plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI
DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 –2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Fitriana Annisa Stya Ningrum
NIM : 06 8114 095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI
DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 – 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Fitriana Annisa Stya Ningrum
NIM : 06 8114 095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
f
Sen*&btue
ByALUASI PENGELOII\AN LIMBAfl FARIIilASI
IH RSIM SI,EMAFI
FEMre
TAHT}N
slslF+ rffi
Fui
*,*
:
x{i4gqe
I..ffi{ :'ffi'8'Ltrrl.ffi,
dr6ryt$s$:hhh
Pmbim@glttea
61
.'
(A. fri,&immrq trrs. M.For, $c)
*!r.,
n
:
M6 -2012
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Stilip$i Beriudut
EVALUASI PENGELOLAAI\I LIMBAE FARMASI
DI RST]D SLEMAN PERIODE TAHTJN 2W -2012
Oleh:
Fitriana Annisa Stya Ningrum
8114 095
"fl+
Farmasi
Panitia Penguji : .
Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc
Ipang Djuna*c, M. $c., Apt.-
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt
llr
t:s"
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk :
Allah S.W.T atas berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya,
Ayah, ibu, keluarga besar penulis, dan para sahabat: Amel, Erma, Cyndi,
serta yang terkasih: Hanung Aprianto, S. iKom.
terima kasih untuk segala “kesan dan pembelajaran manis maupun pahit”
yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga untuk semua pihak yang berperan serta dalam mendukung
keberhasilan Penulis.
Sesuatu yang kita anggap sulit/rumit, jika kita MAU berusaha dan
YAKIN maka kita akan BISA melakukannya,
Ubahlah kata-kata “Bisa...Tapi Sulit” menjadi “Sulit.. tapi Bisa”
...Insyaallah... 
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya sehingga Penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud
berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan tenaga
dan waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Pembimbing skripsi, Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. atas waktu dan
bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan
Evaluasi, Kepala Sub Bidang Litbang Ibu Sri Nurhidayah, S.Si., MT, dan
Direktur RSUD Sleman Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes yang telah
memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di RSUD
Sleman.
4. Pembimbing lapangan, Ibu Dra. H. E. Lestariningsih, Apt. (Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Sleman) dan Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM (Kepala Sanitasi
RSUD Sleman) atas kesabaran dan kerendahan hatinya, serta segala kebaikan
yang telah diberikan selama penelitian di RSUD Sleman.
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Pembimbing akademik Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. atas arahan dan
bimbingannya.
6. Untuk keluarga tercinta dan tersayang, Bapak Ibu terima kasih atas doa dan
dukungan yang tak henti-hentinya baik moril maupun materiil, yang selalu
meyakinkan dan membesarkan hati.
7. Untuk para sahabat, Amel, Erma, Cyndi, dan Hanung, terima kasih atas doa,
dukungan, saran, hiburan, semangat, dan bantuan, yang tulus diberikan kepada
Penulis.
8. Semua teman-teman farmasi almamater 2006 baik FKK maupun FST yang
telah lebih dulu menempuh perjalanan karier sebagai farmasis, terima kasih
atas pertemanan selama ini. Sukses untuk kita semua.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada Penulis
mendapatkan balasan dan menjadi amal ibadah di mata Allah SWT. Dalam skripsi
ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan
yang Penulis miliki. Namun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan
akademisi.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penulis
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Fitriana Annisa Styaningrum
Nomor mahasiswa
: 06 8114 095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi di RSUD Sleman Periode Tahun 2006 –
2012 (Evaluation of Pharmaceutical Waste Management in RSUD Sleman on the
Period of the Year 2006 –2012)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tangal : 25 September 2013
Yang menyatakan,
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
iv
PRAKATA ..................................................................................................
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xv
INTISARI ....................................................................................................
xvi
ABSTRACT ..................................................................................................
xvii
BAB I . PENGANTAR ...............................................................................
1-8
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
1. Perumusan masalah ............................................................................
5
2. Keaslian penelitian .............................................................................
6
3. Manfaat penelitian ..............................................................................
7-8
a. Manfaat teoritis ..............................................................................
7
b. Manfaat praktis ..............................................................................
7
1). Manfaat bagi penulis ...............................................................
7
2). Manfaat bagi RSUD Sleman ...................................................
8
3). Manfaat bagi masyarakat .........................................................
8
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................
8
1. Tujuan umum ....................................................................................
8
2. Tujuan khusus ....................................................................................
8
BAB II . PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................
9-34
A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit ..........................................
9
B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit .....................
11
C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ............................
12
D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ................................
13-20
1. Pemisahan dan Pengumpulan .............................................................
13
2. Pemilahan ...........................................................................................
14
3. Pelabelan ............................................................................................
16
4. Pengangkutan .....................................................................................
16
5. Penyimpanan Sementara/Penampungan ............................................
17
6. Pemusnahan dan Pembuangan ...........................................................
18
E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai ......................................
21-23
1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa ......................
21
2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai......
22
F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011.............................
23
G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004............................
26
H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi.....................
29
I. Keterangan Empiris..................................................................................
32
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................
35-42
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................
35
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Variabel Penelitian .................................................................................
35
C. Definisi Operasional ...............................................................................
35
D. Tata Cara Penelitian ...............................................................................
38-42
1. Perizinan .............................................................................................
38
2. Persiapan Instrumen Penelitian ..........................................................
38
3. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................
38
4. Lokasi Penelitian ................................................................................
39
5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
39
a. Wawancara .....................................................................................
40
b. Observasi/pengamatan ...................................................................
40
c. Dokumentasi ..................................................................................
40
d. Studi pustaka .................................................................................
41
6. Analisis data .......................................................................................
41
7. Pembahasan kasus ..............................................................................
41
8. Uji validitas ........................................................................................
41
E. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................
42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
43-65
A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen .........................
43
B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan ..
47
C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah
49-64
Sakit dan Standar Pembanding ...................................................................
1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM..........................................
49
2. Kesesuaian dari aspek proses.............................................................
58
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
D.Peran IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi.....................................
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
66-68
A. Kesimpulan ............................................................................................
66
B. Saran .......................................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
69
LAMPIRAN ................................................................................................
72
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................
100
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori
limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)....................
Tabel II.
Metode
pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi
berdasarkan kategori obat.........................................................
Tabel III.
31
Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode
tahun 2006 –2012 berdasarkan sumber/produsen...............
Tabel VI.
30
Standar kompetensi apoteker indonesia dalam pemusnahan
limbah farmasi..........................................................................
Tabel V.
20
Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut Depkes RI,
2004..........................................................................................
Tabel IV.
14
45
Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode
tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis
kemasan obat............................................................................
Tabel VII.
Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di
IFRS.........................................................................................
Tabel VIII.
49
Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di
ISRS........................................................................................
Tabel IX.
47
52
Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek
pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding
Tabel X.
CPFB tahun 2011 ....................................................................
56
Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses......
63
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model
konvensional..................................................................................
Gambar 2.
Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD
Sleman...........................................................................................
Gambar 3.
60
TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang
terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman.............................
Gambar 5.
59
Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis
(termasuk limbah farmasi).............................................................
Gambar 4.
29
60
Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk
limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana
sebelum dibakar di incinerator.......................................................
Gambar 6.
61
Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi
limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar.............
xiv
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Panduan Wawancara / Interview Guide..........................
72
Lampiran 2.
Tabel Hasil Wawancara...................................................
75
Lampiran 3.
Tabel Hasil Observasi.....................................................
79
Lampiran 4.
Tabel Analisis Data Obat-obatan ...................................
85
Lampiran 5.
Struktur Organisasi IFRSUD dan ISRSUD Sleman........
94
Lampiran 6.
Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman............
95
Lampiran 7.
Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman........
96
Lampiran 8.
Surat Izin Penelitian.........................................................
97
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks berdampak positif dan
negatif. Salah satu dampak negatifnya berupa limbah farmasi. Pengelolaan limbah
farmasi perlu diteliti karena pengelolaan yang tidak tepat dapat mengancam
kesehatan dan mencemari lingkungan. Sayangnya, belum semua rumah sakit
mengelola limbah farmasi sesuai dengan prosedur.
Penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional dan
bersifat deskriptf evaluatif ini bertujuan memperoleh profil pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman Periode tahun 2006 – 2012. Data yang diambil adalah
data jenis limbah dan proses pengelolaan limbah dilengkapi dengan wawancara
terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan sanitarian penanggung jawab limbah.
Hasil penelitian menunjukkan 2012 ada 94.418 item limbah farmasi yang
dikelola dari internal (dropping) maupun eksternal. Sediaan padat terbanyak
berupa tablet dan kapsul, sediaan semi padat berupa salep dan krim, sedangkan
sediaan cair terbanyak berupa larutan (dalam sachet dan ampul). Sumber eksternal
terbanyak dari P.R. YAKKUM (86%) pada tahun 2009.
Berdasarkan analisis dan evaluasi data, aspek prosedur dan SDM
pengelola limbah farmasi di RSUD Sleman telah sesuai dengan standar
pembanding, sedangkan pada aspek proses masih memerlukan beberapa
pembenahan. Direkomendasikan supaya petugas IFRS diberikan pelatihan
pengelolaan limbah farmasi rumah sakit.
Kata kunci : limbah farmasi, prosedur, pengelolaan
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Hospital activities are so complex and have positive and negative impact. One
of which is pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management need to be
investigated because the improper management can threaten the health and pollute the
environtment. Unfortunatelly, not all hospitals managing pharmaceutical waste in
accordance with procedures.
Non experimental studies with evaluative descriptive observational
design was aimed to obtain the profile of the pharmaceutical waste management in
RSUD Sleman on the period of the year 2006 – 2012. The data retrieved is data type
of waste and waste management processes, supported by interviews with leader of
IFRS, sanitation, and sanitarian in charge of waste.
The results of the analysis drug extermination data in RSUD Sleman on the
period of the year 2006 - 2012 showed that there were 94.418 items pharmaceutical
waste were administered in RSUD Sleman, both from internal and external. Most of
solid dosage form such as tablets and capsules, semi solid dosage forms such as
ointments and creams, and most of liquid dosage form of
solutio (in sachets and ampoules). The Most external source of pharmaceuticals
waste were derived from P.R YAKUM (86%) on the year 2009.
Based on data analysis and evaluation, from the aspect of procedures and
human resource were managing pharmaceutical waste in RSUD Sleman was adequate
in accordance with standart comparators, while from the aspect of process still
needs some correction. So it is recommended that the staffs in IFRS given training of
pharmaceutical waste management in hospital.
Keywords: pharmaceuticals waste, procedures, management
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat untuk pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan (Siregar,
2004). Kegiatan-kegiatan rumah sakit yang berupa pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif sangat kompleks. Kegiatan tersebut tidak saja
menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak
positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak
negatifnya berupa limbah rumah sakit akibat proses kegiatan baik medis maupun
non medis.
Menurut Sarwanto (2003) berdasarkan hasil penelitian WHO bersama
dengan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1997 yang ditunjukkan dalam profil
kesehatan Indonesia, produksi limbah padat rumah sakit berupa limbah domestik
sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Berdasarkan kriteria
WHO, pengelolaan limbah medis padat yang baik bila persentase limbah medis
tidak lebih dari 15%. Penelitian tersebut dilakukan terhadap rumah sakit-rumah
sakit baik yang ada di dalam maupun di luar kota Jakarta. Dari 88 rumah sakit
yang ada di luar kota Jakarta yang menjadi obyek penelitian, didapatkan hasil
bahwa jumlah rumah sakit yang melakukan pemisahan limbah 80,7%, pewadahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
limbah 20,5%, pengangkutan limbah 72,7%, dan menggunakan incinerator untuk
limbah infeksius 62%. Dari sekitar 107 rumah sakit yang berada di Jakarta, baru
10 rumah sakit yang memiliki incinerator, dan itu pun tidak semuanya insinerator
yang benar. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah
belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit, sedangkan peraturan proses
pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992
pun sebagian besar tidak dijalankan dengan baik.
Meskipun persentase limbah medis padat (baik yang didapatkan dari
hasil penelitian maupun dari ketentuan WHO) terbilang jauh lebih kecil daripada
limbah padat domestik, akan tetapi dengan persentase yang kecil itu limbah medis
padat memiliki potensi bahaya yang lebih besar. Bila tidak ditangani dan dibuang
secara baik dan benar maka limbah medis padat rumah sakit berpotensi untuk
mencemari lingkungan, kemungkinannya menimbulkan kecelakaan kerja serta
penularan penyakit/infeksi, dan tindakan-tindakan ilegal. Salah satu limbah rumah
sakit yang memerlukan pengelolaan dan strategi pembuangan yang tepat adalah
limbah farmasi.
Kasus yang pernah menghebohkan masyarakat Indonesia terkait dengan
pengelolaan limbah farmasi yang tidak benar adalah terjadinya tindakan
penggantian tahun kadaluwarsa obat pada sediaan yang telah melewati tahun
kadaluwarsa di sebuah gudang obat ilegal yang kemudian obat-obatan tersebut
diedarkan lagi di apotek-apotek dan rumah sakit di seluruh Aceh, seperti yang
dilansir dalam artikel di majalah online Kompasiana (Yus, 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Menurut Budiarie (2009) di Jawa Timur juga ada kasus penimbunan dan
pemulungan limbah farmasi berupa obat-obatan kadaluwarsa dari limbah rumah
sakit maupun rumah tangga untuk dipasarkan lagi di masyarakat, seperti yang
dilansir dalam artikel di website Monitor Indonesia. Tentunya bagaimanapun
bentuk kasus mengenai pengelolaan limbah farmasi yang belum tepat, pada
akhirnya sangat merugikan konsumen terutama dari segi kesehatan, karena efek
terapi obat sudah berkurang, dan yang paling membahayakan adalah apabila obatobatan tersebut sudah terkontaminasi oleh zat berbahaya/beracun yang dapat
menimbulkan toksisitas bagi yang meminum.
