Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Bangunan Dan Tanah dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di Kota Surabaya Zahra Wanisa Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract The aim of this study is to answer the problem about employee performance of Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah in the implementation inventory of land assets in Surabaya City. The problem of this research originated from a considerable amount of Government land assets that had not been legalized. The Land assets that has not yet legalized by Government are 821 out of 1513 in 2015. Land assets need to be legalized so there would not be any conflict or dispute in the future and there will be a clarity status of land ownership. The main theory used in this research is Wirawan’s Theory that explains employee performance is the result of functional competence, behavior and actions of employee in order to achieving the vision, mission, and goal of the organization. Henderson explained that there are three aspects of performance measurement, individual competencies, job behavior, and performance achievement. This research use a qualitative method and the type of the research is a evaluative research. Data gathered using in depth interview, observation, and a documentation study. The research subjects are being selected using a purposive technique. Data analyzed using Miles and Huberman model by reducing data, present the data, and draw a conclusion from the research. The result of this research show that the employee performance of Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah in implementing inventory of land assets in Surabaya City are less than maximum. This conclusion derived from the result of employee performance measurement that is individual competencies and job behavior are not optimal and as a result the performance is not maximum. The supporting factor of DPBT performance, in individual competencies about knowledge of their position and attitude; responsibility, discipline, and adaptability and flexibility in job behavior are good enough. Key word : Inventory Assets, Performance Measurement, Employee Performance Pendahuluan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 dan diperbaharui dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi daerah tersebut didalamnya juga terdapat peraturan yang mengurus mengenai harta kekayaan daerah, mengingat di setiap daerah tentu memiliki harta kekayaan atau potensi yang apabila dikelola dengan tepat dapat menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Salah satu konsekuensi kebijakan otonomi daerah yaitu, masing-masing pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kinerja dalam mengelola setiap potensi yang dimiliki dan menetukan sistem manajemen yang tepat agar dapat mengelola potensi daerah secara efektif dan efisien. 1 Potensi 1 Nafsi Hartoyo.2014.Optimalisasi PAD untuk peningkatan Kinerja Pemda.Artikel Badan 34 daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Barang Milik Daerah atau yang disebut dengan aset daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aset daerah tersebut akan dapat meningkatkan PAD dengan pengelolaan yang tepat sesuai aturan yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014, pengelolaan aset daerah dilaksanakan dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Menurut BPN 20122, tanah merupakan sumber daya alam bersifat unrenewable (tidak Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.Publikasi 05 Agustus 2014 http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artike l/417-artikel-perimbangan-keuangan/19684optimalisasi-pad-untuk-peningkatan-kinerjapemda diakses tanggal 03 Januari 2016. 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Pertanahan Nasional Tahun Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 dapat diperbaharui) yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik yang langsung untuk kehidupannya seperti untuk bercocok tanam atau tempat tinggal, maupun untuk melaksanakan usaha, seperti untuk tempat perdagangan, industri, pertanian, perkebunan, pendidikan, dan pembangunan sarana dan prasarana lainnya. Sehingga, aset tanah diharapkan dapat dikelola secara tepat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga aset tanah dapat termaksimalkan kegunaanya dan dengan pengelolaan aset secara efektif dan efisien dapat membantu meningkatkan PAD. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 jo PP Nomor 38 Tahun 2008 jo PP Nomor 27 Tahun 2014 dan juga Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007 jo Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah, disebutkan aset yang dikerjasamakan harus bersertifikat. Sertifikasi aset tanah menghasilkan sertifikat tanah. Sertifikat hak atas tanah telah dimiliki dapat digunakan sebagai alat hukum yang sah. Namun dalam realitanya, dalam bidang pertanahan masih cenderung rentan dengan permasalahan-permasalahan konflik dan sengketa. Dari beberapa sebab persoalan, salah satu sebab persoalan mendasar dalam permasalahan pertanahan aset pemerintah yaitu kurang optimalnya pelaksanaan manajemen aset yang tepat dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan negara. Sehingga penguasaan status kepemilikan tanah menjadi tidak jelas yang dapat menjadi pemicu sengketa dan konflik. Di Indonesia, merupakan negara yang padat penduduk keempat dunia dengan jumlah penduduk pada tahun 2011-2014 adalah 257,564,000 jiwa.3 Kota Surabaya merupakan kota terpadat dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 8.551,30 jiwa per km².4 Adanya kepadatan penduduk tersebut menyebabkan wilayah Kota Surabaya terasa sempit dan dapat menjadi pemicu konflik-konflik perebutan hak atas tanah yang kemudian tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan secara optimal. Sehubungan dengan itu, maka sebuah tanah penting untuk melakukan sertifikasi atau untuk memperjelas status kepemilikan atas tanah, baik Anggaran 2012.hlm 4.Online.