BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting di zaman globalisasi sekarang ini dalam kegiatan ekonomi termasuk di Indonesia. Tandelilin (2010:26) menjelaskan bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham. Saham adalah sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal yang bersifat ekuitas Indonesia (Tandelilin, 2010:31). Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun berisiko tinggi adalah investasi saham. Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Definisi saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:6) saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik tersebut.Apabila investor perusahaan melakukan yang menerbitkan surat investasi dalam bentuk 1 berharga saham harus 2 melakukan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan emiten. Tujuannya agar para investor mendapat gambaran yang lebih jelas terhadap kemampuan perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang pada masa yang akan datang. Terdapat manfaat saham bagi pihak-pihak yang terkait yaitu : 1. Harga saham dapat menentukan kekayaan para pemegang saham dengan kata lain, harga saham yang tinggi akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi juga (Brigham dan Houston, 2010:7). 2. Harga saham dapat dilihat sebagai cerminan dan tolak ukur kinerja dari suatu perusahaan. Dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan yang maksimal akan mempengaruhi keuntungan yang didapatkan ikut mengalami peningkatan (Home dan Wachowichz, 2005:5). Dapat disimpulkan bahwa harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan prestasi baik, akan mengakibatkan sahamnya banyak diminati investor. Prestasi yang baik yang dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Sahamsaham yang disukai investor yaitu saham-saham dengan fundamental perusahaan yang baik, banyak diperdagangkan, dan harganya naik. Terdapat dua analisis atau pendekatan yang sering digunakan oleh para investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental dalam melakukan analisis dan memilih saham. Menurut 3 Suad Husnan (2005:341) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Menurut Jogiyanto (2010:130) mengungkapkan bahwa analisis teknikal menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukam nilai dari saham. Analisis fundamental menurut Suad Husnan (2005:307) mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga mengungkapkan bahwa analisis fundamental saham. Jogiyanto (2010:130) suatu analisis yang menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya. Analisis fundamental lebih berkaitan dengan company analysis sehingga banyak berkaitan dengan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan fundamental yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan yang tampak pada laporan keuangan, karena analisis fundamental merupakan analisis yang memperkirakan harga saham dengan mengestimasikan faktor-faktor fundamental yang diperkirakan mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2008:126). Selain itu pendekatan fundamental digunakan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaan yang diteliti. Dasar pemikirannya, bahwa 4 pendekatan fundamental mencerminkan pertimbangan yang objektif dalam menilai harga saham dibandingkan dengan pendekatan teknikal yang bersifat subjektif. Secara lebih spesifik, beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai faktor fundamental. Menurut Natarsyah (2000) faktor fundamental berkaitan dengan kinerja keuangan. Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan melalui analisis laporan keuangan perusahaan (Atmaja, Horne dan Wachowicz, 2008). Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, seorang investor biasanya berpandu pada laporan keuangan perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan yang memberikan indikator dalam melakukan investasi saham dan akan sangat membantu dalam memperoleh keuntungan serta melakukan keputusan investasi dengan informasi yang tercermin pada laporan keuangan, para pemakai informasi akan dapat menilai kinerja perusahaan dalam mengelola bisnisnya, yang berakhir pada fluktuasi perubahan harga saham. Pada umumnya kinerja perusahaan dan harga saham akan selalu bergerak naik searah. Karena semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh sehingga akan banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh para pemegang saham artinya, perusahaan yang semakin kinerja besar pula keuangannya tingkat pengembaian sahamnya. baik akan jadi, meningkatkan kekayaan pemegang saham dalam suatu perusahaan, yaitu memperoleh capital gain. Penelitian ini meliputi aspek profitabilitas yang meliputi Return On Equity, dan Earning Per Share dan aspek leverage yang meliputi Debt To Equity Ratio. 