THE TRIAL APPLICATION TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL INSIDE-OUTSIDE CIRCLE ON THE CONCEPT OF PHOTOSYNTHESIS IN CLASS VIII SMP NEGERI 2 TASIKMALAYA CITY Nela Susilawati, Rakatika ABSTRACT Photosynthesis is one of the materials science lessons were learned about the synthesis of carbohydrates from inorganic materials (CO2 and H2O) in the pigmented plants with the help of sunlight energy. In studying the concept of photosynthesis understanding of the material is very important but in the process is seen to be something that is difficult for students and makes the material much saturated learners to actively participate in the learning process. Therefore, to improve the learning outcomes of students in the learning process needs to be combined with learning models to suit the environmental conditions and the characteristics of the materials. One way to do that involve learners actively in the learning activities, using cooperative learning model type of inside-outside circle. Thus, the type of cooperative learning model inside-outside circle is suitable to be applied to the process of learning the concept of photosynthesis as a model student and was able to easily get information to optimize learning materials concept of photosynthesis. Keywords: cooperative learning model type inside-outside circle, learning outcomes, photosynthesis. 1 UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE PADA KONSEP FOTOSINTESIS DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTA TASIKMALAYA Nela Susilawati, Rakatika ABSTRAK Fotosintesis merupakan salah satu materi pelajaran IPA yang mempelajari tentang sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam mempelajari konsep fotosintesis pemahaman materi sangatlah penting akan tetapi pada prosesnya dipandang menjadi sesuatu yang sulit bagi peserta didik dan banyaknya materi membuat jenuh peserta didik untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran perlu dipadukan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakteristik bahan ajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Sehingga, model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep fotosintesis karena dengan model ini peserta didik mudah mendapatkan informasi dan mampu mengoptimalkan pemahaman materi konsep fotosintesis. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle, hasil belajar, fotosintesis. PENDAHULUAN Latar Belakang Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap paling banyak memuat konsep serta membutuhkan hafalan dan pemahaman yang mandalam. Hal tersebut membuat jenuh peserta didik untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPA perlu dipadukan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakteristik bahan ajar, agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga belajar bukan hanya proses penyampaian konsep dari guru saja melainkan proses kooperatif antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya, terungkap bahwa nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh peserta didik pada konsep Fotosintesis tahun ajaran 2011/2012 kurang memuaskan. Selain itu, berdasarkan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru IPA SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya masih menggunakan model-model pembelajaran yang kurang menarik dan jarang menggunakan model-model pembelajaran yang bervariatif. Padahal, untuk menunjang pembelajaran yang bermakna diperlukan penerapan berbagai variasi model pembelajaran dalam mengajar. Akan tetapi 2 penggunaan model pembelajaran yang bervariasi tidak menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dengan situasi lingkungan dan kondisi psikologi anak didik. Hal ini sudah kewajiban seorang guru harus memiliki kompetensi dan profesionalisme kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya. Sehingga dapat membimbing, mengarahkan peserta didik untuk mengetahui, memahami, dan mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, karena IPA merupakan pondasi ilmu-ilmu terapan serta dapat membantu dalam pembentukan kepribadian dan intelektualitasnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Model tersebut merupakan model pembelajaran lingkaran besar lingkaran kecil yang menuntut peserta didik untuk saling berbagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih peserta didik belajar mandiri dan berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain, selain itu melatih kedisiplinan, ketertiban dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar pada konsep Fotosintesis dan dengan harapan akan mengurangi kejenuhan peserta didik dalam mengikuti proses belajar serta dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle pernah dilakukan oleh Sumyati, Tina (2012) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup (Penelitian di MTs Al Barokah Cibalong Kab. Tasikmalaya)”. