Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Bangunan

advertisement
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Bangunan Dan Tanah
dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di Kota Surabaya
Zahra Wanisa
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract
The aim of this study is to answer the problem about employee performance of Dinas Pengelolaan Bangunan dan
Tanah in the implementation inventory of land assets in Surabaya City. The problem of this research originated from a
considerable amount of Government land assets that had not been legalized. The Land assets that has not yet legalized by
Government are 821 out of 1513 in 2015. Land assets need to be legalized so there would not be any conflict or dispute in
the future and there will be a clarity status of land ownership.
The main theory used in this research is Wirawan’s Theory that explains employee performance is the result of
functional competence, behavior and actions of employee in order to achieving the vision, mission, and goal of the
organization. Henderson explained that there are three aspects of performance measurement, individual competencies, job
behavior, and performance achievement. This research use a qualitative method and the type of the research is a evaluative
research. Data gathered using in depth interview, observation, and a documentation study. The research subjects are being
selected using a purposive technique. Data analyzed using Miles and Huberman model by reducing data, present the data,
and draw a conclusion from the research.
The result of this research show that the employee performance of Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah in
implementing inventory of land assets in Surabaya City are less than maximum. This conclusion derived from the result of
employee performance measurement that is individual competencies and job behavior are not optimal and as a result the
performance is not maximum. The supporting factor of DPBT performance, in individual competencies about knowledge of
their position and attitude; responsibility, discipline, and adaptability and flexibility in job behavior are good enough.
Key word : Inventory Assets, Performance Measurement, Employee Performance
Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2004 dan diperbaharui
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.
23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi
daerah tersebut didalamnya juga terdapat peraturan
yang mengurus mengenai harta kekayaan daerah,
mengingat di setiap daerah tentu memiliki harta
kekayaan atau potensi yang apabila dikelola dengan
tepat dapat menjadi salah satu sumber pendapatan
asli daerah (PAD).
Salah satu konsekuensi kebijakan otonomi
daerah yaitu, masing-masing pemerintah daerah
diharapkan meningkatkan kinerja dalam mengelola
setiap potensi yang dimiliki dan menetukan sistem
manajemen yang tepat agar dapat mengelola
potensi daerah secara efektif dan efisien. 1 Potensi
1
Nafsi Hartoyo.2014.Optimalisasi PAD untuk
peningkatan Kinerja Pemda.Artikel Badan
34
daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, Barang Milik Daerah atau yang
disebut dengan aset daerah adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah. Aset daerah tersebut
akan dapat meningkatkan PAD dengan pengelolaan
yang tepat sesuai aturan yang telah ditetapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014,
pengelolaan aset daerah dilaksanakan dengan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Menurut BPN 20122, tanah merupakan
sumber daya alam bersifat unrenewable (tidak
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.Publikasi 05
Agustus 2014
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artike
l/417-artikel-perimbangan-keuangan/19684optimalisasi-pad-untuk-peningkatan-kinerjapemda diakses tanggal 03 Januari 2016.
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Badan Pertanahan Nasional Tahun
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
dapat diperbaharui) yang sangat diperlukan
manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik yang
langsung untuk kehidupannya seperti untuk
bercocok tanam atau tempat tinggal, maupun untuk
melaksanakan usaha, seperti untuk tempat
perdagangan, industri, pertanian, perkebunan,
pendidikan, dan pembangunan sarana dan
prasarana lainnya. Sehingga, aset tanah diharapkan
dapat dikelola secara tepat sesuai dengan aturan
yang
ada,
sehingga
aset
tanah
dapat
termaksimalkan
kegunaanya
dan
dengan
pengelolaan aset secara efektif dan efisien dapat
membantu meningkatkan PAD. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 jo
PP Nomor 38 Tahun 2008 jo PP Nomor 27 Tahun
2014 dan juga Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007 jo
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah,
disebutkan aset yang dikerjasamakan harus
bersertifikat. Sertifikasi aset tanah menghasilkan
sertifikat tanah. Sertifikat hak atas tanah telah
dimiliki dapat digunakan sebagai alat hukum yang
sah. Namun dalam realitanya, dalam bidang
pertanahan masih cenderung rentan dengan
permasalahan-permasalahan konflik dan sengketa.
Dari beberapa sebab persoalan, salah satu sebab
persoalan
mendasar
dalam
permasalahan
pertanahan aset pemerintah yaitu kurang
optimalnya pelaksanaan manajemen aset yang tepat
dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
negara. Sehingga penguasaan status kepemilikan
tanah menjadi tidak jelas yang dapat menjadi
pemicu sengketa dan konflik.
Di Indonesia, merupakan negara yang
padat penduduk keempat dunia dengan jumlah
penduduk pada tahun 2011-2014 adalah
257,564,000 jiwa.3 Kota Surabaya merupakan kota
terpadat dibandingkan dengan kabupaten/kota
lainnya di Jawa Timur, dengan tingkat kepadatan
penduduknya mencapai 8.551,30 jiwa per km².4
Adanya
kepadatan
penduduk
tersebut
menyebabkan wilayah Kota Surabaya terasa sempit
dan dapat menjadi pemicu konflik-konflik
perebutan hak atas tanah yang kemudian tanah
tersebut akan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sehubungan dengan itu, maka sebuah tanah penting
untuk
melakukan
sertifikasi
atau
untuk
memperjelas status kepemilikan atas tanah, baik
Anggaran 2012.hlm
4.Online.<http://www.bpn.go.id/Portals/0/perenc
anaan/dokumen-publik/lakip2012.pdf> diakses
tanggal 03 Oktober 2015
3
Populasi negara-negara online <
http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL
> diakses pada 17 April 2015
4
Ibid.hlm 8
tanah milik warga dan aset tanah milik pemerintah
Surabaya.
Permasalahan inventarisasi aset dapat
dilihat salah satunya dari banyaknya jumlah aset
tanah milik Pemerintah yang kemudian dipilah
antara yang telah bersertifikat dan yang belum
bersertifikat. Jika banyak yang belum bersertifikat
maka semakin besar potensi permasalahan
inventarisasi aset di Pemerintahan Kota/Kabupaten
tersebut. Hal tersebut menjadikan alasan dasar aset
tanah perlu dilakukan sertifikasi atau inventarisasi
aset yang dapat mencegah adanya konflik yang
dapat menimbulkan lepasnya aset
milik
Pemerintah. Sehingga aset tersebut dapat dikelola
Pemerintah itu sendiri dan/atau pihak ketiga
pengelola dapat menjadi penambah pendapatan asli
daerah (PAD). Berikut adalah daftar tabel data aset
tanah pemerintah Kota Surabaya yang belum
bersertifikat dan sudah bersertifikat.
Tabel 1.
