10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan a

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a) Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum
yang akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
(Prawirohardjo, 2010; h.213).
b) Proses kehamilan
Menurut Manuaba (2010; h.75) proses kehamilan yaitu :
(1) Ovulasi
Adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang
berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum
yang
dapat mengikuti proses
pematangan
dan terjadi
ovulasi. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya
epitel
germinal,
oogonium,
folikel
primer,
proses
pematangan pertama. Dengan pengaruh FSH, folikel primer
mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju
ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel
menyebabkan
penipisan,
dan
selama
itu
ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi
10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
11
gerak dari tuba ke ovarium, gerak sel rambut lumen tuba
makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif, ketiga faktor ini
menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju
uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan
fluktuasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum
yang disebut ovulasi.
(2) Spermatozoa
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc
sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc. Bentuknya seperti cebong yaitu memilki kepala,
leher dan ekor. Sebagian besar spermatozoa mengalami
kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai
tuba fallopi, yang masuk ke dalam alat genitalia wanita dapat
hidup selama tiga hari.
(3) Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti sprematozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Konsepsi
terjadi pada pars ampularis tuba, tempat paling luas yang
dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai
sillia.
(4) Nidasi atau Implantasi
Setelah pertemua kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam mampu membelah
dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bebarengan dengan
pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
12
uterus. Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula
terbentuk
blastula,
ruangan
yang
perkembangan
mengandung
cairan
dan pertumbuhan
disebut
berlangsung,
blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas
telah siap untuk mengadakan nidasi.
(5) Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di
dinding
depan
atau belakang.
Mendorong
sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan
eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong
kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan
ruangan amnion.
Awalnya
yolk
sac berfungsi sebagai
pembentuk darah bersama dengan hati, limpa, dan sumsum
tulang belakang. Pada minggu kedua dan ketiga terbentuk
bakal jantung dengan pembulu darahnya yang menuju body
stalk (bakal tali pusat). Vili korealis menghancurkan desidua
sampai pembuluh darah, sehingga sejak saat itu embrio
mendapat nutrisi dari darah ibu secara langsung. Bagian
desidua
yang
dihancurkan
membagi
plasenta menjadi
sekitaar 15 sampai 20 kotiledon maternal dan sekitar 200
kotiledon fetus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
c) Perubahan Fisiologis Kehamilan
(1) Saluran reproduksi
(a) Uterus
Selama
beberapa
minggu
pertama,
uterus
mempertahankan bentuknya yang mirip buah pir, tetapi
seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan fundus
mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir
sferis pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami
peningkatan pesat alam ukuran panjangnya dari pada
lebarnya dan mengambil bentuk ovoid. Uterus yang
terus membesar ini kemudian berkontak dengan dinding
anterior abdomen, menggeser usus ke lateral dan
superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya mencapai
hati. Sewaktu muncul dari panggul, uterus biasanya
mengalami
rotasi
kemungkinan
besar
ke
kanan.
Dekstrorotasi
disebabkan
oleh
ini
adanya
rektoigmoid di sisi kiri panggul. Seiring dengan naiknya
uterus, tegangan pada ligamentum latum dan rotundum
juga menigkat. (William, 2014; h.113).
Table 2.1 ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.
Um ur keham ilan
22 – 28 m inggu
Ukuran
24 – 25 cm di atas s im pis is
28 m inggu
26,7 cm di atas s im pis is
30 m inggu
29,5 – 30 cm di atas s im pis is
32 m inggu
29,5 – 30 cm di atas s im pis is
34 m inggu
31 cm di atas s im pis is
36 m inggu
32 cm di atas s im pis is
38 m inggu
33 cm di atas s im pis is
40 m inggu
37,7 cm di atas s im pis is
Sumber : Spiegelberg dalam Rustam (2012; h.41)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
Dengan
menentukan
mengetahui
taksiran
tinggi
berat
fundus
badan
uteri dapat
janin
dengan
menggunakan rumus Johnson – Tausak dalam Rustam
(2012; h.41) : BB = (mD-12) x 155.
Keterangan: mD adalah tinggi fundus uteri, BB adalah
berat badan janin.
Table 2.2 Hubungan tua kehamilan, besar uterus dan tinggi
fundus uteri.
Akhir bulan
1
2
Besar uterus
Lebih bes ar dari bias a
Telur bebek
Tinggi fundus uteri
Belum teraba (palpas i)
Di belakang s im fis is
3
4
Telur angs a
Kepala bayi
1 – 2 jari di atas s im fis is
Pertengahan s im fis is – pus at
5
6
Kepala dewas a
Kepala dewas a
2 – 3 jari di bawah pus at
Kira – kira s etinggi pus at
7
8
Kepala dewas a
Kepala dewas a
9
Kepala dewas a
10
Kepala dewas a
2 – 3 jari di atas pus at
Pertengahan
pus at
–
pros es us
xiphoideus
3 jari dibawah Px atau s am pai s etinggi
Px
Sam a dengan keham ilan 8 bulan, tetapi
m elebar ke s am ping
Sumber : Mochtar, 2012; h.42
(b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai
mengalami perlunakan dan sianosis mencolok. Terjadi
karena peningkatan vaskularitas dan edema serviks
keseluruhan,
disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar serviks. (Straach, dkk 2005 dalam William,
2014; h.114).
(c) Ovarium
Selama
kehamilan,
ovulasi
berhenti
dan
pematangan folikel – folikel baru ditunda. Biasanya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita
hamil.
Tidak
banyak
berkontribusi
dalam
produk
progesteron. (William, 2014; h.114).
(d) Tuba uterina
Otot – otot tuba uterina hanya sedikit mengalami
hipertrofi selama kehamilan. Namun, epitel mukosa tuba
menjadi agak mendatar. (Batukan, dkk. 2007 dalam
William, 2014; h.115).
(e) Vagina dan Perineum
Terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di
kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan
jaringan ikat di bawahnya, menyebabkan warna vagina
menjadi
keunguan
(tanda
Chadwick).
Ketebalan
mukosa, melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel
otot polos sehingga terbentuk gambaran berpaku – paku
halus. Sekresi vagina meningkat berupa cairan putih
agak kental pH berkisar 3,5 sampai 6. Disebabkan oleh
peningkatan produksi asam laktat dari glikogen di epirel
vagina oleh kerja lactobacillus acidophilus. (William,
2014; h.116).
(2) Kulit
Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan
berfungsi
untuk
mengeluarkan
kelebihan
panas
yang
terbentuk karena meningkatnya metabolisme. Alur – alur
kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen, payudara
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
dan paha. Disebut striae gravidarum atau stretch marks.
Osman, dkk (2007) melaporkan bahwa 48% mengalami
striae gravidarum di perut, 25% di payudara dan 25% di
paha. Otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan
yang mengenainya akibat dari itu otot rektus terpisah di garis
tengah, menciptakan suatu diastasis rekti dengan derajat
bervariasi. Hiperpigmentasi, garis tengah pada abdomen
linea alba atau linea nigra (hitam kecoklatan). Muncul bercak
– bercak kecoklatan dengan berbagai ukuran di wajah dan
leher atau cloasma gravidarum. Pigmentasi di aerola dan
kulit genital juga dapat bertambah. Perubahan – perubahan
ini akan menghilang atau berkurang setelah persalinan.
(William, 2014; h.116).
(3) Payudara
Pada minggu – minggu awal kehamilan sering merasakan
nyeri
payudara.
Setelah
bulan
kedua
membesar
dan
memperlihatkan vena – vena halus di bawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, bewarna lebih gelap dan lebih
tegak. Beberapa bulan pertama pemijatan puting akan
mengeluarkan cairan kuning kental kolostrum. Pada aerola
lebih lebar dan lebih gelap, tersebar sejumlah tonjolan kecil
kelenjar
montgomery,
namun
ukuran
payudara
yang
berubah membesar tidak berkaitan dengan volume air susu
yang dihasilkan. (William, 2014; h.116).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
(4) Perubahan Metabolik
(a) Penambahan berat badan
Disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara dan
peningkatan
volume
ekstravaskular.
darah
Hytten
serta
(1991)
cairan
ekstrasel
melaporkan
bahwa
penambahan berat badan selama kehamilan adalah
sekitar 12,5 kg. (William, 2014; h.117).
(b) Metabolisme air
(c) Metabolisme protein
(d) Metabolisme karbohidrat
(e) Metabolisme lemak
(f)
Metabolisme elektrolit dan mineral. (William, 2014;
h.119).
(5) Perubahan Hematologis
Setelah 32 sampai 34 minggu kehamilan, hipervolemia
yang telah lama diketahui besarnya adalah 40 sampai 45%
di atas volume darah tak hamil. Mulai meningkat pada
trimester pertama minggu ke 12. (William, 2014; h.119).
(6) Sistem kardiovaskular
Perubahan pada fungsi jantung mulai tampak selama 8
minggu pertama kehamilan (McLaughlin dan Roberts, 1999
dalam
William,
2014;
h.123).
berkurangnya
resistensi
vaskular sistemik dan meningkatnya kecepatan jantung.
Dalam posisi terlentang, tekanan vena femoralis
meningkat,
dari sekitar
terus
8 mmHg menjadi 24 mmHg
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
menjelang aterm membuktikan mengalami hambatan kecuali
pada posisi berbaring lateral. (William, 2014; h.123).
(7) Saluran pernapasan
Diafragma terangkat sekitar 4 cm selama kehamilan.
Pergerakkannya pun lebih besar dibandingkan tak hamil.
Jumlah oksigen yang diperlukan meningkat. (William, 2014;
h.127).
