kumur-kumur kombucha tea dapat menurunkan jumlah

advertisement
TESIS
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN
JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT,
MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS
MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA
PENDERITA KARIES
KADEK LUSI ERNAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN
JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT,
MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS
MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA
PENDERITA KARIES
KADEK LUSI ERNAWATI
NIM 1290761032
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN
JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT,
MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS
MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA
PENDERITA KARIES
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
KADEK LUSI ERNAWATI
NIM 1290761032
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 22 JANUARI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. dr. ID Made Sukrama, M.Si., Sp.MK (K)
NIP. 195810101987021001
Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro
NIP. 196404171996011001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS
NIP. 194612131971071001
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada tanggal 22 Januari 2015
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No.29/UN14.4/HK/2015
Tanggal, 2 Januari 2015
Ketua: Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si., Sp. M.K (K)
Anggota:
1.
2.
3.
4.
Dr. dr. Bagus Komang Satriayasa, M.Repro
Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And
Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si
dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, Sp., MK., PhD
surat plagiat
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp.MK (K) selaku pembimbing utama yang
memberikan ide, gagasan, saran dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
penyusunan tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan juga kepada Dr.
dr Komang Bagus Satriyasa selaku pembimbing kedua yang telah memberikan masukan dan
meluangkan waktu untuk membimbing.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr.
Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.
Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan kepada Prof. Dr. dr.
Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Program Magister Ilmu Biomedik Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Kepala Bagian Mikrobiologi Universitas Udayana yaitu Dr. dr Sri
Budayanti Sp.MK atas fasilitas laboratorium yang diberikan kepada penulis. Pada
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada para penguji tesis, yaitu Prof.
Dr. dr. J. Alex Pangkahila, MSc., Sp.And, Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si, dr Ni
Nengah Dwi Fatmawati, Sp.MK., PhD. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,
dan koreksi sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Udayana atas bantuan,waktu dan semangat yang telah diberikan
kepada penulis selama melakukan penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dekan
fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, drg PA.Mahendri
M.Kes.,FISID atas kesempatan yang diberikan dan dukungan material yang telah diberikan
oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas mahasaraswati Denpasar. Terimakasih kepada
Direktur RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas mahasaraswati Denpasar atas
berkenannya beliau memberikan kesempatan pengambilan sampel dalam rangka penelitian
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang penulis
sayangi I Nyoman korim dan Ni Nyoman Sulastri yang telah membesarkan, mendidik,
memberikan dukungan moril dan materiil dengan penuh kasih sayang. Terimakasih buat
suami tercinta I Made Mustika yang memberikan dukungan dan semangat, terimakasih
kepada kedua putri tercinta Putu Gita Ginantri dan kadek Dyah Savitri Antari Laksmi yang
telah sempat memberikan kebahagian dan semangat. Terimakasih untuk teman-teman yang
telah membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
anugrah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis
ini.
ABSTRAK
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH
KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH
BAKTERI STREPTOCOCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA
PADA PENDERITA KARIES
Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan yang
tinggi. Bakteri yang merupakan flora dalam mulut dapat berpotensi menyebabkan
karies dengan menghasilkan produk asam yang mampu mendemineralisasi email gigi.
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut yang
menentukan naik dan turunnya pH. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari dapat menurunkan koloni
bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans, dan
meningkatkan pH saliva pada penderita karies.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental Randomized pretest
–posttest control group design, digunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan dengan jumlah sampel 13 orang untuk masing-masing
kelompok. Kelompok kontrol berkumur dengan aquadest steril dan kelompok
perlakuan berkumur dengan kombucha tea hasil fermentasi 10 hari.
Hasil analisis kemaknaan dengan Uji T-paired menunjukkan setelah berkumur
kombucha tea hasil fermentasi 10 hari terjadi penurunan signifikan jumlah koloni
bakteri rongga mulut (p<0,05). Rerata jumlah bakteri S.mutans setelah diberi
perlakuan (berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari), menurun secara
bermakna (p<0,05). Rerata pH saliva pada kelompok kontrol sebelum dan setelah
diberi perlakuan hasil tidak berbeda (p>0,05), sedangkan kelompok perlakuan antara
sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan hasil berbeda bermakna (p<0,05), yang
berarti terjadi peningkatan pH saliva setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi
10 hari.
Simpulan dari penelitian ini adalah berkumur kombucha tea dengan
fermentasi 10 hari dapat menurunkan koloni bakteri rongga mulut, menurunkan
jumlah bakteri S.mutans, dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan mekanisme kombucha tea dalam
menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri S.
Mutans dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies.
Kata kunci: koloni bakteri rongga mulut, Streptococcus mutans, pH saliva, kombucha
tea
ABSTRACT
RINSING WITH THE KOMBUCHA TEA CAN REDUCE THE NUMBER OF
BACTERIA COLONY OF THE ORAL CAVITY, REDUCE THE NUMBER
OF BACTERIA OF STREPTOCOCCUS MUTANS AND INCREASE THE
SALIVARY pH OF CARIES PATIENTS
Dental caries is an endemic disease with a high prevalence and severity.
Bacteria, which are the flora in the mouth, can potentially cause caries by producing
acid capable of demineralizing of tooth enamel. Saliva is a regulatory factor of the
condition of acids and bases in the mouth that determines the increase and the decline
of pH. This study aims to prove that kombucha tea rinsing with fermentation time of
10 days can reduce oral bacteria colonies, decrease the number of Streptococcus
mutans, and increase the pH of saliva in patients with caries.
This study design is was eksperimental Randomized pretest posttest.The
research used two groups: the control group and the treatment group with participants
of 13 people for each group. The control group rinsed with sterile distilled water and
the treatment group rinsed with a 10-day fermented kombucha tea.
The results of the analysis of significance with paired T-test showed the
number of bacteria colonies of the oral cavity decreased after rinsing with 10 days
fermented kombucha tea (p <0.05) .The mean of S. mutans bacteria after treated
(rinse 10 days fermented kombucha tea) significantly decreased (p <0.05). The mean
pH of saliva in the control group before and after the treatment, was not different (p>
0.05), while the treatment group, before or after treatment, was significantly different
(p <0.05), which means an increase in the pH of saliva after rinsing 10 days
fermented kombucha tea.
It can be drawn a conclusion from the research that to rinse with kombucha
tea with a 10-day fermentation can reduce the oral bacteria colonies, decrease the
number of bacteria of Streptococcus mutans, and increase the pH of saliva in patients
with caries. Further research is needed to determine the mechanism of kombucha tea
in reducing the number of colonies bacteria of the oral cavity, lowering the S.mutans
bacteria and increase the pH saliva in patients with caries
Keywords: bacterial colonies of the oral cavity, Streptococcus mutans, the pH of
saliva, kombucha tea
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan ............................................................................................
i
Lembar Prasyarat Gelar .............................................................................. ii
Lembar Persetujuan ……………………………………………………… iii
Penetapan Panitia Penguji ……………………………………………….. iv
Surat Pernytaan Bebas Plagiat …………………………………………… v
Ucapan Terima Kasih ................................................................................. vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Abstract ....................................................................................................... viii
Daftar Isi...................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ............................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Karies ...................................................................................... 8
2.1.1 Klasifikasi karies gigi ................................................... 8
2.2 Flora Normal rongga mulut .................................................... 9
2.2.1 Streptoccocusmutans .................................................... 10
2.2.1.1 Klasifikasi Streptoccocusmutans ...................... 12
2.2.1.2 Virulenfaktor Streptoccocusmutans ................. 12
2.2.1.3 Peran Streptoccocusmutans terhadap
Pembentukan karies........................................ 15
2.2.2 Lactobacilussp .............................................................. 16
2.3 Saliva ...................................................................................... 17
2.3.1 Komposisi saliva .......................................................... 17
2.3.2 pH saliva ...................................................................... 18
2.4 Kombucha Tea ....................................................................... 20
2.4.1 Sejarah .......................................................................... 20
2.4.2 Kultur kombucha tea .................................................... 21
2.4.3 Fermentasi kombucha tea ............................................ 22
2.4.4 Kandungan kombucha tea ............................................ 22
2.4.5 Manfaat kombucha tea ................................................. 26
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN .............................................................................. 27
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................... 27
3.2 Konsep Penelitian ................................................................... 28
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 29
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 30
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................. 30
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 31
4.2.1 Lokasi............................................................................ 31
4.2.2 Waktu penelitian ........................................................... 31
4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................... 31
4.3.1 Sampel .......................................................................... 31
4.3.2 Besar sampel ................................................................. 32
4.4 Variabel Penelitian .................................................................. 33
4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel ............................. 33
4.4.2 Hubungan antar variabel ............................................... 34
4.5 Definisi Operasional Variabel................................................. 35
4.6 Bahan Penelitian ..................................................................... 36
4.7 Instrumen Penelitian ............................................................... 37
4.8 Prosedur Penelitian ................................................................. 39
4.8.1 Pembuatan kombucha Tea ........................................... 39
4.8.2 Pembuatan media ......................................................... 39
4.8.3 Tahap persiapan sampel ................................................ 40
4.9 Protokoler Penelitian ............................................................... 41
4.9.1 Pembiakan bakteri......................................................... 43
4.10 Alur Penelitian ...................................................................... 46
4.11 Analisis Data ........................................................................ 47
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 48
5.1 Uji Normalitas Data ................................................................ 48
5.2 Uji Homogenitas Data............................................................. 49
5.3 koloni Bakteri Rongga Mulut ................................................. 49
5.3.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 49
5.3.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 50
5.3.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok ....... 51
5.4 Jumlah Bakteri S.mutans ......................................................... 52
5.4.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 52
5.4.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 53
5.4.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok....... 54
5.5 pH Saliva................................................................................. 55
5.5.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 55
5.5.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 56
5.5.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok....... 57
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................................... 59
6.1 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari
Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Rongga Mulut
Pada Penderita Karies ............................................................ 59
6.2 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari
Menurunkan Jumlah Bakteri S.mutans Pada Penderita
Karies ..................................................................................... 62
6.3 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari
Meningkatkan pH Saliva Pada Penderita Karies ................... 67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 69
7.1 Simpulan ................................................................................. 69
7.2 Saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 70
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino Pada Kombucha Kering .................... 24
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Rongga mulut,
Koloni Streptococcus mutans, dan pH Saliva ............................... 48
Tabel 5.2 Homogenitas data Koloni Bakteri Rongga mulut,
Koloni Streptococcus mutans, dan pH Saliva .............................. 49
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata koloni Bakteri rongga mulut antar
Kelompok Sebelum perlakuan berkumur kombucha tea ............. 50
Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Bakteri rongga mulut antar
Kelompok sesudah perlakuan berkumur kombucha ..................... 51
Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Bakteri rongga mulut antar kelompok
Sebelum dan sesudah perlakuan berkumur kombucha tea
Pada Masing-masing Kelompok ................................................... 52
Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Koloni Streptococcus mutans antar
Kelompok Sebelum perlakuan berkumur kombucha tea .............. 53
Tabel 5.7 Perbedaan Rerata koloni Sreptococcus mutans Antar
Kelompok Sesudah Perlakuan berkumur kombucha tea ............ 54
Tabel 5.8 Perbedaan Rerata Koloni Sreptococcus mutans Antar
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan berkumur
kombucha tea ................................................................................ 55
Tabel 5.9 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sebelum
Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................................. 56
Tabel5.10 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................................. 56
Tabel5.11Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sebelum
Sesudah Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 MorfologiStreptococcus mutans ............................................. 11
Gambar 2.2 Tahap-TahapAderensiStreptococcus mutas ............................ 14
Gambar 2.3 Lactobacilus ............................................................................ 16
Gambar 2.4 Starter Kombucha .................................................................... 20
Gambar 2.5 FermentasiKombucha .............................................................. 22
Gambar 2.6 Struktur Kimia Kombucha Tea .............................................. 23
Gambar 4.1 RancanganPenelitian ............................................................... 30
Gambar 4.2 HubunganAntarVariabel ......................................................... 34
Gambar 4.3 AlurPenelitian.......................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearence .................................................................... 75
Lampiran 2 Inform consendan Ethical clearance ........................................ 76
Lampiran 3 Hasil Penelitian Pendahuluan .................................................. 84
Lampiran 4 Hasil Penelitian ........................................................................ 90
Lampiran 5 Analisis data ............................................................................ 99
Lampiran 6 Hasil uji Fitokimia .................................................................. 105
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh
lainnya. Asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh masuk melalui mulut dan
dikunyah oleh gigi geligi sehingga kerusakan pada gigi geligi akan mempengaruhi
kesehatan secara umum .
Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan yang
tinggi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) Kementrian Kesehatan
(2013), 25,9 % penduduk Indonesia mempunyai masalah terhadap gigi dan mulut
dan 68,9% tidak dilakukan perawatan.
Karies gigi merupakan kerusakan dari jaringan kalsium yang disebabkan oleh
aksi dari mikroorganisme dalam memfermentasi karbohidrat.Hal itu ditandai oleh
demineralisasi dari mineral enamel dan dentin diikuti oleh disintegrasi material
organik.Lesi yang mendekati pulpa, dapat menyebabkan reaksi dari dentin dan pulpa
(kemungkinan menyebabkan sakit), jika ada invasi bakteri ke dalam pulpa, dapat
menyebabkan kematian pulpa. Pulpa yang nekrotik akan menyebabkan beberapa
perubahan pada jaringan periapikal (Kidd dan Smith, 1990).
Karies terjadi bukan disebabkan oleh karena satu kejadian saja seperti
penyakit menular lainnya, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama
beberapa kurun waktu. Keyes dan Jordan pada tahun 1960 an menyatakan bahwa
1
karies terjadi karena multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab karies. Ada tiga faktor utama yangmemegang peranan yaitu : (1) faktor
host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga
faktor utama ini dipengaruhi oleh waktu.Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap
faktor harus saling mendukung yaitu gigi yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Finnet al., 2006).
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut
yang menentukan naik dan turunnya pH. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran
saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva (Sari, 2009). Penelitian
yang dilakukan oleh Suwanto 2005, ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto, 2005)
Bakteri yang merupakan flora dalam mulut dapat berpotensi menyebabkan
karies dengan menghasilkan produk asam yang mampu mendemineralisasi email gigi.
