BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Teori agensi muncul dari perjalanan perkembangan dan transformasi etika kapitalis, dimana individu atau kelompok terlibat dalam pengelolaan suatu organisasi berperilaku dalam mencapai sasaran (pemaksimuman nilai) dan saling bersinggungan dengan kepentingan yang dapat memunculkan konflik organisasi (Lumbantobing, 2008). Dalam kerangka manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat diantara pemegang saham dan manajer, dan/atau diantara pemegang saham dengan kreditur. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang jika dibandingkan dengan pemegang saham (Lumbantobing, 2008). Manajer perusahaan bisa saja membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham, sehingga menimbulkan konflik keagenan. Konflik tersebut timbul antara pemilik, karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan perusahaan (Lumbantobing, 2008). Untuk menghindari konflik keagenan tersebut, maka hendaknya perusahaan memberikan sinyal kepada pemilik mengenai kondisi perusahaan (Ujiyantho dan 7 Pramuka, 2007). Sinyal tersebut tertuang dalam annual report perusahaan yang dilaporkan secara berkala. B. Nilai Perusahaan Dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejatera pula pemiliknya. Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor. Kemakmuran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai perusahaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan merupakan ukuran kinerja manajer keuangan. Nilai Perusahaan Menurut M Fuad (2006:23) adalah sebagai berikut : Nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh calon investor sehingga ia mau membayarnya jika suatu saat perusahaan akan dijual. Hal yang hampir sama juga dinyatakan oleh Suad (2008:7) bahwa nilai perusahaan merupakan “harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual “.Pengertian nilai perusahaan menurut Harmono (2009:233) “nilai perusahaan merupakan ukuran nilai objektif oleh public dan orientasi pada kelangsungan hidup perusahaan”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan lazim di indikasikan dengan price to book value (PBV). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas keberlangsungan perusahaan kedepan. Hal tersebut jelas senada dengan harapan pemegang saham, 8 sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang tinggi. Price to book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham Brigham dan Houston (2006:111). Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya akan prospek perusahaan (Sugiono, 2009:64). Jadi, PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada diatas atau di bawah nilai buku sahamnya. Formula untuk menghitung PBV ditunjukkan sebagai berikut (Sugiono, 2009-64); PBV = Dimana nilai Book Value per Share (BVS) di hitung dengan formula: BVS = Book value per share adalah perbandingan total modal saham dengan jumlah lembar saham yang beredar yang merupakan nilai buku per lembar saham, atau nilai aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Fahkhruddin, 2008:28). Dengan kata lain, Book Value per Share (BVS) merupakan salah satu elemen penting untuk mengetahui pertumbuhan 9 perusahaan. Book value ini dipengaruhi oleh hasil operasi perusahaan sehingga dapat menunjukkan keefektifan perusahaan dalam menndayagunakan sumber dari pemilik atau pemegang saham. Kinerja manajemen yang baik adalah ketika memiliki nilai PBV paling tidak satu, yang berarti nilai tersebut diatas nilai bukunya. Jika angka PBV ada dibawah satu, maka bisa dipastikan bahwa harga pasar saham tersebut lebih rendah daripada nilai bukunya (Sugiono, 2009:67). C. Kinerja Keuangan Menurut Mahsun (2006:145) kinerja keuangan menjelaskan bahwa “kinerja merupakan suatumanajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengembilan keputusan dan akuntibilitas. Dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan yang ada. Salah satu cara dalam mengukur kinerja keuagan adalah dengan menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Selain menggunakan rasio keuangan, digunakan juga analisis EVA yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermafaat untuk pengambilan keputusan 10 manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder. Menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan perlu beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio, atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analisis yang ahli dan berpengalaman, daripada analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Kamaludin & Rini Indriani, 2012:53). 1. Return On Equity(ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya(Kasmir, 2008:196). Menurut Mamduh Hanafi (2008:42), menyatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham. 11 Menurut Irham Fahmi (2012:99), menyatakan bahwa ROE adalah suatu perhitungan yang sangat penting pada suatu perusahaan yang memperlihatkan suatu ROE yang tinggi dan konsisten yang mengindikasikan : 1. Perusahaan mempunyai suatu keunggulan yang tahan lama dalam persaingan. 2. Investasi anda di dalam bentuk modal para pemegang saham akan tumbuh pada suatu tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi, sehingga akan mengarahkan kepada suatu harga saham yang tinggi di masa depan. Menurut Irham Fahmi (2012:99): “Umumnya suatu perusahaan yang mempunyai ROE 12% dinilai sebagai suatu investasi yang wajar. Perusahaan –perusahan yang bisa menghasilkan ROE lebih daripada 15% secara konsisten adalah sangat luar biasa dan dinilai sebagai investasi yang wajar.” Berdasarkan pengertiaan diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa ROE adalah rasio yang bisa dijadikan pedoman oleh shareholder untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan dari modal yang ditanamkan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Secara matematis, ROE menurut Sartono (2008:124) rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = x 100% Keterangan : NIAT = Net Income After Tax (laba bersih setelah pajak) Equity = Total modal 12 2. Economic Value