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dengan kriteria tinggi pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut berikut: “apakah model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya?”. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecocokan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle jika diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. Kegunaan 1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada pelajaran IPA. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para pelaku pendidikan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle. 3 2. Kegunaan Praktis a. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan model-model dalam proses pembelajaran yang selama ini telah dipelajari; b. Sebagai bahan informasi bagi guru mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle; c. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman baru dan dapat lebih memahami mata pelajaran IPA mengenai konsep Fotosintesis; dan d. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam meningkatkan hasil belajar dan menambah informasi serta masukan kepada pihak sekolah dalam menggunakan dan menerapkan model-model pembelajaran. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode preexperimental. Pada metode pre-experimental ini tidak terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. 1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya sebanyak 10 kelas, dengan jumlah peserta didik 398 orang. Populasi dianggap homogen berdasarkan nilai ulangan akhir semester 1 mata pelajaran IPA tiap kelas.Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII B sebanyak 38 peserta didik yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan pengambilan sampel ini berdasarkan keaktifan dan nilai rata-rata ulangan akhir semester 1 mata pelajaran IPA yang paling rendah. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu kelompok subjek. Pada awal penelitian dilakukan pengukuran (pretest) kemudian dilakukan perlakuan (treatment) selama 2 kali pertemuan. Setelah itu, dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (posttest). Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Sehingga peneliti dapat membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa tes, observasi, dan studi literatur. Tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes 4 tertulis pilihan ganda dengan 4 option yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran untuk membandingkan kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah diberi perlakuan (melaksanakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperetif tipe inside-outside circle untuk menjelaskan konsep Fotosintesis) Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, efektifitas kegiatan belajar mengajar, partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, dan permasalahan yang mungkin muncul selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperetif tipe inside-outside circle untuk menjelaskan konsep Fotosintesis. Kemudian studi literatur yaitu pengumpulan materi-materi atau teoriteori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar peserta didik pada konsep Fotosintesis. Bentuk tes berupa soal pilihan ganda dengan 4 option dengan jumlah 50 soal. Hasil belajar yang diukur adalah ranah kognitif yang dibatasi hanya pada jenjang mengingat (C1), mengerti (C2), dan memakai (C3). Kemudian dilakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Berikut ini rumus dari perhitungan validitas dan reliabilitas 1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas Soal yang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal yang memiliki kriteria validitas sedang dan tinggi sebanyak 40 soal sedangkan soal yang tidak digunakan dalam penelitian sebanyak 10 soal karena mempunyai nilai validitas rendah, sangat rendah dan tidak valid dengan reliabilitas sangat tinggi yaitu r11= 0,95. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji statistika non parametrik yaitu Wilcoxon match pairs test digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle (pretest) sama atau berbeda dengan hasil belajar peserta didik sesudah menggunakan model penbelajaran kooperatif tipe inside-outside circle (posttest) dan uji median digunakan untuk mengetahui apakah hasil posttest (median sebenarnya) sama atau berbeda dengan median yang telah ditentukan (KKM). 5 PEMBAHASAN Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Kauchak dan Eggen (Isjoni, 2012:18) “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”. Menurut Roger, dkk (Huda, Miftahul, 2012:29) bahwa, “pembelajaran kooperatif yaitu aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar betanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain”. Kecocokan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah inside-outside circle. Banyak para ahli mengemukakan bahwa, model pembelajaran inside-outside circle pada dasarnya, merupakan teknik mengajar lingkaran kecil lingkaran besar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan seperti pada gambar berikut: Gambar 1 Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model insideoutside circle menurut Suprijono, Agus (2012:97) adalah sebagai berikut: 1. pembentukan kelompok, jika kelas terdiri dari 40 oarang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang. Anggota kelompok lingaran dalam melingkar mengahadap keluar dan berdiri menghadap ke dalam sehingga berpasangan. 