perbedaan denyut terpapar panas denyut nadi sebelum dan

advertisement
PERBEDAAN DENYUT NADI SEBELUM DAN SESUDAH
TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA DI USAHA SUKSES
KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Sain Terapan
Oleh :
Febry Andika Siskawati
R0206025
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul :
Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah
Terpapar Panas pada Pekerja di UD Usaha Sukses
Karanganyar
Oleh :
Febry Andika Siskawati, R0206025, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah di sahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Program D. IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : ................, Tanggal : ................ , Tahun 2010
Pembimbing Utama
Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes.
....................................
Pembimbing Pendamping
Agus Widiyatmo, SE
NIP. 19761028 200810 1 001
....................................
Penguji
Sarsono, Drs. M.Si.
NIP. 1958 1127 198601 1 001
....................................
Tim Skripsi
Ketua Program
D. IV Kesehatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM, M.Kes
NIP. 19650706 198803 1 002
Putu Suriyasa, dr., Ms, PKK, Sp. Ok.
NIP. 19481105 198111 1 001
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Juli 2010
Febry Andika Siskawati
NIM. R0206025
iii
ABSTRAK
Febry Andika Siskawati, R0206025, 2010. PERBEDAAN DENYUT NADI
SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA DI UD
USAHA SUKSES KARANGANYAR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas, denyut nadi
pekerja dan perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas
pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik yang
menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling yang berdasarkan pada ciri-ciri tertentu sehingga dari
50 populasi didapatkan subjek penelitian sebanyak 15 orang. Teknik pengolahan
dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.
Tekanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar sebesar 30,27oC. Denyut
nadi subjek penelitian sebelum terpapar panas sebesar 75,60 denyut/menit dan
denyut nadi sesudah terpapar panas sebesar 124,40 denyut/menit. Hasil analisis
dengan uji Paired T-Test, uji perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar
panas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 (p <
0,05).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan denyut
nadi sebelum dan sesudah terpapar panas yang sangat signifikan. Pencegahan
terhadap efek tekanan panas dapat dilakukan dengan penyedian air minum,
penyediaan pakaian kerja yang dapat melindungi tenaga kerja dari tekanan panas,
pengaturan waktu kerja dan penambahan ventilasi.
Kata Kunci : Tekanan Panas, Denyut Nadi
iv
ABSTRACT
Febry Andika Siskawati, R0206025, 2010. THE PULSE DIFERENCES BEFORE
AND AFTER LABOR HOT PRESSURE FOR WORKERS IN UD USAHA SUKSES
KARANGANYAR.
This riset has purpose to know heat pressure, pulse workera and pulse
differences after and before labor heat pressure for workers in UD Usaha Sukses
Karanganyar.
This riset using observational analytic method which used cross sectional
prospective. Sample technique is using basic feature and so form 50 population
can be get in is peoples numbers subject riset. The data analitation and whirling
technique doing with statistic experiment Paired T-Test using computer program
SPSS 16.0 version.
The pressure at UD Usaha Sukses Karanganyar poin numbers 30,27oC.
Pulse experiment subject before displayed heat pressure point numbers 75,60
beats/minute and after heat pressure displayed point numbers 124,40
beats/minute. Result analyshins with experiment Paired T-Test, diferences
experiment pulse before and after labor heat pressure knew that significance
point with numbers 0,000 or less from 0,05 (p < 0,05).
Based on experiment riset statistic showing that any different pulse before
and after labor hot pressure has very significance. Prevent for hot pressure effect
can be do it with drinking weter preparation, woker clothes preparation can be
protect worker from hot pressure, working time arrangements and andded
ventilation.
Key Word : Hot Pressure, Pulse
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
hidayah-Nya.
Sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Perbedaan Denyut Nadi
Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas di UD Usaha Sukses karanganyar” guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir untuk
mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan Pendidikan Program Diploma IV
Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak jarang penulis
mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya semua dapat teratasi. Atas segala bantuan dan
dukungannya perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof, Dr, A.A. Subijanto, dr, MS, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UNS Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., Selaku Ketua Program Kerja
DIV Kesehatan Kerja.
3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Agus Widiyatmo , SE, Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Sarsono, Drs. M.Si., Selaku Penguji Skripsi.
6. Bapak Jumali, Selaku pemilik UD Usaha Sukses Karanganyar yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
vi
7. Semua pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar atas segala bantuan dan
dukungan yang diberikan.
8. Bapak, Ibu dan keluarga semua yang telah melimpahkan kasih dan sayang
serta dukungan dalam segala hal selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu, yang telah memberikan
dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat
bermanfaat dan penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iii
ABSTRAK ...................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
BAB II. TUNJAUAN PUSTAKA................................................................
7
A. Tekanan Panas..........................................................................
7
B. Panas Badan .............................................................................
9
C. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kemampuan Tubuh
terhadap Panas..........................................................................
10
D. Akibat Tekanan Panas terhadap Tubuh .....................................
13
E. Parameter Tekanan Panas .........................................................
15
F. Denyut Nadi .............................................................................
17
viii
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi ......................
19
H. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Denyut Nadi .......................
23
I. Pengendalian Lingkungan Kerja panas .....................................
24
J. Kerangka Pemikiran ................................................................
26
K. Hipotesis ..................................................................................
26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................
27
A. Jenis Penelitian .........................................................................
27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
27
C. Populasi dan Sampel.................................................................
27
D. Teknik Sampling ......................................................................
28
E. Identifikasi Veriabel Penelitian.................................................
28
F. Definisi Operasional .................................................................
29
G. Desain Penelitian ......................................................................
30
H. Cara Pengukuran ......................................................................
31
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.......................................
31
J. Instrumen Penelitian .................................................................
32
BAB IV. HASIL ...........................................................................................
34
A. Gambaran Umum Perusahaan ..................................................
34
B. Karakteristik Subjek Penelitian.................................................
34
C. Tekanan Panas..........................................................................
36
D. Denyut Nadi .............................................................................
37
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................
39
A. Analisis Karakteristik Subjek Penelitian ...................................
39
ix
B. Tekanan Panas..........................................................................
41
C. Denyut Nadi .............................................................................
42
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
44
A. Kesimpulan ..............................................................................
44
B. Saran ........................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
46
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 NAB Tekanan Panas Lingkungan Kerja.......................................
16
Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metebolisme, Respirasi,
Suhu Tubuh dan Denyut Nadi......................................................
18
Tabel 2.3 Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia........................................
20
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur ..........
35
Tabel 4.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja..................
