Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Studi Kelayakan
Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi, baik pada sebuah proyek
maupun bisnis yang sedang berjalan (Subagyo, 2007). Studi kelayakan yang dilakukan untuk
menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan proyek,
sedangkan studi kelayakan yang akan dilakukan untuk menilai kelayakan dalam
pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo, 2007).
Perusahaan menurut Sumarni (1997) dikutip dari Subagyo (2007) adalah sebuah unit kegiatan
produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Proyek menurut Gray (1993) dikutip dari Subagyo (2007) adalah kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan berbagai sumber daya
untuk mendapatkan manfaat (benefit). Kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk
kesatuan berarti baik sumber daya yang digunakan dalam satu proyek maupun hasil proyek
tersebut dapat dipisahkan dari sumber daya dan hasil proyek lain. Kegiatan yang direncanakan
berarti baik biaya maupun hasil (output) dapat dihitung maupun diperkirakan. Kegiatan itu
dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
dapat diperoleh benefit sebesar mungkin.
Studi kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia usaha. Beberapa proyek
yang gagal ditengah jalan, bisnis yang berhenti beroperasi, dan kredit yang macet didunia
perbankan, serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak diterapkannya studi
kelayakan secara konsisten. Secara teoritis, jika tiap investasi didahului studi kelayakan yang
benar, resiko kegagalan dan kerugian dapat dikendalikan dan diminimalisir sekecil mungkin.
Studi kelayakan yang dilakukan secara benar akan menghasilkan laporan yang komprehensif
tentang kelayakan proyek atau bisnis yang akan didirikan atau dikembangkan dan
kemungkinan resiko yang akan dihadapi atau terjadi (Subagyo, 2007).
4
Investasi menurut Subagyo (2007) mempunyai sifat-sifat tertentu, seperti:
1. Melibatkan sejumlah modal yang besar termasuk biaya kesempatan. Artinya apabila
suatu investasi telah dipilih, berarti modal tersebut tidak dapat digunakan untuk
membiayai investasi yang lain.
2. Meliputi jangka waktu yang lama, sehingga semakin lama jangka waktu suatu
investasi berarti ketidakpastian dan resiko yang dihadapi oleh investasi tersebut
semakin besar.
3. Dibatasi oleh sumber daya, artinya alokasi sumber daya untuk suatu investasi akan
menghilangkan kesempatan untuk melakukan invesatsi yang lain.
4. Adanya alternatif investasi, karena kegiatan yang berbeda atau yang sama apabila
dilakukan dilingkungan yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula.
Dengan demikian studi kelayakan dimaksudkan untuk menjamin pengeluaran modal yang
terbatas agar pencapaian tujuan dapat dilakukan seoptimal mungkin.
Analisis yang komprehensif dan menyeluruh terhadap suatu kelayakan investasi mencakup
analisis dari berbagai aspek yang harus dilakukan secara terpadu. Pada prinsipnya analisis ini
menurut Joesron (2001) akan mencakup analisis aspek pemasaran, analisis aspek teknis dan
operasi, analisis aspek finansial, analisis dampak lingkungan, analisis aspek ekonomi dan
sosial, analisis aspek sumber daya manusia, serta analisis aspek hukum. Analisis ini akan
memberikan tools bagi para pengambil keputusan untuk menganalisis proposal investasi yang
diberikan bahkan dapat dijadikan bahan promosi terhadap peluang penanaman modal yang
tersedia, sehingga investor memiliki gambaran dan investasi yang jelas mengenai perusahaan
yang akan dimasukinya dan menimbulkan minat untuk berinvestasi. Sebagai langkah lanjut
dalam upaya menarik masuknya investor, umumnya dipersiapkan road map, business plan
dan infomemo (proposal penawaran dilengkapi dengan seluruh informasi dan kelayakan
investasi dimaksud).
