7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Teori agensi muncul

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori Agensi
Teori agensi muncul dari perjalanan perkembangan dan transformasi etika
kapitalis, dimana individu atau kelompok terlibat dalam pengelolaan suatu
organisasi berperilaku dalam mencapai sasaran (pemaksimuman nilai) dan saling
bersinggungan dengan kepentingan yang dapat memunculkan konflik organisasi
(Lumbantobing, 2008).
Dalam kerangka manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat
diantara pemegang saham dan manajer, dan/atau diantara pemegang saham
dengan kreditur. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang jika
dibandingkan dengan pemegang saham (Lumbantobing, 2008).
Manajer perusahaan bisa saja membuat keputusan yang bertentangan
dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham,
sehingga menimbulkan konflik keagenan. Konflik tersebut timbul antara pemilik,
karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih
mengutamakan
kepentingan
pribadi
diatas
kepentingan
perusahaan
(Lumbantobing, 2008).
Untuk menghindari konflik keagenan tersebut, maka hendaknya perusahaan
memberikan sinyal kepada pemilik mengenai kondisi perusahaan (Ujiyantho dan
7
Pramuka, 2007). Sinyal tersebut tertuang dalam annual report perusahaan yang
dilaporkan secara berkala.
B.
Nilai Perusahaan
Dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejatera
pula pemiliknya. Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh
investor. Kemakmuran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai
perusahaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan merupakan ukuran kinerja manajer
keuangan. Nilai Perusahaan Menurut M Fuad (2006:23) adalah sebagai berikut :
Nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak
oleh calon investor sehingga ia mau membayarnya jika suatu saat
perusahaan akan dijual.
Hal yang hampir sama juga dinyatakan oleh Suad (2008:7) bahwa nilai
perusahaan merupakan “harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual “.Pengertian nilai perusahaan menurut Harmono
(2009:233) “nilai perusahaan merupakan ukuran nilai objektif oleh public dan
orientasi pada kelangsungan hidup perusahaan”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan
persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan
dengan harga saham. Nilai perusahaan lazim di indikasikan dengan price to book
value (PBV). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas keberlangsungan
perusahaan kedepan. Hal tersebut jelas senada dengan harapan pemegang saham,
8
sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang
saham yang tinggi.
Price to book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan
nilai
buku
per
saham
Brigham
dan
Houston
(2006:111).
Rasio
ini
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya akan prospek
perusahaan (Sugiono, 2009:64).
Jadi, PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham
dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham
perusahaan akan dapat diketahui berada diatas atau di bawah nilai buku
sahamnya. Formula untuk menghitung PBV ditunjukkan sebagai berikut
(Sugiono, 2009-64);
PBV =
Dimana nilai Book Value per Share (BVS) di hitung dengan formula:
BVS =
Book value per share adalah perbandingan total modal saham dengan
jumlah lembar saham yang beredar yang merupakan nilai buku per lembar saham,
atau nilai aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu
lembar saham (Fahkhruddin, 2008:28). Dengan kata lain, Book Value per Share
(BVS) merupakan salah satu elemen penting untuk mengetahui pertumbuhan
9
perusahaan. Book value ini dipengaruhi oleh hasil operasi perusahaan sehingga
dapat menunjukkan keefektifan perusahaan dalam menndayagunakan sumber dari
pemilik atau pemegang saham.
Kinerja manajemen yang baik adalah ketika memiliki nilai PBV paling tidak
satu, yang berarti nilai tersebut diatas nilai bukunya. Jika angka PBV ada dibawah
satu, maka bisa dipastikan bahwa harga pasar saham tersebut lebih rendah
daripada nilai bukunya (Sugiono, 2009:67).
C.
Kinerja Keuangan
Menurut Mahsun (2006:145) kinerja keuangan menjelaskan bahwa “kinerja
merupakan suatumanajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
pengembilan keputusan dan akuntibilitas. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan
perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan yang ada. Salah
satu cara dalam mengukur kinerja keuagan adalah dengan menganalisis laporan
keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Selain menggunakan rasio
keuangan, digunakan juga analisis EVA yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi
manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode
berikutnya. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu
sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan
menghasilkan informasi yang sangat bermafaat untuk pengambilan keputusan
10
manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para
stakeholder.
Menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan perlu
beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio, atau indeks
yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis
dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang
lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analisis
yang ahli dan berpengalaman, daripada analisis yang hanya didasarkan atas data
keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Kamaludin & Rini Indriani,
2012:53).
1.
Return On Equity(ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian
pula sebaliknya(Kasmir, 2008:196).