(8) Sistem kemih
Ukuran ginjal sedikit meningkat. Clearance kreatinin
pada kehamilan sekitar 30% lebih tinggi dari pada nilai 100
sampai 115 ml/mnt pada wanita tak hamil. (Lindheimer, dkk.
2000 dalam William, 2014; h.129).
(9) Saluran pencernaan
Lambung dan uterus tergeser oleh uterus yang terus
membesar.
Pada
wanita
hamil
tekanan
intraesofagus
berkurang dan tekanan intralambung meningkat. Peristaltik
esofagus menurun kecepatan gelombang dan amplitudo.
(Ulmsten dan Sundstrom, 1978). Gusi mengalami hiperemia
dan melunak selama kehamilan dan dapat berdarah setelah
trauma ringan. Haemoroid terjadi disebabkan konstipasi dan
peningkatan tekanan di vena – vena dibawah uterus yang
membesar. (William, 2014; h.131).
d) Perubahan Psikologis Kehamilan
Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil.
Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi
mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Merasa
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada
bayinya.
Tidak
cenderung
dapat
menuntut.
mengendalikan
Trimester
dirinya
pertama
sendiri
dan
dianggap sebagai
periode penyesuaian atau penerimaan terhadap kenyataan. 80%
mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan
kesedihan. (Varney,2007; h. 501).
Trimester pertama adalah waktu dimana terjadi penurunan
libido tapi tidak menentukan bahwa wanita hamil tirmester
pertama tidak ada hasrat hubungan seksual. (Varney,2007; h.
501).
Trimester kedua dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan.
Lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya, sudah
dapat
menerima
kehamilan,
mempersiapkan
peran
baru.
Mengalami kemajuan untuk berhubungan seksual. Hilang rasa
menuntut kasih sayang namun mencari kasih sayang dari orang
terdekatnya. (Varney,2007; h. 502).
Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk
terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Fokusnya hanya tentang kelahiran dan bayinya dengan rasa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
waspada. Merasakan ketidaknyamanan fisik. (Varney,2007; h.
503).
e) Tanda – Tanda Kehamilan
Tanda – tanda kehamilan (Manuaba, 2010; h.107-109) yaitu :
Tanda kemungkinan kehamilan :
(terlambat
(1) Amenorea
haid).
Konsepsi
dan
nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan
perhitungan
rumus
Naegle,
dapat
ditentukan
perkiraan persalinan.
(2) Mual
dan
muntah
(emesis).
Pengaruh
estrogen
dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari
disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis,
keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu
makn berkurang.
(3) Ngidam yaitu menginginkan makanan tertentu.
(4) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan
saraf pusat dan menimbukan sinkop atau pingsan. Keadaan
ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
(5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen – progesteron dan
somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan
garam pada payudara.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
(6) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh.
Pengaruh
(7) Konstipasi.
progesteron
dapat
menghambat
peristaltik usus
(8) Pigmentasi
kulit.
Keluarnya
melanophore
stimulating
hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di
sekitar pipi, dinding perut dan sekitar payudara.
(9) Epulis
(10) Varises.
Pengaruh
estrogen
dan
progesteron
terjadi
penampakan pembuluh darah.
Tanda tidak pasti hamil :
(1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
(2) Pemeriksaan
dalam,
dijumpai
tanda
Hegar,
tanda
Chadwicks, piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba
ballotement.
(3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
Tanda pasti hamil :
(1) Gerakan janin dalam rahim
(2) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian
janin
(3) Adanya denyut jantung janin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
f)
Ketidaknyamanan dan cara mengatasi
Table 2.3 Identifikasi kebutuhan dasar ketidaknyamanan dan cara
mengatasi.
Ketidaknyam anan
Kelelahan
Selam a TM I
Keputihan
TM I, II, III
Ngidam
Bias anya pada
TM I, tapi bis a
berlangs ung
s epanjang m as a
keham ilan
Sering buang air
kencing/ nocturia
TM I dan TM III
m eringankan
atau
Das ar anatom is dan Cara
fis iologis
m encegah
(1) Penyebab tidak (1) Yakinkan bahwa hal ini normal
diketahui
terjadi dalam keham ilan
(2) Mungkin
(2) Dorong ibu untuk s ering
berhubungan
beris tirahat
(3) Hindari
is tirahat
yang
dengan
penurunan laju
berlebihan
m etabolis m e
bas al pada awal
keham ilan
(1) Hiperplas ia
(1) Meningkatkan
kebers ihan
m ukos a vagina
dengan m andi s etiap hari
(2) Peningkatan
(2) Mem akai pakaian dalam yang
produks i lendir
terbuat dari katun bukan nilon
dan
kelenjar (3) Menghindari pencucian vagina
endocervikal
dengan
m encuci
vagina
s ebagai
akibat
dengan s abun dari arah
dari
kadar
depan ke belakang
es trogen
(1) Mungkin
(1) Tidak
s eharus nya
berkaitan dengan
m enim bulkan kekhawatiran
pers eps i individu
as alkan cukup bergizi dan
wanita
ters ebut
m akanan yang diinginkan
m engenai
apa
m akanan yang s ehat
yang
bis a (2) Menjelas kan tentang bahaya
m akanan yang tidak baik
m engurangi ras a
m ual dan m untah (3) Mendis kus ikan m akanan yang
dapat diterim a yang m eliputi
(2) Indra pengecap
m akanan yang bergizi dan
m enjadi tum pul,
m em uas kan ngidam atau
jadi
m akanan
kes ukaan tradis ional
yang
lebih
m erangs ang
dicari – cari
(1) Tekanan uterus (1) Penjelas an m engenai s ebab
pada
kandung
terjadinya nocturia
kem ih
(2) Kos ongkan
s aat
teras a
(2) Nocturia
akibat
dorongan untuk kencing
eks res i s odium (3) Perbanyak m inum pada s iang
yang m eningkat
hari
dengan terjadinya (4) Jangan
kurangi
m inum
pengeluaran air
dim alam
hari
untuk
(3) Air dan s odium
m engurangi nocturia, kecuali
tertahan di bawah
jika nocturia m engganggu
tungkai s elam a
tidur
dan
m enyebabkan
s iang hari karena
keletihan
s tatis vena, pada (5) Batas i m inum bahan diuterika
m alam
hari
alam iah: kopi, teh, cola
terdapat
aliran
dengan caffein
balik vena yang
m eningkat
dengan
akibat
peningkatan
jum lah output air
s eni
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
Ras a m ual dan (1)
m untah – m untah
12
5
s am pai
m inggu
bis a
terjadi lebih awal (2)
2 – 3 m inggu
s etelah HPHT
(3)
(1)
Cloas m a
TM II
Garis
–
garis (1)
diperut
(s triae
gravidarum )
jelas
Tam pak
pada bulan ke 6 –
7
Hem orrhoid
TM II dan TM III
(1)
(2)
Kons tipas i
TM II dan TM III
(1)
(2)
(3)
(4)
Ses ak
napas (1)
(hiperventilasi)
TM II dan TM III
Nyeri ligam entum (1)
rotundum
TM I dan TM III
(1)
Pus ing
TM II dan TM III
(2)
Peningkatan
kadar
HCG,
es trogen/
proges teron
Relaks as i
dan
otot – otot halus
Metabolis m e
perubahan dalam
karbohidrat
berlebihan
Peningkatan
kadar es trogen
dan
m ungkin
proges teron
Bis a tim bul akibat
perubahan
horm on
atau
gabungan antara
perubahan
dan
horm on
peregangan
Kons tipas i
Tekanan
yang
m eningkat
dari
uterus
gravid
terhadap
vena
hem orrhoid
Peningkatan
kadar
proges teron yang
m enyebabkan
peris taltik us us
m enjadi lam bat
Penurunan
m otalitas s ebagai
akibat
dari
relaks as i otot –
otot halus
Penyerapan
air
dari
kolon
m eningkat
Tekanan
dari
uterus
yang
m em bes ar pada
us us
terus m em bes ar
m enekan
dan
diafragm a
Tekanan
dari
uterus
pada
ligam entum
Hipertens i
pos tural
yang
berhubungan
dengan
perubahan
–
perubahan
hem odinam is
Sakit kepala pada
triwulan terakhir
dapat m erupakan
gejala
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
Makan bis kuit atau roti bakar
s ebelum bangun dari tem pat
tidur dipagi hari
Makan s edikit tapi s ering
Hindari
m akanan
yang
berm inyak dan berbum bu
m erangs ang
Hindari gos ok gigi s etelah
m akan
Hindari
s inar
m atahari
berlebihan s elam a m as a
keham ilan
(2) Gunakan
atau
kenakan
pakaian yang m enom pang
payudara dan abdom en
(1)
(2)
Hindari kons tipas i
Makan m akanan bes erat
(1)
Tingkatkan intake cairan dan
s erat
Is tirahat cukup
BAB s egera s etelah ada
dorongan
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Latihan nafas m elalui s enam
ham il
Kons ul dokter bila ada as m a
Tekuk lutut kearah abdom en
Mandi air hangat
Bangun s ecara perlahan dari
pos is i is tirahat
Hindari berdiri terlalu lam a
Kons ultas i/ periks a untuk ras a
s akit yang terus m enerus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
preeklam sia berat
Konges ti
vena (1)
dalam
vena
bagian
bawah (2)
m eningkat s ejalan
dengan
keham ilan karena
tekanan
dari
uterus yang ham il
(2) Dis ebabkan faktor
us ia dan lam a
berdiri
dan (1) Peningkatan
(1)
vas kularis as i dan (2)
poliferas i jaringan
ikat
akibat
rangs angan
es trogen
Varis es
pada
kaki/ vulva
TM II dan TM III
Ginggivitis
epulis
(1)
Hindari berdiri atau duduk
terlalu lam a
Senam , hindari pakaian dan
kors et yang ketat, jaga pos tur
tubuh yang baik
Kebers ihan gigi yang baik
Penggunaan s ikat yang lunak
dan perlahan – lahan
Sumber : Kusmiyati, 2009;h.123-133
g) Tanda Bahaya Kehamilan
Pada umumnya 80 – 90% kehamilan akan berlangsung
normal dan hanya 10 – 12% kehamilan disertai dengan penyulit
atau berkembang menjadi kehamilan patologis. (Sarwono, 2010;
h.281).