5 Alasan penulis memilih Return on Equity karena rasio ini melihat laba bersih terhadap ekuitas biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Jika memperoleh ROE lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap baik karena pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, hal ini menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan baik. Sebaliknya, jika memperoleh ROE lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap kurang baik karena pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah. (Brigham.et.al, 2010:149). Alasan dipilihnya Earning per Share karena seorang investor yang melakukan ivestasi pada perusahaan akan menerima laba atas yang dimilikinya. semakin besar laba per lembar saham yang diberikan akan memberikan pengembalian yang cukup baik (Weston dan Brigham (2001:26). Alasan dipilihnya Debt to Equity Ratio karena dalam portofolio dan investasi, Tandeililin (2010:378) menjelaskan bahwa debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang di tunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin kecil angka rasio ini makin baik. Jika total utang lebih besar dari modal maka yang terjadi perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian atau return yang rendah, karena utang yang terlalu banyak akan menjadikan perusahaan sulit untuk melunasi utang-utangnya dan sebaliknya jika modal atau ekuitas perusahaan lebih besar dari total utangnya maka tingkat pengembalian atau return yang tinggi. Selain itu alasan dipilihnya variabel dependen karena untuk melihat kenaikan atau penurunan dari harga saham 6 sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi saham, saham tersebut kemudian dibandingkan dengan harga saham tahun sebelumnya. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran (Jogiyanto, 2008:383). Objek dalam penelitian ini adalah industri perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih karena sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang paling dekat dengan masyarakat dan merupakan salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Hal ini menunjukan bahwa sektor makanan dan minuman nyaris tidak pernah sepi bahkan di tengah krisis ekonomi sekalipun, dan juga akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara yang tergolong dengan jumlah penduduk sangat banyak. Seiring dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat konsumsi makanan dan minuman masyarakat pun akan ikut meningkat juga. (www.neraca.co.id diakses tanggal 20 Oktober 2015). Berikut ini merupakan Gambar dari perubahan harga saham pada industri makanan dan minuman pada tahun 2011-2015. RATA-RATA PERUBAHAN HARGA SAHAM Rp7.000 Rp6.000 Rp5.000 Rp4.000 Rp3.000 Rp2.000 Rp1.000 Rp0 Rp3.872 Rp3.914 2011 2012 Rp5.712 Rp5.537 Rp5.608 2013 2014 2015 Sumber : idx.co.id, 2015 (diolah) Gambar 1.1 Rata-Rata Perubahan Harga Saham pada Susektor Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 7 Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa gambar diatas menunjukkan rata-rata perubahan harga saham pada 12 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015 di setiap tahunnya menunjukkan perubahan rata-rata harga saham cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 rata-rata perubahan harga saham sebesar Rp3.872. Tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi Rp3.914. Tahun 2013 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp5.712. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp5.537. Sedangkan tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi Rp5.608. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional, sebagaimana diungkapkan oleh Samsul (2006:13) mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain. Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama. Perubahan harga saham secara teoritis bermula dari aktivitas para pemodal (investor) mengestimasi pendapatan dan risiko untuk menentukan nilai saham dengan menggunakan data historis perusahaan. Hasil evaluasi ini akan dibandingkan dengan harga saham dan selanjutnya akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atas saham (apakah akan membeli atau menjual saham). 8 Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan cara menghitung faktor–faktor yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, salah satunya adalah dengan menganalisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Faktor penentu lainnya adalah aspek profitabilitas, aspek ini merupakan daya tarik utama bagi para pemegang saham, karena dengan melihat aspek profitabilitas investor dapat melihat perkembangan perusahaan dan untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, para investor dapat mengetahui seberapa besar efektivitas perusahaan tersebut dengan melihat rasio Return On Equity. