1 the trial application type cooperative learning model inside

advertisement
THE TRIAL APPLICATION TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL
INSIDE-OUTSIDE CIRCLE ON THE CONCEPT OF PHOTOSYNTHESIS
IN CLASS VIII SMP NEGERI 2 TASIKMALAYA CITY
Nela Susilawati, Rakatika
ABSTRACT
Photosynthesis is one of the materials science lessons were learned about the
synthesis of carbohydrates from inorganic materials (CO2 and H2O) in the
pigmented plants with the help of sunlight energy. In studying the concept of
photosynthesis understanding of the material is very important but in the process
is seen to be something that is difficult for students and makes the material much
saturated learners to actively participate in the learning process. Therefore, to
improve the learning outcomes of students in the learning process needs to be
combined with learning models to suit the environmental conditions and the
characteristics of the materials. One way to do that involve learners actively in
the learning activities, using cooperative learning model type of inside-outside
circle. Thus, the type of cooperative learning model inside-outside circle is
suitable to be applied to the process of learning the concept of photosynthesis as a
model student and was able to easily get information to optimize learning
materials concept of photosynthesis.
Keywords: cooperative learning model type inside-outside circle, learning
outcomes, photosynthesis.
1
UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE PADA KONSEP FOTOSINTESIS
DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTA TASIKMALAYA
Nela Susilawati, Rakatika
ABSTRAK
Fotosintesis merupakan salah satu materi pelajaran IPA yang mempelajari tentang
sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan
berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam mempelajari konsep
fotosintesis pemahaman materi sangatlah penting akan tetapi pada prosesnya
dipandang menjadi sesuatu yang sulit bagi peserta didik dan banyaknya materi
membuat jenuh peserta didik untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran perlu dipadukan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan karakteristik bahan ajar. Salah satu cara yang dapat
dilakukan agar melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside
circle. Sehingga, model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle ini
cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep fotosintesis karena dengan
model ini peserta didik mudah mendapatkan informasi dan mampu
mengoptimalkan pemahaman materi konsep fotosintesis.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle, hasil
belajar, fotosintesis.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
paling banyak memuat konsep serta membutuhkan hafalan dan pemahaman yang
mandalam. Hal tersebut membuat jenuh peserta didik untuk turut aktif dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPA perlu dipadukan
dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan
karakteristik bahan ajar, agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk
turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga belajar bukan hanya proses
penyampaian konsep dari guru saja melainkan proses kooperatif antara peserta
didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII
SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya, terungkap bahwa nilai rata-rata ulangan harian
yang diperoleh peserta didik pada konsep Fotosintesis tahun ajaran 2011/2012
kurang memuaskan. Selain itu, berdasarkan observasi dalam kegiatan
pembelajaran guru IPA SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya masih menggunakan
model-model pembelajaran yang kurang menarik dan jarang menggunakan
model-model pembelajaran yang bervariatif.
Padahal, untuk menunjang pembelajaran yang bermakna diperlukan
penerapan berbagai variasi model pembelajaran dalam mengajar. Akan tetapi
2
penggunaan model pembelajaran yang bervariasi tidak menguntungkan kegiatan
belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dengan situasi lingkungan dan
kondisi psikologi anak didik. Hal ini sudah kewajiban seorang guru harus
memiliki kompetensi dan profesionalisme kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang
dikuasainya. Sehingga dapat membimbing, mengarahkan peserta didik untuk
mengetahui, memahami, dan mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya
dalam kehidupan sehari-hari, karena IPA merupakan pondasi ilmu-ilmu terapan
serta dapat membantu dalam pembentukan kepribadian dan intelektualitasnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan agar melibatkan peserta didik secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Model tersebut merupakan
model pembelajaran lingkaran besar lingkaran kecil yang menuntut peserta didik
untuk saling berbagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Tujuan model pembelajaran ini adalah
melatih peserta didik belajar mandiri dan berbicara menyampaikan informasi
kepada orang lain, selain itu melatih kedisiplinan, ketertiban dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Model ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar pada konsep Fotosintesis dan dengan harapan akan mengurangi
kejenuhan peserta didik dalam mengikuti proses belajar serta dapat menjadi
motivasi dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle pernah dilakukan oleh Sumyati, Tina (2012) dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup (Penelitian di
MTs Al Barokah Cibalong Kab. Tasikmalaya)”. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
kriteria tinggi pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut berikut: “apakah model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle cocok diterapkan pada proses pembelajaran
konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya?”.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecocokan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle jika diterapkan pada proses
pembelajaran konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya.