35
Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan IMT.............................
36
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tekanan Panas ................................................
36
Tabel 4.5 Data Distribusi Pengukuran Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah
Terpapar Tekanan Panas Berdasarkan Tingkat Beban Kerja ........
37
Tabel 4.6 Normalitas Denyut Nadi ..............................................................
38
Tabel 4.7 Uji Statistik Denyut Nadi ...........................................................
38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuesioner Biodata Responden.
Lampiran 2.
Data Subjek Penelitian.
Lampiran 3.
Normalitas Data Umur, Masa Kerja, Berat Badan, Tinggi Badan
dan IMT.
Lampiran 4.
Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi dan Tekanan Panas.
Lampiran 5.
Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara Umur dan
Denyut Nadi.
Lampiran 6.
Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara Masa Kerja
dan Denyut Nadi.
Lampiran 7.
Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara IMT dan
Denyut Nadi.
Lampiran 8.
Hasil Uji Statistik Paired T-Test.
Lampiran 9.
Surat Keterangan Penelitian.
Lampiran 10. Jadwal Penelitian.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,
penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun
demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan
yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan
sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor
penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi
tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik
bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk
mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka
diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai
dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu
mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat
proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman,
aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).
Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh
lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang
mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain :
xiii
suhu kerja yang aman, penerangan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan
yang baik, alat-alat kerja yang sesui dengan ukuran tubuh atau ergonomi. Agar
dapat terjamin kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya,
maka perlu keseimbangan yang menguntungkan dari tiga faktor yaitu : beban
kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja dan kapasitas kerja
(Suma'mur P.K., 1996).
Dalam lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan.
Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari kimiawi, fisik, biologis, dan
psikis. Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas
memegang peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus
diciptakan senyaman mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan
meningkatkan produktivitas (Santoso, 1985).
Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam lingkungan
nikmat kerja. Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk
menunjang tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang terlalu panas
menjadikan perasaan cepat lelah dan mengantuk, sebaliknya temperatur yang
terlalu dingin mengurangi daya atensi dan ketidaktenangan yang berpengaruh
negatif terutama pada kerja mental. Dengan demikian penyimpangan dari
batas kenyamanan suhu baik di atas maupun di bawah nyaman akan
berdampak buruk pada produktivitas kerja. Suhu kerja nikmat atau temperatur
yang sesuai dengan orang Indonesia yaitu sekitar 24-26 °C. Suhu dingin
mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot
(Suma’mur P.K., 1996).
xiv
Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan
dengan temperatur tempat kerja, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
SE. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai
Ambang Batas untuk Temperatur Tempat Kerja, ditetapkan : Nilai Ambang
Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi
oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak
melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
NAB terendah untuk ruang kerja adalah 25 °C dan NAB tertinggi adalah 32,2
°C, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja (Depnakertrans,
1999).
Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban
tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang
berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena
harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu
harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian
juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah
lebih cepat. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan
lebih meningkat (Santoso, 1985).
Salah satu jenis lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas tinggi
adalah lingkungan kerja bengkel las. UD Usaha Sukses Karanganyar
merupakan industri yang bergerak dibidang pengelasan. Sejak awal berdirinya
xv
industri ini sampai saat penulis melakukan observasi pada bulan Mei sampai
Juni 2010, tempat ini belum pernah dijadikan penelitian.
Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan peneliti di UD Usaha
Sukses Karanganyar yang bergerak dibidang pengelasan besi didapatkan
tekanan panas sebesar 30,27oC. Jika dibandingkan dengan standar iklim kerja
di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 75 % kerja
dan 25 % istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang
didasarkan atas pengukuran rata-rata denyut nadi selama bekerja yaitu sebesar
117,4 maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
yaitu sebesar 28oC.
Panas di UD Usaha Sukses Karanganyar disebabkan oleh panas dari
mesin atau alat las. Tempat kerja tersebut berada didalam ruangan dengan atap
zeng. Para pekerja pada umumnya tidak memakai pakaian khusus untuk
melindungi tubuh dan berkeringat yang lebih, namun kebanyakan para pekerja
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa kacamata dan tameng muka
saat melakukan pengelasan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah ada perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada
pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar?
xvi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah
terpapar panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui besarnya takanan panas di UD Usaha Sukses
Karanganyar.
b. Untuk mengetahui denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas
pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa tekanan panas dapat
mempengaruhi denyut nadi tenaga kerja di UD Usaha Sukses
Karanganyar.
2. Aplikasi
a. Bagi Tenaga Kerja
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagi tenaga kerja
tentang pengaruh tekanan panas dan akibatnya serta melakukan
tindakan pencegahan.
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan
sebagai
masukan
bagi
perusahaan
untuk
melaksanakan upaya pengendalian terhadap lingkungan kerja panas
xvii
sehingga tercipta lingkungan kerja yang nyaman sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
c. Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam melakukan
penelitian mengenai perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah
terpapar panas.
BAB II
xviii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009).
Menurut Katarina (1995), memasukkan hal-hal tersebut dalam kelompok :
1. Climatic factor
a. Suhu udara
Bila suhu udara lingkungan tinggi maka tubuh mendapat
tambahan panas dengan cara konveksi dan sebaliknya bila suhu
lingkungan lebih rendah maka panas dikeluarkan dari tubuh ke
lingkungan juga secara konveksi.
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air di udara, makin
lembab udara makin rendah penguapan yang terjadi. Pada kelembaban
tinggi proses penguapan yang terjadi akan mengalami gangguan maka
suhu tubuh akan meningkat.
c. Kecepatan gerakan udara
Aliran udara terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang
berpengaruh terhadap tubuh melalui jalan konveksi dan evaporasi.
Batas kecepatan udara secara kasar yaitu antara 0,25 – 0,50 meter /
xix
detik. Bila kecepatan aliran udara lebih dari itu akan terjadi suatu draft
yaitu perasaan tidak mengenakkan pada tubuh kita (Sutanto, 1971).
d. Radiasi
Radiasi
adalah
emisi
energi
dalam
bentuk
gelombang
elektromagnetik yang secara terus menerus terpancar dari permukaan
suatu benda.
2. Non climatic factor
a. Proses metabolisme
Panas metabolisme adalah sumber panas badan dan akan berbedabeda sesuai dengan kegiatan kerja yang dilakukan. Produksi panas
dalam tubuh manusia tergantung kepada kegiatan-kegiatan kerja fisik
tubuh. Selain itu juga tergantung dari makanan, pengaruh berbagai
bahan kimiawi dan gangguan sistem pengatur panas, misalnya dalam
keadaan demam.
