SISTEM INSTRUMENTASI PENGUKURAN GAYA ANGKAT MAGNETIK PADA PIRINGAN ALUMINIUM YANG BERPUTAR BERBASIS MIKROKONTROLER Ika Wulandari, Prawito, Arief Sudarmaji Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 [email protected] Abstrak Dalam penelitian ini, telah diteliti pengaruh kecepatan putar piringan aluminium dan besarnya medan magnet terhadap gaya angkat magnetik yang ditimbulkannya. Pembuatan alat ukur ini mengimplementasikan suatu piringan logam yang berputar untuk mempengaruhi besar dari gaya angkat magnetik yang ada, dimana besar nilai pengaruh gaya tersebut akan dibaca dengan sensor gaya. Alat ini dihubungkan dengan komputer menggunakan standar komunikasi serial. Mikrokontroller diprogram menggunakan piranti lunak Bascom AVR, sedangkan komputer digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran diprogram dengan menggunakan LabVIEW National-Instrument. Metode pengambilan data yang digunakan ialah dengan melakukan pengukuran nilai gaya angkat magnetik dan kemudian data tersebut akan dibandingkan dengan nilai putaran piringan logam (kecepatan putarnya dapat divariasikan dan dikendalikan putarannya). Hasil data yang diperoleh adalah semakin besar rpm yang dihasilkan maka nilai gaya angkat magnet juga makin besar. Kata Kunci: sensor gaya; mikrokontroler; LabVIEW. Abstract In this research, the effect of rotation speed of aluminium disc and the magnitude of the magnetic field to the magnetic levitating force has been conducted. The design of this measuring instrument uses rotating aluminium disc to change the magnetic levitating force that is measured by the force sensor. This instrument in connected with of computer by using standard serial communication. Microcontroller is programmed by Bascom AVR software, while the computer that is used to display the measurement result is programmed by National Instrument LabVIEW. The data acquisition method is used to measure the magnetic levitating force, and controllable aluminium disc rotating speed. The result shows that greater the rotating speed that is applied the greater it’s magnetic levitating force. Keywords: force sensor; microcontroller; LabVIEW. Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 1. PENDAHULUAN Fenomena fisika banyak dijumpai pada lingkungan sekitar kita, baik yang dapat terlihat maupun tidak. Salah satu fenomena fisika yang dapat kita jumpai ialah medan magnet. Medan magnet dapat berasal dari alam serta dapat juga dibuat dengan prinsip kelistrikan. Untuk menghasilkan medan magnet dengan prinsip kelistrikan salah satu metoda yang sering digunakan ialah metoda arus Eddy (Eddy Current Method). Apabila terdapat suatu objek (material logam) berputar yang didekatkan dengan suatu magnet akan menimbulkan gaya angkat magnet. Keadaan tersebut akan bermanfaat untuk menghasilkan Eddy Current, dan fenomena ini digunakan untuk mengetahui besar nilai gaya angkat magnet akibat kecepatan dari material yang berputar. Dengan memanfaatkan fenomena arus Eddy (Eddy current) tersebut peneliti akan membuat suatu penelitian yang berjudul “Sistem Instrumentasi Pengukuran Gaya Angkat Magnetik Pada Piringan Aluminium yang Berputar Berbasis Mikrokontroler “ . 2. TINJAUAN TEORITIS Fenomena gaya angkat magnetik dapat diamati dari terangkatnya suatukeping magnet yang diakibatkan oleh piringan aluminium yang berputar karena timbulnya arus Eddy, sehingga arah arus tersebut akan menentang perubahan yang menghasilkannya. Metode pengukuran gaya angkat magnetik yang ada sekarang ini ada yang menggunakan dengan cara otomatis dan manual. Dimana penggunaan secara otomatis masih jarang digunakan, dikarenakan masih sedikitnya laboratorium yang melakukan praktikum ini. Selain dengan cara otomatis cara manual juga tidak beda dengan penggunaan secara otomatis, dikarenakan penggunaannya yang cukup rumit untuk mendapatkan nilai gaya angkat tersebut. Pengukuran secara manual, dimana masih menggunakan timbangan untuk mengukur gaya angkat magnet yang diakibatkan oleh putaran piringanaluminium. 