UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL

advertisement
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN
MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) DAN DAUN SIRIH MERAH
(Piper porphyrophyllum N.E.Br.)
Dinar Anggia Zen1, Agung Nur Cahyanta2, Endang Istriningsih3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Email:[email protected] – 085642731191
ABSTRAK
Latar Belakang: Gaya hidup kembali ke alam menjadi cukup popular saat ini sehingga masyarakat kembali
memanfaatkan bahan alam untuk upaya pengobatan. Pemilihan bahan alami untuk pengobatan didasarkan
pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahan-bahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam
dunia pengobatan. Tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah Mimba dengan kandungan kimia
golongan isoprenoid, misalnya diterpenoid dan triterpenoid. Tanaman sirih merah merupakan salah satu
bahan alam yang dapat dimanfaatkan untuk antibakteri dan sudah dibuktikan dari penelitian yang sudah ada,
karena kandungan kimia yang berupa Flavonoid dan Tanin.
Tujuan: Mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan
ekstrak daun Sirih Merah (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, data yang diperoleh adalah data diameter zona
hambat yang dapat diuji homogenitasnya dengan uji kolmogorf-smirnov dan dilanjutkan dengan uji anova
untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan bermakna pada masing-masing perlakuan.
Hasil: Rata-rata besarnya diameter zona hambat ekstrak daun mimba, daun sirih merah dan campuran daun
mimba-daun sirih merah (1:1) pada konsentrasi 2000 µg/ml terhadap bakteri E.coli berturut-turut 3 mm; 5
mm; 2 mm sedangkan terhadap bakteri S.aureus berturut-turut 1,67 mm; 2,67 mm; 2,33 mm dan pada
konsentrasi 125 µg/ml terhadap bakteri E.coli berturut-turut sebesar 1 mm; 1mm; 1mm sedangkan terhadap
bakteri S.aureus 1 mm; 1mm; 1,67 mm. Terdapat perbedaan bermakna untuk masing-masing kelompok pada
bakteri S.aureus.
Kata Kunci: Mimba, Sirih Merah, E.coli, S.aureus
COMBINATION ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST ETHANOL EXTRACT NEEM
LEAF (Azadirachta indica A. Juss) AND RED BETEL LEAF
(Piper porphyrophyllum N.E.Br.)
Background of the Study: Recently, lifestyle-back to nature is quite popular so that people utilize natural
materials to get treatment. The selection of natural ingredients for the treatment is based on the research
evidence so that the use of natural materials is expected to be more on the right target in the world of
medicine. Nutritious crop as the antibacterial is Mimba with chemical compound of isoprenoids, such as
diterpenoid and triterpenoid. Red Betel leaf is one of the natural materials that can be utilized for
antibacterial and already evidenced from the existing research because of the chemical content of Flavonoids
and Tannins
Purposed: Find out the antibacterial activity of the combination of ethanol extracts of Mimba leaf
(Azadirachta Indica A. Juss) and Red Betel leaf (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) on E. coli and S. aureus.
Method: This research was experimental research while the data retrieved was the data of inhibition zone
diameter that could be tested the homogenity with kolmogorf-smirnov and Anova test to compare whether
there was a significant difference at each treatment.
Result: The average of inhibition zone diameter of Mimba leaf extract, Red Betel leaf and combination of
those leaves (1:1) at a concentration of 2000 µ g/ml on E. coli was 3 mm; 5 mm; 2 mm and 1.67 mm; 2.67
mm; 2.33 mm on S. aureus while at a concentration of 125 µ g/ml on E. coli was 1 mm; 1 mm; 1 mm and 1
mm; 1 mm; 1.67 mm on S. aureus. Therefore, there was a significant difference for each group on S. aureus.
Keywords: Mimba, Red Betel, E.coli, S.aureus
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia telah lama mengenal
dan menggunakan tanaman berkhasiat obat
sebagai
salah
satu
upaya
dalam
menanggulangi
masalah
kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasar pada pengalaman dan ketrampilan
yang secara turun temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penggunaan bahan alam sebagai obat
tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang
lalu terbukti dari adanya relief candi
Borobudur yang menggambarkan orang
sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan
sebagai bahan bakunya.
Gaya hidup kembali ke alam menjadi
cukup popular saat ini sehingga masyarakat
kembali memanfaatkan bahan alam untuk
upaya pengobatan. Pemilihan bahan alami
untuk pengobatan didasarkan pada bukti
penelitian, sehingga penggunaan bahan-bahan
alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran
dalam dunia pengobatan.
