BAB II KERANGKA TEORITIS DAN BANGUNAN HIPOTESIS A. Pengungkapan (Disclosure) 1. Pengertian Pengungkapan dan Kualitas Pengungkapan Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor (investor publik yang tidak memiliki hubungan khusus dengan manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan). Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi bagi pengambil keputusan. Informasi dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan tersebut merupakan suatu komunikasi pengukuran akuntansi untuk para pemakai untuk mempermudah dalam mengambil keputusan. Evans (2003, dalam Suwardjono, 2005) mengartikan pengungkapan sebagai berikut: “Disclosure mean supplying information in the financial statement. Including the statement themselves, the notes to statement, and the supplementary disclosure associated with the statement. It does not extend to public or private statement made by management or information provided outside the financial statement”. 11 Evans (2003, dalam Suwardjono, 2005) membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media massa lain serta informasi di luar tingkat pelaporan keuangan tidak termasuk dalam pengertian pengungkapan. Sedangkan Wolk, Tearney, dan Dodd (dalam Tarigan, 2008) memasukkan statement keuangan segmental dan statement yang merefleksikan perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan. Kualitas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan berbagai konsep, antara lain kecukupan (adequency), kelengkapan (comprehensiveness), informatif (informativeness), dan tepat waktu (time lines). Imhoff (1992, dalam Marwata 2001) menunjuk tingkat kelengkapan sebagai karakteristik kualitas ungkapan. Marwata (2001) mendefinisikan kualitas pengungkapan dari luasnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Indikator empiris kualitas pengungkapan berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan rasio antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen informasi yang mungkin dipenuhi. Makin tinggi angka indeks pengungkapan, maka makin tinggi kualitas pengungkapan. 2. Fungsi atau tujuan pengungkapan Tujuan dari pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. 12 Pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, sehingga pengungkapan dapat bertujuan sebagai berikut: 1. Tujuan melindungi Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statement keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan yang dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka. Dengan adanya tujuan ini, tingkat atau volume pengungkapan akan menjadi tinggi. 2. Tujuan informatif Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan. 3. Tujuan kebutuhan khusus Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan. Informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas 13 berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci. Belkoui (2000) lebih spesifik lagi mengemukakan tujuan pengungkapan tersebut, yaitu: a. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut. Selain ukuran dalam laporan keuangan. b. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut. c. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui. d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang. f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasi. 3. Luas Pengungkapan Ada perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana luas pengungkapan laporan keuangan seharusnya dilakukan dan kebutuhan informasi pihak pengguna berbeda. Ada tiga konsep mengenai keluasan pengungkapan laporan keuangan (Hendriksen, 1997) yaitu adequate, fair, dan full disclosure. Konsep yang paling 14 sering dipraktikkan adalah pengungkapan yang memadai (adequate disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang harus dipenuhi agar statement keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Pengungkapan yang wajar atau adil (fair disclosure) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial. Sedangkan pengungkapan penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah, sehingga beberapa pihak justru berpendapat tidak baik. Informasi yang terlalu melimpah akan kontra produktif karena pengungkapan detail-detail yang tidak begitu penting justru akan menutup informasi yang signifikan untuk menyebabkan laporan keuangan sulit diinterpretasikan. Tetapi pengungkapan yang layak mengenai informasi yang signifikan bagi para investor dan pihak lain hendaknya memadai, wajar, dan lengkap. Tidak ada perbedaan yang nyata diantara konsepkonsep ini jika semuanya dipergunakan dalam konteks yang layak. Sementara itu ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar, yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Dan yang kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku, meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan minimum, 15 mereka berbeda secara substansial dalam jumlah tambahan informasi yang diungkap kepada pasar modal. 