Kegunaan
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada pelajaran IPA. Selain itu
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para
pelaku pendidikan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle.
3
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
mengaplikasikan model-model dalam proses pembelajaran yang selama ini
telah dipelajari;
b. Sebagai bahan informasi bagi guru mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle;
c. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman baru dan dapat lebih
memahami mata pelajaran IPA mengenai konsep Fotosintesis; dan
d. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam
meningkatkan hasil belajar dan menambah informasi serta masukan
kepada pihak sekolah dalam menggunakan dan menerapkan model-model
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode preexperimental. Pada metode pre-experimental ini tidak terdapat variabel kontrol
dan sampel tidak dipilih secara random.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan
variabel bebas.
1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik.
2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri
2 Kota Tasikmalaya sebanyak 10 kelas, dengan jumlah peserta didik 398 orang.
Populasi dianggap homogen berdasarkan nilai ulangan akhir semester 1 mata
pelajaran IPA tiap kelas.Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik
kelas VIII B sebanyak 38 peserta didik yang diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan pengambilan sampel ini berdasarkan keaktifan dan nilai
rata-rata ulangan akhir semester 1 mata pelajaran IPA yang paling rendah.
Disain Penelitian
Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group
pretest-posttest design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu kelompok
subjek. Pada awal penelitian dilakukan pengukuran (pretest) kemudian dilakukan
perlakuan (treatment) selama 2 kali pertemuan. Setelah itu, dilakukan pengukuran
untuk kedua kalinya (posttest).
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Sehingga
peneliti dapat membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa tes,
observasi, dan studi literatur. Tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes
4
tertulis pilihan ganda dengan 4 option yang dilakukan sebelum dan sesudah
melaksanakan pembelajaran untuk membandingkan kemampuan peserta didik
sebelum dan sesudah diberi perlakuan (melaksanakan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperetif tipe inside-outside circle untuk
menjelaskan konsep Fotosintesis)
Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkah laku peserta didik pada
waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, efektifitas kegiatan belajar
mengajar, partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, dan permasalahan yang
mungkin muncul selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperetif tipe inside-outside circle untuk menjelaskan konsep
Fotosintesis. Kemudian studi literatur yaitu pengumpulan materi-materi atau teoriteori yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
peserta didik pada konsep Fotosintesis. Bentuk tes berupa soal pilihan ganda
dengan 4 option dengan jumlah 50 soal. Hasil belajar yang diukur adalah ranah
kognitif yang dibatasi hanya pada jenjang mengingat (C1), mengerti (C2), dan
memakai (C3). Kemudian dilakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk
mengetahui apakah instrumen yang telah disusun tersebut memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik.
Berikut ini rumus dari perhitungan validitas dan reliabilitas
1. Uji Validitas
2.
Uji Reliabilitas
Soal yang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal yang memiliki
kriteria validitas sedang dan tinggi sebanyak 40 soal sedangkan soal yang tidak
digunakan dalam penelitian sebanyak 10 soal karena mempunyai nilai validitas
rendah, sangat rendah dan tidak valid dengan reliabilitas sangat tinggi yaitu r11=
0,95.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji statistika non
parametrik yaitu Wilcoxon match pairs test digunakan untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle (pretest) sama atau berbeda dengan hasil belajar peserta didik
sesudah menggunakan model penbelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
(posttest) dan uji median digunakan untuk mengetahui apakah hasil posttest
(median sebenarnya) sama atau berbeda dengan median yang telah ditentukan
(KKM).
5
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan membantu satu sama lainya
sebagai satu kelompok atau satu tim.
Menurut Kauchak dan Eggen (Isjoni, 2012:18) “Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara untuk
bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”.
Menurut Roger, dkk (Huda, Miftahul, 2012:29) bahwa, “pembelajaran
kooperatif yaitu aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara
sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap
pembelajar betanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain”.
Kecocokan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah inside-outside circle.
Banyak para ahli mengemukakan bahwa, model pembelajaran inside-outside
circle pada dasarnya, merupakan teknik mengajar lingkaran kecil lingkaran besar
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan seperti pada
gambar berikut:
Gambar 1
Model Pembelajaran Inside-Outside Circle
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model insideoutside circle menurut Suprijono, Agus (2012:97) adalah sebagai berikut:
1. pembentukan kelompok, jika kelas terdiri dari 40 oarang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri 2 kelompok lingkaran dalam
dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang.