5
2.1.1 Aspek Pemasaran
Analisis aspek pemasaran merupakan kunci utama dalam menentukan kelayakan suatu
investasi. Menurut Husnan (2000) pengukuran dan peramalan permintaan merupakan pokok
bahasan pertama yang dilakukan dari keseluruhan analisa aspek pasar. Hal ini dilakukan
untuk keperluan melihat peluang pemasaran yang tersedia untuk proyek yang diusulkan.
Pengukuran permintaan terhadap sifat produk menurut Husnan (2000) dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu produk yang sudah mapan dan produk baru.
Produk yang sudah mapan adalah produk yang telah diproduksi oleh investor. Dengan
demikian proyek yang diusulkan adalah proyek perluasan usaha. Dengan keadaan tersebut,
maka data masa lalu dari produk yang bersangkutan dapat dicari dan dikumpulkan.
Sedangkan produk baru merupakan tahapan evolusi dari suatu jenis produk yang sudah ada,
atau produk baru yang masih dalam satu varietas dengan produk yang telah ada, atau produk
yang mendekati sama, atau produk tesebut merupakan produk pengganti (Husnan, 2000).
Menurut Husnan (2000) peramalan untuk kedua jenis produk diatas dapat menggunakan
beberapa metode. Beberapa metode yang dapat digunakan adalah:
1. Metode pendapat
2. Metode eksperimen
3. Metode survey
4. Metode time series
5. Metode regresi korelasi
6. Metode input output
Metode pendapat sesuai digunakan jika data histori produk yang akan diramalkan tidak
tersedia.
Analisis selanjutnya menurut Kottler (2000) dikutip dari Joesron (2001) akan diarahkan pada
analisis strategi pemasaran untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana
segmentasi konsumen produk yang akan dihasilkan tersebut? (segmenting). Segmen mana
6
kiranya potensial dijadikan target? (targeting). Bagaimana positioning produk tersebut?
(positioning), atau sering disebut STP. Dengan memahami secara baik hasil analisis STP,
maka dapat dilakukan analisis pasar yang dapat diraih. Hal ini didukung oleh kemampuan
dalam mengenali kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi (lazim dikenal
dengan analisis SWOT ), yang mana menuntut kemampuan dan kepekaan mengenali situasi
kompetisi yang berlaku.
2.1.2 Aspek Teknis dan Operasi
Analisis aspek teknis dan operasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan suatu
investasi secara teknis dan operasi. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi (Kasmir, 2007).
Suatu investasi yang layak secara teknis dan operasi harus memperhitungkan kelayakan dari
beberapa aspek sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir (2007) sebagai berikut:
1. Lokasi proyek
Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan
lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. Beberapa variabel yang perlu
diperhatikan untuk pemilihan lokasi investasi dibedakan dalam dua golongan besar,
yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Variabel-variabel utama tersebut
antara lain: ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel bukan utama antara
lain: hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan sikap masyarakat.
2. Luas produksi
Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang
dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan
peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien. Luas produksi dapat dilihat
dari segi ekonomis dan segi teknis. Dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa
jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien.
Sedangkan dari segi teknisnya yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas
dasar kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis.
7
2.1.3 Aspek Finansial
Mengukur kelayakan suatu investasi secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan
pendapatan yang dihasilkan dari investasi tersebut. Estimasi biaya menurut Petty (1996)
dikutip dari Joesron (2001) akan mencakup:
1. Estimasi biaya investasi awal
Estimasi segala biaya yang merupakan pengeluaran yang dipergunakan untuk
memperoleh aset fisik yang diharapkan memiliki umur pemakaian lama, meliputi
biaya memperoleh ijin usaha, biaya peralatan, biaya instalasi, biaya engineering, biaya
pelatihan, biaya pembelian tanah dan lan-lain.
