upaya meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN
KEMAUAN SHALAT SISWA MELALUI
KOLABORASI BIMBINGAN ANTARA GURU DAN
ORANG TUA WALI MURID PADA SISWA KELAS VI
SDIT PERMATA BUNDA BAWEN TAHUN AJARAN
2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
WALYONO
NIM 11410008
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :
Nama
: Walyono
NIM
: 11410008
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul
:
UPAYA
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN
DAN KEMAUAN SHALAT SISWA MELALUI
KOLABORASI BIMBINGAN ANTARA GURU
DAN ORANG TUA WALI MURID PADA SISWA
KELAS VI SDIT PERMATA BUNDA BAWEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan.
Salatiga, 10 September 2012
Pembimbing
Prof. Dr. Muh Zuhri, M.A
NIP.19530326197803 1 001
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN
SHALAT SISWA MELALUI KOLABORASI BIMBINGAN
ANTARA GURU DAN ORANG TUA WALI MURID PADA SISWA
KELAS VI SDIT PERMATA BUNDA BAWEN TAHUN AJARAN
2011/2012
DISUSUN OLEH
WALYONO
NIM : 11410008
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 10
September 2012 dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana S1 dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag
………………………….
Sekretaris Penguji
: Dr. Faqih Nabhan, SE, M.M
………………………….
Penguji I
: Prof. Dr. Muh Zuhri, M.A
………………………….
Penguji II
: Dr. Winarno, S.Si, M.Pd
………………………….
Penguji III
: Rovi’in, M.Ag
………………………….
Salatiga, 10 September 2012
Ketua STAIN Salatiga
Dr Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 19580827 198303 1 002
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, saya:
Nama
: WALYONO
NIM
: 11410008
Jenjang
: Strata Satu (S1)
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Dan
Kemauan Shalat Siswa Melalui Kolaborasi Bimbingan Antara Guru Dan Orang Tua
Wali Murid Pada Siswa Kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen Tahun Ajaran
2011/2012” adalah hasil penelitian/karya saya. Kecuali bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Semarang, 10 September 2012
Saya yang menyatakan.
WALYONO
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Awali langkah dengan Basmalah, pasti menjadi Berkah.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku yang telah banyak memberi pengorbanan berupa materiil
maupun spirituil.
2. Istri & anakku tercinta (Damai Putri Kharisma_Syareefa Kaysha Maulida)
yang selalu memberikan senyum keindahan dalam mengarungi samudera
hidup yang luas dan penuh keagungan.
3. Para ustadz, guru, dosen dan semuanya yang telah menuntun penulis dalam
menjalani hidup. Terima kasih atas bekal ilmu dan pengetahuannya.
4. Kakakku Hari yang sabar dan telaten membimbingku, serta Adikku tercinta
yang lumpuh selama 10 tahun. Semoga Allah berkenan menyembuhkan dan
menjadikanmu seorang Hafidhah yang Masyhur..
5. COSMo Trainer sebagai komunitas Motivator yang selalu memberiku
semangat..
6. Teman-temanku seperjuangan kelas 10-A, Terimakasih atas persaudaraan ini,
Semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.
7. Teman-teman PAI 2010
8. Almamaterku STAIN Salatiga.
9. Keluarga besar SDIT Permata Bunda Bawen, yang mendukung sepenuhnya dalam
melakukan penelitian.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan
judul ““Upaya Meningkatkan Kemampuan Dan Kemauan Shalat Siswa Melalui
Kolaborasi Bimbingan Antara Guru Dan Orang Tua Wali Murid Pada Siswa Kelas
Vi Sdit Permata Bunda Bawen Tahun Ajaran 2011/2012” tepat waktu.
Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan tetap
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan
dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Sekolah tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam
mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh
selama di bangku kuliah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, perkenankan penulis
menyampaikan terima kasih kepada.
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Muh Zuhri, M.A selaku Dosen Pembimbing
yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi.ni
3. SDIT Permata Bunda Bawen, yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk mengadakan penelitian di lembaga tersebut
4. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah banyak
memberikan ilmu kepada penulis sejak berada di bangku kuliah
5. Kawan-kawan seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Ekstensi
angkatan 2010, yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada
penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
Skripsi ini.
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap
semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Semarang, 10 September 2012
Penulis
ABSTRAK
WALYONO. 2012. Upaya meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa
melalui model kolaborasi bimbingan anara guru dan orang tua wali
murid pada siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen Tahun ajaran
2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Syudi Pendidikan
Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Prof.Dr. Muh Zuhri, M.A.
Kata kunci : Peningkatan, Kemampuan, Kemauan, Shalat, Kolaborasi bimbingan,
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang sahih ( valid ), benar
dan dapat dipercaya untuk membuktikan apakah kolaborasi bimbingan antara guru
dan orang tua/wali murid dapat meningkatkan kemampuan shalat siswa kelas VI
SDIT Permata Bunda Bawen Tahun ajaran 2011/2012. Data diperoleh dengan
angket, studi dokumen dan wawancara dari sample sebanyak 61 orang siswa di
SDIT Permata Bunda Bawen, yang diambil secara acak/random.
Penelitian
tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat
siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen dengan model bimbingan kolaborasi
antara guru dan walimurid pada tahun pelajaran 2011/2012 dilakukan dalan 2
siklus meliputi 4 (empat) aspek yaitu : 1. Kinerja guru; 2. Keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran; 3. Peran Orangtua/ walimurid; 4. Hasil belajar siswa
dalam bentuk kemampuan dan kemauan shalat.
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I, hasil Tes tertulis
menunjukkan 83,61 % siswa tuntas. Hasil Tes Praktek menunjukkan 34,43 %
siswa tuntas. Hasil Aspek kemuan prosentase siswa yang melaksanakan shalat
adalah 30,32 %. Sedangkan pada siklus II hasil tes tertulis menunjukkan 100 %
siswa tuntas, hasil tes praktek 97 % siswa tuntas, dan aspek kemauan
menunjukkan 62,29 %. Berdasarkan hasil data siklus I dan siklus II dapat di
simpulkan bahwa peran orang tua di rumah sangat menentukan hasil belajar anak
di sekolah, sehingga bimbingan belajar model kolaborasi antara guru dan
walimurid terbukti mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa
kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen tahun 2011/2012.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................... Cov
Halaman Judul ........................................................................................................
i
Halaman Persetujuan ..............................................................................................
ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................
iii
Halaman Pernyataan...............................................................................................
iv
Halaman Motto dan Persembahan ........................................................................
v
Kata Pengantar........................................................................................................
vi
Abstrak .................................................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................
ix
DaftarTabel .............................................................................................................
xi
Daftar Lampiran .....................................................................................................
xii
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Permasalahan .................................................................................
3
C. Pembatasan Masalah…………………………………………...
3
D. Rumusan Masalah…………….. ..................................................
3
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
F. Manfaat Penelitian.........................................................................
4
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...................................................................................
6
1. Bimbingan Siswa ...................................................................
6
2. Kolaborasi Antara Guru dan Wali Murid .............................
8
3. Kemampuan dan Kemauan Shalat Lima Waktu ..................
19
B. Kerangka Berfikir ..........................................................................
24
C. Pengajuan Hipotesa .............................................................. ……
25
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian .........................................................................
26
B. Sumber Data .................................................................................
26
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…………………………..
26
D. Validasi Data ...............................................................................
27
E. Analisa Data .................................................................................
27
F. Prosedur Penelitian ......................................................................
28
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................
33
B. Pembahasan .................................................................................
53
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................
65
B. Saran ...............................................................................................
65
Daftar Pustaka.........................................................................................................
67
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ................................................................................................................
34
Tabel 4.2 ................................................................................................................
36
Tabel 4.3 ................................................................................................................
38
Tabel 4.4 ................................................................................................................
39
Tabel 4.5 ................................................................................................................
41
Tabel 4.6 ................................................................................................................
42
Tabel 4.7 ................................................................................................................
45
Tabel 4.8 ................................................................................................................
46
Tabel 4.9 ................................................................................................................
48
Tabel 4.10 ..............................................................................................................
49
Tabel 4.11 ..............................................................................................................
50
Tabel 4.12 ..............................................................................................................
53
Tabel 4.13 ..............................................................................................................
54
Tabel 4.14 ..............................................................................................................
58
Tabel 4.15 ..............................................................................................................
61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Tes Pra Siklus ..........................................................................
68
Lampiran 2. Analisis Aspek Kinerja Guru ..........................................................
70
Lampiran 3. Analisis Aspek Keaktifan Siswa .....................................................
71
Lampiran 4. Analisis Proses KBM Di Luar Sekolah ..........................................
72
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Shalat ...................................................................
73
Lampiran 6. Hasil Tes Siklus 1 ...........................................................................
74
Lampiran 7. Hasil Tes Siklus II ............................................................................
76
Lampiran 8. Aspek Kemauan Melaksanakan Shalat ...........................................
78
Lampiran 9. Hasil Aspek Kemauan Siswa Siklus I ............................................
79
Lampiran 10. Hasil Aspek Kemauan Siswa Siklus II .........................................
80
Lampiran 11. RPP .................................................................................................
82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menegakkan shalat merupakan rukun Islam kedua. Selain itu shalat
juga merupakan ruh agama dalam Islam, bahkan orang yang meninggalkan
shalat dapat di katakan sebagai orang kafir. Nabi Muhammad SAW bersabda :
‫ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺮﹺ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻞﹺ ﻭ‬‫ﺟ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬
Artinya ; “ (Perbedaan) Diantara seorang laki-laki ( Muslimin dan Muslimat
) dengan orang yag kafir yaitu meninggalkan shalat.” HR.
Muslim. ( Bahreisj ; 50 )
Namun kesadaran shalat bagi kaum muslimin masih sangat rendah
sehingga banyak kita melihat orang yang mengaku dirinya Islam namun
enggan melakukan shalat. Padahal shalat merupakan benteng moral bagi
kaum muslimin. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎﺀِ ﻭ‬‫ﺸ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﹾﻔﹶﺤ‬‫ﻰ ﻋ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ّﻼﺓﹶ ﺗ‬‫ّﻼﺓﹶ ﺇﹺﻥﹶّ ﺍﻟﺼ‬‫ﻢﹺ ﺍﻟﺼ‬‫ﺃﹶﻗ‬‫ﻭ‬
Artinya : “ Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya
perbuatan keji dan munkar “. (QS. Al Ankabut : 45)
Ibadah
shalat itu mencegah
shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus
dipelajari tatacara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulllah
contohkan. Sebagai orang tua tentu bertanggungjawab untuk mendidik
putra/putrinya shalat sejak masih kecil, dan harus bersikap tegas terhadap
anaknya yang sudah berumur 10 tahun belum mau melakukan shalat, bahkan
kalau perlu memukulnya. Hal ini bertujuan agar jangan sampai anak yang
sudah memasuki akil baligh belum mampu dan mau shalat, karena baginya
telah bertanggung jawab penuh atas amalnya sendiri. Guru sebagai orang tua
di sekolah juga berkewajiban mendidik siswanya shalat sejak umur tujuh
tahun. Hal ini telah diakomodasi dalam kurikulum KTSP tahun 2006 dimana
shalat diajarkan sejak kelas II sampai kelas IV SD. Setelah kelas V secara
formal tidak diajarkan lagi tatacara shalat. Peneliti pada akhir tahun ajaran
2010/2011 pernah melakukan penelitian terhadap siswa kelas V di SDIT
Permata Bunda Bawen yang akan naik ke kelas VI ternyata diperoleh hasil
masih ada 30 siswa (50%) dari 61 siswa kelas VI yang belum mampu dan
mau melaksanakan shalat dengan benar.