Permasalahan yang kerap dijumpai dalam pengelolaan limbah farmasi
adalah dalam hal kesesuaian proses dengan prosedur. Contohnya adalah tidak
dilakukan pemisahan dan pemilahan limbah farmasi secara benar berdasarkan
kategori-kategori tertentu misalnya bentuk sediaan obat, kemasan obat, maupun
berdasarkan golongan obatnya. Padahal berbeda kategori limbah farmasi bisa
berbeda pula penanganannya, dan sebenarnya di Indonesia sendiri sudah terdapat
cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah dan
bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengelola limbah rumah sakit khususnya
limbah farmasi. Namun, tidak semua peraturan yang berlaku tersebut diterapkan
secara baik dan benar.
RSUD Sleman Yogyakarta merupakan sebuah rumah sakit dengan
tipe/kelas B Non-pendidikan sejak bulan Desember tahun 2003 hingga saat ini,
setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen
Kesehatan RI. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 9 tahun 2009, tanggal 4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Agustus 2009 dan Peraturan Bupati Sleman nomor: 48 tahun 2009 dinyatakan
bahwa
RSUD
Sleman
mempunyai
tugas
membantu
Bupati
dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Berkaitan dengan tugas tersebut, RSUD Sleman telah memiliki
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup lengkap yaitu fasilitas rawat
inap dan rawat jalan dengan fasilitas pelayanan, pendukung, dan penunjang
seperti pelayanan medis dan terapi, UGD, poliklinik gigi, laboratorium, pelayanan
pendidikan dan penelitian, pelayanan farmasi, hingga pelayanan pengelolaan
limbah.
Sebagai bentuk pelayanan pengelolaan limbah, selain berupaya menjaga
kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitar area rumah sakit dengan
mengelola limbah secara mandiri menggunakan incinerator dan IPAL, RSUD
Sleman juga mengadakan jasa pemusnahan limbah medis bagi instansi kesehatan
lain yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah dengan membayar
sejumlah biaya sesuai ketentuan Pemda Sleman.
Dari latar belakang tersebut maka Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di RSUD Sleman khususnya di unit kerja Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) dan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit (ISRS) untuk melihat secara
langsung bagaimana pengelolaan limbah farmasi pada periode tahun 2006 – 2012.
Penelitian dilakukan di dua unit kerja karena perbekalan farmasi di RSUD Sleman
dikelola oleh IFRS, sedangkan untuk perbekalan farmasi yang sudah menjadi
limbah (termasuk dari instansi kesehatan lain) dikelola secara langsung oleh ISRS
melalui fasilitas dan jasa pemusnahan limbah medis RSUD Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Periode tahun 2006 –2012 dipilih karena berdasarkan pra-survey,
pengelolaan limbah farmasi dari dalam RSUD Sleman terbilang jarang sekali
dilakukan kecuali pada kejadian luar biasa (KLB), sedangkan di sisi lain hampir
setiap tahun sekali ada satu dua instansi luar yang menggunakan jasa pemusnahan
limbah di RSUD Sleman. Maka dari itu dengan menetapkan periode penelitian
tahun 2006 – 2012 akan memungkinkan diperolehnya data pengelolaan obat yang
layak untuk analisis.
Lebih jauh lagi penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran
dan fungsi tenaga kefarmasian dalam pengelolaan limbah farmasi. Mengingat
adanya perubahan paradigma dari drug oriented ke patient oriented, melalui
penelitian ini diharapkan akan terwujud pula sosok-sosok farmasis yang selain
berkompeten dalam menjaga kualitas produk obat dan pelayanan pasien dengan
baik juga memiliki kesadaran tinggi dalam upaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan lingkungan.
1.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –
2012 berdasarkan sumber/produsen limbah?
b. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –
2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
c. Bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan
prosedur rumah sakit dan standar pembanding?
d. Bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi di
RSUD Sleman?
2.
Keaslian penelitian
Berdasarkan penelaahan pustaka yang sejauh ini telah dilakukan Penulis,
ditemukan bahwa penelitian-penelitian tentang evaluasi pengelolaan limbah
rumah sakit telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun, penelitian-penelitian
tersebut biasanya membahas secara umum dan menyeluruh tentang pengelolaan
segala jenis limbah medis yang dikelola ISRS mulai dari aspek kesesuaian proses
dengan prosedur, sumber daya manusia (SDM), hingga analisis pendanaannya.
Di Universitas-universitas di Indonesia, tema penelitian mengenai
pengelolaan limbah rumah sakit telah cukup banyak dibawakan khususnya di
fakultas/jurusan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Contohnya dalam tiga
tahun terakhir adalah Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di
RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan judul penelitian lainnya
adalah Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Ramelan oleh (Widhiatmoko, 2010).
Dari Fakultas Farmasi USD (Rahmaroswita, 2012) sebenarnya pernah
membawakan tema penelitian tentang pengelolaan limbah, akan tetapi penelitian
tersebut lebih membahas ke pengelolaan limbah padat medis berupa benda tajam,
alat-alat kesehatan steril, dan limbah infeksius, sementara untuk limbah farmasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
sendiri belum dibahas. Dari hasil studi pustaka dan wawancara dengan
narasumber, Penulis juga menemukan bahwa penelitian mengenai limbah farmasi
belum pernah dilakukan di RSUD Sleman.
Karena hal itu maka terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian
sebelumnya dengan karya Penulis, yaitu: tema penelitian mengenai limbah
farmasi secara khusus belum pernah dibawakan di RSUD Sleman, Fakultas
Farmasi USD, maupun universitas-universitas lain di Indonesia. Selain itu
penelitian ini membahas tentang pengelolaan limbah farmasi mulai dari
sumbernya (unit kerja IFRS), bukan hanya ketika limbah tersebut sudah berada di
ISRS dan siap dimusnahkan.
3.
Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.
2) Dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan limbah farmasi serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya di waktu yang akan datang.
b. Manfaat praktis
1) Bagi penulis:
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas
wawasan keilmuan dan mengkaji pengelolaan limbah farmasi di RSUD
Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
2) Bagi RSUD Sleman:
Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya dalam hal
pengelolaan limbah farmasi.
3) Bagi masyarakat:
Menambah pengetahuan umum masyarakat mengenai manajemen sanitasi
rumah sakit khususnya dalam hal pengelolaan sampah medis berupa
limbah farmasi.
B.
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan
limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.
2.
Tujuan khusus
a. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada
periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah.
b. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada
periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis
kemasan obat.
c. Mengetahui bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD
Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding.
d. Mengetahui bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit
Secara umum limbah rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu:
1. Limbah medis,
adalah limbah yang dihasilkan rumah sakit dari kegiatan
pelayanan medis, laboratorium, veterinary, kedokteran gigi, ataupun farmasi
pada saat dilakukan pengobatan, perawatan, dan penelitian.
2. Limbah non medis, adalah limbah yang umumnya berasal dari kegiatan
kantor, dapur, cuci, mesin, dan buangan kamar mandi (Fariadi, 2010).
Limbah medis rumah sakit terdiri dari:
1. Limbah infeksius: limbah yang mengandung bahan patogen, contohnya kultur
laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang
tersentuh pasien yang terinfeksi, dan ekskreta.
2. Limbah patologis: jaringan atau potongan tubuh manusia, misal hasil operasi.
3. Limbah benda tajam: contoh jarum, peralatan infus, pisau, potongan kaca.
4. Limbah farmasi: limbah yang mengandung bahan farmasi, contohnya obatobatan, vaksin, serum, injeksi yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai atau
tidak bisa dikembalikan ke distributor/PBF karena berbagai alasan misalnya
rusak, terkontaminasi, nomer batch tidak sesuai spesifikasi, obat-obatan yang
dibuang oleh pasien.
5. Limbah genotoksik: limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik
contohnya limbah obat-obatan sitostatik (antikanker).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
6. Limbah kimia adalah limbah yang mengandung bahan kimia, contohnya
reagen, solven, film untuk rontgen, dan desinfektan
7. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi: misalnya baterai, thermometer
yang pecah, alat pengukur tekanan darah.
8. Wadah bertekanan: adalah sediaan semprotan kabut tipis dari sistem
bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan gas, busa, atau cairan setengah
padat. Misalnya tabung gas anestesi, peralatan terapi pernafasan, oksigen
dalam bentuk gas atau cair, kaleng aerosol, dan tabung inhaler.
9. Limbah radioaktif: limbah yang mengandung bahan radioaktif, contoh cairan
yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium (Anonim,
2009).
Jika ditinjau dari wujudnya, limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat
berupa bahan padat (seperti sisa benda tajam, sisa jaringan tubuh, serta limbah
dari kegiatan kantor dan dapur), bahan cair (seperti cairan infeksius, cairan
jaringan tubuh, cairan buangan farmasi, buangan laboratorium dan dapat juga
berasal dari kegiatan pencucian dapur atau laundry), dan gas (seperti hasil
buangan dari peralatan medis dan pembakaran) (Fariadi, 2010).
Berdasarkan sifat dan potensi bahayanya, limbah medis dapat
dikategorikan menjadi lima jenis:
1. Golongan A, adalah limbah medis padat yang memiliki sifat infeksius paling
besar yang berasal dari aktifitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan
penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan
media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contoh: sisa potongan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
tubuh, sisa binatang percobaan, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi
(seperti pembalut/pempers dan verban bekas pakai), bekas infus/tranfusi set.
2. Golongan B, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena
mempunyai bentuk tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan
terapi dan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit dengan media
penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Terdiri dari: spuit/suntikan bekas,
jarum bekas, cartridge, pecahan gelas/botol/ampul obat, pisau bekas bedah.
3. Golongan C, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena
digunakan
langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit
dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contohnya: periak,
tempat muntah, dan pispot yang terkontaminasi.
4. Golongan D, terdiri dari: limbah padat farmasi seperti obat-obat kadaluwarsa
dan tidak terpakai, sisa kemasan dan kontainer obat, termasuk juga peralatan
yang terkontaminasi bahan farmasi.
5. Golongan E, adalah limbah padat sisa aktifitas pelayanan pasien, contohnya
pelapis bed-pan disposable (Depkes RI, 1992).
B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya penularan
penyakit dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber penyakit. Sanitasi
merupakan usaha kesehatan yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Upaya sanitasi rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks
sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta
berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan sarana prasarana yang
memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI,
2004).
Penerapan sanitasi rumah sakit salah satunya adalah pengelolaan limbah
yang merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan limbah mulai dari sumbernya
hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Pengelolaan diterapkan mulai dari
sumber daya yang tersedia seperti SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan
limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan tersebut (Adisasmito,
2007).
C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit
Langkah-langkah penanganan limbah farmasi yang benar meliputi:
1. Pengambilan keputusan: memutuskan kapan tindakan akan dilaksanakan
karena adanya penimbunan obat-obatan kadaluwarsa dan tidak terpakai.
2. Persetujuan: persetujuan pembuangan obat-obatan harus dimintakan dari pihak
berwenang, seperti Dinas Kesehatan, BPOM, atau bahkan KLH.
3. Perencanaan: perencanaan mengenai pembiayaan, ahli yang diperlukan, SDM,
waktu, tempat, peralatan, material dan cara pembuangan yang dibutuhkan.
4. Penyusunan kelompok kerja: pekerjaan harus dilakukan oleh kelompok yang
terdiri dari ahli farmasi (teknisi farmasi atau petugas gudang farmasi yang
berpengalaman sebagai pengawas) dan pekerja kesehatan/sanitarian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
5. Kesehatan dan keselamatan kelompok kerja: Semua pekerja harus
menggunakan alat perlindungan diri/APD yang sesuai berupa pakaian dan
sepatu bot yang dipergunakan setiap saat, serta sarung tangan, masker dan
tutup kepala pada keadaan-keadaan tertentu.
6. Proses pengelolaan limbah farmasi, dengan perhatian khusus pada tahap
pemilahan dan metode pembuangan.
7. Keamanan: obat-obat yang memerlukan pengawasan khusus (narkotik,
psikotropika, zat adiktif) memerlukan tindakan pengamanan yang ketat karena
sering terjadi masalah pemulungan obat (WHO, 1999).
D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit
1. Pemisahan dan Pengumpulan
Tahap pemisahan disini merupakan proses dimana suatu limbah farmasi
dipisahkan dari limbah medis lainnya, yang kemudian dikumpulkan sesuai
jenisnya. Pemisahan harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah. Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah
harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan
diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan. Kontainer pengumpul
harus dibersihkan sebelum digunakan lagi. Kantong pengumpul harus diganti
segera dengan kantong baru dari jenis yang sama, dan persediaan kantong
pengumpul yang baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan
limbah (Pruss, 2005).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Kriteria wadah (kantong atau kontainer) limbah farmasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori
limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)
2. Pemilahan
Cara utama untuk mencapai metode dan manajemen pengelolaan limbah
yang cost effective adalah dengan melakukan pemilahan materi untuk
meminimalkan kebutuhan akan metode pembuangan yang rumit atau mahal.
Tujuan pemilahan adalah memisahkan limbah ke dalam kategori-kategori tertentu
yang memerlukan metode pembuangan berbeda (WHO, 1999).
Untuk limbah farmasi sendiri, pemilahan meliputi evaluasi awal secara
keseluruhan terhadap stok obat-obatan dan pemisahan obat-obatan tersebut
menjadi kategori. Proses pemilahan limbah farmasi meliputi:
a. Identifikasi item,
b. Pembuatan keputusan mengenai kelayakan penggunaan/kemanfaatan obat,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
c. Jika masih layak digunakan atau direncanakan untuk dikembalikan (retur) ke
distributor/PBF, biarkan kemasan dalam keadaan utuh,
d. Jika sudah tidak layak digunakan, dibuat keputusan metode pembuangan yang
optimal sesuai dengan kategori obat (WHO, 1999).