2. Estimasi biaya operasi
Biaya operasi umumnya diklasifikasikan atas biaya langsung (segala biaya yang
terkait langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan langsung dan tenaga
kerja langsung), biaya tidak langsung (segala biaya yang tidak terkait langsung
dengan proses produksi mencakup biaya bahan tak langsung) dan biaya komersial
(mencakup biaya pemasaran dan biaya administrasi)
3. Estimasi pendapatan
Proyeksi pendapatan dapat dilakukan dengan melakukan estimasi jumlah konsumen
yang mampu diraih, serta pendapatan yang diperoleh per konsumen yang terkait
dengan komponen harga produk per unit.
Evaluasi investasi secara global dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan deterministik dan pendekatan probabilistik. Pada dasarnya istilah yang digunakan
oleh kedua pendekatan tersebut sama, seperti Net Present Value (NPV). Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP) dan sebagainya. Hal yang membedakan kedua pendekatan
deterministik tidak memperhatikan faktor resiko atau cash flow dapat dibuat dalam kondisi
sebuah kepastian. Pengerjaan tugas akhir ini menggunakan pendekatan deterministik, oleh
karena itu teori yang dipakai hanya evaluasi teknis dengan pendekatan deterministik.
Evaluasi atas kelayakan suatu investasi secara finansial dilakukan berdasarkan cash flow yaitu
aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu investasi. Perlu dicatat bahwa dasar evaluasi adalah
menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan, karena hanya kas-lah yang
8
dapat dipergunakan oleh perusahaan kelak untuk membayar dividen atau dipergunakan untuk
investasi kembali. Terdapat beberapa indikator finansial yang lazim digunakan oleh analis
dalam menilai sehat atau tidaknya suatu investasi secara finansial, yaitu:
2.1.3.1 Net Present Value (NPV)
NPV menurut Husnan (2000) didefinisikan sebagai selisih antara nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk
menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang
dianggap relevan.
Metode ini memperhitungkan nilai uang terhadap waktu sekarang. Semua investasi,
pengeluaran dan pendapatan yang membentuk suatu cash flow untuk periode waktu tertentu
(sampai umur ekonomis investasi) dan nilai akhir investasi dikonversikan ke dalam nilai
sekarang dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu.
Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, langkah-langkah analisis kelayakan investasi
dengan menggunakan metode NPV menurut Sumastuti (2006) adalah sebagai berikut:
(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar,
yang didiskontokan pada biaya modal proyek.
(2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV
proyek.
(3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah
negatif, maka proyek harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah
mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih.
Persamaannya dapat dilihat sebagai berikut:
NPV = PW pendapatan – PW pengeluaran ………........………………………. (2.1)
keterangan:
PW pendapatan
= Present Worth pada pendapatan usaha
PW pengeluaran = Present Worth pada pengeluaran usaha
9
Suatu investasi dikatakan layak secara ekonomis apabila investasi tersebut memiliki NPV
lebih besar dari nol, dimana ini berarti cash flow yang dihasilkan melebihi jumlah yang
diinvestasikan. Jika ada beberapa alternative investasi dengan NPV lebih besar dari nol, maka
dipilih investasi dengan NPV terbesar. Kelebihan dan kekurangan dari metode NPV menurut
Subagyo (2007) adalah:
Kelebihan
1. Memperhitungkan nilai uang karena faktor waktu sehingga lebih realistis terhadap
perubahan harga.
2. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
3. Memperhitungkan adanya nilai sisa proyek.
Kekurangan
1. Lebih sulit dalam penggunaan perhitungan.
2. Derajat kelayakan selain dipengaruhi arus kas juga oleh faktor usia ekonomis proyek.
2.1.3.2 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return menurut Husnan (2000) adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa
mendatang.
Penentuan nilai Internal Rate of Return tidak dapat dilakukan dengan suatu matematis, tetapi
dilakukan secara trial and error dan interpolasi. Sehingga untuk menentukan IRR suatu
investasi perlu dicari harga NPV1 dengan tingkat suku bunga sembarang (i1) kemudian
tentukan pula harga NPV2 dengan tingkat suku bunga i2 .