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Equity. Return On Equity (ROE) merupakan pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk mengatur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham, juga digunakan sebagai indikator profitabilitas untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menjalankan tugasnya. Berikut ini merupakan gambar rata-rata Return On Equity (ROE) pada industri perusahaan makanan dan minuman di BEI pada tahun 2011-2015. RATA-RATA ROE 35 30 25 29,82 26,68 25,90 2013 2014 22,66 28,14 20 15 10 5 0 2011 2012 2015 Sumber : idx.co.id, 2015 (diolah) Gambar 1.2 Rata-Rata Return On Equity pada Subsektor Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 9 Gambar 1.2 menunjukan rata-rata Return On Equity pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi di setiap tahunnya. Pada tahun 2011 rata-rata Return On Equity pada tahun 2011 sebesar 22,66%. Tahun 2012 rata-rata Return On Equity mengalami kenaikan mengindikasikan dari bahwa tahun sebelumnya kemampuan perusahaan menjadi dalam 29,82% hal menghasilkan ini laba dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya membuat laba perusahaanpun menjadi meningkat. Pada tahun 2013 rata-rata Return On Equity menurun dari tahun sebelumnya menjadi 26,68%. Pada tahun 2014 rata-rata Return On Equity mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 25,90. Sedangkan pada tahun 2015 rata-rata Return On Equity mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 28,14%. Apabila perusahaan yang memiliki Return On Equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kecenderungan perusahaan ini untuk meraih laba pun semakin besar. Sedangkan apabila perusahaan yang memiliki Return On Equity rendah mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan sehingga laba yang dihasilkan dari modal sendiri pun ikut menurun. Faktor penentu lainnya dari aspek profitabilitas adalah Earning per Share karena dengan melihat aspek tersebut investor dapat mengetahui perkembangan perusahaan dan untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Investor dapat mengetahui seberapa besar hasil pendapatan yang diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya dengan menggunakan Earning Per Share (EPS). Perusahaan yang stabil biasanya akan 10 memperlihatkan stabilitas pertumbuhan EPS nya dan sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan menunjukan EPS yang berfluktuasi. Berikut ini merupakan Gambar rata-rata Earning Per Share (EPS) pada industri perusahaan makanan dan minuman di BEI pada tahun 2011-2015. RATA-RATA EPS Rp263.87 Rp300,0000 Rp250,0000 Rp200,0000 Rp205.16 Rp211.19 Rp152.68 Rp165.55 Rp150,0000 Rp100,0000 Rp50,0000 Rp- 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : idx.co.id, 2015 (diolah) Gambar 1.3 Rata-Rata Earning Per Share pada Subsektor Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 Gambar 1.3 menunjukkan rata-rata Earning Per Share pada subsektor perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015 mengalami fluktuasi di setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Pada tahun 2011 Earning Per Share sebesar Rp165.55 pada tahun 2012 rata-rata Earning Per Share mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi Rp205.16. Pada tahun 2013 rata-rata Earning Per Share mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi Rp211.19. Pada tahun 2014 rata-rata Earning Per Share mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp152.68. Sedangkan pada tahun 2015 rata-rata Earning Rp263.87. Per Share mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menghasilkan 11 earning yang tinggi tentu saja akan disukai oleh investor karena hal itu menunjukan besarnya bagian keuntungan yang akan diterima oleh para pemegang saham. Earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian juga sebaliknya. Faktor penentu lainnya adalah rasio leverage, penulis menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Berikut merupakan Gambar rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada industri perusahaan makanan dan minuman di BEI pada tahun 2011-2015. RATA-RATA DER 2011 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2012 2013 2014 2015 3,23 0,78 1,03 0,94 1,16 Sumber : idx.co.id, 2015 (diolah) Gambar 1.4 Rata-Rata Debt To Equity Ratio pada Subsektor Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 Gambar 1.4 menunjukkan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada subsektor perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015 mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2011 nilai Debt to Equity Ratio sebesar 0,78kali, sedangkan pada tahun 2012 rata- 12 rata Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 1,03kali. Pada tahun 2013 rata-rata Debt to Equity Ratio menngalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 0,94kali. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 1,16kali. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 3,23kali. Menurut Hery (2016:168) bahwa tingkat DER pada ketentuannya yang baik kurang dari 0,5 namun ketentuan ini bervariasi tergantung jenis perusahaannya. Apabila dikaitkan dengan teori diatas dapat dikatakan apabila perusahaan mempunyai nilai Debt to Equity Ratio yang tinggi, maka perusahaan tersebut menunjukkan semakin besar total hutang terhadap modal sendiri juga akan semakin berisiko atau memburuk dikarenan sebagian besar kegiatan operasional perusahaan dibiayai oleh hutang. Sedangkan apabila semakin rendah Debt to Equity Ratio suatu perusahaan maka kondisi perusahaan tersebut akan semakin baik karena sebagian besar kegiatan operasional perusahaan dibiayai oleh modal sendiri. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan faktor-faktor diatas juga mengindikasikan terdapat hasil yang tidak konsisten dengan teori. Adanya perbedaan hasil penelitian antara variabel independen dan dependen dari masing-masing penelitian terdahulu seperti pada variabel Return On Equity (ROE) terdapat perbedaan hasil penelitian menurut Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015), Titis Rahma dan Triyonowati (2016) berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini berbeda dengan hasil peneltian Chindy Ramdhani dan Sasi Agustin (2016) serta Yohanes Prianto dan Yahya (2015) menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) tidak mempunyai 13 pengaruh terhadap perubahan harga saham. Pada variabel Earning Per Share (EPS) menurut Titis Rahma dan Triyonowati (2016) menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perubahan harga saham. Pada variabel Debt to Equity Ratio menurut Titis Rahma dan Triyonowati (2016) dan Yohanes Prianto dan Yahya (2015) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. sedangkan menurut Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015) DER memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu terjadi fenomena dan perbedaan-perbedaan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Setelah melihat permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis variabel-variabel yang dianggap dapat mempengaruhi perubahan harga saham pada perusahaan indusutri makanan dan minuman pada tahun 2011–2015, untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 14 1. Hubungan antara perubahan harga sahamm dengan Return on Equity tidak konsistenan dengan teori. 2. Hubungan antara perubahan harga sahamm dengan Earning per Share tidak konsistenan dengan teori. 3. Hubungan antara perubahan harga sahamm dengan Debt to Equity Ratio tidak konsistenan dengan teori. 4. Return on equity mengalami fluktuatif di setiap tahunnya. 5. Earning per share mengalami fluktuatif di setiap tahunnya. 6. Debt to Equity Ratio mengalami fluktuatif disetiap tahunnya. 1.2.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif dan verifikatif. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan (Return On Equity, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio) dan perubahan harga saham pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. 2. Seberapa besar pengaruh kinerja keuangan (Return On Equity, Earning Per Share dan Debt To Equity Ratio) terhadap perubahan harga saham pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 20112015 baik secara simultan maupun parsial. 15 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini perlu dibuat terlebih dahulu dalam melakukan sebuah penelitian agar tidak kehilangan arah saat melakukan penelitian.Berdasarkan uraian permasalahan yang ada, maka terdapat tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan untuk memperdalam hasil dari analisis keuagan : 1. Menganalisis kinerja keuangan (Return On Equity, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio) dan perubahan harga saham pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. 2. Menganalisis besarnya pengaruh kinerja keuangan (Return On Equity, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio) dan perubahan harga saham pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 baik secara simultan maupun parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis (Keilmuan) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, serta memperluas pandangan tentang manajemen keuangan, Return On Equity, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio dan perubahan harga saham di perusahaan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis, untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menguasai ilmu manajemen, khususnya bidang keuangan terhadap fenomena kinerja keuangan yang terjadi pada suatu perusahaan. 16 2. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan usahanya dan pengambilan keputusan financial. 3. Bagi Investor, dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu penilaian dalam pemilihan investasi saham. 4. Bagi Peneliti Lain, sebagai sumber informasi dan referensi untuk meningkatkan penelitian selanjutnya menegenai topik-topik lainnya.