Kategori pemilahan limbah farmasi antara lain:
a. Obat-obatan kadaluwarsa atau tidak terpakai
Obat-obatan yang tidak boleh dipergunakan dan harus selalu dianggap sebagai
limbah farmasi adalah:
1) Semua obat-obatan kadaluwarsa;
2) Semua sediaan obat yang tidak bersegel, tidak memiliki label yang jelas, dan
tidak berada dalam kemasan aslinya (kadaluwarsa maupun tidak);
3) Semua obat-obatan tidak kadaluwarsa yang rusak rantai dinginnya (cold
chain) yaitu yang seharusnya disimpan di tempat dingin namun tidak (contoh:
insulin, hormon polipeptida, gamma globulin dan vaksin) (WHO, 1999).
b. Obat-obatan yang masih bermanfaat
Jika memungkinkan, obat-obatan yang masih dalam masa berlakunya dan
dianggap bermanfaat dipisahkan dan dipergunakan segera oleh institusi dengan
membuat daftar mengenai barang-barang yang ada, jumlah dan tanggal
kadaluwarsanya (WHO, 1999).
c. Bahan yang dapat didaur ulang
Bahan-bahan yang dapat didaur ulang misalnya kemasan obat dapat
dibuang ke tempat pembuangan sampah ataupun didaur ulang (jika fasilitas
tersedia). Bahan-bahan kemasan obat ada yang terbuat dari plastik, logam ataupun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
gelas/kaca. Kemasan obat tersebut harus dipisahkan dari obat-obatan sebelum
dilaksanakan proses pemusnahan dan pembuangan obat. (WHO, 1999).
Pemilahan juga bisa dilakukan berdasarkan bentuk sediaan obat. Selain
itu bisa juga dilakukan pemilahan berdasarkan kandungan zat aktifnya, misalnya
yang membutuhkan cara pembuangan khusus, meliputi: narkotik, psikotropika,
obat-obatan antibiotik, obat-obatan anti kanker/sitotoksik, anti septik dan
disinfektan. (WHO, 1999).
3. Pelabelan
Label yang terpasang pada semua kantong atau kontainer limbah layanan
kesehatan harus memuat informasi dasar mengenai jenis/isi limbah dan nama
produsen limbah. Informasi tersebut dapat ditulis langsung pada kantong atau
kontainer atau pada label yang sudah dicetak sebelumnya yang menempel dengan
kuat. Informasi tambahan yang sebaiknya juga tercantum dalam label antara lain:
tanggal pengumpulan dan tujuan akhir limbah. Seandainya muncul masalah yang
berkaitan dengan limbah
maka pelabelan secara lengkap dan benar akan
memungkinkan dilakukannya penelusuran terhadap asal limbah. Pelabelan juga
memberitahu staf pelaksana dan masyarakat umum mengenai sifat bahaya dari
limbah tersebut (Pruss, 2005).
4. Pengangkutan
Kantong limbah dapat langsung ditempatkan dalam kendaraan
pengangkut, akan tetapi akan lebih aman jika menempatkannya dalam kontainer
sekunder (misalnya kotak kardus, plastik bertutup, atau kontainer berlapis seng).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah harus memenuhi kriteria
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
yang dipersyaratkan, juga tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi
lainnya selain limbah layanan kesehatan. Limbah harus diangkut melalui rute
yang paling cepat dari titik penghasil limbah yang harus direncanakan sebelum
pengangkutan dimulai sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penanganan
lebih lanjut yang tidak diharapkan. Khusus untuk pengiriman limbah ke luar
instansi, sebelum pengangkutan limbah, dokumen pelepasan harus dilengkapi,
semua persiapan harus dilakukan antara pengirim, pengantar, dan penerima
(Pruss, 2005).
5. Penyimpanan Sementara/Penampungan
Lokasi penyimpanan sementara untuk limbah harus dirancang agar
berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Limbah harus ditampung di
area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas
limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Rekomendasi untuk
fasilitas penampungan limbah layanan kesehatan, antara lain :
a. Area penampungan harus memiliki lantai yang kokoh, impermeabel,
drainasenya baik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi
b. Harus ada persediaan air untuk tujuan pembersihan
c. Area harus mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani limbah
d. Ruangan/area harus dapat dikunci
e. Adanya kemudahan akses oleh kendaraan pengumpul limbah
f. Ventilasi dan pencahayaannya baik
g. Area penampungan jangan sampai mudah dimasuki serangga, burung, atau
binatang lainnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
h. Lokasi penampungan tidak boleh berada di dekat lokasi penyimpanan
makanan mentah atau lokasi penyiapan makanan.
i. Persediaan perlengkapan kebersihan, pakaian pelindung, dan kantong atau
kontainer limbah harus diletakkan di lokasi yang cukup dekat dengan lokasi
penampungan limbah.
j. Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin, waktu tampung sementara
untuk limbah hingga pemusnahan tidak melebihi 48 jam di musim hujan dan
24 jam di musim kemarau (untuk iklim hangat) (Pruss, 2005).
6. Pemusnahan dan Pembuangan
Metode penanganan limbah farmasi ada beberapa cara, yaitu:
a. Pengembalian kepada distributor: limbah farmasi dalam jumlah besar harus
dikembalikan kepada distributor/PBF.
b. Penimbunan (penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah
tanpa perlakuan atau persiapan sebelumnya), misalnya dengan:
1) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian: pembuangan
limbah farmasi tanpa pengelolaan ke pembuangan terbuka tidak
disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain, karena langkah ini tidak
ramah lingkungan dan tidak aman karena bisa menyebabkan
pemulungan limbah untuk tujuan diedarkan kembali.
2) Penimbunan berteknologi tinggi: tempat penimbunan harus memiliki
saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas
lapisan air tanah. Limbah farmasi dipadatkan dan ditutupi dengan tanah
untuk menjamin keamanan dan kebersihan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
c. Imobilisasi limbah dengan enkapsulasi, yaitu: peng-imobilisasian obatobatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi.
d. Imobilisasi limbah dengan inersiasi: merupakan varian enkapsulasi dengan
pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obatobatan sebelum obat-obatan tersebut ditanam kemudian ditambahkan
campuran air, semen dan kapur dengan perbandingan 5:15:15 sehingga
terbentuk pasta cair yang homogen yang dapat berubah menjadi massa
padat saat bercampur dengan limbah rumah tangga.
e. Pembuangan melalui saluran pembuangan air: air yang mengalir dengan
deras dapat dipergunakan untuk membilas dan membuang sejumlah kecil
obat-obatan cair atau anti septik cair yang telah diencerkan sebelumnya.
f. Pembakaran dalam wadah terbuka: cara ini hanya untuk limbah farmasi
dengan jumlah yang sangat sedikit karena pembakaran bersuhu rendah
dalam wadah terbuka menghasilkan polutan beracun yang dapat dilepaskan
ke udara.
g. Insinerasi suhu sedang (suhu minimum 850oC): penggunaan fasilitas
incinerator suhu sedang lebih disarankan sebagai langkah sementara,
daripada penggunakan pilihan yang kurang aman seperti pembuangan
langsung ke tempat penampungan akhir.
o
h. Insinerasi suhu tinggi (lebih tinggi dari 1000 C), contohnya pembakaran
limbah farmasi di industri semen karena memiliki waktu retensi
pembakaran yang lebih lama dan mengeluarkan gas buangan melalui
cerobong yang tinggi. Selama proses pembakaran, bahan baku semen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
o
20
o
mencapai suhu 1450 C sementara gas pembakaran mencapai suhu 2000 C.
Pada suhu setinggi ini waktu tinggal gas hanya beberapa detik. Pada
keadaan ini semua komponen organik limbah akan hancur secara efektif.
Beberapa hasil pembakaran yang beracun atau berbahaya terserap oleh
produk kerak semen atau dikeluarkan oleh pertukaran panas.
i. Dekomposisi kimiawi : tidak disarankan bila tidak terdapat ahli kimia.
Berikut ini adalah rangkuman dari metode pemusnahan dan pembuangan
limbah farmasi berdasarkan kategori obat menurut ketentuan WHO (1999):
Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai
1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa
Dalam ilmu farmakoterapi terdapat risiko yang berkaitan dengan
penggunaan obat baik yang diketahui ataupun tidak. Kejadian atau bahaya yang
dihasilkan dari risiko tersebut didefinisikan sebagai ‘drug misadventure’, dalam
hal ini termasuk ’medication error’ yaitu pemakaian obat yang tidak tepat dan
menimbulkan kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut berada dalam
pengawasan profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Hal ini menjadi
masalah di seluruh dunia yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan manusia atau
lemahnya sistem yang ada. Terkait dengan permasalahan ini, penggunaan limbah
farmasi seperti obat-obatan kadaluwarsa atau integritas obat-obatan yang secara
fisik dan kimia telah menurun (’deteriorated drug error’) merupakan salah satu
bentuk dari ’medication error’ (Anonim, 2010).
Kadaluwarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang
memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau bahkan menjadi toksik (beracun).
Kadaluwarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen obat
menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung kadar zat sesuai
dengan yang tercantum dalam kemasannya pada penyimpanan sesuai dengan
anjuran. Obat yang sudah kadaluwarsa, kadar/konsenstrasinya sudah berkurang
antara 25-30% dari konsentrasi awalnya (Anonim, 2010).
Tanggal kadaluwarsa mulai banyak muncul pada kemasan obat sejak
tahun
1979,
setelah
undang-undang
yang
mengharuskan
pabrik
obat
mencantumkan tanggal kadaluwarsa di Amerika Serikat yang akhirnya menular ke
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
seluruh dunia. Tanggal kadaluwarsa adalah tanggal yang dicantumkan pada
masing-masing wadah produk obat (umumnya pada penandaan), yang
menyatakan sampai dengan tanggal tersebut jika produk disimpan dengan benar
(berada dalam kemasannya dan disimpan dalam kondisi normal), maka produk
diharapkan tetap memenuhi spesifikasi standar mutu yang disyaratkan. Umumnya
tanggal kadaluwarsa ditulis dengan angka bulan dan tahun dan ditetapkan dua
hingga tiga tahun sejak obat dikemas (Kimin, 2010).
Tanggal kadaluwarsa bukanlah tanggal yang ditentukan oleh pemerintah
maupun departemen kesehatan dan sebenarnya tanggal ini tidak menunjukkan
berapa lama suatu obat layak untuk dikonsumsi, karena obat dapat rusak sebelum
tanggal kadaluwarsa yang ditetapkan oleh pabrik ataupun masih dapat dikonsumsi
meskipun sudah lewat beberapa tahun setelah lewat tanggal kadaluwarsanya
(Anonim, 2009).
2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai
Tanda-tanda kadaluwarsa obat tergantung dari jenis/bentuk sediannya.
a. Padat,
berupa
sediaan
tablet,
kapsul,
pil
dan
serbuk.
Umumnya mengalami perubahan berupa perubahan warna, bau, rasa dan
konsistensinya. Tablet dan kapsul mudah menyerap air dari udara sehingga
menjadi
meleleh,
lengket
dan
rusak.
Kemasan
mungkin
menjadi
menggelembung. Tablet berubah ukuran ketebalannya dan terdapat bintikbintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya tidak sama dan
tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah ukuran dan panjangnya,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
mengalami keretakan dan warna kapsul memudar. Obat puyer/serbuk dapat
terjadi penggumpalan.
b. Semisolid,
berupa
sediaan
salep,
krim,
pasta,
dan
jeli.
Umumnya mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan
krim berubah konsistensinya dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan
viskositasnya berubah, melembut, kehilangan komponen airnya, tidak
homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk partikel tidak merata serta pH
nya berubah.
c. Cair, dapat berupa sediaan sirup, emulsi dan suspensi oral. Umumnya
dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, pH,
kelarutan, dan viskositas, Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen.
Beberapa obat, seperti obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila
terkena sinar. Terdapat partikel-partikel kecil yang mengambang pada obat
cair (namun hal ini normal pada suspensi). Bau dan rasa obat berubah menjadi
tajam seperti bleach, acid, gasoline, punguent/getir.
d. Gas, contohnya oksigen. Aerosol mengalami kebocoran, kontaminasi
partikelnya, fungsi tabungnya rusak dan beratnya berkurang. Jika diukur
dosisnya maka terdapat perbedaan dosis (Anonim, 2009).
F.
Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) tahun 2011
Ada beberapa hal mengenai pengelolaan limbah farmasi yang diatur
dalam dokumen Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) 2011 atau
disebut juga Good Pharmacy Practice (GPP), yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
1. SPO CPFB 2011 No. A-07 (28 Oktober 2011) tentang Pemeriksaan Tanggal
Kadaluwarsa :
a. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3
bulan sekali)
b. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 (dua) cara yaitu :.
1) Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing obat
(a) Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab terhadap
pemeriksaan tanggal kadaluwarsa
(b) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa untuk masing-masing
obat pada satu bagian dari rak
(c) Untuk obat yang mendekati tanggat kadaluwarsa (1 - 3 bulan
sebelumnya) beri perhatian khusus agar didistribusikan sebelum
tanggal kadaluwarsa. Atau mengembalikan (reture) obat kepada
distributor sesuai dengan persyaratan yang disepakati
(d) Menyisihkan obat yang
telah kadaluwarsa dan simpan ditempat
tersendiri dengan diberi label/ tulisan OBAT KADALUWARSA
(e) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain
(f) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri
2) Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahapan
penyiapan obat
(a) Pada
saat
mengambil
obat
untuk
pelayanan
melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa.
harus
selalu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
(b) Sisihkan obat yang telah kadaluwarsa dan simpan ditempat tersendiri
dengan diberi label/tulisan : OBAT KADALUWARSA.