Data Aset Tanah Pemerintah Kota Surabaya yang
Belum dan Sudah Bersertifikat
Tahun
Status Tanah
2010
Sudah
12.769.162.50
55.33
575
Bersertifikat
bidang
Belum
10.309.279,49
44.67
718
Bersertifikat
bidang
Sudah
13.279.117,50
56.30
608
Bersertifikat
bidang
Belum
10.309.279,49
43.70
718
Bersertifikat
bidang
Sudah
13.398.283,50
56.12
618
Bersertifikat
bidang
Belum
10.475.706,00
43.88
821
Bersertifikat
bidang
Sudah
13.534.995,50
56.38
644
Bersertifikat
bidang
Belum
10.470.862.00
43.62
821
Bersertifikat
bidang
Sudah
13.616.315,50
56.53
649
Bersertifikat
bidang
Belum
10.470.302,00
43.47
820
Bersertifikat
bidang
Sudah
13.689.505,50
56.66
689
Bersertifikat
bidang
Belum
10.471.616,00
43.34
824
Bersertifikat
bidang
(Sumber : Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Surabaya)
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah (m²)
Present
ase
(%)
Jumlah
Bidang
Total
Bidang
Per
Tahun
1.293
bidang
1.326
bidang
1.439
bidang
1.465
bidang
1.469
bidang
1.513
bidang
Berdasarkan Tabel I.2. data aset tanah
pemerintah kota Surabaya, tanah yang belum
bersertifikat tahun 2010 hingga yang terbaru adalah
2015 aset yang belum bersertifikat jumlahnya
masih lebih banyak daripada yang sudah
bersertifikat yaitu, 824 bidang belum bersertifikat
dan 689 bidang sudah bersertifikat di tahun 2015.
Dari data I.2 tersebut, pada setiap tahunnya, jumlah
aset yang belum bersertifikat selalu lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah aset yang sudah
bersertifikat. Peningkatan jumlah yang bersertifikat
tidak banyak dibandingkan dengan penambahan
aset per tahunnya. Jumlah total aset tanah
pertahunnya berbeda-beda mengalami penambahan
oleh karena adanya tanah-tanah yang telah dibeli
35
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
pemerintah dari warga. Akan tetapi, jumlah aset
tanah yang belum bersertifikat masih banyak
dikarenakan penambahan jumlah aset tidak
diimbangi dengan peningkatan pensertifikatan aset.
Berikut adalah data daftar aset tetap tanah
yang dibuat oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat
Kota yang dipublikasikan oleh Badan Pengawas
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai
bentuk evaluasi pada dinas-dinas di Jawa Timur,
pada 2009-2010 adalah di Kota Surabaya, diketahui
bahwa aset tanah yang dikuasai oleh Pemerintah
Kota Surabaya sampai dengan 31 Desember 2009
yaitu tanah seluas 60.705.248,23 m² dengan total
senilai
Rp26.087.963.316.650,20.5
Jika
dibandingkan pada data total tanah yang dikuasai
Pemerintah Kota Surabaya sampai dengan 31
Desember 2014 seluas 59.713.693, 23m², 6 maka
dapat disimpulkan selama 5 tahun maka aset
tersebut berkurang 991.555 m². Berikut adalah
rincian daftar nilai aset tanah kota Surabaya tahun
anggaran 2009 berdasarkan jenis-jenis tanahnya.
Tabel 2.
Data Rincian Daftar Aset Tanah Pemerintah Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2009-2010
No.
Uraian
Nilai (Rp)
1.
Tanah Kampung
1.062.757.695.087,38
2.
Tanah Kuburan
87.708.737.841,00
3.
Tanah Sawah Satu Tahun Ditanami
28.113.905.500,00
4.
Tanah Kebun Campuran Tumbuh Liar
49.709.000,00
Bercampur Jenis lain
5.
Tanah Hutan untuk Penggunaan Khusus
1.853.712.217.710,00
6.
Tanah Tambak
59.631.525.344,00
7.
Tanah Danau
7.983.704.000,00
8.
Tanah Penggalian
589.315.441,00
9.
Tanah Bangunan Perumahan / Gedung
9.590.902.433.645,00
Tempat Tinggal
10.
Tanah untuk Bangunan Gedung
11.327.176.064,50
Perdagangan / Perusahaan
11.
Tanah untuk Bangunan Industri
12.630.000,00
12.
Tanah untuk Bangunan Tempat Kerja /
1.757.158.802.219,33
Jasa
13.
Tanah Kosong
57.989.901.708,00
14.
Tanah Bangunan Pengairan
26.385.572.200,00
15.
Tanah Bangunan Jalan dan Jembatan
528.972.497.908,00
16.
Tanah Lembiran / Bantaran / Lepe-lepe
2.451.020.595,00
/ Stren dll
17.
Tanah Lapangan Olah Raga
246.744.913.949,00
18.
Tanah Lapangan Parkir
2.162.530.600,00
19.
Tanah Lapangan Penimbun Barang
376.537.766,00
20.
Tanah untuk Bangunan Jalan
10.444.705.358.142,60
21.
Tanah untuk Bangunan Air
244.249.073.104,00
22.
Tanah untuk Bangunan Instalasi
49.995.942.025,41
23.
Tanah untuk Bangunan Tempat Ibadah
23.982.116.800,00
Jumlah
26.087.963.316.650,20
(diolah dari LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009 dan
2010)
Berdasarkan tabel I.3 tersebut, setiap tanah
memiliki fungsi dan manfaat. Dari fungsi dan
manfaat tersebut setiap tanah dapat dikelola dan
menghasilkan nilai yang layak. Sehingga tanahtanah
aset
Pemerintah
tersebut
dapat
dimaksimalkan nilainya melalui pemanfaatan yang
optimal, yang dapat berguna dalam menambah
penghasilan asli daerah (PAD). Nilai aset tanah
yang tertera pada tahun anggaran 2009-2010 itu
5
LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya Tahun
Anggaran 2009 dan 2010
6
Data Aset Pemerintah Kota Surabaya (lampiran)
36
mencapai 27trilyun rupiah, maka tahun selanjutnya
hingga pada tahun 2015 aset tanah akan mengalami
peningkatan nilainya. Hal tersebut dikarenakan
sifat nilai tanah yang selalu bertambah mahal setiap
tahunnya.
