PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 419 Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada SMP Negeri 10 Muaro Jambi). Musa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak: Tulisan ini hasil penelitian sosial yang diarahkan untuk menerangkan pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam pembelajaran Geografi terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 10 Muaro Jambi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dalam bentuk quasi eksperimen dengan desain Treatment by Block yang merupakan desain penelitian multifaktor, dimana sistem notasi, model dan analisis datanya sama dengan desain faktorial 2x2. Hasil penelitian, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah). Kata-kata Kunci: Metode Pembelajaran dan Penemuan Terbimbing. Pendahuluan Mata pelajaran Geografi merupakan bagian dari bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) berfungsi mengembangkan kemampuan siswa Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 420 MUSA dalam mengenali dan memahami gejala alam dan kehidupan dalam kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap positif dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh manusia terhadap lingkungannya (Depdikbud, 1993 : 1). Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Salah satu indikator keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Tujuan instruksional, materi, metode dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, akan tetapi harus berjalan secara teratur, komplementer dan berkesinambungan serta memiliki peranan yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Sebagai salah satu komponen kurikulum, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya. Oleh karena itu guru hendaknya mampu memilih dan menggunakan metode mengajar secara tepat, efisien dan efektif dengan variasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi. Metode penemuan terbimbing (guided discovery) adalah metode yang mengutamakan belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan bimbingan guru. Dalam metode ini siswa belajar melalui partisipasi aktif untuk menemukan kosep-konsep dan prinsipprinsip agar mereka mudah memperoleh pengalaman belajar yang akan selalu tertanam lama dalam ingatan mereka. Bagaimana efektifitas penggunaan metode penemuan terbimbing pada proses pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Pertama ?. Untuk menjawab hal ini diperlukan suatu penelitian dan kajian yang komprehensif. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 421 Kajian Teori Gredler (1986:1) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”. Belajar dalam hal ini diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap. Sementara menurut Gagne (1975) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam yaitu : a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan motoris. Bagaimanapun sempurnanya materi yang disusun, hebatnya media yang digunakan jika metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak tepat maka sasaran dan tujuan belajar tersebut tidak akan tercapai. Winarno (1980) mengatakan bahwa metode mengajar adalah sebagai cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Senada dengan itu Soemasasmito (1988) metode mengajar merupakan cara membantu tercapainya tujuan dengan mengacu kepada gaya mengajar terkendali yang seksama menyusun seri-seri pengajaran yang memberi urutan pengalaman belajar yang bertahap, yang akhirnya mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dalam konteks belajar-mengajar metode mengajar berarti pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar. Baik dan tidaknya suatu metode mengajar bergantung kepada beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode itu bisa berupa situasi, kondisi, atau secara objektif metode itu kurang cocok dengan kondisi dan objek. Faktor guru itu sendiri sangat besar pengaruhnya seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, sikap terhadap anak, konsep tentang mengajar-belajar, pribadi, kreativitas dan sebagainya. Juga fasilitas yang tersedia, sumber-sumber belajar serta alat pelajaran Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 422 MUSA turut menentukan metode mengajar guru. Metode yang diartikan sebagai “cara” mengandung implikasi “mempengaruhi” serta saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik, dimana antara pendidik dan anak didik berada dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu. Menurut Atwi (1993), metode instruksional adalah cara menyajikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Hal senada juga dikemukakan oleh Syaiful dan Aswan (2002:53), metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode mengajar berarti pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar. Burhan (1988) mengemukakan bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran secara teratur, tidak saling bertentangan, dan mendasarkan diri atas suatu pendekatan. Berbeda halnya dengan pendekatan yang aksiomatis, metode lebih bersifat prosedural sehingga satu pendekatan mungkin saja mempunyai beberapa metode. Maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara, atau