Penyebab utamanya adalah anak lebih patuh dan percaya terhadap
gurunya dari pada kepada kedua orang tuanya sendiri, sehingga apa kata
gurunya anak mematuhinya. Sedangkan intensitas pertemuan guru dan
muridnya lebih terbatas dibanding dengan orang tuanya di rumah. Untuk
memaksimalkan pembelajaran shalat di sekolah pada awal tahun pelajaran
2011/2012 penulis mencoba melakukan bimbingan shalat terhadap siswa kelas
VI SDIT Permata Bunda Bawen bekerjasama dengan orang tua walimurid.
Melalui model kolaborasi bimbingan antara guru dan orang tua wali murid ini
tentu akan sangat membantu dalam upaya melakukan bimbingan shalat agar
siswa memiliki kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan shalat.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalahan yang harus segera
ditindaklanjuti oleh semua pihak agar semua siswa kelas VI SDIT Permata
Bunda Bawen mampu dan mau melaksanakan shalat dengan baik dan benar.
Permasalahan tersebut yaitu ”Apakah dengan kolaborasi bimbingan antara
guru dan orang tua dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat
anak ?”
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini lebih terfokus perlu adanya pembatasan masalah
yaitu rendahnya kemampuan dan kemauan shalat siswa kelas VI SDIT
Permata Bunda Bawen tahun Pelajaran 2011 / 2012.
D. Rumusan Masalah
Untuk mengatasi rendahnya keberhasilan pembelajaran shalat
yang
selama ini dilakukan, peneliti melakukan alternatif tindakan “ Apakah dengan
kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid dapat meningkatkan
kemampuan dan kemauan shalat siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen
tahun Pelajaran 2011 / 2012 ?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kesadaran kaum muslimin untuk menjadikan shalat sebagai kewajiban dan
kebutuhan hidup.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini, untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran shalat di sekolah yang selama ini dilakukan dan selanjutnya
melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat
siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2011/2012 melalui kolaborasi bimbingan antara guru dan
walimurid.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang tatacara shalat yang benar sesuai
dengan ajaran Islam bagi siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya kolaborasi antar guru dan walimurid dalam
membimbing siswa dalam pembelajaran shalat, maka akan diperoleh
manfaat :
a. Manfaat Bagi Siswa
1) Dapat melakukan shalat dengan benar
2) Meningkatkan kesadaran bahwa shalat merupakan suatu kewajiban dan
kebutuhan bagi siswa
3) Meningkatkan motivasi belajar agama lebih lanjut
b. Manfaat bagi guru
1) Beban guru lebih ringan karena telah dibantu oleh orang tua di rumah
2) Guru dapat mengetahui tingkat keberagamaan keluarga siswa di rumah
3) Guru dapat melakukan pendekatan secara tepat terhadap siswa
4) Terjalin komunikasi antara guru dan wali murid
c. Manfaat bagi Orangtua / Walimurid
1) Dapat mengetahui dengan benar perkembangan dan kemampuan
putra/putrinya
2) Menyadarkan bahwa kewajiban membimbing shalat
adalah orang tua
3) Terjadi komunikasi antara anak dan orang tua
d. Manfaat bagi sekolah
sepenuhnya
1) Menyadarkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara sekolah, masyarakat dan keluarga
2) Akan tercipta suasana sekolah yang kondusif, harmonis dan agamis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bimbingan Siswa
Bimbingan artinya “petunjuk cara mengerjakan sesuatu/tuntunan”
(KBBI,2005: 152). Siswa atau murid yaitu orang (anak) yang sedang
berguru/belajar/bersekolah (KBBI, 2005:765) sedangkan belajar diartikan
sebagai perubahan tingkah laku pada diri indvidu berkat adanya interaksi
antara indvidu dengan indvidu dan antar indvidu dengan lungkungannya.
Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan
secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan, dan pribadi yang
mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk
bantuan yang sistemik melalui mana siswa dibantu untuk dapat
memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap
kehidupan menurut Dunsmoor & Miller, dalam mcDaniel, 1969. (Prayitno
dan Erman, 2004; 93-94 )
Kriteria keberhasilan dalam belajar yaitu ditandai dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Selanjutnya,
menurut Poerbakawatja dan
Harahap
(1981) menjelaskan bahwa
pendidikan adalah Upaya secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggungjawab moril dari segala perbuatannya.
Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas
dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru
sekolah, pendeta atau kiyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala
asrama dan sebagainya. (Syah, 1995;11)
Dalam membimbing anak agar mampu dan mau melaksanakan
shalat dengan benar, Rasulullah telah memerintahkan “didiklah anakanakmu shalat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10 tahun”.
Perintah Rasulullah ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak
secara instant, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7
tahun. Usia 7 tahun bagi anak merupakan golden age dimana anak
memiliki kepekaan untuk meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dan
dengar.
Maka apabila dibimbing shalat secara konsisten selama 3 tahun
Insya Allah anak akan dapat
shalat dengan baik dan benar dan mau
melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Namun apabila sudah
dibimbing lebih dari 3 tahun perlu adanya evaluasi dan refleksi untuk
melakukan tindakan yang lebih tegas, kalau perlu dipaksa bahkan
memukulnya sehingga jangan sampai anak belum mampu dan mau shalat
saat memasuki masa akil baligh. Karena setelah baligh anak sudah harus
bertanggung jawab sendiri atas amal ibadahnya. Kalau sampai ada anak
muslim yang tidak
shalat, pada hakekatnya adalah kesalahan sang
pendidik sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW “ setiap anak lahir
dalam keadaan suci, maka sebenarnya kedua orangtuanyalah yang
menjadikan anak itu apakah menjadi Yahudi, atau Nasrani atau Majusi “.
HR Bukhari. (Syarifudin, 2004:6)
Jadi bimbingan siswa, yaitu bimbingan kepada siswa secara terus
menerus sesuai dengan aturan yang benar sehingga tercapai tujuan belajar
siswa.
2. Kolaborasi antara Guru dan Walimurid
a. Kolaborasi
Kolaborasi artinya melakukan kerjasama. ( KBBI, 2005;976)
Menurut undang-undang pendidikan, pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah. Oleh karena
itu perlu adanya kerjasama yang harmonis antara ketiganya untuk
menciptakan pendidikan yang berkualitas. Dalam hal pembelajaran
shalat juga harus ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua.
Oleh karena itu disini perlu dibahas peran orang tua dan guru dalam
pendidikan.
b. Orangtua / walimurid
Orang tua adalah orang yang melahirkan, sedangkan walimurid
adalah orang yang menjamin dan bertanggung jawab terhadap anak di
sekolahnya. (KBBI, 2005:1267) Orang tua memegang peranan yang
paling penting dalam pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.
Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi
bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
negara dan dunia.”Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman
merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah
motivasi untuk belajar.
Rubiyanto
dkk.
(2003;46),
mengatakan
bahwa
keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluargalah
pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan
kodrati. Keluarga sebagai lembaga pendidikan tidak mempunyai
program yang resmi seperti yang dimiliki oleh lembaga pendidikan
formal. Keluarga sebagai ingkungan pendidikan yang pertama sangat
penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena, di dalam
keluargalah anak pertama kali mengenal nilai dan moral. Dengan
demikian pendidikan anak menjadi tanggung jawab orang tua.
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan
pendidikan lanjutan atau kepanjangan tangan dari orang tua. Peralihan
pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama
yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu
ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius
tentang cara belajar anak di rumah.
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi
sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan
waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Menurut Drs.H.
Fuad Ihsan, tugas dan tanggung jawab orang tua di keluarga terhadap
pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi
pekerti, latihan keterampilan, dan pendidikan kesosialan. Keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang
menjadi dewasa. Bentuk dan cara pendidikan dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh
kembangnya
kepribadian tiap-tiap manusia.
watak,
budi pekerti serta
Pendidikan yang diterima di dalam keluarga inilah yang akan
digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya di sekolah (Fuad Ihsan, 1995 : 570)
c. Guru
Guru merupakan kepanjangan tangan dari orang tua untuk
melakukan salah satu tugasnya yaitu mendidik anak. Oleh karena itu
guru mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak
menjadi beban bagi orang lain. Dia harus mempunyai kepribadian yang
mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat
menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan
mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana.
Belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Asan Zain (2002)
adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Ini
maknanya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap; bahkan meliputi
segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi
pengalaman
belajar,
mengolah
kegiatan
belajar
mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam
cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah Perubahan.
(http://dichartanto.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-hakekat-dankegunaan-strategi-belajar-mengajar/) di akses 13 Januari 2012.
Guru sebagai salah satu sumber belajar. Guru yang membimbing
harus orang kompeten, pendidik yang kompeten adalah guru yang
mempunyai kesadaran kependidikan yang tinggi dan memenuhi syarat syarat seorang guru yang baik. Kesadaran kependidikan. Menurut J.
Murry Lee dalam bukunya” Elementry Education to day and tomorrow”,
bahwa pada seorang guru sebagai anggota profesi hendaklah terdapat
kesadaran profesi sebagai berikut :
a). Kesadaran pertama, adalah kesadaran pelayanan profesi mengemban
tugas untuk kepentingan masyarakat. Kesadaran ini diterapkan dan
tercermin dalam prilaku di sekolah dan luar sekolah.
b). Kesadaran kedua, adalah
kesadaran profesi guru
menuntut
kompetensi intelektual dan keterampilan profesi yang cukup tinggi, hal
ini berarti adanya kesadaran untuk meningkatkan harkat, martabat dan
wibawa profesi.
c). Kesadaran ketiga, adalah kesadaran tentang jaminan terhadap
masyarakat bahwa kita mampu untuk melaksanakan tugas mengajar
dengan baik, berarti seorang guru mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi.
d). Kesadaran keempat, adalah kesadaran untuk berorganisasi untuk
kepentingan meningkatkan aktifitas dan pertumbuhan professional.
Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1). Ijazah guru. Seorang guru/pendidik haruslah mempunyai Ijazah
guru, karena ijazah ini merupakan bukti otentik bahwa seseorang
itu telah mempunyai dasar keguruan.
2). Sehat jasmani dan rohani. Pendidik haruslah sehat jasmaniyah
dan rohaniyah yang dibuktikan dengan keterangan dokter. Hal ini
penting
sebab
orang
yang
tidak
sehat
tidak
mungkin
melaksanakan tugasnya dengan baik dan teratur, apalagi tugas
yang berat karena menyangkut masyarakat.
3). Mempunyai kepribadian yang baik. Pendidik merupakan contoh
hidup (living example) bagi peserta didik, oleh sebab itu gurulah
yang lebih dahulu menerapkan norma-norma yang terpuji yang
tercermin dalam perbuatannya.
