meningkatkan keterampilan berbicara dan prestasi belajar bahasa

advertisement
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE ROLE PLAYING
BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA KELAS III SD NEGERI 2 LEMBUPURWO MIRIT KEBUMEN
Ayu Agustin Tri Kusuma Wardani
Rosalia Susila Purwanti
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan prestasi belajar Bahasa
Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe role playing berbasis kearifan
lokal pada siswa kelas III SD Negeri 2 Lembupurwo Mirit Kebumen.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah yang terdiri atas tahap
tahap perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran cooperative learning tipe role playing berbasis kearifan lokal. Analisis data
menggunakan pedoman penilaian berbicara, rata-rata hitung, dan persentase ketuntasan belajar.
Berdasarkan analisis data penelitian, keterampilan berbicara yang diperoleh siswa saat pra siklus
rata-rata 57 dengan ketuntasan 32% pada siklus I rata-rata 63 dengan ketuntasan 46% dan pada siklus II
nilai rata-rata meningkat menjadi 77 dengan ketuntasan 86%. Sedangkan, prestasi belajar yang diperoleh
siswa saat pra siklus rata-rata 59 dengan ketuntasan 39% pada siklus I rata-rata 69 dengan ketuntasan 57%
dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 79 dengan ketuntasan 96%. Dari hasil penelitian
tersebut, kesimpulan yang dapat diambil adalah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
role playing berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan prestasi belajar Bahasa
Jawa, sehingga meningkatkan ketuntasan klasikal yang diharapkan.
Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Prestasi Belajar, Cooperative Learning, Role Playing Berbasis Kearifan
ABSTRACT
This research aimed to improve speaking skills and achievements of the Java language learning
used learning model cooperative learning-based role playing based local wisdom learning model of III class
students at Lembupurwo Elementary School Mirit Kebumen.
This research was classroom action research (CAR) with the steps were planning phase, the
implementation, observation, and reflection. Data collection technique used observation, interviews, tests,
and documentation. The learning model used a model of cooperative learning, learning-based role playing
local wisdom type. Data analysis used the guidelines for the assessment of speaking, the average count, and
the percentage of learningcompleteness.
Based on the analysis of data research, the speaking skills score in the pre cycle, the average was
57 with 32% of completeness. In the 1st cycle the average was 63 with 46% of completeness. In the 2nd cycle
the score increased to 77 with completeness 86%. While the learning achievements score in the pre cycle
the average was 59 with 39% completeness,in the 1st cycle the average was 69 with 57% of completeness,in
the 2nd cycle the average score increased to 79 with 96% completeness. From the results above, the
conclusions that can be drawn, that the application of cooperative learning model of learning-based role
playing the local wisdom type improve students speaking skills and achievements in studying Java language,
so that the classical completeness can be achieved.
Keywords: Speaking Skills, Learning Achievements, Cooperative Learning, Role Playing-based Local
Wisdom.
1
PENDAHULUAN
Menurut hasil wawancara dengan guru
kelas III, faktor penyebab rendahnya
keterampilan berbicara dan prestasi belajar
adalah dapat dilihat dari kondisi siswa, guru, dan
proses pembelajaran. Beberapa siswa mengaku
memang tidak bersemangat jika sedang belajar
pelajaran Bahasa Jawa, dan ada juga yang
memang tidak bisa menggunakan menggunakan
Bahasa Jawa yang sesuai dengan unggahungguhnya. Jika dilihat dari guru dan proses
pembelajaran, hal ini disebabkan karena guru
biasanya lebih banyak menggunakan metode
ceramah, sehingga suasana pembelajaran
cenderung monoton karena metode ataupun
model pembelajaran kurang variatif.Selain itu,
guru mempunyai tugas ganda di sekolah yaitu
sebagai guru kelas dan juga operator sekolah,
dikarenakan tenaga dalam sekolah kurang,
sehingga guru tidak intens dalam mengajar.