(1)
Pendarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di
bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.
Disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan
menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan
ukuran pembesaran uterus yang di atas normal pada
umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan
pada kehamilan
lanjut atau di atas
20 minggu pada
umumnnya disebabkan oleh plasenta previa. Bila mendekati
saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan
kasus perdarahan antepartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
(2) Preeklampsia.
Umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20
minggu disertai dengan paningkatan tekanan darah di atas
normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Gejala
lainnya
yaitu:
hiperrefleksia
(irritabilitas
susunan
saraf
pusat), sakit kepala atau cepalgia, gangguan penglihatan
seperti pandangan kabur, nyeri epigastrik, oliguria, tekanan
darah naik, sistolik (20 – 30 mmHg) dan diastolik (10 – 20
mmHg) diatas normal. Proteinuria, edema menyeluruh.
(3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum.
Terjadi pada kehamilan trimester dua atau ketiga dan
disertai dengan riwayat dan tanda – tanda seperti tinggi
fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan, bagian –
bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan nyeri, janin
mati di dalam rahim bisa jadi itu tanda dari solusio
plasenta.
(4) Gejala lain yang harus diwaspadai yaitu muntah berlebihan
yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau
demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
h) Komplikasi dalam kehamilan
(1) Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan
pada
wanita
hamil
sampai
mengganggu
pekerjaan sehari – hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk, karena terjadi dehidrasi.(Mochtar,2012;h.141)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
(2) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsespsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.
Klasifikasi abortus dapat dibagi menjadi dua golongan:
(a) Abortus spontan
Abortus
spontan
adalah
abortus
yang
terjadi
dengan tidak didahului faktor – faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata – mata disebabkan oleh faktor –
faktor alamiah.
Klinis abortus spontan dibagi menjadi 5 yaitu:
(i) Abortus
immines
mengancam.
adalah
keguguran
yang
Keguguran belum terjadi sehingga
kehamilan dapat dipertahankan dengan cara tirah
baring, tidak berhubungan seksual, evaluasi secara
berkala dengan USG untuk melihat perkembangan
janin.
(ii) Abortus insipien adalah proses keguguran yang
sedang berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa
sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
(iii) Abortus inkompletus adalah keguguran bersisa atau
hanya
sebagian
dari
hasil
konsepsi
yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
(iv) Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan (desidua atau fetus), sehingga rongga
rahim kosong.
(v) Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang
telah mati masih berada di dalam rahim.
(b) Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja,
baik dengan memakai obat – obatan maupun alat – alat.
Abortus provokatus dibagi lagi menjadi:
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan
(i)
kita
sendiri,
dilanjutkan
dengan
dapat
alasan
bila
membahayakan
kehamilan
jiwa
ibu
(berdasarkan indikasi medis).
(ii)
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh
karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis. (Mochtar.2012;
h.151-152).
(3) Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan
dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan
seluruh
vili
korealis
mengalami
perubahan
hidrofik.
(Manuaba, 2010; h.326)
(4) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang trejadi di luar
rahim
(uterus).
Diagnosis
kehamilan
ektopik
yaitu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
perdarahan
pervaginam
sedang,
kesadaran
dari bercak
menurun,
hingga
berjumlah
pucat,
nyeri
abdomen.(KepMenkes, 2013;h.94)
(5) Plasenta previa
Plasenta
previa
adalah
keadaan
dimana
plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). (Mochtar, 2011;
h.187)
Klasifikasi plasenta previa:
(a) Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta
(b) Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta
(c) Plasenta letak rendah (low lying placenta): tepi plasenta
berada 3 – 4 cm di atas pinggir pembukaan, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba.
(6) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum
janin lahir. (Mochtar,2012; h.93)
(7) Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang – kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 4 – 6 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
(a) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik yaitu hipertensi tanpa proteinuria
yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap
setelah presalinan.
Diagnosis:
(i)
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
(ii) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan
<20 minggu
(iii) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup
urin) (KepMenKes RI, 2013; h.82-117)
(b) Hipertensi gestasional
Hipertensi
gestasional
yaitu
hipertensi
tanpa
proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu
dan menghilang setelah persalinan.
Diagnosis:
(i)
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
(ii) Tidak
ada
riwayat
hipertensi
sebelum
hamil,
tekanan darah normal diusia kehamilan <12 minggu
(iii) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup
urin)
(iv) Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia,
seperti nyeri ulu hati
(v) Diagnosis
pasti
ditegakkan
pasca
persalinan
(KepMenKes RI, 2013; h.82-117)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
i)
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
(1) Mengunjungi berkala kepada ibu hamil
Jumlah kunjungan
cukup empat kali; satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada
trimester III. Untuk mengenali secara dini berbagai penyulit
atau gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil.
Selain itu, untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga
tentang
proses
kehamilan
dan
masalahnya
melalui
penyuluhan atau konseling.
(2) Menilai kesejahteraan janin
Melakukan
berbagai
pemeriksaan yaitu: pengukuran
tinggi fundus uteri, gerakan janin, denyut jantung janin,
ultrasonografi, besar janin, letak dan posisi janin, dan
penilaian luas panggul.
(3) Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
Beberapa informasi penting adalah sebagai berikut:
(a) Nutrisi yang adekuat: setiap harinya adalah 2.500 kalori,
jumlah protein 85 gram, kalsium 1,5 gram, zat besi 30
mg, dan asam folat 400 mikrogram.
(b) Perawatan payudara: pengurutan secara hati – hati
payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka
duktus dan sinus laktiferus. Basuhan lembut setiap hari,
pembersihan puting susu dengan gliserin dan alkohol
dan sebaiknya
gunakan
penopang
payudara yang
sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
(c) Perawatan gigi : dua kali pemeriksaan gigi selama masa
kehamilan, dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah
makan.
(d) Kebersihan tubuh dan pakaian : gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi. Gunakan pakaian longgar,
bersih serta nyaman, hidari memakai sepatu ber hak
tinggi, alas kaki yang keras dan korset pada perut ibu.
(e) Melakukan gerakan ringan dan istirahat yang cukup.
(Sarwono, 2010; h.284).
j)
Standar pelayanan antenatal
(1) Penimbangan berat badan dan pengkuran tinggi badan
(2) Pengukuran tekanan darah
(3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
(4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
(5) Penentuan status
imunisasi
tetanus
dan pemberian
imunisasi tetanus sesuai status imunisasi
Tabel 2.4 Pemberian Imunisasi TT
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval
(s elang waktu m inim al)
Pada kunjungan
antenatal pertam a
4 m inggu s etelah TT1
6 bulan s etelah TT2
1 tahun s etelah TT3
1 tahun s etelah TT4
Lam a perlindungan
% perlindungan
-
-
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun/s eum ur
hidup
80
95
99
99
Sumber: Saifudin, 2009; h.90
(6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
(7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
(8) Pelaksanaan
temu
wicara
(pemberian
komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana)
(9) Pelayanan
tes
laboratorium
sederhana,
minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya)
(10) Tatalaksana kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2014;
h.87)
2. Persalinan
a) Pengertian persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi
persalinan
sejati,
yang
ditandai
oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
(Varney, 2008; h.672)
Persalinan
adalah
suatu
proses
pengeluaran
hasil
konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar,
2012; h.69)
Beberapa
istilah
yang
berhubungan
dengan
partus
(Rustam Mochtar, 2012; h.69)
(1) Menurut cara persalinan :
(a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan,
adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta tidak melukai
ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
(b) Partus
luar
biasa
(abnormal)
adalah
persalinan
pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui
dinding perut dengan operasi kaesaria.
(2) Menurut tua (umur) kehamilan :
(a) Abortus
(keguguran)
adalah
terhentinya
kehamilan
sebelum janin dapat hidup (viabel) – berat janin di
bawah 1000 gram – tua kehamilan di bawah 28 minggu.
(b) Partus
prematurus
adalah persalinan (pengeluaran)
hasil konsepsi pada kehamilan 28 – 36 minggu; janin
dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 –
2500 gram.
(c) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus
pada kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat
badan di atas 2500 gram.
(d) Partus postmaturus adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir,
janin disebut postmatur.
(e) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung
sangat cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak,
dan sebagainya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
(f)
Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan
persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau
tidaknya disporsi sefalopelvik.
b) Macam-macam persalinan
Menurut Manuaba (2010; h.164) macam – macam persalinan
yaitu :
(1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
(2) Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan
tenaga dan luar.
(3) Persalinan anjuran (partus presipitatus).
c) Etiologi terjadinya proses persalinan
Penyebab terjadinya persalianan belum diketahui benar,
yang ada hanyalah teori – teori yang kompleks. Teori – teori
yang dikemukakan antara lain faktor – faktor hormonal, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
(Rustam Mochtar, 2012; h.69)
(1) Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
terjadi pada 1 – 2 minggu sebelum partus. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim. Karena
itu,
akan
terjadi
kekejangan
pembuluh
darah
yang
menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
(2) Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen
dan
sehingga
progesteron
terjadi kekejangan
pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi rahim.