Untuk memperlihatkan bakteri yang spesifik dalam karies gigi sangatlah sulit karena
menunjukkkan kompleksitas dan variabelitas plak flora.Lactobacilus merupakan flora
normal pada manusia, hewan, bagian hijau tumbuhan, makanan, hasil peternakan
terutama yang mengandung susu dan hasil fermentasi. Pada manusia terdapat pada
mulut, vagina, dan usus manusia, spesies yang paling sering ditemukan pada rongga
mulut yaitu: L.casei, L.fermentum, dan L.brevis. Bakteri Lactobacilus berhungan erat
dengan karies gigi setelah bakteri kariogenik lain yaitu Streptococcus mutans,
merupakan spesies bakteri yang paling dominan dalam mulut sebagai bakteri
penyebab utama terjadinya karies gigi
.BakteriStreptococcusmutans selalu ada
dalamsetiap keadaan karies (Loesche,1986), danLactobacilus berperan dalam proses
kelanjutan dan perkembangan karies,sehingga bakteri ini telah menjadi target utama
dalam upaya mencegah terjadinya karies gigi (Kidd danBechal, 1992; Hurlbuttet al.,
2010).
Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggiatkan penggunaan obat-obat
herbal sebagai obat alternatif sebagai pengganti atau pendamping obat berbahan
kimia. Penelitian terhadap bahan herbal sangat diperlukan untuk mendapatkan data
yang akurat untuk menunjang hal tersebut, sehingga banyak dikembangkan produk
kesehatan yang berasal dari herbal yang mempunyai efek anti bakteri, salah satunya
adalah teh kombucha (Naland,2008).
Kombucha adalah jamur teh yang berasal dari Asia Timur dan tersebar ke
Jerman melalui Rusia sekitar abadke - 20, sebagai penyembuh berbagai macam
penyakit.Jamur kombucha merupakan membrane jaringan jamur yang bersifat
gelatinoid dan liat, serta berbentuk piringan datar. Kombucha hidup dalam jaringan
nutrisi teh -gula yang tumbuh dengan cara germinasi. Pada mulanya,piringan jamur
tumbuh meluas pada permukaan teh lalu menebal.Bila dirawat secara benar,jamur ini
akan tumbuh pesat dan sehat, sehingga akan hidup sepanjang umur pemilik serta
keturunannya. Kombucha tea(teh kombucha)merupakan produk minuman tradisional
hasil fermentasi larutan teh dan gula dengan menggunakan starter mikroba kombucha
(Acetobacter xylium dan beberapa jenis khamir)dan difermentasi 8-12 hari
(Silaban,2009).
Kombucha berfungsi sebagai penyembuh terhadap berbagai macam penyakit,
ini telah digunakan berulang kali dirumah tangga di berbagai negara Asia. Jamur
tersebut terdiri dari gelatinoids serta membran jamur yang liat dan berbentuk piringan
bulat serta hidup dalam lingkungan nustrisi teh manis yang akan tumbuh secara
berulang sehingga membentuk susunan piringan berlapis. Piringan pertama akan
tumbuh pada lapisan paling atas yang akan memenuhi lapisan, kemudian disusul oleh
pertumbuhan piringan berlapis-lapis dibawahnya yang akan menebal. Perawatan
jamur secara benar akan membuat jamur tumbuh secara pesat dan sehat(Naland,
2008).
Selama proses fermentasi dan oksidasi
berlangsung, terjadi bermacam-
macam reaksi pada larutan teh manis secara asimilatif dan disimilatif. Jamur teh
memakan gula, dan sebagai gantinya jamur memproduksi zt-zat yang bermanfaat
dalam minuman tersebut seperti asam glukorunat, asam laktat, vitamin, asam amino,
antibiotik, serta zat-zat lain (Naland,2008).
Telah banyak penelitian tentang teh kombucha diantaranya oleh Rahayu dan
Rahayu (2009) tentang uji anti jamur kombucha coffe terhadap Candida albicans
danTrycophiton mentagrophytes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kombucha
Coffee mempunyai potensi antijamur terhadap Tricophyton mentagrophytes dan
Candida albicans.Milanda dkk.(2005) meneliti isolasi dan identifikasi salah satu
senyawa fraksi kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela
typhi. Hasil penelitian menunjukkan teh kombucha memberikan aktifitas antibakteri,
dan fraksi yang memberikan aktivitas anti bakteri adalah fraksi etil asetat. Peniliti
selanjutnya Aryadnyani (2010), meneliti Peningkatan waktu fermentasi kombucha tea
meningkatkan daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro, dan
didapatkan hasil bahwa fermentasi 10 hari, 14 hari, dan 18 hari adalah waktu
fermentasi yang baik dalam aktifitas anti bakteri ini.
Dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan secara in vitro, kombucha
fermentasi 10 hari mempunyai daya hambat lebih besar daripada kombucha
fermentasi 14 hari terhadap bakteri S.mutans. Penelitian yang dilakukan terhadap
beberapa sampel, menunjukkan 15 menit setelah berkumur kombucha tea dapat
menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut dan menurunkan jumlah
bakteri S.mutans (Ernawati, 2014)
Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa
kombucha mempunyai daya sebagai antibakteri, sehingga peneliti berkeinginan untuk
meneliti efek kombucha dalam media teh (kombucha tea)dalammenghambat
pertumbuhan bakteridanmeningkatkan pH salivapadapenderita karies gigi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas, maka dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari menurunkan jumlah
koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies?
2. Apakah berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari menurunkan jumlah
bakteri S.mutans pada penderita karies?
3. Apakah
berkumur
kombucha
teahasil
fermentasi
10
hari
meningkatkanpHsaliva pada penderita karies?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikanefektifitaskombucha tea
dalammencegah karies.
1.3.2
Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk membuktikan berkumur dengan kombucha teahasil fermentasi 10 hari
dapat menurunkan koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi.
2. Untuk membuktikan berkumurkombucha teahasil fermentasi 10 hari dapat
menurunkan jumlah bakteri S.mutansrongga mulut padapenderita karies gigi.
3. Untuk membuktikan berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari dapat
meningkatkan pH rongga mulut pada penderita karies gigi.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademik
1. Dapat memberikan kontribusi ilmiah bidang functional food khususnya efek
kombucha tea sebagai antibakteri dan meningkatkan pH rongga mulut yang
asam.
2. Dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut
1.4.2 Manfaat praktis
Dapat diinformasikan kepada masyarakat luas, bahwa ada minuman kesehatan
yang efisien dan murah untuk mencegah karies gigi .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian dari makanan dan
email. Mikroorganisme mengubah sisa-sisa makanan yang tersisa pada gigi menjadi
senyawa asam. Senyawa asam inilah yang mengikis lapisan email gigi dan
menghilangkan mineral-mineral yang ada di gigi (Kiddetal., 2005).
Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya karies
yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Faktor-faktor tersebut bekerja sama
dan saling mendukung stu sama lain. Bakteri akan memfermentasikan karbohidrat
(misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan penurunan pH
dalm waktu1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Pada menit ke 30-60 maka pHakan kembali
normal sekitar 7, dan jika penuruna pH ini terjadi secara terus menerus maka akan
terjadi demineralisasi pada permukaan gigi (Soesilo, 2005).
2.1.1 Klasifikasi karies gigi
Tarigan
(2006),
menyatakan
bentuk-bentuk
diklasifikasikan berdasarkan kedalaman karies gigi yaitu
dan
letak
karies
gigi
1. Karies superfisialis
8
Karies yang sudah mengenai email, sedangkan bagian dentin belum
terkena.
2. Karies media
Karies yang
sudah mengenai bagian dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin atau
belum mengenai pulpa gigi.
3. Karies profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan masih selapis
dentin.
2.2 Flora Normal Rongga Mulut
Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir/mukosa manusia yang sehat maupun sakit.Pertumbuhan flora normal
pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat
penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai
peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal apada bagian
tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal dapat
menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari
habitat yang semestinya (Jawetz et al., 2012).
Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam
mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan
atau minuman. Tetapi tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di
dalam rongga mulut mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti
bakteri yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan berkompetisi dengan bakteri flora
normal di rongga mulut untuk dapat berkembang pada lingkungan tersebut (Caranza
and Newman, 2002).
Lebih dari 700 taxon bakteri ditemukan di dalam rongga mulut, tetapi tidak
semua spesies ada pada setiap rongga mulut orang, pada beberapa kondisi bakteri
tersebut dapat menyebabkan infeksi seperti karies dan penyakit periodontal
(Forsstenetat., 2010).
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor
predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut
akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada
email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetzetal, 2012).
2.2.1 Streptococcus mutans
Merupakan bakteri gram positif ,facultative anaerob. Bakteri ini pertama kali
diisolasi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecendrungan berbentuk coccus
dengan formasi rantai panjang apabila ditanam dalam medium yang diperkaya seperti
Brain Heart Infusion(BHI) Broth, sedangkan berbentuk rantai pendek bila ditanam
dalam
media
agar,
katalase-negatif,
dan
non
motile
(Hamada,
1980).
S.mutanstermasuk jenis bakteri golongan Streptococcusα-hemoliticus secara normal
dapat ditemukan dalam rongga mulut dan saluran napas bagian atas (Jawetz etal,
2012).
Bentuk oval dengan berdiameter kurang dari 0,5-0,75 µm, tanpa alat gerak
(non motile). Tumbuh optimal pada suhu 37◦C, untuk permulaan isolasi S.mutans
biasanya menggunakan medium mitis bacitracin (MSB) agar yang mana
menggabungkan sukrosa, bacitracin, dan potassium tellurite.S.mutans yang tumbuh
pada media mitis Salivarius memperlihatkan bentuk koloni hijau berdiameter 0,51,5mm, cembung, warna biru tua,
dan pada pinggiran koloni kasar dan berair.
S.mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anerob, bakteri ini memerlukan 5% CO 2
dan 95 % Nitrogen, serta memerlukan amonia sebagai sumber Nitrogen agar dapat
bertahan hidup dalam plaq yang tebal (Nolte, 1982).
Gambar 2.1 Morfologi S.mutans (Manton,2010)
2.2.1.1 Klasifikasi S.mutans
Pada analisis DNA, kandungan guanine (G) dan sitisin (C) berbeda-beda,
karena itu secara genetik S.mutanssangat heterogen, walaupun fenotipnya sama. Atas
dasar kandungan guanine dan sitosin yang terdapat dalam DNA nya strain ini
dikelompokkan menjadi tujuh genotip yaitu Streptococcus cricetus, Streptococcus
ratus, S.mutans, Streptococcus macacae, Streptococcus ferus, Streptococcus
sobrinus, Streptococcus downei (Roeslan, 2001).
Komposisi dinding sel S.mutansmenunjukkan adanya variasi genotip dalam
hal pola isozim, aldolase, invertase, glukosiltransferase, reaksi biokimia, bahkan
morpHologinya (Newbrun, 1989). Pada tahun 1970 , Bratthal berhasil menentukan
lima serotipe Streptoccus mutansyaitu a,b, c, d dan e , dan kemudian Perch dan
kawan-kawannya mengidentifikasi serotipe f dan g. Pada kera, telah diidentifikasi
serotype c yang disebut Streptococcus macace oleh Beighton dan koleganya pada
1988. Pada tahun 1988, Whiley dan kawan-kawannya menemukan strain baru
Streptococcus downei yang disebut serotype h. Kedelapan serotype ini ditentukan
berdasarkan struktur antigennya yang spesifik dan komposisi dinding selnya sehingga
dapat dibedakan serologi, genetik dan biokimia (Newbrun, 1989).
2.2.1.2 Faktor VirulenStreptococcus mutans
Kemampuan bakteri Streptococcus mutansdalam mengekspresikan berbagai
faktor virulensi merupakan patogen utama dalam keterlibatan karies. Faktor-faktor
virulensi yang terdapat pada Streptococcus mutans antara lain: adhesin yang memiliki
fungsi melekatkan Streptococcusmutans secara awal pada pelikel di permukaan gigi
melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam ko-agregasi dengan bakteri lain
glukositransferase yang berfungsi mensintesa sukrosa menjadi adhesive glukan, dan
glukan binding protein yaitu interaksi Streptococcus mutans dengan glukan. Faktor
virulensi inilah yang menyebabkan S.mutans tahan hidup dalam biofilm. Menurut
Hutagalung (2010), tahap-tahap adherensi Streptococcus mutans adalah:
Tahap I:Transportasi ke Permukaan
Tahap ini merupakan transportasi awal bakteri ke permukaan.Kontak acak
mungkin terjadi, misalnya melalui gerak Brown (perpindahan rata-rata 40 µm/h),
melalui sedimentasi melalui cairan (beberapa kali lebih cepat dari difusi), atau
melalui gerak aktif bakteri (aktivitas kemotaktik).
Tahap II: Adhesi Awal
Hasil tahap kedua dibalik awal adhesi dari bakteri, yang diawali oleh interaksi
antara bakteri dan permukaan dari jarak tertentu (50nm) melalui gaya jangka panjang
dan jangka pendek.
Tahap III: Perlekatan
Setelah adhesi awal antara bakteri dan permukaan akan dibentuk oleh
interaksi spesifik (kovalen, ion atau hidrogen) setelah kontak langsung dengan atau
menjembatani oleh ekstraseluler berserabut (dengan panjang sampai 10nm). Ikatan
seperti itu ditengahi oleh komponen protein ekstraseluler spesifik organisme
(adhesins) dan saling melengkapi reseptor pada permukaan dan spesies-spesifik.
Pelikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin,
histidin-kaya protein, enzim -amilase, dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul
dari pelikel (misalnya, prolin-kaya protein) jelas mengalami perubahan yang sedang
terjadi ketika mereka melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah tersedia.
Tahap IV: Kolonisasi
Pada tahap ini mikroorganisme yang melekat erat mulai tumbuh dan sel-sel
baru dibentuk tetap erat, sebuah biofilm dapat berkembang.Mulai dari sekarang,
peristiwa-peristiwa baru yang terlibat, karena koneksi inbakterial (ko-agregasi) dapat
terjadi. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga
perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah
dan lebih sering terjadi.
Gambar 2.2. Tahap-tahap aderensi Streptococcusmutans
(Hutagalung, 2010)
2.2.1.3 Peran Streptococcus mutans terhadap pembentukan karies
S.mutans merupakan agen penyebab utama karies pada manusia.Kemampuan
bakteri ini melekat pada permukaan gigi merupakan hal terpenting bagi
perkembangan karies.Sukrosa dari makanan dapat digunakan S.mutans untuk
meningkatkan koloninya dalam rongga mulut.S.mutans mempunyai dua enzim pada
dinding selnya yang dapat membentuk dua macam polisakarida ekstraseluler dari
sukrosa. Fruktosa (levan) dihidrolisis
olehenzimfructosyltransferase dan glukosa
(dekstran) dihidrolisis oleh enzim glucosyltransferase (Willett et al., 1991).