4. Metode Pengungkapan Pada tahun 1991, AICPA mendirikan Special Committee on Financial Reporting atau Jenkins Committee. Komite ini bertugas untuk menentukan : a) sifat dan cakupan informasi yang seharusnya tersedia bagi pihak selain manajemen, dan b) cakupan informasi yang seharusnya dilaporkan oleh auditor. Pada bulan November 1995, komite ini mengeluarkan laporan yang disebut The Information Needs of Investor and Creditors. Laporan yang diusulkan berbentuk menyeluruh yang didalamnya termasuk 10 elemen dalam bidang kategori informasi yang luas. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut : 1) Data keuangan dan non keuangan : Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan oleh manajemen untuk mengelola bisnis. 2) Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan : Alasan terjadinya perubahan dalam data yang terkait dengan keuangan, operasi dan kinerja serta identifikasi dan dampak tren yang penting pada masa lalu. 3) Informasi mengenai keadaan masa mendatang : Kesempatan dan resiko, termasuk hasilnya dari tren yang paling penting. 16 Rencana manajemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang penting. Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dengan kesempatan, resiko dan rencana manajemen yang diungkapkan sebelumnya. 4) Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham : Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan-hubungan dengan pihak-pihak terkait 5) Latar belakang perusahaan : Tujuan dan strategi secara luas Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan Dampak struktur industri pada perusahaan Hedriksen (1997) di dalam bukunya menjelaskan metode-metode pengungkapan sebagai berikut : 1. Bentuk dan susunan laporan keuangan Informasi yang paling relevan dan signifikan harus selalu tampak dalam batang tubuh utama dari salah satu laporan keuangan termasuk di dalam laporan posisi atau neraca, perhitungan rugi laba, arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan. Akan tetapi bentuk dan susunan laporan bisa saja diubah secara efektif agar dapat mencakup jenis informasi tertentu yang tidak diungkapkan dalam laporan yang tradisional. 2. Terminologi dan penyajian yang terinci 17 Judul yang cocok dan uraian-uraian pos dalam laporan dapat memberi penjelasan bagi pembaca, akan tetapi istilah-istilah yang kabur hanya bisa mengakibatkan kebingungan dan salah paham. Istilah-istilah teknis dapat bermanfaat apabila memiliki pengertian yang akurat. Keseragaman peristilahan disetiap bagian laporan akuntansi akan sangat membantu apabila makna dan pos-pos yang digunakan sama di dalam setiap kasus yang ada. Pilihan mengenai berapa banyak informasi yang harus disajikan dan pemilihan mengenai pos-pos apa saja yang perlu disajikan secara terpisah tergantung pada tujuan-tujuan laporan dan pada materialitas pospos yang bersangkutan. Keringkasan merupakan tujuan yang diinginkan tetapi penyajian yang baik, informasi yang terperinci harus lebih diutamakan jika membuat laporan tersebut berarti untuk pengambilan keputusan. 3. Informasi Selipan (Parenthetical Information) 1) Indikasi mengenai prosedur spesifik atau metode penilaian yang dipergunakan 2) Karakteristik khusus yang memberikan pengertian yang lebih besar mengenai kepentingan relatif pos yang bersangkutan. 3) Rincian mengenai jumlah suatu pos yang tercantum dalam klasifikasi yang lebih luas yang ada. 4) Penilaian alternatif 5) Referensi kepada informasi yang berhubungan dalam laporan lain. 18 4. Catatan Kaki Tujuan catatan kaki bagi laporan keuangan sesungguhnya adalah untuk mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan dengan baik dalam batang tubuh suatu laporan tanpa merusak sifat kejelasan laporan keuangan tersebut. Manfaat catatan kaki adalah digunakan : 1) Untuk menyajikan informasi non kuantitatif sebagai bagian yang terpadu dari laporan keuangan. 2) Untuk mengungkapkan kualifikasi dan retriksi terhadap pos-pos yang terdapat dalam laporan. 3) Untuk mengungkapkan suatu jumlah rincian yang lebih besar daripada yang dapat disajikan dalam laporan. 4) Untuk menyajikan materi kuantitatif ataupun deskriptif yang mempunyai tingkat kepentingan sekunder. Catatan kaki dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Penjelasan teknik atau perubahan dalam metode 2) Penjelasan hak-hak kreditur atas aktiva-aktiva tertentu ataupun prioritas-prioritas hak. 3) Pengungkapan aktiva dan hutang masyarakat. 4) Pengungkapan retriksi bagi pembayaran deviden. 5) Deskripsi mengenai transaksi yang mempengaruhi modal saham dan hak-hak para pemegang ekuitas. 6) Uraian mengenai kontrak-kontrak pelaksanaan. 5. Ikhtisar dan Skedul Pelengkap 19 Pada umumnya ikhtisar itu menunjukkan informasi tambahan atau informasi yang dirancang dalam suatu penampilan yang berbeda. Skedul pelengkap dimasukkan dalam suatu seksi tersendiri dari laporan yang disebut financial highlights. 