Tanaman lain yang berkhasiat sebagai
antibakteri adalah Mimba dengan kandungan
kimia golongan
isoprenoid, misalnya
diterpenoid dan
triterpenoid,
yaitu
protomeliasin, limonoid, azadiron dan
turunannya,
azadiraktin
gedunin
dan
turunannya, senyawa tipe vilasinin dan Csekomeliasin, seperti nimbin, nimbolida,
mahmoodin dan
nonisoprenoid,
seperti
polisakarida, polifenolat (Singh dkk., 2005).
Juga mengandung asam galat, flavonoid,
dihidrokalkon, kumarin, tanin, dan senyawa
alifatik (Agrawal,
2005).
Zat
pahit
tetranortriterpena,
termasuk
nimbidin,
nimbin, nimbinin, nimbidinin, nimbolida,
dan asam nimbidat, membuat tanaman ini
berkhasiat juga sebagai antibakteri.
Tanaman sirih merah merupakan salah
satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan
untuk antibakteri dan sudah dibuktikan dari
penelitian yang sudah ada, karena kandungan
kimia yang berupa Flavonoid dan Tanin.
Flavonoid
mempunyai
aktivitas
yang
menghambat sintesis atau merusak asam
nukleat sel bakteri (Wasitaatmadja, 1997).
Sementara tanin menghambat verotoksin sel
bakteri.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E.
coli, adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri
yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
dapat ditemukan dalam usus besar manusia. E.
coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia.
E.coli
yang
tidak
berbahaya
dapat
menguntungkan
manusia
dengan
memproduksi vitamin K2, atau dengan
mencegah bakteri lain di dalam usus.
Sedangkan Aureus adalah sekelompok bakteri
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
akibat infeksi berbagai jaringan tubuh. Nama
aureus berasal dari staphyle (Yunani), yang
berarti sekelompok anggur, dan kokkos. Lebih
dari 30 jenis Staphylococcus dapat
menjangkiti manusia, tapi sebagian besar
infeksi disebabkan oleh Staphylococcus
aureus.
Staphylococcus biasanya dapat
ditemukan di hidung dan kulit sebesar 25% 30% dari orang dewasa yang sehat.
Kerusakan pada kulit atau luka lainnya dapat
memungkinkan bakteri untuk mengatasi
mekanisme perlindungan alami tubuh,
menyebabkan infeksi (Stroppler, 2008).
Kombinasi dari dua atau lebih tanaman yang
berbeda pernah dilakukan. Obat herbal
Pikutbenjakul merupakan gabungan beberapa
tanaman yang terdiri dari lima tanaman obat
yaitu Piper chaba Linn, Piper sarmentosum
Roxb, Piper interruptum Opiz., Plumbago
indica Linn. dan Zingiber officinale
(Sakpakdeejaroen dan Itharat, 2009).
Banyaknya penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan peneliti melihat ada potensi dari
alam yang dapat mengurangi atau bahkan
mengobati penyakit karena bakteri seperti
daun mimba dan daun sirih, sehingga peneliti
ingin meneliti aktivitas antibakteri kombinasi
ekstrak etanol daun mimba dan daun sirih
merah terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif.
BAHAN DAN ALAT
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun mimba, daun sirih merah,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,
Muller Hinton Agar, Nutrient Agar, dekstrose,
etanol 96%, larutan NaCl 0,9%
Alat
Evaporator (Janke dan Kunkel IKALabortechnik), timbangan analitik (Adam
AFA-210 LC, USA), lemari pendingin (LG),
viskometer Hoeppler (Haake PRUFSCHEIN,
Jerman), pinset, oven (Memmert, Jerman),
pH meter tipe 510 (Eutech Instrument,
Singapura), jangka sorong (Tricle Brand,
China) dan alat-alat gelas.
METODE PENELITIAN
Determinasi tanaman
Determinasi
tanaman
dilakukan
di
Laboratorium
Botani
Farmasi,
untuk
memastikan kebenaran tanaman yang akan
digunakan dalam penelitian.
Pengumpulan dan penyediaan bahan
penelitian.
Daun mimba dan daun sirih merah diperoleh
dari tanaman di daerah kecamatan dukuhwaru,
kabupaten Tegal.
Pembuatan Simplisia
Kotoran yang menempel pada daun mimba
dan daun sirih merah dibersihkan kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari dengan
ditutup kain hitam untuk menghilangkan air
sehingga dapat disimpan lama serta
menghindari timbulnya jamur dan kapang.
