Microsoft Word

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Akuntansi Biaya
II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, antara lain:
Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) mendefinisikan “Akuntansi
biaya adalah mengidentifikasikan, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan
menganalisis berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan
produksi serta pemasaran barang dan jasa” (h.3).
Bastian dan Nurlela (2006) mendefinisikan “Akuntansi biaya adalah suatu bidang
akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan melaporkan
tentang informasi biaya yang digunakan” (h.2).
Horngren, Datar, dan Foster yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005)
mendefinisikan “Akuntansi Biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan
melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya
perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi” (h.3).
7
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan:
• Kegiatan akuntansi terdiri dari pencatatan, penggolongan, dan penyajian laporan
keuangan harus dibuktikan dengan adanya dokumen yang dipakai sebagai dasar
pencatatan dan penggolongan.
• Disamping itu, akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari
“suatu produk” yang diproduksi dan dijual di pasar baik guna memenuhi keinginan
pemesan maupun menjadi persediaan barang dagangan yang akan dijual.
• Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur nilai masukan atau nilai awal guna untuk
menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya untuk
menetapkan harga jual dan dapat mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan
laba atau tidak.
II.1.2 Peranan Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk
aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi,
serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
Carter dan Usry (2006) menyatakan, “Peranan akuntansi biaya adalah membantu
manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugas berikut:
1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisikondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.
8
2. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya
pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau adanya pembebanan
biaya dan perbaikan mutu.
3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap
produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja
dari suatu produk, departemen, atau divisi.
4.
Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau
untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan
dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.
5. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang
dapat mengubah pendapatan atau biaya” (h.11).
II.1.3 Manfaat Akuntansi Biaya
Menurut pendapat Witjaksono (2006) manfaat akuntansi biaya, antara lain:
1. “menimbulkan sifat “sadar akan biaya” (cost awareness).
2. Sebagai tolak ukur pengelolaan biaya sehingga mampu mengukur biaya dengan
cukup akurat serta didukung kemampuan manajemen untuk memanfaatkan
informasi yang dihasilkan.
3. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang
dan jasa.
4. Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang berkaitan
dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.
9
5. Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan seluruh
aspek biaya operasi, misalnya untuk kepentingan pajak” (h.4).
II.2 Biaya
II.2.1 Definisi Biaya
Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
dan jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi
organisasi” (h.38).
Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan “Biaya mengukur
pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi” (h.4).
Bastian et al. mendefinisikan “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu” (h.4).
Sedangkan Horngren et al. menyatakan, “Biaya sebagai sumber daya yang
dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu
biaya biasanya diukur dalam unit yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan
barang atau jasa” (h.34).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan
sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat
bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
10
II.2.2 Klasifikasi Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam cara.
Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut. Mengacu pada pendapat Carter et al. mencatat, “Penggolongan
biaya dapat dilakukan berdasarkan:
1.
Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Biaya Manufaktur
Disebut dengan biaya produksi atau biaya pabrik. Terdiri dari tiga elemen
biaya yaitu:.
-
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian
integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam
perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu
yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan
untuk membuat bensin.
-
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan
baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke
produk tertentu.
-
Overhead pabrik disebut juga overhead manufaktur, beban manufaktur,
atau beban pabrik yang terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak
ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya
11
memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama
(prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut
biaya konversi (convertion cost).
b. Beban Komersial
Terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu:
-
Beban Pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Dimulai pada saat barang siap dijual. Contohnya; beban
penjualan, beban promosi, beban pengiriman.
-
Beban Administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan
mengendalikan organisasi. Contohnya; biaya gaji kasir.
2.
Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Biaya Variabel (Variable Cost)
Adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan
volume produksi, dimana biaya per unit produk adalah tetap. Contohnya; biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya pengiriman barang, dan
sebagainya.
