OPTIMASI EKSTRAKSI INULIN DARI UMBI DAHLIA DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL Erda Rahmilaila Desfitri, Andreas Andes Mezoti, Elmi Sundari, Munas Martynis Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta, Padang [email protected] Abstrak Di Sumatera Barat, bunga Dahlia dikenal untuk tujuan wisata karena bunganya yang indah dan menarik. Selama ini masyarakat kurang mengetahui bahwa umbi bunga Dahlia memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena mengandung inulin sekitar 69 -75%. Inulin merupakan senyawa polimer fruktosa. Inulin mengandung serat makanan tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tujuan penelitian adalah menentukan perolehan tertinggi inulin dengan menggunakan metode ekstraksi etanol-air. Data penelitian diperoleh dengan memvariasikan rasio pelarut dan waktu pengendapan. Sampel yang digunakan adalah umbi bunga Dahlia yang diambil dari kota Bukittinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rasio sampel dan pelarut 1:3 dengan waktu pengendapan selama 6 jam memberikan hasil yang maksimal berdasarkan jumlah perolehan inulin terbanyak. Kata kunci: inulin, umbi bunga Dahlia, ekstraksi, etanol, polimer fruktosa Abstract Dahlia flower is one of the famous tourist flowers in West Sumatera, Indonesia, because of its very beautiful, colorful and charming. This plant was breeding by the tuber, which is the Dahlia tuber have high value regarding to its inulins 69 - 75%. Inulin is polymer of fructose, have high-fiber food and beneficial for health. The purpose of this research is finding the maximal quantity of inulin by the ethanol-air extraction of Dahlia tuber. The data was taken by ratio of solvent and precipitation time variations. The samples are used Dahlia flower tubers from Bukittinggi. The result shown the best quantity of tuber extraction was in 1:3 (sample: solvent) and 6 hours precipitation time. Keywords: inulin, Dahlia tuber, extraction, ethanol, fructose polymer BAB 1. PENDAHULUAN Sejak dicanangkan kota Bukittinggi menjadi The City Of Dahlia (Nevi 2013), maka sejumlah kawasan di Bukittinggi telah menjadi taman bunga Dahlia, diantaranya Biaro, Jam Gadang dan museum Bung Hatta. Bunga ini tidak hanya digunakan untuk tanaman hias, tetapi diharapkan ada manfaat lain yang dapat diambil sehingga mempunyai nilai jual lebih. Sebagai tanaman umbi-umbian, salah satu nilai jual yang diharapkan adalah kandungan dalam umbinya. Komposisi umbi dahlia diperlihatkan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Komposisi Umbi Dahlia No. Komposisi Kadar % ( berat kering) 1 Karbohidrat 76,8-82,80 2 Inulin 69,26-75,48 3 Gula reduksi 4,4-6,6 4 Serat 3,3-5,4 5 Lemak 0,5-1,0 6 Protein 3,9-5,7 7 Abu 0,2-0,4 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat inulin termasuk komposisi mayor dari umbi Dahlia. Inulin merupakan serbuk warna putih yang mudah larut dalam air panas (Yusmizar, 1989). Inulin juga merupakan polimer fruktosa berserat pangan tinggi dan bersifat prebiotik yang bermanfaat bagi kesehatan di dalam tubuh. Prebiotik adalah suatu serat pangan yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri dalam usus besar, terutama bakteri baik. Struktur inulin dapat dilihat pada Gambar 1.1 Inulin sangat bermanfaat dalam industri. Inulin digunakan sebagai bahan aditif pada susu anak hingga dewasa. Fungsinya meningkatkan penyerapan kalsium sehingga mencegah osteoporosis dan mencegah kanker usus. Selain itu juga berfungsi sebagai pengganti lemak dan gula pada produk makanan rendah kalori. Di samping itu inulin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup fruktosa, etanol dan bioplastik. Gambar 1.1 Struktur Inulin Beberapa industri pangan di Indonesia masih bergantung dengan inulin impor yang mayoritas dihasilkan oleh umbi artichoke (Helianthus tuberosus) dengan kadar 80% dan chicory Chicoryum intybus L) dengan kadar 75%. Di lain pihak, dengan komposisi yang hampir sama (± 72%) maka inulin dapat diperoleh dari umbi dahlia. Attachriirotul (2011) menyatakan bahwa inulin dari umbi dahlia memiliki kualitas yang lebih baik dari bahan-bahan lain tersebut dia atas. Oleh karena itu sejumlah peneliti (LIPI) bersama Pusat Penelitian Kimia Bandung mencoba mengembangkan produksi inulin dari umbi dahlia. Ekstraksi inulin