(c) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri
2. SPO CPFB 2011 No. A-08 (28 Oktober 2011) tentang Pengelolaan sediaan
farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa:
a. Menyediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah kadaluwarsa
b. Tempat khusus penyimpanan komoditi harus terpisah dari ruang peracikan.
c. Memberi label KOMODITI KADALUWARSA DILARANG DUUAL
pada tempat khusus
d. Menunjuk petugas yang bertanggungjawab mengelola komoditi ini.
e. Sebelum memasukkan komoditi yang telah kadaluwarsa pada tempat
khusus terlebih dahulu dicatat dalam buku
f. Melakukan pemusnahan komoditi sesuai tata cara yang berlaku
3. SPO CPFB 2011 No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan
farmasi dan alkes:
a. Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan
dimusnahkan
b. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan
Sediaan farmasi dan alkes)
c. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.
d. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
e. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang sekurang-kurangnya memuat :
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
dimusnahkan
3) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pernusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
f. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
(IAI, 2011).
G.
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Pengelolaan limbah farmasi rumah sakit juga diatur dalam KepMenKes
RI
Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yang secara khusus dibahas dalam Bab IV yaitu tentang
Persyaratan dan Tata Laksana Penanganan Limbah Medis Padat.
Ada beberapa persyaratan dan tata laksana yang berkaitan dengan
penanganan limbah farmasi yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
1. Persyaratan minimisasi limbah farmasi: setiap rumah sakit harus melakukan
reduksi limbah dimulai dari sumber dan melakukan pengelolaan stok bahan
farmasi.
Tata laksana: menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluwarsa, menghabiskan bahan dari setiap kemasan, dan
mengecek tanggal kadaluwarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
2. Persyaratan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
limbah farmasi: pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumbernya,
limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dapat dimanfaatkan kembali, dan pewadahan limbah farmasi harus
memenuhi
persyaratan
dengan
penggunaan
kontainer/kantong
plastik
berwarna coklat.
Tata laksana: dilakukan pemisahan limbah farmasi dari jenis limbah medis
padat lainnya mulai dari sumber limbah, tempat pewadahan limbah farmasi
mengikuti aturan untuk pewadahan limbah medis padat (kantong/kontainer
warna coklat tanpa simbol khusus) dan terbuat dari bahan yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya, siap tersedia di setiap sumber penghasil limbah, kantong
plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi, dan kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan
limbah tidak boleh digunakan lagi.
3. Persyaratan pengumpulan, pengemasan, penyimpanan sementara, dan
pengangkutan limbah farmasi (mengikuti ketentuan umum limbah medis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
padat) di lingkungan rumah sakit: pengumpulan limbah dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus limbah medis yang tertutup dan
penyimpanan limbah harus sesuai iklim tropis/hangat.
Tata laksana: bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam, bagi rumah sakit
yang tidak mempunyai insinerator, limbah medis padatnya harus dimusnahkan
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
insinerator, kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup dan harus
aman dari jangkauan manusia maupun binatang, petugas yang menangani
limbah, harus menggunakan APD yang lengkap dan memenuhi syarat.
4. Persyaratan pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah farmasi
(mengikuti ketentuan untuk limbah medis padat): limbah tidak diperbolehkan
dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum
aman bagi kesehatan, dan cara serta teknologi pengolahan atau pemusnahan
limbah disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit.
Tata laksana: limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan
insinerator pirolitik, rotary kiln, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah
atau inersisasi. Dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan
yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi,
sedangkan limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan
kepada distributor, tetapi apabila dalam jumlah sedikit dan tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
memungkinkan dikembalikan, agar dimusnahkan melalui insinerator pada
suhu diatas 1.000°C (DepKes RI, 2004)
H.
Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi
Tenaga kefarmasian merupakan salah satu tenaga kesehatan yang terdiri
dari apoteker dan teknisi farmasi. Teknisi farmasi ini terdiri dari Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Tenaga Kefarmasian di rumah sakit melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di IFRS. Tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian dan
kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang didasarkan pada
standar kefarmasian dan prosedur yang berlaku dimana ia bekerja (DepKes RI,
2009).
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, IFRS harus
menerapkan
bagan
penyelenggaraan
struktur
pengelolaan
organisasi
minimal
perbekalan,
pelayanan
yang
mengakomodasi
farmasi
klinik
manajemen mutu, seperti pada contoh berikut :
(DepKes RI, 2004).
Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model konvensional
dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Selan itu dalam meningkatkan mutu pelayanannya suatu organisasi IFRS
harus memiliki dokumen uraian tugas untuk pendelegasian tugas dan wewenang
bagi staf maupun pimpinan. Standar kualifikasi SDM juga perlu diperhatikan. Staf
dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan
dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di
bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai
surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya
Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI,
2004).
Kualifikasi SDM di dalam suatu IFRS dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel III. Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut DepKes RI, 2004
Berdasarkan fungsi dan peran lintas sektoralnya, selain tergabung dalam
panitia farmasi dan terapi rumah sakit bersama staf medis (dokter dan perawat),
IFRS juga tergabung dalam tim PPI (pencegahan dan pengendali infeks) rumah
sakit bersama dengan staf medis dan tenaga kesehatan masyarakat (sanitarian) dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
dalam hal ini peran IFRS adalah sebagai pengelola stok perbekalan farmasi untuk
meminimalisir
limbah
farmasi,
dan
juga
berperan
dalam
administrasi
penghapusan. Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Selain itu
dibuat pula suatu pelaporan yang merupakan kumpulan catatan dan pendataan
kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan (DepKes RI, 2004).
Dari sembilan kompetensi apoteker di Indonesia yang tercantum dalam
dokumen Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, pemusnahan obat-obatan
kadaluwarsa/tidak terpakai merupakan unit kompetensi nomor 7.4 yaitu “mampu
melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai peraturan”.
Tabel IV. Standar kompetensi apoteker Indonesia dalam pemusnahan limbah farmasi
Elemen
Kriteria kinerja
1.
7.4.1
Memusnahkan
sediaan farmasi
dan alkes
2.
Mampu menetapkan pemenuhan
ketentuan peraturan perundangundangan dan persyaratan
keamanan berkaitan dengan
pemusnahan obat
Menetapkan pemenuhan kriteria
obat yang harus dimusnahkan
(obat rusak, kadaluwarsa, dan
sebagainya)
Unjuk kerja
• Mampu menjelaskan ketentuan perundangundangan dan persyaratan keamanan berkaitan
dengan pelaksanaan pemusnahan obat
• Mampu menjelaskan kriteria obat harus
dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa, dan
sebagainya)
• Mampu melaksanakan pemusnahan sediaan
farmasi sesuai peraturan perundang-undangan,
sifat bahan, dan dampak lingkungan
• Mampu membuat dokumentasi pemusnahan
sediaan farmasi.
(IAI, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
I.
32
Keterangan Empiris
Limbah farmasi merupakan salah satu limbah medis rumah sakit yang
berdasarkan potensi bahayanya termasuk ke dalam golongan D. Limbah farmasi
ini bisa berupa obat-obatan, vaksin, serum, maupun injeksi yang sudah
kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan. Pengelolaan limbah
farmasi termasuk dalam salah satu upaya sanitasi rumah sakit, yang melibatkan
lintas program dan sektoral (khususnya IFRS dan ISRS).
Pada penerapannya terdapat serangkaian kegiatan pengelolaan limbah
farmasi mulai dari pengelolaan SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan
limbah hingga evaluasi. Untuk itu diperlukan prosedur yang harus dipenuhi antara
lain pengambilan keputusan, persetujuan dari pihak berwenang, perencanaan
segala aspek, penyusunan kelompok kerja, kesehatan dan keselamatan kelompok
kerja, proses pengelolaan limbah, dan keamanan. Proses pengelolaan limbah
farmasi yang baik dan tepat terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan dan
pengumpulan, pemilahan, pelabelan, pengangkutan, penyimpanan sementara, dan
pemusnahan serta pembuangan.
Pengelolaan limbah farmasi perlu mendapatkan perhatian lebih dari
komite terapi di rumah sakit karena pemberian limbah farmasi seperti obat-obatan
kadaluwarsa dan tidak terpakai, diketahui ataupun tidak merupakan salah satu
bentuk medication error yaitu deteriorated drug error yang dapat menimbulkan
kerugian pada pasien. Dengan demikian komite terapi khususnya IFRS harus
mengetahui tanda-tanda sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak dengan
mencermati dan melakukan pemeriksaan terhadap tanggal kadaluwarsa obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
secara berkala atau setiap pengambilan dan juga melihat perubahan visual baik
yang terjadi secara fisik maupun kimia pada sediaan obat tersebut.
Pengelolaan limbah farmasi secara baik dan tepat merupakan bentuk
ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, antara lain
yang
diatur
dalam
CPFB
2011
dan
KepMenKes
RI
Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit. Lebih jauh lagi, pengelolaan limbah farmasi bisa menggambarkan
bagaimana peran dan fungsi tenaga kefarmasian di instansi layanan kesehatan
tersebut dalam upaya minimisasi limbah famasi dari sumbernya.
Berbagai macam penelitian mengenai pengelolaan limbah medis telah
banyak dilakukan, diantaranya adalah: Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan,
Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT.
Phapros TBK Semarang) oleh Priyambada (2006). Meskipun penelitian tersebut
dilakukan tidak di rumah sakit melainkan di industri farmasi, akan tetapi konsep
penelitiannya sama dengan penelitian ini yaitu untuk melihat kesesuaian antara
teori (dalam hal ini adalah prosedur rumah sakit dan standar pembanding) dengan
kenyataan di lapangan. Metode yang digunakan juga sama dengan penelitian ini
yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Dalam tiga tahun terakhir ini terdapat penelitian serupa tetapi dilakukan
di rumah sakit, contohnya: Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan
Sistem di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan Kajian
Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr. Ramelan oleh
(Widhiatmoko, 2010), dimana penelitian tersebut memaparkan profil limbah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
bahan berbahaya dan beracun (B3) padat dan mengevaluasi serta memberikan
rekomendasi terhadap pengelolaan limbah berdasarkan standar pembanding yang
sama
dengan
penelitian
ini
yaitu
KepMenKes
RI
Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
Selain itu terdapat pula penelitian pendukung mengenai incinerator untuk
pembakaran sampah medis yang dilakukan oleh Setyo Purwoto (tahun 2008).
Dalam penelitian tersebut dilakukan eksperimen untuk menguji incinerator
meliputi variasi suhu, lama pembakaran, dan volume sampah yang paling optimal
dalam pembakaran sampah medis rumah sakit, dimana hasilnya adalah kondisi
optimal incinerator dicapai pada suhu 900o, lama pembakaran 2 jam, dan volume
sampah 2/3 bagian dari volume ruang bakar.
Dengan
kesamaan
tujuan
contoh
penelitian-penelitian
penelitian,
kesamaan
sebelumnya
metode,
dan
yang
kesamaan
memiliki
standar
pembanding, penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil dan pembahasan
mengenai pengelolaan limbah farmasi yang optimal, bisa menambah kajian
penelitian untuk pengelolaan limbah farmasi rumah sakit, serta mampu
memberikan rekomendasi terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin
ada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan
penelitian observasional dan bersifat deskriptif evaluatif. Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan terhadap subjek uji, dan
merupakan penelitian observasional karena dilakukan dengan cara observasi.
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif evaluatif
karena penyajian
data dan
pembahasannya dilakukan secara deskriptif serta dilakukan pula evaluasi
menggunakan standar pembanding.
B. Variabel Penelitian
1. Jenis limbah farmasi berdasarkan sumber limbah (internal, eksternal) dan
berdasarkan BSO/satuan (padat, semi padat, cair) dan jenis kemasan.
2. SDM yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi dan prosedur
pengelolaan limbah farmasi
3. Proses pengelolaan limbah farmasi
C. Definisi Operasional
1. Limbah farmasi adalah perbekalan farmasi berupa obat-obatan dan sediaan
steril yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan
(berikut juga kemasan obatnya), tidak termasuk alat kesehatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
2. Pengelolaan limbah farmasi adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman,
meliputi apa yang dikelola (profil limbah), siapa yang mengelola (SDM), dan
bagaimana cara mengelolanya (prosedur dan proses).
3. Periode tahun 2006 – 2012 adalah rentang tahun yang digunakan Penulis
untuk membatasi periode penelitian dimana data yang diambil dan dianalisis
merupakan data pengelolaan limbah farmasi tahun 2006 (setelah gempa di
Yogyakarta) hingga penelitian ini selesai dilakukan (Juni 2012).
4. Limbah farmasi internal adalah limbah farmasi yang berasal dari sisa stok
dropping dan dari stok sediaan farmasi di IFRSUD Sleman yang dikelola dan
dimusnahkan di incinerator RSUD Sleman.
5. Limbah farmasi eksternal limbah farmasi yang dikirim dari instansi kesehatan
luar untuk dimusnahkan menggunakan fasilitas jasa pemusnahan limbah di
RSUD Sleman.
6. Limbah farmasi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman
berupa bentuk sediaan obat padat yang terdiri dari tablet, kapsul, kaplet,
suppositoria, dan serbuk.
7. Limbah farmasi semi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD
Sleman yang terdiri dari bentuk sediaan obat semi padat berupa salep dan
krim.
8. Limbah farmasi cair adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman
berupa bentuk sediaan cair yang terdiri dari larutan (termasuk juga dry syrup
dan larutan steril seperti infus, serum, dan injeksi), suspensi, dan emulsi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
9. Prosedur pengelolaan limbah farmasi adalah prosedur yang berlaku dan
diterapkan di RSUD Sleman mulai dari identifikasi waktu kadaluwarsa hingga
pemusnahan limbah farmasi.