<http://www.bpn.go.id/Portals/0/perenc anaan/dokumen-publik/lakip2012.pdf> diakses tanggal 03 Oktober 2015 3 Populasi negara-negara online < http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL > diakses pada 17 April 2015 4 Ibid.hlm 8 tanah milik warga dan aset tanah milik pemerintah Surabaya. Permasalahan inventarisasi aset dapat dilihat salah satunya dari banyaknya jumlah aset tanah milik Pemerintah yang kemudian dipilah antara yang telah bersertifikat dan yang belum bersertifikat. Jika banyak yang belum bersertifikat maka semakin besar potensi permasalahan inventarisasi aset di Pemerintahan Kota/Kabupaten tersebut. Hal tersebut menjadikan alasan dasar aset tanah perlu dilakukan sertifikasi atau inventarisasi aset yang dapat mencegah adanya konflik yang dapat menimbulkan lepasnya aset milik Pemerintah. Sehingga aset tersebut dapat dikelola Pemerintah itu sendiri dan/atau pihak ketiga pengelola dapat menjadi penambah pendapatan asli daerah (PAD). Berikut adalah daftar tabel data aset tanah pemerintah Kota Surabaya yang belum bersertifikat dan sudah bersertifikat. Tabel 1. Data Aset Tanah Pemerintah Kota Surabaya yang Belum dan Sudah Bersertifikat Tahun Status Tanah 2010 Sudah 12.769.162.50 55.33 575 Bersertifikat bidang Belum 10.309.279,49 44.67 718 Bersertifikat bidang Sudah 13.279.117,50 56.30 608 Bersertifikat bidang Belum 10.309.279,49 43.70 718 Bersertifikat bidang Sudah 13.398.283,50 56.12 618 Bersertifikat bidang Belum 10.475.706,00 43.88 821 Bersertifikat bidang Sudah 13.534.995,50 56.38 644 Bersertifikat bidang Belum 10.470.862.00 43.62 821 Bersertifikat bidang Sudah 13.616.315,50 56.53 649 Bersertifikat bidang Belum 10.470.302,00 43.47 820 Bersertifikat bidang Sudah 13.689.505,50 56.66 689 Bersertifikat bidang Belum 10.471.616,00 43.34 824 Bersertifikat bidang (Sumber : Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Surabaya) 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah (m²) Present ase (%) Jumlah Bidang Total Bidang Per Tahun 1.293 bidang 1.326 bidang 1.439 bidang 1.465 bidang 1.469 bidang 1.513 bidang Berdasarkan Tabel I.2. data aset tanah pemerintah kota Surabaya, tanah yang belum bersertifikat tahun 2010 hingga yang terbaru adalah 2015 aset yang belum bersertifikat jumlahnya masih lebih banyak daripada yang sudah bersertifikat yaitu, 824 bidang belum bersertifikat dan 689 bidang sudah bersertifikat di tahun 2015. Dari data I.2 tersebut, pada setiap tahunnya, jumlah aset yang belum bersertifikat selalu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah aset yang sudah bersertifikat. Peningkatan jumlah yang bersertifikat tidak banyak dibandingkan dengan penambahan aset per tahunnya. Jumlah total aset tanah pertahunnya berbeda-beda mengalami penambahan oleh karena adanya tanah-tanah yang telah dibeli 35 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 pemerintah dari warga. Akan tetapi, jumlah aset tanah yang belum bersertifikat masih banyak dikarenakan penambahan jumlah aset tidak diimbangi dengan peningkatan pensertifikatan aset. Berikut adalah data daftar aset tetap tanah yang dibuat oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat Kota yang dipublikasikan oleh Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai bentuk evaluasi pada dinas-dinas di Jawa Timur, pada 2009-2010 adalah di Kota Surabaya, diketahui bahwa aset tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Kota Surabaya sampai dengan 31 Desember 2009 yaitu tanah seluas 60.705.248,23 m² dengan total senilai Rp26.087.963.316.650,20.5 Jika dibandingkan pada data total tanah yang dikuasai Pemerintah Kota Surabaya sampai dengan 31 Desember 2014 seluas 59.713.693, 23m², 6 maka dapat disimpulkan selama 5 tahun maka aset tersebut berkurang 991.555 m². Berikut adalah rincian daftar nilai aset tanah kota Surabaya tahun anggaran 2009 berdasarkan jenis-jenis tanahnya. Tabel 2. Data Rincian Daftar Aset Tanah Pemerintah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009-2010 No. Uraian Nilai (Rp) 1. Tanah Kampung 1.062.757.695.087,38 2. Tanah Kuburan 87.708.737.841,00 3. Tanah Sawah Satu Tahun Ditanami 28.113.905.500,00 4. Tanah Kebun Campuran Tumbuh Liar 49.709.000,00 Bercampur Jenis lain 5. Tanah Hutan untuk Penggunaan Khusus 1.853.712.217.710,00 6. Tanah Tambak 59.631.525.344,00 7. Tanah Danau 7.983.704.000,00 8. Tanah Penggalian 589.315.441,00 9. Tanah Bangunan Perumahan / Gedung 9.590.902.433.645,00 Tempat Tinggal 10. Tanah untuk Bangunan Gedung 11.327.176.064,50 Perdagangan / Perusahaan 11. Tanah untuk Bangunan Industri 12.630.000,00 12. Tanah untuk Bangunan Tempat Kerja / 1.757.158.802.219,33 Jasa 13. Tanah Kosong 57.989.901.708,00 14. Tanah Bangunan Pengairan 26.385.572.200,00 15. Tanah Bangunan Jalan dan Jembatan 528.972.497.908,00 16. Tanah Lembiran / Bantaran / Lepe-lepe 2.451.020.595,00 / Stren dll 17. Tanah Lapangan Olah Raga 246.744.913.949,00 18. Tanah Lapangan Parkir 2.162.530.600,00 19. Tanah Lapangan Penimbun Barang 376.537.766,00 20. Tanah untuk Bangunan Jalan 10.444.705.358.142,60 21. Tanah untuk Bangunan Air 244.249.073.104,00 22. Tanah untuk Bangunan Instalasi 49.995.942.025,41 23. Tanah untuk Bangunan Tempat Ibadah 23.982.116.800,00 Jumlah 26.087.963.316.650,20 (diolah dari LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009 dan 2010) Berdasarkan tabel I.3 tersebut, setiap tanah memiliki fungsi dan manfaat. Dari fungsi dan manfaat tersebut setiap tanah dapat dikelola dan menghasilkan nilai yang layak. Sehingga tanahtanah aset Pemerintah tersebut dapat dimaksimalkan nilainya melalui pemanfaatan yang optimal, yang dapat berguna dalam menambah penghasilan asli daerah (PAD). Nilai aset tanah yang tertera pada tahun anggaran 2009-2010 itu 5 LHP BPK Manajemen Aset Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009 dan 2010 6 Data Aset Pemerintah Kota Surabaya (lampiran) 36 mencapai 27trilyun rupiah, maka tahun selanjutnya hingga