12
b. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Adalah biaya yang jumlahnya konstan dalam rentang yang relevan, dan tidak
terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Tetapi biaya tetap per unit akan
menjadi lebih rendah jika volume produksi bertambah, demikian juga
sebaliknya. Contohnya; depresiasi, amortisasi paten, dan sebagainya.
c. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost)
Adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini
jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, tetapi sifat
perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Contohnya; biaya listrik,
pajak penghasilan, telepon, air, dan sebagainya.
3.
Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain
Suatu bisnis dapat dibagi ke dalam sejumlah segmen yang bervariasi. Pembagian
pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, proses biaya, atau kelompok
biaya
juga
berfungsi
sebagai
dasar
untuk
mengklasifikasikan
dan
mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian
biaya. Biaya tersebut, antara lain:
a. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
-
Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah
ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. Contohnya;
gaji dari supervisor departemen.
13
-
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang digunakan
bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya
tersebut. Contohnya; biaya sewa gedung, biaya penyusutan gedung.
b. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost)
-
Biaya Bersama (Common Cost) adalah biaya yang berasal dari penggunaan
fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya ini pada umumnya
timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen atau segmen.
Contohnya; gaji dari wakil presiden direktur pemasaran, yang memberikan
jasanya ke beberapa segmen dalam suatu perusahaan.
-
Biaya Gabungan (Joint Cost) adalah biaya yang terjadi bila proses produksi
menghasilkan lebih dari satu produk. Contohnya; industri minyak dan gas,
pengepakan daging.
4.
Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Adalah pengeluaran modal yang dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat
pada periode mendatang atau lebih dari satu tahun dan dilaporkan sebagai
aktiva. Contohnya; biaya pembelian mesin dan perawatan.
b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Adalah pengeluaran yang memberi manfaat dalam periode berjalan dan
dilaporkan sebagai beban. Contohnya, penyusutan mesin dan peralatan.
14
5.
Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau
Evaluasi
Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Biaya Diferensial (Differential Cost)
Seringkali disebut dengan biaya marginal atau biaya inkremental. Biaya
tersebut adalah biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak
alternatif.
b. Biaya Tunai (Out-Of-Pocket-Cost)
Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil,
maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan
dengan alternatif itu.
c. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Adalah sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila
alternatif tertentu diambil.
d. Biaya Tertanam (Sunk Cost)
Adalah suatu biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian ternyata tidak relevan
dengan keputusan yang diambil.
15
II.3 Biaya Overhead Pabrik
II.3.1 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Mengacu pada pendapat Carter et al., biaya overhead pabrik dapat
digolongkan dengan 3(tiga) cara penggolongan, yaitu:
1. ”Menurut Sifat:
a. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku
langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian suatu produk.
Contohnya adalah amplas, pelumas dan pola kertas.
b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri
langsung ke kontruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak
langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum,
pekerja bagian pemeliharaan dan biasanya pekerja bagian gudang.
2. Perubahan Volume:
a. Biaya variabel
Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel antara lain;
perlengkapan, bahan bakar, kerusakan, biaya penerimaan, royalty, upah
lembur, biaya komunikasi dan penanganan bahan baku.
b. Biaya tetap
Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya tetap antara lain; gaji
eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti, amortisasi paten, gaji
supervisor, gaji satpam dan pehawai kebersihan, pemeliharaan dan
perbaikan gedung dan bangunan dan sewa.
16
c. Biaya semivariabel
Biaya overhead yang dilasifikasikan sebagai biaya tetap antara lain;
inspeksi, air dan limbah, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik
dan sebagainya.
3. Menurut hubungannya dengan departemen:
a. Biaya langsung departemen adalah suatu biaya yang dapat ditelusuri ke
suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. Contohnya, gaji dari
supervisor departemen.
b. Biaya tidak langsung departemen adalah suatu biaya digunakan bersama
oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut.
Contohnya adalah sewa gedung dan biaya penyusutan gedung.”
