BAB II KERANGKA TEORITIS DAN BANGUNAN HIPOTESIS A

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN BANGUNAN HIPOTESIS
A. Pengungkapan (Disclosure)
1. Pengertian Pengungkapan dan Kualitas Pengungkapan
Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk
berkomunikasi dengan investor (investor publik yang tidak memiliki hubungan
khusus dengan manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan).
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi bagi pengambil
keputusan. Informasi dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak
menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan tersebut merupakan
suatu komunikasi pengukuran akuntansi untuk para pemakai untuk mempermudah
dalam mengambil keputusan.
Evans (2003, dalam Suwardjono, 2005) mengartikan pengungkapan sebagai
berikut:
“Disclosure mean supplying information in the financial statement.
Including the statement themselves, the notes to statement, and the
supplementary disclosure associated with the statement. It does not extend
to public or private statement made by management or information
provided outside the financial statement”.
11
Evans (2003, dalam Suwardjono, 2005) membatasi pengertian pengungkapan
hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen
dalam surat kabar atau media massa lain serta informasi di luar tingkat pelaporan
keuangan tidak termasuk dalam pengertian pengungkapan. Sedangkan Wolk,
Tearney, dan Dodd (dalam Tarigan, 2008) memasukkan statement keuangan
segmental dan statement yang merefleksikan perubahan harga sebagai bagian dari
pengungkapan.
Kualitas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan
berbagai konsep, antara lain kecukupan (adequency), kelengkapan
(comprehensiveness), informatif (informativeness), dan tepat waktu (time lines).
Imhoff (1992, dalam Marwata 2001) menunjuk tingkat kelengkapan sebagai
karakteristik kualitas ungkapan.
Marwata (2001) mendefinisikan kualitas pengungkapan dari luasnya
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Indikator empiris kualitas
pengungkapan berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan
rasio antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen
informasi yang mungkin dipenuhi. Makin tinggi angka indeks pengungkapan,
maka makin tinggi kualitas pengungkapan.
2. Fungsi atau tujuan pengungkapan
Tujuan dari pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi yang dipandang
perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai
pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
12
Pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, sehingga
pengungkapan dapat bertujuan sebagai berikut:
1.
Tujuan melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup
canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan
informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin
mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu
pos statement keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan yang dimaksudkan
untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka.
Dengan adanya tujuan ini, tingkat atau volume pengungkapan akan menjadi
tinggi.
2.
Tujuan informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah
diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan
pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini melandasi penyusun standar
akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.
3. Tujuan kebutuhan khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang
dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan
pengawasan. Informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas
13
berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan
secara rinci.
Belkoui (2000) lebih spesifik lagi mengemukakan tujuan pengungkapan tersebut,
yaitu:
a. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran
yang relevan bagi item-item tersebut. Selain ukuran dalam laporan
keuangan.
b. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan menyediakan ukuran
yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
c. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur
dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan
yang belum diakui.
d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan
antar tahun.
e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar
dimasa mendatang.
f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasi.
3. Luas Pengungkapan
Ada perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana luas pengungkapan laporan
keuangan seharusnya dilakukan dan kebutuhan informasi pihak pengguna
berbeda. Ada tiga konsep mengenai keluasan pengungkapan laporan keuangan
(Hendriksen, 1997) yaitu adequate, fair, dan full disclosure. Konsep yang paling
14
sering dipraktikkan adalah pengungkapan yang memadai (adequate disclosure),
yaitu pengungkapan minimum yang harus dipenuhi agar statement keuangan
secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Pengungkapan yang wajar atau adil (fair disclosure) mengandung sasaran etis
dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial.
Sedangkan pengungkapan penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas
semua informasi yang relevan.
Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah,
sehingga beberapa pihak justru berpendapat tidak baik. Informasi yang terlalu
melimpah akan kontra produktif karena pengungkapan detail-detail yang tidak
begitu penting justru akan menutup informasi yang signifikan untuk menyebabkan
laporan keuangan sulit diinterpretasikan. Tetapi pengungkapan yang layak
mengenai informasi yang signifikan bagi para investor dan pihak lain hendaknya
memadai, wajar, dan lengkap. Tidak ada perbedaan yang nyata diantara konsepkonsep ini jika semuanya dipergunakan dalam konteks yang layak.