pada tahun 2015 aset tanah akan mengalami peningkatan nilainya. Hal tersebut dikarenakan sifat nilai tanah yang selalu bertambah mahal setiap tahunnya. Pada penelitian sebelumnya yang membahas tentang kinerja lembaga/dinas pemerintah adalah Ni Nyoman Arini7 dengan judul penelitian “Studi Evaluatif tentang Kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dalam Pengendalian Pengawasan Tata Bangunan Pada Tahun 2013” yang membahas tentang kinerja Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) dalam pengendalian pengawasan tata bangunan. Di penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kinerja DCKTR adalah pertama kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan IMB (Ijin Mendirikan Mangunan) sehingga tidak kooperatif dengan pemerintah khususnya DCKTR dalam pengawasan tata bangunan. Kedua keterbatasan sumber daya manusia yang bertugas sebagai pengawas tata bangunan, jumlah pengawas hanya 35 sehingga tidak memungkinkan mengawasi seluruh bangunan di Kota Surabaya. Dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi tersebut maka dalam penelitian Ni Nyoman Arini tertulis bahwa kinerja DCKTR dirasa belum optimal yang belum sepenuhnya memenuhi kriteria pencapaian kinerja yang ingin diraih oleh DCKTR. Juga, jurnal internasional penelitian dari Ani Matei dan Elis Bianca Enescu 8 mengenai “Good Local Public Administration and Peformance. An empirical study”. Dalam jurnal penelitian itu membahas mengenai pentingnya pengevaluasian kinerja administrasi publik. Penelitian kinerja administrasi publik merupakan topik yang aktual dan memiliki kepentingan strategis. Pada penelitian tersebut membahas mengenai kinerja lokal administrasi publik di Rumania. Kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian tersebut menjelaskan makna dari kinerja administrasi publik dari literatur khusus dan undang-undang. Kemudian seperangkat indikator kinerja yang disarankan pada penelitian tersebut merupakan titik awal dari evaluasi kinerja yang 7 Ni Nyoman Arini,Studi Evaluatif Tentang Kinerja Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang (DCKTR) Dalam Pengendalian Pengawasan TataBangunan Pada Tahun 2013, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Universitas Airlangga Januari-April 2015 Volume 3 No.1 hlm 125-34 8 Ani Matei dan Elis Bianca Enescu.Good Local Public Administration and Peformance. An empirical study. Elsevier : Procedia, Social and Behavioral Sciences 81 (2013) hlm 449-453 (akses dari www.sciencedirect.com pada tanggal 31 Januari 2016) Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 tepat dalam konteks administrasi publik lokal di Rumania. Penelitian ini berfokus pada pencapaian kinerja pegawai sebagai sumber daya pelaksana tugas organisasi. Pegawai akan dilihat kinerjanya dalam melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai tupoksinya dan visi serta misi organisasinya. Pencapaian kinerja pegawai tersebut mempengaruhi bagaimana pencapaian kinerja organisasi. Penelitian ini juga menjadi penting mengingat pelaksanaan inventarisasi dapat berpengaruh pada pengelolaannya aset tanah tersebut. Serta manfaat yang besar yang didapatkan dengan inventarisasi aset tanah adalah dapat dilakukan optimalisasi dalam pengelolaan pada tanah-tanah milik pemerintah. Pengelolaan yang tepat dan optimal dapat meningkatkan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini yaitu Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya. Teknik penentuan informan yang dilakukan adalah dengan purposive sampling. Kemudian, teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari wawancara mendalam, observasi langsung dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Serta teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil dan Pembahasan Penelitian kinerja pegawai DPBT dilakukan dengan mengukur kinerja pegawainnya menggunakan 3 (tiga) dimensi yang dikembangkan menjadi beberapa indikator. Penelitian ditujukan kepada pegawai PNS dan outsourcing pada bidang pengadaan dan pengamanan serta bidang pemanfaatan aset tanah yang merupakan bidangbidang yang melaksanakan inventarisasi aset tanah. Kemudian pegawai diukur kinerjanya dengan individual competency, job behavioral, dan performance achievement. Dari ketiga dimensi kinerja tersebut kemudian akan didapatkan hasil pengukuran kinerja pegawai DPBT yang dilakukan secara bekerja secara individu atau perseorangan maupun bekerja secara berkelompok. 1. Kompetensi Individu Pegawai DPBT dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di Kota Surabaya Kompetensi individu (Individual Competency) berhubungan dengan sikap, sifat dan tindakan pribadi individu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan berdasarkan teori dari Henderson, kompetensi individu mencangkup pada sikap pribadi yang berhubungan dengan pekeraan. Selanjutnya, kompetensi individu tersebut dibatasi indikator keterampilan kerja; pengetahuan jabatan; kemampuan pengambilan keputusan; sikap/attitude. Dari penyajian data dan analisisi, pada indikator keterampilan kerja didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan dan keterampilan yang digunakan bidang pengadaan dan pengamanan antara lain : - Ilmu kenotariatan, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan ilmu hukum pertanahan yang diperlukan dalam pengurusan persoalan tanah aset. - Negosiasi dan kemampuan loby, yaitu kemampuan dalam menego secara persuasif kepada seseorang masyarakat maupun instansi lain untuk kooperatif dalam melaksanakan tugas inventarisasi aset tanah pemerintah. - Kemampuan dala mengikuti perkembangan Undang-Undang, Perpres, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan pedoman lainnya sebagainya yang digunakan dalam pelaksanaan pengadaan dan pengamanan aset tanah karena inventarisasi aset berhubungan dengan legal hukum yang mengikat status kepemilikan aset. Sedangkan kemampuan dan keterampilan khusus yang diperlukan dan digunakan pada bidang pemanfaatan aset