(3) Teori distensi rahim
Rahim
yang
menyebabkan
menjadi
iskemia
besar
otot
otot
–
dan
meregang
rahim
sehingga
ganglion
servikale
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
(4) Teori iritasi mekanik
Di
belakang
serviks,
terletak
(pleksus frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digesesr
dan
ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
(5) Induksi partus (induction of labour).
Pertus dapat pula ditimbulkan dengan :
(a) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan
dalam
kanalis
servisis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser
(b) Amniotomi : pemecahan ketuban
(c) Tetsan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan
per infus
d) Fisiologis Persalinan
Proses
menimbulkan
fisiologi
inisiasi
kehamilan
partus
pada
manusia
yang
dan awitan persalinan belum
diketahui secara pasti, beberapa pendapat bergantung pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
aktivitas progesteron untuk mempertahankan ketenangan uterus
sampai mendekati akhir kehamilan. (Sarwono, 2010; h.296).
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Mochtar (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan adalah:
(1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
(a) His (kontraksi uterus )
(b) Kontraksi otot – otot dinding perut
(c) Kontraksi diafragma
(2) Faktor jalan lahir (Passage)
Faktor jalan lahir dibagi atas:
(a) Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul)
(b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan – jaringan dan ligamen
– ligamen.
(3) Faktor janin (Passenger)
Faktor janin di bagi atas:
(a) Kepala janin
Bagian yang paling besar dan keras pada janin
adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalannya persalinan.
(b) Postur janin dalam rahim
Postur janin sangat mempengaruhi dalam proses
persalinan diantaranya:
(i)
Sikap yaitu menunjukan hubungan bagian – bagian
janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
punggungnya. Janin umumnya berada dalam sikap
fleksi, yaitu kepala, tulang punggung, dan kaki
dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di
dada.
(ii) Letak janin adalah bagimana posisi sumbu janin
terhadap sumbu ibu. Sebagai contoh, pada letak
lintang, sumbu janin tegak lurus terhadap sumbu
ibu; dan pada letak membujur, sumbu janin sejajar
dengan sumbu ibu. Pada letak membujur, terdapat
dua kemungkinan,
yaitu bagian terbawah janin
adalah kepala, atau mungkin juga letak sungsang.
(iii) Presentsi digunakan
untuk menentukan bagian
janin yang terdapat di bagian bawah rahim.
(iv) Posisi merupakan indikator untuk menyatakan arah
bagian terbawah janin: apakah sebelah kanan, kiri,
depan,
atau
belakang
terhadap
sumbu
ibu
(maternal-pelvis). Misalnya Letak Belakang Kepala
(LBK), Ubun – ubun Kecil (UUK) kiri depan, uuk
kanan belakng.
(4) Psychology (Psikologi)
Menurut
(Sondakh,
2013;
h.91),
menyebutkan
perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki
masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut
maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang
umumnya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian –
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh
sebab itu, penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu
karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta
akan
menegangkan
otot
– otot serviksnya dan akan
mengganggu pembukaannya. Ketegangan jiwa dan badan
ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.
(5) Penolong
Fungsi
penolong
persalinan
sangat
berat,
yaitu
memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak,
serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung
pada keadaan petugas yang menolongnya, maka sangat
penting untuk diadakan kualifakasi atau persyaratan bagi
petugas yang bekerja di kamar bersalin dan penolong
persalinan. Dengan demikian, sesuai dengan hal tersebut,
persyaratan
yang
diperlakukan
adalah
persyaratan
kemampuan, ketrampilan, dan kepribadian (Sondakh, 2013;
h.97).
f)
Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan (Varney, 2008; h.672)
(1) Lightening (perasaan distensi abdomen berkurang)
Mulai
dirasakan
kira
– kira 2 minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke
dalam pelvis minor. Wanita sering menyebutkan lightening
sebagai “kepala bayi sudah turun.”
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
(2) Perubahan Serviks
Mendekati
persalinan,
serviks
semakin
“matang.”
Awalnya selama masa hamil, serviks dalam keadaan
menutup, panjang, dan lunak, sekarang serviks masih
lunak, dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami
sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung
pada individu wanita dan paritasnya, contoh, pada masa
hamil serviks ibu multipara secara
normal mengalami
pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam
kondisi normal serviks menutup.
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan
intensitas kontraksi Braxton Hicks.
(3) Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang
sangat
nyeri,
terhadap
yang
serviks.
memberikan
Kontraksi
pada
pengaruh
signifikan
persalinan
palsu
sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu
kehamilan.
Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari – hari
atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu
sebelum awitan persalinan sejati.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
(4) Ketuban Pecah Dini
Kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. Ketuban pecah sebelum awitan persalinan
disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Ketuban Pecah Dini
dialami oleh 12% wanita hamil dan 80% pada wanita yang
mendekati
usia
kehamialn
mengalami
persalinan
cukup
spontan
bulan
dalam
dan
mulai
waktu 24 jam
setelah ketuban pecah.
(5) Bloody Show
Bloody show adalah plak lendir yang disekresi serviks
sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada Awal
kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup
jalan lahir selama kehamilan.
(6) Lonjakan energi
Lonjakan energi banyak dialami wanita kurang lebih 24
sampai
48 jam
sebelum
awitan persalinan, setelah
beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik karena
hamil, terdapat suatu hari dimana mereka menemukan diri
bertenaga penuh. Wanita ini merasa enerjik selam beberpa
jam sehingga merasa semangat untuk melakukan berbagai
aktivitas, seperti melakukan semua tugas rumah tangga,
mereka merasa perlu melakukannya sebelum kedatangan
bayi sehingga memasuki masa persalinan dalam keadaan
letih dan sering kali persalinan menjadi sulit dan lama.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
Lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain
terjadi secara alamiah, yang memungkinkan energi yang
diperoleh diperlukan untuk menjalani persalinan.
(7) Gangguan saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual, dan muntah, diduga hal – hal
tersebut merupakan gejala menjelang persalinan meskipun
belum ada penjelasannya untuk hal ini.
g) Tanda-tanda inpartu
Menurut Mochtar (2012; h.70) tanda – tanda inpartu yaitu :
(1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur
(2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan – robekan kecil pada serviks
(3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya
(4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
h) Mekanisme persalinan
Terdapat
tiga
faktor
penting
dalam
persalinan
(Prawirohardjo, 2010; h.310) yaitu:
Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his
dan kekuatan mengejan, keadaan jalan lahir, dan janinnya
sendiri.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklintismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
lurus dengan bidang pintu atas panggul. Akibat sumbu kepala
janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan jaringan di bawahnya
terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan kepala
mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Kepala yang
sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intra uterin disebabkan oleh his
yang berulang – ulang, maka kepala mengadakan rotasi yang
disebut
putaran
paksi
dalam
dengan
suboksiput
sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan. Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin
semakin terlihat, perinium menjadi semakin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengejan, berturut – turut tampak bregma, dahi, muka,
dan akhirnya dagu terlahir. Setelah kepala lahir maka kepala
melakukan
rotasi
yang
disebut
putaran
paksi
luar
untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dan punggung bayi.
i)
Tahapan persalinan
Menurut Mochtar (2012; h.72) proses persalinan terdiri dari 4
kala, yaitu:
(1) Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show) karena serviks
mulai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala 1 di
bagi atas 2 fase, yaitu:
(a) Fase laten:
pembukaan serviks yang berlangsung
lambat sampai pembukaan 3 cm. Lamanya 7 – 8 jam
(b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3
subfase.
(i)
Periode
askselerasi:
berlangsung
2
jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(ii) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(iii) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
(2) Kala II (kala pengeluaran janin)
Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.
Karena tekanan pada rektum, membuat ibu merasa seperti
mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka, vulva
membuka
dan
perinium
meregang.
Dengan
his
dan
mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama
1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
(3) Kala III (Kala pengeluaran Uri)
Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai plasenta
lahir lengkap. Biasanya plasenta akan lahir dalam 15 – 30
menit
(Mochtar, 2012; h.79)
(4) Kala IV
Kala IV yaitu kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi
dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum.
j)
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal
Asuhan
kebidanan
pada
ibu
bersalin
normal
(Prawirohardjo. 2010; h. 341)
Melihat tanda gejala kala dua
(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
(a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
(b) Ibu merasakan tekanan yang semakin kuat pada rektum
atau vagina.
(c) Perinium menonjol.
(d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan menggunakan
handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih.
(5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
(6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali di partus set/ wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati – hati.
(8) Dengan
menggunakan
teknik
aseptik,
melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
(9) Mendekontaminasi
sarung
tangan
dengan
cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor
ke
dalam
larutan
klorin
0,5%
dan
kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendam nya
di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginanya.
(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran.
(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorogan
yang kuat untuk meneran.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm,
letakan
handuk
bersih
diatas
perut
ibu
untuk
mengeringkan bayi.
(15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu .
(16) Membuka partus set.
(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi kain,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kain atau kassa yang bersih.
(20) Memeriksa lilitan tali pusat.
(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi (biparietal).
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya,
dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
(23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut.
(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas dan punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir.
Penanganan bayi baru lahir
(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik).
(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin/ IM. (Lihat keterangan dibawah)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama.
(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di antara kedua klem
tersebut.
(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yanng basah dan
menyelimuti bayi dengan selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
(30) Memberikan bayi kepada ibunya untuk memulai pemberian
ASI.
Oksitosin
(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk mengecek kemungkinan adanya bayi kedua.
(32) Memberitahu pada ibu bahwa ia akan disuntik.
(33) Dalam
waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan
suntikan oksitosin 10 unit/IM di 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar.
Penegangan tali pusat terkendali
(34) Memindahkan klem pada tali pusat.
(35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Mengeluarkan plasenta
(37) Setelah plasenta lepas lakukan PTT.