II.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Hansen et al. mencatat, ”Ada lima pendorong kegiatan yang umumnya dipakai sebagai
pembebanan biaya overhead:
1. Unit yang diproduksi
2. Jam tenaga kerja langsung
3. Dolar tenaga kerja langsung
4. Jam mesin
5. Bahan langsung
Pembebanan biaya overhead seharusnya mengikuti, sedekat mungkin, hubungan
sebab akibat. Usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut
yang menyebabkan konsumsi overhead. Faktor-faktor penyebab ini diidentifikasi,
17
atau pendorong kegiatan, harus digunakan untuk membebankan biaya overhead
pada produk” (h.147).
Sedangkan menurut Carter et al. mencatat, ”Dasar yang dapat digunakan untuk
pembebanan biaya overhead pabrik ada 6, yaitu:
1. Output Fisik
Adalah dasar yang paling sederhana untuk membebankan biaya overhead
pabrik. Pengunaanya diilustrasikan sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per unit
Estimasi unit produksi
2. Dasar Biaya Bahan Baku Langsung
Tarif dasar biaya bahan baku langsung dapat dihitung dengan cara membagi
estimasi total overhead dengan estimasi total biaya bahan baku langsung
sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
x 100 % = overhead pabrik sebagai persentase
Estimasi biaya bahan baku
dari biaya bahan baku langsung
3. Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menggunakan suatu dasar biaya tenaga kerja langsung untuk membebankan
overhead pabrik ke pesanan atau produk memerlukan pembagian estimasi
18
overhead dengan estimasi biaya tenaga kerja langsung untuk menghitung suatu
persentase.
Estimasi overhead pabrik
Estimasi biaya tenaga kerja langsung
x 100 % = Overhead pabrik sebagai
persentase dari BTKL
4. Dasar Jam Tenaga Kerja Langsung
Tarif overhead pabrik yang didasarkan pada jam tenaga kerja langsung
dihitung sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik
= Overhead pabrik per JTKL
Estimasi jam tenaga kerja langsung
5. Dasar Jam Mesin
Ketika mesin digunakan secara ekstensif, maka jam mesin mungkin merupakan
dasar yang paling sesuai untuk pembebanan overhead. Tarif per jam mesin
ditentukan sebagai berikut:
Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per jam mesin
Estimasi jam mesin
19
6. Dasar Transaksi
Pendekatan berdasarkan transaksi atas alokasi overhead lebih dikenal sebagai
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing – ABC)”.
II.4 Harga Pokok Produksi
II.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual.
Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut
sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli yaitu:
Garrison dan Norren yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000) menyatakan
“Harga pokok produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barangbarang yang diselesaikan dalam periode tertentu” (h.61).
Witjaksono (2006) mendefinisikan ”Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva,
tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu
memperoleh penghasilan” (h.10).
20
Horngren et al. menyatakan, “Harga pokok produksi menunjukkan biaya barang
yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum atau selama periode akuntansi
berjalan” (h.46).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Harga pokok sebagai penetapan harga jual.
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena
harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk
tertentu.
2. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat
menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu
produk tertentu.
3. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi.
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan
biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga
pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok
yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan
kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang
dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui penyebab terjadinya
selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk memperbaiki
21
kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih
lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses
produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar yang kurang tepat.
4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen.
Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk
pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:
a. Menetapkan perubahan harga penjualan.
b. Menetapkan penyesuaian proses produksi.
c. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas.
d. Merencanakan ekspansi perusahaan.
e. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan
membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu
pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak.
II.4.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi.
Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari:
1. Bahan Langsung (Direct Material)
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk
jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung.
22
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah
menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik
pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya
tenaga kerja langsung.
3. Overhead Pabrik
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing overhead)
atau beban pabrik (factory burden). Overhead pabrik mencakup semua biaya
produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini
adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan
adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban
pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:
1. Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi,
dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga
termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya
bahan itu relatif kecil dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya,
seperti benang yang digunakan dalam menjahit pakaian.
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan
pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas
reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil
usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi.
23
3. Biaya lainnya diluar biaya bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung, seperti, biaya sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik
dan tenaga listrik yang digunakan dalam fasilitas pabrik.