2.1. Medan Magnet Medan magnet merupakan ruang disekitar magnet atau disekitar sebuah penghantar yang mengangkut arus [3] .Akibat adanya medan magnet akan menimbulkan gaya disekitar magnet tersebut, gaya yang timbul disekitar medan magnet akan menarik bahan yang bersifat magnetis. Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 Dalam medan magnet ada 4 dasar hukum yang cukup banyak diketahui 2 diantaranya adalah hukum Faraday dan hukum Lens. 2.2. Hukum Faraday Hukum induksi Faraday menyatakan bahwa tegangan gerak elektrik imbas ε didalam sebuah loop induktor tertutup adalah sama (kecuali tanda negatifnya) dengan kecepatan perubahan fluks persatua waktu yang melalui loop induktor tertutup tersebut. Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam Weber/sekon, maka gaya gerak elektrik ε akan dinyatakan dalam volt [3]. Di dalam bentuk persamaan: .......................................... (2.1) Dimana: ε = dΦ = dt 2.3. gaya gerak elektrik (v) perubahan fluks = perubahan waktu (s) Hukum Lens Pada hukum faraday hanya menjelaskan gaya gerak elektrik dari perubahan fluks terhadap waktu, tanpa mengetahui arah tegangannya.Pada tahun 1834 Heinrich Friedrich Lens dengan menggunakan prinsip kekekalan tenaga beliau meneliti lebih jauh arah dari gerak elektrik yang dinyatakan oleh Faraday.Lens menyatakan bahwa “arus imbas akan muncul didalam arah yang sedemikian rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan yang menghasilkannya”[3]. Gambar 2.1. Percobaan hukum Lens [4] Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 2.4. Arus Eddy Definisi arus pusar atau pengertian arus Eddy adalah arus induksi yang timbul akibat konduktor yang bergerak dalam medan magnet [2]. Gambar 2.2. Pembentukan arus Eddy dalam melakukan pelat bergerak melalui medan magnet[4] Gambar diatas merupakan ilustrasi sebuah piringan aluminium digantung diseutas tali dan piringan tersebut berayun pada sebuah magnet U. Piringan tersebut berayun bolak-balik pada magnet U, ketika piringan tersebut berayun akan timbul perubahan fluks magnet yang mengakibatkan induksi ggl pada piringan sehingga menyebabkan timbulnya arus Eddy (Eddy current)[4]. 2.5. Sensor Sensor yang digunakan dalam penelitian ini berupa sensor gaya FSS dengan sensor optocoupler yang berfungsi untuk menghitung RPM motor DC. Berikut merupakan penjelasan tentang karakteristik sensor dan prinsip kerja sensor. 2.5.1. Sensor Gaya FSS Sensor gaya adalah sebuah piranti elektronik yang digunakan untuk mengukur gaya yang diberikan pada suatu benda. Dimana gaya yang dihasilkan oleh sensor tersebut berupa tegangan yang nantinya akan diolah oleh mikrokontroler. Pada sensor gaya terdapat silicon-implanted piezoresistor yang digunakan sebagai resistansi. Piezoresistor adalah suatu material yang apabila ditarik, ditekan atau dirubah bentuknya, maka nilai resistansinya akan berubah. Jadi nilai Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 resistansi silicon-implanted piezoresistor tersebut akan berubah apabila ditekan atau ditarik oleh sebuah gaya. Gambar 2.3. Sensor gaya FSS [5] Sensor gaya menerima gaya melalui bola stainless steel(gambar 2.3). Apabila sensor gaya diberi sebuah gaya, maka bola stainless steel tersebut akan secara langsung mempengaruhi silicon-implanted piezoresistor, dengan kata lain bola stainless steeltersebut akan mendeformasi silicon-implanted piezoresistor sehingga resistansinya akan berubah. Perubahan nilai resistansi pada silicon-implanted piezoresistor berbanding proposional dengan gaya yang diberikan pada sensor gaya. Perubahan nilai resistansi ini juga mempengaruhi tegangan output sensor gaya. Sensor gaya tersebut dapat menerima tegangan supply antara 3 Volt sampai 12 Volt, dengan