dalam mengelola serta melakukan pemanfaatan aset yang berkaitan dengan penginventarisasian aset tanah secara fisik dan administratif antara lain : - Penguasaan alat ukur geomatika - Penguasaan aplikasi google maps - Kemampuan menggambar peta bidang lahan manual - Kemampuan menggambar peta bidang lahan dengan aplikasi modern (autosketch) Dari hasil penemuan data yang dilakukan dengan wawancara dan observasi yang telah disajikan pada penyajian data, keterampilan dan kemampuan pegawai DPBT dalam penguasaan IT 37 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 masih belum maksimal. Masih terdapat pegawai yang tidak bisa menguasai aplikasi modern dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tupoksi, juklak dan juknis serta instruksi dari atasan. Sehingga hal tersebut dapat menghambat pegawai dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan maksimal serta menghambat dalam pencapaian visi dari DPBT. Kemudian pada indikator pengetahuan tentang jabatan, pegawai DPBT dari hasil pengumpulan data menunjukkan pegawai baik PNS maupun outsourcing secara rata-rata telah memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaan; mengetahui pengetahuan peraturan, prosedur, dan keahlian teknis; dan mengikuti perkembangan peraturan dan prosedur teknis yang terbaru. Bidang pengadaan dan pengamanan serta bidang pemanfaatan tanah aset melakukan pekerjaan sesuai dengan tupoksinya. Namun pembagian tugas dalam seksie pelaksana bidang pengadaan dan seksie bidang pengamanan masih belum optimal. Dikarenakan jumlah pegawai yang mengurusi sangat terbatas. Sehingga, seksie pengadaan dapat merangkap tugas membantu seksie pengamanan, begitu pula sebaliknya. Maka dengan itu, pegawai mengetahui pengetahuan tentang jabatan lebih dari jabatan yang dimilikinya karena diperlukannya lintas pekerjaan dalam memenuhi pencapaian kerja pada bidang tersebut. Dalam teori yang dikemukakan oleh Simon9, dapat kita ketahui bahwa situasi pengambilan keputusan tidak selamanya berada dalam suatu ruang rapat yang tenang dan kondusif, tetapi juga dalam kondisi-kondisi yang ekstrem dimana keputusan harus dibuat secara cepat dan tepat. Menurut M.J Hatch,10 secara umumnya terdapat dua faktor yang menentukan kondisi dan situasi dalam pengambilan keputusan yaitu sepakat atau tidak sepakatnya para pengambil keputusa menenai cara (agree/disagree on methods) dan sepakat atau tidak sepakatnya para pengambil keputusan dalam menentukan tujuan atau definisi permasalahan (agree/disagree on goals or problem). Pencapaian dalam indikator pengambilan keputusan adalah seorang pegawai dapat membuat keputusan-keputusan yang bijaksana dalam keadaan biasa maupun pada keadaan gawat. 11 Namun yang dilihat dari penyajian dan analisis data yang ada, pegawai DPBT yang merupakan staf biasa PNS maupun outsourcing tidak memiliki otoritas dalam mengambil suatu keputusan. Pegawai yang berhak membuat keputusan adalah kepala seksie bidang dan dengan persetujuan kepala bidang dan sepengetahuan dari kepala SKPD yaitu kepala DPBT. Jadi, proses pengambilan keputusan yang sering dilakukan oleh DPBT adalah proses pengambilan keputusan secara rasional, dengan cara dan pengartian tujuan/definisi masalah telah disepakati bersama baik oleh staf bawahan yang menjalankan tugas dan atasan pada suatu bidang pekerjaan di DPBT. Sehingga pada pengambilan keputusan pegawai dalam bekerja secara individu dilakukan atas kebiasaan atau berdasarkan pengalaman keadaan sebelumnya. Sedangkan pada pengambilan dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok, staf biasa tidak mendapat wewenang dalam dalam pengambilan kepututan. Lalu pada indikator sikap, pegawai DPBT telah menunjukkan sikap dan tindakan yang ratarata baik. Pegawai DPBT melaksanakan pekerjaannya dengan kerja keras, gotong-royong, jujur dan ikhlas. Hal tersebut telah memenuhi ratarata indikator pencapaian yaitu kemampuan dalam bertindak dan bersikap terhadap pegawai lainnya serta kerja samanya. Sehingga, dengan sikap-sikap baik yang mendasar pegawai DPBT tersebut dapat mendorong pencapaian kinerja organisasi yang baik pula. Dari penjelasan mengenai kompetensi individu tersebut, rata-rata pencapaian kompetensi yang dimiliki pegawai cukup baik. Dilihat dari beberapa indikator diatas, yang dinilai kurang dalam kinerja pegawai DPBT adalah pada keterampilan kerja dan pengambilan keputusan. Kompetensi individu memiliki hubungan erat dengan kinerja, yaitu hubungan sebab-akibat (causal related).12 Menurut Spencer dalam Moeheriono, hubungan pada kompetensi pegawai dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, terdapat relevansi yang kuat dan akurat. Sehinggga suatu organisasi dalam meningkatkan kinerja seharusnya yang dilakukan adalah meningkatkan kompetensi yang dimilki pegawainya yang sesuai dengan tupoksinya (the right man on the right job).13 9 12 10 13 Loc.cit Ibid hal 108 11 Moeheriono hal 59 38 2. Perilaku Kerja Pegawai DPBT dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di Kota Surabaya Perilaku kerja (Job Behavioral) adalah persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan perilaku kerja tertentu pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menghasilkan kinerja yang ditetapkan oleh organisasi. Perilaku kerja menurut Hederson14, dapat digolongkan menjadi dua yaitu pertama, perilaku kerja general yaitu perilaku kerja yang Moeheriono op.cit hal 8 Ibid hal 8 14 Wirawan op.cit hal 54 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 diperlukan semua jenis pekerjaan, misalnya disiplin kerja, loyal pada organisasi, dan bekerja keras. Kedua, perilaku kerja khusus yaitu perilaku kerja yang hanya diperlukan dalam satu jenis pekerjaan tertentu, misalnya menggambar, bernegosiasi, dan lain sebagainya. Kemudian, perilaku kerja dibatasi pada indikator kooperatif dan kerja sama, tanggung jawab; disiplin; adaptif dan fleksibilitas; inisiatif; kepemimpinan; dan komunikasi dan interaksi. Kooperatif dan kerja sama