II.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006), “Ada 2 (dua)
sistem akumulasi biaya, yaitu:
1. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (job order costing)
Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya produksi
diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah
output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau
untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan.
Menurut Witjaksono (2006), perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan
harga jual sebagai berikut :
Estimasi Biaya Tenaga Kerja
xxx
Estimasi Biaya Bahan Baku
xxx
Estimasi biaya overhead
xxx
Total Estimasi Biaya Produksi
xxx
ditambah Margin Laba yang Diharapkan
xxx
Harga Jual yang Dibebankan pada Pemesan
xxx
24
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (process costing).
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit
ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total
unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat
pemrosesan dalam satu departemen.Persyaratan utama adalah semua produk yang
diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal
sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses
dapat mendistorsi biaya produk”.
Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambrriani (2001) mencatat,
“Perbedaan antara sistem biaya pesanan (job costing) dan sistem biaya proses (process
costing) sebagai berikut:
Sistem Biaya Pesanan (job Costing):
a. Biaya diakumulasikan berdasarkan biaya.
b. Produk dan jasa berbeda-beda.
c. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit
produk atau jasa yang diproduksi. Perhitungan biaya per unit dilakukan pada saat
pesanan telah selesai.
Sistem Biaya Proses (Process Costing):
a. Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen.
b. Produk atau jasa homogen dan diproduksi secara massal.
25
c. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam suatu periode
dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya per unit dilakukan
pada setiap akhir periode” (h.585).
II.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu
produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh
biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu
pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan biaya
tersebut yaitu:
1. Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)
Adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan
memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap.
Metode kalkulasi biaya penuh dapat digambarkan sebagai berikut:
Biaya Bahan Langsung
xxx
Biaya Tenaga Kerja Pabrik Langsung
xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel
xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Harga Pokok Produksi
xxx
xxx
26
2. Metode Kalkulasi Biaya Variabel
Adalah suatu metode penentuan dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. Dalam metode ini
biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya
overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan
dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.
Metode kalkulasi biaya variabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Biaya Bahan Langsung
xxx
Biaya Tenaga Kerja Pabrik Langsung
xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel
xxx
Harga Pokok Produksi
xxx
Witjaksono (2006) menyatakan, “Perbedaan penentuan harga pokok bagi metode
kalkulasi biaya penuh dan kalkulasi biaya variabel yaitu:
Biaya Penuh (Full Costing)
Biaya Variabel (Variable Costing)
a. Harga Pokok Produk
a. Harga Pokok Produk
- Bahan Baku
- Bahan Baku
- Tenaga Kerja
- Tenaga Kerja
- BOP Variabel
- BOP Variabel
- BOP Tetap
27
b. Beban Periode
b. Beban Periode
- Penjualan
- BOP Tetap
- Umum
- Penjualan
- Administratif
- Umum
- Administratif”.
Menurut Krismiadji (2002), untuk memberikan gambaran tentang biaya produksi
suatu pesanan, maka diperlukan kartu harga pokok pesanan. Kartu ini dapat berfungsi
untuk mengidentifikasi pesanan yang bersangkutan. Contoh gambar kartu harga pokok
pesanan dapat dilihat pada gambar 2.1.
Untuk
:
No. Pesanan
:
Nama Produk
:
Tanggal Dipesan :
Kuantitas Dipesan
:
Tanggal Selesai
:
Tanggal Dikirim :
Bahan Baku
No.PP
Jumlah
Tenaga Kerja
Keterangan
Overhead
Jumlah
Jam
Tarif
Jumlah
Ringkasan Biaya :
Bahan Baku
xxx
Tenaga Kerja
xxx
Overhead
xxx
Total Biaya Produksi
xxx
Biaya Produksi per Unit
xxx
28
II.7 Harga Jual
II.7.1 Metode Penentuan Harga Jual
Mengacu pada pendapat Garrison et al. terdapat 2 (dua) pendekatan dalam
mentukan harga jual, yaitu:
1.