10. SDM adalah petugas-petugas yang terlibat langsung dalam pengelolaan
perbekalan dan limbah farmasi di RSUD Sleman, berasal dari IFRS dan ISRS,
meliputi struktur organisasi, uraian tugas, kualifikasi, pelatihan, dan
pengetahuan mengenai limbah farmasi.
11. Standar pembanding utama adalah standar pembanding yang digunakan
Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman,
evaluasi pada tingkat IFRS menggunakan standar pembanding CPFB 2011
sedangkan evaluasi pada tingkat ISRS menggunakan standar pembanding
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004.
12. Standar pembanding pendukung adalah standar pembanding yang digunakan
Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman
yang mendukung ketentuan dalam standar pembanding utama atau
mengemukakan hal-hal yang belum diatur dalam standar pembanding utama,
yaitu: KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di rumah sakit, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Dokumen
Manajemen Sanitasi Rumah sakit, dan Pedoman Cara Pembuangan Secara
Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan yang diterbitkan
oleh WHO tahun 1999.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
D. Tata Cara Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan mulai dari penyusunan dan pengajuan
proposal, pembuatan izin penelitian, persiapan instrumen, pengumpulan data,
analisis dan penyajian data dengan pendekatan deskriptif, pembahasan hasil
penelitian dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif (menggunakan
standar pembanding), pengambilan kesimpulan dan saran, dan terakhir adalah
penyusunan laporan penelitian (skripsi).
1. Perizinan
Perizinan diperlukan sebagai upaya legalisasi agar penelitian dapat
dilakukan. Perizinan dibuktikan dengan surat izin penelitian yang diperoleh dari
pihak Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman, dan izin dari Instalasi
Diklat RSUD Sleman (dengan tembusan kepada IFRS dan ISRS).
2. Persiapan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari alat dan bahan yang digunakan untuk
kepentingan penelitian. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa
hard board, map, kertas, dan alat tulis, sedangkan alat-alat yang digunakan antara
lain interview guide/panduan wawancara, worksheet/lembar kerja berupa tabel
untuk observasi, kamera digital, dan laptop serta printer untuk penyusunan skripsi.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis padat di
RSUD Sleman yang difokuskan pada limbah farmasi di unit kerja IFRS dan ISRS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
serta mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi tersebut dengan menggunakan
standar pembanding utama dan pendukung.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di RSUD Sleman yang beralamatkan di Jalan
Raya Yogyakarta-Magelang atau Jl. Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo,
Sleman. Penelitian dilakukan di dua unit kerja yaitu IFRS dan ISRS (termasuk
juga Instalasi Incinerator yang masih termasuk dalam unit kerja ISRS).
5. Teknik Pengumpulan Data
Sumber utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya (Moleong,
1998). Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah sumber data utama penelitian yang berasal langsung dari
responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara
terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan petugas penanggungjawab limbah.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data penunjang penelitian yang berasal dari selain
responden, misalnya dari kajian pustaka. Data sekunder dalam penelitian ini
berupa: hasil observasi, dokumentasi/foto, dan berbagai dokumen seperti:
dokumen Berita Acara Pemusnahan Obat dari tahun 2006 hingga 2012,
dokumen SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008 RSUD
Sleman, dokumen Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) RSUD
Sleman Tahun 2011, dokumen Petunjuk Pemakaian Incinerator, dokumen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman,
dokumen Mapping Competency Instalasi Sanitasi, dan dokumen Uraian Tugas
Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman. Didukung pula oleh
berbagai teori dari studi pustaka yang dilakukan peneliti.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa teknik, yaitu :
1) Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode penelitian pengumpulan data
dengan cara langsung/tanya jawab terhadap responden menggunakan interview
guide/pedoman wawancara.
2) Observasi/pengamatan
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara
cermat dan sistematis dan dilakukan secara langsung di lapangan (meliputi data
primer dan sekunder). Observasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu
berupa worksheet/lembar kerja berupa tabel. Observasi yang dilakukan adalah
tentang proses pengelolaan limbah farmasi termasuk juga mengenai kelengkapan
dan kelayakan peralatan dan fasilitas yang digunakan.
3) Dokumentasi
Merupakan suatu cara pengumpulan data untuk memperoleh bukti
otentik yang mendukung hasil observasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara
pengambilan gambar/foto terhadap fasilitas dan proses pengelolaan sampah medis
limbah farmasi di RSUD Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
4) Studi pustaka
Diarahkan dengan maksud untuk memperjelas dalam pembahasan.
Penelitian tidak luput dari banyaknya informasi yang diperoleh baik dengan cara
membaca buku-buku ilmiah, browsing di internet dan pengetahuan umum yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini juga berguna untuk
mendukung data penelitian yang minim karena kesulitan akses dokumen.
6. Analisis Data
Dilakukan secara deskriptif dalam bentuk uraian, gambar, tabel, dan
diagram.
7. Pembahasan Kasus
Dilakukan secara deskriptif evaluatif mengenai kesesuaian data dan fakta
yang diperoleh menggunakan standar pembanding.
8. Uji Validitas
Guna memperolah data yang valid maka digunakan triangulasi teknik
data yakni untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa teknik pengambilan data, yang bisa
dilihat dari skema berikut ini :
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Ketiga teknik data tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan standar pembanding
dengan menggunakan teknik studi pustaka.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah obyek penelitian yang masih relatif
luas yaitu dalam hal “pengelolaan” dimana melibatkan banyak sekali aspek mulai
dari apa yang dikelola, siapa yang mengelola, hingga bagaimana prosesnya (yang
juga meliputi banyak prosedur dan tahapan) sedangkan waktu penelitian yang
dimiliki terbatas, sehingga masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini yaitu
tidak ada pembahasan mengenai aspek pendanaan (anggaran pengelolaan).
Selanjutnya, keterbatasan mengenai akses data, dimana tidak semua data
yang dibutuhkan bisa dengan mudah diakses oleh Penulis meskipun sebenarnya
ada, contohnya adalah data kualifikasi petugas di IFRS dan data obat-obatan yang
dikembalikan atau di-retur ke distributor. Padahal dengan adanya data tersebut
bisa mendukung dan menguatkan pembahasan dalam penelitian.
Keterbatasan berikutnya adalah adanya ketidaksesuaian antara definisi
operasional “limbah farmasi” antara Penulis dengan pihak RSUD, dimana
kemasan obat yang pada teori-teori sebelumnya digolongkan ke dalam limbah
farmasi (dan oleh Penulis juga diterapkan sebagai definisi operasional penelitian)
tidak dianggap demikian oleh pihak RSUD karena limbah kemasan obat
digolongkan ke dalam limbah medis umum termasuk juga pendataan dan cara
penanganannya. Karena hal itu maka data pemusnahan kemasan obat tidak bisa
secara khusus ditelaah sebagai limbah farmasi sehingga pada tahun-tahun setelah
2006 tidak ada data pengelolaan limbah farmasi secara internal.
Penulis berharap semoga keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini
dapat diperbaiki atau lebih difokuskan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis padat yang
dikelola di RSUD Sleman, terdiri dari dua golongan yaitu limbah farmasi berupa
obat-obatan, sediaan steril (di luar sitostatika) dan limbah farmasi berupa alat
kesehatan/alkes. Namun, limbah alkes tidak termasuk dalam kajian penelitian ini.
Pada periode tahun 2006 –2012, RSUD Sleman mengelola limbah
farmasi dari dua sumber yaitu internal dan eksternal. Limbah farmasi internal
berasal dari sisa stok dropping dan dari stok IFRS, sedangkan limbah farmasi
eksternal berasal dari instansi lain yang menggunakan jasa pemusnahan limbah
farmasi di RSUD Sleman. Berdasarkan data pengelolaan limbah farmasi yang
ditelaah Penulis dan dari hasil wawancara dengan narasumber, pada periode tahun
2006 – 2012, sumber limbah farmasi internal hanyalah dari sisa stok dropping
karena dengan adanya prosedur rumah sakit stok sediaan farmasi yang mendekati
Expired Date (ED) bisa dikembalikan ke distributor/PBF dengan penggantian
barang atau uang, sehingga tidak ada kasus dari IFRS maupun unit pelayanan lain
mengenai obat-obatan rusak atau kadaluwarsa yang harus dikelola hingga
pemusnahan. Sayangnya, karena adanya keterbatasan penelitian maka data
mengenai obat-obatan yang dikembalikan atau di-retur dari pihak IFRS ke
distributor/PBF tersebut tidak bisa ditelaah dan dilampirkan oleh Penulis guna
mendukung pembahasan dalam penelitian ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
Dari data pengelolaan obat dengan sumber internal (sisa stok dropping)
dan eksternal yang ditelaah Penulis, ada 94.418 item limbah farmasi berupa obatobatan dan sediaan steril kadaluwarsa dan tidak terpakai. Pengelolaan limbah
farmasi internal pada periode tersebut terbilang sangat sedikit (2,34%). Limbah
farmasi yang dikelola di RSUD Sleman lebih banyak berasal dari eksternal
(97,66%) karena adanya fasilitas jasa pemusnahan limbah. Dari wawancara yang
dilakukan antara Penulis dengan Kepala ISRSUD Sleman, jasa pemusnahan
limbah farmasi ini dinilai memiliki dampak positif bagi RSUD Sleman karena
selain dapat meningkatkan keprofesionalitasan dalam pelayanan kesehatan dan
pemeliharaan lingkungan, RSUD Sleman juga memperoleh pendapatan ekstra
yang bisa dialokasikan untuk pemeliharaan fasilitas incinerator ataupun inventaris
sanitasi.
Ada tiga instansi kesehatan eksternal yang mempercayakan pengelolaan
limbah farmasi-nya kepada RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012, yaitu
Puskesmas Mlati II Sleman yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada tahun
2008, Pusat Rehabilitasi YAKKUM yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada
tahun 2009, dan Puskesmas Seyegan yang memusnahkan limbah farmasinya pada
tahun 2008 hingga 2011. Selama periode tahun 2006 – 2012 tersebut, Puskesmas
Mlati II Sleman memusnahkan 5,22% limbah farmasi, Puskesmas Seyegan 6,43%
limbah farmasi, dan Pusat rehabilitasi YAKKUM memusnahkan paling banyak
yaitu 86 % limbah farmasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012
berdasarkan sumber/produsen
th.
2006
th.
2007
th.
2008
th.
2009
th.
2010
th.
2011
th.
2012
∑
item
%
2211
−
−
−
−
−
−
2211
2,34
a. Puskesmas Mlati II
−
−
4930
−
−
−
−
4930
5,22
b. Puskesmas Seyegan
−
−
178
570
2873
2452
−
6073
6,43
c. P.R. YAKKUM
−
−
−
81204
−
−
−
81204
86,00
2211
−
5108
81774
2873
2452
−
94418
100,00
Sumber
Internal
Eksternal
RSUD Sleman
(dropping)
Total
Dari tabel tersebut, bisa dilihat bahwa pada tahun 2006, tidak terdapat
dokumen pengelolaan limbah farmasi eksternal. Keseluruhan limbah farmasi yang
dikelola merupakan internal RSUD Sleman, akan tetapi bukan merupakan stok
IFRSUD Sleman sendiri melainkan sisa stok sediaan farmasi dan steril dropping
(berasal dari donasi gempa) yaitu sebanyak 2211 item (2,34%).
Peneliti tidak mendapatkan adanya dokumen pengelolaan obat pada
tahun 2007. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
narasumber, bila tidak ada data bukan berarti sama sekali tidak dilakukan
pengelolaan limbah farmasi karena secara teori limbah farmasi yang dimaksud
tidak hanya berupa obat-obatan, sediaan steril, ataupun alkes, tetapi juga kemasan
obat itu sendiri. Hampir setiap hari di RSUD Sleman selalu dihasilkan limbah
kemasan obat yang berasal dari gudang obat, apotek, laboratorium, maupun
bangsal-bangsal perawatan pasien, sehingga setiap harinya pasti ada saja limbah
kemasan obat yang dimusnahkan. Namun, oleh pihak RSUD Sleman limbah
farmasi yang hanya berupa kemasan obat saja digolongkan ke dalam limbah
medis umum. Pengumpulan, pewadahan, penimbangan, pencatatan, dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
pemusnahannya menjadi satu dengan limbah medis umum. Pelaporannya bukan
berupa berita acara pemusnahan obat, akan tetapi hanya dimasukkan ke dalam
Buku Laporan Incinerator yang memuat informasi tentang hari dan waktu
pemusnahan, asal dan volume limbah, penanganan yang dilakukan, dan petugas
terkait. Karena praktek yang demikian tersebut maka Penulis tidak bisa
menyinkronkan antara definisi operasional Penulis mengenai “limbah farmasi”
dengan definisi limbah farmasi di RSUD Sleman menurut prakteknya, dan juga
tidak bisa melakukan analisis terhadap limbah farmasi berupa kemasan obat dan
menyajikannya dalam tabel karena pendataannya sudah bercampur dengan limbah
medis lainnya.
Pada periode tahun 2008, berdasarkan data yang diperoleh, limbah
farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari dua sumber eksternal, yaitu
Puskesmas Seyegan dan Puskesmas Mlati II Sleman dengan total 5.108 item. Dari
Puskesmas Mlati II Sleman ada 4.930 item sedangkan dari Puskesmas Seyegan
ada 178 item limbah farmasi. Pada tahun 2009 limbah farmasi yang dikelola di
RSUD Sleman juga berasal dari sumber eksternal yaitu Puskesmas Seyegan dan
Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan total 81.774 item. Dari Puskesmas Seyegan
ada 570 item limbah farmasi, sedangkan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM ada
81.204 item limbah farmasi, yang merupakan sisa stok obat-obatan dropping
pasca gempa Yogya. Pada tahun 2010, limbah farmasi yang dikelola di RSUD
Sleman berasal dari Puskesmas Seyegan dengan total 2.873 item. Selanjutnya,
sumber eksternal mempercayakan pengelolaan limbah farmasi kepada RSUD
Sleman pada tahun 2011 adalah Puskesmas Seyegan, sebanyak 2.452 item.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Untuk tahun 2012 penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data
pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Hal ini disebabkan karena pada
tahun ini, hingga penelitian selesai dilakukan belum disusun arsip berita acara
pemusnahan obat dari sumber eksternal. Namun, berdasarkan wawancara terhadap
narasumber, pada tahun ini tetap dilakukan pengelolaan secara internal, hanya
terhadap kemasan-kemasan obat saja, sehingga tidak menjadi pembahasan.
