luar
negeri terus dilakukan dengan intensif.
• Pemantauan lebih difokuskan pada
kelompok bank asing yang merupakan
market maker di pasar valas.
Disamping itu, pemantauan terhadap
transaksi valas oleh korporasi dalam
negeri (big players) juga diintensifkan.
Untuk mengakomodasinya telah
dilakukan penyempurnaan mapping
pelaku pasar dalam sistem monitoring
transaksi valas.
• Nilai tukar rupiah terdepresiasi cukup
tinggi sejak awal Mei 2004 setelah
menguatnya persepsi pasar bahwa Fed
akan menaikkan suku bunga. Isu
tersebut direspon para investor asing
dengan menarik dananya keluar dari
Indonesia.
• Pemantauan transaksi
valas perbankan
domestik tetap
dilaksanakan dengan
intensif dan difokuskan
pada transaksi yang
dilakukan oleh
counterpart luar negeri
dan korporasi dalam
negeri. Upaya
menjaga stabilitas nilai
tukar juga tetap
dilaksanakan termasuk
dengan mengkaji
kemungkinan
mengatur transaksi
valas dan/atau
aktivitas lain yang
potensial menimbulkan
gejolak nilai tukar.
8
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
• Transaksi valas bank-bank domestik
dengan pihak luar negeri mencatat
terjadinya net-jual (outflow) pada bulan
April – Juni 2004. Net jual tersebut
meningkat dari USD297 juta pada April
2004 menjadi USD468 juta pada Mei
2004. Namun pada bulan Juni 2004
menurun kembali menjadi USD30 juta.
Meningkatnya net jual tersebut seiring
dengan turunnya penempatan pihak
asing dalam transaksi swap.
• Telah dilakukan penyesuaian perangkat
pendukung sistem PIPU dengan versi
terbaru (5.53)
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
• Melakukan
pemantauan secara
terus menerus agar
terjamin akurasi data
yang dilaporkan ke BI
• Mulai menerapkan
sanksi administratif
bagi pelaku pasar
valas (bank) yang
melakukan
penyimpangan sesuai
dengan peraturan
yang berlaku
• Telah dilakukan pembinaan (sosialisasi)
terhadap pelaku pasar valas
(khususnya bank) untuk meningkatkan
kualitas pelaporan informasi valas
•
Jumlah kesalahan dalam pengiriman data
transaksi devisa bank semakin menurun
Perubahan sentimen global tersebut
juga berdampak terhadap peningkatan
permintaan valas dalam negeri
sehingga turut mewarnai pergerakan
nilai tukar rupiah.
e. Melakukan koordinasi
dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan badan
usaha milik negara yang
merupakan pelaku utama
di pasar valas.
Berlanjut
• BI meningkatkan koordinasi dengan
pihak internal, perbankan dan sektor
korporasi.
• BI melakukan peninjauan kembali
ketentuan yang berkaitan dengan
transaksi valuta asing yang dilakukan
oleh perbankan.
• Melakukan koordinasi
dengan Departemen
Keuangan, lembaga
pemerintah dan BUMN
yang merupakan pelaku
utama di pasar valas.
9
NO
3.
KEBIJAKAN
Menjaga
kecukupan
cadangan devisa
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
a. Menjaga kecukupan
cadangan devisa yang
mampu memenuhi
kebutuhan impor dan
pembayaran utang LN
pemerintah
Laporan posisi
cadangan devisa
bulanan
Berlanjut
Posisi cadangan devisa dalam periode
laporan cenderung menurun meskipun
masih dapat dipertahankan dalam level
yang cukup. Sampai dengan akhir Juni
2004 posisi cadangan devisa mencapai
USD34,85 miliar atau cukup untuk
membiayai sekitar 6,0 bulan kebutuhan
impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
Meningkatkan koordinasi
dengan satker terkait
agar kecukupan
cadangan devisa dapat
terpelihara.
b. Mengoptimalkan
pengelolaan cadangan
devisa, termasuk
penyempurnaan tolok ukur
(benchmark) pengelolaan
devisa
Penyempurnaan
pedoman pengelolaan
cadangan devisa
Berlanjut
Dewan Gubernur telah menetapkan
benchmark bagi pengelolaan devisa
berdasarkan asumsi-asumsi baru.
•
Membentuk portfolio
benchmark dan
melakukan migrasi
porfolio berdasarkan
keputusan RDG.