Daun mimba dan daun sirih merah yang telah
kering kemudian diblender hingga berbentuk
serbuk dengan derajat kehalusan tertentu.
Pembuatan ekstrak etanol
Sejumlah 1 kg serbuk daun mimba dan daun
sirih merah dengan ukuran mess mess 18
dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 10 L,
selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor
(Harborne, 1987; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia & Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, 2000).
Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)
Sebanyak 3 gram beef extract, 5 gram pepton
dan 15 gram agar dilarutkan dalam 1000 ml
akuades. Larutan tersebut kemudian diaduk
sehingga menjadi larutan yang homogen.
Larutan dipanaskan di atas hotplate sambil
terus diaduk hingga semua bahan larut.
Medium dimasukkkan ke dalam beberapa
tabung reaksi dan disterilkan menggunakan
autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm
selama 15-20 menit (Pelczar dan Chan, 1993).
Peremajaan Kultur S.aureus dan E.coli
(Suparmo, 1989)
S.aureus dan E.coli dari kultur persediaan
diremajakan dengan cara memindahkan satu
ose S.aureus dan E.coli ke dalam medium NA
miring yang baru dengan cara distreak,
diinkubasi pada suhu 37oC selama 2x24 jam.
Persiapan Kultur Cair S.aureus dan E.coli
(Suparmo, 1989)
Kultur cair dari S.aureus dan E.coli dibuat
dengan cara menginokulasikan S.aureus dan
E.coli yang telah diremajakan sebanyak satu
ose untuk setiap 10 ml media air steril,
selanjutnya kultur diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 2x24 jam.
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji daya hambat pertumbuhan S.aureus dan
E.coli dilakukan dengan cara meneteskan 0,1
ml inokulum S.aureus dan E.coli dari media
NA ke permukaan agar yang telah memadat,
kemudian
disebarkan
dengan
menggosokkannya
menggunakan batang
drugalsky pada permukaan agar supaya
tetesan suspensi merata, penyebaran lebih
efektif bila cawan itu berputar. Kertas cakram
diameter 6 mm dicelupkan kedalam ekstrak
etanol daun mimba dan daun sirih lalu
diletakkan di atas permukaan media tersebut
secara aseptis dengan menggunakan pinset.
Masing-masing kultur diinkubasi dalam
inkubator selama 48 jam pada suhu 37 oC,
kemudian diukur diameter zona bening (clear
zone) dengan menggunakan penggaris. Ada
daerah bening di sekitar kertas cakram
menunjukkan bahwa senyawa tersebut
memiliki aktivitas antibakteri.
Perlakuan yang diujikan dalam penelitian ini
terdapat 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan
yaitu :
P1 : kombinasi ekstrak etanol daun mimba dan
daun sirih dengan konsentrasi 2000 µg/mL
P2 : kombinasi ekstrak etanol daun mimba dan
daun sirih dengan konsentrasi 1000 µg/mL
P3 : kombinasi ekstrak etanol daun mimba dan
daun sirih dengan konsentrasi 500 µg/mL
P4 : kombinasi ekstrak etanol daun mimba dan
daun sirih dengan konsentrasi 250 µg/mL
P5 : kombinasi ekstrak etanol daun mimba dan
daun sirih dengan konsentrasi 125 µg/Ml
Analisis Data
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental. Data daya hambat kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis
korelasi dibuat persamaan regresi y= a+bx
(Mursyidi, 1985). Data yang diperoleh adalah
data diameter zona hambat yang dapat diuji
homogenitasnya dengan uji kolmogorfsmirnov dan dilanjutkan dengan uji anova
untuk
membandingkan
ada
tidaknya
perbedaan bermakna pada masing-masing
perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk
memastikan kebenaran identitas dari tanaman
yang akan diteliti dan menghindari kesalahan
dalam
pengambilan
bahan
tanaman.
Determinasi dilakukan di Laboratorium
Biologi Farmasi Stikes Bhamada Slawi
menggunakan buku determinasi Flora of Java
(Backer Van Den Brink, 1965). Hasil dari
determinasi tanaman diperoleh kepastian
bahwa tanaman yang digunakan dalam
penelitian adalah Azadirachta indica A. Juss
dan Piper porphyrophyllum N.E.Br.