Sementara itu ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh standar, yang pertama adalah pengungkapan
wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan yang disyaratkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Dan yang kedua adalah pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure), yaitu pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara
sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku, meskipun
semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan minimum,
15
mereka berbeda secara substansial dalam jumlah tambahan informasi yang
diungkap kepada pasar modal.
4. Metode Pengungkapan
Pada tahun 1991, AICPA mendirikan Special Committee on Financial Reporting
atau Jenkins Committee. Komite ini bertugas untuk menentukan : a) sifat dan
cakupan informasi yang seharusnya tersedia bagi pihak selain manajemen, dan b)
cakupan informasi yang seharusnya dilaporkan oleh auditor. Pada bulan
November 1995, komite ini mengeluarkan laporan yang disebut The Information
Needs of Investor and Creditors.
Laporan yang diusulkan berbentuk menyeluruh yang didalamnya termasuk 10
elemen dalam bidang kategori informasi yang luas. Elemen-elemen tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Data keuangan dan non keuangan :
Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait
Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan
oleh manajemen untuk mengelola bisnis.
2) Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan :
Alasan terjadinya perubahan dalam data yang terkait dengan
keuangan, operasi dan kinerja serta identifikasi dan dampak tren
yang penting pada masa lalu.
3) Informasi mengenai keadaan masa mendatang :
Kesempatan dan resiko, termasuk hasilnya dari tren yang paling
penting.
16
Rencana manajemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang
penting.
Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dengan
kesempatan, resiko dan rencana manajemen yang diungkapkan
sebelumnya.
4) Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham :
Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang
terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan-hubungan
dengan pihak-pihak terkait
5) Latar belakang perusahaan :
Tujuan dan strategi secara luas
Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan
Dampak struktur industri pada perusahaan
Hedriksen (1997) di dalam bukunya menjelaskan metode-metode pengungkapan
sebagai berikut :
1. Bentuk dan susunan laporan keuangan
Informasi yang paling relevan dan signifikan harus selalu tampak dalam
batang tubuh utama dari salah satu laporan keuangan termasuk di dalam
laporan posisi atau neraca, perhitungan rugi laba, arus kas, dan laporan
perubahan posisi keuangan. Akan tetapi bentuk dan susunan laporan bisa
saja diubah secara efektif agar dapat mencakup jenis informasi tertentu
yang tidak diungkapkan dalam laporan yang tradisional.
2. Terminologi dan penyajian yang terinci
17
Judul yang cocok dan uraian-uraian pos dalam laporan dapat memberi
penjelasan bagi pembaca, akan tetapi istilah-istilah yang kabur hanya bisa
mengakibatkan kebingungan dan salah paham. Istilah-istilah teknis dapat
bermanfaat apabila memiliki pengertian yang akurat. Keseragaman
peristilahan disetiap bagian laporan akuntansi akan sangat membantu
apabila makna dan pos-pos yang digunakan sama di dalam setiap kasus
yang ada. Pilihan mengenai berapa banyak informasi yang harus disajikan
dan pemilihan mengenai pos-pos apa saja yang perlu disajikan secara
terpisah tergantung pada tujuan-tujuan laporan dan pada materialitas pospos yang bersangkutan. Keringkasan merupakan tujuan yang diinginkan
tetapi penyajian yang baik, informasi yang terperinci harus lebih
diutamakan jika membuat laporan tersebut berarti untuk pengambilan
keputusan.
3. Informasi Selipan (Parenthetical Information)
1) Indikasi mengenai prosedur spesifik atau metode penilaian yang
dipergunakan
2) Karakteristik khusus yang memberikan pengertian yang lebih besar
mengenai kepentingan relatif pos yang bersangkutan.
3) Rincian mengenai jumlah suatu pos yang tercantum dalam klasifikasi
yang lebih luas yang ada.
4) Penilaian alternatif
5) Referensi kepada informasi yang berhubungan dalam laporan lain.
18
4. Catatan Kaki
Tujuan catatan kaki bagi laporan keuangan sesungguhnya adalah untuk
mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan dengan baik dalam
batang tubuh suatu laporan tanpa merusak sifat kejelasan laporan
keuangan tersebut. Manfaat catatan kaki adalah digunakan :
1) Untuk menyajikan informasi non kuantitatif sebagai bagian yang
terpadu dari laporan keuangan.