Patogenesis S.mutans terjadi melalui erosi hidroksiapatit seperti mineral dari
enamel oleh asam laktat yang merupakan hasil akhir metabolik dari pertumbuhan
bakteri. Konsentrasi destruksi yang signifikan dari asam ini membutuhkan akumulasi
yang banyak dari Streptococcus asidogenik dalam plak gigi. Proses akumulasi
diawali oleh aktivitas extracellular glucosyltransferase (GTF) yang beberapa
disekresikan oleh S.mutans. Dengan keberadaan sukrosa, GTF mensintesa beberapa
bentuk glukan ekstrakseluler dengan berat molekular tinggi. Polimer glukosa ini akan
membantu agregasi dariStreptococcuslainnya melalui interaksi protein ikatan glukan
(glucan binding protein). S.mutans merupakan penghasil asam laktat yang paling
banyak dalam proses akumulasi ini meskipun pH yang rendah dari bakteri lainnya
juga memberikan kontribusi (Roeslan, 2001).
Pembentukan dekstran sangat penting artinya dalam kaitannya dengan sifat
kariogenik bakteri ini. Dekstran ini merupakan polimer yang terdiri dari ikatan
glukosa a(1→3) dan a(1→6 ). Pembentukan a(1→3) ini sangat lengket dan seperti
detergen sehingga tidak larut air.Kolonisasi S.mutans yang dilapisi dekstran dapat
menurunkan sifat saliva sebagai pelindung dan antibakteri pada permukaan
gigi.Secara fisik dekstran dapat menghambat difusi asam ke dalam saliva, akibatnya
terjadi lokalisasi produk asam dengan konsentrasi yang tinggi pada permukaan
enamel. Asam ini akan menurunkan pH rongga mulut sehingga mampu menyebabkan
demineralisasi enamel. Apabila terjadi terus menerus akan memicu terjadinya
dekalsifikasi dentin dan mempercepat terjadinya karies gigi (Roeslan, 2001)
2.2.2 Lactobacillus sp
Lactobacillus adalah genus bakteri gram positif, anaerob fakultatif atau
mikroaerofilik . Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri
asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat merubah
laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan bakteri ini umum terdapat
pada manusia dan tidak membahayakan bagi kesehatan.Pada manusia merupakan
flora normal yang terdapat pada vagina, sistem pencernaan, dimana mereka
bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora normal usus.Banyak spesies
dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang baik.
Pruduksi asam laktatnya membuat lingkungan bersifat asam dan menganggu
pertumbuhan beberapa bakteri merugikan (Jawetz, 2005 ).
Gambar 2.3.Lactobacillus(Hart et al., 1997).
2.3 Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan
ekosistem di dalam rongga mulut. Saliva merupakan hasil sekresi dari beberapa
kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
mayor yang meliputi kelenjar parotid, submandibular, dan sublingual, sedangkan sisa
7% lainnya disekresikan oleh kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar bukal,
labial,
palatinal,
glossopalatinal,
dan
lingual.
Kelenjar-kelenjar
minor
ini
menunjukkan aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai
peranan yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama
pada waktu malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor bersifat
inaktif (Nancy,2008).
2.3.1 Komposisi saliva
Saliva terdiri dari 99% air, dan komposisi saliva yang disekresi oleh kelenjar
salivarius dapat dibedakan menjadi komponen anorganik dan komponen organik.
Nilai komponen sangat bervariasi tergantung dari faktor-faktor berikut antara lain :
sifat dan besar stimulus, keadaan psikis, diet, kadar hormon, Irama siang dan malam,
gerak badan dan obat yang dikonsumsi. Komponen anorganik saliva terutama adalah
elektrolit dalam bentuk ion, antara lain : Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO 3 - dan fosfat.
Ion Na+, K+ mempunyai konsentrasi tertinggi di dalam saliva.Ion Cl- merupakan
komponen penting untuk aktivitas enzim amilase. Kalsium dan fosfat dalam saliva
penting untuk remineralisasi email dan berperan pada pembentukan plak bakteri dan
karang gigi Rodanida atau thiocynate (CNS-) sebagai antibakteri dalam kerjasama
dengan sistem laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting di dalam
ludah (Amerongen, 1991).
Komponen organik saliva terutama tersusun oleh protein, musin, ureum, asam
lemak, glukosa, asam amino, dan sejumlah kecil lipida. Produk-produk ini tersusun
tidak hanya dari kelenjar ludah, akan tetapi juga berasal dari sisa makanan dan hasil
pertukaran zat bakterial. Musin merupakan protein yang mempunyai molekul tinggi
yang terikat oleh rantai hidrat arang pendek, oleh karena strukturnya yang
memanjang dan sifatnya yang dapat menarik air sehingga membuat saliva menjadi
pekat (Amerongen, 1991)
2.3.2 pH saliva
Derajat keasaman suatu larutan dinyatakan dengan pH untuk larutan yang
netral sama dengan 7 dan turun dengan naiknya kekuatan asam pH<7, suatu larutan
adalah basa pada pH>7. Derajat keasaman suatu cairan adalah penting (Amerongen,
1991).Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan
kapasitas bufer. Dalam keadaan normal, pH saliva berkisar antara 6,8-7,2 bergantung
pada perbandingan antara asam dan basa konjugat yang bersangkutan (Armand,
2011).
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam rongga
mulut yang menentukan naik dan turunnya pH rongga mulut. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata
kecepatan aliran saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva
(Prasetya, 2008). Hasil metabolisme karbohidrat oleh mikroorganisme dalam rongga
mulut juga akan menghasilkan asam yang akan memicu proses demineralisasi enamel
dan dentin, sehingga akan memicu terjadinya karies (Stooky, 2008).
Penurunan pH saliva dapat meningkatkan frekuensi karies gigi. Derajat
keasaman (pH) pH saliva yang rendah optimum untuk pertumbuhan bakteri,
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik, sedangkan padapH saliva yang
tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi (Soesilo, 2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Suwanto 2010, ada hubungan yang bermakna
secara statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto,
2010).pH saliva yang berdasarkan jumlah elemen gigi berkaries menunjukkan
semakin banyak jumlah gigi yang karies, semakin asam pH salivanya. Hoewen
mengatakan meningkatnya mikroorganisme berbanding lurus dengan penurunan pH
saliva dengan adanya sifat darimikroorganisme yaitu menghasilkan asam dan
berkembang biak dengan baik pada suasana asam (Maryati, 2000).
Subjek karies, terutama pada lubang gigi, banyak terdapat bakteri yang dapat
menghasilkan asam (asidurik) dan bakteri yang mampu hidup dalam suasana asam
(asidogenik). Dengan demikian
memiliki potensi pembentukan asam yang lebih
tinggi dari sisa-sisa makanan yang terdapat pada lubang gigi, dan penurunan pH lebih
terlihat pada intensitas karies yang lebih tinggi (Nolte, 1982).
2.4 KombuchaTea
Kombucha adalah jamur teh yang berasal dari Asia Timur, dan tersebar ke
Jerman melalui Rusia sekitar abad ke 20 sebagai penyembuh berbagai macam
penyakit.Jamur kombucha merupakan membrane jaringan jamur yang bersifat
gelatinoid dan liat, serta berbentuk piringan datar.Kombucha tea(teh kombucha)
merupakan produk minuman tradisional hasil fermentasi larutan teh dan gula dengan
menggunakan starter mikroba kombucha (acetobacter xylium dan beberapa jenis
khamir) dan difermentasi selama 8-12 hari (Naland, 2008)
Gambar 2.4 Starter kombucha Starter Kombucha (Naland, 2008)
2.4.1 Sejarah
Banyak orang menduga bahwa kombucha pertama kali dikonsumsi oleh
masyarakat di daratan Cina yang sudah mengenal teh fermentasi ini sejak 3000 tahun
yang lalu. Nama kombucha berasal dari dua kata yaitu “kombu” dan ”cha”. Cha
berasal dari bahasa Cina yang berarti teh sedangkan Kombu adalah nama seorang
tabib Korea dari abad ke-5 masehi yang berhasil menyembuhkan kaisar Jepang yang
bernama Inkyo sekitar tahun 414 SM. Kaisar menderita sembelit berkepanjangan dan
disembuhkan oleh tabib dengan teh hasil fermentasi. Atas jasa tabib tersebut sang
kaisar memberi nama ramuan tersebut “kombucha” yang berarti teh ramuan dari
seorang tabib yang bernama Kombu (Naland, 2008).
2.4.2 Kultur kombucha tea
Kultur kombucha adalah organisme berbentuk gelatin (gel) berwarna putih
dengan ketebalan antara 0,3-1,2 cm dan terbungkus selaput liat yang dihasilkan dari
proses bakteri Acetobacter xylinum. Kultur kombucha berbentuk seperti pancake
yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai gel.
Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri asam
asetat.Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau kadang
dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha mencerna gula
menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan enzim, juga
berperan sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi kesehatan. Kombucha
merupakan koloni dari ragi (yeast) dengan beberapa bakteri. Dalam istilah asing
kultur kombucha disebut dengan scoby atau Symbiotic Colony of Bactery and Yeast.
Kultur kombucha merupakan simbiosis dari beberapa bakteri antara lain: Acetobacter
xylinum, Acetobacter ketogenum, Torula sp, Brettanomyces, PHicia fermentans, dan
Saccharomyces ludwiggii, serta jamur-jamur lain (Jarrel and Bennet,2000).
Gambar 2.5Fermentasi Kombucha(Naland, 2008)
2.4.3 Fermentasi kombucha
Proses fermentasi dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi alkohol
dan CO2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Alkohol akan
teroksidasi menjadi asam asetat. Asam glukonat terbentuk dari oksidasi glukosa oleh
bakteri dari genus Acetobacter, glukose dilepaskan dari sukrose yang dimetabolisme
untuk sintesis selulosa dan glukonat asam oleh Acetobacter strains.Fruktosa
dimetabolisme menjadi etanol dan karbon dioksida oleh ragi, kemudian Acetobacter
mengoksidasi etanol menjadi asam asetat (Aryadnyani, 2012).
2.4.4 Kandungan kombucha
Naland (2008), menyatakan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada
kombucha antara lain vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B6
(Piridoksin), B12 (Sianokobalamin),B15, dan vitamin C, asam folat, asam
glukoronat, asam asetat, asam laktat, asam amino, enzim, serta antibiotic (Naland,
2008)
Kandungan asam glukoronat dalam kombucha tea mampu membentuk sistem
pertahanan tubuh dengan mengikat toxin (racun) yang selanjutnya akan dikeluarkan
oleh tubuh. Kombinasi asam laktat dan asam glukoronat dalam kombucha sangat
efektif menghancurkan mikroorganisme yang merusak seperti bakteri, virus dan
jamur serta membuang kotoran dan racun dalam tubuh, sehingga dengan meminum
kombucha maka mikroorganisme yang merugikan dalam tubuh dapat dikurangi
(Dufresne, 1999).
Gambar 2.6 Struktur kimia beberapa kandungan kombucha tea
(Dufresne, 1999)
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino Pada Kombucha Kering (Jayabalan et al., 2010)
Hasil uji fitokimia terhadap Kombucha tea dengan fermentasi 10 hari dan 14
hari adalah terdapat triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid. Hasil
fitokomia ini tidak dapat menentukan perbedaan komposisi masing masing zat antara
kombucha fermentasi 10 hari dan kombucha fermentasi 14 hari, namun pada
kombucha hasil fermentasi14 hari terdapat juga steroid.
2.4.4.1 Tannin
Tannin merupakan senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung
banyak gugus hidroxil dan gugus lain seperti carboxil untuk membentuk perikatan
kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain, berasal dari
tumbuhan, berasa pahit, dan kelat (Hayati, 2010).
2.4.4.2. Flavonoid
Senyawa ini termasuk dalam senyawa phenolik dengan struktur kimia
C 6 C 3 C 6 .Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatic
B, dan cincin tengah berupa heterosiklikyang mengandung oksigen, bentuk
teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub
kelompoknya (Redha, 2010).
2.4.4.3 Triterpenoid
Senyawa triterpenoid memiliki kerangka dasar yang terdiri dari enam unit
satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik yaitu
skualen.senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan
bersifat optis aktif (Rindia dkk.,2013)
2.4.4.4 Saponin
Senyawa saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid
atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas
diantaranya meliputi: immunomodulator, antitumor, anti inflamasi, antivirus, anti
jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemidan
efek hypokholesterol.
Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang
pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan
hemolisis (Rahayu, 2009).
2.4.4.5 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung basa nitrogen, biasanya dalam
bentuk heterosiklik.Alkaloid terdistribusi luas pada tanaman. Banyak alkaloid
merupakan turunan asam amino lisin,ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam
antralinat. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen yang
terkandung (Mursiti, 2013)
2.4.5 Manfaat kombucha
Laporan pertama datang dari Rusia, saat perang dunia pertama digunakan oleh
tentara untuk menolong saat sakit kepala, mengatasi gangguan pencernaan. Pada
tahun 1925 an sanpai 1950 diadakan penelitian oleh tenaga medis di Rusia dan
dilaporkan bahwa kombucha tea bermanfaat mengatasi gejala flu, gangguan
pencernaan, dan pengeluaran sekresi, haemoroid, rheumatik persendian, mengatasi
kolesterol yang tinggi, arteriosclerosis, membersihkan darah, mengeluarkan racun,
diabetes, dan mengatasi masalah penuaan dini (Dufresne and Farnworsh, 1999).
Banyak testimoni maupun hasil penelitian tentang kombucha tea, studi saat ini
mengungkapkan
Helicobacter
kombucha
pyllori,
tea
E.coli,
menunjukkan
Staphylococcus
aktivitas
aureus,
antibiotik
dan
terhadap
Agrobacterium
tumefacien.Kombucha tea juga menunjukkkan aktifitas anti jamur,yaituTricophiton
mentagropytes dan Candida albicans (Rahayu, 2007).
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu, bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor
predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut.Bakeri-bakteri tersebut menghasilkan
produk akhir asam, asam ini akan meningkatkan pHadalahrongga mulut sehingga
mampu menyebabkan demineralisasi enamel. Apabila terjadi terus menerus akan
memicu terjadinya dekalsifikasi dentin dan mempercepat terjadinya karies gigi. Pada
penderita dengan karies gigi pH saliva cendrung asam, karena metabolisme dari
bakteri yang terdapat pada gigi yang karies.