B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan
Bentuk sediaan obat (BSO) atau satuan obat dan sediaan steril yang
dikelola di RSUD Sleman baik dari sumber internal maupun eksternal selama
periode tahun 2006 – 2012 terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada yang padat,
semi padat, maupun cair dan dikemas dalam berbagi jenis wadah. Berikut ini
adalah tabel yang menyajikan data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman
periode tahun 2006 – 2012 baik berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan:
Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 –
2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat
Dapat dilihat bahwa BSO padat terbanyak yang dikelola adalah berupa
tablet dengan jumlah 82.633 item, dimana ferous Sulfas merupakan item tablet
terbanyak yaitu 28.000 dari keseluruhan. BSO padat terbanyak kedua berupa
kapsul yaitu 8.666 item, dimana Moxilen® 250 merupakan merk dagang kapsul
terbanyak yaitu 6.000 item dari keseluruhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
BSO padat yang dikelola berjumlah 91558 item terdiri atas tablet, kapsul,
suppositoria, serbuk, dan kaplet dalam berbagai jenis kemasan. BSO padat
terbanyak pertama yang dikelola berupa tablet yaitu ferous sulfas (28.000 item)
dalam kemasan dos/box dan strip, sedangkan terbanyak kedua adalah kapsul yaitu
Moxilen® 250 (6000 item) dalam kemasan kaleng dan box. Untuk sediaan semi
padat yang dikelola ada 140 item, dan terdiri dari dua jenis BSO saja yaitu salep
dan krim. Jumlah BSO salep terbanyak adalah oksitetra salep mata (36 item)
sedangkan BSO krim terbanyak adalah Chloramfecort-H® (84 item).
BSO cair yang dikelola sebanyak 2690 item, terdiri dari larutan obat
steril (dalam ampul dan vial), larutan/solutio, suspensi inhalasi, infus IV, serum,
emulsi, dan shampo obat luar. BSO cair terbanyak pertama adalah larutan/solutio
yaitu 2.052 item dimana Tolak Angin® 15 ml dalam kemasan sachet merupakan
merk dagang terbanyak yang dikelola (1.440 item). BSO cair terbanyak kedua
berupa larutan steril dalam kemasan ampul yaitu 396 item dimana 2 FDC fase
intensif merupakan jenis terbanyak (72 item).
Dengan mengetahui BSO/satuan dan jenis kemasan apa saja yang
dikelola selama periode tahun 2006 – 2012, dalam pembahasan selanjutnya bisa
diketahui juga apakah pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sudah sesuai
dengan ketentuan. Hal ini disebabkan karena berbeda jenis BSO dan jenis
kemasan bisa berbeda pula cara pengelolaannya (keterangan mengenai jumlah dan
jenis kemasan masing-masing BSO yang lain dapat dilihat di lampiran 4).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit
dan Standar Pembanding
1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM
Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM
yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman (khususnya
IFRS dan ISRS) dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding
pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu:
struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan
pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel:
Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS
No.
Aspek
1
Struktur
organisasi
2
Kualifikasi
petugas
3
Uraian tugas
4
Pelatihan
petugas
5
Pengetahuan
Standar pembanding
kesesuaian
KepMenKes RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi
KepMenKes RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi
- KepMenKes RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi
- Standar Kompetensi Apoteker di
Indonesia
KepMenKes RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi (bab VII.
Pengembangan staf dan program
pendidikan)
sesuai
Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di rumah sakit (Bab III.
Pengelolaan perbekalan farmasi dan
Bab IV. Pengelolaan perbekalan
farmasi khusus)
cukup
paham
Keterangan
IFRSUD Sleman telah menerapkan
strukur organisasi minimal IFRS
sesuai
cukup sesuai
Ada kesulitan akses data
penelitian dari pihak rumah sakit
IFRSUD Sleman telah memiliki
uraian tugas yang cukup jelas
khususnya dalam hal administrasi
dan pengelolaan perbekalan
farmasi
mengikuti pelatihan farmasi klinik
dan manajemen farmasi rumah
sakit, tetapi belum pernah
mengikuti pelatihan khusus
tentang pengelolaan limbah
farmasi
IFRSUD Sleman paham mengenai
penggolongan, sumber,
pendataan, penandaan di etalase
ED, dan upaya minimisasi limbah
farmasi (FIFO/FEFO). Pemahaman
tentang proses pengelolaan hanya
sampai pada tahap pelabelan
dengan informasi dasar.
Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur
organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
langsung di bawah kepala/pimpinan IFRS yaitu pengelola perbekalan farmasi,
pelayanan farmasi, dan manajemen mutu (lampiran 5), meskipun di IFRSUD
Sleman sendiri manajemen mutu bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri
melainkan sebagai suatu sub bagian dari bagian perbekalan farmasi, dimana yang
bertanggungjawab dalam hal mutu adalah sub bagian gudang obat dan sub bagian
produksi.
Untuk kualifikasi petugas IFRSUD Sleman, pada tabel tidak ada
keterangan mengenai kesesuaian dengan standar pembanding karena kesulitan
akses data/dokumen terkait dengan adanya aturan publikasi dari pihak rumah
sakit. Namun, dari analisis Penulis standar kualifikasi petugas IFRSUD Sleman
pastinya sudah sesuai dengan standar pembanding dan memenuhi ketentuan
karena RSUD Sleman telah mendapatkan status akreditasi Lulus Tingkat Lengkap
termasuk dalam pelayanan kefarmasian. Kualifikasi petugas IFRS yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut: staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker.
Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah
terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya
Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI, 2004).
Dari aspek uraian tugas, IFRSUD Sleman telah mempunyai suatu
dokumen uraian tugas yang cukup jelas dalam hal administrasi dan pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi pembagian fungsi, tugas/kewajiban, koordinasi, dan
wewenang masing-masing bagian maupun sub bagian yang terdapat pada struktur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
organisasi (lampiran 7). berdasarkan penelaahan data yang dilakukan Penulis, sub
bagian penanggung jawab gudang dan entry data adalah yang paling krusial yang
terkait dengan pengelolaan stok dan limbah farmasi secara langsung (khususnya
dalam hal administrasi pelaporan dan penghapusan perbekalan farmasi), dibantu
oleh sub bagian penanggung jawab pelayanan farmasi dan bagian adminitrasi dan
staf.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan
dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian (Depkes, 2004). Dalam hal
pelatihan, petugas IFRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan tentang
farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit. Adanya pelatihan ini
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petugas IFRS mengenai pengelolaan
stok dan limbah farmasi, misalnya tentang penggolongan jenis dan sumber limbah
farmasi, perbedaan pengertian antara "kadaluwarsa" dan "tidak terpakai",
pendataan dan penandaan/pelabelan limbah farmasi, prosedur dan proses
pengelolaan limbah farmasi, dan upaya-upaya yang bisa ditempuh dalam
minimisasi limbah farmasi (misalnya FIFO, FEFO, anjuran peresepan), yang
dapat diketahui hasilnya dari proses wawancara.
Dari hasil wawancara, Penulis bisa mengetahui bahwa petugas IFRSUD
Sleman cukup paham tentang hal-hal tersebut. Namun, untuk pemahaman proses
pengelolaan limbah farmasi hanya sampai pada proses pelabelan dengan informasi
dasar (sumber dan isi), sedangkan proses setelah diangkut ke sanitasi kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
begitu paham karena belum pernah mengikuti pelatihan khusus mengenai
pengelolaan limbah farmasi. Meskipun demikian, di dalam pelatihan manajemen
farmasi IFRS diberikan materi tentang administrasi penyimpanan, pelaporan, dan
penghapusan (dalam hal ini termasuk pendataan, pengecekan, dan pelabelan)
perbekalan farmasi sehingga secara tidak langsung merupakan upaya minimisasi
limbah farmasi mulai dari sumber. Selanjutnya, evaluasi kesesuaian pengelolaan
limbah farmasi dari aspek SDM di ISRS terangkum dalam tabel berikut :
Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS
No.
Aspek
1
Struktur
organisasi
2
Kualifikasi
petugas
3
Uraian tugas
4
Pelatihan
petugas
5
Pengetahuan
Standar pembanding
Kesesuaian
Keterangan
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang persyaratan
kesehatan lingkungan
Rumah Sakit
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang persyaratan
kesehatan lingkungan
Rumah Sakit, Pedoman
Sanitasi Rumah Sakit di
Indonesia (DepKes RI,
1994)
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang persyaratan
kesehatan lingkungan
Rumah Sakit
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
dan dokumen Pedoman
Sanitasi Rumah Sakit
sesuai
telah mencerminkan pengorganisasian
usaha manajemen sanitasi rumah sakit
sesuai
terdapat dokumen Mapping
Competency yang berisi informasi
nama, jabatan (dari Kepala sampai
penanggungjawab), pendidikan (aktual
maupun standar), pengalaman (aktual
maupun standar), kolom tingkatan skill,
dan rekomendasi pelatihan.
sesuai
terdapat dokumen uraian tugas masingmasing jabatan dan juga ketugasan lain
(kerja sama) antar bidang
sesuai
Pedoman sanitasi rumah
sakit
cukup paham
sudah pernah mendapatkan dan sering
mengikuti pelatihan manajemen
sanitasi (khususnya pengelolaan
limbah) dan pengambilan sampel
limbah
ISRSUD Sleman cukup paham mengenai
apa saja yang termasuk dalam limbah
farmasi, darimana sumbernya,
pendataan pemusnahan limbah
farmasi, kelengkapan berita acara, dan
proses penelolaan mulai dari
pemisahan dan pengumpulan hingga
pemusnahan (untuk limbah medis
secara umum saja), pengoperasionalan
dan perawatan incinerator, tetapi
pengetahuan tentang jenis kemasan
ampul yang tidak boleh dibakar masih
kurang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Dari tabel di atas, struktur organisasi ISRSUD Sleman telah sesuai
dengan ketentuan yang mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen
sanitasi rumah sakit dengan wadah kegiatan yang terdiri dari unsur: pimpinan
layanan sanitasi, teknis sanitasi (penanggung jawab bidang-bidang yang berada
langsung di bawah Pimpinan ISRS yang mewakili persyaratan dan tata laksana
penanganan limbah medis maupun nonmedis), dan penunjang layanan sanitasi
(admin dan logistik). Teknis sanitasi antara lain: penanggung jawab limbah cair,
limbah padat, sterilisasi, pengendalian air bersih (PAB), pengendalian serangga,
sanitasi ruang dan bangunan, dan penanggung jawab laundry (lampiran 5).
Dari aspek kualifikasi petugas, kualifikasi sanitarian di RSUD Sleman
telah memenuhi persyaratan (lampiran 6) yaitu:
a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit tipe B adalah seorang
tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah
sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi,
teknik kimia, dan teknik sipil. Secara standar, ISRSUD Sleman menetapkan
jenjang pendidikan minimal S1, dan secara aktual Pimpinan ISRSUD Sleman
adalah lulusan S1 SKM dengan pelatihan manajemen SDM.
b. Limbah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan
oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan limbah medis
dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.
Di RSUD Sleman, pengumpulan kemasan obat ditangani langsung oleh
perawat sedangkan bila berupa sediaan farmasi yang mendekati tanggal
kadaluwarsa akan dikembalikan dan dikelola oleh IFRS.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
c. Proses pengangkutan limbah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi
SMP ditambah latihan khusus.
d. Pengawasan pengelolaan limbah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi
dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
Penanggungjawab/pengawas pengelolaan sampah di RSUD Sleman baik itu
berupa limbah padat maupun limbah cair memiliki standar kualifikasi lulusan
DIII dengan pelatihan manajemen sanitasi.
Dari aspek uraian tugas, ISRSUD Sleman telah memiliki dokumen uraian
tugas yang jelas. Untuk pengelolaan limbah farmasi sendiri merupakan tugas dari
penanggung jawab pengelolaan limbah medis padat dibantu oleh penanggung
jawab
kebersihan
lingkungan
dan
tenaga
kebersihan,
serta
bagian/penanggungjawab lain yang ditunjuk atau ditugaskan (lampiran 7).
Untuk aspek pendidikan dan pelatihan, petugas ISRSUD Sleman paling
sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi pengelolaan limbah dan
pengambilan sampel limbah bersama dengan Tim PPI lainnya seperti dokter dan
perawat. Pelatihan eksternal diadakan tiga kali setahun, sedangkan pelatihan
internal satu hingga dua kali setahun. Selain ISRS, dokter, dan perawat, IFRSUD
Sleman termasuk juga dalam tim PPI tetapi belum pernah mengikuti pelatihan
pengelolaan limbah bersama tim PPI lainnya.