Pembuatan Ekstrak
Daun mimba dan daun sirih merah sebelum
dibuat simplisia dilakukan sortasi terlebih
dahulu dengan memilih daun mimba dan daun
sirih merah yang masih segar, tidak busuk dan
cukup tua. Setelah disortasi bahan dicuci,
diiris tipis dan dikeringkan. Serbuk simplisia
daun mimba dan daun sirih merah yang sudah
kering ditimbang. Pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air yang banyak
terdapat pada dinding sel. Pengeringan
menyebabkan simplisia menjadi mengerut
sehingga bila dibasahi dengan cairan penyari,
simplisia akan membengkak kembali.
Perendaman serbuk sebelum dilakukan
penyaringan bertujuan agar cairan penyari
dapat masuk ke seluruh pori-pori simplisia
sehingga
mempermudah
penyarian
selanjutnnya. Cairan penyari yang digunakan
adalah etanol 96% karena lebih mudah
melarutkan alkaloid dan terpenoid yang
merupakan zat aktif yang ingin didapat. Etanol
juga tidak beracun, kapang dan kuman sulit
tumbuh, netral, absorbsinya baik dan panas
yang diperlukan untuk pemekatan lebih
sedikit. Penyarian dengan maserasi digunakan
karena simplisia mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, waktu
pengerjaan yang lebih singkat dan peralatan
yang digunakan sederhana. Prinsip kerja dari
metode maserasi ini mendorong zat aktif yang
ada pada simplisia dengan cairan penyari.
Metode maserasi ini memungkinkan kontak
antara pelarut dengan sampel lebih lama
sehingga perpindahan senyawa dari sampel ke
pelarut akan lebih optimal (Anonim, 1989).
Dari 400 g serbuk simplisia daun mimba dan
daun sirih merah diperoleh ekstrak kental
bebas pelarut dan rendemen yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ekstrak kental bebas pelarut hasil
maserasi
Berat
Rendemen
Ekstrak
(gram) (%)
Daun Mimba
27,96
6,99
Daun Sirih Merah
61,79
15,44
Masing-masing ekstrak disimpan dalam botol
ditutup dengan alumunium foil, dimasukkan
ke dalam plastik dan disimpan dalam lemari
pendingin. Selanjutnya ekstrak pekat tersebut
di uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.
coli dan S. aureus.
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk
mengetahui potensi aktivitas antibakteri
ekstrak etanol campuran daun mimba dan
daun sirih merah terhadap bakteri E. coli dan
S. aureus. Bakteri E. coli merupakan bakteri
gram negatif, sedangkan S. aureus merupakan
bakteri gram positif. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan terhadap tiga ekstrak yaitu ekstrak
etanol daun mimba, ekstrak etanol daun sirih
merah dan ekstrak etanol campuran daun
mimba-daun sirih merah (1:1). Uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol campuran daun
mimba-daun sirih merah dilakukan terhadap
bakteri E. coli dan S. aureus yang telah
diinkubasi selama 24 jam pada inkubator suhu
370C. Setelah diinkubasi bakteri E. coli dan S.
aureus ditempel dengan kertas cakram yang
telah dicelupkan dalam ekstrak dengan
berbagai konsentrasi dan diinkubasi pada
inkubator suhu 370C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi selama 24 jam dapat diukur
zona hambat dari masing-masing ekstrak.
Semakin besar zona hambat maka semakin
besar aktivitas antibakteri suatu sampel.
Besarnya zona hambat masing-masing
perlakuan dapat dilihat pada Tabel.2.
Tabel 2. Diameter zona hambat sampel
pada bakteri E.coli dan S.aureus
Bahan Uji
Konsentrasi
(µg/mL)
2000
1000
Ekstrak
500
Daun
250
Mimba
125
2000
1000
Ekstrak
500
Daun Sirih 250
Merah
125
2000
Ekstrak
1000
Campuran
500
daun mimba 250
dan
daun 125
sirih merah
(1:1)
Rerata
diameter
zona
hambat
(mm)
pada
E.coli
3
2,67
2
1
1
5
3
1,3
1
1
2
1,67
1,33
1
1
bahan uji maka semakin besar zona hambat
baik untuk bakteri E.coli maupun S.aureus.