2) Untuk mengungkapkan kualifikasi dan retriksi terhadap pos-pos yang
terdapat dalam laporan.
3) Untuk mengungkapkan suatu jumlah rincian yang lebih besar daripada
yang dapat disajikan dalam laporan.
4) Untuk menyajikan materi kuantitatif ataupun deskriptif yang
mempunyai tingkat kepentingan sekunder.
Catatan kaki dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Penjelasan teknik atau perubahan dalam metode
2) Penjelasan hak-hak kreditur atas aktiva-aktiva tertentu ataupun
prioritas-prioritas hak.
3) Pengungkapan aktiva dan hutang masyarakat.
4) Pengungkapan retriksi bagi pembayaran deviden.
5) Deskripsi mengenai transaksi yang mempengaruhi modal saham dan
hak-hak para pemegang ekuitas.
6) Uraian mengenai kontrak-kontrak pelaksanaan.
5. Ikhtisar dan Skedul Pelengkap
19
Pada umumnya ikhtisar itu menunjukkan informasi tambahan atau
informasi yang dirancang dalam suatu penampilan yang berbeda. Skedul
pelengkap dimasukkan dalam suatu seksi tersendiri dari laporan yang
disebut financial highlights.
6. Sertifikat Auditor
Sertifikat auditor berperan sebagai suatu metode untuk mengungkapkan
jenis informasi sebagai berikut :
1) Pengaruh yang material dari penggunaan metode akuntansi yang
berbeda dari yang diterima umum.
2) Pengaruh yang material dari perubahan satu metode akuntansi yang
lazim lainnya.
3) Perbedaan opini antara auditor dan klien mengenai dapat diterimanya
salah satu atau lebih metode akuntansi yang dipergunakan dalam
laporan.
7. Surat Direktur Utama (The President’s Letter)
Jenis informasi yang disajikan antara lain kejadian-kejadian nonkeuangan
dan perubahan-perubahan selama setahun tersebut, harapan dan perkiraan
di masa datang, rencana pertumbuhan dan perubahan operasi, jumlah dan
pengaruh yang diharapkan dengan adanya pengeluaran serta usaha-usaha
penelitian.
B. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup menurut PSAK No. 33 paragraf 54 adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya
20
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan, dan kesejahteraan
manusia, serta makhluk hidup lainnya.
Menurut Soemarwoto (1994) lingkungan hidup merupakan suatu ruang yang
ditempati suatu makhluk hidup bersama-sama dengan benda hidup dan benda
tidak hidup, dimana setiap makhluk hidup saling berinteraksi satu sama lain atau
dengan kata lain mereka hidup berdampingan secara erat dan saling memiliki
keterkaitan.
Lingkungan hidup terdiri dari berbagai proses ekologi dan merupakan suatu
kesatuan. Proses ini merupakan siklus yang mendukung lingkungan hidup
terhadap pembangunan. Siklus ini berupa 1) siklus hidrologi yang mengatur tata
perairan. 2) Siklus hara yang mengatur makanan. 3) Siklus energi dan bahan yang
mengatur penggunaan dan perubahan bentuk energi, dan 4) siklus lain yang
merupakan struktur dasar ekosistem (Hadiprodjo dan Brojonegoro, 1992 dalam
Tarigan, 2008).
Tabel 2.1 menjabarkan bentuk dan sumber pencemaran lingkungan. Dengan
adanya pencemaran tersebut, sangat diperlukan pengelolaan dan konversi
lingkungan yang merupakan suatu usaha penanggulangan dan pengendalian
dampak lingkungan. Soemarwoto (1994) memberikan ruang lingkup yang cukup
luas dengan cara beraneka untuk melakukan pengelolaan lingkungan, diantaranya
adalah :
1. Pengelolaan lingkungan secara rutin
2. Perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar
dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan.
21
3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak
lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan
yang sedang direncanakan.
4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang
mengalami kerusakan baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan
manusia.