Lebih dari 90 % energi yang dikeluarkan tubuh berasal dari reaksi
oksigen dengan berbagai makanan. Kecepatan metabolisme juga dapat
dihitung dengan tepat dari kecepatan penggunaan oksigen.
b. Pakaian kerja
Bentuk dan jenis pakaian kerja dapat mempengaruhi suatu kerja
c. Aklimitasi
xx
Aklimitasi terhadap cuaca kerja adalah proses penyesuaian diri
terhadap cuaca kerja.
Menurut Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah permukaan
yang panas dan juga sinar matahari sendiri. Menurut Heru dan Haryono
(2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi
seperti pada pabrik pengecoran logam dan suhu udara dapat diturunkan
dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara
aktif. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas
maupun karena ventilasi yang ada kurang baik.
B. Panas Badan
Panas badan ditentukan oleh keseimbangan antara panas yang terbentuk
dan panas yang disalurkan keluar tubuh ( Hasjim Effendi, 1983 ).
Cara memperoleh panas badan pada manusia melalui dua sumber yaitu :
1. Panas badan akibat metabolisme
Dalam proses metabolisme selain dihasilkan tenaga juga dihasilkan
panas, dengan demikian panas dalam tubuh akan terus terbentuk selama
metabolisme terus berjalan.
2. Panas badan yang diperoleh dari lingkungan
Panas lingkungan yang mempengaruhi panas badan berupa :
a. Temperatur udara
b. Kelembaban udara
c. Kecepatan angin
xxi
Sedangkan cara mengeluarkan panas badan yaitu melalui :
1. Pendinginan tubuh dengan cara mengeluarkan keringat. Apabila tubuh
akan mengeluarkan keringat diperlukan panas. Panas tersebut diambil dari
tubuh sehingga panas tubuh akan turun. Adapun yang mempengaruhi
penguapan keringat adalah kelembaban udara dan kecepatan angin.
2. Radiasi
Panas badan dipancarkan ke udara sekitar badan.
3. Konveksi
Panas tubuh dari bagian dalam menjalar ke permukaan kulit lalu kontak
dengan udara sekitarnya.
4. Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda
sekitar melalui sentuhan atau kontak (Anonim, 1990).
C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Tubuh terhadap Panas
Kemampuan tubuh setiap individu dalam menghadapi tekanan panas
seringkali berbeda, hal ini dipengaruhi oleh :
1. Umur
Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang
lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua
memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi
normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari
xxii
seluruh penderita tusukan panas (heat stroke) mereka yang berusia lebih
dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal
berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur (WHO,
1969).
2. Jenis kelamin
Seorang wanita lebih tidak tahan terhadap panas daripada laki-laki
karena wanita mempunyai daya konduksi yang lebih tinggi sehingga
mengakibatkan wanita memberikan lebih banyak reaksi perifer bila
bekerja pada cuaca panas daripada laki-laki (Benny L. Priatna, 1990).
3. Luas permukaan tubuh
Untuk mengetahui luas permukaan tubuh perlu diperhitungkan tinggi
dan berat badan untuk orang Indonesia dengan rumus :
A = W0,425 kg x H0,275 cm x 74,66
A = luas permukaan badan
W = berat badan
H = tinggi badan
Ukuran badan mempengaruhi reaksi fisiologis badan terhadap panas,
orang dengan ukuran badan lebih besar dapat mengalami tekanan panas
lebih besar karena kapasitas kerja maksimalnya lebih besar (Katarina,
1995).
Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis
tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil
dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini
xxiii
dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih
kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya
kurang dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxigen intake yang rendah
tetapi juga kurang toleran terhadap panas daripada mereka yang
mempunyai berat badan rata-rata (Siswanto, 1987).
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai
dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan
suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat (Siswanto, 1987).
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri
seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas
ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai
akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu
pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu misalnya 2 jam.
Mengingat pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu dalam
tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2 minggu. Dengan
bekerja dalam suhu tinggi saja belum dapat menghasilkan aklimatisasi
yang sempurna (WHO, 1969).
Tenaga kerja yang terpapar dicuaca kerja panas maka setelah beberapa
hari tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan cara mengeluarkan keringat
lebih banyak dan suhu permukaan kulit akan lebih rendah sehingga suhu
tubuh turun (Benny L. Priatna, 1990).
5. Suku bangsa
xxiv
Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa
kecil, mungkin erat hubungannya dengan perbedaan ukuran badan.
D. Akibat Tekanan Panas terhadap Tubuh
Tenaga kerja yang terpapar panas dapat mengalami penurunan prestasi
kerja fikir, penurunan itu sangat hebat sesudah suhu 300 C. Selain itu suhu
panas juga dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja
otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris serta memudahkan untuk
dirangsang (Suma’mur, 1993).
Menurut Benny L. Priatna (1990), bahwa kegagalan toleransi tubuh
terhadap panas dapat mengakibatkan :
1. Heat stroke
Akibat bekerja di lingkungan yang panas maka suhu tubuh akan naik
sampai 410 C , sedangkan tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat
sehingga penderita akan kehilangan kesadaran. Hal ini jarang terjadi
kemungkinannya satu diantara sejuta tenaga kerja yang bekerja di suhu
tinggi. Ada suatu pendapat lain yang mengatakan bahwa tubuh tidak dapat
mengeluarkan keringat disebabkan karena adanya kelumpuhan kelenjarkelenjar keringat (Anonim, 1990).
2. Heat exhaustion
Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas terutama pada
orang yang belum beraklimatisasi terhadap panas. Orang tersebut akan
xxv
berkeringat banyak sedang suhu tubuh normal atau sub normal, tekanan
darah menurun denyut nadi meningkat, rasa lemah bahkan pingsan.
3. Heat cramps
Dapat timbul bila tubuh kehilangan cairan dan garam dalam jumlah
yang banyak karena lingkungan kerja yang panas dimana kehilangan
cairan tersebut tidak diganti kembali maka akan timbul kejang atau rasa
sakit pada otot (Hasjim Effendi, 1983).
Menurut pendapat Suma’mur, heat cramps selain terasa sebagai
kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit juga disertai gejalagejala yang ada pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan, mual dan
muntah-muntah.