Kombucha tea merupakan minuman tradisional yang mempunyai daya
antiseptik karena menghasilkan asam-asam organik seperti asam glukoronat, asam
laktat, asam asetat, asam suksinat, dan asam glukonat sebagai produk fermentasi yang
sangat efektif untuk menghancurkan mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur).
Beberapa penelitian telah menunjukkan kombucha tea telah menunjukkan
sebagai antibiotik terhadap bakteri maupun jamur.Disini kombucha tea diharapkan
mampu efektif menurunkan jumlah bakteri dalam rongga mulut pada gigi yang karies
dan menetralkan pH rongga mulut. Lama waktu fermentasi mempengaruhi asam
organik yang dihasilkan oleh kombucha tea, dari penelitian pendahuluan yang telah
27
dilakukan, waktu fermentasi yang baik dalam menurunkan jumlah bakteri rongga
mulut dan menurunkan jumlah bakteri S.mutans adalah fermentasi 10 hari.
3.2 Konsep Penelitian
-Berkumur Kombucha tea fermentasi 10
hari pada penderita karies
Faktor Endogen
Faktor Eksogen
- usia
-Susunan gigi geligi
- Genetik
- Mikroorganisme
-berkumur
-
pp
Lingkungan
Stress
Infeksi
Makanan
-Jumlah koloni bakteri rongga mulut
penderita karies
-Jumlah Streptococccusmutans
pada penderita karies
-pH saliva penderita karies
=variabel bebas
= faktor endogen
= variabel tergantung
= faktor eksogen
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pikir, dan konsep penelitian yang telah
diuraikan di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan
jumlah koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi.
2. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan
jumlah bakteri S.mutansrongga mulutpada penderita karies gigi
3. Berkumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari meningkatkan pH
rongga mulut pada penderita karies gigi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah penelitian eksperimental Randomized pretest-posttest
control group design (Pocock, 2008).
R
K
P
RA
O2
O1
S
O3
P
O4
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan :
P
= Populasi
R
=Random
S
= Sampel
Ra
= Random alokasi
O1
= Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri,
jumlah bakteri
S.mutansdan pH, sebelum perlakuan pada kelompok kontrol.
O2
=Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri, jumlah bakteri S.mutans
dan pHpada kelompok kontrol.
O3
= Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri, jumlah bakteri
S.mutansdan pH sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan
30
O4
= Observasi hasil penghitungan jumlah bakteri, jumlah bakteri S.mutansdan
pHsetelah perlakuan pada kelompok perlakuan.
K
= Perlakuan berkumuraquadest steril sebagai kontrol.
P
= Perlakuan berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi
Penelitian akan dilaksanakan di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG
Universitas Mahasaraswati dan Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas
Udayana Denpasar.
4.2.2
Waktu penelitian
Januari – November 2014
4.3 Penentuan Sumber Data
Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien remaja dan dewasa
dengan umur 15 sampai dengan 40 tahun, dengan DMF-T lebih besar atau sama
dengan tiga dan minimal terdapat tiga karies.
Populasi terjangkau adalah
pasienyangdatang memeriksakan giginya di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM
FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar.
4.3.1 Sampel
Sampel
penelitian yang dipilih dari anggota
populasi yang
memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.Kriteria sampel yang diterapkan untuk dapat dipilih
sebagai sampel adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria sampel inklusi adalah:
1. Usia 15 – 40 tahun
2. Berbadan sehat
3. DMF-T >3
4. Bersedia sebagai subyek penelitian dari awal sampai selesai dengan
menandatangani informed consent.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah:
Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi rongga
mulut.
4.3.2Besar sampel
Menghitung jumlah sampel (Pocock, 2008)
Keterangan :
n
= jumlah sampel
σ
= simpangan baku : 1,96
α
= tingkat kesalahan I (α = 0,05)
β
= tingkat kesalahan II (β = 0,1)
(µ1-µ2)
= 6,6(Selisih rerata hasil pengurangan jumlah bakteri
Streptococcusmutans sebelum dan sesudah berkumur kombucha
tea).
Nilai σ = 1,96 Nilai f(α β), untuk α = 0,05 dan β = 0,1 dari tabel didapatkan
10,5 (Pocock, 2008). Nilai µı - µ 2 ditetapkan sebesar = 6,6. Dengan memasukkan
harga-harga tersebut pada persamaan di atas, maka didapat nilai n = 11,48.
Mempertimbangkan
terjadinya
drop out
sebesar 10%
maka
jumlah sampel
menjadi 12,68 dibulatkan menjadi 13 orang sehingga untuk 2 kelompok diperlukan
26 orang.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel
Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok variabel, yaitu :
1. Variabel bebas:
kumur-kumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari
2. Variabel tergantung:
a.jumlah koloni bakteri rongga mulut
b. pH rongga mulut
c. Jumlah bakteri Streptococcusmutans
3. Variabel terkendali :
a. Suhu dan waktu pengeraman bakteri.
b. Cara penghitungan jumlah koloni bakteri.
c. Sterilisasi alat dan bahan.
4. Variabel rambang :
Pola makan/minum subjek.
4.4.2 Hubungan antar variabel
Variabel bebas
Kombucha tea fermentasi 10
hari
Variabel terkendali
• Suhu dan waktu
pengeraman koloni
bakteri
• Cara penghitungan
jumlah koloni
• Sterilisasi alat dan
bahan
• DMF-t
Variabel
rambang
Pola makan
dan minum
subjek
Variabel tergantung
•
•
•
Jumlah koloni bakteri
Jumlah bakteri
Streptococcusmutans
pH saliva
Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel
4.5 Definisi operasional variabel
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan menghindari pengertian
variabel yang diteliti, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:
1. Kumur-kumur kombucha tea adalah berkumur dengankombucha teayang
telah difermentasi 10 hari, denganwaktu berkumur selama 30 detik.
2. Waktu fermentasi Kombucha teaadalah lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan produk fermentasi teh dengan starter kombucha.
Dalam penelitian ini waktu fermentasi yang digunakan adalah 10 hari.
3. Koloni bakterirongga mulut adalah jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada cawan petri, selain koloni bakteri tersangka Streptococcus.
Penghitungan dengan cara menghitung jumlah bakteri yang ada pada cawan
petri dikalikan dengan faktor pengenceran. Satuan pengukuran jumlah
pertumbuhan koloni
milliliter
adalah
Colony
Forming
Unit
per
(CFU/ml).
4. Jumlah bakteri S.mutans adalah jumlah koloni bakteri Streptococcus yang
tumbuh pada cawan petri. Penghitungan dengan cara menghitung jumlah
bakteri yang ada pada cawan petri dikalikan dengan faktor pengenceran.
Satuan pengukuran jumlah pertumbuhan koloni
Forming
Unit
per
milliliter
Colony
(CFU/ml).
5. DMF-T adalah mengambarkan banyaknya karies
Decay adalah jumlah
adalah
gigi pada penderita.
gigi yang karies yang tidak ditambal / yang masih
dapat ditambal. Missing adalah
jumlah gigi yang hilang karena karies/
yang diindikasikan cabut. Filling adalah jumlah gigi yang ditambal karena
karies dan masih baik. Pada penelitian ini, kasus karies minimal 3 gigi dan
sedang dalam perawatan ataupun belum dirawat.
6. Media
pengeraman
menumbuhkanbakteri
adalah
dalam
media
hal
yang
dipakai
untuk
ini berbentuk agar, yang dipakai
adalah agar Mueller-HintonBlood(MHB).
7. pH saliva adalah derajat keasaman saliva, suatu larutan netral samadengan
7 dan alat ukur yang digunakan adalah pH meter, merk suncare buatan
Amerika. Pengecekan sebanyak tiga kali, hasil pengukuran dirata-ratakan.
8. Sterilisasi alat dan bahan dengan autoclave adalah suatu usaha untuk
membebaskan alat-alat atau bahan–bahan
dari
segala
macam
kehidupan terutama kehidupan mikroorganisme.
9. Pola makan/minum adalah pola makan/minum yang biasa mereka
terapkan sehari-hari dan diatur sendiri oleh subjek
4.6Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang dipakai adalah:
1. Starter Kombucha, teh hitam, dan gula pasiruntuk membuat kombucha tea.
2. Media Mueller Hinton Blood (MHB)
3. Latex Streptococcal Grouping Kit merk Oxoid
4. NaCl
5. Methyl red
6. H 2 O 2 3%
7. Gentian violet.
8. Oil Immersi
4.7Instrumen Penelitian.
4.7.1 Instrumen untuk perlakuan pada pasien
1.Formulirinformed consent, sebagai bukti kesediaan yang bersangkutan diteliti.
2. Kartu status lengkap dengan biodata subjek untuk pemeriksaan keadaan
rongga mulut yang sudah ada pada Bagian Ilmu konservasi Gigi
RSGM FKG Universitas Mahasaraswati-Denpasar.
3. Kaca mulut untuk memeriksa keadaan mulut
4. Pinset untuk memegang kapas.
5. Pot saliva untuk menampung saliva
6. pH meter merk suncare buatan USA
4.7.2
Alat yang digunakan pada pembuatan kombucha tea
1. Kompor gas
2. Panci stainless stell
3. Toples kaca
4. Saringan teh
5. Kain penutup toples
6. Karet gelang
4.7.3
Instrumen yang digunakan pada pembuatan media
1. Kompor gas
2. Labu erlenmeyer
3. Batang pengaduk
4. Neraca digital
5. Beaker glass
6. Autoclave
7. Petridisk
8. Tabung reaksi kecil dan rak tabung
9. Sumbat kapas
4.7.4
Instrumen yang digunakan pada penanaman bakteri
1. Pipet ukur
2. Mikropipet dan tip
3. Tabung reaksi
4. Lampu spiritus
5. Petridisk steril
6. Sengkelit/ose
4.8
Prosedur Penelitian
4.8.1 Pembuatan kombucha tea (Hidayat et al., 2006 dan Naland, 2008)
1. Direbus satu liter air hingga mendidih dalam wadah stainless steel, kemudian
dituangkan gula pasir 100 gr. Dimasukkan 2 kantong teh celup ke dalamnya.
Dibiarkan sekitar 15 menit hingga teh larut.
2. Disaring teh dengan penyaring kain atau yang terbuat dari Stainless steel
3. Dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kaca yang sudah disterilkan.
4. Setelah teh dingin (25-27°C), ditambahkan Starter Kombucha yang berbentuk
padat dan cairan induk yang berasal dari fermentasi sebelumnya sebanyak
10%.
5. Ditutup bagian atas wadah dengan kain kasa steril yang diikat dengan karet
gelang untuk memberikan oksigen dalam jumlah kecil (mikroaerofilik)
6. Diinkubasi selama10 hari dalam suhu ruangan. Suhu optimal adalah 23-27°C,
terhindar dari sinar matahari serta bebas goncangan/getaran.
7. Setelah fermentasi selesai, saring teh hasil fermentasi. Masukkan dalam botol
yang bersih dan steril. Dapat disimpan dalam lemari es untuk menghindari
fermentasi lanjutan.
4.8.3 Pembuatan media
4.8.2.1 Pembuatan media agar Mueller-Hinton Blood
1. Ditimbang 41gr
erlenmeyer
bubuk
agar
Mueller-Hintondimasukkan
ke dalam
yang berisi 1500ml akuades steril (75 petri) dan dilarutkan.
2. Diautoclave dengan tekanan, 121 ̊C selama 15 menit.
3. Didinginkan denganwaterbath hingga
suhu 50ºC, ditambahkan 75ml
darahkambing yang telah dihomogenkan.
4. Setelah
itu
dituang ke dalam
cawan
petri
dan
didinginkan.
5. Ambil
5%
dari
jumlah
total
petri
yang
berisi
media
dan
diinkubasiselama 24 jam pada suhu 37ºC.
6. Keesokan harinya dicek sterilitas media, kalau steril bisadipakai untuk
media penanaman.
4.8.2.2 Pembuatan media Mannitol Broth
1. Ditimbang 3 gr bubuk mannitol, dilarutkan pada tabung Erlenmeyer yang
berisi 150 ml NaCl 0,9%.
2. Ditambahkan methyl red dan digoyangkan sampai warna merah stabil.
3. Mannitol broth dituang ke dalam tabung masing masing sebanyak 2 ml,
dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu 121 ̊C selama 15 menit.
4. Masukkan ke dalam inkubator, setelah 18- 24 jam dilihat, apabila media
jernih dapat digunakan.
4.8.3 Tahap Persiapan sampel
1.Pemeriksaanklinis
dilakukan pada pasien yang berumur 15-40 tahun, di
BagianIlmu Konservasi Gigi
RSGM FKG Universitas Mahasaraswati
Denpasardan dipilih 30 orang dengan DMF-t sama atau lebih besar dari 3
2. Mempersiapkan
petugas
untuk
membantu
jalannya penelitian danalat-
alat yang digunakan.
3. Memberikan
pengarahan
dan
pemahaman
prosedurpelaksanaan penelitian kepada petugas.
tentang
tujuan
dan
4. Memberikan
pengarahan
kepada subjek penelitian tentang prosedur
yangharus ditaati selama proses penelitian.
5.Memberikan
panduan
prosedur penelitian
kepada subjek penelitian.
6. Dalam pelaksanaan penelitian semua alat-alat/instrumen dalam keadaan steril.
7. Subjek mengisi informed consent yang telah diberikan oleh peneliti.
4.9 Protokol penelitian
Kelompok kontrol
1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan
sampel)
2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut),
pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas,
turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan
kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Subyek diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva
selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva dengan
pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
4. Subyek berkumur dengan aquadest steril selama 30 detik dengan tehnik
berkumur yang benar.
5. Setelah berkumur, subyek tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari
bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media
TSB.
6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi FK
Unud untuk diproses lebih lanjut.
7. Subyek mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva setelah 30 menit kurang
lebih 3 ml saliva.Dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form
yang telah disediakan.
Kelompok perlakuan
1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan
sampel)
2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut),
pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas,
turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan
kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Subyek diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva
selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitungpH saliva dengan
pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
4. Subyek berkumur dengan kombucha teaselama 30 detik dengan tehnik
berkumur yang benar.
5. Setelah berkumur, subyek tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari
bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media
TSB.
6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi
Unud untuk diproses lebih lanjut.
7. Subyek mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama setelah 30
menitkurang lebih 3 ml saliva. Dihitung pH saliva dengan pH meter dan
dicatat pada form yang telah disediakan.