Tabel 2.1. Sumber dan Bentuk Pencemaran Lingkungan
1. Udara
Sumber Pencemaran
Pemanasan dan pusat
tenaga
Industri besi dan baja
Pengecoran logam bukan
besi
Industri kimia
Produksi minyak mineral
industri petrokimia
Transportasi bermotor
Industri bahan bangunan
2. Air
Limbah industri
Sisa metabolisme
manusia
Kegiatan pertanian
Perembesan air kotor
dari permukaan tanah
Aliran air hujan yang
berasal dari kota
3. Tanah
Sampah organik dan
non-organik
Abu
Bangkai binatang
Sampah jalan dan pasir
Sampah industri
Kegiatan pertanian
Bentuk Pencemaran
Terbuangnya zat
beracun dan zat
radioaktif ke udara
seperti SO2, CO, NO,
HC dan CO2
Zat padat yang
melayang (debu)
Kabut asap (smog)
Bau busuk
Hujan asam
Polusi asap
Cepatnya pelapukan
dan perkaratan
Tercemarnya sumber
air seperti sungai,
danau, dan laut dengan
ditandai oleh bau
busuk, berubahnya
warna dan berbusa
Masalah penumpukan
Penurunan nilai tanah
Penurunan sifat-sifat
baik segi fisik, kimia
dan biologi
Sebagai penghantar zat
berbahaya yang diserap
tumbuhan yang
kemudian akan
dikonsumsi manusia
dan hewan
22
C. Akuntansi Lingkungan
1. Pengertian Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan hidup yang merupakan sub bagian dari akuntansi sosial,
berawal dari pemikiran perlunya melakukan perhitungan terhadap kerusakankerusakan yang ditimbulkan suatu entitas dari kegiatan operasionalnya, yang
dikenal sebagai environmental cost, yang biasanya diungkapkan sebagai
kewajiban bersyarat dalam laporan keuangan.
Istilah akuntansi lingkungan mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi
lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun
bisnis internal akuntansi manajerial. Fokus utamanya didasarkan pada penerapan
akuntansi lingkungan sebagai suatu alat komunikasi manajerial untuk
pengambilan keputusan bisnis internal. Akuntansi lingkungan (environmental
accounting) merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya
lingkungan ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States
Environment Protection Agency/US EPA) akuntansi lingkungan adalah:
“Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk
menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para
stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Akuntansi lingkungan juga dapat didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan
dan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan, bergerak dari beberapa
kesempatan, dimulai dari perbaikan kembali kejadian-kejadian yang menimbulkan
23
bencana atas kegiatan-kegiatan tersebut. Dampak lingkungan merupakan beban
terhadap lingkungan dari operasi bisnis atau kegiatan manusia lainnya yang secara
potensial dapat merintangi pemeliharaan lingkungan yang baik.
2. Latar Belakang Akuntansi Lingkungan
Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun
1970-an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah dan
meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar
perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan lingkungan, bukan hanya
kegiatan industri demi bisnis saja.
Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut
kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah
mengambil manfaat dari lingkungan. Manfaat yang diambil ternyata telah
berdampak pada maju dan berkembangnya bisnis perusahaan. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat
meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara
berkelanjutan. Usaha yang dibuat tentunya berkaitan dengan akuntansi lingkungan
yang merupakan bagian dari aktifitas bisnis mereka. Salah satu usaha tersebut
adalah memasukkan anggaran lingkungan pada laporan keuangan dan
pertanggungjawaban perusahaan. Ada beberapa alasan kenapa perusahaan perlu
untuk mempertimbangkan pengadopsian akuntansi sebagai bagian dari sistem
akuntansi perusahaan, antara lain:
1. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus biaya-biaya
lingkungan.
24
2. Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya lingkungan.
3. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin
mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan
bisnis perusahaan.
4. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap
produk dari proses lingkungan yang dihasilkan.
5. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana pelanggan
mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.
6. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen
lingkungan yang menghendaki aturan untuk beberapa jenis perusahaan.
3. Konsep dan Tujuan Akuntansi Lingkungan
Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi
perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan
lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang
kini menerapkan akuntansi lingkungan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang
biaya dan manfaat atau efek. Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai
perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak
perlindungan lingkungan.
Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi
relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.
Tujuan lain dari pentingnya pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun
25
organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaanperusahaan publik yang bersifat lokal. Pengungkapan ini penting terutama bagi
para stakeholders untuk dipahami, dievaluasi dan dianalisis sehingga dapat
memberi dukungan bagi usaha mereka. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan
selanjutnya menjadi bagian dari suatu sistem sosial perusahaan.
Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan
antara lain meliputi:
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan.
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.
Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk
menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi
biaya konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk
menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan konservasi
lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan
lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menilai
tingkat keluaran capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan
yang harus berlangsung terus menerus.
Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk
menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan
hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan
dari berbagai pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik
untuk mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan
lingkungan.
26
4. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan
Pentingnya penggunaan akuntansi lingkungan bagi perusahaan atau organisasi
lainnya dijelaskan dalam fungsi dan peran akuntansi lingkungan. Fungsi dan
peran ini dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.
Masing-masing fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Fungsi Internal
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal
perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha.
Faktor yang dominan pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan.
Sebagaimana halnya dengan sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi
internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan
efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan.
Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam
mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi
tersebut harus bersifat komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman
yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomi dan memiliki kemauan untuk
mempelajari informasi dengan cara yang rasional.
27
Pada fungsi ini, faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah
pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data
akuntansi. Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan
bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh karena itu,
perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas
pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan
publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi dan berarti bagi perusahaanperusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi
para stakeholders yang secara simultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi
dari kegiatan konservasi lingkungan.
D. Pengungkapan Lingkungan
Pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Kata pengungkapan
(disclosure) memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila
dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat
kepada pihak yang memerlukan. Jadi, data tersebut harus benar-benar bermanfaat,
karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan
tercapai. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan akan
mengungkapkan semua informasi yang diperlukan dalam rangka berjalannya
fungsi pasar modal. Pendukung pendapat ini menyatakan bahwa jika suatu
28
informasi tidak diungkapkan hal ini disebabkan informasi tersebut tidak relevan
bagi investor atau informasi ini tersedia di tempat lain.
Dalam FASB, FASC nomor 1 menyatakan bahwa pemakai laporan keuangan
adalah pihak investor dan kreditor yang tidak lain merupakan pihak ekstern. Pihak
investor berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan dalam rangka
penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, sedangkan pihak kreditor yang
berkepentingan atas laporan keuangan untuk memutuskan kredit kepada
perusahaan.
Di negara-negara Eropa, pengungkapan informasi laporan keuangan ditujukan
kepada pihak yang lebih luas lagi yaitu meliputi juga pengungkapan untuk
pegawai dan pemerintah. Pengaruhnya terhadap item yang diungkapkan menjadi
luas. Arpan (1981) mengamati praktek yang dilakukan oleh perusahaan di
Perancis yang mengharuskan perusahaan untuk menyusun neraca sosial (social
balancesheet) kepada pemerintah setiap tahun.
Belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai pengelolaan lingkungan hidup
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Meskipun demikian, pada suatu
penelitian tentang pengungkapan laporan tahunan perusahan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta, ditemukan bahwa dari 30 perusahaan yang disurvey, sebanyak
7 (atau 23,3%) perusahaan melaporkan program pengelolaan lingkungannya.
Mereka melaporkan usaha-usahanya dalam pengelolaan limbah, program
penghijauan dan peningkatan kesadaran lingkungan bagi karyawannya. Akan
tetapi tidak ada pelaporan khusus mengenai data keuangan sehubungan dengan
29
program-program dan kegiatan tersebut (Russel Craig and Joselito Diga,
Corporate Accounting Disclosure in ASEAN, 1998).
Sedangkan di negara-negara maju, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
pelaporan lingkungan oleh perusahaan telah mengalami peningkatan yang
signifikan sejak empat dekade terakhir (Bates, 2002; Welford 1998). Penelitian di
Negara-negara maju menunjukkan bahwa pengungkapan akuntansi lingkungan
telah dilakukan secara sukarela atau dengan dorongan dari pemerintah melalui
keringanan pajak dan sebagainya.
Pengungkapan (disclosure) dibagi kepada dua karakter, yaitu: pengungkapan
wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Pengungkapan dalam akuntansi
lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela, dan perusahaan berhak
memilih bentuk pelaporan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas
organisasinya.