tegangan supply typical 5 Volt. Gaya (F) yang dapat diterima antara 0 - 15 Newton atau setara dengan beban 0 - 1500 gr. Temperatur yang dapat ditoleransi adalah antara -40o Celcius sampai 85o Celcius. Sensor gaya bekerja berdasarkan prinsip jembatan wheatstone, dimana jembatan wheatstone berguna untuk mengukur hambatan dengan cara menyeimbangkan kedua sisi rangkaian jembatan bridge circuit. Gambar 2.4. Rangkaian skematik sensor gaya FSS[5] Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 Pada Gambar 2.4 pin 1 sebagai supply sedangkan pin 3 sebagai ground, sedangkan pin 2 dan 4 sebagai output positif dan negatif. berdasarkan rangkaian skematik nilai tegangan output dapat dirumuskan : …………… (2.2) Dimana: Vout = hasil Tegangan (V) Vin = tegangan input (V) R1 = hambatan 1 (ohm) R2 = hambatan 2 (ohm) R3 = hambatan 3 (ohm) R4 = hambatan 4 (ohm) Perubahan tegangan output terjadi karena pada saat sensor gaya menerima sebuah gaya, bola stainless steel akan mendeformasi resistor-resistor yang berada diantara pin-pin tersebut. Resistor-resistor tersebut adalah silicon-implanted piezoresistor sehingga apabila terdeformasi, maka resistansinya akan berubah dan tegangan output sensor gaya juga akan berubah [5]. 3. METODE PENELITIAN Perancangan sistem instrumentasi ini terdiri dari perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak (software) yaitu pemrograman mikrokontroller serta program monitoring LabVIEW. Perancangan mekanik terdiri atas rancangan konstruksi tempat berputarnya piringan aluminium yang digerakkan dengan Motor DC, dimana diatas piringan aluminium terdapat sensor optocoupler didalamnya untuk menghitung RPM yang dihasilkan oleh Motor DC serta timbangan neraca untuk menghitung besar gaya angkat magnet. Perangkat elektronika terdiri dari semua sistem elektronika seperti mikrontroler sebagai pengendali sistem, Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 sensor gaya untuk menghitung besar gaya angkat magnet, driver motor pengendali putaran Motor DC serta instrumentasi amplifier. Untuk perancangan perangkat lunak terbagi atas elemen antar-muka (interfacing) dengan menggunakan monitoring LabVIEW, serta untuk pemrograman mikrokontroler AVR Atmega8535 dengan menggunakan bahasa program BASCOM-AVR yang dilengkapi dengan komunikasi serial RS-232 dan pengendalian putaran Motor DC menggunakan teknik PWM dengan pengatur kecepatan yang dikendalikan melalui program monitoring LabVIEW dan mengukur besar gaya angkat magnet menggunakan sensor gaya. Berikut ini merupakan blok diagram sistem instrumentasi dari sistem pengukur kecepatan putaran vs gaya angkat secara keseluruhan. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Instrumentasi Pada Gambar 3.1 sistem menggunakan mikrokontroler atmega8535 sebagai pengendali, dimana sistem akan menggunakan komunikasi serial yang berguna untuk mengendalikan kecepatan motor dan mendisplaykan data yang diterima dari mikrokontroler. Mikrokontroler akan mengatur kecepatan motor yang dikendalikan oleh program monitoring LabVIEW melalui serial kemudian mikrokontroler akan mengatur melalui pwm sehingga kecepatan motor DC akan bervariasi. Kecepatan motor DC yang bervariasi akan dideteksi sensor optocoupler untuk mengetahui besar RPM yang dihasilkan oleh motor DC melalui port interrupt yang ada pada atmega8535. Dengan Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 RPM motor yang bervariasi maka akan mengakibatkan magnet neodymium terangkat keatas karena fenomena arus Eddy antara piringan aluminium dengan keping magnet. Gaya angkat magnet tersebut akan terbaca oleh sensor gaya dan data tersebut terbaca mikrokontroler melalui port adc, hasil dari RPM dan sensor gaya akan dikirim pada monitoring LabVIEW dan akan didisplay-kan melalui xy graph dan LCD. Dibawah ini dijelaskan bagaimana sistem penelitian yang telah dilakukan, dan sistem