dari umbi dahlia telah dilakukan oleh beberapa ahli dengan hasil yang berbeda. Pemisahan menggunakan metode ekstraksi pelarut etanol dan dietil eter menghasilkan 7,5 % inulin (Suleman, 2008). Selain itu Budiwaty, 2010 melakukan pemisahan inulin dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan air menghasilkan 6,87% inulin. Ekstraksi inulin dari umbi dahlia dengan menggunakan pelarut etanol dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Beberapa keuntungannya adalah cara kerjanya yang mudah dan alat-alat yang digunakan tidak terlalu rumit. Jika ekstraksi inulin ini diaplikasikan kepada masyarakat, maka dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Menurut LIPI satu hektar lahan jika ditanami 20.000 bibit bunga dahlia akan menghasilkan 750 kg inulin/tahun. Sedangkan harga inulin Rp 7-10 juta/kg. Maka keuntungan yang dapat diraih Rp 7,5 miliar/tahun. Kelarutan inulin yang diekstraksi dengan etanol lebih besar dibandingkan inulin yang diekstraksi dengan air. Tetapi sejauh ini penelitian dengan memanfaatkan kelarutan inulin dalam etanol belum seaktif memanfaatkan kelarutan inulin dalam air. Selain itu perbandingan etanol yang digunakan untuk mengekstraksi dan lama waktu pengendapan belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian tentang ekstraksi inulin dari umbi dahlia dengan menggunakan variasi perbandingan pelarut etanol dan variasi waktu pengendapan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan pelarut dan waktu pengendapan inulin yang lebih baik pada ekstraksi inulin dengan menggunakan pelarut etanol sehingga diperoleh hasil yang maksimal. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Kampus III Universitas Bung Hatta. Bahan atau sampel yang digunakan adalah umbi bunga Dalia yang berasal dari Biaro, Bukittinggi. Pengambilan inulin dari umbi dahlia dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengambilan ekstrak umbi, penambahan pelarut (etanol), pengendapan, pemisahan inulin dari pelarut, analisis inulin secara karakteristik dan kuantitatif, serta pengeringan. 2.1 Bahan Bahan yang digunakan adalah umbi bunga dahlia, etanol 96%, resorcinol, HCl, kertas saring dan alumina foil. 2.2 Alat Alat yang digunakan adalah gelas piala berukuran 25 ml, 500 ml, corong pemisah, pisau, blender, batang pengaduk, pipet tetes, gelas ukur 500 ml, neraca, oven, desikator, erlenmeyer 250 ml, standar, klem, alat pendingin, piknometer 25 ml. 2.3 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan adalah perbandingan sampel dengan pelarut 1:1, 1:2, 1:3 dan waktu pengendapan 6 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Variabel ini didukung oleh parameter tetap yaitu konsentrasi pelarut (etanol 96%), suhu pengendapan 10 0 C, temperatur pemisahan (suhu kamar), volume sampel (200 mL) dan parameter keluaran yaitu, perolehan inulin, waktu pengendapan dan perbandingan pelarut terbaik. 2.4 Operasional Penelitian 1. Umbi yang diambil dari Biaro Bukittinggi dikupas, dipotong-potong dan dihancurkan. 2. Umbi bunga dahlia yang telah dihancurkan dipisahkan ampas dan ekstraknya. 3. Kemudian sebanyak 200 ml ekstrak (sampel) ditambahkan etanol masingmasing sesuai dengan variabel. 4. Ekstrak yang telah ditambahkan etanol kemudian diendapkan di dalam pendingin sesuai variabel. 5. Kemudian sampel yang telah diendapkan di dalam pendingin disaring dengan bantuan corong pemisah dan kertas saring yang telah diketahui beratnya. 6. Setelah itu ditimbang endapan (perolehan) yang telah didapat. 7. Perolehan yang telah ditimbang dikeringkan dengan panas matahari lingkungan atau dengan bantuan oven pada suhu 500C. 8. Kemudian dilakukan analisa karakteristik dan kuantitatif inulin. 2.5 Teknik pengumpulan data Data yang diambil berdasarkan pengamatan penelitian secara langsung meliputi perolehan inulin secara karakteristik dan kuantitaif terhadap waktu pengendapan dan perbandingan sampel dan pelarut. Pengambilan data secara karakteristik dilakukan dengan menggunakan resorcinol yang telah dilarutkan dengan HCl sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan cara menimbang inulin hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Perolehan Umbi dahlia sangat mudah teroksidasi di udara bebas. Oksidasi dapat menyebabkan terbentuknya senyawa baru secara alami, sehingga kandungan inulin dalam umbi akan menurun. Oleh karena itu harus segera digunakan setelah pemanenan untuk menghindari terjadinya proses oksidasi. Dari penelitian yang telah dilakukan. perolehan inulin dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4, yang dibedakan atas waktu pengendapan, dan Gambar 3.5 berdasarkan perolehan inulin dengan variasi sampel dan pelarut 1:3. Waktu Pengendapan Enam Jam % Perolehan Inulin 30 25 20 15 10 5 0 1:1 1:2 1:3 Rasio Sample : Pelarut Gambar 3.1. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap % Perolehan Inulin pada Waktu Pengendapan Enam Jam % Perolehan Inulin Waktu Pengendapan 24 Jam 30 20 10 0 1:1 1:2 1:3 Rasio Sample : Pelarut Gambar 3.2. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap % Perolehan Inulin pada Waktu Pengendapan 24 Jam Waktu Pengendapan 48 Jam % Perolehan Inulin 30 20 10 0 1:1 1:2 1:3 Rasio Sample : Pelarut Gambar 3.3. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap % Perolehan Inulin pada Waktu Pengendapan 48 Jam % perolehan inulin Waktu pengendapan 72 jam 30 20 10 0 1:1 1:2 1:3 Rasio Sample : Pelarut Gambar 3.4. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap % Perolehan Inulin pada Waktu Pengendapan 72 Jam % Perolehan Inulin 30 25 20 15 10 5 0 6 24 48 72 Lama Pengendapan (Jam) Gambar 3.5. Pengaruh Lama Waktu Pengendapan Terhadap % Perolehan Inulin 3.2 Pembahasan Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3 menunjukkan bahwa perbandingan pelarut dan lama waktu pengendapan berpengaruh terhadap besarnya perolehan inulin. Semakin banyak pelarut yang digunakan maka semakin tinggi % perolehan inulin. Pada Gambar 3.1 inulin yang diperoleh setelah perlakuan meningkat seiring dengan pertambahan pelarut dari 16.65 %, 20.25% hingga 27.75%. Halyang sama juga terjadi pada Gambar 3.2, dimana % perolehan inulin meningkat dari 18.25%, 19.90% hingga 22.50% untuk lama pengendapan 24 jam. Demikian juga dengan Gambar 3.3, % perolehan inulin meningkat dari 17.77%, 17.75%, hingga mencapai 20.00% untuk waktu pengendapan 48 jam. Peningkatan % perolehan ini disebabkan oleh penambahan jumlah pelarut sehingga memperkecil rasio perbandingan sampel dan pelarut. Dapat disimpulkan bahwa makin banyak pelarut yang digunakan maka akan kemampuan untuk mengekstrak inulinakan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Amiasi, dkk (2005) bahwa makin tinggi jumlah pelarut maka akan makin tingggi kemampuan pelarut tersebat dalam mengekstrak. Namun, pada Gambar 3.4 untuk waktu pengendapan 72 jam memberikan fenomena yang berbeda, di mana perolehan inulin meningkat dari 17.75% hingga 20.00% seiring peningkatan rasio dari 1:1 ke 1:2. Tetapi hasilnya turun pada penggunaan rasio sampel:pelarut 1:3 menjadi 16.65 %. Kemungkinan penyebab terjadinya penyimpangan ini adalah adanya inulin yang terurai membentuk senyawa lain dan dapat larut kembali karena waktu pengendapan yang terlalu lama. Pengaruh waktu pengendapan terhadap perolehan inulin dengan rasio 1:3 dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka % perolehan inulin semakin sedikit. Hal ini disebabkan oleh adanya komponen yang terurai menjadi senyawa lain yang dapat larut di dalam etanol, karena waktu pengendapan yang terlalu lama. Dengan demikian waktu pengendapan sangat berpengaruh terhadap perolehan inulin. 4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hasil ekstraksi yang paling baik diperoleh dengan menggunakan perbandingan pelarut 1:3 dengan waktu pengendapan enam jam. Di simpulkan juga bahwa waktu pengendapan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perolehan hasil. 5. REFERENSI Amiarsi, Yulianingsih dan Sabari. 2005. Pengaruh Jenis dan perbandingan Pelarut Terhadap Hasil ekstraksi. J. Hort. 16 (4): 356-359 Antara Sumbar. (29/11/2012). Sumbar Berpeluang Kembangkan Bunga Dahlia Bernilai Ekonomis At Tachrirotul, M, “Inulin : Nutrisi Bakteri Baik dan Musuh Bakteri Patogen”, http://attadotcom.wordpress.com, 27/04/2013 Rukmana, R.(2004). Dahlia Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Yogyakarta:Kanisius Yurmizar. (1989) penandaan inulin dengan radionuklida teknesium-99m dan biodistribusinya pada tikus skripsi FMIPA . PADANG: Universitas Andalas Widyatmoko, D. ,“Inulin http://Padangekspres.co.id, Bunga Dahlia Cegah Kanker Usus