Pendekatan Absorption Costing untuk Cost-Plus Pricing
Adalah proses penentuan harga jual dengan cara menghitung biaya produksi per
unit, memutuskan berapa laba yang diinginkan, kemudian menentukan harga jual.
Tahapannya adalah produk yang dibuat, dihargai, siap untuk dipasarkan segera
setelah ditentukan harganya.
Harga Jual = Biaya + (Persentase mark-up x Biaya)
Pendekatan Absorption Costing untuk Cost-Plus Pricing dapat digambarkan
sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel
xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap
xxx
Biaya produksi per unit
xxx
29
Ditambah:
Mark-up (dalam persen)
xxx
Target harga jual per unit
2.
xxx
Target Costing
Adalah proses menentukan biaya maksimum, biasanya untuk produk baru dan
kemudian membuat prototype, yang dapat memberikan keuntungan untuk target
maksimum perhitungan biaya. Tahapannya terbalik, perusahaan telah mengetahui
berapa harga jual produk dan kemudian baru membuat produk yang dapat
dipasarkan dengan tingkat laba yang telah ditentukan tersebut.
Target Biaya = Antisipasi Harga Jual – Laba yang Diharapkan
Target Costing dapat digambarkan sebagai berikut:
Proyeksi Penjualan
xxx
Dikurangi; laba yang diharapkan
(Persentase yang diharapkan x nilai investasi)
xxx
Target Biaya
xxx
Target Biaya Per Unit = Target Biaya
Jumlah Unit
30
II.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual
Mengacu pada pendapat Horngren et al. menyatakan, ”Ada tiga faktor yang
mempengaruhi harga jual, yaitu:
1.
Pelanggan
Pelanggan mempengaruhi harga melalui pengaruh mereka pada permintaan atas
suatu produk atau jasa. Perusahaan harus selalu menguji keputusan penentuan
harga melalui para pelanggan mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan pelanggan menolak suatu produk perusahaan dan memilih produk
pengganti atau yang bersaing.
2.
Pesaing
Perusahaan harus selalu menyadari tindakan dari para pesaingnya. Pada satu sisi,
produk alternatif
atau produk pengganti dari kompetitor dapat mempengaruhi
permintaan dan memaksa sebuah perusahaan untuk menurunkan harga. Di sisi
lainnya, sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing dapat menetapkan harga
yang lebih tinggi.
3.
Biaya
Biaya mempengaruhi harga karena biaya mempengaruhi penawaran. Makin rendah
biaya produksi sebuah produk relatif terhadap harga yang dibayarkan pelanggan,
semakin besar kuantitas produk yang bersedia ditawarkan oleh perusahaan. Karena
terdapat banyak pesaing dan banyak pelanggan, suatu perusahaan atau seorang
pelanggan tidak dapat mempengaruhi harga. Jika persaingan berkurang dan
31
terdapat lebih sedikit pesaing, yang masing-masing menjual produk yang agak
berbeda dari harga perusahaan lain” (h.494).
Apabila perusahaan menjual barang atau jasa dengan harga jual di bawah biaya
produksi, maka perusahaan akan mengalami kerugian sedangkan jika perusahaan
menetapkan harga jual barang atau jasa di atas biaya produksi maka perusahaan akan
memudahkan dalam menghitung laba yang akan diterima oleh perusahaan.
Biasanya perusahaan memberikan harga yang baik agar dapat menjaga hubungan
dengan pelanggannya dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Dalam
menentukan
harga
jual,
perusahaan
mengadakan
analisis
dalam
menentukan harga dasar. Analisis dilakukan perusahaan antara lain terhadap:
a. Harga pokok produksi yang dijadikan batas bawah dari harga jual.
b. Informasi harga pasar yang dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual.
c. Kemampuan produksi maksimum perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 (tiga) faktor utama yang
harus diperhatikan manajer terhadap keputusan penetapan harga, yaitu pelanggan;
pesaing dan biaya.
32
Download