Anggota kelompok lingaran dalam melingkar mengahadap keluar dan berdiri
menghadap ke dalam sehingga berpasangan.
2. penugasan, berikan tugas sesuai dengan indikator pembelajaran dan berikan
waktu untuk berdiskusi. Setelah berdiskusi kelompok lingkaran luar bergerak
berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar sehingga terbentuk
pasangan baru. Demikian seterusnya, perputaran berhenti jika tiap-tiap
6
pasangan bertemu kembali dengan pasangan asal dan bertukar informasipun
selesai.
3. hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut dipaparkan sehingga
terjadilah diskusi antar kelompok besar. Pada akhir pembelajaran guru
mengevaluasi hasil diskusi dan bersama-sama peserta didik untuk membuat
kesimpulan.
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle yang dikemukakan oleh Afifah, Siti Nur (2011:1-2) adalah:
1. kelebihan
a. adanya struktur yang jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
b. peserta didik bekerja dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
c. dapat memperoleh informasi pada saat yang bersamaan.
d. melatih kedisiplinan dan belajar mandiri.
2. kekurangan
a. membutuhkan ruang kelas yang besar.
b. terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk
bergurau juga rumit untuk dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan persiapan yang matang dan
pelaksanaan yang optimal dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle, sebelum dan sesudah proses pembelajaran memberikan
hasil belajar yang berbeda. Hal itu ditunjukan dengan hasil belajar peserta didik
baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang proses pembelajarannya sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
Secara kwalitas peserta didik lebih aktif dan cakap dalam mengemukakan
pendapatnya serta lebih memahami materi. Secara kuantitatif, berdasarkan
pengolahan data dan analisis statistik diperoleh peningkatan hasil belajar.
Sebelum proses pembelajaran (pretest) diperoleh skor minimum 15, skor
maksimum 30, median 21, rentang 15, rata-rata 21.29, varians 19.67 dan standar
deviasi 4.44, sedangkan setelah proses pembelajaran (posttest) diperoleh skor
minimum25, skor maksimum 40, median 34, rentang 15, rata-rata 33.82, varians
12.91 dan standar deviasi 3.60. Untuk menganalisis data dalam rangka pengujian
hipotesis, diawali dengan uji normalitas. Untuk pengujian normalitas pretest
diperoleh kesimpulan bahwa 2 hitung > 2 tabel yaitu 24.96 > 7.81 artinya data tidak
berdistribusi normal begitu pula untuk pengujian normalitas postest diperoleh
kesimpulan bahwa 2 hitung > 2 tabel yaitu 8.42 > 7.81 artinya data tidak
berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Wilcoxon match
pairs test diperoleh nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang proses
pembelajarannya sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle yaitu sebesar 33.82 yang lebih tinggi dari hasil belajar
peserta didik yang proses pembelajarannya sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yaitu sebesar 21.29. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
7
40
30
20
10
0
Rata-rata
Pretest
Posttest
21
34
Gambar 2
Diagram Rata-rata Pretest dan Posttest
Berdasarkan diagram tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai rata-rata posttest. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan tingkah laku peserta didik dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuannya sehingga yang awalnya peserta didik belum
mengetahui setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle mereka menjadi tahu.
Walaupun kedua kelompok data ini berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal akan tetapi pada akhirnya hasil analisis data tersebut memberikan
kesimpulan bahwa data hasil posttest lebih baik dari pada pretest maka dengan
demikian dapat diartikan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
secara signifikan berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya pada konsep Fotosintesis.
Kemudian berasarkan pengujian dengan uji median, hasil belajar peserta
didik sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside
circle memperoleh nilai median (Me) sebenarnya adalah 34 sedangkan median
(Me) yang ditentukan adalah 30. Dengan demikian hasil belajar peserta didik
sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
(posttest) mendapatkan hasil lebih besar dari median yang telah ditentukan atau
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukan bahwa
konsep Fotosintesis dapat dipahami oleh peserta didik melalui penerapan model
pembelajaran inside-outside circle, sehingga model pembelajaran inside-outside
circle ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis kelas
VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. Berdasarkan pengamatan observer pada
pertemuan pertama penggunaan model pembelajaran inside-outside circle sangat
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal itu terjadi karena
respon peserta didik yang baik dan menjadi antusias dalam belajar, aktif betanya,
aktif berdiskusi dalam kelompok yang membentuk lingkaran dan aktif
berpendapat dalam diskusi antar kelompok besar, serta peserta didik lebih
terfokus kepada peran masing-masing yang memiliki tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri untuk memahami materi dan tugas yang telah diberikan oleh guru
kemudian bertanggung jawab untuk menyampaikannya kepada peserta didik yang
lain. Sehingga informasipun didapat secara bersamaan oleh masing-masing
peserta didik dan menjadikan proses pembelajaran menjadi hidup serta berjalan
secara efektif. Hal ini menjadikan kelebihan tersendiri dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
8
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pertemuan
kedua bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside
circle menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran kelompok,
interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya meningkat seiring
dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan berpendapat.