4.9.1 Pembiakan bakteri
Cara yang paling umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah
dengan pengenceran:
1. Dibuat seri pengenceran 10-1 - 10-5. Pengenceran dilakukan dengan cara
mengambil 1 ml pada media TSB menggunakan mikro pipet steril
dimasukkan ke dalam tabung 9 ml NaCl seri pengenceran 10-1. Setelah
sampel masuk lalu dihomogenkan dengan menarik dan melepaskan pipet
tersebut secara berulang –ulang. Diambil lagi sebanyak 1 ml dari tabung
10-1 dan dipindahkan ke tabung 10-2 secara asepsis dan dihomogenkan
kembali dengan cara menarik dan melepas pipet tersebut. Hal terebut terus
dilakukan sampai pada pengenceran 10-5. Setiap tingkat pengenceran
digunakan pipet yang baru sehingga hasil benar-benar akurat, kemudian
ditanam pada media. Diinkubasi pada suhu 37◦C, hasil pembiakan dilihat
2x 24jam.
2. Penghitungan jumlah bakteri dihitung secara manual dari koloni bakteri
yang tumbuh dengan menggunakan colony counter. Beri tanda pada dasar
petri dan dihitung jumlah koloni dengan mengalikan faktor pengenceran.
3. Koloni
yang
tumbuh
diidentifikasidengan pewarnaan Gram untuk
memastikan bahwa koloni tersebut adalah Streptococcus.
4. Setelah memastikan koloni tersebut adalah Streptococcus, kemudian
dibuat sub kultur untuk mendapatkan koloni Streptococcus yang murni.
5. Koloni bakteri yang murni tersebut digunakan pada uji katalase, uji latex
dan uji biokimia.
6. Uji katalase menggunakan H 2 O 2 3% yang diteteskan pada kaca objek,
apabila tidak ada gelembung berarti katalase negatif.
7.
Dilanjutkan dengan uji Latex Streptococcal Grouping Kit, untuk
menentukan fenotip Streptococcusmutans apakah termasuk grup a,b,c,d,
g,h. caranya:
a. Ambil 1ml larutan serum latex masukkan ke dalam tabung, kemudian
masukkan
2-3
koloni
Streptococcus
yang
telah
dimurnikan,
disuspensikan agar merata.
b. Masukkan tabung tersebut ke dalam incubator selama 5 menit.
c. Dikeluarkan dari incubator dikocok sehingga merata,
masukkan
kembali ke dalam incubator selama 5 menit.
d. Ambil 1 tetes larutan tersebut dan letakkan pada kertas objek dan
diteteskan reagen latex, diaduk dengan menggunakan stik, digoyang –
goyangkan sesuai arah jarum jam. Apabila terjadi aglutinasi maka
berarti positif.
8. Dilanjutkan uji mannitol, dengan cara memasukkan 2-3 koloni bakteri ke
dalam tabung telah berisi mannitol broth. Dimasukkan dalam incubator
dan dilihat hasilnya 18-24 jam. Terjadi perubahan warna darimerah
menjadi kuning, bertarti positif.
4.10 Alur Penelitian
POPULASI
Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi
Pengambilan
sampel
Random alokasi
Observasi:
- Koloni bakteri selain
S.mutans
- pH saliva
- jumlah
bakteriStreptococcus
t
Observasi:
- Koloni bakteri selain
S.mutans
- pH saliva
- jumlah bakteri
Streptococcusmutans
kontrol
Perlakuan
Kunur-kumur
kombucha tea
fermentasi 10 hari
Kunur-kumur
aquades steril
Observasi:
- Koloni bakteriselain
S.mutans
- pH saliva
- jumlah bakteri
Streptococcusmutans
Observasi:
- Koloni bakteriselain
S.mutans
- pH saliva
- jumlah bakteri
Streptococcusmutans
Analisis data
Gambar 4.3 Alur Penelitian
4.11 Analisis Data
Untuk menganalisis data hasi penelitian,dipakai :
1. Analisis deskriptif : analisis data untuk memberikan gambaran tentang
karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian
2. Uji Normalitas dan Homogenitas
a. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk (SW) karena sampelnya < 30.
b. Uji Homogenitas dengan uji Levene’s test.
3. Uji efek perlakuan /analisis komparasi
Data berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik parametrik yaitu:
a. Paired Sample test untuk analisis perbandingan post-test pada masingmasing kelompok. Membandingkan data jumlah koloni bakteri rongga
mulut, jumlah bakteri S. mutans dan pH saliva setelah perlakuan, antara
kelompok perlakuan (berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari)
dengan kelompok kontrol (berkumur aquadest).
b. Independent t-test untuk membandingkanpre- test dan post –test masingmasing kelompok. Membandingkan data jumlah koloni bakteri rongga
mulut, jumlah bakteri S. mutans dan pH saliva sebelum dan setelah
perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Normalitas Data
Data koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri S.mutans, dan pH saliva
sebelum dan sesudah perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data koloni bakteri rongga mulutkedua
kelompok tidak berdistribusi normal, namun sesudah dilakukan transformasi data
dalam bentuk log distribusinya menjadi normal (p>0,05), hasil analisis disajikan pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Rongga Mulut, Koloni Streptococcus,
dan pH Saliva
Kelompok Data
n
p
Ket.
Koloni bakteri rongga mulut control pre
Koloni bakteri rongga mulut perlakuan pre
Koloni bakteri rongga mulut control post
Koloni bakteri rongga mulut perlakuan post
Koloni Streptococcus control pre
Koloni Streptococcus perlakuan pre
Koloni Streptococcus control post
Koloni Streptococcus perlakuan post
pH saliva control pre
pH saliva perlakuan pre
pH saliva control post
pH saliva perlakuan post
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
0,205
0,651
0,285
0,105
0,114
0,231
0,117
0,089
0,655
0,059
0,2950,2
35
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
48
5.2 Uji Homogenitas Data
Data koloni bakteri rongga mulut, koloni Streptococcus, dan pH saliva diuji
homogenitasnya dengan menggunakan Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data
homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2
Homogenitas Data Koloni Bakteri Rongga Mulut, Koloni S.mutans, dan pH
Saliva antar Kelompok Perlakuan
Variabel
F
p
Keterangan
Koloni bakteri rongga mulut pre
0,059
0,107
Homogen
Koloni bakteri rongga mulut post
1,210
0,189
Homogen
Koloni Streptococcus pre
1,480
0,142
Homogen
Koloni Streptococcus post
1,100
0,279
Homogen
pH saliva pre
0,143
0,709
Homogen
pH saliva post
0,046
0,832
Homogen
5.3 Koloni Bakteri Rongga Mulut
5.3.1 Analisis komparabilitas
Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata
koloni bakteri rongga mulut antar kelompok sebelum diberikan perlakuan.Berkumur
aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha dengan waktu fermentasi
10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Antar Kelompok
SebelumPerlakuan
n
Rerata Koloni
Bakteri Rongga
Mulut(CFU/ml)
SB
Kontrol
13
4136,77
4881,28
Perlakuan
13
4479,46
3844,12
Kelompok Subjek
t
p
0,199
0,844
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut
kelompok kontrol adalah 4136,77±4881,28 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur
kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 4479,46±3844,12CFU/ml.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan bahwa nilai t = 0,199
dan nilai p = 0,844. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut pada
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
5.3.2 Analisis efek berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata koloni bakteri rongga mulut
antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Berkumur aqudest pada kelompok
kontrol, dan
berkumurkombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada kelompok
perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel
5.4 berikut.
Tabel 5.4
Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan
Kelompok Subjek
Kontrol
Perlakuan
n
Rerata Koloni
Bakteri Rongga
Mulut(CFU/ml)
13
2307,08
13
253,62
SB
t
p
2,26
0,033
3274,87
130,22
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut
kelompok kontrol adalah 2307,08±3274,87 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur
kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 253,62±130,22CFU/ml. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 2,26 dan nilai p =
0,033. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut pada kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
5.3.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok
Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan
rerata koloni bakteri rongga mulut pada masing-masing kelompok antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan
berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan.
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Hasil
Tabel 5.5
Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut antaraSebelumdengan
Sesudah Perlakuan pada Masing-masing Kelompok
Rerata Koloni
Bakteri Rongga
Mulut Sesudah
Perlakuan(CFU/m
l)
2307,08±3274,87
t
p
Kontrol
Rerata Koloni
Bakteri Rongga
Mulut Sebelum
Perlakuan(CFU/
ml)
4136,77±4881,28
1,149
0,237
Perlakuan
4479,46±3844,12
253,62±130,22
4,045
0,002
Kelompok
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan masingmasing nilai t = 1,149 dan t = 4,045 dengan nilai kemaknaan masing-masing yaitu
nilai p = 0,237 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga
mulut pada kelompok kontrol pebedaannya tidak signifikan (p>0,05) sedangkan
kelompok perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermakna (p<0,05).
5.4 Jumlah Bakteri S.mutans
5.4.1 Analisis komparabilitas
Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata
Koloni Streptococcusantar kelompok sebelum diberikan perlakuanberkumur aqudest
pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari pada
kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan
pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6
Perbedaan Rerata Jumlah BakteriS.mutansAntar Kelompok SebelumPerlakuan
Rerata Koloni
S.mutans(CFU/
SB
t
p
Kelompok Subjek
n
ml)
Kontrol
13
6131,38
3717,74
1,500 0,147
Perlakuan
13
4348,92
2132,37
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni S.mutanskelompok
kontrol adalah 6131,38±3717,74 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur kombucha
dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 4348,92±2132,37 CFU/ml. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan bahwa nilai t= 1,500 dan nilai p=
0,147. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah bakteri S. mutanspada kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
5.4.2 Analisis efek berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah bakteri S. mutansantar
kelompok sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol,
dan berkumurkombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7
Perbedaan Rerata Koloni Streptococcusmutans Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan
Rerata Koloni
S.mutans(CFU/m
SB
t
p
Kelompok Subjek
n
l)
Kontrol
13
6176,46
4456,28
3,074 0,005
Perlakuan
13
2093,08
1754,15
Tabel
5.7
di
atas,
menunjukkan
bahwa
rerata
jumlah
bakteri
S.mutanskelompok kontrol adalah 6176,46±4456,28 CFU/ml dan rerata kelompok
berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari adalah 2093,08±1754,15CFU/ml.
Analisis kemaknaan dengan uji T-independent menunjukkan bahwa nilai t= 3,074 dan
nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah bakteri S. mutanspada kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
5.4.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok.
Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan
rerata jumlah bakteri S. mutans pada masing-masing kelompok antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan
berkumurkombucha teahasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan.Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8
Perbedaan Rerata Koloni Streptococcusmutans antaraSebelumdengan Sesudah
Perlakuan pada Masing-masing Kelompok
Rerata Koloni
Streptococcusmuta
nsSebelum
Perlakuan(CFU/ml
)
Rerata Koloni
S.mutans Sesudah
Perlakuan(CFU/ml
)
t
p
Kontrol
6131,38l ±3717,74
6176,46±4456,28
0,025
0,980
Perlakuan
4348,92±2132,37
2,924
0,013
Kelompok
2093,08±1754,15
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan masingmasing nilai t = 0,025 dan t = 2,924 dengan nilai kemaknaan masing-masing yaitu
nilai p = 0,980 dan nilai p = 0,013. Hal ini berarti bahwa rerata koloni
Streptococcuspada kelompok kontrol tidak berbeda (p>0,05) sedangkan kelompok
perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
5.5 pH Saliva
5.5.1 Analisis komparabilitas
Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata
pH Saliva antar kelompok sebelum diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada
kelompok kontrol, dan berkumur kombucha hasi fermentasi 10 hari pada kelompok
perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel
5.9 berikut.
Tabel 5.9
Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok SebelumPerlakuan
Kelompok Subjek
Kontrol
Perlakuan
n
Rerata pH
Saliva
SB
13
6,25
0,57
13
6,50
t
p
1,166
0,255
0,51
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok kontrol
adalah
6,25±0,57 dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu
fermentasi 10 hari adalah 6,50±0,51. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen
menunjukkan bahwa nilai t = 1,166 dan nilai p = 0,255. Hal ini berarti bahwa rerata
pH Saliva pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
5.5.2 Analisis efek berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pH saliva antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur kombucha dengan waktu fermentasi
10 hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.10
berikut.
Tabel 5.10
Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Rerata pH
Kelompok Subjek
n
SB
t
p
4,651
0,001
Saliva
Kontrol
13
6
0,44
Perlakuan
13
6,6
0,46
Tabel 5.10 di atas, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok kontrol
adalah
5,96±0,44 dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu
fermentasi 10 hari adalah 6,78±0,46. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa nilai t = 4,651 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
pH Saliva pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
5.5.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok.
Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan
rerata pH Saliva pada masing-masing kelompok antara sebelum dengan sesudah
diberikan perlakuan berupa berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11
Perbedaan Rerata pH Saliva antaraSebelumdengan Sesudah Perlakuan pada
Masing-masing Kelompok
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Rerata pH Saliva
Sebelum
Perlakuan
6,25±0,57
Rerata pH Saliva
Sesudah
Perlakuan
5,96±0,44
t
p
1,715
0,112
6,50±0,51
6,78±0,46
2,682
0,020
Tabel 5.11 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan
masing-masing nilai t = 1,715 dan t = 2,682 dengan nilai kemaknaan masing-masing
yaitu nilai p = 0,112 dan nilai p = 0,020. Hal ini berarti bahwa rerata pHsaliva pada
kelompok kontrol tidak berbeda (p>0,05) sedangkan kelompok perlakuan antara
sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1Kumur-Kumur
Kombucha
Tea
Hasil
Fermentasi
10
Hari
MenurunkanJumlah Koloni Bakteri Rongga Mulut pada Penderita Karies
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan jumlah koloni bakteri
rongga mulut sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea hasilfermentasi 10
hari(p<0,05), dibandingkan dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah berkumur
aquadest tidak ada perbedaan (p>0,05), berarti bahwa terjadi penurunan jumlah
bakteri rongga mulut setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Naland (2008), Dufresne dan
Farnworsh (1999), yang menyatakan kombucha berfungsi sebagai penyembuh
terhadap berbagai macam penyakit. Selama proses fermentasi dan oksidasi
berlangsung pada kombucha, terjadi bermacam-macam reaksi pada larutan teh manis
secara asimilatif dan disimilatif. Jamur teh memakan gula, dan sebagai gantinya
jamur memproduksi zat-zat yang bermanfaat dalam minuman tersebut seperti asam
glukorunat, asam laktat, vitamin, asam amino, antibiotik, serta zat-zat lain (Naland,
2008).