Padahal, Bahasa Jawa merupakan
bahasa tutur yang digunakan oleh masyarakat
Jawa.Dalam
berkomunikasi
menggunakan
Bahasa Jawa, masyarakat Jawa harus bisa
menerapkan penggunaan unggah-ungguh.Oleh
karena itu, perlu diadakan perubahan dalam
pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dan prestasi belajar
Bahasa Jawa.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
Berdasarkanuraian tersebut, maka penulis
bermaksud
untuk
menerapkan
model
pembelajarancooperative learning tipe role
playing sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
keterampilan berbicara pada mata pelajaran
Bahasa
Jawa.Peneliti
memilih
model
pembelajarancooperative learning tipe role
playing karena model pembelajarancooperative
learning tipe role playing akan membantu siswa
untuk menemukan makna pribadi dalam dunia
sosial dan membantu memecahkan dilema
pribadi dengan bantuan kelompok. Dalam
dimensi sosial, model ini memudahkan individu
untuk bekerja sama dalam menganalisis kondisi
sosial, khususnya masalah kemanusiaan.
Dengan
diterapkannya
model
pembelajarancooperative learning tipe role
playing, para siswa dapat memerankan tingkah
laku tokoh secara bebas sesuai dengan
imajinasinya dansiswa akan lebih menghayati
pelajaran
yang
diberikan.
Model
pembelajarancooperative learning tipe role
playing ini juga menyokong beberapa cara dalam
proses pengembangan sikap sopan dan
demokratis dalam menghadapi masalah.
Model pembelajaran yang dipilih yaitu
role playing yang nantinya akan dipadukan
Manusia mempunyai potensi sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.Salah satu
hal yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan
kehidupan sosial adalah anak harus melakukan
interaksi dengan sesama.Dalam melakukan
interaksi, manusia membutuhkan bahasa.
Bahasa merupakan sarana intelektual
paling berdaya dan fleksibel yang dikembangkan
oleh manusia. Disamping dapat menggambarkan
makna yang ingin disampaikan oleh seseorang,
bahasa juga digunakan sebagai sarana interaksi
antar manusia satu dengan manusia yang lain. Di
Indonesia terdapat banyak bahasa yang sangat
beragam yang merupakan kekayaan budaya
bangsa Indoensia.Menurut Sri Rahayu, dkk,
(2003: 1) “Bahasa Jawa adalah bahasa daerah
yang ada di Indonesia dan merupakan aset
kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.” Oleh
karenanya, bahasa daerah perlu dijaga dan
dilestarikan agar kekayaan Indonesia tetap
terjaga.
Seiring dengan perkembangan zaman,
bahasa yang digunakan masyarakat telah banyak
mengalami perubahan.Telah banyak tersebar
berbagai bahasa baru di masyarakat kita seperti
bahasa alay, bahasa gaul, dan bahasa-bahasa
lainnya yang dipergunakan sehari-hari khususnya
anak-anak dan remaja, sehingga banyak anakanak yang enggan untuk mempergunakan
bahasa daerah atau Bahasa Jawa karena
dipandang kuno atau tidak gaul, sehingga
berakibat pada rendahnya keterampilan
berbicara siswa terutama dalam Bahasa Jawa.
Menurut hasil tindakan pra siklus di
kelas III SD Negeri 2 Lembupurwo, terlihat
banyak siswa yang tidak bisa berbicara
menggunakanBahasa Jawa dengan baik dan
benar.banyak siswa yang ketika bertanya kepada
gurunya menggunakan Bahasa Jawa yang
kurang
sopan, mereka bertanya dengan
menggunakan Bahasa Jawa ngoko, seperti
berbicara dengan teman sebaya atau dengan
teman yang seumuran. Hal tersebut tentu saja
kurang sopan.
Tercatat dari 28 jumlah siswa kelas III,
terdapat sebanyak 9 siswa yang mencapai KKM
atau hanya sekitar 32%. Sedangkan 19 siswa
atau 68% tidak mencapai KKM dalam aspek
keterampilan
berbicara. Sedangkan dalam aspek prestasi
belajar dari 28 siswa hanya sekitar 11 siswa yang
mencapai KKM atau hanya sekitar 39%.
Sedangkan 18 siswa atau 61% tidak mencapai
KKM. KKM yang ditetapkan yaitu 68.
2
dengan kearifan lokal. Pemilihan kearifan lokal
yaitu agar para siswa mampu mengenali kearifan
lokal yang sudah ada di daerah tersebut sejak
dini, sehingga siswa mampu menjaga kearifan
lokal yang sudah ada di daerah setempat.