Added (EVA) a. Pengertian EVA Economic value added merupakan salah satu konsep ukuran kinerja keuangan yang dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern dan Stewart dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap metoda penilaian paling baik. Tujuan dari menganalisis EVA adalah untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dan sekaligus memperhatikan kepentingan dan harapan penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Dengan metoda EVA akan diperoleh perhitungan ekonomis yang realistis karena EVA dihitung berdasarkan biaya modal rata-rata tertimbang. Dengan demikian, kepentingan kreditur dan pemegang saham sangat diperhatikan. Menurut Mamduh Hanafi dalam bukunya Manajemen Keuangan (2008:52), pengertian EVA, “merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut.” Menurut Kamaludin & Rini Indriani, (2012:40) Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu pendekatan alternative untuk sebagai ukuran profitabilitas yang dapat mengukur kinerja manajerial dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan definisi diatas, EVA ditentukan oleh dua hal: pertama, keuntungan bersih operasional setelah pajak yang menggambarkan penciptaan value di dalam perusahaan. Kedua, biaya 13 modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value. Menurut Bigham dan Houston (2006:69) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, EVA adalah estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis yang bersangkutan, dan berbeda dengan laba akuntansi. Dimana laba akuntansi diperhitungkan tanpa mengenakan beban modal ekuitas, sementara EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya seluruh modal, termasuk modal ekuitas yang telah dikurangkan. b. Manfaat EVA Manfaat EVA menurut Tunggal dalam (Iramani dan Febrian, 2005:3) adalah sebagai berikut: a) EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain, baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau analisis trend. b) Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. c. Keunggulan EVA Beberapa keunggulan EVA menurut Mulia dalam (Susanto dan Rosy, 2009) adalah sebagai berikut: 14 a) Memperhitungkan beban sebagai konsekuensi dari investasi dalam peningkatan nilai perusahaan. b) Memperlihatkan keadilan bagi para pemilik dana yang terlihat dari ukuran tertimbang struktur modal. c) Perhitungan EVA digunakan secara mandiri, tanpa adanya data pembanding. Seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian perusahaan. d) Perhitungannya mudah untuk di aplikasikan, sehingga bisa digunakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan. d. Langkah-Langkah Menghitung EVA Perhitungan EVA diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah para pemakai laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara matematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006:71) : EVA = NOPAT – Capital Charge Keterangan : NOPAT = Net Operating After Tax Capital Charge = WACC x Invested Capital 15 Dari rumusan diatas, maka perhitungan EVA dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan (Handoko, 2008:200). Untuk menentukan nilai EVA ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penghitungan NOPAT yaitu: a) Penjualan yang disyaratkan adalah penjualan dari kegiatan operasi perusahaan (barang dan jasa), bukan penjualan aktiva perusahaan. b) Biaya Operasiyakni biaya yang timbul dari kegiatan operasi perusahaan. c) Pajak Penghasilanberdasarkan presentase yang berlaku dikalikan dengan laba sebelum pajak. Rumusan NOPAT adalah sebagai berikut: NOPAT = Laba bersih setelah pajak + Biaya bunga (diambil dari laporan laba-rugi) 2) Menghitung Invested Capital Menurut Young dalam (Widyatmini dan Damanik, 2008) disebutkan bahwa Invested Capital adalah jumlah seluruh keuangan 16 perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga, seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo. Invested Capital (IC) sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya.Secara matematis: IC = Hutang Jk.Pendek + Hutang Jk. Panjang + Ekuitas 3) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar.Secara matematis: WACC = {D x rd(1-T)} + (E x re) Dengan Cara : a) Menghitung tingkat modal dari hutang (D) Penghitungan tingkat modal dari hutang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar proporsi hutang dari seluruh modal perusahaan. Dengan rumus matematis sebagai berikut: Tingkat Hutang (D)= 17 b) Menghitung Biaya Hutang (rd) Biaya hutang bertujuan untuk menghitung tarif yang harus dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan hutang (Iramani dan Febrian, 2005:5). Secara matematis, biaya hutang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Biaya Hutang (rd) = c) Menentukan Pajak Penghasilan (T) Tingkat pajak bertujuan untuk menghitung persentase pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan rumus sebagai berikut: Tingkat Pajak (T) = d) Perhitungan tingkat modal dari ekuitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar proporsi ekuitas dari seluruh modal perusahaan. Secara matematis bisa diperoleh dengan rumu sebagai berikut: Tingkat Modal (E) = e) Menghitung Biaya Modal (re) Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki oleh investor karena adanya ketidakpastian laba sebagai akibat dari tambahan 18 resiko atas keputusan yang diambil perusahaan. Untuk menghitung, dapat digunakan pendekatan price earning ratio dengan rumusan: Cost Of Equity (re) = PER (Price Earning Ratio) = 4) Menghitung Capital Charge Capital Charge adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Widyatmini dan Damanik, 2008). Rumusan Capital Charge menurut Young dalam (Handoko, 2008) Capital Charge = WACC x Invested Capital D. Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII) Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu korporasi (Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2004). Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaanperusahaan yang tidak melanggar aturan syariah. Dimana berdasarkan keputusan Bapepam-LK nomor IX.A.13 tahun 2006 tentang penerbitan efek syariah, telah 19 ditetapkan bahwa kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syairah antara lain: 1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; 2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawai, jual beli risiko yang mengandung gharar dan atau maysir; 3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan: - Barang dan atau jasa haram karena zatnya (haram li-dzatihi); - Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan atau - Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan atau 4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawai lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI. Selain memenuhi kriteria diatas, maka kriteria saham syariah selanjutnya adalah harus memenuhi rasio keuangansebagai berikut: - rasio total hutang ribawi (berbasis bunga) dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82%; - kontribusi pendapatan non-halal dibandingkan dengan pendapatan tidak lebih dari 10%. 20 Pada tanggal 3 Juli 2000, PT. Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa Invesment Management ( DIM )meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Invesment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. E. Penelitian Terdahulu Hidayati (2008) meneliti hubungan Debt to Equity Ratio, Devidend Payout Ratio, Return on Equity dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan proksi per book value perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasilnya menunjukkan bahwa Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value. Sementara penelitian yang dilakukan Dwi Maulana (2012) tentang Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Expeced Return Saham Dengan ROA Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Kategori Indeks Kompas 100 Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa 21 EVA berpengaruh positif terhadap return saham.Penelitian tentang pengaruh EVA, ROE, ROA dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham dilakukan oleh Handoko (2008) pada pengaruh ROA, ROE, DER, EPS dan PER terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45 Periode 2010-2012. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel ROA, ROE, EPS dan PER berpengaruh signifikan. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Tata Kelola Perusahaan Sebagai Variabel Modetaring, hasil penelitian Ulfah Rofiandari (2012) ini adalah EVA berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Sedangkan DER tidak signifikan terhadap Return Saham. Sementara Cicih Sumiarsih (2008) meneliti pengaruh EVA sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Tbk. Hasilnya EVA berpengaruh positif sebagai pengukur kinerja suatu perusahaan. Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1. Eva Eko Hidayati (2007) 2. Handoko (2008) Variabel Dependen PBV Return Saham Variabel Independen DER, DPR, ROE dan SIZE Hasil Penelitian DER dan DPR berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan SIZE dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV. ROA, ROE, DER, ROA, ROE, EPS EPS dan PER dan PER berpengaruh signifikanterhadap Return Saham 22 3. Dwi Maulana (2012) Return Saham ROA dan EVA ROA danEVA berpengaruh positif terhadap return saham. 4. Ulfah Rofiandari (2012) Nilai Perusahaan EVA 5. Cicih Sumiarsih (2008) Pengukur Kinerja Keuangan EVA EVA berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan EVA berpengaruh positif. Sumber: data diolah, 2012 F. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan penelitian sebelumnya yang terjadi ketidakkonsistenan hasil penelitian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, maka penelitian ini bermaksud untuk mereplikasi dengan sampel yang berbeda, sehingga kerangka penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis 1 2 23 Keterangan : 1. Pengaruh ROE (X1) terhadap nilai perusahaan (Y) 2. Pengaruh EVA (X2) terhadap nilai perusahaan (Y) G. Pengaruh ROE dan EVA terhadap nilai perusahaan Para investor melakukan berbagai analisis sebelum memutuskan kemana dananya akan diinvestasikan. Analisis yang dilakukan dilakukan melalui rasio keuangan, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Salah satu rasio keuangan yang menjadi landasan pengambilan keputusan investor adalah rasio profitabilitas, terutama ROE. Rasio ROE ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2008) yang meneliti hubungan Debt to Equity Ratio, Devidend Payout Ratio, Return on Equity dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan proksi per book value perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis pertama yang diajukan adalah: H0 :ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. H1: ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Analisis lain yang digunakan oleh para investor adalah EVA. Dimana EVA menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Penilaian EVA lebih objektif 24 dari pada rasio keuangan saja, karena EVA mengukur nilai perusahaan ketika perusahaan dapat menutup biaya operasi dan biaya modal yang dikeluarkan perusahaan. Sehingga nilai EVA akan berbanding lurus dengan nilai perusahaan. Seperti penelitian mengenai Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Tata Kelola Perusahaan Sebagai Variabel Modetaring, hasil penelitian Ulfah Rofiandari (2012) ini adalah EVA berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan DER tidak signifikan terhadap Return Saham. Sementara Cicih Sumiarsih (2008) meneliti pengaruh EVA sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Tbk. Hasilnya EVA berpengaruh positif sebagai pengukur kinerja suatu perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan selanjutnya adalah : H0: EVA tidak berpengaruh secara signiikan terhadap nilai perusahaan. H2: EVA berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin baik nilai ROE dan EVA akan memberikan sinyal positif bagi para investor untuk melakukan investasi dalam rangka memperoleh return. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. 25