prosedur belajar mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Metode penemuan (discovery) berkembang dari ide John Dewey (1913), yang kembali dipopulerkan oleh J.Bruner untuk memperoleh hasil belajar yang lebih permanent. Menurut S.Nasution (1999: 46) dalam metode penemuan ada dua aspek yang perlu mendapat penjelasan dan perhatian yaitu “belajar dengan menemukan” dan “belajar untuk menemukan”. Belajar untuk menemukan dimaksudkan mempelajari metodologi penemuan itu sendiri untuk digunakan menemukan sesuatu. Untuk menguasai proses penemuan banyak diperlukan waktu, misalnya untuk merumuskan masalah, mencari hipotesis atau kemungkinankemungkinan memecahkan masalah itu kemudian mengadakan percobaan atau mengumpulkan data menurut cara-cara tertentu, Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 423 menguji kebenaran hasilnya dan akhirnya mengambil kesimpulan. Sedangkan “Belajar dengan menemukan” dimaksudkan dengan menggunakan penemuan sebagai alat atau untuk mempelajari dan menguasai bahan pelajaran yaitu memahami sesuatu melalui proses penemuan, namun yang diutamakan adalah produk atau hasil belajar. Murid menguasai bahan, bukan karena diberitahukan oleh guru, melainkan karena ditemukannya sendiri. Kebanyakan “penemuan” yang akan dilakukan oleh murid adalah mencari jawaban yang telah diketahui oleh guru. Dalam hal ini guru berusaha membimbing murid ke arah penyelesaian suatu masalah atau jawaban suatu soal dengan memberikan bantuan sebanyak yang diperlukan oleh murid menurut perkiraan guru. Aleks (2003) mengemukakan bahwa ciri-ciri dalam belajar penemuan terbimbing (guided discovery) adalah : 1) tujuan pembelajaran diberitahukan kepada siswa, 2) alat dan bahan tersedia dan ditentukan, 3) adanya gagasan dan prakarsa dasar, 4) petunjuk hanya diberikan kalau siswa bertanya. Hal senada diungkapkan Oemar (2001:190), sistem pembelajaran siswa terbimbing menetapkan tanggung jawab belajar pada diri siswa sendiri. Guru tidak berperan secara langsung, tetapi menjadi salah satu sumber belajar bagi para siswa bilamana diinginkan. Dalam sistem ini guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Hal senada juga dikemukakan. Muh.Amien (1988:137) menjelaskan dalam menggunakan guided discovery, guru membimbing siswa untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui kegiatan pemecahan masalah. Disamping itu diperlukan juga pengarahan berupa pertanyaan-pertanyan yang diajukan kepada siswa untuk mereka diskusikan sebelum melakukan kegiatan tersebut. R.Ibrahim (1991:38) berpendapat bahwa belajar penemuan (discovery) disebut juga belajar inquiry, yang erat hubungannya dengan apa yang dikenal dengan sebutan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kegiatan belajar ini bersifat aktif, karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa. Belajar penemuan lebih Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 424 MUSA kompleks, banyak menuntut aktivitas berpikir dan bahkan tidak jarang pula menuntut sejumlah aktivitas fisik. Ada beberapa bentuk kegiatan belajar discovery, yaitu : bertanya jawab, berdiskusi, melakukan pengamatan, mengadakan percobaan, mewawancarai nara sumber, melakukan latihan-latihan, bersimulasi, mengadakan permainan, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah, dan sebagainya. Dalam kegiatan belajar penemuan tidak berarti bahwa tidak ada aktivitas mendengar, mencatat atau membaca bahan bacaan. Ketiganya ada tetapi diikuti atau dipadukan dengan kegiatan-kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa, Metode penemuan dapat dikatakan bertujuan untuk membiasakan siswa melakukan keterampilan proses dalam menemukan ilmu pengetahuan. Dalam penerapan metode penemuan, para guru tidak perlu memaksakan memberi seluruh informasi ke dalam benak anak didik, karena anak didik itu sendiri sebenarnya telah memiliki potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing. Metode penemuan ini dipahami sebagai proses yang mensyaratkan terjadinya interaksi tingkat tinggi antara siswa, guru, materi, bahan ajar dan lingkungan, dimana mereka dapat memperoleh informasi. Prosesnya dimulai dengan menghadirkan rangkaian materi untuk kemudian ditarik kesimpulan guna mempertajam penguatan-penguatan siswa, karena itulah benarbenar diperlukan suatu kreatifitas yang tinggi. Sund (dalam Suryosubroto,1997:193) berpendapat bahwa penemuan (discovery) adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya : mengamati, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Carin dalam Muh.Amien (1988:126) bahwa pada pelaksanaan suatu kegiatan atau pelajaran harus dirancang suatu metode pembelajaran yang benar-benar melibatkan partisipasi siswa sehingga siswa akan menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya. Di sini dapat dilihat bahwasanya guru memiliki peranan yang amat besar sehingga benar-benar dapat Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 425 mengarahkan siswa untuk kemajuan yang lebih baik. Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Dalam penggunaan dan penerapan metode penemuan ini, maka siswa akan lebih mampu mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan menggunakan potensi sumber belajar yang ada di sekelilingnya, karena dalam proses belajar siswa diharapkan lebih kritis dan kreatif sehingga tidak hanya menerima materi dari guru yang mengajar, tetapi dapat mencari sumber lain yang dapat menambah wawasan siswa sehingga siswa dapat menemukan prinsip dan konsep dari proses belajar itu sendiri. Apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Kegiatan belajar untuk dirinya tidak dapat diwakilkan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Davies, 1991: 32). Hal ini akan menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan siswa harus mengerjakan setiap tugas yang telah diberikan kepadanya, sehingga mereka akan memperoleh pengalaman langsung dari kegiatan yang mereka lakukan. Pengalaman belajar langsung ini akan lama bertahan di memori mereka karena prosesnya terjadi secara alami yang menghendaki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam proses belajar. Aktivitas belajar dapat terjadi dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja. Belajar yang disengaja adalah suatu kegiatan yang dirancang dan bertujuan dan diperolehnya suatu pengalaman baru. Sedangkan aktivitas belajar yang terjadi tidak dengan sengaja merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungannya secara kebetulan dimana dalam proses interaksi itu seseorang memperoleh pengalaman baru. Pengalaman baru atau kemampuan yang diperoleh dalam perbuatan belajar, tidak hanya pengetahuan, akan tetapi juga mencakup sikap dan keterampilan, dalam arti bahwa kemampuan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 426 MUSA sebagai konsekwensi pembelajaran merupakan indikator untuk mengetahui berhasil tidaknya proses belajar yang telah dilakukan. Suatu aktivitas pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penemuan adalah suatu metode di mana dalam proses pembelajaran guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasanya diberitahukan atau diceramahkan saja.. Siswa harus diberi dorongan dan semangat sehingga mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapi, baik dalam bentuk kerja kelompok atau perseorangan. Sedangkan guru merupakan sumber informasi yang memiliki tugas memberi bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak akan menjadi frustasi atau gagal. Metode Pembelajaran Konvensional Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori. Baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksanaan mengajar, dalam pendekatan ini guru berperan aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan dengan siswa-siswanya. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikan kepada siswa. Sebaliknya para siswa berperan lebih pasif, tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru. Syaiful (1996 : 110) berpendapat bahwa metode ceramah atau di sebut juga metode pembelajaran konvensional adalah cara penyajian dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan dan secara langsung. Kegiatan yang utama di dalam kelas adalah guru berceramah atau berbicara dan menjelaskan, memberikan beberapa contoh serta mengajukan beberapa pertanyaan. Sementara kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas selain mendengarkan juga menulis serta mempersiapkan diri untuk mengerjakan latihan seperti contoh-contoh yang telah diberikan oleh guru. Sementara Roestiyah (1991:136) menjelaskan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 427 bahwa cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah, cara ceramah dapat dikatakan juga dengan teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar untuk menyampaikan keterangan, informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Biasanya guru menggunakan ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok permasalahan. Ceramah juga lazim digunakan untuk jumlah siswa yang banyak, sehingga sulit menggunakan teknik penyajian yang lain kecuali ceramah untuk menjangkau jumlah siswa sebanyak itu. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mulyani dan Permana (1998: 136) yang menyatakan bahwa metode ceramah atau kuliah adalah penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan penjelasan lisan kepada peserta didik. Masih seringnya guru menggunakan metode ceramah dalam mengajar disebabkan desakan kurikulum, seperti yang dikatakan Cony (1987) untuk mengejar pencapaian target kurikulum, maka guru memilih jalan yang termudah, yaitu menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah. Dimyati dan Mujiono (1994:128) mengemukakan bahwa metode ceramah merupakan sistem penyampaian yang memiliki kadar potensial paling rendah dalam melibatkan mental siswa dalam peristiwa pembelajaran, sementara belajar mandiri dan penemuan memiliki kadar potensial yang paling tinggi. Syaiful (2002) mengemukakan bahwa dalam sistim ekspository learning, guru menyajikan materi pelajaran dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak, dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Karakteristik Metode Pembelajaran Terbimbing dan Metode Konvensional . Penemuan Ada pun perbedaan yang mendasar antara metode penemuan