Aktivitas antibakteri suatu ekstrak sebanding
dengan besarnya zona hambat, maka semakin
besar zona hambat menunjukkan semakin
besar juga aktivitas antibakteri. Rata-rata
besarnya diameter zona hambat ekstrak daun
mimba, daun sirih merah dan campuran daun
mimba-daun sirih merah (1:1) pada
konsentrasi 2000 µg/ml terhadap bakteri E.coli
berturut-turut 3 mm; 5 mm; 2 mm sedangkan
terhadap bakteri S.aureus berturut-turut 1,67
mm; 2,67 mm; 2,33 mm dan pada konsentrasi
125 µg/ml terhadap bakteri E.coli berturutturut sebesar 1 mm; 1mm; 1mm sedangkan
terhadap bakteri S.aureus 1 mm; 1mm; 1,67
mm. Kontrol yang digunakan dalam penelitian
ini adalah etanol 70% dimana etanol 70%
merupakan pelarut yang digunakan untuk
maserasi.
Rerata
diameter
zona
hambat
(mm)
pada
S.aureus
1,67
1,33
1
1
1
2,67
1,67
1,67
1
1
2,33
2,33
2,33
2
1,67
Data Tabel 2 menunjukkan konsentrasi
bahan uji berbanding lurus dengan besarnya
zona hambat. Semakin tinggi konsentrasi
Gambar
5. Grafik hubungan antara
konsentrasi bahan uji/ekstrak
dengan diameter zona hambat
pada bakteri E.coli
Gambar
6. Grafik hubungan antara
konsentrasi bahan uji/ekstrak
dengan diameter zona hambat
pada bakteri S.aureus
Gambar 5 dan 6 menunjukkan aktivitas
antibakteri meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi bahan uji. Hasil analisis korelasi,
antara konsentrasi ekstrak etanol daun sirih
merah, daun mimba, campuran daun sirih
merah-daun mimba dan zona hambat terhadap
bakteri E.coli, menunjukkan korelasi yang
sangat kuat (nilai r berturut-turut = 0,99; 0,90;
0,97), sehingga jika konsentrasi ditingkatkan
akan meningkatkan nilai zona hambat
pertumbuhan bakteri E.coli. Sedangkan hasil
analisis korelasi, antara konsentrasi ekstrak
etanol daun sirih merah, daun mimba,
campuran daun sirih merah-daun mimba dan
zona hambat terhadap bakteri S.aureus,
menunjukkan korelasi yang sangat kuat (nilai r
berturut-turut = 0,96; 0,98; 0,67), sehingga
jika
konsentrasi
ditingkatkan
akan
meningkatkan nilai zona hambat pertumbuhan
bakteri S.aureus.
Perbedaan zona hambat yang dihasilkan antara
bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli disebabkan karena diameter zona hambat
yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain toksisitas bahan
uji, kemampuan difusi bahan uji pada media,
interaksi antar kompomen medium, dan
kondisi lingkungan mikro in vitro. Menurut
Siswandono (2000) konsentrasi suatu bahan
yang berfungsi sebagai antibakteri merupakan
salah satu faktor penentu besar kecil
kemampuanya
dalam
menghambat
pertumbuhan mikroba yang diuji. Selain itu,
ukuran zona hambat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu mikroorganisme uji
(strain dan fisiologi uji bakteri), medium
kultur, metode uji serta kecepatan difusi zat.
Perbedaan zona hambat tersebut juga
dikarenakan adanya perbedaan struktur
dinding sel antara kedua bakteri yang
mempengaruhi kerja ekstrak etanol daun sirih
merah sebagai senyawa antibakteri. Struktur
dinding sel bakteri gram positif lebih
sederhana, yaitu berlapis dengan kandungan
lipid yang rendah (1-4 %) sehingga
memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam
sel (Hawley, 2003). Staphylococcus aureus
sebagai bakteri gram positif memiliki 3
lapisan yaitu selaput sitoplasma, lapisan
peptidoglikan yang tebal (Jawetz dkk, 2001).
Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih
kompleks, berlapis tiga, yaitu lapisan luar
lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida
yang berperan sebagai penghalang masuknya
bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid
tinggi (11-12%) (Hawley, 2003). Eschericia
coli sebagai gram negatif memiliki lapisan
yang lebih kompleks dan berlapis lapis yaitu
selaput
sitoplasma,
lapisan
tunggal
peptidoglikan dan selaput luar yang terdiri dari
lipoprotein dan lipopolisakarida. Dinding sel
bakteri gram negatif berisi tiga komponen
yaitu lipoprotein membran terluar yang
mengandung molekul protein yang disebut
porin dan lipopolisakarida. Porin pada
membran terluar dinding sel bakteri gram
negatif tersebut bersifat hidrofilik. Porin yang
terkandung pada membran terluar tersebut
menyebabkan molekul-molekul komponen
ekstrak lebih sukar masuk ke dalam sel
bakteri. Selaput luar E. coli bersifat menolak
molekul hidrofobik sekaligus hidrofilik
dengan baik namun selaput ini memilik
saluran khusus yang disebut porin, yang
menyebabkan difusi pasif senyawa hidrofilik
dengan berat molekul rendah seperti glukosa,
dan asam amino, sedangkan molekul dengan
berat molekul besar seperti molekul antibiotik
termasuk molekul aktif ekstrak etanol daun
sirih merah akan mengalami kesulitan
menembus selaput ini. Adanya perbedaaan
struktur dan komponen dinding sel tersebut
yang menyebabkan E. coli sebagai gram
negatif lebih resisten ( Jawetz dkk, 2001;
Brooks dkk, 2005).
Daun mimba (Azadirachta indica juss)
diketahui mengandung senyawa golongan
terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin,
tanin (Biu dkk., 2009), asam lemak (Khan
dkk., 2010), steroid dan triterpenoid (Aslam
dkk., 2009). Metabolit yang ditemukan dari A.
indica antara lain disetil vilasinin, nimbandiol,
3-desasetil salanin, salanol, dan azadirachtin
(Sudarsono dkk., 2002; Soegihardjo, 2007).
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ekstrak
kulit batang dan daun mimba (Azadirachta
indica juss) telah teruji dapat melawan 105
galur bakteri dari 7 genus, yaitu
Staphylococcus, Enterococcus, Pseudomonas,
Escherichia, Klebsiella, Salmonella, dan
Mycobacterium (Fabry dkk., 1998). Fraksi
kloroform daun mimba, dengan menggunakan
metode difusi padat, diketahui mempunyai
aktivitas
antibakteri
terhadap
bakteri
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi
(Pramularsih, 2001). Pengaruh infus dan
ekstrak daun mimba sebagai antibakteri
terhadap Bacillus subtillis dan Pseudomonas
aeruginosa, didapatkan bahwa infus daun
mimba tidak memberikan efek antibakteri
sedangkan bentuk ekstraknya
bersifat
antibakteri (Lieke, 2003).
Daun sirih merah mengandung senyawa
kimia seperti alkaloid, senyawa polifenolat,
flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri.
Daya antifungi daun ini mungkin disebabkan
oleh adanya senyawa alkaloid, flavonoid,
tanin, dan minyak atsiri (Sudewo, 2010).
Alkaloid adalah zat aktif dari tanaman yang
berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang dapat menghancurkan bakteri,
virus, jamur, dan sel kanker (Olivia dkk,
2004).
Alkaloid
mempunyai
aktivitas
antimikroba dengan menghambat esterase,
DNA, RNA polimerase, dan respirasi sel serta
berperan dalam interkalasi DNA (Aniszewki,
2007). Sedangkan sebagai antifungi, secara
biologi alkaloid menyebabkan kerusakan
membran sel. Alkaloid akan berikatan kuat
dengan ergosterol membentuk lubang atau
saluran sehingga menyebabkan membran sel
bocor dan kehilangan beberapa bahan intra sel
seperti elektrolit (terutama kalium) dan
molekul-molekul kecil. Hal ini mengakibatkan
kerusakan yang tetap pada sel dan kematian
sel pada jamur (Mycek dkk, 2001; Setiabudy
& Bahry, 2007). Senyawa flavonoid dan
minyak atsiri dilaporkan berperan sebagai
antifungi (Wiryowidagdo, 2008). Selain itu,
flavonoid juga dilaporkan berperan sebagai
antivirus,
antibakteri,
antiradang,
dan
antialergi. Sebagai antifungi, flavonoid
mempunyai senyawa genestein yang berfungsi
menghambat pembelahan atau proliferasi sel.
Senyawa ini mengikat protein mikrotubulus
dalam sel dan mengganggu fungsi mitosis
gelendong
sehingga
menimbulkan
penghambatan pertumbuhan jamur. Flavonoid
menunjukkan toksisitas rendah pada mamalia
sehingga beberapa flavonoid digunakan
sebagai obat bagi manusia (Biswas, 2002;
Roller, 2003; Siswandono&Soekardjo, 2000).