•
Melakukan
pengadaan software
untuk penilaian
kinerja pengelolaan
terhadap benchmark.
•
Menyelesaikan
produk hukum
termasuk SOP dalam
rangka implementasi
benchmark
c. Meningkatkan kerjasama
internasional dalam rangka
Bilateral Swap
Arrangement (BSA)
dengan Jepang, Cina dan
Korea Selatan
Perjanjian BSA
dengan Jepang, Cina
dan Korea Selatan
Dalam tahun
2003 telah
ditandatanga
ni BSA
dengan
Jepang. Cina
dan Korea.
Target keluaran telah dicapai dan selesai
pada tahun 2003, dengan rincian sbb :
• BSA Indonesia –Jepang sebesar USD3
miliar ditandatangani di Tokyo pada
tanggal 17 Februari 2003
• BSA Indonesia – China sebesar USD1
miliar ditandatangani di Beijing pada
tanggal 30 Desember 2003
• BSA Indonesia – Korea sebesar USD1
miliar ditandatangani di Seoul dan
Jakarta melalui korespondensi pada
tanggal 24 Desember 2003.
10
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
d. Melakukan koordinasi
dengan pemerintah untuk
mengurangi dampak
negatif yang berlebihan
atas penggunaan
cadangan devisa untuk
pembayaran utang luar
negeri pemerintah
KELUARAN
Informasi/saran
mengenai
permasalahan dan
penyelesaian ULN
SASARAN
WAKTU
Berlanjut
URAIAN KEMAJUAN
• Memberi pertimbangan kepada
pemerintah mengenai aspek teknis
implementasi utang ECGD untuk debt
for nature dan proyek rumah susun
untuk warga DKI yang tinggal di
bantaran sungai Ciliwung.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
• Memberikan
pertimbangan aspek
finansial atas proposal
yang disampaikan pihak
ketiga dalam kerangka
debt swap ULN
pemerintah.
• Memberikan
pertimbangan dalam
penyusunan MoU debt
swap.
4.
Menjaga Sistem
Pembayaran
Nasional yang
aman dan efisien
Menyempurnakan
pengendalian risiko dalam
sistem pembayaran nasional
• Ketentuan dan
sistem
pengendalian
risiko kliring
2004
• Telah dilakukan presentasi metode
failure to settle (FtS) kepada Deputi
Gubernur Bidang Akunting dan Sistem
Pembayaran.
• Melakukan pembahasan internal
mengenai metode/mekanisme failure to
settle, sanksi, aspek teknis penerapan
FtS yang terkait dengan aplikasi BISSSS dan BI-RTGS.
• Penjelasan kepada
seluruh kantor pusat
bank di Jakarta
mengenai metode /
mekanisme dan sanksi
sehubungan dengan
penerapan Failure to
Settle (FtS)
• Pengembangan modul
FtS dalam aplikasi
Sistem Kliring Nasional
(SKN)
• Penyusunan ketentuan
yang terkait dengan
pelaksanaan FtS
(Perumusan ketentuan
FtS dalam PBI
Penyelenggaraan
Kliring Antar Bank).
11
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
•
Strategi dan
metode
pengawasan
sistem
pembayaran.
SASARAN
WAKTU
2004
URAIAN KEMAJUAN
•
Konsep naskah akademis
pengembangan strategi dan metode
pengawasan 75 % selesai disusun.
•
Telah dilakukan pemeriksaan internal
control terhadap 2 (dua) bank peserta
sistem BI RTGS, sehingga sampai saat
ini telah diperiksa 3 (tiga) bank.
•
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap
3 (tiga) penyelenggara kliring lokal
non BI di wilayah kerja Kantor Pusat
Jakarta.
Mengembangkan alternatif dan
tahapan-tahapan penyediaan
informasi Sistem Pembayaran bagi
seluruh stake holder melalui
Enterprise Data Warehouse.
• Penyediaan
2005
•
• Penyempurnaan
Berlanjut
• Pendalaman materi RUU Transfer Dana
informasi untuk
peringatan dini bagi
stabilitas sistem
keuangan
terhadap ketentuan
yang menjamin
kepastian hukum
transaksi
pembayaran
sebagai bahan pembahasan dengan
instansi terkait.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
• Melakukan
pembahasan konsep
naskah akademis
pengembangan
strategi dan metode
pengawasan dengan
satuan kerja lainnya.