merupakan kemampuan dan kesiapan melakukan bekerja sama secara kelompok dengan orang lain atau jabatan lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk kooperatif dan kerja sama dilakukan kepada pihak ketiga pengelola aset tanah, instansi-instansi lain yang terlibat inventarisasi aset, dan kerja sama dengan antar pegawai lain yang berbeda bidang pekerjaan di DPBT, serta kepada masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan aset tanah. Dilihat dari penyajian data dan analisis pencapaian indikator tersebut, dari kemampuan kooperatif dan kerja sama yang dilakukan DPBT masih kurang maksimal yang hal tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman yang terjadi antara DPBT dengan BPN, antara DPBT dengan masyarakat maupun antar masyarakat, baik konflik yang dapat ditangani maupun yang tidak dapat ditangani lagi. Sehingga disimpulkan, pencapaian kooperatif dan kerja sama yang dilaksanakan pegawai DPBT belum baik dalam membangun perilaku kinerja. Tanggung jawab dalam konsep penelitian ini dimaknai sebagai kesiapan dalam melibatkan diri untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jabatan dalam mencapai tujuan unit kerja maupun organisasi. Pegawai DPBT pada bidang pengadaan dan pengamanan serta bidang pemanfaatan aset tanah melakukan tugas yang menjadi beban pekerjaannya dengan tanggung jawab. Pencapaian dalam indikator tanggung jawab ini termasuk sudah baik, karena pegawai DPBT melakukan pekerjaannya dengan memperhatikan tanggung jawabnya secara individu dan juga tanggung jawab terhadap bidang pekerjaannya secara kelompok maupun tim. Disiplin merupakan kesiapan dalam menjaga ketertiban dan keteraturan dalam bekerja sehingga tidak menghambat pelaksanaan tugas. Dalam pendisiplinan yang diterapkan di DPBT adalah sama dengan yang diterapkan pada instansiinstansi pemerintah lainnya yaitu dengan penggunaan fingerprint sebagai alat pencatat kehadiran secara online dan penggunaan buku kehadiran secara manual. Dari yang didapatkan pada penyajian data penelitian menunjukan bahwa pegawai PNS dan outsourcing DPBT telah disiplin dalam kehadiran dan menunjukan kesiapannya untuk melakukan tugas pekerjaannya. Adaptif dan fleksibilitas merupakan kemampuan menyesuaikan diri dalam segala perubahan lingkungan pekerjaan. Dan kemampuan mempelajari dan menguasai informasi peraturan dan prosedur terbaru. Pegawai DPBT memiliki fleksibilitas yang rata-rata baik. Hal tersebut terlihat dari kemampuan beradaptasi dan penyesuaian diri pegawai DPBT ketika ada pemindahan kantor kerja mereka walaupun telah menguras tenaga, pikiran dan waktu yang lebih daripada biasanya. Inisiatif merupakan kemampuan dalam membuat gagasan-gagasan atau ide baru di luar rutinitas atau berkeberanian dalam mengambil tindakan pada situasi yang kurang menguntungkan diluar dugaan. Pegawai sektor publik diarahkan untuk bekerja sesuai aturan dan prosedur yang berlaku. Namun dalam bertindak inisiatif untuk berinovasi dalam melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien tetap diperbolehkan ketika tindakan tersebut tidak menyalahi aturan dan prosedur yang dipatuhi. Menurut Moeheriono 15, indikator inisiatif, pencapaian yang diharapkan adalah sebagai berikut : - pegawai mampu membuat gagasan atau ide baru di luar rutinitas, - pegawai mampu menciptakan ide tindakan dan solusi yang inovatif, - pegawai mampu mengantisipasi dan memahami masalah yang mungkin akan terjadi, dan - pegawai mampu membuat solusi alternatif dalam memecahkan suatu masalah. Dalam mencapai indikator inisiatif tersebut upaya bertindak inisiatif pegawai DPBT dalam melakukan pekerjaannya, antara lain melakukan hal-hal sebagai berikut : - segera menyelesaikan tugas ketika tugas itu datang ke meja pegawai - membuat tabel pencapaian di dinding untuk mengingat target pencapaian kerja dan target waktu pekerjaan tersebut harus diselesaikan - membuat pencatatan double data-data penting mengenai aset untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika terdapat masalah mengenai suatu aset yang ditangani DPBT - melakukan loby pada instasi BPN dalam menyelesaikan proses sertifikasi dan menerbitkan surat lebih cepat dari prosedural yang biasa dilewati masyarakat awam Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam memotivasi dan mempengaruhi, memberi instruksi, membagi tugas, membangun kerja 15 Ibid hal 118 39 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 kelompok, memberi feedback, mengendalikan pegawai bawahan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pimpinan secara formal dalam berorganisasi memiliki otoritas tetapi belum tentu memiliki kekuasaan.16 Pencapaian dari indikator kepemimpinan ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan oleh atasan atau team leader.17 Pada DPBT, pemimpin tertingginya adalah kepala SKPD Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah. Kemudian secara vertikal terdapat pimpinan pelaksana bidang (kepala bidang) dan kepala seksie bidang (kasi bidang). Struktur DPBT termasuk jenis struktur organisasi fungsional. Kepemimpinan DPBT dilakukan sesuai dengan prosedur pelaksanaan tugas yang ada tetapi pada struktur DPBT dinilai sangat minim pegawai. Sehingga, kepemimpinan DPBT belum maksimal, karena dengan keadaan tersebut akan menyebabkan pemimpin membagi tugas secara berlebih atau kurang proporsional pada pegawai bawahannya dalam menjalankan tugas yang dikarenakan minimnya anggota untuk melaksanakan banyak tugas-tugas yang dibebankan. Kemudian, pada indikator komunikasi dan interaksi. Komunikasi dan interaksi dimaknai sebagai kemampuan dalam mengkomunikasikan dan menyampaikan gagasan baik secara tertulis maupun lisan dengan tata bahasa yang baik pada antar-individu dalam hubungan profesional kerja.18. Komunikasi dan interaksi yang dilakukan pegawai DPBT adalah komunikasi kepada masyarakat, instansi lain, dan kepada pegawai lain baik antar staf maupun kepada atasan. Dari hasil wawancara dan analisis, telah