Diketahui bahwa rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai
macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama
makanan atau minuman.Tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di
59
dalam rongga mulut mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti
bakteri yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan berkompetisi dengan bakteri flora
normal di rongga mulut untuk dapat berkembang pada lingkungan tersebut
(Caranza, 2002). Lebih dari 700 taxon bakteri ditemukan di dalam rongga mulut,
tetapi tidak semua spesies ada pada setiap rongga mulut orang, pada beberapa kondisi
bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi seperti karies dan penyakit periodontal
(Forsstenet al., 2010).
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor
predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut
akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada
email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetzet al., 2012).
Naland (2008), menyatakan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada
kombucha antara lain vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B6
(Piridoksin), B12 (Sianokobalamin), B15, dan vitamin C, asam folat, asam
glukoronat, asam asetat, asam laktat, asam amino, enzim, serta antibiotik. Kandungan
asam glukoronat dalam kombucha tea mampu membentuk sistem pertahanan tubuh
dengan mengikat toxin (racun) yang selanjutnya akan dikeluarkan oleh tubuh. Sklenar
(1964) dan Frank (1996) menyatakan bahwa kombinasi asam laktat dan asam
glukoronat dalam kombucha sangat efektif menghancurkan mikroorganisme yang
merusak seperti bakteri, virus dan jamur serta membuang kotoran dan racun dalam
tubuh, sehingga dengan meminum kombucha maka mikroorganisme yang merugikan
dalam tubuh dapat dikurangi (Dufresne and Farnworsh,2000).
Milanda dkk.(2005), meneliti isolasi dan identifikasi salah satu senyawa fraksi
kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela typhi. Hasil
penelitian menunjukkan teh kombucha memberikan aktifitas antibakteri, dan dan
fraksi yang memberikan aktivitas anti bakteri
adalah fraksi etil asetat. Peniliti
selanjutnya Aryadnyani (2010), meneliti Peningkatan waktu fermentasi kombucha tea
meningkatkan daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro, dan
hasilnya kombucha dapat menghambat pertumbuhan bakteriEscherichia coli.
Kombucha dalam hasil fermentasinya mengandung asam asetat dan asam
laktat, dari penelitian yang dilakukan oleh Andriani bahwa asam asetat dan asam
laktat mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp pada karkas
ayam(Andriani dkk.,2007). Pada penelitian Lb. pantarum kik dan MAG minyak
kelapa, dimana mengandung senyawa asam asetat, asam laktat, asam sitrat, terhadap
bakteri gram positif (L. monocytogenes dan B. cereus)dan bakteri gram negatif (S.
Typhirium), terjadi lisis pada dinding sel ditandai dengan pelepasan ion Ca2+ dan
terjadi kebocoran membran sel dengan melepaskan protein, asam nukleat, dan ion K+
ke lingkungan (Asriani dkk., 2007).
Ultee pada tahun 1998 menyatakan bahwa ion K+ merupakan kation utama
yang terkandung dalam sitoplasma pada sel yang sedang tumbuh, sedangkan ion
Ca2+ dan Mg2+ terdapat di bagian sitosol yaitu cairan sitoplasma. Kedua jenis ion ini
juga ditemukan pada dinding sel yang turut berperan dalam aktifitas enzim.Ion
K+memiliki peran dalam mengaktifasi enzim sitoplasma, menjaga tekanan turgor,
serta mengatur pH sitoplasma. Ion Ca2+
dan Mg2+
berfungsi menghubungkan
lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel bakteri gram negatif dan pada bakteri gram
positif ion Ca2+ dan Mg2+ berfungsi menghubungkan asam teikoat sebagai penyusun
peptidoglikan (Arsiani dkk.,2007).
Uji fitokimia yang dilakukan terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari,
terdapat senyawa triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid.Senyawa
–senyawa tersebut memiliki sifat sebagai antibakteri (Pratiwi, 2014).
6.2Kumur-Kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari
Menurunkan
Jumlah Bakteri S.mutansPenderita Karies
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan jumlah bakteri
S.mutans sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10
hari(p<0,05), dibandingkan dengan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
berkumur aquadest tidak ada perbedaan (p>0,05), berarti bahwa terjadi penurunan
jumlah bakteri S.mutans setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh pratiwi (2014), bahwa senyawa triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin,
flavonoid memiliki sifat sebagai antibakteri.Uji fitokimia yang dilakukan terhadap
kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa triterpenoid, alkaloid,
fenolat, tannin, saponin, flavonoid.
S. mutans merupakan bakteri gram positif, dimana kelompok bakteri grampositif dapat menghasilkan polisakarida permukaan yang spesifik (10-50% dari
dinding sel) dan protein yang berhubungan dengan peptidoglikan.Dinding sel bakteri
gram positif mempunyai peptidoglikan yang tebal dibandingkan bakteri gram
negatif.Polisakarida yang sangat dikenal adalah asam teikoat.Bakteri ini tahan
tehadap suasana asam dalam lingkungannya (ferdiaz, 1992).
S.mutans merupakan agen penyebab utama karies pada manusia.Kemampuan
bakteri ini melekat pada permukaan gigi merupakan hal terpenting bagi
perkembangan karies.Sukrosa dari makanan dapat digunakan S.mutans untuk
meningkatkan koloninya dalam rongga mulut.S.mutans mempunyai dua enzim pada
dinding selnya yang dapat membentuk dua macam polisakarida ekstraseluler dari
sukrosa. Fruktosa (levan) dihidrolisis
olehenzimfructosyltransferase dan glukosa
(dekstran) dihidrolisis oleh enzim glucosyltransferase (Willett et al., 1991).
Patogenesis S.mutans terjadi melalui erosi hidroksiapatit seperti mineral dari enamel
oleh asam laktat yang merupakan hasil akhir metabolik dari pertumbuhan bakteri.
Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea, terdapat tannin. Tannin merupakan
senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung banyak gugus hidroxil dan
gugus lain seperti karboxil untuk membentuik perikatan kompleks yang kuat dengan
protein dan makromolekul yang lain, berasal dari tumbuhan, berasa pahit, dan kelat
(Hayati, 2010).Mekanisme kerja antibakteri tanin mempunyai daya antibakteri
dengan cara memprepitasi protein. Efek antibakteri tanin melalui reaksi dengan
membran sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi fungsi materi genetik. Mekanisme kerja
tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA
topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria dkk., 2009).
Kompleksasi dari ion
besi dengan
tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin.
Mikroorganisme yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi
untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA. Enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak dapat terbentuk oleh
kapasitas pengikat besi yang kuat oleh tannin (Pratiwi, 2014).
Tannin memiliki aktivitas antibakteri.Toksisitas tanin dapat merusak
membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat menginduksi pembentukan
kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan
suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya
toksisitas tanin itu sendiri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam menghambat sel
bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi
selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam
nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Roslizawatydkk., 2013).
Hasil uji fitokimia terhadap kombucha hasil fermentasi 10 hari, terdapat
senyawa flavonoid.Senyawa ini termasuk dalam senyawa phenolik dengan struktur
kimia C 6 C 3 C 6 .Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatic B, dan cincin tengah berupa heterosiklikyang mengandung oksigen, bentuk
teroksidasi cicncin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub
kelompoknya
(Redha,
2010).Mekanisme
penghambatan
flavonoid
terhadap
pertumbuhan bakteri diduga karena kemampuan senyawa tersebut membentuk
komplek dengan protein ekstraseluler, mengaktivasi enzim, dan merusak membran
sel. Pada umumnya senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif dan Gram negatif.Flavonoid dapat berfungsi sebagai bahan antimikroba
dengan
membentuk
ikatan
komplek
dengan
dinding
sel
dan
merusak
membran.Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk
kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid
yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba (Roslizawaty dkk., 2013).
Hasil uji fitokimia terhadap kombucha teahasil fermentasi 10 hari, terdapat
senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid memiliki kerangka dasar yang terdiri dari
enam unit satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30
asiklik yaitu skualen (Rindia dkk.,2013). Penelitian yang dilakukan oleh Murdianto
senyawa triterpenoid menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli( Murdiantodkk., 2014). Hasil penelitian ini sesuai juga dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sukadana (2008),aktifitas antibakteri senyawa
golonga triterpenoid dari biji papaya (carica papaya L.), bahwa senyawa triterpenoid
mempunyai sifat anti bakteri (Sukadana dkk., 2008).
Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat
senyawa saponin.Senyawa saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat
dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup
luas diantaranya meliputi: immunomodulator, antitumor, anti inflamasi, antivirus,
anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemidan efek hypokholesterol.
Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang
pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan
hemolisis (Rahayu, 2009). Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat
menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel.
Saponin dapat menjadi anti bakteri karena zat aktif permukaannya mirip
detergen, akibatnya saponin akan menurunkan tegangan permukaan dinding sel
bakteri dan merusak permebialitas membran. Rusaknya membran sel ini sangat
mengganggu kelangsungan hidup bakteri (Pratiwi, 2014).Penelitian yang dilakukan
oleh Rosyidah (2010), bahwa saponin menghambat pertumbuhan S.aureus dan E.coli.
Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat
senyawa alkaloid.Alkaloid adalah senyawa yang mengandung basa nitrogen, biasanya
dalam bentuk heterosiklik.Alkaloid terdistribusi luas pada tanaman. Banyak alkaloid
merupakan turunan asam amino lisin,ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam
antralinat. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen yang
terkandung (Mursiti, 2013) Penelitian terhadap alkaloid , bahwa alkaloid mempunyai
sifat antibakteri yaitu terhadap bakteriS.aureus Pen-,S.aureus Pen+, S.aureus ATCC
25923, S.aureus ATCC 53154, S.carmonum LMG13567, B.cereus LMG 13569, E.
faecalis, E. faecalis CIP 103907, Sh. bodii, Sh. flexneri, Sh. dysentriae, Sh. dysentriae
CIP54501, Sal. Thyphi, sal. Parathyphi, E.coli, E.coliCIp 105182 (Korou et al,
2005).
Uji fitokimia pada penelitian ini tidak dapat menentukan persentase zat-zat
aktif yang terdapat dalam kombucha tea, sehingga tidak diketahuizat aktif yang
paling memegang peranan sebagai antibakteri.
6.2Kumur-Kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari Meningkatkan pH
saliva pada penderita karies.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan pH sebelum dan
sesudah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari(p<0,05), dibandingkan
dengan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah berkumur aquadest tidak ada
perbedaan (p>0,05),berarti bahwa terjadi peningkatan pH setelah berkumur
kombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada penderita karies.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Prasetya (2008), Perbedaan jumlah koloni bakteri saliva antara kelompok non
karies dan kelompok karies disebabkan karena derajat kebersihan rongga mulut pada
kelompok karies lebih rendah dari pada kelompok non karies. Pada kelompok karies
media mempunyai derajat keasaman saliva yang tinggi ( angka pH saliva makin
rendah ) maka makin banyak karies dan makin rendah kebersihan mulut anak, yang
merupakan tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembang biak bakteri rongga
mulut, memperlihatkan bahwa penurunan pH plak lebih besar pada individu karies
dibandingkan individu yang bebas karies (Prasetya, 2008).
Penurunan pH saliva dapat meningkatkan frekuensi karies gigi.Derajat
keasaman (pH) pH saliva yang rendah optimum untuk pertumbuhan bakteri,
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya pada pH saliva yang
tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi (Soesilo,
2005). Penelitian yang
dilakukan oleh Suwanto , ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat
keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto, 2005).
pH saliva yang
berdasarkan jumlah elemen gigi berkaries menunjukkan semakin banyak jumlah gigi
yang karies, semakin asam pH salivanya.
Hoewen mengatakan meningkatnya
mikroorganisme berbanding lurus dengan penurunan pH saliva dengan adanya sifat
dari mikroorganisme yaitu menghasilkan asam dan berkembang biak dengan baik
pada suasana asam (Maryati, 2000).
Strptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies gigi yang terdapat
dalam rongga mulut dalam pertumbuhannya memproduksi asam yang menyebabkan
penurunan pH saliva, asam tersebut dalam pejalanannya akan mendemineralisasi
enamel gigi yang dapat menyebabkan terjadinya karies
(Lenander et al.,
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian berkumur dengan kombucha didapatkan
simpulan sebagai berikut:
1. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan
jumlah koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi.
2. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan
jumlah bakteri S.mutans rongga mulut pada penderita karies gigi.
3. Berkumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari meningkatkan pH
rongga mulut pada penderita karies gigi.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk menentukan mekanisme kombucha tea dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri S.mutans dan meningkatkan pH
saliva pada penderita karies.
69
DAFTAR PUSTAKA
Amerongen, A.V.N., Michels, L.F.E., Roukema, P.fA, Veerman, E.C.L. 1991. Ludah
dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Abyono R, editor. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 1-40; 194
Armand and Andrew. 2011. “Perubahan pH Saliva Setelah Minum Minuman
berkarbonasi dan
Minuman Poduk Olahan Susu pada mahasiswa FKG
USU”. (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Aryadnyani, 2012.“Peningkatan Waktu fermentasi Kombucha Tea Meningkatkan
Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri E.Coli Penghasil Extended Beta
laktamase (ESBL) Secara In Vitro”. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana
Asriani, Betty L., Sedarnawati,Idwan S. 2007. Mekanisme Antibakteri Metabolit Lb.
pantarum Kik dan Monogliserol Minyak kelapa terhadap Bakterri Patogen
Pangan.Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 18(2) : 152-9
Carranza, F.A., Newman,M. G.2002.
PhiladelphiaWb, Saunders.
Clinical
Periodontology
9th
Ed.
Cowan, S.T. 1974. Cowan and Steel’sManual For The Identification of Medical
Bacteria. Cambridge: Cambridge University Press. p. 30-37.
Dipti, P. B. , Yogesh. 2003. Lead Induced Oxidative Stress- Beneficial Effect of
kombucha Tea .Biomedical andEnviromental Science.276-82
Dufresne ,C., Farnworsh, E. 1999. Tea, kombucha and Health.Review Article. Food
Research and development Centre Agriculture and agri-food Canada
Elsevier.33(2000) 409-42.
Fardiaz, S. 1992.
Analisa
KuantitatifMikrobiologi Pada Bahan Pangan.