Pada
penelitian
sebelumnya
yang
membahas
tentang
kinerja
lembaga/dinas
pemerintah adalah Ni Nyoman Arini7 dengan judul
penelitian “Studi Evaluatif tentang Kinerja Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang dalam Pengendalian
Pengawasan Tata Bangunan Pada Tahun 2013”
yang membahas tentang kinerja Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang (DCKTR) dalam pengendalian
pengawasan tata bangunan. Di penelitian tersebut
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi rendahnya kinerja DCKTR adalah
pertama kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
hukum dan IMB (Ijin Mendirikan Mangunan)
sehingga tidak kooperatif dengan pemerintah
khususnya DCKTR dalam pengawasan tata
bangunan. Kedua keterbatasan sumber daya
manusia yang bertugas sebagai pengawas tata
bangunan, jumlah pengawas hanya 35 sehingga
tidak memungkinkan mengawasi seluruh bangunan
di Kota Surabaya. Dari faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tersebut maka dalam penelitian Ni
Nyoman Arini tertulis bahwa kinerja DCKTR
dirasa belum optimal yang belum sepenuhnya
memenuhi kriteria pencapaian kinerja yang ingin
diraih oleh DCKTR. Juga, jurnal internasional
penelitian dari Ani Matei dan Elis Bianca Enescu 8
mengenai “Good Local Public Administration and
Peformance. An empirical study”. Dalam jurnal
penelitian itu membahas mengenai pentingnya
pengevaluasian kinerja administrasi publik.
Penelitian kinerja administrasi publik merupakan
topik yang aktual dan memiliki kepentingan
strategis. Pada penelitian tersebut membahas
mengenai kinerja lokal administrasi publik di
Rumania. Kesimpulan dan rekomendasi dari
penelitian tersebut menjelaskan makna dari kinerja
administrasi publik dari literatur khusus dan
undang-undang. Kemudian seperangkat indikator
kinerja yang disarankan pada penelitian tersebut
merupakan titik awal dari evaluasi kinerja yang
7
Ni Nyoman Arini,Studi Evaluatif Tentang Kinerja
Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang (DCKTR) Dalam
Pengendalian Pengawasan TataBangunan Pada
Tahun 2013, Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik Universitas Airlangga Januari-April 2015
Volume 3 No.1 hlm 125-34
8
Ani Matei dan Elis Bianca Enescu.Good Local
Public Administration and Peformance. An
empirical study. Elsevier : Procedia, Social and
Behavioral Sciences 81 (2013) hlm 449-453 (akses
dari www.sciencedirect.com pada tanggal 31
Januari 2016)
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
tepat dalam konteks administrasi publik lokal di
Rumania.
Penelitian ini berfokus pada pencapaian
kinerja pegawai sebagai sumber daya pelaksana
tugas organisasi. Pegawai akan dilihat kinerjanya
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai
tupoksinya dan visi serta misi organisasinya.
Pencapaian
kinerja
pegawai
tersebut
mempengaruhi bagaimana pencapaian kinerja
organisasi. Penelitian ini juga menjadi penting
mengingat pelaksanaan inventarisasi dapat
berpengaruh pada pengelolaannya aset tanah
tersebut. Serta manfaat yang besar yang didapatkan
dengan inventarisasi aset tanah adalah dapat
dilakukan optimalisasi dalam pengelolaan pada
tanah-tanah milik pemerintah. Pengelolaan yang
tepat dan optimal dapat meningkatkan sumber
pendapatan asli daerah (PAD).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
evaluasi deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini
yaitu Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah
Kota Surabaya. Teknik penentuan informan yang
dilakukan adalah dengan purposive sampling.
Kemudian, teknik pengumpulan data yang
dilakukan terdiri dari wawancara mendalam,
observasi langsung dan studi dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model Miles dan Huberman yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Serta teknik pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan triangulasi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
kinerja
pegawai
DPBT
dilakukan dengan mengukur kinerja pegawainnya
menggunakan 3 (tiga) dimensi yang dikembangkan
menjadi beberapa indikator. Penelitian ditujukan
kepada pegawai PNS dan outsourcing pada bidang
pengadaan
dan
pengamanan
serta
bidang
pemanfaatan aset tanah yang merupakan bidangbidang yang melaksanakan inventarisasi aset tanah.
Kemudian pegawai diukur kinerjanya dengan
individual
competency,
job
behavioral,
dan
performance achievement. Dari ketiga dimensi
kinerja tersebut kemudian akan didapatkan hasil
pengukuran kinerja pegawai DPBT yang dilakukan
secara bekerja secara individu atau perseorangan
maupun bekerja secara berkelompok.
1.
Kompetensi Individu Pegawai DPBT
dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset
Tanah di Kota Surabaya
Kompetensi
individu
(Individual
Competency) berhubungan dengan sikap, sifat dan
tindakan pribadi individu yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Dengan berdasarkan teori dari
Henderson, kompetensi individu mencangkup pada
sikap pribadi yang berhubungan dengan pekeraan.
Selanjutnya, kompetensi individu tersebut dibatasi
indikator keterampilan kerja; pengetahuan jabatan;
kemampuan
pengambilan
keputusan;
sikap/attitude.
Dari penyajian data dan analisisi, pada
indikator
keterampilan
kerja
didapatkan
kesimpulan bahwa kemampuan dan keterampilan
yang
digunakan
bidang
pengadaan
dan
pengamanan antara lain :
- Ilmu kenotariatan, yaitu kemampuan yang
berhubungan dengan ilmu hukum pertanahan
yang diperlukan dalam pengurusan persoalan
tanah aset.
- Negosiasi dan kemampuan loby, yaitu
kemampuan dalam menego secara persuasif
kepada seseorang masyarakat maupun
instansi lain untuk kooperatif dalam
melaksanakan tugas inventarisasi aset tanah
pemerintah.
- Kemampuan dala mengikuti perkembangan
Undang-Undang,
Perpres,
Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
Walikota dan pedoman lainnya sebagainya
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan
pengadaan dan pengamanan aset tanah karena
inventarisasi aset berhubungan dengan legal
hukum yang mengikat status kepemilikan
aset.
Sedangkan kemampuan dan keterampilan
khusus yang diperlukan dan digunakan pada bidang
pemanfaatan aset dalam mengelola serta
melakukan pemanfaatan aset yang berkaitan
dengan penginventarisasian aset tanah secara fisik
dan administratif antara lain :
- Penguasaan alat ukur geomatika
- Penguasaan aplikasi google maps
- Kemampuan menggambar peta bidang lahan
manual
- Kemampuan menggambar peta bidang lahan
dengan aplikasi modern (autosketch)
Dari hasil penemuan data yang dilakukan
dengan wawancara dan observasi yang telah
disajikan pada penyajian data, keterampilan dan
kemampuan pegawai DPBT dalam penguasaan IT
37
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
masih belum maksimal. Masih terdapat pegawai
yang tidak bisa menguasai aplikasi modern dalam
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tupoksi, juklak
dan juknis serta instruksi dari atasan. Sehingga hal
tersebut dapat menghambat pegawai dalam
menyelesaikan tugas dengan cepat dan maksimal
serta menghambat dalam pencapaian visi dari
DPBT.