4). Memiliki rasa tanggungjawab. Pendidik haruslah orang yang
bertanggungjawab dapat meninggalkan norma daerah dan
kelompok
untuk
kepentingan
nasional.
Sehingga
setiap
permasalahan dapat dilihat dalam konteks yang luas.
(http://hbis.wordpress.com/2010/07/04/pengembangan-disainpembelajaran/) di akses 20 Januari 2012.
Sikap dan sifat-sifat guru yang utama sebagai pendidik yang baik
haruslah memiliki sikap mental dan sifat-sifat yag utama. Sikap dan sifat
utama ini akan menjadikan seseorang itu mempunyai wibawa sehingga
orang berkeinginan untuk mengikutinya. Sesuai dengan tugas Nabi
Muhammad SAW diutus ke dunia seabagai pendidik yang ulung, dengan
sabdanya : “sesungguhnya aku diutus (oleh Alloh) sebagai pengajar”. H.R
Ibnu Majah. (Ghuddah, 2009:35). Sikap dan sifat-sifat utama itu
merupakan kunci kesuksesan seorang pendidik dalam menjalankan
tugasnya. Sikap dan sifat itu antara lain :
1). Adil.
Pendidik haruslah menerima muridnya secara adil, guru tidak
membedakan murid yang pintar dengan yang bodoh, yang cakap dengan
yang kurang cakap, sehingga murid merasa diperlakukan sama dan
secara adil.
2). Percaya Dan Cinta Kepada Anak Didik Dalam Arti Yang Positif.
Pendidik haruslah mempercayai murid bahwa mereka mampu
mandiri. Guru harus menyenangi murid dalam arti yang positif,
sehingga kegiatan akan berjalan dengan penuh kedamaian. Guru harus
mempunyai suatu keyakinan bahwa murid mempunyai kata hati yang
cenderung kepada yang baik, tetapi kata hati murid masih lemah oleh
sebab itu guru mengembangkan dan membimbingnya supaya
mempunyai kepribadian mandiri.
3). Sabar Dan Rela Berkorban.
Pendidik haruslah mempunyai kesabaran yang tinggi, sebab
seorang pendidik menghadapi manusia yang terdiri dari berbagai latar
belakang kehidupan yang berbeda, kemauan yang beragam, watak dan
kecenderungan yang berbeda pula. Karena orang yang sabar disayang
Allah, sesuai dengan firmannya berbunyi:
‫ّﺎﺑﹺﺮﹺﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﻊ‬‫ ﻣ‬‫ﹺﺇﻥﹶّ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬
Artinya : “ Sesungguhnya Allah Cinta orang yang sabar” ( Q.S. AlBaqoroh 153).
4). Mempunyai Kewibawaan Terhadap Murid.
Kewibawaan adalah pengakuan murid terhadap kelebihan
gurunya sehingga mereka terdorong untuk meniru dan mengikutinya
dengan sukarela.
5). Guru Harus Cerah Dan Riang.
Seorang guru harus cerah dan riang sehingga murid tidak
terperangkap dengan perasaan yang tertekan. Mereka akan belajar
sambil bermain untuk mencapai tujuan pendidikan.
6). Bersikap Baik Terhadap Guru Lainnya.
Rekanan guru adalah merupakan kelompok pendidik yang saling
mengisi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kalau dewan guru atau rekanan guru tidak sejalan dalam
mendidik murid, sama halnya laksana dua orang yang satu
membangun yang lainnya meruntuhkan, tak mungkinlah gedung akan
berdiri. Demikian pulalah rekanan guru yang tak searah, menimbulkan
masalah baru, yang akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan.
7). Bersikap Baik Terhadap Masyarakat.
Masyarakat adalah partner guru dalam melaksanakan tugasnya.
Tanpa kerjasama masyarakat dengan guru sulitlah untuk melaksanakan
pendidikan dengan baik. Karena pada hakikatnya guru itu pengabdi
dan pelayan masyarakat.
8). Guru Harus Menguasai Materi Yang Diajarkan.
Penguasaan bahan ajar merupakan keharusan bagi guru, karena
tanpa penguasaan
materi yang sempurna akan
menimbulkan
kehilangan wibawa seorang guru. Bila murid tahu kelemahan gurunya
maka akan terjadilah suasana yang tidak serasi. Kalau hal ini terjadi
berlarut-larut akan menimbulkan dampak negatif pada hasil belajar
murid.
9). Guru Harus Suka Pada Mata Pelajarannya.
Pendidik harus menyenangi pelajaran yang diajarkan, sehingga
akan mudah mempersiapkan dan melaksanakan. Pelajaran yang
disenangi akan berhasil lebih baik ketimbang pelajaran yang dibenci,
karena pelajaran yang disenangi guru menjadikan proses belajar
mengajar yang lebih hidup dan gembira.
10). Guru Harus Mempunyai Pengetahuan Yang Luas.
Dalam masyarakat tertentu guru dianggap serba tahu segala
hal, tempat bertanya kalau tak mengetahui, tempat mencari informasi
dan sebagainya. Kecewalah masyarakat bila guru panutannya
mempunyai banyak kelemahan.
Azas-azas didaktik yang utama yang harus dihayati dan diterapkan
oleh
guru
dalam
mengelola
pembelajarannya
(http://aburafli.wordpress.com/2011/11/24/penerapan-didaktik-dalamproses-pembelajaran/) di akses 25 Januari 2012 adalah sebagai berikut ;
1. Azas Apersepsi
Apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan tanggapan yang telah ada (Herbart;1841). Pengetahuan yang
telah dimiliki siswa dapat digunakan untuk memahami sesuatu yang
belum diketahui, sehingga apersepsi dapat membangkitkan minat dan
perhatian terhadap sesuatu.
2. Azas Peragaan
Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif,
karena dengan peragaan siswa akan lebih tertarik apalagi jika peragaan
itu menggambarkan aktivitas yang sebenarnya.
Azas peragaan menurut Edgar Dale dapat diwujudkan dalam
bentuk:
a)
Pengalaman langsung
b)
Pengalaman yang diatur
c)
Dramatisasi
d)
Demonstrasi
e)
Karyawisata
f)
Pameran
g)
Televise sebagai alat peraga
h)
Film sebagai alat peraga
i)
Gambar sebagai alat peraga
3. Azas Motivasi
Dalam menjalankan fungsinya, guru memiliki tugas untuk
mendorong siswa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi
suksesnya tujuan belajar.
4. Azas Belajar Aktif
Agar siswa dapat berhasil baik dalam belajarnya maka dia harus
didorong untuk terlibat secara aktif baik mental maupun fisiknya.
5. Azas Kerjasama
Dalam proses pendidikan siswa harus diberikan kesempatan
untukberlatih bagai mana hidup dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi secara bersama-sama.
6. Azas Mandiri
Siswa sebagai pebelajar harus diperlakukan sesuai dengan
perkembangan usia dan kematangannya. Secara bertahap siswa harus
diajarkan untuk mampu menyelesaikan masalah yang dihadipinya oleh
siswa itu sendiri.
7. Azas Penyesuaian dengan Individu Siswa
Karena kemampuan tiap siswa dalam menguasai suatu materi
pejaran berbeda-beda maka guru dituntut untuk mampu menyesuaikan
dengan kecepatan masing-masing anak.
8. Azas Korelasi
Azas korelasi adalah mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan
dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran ataupun dengan
pelajaran lain.
9. Azas Evaluasi yang Teratur
Melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang
ditunjukan oleh kinerja siswa dalam belajar perlu dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan selama dan setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Evaluasi dilaksakan dengan menganut prinsip-prinsip ;
a)
Menyeluruh
b)
Berkesinambungan
c)
Berorientasi pada tujuan
d)
Obyektif
e)
Terbuka
f)
Bermakna
g)
Mendidik
Jadi yang dimaksud kolaborasi antara guru dan orang tua yaitu
kerjasama antara guru dan orangtua untuk mengantarkan siswa mencapai
tujuan.
3. Kemampuan dan Kemauan Shalat Lima Waktu
a. Kemampuan dan Kemauan
Kemampuan
yaitu
kesanggupan,
kecakapan,
kekuatan
untuk
melakukan sesuatu. (KBBI,2005:707). Seseorang bisa dikatakan mampu
apabila dapat mengetahui, memahami dan mempraktekkannya sesuai
dengan aturan yang benar secara teoritis. Menurut Chaplin (1997,p.34),
"ability (kemampuan). kecakapan. ketangkasan, bakat, kesanggupan)
merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan".
"Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau
merupakan hasiI latihan atau praktek''. (Robbins, 2000. p. 46). Dan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilty) adalah
kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan
sejak lahir atau merupakan hasiI latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Lebih lanjut
Robbins (2000, p. 46-48) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua
faktor yaitu :
1). Kemampuan intelektual (Intelectual ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
Kemampuan ini merupakan kemampuan kognitif yang berhubungan
dengan pengetahuan.
2). Kemampuan fisik (Physical ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina
kekuatan dan karakteristik fisik. Kemampuan ini bersifat motorik yang
berhubungan dengan praktik. Kemauan artinya apa yang dimaui,
keinginan, kehendak maksudnya yaitu mau melaksanakan sesuatu
dengan penuh kesadaran tanpa harus dipaksa atau dipengaruhi.
Abdullah Al Muzammi dalam artikelnya “Kemauan” dalam Pengantar
Psikologi Umum karya Prof. F.Patty, MA dkk , Kemauan ialah usaha
aktif menuju pelaksanaan suatu tujuan. Pada umumnya tujuan yaitu
titik akhir dari pada gerakan yang menuju kesuatu arah, tetapi tujuan
kemauan adalah melaksankan suatu tujuan. Seperti tujuan yang wajar,
saya ingin makan sebab saya lapar (tiap orang ingin makan bila lapar).
Dan tujuan yang di tetapkan secara eksplisit seperti : saya mau menjadi
guru (tidak setiap orang mau menjadi guru, ada yang mau menjadi
dokter ada juga yang mau menjadi insinyur).
Jadi tujuan eksplisit itu tujuan yang dimiliki seseorang yang
orang lain belum tentu memiliki tujuan yang sama. Yang kedua aspek
dari sebuah kemauan dipersatukan dalam pengertian umum usaha.
Teori psikologi kesadaran mengatakan bahwa titik berat suatu
kemauan itu sendiri di buat oleh manusia itu sendiri. Sedangkan bila
menitik beratkan aspek kewajaran, maka kita akan besandar pada teori
kemauan biologis. Teori kemamuan biologi mengatakan kemauan
sebagai akibat nafsu dan insting. Kemampuan dan kemauan inilah
yang merupakan hasil belajar yang sebenarnya. Gagne (1985:40)
menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek,
yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto
(1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan
perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara
jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan
pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan
perbuatan bebas (ikhtiyari), perbuatan semacam ini menurut Al
Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri
manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al
qudrat). Yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud
perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah daya penggerak dari jiwa
sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia adalah
momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud
perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh.
Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat.
Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren di dalamnya :
positif
atau
negatif.
Positif
sebagai
reaksi
terhadap
yang
menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang
merugikan.
Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat
kegiatan memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada
proses sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al
qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak
sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses
sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak
mempunyai intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai
intensitas kepada wujud perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat
mempunyai "kekuasaan" yang lebih besar karena ia tidak menerima
perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai inisiatif memilih, al
iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan
perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara
jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan
pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan
perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al
Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri
manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al
qudrat). (Abu Sangkan, 2000, Berguru Kepada Allah, Majlis
Dzikrullah)
b. Shalat Wajib Lima Waktu
Asal makna shalat yaitu do’a, menurut fiqh yaitu ibadah yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ihram, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa
syarat yang ditentukan. (Sulaiman Rasyid, 2006: 53). Menurut Kamus
Besar bahasa Indonesia,
shalat adalah rukun Islam kedua berupa
ibadah kepada Allah dan wajib dilakukan oleh setiap muslim mukallaf,
dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu dimulai dengan takbiratul
ihram diakhiri dengan salam (KBBI,2005: 983). Tatacara shalat yang
benar, adalah tatacara shalat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah “
shalatlah kamu sekalian, sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Shalat
hendaklah dilakukan dengan khusyu’ yaitu sungguh-sungguh
dan penuh konsentrasi. Firman Allah dalam Al Qur’an Surah Al
Mukminun Ayat 1 dan 2 :
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺎﺷ‬‫ ﺧ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻼﺗ‬‫ﻲ ﺻ‬‫ ﻓ‬‫ﻢ‬‫ ﻫ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﹶّﺬ‬. ‫ﻮﻥ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺃﹶﻓﹾﻠﹶﺢ‬‫ﻗﹶﺪ‬
Artinya : “ berbahagilah orang-orang mukmin, mereka itu yang
shalatnya khusyu’…”
Shalat yang diwajibkan bagi umat Islam adalah shalat lima
waktu yaitu shalat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya’. Shalat
adalah tiangnya agama Islam, shalat merupakan amal yang pertama
kali dipertanggungjawabkan nanti di hari kiamat, bila shalatnya baik
maka amal yang lain jadi baik, jika shalatnya rusak maka amal yang
yang lain jadi tercemar. Shalat dicanangkan oleh Allah SWT untuk
membentuk kepribadian seorang muslim yang tangguh, dalam shalat,
Allah mengajarkan hidup disiplin, hidup sabar, bermasyarakat,
mengajarkan hidup sehat, hidup bersih lahir dan batin, menahan diri
dan pengendalian diri, berkomunikasi dengan Khaliknya. Oleh sebab
itu, pembelajaran shalat dengan pembiasaan sangatlah penting bagi
siswa.
Jadi yang dimaksud kemampuan dan kemauan shalat disini
adalah anak mengetahui tatacara dan mampu melaksanakan shalat
dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta mau
melaksanakannya setiap hari dengan penuh kesadaran.
B. Kerangka Berfikir
Kondisi awal guru belum menerapkan bimbingan shalat siswa dengan
kolaborasi antara guru dan orang tua walimurid. Pembelajaran
shalat
dilakukan dari kelas II sampai kelas IV sesuai dengan acuan kurikulum KTSP
dan ditambah dengan pembiasaan membaca bacaan shalat sebelum pelajaran
agama Islam dimulai. Namun hasilnya kurang maksimal karena setelah dicek
secara cermat dengan menggunakan cek point kompetensi shalat, masih
banyak siswa kelas VI yang belum lulus shalatnya. Untuk mengatasi hal
tersebut peneliti mengadakan bimbingan secara kolaboratif dengan orang tua
walimurid secara terus menerus sehingga anak kelas VI benar-benar mampu
dan mau melaksanakan shalat 5 waktu dengan penuh kesadaran.
C. Pengajuan hipotesa
Dari kerangka berfikir peneliti mangajukan hipotesa “ apakah dengan
adanya konsistensi bimbingan dengan model kolaborasi antara guru dan orang
tua wali murid dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa
kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen tahun pelajaran 2011/2012?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VI SDIT Permata Bunda
Bawen yang berjumlah 61 anak yang keseluruhan beragama Islam pada
tahun pelajaran 2011/2012 di kecamatan Bawen. Peneliti merencanakan
waktu penelitian ini selama 2 bulan, yaitu bulan Februri dan Maret 2012.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian diambil dari kartu bimbingan, angket dan hasil
uji praktek shalat siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen
tahun
pelajaran 2011/2012.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif dalam konsistensi
bimbingan secara kolaboratif antara guru dan orang tua/walimurid siswa
diperlukan instrumen. Beberapa instrumen yang digunakan adalah :
1. Lembar observasi Proses belajar mengajar (PBM). Instrumen ini digunakan
untuk memperoleh gambaran kondisi pemahaman siswa.
2. Lembar observasi tanya jawab. Lembar ini digunakan untuk merekam
semua pertanyaan maupun jawaban yang dicatat guru.
3. Angket yang harus diisi oleh orang tua untuk mengetahui kualitas dan
kuantitas shalat anak di rumah
4. Lembar hasil pencapaian kinerja guru. Instrumen ini berisi tentang catatan
tahap demi tahap pencapaian kinerja guru dalam sikius I dan II.
5. Kartu bimbingan shalat yang harus ditanda tangani oleh orang tua dan guru
sebagai bukti adanya kolaborsi antara guru dan orang tua.
6. Cek poin kompetensi sholat, sebagai media penilaian praktis shalat
siswa.
D. Validasi Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil Tes
Praktek shalat. Yaitu tes praktek individual dan pengamatan kartu bimbingan
shalat di rumah.
E. Analisa Data
Untuk menganalisa data bentuk yang digunakan kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif menggunakan Analisis Diskriptif komparatif yaitu
membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes
setelah siklus II. Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dengan target
ketuntasan 90% siswa mampu dan mau
shalat dengan benar dan penuh
kesadaran dari seluruh siswa muslim kelas VI yang berjumlah 61 siswa. Data
kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis
diskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri atas satu kali tatap muka. Setiap tatap muka melakukan kegiatan
pembelajaran dari materi konsep/sub-konsep. Waktu yang diperlukan kurang
lebih 3 jam pelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam setiap tindakan meliputi
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating) dan
refleksi (reflecting).
1. Siklus I
Materi pelajaran pada siklus ini adalah Pendidikan Agama Islam
pada pokok bahasan Shalat Wajib Lima Waktu. Media otentik yang
dipakai adalah demonstrasi shalat secara langsung. Langkah-langkah
dalam siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dalam siklus ini meliputi :
1). Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan shalat ”,
2). Merancang pembelajaran praktik shalat
3). Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
4). Membuat blanko bimbingan shalat
5). Membuat soal uji praktik shalat dalam bentuk penilaian cekpoint
6). Merancang lembar observasi
7). Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
b. Pelaksanaan (Acting)
Menghafalkan bacaan shalat sudah dimulai sejak kelas II ,
dibaca sebagai pembiasaan setiap sebelum memulai pelajaran melalui
shalat dhuha. Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian
Pelaksanaan KBM adalah materi Ketentuan shalat
wajib 5 waktu
Kelas VI tahun 2011/2012. Pelaksanaannya meliputi :
1). Menjelaskan Ketentuan-ketentuan shalat
2). Membagikan kartu bimbingan shalat di rumah, walimurid
membubuhkan paraf pada kompetensi yang telah dikuasai anak
3). Guru menguji kompetensi yang telah diparaf oleh walimurid
apabila telah benar guru membubuhkan paraf, apabila belum benar
guru menugaskan lagi untuk mengulangi bimbingan dengan
walimurid
4). Praktik shalat bersama-sama dengan bimbingan guru di sekolah
5). Mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang ketentuan shalat
6). Uji praktik shalat secara individual
7). Wawancara dengan walimurid
8). Membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut.
c. Pengamatan (Observating)
Pengamatan dilakukan guna mendapatkan data-data yang
sesuai dengan keadaan yang ada. Data yang dikumpulkan berasal dari :
1) observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya
proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
2) Wawancara guru dengan murid dan walimurid
3) Kartu bimbingan shalat
4) Hasil tes praktik shalat
5) Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, guru
mitra dan wali murid.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini meliputi menganalisis data kuantitatif maupun
kualitatif dari hasil observasi dengan instrumen yang telah ada. Hasil
analisis digunakan untuk melihat hasil tindakan baik positif maupun
negatif dan untuk menentukan tindak lanjut siklus berikutnya. Dari
hasil penelitian pada siklus I , peneliti mengambil tindakan berupa
perlunya kolaborasi antara guru dan walimurid secara intensif dalam
membimbing shalat siswa.
2. Siklus II
Kegiatan dalam siklus II meliputi :
a. Perencanaan Ulang (Replaning)
1). Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan shalat ”,
2). Merancang pembelajaran praktik shalat
3). Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
4). Membuat blanko bimbingan shalat
5). Membuat soal uji praktik shalat dalam bentuk penilaian cekpoint
6). Merancang lembar observasi
7). Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
b. Pelaksanaan (Acting)
1). Membagi kartu bimbingan
2). Pemanggil orang tua/walimurid bagi anak yang belum bisa shalat
sama sekali
3). Menjelaskan syarat, rukun, sunnah dan yang membatalkan shalat
4). Praktik latihan shalat bersama
5). Mengecek hasil bimbingan orang tua, yang sudah benar diparaf yang
belum benar diulangi pertemuan berikutnya
6). Tes praktik shalat individual
c. Pengamatan (Observating)
Pengamatan dilakukan guna mendapatkan data-data yang sesuai
dengan keadaan yang ada.Data yang dikumpulkan berasal dari :
1). observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya
proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
2). Wawancara guru dengan murid dan walimurid
3). Kartu bimbingan shalat
4). Hasil tes praktik shalat
5). Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, ,guru mitra
dan wali murid.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini digunakan untuk melihat hasil tindakan terhadap
kekurangan yang terjadi pada siklus II dan untuk menentukan tindak lanjut
pada siklus berikutnya. Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan
terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
pembelajaran yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Awal
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDIT Permata Bunda
Bawen dengan materi “Ketentuan Shalat” yang diajarkan dengan menggunakan
metode demonstrasi dan kolaborasi bimbingan antara guru dan wali murid
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa. Hasil
penelitian ini diperoleh dari data awal pada saat observasi, tindakan kelas pada
siklus I dan tindakan kelas siklus II. Hasil penelitian terdiri dari hasil tes
(praktik dan tes tulis) dan non tes . Hasil tes tindakan siklus I dan tindakan
siklus II yaitu berupa hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam khususnya pada materi “Ketentuan shalat” dengan menggunakan metode
kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid. Hasil non tes berupa
keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung baik di sekolah maupun di
rumah yang diperoleh melalui lembar interview keaktifan siswa dan lembar
observasi kinerja guru.
Pembelajaran shalat sesuai dengan kurikulum KTSP dimulai sejak
kelas II semester I sampai kelas IV semester I, namun pembelajaran shalat pada
SDIT Permata Bunda Bawen dimulai sejak kelas I semester I sampai Kelas VI
Semester II melalui pembiasaan shalat Dhuha dan shalat Dhuhur berjama’ah.
oleh karena itu sebagai data awal para siklus, peneliti melakukan tes penjajagan
sesuai kurikulum KTSP dengan materi kelas II, III, dan IV sebagai dasar
pijakan merumuskan Rencana Pembelajaran siklus I.