Pada aspek pengetahuan petugas, selain harus mengetahui jenis, sumber,
dan pendataan limbah farmasi, ISRSUD Sleman juga wajib mengetahui tahapan
pengelolaan limbah farmasi tersebut mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan,
serta bagaimana mengopersionalkan dan melakukan perawatan incinerator. Dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
hasil wawancara, Penulis mendapatkan informasi yang cukup jelas mengenai
pengetahuan petugas tentang proses pengelolaan limbah farmasi, terutama mulai
dari tahapan pengangkutan hingga pemusnahan dan pembuangan, dan juga
pengoperasionalan dan perawatan incinerator. Hal ini disebabkan karena untuk
proses pengumpulan limbah farmasi hingga proses pelabelan merupakan tanggung
jawab IFRS dan petugas unit pelayanan/bangsal, dan biasanya setelah melalui
proses pengangkutan limbah hanya disimpan maksimal 24 jam untuk
dimusnahkan, tidak ada perlakuan lagi sebelumnya untuk menghindari resiko
paparan terhadap petugas.
Pembahasan selanjutnya akan mengevaluasi secara teoritis tentang
kesesuaian antara prosedur rumah sakit yang terkait dengan pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman dengan standar pembanding.
RSUD Sleman sendiri telah memiliki suatu SPO dengan judul dokumen
“PEDOMAN MUTU SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008
RSUD SLEMAN” yang disusun berdasarkan Keputusan Direktur No.
308/Kep.Dir/2011 tanggal 1 November 2011 tentang pembuatan SPO di
lingkungan RSUD Sleman, dan Keputusan Direktur No. 012/Kep.Dir/2012
tanggal 2 Januari 2012 tentang pemberlakuan SPO di lingkungan RSUD Sleman.
SPO tersebut merupakan update version pada tahun 2010 dari versi sebelumnya
yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. SPO ini didukung dengan
adanya sertifikat Komisi Akreditasi Rumah Sakit nomor: KARS-SERT/92/X/201,
dengan status terakreditasi: LULUS TINGKAT LENGKAP, berlaku 3 (tiga)
tahun mulai tanggal 12 Oktober 2011 sampai dengan 12 Oktober 2014, dimana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
sertifikat tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya standar
pelayanan rumah sakit yang meliputi enam belas pelayanan, termasuk pelayanan
Farmasi, Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), dan pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan
limbah farmasi rumah sakit oleh IFRS dan ISRS. Ada empat SPO RSUD Sleman
yang berkaitan dengan pengelolaan limbah farmasi. Berikut adalah rangkumannya
dalam bentuk tabel:
Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi
dengan standar pembanding CPFB tahun 2011
Judul SPO
SPO Penetapan
Identifikasi Waktu
Expired Date (ED)
Obat/Alkes
SPO Pemusnahan
Obat
Rusak/Resep/Arsip
Prosedur dan praktek
a. pencatatan waktu ED pada
kartu stok dan buku ED (√)
b. penyimpanan stok secara
FIFO/FEFO untuk distribusi
pelayanan,
c. pengecekan setiap bulan,
d. pemilahan dan pendataan
stok yang belum dekat ED dan
yang sudah dekat ED,
e. stok dengan ED kurang dari
6 bulan harus dikembalikan ke
IFRS untuk distribusi dengan
anjuran peresepan
f. stok dengan ED maksimal 1
bulan lagi harus sudah
dikembalikan ke distributor
a. inventarisasi dan laporan
stok, resep, dan arsip
kadaluwarsa kepada Direktur
RS,
b. usulan pembentukan Tim
Pemeriksa,
c. rapat dan pembuatan berita
acara pemeriksaan,
d. usulan ijin pemusnahan dari
IFRS melalui Direktur kepada
Bupati,
e. pembentukan dan rapat Tim
Pemusnah,
f. kegiatan dan pembuatan
berita acara pemusnahan
√
√
Standar Pembanding
Kesesuaian
CPFB 2011 No. A-07
tentang
Pemeriksaan Tanggal
Kadaluwarsa
sesuai
√
√
Keterangan
tujuan: agar obat/alkes yang
ED kurang dari enam bulan
dapat diketahui sehingga
dapat menghindari
penggunaan obat yang tidak
terjamin mutu, stabilitas,
potensi, dan keamanannya.
√
selama periode penelitian,
prosedur ini hanya berlaku
untuk limbah farmasi yang
berasal dari stok IFRS
√
*point (d) bisa dilakukan
berdasarkan PBF (berikut
faktur) dan berdasarkan BSO
√
√
√
√
√
√
CPFB 2011 No. E-02
tentang
pemusnahan sediaan
farmasi dan alkes
sesuai
tujuan : agar arsip IFRSUD
tidak menumpuk dan obat
yang rusak tidak digunakan
oleh pihak lain
tidak ada observasi, tapi dari
hasil wawancara telah
dilakukan sesuai prosedur
selama periode penelitian,
prosedur ini hanya berlaku
untuk limbah farmasi yang
berasal dari dropping
Tim Pemeriksaan : IFRS,
Instalasi Pemeliharaan ISRS,
Wakil Managemen RSUD,
Petugas dari BPKKD, KPDL,
dan Admin Pemerintahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Lanjutan
SPO Penanganan
Limbah Farmasi
SPO Pemusnahan
Limbah Farmasi
a. Pengumpulan botol
suntikan/syrup/infusan bekas
pemakaian pasien di bangsal
dalam kantong khusus limbah
farmasi
b. Semua botol bekas/pipet
maupun alat injeksi untuk
imunisasi di poliklinik
dikumpulkan ke dalam wadah
khusus limbah imunisasi hingga
cukup 2/3 wadah
c. Setelah kantong penuh,
diserahkan kepada petugas ISRS
yang bertugas di bagian bangsal
maupun poliklinik untuk
dimusnahkan di incinerator
x
a. Identifikasi stok ED oleh IFRS,
pewadahan sesuai
jenis/kategori limbah,
b. laporan kepada Tim
Pemeriksa,
c. pengajuan izin pemusnahan,
√
d. koordinasi dengan Tim
Pemusnah,
e. pemusnahan menggunakan
incinerator
CPFB 2011 No. A-08
Pengelolaan sediaan
farmasi dan alkes
yang telah
kadaluwarsa
sesuai
point (a) kantong khusus
limbah farmasi
menggunakan kantong
khusus limbah infeksius
√
√
√
√
√
√
CPFB 2011 No. E-02
tentang
pemusnahan sediaan
farmasi dan alkes
tujuan: agar tidak terjadi
penyalahgunaan dan tidak
terjadi paparan obat
sesuai
prosedur berlaku hanya
untuk limbah farmasi dari
unit pelayanan/bangsal
berupa kemasan (dan
karena kemasan
digolongkan dalam limbah
medis umum maka tidak
dibahas lebih lanjut)
tujuan: limbah obat yang
dibuang atau dimusnahkan
tidak menimbulkan resiko
paparan pada petugas dan
lingkungan
selama periode penelitian,
prosedur hanya berlaku
pada sisa stok sediaan
farmasi yang berasal dari
dropping
*Keterangan :
Tanda √ = sudah dilakukan dalam praktek sesuai dengan prosedur
SPO-SPO tersebut dievaluasi secara teoritis menggunakan standar
pembanding CPFB tahun 2011 karena dalam penelitian tidak memungkinkan
dilakukannya observasi terhadap kegiatan administrasi penghapusan perbekalan
farmasi di RSUD Sleman yang bersifat retrospektif (tahun 2006). Pada
prakteknya, berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, pengelolaan
perbekalan dan limbah farmasi telah diterapkan sesuai SPO, kecuali (berdasarkan
hasil observasi Penulis) untuk pengelolaan limbah farmasi dari bangsal yang
hanya berupa kemasan obat, infusan, botol infus tidak menggunakan kantong
khusus limbah farmasi, tetapi kontainer/wadah yang digunakan adalah kantong
khusus limbah medis umum (dengan logo limbah infeksius).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
2. Kesesuaian dari aspek proses
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Penulis, proses
pengelolaan limbah farmasi yang baik dan benar terdiri dalam beberapa tahap
yaitu: pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, pelabelan, penyimpanan
sementara, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah. Namun,
dari hasil wawancara terhadap narasumber dan juga berdasarkan hasil observasi
Penulis tidak semua tahapan tersebut dilakukan dalam pengelolaan limbah farmasi
di RSUD Sleman. Tahapan pengelolaan limbah farmasi yang dilakukan di RSUD
Sleman tergantung dari sumber limbah itu sendiri:
a. Limbah farmasi yang berasal dari dropping: mengalami keseluruhan proses
pengelolaan limbah farmasi, dilakukan atas kerjasama IFRS, ISRS, bersama
tim Pemeriksa dan Pemusnah lainnya dengan izin resmi dari Bupati.
Observasi tidak dapat dilakukan oleh Penulis karena RSUD Sleman terakhir
mengelola limbah farmasi dropping pada tahun 2006. Namun, dari hasil
wawancara dengan narasumber, semua tahapan dilakukan sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku.
b. Limbah farmasi yang berasal dari stok IFRSUD Sleman: stok sediaan farmasi
hanya mengalami proses pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, dan
pelabelan sesuai prosedur “Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED)
Obat/Alkes” untuk kemudian dikembalikan ke distributor/PBF sebelum
kadaluwarsa dan menjadi limbah farmasi.
c. Limbah farmasi yang berasal dari sumber eksternal: hanya mengalami proses
dari
pengangkutan
(dilengkapi
dengan
dokumen
resmi)
hingga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
pemusnahan/pembakaran di incinerator, yang semuanya dilakukan oleh ISRS
tanpa melibatkan IFRS. Observasi tidak dilakukan karena pada saat penelitian
dilakukan (Juni - Juli 2012) tidak ada pengelolaan limbah farmasi dari sumber
eksternal. Prakteknya mengikuti prosedur “Pemusnahan Sampah Medis”
RSUD Sleman, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman
Limbah farmasi eksternal yang dikirim ke RSUD Sleman diangkut ke
tempat penyimpanan sementara (TPS) menggunakan troli sampah medis. Troli
sampah medis ini berupa box plastik yang terbuat dari bahan kedap air tetapi
mudah dibersihkan dengan tinggi kurang lebih satu meter, memiliki tutup,
memiliki roda di samping kiri dan kanan bawah, berwarna kuning dengan logo
biohazard dan tulisan “troli sampah medis”. Dari hasil observasi Penulis, troli
sampah medis di RSUD Sleman ini masih dalam kondisi bagus, dimana tidak
terdapat kebocoran dan juga tidak menimbulkan kebisingan pada saat dijalankan.
Untuk jalur lintasan pengangkutan limbah medis RSUD Sleman belum memiliki
jalur khusus karena sejauh ini masih menggunakan jalur umum/koridor untuk staf,
pengunjung, dan pasien. Dalam proses pengangkutan ini petugas pelaksana wajib
mengenakan alat perlindungan diri (APD) minimal sarung tangan, masker kain,
dan sepatu boot agar tidak terpapar oleh limbah yang diangkut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah
farmasi)
Setelah diangkut, sampah disimpan di TPS yang masih berada di dalam
kawasan instalasi incinerator. TPS tersebut berupa bangunan semen berbentuk
bak persegi panjang bercat kuning dengan tinggi kurang lebih setengah meter
dilengkapi pintu kayu kecil berkunci (namun sudah agak rusak) dan tutup seng
yang dapat dibuka tutup dan disangga. Logo terdapat di dinding atas sebelah box
TPS bertuliskan “TPS Medis/Infeksius”. Lantai di sekitar TPS cukup permeable
dan memiliki drainase yang cukup baik. Limbah berada di TPS maksimal 24 jam
sebelum dimusnahkan untuk menghindari penumpukan.
Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi
Incinerator RSUD Sleman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kemudian
sebelum
dilakukan
proses
pembakaran
61
menggunakan
incinerator, tungku incinerator dibersihkan dengan cara mengeluarkan abu sisa
pembakaran sebelumnya, ditimbang, dan dicatat beratnya. Dilanjutkan dengan
penimbangan limbah medis yang akan dimusnahkan. Angka yang diperoleh
nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator. Penimbangan
sampah medis dan abu sisa pembakaran ini perlu dilakukan untuk menghitung
efisiensi incinerator, dengan rumus: jumlah abu sisa pembakaran (kg) dibagi
dengan jumlah sampah yang dibakar sebelumnya (kg) dikalikan 100%.
Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi)
yang akan dibakar oleh petugas pelaksana sebelum dibakar di incinerator
Setelah
penimbangan
dan
pencatatan
selesai,
dilakukan
proses
pemanasan pra-operasional terhadap incinerator dengan membakar sejumlah
sampah medis yang mudah terbakar (misalnya plastik dan kertas kemasan obat)
untuk optimasi kapasitas incinerator. Setelah itu baru dilakukan proses
pembakaran/pemusnahan dengan waktu pembakaran selama ± 1 jam, dan waktu
pendinginan ± 1 hari. Incinerator yang tungku ganda untuk pembakaran sampah
dan pembakaran asap dengan suhu yang tinggi (8000C sampai dengan 12000C)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
dan kapasitas tungku 50 – 90 kg. Incinerator tersebut sudah berusia sekitar 10
tahun (tahun 1992 - 2012).
Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah
medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar
Sisa abu pembakaran yang sudah aman bagi kesehatan ini akan dibuang
ke tempat pembuangan akhir (TPA) bersama sampah non medis maksimal dua
kali dalam satu minggu. TPA ini merupakan hasil penunjukkan dari pemerintah
daerah, dan menurut wawancara TPA ini berlokasi di daerah Piyungan, tidak di
dalam area rumah sakit karena RSUD Sleman belum memiliki lahan dan fasilitas
untuk itu.
Berkaitan dengan profil limbah farmasi, hal yang masih memerlukan
peninjauan ulang disini adalah semua jenis kemasan limbah farmasi dimusnahkan
menggunakan incinerator. Padahal menurut ketentuan WHO, kemasan seperti
ampul tidak boleh di-insinerasi karena akan meledak, yang kemungkinan akan
menyebabkan cedera pada operator dan kerusakan pada tungku incinerator.