Menurut Mamduh Hanafi (2008:42), menyatakan bahwa ROE mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu.
Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang
saham.
11
Menurut Irham Fahmi (2012:99), menyatakan bahwa ROE adalah suatu
perhitungan yang sangat penting pada suatu perusahaan yang memperlihatkan
suatu ROE yang tinggi dan konsisten yang mengindikasikan :
1. Perusahaan mempunyai suatu keunggulan yang tahan lama dalam persaingan.
2. Investasi anda di dalam bentuk modal para pemegang saham akan tumbuh pada
suatu tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi, sehingga akan mengarahkan
kepada suatu harga saham yang tinggi di masa depan.
Menurut Irham Fahmi (2012:99):
“Umumnya suatu perusahaan yang mempunyai ROE 12% dinilai sebagai suatu
investasi yang wajar. Perusahaan –perusahan yang bisa menghasilkan ROE lebih
daripada 15% secara konsisten adalah sangat luar biasa dan dinilai sebagai
investasi yang wajar.”
Berdasarkan pengertiaan diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa
ROE adalah rasio yang bisa dijadikan pedoman oleh shareholder untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan dari modal yang
ditanamkan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan
menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Secara matematis, ROE
menurut Sartono (2008:124) rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROE =
x 100%
Keterangan :
NIAT
= Net Income After Tax (laba bersih setelah pajak)
Equity
= Total modal
12
2.
Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian EVA
Economic value added merupakan salah satu konsep ukuran
kinerja keuangan yang dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern
dan Stewart dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap
metoda penilaian paling baik. Tujuan dari menganalisis EVA adalah
untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dan sekaligus
memperhatikan kepentingan dan harapan penyandang dana yaitu
kreditur dan pemegang saham. Dengan metoda EVA akan diperoleh
perhitungan ekonomis yang realistis karena EVA dihitung berdasarkan
biaya modal rata-rata tertimbang. Dengan demikian, kepentingan
kreditur dan pemegang saham sangat diperhatikan.
Menurut Mamduh Hanafi dalam bukunya Manajemen Keuangan
(2008:52),
pengertian
EVA,
“merupakan
ukuran
kinerja
yang
menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai
tambah tersebut.”
Menurut Kamaludin & Rini Indriani, (2012:40) Economic Value
Added (EVA) merupakan salah satu pendekatan alternative untuk
sebagai ukuran profitabilitas yang dapat mengukur kinerja manajerial
dalam suatu periode tertentu.
Berdasarkan definisi diatas, EVA ditentukan oleh dua hal:
pertama,
keuntungan
bersih
operasional
setelah
pajak
yang
menggambarkan penciptaan value di dalam perusahaan. Kedua, biaya
13
modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam
penciptaan value.
Menurut Bigham dan Houston (2006:69) yang diterjemahkan
oleh Ali Akbar Yulianto, EVA adalah estimasi dari laba ekonomis yang
sebenarnya dari bisnis yang bersangkutan, dan berbeda dengan laba
akuntansi. Dimana laba akuntansi diperhitungkan tanpa mengenakan
beban modal ekuitas, sementara EVA mencerminkan laba residu yang
tersisa setelah biaya seluruh modal, termasuk modal ekuitas yang telah
dikurangkan.
b. Manfaat EVA
Manfaat EVA menurut Tunggal dalam (Iramani dan Febrian,
2005:3) adalah sebagai berikut:
a) EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri
sendiri tanpa memerlukan ukuran lain, baik berupa perbandingan
dengan menggunakan perusahaan sejenis atau analisis trend.
b) Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan
untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
c. Keunggulan EVA
Beberapa keunggulan EVA menurut Mulia dalam (Susanto dan
Rosy, 2009) adalah sebagai berikut:
14
a) Memperhitungkan beban sebagai konsekuensi dari investasi dalam
peningkatan nilai perusahaan.
b) Memperlihatkan keadilan bagi para pemilik dana yang terlihat dari
ukuran tertimbang struktur modal.
c) Perhitungan EVA digunakan secara mandiri, tanpa adanya data
pembanding. Seperti standar industri atau data perusahaan lain
sebagai konsep penilaian perusahaan.
d) Perhitungannya mudah untuk di aplikasikan, sehingga bisa
digunakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan.
d. Langkah-Langkah Menghitung EVA
Perhitungan EVA diharapkan dapat mendukung penyajian laporan
keuangan sehingga akan mempermudah para pemakai laporan keuangan
diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pelanggan, dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya. Secara matematis, rumus untuk menghitung
EVA suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan
Houston, 2006:71) :
EVA = NOPAT – Capital Charge
Keterangan :
NOPAT
= Net Operating After Tax
Capital Charge
= WACC x Invested Capital
15
Dari rumusan diatas, maka perhitungan EVA dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
1) Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax)
NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan
setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan
(financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya
penyusutan (Handoko, 2008:200).