Kemudian pada indikator pengetahuan
tentang jabatan, pegawai DPBT dari hasil
pengumpulan data menunjukkan pegawai baik PNS
maupun outsourcing secara rata-rata telah
memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaan;
mengetahui pengetahuan peraturan, prosedur, dan
keahlian teknis; dan mengikuti perkembangan
peraturan dan prosedur teknis yang terbaru. Bidang
pengadaan dan pengamanan serta bidang
pemanfaatan tanah aset melakukan pekerjaan
sesuai dengan tupoksinya. Namun pembagian tugas
dalam seksie pelaksana bidang pengadaan dan
seksie bidang pengamanan masih belum optimal.
Dikarenakan jumlah pegawai yang mengurusi
sangat terbatas. Sehingga, seksie pengadaan dapat
merangkap tugas membantu seksie pengamanan,
begitu pula sebaliknya. Maka dengan itu, pegawai
mengetahui pengetahuan tentang jabatan lebih dari
jabatan yang dimilikinya karena diperlukannya
lintas pekerjaan dalam memenuhi pencapaian kerja
pada bidang tersebut.
Dalam teori yang dikemukakan oleh
Simon9, dapat kita ketahui bahwa situasi
pengambilan keputusan tidak selamanya berada
dalam suatu ruang rapat yang tenang dan kondusif,
tetapi juga dalam kondisi-kondisi yang ekstrem
dimana keputusan harus dibuat secara cepat dan
tepat. Menurut M.J Hatch,10 secara umumnya
terdapat dua faktor yang menentukan kondisi dan
situasi dalam pengambilan keputusan yaitu sepakat
atau tidak sepakatnya para pengambil keputusa
menenai cara (agree/disagree on methods) dan
sepakat atau tidak sepakatnya para pengambil
keputusan dalam menentukan tujuan atau definisi
permasalahan (agree/disagree on goals or
problem).
Pencapaian dalam indikator pengambilan
keputusan adalah seorang pegawai dapat membuat
keputusan-keputusan yang bijaksana dalam
keadaan biasa maupun pada keadaan gawat. 11
Namun yang dilihat dari penyajian dan analisis data
yang ada, pegawai DPBT yang merupakan staf
biasa PNS maupun outsourcing tidak memiliki
otoritas dalam mengambil suatu keputusan.
Pegawai yang berhak membuat keputusan adalah
kepala seksie bidang dan dengan persetujuan
kepala bidang dan sepengetahuan dari kepala
SKPD yaitu kepala DPBT. Jadi, proses
pengambilan keputusan yang sering dilakukan oleh
DPBT adalah proses pengambilan keputusan secara
rasional, dengan cara dan pengartian tujuan/definisi
masalah telah disepakati bersama baik oleh staf
bawahan yang menjalankan tugas dan atasan pada
suatu bidang pekerjaan di DPBT. Sehingga pada
pengambilan keputusan pegawai dalam bekerja
secara individu dilakukan atas kebiasaan atau
berdasarkan pengalaman keadaan sebelumnya.
Sedangkan
pada
pengambilan
dalam
menyelesaikan tugas secara berkelompok, staf
biasa tidak mendapat wewenang dalam dalam
pengambilan kepututan.
Lalu pada indikator sikap, pegawai DPBT
telah menunjukkan sikap dan tindakan yang ratarata baik. Pegawai DPBT melaksanakan
pekerjaannya dengan kerja keras, gotong-royong,
jujur dan ikhlas. Hal tersebut telah memenuhi ratarata indikator pencapaian yaitu kemampuan dalam
bertindak dan bersikap terhadap pegawai lainnya
serta kerja samanya. Sehingga, dengan sikap-sikap
baik yang mendasar pegawai DPBT tersebut dapat
mendorong pencapaian kinerja organisasi yang
baik pula.
Dari penjelasan mengenai kompetensi
individu tersebut, rata-rata pencapaian kompetensi
yang dimiliki pegawai cukup baik. Dilihat dari
beberapa indikator diatas, yang dinilai kurang
dalam kinerja pegawai DPBT adalah pada
keterampilan kerja dan pengambilan keputusan.
Kompetensi individu memiliki hubungan erat
dengan kinerja, yaitu hubungan sebab-akibat
(causal related).12 Menurut Spencer dalam
Moeheriono, hubungan pada kompetensi pegawai
dengan kinerja adalah sangat erat dan penting
sekali, terdapat relevansi yang kuat dan akurat.
Sehinggga suatu organisasi dalam meningkatkan
kinerja seharusnya yang dilakukan adalah
meningkatkan
kompetensi
yang
dimilki
pegawainya yang sesuai dengan tupoksinya (the
right man on the right job).13
9
12
10
13
Loc.cit
Ibid hal 108
11
Moeheriono hal 59
38
2.
Perilaku Kerja Pegawai DPBT dalam
Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di
Kota Surabaya
Perilaku kerja (Job Behavioral) adalah
persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan.
Dengan perilaku kerja tertentu pegawai dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
menghasilkan kinerja yang ditetapkan oleh
organisasi. Perilaku kerja menurut Hederson14,
dapat digolongkan menjadi dua yaitu pertama,
perilaku kerja general yaitu perilaku kerja yang
Moeheriono op.cit hal 8
Ibid hal 8
14
Wirawan op.cit hal 54
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
diperlukan semua jenis pekerjaan, misalnya disiplin
kerja, loyal pada organisasi, dan bekerja keras.
Kedua, perilaku kerja khusus yaitu perilaku kerja
yang hanya diperlukan dalam satu jenis pekerjaan
tertentu, misalnya menggambar, bernegosiasi, dan
lain sebagainya. Kemudian, perilaku kerja dibatasi
pada indikator kooperatif dan kerja sama, tanggung
jawab; disiplin; adaptif dan fleksibilitas; inisiatif;
kepemimpinan; dan komunikasi dan interaksi.
Kooperatif dan kerja sama merupakan
kemampuan dan kesiapan melakukan bekerja sama
secara kelompok dengan orang lain atau jabatan
lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bentuk kooperatif dan kerja sama
dilakukan kepada pihak ketiga pengelola aset
tanah, instansi-instansi lain yang terlibat
inventarisasi aset, dan kerja sama dengan antar
pegawai lain yang berbeda bidang pekerjaan di
DPBT, serta kepada masyarakat yang terlibat
dalam pengelolaan aset tanah. Dilihat dari
penyajian data dan analisis pencapaian indikator
tersebut, dari kemampuan kooperatif dan kerja
sama yang dilakukan DPBT masih kurang
maksimal yang hal tersebut dapat menyebabkan
kesalahpahaman yang terjadi antara DPBT dengan
BPN, antara DPBT dengan masyarakat maupun
antar masyarakat, baik konflik yang dapat ditangani
maupun yang tidak dapat ditangani lagi. Sehingga
disimpulkan, pencapaian kooperatif dan kerja sama
yang dilaksanakan pegawai DPBT belum baik
dalam membangun perilaku kinerja.