Tanin juga diduga mempunyai efektivitas
dalam menghambat pertumbuhan atau
membunuh Candida albicans. Tanin bersifat
menciutkan dan mengendapkan protein dari
larutan dengan membentuk senyawa yang
tidak larut. Selain itu, tanin berperan dalam
sistem pertahanan tubuh dan mempunyai
aktivitas antioksidan serta antiseptik (Sirait,
2007; Sulistyawati&Mulyati, 2009). Namun,
kandungan tanin dalam ekstrak ini mungkin
sangat
kecil
karena
penelitian
ini
menggunakan menstruum berupa etanol
sehingga hanya sedikit atau terbatas tanin
yang dapat larut (Gamse, 2002). Pengaruh
senyawa fenol yang terdapat dalam daun sirih
merah terhadap Candida albicans adalah
mendenaturasi ikatan protein pada membran
sel sehingga membran sel lisis dan mungkin
fenol dapat menembus ke dalam inti sel.
Masuknya fenol ke dalam inti sel inilah yang
menyebabkan jamur tidak berkembang
(Sulistyawati&Mulyati, 2009). Dari hasil
penelitian lain, ekstrak etanol daun sirih hijau
(Piper betle Linn) yang termasuk dalam satu
familia (Piperacea) telah terbukti mempunyai
daya antifungi terhadap Candida albicans.
Daun ini mengandung minyak atsiri yang
terdiri dari betelfenol, kavikol, seskuiterpen,
hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol,
dan karvakrol. Daun ini tidak mengandung
senyawa
alkaloid
tetapi
mempunyai
kandungan fenol total yang lebih tinggi
daripada daun sirih merah (Juliantina dkk,
2009; Sudewo, 2010).
Hasil diameter zona hambat pada
bakteri E.coli dan S. aureus masing-masing
kelompok perlakuan dengan 3 x replikasi yaitu
ekstrak daun sirih merah, daun mimba,
campuran daun sirih merah dan daun mimba,
diuji normalitasnya dengan uji kolmogorovsmirnov. Berdasarkan hasil uji kolmogorovsmirnov, data zona hambat ekstrak terhadap
bakteri E. coli dapat dikatakan terdistribusi
normal atau mewakili populasi. Selanjutnya
dilakukan uji Anova pada Confidence Interval
(CI) 95%. Nilai F hitung anova pada
kelompok uji terhadap bakteri E.coli sebesar
0,692 lebih kecil dari F tabel yaitu 3,74. Nilai
signifikansi 0,519 lebih besar dari 0,05 artinya
tidak terdapat perbedaan bermakna diantara
tiga perlakuan yaitu ekstrak daun sirih merah,
daun mimba serta campuran daun sirih merah
dan daun mimba. Tiga kelompok perlakuan
yaitu daun sirih merah, daun mimba serta daun
sirih merah dan daun mimba memiliki efek
aktivitas antibakteri
pada bakteri E.coli
namun efek aktivitas antibakteri dari tiga
perlakuan tidak berbeda signifikan dari
masing-masing kelompok.
Berdasarkan hasil uji kolmogorov-smirnov,
data zona hambat ekstrak terhadap S. aureus
dapat dikatakan terdistribusi normal atau
mewakili populasi. Selanjutnya dilakukan uji
Anova pada Confidence Interval (CI) 95%.
Nilai F hitung anova pada kelompok uji
terhadap bakteri S.aureus sebesar 5,08 lebih
besar dari F tabel yaitu 3,74. Nilai signifikansi
0,025 lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat
perbedaan bermakna diantara tiga perlakuan
yaitu ekstrak daun sirih merah, daun mimba
serta campuran daun sirih merah dan daun
mimba.
SIMPULAN
1. Rata-rata besarnya diameter zona hambat
ekstrak daun mimba, daun sirih merah
dan campuran daun mimba-daun sirih
merah (1:1) pada konsentrasi 2000 µg/ml
terhadap bakteri E.coli berturut-turut 3
mm; 5 mm; 2 mm sedangkan terhadap
bakteri S.aureus berturut-turut 1,67 mm;
2,67 mm; 2,33 mm
2. Rata-rata besarnya diameter zona hambat
ekstrak daun mimba, daun sirih merah
dan campuran daun mimba-daun sirih
merah (1:1) pada konsentrasi 125 µg/ml
terhadap bakteri E.coli berturut-turut
sebesar 1 mm; 1mm; 1mm sedangkan
terhadap bakteri S.aureus 1 mm; 1mm;
1,67 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, D.P. 2005. Medicinal Properties
of
Neem:
New
Findings.
www.neemuses.com.
Di-akses
tanggal 29-04-2005.