2. penugasan, berikan tugas sesuai dengan indikator pembelajaran dan berikan waktu untuk berdiskusi. Setelah berdiskusi kelompok lingkaran luar bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar sehingga terbentuk pasangan baru. Demikian seterusnya, perputaran berhenti jika tiap-tiap 6 pasangan bertemu kembali dengan pasangan asal dan bertukar informasipun selesai. 3. hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar. Pada akhir pembelajaran guru mengevaluasi hasil diskusi dan bersama-sama peserta didik untuk membuat kesimpulan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yang dikemukakan oleh Afifah, Siti Nur (2011:1-2) adalah: 1. kelebihan a. adanya struktur yang jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. b. peserta didik bekerja dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. c. dapat memperoleh informasi pada saat yang bersamaan. d. melatih kedisiplinan dan belajar mandiri. 2. kekurangan a. membutuhkan ruang kelas yang besar. b. terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau juga rumit untuk dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian dengan persiapan yang matang dan pelaksanaan yang optimal dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle, sebelum dan sesudah proses pembelajaran memberikan hasil belajar yang berbeda. Hal itu ditunjukan dengan hasil belajar peserta didik baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang proses pembelajarannya sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Secara kwalitas peserta didik lebih aktif dan cakap dalam mengemukakan pendapatnya serta lebih memahami materi. Secara kuantitatif, berdasarkan pengolahan data dan analisis statistik diperoleh peningkatan hasil belajar. Sebelum proses pembelajaran (pretest) diperoleh skor minimum 15, skor maksimum 30, median 21, rentang 15, rata-rata 21.29, varians 19.67 dan standar deviasi 4.44, sedangkan setelah proses pembelajaran (posttest) diperoleh skor minimum25, skor maksimum 40, median 34, rentang 15, rata-rata 33.82, varians 12.91 dan standar deviasi 3.60. Untuk menganalisis data dalam rangka pengujian hipotesis, diawali dengan uji normalitas. Untuk pengujian normalitas pretest diperoleh kesimpulan bahwa 2 hitung > 2 tabel yaitu 24.96 > 7.81 artinya data tidak berdistribusi normal begitu pula untuk pengujian normalitas postest diperoleh kesimpulan bahwa 2 hitung > 2 tabel yaitu 8.42 > 7.81 artinya data tidak berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Wilcoxon match pairs test diperoleh nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yaitu sebesar 33.82 yang lebih tinggi dari hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yaitu sebesar 21.29. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut: 7 40 30 20 10 0 Rata-rata Pretest Posttest 21 34 Gambar 2 Diagram Rata-rata Pretest dan Posttest Berdasarkan diagram tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai rata-rata posttest. Hal ini dikarenakan adanya perubahan tingkah laku peserta didik dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya sehingga yang awalnya peserta didik belum mengetahui setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle mereka menjadi tahu. Walaupun kedua kelompok data ini berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal akan tetapi pada akhirnya hasil analisis data tersebut memberikan kesimpulan bahwa data hasil posttest lebih baik dari pada pretest maka dengan demikian dapat diartikan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle secara signifikan berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya pada konsep Fotosintesis. Kemudian berasarkan pengujian dengan uji median, hasil belajar peserta didik sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle memperoleh nilai median (Me) sebenarnya adalah 34 sedangkan median (Me) yang ditentukan adalah 30. Dengan demikian hasil belajar peserta didik sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle (posttest) mendapatkan hasil lebih besar dari median yang telah ditentukan atau berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukan bahwa konsep Fotosintesis dapat dipahami oleh peserta didik melalui penerapan model pembelajaran inside-outside circle, sehingga model pembelajaran inside-outside circle ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. Berdasarkan pengamatan observer pada pertemuan pertama penggunaan