6. Sertifikat Auditor Sertifikat auditor berperan sebagai suatu metode untuk mengungkapkan jenis informasi sebagai berikut : 1) Pengaruh yang material dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dari yang diterima umum. 2) Pengaruh yang material dari perubahan satu metode akuntansi yang lazim lainnya. 3) Perbedaan opini antara auditor dan klien mengenai dapat diterimanya salah satu atau lebih metode akuntansi yang dipergunakan dalam laporan. 7. Surat Direktur Utama (The President’s Letter) Jenis informasi yang disajikan antara lain kejadian-kejadian nonkeuangan dan perubahan-perubahan selama setahun tersebut, harapan dan perkiraan di masa datang, rencana pertumbuhan dan perubahan operasi, jumlah dan pengaruh yang diharapkan dengan adanya pengeluaran serta usaha-usaha penelitian. B. Lingkungan Hidup Lingkungan hidup menurut PSAK No. 33 paragraf 54 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya 20 manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan, dan kesejahteraan manusia, serta makhluk hidup lainnya. Menurut Soemarwoto (1994) lingkungan hidup merupakan suatu ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama-sama dengan benda hidup dan benda tidak hidup, dimana setiap makhluk hidup saling berinteraksi satu sama lain atau dengan kata lain mereka hidup berdampingan secara erat dan saling memiliki keterkaitan. Lingkungan hidup terdiri dari berbagai proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan. Proses ini merupakan siklus yang mendukung lingkungan hidup terhadap pembangunan. Siklus ini berupa 1) siklus hidrologi yang mengatur tata perairan. 2) Siklus hara yang mengatur makanan. 3) Siklus energi dan bahan yang mengatur penggunaan dan perubahan bentuk energi, dan 4) siklus lain yang merupakan struktur dasar ekosistem (Hadiprodjo dan Brojonegoro, 1992 dalam Tarigan, 2008). Tabel 2.1 menjabarkan bentuk dan sumber pencemaran lingkungan. Dengan adanya pencemaran tersebut, sangat diperlukan pengelolaan dan konversi lingkungan yang merupakan suatu usaha penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan. Soemarwoto (1994) memberikan ruang lingkup yang cukup luas dengan cara beraneka untuk melakukan pengelolaan lingkungan, diantaranya adalah : 1. Pengelolaan lingkungan secara rutin 2. Perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. 21 3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. 4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Tabel 2.1. Sumber dan Bentuk Pencemaran Lingkungan 1. Udara Sumber Pencemaran Pemanasan dan pusat tenaga Industri besi dan baja Pengecoran logam bukan besi Industri kimia Produksi minyak mineral industri petrokimia Transportasi bermotor Industri bahan bangunan 2. Air Limbah industri Sisa metabolisme manusia Kegiatan pertanian Perembesan air kotor dari permukaan tanah Aliran air hujan yang berasal dari kota 3. Tanah Sampah organik dan non-organik Abu Bangkai binatang Sampah jalan dan pasir Sampah industri Kegiatan pertanian Bentuk Pencemaran Terbuangnya zat beracun dan zat radioaktif ke udara seperti SO2, CO, NO, HC dan CO2 Zat padat yang melayang (debu) Kabut asap (smog) Bau busuk Hujan asam Polusi asap Cepatnya pelapukan dan perkaratan Tercemarnya sumber air seperti sungai, danau, dan laut dengan ditandai oleh bau busuk, berubahnya warna dan berbusa Masalah penumpukan Penurunan nilai tanah Penurunan sifat-sifat baik segi fisik, kimia dan biologi Sebagai penghantar zat berbahaya yang diserap tumbuhan yang kemudian akan dikonsumsi manusia dan hewan 22 C. Akuntansi Lingkungan 1. Pengertian Akuntansi Lingkungan Akuntansi lingkungan hidup yang merupakan sub bagian dari akuntansi sosial, berawal dari pemikiran perlunya melakukan perhitungan terhadap kerusakankerusakan yang ditimbulkan suatu entitas dari kegiatan operasionalnya, yang dikenal sebagai environmental cost, yang biasanya diungkapkan sebagai kewajiban bersyarat dalam laporan keuangan. Istilah akuntansi lingkungan mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis internal akuntansi manajerial. Fokus utamanya didasarkan pada penerapan akuntansi lingkungan sebagai suatu alat komunikasi manajerial untuk pengambilan keputusan bisnis internal. Akuntansi lingkungan (environmental accounting) merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States Environment Protection Agency/US EPA) akuntansi lingkungan adalah: “Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”. Akuntansi lingkungan juga dapat didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan dan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan, bergerak dari beberapa kesempatan, dimulai dari perbaikan kembali kejadian-kejadian yang menimbulkan 23 bencana atas kegiatan-kegiatan tersebut. Dampak lingkungan merupakan beban terhadap lingkungan dari operasi bisnis atau kegiatan manusia lainnya yang secara potensial dapat merintangi pemeliharaan lingkungan yang baik. 2. Latar Belakang Akuntansi Lingkungan Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan lingkungan, bukan hanya kegiatan industri demi bisnis saja. Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Manfaat yang diambil ternyata telah berdampak pada maju dan berkembangnya bisnis perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Usaha yang dibuat tentunya berkaitan dengan akuntansi lingkungan yang merupakan bagian dari aktifitas bisnis mereka. Salah satu usaha tersebut adalah memasukkan anggaran lingkungan pada laporan keuangan dan pertanggungjawaban perusahaan. Ada beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan pengadopsian akuntansi sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain: 1. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan. 24 2. Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya lingkungan. 3. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan. 4. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari proses lingkungan yang dihasilkan. 5. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana pelanggan mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat. 6. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen lingkungan yang menghendaki aturan untuk beberapa jenis perusahaan. 3. Konsep dan Tujuan Akuntansi Lingkungan Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek. Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan. Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Tujuan lain dari pentingnya pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun 25 organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaanperusahaan publik yang bersifat lokal. Pengungkapan ini penting terutama bagi para stakeholders untuk dipahami, dievaluasi dan dianalisis sehingga dapat memberi dukungan bagi usaha mereka. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan selanjutnya menjadi bagian dari suatu sistem sosial perusahaan. Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi: 1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan konservasi lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat keluaran capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus menerus. Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari berbagai pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan. 26 4. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan Pentingnya penggunaan akuntansi lingkungan bagi perusahaan atau organisasi lainnya dijelaskan dalam fungsi dan peran akuntansi lingkungan. Fungsi dan peran ini dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Masing-masing fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Fungsi Internal Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha. Faktor yang dominan pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan. Sebagaimana halnya dengan sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan. Fungsi Eksternal Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan keuangan. SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomi dan memiliki kemauan untuk mempelajari informasi dengan cara yang rasional. 27 Pada fungsi ini, faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi dan berarti bagi perusahaanperusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi para stakeholders yang secara simultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi dari kegiatan konservasi lingkungan. D. Pengungkapan Lingkungan Pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Kata pengungkapan (disclosure) memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi, data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan semua informasi yang diperlukan dalam rangka berjalannya fungsi pasar modal. Pendukung pendapat ini menyatakan bahwa jika suatu 28 informasi tidak diungkapkan hal ini disebabkan informasi tersebut tidak relevan bagi investor atau informasi ini tersedia di tempat lain. Dalam FASB, FASC nomor 1 menyatakan bahwa pemakai laporan keuangan adalah pihak investor dan kreditor yang tidak lain merupakan pihak ekstern. Pihak investor berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, sedangkan pihak kreditor yang berkepentingan atas laporan keuangan untuk memutuskan kredit kepada perusahaan. Di negara-negara Eropa, pengungkapan informasi laporan keuangan ditujukan kepada pihak yang lebih luas lagi yaitu meliputi juga pengungkapan untuk pegawai dan pemerintah. Pengaruhnya terhadap item yang diungkapkan menjadi luas. Arpan (1981) mengamati praktek yang dilakukan oleh perusahaan di Perancis yang mengharuskan perusahaan untuk menyusun neraca sosial (social balancesheet) kepada pemerintah setiap tahun. Belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai pengelolaan lingkungan hidup oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Meskipun demikian, pada suatu penelitian tentang pengungkapan laporan tahunan perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, ditemukan bahwa dari 30 perusahaan yang disurvey, sebanyak 7 (atau 23,3%) perusahaan melaporkan program pengelolaan lingkungannya. Mereka melaporkan usaha-usahanya dalam pengelolaan limbah, program penghijauan dan peningkatan kesadaran lingkungan bagi karyawannya. Akan tetapi tidak ada pelaporan khusus mengenai data keuangan sehubungan dengan 29 program-program dan kegiatan tersebut (Russel Craig and Joselito Diga, Corporate Accounting Disclosure in ASEAN, 1998). Sedangkan di negara-negara maju, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pelaporan lingkungan oleh perusahaan telah mengalami peningkatan yang signifikan sejak empat dekade terakhir (Bates, 2002; Welford 1998). Penelitian di Negara-negara maju menunjukkan bahwa pengungkapan akuntansi lingkungan telah dilakukan secara sukarela atau dengan dorongan dari pemerintah melalui keringanan pajak dan sebagainya. Pengungkapan (disclosure) dibagi kepada dua karakter, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela, dan perusahaan berhak memilih bentuk pelaporan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas organisasinya. Saat ini tidak ada standar yang baku mengenai item-item pengungkapan lingkungan. Namun beberapa institusi telah mengeluarkan rekomendasi sistem pengungkapan lingkungan, antara lain Dewan Ekonomi dan Sosial – Perserikatan Bangsa-Bangsa (ECOSOC PBB), Ernst and Ernst, Institute of Chartered Accountant in England and Wales (ICAEW), dan Global Reporting Initiative (GRI). GRI adalah sistem pengungkapan yang paling banyak dijadikan rujukan saat ini. GRI yang berdiri tahun 1997 merupakan inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat, Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dengan United Nation Environment Programme (UNEP). 30 Tahun 2000, untuk pertama kalinya GRI mempublikasikan guideline-nya disusul publikasi untuk expanded version-nya pada Agustus 2002. Saat ini tidak kurang dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari GRI untuk digunakan sebagai sustainability report pada perusahaannya (Wibisono, 2007). Item-item pengungkapan lingkungan antara lain: 1. Pengungkapan kebijakan lingkungan 2. Sertifikasi lingkungan (ISO 14000 series) 3. Rating lingkungan 4. Energi yang digunakan dalam operasi perusahaan 5. Pencegahan/ pengurangan polusi 6. Dukungan pada konservasi satwa 7. Regulation compliance Usaha dari pihak regulasi untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang telah dilakukan dengan menetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Aturan pelaksanaan lebih lanjut telah dinyatakan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Dalam Undang-undang itu juga disebutkan bahwasanya penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Undangundang tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam peraturan-peraturan dari instansi 31 pemerintah yang terkait, seperti kementerian kehutanan, industri dan perdagangan, pertambangan dan sebagainya dalam bentuk peraturan pemerintah (PP). Lebih jauh lagi, suatu nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Lingkungan Hidup dengan Bank Indonesia telah ditandatangani tahun 2005 yang lalu sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penetapan Peringkat Kualitas Aktiva bagi bank umum. Aspek lingkungan menjadi salah satu variabel penentu dalam pemberian kredit bagi perusahaan. Kinerja lingkungan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui PROPER adalah tolok ukur mereka. PROPER adalah penilaian kinerja perusahaan terkait lingkungan hidup. Evaluasi kinerja lingkungan hidup perusahaan ini adalah program tahunan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Sejalan dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, pedoman mengenai pelaksanaan akuntansi lingkungan telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 dan No. 33 yang mengatur tentang akuntansi kehutanan dan pertambangan umum. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 32 tentang Akuntansi Kehutanan PSAK No. 32 memberikan pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan akuntansi kehutanan. Manfaat dan tujuan akuntansi kehutanan sesuai dengan PSAK No. 32 adalah terwujudnya pembakuan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan, seperti pemegang 32 HPH/HPHTI, berdasarkan asas keterbukaan, sehingga dapat dipergunakan oleh berbagai pihak ekstern seperti instansi yang berwenang dan masyarakat. Akuntansi kehutanan disusun dengan tujuan untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan dikarenakan karakteristiknya yang berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Dengan berlakunya Akuntansi Kehutanan dalam semua perusahaan yang berkaitan dengan pengusahaan hutan, maka diharapkan: a) Terdapat keseragaman dalam praktik-praktik akuntansi dan pelaporan keuangan oleh perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia, sehingga mendorong terciptanya laporan keuangan yang berdaya banding. b) Laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pihak eksternal yang tidak terlibat langsung dalam perusahaan. c) Pemerintah akan dapat memantau perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. (SAK, 2007:32.1) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum PSAK No. 33 ditujukan untuk memberikan dasar keseragaman dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang beroperasi di bidang pertambangan umum. Sifat dan karakteristik industri pertambangan umum berbeda dengan industri lainnya. Di antaranya adalah, kegiatan operasinya berpotensi menimbulkan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan 33 pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup, di samping mempunyai konsep pascapenambangan yang jelas. Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha penambangan, maka dalam PSAK No. 33 juga diatur tentang kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam industri pertambangan umum, yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan hidup itu wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. E. Laporan Tahunan Laporan tahunan wajib disampaikan oleh emiten yang terdaftar di Bursa Efek sebagai pelaporan kegiatan selama satu tahun sebelumnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Keseluruhan isi dari laporan tahunan tidak diatur oleh otoritas profesi yang berwenwng seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) namun diatur oleh Regulator Bursa Efek yaitu Bapepam. Bentuk dan isi laporan tahunan menurut peraturan Bapepam secara garis besar dibagi menjadi lima bagian besar, yaitu: 1. Ketentuan umum Berisi tentang ketentuan bentuk fisik laporan tahunan serta ringkasan umum mengenai bahasan yang wajib dilaporkan dalam laporan tahunan. 34 2. Laporan manajemen Berisi tentang penjelasan umum mengenai perusahaan, seperti sambutan komisaris dan direksi kepada pemegang saham, pelanggan atau masyarakat umum; uraian mengenai keikutserataan perusahaan dalam program kemasyarakan; informasi mengenai perkembangan perusahaan; uraian tentang aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan; riwayat hidup para anggota komisaris dan/atau direksi; dan informasi lain yang bersifat umum berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai di masa depan. Serta berisi tentang penjelasan khusus mengenai perusahaan yang belum tercakup dalam penjelasan umum. 3. Bagian mengenai ikhtisar data keuangan penting Berisi tentang keharusan perusahaan menyajikan informasi keuangan perbandingan selama 5 tahun buku atau sejak memulai usahanya jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 5 tahun. 4. Bagian mengenai analisis dan pembahasan umum oleh manajemen Berisi tentang uraian singkat yang membahas dan menganalisis laporan keuangan dan informasi lain dengan penekanan pada perubahan-perubahan material yang terjadi sejak laporan tahunan terakhir atau sejak pernyataan pendaftar diajukan. 5. Bagian mengenai laporan keuangan Berisi tentang penyajian laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan 35 Indonesia dan peraturan Bapepam di bidang akuntansi serta harus diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam. Tujuan dari laporan tahunan adalah: 1. Berguna bagi pemakai (users) laporan tahunan dalam membuat keputusan investasi, masalah kredit atau keputusan-keputusan lainnya. 2. Menyediakan laporan tahunan yang komprehensif mengenai prospek perusahaan di masa depan, baik kegiatan operasi, keuangan, dan informasi-informasi relevan lainnya. 3. Menyediakan informasi mengenai klaim sumber daya perusahaan serta perubahannya. F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Lingkungan Ada dua pengaruh yang mendorong perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam kegiatan usahanya, yaitu dorongan dari dalam (internal force) dan dorongan dari luar (external force). Faktor pendorong dari dalam perusahaan adalah para karyawan dan manajemen puncak. Pengaruh bisa timbul dari pihak karyawan yang mempengaruhi tindakan manajemen puncak, akan tetapi bisa juga sebaliknya, dimana manajemen puncak menetapkan kebijakan tentang lingkungan hidup bagi perusahaan. Pengaruh juga bisa muncul berupa hal-hal kecil yang kemudian berkembang menjadi isu lingkungan yang meluas di dalam organisasi. Meskipun demikian, ada beberapa persyaratan bagi perubahan itu dalam perusahaan, yaitu sikap dan tindakan pimpinan perusahaan, yang diharapkan 36 dapat mengubah budaya organisasi yang memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup yang tinggi. Adapun faktor pendorong dari luar perusahaan terutama adalah peraturanperaturan pemerintah dan dari badan-badan terkait. Faktor eksternal lainnya di antaranya adalah dari konsumen, masyarakat, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan juga perusahaan