Tabel 4.1 : Data pra siklus diambil dari hasil tes ulangan harian.
No
Data Pra Siklus
1
Nilai Tertinggi
2
Nilai Terendah
3
Nilai Rata-rata Kelas
4
Jumlah siswa tidak tuntas
5
Jumlah siswa Tuntas
6
Prosentase ketuntasan
Sumber : Data Pra Siklus Januari 2012 ( Lampiran 1.)
Hasil
95
40
76,10
33
28
45, 90 %
Data pra siklus diambil dari hasil tes penjajagan sebelum melakukan
KBM, berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 95, nilai terendah 40
nilai rata – rata kelas mencapai 77,17 telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM), sedangkan KKM untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yaitu 75. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 14 siswa atau 22, 95 %
dan jumlah siswa yang tuntas belajar 47 dengan ketuntasan belajar klasikal
sebesar 77, 05 %.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian yang dilaksanakan di kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen
merupakan sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yang
telah dilaksanakan ini terdiri dari dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari
empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I
dilaksanakan 3 x pertemuan ( 3 x 3 jam pelajaran x 30 menit) yaitu setiap hari
Selasa tanggal 6, 13 dan 20 Februari 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan
selama proses pembelajaran pada siklus I yang meliputi tahap perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I peneliti bersama
guru merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi
penyusunan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar
interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi
tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik shalat. Soal tertulis terdiri
dari 20, soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untuk
mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksanakan shalat diambil dari
hasil interview.
b. Tindakan (Acting)
Ø Pertemuan pertama, tanggal 6 Februari 2012, peneliti menyampaikan
materi ketentuan shalat secara teori dan praktik, dilanjutkan membagi
kartu bimbingan shalat dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Ø Pertemuan kedua, 13 Februari 2012, peneliti mengecek setiap siswa hasil
bimbingan shalat di rumah bila sudah bisa di paraf, bila belum bisa
minta untuk diulangi bimbingan lagi di rumah sampai bisa. Siswa yang
lain latihan soal di LKS pada bab Ketentuan shalat.
Ø Pertemuan ketiga, 20 Februari 2012, uji kompetensi praktik dan tulis,
hasilnya disampaikan kepada orang tua/ walimurid. Bagi siswa yang
hasilnya sangat kurang, maka walimuridnya dipanggil untuk konsultasi
pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2012.
c.
Pengamatan (Observating)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar
pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati
dalam proses pembelajaran Ketentuan shalat dengan model kolaborasi
bimbingan antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah
3) Aspek bimbingan Walimurid
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
1)
Aspek kinerja guru
Tabel 4.2 : Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus I
NO
A
B
ASPEK YANG DIAMATAI
PRA PEMBELAJARAN
1. Kemampuan
Mengkondisikan
siswa
sebelum pembelajaran dimulai
2. Kemampuan memberikan apersepsi untuk
memotifasi siswa
3. Kemampuan memyampaikan tujuan dan
indikator yang ingin dicapai
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4. Penguasaan materi pembelajaran
5. Interaksi saat pembelajaran
6. Penguasaan metode pembelajaran
7. Pemanfaatan sumber media pembelajaran
1
SKORE
2
3
4
V
V
V
V
V
V
V
8. Kemampuan pengelolaan kelas
V
PENUTUP
9. Kemampuan guru menyimpulkan materi
10. Kemampuan guru memberikan tugas dan
evaluasi pembelajaran
Total Skore
31
Prosentase
77,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 6, 13, 20 Februari 2012 ( lampiran 2)
C
V
V
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada
pelaksanaan pembelajaran shalat dengan menggunakan metode kolaborasi
bimbingan
antara guru dan walimurid Pada siklus I adalah berbagai
kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam
kelas. Guru belum mampu mengkondisikan siswa secara menyeluruh
sebelum pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru
belum bisa memotivasi siswa seluruhnya, dalam menyampaikan tujuan dan
indikator guru sudah baik sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan
materi untuk bimbingan shalat
di rumah cukup baik namun sesekali
masih melihat buku pada waktu menerangkan.
Penguasaan metode demonstrasi, sumber dan media pembelajaran
serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun belum seluruhnya siswa
aktif. Diakhir pembelajaran, guru memberikan tugas bimbingan shalat
dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa melaksanakan uji
praktik. Berdasarkan tabel 4.2, kinerja guru tergolong dalam kategori
cukup dengan jumlah skor 31 dengan persentase 77,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa
Tabel 4.3 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I
NO
ASPEK YANG DIAMATI
1
1
SKORE
2
3
Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam
pelajaran PAI ?
2
Bagaimana antusias siswa pada saat proses
V
belajar mengajar ?
3
Bagaimana keberanian siswa menyampaikan
V
pertanyaan atau tanggapan
4
Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan
V
shalat di depan kelas ?
5
Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal
V
evaluasi
Total Skore
14
Prosentase
70 %
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus I tanggal 6 Februari 2012 (lampiran 3)
4
V
Pada pelaksanaan siklus I, secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan shalat
sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas VI SDIT Permata Bunda
Bawen hadir dalam pembelajaran shalat pada siklus I.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran shalat dengan Metode
Kolaborasi bimbingan dapat dilihat dari tabel 4.3, aspek kehadiran pada
siklus I seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat
mengikuti pelajaran belum maksimal harus ada teguran terlebih dahulu dari
guru baru siswa memperhatikan penjelasan guru, aspek keaktifan siswa
dalam bertanya dan menyampaikan pendapat belum begitu tampak karena
yang berani bertanya hanya siswa- siswa tertentu saja, begitu juga dalam
menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran
berlangsung, hanya siswa - siswa tertentu saja yang berani menjawab atau
mengemukakan pendapat, siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu
oleh guru.
Aspek keberanian mempraktekkan shalat di depan kelas kurang,
karena setiap anak yang disuruh maju mempraktekkan harus membujuk
dulu baru mau maju. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak cukup tepat
waktu, karena sesuai dengan waktu yang ditentukan masih ada beberapa
anak yang belum selesai.
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka
diperoleh data bahwa pada siklus I tingkat aktifitas siswa cukup dengan
jumlah skor 14 dari skor maksimal 20 dengan persentase 70%.
3) Aspek bimbingan Walimurid.
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran
agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan
walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan shalat siswa.
Tabel 4.4 : Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah Siswa Siklus I
ASPEK YANG DIAMATI
NO
A
Jumlah
Prosentase (%)
1. Tidak ada
2
3
2.Tempat lain/ rumah guru ngaji
13
21
3. Di Masjid/ Musholla
26
43
4. Di TPQ/Madin
5
8
5. Di rumah sendiri
15
25
Tempat belajar
B
C
D
E
Waktu bimbingan/ belajar
1. Tidak Pernah
2
3
b. Tidak Tentu
9
15
c.Setiap Bulan
0
0
d. Setiap Pekan
13
21
e.Setiap Hari
37
61
1. Tidak Ada
2
3
2. Teman/Lain
5
8
3. Saudara
15
25
4. Guru Ngaji
26
43
5. Orang Tua
13
21
1. Tidak Mau
2
3
2. Terpaksa
5
8
3. Tidak Senang
15
25
4. Senang
26
43
5. Sangat Senang
13
21
Perhatian orang tua terhadap anaknya
26
43
Orang yang membimbing langsung
Sikap belajar
Sumber : Data Hasil Penelitian 6, 13, 20 Februari 2012 ( lampiran 4)
Dari data tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak
belajar di Masjid/Mushola, setiap hari diajar oleh guru ngaji dan merasa
senang, namun perhatian orang tua terhadap kemampuan anaknya termasuk
kurang, hal ini dapat dilihat dari adanya tanda paraf pada kartu bimbingan
shalat, hanya sekitar 43 % yang diparaf walimurid.
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I.
Hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif,
atau kami rumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara
kognitif kami ambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil
dari tes praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan shalat
Tabel 4.5. Hasil Tes Siklus I
Tes
Tes
Rata-Rata
Tertulis
Praktek
1
Nilai Tertinggi
100
90
95
2
Nilai Terendah
50
65
57, 5
3
Nilai Rata-rata Kelas
77,67
79,64
78, 65
4
KKM
75
85
76, 5
5
Jml Siswa tidak Tuntas
11
40
24, 5
6
Jml Siswa Tuntas
50
21
35,5
7
Presentase ketuntasan belajar
83,61 %
34,43 %
59,02 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 20 Februari 2012 (Lampiran 5)
NO
Hasil Tes Siklus 1
Berdasarkan tabel 4.5, hasil tes tertulis diperoleh nilai tertinggi 100,
nilai terendah 50, nilai rata – rata kelas mencapai 77.67 sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar
50 siswa atau 83,61 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 10
atau 16,39 %, dan hasil tes praktek diperoleh nilai tertinggi 90, nilai
terendah 65, nilai rata – rata kelas mencapai 79,64 belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar
21 siswa atau 34,43 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 39
atau 63,93 %, ketuntasan belajar klasikal sebesar 59,02 %. Sedangkan
indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian
tindakan kelas ini minimal mencapai 85 %.
b) Kemauan Shalat
Tabel 4.6: Hasil Analisis Aspek Kemauan shalat siswa Siklus I
NO
1
2
3
4
ASPEK YANG DIAMATI
Jumlah shalat fardlu yang
dilakukan setiap hari
Ketepatan waktu melaksanakan
shalat
Kesadaran dalam melaksanakan
shalat fardlu
Waktu yang diperlukan setiap
shalat
Total Skore
Persentase
1
SKORE
2
3
4
0
14
28
19
61
0
14
25
22
61
0
21
29
11
61
0
15
24
22
61
0
64
106
74
26,22 43,4 30,32
0%
%
4%
%
Sumber : Data Hasil Penelitian 6, 13, 20 Februari 2012 (lampiran 6).
Jumlah
244
100,00%
Dari hasil penelitian tabel 4.6, diketahui bahwa rata-rata kemauan
siswa untuk menunaikan shalat termasuk cukup. Karena siswa kelas VI
yang rata-rata berumur 11 tahun, melaksanakan shalat setiap hari 4 kali
di pertengahan waktu dengan penuh kesadaran namun kekhusyu’annya
dinilai masih kurang karena waktu yang diperlukan dalam shalat sekitar
3 menit, padahal waktu shalat bisa khusyu’ minimal 5 menit.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan
setelah
pengamatan
(Observating)
adalah
refleksi
(reflecting), refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada
siklus I. Kekurangan siklus I yaitu:
1) Masih banyak siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab, hanya
siswa tertentu saja yang aktif yang lain harus ditunjuk terlebih dahulu
untuk mengeluarkan pendapatnya
2) Guru kurang maksimal dalam memberikan motifasi dan tugas bimbingan
shalat di rumah sehingga masih banyak kartu bimbingan yang tidak
diparaf walimurid 49%. Berdasarkan análisis aspek kinerja guru
presentasenya mencapai 77,5% masuk kategori baik.