Melalui
model
pembelajarancooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal, diharapkan siswa
akan memiliki keterampilan berbicara bahasa
Jawa yang lebih baik lagi, setiap siswa dapat
memahami serta menerapkan penggunaan
bahasa Jawa dan mampu mengenalis serta
menjaga kearifan lokal yang sudah ada. Dengan
meningkatnya keterampilan berbicara tentu akan
diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar
siswa. Selain itu, diharapkan siswa akan lebih
mudah dalam mempelajari materi pada mata
pelajaran bahasa Jawa, mempertahankan
karakter masyarakat Jawa yang berbudi pekerti
dan selalu menghormati serta menjaga
kelestarian budaya atau tradisi Jawa.
5.
6.
7.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkanlatar
belakang
dan
identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana
meningkatkan
keterampilan
berbicara dan prestasi belajar Bahasa Jawa
dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe role playingberbasis
kearifan lokal pada siswa kelas III SD Negeri 2
Lembupurwo Kecamatan Mirit Kabupaten
kebumen?”
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Keterampilan
Sudjana (1996: 17) menjelaskan pengertian
“keterampilan adalah pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan
koordinasi informasi yang dipelajari.”
2. Pengertian Berbicara
Tarigan (2008: 16) mengemukakan bahwa
“bericara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.”
3. Pengertian Prestasi
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini
(2012: 118) mendefinisikan “prestasi adalah
suatu hasil yang telah diperoleh atau dicapai
dari aktivitas yang telah dilakukan atau
dikerjakan.”
4. Pengertian Belajar
8.
9.
3
Djamarah (2012: 21) mendefinisikan “belajar
adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari.”
Pengertian Prestasi Belajar
Djamarah (2012: 23) mendefinisikan prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar.
Pengertian Model PembelajaranCooperative
Learning
Taniredja (2014: 55) mendefinisikan
“cooperative learning atau pembelajaran
kooperatif merupakan sistem pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada anak
didik untuk bekerja sama dengan sesame
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.”
Tinjauan tentang Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Role Playing
Huda (2014) mengemukakan bahwa model
pembelajaran role playing merupakan sebuah
model pengajaran termasuk ke dalam model
pembelajaran cooperative learning yang
mana berasal dari dimensi pendidikan
individu maupun sosial.Model ini membantu
masing-masing siswa untuk menemukan
makna pribadi dalam dunia sosial mereka
dan membantu memecahkan dilema pribadi
dengan bantuan kelompok. Dalam dimensi
sosial, model ini memudahkan individu untuk
bekerja sama dalam menganalisis kondisi
sosial, khususnya masalah kemanusiaan.
Model ini juga menyokong beberapa cara
dalam proses pengembangan sikap sopan
dan demokratis dalam menghadapi masalah.
Esensi role playing adalah keterlibatan
partisipan dan peneliti dalam situasi
permasalahan dan adanya keinginan untuk
memunculkan
resolusi
damai
serta
memahami apa yang dihasilkan dari
keterlibatan ini. Role playing berfungsi untuk
mengeksplorasi perasaan siswa; mentransfer
dan mewujudkan pandangan mengenai
perilaku, nilai, dan persepsi siswa;
mengembangkan skill pemecahan masalah
dan tingkah laku; dan mengeksplorasi materi
pelajaran dengan cara yang berbeda.
Pengertian Kearifan Lokal
Alwasilah (2009: 50-51) mendefinisikan
“kearifan lokal adalah proses bagaimana
pengetahuan
dihasilkan,
disimpan,
diterapkan, dan diwariskan.”
Ragam Bahasa Jawa
Sasangka (2005: 17) “unggah-ungguh
Bahasa Jawa terdiri atas ragam ngoko dan
ragam krama. Kedua ragam tersebut memiliki
beberapa variasi, yaitu ngoko lugu dan ngoko
alus serta krama lugu dan krama alus.”
METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing
berbasiskearifan
lokal
nsebagai
upaya
meningkatkan keterampilan berbicara dan
prestasi belajar Bahasa Jawa pada siswa kelas
III SD Negeri 2 Lembupurwo Mirit Kebumen
merupakan
Penelitian
Tindakan
Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang
dilaksanakan di kelas yang tujuan utamanya
adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD
Negeri 2 Lembupurwo Mirit Kebumen pada
semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan Mei semester II tahun ajaran 2015/2016.