• Melakukan
pemeriksaan internal
control terhadap 3
(tiga) bank peserta
sistem BI RTGS.
•
Menindaklanjuti
proses
pengembangan dan
tahapan penyediaan
informasi SP bagi
seluruh stakeholder
secara bertahap.
Khusus untuk saat ini
akan didahulukan
penyediaan informasi
transaksi dalam BIRTGS.
• Menindaklanjuti
pembahasan dan
pendalaman materi
RUU Transfer Dana
yang masih
memerlukan
pengkajian lebih lanjut
dengan para pakar dari
Perguruan Tinggi di
Indonesia. Koordinasi
dan persiapan
pembahasan dengan
departemen terkait
dan DPR.
12
MATRIKS PEMANTAUAN
PROGRAM RESTRUKTURISASI DAN REFORMASI SEKTOR KEUANGAN – KEBIJAKAN JARING PENGAMAN SEKTOR
KEUANGAN (FINANCIAL SAFETY NET) DAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Periode April s.d Juni 2004
NO
1
KEBIJAKAN
Jaring
Pengaman
Sektor
Keuangan
(Financial Safety
Net).
RENCANA TINDAK
a.
Finalisasi konsep Financial
Safety Net (FSN).
b.
Penyusunan usulan draft
Amandemen UU Bank
Indonesia:
1.
2.
c.
2
Pengembangan
Stabilitas Sistem
Keuangan
a.
Penyusunan kerangka
kebijakan LoLR dan halhal lainnya yang
berkaitan dengan FSN.
Penyusunan usulan draft
pasal yang akan
dimasukkan dalam
Amandemen UU BI
mengenai LoLR dan halhal lainnya yang
berkaitan dengan FSN.
Penyusunan peraturan
pelaksanaan mengenai
mekanisme LoLR
Pemantauan
(surveillance) terhadap
lembaga, pasar, dan
infrastruktur sektor
KELUARAN
Konsep Final FSN
(buku putih FSN).
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
September 2003
Draft kerangka IFSN telah selesai
disusun oleh Tim IFSN (BI dan DepKeu),
dan disampaikan kepada IMF.
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
September 2003
•
1. Pokok-pokok FSN
yang akan
dimasukkan
dalam
Amandemen UU
BI.
•
•
2. Usulan draft
pasal-pasal yang
akan dimasukkan
dalam UU BI
yang terkait
dengan FSN
Peraturan Bank
Indonesia (PBI)
Kajian Stabilitas
Sistem Keuangan
•
Segera setelah
Amandemen UU
BI tentang LoLR
disahkan
Rutin secara
semesteran
Pokok-pokok kebijakan FSN telah
selesai dibuat oleh Tim IFSN dan
telah dibahas dengan Panja DPR.
DPR telah menyetujui bahwa FSN
diatur dalam UU tersendiri
Kebijakan tentang FSN khususnya
LoLR telah dimasukkan dalam
Amendemen UU BI No. 3 Tahun
2004
Nota kesepakatan antara BI dengan
DepKeu tentang Fasilitas
Pembiayaan Darurat (FPD) telah
selesai disusun dan ditandatangani
oleh Menteri Keuangan dan
Gubernur BI tanggal 17 Maret 2004.
•
Draft PBI dan draft Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) tentang
FPD telah selesai disusun dan
dibahas oleh Tim IFSN
•
Draft PDG tentang FPD sebagai
pedoman internal telah selesai
disusun oleh Tim Teknis BI.
Kajian stabilitas keuangan (KSK) No. 2
semester II/2003 telah diterbitkan.
•
Pembahasan final draft
PBI dan draft KMK
tentang
FPD
oleh
Komite Pengarah (BI
dan DepKeu)
•
Penyempurnaan
draft
PDG oleh Tim dan
pembahasan oleh RDG
Penyusunan KSK No. 3
Semester I/2004
13
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
keuangan yang
mendorong disiplin pasar.
b. Peningkatan riset stabilitas
sistem keuangan
c.
Arsitektur Perbankan
Indonesia (API):
1.Penyusunan
Rekomendasi
2.Penyusunan Rencana
Tindak
3.Penyusunan Laporan
Akhir
4.Pelaksanaan secara
bertahap sesuai dengan
Rencana Tindak (2003 –
2013):
i. Menyusun struktur
perbankan yang
kuat.