3) Berdasarkan hasil tes yang dilakukan diakhir siklus pada siklus I siswa
yang tuntas belajar baru mencapai 59,02 % sehingga belum mencapai
indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini yaitu ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu
85 % dengan nilai rata- rata kelas minimal 80 dari 61 siswa, oleh karena
itu dilaksanakan siklus berikutnya yaitu siklus II.
4) Sebelum pelaksanaan siklus II bagi anak yang belum tuntas, perlu wali
muridnya dipanggil, guna meningkatkan efektifas dalam kolaborasi
bimbingan.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 x pertemuan ( 2 x 3 jam pelajaran x 30 menit)
yaitu setiap hari Selasa tanggal 6 dan 13 Maret 2012. Adapun kegiatan yang
dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II yang meliputi tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus II peneliti bersama guru
merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi
penyususnan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar
interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi
tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik shalat. Soal tulis terdiri
dari 20 soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untuk
mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksanakan shalat
diambil dari
hasil interview.
b. Tindakan (Acting)
Pertemuan pertama, tanggal 6 Maret 2012, peneliti memgulas kembali
materi ketentuan shalat secara teori dan praktik, dilanjutkan pengecekan
kartu bimbingan shalat di rumah dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Pertemuan kedua, 13 Maret 2012, uji kompetensi praktik dan tulis, hasilnya
disampaikan kepada orang tua/ walimurid .
c. Pengamatan (Observating)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar
pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati dalam
proses pembelajaran Ketentuan shalat dengan model bimbingan kolaborasi
antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru Siklus II
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah Siklus II
3) Aspek bimbingan Walimurid Siklus II
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
1) Aspek Kinerja Guru
Tabel 4.7: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus II
NO
A
B
C
ASPEK YANG DIAMATAI
PRA PEMBELAJARAN
1. Kemampuan
Mengkondisikan
siswa
sebelum pembelajaran dimulai
2. Kemampuan memberikan apersepsi untuk
memotifasi siswa
3. Kemampuan memyampaikan tujuan dan
indikator yang ingin dicapai
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4. Penguasaan materi pembelajaran
5. Interaksi saat pembelajaran
6. Penguasaan metode pembelajaran
7. Pemanfaatan sumber media pembelajaran
8. Kemampuan pengelolaan kelas
PENUTUP
9. Kemampuan guru menyimpulkan materi
10. Kemampuan guru memberikan tugas dan
evaluasi pembelajaran
Total Skore
Prosentase
1
SKORE
2
3
4
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
37
92,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 6 Maret 2012 ( lampiran 7 )
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada pelaksanaan
pembelajaran shalat dengan menggunakan metode kolaborasi bimbingan
shalat antara guru dan walimurid. Pada siklus II adalah berbagai
kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam
kelas. Guru dapat mengkondisikan siswa secara menyeluruh sebelum
pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru dapat
memotivasi siswa walaupun masih ada beberapa anak yang belum
termotivasi, dalam menyampaikan tujuan dan indikator guru sudah baik
sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan materi dapat dikatakan baik, hal
ini dapat dilihat ketika menjelaskan materi tidak lagi memegang buku serta
dapat menjelaskan dengan runtut. Penguasaan metode demonstrasi, sumber
dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun
belum seluruhnya siswa aktif. Di akhir pembelajaran guru memberikan
tugas bimbingan shalat dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa
melaksanakan uji praktik. Berdasarkan tabel diatas kinerja guru tergolong
dalam kategori baik dengan jumlah skor 37 dengan persentase 92,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa Siklus II
Tabel4.8 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus II
NO
1
2
ASPEK YANG DIAMATI
Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam
pelajaran PAI ?
Bagaimana antusias siswa pada saat proses
1
SKORE
2
3
4
V
V
belajar mengajar ?
Bagaimana keberanian siswa menyampaikan
V
pertanyaan atau tanggapan?
4
Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan
shalat di depan kelas ?
5
Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal
evaluasi
Total Skore
19
Prosentase
95 %
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus II tanggal 13 Maret 2012 (lampiran 8 )
3
V
V
Pada pelaksanaan siklus II, secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan shalat
sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas VI SDIT Permata Bunda
Bawen hadir dalam pembelajaran shalat pada siklus II. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran shalat dapat dilihat dari tabel diatas aspek kehadiran
pada siklus II seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat
mengikuti pelajaran termasuk baik karena semua siswa memperhatikan
dengan seksama atas penjelasan guru, aspek keaktifan bertanya dan
menyampaikan pendapat yaitu keaktifan siswa dalam bertanya dan
menyampaikan pendapat belum begitu tampak karena yang berani bertanya
hanya siswa- siswa tertentu saja begitu juga dalam menjawab pertanyaan
atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran berlangsung hanya siswa
– siswa tertentu saja yang berani menjawab atau mengemukakan pendapat
siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Aspek
keberanian mempraktekkan shalat di depan kelas juga baik , karena setiap
anak yang diminta maju mempraktekkan langsung maju bahkan sebagian
mengajukan diri untuk mencoba maju mempraktekkan shalat di depan
kelas. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak tepat waktu, karena sesuai
dengan waktu yang semua anak sudah selesai.
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka
diperoleh data bahwa pada siklus II tingkat aktifitas siswa cukup dengan
jumlah skor 19 dari skor maksimal 20 dengan persentase 95%.
3) Aspek bimbingan Walimurid pada Siklus II
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran
agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan
walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan shalat siswa.
Tabel 4.9. Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah siswa Siklus II
Jumlah
Prosentase
(%)
1. Tidak ada
0
0
2.Tempat lain/ rumah guru ngaji
3
5
3. Di Masjid/ Musholla
12
20
4. Di TPQ/Madin
22
36
5. Di rumah sendiri
24
39
ASPEK YANG DIAMATI
NO
A
B
Tempat belajar
Waktu bimbingan/ belajar
C
D
E
1. Tidak Pernah
3
5
f. Tidak Tentu
6
10
g. Setiap Bulan
0
0
h. Setiap Pekan
10
16
i. Setiap Hari
42
69
6. Tidak Ada
3
5
7. Teman/Lain
0
0
8. Saudara
3
5
9. Guru Ngaji
38
62
10. Orang Tua
17
28
6. Tidak Mau
3
5
7. Terpaksa
2
3
8. Tidak Senang
5
8
9. Senang
29
48
10. Sangat Senang
22
36
Perhatian orang tua terhadap anaknya
61
100
Orang yang membimbing langsung
Sikap belajar
Sumber : Data Hasil Penelitian 6 dan 13 Maret 2012 ( lampiran 9)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa selain belajar di Masjid atau
Mushola, sebagian besar anak belajar di rumah sendiri, setiap hari diajar oleh
guru ngaji dan orang tua dan merasa senang, perhatian orang tua terhadap
kemampuan anaknya sangat baik 100 %. Sebagai bukti kartu bimbingan shalat
semua siswa telah ditandatangani oleh orang tua / walimurid.
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, atau
dapat dirumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara
kognitif diambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil dari tes
praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan Shalat
Tabel 4.10 ; Hasil Tes Siklus 2
Tes
Tes
Tertulis
Praktek
1
Nilai Tertinggi
100
96
2
Nilai Terendah
75
84
3
Nilai Rata-rata Kelas
87,35
89,33
4
KKM
75
85
5
Jml Siswa tidak Tuntas
0
2
6
Jml Siswa Tuntas
61
59
7
Presentase ketuntasan belajar
100 %
97 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 6 Maret 2012 (Lampiran10)
NO
Hasil Tes Siklus 2
Rata-Rata
98
79, 5
88, 34
80
1
60
98,5 %
Berdasarkan tabel 4.10, hasil tes tertulis diperoleh nilai tertinggi 100,
nilai terendah 75, nilai rata – rata kelas mencapai 87,35 sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 61
siswa atau 100 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 0 atau 0%,
hasil tes praktek diperoleh nilai tertinggi 96, nilai terendah 84, nilai rata –
rata kelas mencapai 89,33 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 59 siswa atau 97% dan jumlah
siswa yang tidak tuntas belajar 1 atau 3% ketuntasan belajar klasikal
sebesar 98,5 %. Sedangkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar
klasikal dalam penelitian tindakan kelas ini minimal mencapai 85 %.
b) Kemauan shalat
Tabel 4.11; Hasil Analisis Aspek Kemauan shalat siswa Siswa Siklus II
NO
1
2
3
4
ASPEK YANG DIAMATI
Jumlah shalat fardlu yang
dilakukan setiap hari
Ketepatan waktu melaksanakan
shalat
Kesadaran dalam melaksanakan
shalat fardlu
Waktu yang diperlukan setiap
shalat
Total Skore
Persentase
1
SKORE
2
3
4
0
0
0
61
61
0
10
25
26
61
0
11
21
29
61
0
5
20
36
61
0
26
66
152
10,65 27,04 62,29
0%
%
%
%
Sumber : Data Hasil Penelitian 6 dan 13Maret 2012 ( lampiran 19).
Jumlah
244
100,00%
Dari hasil penelitian pada tabel 4.11, di ketahui bahwa rata-rata
kemauan siswa untuk menunaikan shalat adalah baik. Karena kebanyakan
anak shalat sudah lima kali setiap hari, sedang waktu melakukan shalat
sebagian besar pada awal waktu, kesadaran shalatpun tinggi karena shalat
tidak perlu lagi disuruh dan rata-rata waktu shalat mereka 5 menit,
sehingga terjaga kekhusyu’anya.
Jadi secara umum kemauan shalat siswa kelas VI sudah baik dan
tetap perlu ditingkatkan mengingat anak kelas VI yang rata-rata berusia 11
tahun telah mencapai baligh.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan setelah pengamatan (Observating) adalah refleksi (reflecting),
refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan ini
dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus II.
Kekurangan siklus II yaitu:
1) Masih ada siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab. Sebagian
besar siswa sudah berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya pada
saat proses relajar mengajar, yaitu mencapai 95%
2) Kinerja guru juga termasuk baik dengan skor 92,5%, adapun hal-hal yang
masih perlu ditingkatkan yaitu dalam hal memberi motivasi siswa,
menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan penggunaan alat
media yang belum maksimal.
3) Peran Orang tua dalam siklus ke-2 sangat signifikan dengan 100% kartu
bimbingan shalat telah ditandatangani orang tua, serta semakin banyak
siswa yang juga belajar langsung dengan orang tuanya selain belajar
dengan guru ngaji.
4) Hasil belajar siswa dalam siklus II juga baik, hal ini dapat dilihat dari
hasil tes tertulis dan praktek. Hasil tes tertulis diketahui rata-rata kelas
87,35 dan ketuntasan siswa 61 siswa dari 61 siswa atau 100% dengan
KKM 70. Hasil Tes praktik rata-rata 89,33 dan ketuntasan mencapai 97
% dengan KKM 85. Ketika digabungkan praktik dan tulis rata-rata
88,34 dan siswa yang tuntas mencapai 60 siswa atau 98,5% dengan
KKM 80. Kemauan siswa untuk melaksanakan shalat sudah cukup baik,
yaitu rata-rata mereka shalat 5 kali setiap hari dengan penuh kesadaran.