Maka nilai IRR dapat didekati dengan persamaan interpolasi berikut:
IRR =
i
2
+
NPV2
(i 2 − i1 ) ……………………………………………. (2.2)
NPV1 − NPV2
Pada umumnya investor akan membandingkan IRR ini dengan apa yang dinamakan Minimal
Attractive Rate of Return (MARR) yang merupakan suatu tingkat pengembalian tertentu yang
dapat diperoleh relatif tanpa resiko misalnya dengan membandingkan tingkat pengembalian
dari investasi yang ditanam melalui deposito.
10
Suatu investasi dikatakan layak secara ekonomis apabila memiliki nilai IRR yang lebih besar
dari tingkat suku bunga yang MARR. Apabila ada beberapa investasi alternatif yang tidak
sama bidang bisnisnya (tidak satu proyek) dengan nilai IRR lebih besar dari MARR, maka
investasi dengan IRR terbesar yang lebih baik.
IRR > MARR
lebih baik berinvestasi
IRR = MARR
tidak terdapat perbedaan
IRR < MARR
lebih baik tidak berinvestasi
2.1.3.3 Profitability Index (PI)
Profitability index menurut Subagyo (2007) adalah rasio atau perbandingan antara jumlah
nilai sekarang arus pendapatan selama umur evaluasinya dan pengeluaran awal proyek.
Jumlah nilai sekarang arus pendapatan selama umur evaluasi hanya memperhitungkan arus
pendapatan pada tahun pertama hingga tahun terakhir dan tidak termasuk pengeluaran awal.
PI =
PW of Arus Pendapatan (year 1 to n)
…………………… (2.3)
PW of Investment (year 0)
Kriteria kelayakan:
1. Investasi dinilai layak PI ≥ 1
2. Investasi dinilai tidak layak jika PI < 1
Dalam melakukan analisis dengan menggunakan ketiga tools diatas, perlu diperhatikan dua
faktor menurut Joesron (2001) yaitu:
1. Periode Evaluasi
Periode yang dipergunakan untuk melakukan evaluasi secara finansial diestimasikan
berdasarkan faktor tertentu misalnya usia kepemilikan (ownership life) usaha apakah
terhingga atau pribadi.
11
2. Konsep nilai uang terhadap waktu (time value of money)
Konsep nilai uang terhadap waktu dikembangkan dengan memperhatikan faktor
terpengaruhnya waktu dan daya pendapatan terhadap sejumlah uang. Oleh karenanya uang
disebut juga sebagai aset yang berharga, maksudnya uang dapat pula digandakan nilainya
seperti modal lainnya. Namun, cara penggandaannya dilakukan dengan memberlakukan
sejumlah bunga. Dengan demikian nilainya akan terus bertambah sejalan dengan bergeraknya
waktu.
Kelebihan dan kekurangan dari metode IRR menurut Subagyo (2007) adalah:
Kelebihan
1. Sudah mempertimbangkan nilai uang yang disebabkan faktor waktu
2. Memperhitungkan usia ekonomis proyek
3. Memperhitungkan adanya nilai sisa proyek
4. Bank lebih mudah menentukan persentase tingkat suku bunga maksimum yang bisa
ditutup (covered) proyek.
Kekurangan
Lebih sulit dalam penggunaan perhitungannya, namun dengan program komputer
masalah perhitungan ini bisa diatasi.
2.1.3.4 Payback Period (PP)
Payback period menurut Husnan (2000) adalah metode untuk mengukur seberapa cepat
investasi bisa kembali. Karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu
(bulan, tahun dan sebagainya). Jika payback period lebih pendek daripada waktu yang
disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama proyek
ditolak. Konsep payback period inipun menggunakan konsep nilai uang terhadap waktu.