Selain itu juga peserta didik mendapatkan suasana dan pengalaman yang baru
selama proses pembelajaran berlangsung sehingga mengurangi rasa bosan dan
jenuh dalam belajar.
Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside
circle yang dirasakan oleh peneliti dan berdasarkan pengamatan observer selama
proses pembelajaran berlangsung, yaitu tidak mudah untuk mengatur peserta didik
dalam pembentukan lingkaran kelompok karena sebagian peserta didik menjadi
gaduh sehingga peserta didik sulit untuk dikondisikan. Pada pertemuan pertama
merupakan penyesuaian peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle sehingga
pada awalnya sedikit sulit tetapi pada pertemuan ke dua lebih baik dari
sebelumnya. Pada kondisi seperti ini perlu adanya tindak lanjut, guru harus
mampu menumbuhkan kedisplinan dan keteraturan peserta didik dengan
memberikan poin-poin dalam belajar dan tegas dalam pemberian sanksi yang akan
berpengaruh pada penilaian psikomotor. Guru juga harus berusaha membiasakan
peserta didik untuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan observer selama 2 kali pertemuan didapat
kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran inside-outside circle
seperti dirangkum pada tabel berikut:
Tabel 1
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Inside-Outside Circle
No.
1.
2
Kelebihan
Kekurangan
Menarik bagi peserta didik.
Sedikit rumit dilakukan.
Memotivasi peserta didik dalam Peserta didik dan ruangan menjadi
belajar.
gaduh.
3.
Meningkatkan interaksi antar
Pada saat pembentukan kelompok
peserta didik. Memudahkan
lingkaran dijadikan kesempatan
peserta didik mendapatkan
sebagian peserta untuk bergurau dan
informasi pada saat yang
main-main.
bersamaan dan memudahkan
dalam mengingat materi
pembelajaran.
4.
Menjadikan peserta didik lebih
Membutuhkan ruang belajar yang
aktif dalam berdiskusi dan
luas.
berpendapat dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi.
Disamping itu, ruangan selain menjadi kekurangan juga menjadi kendala
dalam proses pembelajaran berlangsung, karena ruangan yang kurang luas atau
9
bisa dikatakan cukup sehingga hanya ada sedikit jarak antara kelompok lingkaran
besar mengakibatkan ketidakleluasaan peserta didik dan ruang lingkupnya
terbatas. Kendala lain yaitu daya tangkap peserta didik yang bervariasi, hanya
sebagian kecil yang daya tangkapnya baik dan sebgian besar kurang baik sehingga
guru harus menjelaskan alur KBM berulang-ulang dan peserta didik selalu gaduh
pada saat pembentukan lingkaran kelompok sehingga suasana menjadi kurang
kondusif.
Berdasarkan hasil observasi kepada guru yang dilakukan oleh observer
selama proses belajar mengajar berlangsung, didapatkan sebuah gambaran
bahwasannya guru dari sejak membuka pelajaran hingga menutup pelajaran sudah
tersistem dengan cukup baik. Namun hal yang masih dirasa kurang adalah dalam
pengelolaan waktu. Sehingga terkadang waktu melebihi sedikit batas dari yang
telah ditentukan
Waktu merupakan salah satu kendala, dan fakta di lapangan seperti itulah
adanya. Karena kenyataannya pada pertemuan pertama proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
terlaksana dengan waktu yang sedikit berlebih, dikarenakan proses pengaturan
kelompok lingkaran yang rumit dan membuat bingung peserta didik sedangkan
pada pertemuan kedua sangat pas dengan alokasi waktu perencanaan yang telah
ditentukan. Sehingga pertemuan kedua lebih baik daripada pertemuan pertama.