Tanggung jawab dalam konsep penelitian
ini dimaknai sebagai kesiapan dalam melibatkan
diri untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai
dengan jabatan dalam mencapai tujuan unit kerja
maupun organisasi. Pegawai DPBT pada bidang
pengadaan dan pengamanan serta bidang
pemanfaatan aset tanah melakukan tugas yang
menjadi beban pekerjaannya dengan tanggung
jawab. Pencapaian dalam indikator tanggung jawab
ini termasuk sudah baik, karena pegawai DPBT
melakukan pekerjaannya dengan memperhatikan
tanggung jawabnya secara individu dan juga
tanggung jawab terhadap bidang pekerjaannya
secara kelompok maupun tim.
Disiplin merupakan kesiapan dalam
menjaga ketertiban dan keteraturan dalam bekerja
sehingga tidak menghambat pelaksanaan tugas.
Dalam pendisiplinan yang diterapkan di DPBT
adalah sama dengan yang diterapkan pada instansiinstansi pemerintah lainnya yaitu dengan
penggunaan fingerprint sebagai alat pencatat
kehadiran secara online dan penggunaan buku
kehadiran secara manual. Dari yang didapatkan
pada penyajian data penelitian menunjukan bahwa
pegawai PNS dan outsourcing DPBT telah disiplin
dalam kehadiran dan menunjukan kesiapannya
untuk melakukan tugas pekerjaannya.
Adaptif dan fleksibilitas merupakan
kemampuan menyesuaikan diri dalam segala
perubahan lingkungan pekerjaan. Dan kemampuan
mempelajari dan menguasai informasi peraturan
dan prosedur terbaru. Pegawai DPBT memiliki
fleksibilitas yang rata-rata baik. Hal tersebut
terlihat dari kemampuan beradaptasi dan
penyesuaian diri pegawai DPBT ketika ada
pemindahan kantor kerja mereka walaupun telah
menguras tenaga, pikiran dan waktu yang lebih
daripada biasanya.
Inisiatif merupakan kemampuan dalam
membuat gagasan-gagasan atau ide baru di luar
rutinitas atau berkeberanian dalam mengambil
tindakan pada situasi yang kurang menguntungkan
diluar dugaan. Pegawai sektor publik diarahkan
untuk bekerja sesuai aturan dan prosedur yang
berlaku. Namun dalam bertindak inisiatif untuk
berinovasi dalam melakukan pekerjaan secara
efektif dan efisien tetap diperbolehkan ketika
tindakan tersebut tidak menyalahi aturan dan
prosedur yang dipatuhi. Menurut Moeheriono 15,
indikator inisiatif, pencapaian yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
- pegawai mampu membuat gagasan atau ide
baru di luar rutinitas,
- pegawai mampu menciptakan ide tindakan
dan solusi yang inovatif,
- pegawai
mampu
mengantisipasi
dan
memahami masalah yang mungkin akan
terjadi, dan
- pegawai mampu membuat solusi alternatif
dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam mencapai indikator inisiatif
tersebut upaya bertindak inisiatif pegawai DPBT
dalam melakukan pekerjaannya, antara lain
melakukan hal-hal sebagai berikut :
- segera menyelesaikan tugas ketika tugas itu
datang ke meja pegawai
- membuat tabel pencapaian di dinding untuk
mengingat target pencapaian kerja dan target
waktu pekerjaan tersebut harus diselesaikan
- membuat pencatatan double data-data
penting mengenai aset untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan jika terdapat
masalah mengenai suatu aset yang ditangani
DPBT
- melakukan loby pada instasi BPN dalam
menyelesaikan proses sertifikasi dan
menerbitkan surat lebih cepat dari
prosedural yang biasa dilewati masyarakat
awam
Kepemimpinan merupakan kemampuan
dalam memotivasi dan mempengaruhi, memberi
instruksi, membagi tugas, membangun kerja
15
Ibid hal 118
39
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
kelompok, memberi feedback, mengendalikan
pegawai bawahan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pimpinan secara formal dalam
berorganisasi memiliki otoritas tetapi belum tentu
memiliki kekuasaan.16 Pencapaian dari indikator
kepemimpinan ditentukan oleh kualitas dorongan,
bimbingan, dan dukungan yang dilakukan oleh
atasan atau team leader.17
Pada DPBT, pemimpin tertingginya
adalah kepala SKPD Dinas Pengelolaan Bangunan
dan Tanah. Kemudian secara vertikal terdapat
pimpinan pelaksana bidang (kepala bidang) dan
kepala seksie bidang (kasi bidang). Struktur DPBT
termasuk jenis struktur organisasi fungsional.
Kepemimpinan DPBT dilakukan sesuai dengan
prosedur pelaksanaan tugas yang ada tetapi pada
struktur DPBT dinilai sangat minim pegawai.
Sehingga, kepemimpinan DPBT belum maksimal,
karena dengan keadaan tersebut akan menyebabkan
pemimpin membagi tugas secara berlebih atau
kurang proporsional pada pegawai bawahannya
dalam menjalankan tugas yang dikarenakan
minimnya anggota untuk melaksanakan banyak
tugas-tugas yang dibebankan.
Kemudian, pada indikator komunikasi dan
interaksi. Komunikasi dan interaksi dimaknai
sebagai kemampuan dalam mengkomunikasikan
dan menyampaikan gagasan baik secara tertulis
maupun lisan dengan tata bahasa yang baik pada
antar-individu dalam hubungan profesional kerja.18.
Komunikasi dan interaksi yang dilakukan pegawai
DPBT adalah komunikasi kepada masyarakat,
instansi lain, dan kepada pegawai lain baik antar
staf maupun kepada atasan. Dari hasil wawancara
dan analisis, telah diketahui bahwa komunikasi dan
interaksi pegawai DPBT tersebut kurang begitu
baik, masih terjadi miscommunication. Dari hasil
pengamatan
peneliti,
pegawai
melakukan
komunikasi dan interaksi sesuai profesional kerja
dengan cukup baik kepada sesama pegawai pada
bidang yang sama. Tetapi komunikasi dan interaksi
kepada sesama pegawai pada bidang yang berbeda,
terdapat hal-hal yang ditutupi sehingga sering
terjadi miscommunication dalam melaksanakan
suatu tugas secara bersama-sama.
3.