Untuk menentukan nilai EVA ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penghitungan NOPAT yaitu:
a) Penjualan yang disyaratkan adalah penjualan dari kegiatan operasi
perusahaan (barang dan jasa), bukan penjualan aktiva perusahaan.
b) Biaya Operasiyakni biaya yang timbul dari kegiatan operasi
perusahaan.
c) Pajak Penghasilanberdasarkan presentase yang berlaku dikalikan
dengan laba sebelum pajak.
Rumusan NOPAT adalah sebagai berikut:
NOPAT = Laba bersih setelah pajak + Biaya bunga (diambil
dari laporan laba-rugi)
2) Menghitung Invested Capital
Menurut Young dalam (Widyatmini dan Damanik, 2008)
disebutkan bahwa Invested Capital adalah jumlah seluruh keuangan
16
perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak
menanggung bunga, seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo dan
pajak yang akan jatuh tempo. Invested Capital (IC) sama dengan jumlah
ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka
panjang yang menanggung bunga hutang dan kewajiban jangka panjang
lainnya.Secara matematis:
IC = Hutang Jk.Pendek + Hutang Jk. Panjang + Ekuitas
3) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)
WACC adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham
ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal
perusahaan pada nilai pasar.Secara matematis:
WACC = {D x rd(1-T)} + (E x re)
Dengan Cara :
a) Menghitung tingkat modal dari hutang (D)
Penghitungan tingkat modal dari hutang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar proporsi hutang dari seluruh modal
perusahaan. Dengan rumus matematis sebagai berikut:
Tingkat Hutang (D)=
17
b) Menghitung Biaya Hutang (rd)
Biaya hutang bertujuan untuk menghitung tarif yang harus
dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan hutang
(Iramani dan Febrian, 2005:5). Secara matematis, biaya hutang dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
Biaya Hutang (rd) =
c) Menentukan Pajak Penghasilan (T)
Tingkat pajak bertujuan untuk menghitung persentase pajak
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan rumus sebagai berikut:
Tingkat Pajak (T) =
d) Perhitungan tingkat modal dari ekuitas bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar proporsi ekuitas dari seluruh modal perusahaan. Secara
matematis bisa diperoleh dengan rumu sebagai berikut:
Tingkat Modal (E) =
e) Menghitung Biaya Modal (re)
Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki oleh
investor karena adanya ketidakpastian laba sebagai akibat dari tambahan
18
resiko atas keputusan yang diambil perusahaan. Untuk menghitung, dapat
digunakan pendekatan price earning ratio dengan rumusan:
Cost Of Equity (re) =
PER (Price Earning Ratio) =
4) Menghitung Capital Charge
Capital Charge adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan
(Widyatmini dan Damanik, 2008).
Rumusan Capital Charge menurut Young dalam (Handoko, 2008)
Capital Charge = WACC x Invested Capital
D.
Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII)
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan
modal kedalam suatu korporasi (Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2004).
Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaanperusahaan yang tidak melanggar aturan syariah. Dimana berdasarkan keputusan
Bapepam-LK nomor IX.A.13 tahun 2006 tentang penerbitan efek syariah, telah
19
ditetapkan bahwa kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syairah antara
lain:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang;
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawai, jual
beli risiko yang mengandung gharar dan atau maysir;
3. Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan
atau
menyediakan:
-
Barang dan atau jasa haram karena zatnya (haram li-dzatihi);
-
Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan atau
-
Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan atau
4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat tingkat (nisbah)
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawai lebih dominan dari
modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh
DSN-MUI.
Selain memenuhi kriteria diatas, maka kriteria saham syariah selanjutnya
adalah harus memenuhi rasio keuangansebagai berikut:
-
rasio total hutang ribawi (berbasis bunga) dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82%;
-
kontribusi pendapatan non-halal dibandingkan dengan pendapatan tidak
lebih dari 10%.
20
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT. Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan
PT. Danareksa Invesment Management ( DIM )meluncurkan indeks saham yang
dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini
diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta
untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham
yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham
yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah
PT. Danareksa Invesment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar,
tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama
dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam-LK
Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
E.