4. Heat syncope
Seseorang yang bekerja di lingkungan yang suhunya tinggi maka akan
terjadi dilatasi pembuluh darah perifer, keseimbangan peredaran darah
terganggu karena darah banyak mengalir ke perifer daerah kaki dan terlalu
lama berdiri. Juga terjadi pengeluaran keringat berlebih maka volume
plasma berkurang, volume darah juga berkurang, tekanan darah turun dan
suplay oksigen ke otak berkurang, orang akan kehilangan kesadaran.
5. Dehidrasi
Akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas disertai dengan
pengeluaran keringat yang berlebih maka akan kehilangan garam-garam
natrium, setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami
kejang-kejang otot tubuh dan perut yang menimbulkan rasa sakit,
xxvi
disamping itu terdapat pula gejala-gejala pingsan, lemah, juga disertai
muntah-muntah atau rasa mual.
6. Kelainan kulit
Terjadi miliari akibat pengaruh cuaca kerja yang panas juga karena
keringat yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal permukaan
tubuh atau kulit.
E. Parameter Tekanan Panas
Terdapat beberapa cara menetapkan besarnya tekanan panas, antara lain :
1. Suhu efektif
Yaitu suatu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh
seseorang tanpa baju dan kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu,
kelembaban dan aliran udara. Suhu efektif dapat ditentukan dengan
menggunakan suatu skala suhu efektif. Kelemahan penggunaan skala
efektif adalah tidak diperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme
tubuh. Panas radiasi dapat dikoreksi menggunakan skala suhu efektif
dekoreksi, namun panas hasil metabolisme tetap tidak diperhitungkan.
2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
Merupakan pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak
membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan
besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Penilaian tekanan
panas dengan menggunakan metode ISBB ini dengan rumus sebagai
berikut :
xxvii
a. Untuk bekerja dengan sinar matahari
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering
b. Untuk pekerjaan tanpa penyinaran sinar matahari
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
NAB panas lingkungan kerja yang diperkenankan tergantung dari
pengaturan waktu kerja dan beban kerja (tabel 2.1).
Tabel 2.1. NAB Tekanan Panas Lingkungan Kerja
Pengaturan Waktu Kerja
ISBB oC
Beban Kerja
Waktu Kerja
Waktu Istirahat
Ringan
Sedang
Berat
Beban kerja
terus-menerus
(*8 jam/hari)
30,0
26,7
25,0
75%
25% istirahat
28,0
28,0
25,9
50%
50% istirahat
29,4
29,4
27,9
25%
75% istirahat
32,2
31,1
30,0
Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep51/MEN/1999 dalam Sugeng Budiono (2003).
3. Suhu Basah Alami (SBA)
Indeks ini yang sekarang digunakan sebagai standar iklim kerja di
Indonesia dan untuk penilaian kesehatan kerja di perusahaan telah
dikeluarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Koperasi No. 01/ MEN/1978, khususnya mengenai iklim kerja. Adapun
mengukurnya diperlukan thermometer basah alami dan psikrometer untuk
mengontrol kelembaban nisbi. NAB berdasarkan nilai edaran tersebut
adalah 210C – 300C dihubungkan dengan kelembaban udara antara 65% 95 %.
xxviii
4. Indeks Kecepatan Keluar Keringat Selama 4 Jam
Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 hour
sweetrate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar
selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan
aliran udara serta panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi
untuk bekerja dengan berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam
melakukan pekerjaan.
F. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di
pompa keluar jantung. Denyut ini mudah teraba di suatu tempat dimana arteri
melintasi sebuah tulang dekat permukaan kulit (Pearce, 1992).
Menurut Ibnu Masud (1989), denyut nadi merupakan manifestasi adanya
penjalaran perubahan tekanan pada waktu systole ventrikel jantung dan denyut
nadi ini merupakan tolok ukur adanya pengaruh kerja jantung yang dapat
dilihat atau dirasakan melalui peragaan dengan ujung-ujung jari tangan kita.
Teori tentang denyut nadi jantung dalam Psycologi Bases of Exercise
bahwa latihan yang lama pada lingkungan yang panas menyebabkan denyut
jantung lebih tinggi daripada latihan pada temperatur rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan Inayah (2001), dinyatakan bahwa denyut
nadi responden yang terpapar panas ternyata mengalami peningkatan saat
bekerja hingga selesai bekerja dan menurun pada jam istirahat.
xxix
Menurut Grandjean dalam Eko Nurmianto (1996), mengatakan bahwa
meningkatnya denyut nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling
yang tinggi; (2) Tingginya pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit
otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Berdasarkan berbagai macam
alasan itulah, sehingga denyut nadi dapat dipakai sebagai indeks beban kerja.
Menurut Christensen dalam Tarwaka dkk (2004), bahwa kategori berat
ringannya beban kerja dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu
Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori beban
Konsumsi
Ventilasi Suhu Rektal
Denyut nadi
kerja
Oksigen
Paru
(oC)
(denyut/menit)
(l/min)
(l/min)
Ringan
0,5 – 1,0
11 – 20
37,5
75 – 100
Sedang
1,0 – 1,5
20 – 31
37,5, - 38,0
100 – 125
Berat
1,5 – 2,0
31 – 43
38,0 – 38,5
125 – 150
Sangat Berat
2,0 – 2,5
43 – 56
38,5 – 39,0
150 – 175
Sangat Berat Sekali
2,5 – 4,0
60 - 100
> 39
> 175
Sumber : Christensen (1991). Encyclopaedia of Accupational Health and
Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka dkk (2004).
Jenis Nadi menurut Depdikbud (1996) antara lain :
a. Nadi Istirahat yaitu rata-rata denyut nadi sebelum kerja.
b. Nadi Sedang Kerja yaitu rata-rata denyut nadi selama kerja.
c. Nadi Pemulihan yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa
pulih tercapai.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
1. Usia
Pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar keringat mempunyai
respon yang lebih lambat terhadap beban panas metabolic dan lingkungan
xxx
dari pada pekerja muda. Pada kondisi dimana radiasi panas di tempat kerja
tinggi maka akan menyerap panas lebih banyak karena pembuluh darah
mereka yang terdapat pada atau dekat dengan kulit lebih banyak terpapar
panas sehingga banyak menyerap panas dari pekerja usia muda. Selain
alasan tersebut pekerja diatas 40 tahun mempunyai penurunan kemampuan
untuk mengembalikan suhu tubuh pada suhu normal (Siswanto, 1987).
Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut
nadi menurun seiring dengan pertambahan usia (tabel 2.3).