5)
Setelah penelitian ini siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran
shalatnya perlu diperhatikan dan ditingkatkan agar semua siswa setelah
lulus dari SDIT Permata Bunda Bawen sudah mampu dan mau
melaksanakan shalat secara penuh 5 waktu dengan benar.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kemampuan
dan kemauan shalat siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen dengan model
bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid
pada
tahun pelajaran
2011/2012 dilakukan dalan 2 siklus meliputi 4 (empat) aspek yaitu :
1. Kinerja guru
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
3. Peran Orangtua/ walimurid
4. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan dan kemauan shalat
1) Kinerja Guru dan Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam observasi kinerja guru dan keaktifan siswa peneliti dibantu oleh
Siti Fatimah S.Pd.I dan Siti Sofiatun, S.Pd. selaku walikelas VI A dan VI B
yang mengamati kinerja guru pada siklus I dan Keaktifan siswa pada siklus II
dan Muh. Trimo, S.Pd.I yaitu guru PAI yang mengajar PAI kelas IV sampai
VI mengamati keaktifan siswa pada siklus I dan kinerja guru pada siklus II.
Dari hasil observasi mereka dapat diketahui Kinerja guru pada siklus I,
guru tergolong dalam kategori baik dengan jumlah skor 41 dengan persentase
77,5 %. Pada siklus II mengalami peningkatan 15%, yaitu dengan jumlah
skore 37 atau 92,5%. Untuk memperjelas bahasan peningkatan kinerja guru
dapat kita lihat perbandingan hasil observasi pada siklus I dan siklus II di
bawah ini :
Tabel 4.12: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II
NO
ASPEK YANG DIAMATAI
SKORE Siklus I
1
2
3
4
SKORE Siklus II
1
2
3
4
A
PRA PEMBELAJARAN
1. Kemampuan
Mengkondisikan
siswa
sebelum
pembelajaran
V
dimulai
2. Kemampuan memberikan apersepsi
V
untuk memotifasi siswa
3. Kemampuan
memyampaikan
tujuan dan indikator yang ingin
V
dicapai
B
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4. Penguasaan materi pembelajaran
V
5. Interaksi saat pembelajaran
V
6. Penguasaan metode pembelajaran
V
7. Pemanfaatan
sumber
media
V
pembelajaran
8. Kemampuan pengelolaan kelas
V
C
PENUTUP
9. Kemampuan guru menyimpulkan
V
materi
10.Kemampuan guru memberikan
V
tugas dan evaluasi pembelajaran
Total Skore
31
Prosentase
77,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian Keaktifan siswa pada Siklus I dan siklus II
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
37
92, 5 %
Sedangkan keaktifan siswa pada siklus I termasuk cukup dengan skor
14 atau 70%, mengalami peningkatan mencapai 25 % pada siklus II dengan
skor 19 atau 95%.
Tabel 13 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I dan siklus II
NO
ASPEK YANG DIAMATI
SKORE Siklus I
1
2
3
4
1
SKORE Siklus II
2
3
4
1
Berapa
prosen
rata-rata
kehadiran siswa dalam pelajaran
V
PAI ?
2
Bagaimana antusias siswa pada
V
saat proses belajar mengajar ?
3
Bagaimana keberanian siswa
menyampaikan pertanyaan atau
V
V
tanggapan
4
Bagaimana keberanian siswa
mempraktekkan
shalat
di
V
depan kelas ?
5
Bagaimana ketepatan waktu
V
mengerjakan soal evaluasi
Total Skore
14
19
Prosentase
70 %
95 %
Sumber : Data Hasil Penelitian Keaktifan siswa pada Siklus I dan siklus II
V
V
V
V
Setelah anak-anak memberi salam, guru mengkondisikan siswa dulu
sebelum pelajaran dimulai. Pada pembelajaran siklus I cukup baik, namun
masih terdapat beberapa siswa yang pada waktu berdoa masih ada anak yang
masih mencari buku sehingga doa mulai belajar kurang tenang. Pada siklus II
sebelum do’a dimulai anak-anak diminta menyiapkan buku dan alat tulis dulu
di atas meja, sehinga pada saat berdoa anak dapat berdoa dengan tenang.
Selesai berdoa, guru mengecek kehadiran siswa dan semua siswa tidak
ada yang absen baik pada siklus I maupun siklus II. Sebelum pelajaran
dimulai, guru menanyakan kepada beberapa siswa secara acak tentang
pengetahuan shalat yang pernah diterimanya dari kelas II hingga kelas V,
sebagian besar tidak dapat menjawab. Kemudian guru membagi soal
penjajagan dengan 20 soal isian dengan materi soal tentang Shalat Fardlu
untuk dikerjakan selama 15 menit. Sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan pekerjaan anak dikumpulkan ternyata masih banyak yang belum
selesai. Ini disebabkan anak tidak ada persiapan sehingga banyak pelajaran
yang pernah diterimanya lupa. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya pada
siklus I secara umum dapat dikatakan cukup.
Pada siklus II apersepsi yang dilakukan mengalami peningkatan
sehingga setiap anak yang ditanya pelajaran yang lalu sudah banyak anak
yang dapat menjawabnya dengan tepat karena sebelum disampaikan
pertanyaan guru mengingatkan kembali pelajaran yang lalu dan motivasi dulu
tentang pentingnya sholat bagi orang Islam serta menyampaikan tujuan
pembelajaran dan indikatornya yang akan dilakukan baru menerangkan
pelajaran.
Ketika menjelaskan pelajaran pada siklus I nampaknya guru kurang
siap sehingga sesekali masih melihat buku namun ketika mengajarkan praktik
shalat guru cukup menguasai. Siswa kurang terkontrol sehingga masih ada
siswa yang tidak memperhatikan guru, bahkan masih banyak yang bicara
sendiri. ketika diberi kesempatan bertanya tidak ada yang mau bertanya dan
ketika ditanya tidak langsung menjawab bahkan melemparkan pada teman
yang lain apa lagi ketika disuruh mencoba mempraktikkan shalat di depan
kelas tidak ada yang mau maju sehingga guru harus membujuknya dulu baru
ada sebagian yang mau maju. Ini sangat berbeda pada proses pembelajaran
siklus II. Guru sudah menguasai materi dengan baik karena semua sudah
dipersiapkan dengan matang, hanya masih ada yang perlu diadakan
penyempunaan lagi yaitu agar ketika memberi appersepsi tidak terlalu berteletele, dalam menjelaskan perlu diberi inofasi sehingga suasana tidak terlalu
tegang, media yang sudah dipersiapkan kurang dimanfatkan karena terfokus
pada memberi contoh gerakan secara langsung, ini perlu sesekali ditunjukkan
gerakan shalat dalam gambar.
Kondisi siswa lebih tertib dan teratur anak sudah berani bertanya dan
menyampaikan pendapat namun masih ada beberapa anak yang belum berani
bertanya atau menjawab pertanyaan, namun ketika ditunjuk untuk maju
mempraktikkan shalat langsung maju dengan tenang, bahkan ada yang
mengajukan diri untuk mempraktikkan shalat di depan kelas karena mereka
sudah merasa mampu. Ketika mengerjakan soal ulanganpun semua tepat
waktu sesuai yang telah ditentukan yaitu 15 menit mengerjakan 20 soal isian.
Ini semua tidak lepas dari pengaruh bimbingan yang dilakukan orang
tua di rumah setelah adanya konsultasi walimurid dengan orang tua pada akhir
siklus I.
2) Peran Orangtua / Walimurid dalam Proses Belajar Mengajar.
Orangtua merupakan orang yang pertama dan paling utama dalam
pendidikan anak. Intensitas pertemuan anak dengan orang tua seharusnya
lebih banyak dibanding dengan gurunya di sekolah yang kurang lebih hanya 7
jam setiap hari sekolah. Sedangkan diluar sekolah menjadi tanggung jawab
orang tua. Namun yang terjadi pada anak pada umumnya lebih taat pada
gurunya dari pada orang tuanya sendiri. Ini karena yang ada pada benak anak
yang paling utama adalah mendapat nilai raport yang baik. Sedang guru tidak
dapat menjangkau seluruh kehidupan anak, oleh karena itu mutlak diperlukan
adanya sinergi antara guru di sekolah dan orang tua wali murid.
Dari hasil interview dan penelitian dapat diketahui proses pembelajaran
diluar sekolah dan peran orang tua. Perubahan-perubahan positif yang terjadi
tidak lepas dari adanya konsultasi orang tua dengan guru PAI yang dilakukan
pada tanggal 20 Februari 2012. Dari 27 undangan yang dibagikan pada anak
yang tidak tuntas pada siklus I, yang hadir 20 orang , 7 orang yang tidak dapat
datang karena pembagian undangan yang dinilai mepet sehingga banyak yang
sudah memiliki jadwal kegiatan sendiri. Dari 20 orang yang hadir hanya 4
orang bapak yang datang, 13 orang ibu dan 3 orang saudaranya. Ini
disebabkan karena seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak waktunya di
bandingkan dengan ayah yang banyak kegiatan keluar dan kalau ibu seorang
karir juga sangat susah untuk membagi waktu karena banyak kegiatan yang
telah terjadwal. Sedangkan siswa lain yang sudah tuntas rata-rata perhatian
orang tuanya cukup sehingga kartu bimbingan shalat sudah benar-benar dicek
oleh orang tuanya.
Tabel 4.14; Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah dan peran Orangtua
Siklus 1
NO
A
ASPEK YANG DIAMATI
Jumlah
Prosentase
(%)
Jumlah
Prosentase
(%)
2
3
0
0
13
21
3
5
26
43
12
20
4. Di TPQ/Madin
5
8
22
36
5. Di rumah sendiri
15
25
24
39
1. Tidak Pernah
2
3
3
5
j. Tidak Tentu
9
15
6
10
k. Setiap Bulan
0
0
0
0
l. Setiap Pekan
13
21
10
16
m. Setiap Hari
37
61
42
69
Orang yang membimbing
langsung
11. Tidak Ada
2
3
3
5
12. Teman/Lain
5
8
0
0
13. Saudara
15
25
3
5
14. Guru Ngaji
26
43
38
62
15. Orang Tua
13
21
17
28
Tempat belajar
1. Tidak ada
2.Tempat lain/ rumah guru
ngaji
3. Di Masjid/ Musholla
B
C
Siklus 2
Waktu bimbingan/ belajar
D
E
Sikap belajar
11. Tidak Mau
2
3
3
5
12. Terpaksa
5
8
2
3
13. Tidak Senang
15
25
5
8
14. Senang
26
43
29
48
15. Sangat Senang
13
21
22
36
Perhatian orang tua terhadap
anaknya
26
43
61
100
Sumber : Data Hasil Penelitian siklus I dan siklus II
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar anak-anak
belajar agama Islam di TPQ atau Madin dan di rumahnya sendiri, pada
umumnya untuk anak kelas ekonomi menegah kebawah banyak memilih TPQ
karena biayanya murah dan pembelajaran terstruktur dengan standar yang
jelas termasuk waktunya, sedangkan sebagian anak orang yang ekonominya
menengah ke atas lebih memilih belajar di rumah dengan mengundang guru
ngaji, mereka tidak lagi memikirkan biaya, yang dipikirkan bagaimana anakanaknya dapat mengikuti berbagai les juga ngajinya tak ketinggalan, sebagian
lagi ada yang mengaji di masjid atau mushala setelah shalat magrib dan ada
pula yang belajar ngaji dengan cara datang di rumah ustaz/guru ngaji. Pada
siklus I masih terdapat 4 anak yang tidak mengaji karena memang perhatian
orang tua yang kurang terhadap keagamaan anaknya, karena memang berasal
dari keluarga yang awam agamanya, namun ada pula yang sudah belajar di
TPQ masih ngaji lagi di rumah dengan guru ngaji, yang demikian ini di TPQ
selain meuntuk mengaji juga untuk melatih berinteraksi dengan temannya atau
bisa dikatakan untuk mencari teman.