Adanya kekurangan dan kendala tersebut maka observer memberikan
saran yang juga menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dan berbagai pihak
untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inside-outside circle.
a. Untuk mengoptimalkan seharusnya ruangan yang digunakan untuk proses
pembelajaran harus luas sehingga memberikan keleluasaan peserta didik untuk
bergerak dan untuk berdiskusi dalam lingkaran sehingga proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside
circle dapat berjalan secara kondusif.
b. Guru harus mampu dan lebih tegas untuk mengkondisikan peserta didik,
ruangan, megefektifkan waktu serta merencanakan secara matang sehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk keberhasilan penggunaan model
pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle ini sebaiknya selalu
memperhatikan kekurangan dan kendala yang mungkin terjadi di lapangan,
sehingga adanya antisipasi untuk mengurangi kekurangan dan kendala tersebut
dan pembelajaranpun dapat terlaksana secara kondusif dan optimal. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Fotosintesis,
memberikan hasil yang baik dan menuntut pemahaman, partisipasi aktif, serta
kerja sama diantara peserta didik.
10
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data didapat kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle cocok diterapkan pada proses
pembelajaran konsep Fotosintesis di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya.
Saran
1. Persiapan yang matang dari guru terutama dalam materi, penggunaan model
pembelajaran termasuk dalam hal mengatur dan menyesuaikan waktu dari
setiap langkah model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan.
2. Dalam penerapan model pembelajaran khususnya model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle hendaknya guru membimbing proses
diskusi lebih baik dan teratur sehingga sasaran dari diskusi dapat tercapai.
3. Guna mengefektifkan proses pembelajaran hendaknya guru dapat
memodifikasi mekanisme suatu model pembelajaran tanpa membuang unsur
pokok model pembelajaran yang digunakan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mencoba menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle pada konsep atau materi
yang lainnya yang sesuai dan relevan dengan kondisi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Siti Nur. (2011). Model Pembelajaran Inside Outside Circle. [Online].
Tersedia:
http://10310225.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran
inside-outside.html. [5 Desember 2012].
Akhnayzz. (2011). Model Pembelajaran Inside Outside Circle. [Online].
Tersedia: http://satulagi.com/pembelajaran-2/inside-outside-circle. [5
Desember 2012].
Ali, Muhammad. (2008). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Angah, Azhari. (2012). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://angahazhari.
blogspot.com/2011/10/fotosintesis.html. [5 Desember 2012].
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Campbell, dkk. (2002). Biologi (Edisi Kelima Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.
Hamid. (2009). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://webproscientists.
blogspot.com/2012/11/the-calvin-cycle.html. [5 Desember 2012].
Hardini, Israni dan Dewi Puspitasari. (2012). Startegi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media).
Hermanto, Redi dan Dedi Nurjamil. (2010). Strategi Cerdas Menguasai Statistik.
Bandung: Rizqi Press.
Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Parametrik untuk Penelitian
Pendidikan. Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, tidak
diterbitkan.
11
Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Nonparametrik. Tasikmalaya: LPPM
Universitas Siliwangi.
Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.
Ketoro, Sudi. (2011). Menelusuri Atom dengan Fotosintesis. [Online]. Tersedia:
http://sudi8iologi.wordpress.com/2011/06/16/fotosintesis/. [5 Desember
2012].
Kimball, John W, dkk. (1983). Biologi (Edisi Kelima Jilid Satu). Jakarta:
Erlangga.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Mahmuddin. (2009). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://mahmuddin.
wordpress.com/2009/10/01/fotosintesis/. [5 Desember 2012].
Musfikin, Ali. (2012). Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://alimusfikin.
blogspot.com/2012/11/fotosintesis.html. [5 Desember 2012].
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV
ALFABETA.
Setyaningrum, Rani. (2012). Fotosintesis Tumbuhan. [Online]. Tersedia:
http://fotosintesistumbuhan-rani.blogspot.com/p/materi.html. [5 Desember
2012].
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitas dan R&D. Bandung:
CV ALFABETA.
Sumyati, Tina. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe InsideOutside Circle Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri
Makhluk Hidup (Penelitian di MTs Al Barokah Cibalong Kab.
Tasikmalaya). Tasikmalaya: Tidak Dipublikasikan.
Suprijono, Agus.(2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tjatur, Andreas. (2012). Ringkasan Fotosintesis. [Online]. Tersedia: http://
learningjust4u.wordpress.com/2012/04/25/ringkasan-bio-kelas-8fotosintesis-2/. [5 Desember 2012].
Tullis, Zachary. (2010). Photosynthesis and Chloroplasts. [Online]. Tersedia:
http://oakridgeapbio.pbworks.com/w/page/9716919/Photochloroplasts.
[5 Desember 2012].
Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Riwayat Penulis
Nela Susilawati, adalah mahasiswa angkatan 2009 pada Program Studi
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Siliwangi yang sedang melaksanakan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan (lulus tahun 2013).
12
Download