Tabel 2.3. Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Usia
< 1 bulan
< 1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
> 14 tahun
Frekuensi Nadi (denyut / menit)
90 – 170
80 – 160
80 – 120
75 – 115
70 – 110
65 – 100
60 – 100
Sumber : Evelyn C. Pearce (1999)
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub maksimum
pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki. Pada laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit,
pada wanita 138 denyut per menit.
xxxi
Pada kerja maksimal laki-laki rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit (Astrand and
Rodahl, 1986).
3. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh seseorang yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa
Tubuh) dengan Rumus : IMT =
Keterangan :
( )
(
)
( )
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.
Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
a. IMT < 17,0
: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau
Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
b. IMT 17,0 – 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan.
c. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
d. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat ringan.
e. IMT > 27,0
: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat berat
xxxii
Semakin tinggi Indeks Masa Tubuh (IMT) seseorang maka denyut
nadinya semakin lemah (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001).
4. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung meningkat (Delp
& Manning 1994 dalam Eni Mahawati, 1999).
5. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia
(kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi
(Depkes RI 1996 dalam Eni Mahawati, 1999).
6. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah
tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi selama kerja) mencapai
angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi
kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih
kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Astrand and Rodahl,
1986).
xxxiii
7. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk (Ganong, 1992).
8. Faktor Fisik
Cuaca kerja baik cuaca kerja panas atau dingin juga akan
mempengaruhi sistem sirkulasi dan denyut nadi. Cuaca kerja panas dapat
menyebabkan beban tambahan pada jantung dan sirkulasi darah. Pada
waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka
darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen
kebagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas
dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban
tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi.
Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih
banyak lagi atau meningkat (Santoso, 1985).
Peningkatan denyut nadi sebagai akibat dari pekerjaan fisik di
lingkungan kerja panas dapat menyebabkan kelelahan otot statis, dapat
menyebabkan perubahan fungsional pada organ tubuh dan dapat
meningkatkan kecelakaan kerja. Tingginya angka kesalahan dan
kecelakaan
kerja
dapat
menimbulkan
produktivitas kerja (Sugeng Budiono, 2003).
9. Kondisi Psikis
xxxiv
penurunan
efisiensi
dan
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan
dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang (Guyton, 1990).
H. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Denyut Nadi
Seorang tenaga kerja bila seluruh tubuhnya berada dalam lingkungan
kerja yang panas, akan terjadi penambahan aliran darah yang sangat banyak
dikulit guna membantu membuang panas dipermukaan tubuh. Pengaturan ini
dilakukan oleh hipotalamus dengan mengirimkan impuls yang menimbulkan
dilatasi pembuluh darah kulit dan sekresi keringat. Bekerja untuk waktu yang
lama ditempat panas dapat menyebabkan kehilangan keringat lebih dari 2 liter
per jam. Pada dehidrasi berat kehilangan keringat lebih dari 2,5 liter per jam
dimana 600 ml berasal dari plasma. Bahaya penurunan volume plasma akan
menurunkan volume cardiac out put atau curah jantung pada tekanan darah
pun akan turun (Hasjim Effendi, 1983 ).
Cardiac out put atau curah jantung adalah jumlah darah yang
dipompakan keluar dari tiap-tiap ventrikel jantung per denyut dalam satu
menit (Ganong, 1992). Dengan penurunan cardiac out put maka darah yang
dipompakan (isi sekuncup) yang keluar sedikit. Akibatnya jantung harus
bekerja lebih keras dan berdenyut lebih cepat. Peningkatan frekuensi denyut
jantung juga mengakibatkan peningkatan denyut nadi, karena waktu jantung
memompa darah ke aorta, karena daya elastisitas aorta menyebabkan dinding
xxxv
aorta mengembang dan darah diteruskan kebagian lain. Kembang kempisnya
dinding aorta mengakibatkan timbulnya gelombang yang diteruskan melalui
dinding pemuluh darah sampai ke pembuluh perifer nadi dan teraba sebagai
denyut nadi.
I. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas
Adapun mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap
tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas
lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan
untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB
pada
masing-masing
pekerjaan
sehingga
dapat
dilakukan
langkah
pengendalian secara benar. Disamping itu koreksi tersebut juga dimaksudkan
untuk menilai efekitivitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di
masing-masing tempat kerja. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap
pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.
2. Mengurangi beban panas radian dengan :
a. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan
panas.
b. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
c. Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan
panas.
xxxvi
3. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui
ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara
mekanis (mechanical cooling).
4. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui
ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendingin evaporasi,
tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan
bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40˚ C)
dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas.
5. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan :
a. Melakukan pekerjaan di tempat panas pada pagi dan sore.
b. Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk
pemulihan.
c. Mengatur waktu kerja – istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja
dan nilai ISBB.
J. Kerangka Pemikiran
Tekanan panas
Dilatasi pembuluh darah
Faktor dalam :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Ukuran tubuh
4. Keadaan
kesehatan
5. Riwayat
kesehatan
6. Kondisi psikis
Penurunan sekresi keringat
Penurunan cardiac out put
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan denyut nadi
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis
xxxvii
Faktor luar :
1. Lingkungan
panas
2. Lama kerja
Ada perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja
di UD Usaha Sukses Karanganyar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, apabila
ditinjau dari waktu pelaksanaan penelitian ini termasuk penelitian crosssectional. Penelitian ini mempelajari perbedaan antara variabel sama subyek
dengan observasional dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.
Adapun untuk pengambilan data denyut nadi diambil sebelum dan sesudah
terpapar panas pada responden yang sama (Soekidjo Notoatmodjo, 1993).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di UD Usaha Sukses Karanganyar pada bulan
Mei sampai Juli 2010.
xxxviii
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja di UD Usaha
Karanganyar sebanyak 50 orang.
2. Sampel
Sampel atau subjek penelitian diambil sebanyak 15 orang yang
didasarkan atas ciri-ciri tertentu sesuai dengan syarat atau kriteria yang
telah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
: Laki-laki
2. Usia
: 20 – 40 tahun
3. Masa kerja
: 2 – 15 tahun
4. IMT tenaga kerja normal (18,5 – 25,0).
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang
didasarkan atas ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi (Soekidjo
Notoatmojo, 1993).
E. Identifikasi Variabel Penelitian.
xxxix
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tekanan panas.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah denyut nadi.
3. Variabel pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dan veriabel terikat.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
a. Variabel pengganggu terkendali : umur, masa kerja, jenis kelamin,
ukuran tubuh, panas lingkungan, keadaan kesehatan dan riwayat
kesehatan.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : keadaan psikis tenaga kerja.