(38) Jika
plasenta
terlihat
di
introitus
vagina,
melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang kedua plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati – hati memutar plasenta sehingga selaput ketuban
terpilin.
Pemijatan uterus
(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus.
Menilai perdarahan
(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh.
(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perinium.
Melakukan prosedur pascapersalinan
(42) Menilai
ulang
uterus dan
memastikannya
berkontraksi
dengan baik.
(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%.
(44) Menempatkan klem tali pusat di desinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
(45) Mengikat satu
lagi simpul mati dibagian pusat
yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam larutan
klorin 0,5%.
(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:
(a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
(c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan
(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk panatalaksanaan atonia
uteri.
(e) Jika ditemukan
laserasi yang memerlukan jahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal.
(50) Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memriksa kontraksi uterus.
(51) Mengevaluasi kehilangan darah.
(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
Kebersihan dan keamanan
(53) Menepatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).
(54) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat sampah yang sesuai.
(55) Membersihkan
ibu dengan menggunakan air desinfeksi
tingkat tinggi. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI.
(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
(58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5%, membalikan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
(60) Melengkapi partograf.
3. Bayi baru lahir
a) Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000
gram (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang cukup bulan, 38 – 42
minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan
panjang badan sekitar 50 – 55 cm (Sarwono, 2005 dalam
Sondakh, 2013; h.150).
b) Fisiologis bayi baru lahir
Menurut Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150 bayi
baru lahir dikatakan normal jika :
(1) Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram.
(2) Panjang badan bayi 48 – 50 cm.
(3) Lingkar dada bayi 32 – 34 cm.
(4) Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm.
(5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/ menit,
kemudian turun sampai 140 – 120 kali/ menit pada saat bayi
berumur 30 menit.
(6) Pernapasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80
kali/ menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi
suprasternal
dan
interkostal,
serta
rintihan
hanya
berlangsung 10 – 15 menit.
(7) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
(8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
(9) Kuku telah agak panjang dan lemas.
(10) Genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia
mayora
telah
menutupi
labia
minora
(pada
bayi
perempuan).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
(11) Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk.
(12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pda 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan
dan lengket.
c) Inisiasi menyusui dini
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut
atas ibu selama paling sedikit
satu jam untuk memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting
susu ibunya. Manfat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernafasan,
mengendalikan
suhu
tubuh
bayi
lebih
baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial kadar bilirubin
bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih
cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir, kontak
kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan
dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin,
dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu
dan bayi (Prawirohardjo, 2010; h.369).
d) Tanda bahaya bayi baru lahir
Menurut Saifuddin,dkk (2010; h.N-36) tanda-tanda bahaya
bayi yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu:
(1) Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit
(2) Kehangatan: terlalu panas (˃ 38 °C atau terlalu dingin < 36
°C)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
(3) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat, memar
(4) Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah
(5) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah
(6) Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah). Bau busuk, pernafasan sulit
(7) Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja
(8) Aktivitas: menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah
tersinggung, lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang –
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus
e) Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehiupan di luar uterus
(1) Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu:
(a) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 – 8 jam
pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi
dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan
atau melahirkan.
(b) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir),
akan terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80
kali/menit)
dan
pernapasan
cuping
hidung
yang
berlangsung sementara, retraksi, serta suara seperti
mendengkur
dapat
terjadi.
Denyut
jantung
dapat
mencapai 180x/ menit selama beberapa menit kehidupan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
(c) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi
tenang, relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini
(dikenal sebagai fase tidur) terjadi dalam 2 jam setelah
kelahiran
dan
berlangsung
beberapa
menit
sampai
beberapa jam.
(d) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun,
ditandai dengan respons berlebihan terhadap stimulus,
perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak
sianosis, dan denyut jantung cepat.
(e) Lendir
mulut
dapat
menyebabkan
masalah
yang
bermakna, misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik, dan
batuk.
(2) Adaptasi pernapasan
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.
(a) Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang
kolaps (misalnya perubahan dalam gradient tekanan).
(b) Factor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya,
suara, dan penurunan suhu).
(c) Faktor-faktor
kimia, meliputi perubahan dalam darah
(misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar
karbon dioksida, dan penurunan pH
Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung.
Respons reflex terhadap obstruksi nasal dan membuka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak ada pada
sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan
pertama pada bayi normal terjadi
dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan
timbul sebagai akibat aktivitas normal system saraf pusat
dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan
lainnya (sondakh, 2013; h.150-151).
(3) Adaptasi kardiovaskuler
(a) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis
pada tangan, kaki, dan sekitar mulut).
(b) Denyut nadi berkisar 120 – 160 kali/menit saat bangun
dan 100 kali/menit saat tidur.
(c) Rata – rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan
bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi
(d) Nilai hematologi normal pada bayi.
Berkembangnya paru-paru pada alveoli akan terjadi
peningkatan
tekanan
oksigen.
Sebaliknya,
tekanan
karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh
darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan
ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong,
aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale
tertutup (sondakh, 2013; h.151-152).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
(4) Adaptasi neurologis
(a) System neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis
belum berkembang sempurna.
(b) Bayi
baru
lahir
menunjukkan
gerakan-gerakan
tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot yang
buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
(c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya control kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
(d) Refleks
bayi baru lahir merupakan
indikator
penting
perkembangan normal (Sondakh, 2013; h.153-154).
(5) Adaptasi gastrointestinal
(a) Enzim-enzim
digestif
aktif
saat
lahir
dan
dapat
menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38
minggu.
(b) Perkembangan otot-otot dan refleks yang penting untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
(c) Pencernaan
protein
dan karbohidrat
telah tercapai,
pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak
adekuatnya enzim-enzim pancreas dan lipase.
(d) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah
sampai bayi berusia 3 bulan.
(e) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam
kehijauan,
lengket,
dan
mengandung
darah samar,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir
yang normal
(f)
Beberapa bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan
pada payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam
untuk menyusu secara efektif. (Sondakh, 2013; h.155156).
(6) Adaptasi ginjal
Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler
glomerulus. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi
baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi
untuk berespon terhadap stressor. Penurunan kemampuan
untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan
yang
berlebihan
mengakibatkan
asidosis
dan
ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi baru lahir
berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2 – 6 kali
sehari pada hari 1 – 2 hari pertama, setelah itu akan berkemih
5 – 20 kali salam 24 jam. (Sondakh, 2013; h.156).
(7) Adaptasi hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu
setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
Selama
periode
neonatus,
hati memproduksi
zat yang
esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu
cukup
memadai
bagi
bayi
sampai
5 bulan kehidupan
ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
terhadap defisiensi zat besi. Hati juga mengontrol jumlah
bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal
dari
hemoglobin
dan
dilepaskan
bersamaan
dengan
pemecahan sel-sel darah merah. Bilirubin tak terkonjugasi
dapat meninggalkan system vascular dan menembus jaringan
ekstravaskular lainnya (misalnya kulit, sclera, dan membrane
mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
jaundice atau ikterus. (Sondakh, 2013; h.156-157).
(8) Adaptasi imun
(a) Bayi
baru
lahir tidak dapat
membatasi
organisme
penyerang dipintu masuk.
(b) Imaturitas jumlah system pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
(c) Respons
inflamasi
berkurang,
baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
(d) Fatogenesis lambat
(e) Kesamaan lambung dan produksi pepsin dan tripsin
belum berkembang sempurna sampai usia 3 – 4 minggu
(f) Immonuglobulin akan hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA
juga tidak terdapat dalam saluran GI (Sondakh, 2013;
h.157).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
f) Reflek pada bayi baru lahir
Table 2.5 Refleks Respons Normal Respons Abnormal
Refleks
Rooting dan
m enghis ap
Menelan
Ek strusi
Moro
Melangkah
Merangkak
Tonik leher
atau fencing
Terkejut
Glab ellar
“b link ”
Tanda
Bab insk i
Res pons Norm al
Bayi baru lahir m enolehkan
kepala ke arah s tim ulus ,
m em buka m ulut, dan m ulai
m enghis ap bila pipi,bibir, atau
s udut m ulut bayi dis entuh
dengan jari atau puting.
Bayi baru lahir m enelan
dengan
berkoordinas i
m enghis ap bila cairan ditaruh
Bayi baru lahir m enjulurkan
lidah keluar bila ujung lidah
dis entuh dengan jari atau
puting
Ek stensi s im etris bilateral dan
abduks i s eluruh eks trem itas ,
dengan ibu jari dan jari telunjuk
m em bentuk huruf c diikuti
dengan ab duk si esk trem itas
Bayi akan m elangkah dengan
s atu kaki lainnya dengan
gerakan berjalan bila s atu kaki
dis entuh pada perm ukaan rata
Bayi
akan
berus aha
m erangkak ke depan dengan
kedua tangan dan kaki bila
diletakkan telungkup pada
perm ukaan datar
Ek strem itas pada s atu s is i
dim ana s aat kepala ditolehkan
akan eks tens i, dan eks trem itas
yang brelawanan akan fleks i
bila kepala bayi ditolehkan ke
s atu s is i s elagi beris tirahat
Bayi m elakukan abduks i dan
fleks i s eluruh eks trem itas dan
dapat m ulai m enangis bila
m endapat gerakan m endadak
atau s uara keras
Bayi
akan
berkedip
bila
dilakukan 4 atau 5 ketuk
pertam a pada batang hidung
s aat m ata terbuka
Jari-jari
kaki
bayi
akan
hipereks tens i dan terpis ah
s eperti kipas
Res pons Abnorm al
Res pons yang lem ah atau
tidak ada res pons
Muntah, batuk
Menjulurkan
lidah
berulang-ulang
yang
Res pon asim etris terlihat
pada cedera s araf perifer
atau frak tur k lavik ula
Res pon asim etris terlihat
pada cedera s is tem s araf
pus at atu fraktur tulang
Res pon asim etris terlihat
pada cedera s ais tem s araf
pus at
Res pon m enetap tam pak
pada cedera s is tem s araf
pus at
Tidak ada res pon
Terus berkedip atau gagal
untuk berkedip
Tidak ada res pon
Sumber : Sondakh, 2013;h.157
g) Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk
menurunkan kematian bayi baru lahir.
Jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini yaitu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
(1) Pada usia 6 – 48 jam (kunjungan neonatal 1)
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir : Perlindungan
termal (termogulasi), Pemeliharaan pernapasan, Pemotongan
tali pusat dan pengikatan tali pusat, Penilaian APGAR,
Perawatan bayi baru lahir: perawatan mata, Perawatan tali
pusat, Pemeriksaan fisik bayi (head to toe) dan indentifikasi
bayi sebagai alat pengenal si bayi.(Sondakh, 2013; h.157).
(2) Menurut Dewi, Vivian (2010; h.27) Asuhan bayi pada 2 – 6
hari yaitu perlu memperhatikan : pola nutrisi bayi, pola
eliminasi, pola istirahat, personal hygiene bayi, keamanan,
tanda bahaya
(3) Menurut Dewi, Vivian (2010; h.39) Asuhan bayi pada 1 – 6
minggu yaitu perlu memperhatikan : kondisi kesehatan bayi
secara
keseluruhan,
masalah
atau keluhan
bayi,
cara
menyusui, menjaga kebersihan, pemeriksaan fisik, tinjauan
ulang untuk sistem – sistem utama tubuh, pemeriksaan
pancaindra.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program
Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan
neonatal yang komprehensif.
Kunjungan
neonatal
pertama
(KN1)
adalah
cakupan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir umur 6 – 48 jam di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai
standar
oleh
tenaga
kesehatan
terlatih
di seluruh
sarana
pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
neonatal yaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir
termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan
neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1
injeksi dan imunisasi hepatitis B0 (bila belum diberikan pada saat
lahir).
Selain
KN1,
indikator
yang
menggambarkan
pelayanan
kesehatan bagi neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN
lengkap)
yang
mengharuskan
agar
setiap
bayi baru
lahir
memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali
sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.110)
h) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
(1) Perlindungan termal (termogulasi) dengan memastikan bayi
tersebut hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu, mengganti handuk/kain yang basah dan bungkus
bayi tersebut dengan selimut, serta jangan lupa memastikan
bahwa kepala tetap terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh. Mempertahankan lingkungan termal
netral.
(2) Pemeliharaan
pernapasan
dengan
mempertahankan
terbukanya jalan napas. Sediakan balon penghisap dari karet
di tempat tidur bayi untuk menghisap lendir atau ASI dari
mulut dengan cepat dalam upaya mempertahankan jalan
napas yang bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
(3) Pemotongan tali pusat dan pengikatan tali pusat merupakan
pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemontongan
sampai denyut nadi tali pusat berhenti dapat dilakukan pada
bayi normal, sedangkan pada bayi gawat dapat dilakukan
pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan
resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan klem kira –
kira 3 cm dan sekali lagi 1,5 cm dari tali pusat. Pemotongan
diantara klem tersebut kemudian bayi diletakan di atas kain
bersih yang hanyang. Dilakukan pengikatan tali pusat dengan
alat penjepit plastik atau pita dari nilon atau dapat juga
benang katun steril.
(4) Penilaian APGAR secara umum dimulai satu menit setelah
lahir dengan menggunakan nilai APGAR, penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini
perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak.
Table 2.6 penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR.
Apperance
kulit)
(warna
Puls e rate (frekuens i
nadi)
Grim ace
(reaks i
rangs ang)
Activity (tonus otot)
Res piration
(pernapas an)
0
Pucat
1
Badan m erah, eks trem itas
biru
Tidak ada
Kurang dari 100
Tidak ada
Sedikit
gerakan
m im ik
(grim ace)
Eks trem itas dalam s edikit
fleks i
Lem ah/tidak teratur
Tidak ada
idak ada
2
Seluruh tubuhu
kem erahm erahan
Lebih dari 100
Batuk/bers in
Gerak aktif
Baik/m enangis
Sumber : Sondakh, 2013; h.157
(5) Perawatan bayi baru lahir: perawatan mata dengan obat mata
eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
penyakit
mata akibat klamida(PMS)
diberikan
pada jam
pertama setelah persalinan. Perawatan tali pusat dengan
pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan ditutupi kain bersih secara longgar, jika
kena kotoran dicuci dengan sabun dan iar bersih kemudian
dikeringkan sampai benar – benar kering. Dalam waktu 24
jam
dan
sebelum
ibu
dan
bayi
dipulangkan
diberikan
imunisasi BCG, Polio dan Hepatitis B. Orang tua diajarkan
tanda-tanda
bahaya bayi dan merujuk jika parah, cara
merawat bayi.
(6) Pemeriksaan fisik bayi (head to toe) dan indentifikasi bayi
sebagai alat pengenal si bayi.
(Sondakh, 2013; h.157).
4. Nifas
a) Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil ( Mochtar, 2012;h. 87)
Masa Nifas atau puerperium yaitu dimulai
sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
(Prawirohardjo, 2010;h.356)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
b) Perubahan sistem reproduksi
(1) Uterus
Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil (
berinvolusi ) hingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil.
(2) Bekas implantasi uri
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol
ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2
minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan
akhirnya pulih.
Table 2.7 Tinggi fundus uteri dan berat uterus masa involusi
Involus i
Bayi lahir
Uri lahir
1 m inggu
2 m inggu
6 m inggu
8 m inggu
Tinggi fundus uteri
Setinggi pus at
2 jari di bawah pus at
Pertengahan pus at s imfisis
Tidak teraba di atas s im fisis
Bertam bah kecil
Sebes ar norm al
Berat uterus
100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Sumber : Mochtar, 2011; h.87-88
(3) Luka-luka
Pada jalan Lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6- 7 hari.
(4) Rasa nyeri
Rasa nyeri yang disebut after pains, (mulas – mulas )
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4
hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal tersebut dan jika terlalu menganggu, dapat di
berikan obat – obat anti nyeri dan anti mulas.
(5) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina dalam masa nifas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
(a) Lokia rubra ( cruenta ): berisi darah segar , sel – sel
desidua, vernic kaseosa, Lanugo, dan mekonium ,
selama 2 hari pascapersalinan.
(b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi
darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pascapersalinan.
(c) Lokia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7 – 14 pascapersalinan.
(d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(e) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
(f) Lokiostasis: Lokia tidak lancar keluarnya.
(6) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga
seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya
lunak,kadang – kadang terdapat perlukaan – perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir., tangan masih bisa dimasukan ke
rongga rahim; setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan
setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari.
(7) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasica, dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur
– angsur menjadi ciut dan pulih kembali. (Mochtar, 2011;
h.87-88)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
c) Tahap masa nifas
(1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam, dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
(2) Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat –
alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
(3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil
atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk
mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu –
minggu, bulanan, atau tahunan. (Mochtar, 2012; h.87)
d) Deteksi dini komplikasi masa nifas
(1) Pendarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi
pada tenggang
pascapersalinan.
waktu di antara persalinan dan masa
Faktor
predisposisi
anemia,
penyebab
pendarahan paling sering adalah atonia uteri serta retensio
plasenta, yang lain adalah laserasi serviks atau vagina,
ruptura uteri dan inversio uteri.
(2) Infeksi nifas seperti sepsis, dengan demam salah satu
gejala/
tanda
yang
paling
mudah
dikenali.
Faktor
predisposisi yaitu persalinan macet, ketuban pecah dini,
pemeriksaan
dalam
terlalu
sering,
pemantauan
janin
intravaginal, dan bedah sesar. Penyebab infeksi adalah
kuman salah satunya streptococcus pyogenes.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
(3) Eklampsia,
ibu
dengan
persalinan
yang
diikuti
oleh
eklampsia atau preeklampsia berat, harus dirawat inap.
Pengobatan
terpilih
menggunakan
magnesium
sulfat
(MgsO 4).
(4) Komplikasi pascapersalinan lain adalah: infeksi saluran
kemih, retensio urin.
(5) Masalah
psikologis,
dukungan
kesehatan
sosial
dapat
serta
selama
dihindari
dukungan
kehamilan,
dengan
pelaksana
adanya
pelayanan
persalinan,
dan
pascapersalinan.(Prawirohardjo, 2010;h. 358-360)
e) Kunjungan masa nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status
ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,
mendeteksi, menangani maslah-masalah yang terjadi (Saifuddin,
2009; h.123).
Table 2.8 kunjungan masa nifas
Kunjungan
1
2
Waktu
6-8 jam s etelah
pers alinan
6 hari s etelah
pers alinan
Tujuan
(1) Mencegah perdarahan m as a nifas
karena atonia uteri.
(2) Mendeteks i dan m erawat penyebab lain
perdarahan(rujuk jika perdarahan
berlanjut).
(3) Mem berikan kons eling ke ibu atau s alah
s atu anggota keluarganya bagaim ana
m encegah perdarahan m asa nifas
karena atonia uteri.
(4) Pem berian ASI awal.
(5) Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
(6) Menjaga bayi tetap s ehat dengan cara
m encegah hipotermia.
Jika petugas kes ehatan m enolong
pers alinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir 2 jam pertam a
s etelah kelahiran,atau s etelah keadaan
ibu dan bayi s tabil.