Aniszewki, T. 2007. Alk aloid Secrets of Life.
Amsterdam: Elsevier. pp. 18.
Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Biswas, K. 2002. “Biological Activities and
Medicinal Properties of Neem
(Azadirachta in-dica).” Review Curr.
Sci. 82 : 1336-1345.
Brooks, G.F., Janet, S.B., dan A.M. Stephen.
2005. Mikrobiologi kedokteran,
diterjemahkan
oleh
bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlngga, 285, 351-357,
Salemba Medika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia &
Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Bakti Husada.
Fabry, W., P.O. Okemo, and R. Ansorg. 1998.
Antibacterial activity of East African
medicinal plants.
Journal of
Ethnopharmacology 60 (1): 79-84.
Gamse, T. 2002. Liquid-Liquid Extraction and
Solid-Liquid Extraction. Institute of
Thermal Process and Environmental
Engineering Graz University of
Technology. 2-24.
Hawley, R., 2003, Enterotoxigenic Escherichia coli, di akses tanggal 26 Maret
2011
dari
http://
vm.cfsan.fda.gov/mov/chap14.html
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2001.
Medical Microbiology: Medical
Mycology. 24th Edition. New York:
Mc Graw Hill Companies. pp. 6425.
Harborne. J.B. 1987. Metode fitokimia :
penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan : penerjemah Kosasih
Padmawinata,
Iwang
Soediro;
penyunting
Sofia
Niksolihin:
Bandung : ITB.
Juliantina, F. , Citra, D.A., Nirwani, B.,
Nurmasitoh, T. , Bowo, E.T. 2009.
Manfaat
Sirih Merah (Piper
crocatum)
sebagai
Agen
Antibakterial terhadap Bakteri Gram
Positif dan Gram Negatif. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
1(1): 12-20.
Mursyidi, A.,1985. Statistika Farmasi dan
Biologi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C.,
Fisher, B.D. 2001. Farmakologi
Ulasan
Bergambar:
Obat-obat
Antijamur. Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika. pp. 341-7
Olivia, F. , Alam, S., & Hadibroto, I. 2004.
Seluk Beluk Food Suplemen.
Jakarta: Gramedia. pp. 49
Pelczar, M.J. and E. C. S. Chan., 1993.
Microbiology
Concept
and
Applications. Mc Graw-Hill, New
York.
Pramularsih, E.D. 2001.
Uji Aktivitas
Antibakteri
Daun
Mimba
(Azadirachta indica Juss.) terhadap
Staphylococcus
aureus
dan
Salmonella typhi beserta Profil
KLT. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Roller, S. 2003. Natural Antimicrobials for the
Minimal Processing of Foods.
Washington DC: CRC Press. pp.
211.
Sakpakdeejaroen, I., dan Itharat, A. 2009.
Cytotoxic
Compounds
Against
Breast Adenocarcinoma Cell (MCF7) From Pikutbenjakul. J. Health
Res.. 23 (2). 71-76.
Setiabudy, R. & Bahry, B. 2007. Farmakologi
dan Terapi: Obat Jamur. Edisi 5.
Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia. pp. 571-84.
Singh U. P. et al. 2005. “Phenolic Acids in
Neem (Azadirachta indica): a
Major
Pre-existing Secondary
Metabolites."
J.
Herb.
Pharmacother., 5 (1): 35-43.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitok imia dalam
Farmasi.
Bandung:
Institut
Teknologi Bandung.
Siswandono, B.S., 2000. Kimia Medisinal 2,
Airlangga
University
Press,
Surabaya.
Soegihardjo C. J. 2007. Mimba (Azadirachta
indica a. Juss, suku meliaceae),
tanaman multi manfaat yang dapat
menanggulangi persoalan rakyat
Indonesia: SIGMA: Vol. 10: No. 1.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A.
Donatus, dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian,
Sifat-Sifat,
dan
Penggunaan.
Yogyakarta: Pusat Studi Obat
Tradisional UGM.
Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan
Sirih Merah: Jakarta : Penerbit
Agromedia Pustaka.
Sulistyawati, D. & Mulyati, S. 2009. Uji
Aktivitas Antijamur Infusa Daun
Jambu
Mete
(Anacardium
occidentale, L.) terhadap Candida
albicans. Biomedika. 2(1): 47-51.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
IU Press: hal 59 – 60.
Wiryowidagdo, S. 2008. Kimia dan
Farmakologi Bahan Alam. Jakarta:
EGC. pp. 310.
Download