F. Definisi Operasional
1. Tekanan panas
xl
Tekanan panas merupakan kombinasi suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh di UD Usaha Sukses Karanganyar yang diukur dengan
menggunakan Questtemp0 10 Digital.
Alat ukur
: Questtemp0 10 Digital
Satuan
: oc
Hasil pengukuran
: Tekanan panas > NAB
Skala Pengukuran
: Nominal
2. Denyut nadi
Denyut nadi adalah jumlah denyutan dalam satu menit sebelum dan
sesudah bekerja di lingkungan kerja panas.
Alat ukur
: Pulse Meter
Satuan
: denyut/menit
Hasil pengukuran
: Sangat ringan, ringan, agak berat, berat, sangat
berat, luar biasa berat.
Skala pengukuran
: Ratio, kerena memiliki nol mutlak, sehingga batasbatas intervalnya jelas, batas nilai variasinya jelas
dan nilai mutlaknya dapat dibandingkan.
G. Desain Penelitian
Populasi
Purposive sampling
Subjek
Denyut nadi
sebelum terpapar
tekanan panas
> NAB
xli
Denyut nadi
sesudah terpapar
tekanan panas
> NAB
Paired t-test
Bagan 2. Desain Penelitian
H. Cara Pengukuran
1. Tekanan Panas
a. Peneliti menyiapkan Questtemp0 10 Digital.
b. Melakukan pengukuran pada jam 09.00, 11.00, 13.00 dan 15.00 WIB.
c. Setiap hasil pengukuran dicatat dan kemudian diambil nilai rata-rata
tekanan panas.
2. Denyut Nadi
a. Sebelum terpapar panas
1) Peneliti menyiapkan pulse meter untuk mengukur denyut nadi
subjek penelitian sebelum terpapar panas.
2) Satu per satu subjek penelitian diukur denyut nadinya secara
bergantian sampai 15 subjek dengan alat pulse meter.
3) Mencatat hasil dan waktu pengukuran denyut nadi subjek
penelitian.
b. Sesudah terpapar panas
1) Peneliti menyiapkan alat pulse meter.
2) Berdasarkan waktu pengukuran denyut nadi sebelum terpapar
panas, subjek penelitian dihitung denyut nadinya menggunakan
pulse meter.
3) Mencatat hasil pengukuran denyut nadi subjek penelitian.
xlii
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dengan syarat data
berdistribusi normal. Normalitas data menggunakan uji one sample
kolmogorov-smirnov. Nilai signifikasi (Asym.sig.) apabila nilai signifikasi >
0,05 maka data dalam distribusi normal (Handoko Riwidikdo, 2008).
Interpretasi hasil dengan uji statistik Paired T-Test adalah sebagai berikut :
a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono,
2001).
E. Instrumen Penelitian
1. Quest Temp
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan panas. Adapun cara
penggunaannya adalah:
a. Tekan tombol power.
b. Tekan tombol
o
C atau
o
F untuk menentukan satuan suhu yang
digunakan.
c. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola.
d. Tekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering.
e. Tekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah.
xliii
f. Tekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) untuk
mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
g. Catat hasil yang dibaca pada display.
h. Tekan tombol power untuk mematikan.
i. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk
waktu adaptasi.
2. Pulse Meter
Pulse meter yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Pulse meter
yang digunakan yaitu pulse meter dengan merk Tensoval Hartmann.
Adapun cara penggunaannya adalah:
a. Pasang baterai
b. Pasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan
atas.
c. Tekan tombol start
d. Tunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai
e. Hasil akan ditampilkan dilayar
3. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang.
4. Microtoice, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan.
5. Lembar isian data/kuesioner , yaitu daftar yang digunakan untuk mencatat
data subjek penelitian dan hasil pengukuran.
6. Alat tulis, yaitu alat untuk mencatat hasil dari pengukuran.
xliv
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum Perusahaan
UD Usaha Sukses berada di jalan Ngalian, Lalung, Karanganyar. Berdiri
sekitar tahun 1983 yang merupakan perusahan dibidang pengelasan besi.
Besi-besi disini diolah untuk dijadikan pagar, namun tidak dalam bentuk
pagar yang siap pasang. Pembuatannya disini berdasarkankan pemesanan
yang ada.
UD Usaha Sukses Karanganyar memiliki pekerja 50 orang yang
melakukan pekerjaan dibidang pengelasan. Tempat kerja berada di dalam
ruangan yang luas tanpa sekat dengan atap zeng dan berada tepat ditepi jalan
raya. Keadaan lingkungan kerja termasuk tempat yang kurang ventilasi
karena aliran udara melalui pintu utama yang dibuka dengan lebar dan
lubang-lubang kecil di dinding. Tidak terdapat tempat penyadiaan air minum
untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat berkeringan yang berlebih.
Pekerja memakai Alat Pelindung Diri berupa tameng muka tanpa penggunaan
baju khusus.
xlv
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Distribusi usia pada 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses
Karanganyar diperoleh sebaran umur sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
20-25
4
27
26-30
4
27
31-35
5
33
36-40
2
12
Jumlah
15
100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa pada saat penelitian ini
didapatkan rata-rata umur subjek penelitian adalah 30,66 tahun. Subjek
penelitian yang berumur antara 20-25 tahun sebanyak 4 subjek (27%),
umur antara 26-30 tahun sebanyak 4 subjek (27%), umur 31-35 tahun
sebanyak 5 subjek (33%) dan umur 36-40 tahun sebanyak 2 subjek (12%).
2. Masa kerja
Distribusi masa kerja pada 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses
Karanganyar diperoleh sebaran masa kerja sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
1-5
3
20
6-10
9
60
11-15
3
20
Jumlah
15
100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa pada saat penelitian ini ratarata masa kerja subjek penelitian adalah 8,06 tahun. Subjek penelitian
xlvi
dengan masa kerja 1-5 tahun sebayak 3 subjek (20%), 6-10 tahun
sebanyak 9 subjek (60%) dan 11-15 tahun sebanyak 3 subjek (20%)
3. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Hasil perhitungan IMT terhadap 15 subjek penelitian di UD Usaha
Sukses Karanganyar diperoleh sebaran IMT sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan IMT
IMT
Frekuensi
Persentase (%)
< 17,0
0
0
17,0 – 18,4
0
0
18,5 – 25,0
15
100
25,1 – 27,0
0
0
> 27,0
0
0
Jumlah
15
100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada saat penelitian
ini rata-rata IMT subjek penelitian adalah 21,20. Semua subjek penelitian
yang berjumlah 15 subjek (100%) distribusi IMTnya antara 18,5-25,0.