Subyek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas III SD Negeri 2 Lembupurwo Mirit
Kebumen tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 9 siswa lakilaki dan 19 siswa perempuan. Obyek penelitian
ini adalah pelajaran Bahasa Jawa dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe role playing berbasis kearifan lokal.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Adapun
desain penelitian yang peneliti gunakan adalah
desain penelitian tindakan kelas yang
dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart, (A. Aziz
Saefudin, 2012: 32) dijelaskan bahwa di dalam
satu siklus atau putaran terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observation), dan
refleksi (reflection) dengan menjadikan satu
kesatuan komponen tindakan (action) dan
observasi
(observation).Keempat
prosedur
tersebut harus dilakukan secara berurutan dan
tidak boleh ada yang terlewatkan.desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1: Model siklus penelitian menurut
Kemmis dan Mc Taggart (A. Aziz Saefudin, 2012:
32)
Teknik pengumpulan data pada
penelitian
ini
menggunakan
observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi yang di
jelaskan sebagai berikut: Observasi atau
wawancara, catatan harian, dan tes
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes
setiap siklus. Proses analisis data observasi,
wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara
deskriptif untuk melengkapi data sehingga data
peningkatan keterampilan berbicara dan prestasi
belajar siswa lebih akurat. Penelitian ini dianggap
berhasil jika 70% siswa kelas III SD Negeri 2
Lembupurwo Mirit Kebumen bisa mencapai KKM
mata pelajaran IPS, baik dalam keterampilan
berbicara maupun dalam prestasi belajar. KKM
mata pelajaran IPS disebutkan 68 adalah standar
minimalnya. Peneliti mendorong peningkatan
keterampilan berbicara dan prestasi siswa
dengan penerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe role playing berbasis
kearifan lokal. Dalam penelitian ini, peningkatan
keterampilan berbicara dan prestasi belajar siswa
dianalisis dengan mencari nilai rata-rata.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas dengan
menerapakan model pembelajaran cooperative
learning tipe role playing berbasis kearifan
lokalpada mata pelajaran Bahasa Jawa di kelas
III SD Negeri 2 Lembupurwo Mirit Kebumen
keterampilan berbicara dan prestasi belajar
siswa. Dari data yang telah diperoleh dan
dianalisis, dapat dikatakan bahwa kegiatan
pembelajaran telah mencapai tujuan yang
4
diinginkan. Tujuan dari pembelajaran ini yaitu
guru terampil dalam menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal dalam
pembelajaran Bahasa Jawa sehingga proses
pembelajaran
menjadi
lebih
menarik,
menyenangkan, dan bervariasi. Sedangkan bagi
siswa, dapat mempermudah dalam memahami
materi
yang
diajarkan
guru
dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe role playing berbasis kearifan lokal.
Peningkatan keterampilan berbicara
Bahasa Jawa persentase hasil pengerjaan LKS
siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan
belajar siswa meningkat dari 32% pada pra siklus
menjadi 46% pada siklus I dan meningkat pada
siklus II menjadi 86%. Jumlah siswa yang
mencapai KKM juga mengalami peningkatan dari
9 siswa yang tuntas dalam pra siklus menjadi 13
siswa pada siklus I dan meningkat menjadi 24
orang pada siklus II. Adapun grafik peningkatan
hasil LKS siswa sebagai berikut.
16siswa pada siklus I dan meningkat menjadi 28
orang pada siklus II. Adapun grafik peningkatan
hasil evaluasi belajar siswa sebagai berikut.
Persentase Ketuntasan
Prestasi Belajar Siswa
120%
100%
60%
39%
20%
32%
Persentase
Ketuntasan
0%
Gambar 3: Persentase Hasil Prestasi
Selain nilai keterampilan berbicara dan
prestasi belajar siswa yang mengalami
peningkatan, skor keterampilan guru dalam
mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran juga mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Berdasarkan observasi
keterampilan guru dalam mengajar melalui model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal diperoleh 65%
pada siklus I dan meningkat pada siklus II
sebesar 85%. Sedangkan, observasi siswa
ketika pembelajaran berlangsung melalui model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal diperoleh 75%
pada siklus I dan meningkat pada siklus II
sebesar 84%.Berdasarkan wawancara siswa
juga menunjukkan adanya dampak positif dari
penggunaan model pembelajaran model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal. Dari data yang
diperoleh, siswa berpendapat bahwa kegiatan
yang telah dilaksanakan sangat menyenangkan.