Hasil Penelitian
Stabilitas Sistem
Keuangan
1. Rekomendasi
2. Rencana Tindak
3. Laporan Akhir
4. PBI, Arahan dan
Kebijakan
Berlanjut
1.
Minggu-IV,
Agustus 2003
2. September
2003
3. September
2003
4. Sesuai
tahapan
Penelitian tahun 2004 sedang
dilaksanakan
1. Selesai
2. Selesai
3. Selesai
4.
BI telah menyusun konsep mengenai
Expert Panel BI dan sedang dikaji di
internal BI (salah satu program dari
Pilar 2)
Persiapan teknis peluncuran program
Sertifikasi bagi Manager Risiko (salah
satu program dari pilar 4)
ii. Menyusun kerangka
pengaturan yang
efektif.
iii. Menyusun kerangka
pengawasan yang
efektif dan
independen
Penyusunan konsep PBI mengenai
Mekanisme Pengaduan Nasabah
(program dari Pilar 6)
iv. Penguatan kondisi
internal industri
perbankan.
v. Penciptaan dan
penguatan
infrastruktur
industri perbankan.
vi. Perlindungan dan
pemberdayaan
nasabah.
3
Penyusunan
Linkage Program
Bank Umum dan
Linkage program bank umum
dan BPR
Himbauan kepada
Bank umum dan
BPR
Berlanjut
Menyelesaikan kajian sesuai
target waktu
Sesuai data per bulan Maret 2004,
peserta linkage program meliputi 28
bank umum dan 802 BPR dengan total
Proses persetujuan Expert
panel dari RDG
Implementasi program
sertifikasi manajer risiko
dengan bekerjasama
dengan asosiasi terkait
Terhadap program-program
API yang belum
menghasilkan konsep awal,
BI terus melakukan
pembahasan-pembahasan
dengan pihak internal
maupun eksternal BI yang
terkait
•
Dalam rangka
mengetahui
pelaksanaan linkage
14
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
BPR
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
plafon sebesar Rp638 miliar dan baki
debet sebesar Rp368 miliar.
program selama ini
serta dampak terhadap
penyaluran kredit
perbankan kepada
UMKM, direncanakan
akan dilakukan
penelitian mengenai
dampak pelaksanaan
linkage program
tersebut. Penelitian
tersebut akan
dilaksanakan oleh BI
dan akan melibatkan
lembaga penelitian dari
Perguruan Tinggi (LP3E
FE Unpad).
•
4
Pengembangan
Bank Syariah
a.
Penyusunan ketentuan
mengenai:
1. Permodalan bank
syariah
2.
Manajemen Risiko
1. PBI dan SE
2. PBI dan SE
2004
Penelitian linkage
program tersebut akan
dilaksanakan dalam 3
bulan tanggal 28 Juni
sd. 28 September 2004.
1.
Penyusunan ketentuan mengenai
permodalan bank syariah
merupakan tindak lanjut dari kajian
mengenai permodalan bagi bank
syariah yang telah selesai disusun
pada tahun 2003. Penyusunan
ketentuan dimaksud diagendakan
selesai pada akhir tahun 2004.
Sampai dengan akhir Juni 2004
telah dilakukan pembahasan intern
mengenai materi pengaturan pada
ketentuan tersebut.
Melanjutkan pembahasan
intern Satker, dengan
satuan kerja terkait, dan
stakeholders lainnya
sebagai bagian dari proses
penyusunan ketentuan
2.
Sesuai hasil kajian yang telah
diselesaikan pada tahun 2003, Bank
Umum Syariah masih dapat tetap
mengacu pada PBI No.5/8/PBI/2003
tanggal 19 Mei 2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum dengan pertimbangan
bahwa ketentuan tersebut masih
dapat digunakan untuk bank syariah
karena bersifat normatif. SE
Melanjutkan pembahasan
intern dan pembahasan
dengan satuan kerja terkait
sebagai bagian dari proses
penyusunan ketentuan
15
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
tersendiri khusus untuk bank
syariah akan diselesaikan sampai
dengan akhir tahun 2004. Sampai
dengan akhir Juni 2004 telah
dilakukan pembahasan intern
mengenai materi pengaturan yang
akan dimuat dalam SE dimaksud.
3.
Pengawasan Bank syariah
berbasis risiko
4.
Komponen manajemen
dalam tingkat
kesehatan bank
syariah
b. Kajian bagi penyusunan
ketentuan mengenai
tingkat kesehatan bagi
bank syariah
3. PBI dan SE
3.