Pencapaian Kerja Pegawai DPBT dalam
Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di
Kota Surabaya
Pada pencapaian kinerja indikatornya
dibatasi pada produktifitas dan hasil kerja serta
kualitas dan kuantitas kerjanya. Maka indikator
yang digunakan dalam mengukur pencapaian kerja
16
Kusdi hal 113
Wibowo, hal 75
18
Moeheriono, op.cit hal 117
17
40
adalah produktivitas dan hasil kerja DPBT serta
kuantitas dan kualitas kerja tersebut.
Produktifitas dan hasil kerja merupakan
pencapaian hasil kinerja dalam mencapai sasaran
dan target yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan data produktivitas dan
hasil kinerja pegawai DPBT belum maksimal.
Berdasarkan realisasi inventarisasi aset tanah
tersebut DPBT masih jauh dari kata berhasil.
Yakni, masih jauh dari jumlah target yang
diharapkan dalam pensertifikatan tanah pada tiaptiap tahunnya. Serta dalam lampiran data tanah aset
kepemilikan Surabaya hingga 2014 yaitu 6.497
bidang, sedangkan yang bersertifikat pada 2015
hanya 689 bidang saja. Hal tersebut menunjukkan
perlunya ditingkatkan produktifitas dan hasil kerja
pegawai DPBT.
Pada aspek kuantitas, kuantitas kerja
DPBT masih dirasa kurang maksimal. Kemudian
pada pengukuran kualitas kerja DPBT, tugas
pekerjaan telah dilakukan dengan sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku, akan tetapi kepuasan
masih belum optimal. Masyarakat masih ada yang
mengeluhkan layanan yang diberikan DPBT dalam
pemanfaatan aset tanah milik Pemkot.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data yang dilakukan untuk mengetahui
kinerja pegawai DPBT dalam pelaksanaan
inventarisasi aset tanah di Kota Surabaya, maka
dapat disimpulkan :
1.
Kompetensi Individu (Individual Competency)
Pengetahuan jabatan; pengetahuan jabatan
oleh pegawai DPBT rata-rata baik. Setiap
pegawai baik PNS maupun outsourcing
mengetahui dan memahami tugas dan
tanggung jawab pekerjaannya serta memiliki
pengetahuan dan menerapkan peraturan dan
prosedur yang terbaru.
- Keterampilan jabatan; keterampilan jabatan
pegawai
DPBT
dalam
pelaksanaan
inventarisasi aset tanah dinilai kurang
maksimal. Pegawai PNS yang lama,
terutama yang berusia tua, memiliki
kemampuan dan keterampilan kerja pada
penggunaan IT dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Hal
tersebut
dapat
menghambat pencapaian visi DPBT dalam
mewujudkan pelayanan tanah dan bangunan
yang berkualitas dengan pengelolaan yang
professional sesuai perkembangan IT.
- Pengambilan
keputusan;
pengambilan
keputusan yang dilakukan di DPBT kurang
optimal. Sebab, para pegawai staf DPBT
tidak dapat dilakukan serta-merta walaupun
dalam keadaan yang mendesak, karena
keputusan strategis hanya dilakukan oleh
-
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
-
2.
-
-
-
-
-
kepala bidang yang diketahui oleh kepala
SKPD
Sikap; sikap pegawai DPBT dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya yaitu ratarata baik. Pegawai PNS dan outsourcing
melaksanakan pekerjaannya dengan kerja
keras, gotong-royong, jujur dan ikhlas. Hal
tersebut telah memenuhi rata-rata indikator
pencapaian yaitu kemampuan dalam
bertindak dan bersikap terhadap pegawai
lainnya serta kerja samanya.
Perilaku Kerja (Job Behavioral)
Kooperatif dan kerja sama; Pencapaian
kooperatif dan kerjasama pegawai DPBT
kepada pihak ketiga pengelola aset, instansi
BPN, dan masyarakat pengguna layanan,
serta antar pegawai pada bidang yang
berbeda, belum berjalan secara maksimal.
Masih ada kesalahpahaman yang terjadi baik
antar pegawai DPBT, pegawai DPBT
dengan instansi luar, dan pegawai DPBT
dengan masyarakat, yang hal tersebut
dikarenakan kurangnya kemampuan untuk
kerja sama dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
Tanggung jawab; Tanggung jawab pegawai
DPBT
dalam
melaksanakan
tugas
inventarisasi aset dari pengumpulan data dan
hasil analisis diketahui telah cukup baik.
Pegawai telah melakukan pekerjaannya
dengan memperhatikan tanggung jawab
secara individu (personal) dan tanggung
jawab di bidang pekerjaannya.
Disiplin; Kedisiplinan yang diterapkan di
DPBT sama dengan instansi-instansi
pemerintah lain yaitu dengan penggunaan
fingerprint (online) dan juga mengisi buku
kehadiran (offline). Dengan cara tersebut
pegawai DPBT menjadi tertib dan teratur
dalam bekerja dan melaksanakan tugasnya
dengan lebih baik.
Adaptif dan fleksibilitas; Dari pengukuran
adaptasi dan fleksibilitas, pgawai DPBT
memiliki fleksibilitas yang rata-rata baik.
Hal tersebut terlihat dari kemampuan
beradaptasi dan penyesuaian diri pegawai
DPBT ketika ada pemindahan kantor kerja
mereka walaupun telah menguras tenaga,
pikiran dan waktu yang lebih daripada
biasanya.
Inisiatif; pegawai DPBT dalam indikator
inisiatif
ini
dari
pengukurannya
menunjukkan pencapaian yang baik.
Walaupun pada seksie bidangnya sangat
minim pegawai, meraka dapat mengatur
tupoksinya tetap dapat berjalan. Selain
merangkap jabatan, pegawai juga melakukan
pencatatan ganda untuk duplikat jika terjadi
-
-
3.
hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
menjadi konflik atas permasalahan dalam
pekerjaannya.
Kepemimpinan;
Kemimpinan
dan
manajemen DPBT cenderung menggunakan
struktur organisasi fungsional, sehingga
pembagian bidang dan seksie-seksie pada
bidang berdasarkan fungsi-fungsinya secara
proporsional. Dari data yang didapat
kepemimpinannya belum cukup baik, karena
pemimpin
memberikan
tugas
yang
berlebihan atau kurang proporsional kepada
pegawainya, yang dikarenakan untuk
menutupi kekurangan jumlah pegawai dalam
struktur DPBT.
Komunikasi dan interaksi; Komunikasi dan
interaksi pegawai DPBT tersebut dinilai
belum baik. Sebab masih sering terjadi
miscommunication antar pegawai, baik
sesama bidang maupun pegawai antar
bidang, juga kepada BPN selaku penerbit
sertifikat aset, serta komunikasi dan interaksi
yang terjalin dengan masyarakat yang terkait
yang menimbulkan kesalahpahaman.