diketahui bahwa komunikasi dan interaksi pegawai DPBT tersebut kurang begitu baik, masih terjadi miscommunication. Dari hasil pengamatan peneliti, pegawai melakukan komunikasi dan interaksi sesuai profesional kerja dengan cukup baik kepada sesama pegawai pada bidang yang sama. Tetapi komunikasi dan interaksi kepada sesama pegawai pada bidang yang berbeda, terdapat hal-hal yang ditutupi sehingga sering terjadi miscommunication dalam melaksanakan suatu tugas secara bersama-sama. 3. Pencapaian Kerja Pegawai DPBT dalam Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tanah di Kota Surabaya Pada pencapaian kinerja indikatornya dibatasi pada produktifitas dan hasil kerja serta kualitas dan kuantitas kerjanya. Maka indikator yang digunakan dalam mengukur pencapaian kerja 16 Kusdi hal 113 Wibowo, hal 75 18 Moeheriono, op.cit hal 117 17 40 adalah produktivitas dan hasil kerja DPBT serta kuantitas dan kualitas kerja tersebut. Produktifitas dan hasil kerja merupakan pencapaian hasil kinerja dalam mencapai sasaran dan target yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan data produktivitas dan hasil kinerja pegawai DPBT belum maksimal. Berdasarkan realisasi inventarisasi aset tanah tersebut DPBT masih jauh dari kata berhasil. Yakni, masih jauh dari jumlah target yang diharapkan dalam pensertifikatan tanah pada tiaptiap tahunnya. Serta dalam lampiran data tanah aset kepemilikan Surabaya hingga 2014 yaitu 6.497 bidang, sedangkan yang bersertifikat pada 2015 hanya 689 bidang saja. Hal tersebut menunjukkan perlunya ditingkatkan produktifitas dan hasil kerja pegawai DPBT. Pada aspek kuantitas, kuantitas kerja DPBT masih dirasa kurang maksimal. Kemudian pada pengukuran kualitas kerja DPBT, tugas pekerjaan telah dilakukan dengan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, akan tetapi kepuasan masih belum optimal. Masyarakat masih ada yang mengeluhkan layanan yang diberikan DPBT dalam pemanfaatan aset tanah milik Pemkot. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang dilakukan untuk mengetahui kinerja pegawai DPBT dalam pelaksanaan inventarisasi aset tanah di Kota Surabaya, maka dapat disimpulkan : 1. Kompetensi Individu (Individual Competency) Pengetahuan jabatan; pengetahuan jabatan oleh pegawai DPBT rata-rata baik. Setiap pegawai baik PNS maupun outsourcing mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaannya serta memiliki pengetahuan dan menerapkan peraturan dan prosedur yang terbaru. - Keterampilan jabatan; keterampilan jabatan pegawai DPBT dalam pelaksanaan inventarisasi aset tanah dinilai kurang maksimal. Pegawai PNS yang lama, terutama yang berusia tua, memiliki kemampuan dan keterampilan kerja pada penggunaan IT dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut dapat menghambat pencapaian visi DPBT dalam mewujudkan pelayanan tanah dan bangunan yang berkualitas dengan pengelolaan yang professional sesuai perkembangan IT. - Pengambilan keputusan; pengambilan keputusan yang dilakukan di DPBT kurang optimal. Sebab, para pegawai staf DPBT tidak dapat dilakukan serta-merta walaupun dalam keadaan yang mendesak, karena keputusan strategis hanya dilakukan oleh - Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 - 2. - - - - - kepala bidang yang diketahui oleh kepala SKPD Sikap; sikap pegawai DPBT dalam melaksanakan tugas pekerjaannya yaitu ratarata baik. Pegawai PNS dan outsourcing melaksanakan pekerjaannya dengan kerja keras, gotong-royong, jujur dan ikhlas. Hal tersebut telah memenuhi rata-rata indikator pencapaian yaitu kemampuan dalam bertindak dan bersikap terhadap pegawai lainnya serta kerja samanya. Perilaku Kerja (Job Behavioral) Kooperatif dan kerja sama; Pencapaian kooperatif dan kerjasama pegawai DPBT kepada pihak ketiga pengelola aset, instansi BPN, dan masyarakat pengguna layanan, serta antar pegawai pada bidang yang berbeda, belum berjalan secara maksimal. Masih ada kesalahpahaman yang terjadi baik antar pegawai DPBT, pegawai DPBT dengan instansi luar, dan pegawai DPBT dengan masyarakat, yang hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan untuk kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Tanggung jawab; Tanggung jawab pegawai DPBT dalam melaksanakan tugas inventarisasi aset dari pengumpulan data dan hasil analisis diketahui telah cukup baik. Pegawai telah melakukan pekerjaannya dengan memperhatikan tanggung jawab secara individu (personal) dan tanggung jawab di bidang pekerjaannya. Disiplin; Kedisiplinan yang diterapkan di DPBT sama dengan instansi-instansi pemerintah lain yaitu dengan penggunaan fingerprint (online) dan juga mengisi buku kehadiran (offline). Dengan cara tersebut pegawai DPBT menjadi tertib dan teratur dalam bekerja dan melaksanakan tugasnya dengan lebih baik. Adaptif dan fleksibilitas; Dari pengukuran adaptasi dan fleksibilitas, pgawai DPBT memiliki fleksibilitas yang rata-rata baik. Hal tersebut terlihat dari kemampuan beradaptasi dan penyesuaian diri pegawai DPBT ketika ada pemindahan kantor kerja mereka walaupun telah menguras tenaga, pikiran dan waktu yang lebih daripada biasanya. Inisiatif; pegawai DPBT dalam indikator inisiatif ini dari pengukurannya menunjukkan pencapaian yang baik. Walaupun pada seksie bidangnya sangat minim pegawai, meraka dapat mengatur tupoksinya tetap dapat berjalan. Selain merangkap jabatan, pegawai juga melakukan pencatatan ganda untuk duplikat jika terjadi - - 3. hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menjadi konflik atas permasalahan dalam pekerjaannya. Kepemimpinan; Kemimpinan dan manajemen DPBT cenderung menggunakan struktur organisasi fungsional, sehingga pembagian bidang dan seksie-seksie pada bidang berdasarkan fungsi-fungsinya secara proporsional. Dari data yang didapat kepemimpinannya belum cukup baik, karena pemimpin memberikan tugas yang berlebihan atau kurang proporsional kepada pegawainya, yang dikarenakan untuk menutupi kekurangan jumlah pegawai dalam struktur DPBT. Komunikasi