Saat ini tidak ada standar yang baku mengenai item-item pengungkapan
lingkungan. Namun beberapa institusi telah mengeluarkan rekomendasi sistem
pengungkapan lingkungan, antara lain Dewan Ekonomi dan Sosial – Perserikatan
Bangsa-Bangsa (ECOSOC PBB), Ernst and Ernst, Institute of Chartered
Accountant in England and Wales (ICAEW), dan Global Reporting Initiative
(GRI). GRI adalah sistem pengungkapan yang paling banyak dijadikan rujukan
saat ini. GRI yang berdiri tahun 1997 merupakan inisiatif bersama antara koalisi
LSM di Amerika Serikat, Coalition for Environmentally Responsible Economies
(CERES) dengan United Nation Environment Programme (UNEP).
30
Tahun 2000, untuk pertama kalinya GRI mempublikasikan guideline-nya disusul
publikasi untuk expanded version-nya pada Agustus 2002. Saat ini tidak kurang
dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari GRI
untuk digunakan sebagai sustainability report pada perusahaannya (Wibisono,
2007).
Item-item pengungkapan lingkungan antara lain:
1. Pengungkapan kebijakan lingkungan
2. Sertifikasi lingkungan (ISO 14000 series)
3. Rating lingkungan
4. Energi yang digunakan dalam operasi perusahaan
5. Pencegahan/ pengurangan polusi
6.
Dukungan pada konservasi satwa
7. Regulation compliance
Usaha dari pihak regulasi untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang telah dilakukan dengan
menetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Aturan pelaksanaan lebih lanjut telah dinyatakan
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Dalam
Undang-undang itu juga disebutkan bahwasanya penyelenggaraan pengelolaan
lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan
tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta
perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Undangundang tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam peraturan-peraturan dari instansi
31
pemerintah yang terkait, seperti kementerian kehutanan, industri dan perdagangan,
pertambangan dan sebagainya dalam bentuk peraturan pemerintah (PP).
Lebih jauh lagi, suatu nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Lingkungan
Hidup dengan Bank Indonesia telah ditandatangani tahun 2005 yang lalu sebagai
tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penetapan
Peringkat Kualitas Aktiva bagi bank umum. Aspek lingkungan menjadi salah satu
variabel penentu dalam pemberian kredit bagi perusahaan. Kinerja lingkungan
yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui PROPER adalah
tolok ukur mereka. PROPER adalah penilaian kinerja perusahaan terkait
lingkungan hidup. Evaluasi kinerja lingkungan hidup perusahaan ini adalah
program tahunan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendorong penataan
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi.
Sejalan dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, pedoman
mengenai pelaksanaan akuntansi lingkungan telah dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 32 dan No. 33 yang mengatur tentang akuntansi kehutanan dan pertambangan
umum.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 32 tentang Akuntansi
Kehutanan
PSAK No. 32 memberikan pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan akuntansi kehutanan. Manfaat dan tujuan akuntansi kehutanan sesuai
dengan PSAK No. 32 adalah terwujudnya pembakuan perlakuan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan, seperti pemegang
32
HPH/HPHTI, berdasarkan asas keterbukaan, sehingga dapat dipergunakan oleh
berbagai pihak ekstern seperti instansi yang berwenang dan masyarakat.
Akuntansi kehutanan disusun dengan tujuan untuk menciptakan keseragaman dan
harmonisasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan
perusahaan pengusahaan hutan dikarenakan karakteristiknya yang berbeda dengan
perusahaan pada umumnya.
Dengan berlakunya Akuntansi Kehutanan dalam semua perusahaan yang
berkaitan dengan pengusahaan hutan, maka diharapkan:
a) Terdapat keseragaman dalam praktik-praktik akuntansi dan pelaporan
keuangan oleh perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia, sehingga
mendorong terciptanya laporan keuangan yang berdaya banding.
b) Laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pihak eksternal yang
tidak terlibat langsung dalam perusahaan.
c) Pemerintah akan dapat memantau perkembangan dan kondisi keuangan
perusahaan.
(SAK, 2007:32.1)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi
Pertambangan Umum
PSAK No. 33 ditujukan untuk memberikan dasar keseragaman dalam penyajian
informasi keuangan perusahaan yang beroperasi di bidang pertambangan umum.
Sifat dan karakteristik industri pertambangan umum berbeda dengan industri
lainnya. Di antaranya adalah, kegiatan operasinya berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan
33
pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai
lingkungan hidup, di samping mempunyai konsep pascapenambangan yang jelas.
Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan
usaha penambangan, maka dalam PSAK No. 33 juga diatur tentang kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
industri pertambangan umum, yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan
lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan hidup itu wajib
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
E. Laporan Tahunan
Laporan tahunan wajib disampaikan oleh emiten yang terdaftar di Bursa Efek
sebagai pelaporan kegiatan selama satu tahun sebelumnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Keseluruhan isi dari laporan tahunan tidak
diatur oleh otoritas profesi yang berwenwng seperti Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) namun diatur oleh Regulator Bursa Efek yaitu Bapepam.
Bentuk dan isi laporan tahunan menurut peraturan Bapepam secara garis besar
dibagi menjadi lima bagian besar, yaitu:
1. Ketentuan umum
Berisi tentang ketentuan bentuk fisik laporan tahunan serta ringkasan
umum mengenai bahasan yang wajib dilaporkan dalam laporan tahunan.
34
2. Laporan manajemen
Berisi tentang penjelasan umum mengenai perusahaan, seperti sambutan
komisaris dan direksi kepada pemegang saham, pelanggan atau
masyarakat umum; uraian mengenai keikutserataan perusahaan dalam
program kemasyarakan; informasi mengenai perkembangan perusahaan;
uraian tentang aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan; riwayat
hidup para anggota komisaris dan/atau direksi; dan informasi lain yang
bersifat umum berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai di masa depan.
Serta berisi tentang penjelasan khusus mengenai perusahaan yang belum
tercakup dalam penjelasan umum.
3. Bagian mengenai ikhtisar data keuangan penting
Berisi tentang keharusan perusahaan menyajikan informasi keuangan
perbandingan selama 5 tahun buku atau sejak memulai usahanya jika
perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 5
tahun.
4. Bagian mengenai analisis dan pembahasan umum oleh manajemen
Berisi tentang uraian singkat yang membahas dan menganalisis laporan
keuangan dan informasi lain dengan penekanan pada perubahan-perubahan
material yang terjadi sejak laporan tahunan terakhir atau sejak pernyataan
pendaftar diajukan.
5. Bagian mengenai laporan keuangan
Berisi tentang penyajian laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
35
Indonesia dan peraturan Bapepam di bidang akuntansi serta harus diaudit
oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam.
Tujuan dari laporan tahunan adalah:
1. Berguna bagi pemakai (users) laporan tahunan dalam membuat keputusan
investasi, masalah kredit atau keputusan-keputusan lainnya.
2. Menyediakan laporan tahunan yang komprehensif mengenai prospek
perusahaan di masa depan, baik kegiatan operasi, keuangan, dan
informasi-informasi relevan lainnya.
3. Menyediakan informasi mengenai klaim sumber daya perusahaan serta
perubahannya.
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Lingkungan
Ada dua pengaruh yang mendorong perusahaan untuk memperhatikan aspek
lingkungan hidup dalam kegiatan usahanya, yaitu dorongan dari dalam (internal
force) dan dorongan dari luar (external force). Faktor pendorong dari dalam
perusahaan adalah para karyawan dan manajemen puncak. Pengaruh bisa timbul
dari pihak karyawan yang mempengaruhi tindakan manajemen puncak, akan
tetapi bisa juga sebaliknya, dimana manajemen puncak menetapkan kebijakan
tentang lingkungan hidup bagi perusahaan. Pengaruh juga bisa muncul berupa
hal-hal kecil yang kemudian berkembang menjadi isu lingkungan yang meluas di
dalam organisasi.
Meskipun demikian, ada beberapa persyaratan bagi perubahan itu dalam
perusahaan, yaitu sikap dan tindakan pimpinan perusahaan, yang diharapkan
36
dapat mengubah budaya organisasi yang memiliki kesadaran akan pentingnya
pengelolaan lingkungan hidup yang tinggi.
Adapun faktor pendorong dari luar perusahaan terutama adalah peraturanperaturan pemerintah dan dari badan-badan terkait. Faktor eksternal lainnya di
antaranya adalah dari konsumen, masyarakat, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, dan juga perusahaan pesaing.