Mikrobiologi Pangan I . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Finn,S.B., 2006. Clinical Pedodontic 4 edition, W.B saunders .Philadelphia company
Forssten, S., Marika, B., Arthur. 2010. Streptococcus mutans, Caries and Simulation
Models. Nutrient journal.290-8.
p: 119 - 29.
Hamada, S., and H.D.Slade, 1980.Immunology and Cariogenenecity of Streptococcus
mutans.Microbiologycal review. Jun 44(2): 331-384
Hart, Tony, Shears, Paul. 1997. Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran.
Hipokrates, Jakarta.
Hayati E.K. 2010.Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tannin dari Daun belimbing
wuluh. Jurnal Kimia, 4(2) :193-200
Hurlburt,M., Brian,M.S., Novy, Dauglass, 2010. Dental Caries: a pH Mediated
Disease,CDHA journal –winters, (9-18)
Hutagalung, M., Zahara.2010. “Pengaruh The kombucha TerhadapKekerasan
Enamel dan Adhesi Streptococcus mutans”.(skripsi).Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Jarrel J., Cal T., Bennet. The kombucha Consartia of Yeast and Bacteria.Micologist.
2000:14 166-7
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2012. Medical Microbiology, Mc Graw-Hill
Companies Inc, page 327-9.
Jayabalan, R., Malini, K., Sathishkumar, M., Swaminathan, K., and Yun, S.E.
2010.Biochemical Characteristic of Tea Fungus Produced During Kombucha
Fermentation.Food Sci. Biotechnol. 19(3): 843-47.
Kidd, A.M., Joyston., Bechal, S. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya.(Narlan Sumawinata).Jakarta :EGC.
Kiddman, 2005.Essential of Dental Caries.Third edition, ebook download pdf file.
Korou,D ,savadogo, Canini, Yamego. 2005. Antibacteryal Actyvity of Alkaloid
fromSida Acuta. African Journal of Biotechnology,4(12) :1452-7
Lenander,M., Lumikari,Loimaranta. 2000. Saliva and Dental caries. Adv Dent Res.
14:40-7.
Mahon, C., Lehman D., Manuselus,G. 2011. Textbook of Diagnostic
Microbiology.Fifth edition. Saunders Elsivier. Page 407- 8
Manton, J.W. 2010.Streptococcus mutans and You; Home Sweet Home in
YourMouth.[cited 2014 Jan 5].Avaible from:
http://www.freewebs.com/naguiar/Microbiology Fall
Marisi Silaban.2009. “Pengaruh Jenis Teh dan Lama fermentasi pada Proses
Pembuatan Teh Kombucha”(tesis).Medan: Universitas Sumatera Utara.
Maryati. 2008. “Derajat Keasaman (pH) Saliva pada Rongga Mulut Berkaries dan
Tidak Berkaries” (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mikrobiologi Pangan I . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Milanda, T., Susilawati, Y., Mutakin, Indah, B. D. 2005 .Isolasi dan Identifikasi salah
satu senyawa dalam Fraksi kombucha dengan Aktifitas Antibakteri terbesar
Tehadap Salmonella typhi. Farmaka, 3 (2) :1-10
Mursiti S.,Matsjeh, Jumina, Mustofa. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Eklusidasi
Struktur Senyawa Alkaloid dari Biji Mahoni Bebas Minyak (Swietenia
macrophylia). Jurnal MIPA, 36(2): 167-77
Naland, H. 2008. Kombucha Teh Dengan Seribu Khasiat. Agromedia Pustaka.
Jakarta: 2-58.
Nancy, A. 2000, Ten Cate’s Oral Histology: Developmental, Structure andFunction
Saliva. Louis: Mosby Elsevier,2008:290-2
Newbrun, E.1989 ,Cariology ,Ed.3: 46-52, 73-84 , Quintessnce . Chicago
Nirmaladewi ,A.,Juni. H. Tandelilin R. Status Saliva dan Gingivitis pada penderita
Gingivitis Setelah berkumur Epigalochatecingallat (EGCG) dari Ekstrak Teh
Hijau (Camelia Sinensis).[cited2013 Nov 20]. Available from: farmasi
ugm.ac.id
Nolte. 1982. Basic Microbiology. CV Mosby Company. New York
Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials A Practical Approach.John Wiley&Sons Ltd.
England
Prasetya, R.C.2008. Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Saliva Anak-Anak Karies
dan Non Karies.Indonesian journal of Dentistry 15(1):65-70.
Puspitasari F.2005.“Pengaruh pemberian jus buah pear terhadap pembentukan plak
gigi”.(skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Rahayu I.D. 2009. Isolasi dan Identifikasi Saponin dari Aloe barbadensis.Jurnal
Gamma, 5(1): 22-8
Rahayu, Rahayu, 2009 T. t.t. Uji Antijamur Kombucha Coffee terhadap Candida
albicans dan Tricophyton mentagrophytes.(tesis). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Redha A. 2010. Flavonoid, Struktur, Sifat Antioksidatif dan Perananya dalam Sistem
Biologis.Jurnal Belian, 9(2): 196-202
Rijayanti P.R., Luliana, Trianto. 2014. “Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak etanol daun
Mangga Bacang (Mangifera foetida L.)terhadap Staphylococcus aureus
secara In Vitro”. (Skripsi). Pontianak: Universitas Tanjung Pura
Rindia, Sanusi, Ibrahim, Mai Efdi. 2013. Isolasi dan karakterisasi Triterpenoid dari
Fraksi N-heksana pada kulit batang Srikaya (Canona Squamosa L). Jurnal
Kimia Unand, ISSN No: 2303-3401, 2(1): 165-9
Riskesdas, 2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kementrian
Kesehatan RI.
Roeslan, B. U. 2001. “Hambatan terjadinya Karies Gigi Setelah Diimunisasi dengan
Glukosiltranferase Streptococcus mutans INA99 yang diaplikasikan pada
Mukosa Rongga Mulut” (Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia
Roslizawaty, Ramadani N.Y, Fakhruransi, Herrialfian, 2013.Aktifitas Antibakteri
Ekstrak Etanol dari Rebusan sarang Semut (Myrmecodia sp) Terhadap
Bakteri E.coli. Jurnal MedikaVeterinaria ,ISSN: 0853-1943. 7(2): 205-9
Rosyidah K., Nurmuhaimina S., Astuti, Komasi. 2010. Aktifitas Antibakteri Fraksi
Saponin dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi. ACCHEMY ,1(2):53-105
Sari, G., 2009. “Permen Karet Xilitol yang Dikunyah Selama 5 Menit Meningkatkan
dan Mempertahankan pH Saliva Perokok Selama 3 Jam” (Tesis). Denpasar:
UNUD
Silaban,S., 2009. “Pengaruh Jenis The dan lama fermentasi pada Pembuatan Teh
kombucha”. (Skripsi) Medan: USU repository
Soesilo, D. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva
pada Proses Pencegahan Karies.Majalah kedokteran gigi (Dent J). 38 (1)
Stookey, G.K. 2008.The Effect of Saliva on Dental Karies.JADA. 139 (S): 11-7
Sukadana, I.M. ,Sri Rahayu, Juliarti. 2008. Aktifitas Antibakteri Senyawa
Triterpenoid dari Biji Pepaya.Jurnal Kimia,1(2):15-8
Sulistyawan, H. 2007. “Uji Antijamur Kombucha Coffee (KC) terhadap C. albicans”
(skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Suryadinata, 2012.Kadar Bicarbonat
karies.Sainstis. 1(1): 35-42
Saliva
Penderita
karies
dan
Bebas
Suwanto, Martini, Sayono. 2005. “Hubungan Derajat Keasaman Saliva dengan
Karies Gigi pada Siswa SD Negeri Jakenan Kecamatan Jakenan Kabupaten
Pati Tahun 2005”. (Skripsi) Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhamaddiyah Semarang.
Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti),Ed.2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Todar, K. 2005. Phycialand Environmental Requirements for Growth. University of
Wisconins. Madison. 20: 32-35.
Willett, N.P., White, R.R., and Rosen, W. 1991.Essential Dental
Microbiology.Connecticut : Appleton & Lange A Publishing Division of
Prentice Hall.p:303-8
LAMPIRAN 1
ETHICAL CLEARENCE
LAMPIRAN 2
PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM
MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM
PENELITIAN
Pendahuluan
Informed Consent
pada dasarnya bertujuan melindungi hak-hak individu
guna memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat berkaitan dengan penelitian yang
akan dijalankan sebelum membuat persetujuan dengan benar. Informed Consent
mengandung hal-hal sebagai berikut:
1. Penjelasan yang terperinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapat kebebasan untuk memutuskan
apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal penderita
memiliki hak untuk itu.
Penelitian ini berjudul:
KUMUR KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH
KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH
BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH
SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Latar Belakang
Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan
yang tinggi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesda)
Kementrian
Kesehatan (2007), 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi
berlubang) dan 46,5% merupakan karies aktif yang belum pernah dirawat.
Karies terjadi bukan disebabkan oleh karena satu kejadian saja seperti
penyakit menular lainnya, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama
beberapa kurun waktu. Keyes dan Jordan pada tahun 1960 an menyatakan bahwa
karies terjadi karena multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu : (1) factor
host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga
faktor utama ini dipengaruhi oleh waktu.Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap
faktor harus saling mendukung yaitu gigi yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Finn et al., 2006).
Streptococcus mutans selalu ada dalam setiap keadaan karies (Loesche, 1986),
danLactobacilus berperan dalam proses kelanjutan dan perkembangan karies,
sehingga bakteri ini telah menjadi target utama dalam upaya mencegah terjadinya
karies gigi (Kidd danBechal, 1992; Hurlbuttet al., 2010).
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut
yang menentukan naik dan turunnya pH. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran
saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva (Sari, 2009). Dari
penelitian yang dilakukan oleh Suwanto 2010, ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggiatkan penggunaan obat-obat
herbal sebagai obat alternatif sebagai pengganti atau pendamping obat berbahan
kimia. Penelitian terhadap bahan herbal sangat diperlukan untuk mendapatkan data
yang akurat untuk menunjang hal tersebut, sehingga banyak dikembangkan produk
kesehatan yang berasal dari herbal yang mempunyai efek anti bakteri, salah satunya
adalah teh kombucha (Naland, 2008).
Telah banyak penelitian tentang teh kombucha diantaranya oleh Rahayu dan
Rahayu (2009) tentang uji anti jamur kombucha coffe terhadap Candida albicans
danTrycophiton mentagrophytes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kombucha
Coffee mempunyai potensi antijamur terhadap Tricophyton mentagrophytes dan
Candida albicans.Milanda dkk.(2005) meneliti isolasi dan identifikasi salah satu
senyawa fraksi kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela
typhy. Hasil hasil penelitian tersebut menunjukkan teh
kombucha memberikan
aktifitas antibakteri.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitaskombucha tea dalam
menurunkan koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri Streptococcus mutans dan
meningkatkan pH saliva pada penderita karies.
Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan kontribusi ilmiah bidang functional food khususnya efek
kombucha tea sebagai antibakteri dan meningkatkan pH rongga mulut yang
asam.
2. Dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut
Manfaat praktis
Dapat diinformasikan kepada masyarakat luas, bahwa ada minuman kesehatan
yang efisien dan murah untuk mencegah karies gigi .
Tatalaksana Penelitian
Protokoler penelitian
Kelompok 1
1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan
sampel)
2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut),
pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas,
turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan
kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Sampel diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva
selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva dengan
pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
4. Sampel berkumur dengan aquadest steril selama 30 detik dengan tehnik
berkumur yang benar.
5. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari
bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media
TSB.
6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiology
Unud untuk diproses lebih lanjut.
7. 30 menit kemudian, sampel mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva
selama 5 menit kurang lebih 3 ml saliva.Dihitung pH saliva dengan pH meter
dan dicatat pada form yang telah disediakan.
Kelompok 2
1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan
sampel)
2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut),
pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas,
turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan
kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Sampel diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva
selama 5 menit, kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva
dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
4. Sampel berkumur dengan kombucha teaselama 30 detik dengan tehnik
berkumur yang benar.
5. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari
bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media
TSB.
6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi
Unud untuk diproses lebih lanjut.
7. Setelah 30 menit, kemudian sampel mencucurkan salivanya ke dalam pot
saliva selama 5 menit kurang lebih 3 ml saliva. Dihitung pH saliva dengan pH
meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
Risiko Penelitian dan Cara Penanggulangan
Pada saat penelitian berlangsung ada beberapa kemungkinan risiko yang
terjadi diantaranya adalah
1.
Rasa haus saat penelitian berlangsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan segera
diberikan air minum setelah pengumpulan saliva terakhir selesai.
2.
Adanya
pemeriksaan
rongga
mulut
untuk
mengetahui
indeks
DMF-t
memungkinkan terjadi infeksi silang apabila ada subjek yang menderita penyakit
tertentu. Hal ini telah ditanggulangi dengan digunakannya alat diagnosa steril
pada saat pemeriksaan serta perlengkapan alat dan bahan sterilisasi selalu siap di
lokasi penelitian yaitu RSGM FKG Unmas Denpasar.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan:
1.
Penelitian ini bersifat sukarela
2.
Walaupun prosedur penelitian ini telah dilakukan secara cermat, apabila terjadi
ketidak nyamanan selama penelitian maka akan dirundingkan bersama
3.
Penelitian ini bersifat sukarela, maka peserta penelitian dapat mengundurkan diri
jika menemukan hal-hal yang dirasa merugikan.
4.
Hasil penelitian akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan keilmuan tidak
untuk kepentingan publikasi komersial.
5.
Kerahasian peserta penelitian akan dijaga dengan tidak mencantumkan nama
pada hasil penelitian.
6.
Penjelasan dan surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan satu
untuk peserta penelitian.
Penutup
Demi terselenggaranya penelitian ini dengan baik, maka mutlak diperlukan
kerjasama yang baik antara peserta penelitian dan peneliti.
Kode:
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: ................................................................................................
Umur
: ................................................................................................
Jenis Kelamin
: ................................................................................................
Alamat
: ................................................................................................
No KTP
: ................................................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya serta memahami dan menyadari
manfaat dan risiko penelitian yang berjudul:
KUMUR KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH
KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH
BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH
SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Saya dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian serta mematuhi
segala ketentuan-ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan
apabila pada saat penelitian merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkan persetujuan ini.
Denpasar, ....................................
Mengetahui,
Penanggung Jawab Penelitian
Menyetujui,
Peserta Penelitian
Drg. Kadek Lusi Ernawati
(.........................................)