C. Tekanan Panas
Hasil pengukuran tekanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tekanan Panas
No.
Waktu
ISBB (oC)
1
2
3
4
09.00
11.00
13.00
15.00
Rata-rata
(Sumber: Data Primer)
30,4
29,6
30.5
30,6
30,27
xlvii
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata ISBB pada penelitian ini
adalah 30,27oC. Standar tekanan panas berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga kerja Nomor Kep.51/ Men/1999 bahwa nilai ambang batas untuk
ruangan kerja dengan waktu kerja 75% kerja 25% istirahat untuk beban kerja
sedang ádalah 28oC.
D. Denyut Nadi
Hasil perhitungan denyut nadi terhadap 15 subjek penelitian di UD Usaha
Sukses Karanganyar diperoleh sebaran sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data Distribusi Pengukuran Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah
Terpapar Panas Berdasarkan Tingkat Beban Kerja
Sebelum terpapar Sesudah terpapar
Kategori Beban
Kriteria
Kerja
denyut nadi
Frekuensi
% Frekuensi
%
(denyut/menit)
Ringan
75 – 100
4
17
0
0
Sedang
100 – 125
11
73
0
0
Berat
125 – 150
0
0
9
60
Sangat Berat
150 – 175
0
0
6
40
Sangat Berat Sekali >175
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
(Sumber : data primer)
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada saat penelitian ini
rata-rata denyut nadi subjek penelitian sebelum terpapar panas termasuk
kategori beban kerja ringan yaitu 75,60 denyut/menit dan sesudah terpapar
panas termasuk kategori beban kerja sedang yaitu 124,40 denyut/menit.
Distribusi denyut nadi sebelum terpapar panas yang <75 denyut/menit
sebanyak 4 subjek (17%) dan denyut nadi antara 75-100 denyut/menit
sebanyak 11 subjek (73%). Distribusi denyut nadi sesudah terpapar panas
xlviii
antara 100-125 denyut/menit sebanyak 9 subjek (60%) dan denyut nadi antara
125-150 denyut/menit sebanyak 6 subjek (40%).
Berdasarkan hasil tersebut, normalitas data denyut nadi dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Normalitas Denyut Nadi
Denyut nadi
Mean
Std.
Deviation
Sebelum terpapar panas 75.60
3.641
Sesudah terpapar panas 124.40
4.050
(Sumber : Data Primer)
Sig.
.792
.590
Berdasarkan hasil tersebut, normalitas data denyut nadi dengan uji
Kolmogorov-Smirnov nilai Asymp. Sig. Sebelum terpapar tekanan panas
adalah 0,792 dan nilai Asymp. Sig. Sesudah terpapar tekanan panas adalah
0,590. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena
nilai p > 0,05.
Hasil uji statistik denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar tekanan
panas dengan Paired T-Test dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Uji Statistik Denyut Nadi
Denyut nadi
N
Sebelum terpapar panas
15
Sesudah terpapar panas
15
(Sumber : Data Primer)
Sig.
.000
.000
Berdasarkan hasil uji statistik denyut nadi sebelum dan susudah terpapar
tekanan panas diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 atau p < 0,01, maka Ho
ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan
antara denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas.
BAB V
PEMBAHASAN
xlix
A. Analisis Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek
penelitian tenaga kerja meliputi :
1. Umur
Seluruh subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam
penelitian ini berusia antara 25-39 tahun. Rata-rata umur subjek penelitian
adalah 30,66 tahun.
Pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar keringat mempunyai
respon yang lebih lambat terhadap beban panas metabolik dan lingkungan
dari pada pekerja muda. Pada kondisi dimana radiasi panas di tempat kerja
tinggi maka akan menyerap panas lebih banyak karena pembuluh darah
mereka yang terdapat pada atau dekat dengan kulit lebih banyak terpapar
panas sehingga banyak menyerap panas dari pekerja usia muda. Selain
alasan tersebut pekerja diatas 40 tahun mempunyai penurunan kemampuan
untuk mengembalikan suhu tubuh pada suhu normal (Siswanto, 1987).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji PearsonProduct Moment (lampiran 5), dapat diketahui bahwa nilai p sebelum
terpapar panas sebesar 0,194 dan p sesudah terpapar panas sebesar 0,446.
Hasil tersebut menunjukkan p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada
hubungan antara umur subjek penelitian dengan denyut nadi, sehingga
umur subjek penelitian tidak mempengaruhi denyut nadi.
2. Masa Kerja
l
Berdasarkan hasil penelitian ini masa kerja subjek penelitian berkisar
antara 3 - 12 tahun dengan rata-rata 8,06 tahun.
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah
tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi selama kerja) mencapai
angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi
kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih
kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Astrand and Rodahl,
1986).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji PearsonProduct Moment (lampiran 6), dapat diketahui bahwa nilai p sebelum
terpapar panas sebesar 0,437 dan p sesudah terpapar panas sebesar 0,085.
Hasil tersebut menunjukkan p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada
hubungan antara masa kerja subjek penelitian dengan denyut nadi,
sehingga masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi denyut nadi.
3. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berdasarkan hasil penelitian IMT subjek penelitian berkisar antara
18,75-25,33 dengan rata-rata 21,41.
IMT dari 18,5 – 25,0 termasuk dalam kategori keadaan orang normal
(I Dewa Nyoman Supariasa, 2001).
li
Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa IMT 15 subjek
penelitian termasuk dalam kategori normal dan tidak mempengaruhi
denyut nadi.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji PearsonProduct Moment (lampiran 7), dapat diketahui bahwa nilai p sebelum
terpapar panas sebesar 0,363 dan p sesudah terpapar panas sebesar 0,576.
Hasil tersebut menunjukkan nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak
ada hubungan antara IMT subjek penelitian dengan denyut nadi, sehingga
IMT subjek penelitian tidak mempengaruhi denyut nadi.
B. Tekanan Panas
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan panas diperoleh nilai rata-rata
sebesar 30,27oC. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut tidak memiliki ventilasi
yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut tidak dapat dialirkan
ke luar dengan lancar. Selain itu, di tempat ini juga terdapat alat las yang dapat
menghasilkan panas. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: Kep-51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan
25% istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan
atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka iklim kerja tersebut telah
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 28oC. Keadaan panas
lingkungan kerja tersebut disebabkan karena di tempat tersebut terdapat
beberapa alat las dan ventilasi ruang kerja yang kurang, sehingga panas di
tempat tersebut tidak dapat dialirkan keluar dengan lancar.
lii
Menurut Suma’mur, PK (2009), sumber panas radiasi adalah permukaan
yang panas dan juga sinar matahari sendiri. Menurut Heru dan Haryono
(2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi
seperti pada pabrik pengecoran logam dan suhu udara dapat diturunkan
dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara
aktif. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas
maupun karena ventilasi yang ada kurang baik.
Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa adanya sumber panas
dan ventilasi yang kurang baik menyebabkan tekanan panas di UD Usaha
Sukses Karanganyar.
C. Denyut Nadi
1. Denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas.
Berdasarkan pengukuran denyut nadi terhadap 15 subjek penelitian
diperoleh rata-rata denyut nadi sebelum terpapar panas sebesar 75,60
denyut/menit dan rata-rata denyut nadi sesudah terpapar panas sebesar
124,40 denyut/menit.
Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi tersebut diperoleh rata-rata
frekuensi denyut nadi sebelum terpapar panas lebih rendah dibandingkan
dengan frekuensi denyut nadi sesudah terpapar panas.
2. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired TTest (lampiran 8) didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti p < 0,01
liii
dan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara
denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja di UD
Usaha Sukses Karanganyar. Hal ini disebabkan karena tekanan panas di
tempat kerja melebihi NAB.
Hasil yang sangat signifikan dalam penelitian ini sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya seperti:
1. Pulung S (2006), yang menyatakan bahwa ada perbedaan denyut nadi
sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada pengrajin manik-manik
desa Plumpogambang, kecamatan Gudo, kabupaten Jombang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
Paired t test.
2. Inayah (2001), yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara denyut nadi
sebelum dan sesudah kerja di PT BOMA BISMA INDRA (Persero)
dengan menggunakan uji Paired t Test.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tekanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar sebesar 30,27oC dan
melebihi NAB (28oC).
liv
2. Denyut nadi pekerja sebelum terpapar panas rata-ratanya sebesar 75,60
denyut/menit dan sesudah terpapar panas sebesar 124,40 denyut/menit.
3. Ada perbedaan yang sangat signifikan antar denyut nadi sebelum dan
sesudah terpapar panas pada pekerja di UD usaha Sukses karanganyar
dengan p value 0,000 (p < 0,01).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Penyediaan air minum pada tempat-tempat tertentu agar pekerja mudah
mengganti cairan yang hilang karena dehidrasi akibat tekanan panas diatas
NAB.
2. Penyediaan pakaian kerja yang dapat melindungi tenaga kerja dari tekanan
panas yang melebihi NAB seperti kaos atau baju yang dapat menyerap
keringat yang terbuat dari bahan katun.
3. Menurunkan suhu udara lingkungan kerja dengan penambahan ventilasi
alami seperti penambahan jendela dan kipas angin di beberapa titik yang
dekat dengan pekerja melakukan pekerjaan serta memberikan sekat atau
tameng antara sumber panas dengan lingkungan kerja berupa lempengan
logam yang dilapisi aluminium.
4. Pengaturan waktu kerja yang sesuai dengan beban kerja sedang untuk
tekanan panas 30,27oC yaitu 25% kerja dan 75% istirahat.
lv
5. Untuk penelitian lebih lanjut perlu pengkajian terhadap faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan tekanan panas dan denyut nadi meliputi,
riwayat
penyakit
maupun
obat-obatan
seperti
kontrasepsi
oral,
dekongestan hidung dan obat anti flu, karena jenis obat dapat
mempengaruhi denyut nadi.
DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P., & Rodahl, K. 1986. Texbook of Work Physiology. USA : Hill Book
Company.
Anonim. 1990. Heat Stroke Pada Satuan Lapangan dan Pendidikan. Majalah
Hiperkes. Volume XXIII
Benny L. Priatna. 1990. Pengaruh Cuaca Kerja Terhadap Berat Badan. Majalah
Hiperkes. Volume XXIII.
Depnakertrans. 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnakertrans.
lvi
Depdikbud. 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta : Pusat
Kesehatan Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Eko Nurmianto. 1996. Ergonomi, Surabaya : Guna Widya.
Eni Mahawati. 1999. Perbeaan Kenikan Frekuensi Denyut Nadi Penjahit pada
Sikap Kerja Ergonomis dan Tidak Ergonomis di Industri Konveksi Rumah
Tangga Desa Loran Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Skripsi
Sarjana. Semarang : Universitas Diponegoro.
Ganong. 1992. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, ECG,
Edisi X.
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta :
EGC.
Handoko Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Hasjim Effendi. 1983. Fisiologis Kerja Dan Olahraga Serta Peranan Tes Kerja
untuk Diagnostik. Bandung : Alumni
I Dewa Nyoman Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Ibnu Masud. 1989. Dasar-Dasar Fisiologis Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Inayah, Zufra (2001). Hubungan Status Gizi, Intake Cairan, dan Beban Kerja
terhadap Respon Fisiologi Tenaga Kerja, studi Kasus di Bagian Fabrikasi
dan Foundry Divisi Peralatan Industri PT BOMA BISMA INDRA
(Persero) Pasuruan. Skripsi Sarjana. Surabaya : Universitas Airlangga.
Katarina. 1995. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Denyut Nadi Tenaga Kerja
Pada Ruang Corrugator Dan Ruang Cetak Printing di PT. Pura Barutama
Kudus. Skripsi. Solo : UNS.
Pusat Kesehatan Kerja. 2007. Kesehatan bagi Tenaga Kerja. www.depkes.go.id
Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Utama
Santoso. 1985. Higine Perusahaan Panas. Solo : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Siswanto. 1987. Tekanan Panas. Surabaya : Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Jawa Timur.
Soekidjo Notoatmojo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV
Rineka Cipta.
lvii
Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Higiene Perusahaan
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja(Hiperkes).
Jakarta: PT. Sagung Seto
----------------. 1993. Keselamatan Kerja dan Kesehatan. Jakarta : Gunung Agung.
----------------. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :
CV Haji Masagung.
Sutanto. 1971. Iklim dan Penerapan dalam Lingkungan Kerja. Majalah Hiperkes.
Sutrisno Hadi. 2004. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Tarwaka, Solichul HA Bakri & Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi. Harapan Press.
Surakarta.
World Health Organization. 1969. Health Factor Involve in Working Under
Conditions of Heat Stress, Technical Report Series No. 412. Geneva.
lviii
Download