Sesuai hasil kajian yang telah
diselesaikan pada tahun 2003,
Bank Umum Syariah masih dapat
tetap mengacu pada PDG
No.5/8/PDG/2003 tanggal 19 Mei
2003 tentang Pengawasan Bank
Umum Berdasarkan Risiko dengan
pertimbangan bahwa ketentuan
PDG tersebut mengatur hal-hal
pokok dan bersifat garis besar
dapat diterapkan untuk bank
syariah. SE Intern yang merupakan
petunjuk pelaksanaannya akan
diselesaikan dengan target waktu
akhir tahun 2004. Sampai dengan
akhir Juni 2004 telah dilakukan
pembahasan intern mengenai
materi pengaturan yang akan
dimuat dalam SE dimaksud.
Melanjutkan pembahasan
intern dan pembahasan
dengan satuan kerja terkait
sebagai bagian dari proses
penyusunan ketentuan
4. Hasil Kajian
4.
Penyusunan ketentuan mengenai
komponen manajemen dalam
tingkat kesehatan bank syariah
merupakan bagian dari ketentuan
tingkat kesehatan bagi bank
syariah. Penyelesaian ketentuan
tingkat kesehatan bagi bank
syariah menunggu hasil kajian
komponen yang dinilai dalam
tingkat kesehatan dan penyusunan
ketentuan akan diselesaikan pada
tahun 2004.
Menunggu hasil kajian bagi
penyusunan tingkat
kesehatan bagi bank
syariah
Hasil kajian
2004
Sampai dengan akhir Juni 2004, telah
dilakukan penyusunan dan presentasi
TOR, studi referensi mengenai konsep
tingkat kesehatan, dan pembahasan
Melanjutkan studi referensi
mengenai konsep tingkat
kesehatan bagi bank
syariah, pembahasan
16
NO
KEBIJAKAN
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
inten di Satker
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
dengan pihak ekstern, dan
perumusan hasil kajian
berikut rekomendasi
pengaturan
17
MATRIKS PEMANTAUAN
PROGRAM RESTRUKTURISASI DAN REFORMASI SEKTOR KEUANGAN – KEBIJAKAN RESTRUKTURISASI DAN
PENYEHATAN PERBANKAN SESUAI DENGAN 25 BASEL CORE PRINCIPLES (25 BCP)
Periode April s.d. Juni 2004
NO
KEBIJAKAN
1
Penyempurnaan
pengaturan
bank sesuai
dengan 25 BCP
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
a. Penerapan manajemen
risiko:
1. Penyelesaian regulasi.
1.SE tentang
Pedoman
Penerapan
Manajemen
Risiko sesuai PBI
No.5/8/PBI tgl
19 Mei 2003.
September 2003
1. Selesai dilakukan, yaitu tertuang di
dalam SE BI No. 5/21/DPNP tanggal
29 September 2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum dan SE BI No.
5/22/DPNP tanggal 29 September
2003 tentang Pedoman Standar
Sistem Pengendalian Intern bagi
Bank Umum
_
2. Pembuatan Rencana
tindak oleh Bank.
2. Rencana Tindak
penerapan
manajemen
risiko pada Bank
Umum
April 2004
2. Perbankan telah menyampaikan
rencana tindak sesuai dengan target
waktu
_
SE tentang Tata
Cara Perhitungan
KPMM yang
Memperhitungkan
Risiko Pasar
sesuai PBI
No.5/12/PBI tgl
17 Juli 2003.
Oktober 2003
Selesai dilakukan, yaitu tertuang di
dalam SE BI No. 5/23/DPNP tanggal 29
September 2003 tentang Pedoman
Perhitungan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar (Market
Risk) dan Perhitungan Posisi Devisa Neto
Bank Umum.
1. PBI tentang
Penilaian
Kemampuan
dan Kepatuhan
(F&P).
September 2003
Selesai
b. Penerapan market risk:
Penyusunan dan
penyempurnaan regulasi
c. Penyempurnaan Fit and
Proper Test:
1. Penyempurnaan
regulasi.
18
NO
2
KEBIJAKAN
Penyempurnaan
sistem
pengawasan
bank sesuai
dengan 25 BCP.
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
URAIAN KEMAJUAN
2. SE tentang
Tata Cara
Penilaian
Kemampuan
dan
Kepatuhan.