Persamaan umum untuk mendapatkan harga payback period adalah sebagai berikut:
k
∑
t =1
NCI t = INV …………………… ……………………………… (2.4)
12
Dimana:
NCI t = net cash inflow dari investasi pada tahun ke-t
INV = investasi awal
k = periode waktu pengembalian
Suatu investasi dikatakan baik secara ekonomi apabila periode waktu pengembaliannya (k)
relatif kecil. Hal ini dikarenakan semakin kecil nilai k berarti semakin cepat proses
pengembalian suatu investasi. Namun yang perlu diperhatikan disini adalah perhitungan PP
ini sama sekali tidak mempertimbangkan nilai uang terhadap waktu. Jadi, harga PP bukan
merupakan alat ukur profitabilitas, tetapi lebih mengarah kepada alat pengukur kecepatan
kembalinya dana.
Kelebihan dan kekurangan dari metode PP menurut Subagyo (2007) adalah:
Kelebihan
1. Mudah dalam penggunaan dan perhitungan
2. Berguna untuk memilih proyek yang mempunyai masa pemulihan tercepat
3. Masa pemulihan modal dapat digunakan untuk alat prediksi resiko ketidakpastian pada
masa mendatang. Masa pemulihan tercepat memiliki resiko lebih kecil dibandingkan
dengan masa pemulihan yang relatif lebih lama.
Kekurangan
1. Mengabaikan adanya perubahan nilai uang dari waktu ke waktu
2. Mengabaikan arus kas setelah periode pemulihan modal dicapai
3. Mengabaikan nilai sisa proses
4. Sering menjebak analisator, jika biaya modal atau bunga kredit tidak diperhitungkan
dalam arus kas yang menyebabkan usaha tidak likuid.
2.1.3.5 Break Even Point (BEP)
Break even point menurut Husnan (2000) dipergunakan untuk memperkirakan berapa
minimal perusahaan harus bisa menghasilkan dan menjual produknya agar tidak menderita
rugi atau sering juga dikatakan bahwa perusahaan yang break even adalah perusahaan yang
13
memperoleh laba = Rp 0. Perusahaan yang break even dapat juga disebut sebagai perusahaan
yang memperoleh NPV = Rp 0.
Untuk bisa menggunakan analisa ini, diperlukan beberapa persyaratan. Menurut Husnan
(2000) diantaranya adalah:
1. Biaya dibagi menjadi biaya tetap dan variabel
2. Perusahaan hanya menjual satu jenis produk saja. Kalaupun perusahaan menghasilkan
lebih dari satu jenis produk, komposisi produk-produk ini dianggap tetap.
3. Unit yang dihasilkan adalah sama dengan unit yang dijual.
Sering juga ditambahkan bahwa harga jual per unit dianggap konstan. Tetapi ini tidaklah
merupakan suatu keharusan. Bisa saja harga jual per unit tidak konstan. Ini hanya akan
mempengaruhi bentuk kurva menjadi tidak linear. Hal yang sama berlaku untuk biaya
variabel. Biaya variabel adalah biaya yang berubah apabila unit yang dihasilkan berubah.
Apabila perubahan ini proporsional, maka berarti biaya variabel per unit adalah tetap. Tetapi
apabila tidak, maka biaya variabel per unit tidak konstan (Husnan, 2000).
Biaya tetap adalah biaya yang tetap tidak berubah meskipun unit yang dihasilkan mengalami
perubahan. Tentu saja tidak berubahnya biaya ini terbatas dalam kisaran tertentu. Meskipun
demikian, dalam analisa sering dipergunakan asumsi-asumsi seperti biaya variabel per unit
konstan, biaya tetap besarnya konstan dalam kisaran produksi berapapun dan harga per unit
juga konstan (Husnan, 2000).