terbimbing dan metode konvensional adalah metode penemuan terbimbing berorientasi kepada siswa, sedangkan metode Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 428 MUSA konvensional berorientasi kepada guru. Untuk lebih jelasnya perbedaan dari kedua metode tersebut, Winarno (1990) merincikan sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini : Tabel : 1 Karakteristik Metode Penemuan Terbimbing dan Konvensional Metode Penemuan Terbimbing Disampaikan oleh guru dan tertulis dalam lembaran kerja Metode Konvensional Hanya disampaikan oleh guru Desain materi Disusun dalam SAP dan dilengkapi dengan lembaran kerja yang berisi pertanyaanpertanyaan serta beberapa bimbingan yang di butuhkan Disusun dalam SAP dan disajikan oleh guru 3 Media pembelajaran Model digunakan untuk menemukan konsep/prinsip oleh siswa Model digunakan sebagai alat peraga untuk menjelaskan konsep atau prinsip oleh guru 4 Jalan pembelajaran Tergantung kepada kemampuan guru dalam memberika bimbingan dan petunjuk belajar agar siswa aktif untuk menemukan konsep/prinsip Tegantung kepada kemampuan guru dalam menyajikan/ menyampaikan konsep dan prinsip 5 Suasana kelas Kurang tenang dan kurang teratur Tenang dan teratur 6 Peranan siswa Siswa aktif dalam proses penemuan Siswa aktif melakukan tugas bila ada perintah dari guru 7 Peranan guru Memberikan bimbingan (koreksi, mendiagnosa dan memberikan saran yang sesuai) dalam menemukan konsep dan prinsip Menyajikan informasi tentang materi pelajaran (konsep/prinsip) 8 Perbedaan individu siswa Penguasaan hasil belajar Diperhatikan Kurang diperhatikan Siswa menguasai materi pelajaran bersifat produktif Siswa menguasai materi pelajaran bersifat reproduktif Umpan balik Dari teman dan guru Dari guru semata No Kriteria 1 Tujuan pembelajaran 2 9 10 Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 429 Proses pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing bersifat student centered. Dengan kata lain proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Proses mental tersebut misalnya: meng­ amati, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, men­jelas­ kan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Metode ini bertolak dari asumsi bahwa untuk memperoleh ilmu maka seseorang yang belajar harus melakukan kegiatan berfikir. Semakin besar kegiatan berfikir tersebut semakin efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode penemuan dapat dikatakan bertujuan untuk mem­ biasakan siswa melakukan keterampilan proses dalam menemukan ilmu pengetahuan. Dalam penggunaan dan penerapan metode penemuan ini, maka siswa akan lebih mampu mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan menggunakan potensi sumber belajar yang ada di sekelilingnya, karena dalam proses belajar siswa diharapkan lebih kritis dan kreatif sehingga tidak hanya menerima materi dari guru yang mengajar, tetapi dapat mencari sumber lain yang dapat menambah wawasan siswa sehingga siswa dapat menemukan prinsip dan konsep dari proses belajar itu sendiri. Suatu aktivitas pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Pengalaman belajar langsung ini akan bertahan lama di memori siswa karena prosesnya tejadi secara alami yang menghendaki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam proses belajar. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional bersifat monoton, kegiatan berpusat pada guru sehingga interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sangat kurang. Pembelajaran yang dikembangkan guru orientasinya target penguasaan materi oleh siswa dengan jalan mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Siswa sangat tergantung pada guru, organisasi pembelajaran dan jalannya Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 430 MUSA pembelajaran semua ditentukan oleh guru. Kegiatan yang utama di dalam kelas adalah guru berceramah atau berbicara dan menjelaskan, memberikan beberapa contoh serta mengajukan beberapa pertanyaan, sehingga siswa kurang terlibat dalam pengolahan informasi secara mental dalam mengasimilasi serta mengakomodasi segala sesuatu yang dipelajari dari lingkungannya. Akibatnya siswa belajar kurang bermakna, dan pelajaran mudah terlupakan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan terhadap rumpun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) oleh Riswan (2000) membandingkan penerapan metode diskoveri dan metode konvensional pada mata pelajaran Matematika, hasil yang diperolehnya adalah metode diskoveri lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional. Sementara indah Kencanawati (2004) membandingkan metode diskoveri dan metode konvensional pada mata pelajaran Biologi, juga menyimpulkan bahwa metode diskoveri lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan demikian diduga hasil belajar yang menggunakan metode penemuan terbimbing pada rumpun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu Geografi lebih tinggi dari pada yang menggunakan metode konvensional. Hasil Pembelajaran Penemuan Terbimbing Penggunaan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam pembelajaran mata pelajaran Geografi pada SMP Negeri 10 Muaro Jambi merupakan usaha kreatif dan imajinatif yang turut mendukung pembelajaran siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara umum. Dari analisis data yang diperoleh melalui penyajian data pada hipotesisi pertama, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan metoda pembelajaran penemuan terbimbing memberikan pengaruh hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini disebabkan oleh : Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 431 a. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing 1. Siswa lebih tertarik, karena pembelajaran penemuan terbimbing, lebih atraktif, objek lebih nyata, lebih santai. 2.Memiliki unsur kerja sama, karena siswa dapat dikelompokkan dalam 8-10 siswa. Hal ini dapat menimbulkan keinginan untuk saling berhasil serta dapat memecahkan masalah pembelajaran yang bersifat pragmatis. 3. Terciptanya suasana yang kreatif, inovatif, sehingga Siswa dapat mengikuti pembelajaran tanpa adanya perasaan kaku (monoton). 4. Siswa lebih dapat menyesuaikan kemampuan mereka dengan materi yang telah disiapkan. 5. Siswa mampu belajar dari lingkungan yang ada di sekelilingnya. 6. Waktu luang yang relatif banyak, karena guru lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga waktu dapat digunakan untuk pendalaman materi. b. Metode Ceramah (Konvensional) Metode pembelajaran konvensional dalam prakteknya menggunakan komunikasi satu arah, guru memberikan penjelasan atau menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara lisan (ceramah). Guru sangat dominan sedangkan siswa dalam metode konvensional tidak begitu aktif karena hanya mendengar dan mencatat (Zahara Djaafar, 2001). Metode ceramah (konvensional) dalam setiap pembelajaran selalu didominasi oleh aktivitas guru, sementara peran siswa sangat terbatas. Siswa lebih banyak menerima sehingga cenderung pasif dalam mengkonstruksi pengetahuan baru yang mereka terima. Kondisi ini akan semakin parah bagi siswa yang memiliki kemampuan di bawah standar, mereka akan lebih cenderung untuk menghindar dari pembelajaran yang sedang berlangsung (Abizar, 2004). Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu solusi bagi siswa yang memiliki masalah dalam hal komunikasi Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 432 MUSA serta bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah. Kemampuan awal siswa pada dasarnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Dengan mengetahui kemampuan awal siswa, seorang guru dapat menetapkan dari mana pembelajaran harus dimulai. Kemampuan awal siswa yang dimaksudkan di sini adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki oleh siswa lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Seperti halnya menurut pandangan konstruktivisme bahwa seorang anak pada prinsipnya telah terkonstruk pengetahuan-pengetahuan saat berinteraksi dengan lingkungan/ peristiwa yang dialaminya melalui proses adaptasi dan akomodasi. Tingkat kemampuan awal siswa menurut Ali (1996), merupakan keadaan pengetahuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa terlebih dahulu sebelum ia mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru. Seseorang akan dapat memiliki suatu kemampuan hasil belajar yang baik, apabila sebelumnya ia telah memiliki tingkat kemampuan awal dalam bidang yang sama Pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat mengatasi permasalahan kemampuan awal siswa, dari pada memberikan reaksi yang kurang menguntungkan bagi siswa dengan menghakimi mereka dengan predikat bodoh. Kondisi ini akan terbangun dengan metode seorang guru dengan membagi siswa secara proporsional sehingga suasana perasaan pintar-bodoh dalam kelas dapat dihindari. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dengan teknik analisis data uji-t yang bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing dan kemampuan awal siswa yang dikategorikan dengan kemampuan awal tinggi dan rendah serta melihat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa Kelas II SMP Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 433 Negeri 10 Muaro Jambi Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama, data yang diperoleh untuk hipotesis pertama yaitu, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah). Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar mata pelajaran Geografi kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingan dengan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang diberi metode konvensional. Dengan demikian metode pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari pada metode konvensional. Kedua, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diajarkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diajarkan dengan metode knvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diajarkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diajarkan dengan metode konvensional. Ketiga, siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dan diajarkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing memperoleh hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dan diajarkan dengan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dan diajarkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dan diajarkan dengan metode konvensional. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 434 MUSA DAFTAR PUSTAKA Abizar.1995. Strategi Instruksional Latar Belakang Teori dan Penalarannya. Padang : IKIP Padang Press. Aleks Maryunis.1995. Evaluasi Instruksional Pengembangan Instrument dan Interpretasi Hasil Pengukuran. Padang, Makalah Penataran Dosen PTS Wilayah X. Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, Asgar Razavieh. Terjemahan Arief Furchan. 1982. Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Atwi Suparman. 2001. Disain Instruksional. Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka Press. B.Suryosubroto.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Brown, George. 1990. Pengajaran Mikro Program Keterampilan Mengajar. Surabaya : Airlangga University Press. Burhan Nurgiyantoro.1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan).Yokyakarta. BPFE. Conny Semiawan.1987. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktif kan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Dadang Sulaeman.1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan . Davies, Ivor K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta : Rajawali Pers. Depdiknas.2002.Pedoman Pengembangan Penilaian. Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Seri 02 Depdikbud.1993. Kurikulum Pendidikan Dasar : Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdikbud. Dimyati. Mujiono.1994 Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud. Gagne, Robert.M.1975. Essentials of Learning for Instruction. America : The Dryden Press. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 435 Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta. CV. Rajawali. Terjemahan Munandir. Indah Kencanawati. 2004. “Pengaruh Metode Diskoveri dengan Bimbingan dan Minat Siswa Terhadap Hasil Belajar (Eksperimen Pada Mata Pelajaran Biologi di SMU Negeri 2 Sungai Penuh)”. Thesis tidak diterbitkan. Padang : Pascasarjana UNP. Maman Abdurrahman.1988. Geografi Perilaku, Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi Lingkungan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Merriel, David. M. & Twitchell, David. G. 1994. Instructional Design Theory. Englewood Cliff, New Jersey : Educational Publications, Line. Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara. Moh.Uzer Usman, 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muh.Amin, 1988. Mengajar Ilmu Pengetahua Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Diskoveri dan inquiri. Jakarta :P2LP Depdikbud Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyani Sumantri, dan Permana Johar. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek PGSD Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Oemar Hamalik.2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta. Bumi Aksara. ____________ 2003. Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. ____________ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Mandar Maju. Omi Kartawidjaya. 1988. Metoda Mengajar Geografi. Jakarta. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan . Paulina Pannen, Purwanto. 1997. Mengajar di Perguruan Tinggi. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 436 MUSA Buku 4. AA. Jakrta : PAU – UT Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Prasetya Irawan. 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta. STIA LANN. _________ 1999, Cakrawala Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka Press. Ratna.W. Dahar. 1988. Teori–Teori Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Proyek Pengembangan LPTK. R.Ibrahim, Nana Syaodih,S. 1991. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Riswan. 2000. “Pengaruh Metode Diskoveri dengan Bimbingan dan Minat Siswa Terhadap Hasil Belajar (Suatu Eksperimen Pada Mata Pelajaran Matematika Di SMK Kelompok Teknologi)”. Thesis tidak diterbitkan. Padang : Pascasarjana UNP. Romizowski, A. J. 1981. Design Instructional Systems. New York : Rogan Page. Roestiyah.NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara. Sardiman.AM. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta . S. Nasution. 1999 Teknologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara. _________ 19982. Didaktik Asas – Asas Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. _________, 1998. Psikologi Belajar, Bandung : Remaja Rosda Karya. Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. _________, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zaini. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sumarna Suprapranata. 2004. Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING ... 437 Interpretasi Hasil Tes. Bandung : Remaja Rosdakarya. Tengku Zahara Djaafar. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar, Jakarta : Balitbang Depdiknas. Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi BelajarMengajar, Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung. Tarsito. _________ ,1980. Metodologi Pendidikan Nasional. Bandung. Jenmars. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013