Pencapaian Kerja (Performance Achievement)
Produktifitas dan hasil kerja; Produktifitas
dan hasil kerja pegawai DPBT pada bidang
pengadaan
dan
pengamanan
dalam
pelaksanaan inventarisasi aset dapat dilihat
dari pensertifikatan aset milik Pemkot dan
pelakanaan pengamanan aset tersebut.
Produktifitas dan hasil kerja dalam
pelaksanaan sertifikasi aset tanah diliat dari
realisasinya sangat jauh dari target yang
telah di terapkan dapat dilihat capaian DPBT
dalam pelaksanaan program sertifikasi tanah
pemkot RPJMD Tahun 2011-2014. Dari
tabel tersebut produktifitas dan hasil kerja
dari DPBT masih belum mencapai target
yang ada, dan juga masih banyaknya jumlah
aset tanah yang belum bersertifikat. Jumlah
aset tanah Pemerintah Kota Surabaya hingga
2014 adalah 6.497 bidang tanah sedangkan
yang sudah bersertifikat hingga tahun 2015
hanya 689 bidang saja.
- Kualitas dan kuantitas kerja; Kualitas dan
kuantitas pegawai DPBT dalam pelaksanaan
inventarisasi aset tanah dapat dilihat dari
pencapaian produktifitas dan hasil kerja dari
segi mutu dan kualitas. Kuantitas kinerja
pegawai DPBT belum maksimal, dilihat dari
realisasi sertifikasi aset dibandingkan
dengan target yang ditetapkan, realisasi aset
tanah yang tersertifikatkan belum memenuhi
target yang telah ditetapkan. Sedangkan,
kualitasnnya dilihat dari pelaksanaan tugas
pekerjaan yang dilakukan berdasarkan
prosedur dan ketentuan yang ada.
-
41
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Dari hasil pengukuran kinerja pegawai
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kinerjanya belum maksimal. Indikator pengukuran
kinerja dari kompetensi individu pegawai dan
perilaku kerja di DPBT dapat mempengaruhi
pencapaian kerja pegawai. Sehingga dilihat dari
pencapaian kerjanya, produktifitas dan hasil kerja
secara kualitatif dan kuantitatif belum tercapai
secara maksimal. Sehingga secara umum kinerja
pegawai DPBT berdasarkan 3 (tiga) dimensi
pengukuran kinerja yaitu komptensi individu,
perilaku kerja, produktifitas dan hasil kerja, dengan
13 (tiga belas) indikator kinerja pegawai, pegawai
DPBT dinilai masih belum maksimal dalam
melaksanakan inventarisasi aset tanah. Jumlah
pegawai yang menangani masalah inventarisasi
aset tanah masih minim untuk milik Pemerintah
Kota Surabaya yang jumlahnya tidak sedikit. Dari
hal tersebut menyebabkan banyak pegawai DPBT
yang merangkap kerja. Banyak pegawai pada suatu
seksie bidang yang merangkap mengerjakan
pekerjaan lain pada bidang yang sama. Dengan
demikian, jika jumlah pegawai sebagai pelaksana
kegiatan kurang mencukupi dalam melaksanakan
tugas-tugas yang ada maka hal tersebut akan dapat
mempengaruhi pencapaian produktifitas dan hasil
kerja DPBT secara kualitas dan kuantitas kerjanya.
Sehingga secara tidak langsung dapat menghambat
kinerja pegawai DPBT dalam pencapaian visi, misi
dan tujuannya.
42
Saran
Memperbanyak SDM, dapat dilakuan
dengan cara merekrut outsourcing. Terutama pada
bidang pengadaan dan pengamanan serta bidang
pemanfaatan aset sebagai bidang sesuai fokus
penelitian.
Pada
bidang
pengadaan
dan
pengamanan jumlah pegawai PNS adalah 11 orang
dan pegawai outsourcing 13 orang. Pada bidang
pemanfaatan aset tanah jumlah pegawai PNS
adalah 15 orang dan pegawai outsourcing 20 orang.
Hal tersebut dirasa kurang dalam melaksanakan
tupoksi bidang pekerjaannya dalam suatu
kelompok kerja dan menyebabkan pelaksanaan
pekerjaan
sesuai
tupoksi
bidang
terkait
inventarisasi aset tanah milik Kota Surabaya
kurang maksimal. Bekerja sama kooperatif serta
membangun interaksi dan komunikasi yang baik
dengan Badan Pertanahan Negara selaku penerbit
sertifikat dalam pelaksanaan inventarisasi aset
tanah. Pihak DPBT perlu tegas dalam memberikan
sanksi kepada masyarakat penghuni illegal aset
tanah milik pemerintah Kota Surabaya yang tidak
mau ditertibkan pada saat pelaksanaan pengamanan
fisik yang dilakukan dalam inventarisasi aset tanah.
Perlu upaya mempertahankan konsistensi kerja
dalam tugas dan tanggungjawabnya melaksanakan
inventarisasi dan pemanfaatan aset untuk mencapai
tujuan dan target pencapaian kinerja pegawai
DPBT secara kuantitas dan kualitas, baik bekerja
secara individu maupun dengan kelompok kerja.
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Daftar Pustaka
Adams, Carol A., Stephen Muir dan Zahirul
Hoque.Measurement
of
Sustainability
Performance in the Public Sector.Emerald
Group Publishing Limited Management and
Policy Journal Vol.5 No.1, 2014 hlm 46-67
(diunduh pada www.media.proquest.com
tanggal 05 Maret 2016)
Arini, Ni Nyoman.Studi Evaluatif Tentang Kinerja
Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang
(DCKTR) Dalam Pengendalian Pengawasan
TataBangunan Pada Tahun 2013.Jurnal
Kebijakan
dan
Manajemen
Publik
Universitas Airlangga Januari-April 2015
Volume 3 No.1 hlm125-134
Arnitasari, Nandya. Akuntabilitas Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dalam Pengelolaan
Aset.Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik Universitas Airlangga Januari 2013
Volume 1 No.1 hlm 48-55
Antara.2014.Lahan
Pasar
Turi
Belum
Bersertifikat.pada
web
:
<http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/17
/lahan-pasar-turi-belum-bersertifikat>
(diakses pada 27 February 2015)
Balaboniene, Ingrida dan Griede Vecerskiene.The
Aspect of Performance Measurement in
Public Organization.Elsevier : Prodecia
Social and Behavioral Sciences 213 (2015)
hlm
314-320
(diakses
pada
www.sciencedirect.com tanggal 31 Januari
2016)
Data
Pendukung
Elemen
Data
IKK
Kabupaten/Kota Lampiran III (Pelaksana
Kebijakan Pencapaian Kinerja Urusan Wajib
dan Pilihan) 2015
Data Realisasi dan Pencapaian Indikator Program
Laporan
Keterangn
Pertanggungjawaban
y/2012-0911_20112_80000016_Bahan%20Ajar%20M
anajemen%20Aset%20%20Acep%20Hadinata.pdf> (diakses pada
26 February 2015)
Hadari, Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang
Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
Hartoyo,
Nafsi.2013.Optimalisasi
Aset
Negara/Daerah.pada
web:
<http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/art
ikel/147-artikel-anggaran-danperbendaharaan/11610-nafsi-hartoyo>
(diakses pada 27 February 2015)
Hasibuan, Malayu.2008.Organiasai dan Motivasi
(Dasar Peningkatan Produktivitas).Jakarta:
PT Bumi Aksara
Informasi Laporan Penyelengaraan Pengelolaan
Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun
2011 pada web http://www.surabaya.go.id
(diakses pada 26 Maret 2015)
Informasi Laporan Penyelengaraan Pengelolaan
Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun
2013 pada web http://www.surabaya.go.id
(diakses pada 26 Maret 2015)
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor : 77/Kep7.1/Iii/2012 tentang Praksis Reforma
Agraria
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Tahun 2012
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Manajemen Aset /
Pengelolaan
Barang
Milik
Daerah
Pemerintah Kota Surabaya Tahun Anggaran
2009-2010.