Penelitian Terdahulu
Hidayati (2008) meneliti hubungan Debt to Equity Ratio, Devidend Payout
Ratio, Return on Equity dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan
proksi per book value perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Hasilnya menunjukkan bahwa Return on Equity berpengaruh positif dan
signifikan terhadap price book value.
Sementara penelitian yang dilakukan Dwi Maulana (2012) tentang
Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Expeced Return Saham
Dengan ROA Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Kategori Indeks
Kompas 100 Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
21
EVA berpengaruh positif terhadap return saham.Penelitian tentang pengaruh
EVA, ROE, ROA dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham
dilakukan oleh Handoko (2008) pada pengaruh ROA, ROE, DER, EPS dan PER
terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45 Periode 2010-2012. Hasilnya
menunjukkan bahwa variabel ROA, ROE, EPS dan PER berpengaruh signifikan.
Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Tata Kelola Perusahaan Sebagai Variabel Modetaring, hasil penelitian
Ulfah Rofiandari (2012) ini adalah EVA berpengaruh secara signifikan terhadap
Nilai Perusahaan Sedangkan DER tidak signifikan terhadap Return Saham.
Sementara Cicih Sumiarsih (2008) meneliti pengaruh EVA sebagai pengukur
kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Tbk. Hasilnya
EVA berpengaruh positif sebagai pengukur kinerja suatu perusahaan.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
1.
Eva Eko
Hidayati
(2007)
2.
Handoko
(2008)
Variabel
Dependen
PBV
Return Saham
Variabel
Independen
DER, DPR, ROE
dan SIZE
Hasil Penelitian
DER dan DPR
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan.
Sedangkan SIZE
dan ROE
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap PBV.
ROA, ROE, DER, ROA, ROE, EPS
EPS dan PER
dan PER
berpengaruh
signifikanterhadap
Return Saham
22
3.
Dwi Maulana
(2012)
Return Saham
ROA dan EVA
ROA danEVA
berpengaruh
positif terhadap
return saham.
4.
Ulfah
Rofiandari
(2012)
Nilai
Perusahaan
EVA
5.
Cicih
Sumiarsih
(2008)
Pengukur
Kinerja
Keuangan
EVA
EVA
berpengaruh
secara signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan
EVA
berpengaruh
positif.
Sumber: data diolah, 2012
F.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang terjadi ketidakkonsistenan hasil
penelitian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, maka penelitian ini
bermaksud untuk mereplikasi dengan sampel yang berbeda, sehingga kerangka
penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis
1
2
23
Keterangan :
1. Pengaruh ROE (X1) terhadap nilai perusahaan (Y)
2. Pengaruh EVA (X2) terhadap nilai perusahaan (Y)
G.
Pengaruh ROE dan EVA terhadap nilai perusahaan
Para investor melakukan berbagai analisis sebelum memutuskan kemana
dananya akan diinvestasikan. Analisis yang dilakukan dilakukan melalui rasio
keuangan, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai
perusahaan. Salah satu rasio keuangan yang menjadi landasan pengambilan
keputusan investor adalah rasio profitabilitas, terutama ROE. Rasio ROE ini
menunjukkan seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2008) yang meneliti hubungan
Debt to Equity Ratio, Devidend Payout Ratio, Return on Equity dan ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan proksi per book value perusahaan
manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap
price book value. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis pertama yang diajukan
adalah:
H0 :ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
H1: ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Analisis lain yang digunakan oleh para investor adalah EVA. Dimana
EVA menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Penilaian EVA lebih objektif
24
dari pada rasio keuangan saja, karena EVA mengukur nilai perusahaan ketika
perusahaan dapat menutup biaya operasi dan biaya modal yang dikeluarkan
perusahaan. Sehingga nilai EVA akan berbanding lurus dengan nilai perusahaan.
Seperti penelitian mengenai Pengaruh Economic Value Added (EVA)
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Tata Kelola Perusahaan Sebagai Variabel
Modetaring, hasil penelitian Ulfah Rofiandari (2012) ini adalah EVA berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan DER tidak signifikan
terhadap Return Saham. Sementara Cicih Sumiarsih (2008) meneliti pengaruh
EVA sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia
(TELKOM) Tbk. Hasilnya EVA berpengaruh positif sebagai pengukur kinerja
suatu perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan selanjutnya adalah :
H0: EVA tidak berpengaruh
secara signiikan
terhadap
nilai
perusahaan.
H2: EVA berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Semakin baik nilai ROE dan EVA akan memberikan sinyal positif bagi para
investor untuk melakukan investasi dalam rangka memperoleh return. Tingkat
return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata
investor.
25
Download