berjalan. Pada Gambar 3.2. merupakan sistem mekanik yang telah dibuat dalam penelitian ini. Gambar 3.2. Alat eksperimen gaya angkat magnet Sistem mekanik pada sistem instrumentasi ini terdiri atas motor DC untuk berputarnya piringan aluminium dan timbangan neraca yang terdapat sensor gaya. Pada perancangan system akan dipisah antara motor DC dan timbangan neraca, motor DC di-kopel menggunakan belt sehingga motor DC dapat berputar lebih cepat dibandingkan dengan piringan yang dikopel langsung pada motor DC. Timbangan neraca (sistem pengungkit) terdapat sensor gaya untuk mengukur gaya angkat magnet maka dari itu timbangan neraca akan dibuat dalam keadaan seimbang sehingga ketika magnet terangkat karena pengaruh piringan aluminium yang berputar, maka sensor gaya Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 akan mengukur gaya angkat magnet tersebut tanpa ada beban tambahan karena pengaruh timbangan yang tidak seimbang. 4 . HASIL PENELITIAN Dibawah dijelaskan hasil pengambilan data gaya angkat magnet yang ditimbulkan akibat RPM motor dc yang dikopel bersama dengan piringan aluminium. Setelah dilakukan pengerjaan keseluruhan sistem, maka perlu dilakukan pengujian alat serta penganalisaan terhadap alat, apakah sistem sudah bekerja sesuai yang diinginkan atau tidak. 4.1. Data Uji Linearilitas Sensor Gaya Linierisasi sensor gaya dilakukan dengan menggunakan beban antara 0 gr – 20 g, hal ini dilakukan untuk membuktikan kelinearilitas sensor yang digunakan sesuai dengan data sheet sensor. Gambar 4.1. Grafik uji linearilitas sensor gaya Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 4.2. Data besar medan magnet antara jarak piringan aluminium dengan keping Magnet Data antara jarak dengan magnet diambil dengan tujuan ingin mengetahui berapa besar medan magnet yang dihasilkan jika jarak antara piringan aluminium dengan magnet berbedabeda besar medan magnet. Gambar 4.2. Grafik jarak vs medan magnet 4.3. Data pengkonversian antara Vin Motor DC vs RPM Dengan memvariasikan besar supply motor DC peneliti dapat mengetahui berapa besar RPM yang dihasilkan dari tegangan supply yang dikendalikan oleh mikrokontroler dengan menggunakan pwm, sehingga data RPM tersebut dapat dibandingkan pada saat pengambilan data akhir antara RPM vs Gaya angkat magnet dan RPM yang terukur oleh mikrokontroler adalah benar. Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 Gambar 4.3. Grafik Tegangan input motor DC vs RPM 4.4. Data Pengujian Pengukuran RPM vs Gaya (Newton) Berikut merupakan data yang didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan secara langsung melalui sistem instrumentasi pengukuran gaya angkat magnetik pada piringan aluminium yang berputar. Gambar 4.4. Grafik RPM vs Gaya (Newton) Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 Gambar 4.5. Grafik monitoring pada LabVIEW 5. PEMBAHASAN Dibawah ini merupakan pembahasan data yang didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan secara langsung melalui sistem instrumentasi pengukuran gaya angkat magnetik pada piringan aluminium yang berputar. Pada Gambar 4.1. linierisasi sensor gaya dilakukan dengan menggunakan beban antara 0 gr – 20 g, tetapi dari gambar 4.2 nilai beban mulai dari 2,4 g. Beban tersebut dianggap nilai 1 g dikarenakan pada saat pengambilan data peneliti menggunakan sebuah lempengan datar untuk pengambilan data, karena pada bagian sensor gaya terdapat bentuk setengah bola yang mengakibatkan sulit untuk melakukan pengkalibrasian. Lempengan datar tersebut berfungsi pada saat penambahan beban posisi tekan pada sensor tidak berubah yaitu tetap pada posisi paling atas sensor, sehingga besar range beban yang diambil menjadi 2 g – 21 g. Linierisasi sensor gaya diambil pada range beban rendah antara 0 g – 20 g, dikarenakan peneliti sebelumnya telah melakukan linierisasi dengan range yang lebih besar yaitu 100 g – 1300 g dan melakukan pengambilan data secara manual. Pengambilan data secara manual diambil dengan cara memvariasikan besar tegangan suplai pada Motor DC yang telah dikopel piringan aluminium. Data yang didapat dengan memvariasikan besar suplai Motor DCdari 0V – 24V, ternyata gaya angkat yang terukur pada sensor gaya adalah kecil yaitu dibawah 100 g. Maka dari Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 itu peneliti melakukan pengkalibrasian ulang yang bermaksud agar data yang didapat lebih teliti dengan range 0 g – 20 g. Pada Gambar 4.2. pengukuran besar medan magnet ini menggunakan teslameter dengan skala 2000 sehingga nilai besar medan magnet yang terukur adalah nilai yang sebenarnya karena tanpa ada perhitungan untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya. Berikut merupakan grafik antara variasi jarak dengan variasi magnet. Dilihat dari hasil grafik pada Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak keping magnet terhadap piringan maka besar medan magnet yang dihasilkan juga semakin kecil. Jika jumlah keping magnet yang diukur makin banyak dengan jarak yang sama maka medan magnet yang dihasilkan semakin besar, tetapi jika jarak terhadap magnet divariasikan sampai dengan 5 cm maka besar medan magnetnya pun juga semakin kecil. Dari Gambar 4.3. Dengan menggunakan persamaan RPM = RPS * 60 , pengkonversian data dari RPS ke RPM diambil dengan tujuan untuk mengetahui berapa besar RPM yang dihasilkan dengan memvariasikan tegangan supply yang diberikan oleh motor. Dengan memvariasikan besar supply motor DC peneliti dapat mengetahui berapa besar RPM yang dihasilkan dari tegangan supply yang dikendalikan oleh mikrokontroler dengan menggunakan pwm, sehingga data RPM tersebut dapat dibandingkan pada saat pengambilan data akhir antara RPM vs Gaya angkat magnet dan RPM yang terukur oleh mikrokontroler adalah benar. Dari Gambar 4.3 dapat dilihat dimana pada tegangan dibawah 5 Volt tidak ada RPM yang terukur atau dapat dikatakan motor belum dapat berputar, dikarenakan tegangan yang diberikan belum mampu untuk melakukan putaran pada motor yang diakibatkan beban yang diberikan pada motor cukup besar. Beban pada motor tersebut berupa piringan aluminium yang dikopel menggunakan belt berbahan karet, sehingga belt yang mengikat piringan akan membuat beban pada motor semakin besar. Berdasarkan Gambar 4.4. grafik RPM vs Gaya maka didapatkan Fungsi transfer yang didapat sudah cukup linear karena diperoleh fungsi transfer sebagai berikut: Gaya = 5E-05RPM + 0,008 R² = 0,988 Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 dengan memperoleh nilai koefisien determinasi R² = 0,988 maka sistem dapat dikatakan cukup berhasil karena R² mendekati 1 dan data yang didapat jika semakin besar RPM maka akan semakin besar pula gaya angkat yang terukur pada sensor gaya walaupun terdapat kekurangan pada perancangan mekanik. Dengan demikian semakin besar gaya tekan yang diberikan kepada sensor gaya yang berarti gaya angkat magnet juga semakin besar dimana nilainya akan setara dengan gaya tekan yang diberikan kepada sensor gaya. Fenomena gaya angkat tersebut terjadi karena adanya arus Eddy yang ditimbulkan pada piringan aluminium yang berputar didalam medan magnet. Jika putaran aluminium makin tinggi maka arus Eddy yang terjadi antara piringan dengan magnet juga semakin besar yang mengakibatkan gaya tolak terhadap magnet juga yang menghasilkan gaya angkat yang terukur sensor gaya juga semakin besar. Dengan melakukan perhitungan menggunakan metode least square kesalahan relatif dari grafik Kecepatan Putar Piringan vs Gaya angkat dapat ditentukan. Didapat kesalahan relatif sebesar 14,51%. Kesalahan relatif tersebut mungkin didapat karena kecilnya nilai yang dihasilkan oleh sensor gaya, data sensor gaya yang dihasilkan cukup kecil dikarenakan kesalahan berada pada perancangan