pesaing. Review yang dilakukan oleh Berthelot et. al. (2003) menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara environmental disclosure dengan kinerja keuangan cukup banyak dilakukan. Beberapa peneliti umumnya menggunakan variabel kinerja keuangan atau pasar modal sebagai prediktor bagi kinerja lingkungan atau pengungkapan lingkungan itu sendiri. Dari hasil investigasi penelitian terdahulu tersebut, nampak bahwa penelitian yang menggunakan variabel non keuangan sebagai prediktor kinerja lingkungan masih jarang dilakukan. Di samping itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan kinerja lingkungan dalam laporan tahunan juga masih jarang dilakukan. Dari beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan tahunan tersebut, menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang sering digunakan sebagai variabel penduga untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain: size atau ukuran perusahaan, profitabilitas, profil dewan komisaris, financial leverage, 37 kepemilikan manajemen, dan tipe industri atau profil perusahaan (high profile atau low profile). 1. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan (size) merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total asset, log penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Menurut Cowen et. al., (1987), secara teoritis perusahaan besar tidak lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program-program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattern (1991, 1992), menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) merupakan faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi lingkungan. Sembiring (2005), juga menemukan bahwa size perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian Sembiring (2005) ini sejalan dengan hasil penelitian yang 38 dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al., (1995, 1998), Hackston dan Milne (1996), Kokubu et. al., (2001), Hasibuan (2001), dan Gray et. al., (2001). Semua penelitian ini, secara umum menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat juga cenderung semakin luas. Akan tetapi tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini antara lain Roberts (1992), Sigh dan Ahuja (1983), Davey (1982), dan Ng (1985). 2. Profitabilitas Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba. Ratio profitabilitas perusahaan diwakili oleh perhitungan profit margin, Net ratio of ROI, dan Earning per share. Seperti halnya hasil penelitian mengenai hubungan size perusahaan dan pengungkapan sosial di atas, hasil penelitian mengenai hubungan profitabilitas dan pengungkapan sosial perusahaan juga memperlihatkan hasil yang sangat beragam. Secara teoritis, menurut Kokubu et. al., (2001) terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Sebaliknya, Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan 39 pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial dan lingkungan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sejalan dengan Donovan dan Gibson (2000) adalah hasil penelitian Freedman dan Jaggi (1998) dan Sembiring (2005). Pada sisi lain beberapa penelitian menyebutkan bahwa dua variabel itu memiliki hubungan yang signifikan, seperti dikemukakan oleh Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978). Sedangkan Gray et. al., (2001) menemukan hubungan yang bervariasi setiap tahun untuk kedua variabel tersebut. 3. Financial Leverage Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Financial leverage ini juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. 40 Penelitian mengenai hubungan antara leverage dengan pengungkapan tanggung jawab sosial juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989) serta Cormier dan Magnan (1999) menemukan hubungan yang negatif signifikan antara kedua variabel tersebut. Suda dan Kokubu (1994) dan Kokubu et.al., (2001) tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut. Selain itu Robert (1992) menemukan hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut. 4. Profil Dewan Komisaris Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Sembiring (2005), yang menemukan bukti empiris bahwa ukuran dan profil dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial. 5. Kepemilikan Manajemen Penelitian mengenai kepemilikan manajemen yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin 41 besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray et. al., 1998). G. Hipotesis Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan lingkungan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang diteliti. H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang diteliti. H3 : Leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang diteliti. H4 : Profil dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahan-perusahaan yang diteliti. 42 H5 : Kepemilikan manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang diteliti.