LAMPIRAN 3
PENELITIAN PENDAHULUAN
Protokol penelitian :
1. Sampel menyikat giginya
2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan
sampel dengan tehnik swab(pre perlakuan), dari bagian bukal gigi molar atas ,
turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan
kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Sampel berkumur dengan kombucha tea, selama 30 detik dengan tehnik berkumur
yang benar.
4. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama pengambilan sampel.
Setelah 10 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi
molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (
kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
5. Setelah 30 menit, pengambilan sampel kembali, pengambilan sampel dengan
tehnik swab,
dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal,
dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab
dimasukkan ke media TSB.
Kumur dengan kombucha tea tetap dalam pengawasan petugas.
HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan menggunakan 3 sampel :
Sampel kelompok A (untuk kombucha dengan fermentasi 10 hari) 2 sampel
Sampel kelompok B (untuk kombucha dengan fermentasi 14 hari)  1 sampel
Sampel 1A Preperlakuan  ditemukan koloni Streptococcus mutans
Sampel 1 APost perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans berkurang
Sampel 1 A Post perlakuan 30 menit (fermentasi 10 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans tetap seperti semula
Sampel 2A Post perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans berkurang
Sampel 2A Post perlakuan 30 menit (fermentasi 14 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans tetap seperti semula
Sampel 1 B, kombucha fermentasi 14 hari
Pre perlakuan  terdapat koloni Streptococcus mutans
Sampel 1B Post perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans berkurang
Sampel 1B Post perlakuan 30 menit (fermentasi 14 hari)  ditemukan koloni
Streptococcus mutans tetap seperti semula
Secara in vitro:
K ombucha fermentasi 10 hari mempunyai zona hambat lebih besar dari 14 hari.
Jumlah bakteri S.mutans sebelum dan setelah berkumur kombucha tea
NO
1
2
3
4
5
6
PRE
61
10
61
9
50
45
POST
51
4
56
1
45
39
Lampiran 4
HASIL PENELITIAN
Identifikasi Streptococcusmutans
Pengenceran secara tehnik dilusi dilakukan sebelum pembiakan bakteri pada
media MHB, untuk memudahkan dalam perhitungan jumlah bakteri (Ferdiaz,
1992).Dilakukan pengenceran 10 -1 sampai dengan 10-5 terlihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1.pengenceran dengan tehnik dilusi
Mengidentifikasi viridian group ke level spesies sangatlah sulit, pemeriksan
secara
klinis
dan
laboratories
harus
dilakukan
pada
isolat.
Tampilan
Streptococcusmutans pada media biakan adalah seperti Streptococcuspada umumnya
yaitu koloni berbentuk cembung, kecil, terjadi α homolisa, ß hemolisa atau tanpa
hemolisa seperti tampak pada gambar 5.2.
Pengecatan gram, uji katalase,
Streptococcal grouping kit, dan uji biokomia dengan gula-gula perlu dilakukan untuk
memastikan Streptococcusmutans (Mahon et al, 2011).
Gambar koloni bakteri Streptococcus
Tampilan Streptococcus pada mediabiakan dapat dihitung secara manual
dengan menggunakan colony counter seperti pada gambar 5.3.
Gambar colony counter dan biakan Streptococcus
Pewarnaan gram
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, untuk
melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit , maka untuk
identifikasi digunakan tehnik pengecatan. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk
memudahkan melihat bakteri pada mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk
bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel,
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri tersebut
terhadap zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Bakteri gram positive memiliki dinding sel yag lebih sederhana dengan peptidoglikan
yang tebal, bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan
gram(ferdiaz, 1992).
Hasil
pewarnaan Gram terhadap isolat bakteriStreptococcus viridans
menunjukkanbahwa seluruhnya merupakan bakteri gram positif yang ditandai
denganterbentuknyawarna ungu pada sel bakteri. Morfologi memperlihatkancoccus
berpasangan
atau
berantai ditunjukkan pada Gambar
Gambar Morfologi Streptococcusmutans (Manton,2010)
Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk membedakan Streptococcus (katalase negatif)
dengan Staphylococcus yang menghasilkan enzim katalase (katalase positif).Enzim
ini berperan dalam memecah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji ini
penting dilakukan untuk membuktikan sifat bakteri terhadap kebutuhan akan oksigen
(Todar, 2005).
Hasil uji katalase yang dilakukan terhadap seluruh isolat adalah negative. Hal
ini membuktikan bahwa isolate tersebut adalah Streptococcus.
Gambar uji katalase, tidak ada gelembung berarti negatif.
Uji Latex Streptococcal Grouping Kit
Pada tahun 1970 , Bratthal berhasil menentukan lima serotipe Streptoccus
mutansyaitu a,b, c, d dan e , dan kemudian Perch dan kawan-kawannya
mengidentifikasi
serotipe
f
dan
g.Whiley,
1988
strainbaruStreptococcus downei yang disebut serotipe h.
menemukan
Kedelapan
serotipe
iniditentukan berdasarkan struktur antigennya yang spesifik dan komposisi dinding
selnya
sehingga
(Newburn,1989).
dapat dibedakan secara serologik, genetik,
dan biokimia
Berdasarkan penelitian ini ditunjukkan dengan adanya aglutinasi (seperti
berbutir) berarti
positif
terlihat
pada
Gambar
5.6.penelitian ini
ditemukanserotipe c, d, dan g, bisa dilihat pada lampiran.
Gambar Hasil UjiLatex StreptococcalGrouping Kituntuk
mengidentifikasi Streptococcus viridans menunjukkan
adanya aglutinasi pada serotipe c dan d dan g
Uji biokimia (Mannitol)
Uji
biokimia
untuk
menentukan
genusdan spesiesdari masing-masing
bakteri.Uji biokimia yang dilakukan antara lain uji fermentasi mannitol dan glukosa.
Ujiini ditujukan untuk
manitolmaupun
menentukan
glukosa.
Pada
bakteri yang mampu memfermentasikan
uji
gula-gula
hanya
terjadiperubahan
warnapadamedia glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini
membentuk asamdan gas dari fermentasi glukosa(Cowan, 1974).
Hasil uji mannitol pada penelitian ini membuktikan isolate menghasilkan
asam karena mampu memfermentasikan maninitol, dilihat dari terjadinya perubahan
warna dari merah menjadi kuning seperti terlihat pada gambar
Gambar Uji mannitol perubahan warna mannitol dari merah
menjadi kuning
HASIL PENELITIAN
Jumlah koloni S. mutans pada kelompok perlakuan
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
94160
3160
23100
460
180500
3290
5600
420
530
4795
2260
2900
6900
21433
200
3545
210
5100
1895
139000
380
310
3400
1740
1650
5250
Jumlah koloni bakteri rongga mulut pada kelompok perlakuan
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
16333
3925
600
350
4600
1680
249500
120
310
350
1800
500
5100
4875
0
400
0
0
0
120000
100
0
0
0
0
3400
Jumlah koloni Streptococus mutans pada kelompok kontrol
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12
K13
20670
1480
430
46000
78433
227500
52900
176700
39166
42300
42600
15400
1109650
1730
380
0
45000
252000
40600
314166
244600
22500
22500
15183
50300
347333
Jumlah koloni bakteri rongga mulut pada kelompok kontrol
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12
K13
380
1240
1340
49000
192833
300
346000
30800
19750
28750
3800
46250
26800
0
1080
0
55833
123000
0
354666
22250
30.95
23500
3600
200750
24100
pH saliva kelompok perlakuan
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
5,6
6,8
5.9
7,1
5,7
6,1
6,5
6,8
7,0
6,8
6,8
6,9
6,5
5,8
6,8
6,1
7,1
6,2
6,1
6,1
6,8
7,1
6,9
6,8
7,0
6,5
pH saliva kelompok kontrol
No
KODE
PRE
POST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12
K13
5,6
7,1
7,3
5,5
5,6
5,4
5,5
6,2
6,0
6,0
6,0
6,5
5,8
5,6
7,1
7,3
5,5
5,6
5,4
5,5
6,2
6,0
6,0
6,0
6,5
5,8
Lampiran 5
ANALISISI DATA
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
Koloni_streptococus_pre
Koloni_streptococus_post
pH_saliva_pre
pH_saliva_post
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Kontrol
.361
13
.000
.582
13
.000
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
Kontrol
.282
.270
.155
.205
.152
.221
.182
.130
.261
.182
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
.006
.011
.200*
.139
.200*
.142
.200*
.200*
.056
.200*
.677
.652
.923
.895
.917
.832
.887
.954
.874
.925
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
.000
.000
.026
.114
.231
.117
.089
.655
.059
.295
Perlakuan
.289
13
.104
.857
13
.235
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
log_Bakteri_pre
Kontrol
.196
13
.186
.913
13
.205
log_Bakteri_post
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
.142
.148
.166
13
13
13
.200*
.200*
.200*
.953
.924
.892
13
13
13
.651
.285
.104
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji t-independent
Group Statistics
Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_Bakteri_rongga_mul Kontrol
ut_pre
Perlakuan
13
4136.77
4881.277
1353.823
13
4479.46
3844.124
1066.168
Koloni_Bakteri_rongga_mul Kontrol
ut_post
Perlakuan
13
2307.08
3274.865
908.284
13
253.62
130.224
36.118
Koloni_streptococus_pre
Kontrol
13
6131.38
3717.737
1031.115
Perlakuan
13
4348.92
2132.365
591.412
Kontrol
13
6176.46
4456.280
1235.950
Perlakuan
13
2093.08
1754.146
486.512
Kontrol
13
6.2538
.56659
.15714
Perlakuan
13
6.5000
.50827
.14097
Kontrol
13
5.9615
.43501
.12065
Perlakuan
13
6.7769
.45854
.12718
Koloni_streptococus_post
pH_saliva_pre
pH_saliva_post
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances
F
Sig.
t-test for Equality of Means
t
Koloni_Bakt Equal variances assumed
eri_rongga_
Equal variances not
mulut_pre
assumed
.059 .810
Koloni_Bakt Equal variances assumed
eri_rongga_ Equal variances not
mulut_post assumed
1.21 .189 2.259
Koloni_stre Equal variances assumed
ptococus_pr Equal variances not
e
assumed
1.48 .142 1.500
Koloni_stre Equal variances assumed
ptococus_po
Equal variances not
st
assumed
1.10 .279 3.074
pH_saliva_p Equal variances assumed
re
Equal variances not
assumed
.143 .709 -1.166
-.199
df
Std.
Mean
Error
Sig. (2- Differen Differen
tailed)
ce
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
24
.844 -342.692 1723.23 -3899.28 3213.89
-.199 22.750
.844 -342.692 1723.23 -3909.65 3224.26
24
2.259 12.038
.033 2053.46 909.002 177.374 3929.55
.043 2053.46 909.002
73.608 4033.31
24
.147 1782.46 1188.68 -670.858 4235.78
1.500 19.124
.150 1782.46 1188.68 -704.384 4269.30
24
.005 4083.38 1328.25 1341.99 6824.77
3.074 15.632
.007 4083.38 1328.25 1262.20 6904.56
24
.255 -.24615
.21111 -.68186
.18955
-1.166 23.72
.255 -.24615
.21111 -.68213
.18982
pH_saliva_p Equal variances assumed
ost
Equal variances not
assumed
.046 .832 -4.651
24
.000 -.81538
.17530 -1.17718 -.45359
-4.651 23.934
.000 -.81538
.17530 -1.17724 -.45353
Uji t-paired
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pH_saliva_pre
6.5000
13
.50827
.14097
pH_saliva_post
6.7769
13
.45854
.12718
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
pH_saliva_pre & pH_saliva_post
Correlation
13
Sig.
.708
.007
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Testa
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error
Mean Deviation Mean
Pair pH_saliva_pre 1
pH_saliva_post
.27692
.37228
Lower
.10325
Upper
-.50189
t
Sig. (2tailed)
df
-.05196 -2.682
12
.020
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pH_saliva_pre
6.2538
13
.56659
.15714
pH_saliva_post
5.9615
13
.43501
.12065
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
pH_saliva_pre & pH_saliva_post
a. Kelompok = Kontrol
Correlation
13
.269
Sig.
.373
Paired Samples Testa
Paired Differences
Std.
Std. Error
Mean Deviation Mean
Pair pH_saliva_pre 1
pH_saliva_post
.29231
.61436
.17039
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
-.07895
t
Sig. (2tailed)
df
.66356 1.715
12
.112
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_streptococus_pre
4348.92
13
2132.365
591.412
Koloni_streptococus_post
2093.08
13
1754.146
486.512
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
Correlation
Koloni_streptococus_pre &
Koloni_streptococus_post
13
Sig.
-.015
.960
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Testa
Paired Differences
Mean
Std.
Std.
Error
Deviation Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
Pair Koloni_streptococus_pre 1
Koloni_streptococus_post 2.256E3 2781.864 771.5 574.782 3936.910
t
Sig. (2tailed)
df
2.924
12
.013
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_streptococus_pre
6131.38
13
3717.737
1031.115
Koloni_streptococus_post
6176.46
13
4456.280
1235.950
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
Koloni_streptococus_pre &
Koloni_streptococus_post
Correlation
13
Sig.
-.247
.417
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean
Lower
Upper
t
Pair Koloni_streptococus_pre -45.077 6469.433 1794.298 -3954.516 3864.362 -.025
1
Koloni_streptococus_post
Sig.
(2df tailed)
12
.980
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
a. Kelompok = Perlakuan
N
Std. Deviation Std. Error Mean
4479.46
13
3844.124
1066.168
253.62
13
130.224
36.118
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre &
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
Correlation
13
Sig.
.605
.028
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Testa
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std. Std. Error
Deviation Mean
Lower
Upper
Pair Koloni_Bakteri_rongga_
1
mulut_pre 4.226E3 3766.745 1044.707 1949.625 6502.067
Koloni_Bakteri_rongga_
mulut_post
a. Kelompok = Perlakuan
t
4.045
Sig.
(2df tailed)
12
.002
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre
4136.77
13
4881.277
1353.823
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
2307.08
13
3274.865
908.284
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N
Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre &
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
Correlation
13
Sig.
.050
.870
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa
Paired Differences
Mean
Pair Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
a. Kelompok = Kontrol
95% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Difference
Deviati Error
on
Mean Lower Upper
t
Sig.
(2taile
df d)
1.830E3 5739.6 1591 -1638.7 5298.12 1.149 12 .273
Lampiran 6
HASIL UJI FITOKIMIA
Download