mekanik. Berdasarkan Gambar 4.4. data eksperimen yang ada sudah cukup stabil, namun sistem mekanik mengalami gangguan pada timbangan neraca. Kondisi tersebut akibat ketidakstabilan pada titik tengah pada timbangan neraca, dimana pada saat RPM tinggi timbangan neraca tergeser dari titik poros timbangan neraca sehingga data yang dihasilkan oleh sensor gaya tidak optimal. Perancangan mekanik yang diinginkan oleh peneliti adalah mengurangi gesekan pada konstruksi mekanik saat keeping magnet terangkat ketika kecepatan motor dipercepat karena bertujuan data yang didapatkan akan optimal tanpa ada kesalahan akibat gaya gesek tersebut. Data yang diperoleh melalui eksperimen sebenarnya sudah cukup akurat karena pengkalibrasian yang telah dilakukan sebelumnya. Proses pengkalibrasian sistem instrumentasi sudah cukup akurat, namun sistem mekanik yang kurang stabil pada timbangan neraca mengakibatkan data hasil eksperimen tidak optimal. Sistem pengukuran RPM di-standarkan dengan pengukuran frekuensi counter.Namun, sistem instrumentasi ini perlu dikalibrasi secara khusus dengan alat ukur atau instrumentasi lain yang lebih ditelusur secara akurat sedangkan pada sensor gaya yang digunakan mempunyai standar yang cukup baik jika dilihat dari datasheet sensor tersebut karena sudah di-standarkan melalui pabrikan. Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 6. KESIMPULAN Berikut merupakan kesimpulan dari hasil eksperimen yang dilakukan secara langsung melalui sistem instrumentasi pengukuran gaya angkat magnetik pada piringan aluminium yang berputar. 1. Sistem Instrumentasi pengukuran gaya angkat magnetik pada piringan aluminium yang berputar berbasis mikrokontroller dapat berfungsi dan dapat mengukur gaya angkat magnet. 2. Semakin besar RPM piringan aluminium maka akan semakin besar gaya angkat magnet yang ditimbulkan. Hal ini dibuktikan dengan fungsi transfer yang didapat dari grafik antara RPM vs Gaya yaitu: gaya = 5E-05RPM + 0,008, dengan nilai koefisien determinasi R² = 0,988 dimana didapatkan nilai R² yang mendekati 1, kemungkinan kesalahan berada pada bagian mekanik. 7. SARAN Pada proses pembuatan alat ukur gaya angkat magnet ini terdapat kekurangan yaitu pada bagian mekanik, dimana pada bagian timbangan neraca pada saat terjadi gaya angkat posisi timbangan neraca agak bergeser sehingga mengakibatkan kurang optimalnya pengukuran oleh sensor gaya dan merupakan salah satu poin terjadi kesalahan pengukuran. 8. DAFTAR ACUAN 1. Cara KerjaKwH Meter http://mohammadgavin.wordpress.com/2011/06/19/cara-kerja-kwh-meter/. dibukapada 07nov-2012 2. Prasetyo, budhi.2011. AnalisisdanPerancangan Rotor Pendingin Dynamometer. Ekspedisijurnal. Vol 7 No. 2. 57- 62 3. Halliday, D danResnick, R.1984. FisikaJilid 2, Edisiketiga. Jakarta: PenerjemahPanturSilabanPh.Ddan Drs. Erwin Sucipto, PenerbitErlangga (341-345). Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 4. Halliday, etc. 2009. Fundamental of Physic 8th edition (1008-1009). 5. www. all datasheet.com, dibukapada 10-sept-2012 6. Sensor OPTOCOUPLER, 2010 http://robotron-unm.blogspot.com/2010/03/sensor-optocoupler.html ,dibukapada 10-sept2012 7. Sensor optocoupler,2010. http://pe2nk87.wordpress.com/2010/12/13/sensor-optocoupler.html , dibukapada 10-sept2012 8. PrinsipKerjaOptocoupler. http://elektronikatea.blogspot.com/2010/12/prinsip-kerja optocoupler.htmldibukapada 10sept-2012. 9. Pulse Width Modulation (PWM), http://ini-robot.blogspot.com/2012/05/pulse-width-modulation-pwm.html ,dibukapada 10sept-2012 10. PWM (Pulse Width Modulation, 2011. http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article &id=820:pwmpulse-width-modulation&catid=15:pemrosesan-sinyal&Itemid=14dibukapada 2012 11. Linda,dkk. 2011. Mengamatikarakteristik motor dc 12. Giancoli, Dauglas.C. 2005. Physic 6 th edition (195). Sistem instrumentasi..., Ika Wulandari, FMIPA UI, 2012 10-sept-