Review yang dilakukan oleh Berthelot et. al. (2003) menunjukkan bahwa
penelitian mengenai hubungan antara environmental disclosure dengan kinerja
keuangan cukup banyak dilakukan. Beberapa peneliti umumnya menggunakan
variabel kinerja keuangan atau pasar modal sebagai prediktor bagi kinerja
lingkungan atau pengungkapan lingkungan itu sendiri. Dari hasil investigasi
penelitian terdahulu tersebut, nampak bahwa penelitian yang menggunakan
variabel non keuangan sebagai prediktor kinerja lingkungan masih jarang
dilakukan. Di samping itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan kinerja lingkungan dalam laporan tahunan juga masih jarang
dilakukan.
Dari beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan tahunan tersebut,
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang sering
digunakan sebagai variabel penduga untuk menjelaskan variasi pengungkapan
dalam laporan tahunan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain: size atau
ukuran perusahaan, profitabilitas, profil dewan komisaris, financial leverage,
37
kepemilikan manajemen, dan tipe industri atau profil perusahaan (high profile
atau low profile).
1. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan (size) merupakan variabel penduga yang banyak digunakan
untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal
ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya
keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan
emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total asset, log
penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Menurut Cowen et. al., (1987), secara teoritis perusahaan besar tidak lepas dari
tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh
yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham
yang memperhatikan program-program sosial yang dibuat perusahaan sehingga
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattern (1991, 1992), menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan (size) merupakan faktor yang mempengaruhi pengungkapan
akuntansi lingkungan. Sembiring (2005), juga menemukan bahwa size perusahaan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian Sembiring (2005) ini sejalan dengan hasil penelitian yang
38
dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al., (1995, 1998), Hackston
dan Milne (1996), Kokubu et. al., (2001), Hasibuan (2001), dan Gray et. al.,
(2001). Semua penelitian ini, secara umum menyatakan bahwa semakin besar
suatu perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat juga
cenderung semakin luas. Akan tetapi tidak semua penelitian mendukung
hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini
antara lain Roberts (1992), Sigh dan Ahuja (1983), Davey (1982), dan Ng (1985).
2. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba.
Ratio profitabilitas perusahaan diwakili oleh perhitungan profit margin, Net ratio
of ROI, dan Earning per share.
Seperti halnya hasil penelitian mengenai hubungan size perusahaan dan
pengungkapan sosial di atas, hasil penelitian mengenai hubungan profitabilitas
dan pengungkapan sosial perusahaan juga memperlihatkan hasil yang sangat
beragam. Secara teoritis, menurut Kokubu et. al., (2001) terdapat hubungan
positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa
perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan
informasi sosial yang lebih luas.
Sebaliknya, Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori
legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan
39
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki
tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu
melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan
perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap
para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial dan lingkungan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Sejalan dengan Donovan dan Gibson (2000) adalah hasil penelitian Freedman dan
Jaggi (1998) dan Sembiring (2005). Pada sisi lain beberapa penelitian
menyebutkan bahwa dua variabel itu memiliki hubungan yang signifikan, seperti
dikemukakan oleh Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978). Sedangkan
Gray et. al., (2001) menemukan hubungan yang bervariasi setiap tahun untuk
kedua variabel tersebut.
3. Financial Leverage
Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Financial leverage ini juga
mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi,
tingkat leverage memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial. Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage tinggi cenderung
mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak
menjadi sorotan dari para debtholders.
40
Penelitian mengenai hubungan antara leverage dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989) serta Cormier dan Magnan (1999)
menemukan hubungan yang negatif signifikan antara kedua variabel tersebut.
Suda dan Kokubu (1994) dan Kokubu et.al., (2001) tidak menemukan hubungan
antara kedua variabel tersebut. Selain itu Robert (1992) menemukan hubungan
yang positif antara kedua variabel tersebut.
4. Profil Dewan Komisaris
Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme
pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan,
kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai
karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh
perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Sembiring (2005), yang menemukan
bukti empiris bahwa ukuran dan profil dewan komisaris berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan sosial.
5. Kepemilikan Manajemen
Penelitian mengenai kepemilikan manajemen yang dilakukan oleh Jensen dan
Meckling (1976), menyatakan bahwa konflik kepentingan antara manajer dengan
pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan
semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin
41
besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak
dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan
informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun
ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray et. al., 1998).
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
pengungkapan lingkungan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan
yang diteliti.
H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang diteliti.
H3 : Leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan
yang diteliti.
H4 : Profil dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahan-perusahaan
yang diteliti.
42
H5 : Kepemilikan manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan
yang diteliti.
Download