Pada
web:
<https://www.scribd.com/doc/259213193/L
HP-BPK-Manajemen-Aset-Kota-SurabayaTA-2009-2010> (diakses pada 3 Juni 2015)
Akhir Masa Jabatan (LKPJ-AMJ) Walikota
Surabaya
Dunn,
William
N.,
Muhadjir
Darwin
(ed.).2000.Pengantar Analisis Kebijakan
Publik.Yogykarta : Gajah Mada University
Press
E-book berjudul “Buku Ajar Manajemen Aset”
yang disusun oleh Acep Hadinata, Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara Jakarta tahun 2011
<http://akademik.stan.ac.id/vclass_repositor
Mahsun, Mohamad.2006.Pengukuran
Sektor
Publik.Yogyakarta
:
Yogyakarta
Kinerja
BPFE-
Matei, Ani dan Elis Bianca Enescu.Good Local
Public Administration and Peformance. An
empirical study. Elsevier : Procedia, Social
and Behavioral Sciences 81 (2013) hlm 449453 (akses dari www.sciencedirect.com pada
tanggal 31 Januari 2016)
43
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Moeheriono.2009.Pengukuran Kinerja Berbasis
Kompetensi.Bogor: Ghalia Indonesia
Noname.2015.Dewan Soroti Pelepasan Surat
Ijo.pada
web
:
<http://m.beritametro.co.id/jawatimur/dewan-soroti-pelepasan-surat-ijo>
(diakses pada 27 Maret 2015)
Nugroho, Riant.2014.Public Policy (Teori,
Manajemen,
Dinamika,
Analisis,
Konvergensi, dan Kimia Kebijakan).Jakarta :
PT Elex Media Komputindo
tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Anggaran Belanja Langsung dan Pengadaan
Barang/Jasa.
Peraturan Walikota Surabaya No. 39 Tahun 2012
tentang Pedoman dan Standart Teknis untuk
Pelayanan dan Pemanfaatan Ruang
Populasi
Negara-Negara
di
Dunia
<http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP
.TOTL> diakses online pada 17 April 2015
Profil
Kota
Surabaya
<http://www.surabaya.go.id/profilkota/index
.php?id=26> (diakses pada 26 February
2015)
Parmin,
Lahan
Pasar
Turi
Belum
Bersertifikat.Dipublikasi tanggal 17 Oktober
2014.
<http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/17
/lahan-pasar-turi-belum-bersertifikat>
Diakses tanggal 23 Maret 2015
Robbin, Stephen P. (ed. Nur
Mahanani).Prinsip-Prinsip
Organisasi.Jakarta : Erlangga
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun
2016 tentang Izin Pemakaian Tanah
Satori, Djam’an. dan Aan Komariah.2013.Metode
Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun
2012 Pengelolaan Barang Milik Daerah
Sedamaryanti.2007.Manajemen Sumber Daya
Manusia
(Reformasi
Birokrasi
dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil).Bandung
: PT Refika Aditama
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah (perubahan atas
Permendagri 17 Tahun 2007)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara (bacaan online diakses melalui
<http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2
014/78~PMK.06~2014Per.HTM>
pada
Januari 2016)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6
Tahun 2006 tentang Pengelolan Barang
Milik Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun 2014 tentang Pengelolan Barang
Milik Daerah (perubahan atas PP RI No. 6
Tahun 2006)
Peraturan Walikota Surabaya No. 36 Tahun 2016
tentang Pengamanan Barang Milik Daerah
Peraturan Walikota Surabaya No. 75 Tahun 2013
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Walikota Surabaya No. 73 Tahun 2012
44
Cahyono
Perilaku
Siregar, Doli D.2004.Manajemen Aset (Strategi
Penataan
Konsep
Pembangunan
Berkelanjutan secara Nasional dalam
Konteks Kepala Daerah Sebagai CEO’s
pada Era G.obalisasi).Jakarta : PT. Kresna
Prima Persada
Statistik Daerah Jawa Timur 2013 hlm. 1 online.
<http://jatim.bps.go.id/en/index.php?hal=pu
blikasi_detil&id=2> diakses tanggal 17
April 2015
Sudarsono, Agus.Baru 125 dari 5.338 petak aset
memiliki
sertifikat,Berita
Pemerintah.Dipublikasi tanggal 30 Oktober
2012.
<http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/10/30/
baru-125-dari-5-338-petak-aset-memilikisertifikat/> Diakses tanggal 23 Maret
2015Suwarto,
F.X.Perilaku
Keorganisasian.Yogyakarta : Universitas
Atma Jaya
Sukmana, Yoga. PT.KAI Susah Payah Selamatkan
Aset Negara.Dipublikasi tanggal 6 Maret
2015
<http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/03
/06/pt-kai-susah-payah-selamatkan-asetnegara> diakses tanggal 23 Maret 2015
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Suwarto,
F.X.1999.Perilaku
Keorganisasian.
Yogyakarta : Universitas Atma Jaya
Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed.).2005.Metode
Penelitian Sosial :Berbagai Alternatif
Pendekatan (edisi revisi). Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Uno, Hamzah dan Nina Lamantenggo.2012.Teori
Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun
2014
Tentang
Pemerintah
Daerah.Bab
I
Ketentuan
Umum.online.diakses 20 Maret 2015.
<http://www.bpn.go.id/DesktopModules/Eas
yDNNNews/DocumentDownload.ashx?port
alid=0&moduleid=1658&articleid=2266&d
ocumentid=2028>
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia.
Jakarta:
Salemba
Empat
Wibowo.2011.Manajemen
Kinerja-edisi
ketiga.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
45
Download