dan interaksi; Komunikasi dan interaksi pegawai DPBT tersebut dinilai belum baik. Sebab masih sering terjadi miscommunication antar pegawai, baik sesama bidang maupun pegawai antar bidang, juga kepada BPN selaku penerbit sertifikat aset, serta komunikasi dan interaksi yang terjalin dengan masyarakat yang terkait yang menimbulkan kesalahpahaman. Pencapaian Kerja (Performance Achievement) Produktifitas dan hasil kerja; Produktifitas dan hasil kerja pegawai DPBT pada bidang pengadaan dan pengamanan dalam pelaksanaan inventarisasi aset dapat dilihat dari pensertifikatan aset milik Pemkot dan pelakanaan pengamanan aset tersebut. Produktifitas dan hasil kerja dalam pelaksanaan sertifikasi aset tanah diliat dari realisasinya sangat jauh dari target yang telah di terapkan dapat dilihat capaian DPBT dalam pelaksanaan program sertifikasi tanah pemkot RPJMD Tahun 2011-2014. Dari tabel tersebut produktifitas dan hasil kerja dari DPBT masih belum mencapai target yang ada, dan juga masih banyaknya jumlah aset tanah yang belum bersertifikat. Jumlah aset tanah Pemerintah Kota Surabaya hingga 2014 adalah 6.497 bidang tanah sedangkan yang sudah bersertifikat hingga tahun 2015 hanya 689 bidang saja. - Kualitas dan kuantitas kerja; Kualitas dan kuantitas pegawai DPBT dalam pelaksanaan inventarisasi aset tanah dapat dilihat dari pencapaian produktifitas dan hasil kerja dari segi mutu dan kualitas. Kuantitas kinerja pegawai DPBT belum maksimal, dilihat dari realisasi sertifikasi aset dibandingkan dengan target yang ditetapkan, realisasi aset tanah yang tersertifikatkan belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Sedangkan, kualitasnnya dilihat dari pelaksanaan tugas pekerjaan yang dilakukan berdasarkan prosedur dan ketentuan yang ada. - 41 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Dari hasil pengukuran kinerja pegawai yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kinerjanya belum maksimal. Indikator pengukuran kinerja dari kompetensi individu pegawai dan perilaku kerja di DPBT dapat mempengaruhi pencapaian kerja pegawai. Sehingga dilihat dari pencapaian kerjanya, produktifitas dan hasil kerja secara kualitatif dan kuantitatif belum tercapai secara maksimal. Sehingga secara umum kinerja pegawai DPBT berdasarkan 3 (tiga) dimensi pengukuran kinerja yaitu komptensi individu, perilaku kerja, produktifitas dan hasil kerja, dengan 13 (tiga belas) indikator kinerja pegawai, pegawai DPBT dinilai masih belum maksimal dalam melaksanakan inventarisasi aset tanah. Jumlah pegawai yang menangani masalah inventarisasi aset tanah masih minim untuk milik Pemerintah Kota Surabaya yang jumlahnya tidak sedikit. Dari hal tersebut menyebabkan banyak pegawai DPBT yang merangkap kerja. Banyak pegawai pada suatu seksie bidang yang merangkap mengerjakan pekerjaan lain pada bidang yang sama. Dengan demikian, jika jumlah pegawai sebagai pelaksana kegiatan kurang mencukupi dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada maka hal tersebut akan dapat mempengaruhi pencapaian produktifitas dan hasil kerja DPBT secara kualitas dan kuantitas kerjanya. Sehingga secara tidak langsung dapat menghambat kinerja pegawai DPBT dalam pencapaian visi, misi dan tujuannya. 42 Saran Memperbanyak SDM, dapat dilakuan dengan cara merekrut outsourcing. Terutama pada bidang pengadaan dan pengamanan serta bidang pemanfaatan aset sebagai bidang sesuai fokus penelitian. Pada bidang pengadaan dan pengamanan jumlah pegawai PNS adalah 11 orang dan pegawai outsourcing 13 orang. Pada bidang pemanfaatan aset tanah jumlah pegawai PNS adalah 15 orang dan pegawai outsourcing 20 orang. Hal tersebut dirasa kurang dalam melaksanakan tupoksi bidang pekerjaannya dalam suatu kelompok kerja dan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan sesuai tupoksi bidang terkait inventarisasi aset tanah milik Kota Surabaya kurang maksimal. Bekerja sama kooperatif serta membangun interaksi dan komunikasi yang baik dengan Badan Pertanahan Negara selaku penerbit sertifikat dalam pelaksanaan inventarisasi aset tanah. Pihak DPBT perlu tegas dalam memberikan sanksi kepada masyarakat penghuni illegal aset tanah milik pemerintah Kota Surabaya yang tidak mau ditertibkan pada saat pelaksanaan pengamanan fisik yang dilakukan dalam inventarisasi aset tanah. Perlu upaya mempertahankan konsistensi kerja dalam tugas dan tanggungjawabnya melaksanakan inventarisasi dan pemanfaatan aset untuk mencapai tujuan dan target pencapaian kinerja pegawai DPBT secara kuantitas dan kualitas, baik bekerja secara individu maupun dengan kelompok kerja. Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Daftar Pustaka Adams, Carol A., Stephen Muir dan Zahirul Hoque.Measurement of Sustainability Performance in the Public Sector.Emerald Group Publishing Limited Management and Policy Journal Vol.5 No.1, 2014 hlm 46-67 (diunduh pada www.media.proquest.com tanggal 05 Maret 2016) Arini, Ni Nyoman.Studi Evaluatif Tentang Kinerja Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang (DCKTR) Dalam Pengendalian Pengawasan TataBangunan Pada Tahun 2013.Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Universitas Airlangga Januari-April 2015 Volume 3 No.1 hlm125-134 Arnitasari, Nandya. Akuntabilitas Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Pengelolaan Aset.Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Universitas Airlangga Januari 2013 Volume 1 No.1 hlm 48-55 Antara.2014.Lahan Pasar Turi Belum Bersertifikat.pada web : <http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/17 /lahan-pasar-turi-belum-bersertifikat> (diakses pada 27 February 2015) Balaboniene, Ingrida dan Griede Vecerskiene.The Aspect of Performance Measurement in Public Organization.Elsevier : Prodecia Social and Behavioral Sciences 213 (2015) hlm 314-320 (diakses pada www.sciencedirect.com tanggal 31 Januari 2016) Data Pendukung Elemen Data IKK Kabupaten/Kota Lampiran III (Pelaksana Kebijakan Pencapaian Kinerja Urusan Wajib dan Pilihan) 2015 Data Realisasi dan Pencapaian Indikator Program Laporan Keterangn Pertanggungjawaban y/2012-0911_20112_80000016_Bahan%20Ajar%20M anajemen%20Aset%20%20Acep%20Hadinata.pdf> (diakses pada 26 February 2015) Hadari, Nawawi.