model pembelajaran inside-outside circle sangat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal itu terjadi karena respon peserta didik yang baik dan menjadi antusias dalam belajar, aktif betanya, aktif berdiskusi dalam kelompok yang membentuk lingkaran dan aktif berpendapat dalam diskusi antar kelompok besar, serta peserta didik lebih terfokus kepada peran masing-masing yang memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk memahami materi dan tugas yang telah diberikan oleh guru kemudian bertanggung jawab untuk menyampaikannya kepada peserta didik yang lain. Sehingga informasipun didapat secara bersamaan oleh masing-masing peserta didik dan menjadikan proses pembelajaran menjadi hidup serta berjalan secara efektif. Hal ini menjadikan kelebihan tersendiri dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. 8 Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pertemuan kedua bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran kelompok, interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan berpendapat. Selain itu juga peserta didik mendapatkan suasana dan pengalaman yang baru selama proses pembelajaran berlangsung sehingga mengurangi rasa bosan dan jenuh dalam belajar. Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yang dirasakan oleh peneliti dan berdasarkan pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu tidak mudah untuk mengatur peserta didik dalam pembentukan lingkaran kelompok karena sebagian peserta didik menjadi gaduh sehingga peserta didik sulit untuk dikondisikan. Pada pertemuan pertama merupakan penyesuaian peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle sehingga pada awalnya sedikit sulit tetapi pada pertemuan ke dua lebih baik dari sebelumnya. Pada kondisi seperti ini perlu adanya tindak lanjut, guru harus mampu menumbuhkan kedisplinan dan keteraturan peserta didik dengan memberikan poin-poin dalam belajar dan tegas dalam pemberian sanksi yang akan berpengaruh pada penilaian psikomotor. Guru juga harus berusaha membiasakan peserta didik untuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan observer selama 2 kali pertemuan didapat kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran inside-outside circle seperti dirangkum pada tabel berikut: Tabel 1 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle No. 1. 2 Kelebihan Kekurangan Menarik bagi peserta didik. Sedikit rumit dilakukan. Memotivasi peserta didik dalam Peserta didik dan ruangan menjadi belajar. gaduh. 3. Meningkatkan interaksi antar Pada saat pembentukan kelompok peserta didik. Memudahkan lingkaran dijadikan kesempatan peserta didik mendapatkan sebagian peserta untuk bergurau dan informasi pada saat yang main-main. bersamaan dan memudahkan dalam mengingat materi pembelajaran. 4. Menjadikan peserta didik lebih Membutuhkan ruang belajar yang aktif dalam berdiskusi dan luas. berpendapat dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Disamping itu, ruangan selain menjadi kekurangan juga menjadi kendala dalam proses pembelajaran berlangsung, karena ruangan yang kurang luas atau 9 bisa dikatakan cukup sehingga hanya ada sedikit jarak antara kelompok lingkaran besar mengakibatkan ketidakleluasaan peserta didik dan ruang lingkupnya terbatas. Kendala lain yaitu daya tangkap peserta didik yang bervariasi, hanya sebagian kecil yang daya tangkapnya baik dan sebgian besar kurang baik sehingga guru harus menjelaskan alur KBM berulang-ulang dan peserta didik selalu gaduh pada saat pembentukan lingkaran kelompok sehingga suasana menjadi kurang kondusif. Berdasarkan hasil observasi kepada guru yang dilakukan oleh observer selama proses belajar mengajar berlangsung, didapatkan sebuah gambaran bahwasannya guru dari sejak membuka pelajaran hingga menutup pelajaran sudah tersistem dengan cukup baik. Namun hal yang masih dirasa kurang adalah dalam pengelolaan waktu. Sehingga terkadang waktu melebihi sedikit batas dari yang telah ditentukan Waktu merupakan salah satu kendala, dan fakta di lapangan seperti itulah adanya. Karena kenyataannya pada pertemuan pertama proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle terlaksana dengan waktu yang sedikit berlebih, dikarenakan proses pengaturan kelompok lingkaran yang rumit dan membuat bingung peserta didik sedangkan pada pertemuan kedua sangat pas dengan alokasi waktu perencanaan yang telah ditentukan. Sehingga pertemuan kedua lebih baik daripada pertemuan pertama. Adanya kekurangan dan kendala tersebut maka observer memberikan saran yang juga menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dan berbagai pihak untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inside-outside circle. a. Untuk mengoptimalkan seharusnya ruangan yang digunakan untuk proses pembelajaran harus luas sehingga memberikan keleluasaan peserta didik untuk bergerak dan untuk berdiskusi dalam lingkaran sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dapat berjalan secara kondusif. b. Guru harus mampu dan lebih tegas untuk mengkondisikan peserta didik, ruangan, megefektifkan waktu serta merencanakan secara matang sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif. Berdasarkan uraian di atas maka untuk keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle ini sebaiknya selalu memperhatikan kekurangan dan kendala yang mungkin terjadi di lapangan, sehingga adanya antisipasi untuk mengurangi kekurangan dan kendala tersebut dan pembelajaranpun dapat terlaksana secara kondusif dan optimal. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis, memberikan hasil yang baik dan menuntut pemahaman, partisipasi aktif, serta kerja sama diantara peserta didik. 10 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data didapat kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. Saran 1. Persiapan yang matang dari guru terutama dalam materi, penggunaan model pembelajaran termasuk dalam hal mengatur dan menyesuaikan waktu dari setiap langkah model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. 2. Dalam penerapan model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle hendaknya guru membimbing proses diskusi lebih baik dan teratur sehingga sasaran dari diskusi dapat tercapai. 3. Guna mengefektifkan proses pembelajaran hendaknya guru dapat memodifikasi mekanisme suatu model pembelajaran tanpa membuang unsur pokok model pembelajaran yang digunakan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle pada konsep atau materi yang lainnya yang sesuai dan relevan dengan kondisi yang ada. DAFTAR PUSTAKA Afifah, Siti Nur. (2011). Model Pembelajaran Inside Outside Circle. [Online]. Tersedia: http://10310225.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran inside-outside.html. [5 Desember 2012]. Akhnayzz. (2011). Model Pembelajaran Inside Outside Circle. [Online]. Tersedia: http://satulagi.com/pembelajaran-2/inside-outside-circle. [5 Desember 2012]. Ali, Muhammad. (2008). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Angah, Azhari. (2012). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://angahazhari. blogspot.com/2011/10/fotosintesis.html. [5 Desember 2012]. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Campbell, dkk. (2002). Biologi (Edisi Kelima Jilid Satu). Jakarta: Erlangga. Hamid. (2009). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://webproscientists. blogspot.com/2012/11/the-calvin-cycle.html. [5 Desember 2012]. Hardini, Israni dan Dewi Puspitasari. (2012). Startegi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media). Hermanto, Redi dan Dedi Nurjamil. (2010). Strategi Cerdas Menguasai Statistik. Bandung: Rizqi Press. Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Parametrik untuk Penelitian Pendidikan. Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, tidak diterbitkan. 11 Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Nonparametrik. Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi. Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA. Ketoro, Sudi. (2011). Menelusuri Atom dengan Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://sudi8iologi.wordpress.com/2011/06/16/fotosintesis/. [5 Desember 2012]. Kimball, John W, dkk. (1983). Biologi (Edisi Kelima Jilid Satu). Jakarta: Erlangga. Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Mahmuddin. (2009). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://mahmuddin. wordpress.com/2009/10/01/fotosintesis/. [5 Desember 2012]. Musfikin, Ali. (2012). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://alimusfikin. blogspot.com/2012/11/fotosintesis.html. [5 Desember 2012]. Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV ALFABETA. Setyaningrum, Rani. (2012). Fotosintesis Tumbuhan. [Online]. Tersedia: http://fotosintesistumbuhan-rani.blogspot.com/p/materi.html. [5 Desember 2012]. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitas dan R&D. Bandung: CV ALFABETA. Sumyati, Tina. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe InsideOutside Circle Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup (Penelitian di MTs Al Barokah Cibalong Kab. Tasikmalaya). Tasikmalaya: Tidak Dipublikasikan. Suprijono, Agus.(2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tjatur, Andreas. (2012). Ringkasan Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http:// learningjust4u.wordpress.com/2012/04/25/ringkasan-bio-kelas-8fotosintesis-2/. [5 Desember 2012]. Tullis, Zachary. (2010). Photosynthesis and Chloroplasts. [Online]. Tersedia: http://oakridgeapbio.pbworks.com/w/page/9716919/Photochloroplasts. [5 Desember 2012]. Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press. Riwayat Penulis Nela Susilawati, adalah mahasiswa angkatan 2009 pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang melaksanakan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (lulus tahun 2013). 12