(1) Mem as tikan involus i uterus berjalan
dengan norm al; uterus berkontraksi,
fundus dibawah um bilikus, tidak ada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
Kunjungan
Waktu
(2)
(3)
(4)
(5)
3
2 m inggu s etelah
pers alinan
6 m inggu s etelah
pers alinan
4
(1)
(1)
(2)
Tujuan
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda dem am ,
infeks i, atau perdarahan abnorm al.
Mem as tikan ibu m endapatkan cukup
m akanan, cairan, dan is tirahat.
Mem as tikan ibu m enyus ui dengan baik
dan tidak m em perlihatkan tanda-tada
penyulit.
Mem berikan kons eling kepada ibu m
engenai as uhan kepada bayi, tali pus
at, m enjaga bayi tetap hangat dan m
erawat bayi s ehari-hari.
Tujuannya s am a s eperti diatas (6 hari
s etelah pers alinan)
Menanyakan penyulit-penyulit yang ia
tau bayinya alam i.
Mem berikan kons eling KB s ecara dini
Sumber : Saifuddin, 2009; h.123
f)
Tanda bahaya masa nifas
(1) Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas adalah keadaan yang mencangkup
semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas.
(Mochtar, 2011;h.284)
(2) Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan, berat Rahim sekitar 1000
gram
dan
selanjutnya
mengalami
masa
proteoliotik,
sehingga otot Rahim menjadi kecil ke bentukmya semula
(Manuaba, 2012; h418). Pada palpasi uterus teraba masih
besar, fundus masih tinggi, lokia banyak, dapat berbau dan
terjadi perdarahan (Mochtar, 2011; h.285)
(3) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan
yang trejadi setelah 24 jam pertama.
Gejala klinis perdarahan kala nifas sekunder adalah
terjadi perdarahan berkepanjangan melebihi pengeluaran
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
lokia normal, terjadi perdarahan yang cukup banyak, dan
dapat disertai rasa nyeri didaerah uterus (Manuaba, 2012;
h418).
(4) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens adalah salah satu bentuk infeksi
puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis
(Manuaba,2012;h.418).
(5) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran
ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluahan yang muncul
adalah mammae membengkak, keras dan terasa panas
sampai suhu badan meningkat (Manuaba,2012;h.420)
(6) Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan payudara disebabkan
kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada
puting susu, atau melalui peredaran darah. Keluhan yang
muncul payudara membesar, keras,nyeri, kulit memerah,
dan membisul (abses), dan akhirnya pecah dengan borok
serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu. Dapat
disertai
suhu
badan
naik
dan
menggigil
(Mochtar,2011;h.286)
(7) Galaktokel
Galaktokel yaitu air susu membeku dan terkumpul pada
suatu bagian payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi
karena sumbatan air susu (Mochtar,2011;h.286).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
g) Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa
itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan,
deteksi
dini
dan pengobatan
komplikasi
dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanaan
pemerian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu. Pada masa pascapersalinan, seorang ibu
memerlukan:
(1) Informasi dan konseling tentang:
(a) Perawatan bayi dan pemberian ASI (payudara)
(b) Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang
mungkin timbul
(c) Kesehatan pribadi, hiegiene, dan masa penyembuhan
(d) Kehidupan seksual
(e) Kontrasepsi
(f) Nutrisi
(2) Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya
tanda terjadi komplikasi.
(Sarwono, 2010; h.357).
Penatalaksanaan perawatan selama puerperium secara spesifik
bidan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
(1) Melakukan
evaluasi
kontinu
dan
penatalaksanaan
perawatan kesejahteraan wanita
(2) Memberi pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
(3) Memberi bantuan dalam menyusui
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
(4) Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orangtua
(5) Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah
(6) Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi
(7) Melakukan
penampisan
kontinu
untuk
komplikasi
puerperium
(Varney, 2008; h.968).
5. Masa antara
a) Pengertian
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat-alat atau obat-obatan
untuk mencegah terjadinya konsepsi. (Mochtar, 2012;h.195).
b) Tujuan KB
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan
Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem
Informasi
Keluarga,
program
Keluarga
Berencana
(KB)
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di
bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak
melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram,
dan harapan
masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
lahir dan kebahagiaan batin. KB merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan,
dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki
dan
perempuan
untuk
dapat
merencanakan
kapan
akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia
antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. (Profil
kesehatan Indonesia, 2014; h.101).
c) Syarat kontrasepsi
Menurut
Mochtar
(2012;
h195)
Kontrasepsi
hendaknya
memenuhi syarat sebagai berikut:
(1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
(2) Tidak ada efek samping yang merugikan
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual
(4) Cara penggunaannya sederhana
(5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat
selama pemakaiannya
(6) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
(7) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
d) Penapisan sebelum pemberian metode kontrasepsi
Tanyakan kepada klien hal – hal dibawah ini, bila semua
jawaban klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa
memakai metode yang diinginkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
Apabila
klien
pascapersalinan
menyusui
dan
kurang
maka pil kombinasi
dari
6
minggu
adalah metode pilihan
terakhir
(1) Penapisan metode hormonal (pil kombinasi, pil progesteron,
suntik, implant)
Penapisan yang dilakukan pada calon askeptor baru
kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien
apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menyusui
dan kurang dari 6 minggu pasca bersalin,
perdarahan/
perdarahan
bercak
antara
mengalami
haid
setelah
senggama, ikterus pada kulit atau mata, pernah nyeri kepala
hebat atau gangguan visual, pernah nyeri hebat pada betis,
paha atau dada dan tungkak bengkak, tekanan darah diatas
160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik), terdapat masa
atau benjolan pada payudara, sedang minum obat-obatan anti
kejang (epilepsi). (Affandi, dkk, 2011;h. U-10)
(2) Penapisan kontrasepsi AKDR
Penapisan
yang
dilakukan
pada
calon
akseptor
kontrasepsi AKDR yaitu dengan menanyakan kepada klien
apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu, klien
maupun pasangan mempunyai pasangan seks lain, pernah
mengalami infeksi menular seksual IMS, pernah mengalami
penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik, pernah
mengalami haid banyak (lebih dari 1 – 2 pembalut tiap 4 jam),
pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari), pernah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetik
dan atau istirahat baring, pernah mengalami perdarahan/
perdarahan bercak haid atau setelah senggama, pernah
mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital.
(Affandi, dkk, 2011;h. U-10)
e) Jenis-jenis kontraspsi
(1) Alat kontrasepsi non hormonal
(a) Metode amenore laktasi (MAL)
(i)
Pengertian
Metode
amenorea
laktasi
(MAL)
adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu
ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-1)
(ii)
Keuntungan kontrasepsi
(a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam
bulan pasca persalinan)
(b) Segera efektif
(c) Tidak mengganggu senggama
(d) Tidak ada efek samping secara sistemik
(e) Tidak perlu pengawasan medis
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g) Tanpa biaya (Affandi, dkk, 2011;h.MK-1)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
(iii)
Keuntungan non kontrasepsi
(a) Untuk bayi
(i)
Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan
antibody perlindungan lewat ASI)
(ii)
Sumber
asupan
gizi
yang
terbaik
dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal
(iii)
Terhindar
dari
keterpaparan
terhadap
kontaminasi dari air susu atau formula, atau
alat minum yang dipakai
(b) Untuk ibu
(i)
Mengurangi perdarahan pasca persalinan
(ii)
Mengurangi resiko anemia
(iii)
Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan
bayi. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-2)
(iv)
Keterbatasan
(a) Perlu
persiapan
sejak
perawatan
kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan
(b) Mungkin
sulit
dilksanakan
karena
kondisi social
(c) Efektivitas
tinggi
hanya
sampai
kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
(d) Tidak
melindungi
termasuk
virus
terhadap
hepatitis
IMS
B/HBV dan
HIV/AIDS (Affandi, dkk, 2011;h.MK-2)
(b) Senggama terputus
(i) Definis senggama terputus
Senggama
terputus
adalah
metode
keluarga
berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-15)
(ii) Manfat kontrasepsi
(a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode Kb
lainnya
(d) Tidak ada efek samping
(e) Dapat digunakan setiap waktu
(f) Tidak
membutuhkan
biaya
(Affandi,
dkk,
2011;h.MK-15)
(iii) Manfaat non kontrasepsi
(a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga
berencana
(b) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih
dekat dan pengertian yang sangat dalam (Affandi,
dkk, 2011;h.MK-15)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
(iv) Keterbatasan
(a) Efektivitas
sangat bergantung pada kesediaan
pasangan untuk melakukan senggama terputus
setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27
kehamilan per 100 perempuan per tahun)
(b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada
penis
(c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
(Affandi, dkk, 2011;h.MK-16)
(c) Kondom
(i) Definisi kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks
(karet),
plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-17)
(ii) Cara kerja kondom
Kondom
menghalangi
terjadinya
pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di
ujung
selubung
karet
yang
dipasang
pada
penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
(Affandi, dkk, 2011;h.MK-18)
(iii) Manfaat kontrasepsi
(a) Efektif bila digunakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Tidak mengganggu kesehatan klien
(d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
(e) Murah dan dapat dibeli secara umum
(f)
Tidak
perlu
resep
dokter
atau
pemeriksaan
kesehatan khusus
(g) Metode
kontrasepsi
sementara
bila
metode
kontrasepsi lainnya harus ditunda (Affandi, dkk,
2011;h.MK-18)
(iv) Manfaat nonkontrasepsi
(a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB
(b) Dapat mencegah penularan IMS
(c) Mencegah ejakulasi dini
(d) Membantu
mencegah
terjadinya
kanker
serviks
(mmengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen
pada serviks)
(e) Saling berinteraksi sesama pasangan
(h) Mencegah
imuno
infertilitas
(Affandi,
dkk,
2011;h.MK-18)
(v) Keterbatasan
(a) Efektivitas tidak terlalu tinggi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
(b) Cara
penggunaan
sangat
mempengaruhi
keberhasilan kontrasepsi
(c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung)
(d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kes ulitan
untuk mempertahankan ereksi
(e) Harus
selalu tersedia setiap kali berhubungan
seksual
(f)
Beberapa klien malu untuk membeli kondom di
tempat umum
(i)
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah.(Affandi, dkk, 2011;h.MK19)
(2) Alat kontrasepsi hormonal
(a) Pil kombinasi
(i) Manfaat pil kombinasi
(a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan
per
1000
perempuan
dalam
tahun
pertama penggunaan).