Menurut Husnan (2000) Perusahaan dalam keadaan break even akan terjadi ketika laba = Rp
0, maka biaya total = penghasilan. Dalam bentuk persamaan hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Penghasilan = biaya total ……………………………………………………… (2.5)
Penghasilan = (Unit yang dijual) x (harga jual per unit) …..………………….. (2.6)
Biaya total = (biaya tetap) + (biaya variabel) x (unit yang dijual) …………... (2.7)
14
Jika
x adalah unit yang dihasilkan dan dijual (pada break even point)
y adalah penghasilan (biaya total)
fc adalah biaya tetap
p adalah harga jual per unit
vc adalah biaya variabel
Maka dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut:
Persamaan untuk penghasilan
y = px …………………………………. (2.8)
Persamaan untuk biaya total
y = (vc) x + fc ………………………… (2.9)
Oleh karena itu,
Px = (vc) x +fc ………………………... (2.10)
Dan
x=
fc
…………………………….. (2.11)
p − vc
Rumus diatas merupakan persamaan break even yang dinyatakan dalam unit. Jika ingin
menghitung break even dalam bentuk Rupiah, maka persamaan (2.12) dikalikan dengan
satuan moneter (Rp), persamaan akan menjadi:
x=
fc
……………………………….. (2.12)
vc
1
p
Jika jenis produk yang dihasilkan lebih dari 1, maka untuk mempermudah perhitungan BEP
kurva diatas dapat dimodifikasi, dengan menggunakan komponen Marginal cost.
Marginal cost merupakan selisih antara harga jual tiap produk dengan biaya variabel tiap
produk. Dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
Marginal cost = Harga Jual – Biaya Variabel ………………………………… (2.13)
15
2.1.4 Aspek Dampak Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum
suatu investasi atau usaha dijalankan (Kasmir, 2007). Dampak yang timbul ada yang langsung
memengaruhi pada saat kegiatan usaha atau proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat
beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang (Kasmir, 2007). Dampak lingkungan
hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan
fisik kimia, biologi atau sosial (Kasmir, 2007).
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan sekitarnya,
baik di dalam usaha atau proyek maupun diluar suatu proyek yang akan dijalankan (Kasmir,
2007).
Secara garis besar proses AMDAL sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir (2007) mencakup
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dampak dari rencana usaha atau kegiatan
2. Mengurai rona lingkungan awal
3. Memprediksi dampak besar dan penting
4. Mengevaluasi dampak besar dan penting dan merumuskan rencana pengelolaan.
2.1.5 Aspek Sumber Daya Manusia
Analisis terhadap aspek sumber daya manusia (SDM) meliputi analisis beberapa faktor
sebagaimana yang dikemukakan oleh Werther, W.B. (1993) dikutip dari Joesron (2001)
sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi harus sesuai dengan jenis usaha yang akan dijalankan, misalnya
penggunaan jenis struktur organisasi produk apabila usaha yang dijalankan
dihadapkan pada situasi lingkungan yang tidak stabil, berukuran besar dan
menghasilkan banyak produk.
16
2. Perencanaan tenaga kerja
Perencanaan tenaga kerja yang baik dimulai dari kesesuaian antara struktur tenaga
kerja dengan struktur organisasinya. Selanjutnya faktor-faktor perencanaan tenaga
kerja yang harus dianalisis meliputi skill, sumber, umur, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan dan kesehatan tengan kerja. Tersedianya SDM perusahaan yang kompeten
dan profesional merupakan persyaratan mutlak bagi keberhasilan suatu industri.
Melalui ketersediaan SDM yang dapat diandalkan, investor dapat berharap perusahaan
yang akan dimasukinya memiliki corporate culture yang baik dalam rangka
menciptakan good corporate governance.
2.1.6 Aspek Hukum
Aspek legal menurut Kasmir (2007) berkaitan dengan jaminan hukum untuk perusahaan.
Dengan adanya kepastian hukum, pihak investor dapat terhindar dari kemungkinan adanya
kerugian yang mungkin dapat dilakukan oleh pihak lain.
Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari
dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir, 2007). Penelitian keabsahan dokumen dapat
dilakukan sesuai dengan lembaga yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang
bersangkutan (Kasmir, 2007).
2.2 Segmenting Targeting Positioning (STP)
Metode STP menurut Joesron (2001) digunakan untuk mendukung analisis strategi pasar.