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University Press Hartoyo, Nafsi.2013.Optimalisasi Aset Negara/Daerah.pada web: <http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/art ikel/147-artikel-anggaran-danperbendaharaan/11610-nafsi-hartoyo> (diakses pada 27 February 2015) Hasibuan, Malayu.2008.Organiasai dan Motivasi (Dasar Peningkatan Produktivitas).Jakarta: PT Bumi Aksara Informasi Laporan Penyelengaraan Pengelolaan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun 2011 pada web http://www.surabaya.go.id (diakses pada 26 Maret 2015) Informasi Laporan Penyelengaraan Pengelolaan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun 2013 pada web http://www.surabaya.go.id (diakses pada 26 Maret 2015) Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 77/Kep7.1/Iii/2012 tentang Praksis Reforma Agraria Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2012 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Manajemen Aset / Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009-2010. Pada web: <https://www.scribd.com/doc/259213193/L HP-BPK-Manajemen-Aset-Kota-SurabayaTA-2009-2010> (diakses pada 3 Juni 2015) Akhir Masa Jabatan (LKPJ-AMJ) Walikota Surabaya Dunn, William N., Muhadjir Darwin (ed.).2000.Pengantar Analisis Kebijakan Publik.Yogykarta : Gajah Mada University Press E-book berjudul “Buku Ajar Manajemen Aset” yang disusun oleh Acep Hadinata, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta tahun 2011 <http://akademik.stan.ac.id/vclass_repositor Mahsun, Mohamad.2006.Pengukuran Sektor Publik.Yogyakarta : Yogyakarta Kinerja BPFE- Matei, Ani dan Elis Bianca Enescu.Good Local Public Administration and Peformance. An empirical study. Elsevier : Procedia, Social and Behavioral Sciences 81 (2013) hlm 449453 (akses dari www.sciencedirect.com pada tanggal 31 Januari 2016) 43 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Moeheriono.2009.Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.Bogor: Ghalia Indonesia Noname.2015.Dewan Soroti Pelepasan Surat Ijo.pada web : <http://m.beritametro.co.id/jawatimur/dewan-soroti-pelepasan-surat-ijo> (diakses pada 27 Maret 2015) Nugroho, Riant.2014.Public Policy (Teori, Manajemen, Dinamika, Analisis, Konvergensi, dan Kimia Kebijakan).Jakarta : PT Elex Media Komputindo tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung dan Pengadaan Barang/Jasa. Peraturan Walikota Surabaya No. 39 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Standart Teknis untuk Pelayanan dan Pemanfaatan Ruang Populasi Negara-Negara di Dunia <http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP .TOTL> diakses online pada 17 April 2015 Profil Kota Surabaya <http://www.surabaya.go.id/profilkota/index .php?id=26> (diakses pada 26 February 2015) Parmin, Lahan Pasar Turi Belum Bersertifikat.Dipublikasi tanggal 17 Oktober 2014. <http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/17 /lahan-pasar-turi-belum-bersertifikat> Diakses tanggal 23 Maret 2015 Robbin, Stephen P. (ed. Nur Mahanani).Prinsip-Prinsip Organisasi.Jakarta : Erlangga Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 tentang Izin Pemakaian Tanah Satori, Djam’an. dan Aan Komariah.2013.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun 2012 Pengelolaan Barang Milik Daerah Sedamaryanti.2007.Manajemen Sumber Daya Manusia (Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil).Bandung : PT Refika Aditama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah (perubahan atas Permendagri 17 Tahun 2007) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara (bacaan online diakses melalui <http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2 014/78~PMK.06~2014Per.HTM> pada Januari 2016) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolan Barang Milik Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolan Barang Milik Daerah (perubahan atas PP RI No. 6 Tahun 2006) Peraturan Walikota Surabaya No. 36 Tahun 2016 tentang Pengamanan Barang Milik Daerah Peraturan Walikota Surabaya No. 75 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Walikota Surabaya No. 73 Tahun 2012 44 Cahyono Perilaku Siregar, Doli D.2004.Manajemen Aset (Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah Sebagai CEO’s pada Era G.obalisasi).Jakarta : PT. Kresna Prima Persada Statistik Daerah Jawa Timur 2013 hlm. 1 online. <http://jatim.bps.go.id/en/index.php?hal=pu blikasi_detil&id=2> diakses tanggal 17 April 2015 Sudarsono, Agus.Baru 125 dari 5.338 petak aset memiliki sertifikat,Berita Pemerintah.Dipublikasi tanggal 30 Oktober 2012. <http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/10/30/ baru-125-dari-5-338-petak-aset-memilikisertifikat/> Diakses tanggal 23 Maret 2015Suwarto, F.X.Perilaku Keorganisasian.Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Sukmana, Yoga. PT.KAI Susah Payah Selamatkan Aset Negara.Dipublikasi tanggal 6 Maret 2015 <http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/03 /06/pt-kai-susah-payah-selamatkan-asetnegara> diakses tanggal 23 Maret 2015 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Suwarto, F.X.1999.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed.).2005.Metode Penelitian Sosial :Berbagai Alternatif Pendekatan (edisi revisi). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Uno, Hamzah dan Nina Lamantenggo.2012.Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.Bab I Ketentuan Umum.online.diakses 20 Maret 2015. <http://www.bpn.go.id/DesktopModules/Eas yDNNNews/DocumentDownload.ashx?port alid=0&moduleid=1658&articleid=2266&d ocumentid=2028> Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat Wibowo.2011.Manajemen Kinerja-edisi ketiga.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 45