Desember 2003
SE Ekstern telah selesai dibuat No.
6/12/DPNP tanggal 31 Maret 2004
tentang Penilaian Kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test)
2. Pengkajian Ulang dan
Penyesuaian
Pengaturan
Peraturan baru/
Penyesuaian
Peraturan.
Berlanjut
Telah dilakukan dengan penerbitan PBI
tersebut diatas.
a. Penerapan Risk-based
Supervision:
- Penyelesaian regulasi
1. Pedoman
pengawasan
dan
pemeriksaan
berdasarkan
risiko.
September 2003
Pedoman dan SE telah selesai.
1. PBI tentang
CAMELS.
Desember 2003
PBI CAMELS telah diselesaikan
No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004.
2. PDG dan SE
tentang Tata
Cara Penilaian
Bank Rating
System
(CAMELS).
Desember 2004
Dalam proses
Disain dan Sistem
Teknologi
Desember 2004
Dalam proses finalisasi kajian
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
2. SE tentang
Risk-based
Supervision
b. Penyempurnaan Bank
Rating System (CAMELS):
- Penyelesaian regulasi
c. Penerapan Early Warning
System:
- Penyusunan Sistem dan
Desain Teknologi
Penyelesaian kajian
19
NO
KEBIJAKAN
3
Enforcement
atas Prudential
Regulation.
4
Program
Sertifikasi
Pengawas dan
Pemeriksa
Bank.
RENCANA TINDAK
KELUARAN
SASARAN
WAKTU
a. Pemeriksaan Khusus
Perkreditan
Laporan Hasil
Pemeriksaan
Khusus
Perkreditan
Berlanjut
Telah dan sedang dilakukan
pemeriksaan kredit, baik secara khusus
atau yang tercakup dalam pemeriksaan
umum (berbasis risiko), dan meliputi
antara lain pemenuhan NPL,
pelaksanaan restrukturisasi kredit, dan
penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pemberian kredit.
b. Pelaksanaan Prompt
Corrective Action (PCA)
PCA terhadap
bank yang
melanggar
ketentuan
prudensial.
Berlanjut
Dilakukan sesuai PBI No.6/9/PBI/2004
tanggal 26 Maret 2004 tentang Tindak
Lanjut Pengawasan dan Penetapan
Status Bank.
a. Melaksanakan pelatihan
Risk-based Supervision
(RBS) yang merupakan
bagian dari Program
Sertifikasi terdiri dari
tingkat dasar, menengah
dan lanjutan.
Pengawas dan
Pemeriksa Bank
bersertifikasi RBS
tingkat dasar,
menengah dan
lanjutan.
Oktober 2003
Pelatihan RBS sampai tingkat lanjutan
telah selesai dilaksanakan tanggal 24
Oktober 2003
b.
PBI tentang
Komite Sertifikasi
September 2004
Konsep ketentuan Komite Sertifikasi
masih dalam proses
Membuat ketentuan
tentang Komite Sertifikasi
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
URAIAN KEMAJUAN
•
•
•
c. Membentuk Komite
Sertifikasi
Komite Sertifikasi
Desember 2004
Masih dalam proses.
•
•
•
•
•
Pembahasan konsep
dengan pihak dan
instansi terkait
Finalisasi dan
komunikasi dengan
pihak terkait
Sosialisasi
Penyusunan juklak
Komite Sertifikasi
Penyiapan tim
pendukung Komite
Proses penyusunan
organisasi Komite
Pemilihan anggota
Komite
Penetapan Komite
20
MATRIKS PEMANTAUAN
PROGRAM RESTRUKTURISASI DAN REFORMASI SEKTOR KEUANGAN – KEBIJAKAN PENANGANAN TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
Periode April s.d Juni 2004
NO
1
KEBIJAKAN
Penanganan
tindak pidana
pencucian uang.
RENCANA TINDAK
Penyempurnaan ketentuan
Prinsip Mengenal Nasabah
bagi Bank Umum dan BPR
serta Money Changer sesuai
UU No.15/2002 dan
rekomendasi FATF.
KELUARAN
- PBI tentang
Penerapan
Prinsip
Mengenal
Nasabah.
SASARAN
WAKTU
Desember
2003
URAIAN KEMAJUAN
URAIAN KEGIATAN
SELANJUTNYA
PBI untuk bank umum, BPR dan PVA
telah selesai.
21
Download