(b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual
(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
(e) Dapat
digunakan
jangka
panjang
selama
perempuan masih ingin menggunakannya untuk
mecegah kehamilan
(ii) Keterbatasan
(a) Mahal
dan
membosankan
karena
harus
menggunakannya setiap hari
(b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
(c) Pusing, nyeri payudara, berat badan naik sedikit
(d) Tidak mencegah IMS. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-3032)
(b) Suntikan kombinasi
Jenis
suntikan
kombinasi
adalah
25
mg
Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi IM. Sebulan sekali (Cyclofem) dan
50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
(i)
Keuntungan kontrasepsi
(a) Resiko terhadap kesehatan kecil
(b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(c) Jangka panjang
(d) Efek samping sangat kecil
(ii)
Keuntungan non kontrasepsi
(a) Mengurangi jumlah perdarahan
(b) Mengurangi nyeri saat haid
(c) Mencegah anemia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
(d) Mencegah kehamilan ektopik
(iii)
Kerugian
(a) Terjadi perubahan pada pola haid
(b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
(c) Penambahan berat badan
(d) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
(Affandi, dkk, 2011;h.MK-36-37)
(c) Implant
(i)
Definisi
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang
efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya
kehamilan antara tiga hingga lima tahun.
(d) AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid
adalah prigestase yang mengandung progesterone dari
mirena yang mengandung levonogestrel.
(i) Keuntungan kontrasepsi
(a) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu
tangan)
(b) Tidak mengganggu hubungan suami istri
(c) Tidak berpengaruh terhadap ASI
(d) Kesuburan
segera
kembali
sesudah
AKDR
diangkat
(e) Efek sampingnya sangat kecil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
(ii) Keuntungan non kontrasepsi
(a) Mengurangi nyeri haid
(b) Dapat diberikan pada usia perimenopause
(c) Mengurangi jumlah darah haid
(d) Sebagai pengobatan alternative pengganti operasi
pada perdarahan uterus
(iii) Keterbatasan
(a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan
infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR
(b) Mahal
(c) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi
amenorea (Affandi, dkk, 2011;h.MK-69)
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1.
Asuhan kebidanan dengan cara 7 langkah Varney
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka
pikir
yang
kebidanan
digunakan
secara
oleh bidan
sistematis,
dalam
memberikan
asuhan
mulai dari mengumpulkan
data,
menganalisis data, menegakkan diagnosis kebidanan, menyusun
rencana asuhan, melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi
keefektifan pelaksanaan rencana asuhan, dan mendokumentasikan
asuhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
Langkah-langkah
manajemen
kebidanan
merupakan
suatu
proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis
di dalam mengantipasi masalah. Manajemen kebidanan menurut
varney ada 7 langkah, yaitu:
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
pengkajian
dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
klien secara lengkap. data yang dikumpulkan antara lain:
a) Keluhan klien
b) Riwayat kesehatan klien
c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar
awal secara lengka.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua
data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis
atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam
lingkup
praktik
kebidanan,
perihal
yang
berkaitan
dengan
pengalaman klien ditemuka dari hasil pengkajian.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi
berdasarkan
masalah
rangkaian
atau
diagnosis
diagnosis
dan
masalah
potensial
yang
lain
sudah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
terindentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melkukan
antisipasi agar diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi. Selain
itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut
benar-benar terjadi.
Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data
yang diperoleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan
oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu
beberapa waktu lagi.
Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Direncanakan
asuhan
yang
menyeluruh
yang
ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat
juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah
dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan
yang direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
bidan dan pasien.
Langkah VI: Pelaksanaan
Melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah
ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus
bertanggung
jawab
atas
terlaksananya
rencana
asuhan
yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan oleh bidan adalah:
a) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah
sudah benar-benar
kebutuhan
yang
terlaksana
telah
atau penuhi sesuai dengan
teridentifikasi
dalam
masalah
dan
diagnosis.
b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif
(Mangkuji, Betty. 2012. h: 2-6).
2.
Standar Asuhan Kebidanan
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
no.
938/MenKes/SK/VII/2007 Standar asuhan kebidanan adalah acuan
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan atau
masalah
kebidanan,
perencanaan,
implementasi,
evaluasi,
dan
pencatatan asuhan kebidanan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
Standar I : Pengkajian
a) Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan,
dan lengkap darisemua sumber yang berkaitan dengan kondidi
klien.
b) Kriteria pengkajian.
(1) Data tepat, akurat dan lengkap
(2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa; biodata,keluhan
utama,
riwayat
obstetric,
riwayat
kesehatan
dan latar
belakang social budaya).
(3) Data
obyektif (hasil
pemeriksaan
fisik,
psikologi
dan
pemeriksaan penunjang).
Standar II: Perumusan Diagnose dan atau Masalah Kebidanan.
a) Pernyataan standar.
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b) Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan.
(1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
(2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
(3) Dapat
diselesaikan
dengan
asuhan
kebidanan
secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
Standar III: Perencanaan
a) Pernyataan standar.
Bidan
merencanakan
asuhan
kebidanan
berdasarkan
diagnose dan masalah yang ditegakan.
b) Kriteria perencanaan
(1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan
asuhan secara komperehensif.
(2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
(3) Mempertimbangan
kondisi
psikologi
social
budaya
klien/keluarga
(4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
(5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
Standar IV: Implementasi
a) Pernyataan standar.
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komperehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based
kepada klien/pasien,
dalam
bentuk upaya promotif,
preventif kuratif dan rehabilitataif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
b) Kriteria :
(1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psikospiritual-kultural
(2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (inform counsent)
(3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
(4) Melibatkan klien / pasien dalam setiap tindakan
(5) Menjaga privacy klien/ pasien
(6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
(7) Mengikuti
perkembangan
kondisi
klien
secara
berkesinambungan
(8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada
dan sesuai
(9) Melakukan tindakan sesuai standar
(10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Standar V: Evaluasi
a) Pernyataan standar
Bidan
melakukan
evaluasi
secara
sistematis
dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang
sudah
diberikan,
sesuai dengan perubahan
perkembangan
kondisi klien.
b) Kriteria Evaluasi
(1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
(2) Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada
klien/ keluarga
(3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
(4) Hasil
evaluasi
ditindak
lanjuti
sesuai
dengan
kondisi
klien/pasien.
Standar VI: Pencatatn Asuhan Kebidanan.
a) Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat singkat
dan
jelas
mengenai keadaa/kejadian
yang
ditemukan
dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b) kriteria pencatatan asuhan kebidanan.
(1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
pada
formuilir
yang
tersedia
(rekam
medis/KMS/status
pasien/buku KIA).
(2) Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
(3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
(4) O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
(5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah
kebidanan.
(6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan
dan pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif , tindakan segera, tindakan secara komperehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, follow up dan
rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
C. Aspek Hukum
Standar
profesi bidan diatur dalam KepMenKes
RI nomor
369/MENKES/III/2007 yang berisi tentang stadar profesi ini terdiri dari
standar Kompetensi bidan di Indonesia, Standar pendidikan, Standar
pelayanan kebidanan dan kode etik profesi. Standar profesi ini wajib
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan
amanat profesi kebidanan.
1.
Kewenangan bidan
Berdasarkan PemenKes RI nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang penyelenggaraan
dijelaskan
bahwa
bidan
praktik bidan pada pasal 9
dalam
menjalankan
praktiknya,
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan
ibu,
pelayanan
kesehatan
reproduksi
kesehatan
perempuan
dan
anak
dan pelayanan
keluarga
berencana.
Sedangkan pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra
kehamilan, kehamilan normal, Persalinan normal , ibu nifas
normal, ibu menyusui dan konseling pada masa antara dua
kehamilan. Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang untuk memberikan
asuhan
bayi
penyuluhan
baru
dan
lahir
koseling
normal,
dan
tentang
dalam
kesehatan
memberikan
reproduksi
perempuan dan KB tercantum pada pasal 12.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
2.
Wewenang bidan
Berdasarkan PemenKes RI nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
tentang
penyelenggaraan
praktik
bidan menyebutkan
bahwa
dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di
luar
kewenangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
9.
(KepMenKes RI,2010;h.5-7)
3.
Standar Kompetensi Bidan
Standar kompetensi bidan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:369/MENKES/SK/III/2007
Kompetensi
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
ke 1
keterampilan
dan ilmu-ilmu social, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan
yang
bermutu tinggi sesuai dengan
budaya,
untuk
wanita,
bayi baru lahir dan
keluarganya.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
ke 2
pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan
dan kesiapan menjadi orang tua.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu
ke 3
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
ke 4
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin selama persalinan yang
bersih
dan
aman,
menangani
situasi
kegawatdaruratan tertentu untk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
ke 5
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
ke 6
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai
dengan 1 bulan.
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
ke 7
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan–5 bulan).
Kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
ke 8
dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Kompetensi
Melaksanakan
asuhan kebidanan pada wanita
ke 9
atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
(KEPMENKES RI,2010;h.5).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Erlin Kusnaeti, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download