Menurut siswa, mereka menjadi lebih mudah
memahami pelajaran yang telah diajarakan
dengan menggunakan model pembelajaran
model pembelajaran cooperative learning tipe
role playing berbasis kearifan lokal. Kegiatan
pembelajaran menjadi menarik karena siswa
86%
46%
57%
40%
Persentase Peningkatan
Ketuntasan Keterampilan
Berbicara Siswa
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
96%
80%
Persentase
Ketuntasan
Gambar 2: Persentase Hasil Keterampilan
Berbicara
Peningkatan prestasi belajar Bahasa
Jawa persentase hasil pengerjaan evaluasi siklus
I dan siklus II. Persentase ketuntasan belajar
siswa meningkat dari 39% pada pra siklus
menjadi 57% pada siklus I dan meningkat pada
siklus II menjadi 96%. Jumlah siswa yang
mencapai KKM juga mengalami peningkatan dari
11 siswa yang tuntas dalam pra siklus menjadi
5
dikelompok-kelompokkan
dan melakukan
permainan peras secaara bebas sesuai dengan
imajinasi siswa serta guru dalam menyampaikan
materi lebih mudah diterima. Mereka juga
mengungkapkan bahwa ada sedikit kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, yaitu
beberapa siswa tidak suka jika dikelompokkan
dengan anak yang beda jenis atau lawan jenis.
Peningkatan keterampilan berbicara
dan prestasi belajar siswa meningkat setelah
diterapkannya model pembelajaran model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal karena dengan
menggunakan model pembelajaran model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing
berbasis
kearifan
lokal
guru
menyampaikan materi dapat dibantu dengan
media dan aktif dalam kegiatan tanya jawab
dengan siswa sehingga materi yang disampaikan
mudah untuk dipahami. Setelah selesai
penyampaian materi guru meminta siswa untuk
melakukan permainan peran secara bebas di
depan kelas. Peningkatan aktivitas siswa terjadi
karena dengan model pembelajaran model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal siswa lebih mudah
untuk menerima pembelajaran dan lebih
terdorong untuk aktif belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal pada siswa kelas
III SD Negeri 2 Lembupurwo Mirit Kebumen pada
mata
pelajaran
Bahasa
Jawa
dapat
meningkatkan keterampilan berbicara dan
prestasi belajar siswa.
pembelajaran yang bermakna. Dengan model
pembelajaran kooperatif cooperative learning tipe
role playing berbasis kearifan lokal kerja sama
siswa sangat dibutuhkan dalam mengerjakan
lembar soal latihan. Kegiatan pembelajaran
memberikan kontribusi yang positif terhadap
meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas,
nilai keterampilan berbicara, dan prestasi belajar
siswa yang meningkat.
Berdasarkan analisis data hasil
penelitian dalam aspek keterampilan berbicara
siswa mengalami peningkatan dari yang semula
sebesar 57dengan persentase ketuntasan 32%
meningkat pada siklus I menjadi 63 dengan
persentase ketuntasan 46% dan meningkat
menjadi86 dengan persentase ketuntasan 86%
pada siklus II. Sedangkan analisis data hasil
penelitian menunjukkan dalam aspek prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan dari yang
semula
sebesar
59dengan
persentase
ketuntasan 39% meningkat pada siklus I menjadi
69 dengan persentase ketuntasan 57% dan
meningkat menjadi79 dengan persentase
ketuntasan 96% pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Saefudin. 2012. Meningkatkan
Profesionalisme Guru dengan PTK.
Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara sebagai
suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Miftahul Huda. 2014. Model-model Pengajaran
dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas pada kelas III SD Negeri 2 Lembupurwo
Mirit Kebumen dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe role
playing berbasis kearifan lokal pada mata
pelajaran Bahasa Jawa dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dan prestasi belajar
siswa. Model pembelajaran cooperative learning
tipe role playing berbasis kearifan lokal
memberikan suasana baru yang mana siswa
dapat berperan aktif dalam pembelajaran, siswa
dapat melakukan permainan peran dengan
memilih tokoh dan gaya bahasa secara bebas,
akan tetapi tidak melenceng dari materi
pembelajaran dan peraturan kelas. Kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
tidak monoto. Selain itu, semangat belajar siswa
menjadi lebih meningkat karena memberikan
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. 2012.
Belajar
dan
Pembelajaran.
Yogyakarta: Teras.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah. 2012. Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Tukiran Taniredja, dkk. 2014. Model-model
Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
6
Download