Penjelasan terhadap masing-masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Segmenting
Segmentasi pasar adalah proses untuk mencari peluang yang ada didalam pasar untuk
dijadikan proses pengembangan pasar. Segmentasi pasar dilakukan karena pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan market pull, yaitu pendekatan yang mencari peluang inovasi
17
dengan melihat lebih dekat kebutuhan pasar. Dalam pendefinisian pasar, informasi penting
yang ingin diperoleh adalah “What” dan “Who”.
What adalah pertanyaan yang mencoba menjawab apa yang dibutuhkan oleh pasar dalam hal
ini adalah fungsi yang diinginkan oleh pasar. Who menjawab dari segi siapa yang
membutuhkannya. Selain dari segi pasar, diperlukan juga analisis dari segi teknologi push
sebagai peluang untuk adanya inovasi.
2.2.2 Targeting
Setelah segmentasi pasar selesai dilakukan, maka terdapat beberapa segmen yang layak untuk
dimasuki karena dianggap paling potensial. Secara umum pengertian menetapkan pasar
sasaran (targeting) adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen. Kemudian memilih salah
satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen kemudian memilih segmen sasaran
yang diinginkan.
2.2.3 Positioning
Setelah dilakukan penentuan target pasar, maka langkah selanjutnya adalah memposisikan
produk yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah bagaimana produk
batu kapur didefinisikan oleh konsumen atas dasar kualitasnya. Tujuan penetapan posisi pasar
adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang
dihasilkan kedalam benak konsumen.
2.3 Depresiasi
Dalam melakukan perhitungan arus pendapatan tiap tahun dari sebuah investasi yang juga
diperlukan pada perhitungan keempat kriteria kelayakan investasi diatas (NPV, IRR, PP, PI),
maka harus dihitung besar depresiasi terhadap aset investasi.
18
Depresiasi menurut Newnan (1988) didefinisikan sebagai penurunan dalam nilai kepemilikan
selama periode waktu tertentu. Depresiasi adalah alokasi biaya yang dikeluarkan untuk
ongkos dari pengurangan nilai investasi awal selama umur depresiasi. Nilai akhir dari suatu
depresiasi disebut nilai sisa. Akan tetapi, tidak semua aset mempunyasi nilai sisa. Dalam
depresiasi dikenal juga istilah book value, yaitu nilai pengurangan dari harga aset yang
diakibatkan oleh adanya depresiasi.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan perhitungan depresiasi, adalah:
1. Investasi awal disimbolkan dengan P. Investasi awal ini adalah harga awal dari suatu
aset.
2. Lamanya penggunaan aset (dalam tahun) disimbolkan dengan N. Lamanya
penggunaan suatu aset biasanya ditentukan oleh sampai berapa lama aset itu dapat
berfungsi dengan baik.
3. Nilai sisa pada akhir umur penggunaan disimbolkan dengan S. Nilai sisa ini
merupakan nilai jual suatu aset pada akhir umur penggunaannya.
Depresiasi pada suatu aset atau properti biasanya disebabkan karena faktor-faktor berikut :
1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut
2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan teknologi
5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik
dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu properti akan tergantung pada
beberapa hal, yaitu:
1. Ongkos investasi dari properti tersebut
2. Tanggal pemakaian awalnya
3. Estimasi masa pakainya
4. Nilai sisa yang ditetapkan
5. Metode depresiasi yang digunakan
19
Metode perhitungan depresiasi adalah:
Metode Depresiasi Garis Lurus (Straight Line)
Metode depresiasi garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset
secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari asset tersebut (Newnan, 1988).
Metode ini cukup banyak dipakai karena memang perhitungannya cukup sederhana. Besarnya
depresiasi tiap tahun dengan metode garis lurus dihitung berdasarkan:
D=
1
( P − S ) …………………………………….………………………… (2.14)
N
keterangan:
D
= besarnya depresiasi
P
= harga awal
S
= nilai sisa
N
= masa pakai (umur) aset dinyatakan dalam tahun
20
Download