Sebagian besar mereka mengaji setiap hari di TPQ atau mengaji dengan
orang tuanya langsung, yang mengaji di rumah dengan guru ngaji rata-rata
sepekan 2 kali, namun umumnya yang mengaji les di rumah jarang diajarkan
shalat, mereka hanya terfokus pada latihan membaca Al Qur’an. Sedangkan
yang di TPQ pelajaran shalat telah terjadwal. Dalam mengaji umumnya yang
mengajari langsung adalah guru ngaji, sebagian kecil ada juga yang mengaji
langsung dengan orangtuanya.
Pada umumnya orang tua percaya begitu saja kepada anaknya, yang
penting melihat anaknya sudah mengaji atau anaknya sudah shalat di masjid,
namun jarang sekali yang mengetahui secara detail kemampuan shalat
anaknya, atau kadang anaknya malu diajari orang tuanya. Hal ini terlihat kartu
bimbingan shalat pada siklus I yang cek oleh orang tuanya hanya 51%.
Dengan konsultasi, guru memberi pemahaman kepada orang tua pentingya
mengetahui secara langsung kemampuan shalat anaknya karena pada dasarnya
orang tualah yang paling utama dan pertama bertanggung jawab dalam
pendidikan anaknya.
Sehingga mereka sadar akan kewajibannya, kemudian apabila anaknya
dirasa kurang, maka dengan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa
mengajari anaknya, bila tidak bisa mereka akan cancut tali wondo kalau perlu
mengundang guru ngaji di rumahnya agar anaknya dapat shalat dengan benar.
Ini terlihat pada siklus II kartu bimbingan shalat semua telah di paraf oleh
orang tuanya (100%). Namun masih ada yang belum hafal bacaan shalat
walaupun sudah diparaf orang tuanya. Ini dimungkinkan orangtua asal paraf
tidak mengecek lagi. Bila ada yang belum hafal maka dengan diadakannya
konsultasi orang tua dengan guru, terjadi perubahan yang sangat signifikan
yaitu perbaikannya mencapai 49% siklus II dibanding siklus I.
3) Hasil Belajar dan Korelasinya dengan Tingkat Partisipasi Orang tua
Hasil belajar sebagaimana telah dikemukakan di muka adalah perubahan
tingkah laku kognitif, psikomototik, maupun afektif. Dalam penelitian ini
hasil
belajar
dirumuskan
sebagi
kemampuan
dan
kemauan
shalat.
Kemampuan meliputi aspek kognitif dan dan psikomotorik. Adapun kemauan
masuk dalam katagori afektif seuh mana kemajuan ketiga aspek hasil belajar
dapat dilihat dalam analisis di bawah ini :
Tabel 4.15: Data Rata-Rata Prestasi Siswa klasikal siklus 1 dan 2
N
O
1
2
3
4
5
6
Hasil Tes
Nilai Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai Rata-rata
Kelas
KKM
Jml
Siswa
tidak Tuntas
Jml
Siswa
Pra
Siklus
95
Tes
Tertulis
1
2
100 100
40
50
Perba
ikan
Tes Praktek
Perba
ikan
-
1
90
2
96
6
75
10/25
65
84
19
87,3
5
75
1,57/
9, 68
79,64
75
77,6
7
75
33
11
0
28
50
61
76,10
85
89,3
3
85
13/10
40
2
38
22/11
21
59
38
9,69
Kemauan
1
2
80,8
2
90,1
6
Perba
ikan
9,34
7
Tuntas
Presentase
ketuntasan
belajar
45,90
%
83,6
1%
100
%
37,71
/16,3
9%
34,43
%
97
%
62,57
%
80,3
3%
100
%
19,67
%
Sumber; Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II
Hasil belajar pada tabel 4.15, dapat diketahui bahwa perbandingan
antara siklus I dan siklus II semuanya mengalami perbaikan, yaitu hasil tes
tertulis mengalami kenaikan dari pra siklus atau penjajagan ke siklus I ratarata kelas mengalami kenaikan 0,5 dibanding dengan siklus II mengalami
kenaikan 9,68 sehingga bila dijumlah semua mengalami kenaikan rata-rata
kelas 10,18. Berdasarkan nilai ketuntasan dengan KKM 70, pra siklus ke
siklus I mengalami kenaikan 6,56% dan ke siklus II mengalami kenaikan lagi
16,39% sehingga semuanya mengalami kenaikan 22,95%.
Ketuntasan nilai pra siklus dengan soal materi shalat kelas II, III dn IV
sangat rendah karena anak tidak diberi persiapan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana efektifitas sebenarnya pembelajaran shalat dari kelas
2 sampai kelas 4 yang tidak melibatkan orang tua secara langsung dalam
pembelajaran, ternyata ketuntasannya hanya 45,90 % sehingga bisa dikatakan
kurang untuk Sekolah Islam, karena intensitas pertemuan antara guru dan
siswa disekolah hanya sekitar 8 jam setiap hari dengan masuk pukul 07.00 dan
pulang pukul 14.00, sedangkan masa aktif siswa adalah 24 jam dikurangi
masa istirahat sekitar 8 jam tiap hari sehingga berjumlah 16 jam. Sehingga
yang menjadi tanggung jawab orang tua 16 – 8 = 8 jam setiap hari.
Sedangkan pada siklus I sudah melibatkan orang tua dengan adanya
kartu bimbingan shalat, hasilnya dapat diketahui nilai ketuntasan tes tertulis
83,61%, tes praktik 34,43% dan analisis kemauan siswa 80,33% sehingga bila
dirata-rata 66,12% . Hasil ini dapat dinilai cukup dan belum maksimal, karena
kerjasama melalui bimbingan dengan perantaraan kartu bimbingan saja
sebagian orang tua masih ada yang acuh tak acuh. Hal ini dapat dilihat dari
prosentase kartu yang diparaf orang tua pada siklus I hanya 43 % . Setelah di
cek yang telah diparaf , semua siswa sudah hafal sesuai dengan arahan sejak
awal
pertama
kali
kartu
dibagikan.
Pada siklus II tingkat partisipasi orang tua mencapai 100 % dilihat dari
kartu yang diparaf orang tua setelah adanya undangan konsultasi orang tua
dengan guru. Namun setelah di cek ada 4 anak yang sudah diparaf orang tua
tapi belum hafal kemungkinan orang tua asal paraf tanpa mengecek dulu
kemampuan putranya. Namun bila dilihat dari kehadiran undangan konsultasi
ada 7 walimurid yang tidak datang. Adapun siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran dan penelitian ini, maka diadakan perbaikan tersendiri dengan
tetap melakukan kolaborasi antara guru dengan orang tua siswa yang belum
tuntas, guna untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Selain itu juga
karena menjadi tanggungjawab bagi sekolah maupun orang tua untuk terus
dan selalu membimbing anaknya khususnya pada pelaksanaan shalat.
Sehingga sekolah tetap mengundang orang tua yang anaknya belum tuntas
untuk kemudian selanjutnya dilakukan tindakan bersama guna mencapai
ketuntasan belajar dalam kemampuan dan kemauan shalat siswa.
Adapun hasil belajar yang dicapai berdasarkan nilai ketuntasan
klasikal adalah : nilai tulis 100 %, nilai praktik 97% dan nilai kemauan 100%
sehingga jika dirata-rata mencapai 99 %. Hasil ini dinilai telah maksimal,
karena kerjasama melalui bimbingan dengan perantaraan kartu bimbingan
seluruh orang tua berperan membimbing dan memperhatikan shalat anaknya,
hal ini dapat dilihat dari prosentase kartu yang diparaf orang tua pada siklus II
mencapai 100 % .
Sehingga bisa dikatakan bahwa peran orang tua di rumah sangat
menentukan hasil belajar anak di sekolah, sehingga bimbingan belajar model
kolaborasi antara guru dan walimurid terbukti mampu meningkatkan
kemampuan dan kemauan shalat siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen
tahun 2011/2012.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kemampuan dan
kemauan shalat siswa kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen dengan model
bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid pada tahun pelajaran 2011/2012
dilakukan dalan 2 siklus meliputi 4 (empat) aspek yaitu :
1. Kinerja guru
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
3. Peran Orangtua/ walimurid
4. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan dan kemauan shalat
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dapat di
simpulkan bahwa peran orang tua di rumah sangat menentukan hasil belajar anak
di sekolah, sehingga bimbingan belajar model kolaborasi antara guru dan
walimurid terbukti mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan shalat siswa
kelas VI SDIT Permata Bunda Bawen tahun 2011/2012.
B. Saran
1. Anak lebih percaya pada gurunya dari pada orangtuanya, sehingga apa kata
gurunya cenderung untuk diikuti perintahnya, disisi lain intensitas pertemuan
anak dengan gurunya sangat terbatas sehingga tidak dapat mengawasi
muridnya sampai di rumah. Disisi lain intensitas orangtua lebih banyak
dibanding gurunya, oleh karena itu guru dan walimurid perlu berkolaborasi
dalam pembelajaran apapun.
2. Kolaborasi ini merupakan jalinan silaturrahim antara guru dan walimurid
untuk saling bersinergi dalam mendidik anak-anaknya yang harus dilestarikan
sampai kapanpun.
3. Ketegasan sikap sangat diperlukan dalam menanamkan pembiasaan shalat
anak-anak sehingga anak menyadari bahwa shalat merupakan tiang agama
yang tak dapat digantikan dengan apapun dan siapapun
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisj, Hussein. Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari.Muslim. Surabaya:
Karya Utama
Depag, 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya dengan Transliterasi Latin. Surabaya:
Mekar Surabaya.
Prayitno & Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik anak Membaca, Menulis, dan Mencintai AlQur’an. Jakata: Gema Insani Pres.
Rubiyanto, Rubino, Eko Supriyanto, & Joko Santoso. Landasan Pendidikan. 2003.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Abughudah, Abdul Fattah. 2009. 40 Metode Pendidikan & Pengajaran Rasulullah
SAW. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Arikunto, Suharsimi. Cetakan ke 13. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dichartanto.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-hakekat-dan-kegunaanstrategi-belajar-mengajar/
http://hbis.wordpress.com/2010/07/04/pengembangan-disain-pembelajaran/
http://aburafli.wordpress.com/2011/11/24/penerapan-didaktik-dalam-prosespembelajaran/
Download