Lelehan kaca ampul juga akan menyumbat jeruji tungku jika suhu operasional
melampaui titik leleh kaca. Ampul dapat dihancurkan di atas permukaan keras
yang impermeabel (misal beton) atau dalam drum baja atau ember dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
menggunakan balok kayu keras atau palu. Yang terpenting, petugas harus
menggunakan APD. Pecahan kaca harus disapu, ditempatkan dalam kontainer
yang sesuai untuk benda tajam, disegel/ditutup, dan dibuang ke landfill. Cairan
yang keluar dari ampul harus dilarutkan dan dibuangkan melalui IPAL.
Menurut Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, farmasis harus mampu
melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan,
sifat bahan, dan dampak lingkungan. Dalam hal ini belum ada himbauan dari
pihak IFRS kepada ISRS terkait dengan pemusnahan ampul. Kemungkinan
penyebabnya adalah pengetahuan petugas IFRSUD Sleman mengenai pengelolaan
limbah farmasi setelah keluar dari gudang obat juga belum memadai karena belum
pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai pengelolaan
limbah farmasi. Selain itu, dari pihak ISRS juga sepertinya kurang memperhatikan
detail kecil ini, padahal jika ditinjau ulang bisa mengoptimalkan perawatan dan
kerja mesin incinerator.
Evaluasi pengelolaan limbah farmasi dari aspek proses dari uraian-uraian
tersebut terangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses
Aspek proses
pemisahan dan
pengumpulan
Sasaran
limbah
Internal
(dropping
dan stok
IFRS)
Prosedur dan standar pembanding
a.
b.
c.
SPO Penetapan Identifikasi Waktu
Expired Date (ED) Obat/Alkes
CPFB 2011 No. A-07 tentang
Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit (persyaratan minimisasi
limbah farmasi)
Kesesuaian
sesuai
Keterangan
ada prosedur pengecekan
dan pencatatan terhadap
stok sediaan farmasi secara
berkala atau pada setiap
pengambilan, dan ada pula
pemisahan dan penandaan
terhadap sediaan farmasi
yang mendekati ED,
penggunaan secara FIFO
dan FEFO
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Lanjutan
pemilahan
pelabelan
pengangkutan
Internal
(dropping
dan stok
IFRS)
a.
Internal
(dropping
dan stok
IFRS)
a.
Internal
(dropping)
dan Eksternal
b.
b.
SPO Penetapan Identifikasi Waktu
Expired Date (ED) Obat/Alkes
CPFB 2011 No. A-07 tentang
Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
sesuai
pemilahan berdasarkan
kemanfaatan obat (dekat ED
tapi masih bisa digunakan),
PBF, dan bentuk sediaan
obat
CPFB 2011 No. A-07 tentang
Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit (tabel pewadahan
berdasarkan kategori limbah)
cukup
sesuai
pelabelan untuk stok
perbekalan farmasi di IFRS
yang dekat ED dengan
penandaan di etalase
khusus dengan kartu stok
dan spidol marker.
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
Pelabelan untuk dikirim ke
ISRS masih minim (info
dasar sumber dan jenis/isi
limbah)
cukup
sesuai
ada jasa pemusnahan
limbah farmasi bagi
eksternal yang belum
memiliki fasilitas
pengelolaan limbah
pengangkutan
menggunakan troli khusus
medis sesuai kondisi yang
dipersyaratkan
petugas pengangkut
menggunakan APD
belum ada jalur khusus
pengangkutan limbah
menuju TPS
penyimpanan
sementara
Internal
(dropping)
dan Eksternal
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
cukup
sesuai
sesuai = limbah berada di
TPS maksimal 24 jam
pewadahan kemasan obat
masih menggunakan
kantong limbah infeksius
perbaikan = pintu TPS sudah
mulai rusak
pemusnahan
dan
pembuangan
Internal
(dropping)
dan Eksternal
a.
b.
c.
No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang
pemusnahan sediaan farmasi dan
alkes
KepMenKes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004,
Pedoman Cara Pembuangan Secara
Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat
dan Pasca Kedaruratan (WHO '99)
cukup
sesuai
limbah farmasi tidak
dibuang sebelum ada
pengelolaan yang aman
menggunakan incinerator
sediaan dalam kemasan
ampul dan vial masih
dimusnahkan menggunakan
incinerator dan belum ada
peninjauan ulang dari IFRS
maupun ISRS (belum sesuai
denan standar pembanding
c.)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
D. Peran dan Fungsi IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi
Secara umum, IFRSUD Sleman memiliki peran sebagai pengelola stok
perbekalan farmasi melalui berbagai siklus kegiatan manajemen farmasi mulai
dari
pemilihan,
perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi stok obat-obatan yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Fungsi tenaga kefarmasian dalam hal ini adalah
untuk menyimpan
perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian dan
menjalankan pengawasan stok obat berdasarkan aturan/prosedur yang berlaku.
Dari peran dan fungsi tersebut maka kualitas dari obat-obatan yang didistribusikan
bisa terjaga sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan layanan mutu
kefarmasian RSUD Sleman.
Selain itu peran IFRSUD Sleman adalah tergabung dalam komite
pencegahan dan pengendali infeksi (PPI) di rumah sakit. Dengan menjalankan
fungsinya sebagai pengelola perbekalan farmasi dengan baik, secara tidak
langsung IFRS telah menerapkan upaya minimisasi limbah farmasi dari
sumbernya, hal ini mendukung peran IFRS sebagai tim PPI karena
menghindarkan pasien dari meluasnya potensi bahaya limbah farmasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
a. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012
berdasarkan sumber/produsen limbah mempunyai total 94.418 item
yang dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber internal sejumlah 2.211
item (2,34%) berupa obat-obatan dropping yang dikelola pada tahun
2006, dan sumber eksternal sejumlah 92.207 item (97,66%) dari tiga
instansi kesehatan luar, dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM sebagai
sumber/produsen limbah farmasi terbesar (86%) dalam satu kali
pengelolaan yaitu pada tahun 2009.
b. Tidak adanya data pengelolaan limbah farmasi internal yang berasal
dari stok IFRSUD Sleman mengindikasikan bahwa IFRSUD Sleman
telah menerapkan prosedur dan melaksanakan manajemen pengelolaan
stok sediaan farmasi dengan baik, karena sebelum menjadi limbah,
perbekalan farmasi yang hampir mendekati ED dikembalikan ke
distributor/PBF.
2. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012
berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat adalah: sediaan padat
terbanyak berupa tablet ferous sulfas dan kapsul Moxilen 250®, sediaan
semi padat berupa oksitetra salep mata dan krim Chloramfecort-H®,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
sedangkan untuk sediaan cair terbanyak berupa Tolak Angin® sachet 15ml
dan ampul 2 FDC Fase Intensif.
3. Secara keseluruhan, dari aspek SDM dan proses pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman sesuai dengan prosedur rumah sakit dan standar
pembanding, hanya masih terdapat beberapa kekurangan yang harus
diperbaiki dan ditinjau ulang, seperti kurangnya pelatihan dan pendidikan
pengelolaan
limbah
farmasi
bagi
IFRS
untuk
meningkatkan
kompetensinya, belum adanya ketaatan dalam pewadahan menggunakan
kantong khusus limbah farmasi, belum adanya jalur khusus untuk
pengangkutan limbah, pintu TPS yang agak rusak, dan jenis kemasan
ampul yang masih dimusnahkan menggunakan incinerator.
4. Peran IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi adalah sebagai pengelola
perbekalan farmasi dan adminstrasi penghapusan, dengan menjalankan
fungsinya dalam mendata dan mengecek ED stok sediaan farmasi,
memproses pengembalian obat ke distributor/PBF, memproses ijin
pemusnahan obat, hadir sebagai saksi pemusnahan, dan juga menyusun
berita acara pemeriksaan dan pemusnahan limbah farmasi. Fungsi-fungsi
tersebut secara tidak langsung mendukung peran IFRS sebagai tim PPI
rumah sakit sebagai upaya minimisasi limbah farmasi agar potensi bahaya
yang ditimbulkan tidak meluas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
B. Saran
1. Penulis merekomendasikan supaya dilakukan perbaikan di RSUD Sleman
terutama pada aspek kesesuaian proses pengelolaan limbah famasi yang
belum tepat, misalnya ketaatan pewadahan menggunakan kantong khusus
limbah farmasi, perbaikan pintu TPS, pembuatan jalur khusus untuk
pengangkutan limbah, dan peninjauan ulang mengenai bentuk sediaan
dalam jenis kemasan ampul yang masih dikelola menggunakan incinerator.
2. Rekomendasi pada aspek SDM supaya petugas dari IFRSUD Sleman juga
diberikan pendidikan dan pelatihan pengelolaan limbah farmasi agar selain
berkompeten dalam pengelolaan stok perbekalan farmasi, farmasis juga
memiliki pengetahuan lebih mengenai pengelolaan limbah farmasi
sehingga bisa memberikan masukan kepada ISRS apabila ada prosedur
penanganan limbah farmasi yang belum sesuai dengan ketentuan atau
prosedur yang berlaku.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W., 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT. Raja
Grafindo, Jakarta
Anonim, 2008, Manajemen Rekayasa Sanitasi Rumah Sakit, http://informasikesehatan-anda.blogspot.com/2008/07/manajemen-rekayasa-sanitasirumah-sakit.html, 19 Januari 2012
Anonim,
2009,
Kenali
Tanda-tanda
Obat
Kadaluarsa,
http://cepucyt.wordpress.com/2009/05/13/kenali-tanda-tanda-obatkadaluarsa, diakses pada tanggal 24 Agustus 2010
Anonim,
2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadaluwarsa Obat,
http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhikadaluarsa-obat/, diakses pada tanggal 7 Juli 2012
Anonim, 2011, Kondisi, Ciri, Tanda Obat-obatan yang Sudah Harus Dibuang
dan Dimusnahkan, http://www.organisasi.org/ kondisi-ciri-tanda-obatobatan-yang-sudah-harus-dibuang-dan-dimusnahkan,
diakses
pada
tanggal 10 Oktober 2012
Arifin,
2009,
Pengertian
Sanitasi
Rumah
Sakit,
http://www.psychologimania.com/2012/09/pengertian-sanitasi-rumahsakit.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2012
Arikunto, S., 1999, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta
Budiarie, S., 2009, Obat Kadaluarsa dari Pemulung, http://www.indonesiamonitor.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=1652
&Itemid=39, diakses pada tanggal 23 Agustus 2010
DepKes RI, 1992, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum, Jakarta
DepKes RI, 1994, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Direktorat
Jenderal P2M & PLP dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta
DepKes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,
Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, Jakarta
DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Jakarta
DepKes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta
DinKes
RI, 2010, Dinkes bonbol Lakukan Pemusnahan Obat,
http://dinkesbonebolango.org, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010
DirJen BinFar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan JICA, Jakarta
Fariadi, 2010, Limbah Medis, www.puskajikesling.co,id, diakses pada tanggal 31
Agustus 2010
IAI, 2011, Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy
Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Menteri Kesehatan RI, dengan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI)
IAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia,
Jakarta
Idawaty, D., Medyawati, H., Evaluasi Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit (Study Kasus pada RSUP Persahabatan), Proceeding PESAT Vol.
4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559
Kimin,
2010,
Sisi
Lain
Tanggal
Kadaluwarsa,
http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&i
d=51&Itemid=52, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012
Moleong, J., 1998, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Priyambada, I., Amelia, E., 2006, Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan,
Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi
Kasus PT. Phapros TBK Semarang), Jurnal Presipitasi Vol. 1 No. 1
September 2006, ISSN 1907-187X
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Pruss, A., 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit EGC,
Jakarta
Purwoto, S., 2008, Kondisi Optimal Insenerator untuk Pembakaran Sampah
Medis, WAHANA. Vol. 51, No. 1, Juni 2008
Rahmaroswita, M.E., 2012, Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma
RSUD Sleman, 2011, Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Kabupaten Sleman Tahun 2011, Yogyakarta
Sarwanto, S., 2003, Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola dengan Baik,
http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html, diakses
pada tanggal 15 November 2011
Shahib, MN,, 1999, Penerapan teknik "Polymerase chain Reaction" (PCR) untuk
memonitor pencemaran lingkungan oleh senyawa merkuri (Hg) pada
limbah cair rumah sakit, Kongres Himpunan Toksikologi Indonesia:
prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999
Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan, Penerbit EGC,
Jakarta, hal 6 – 71
Sutrisnowati, 2004, Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit (Studi
Kasus di Rumah Sakit PT. Pupuk Kaltim), UNDIP, Semarang
WHO, 1999, Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, Penerbit EGC,
Jakarta
Widhiatmoko, A., Trihadiningrum, Y., 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat
B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan
Yus,
2009,
Obat
Kadaluwarsa
2004
Diubah
Jadi
2013,
http://regional.kompas.com/read/2009/06/17/14375215/obat.kedaluwarsa
.2004.diubah.jadi.2013, diakses pada 10 Agustus 2010
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara/Interview Guide
A. Wawancara kepada Penanggung Jawab (IFRS)
1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO)
tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan
judul dokumen atau judul SPO-nya!
2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun
koordinasi untuk menangani limbah RS?
3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah
(RKPL) Rumah Sakit?
4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah?
Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang
masing-masing personil pengelola limbah?
5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan
pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana
kualifikasinya!
6. Apakah petugas Instalasi Farmasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan
tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan
yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut?
7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah
farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan!
8. Bagaimanakah perbedaan antara obat-obatan kadaluarsa dan obat-obatan tidak
terpakai (dari segi definisi hingga perlakuan)?
9. Bagaimana suatu sediaan obat menjadi kadaluarsa dan tidak terpakai? Apa saja
penyebabnya dan bagaimana cara meminimalisirnya?
10. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang
dikelola oleh RSUD Sleman?
11. Bagaimanakah pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya
buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi
yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan
dari data tersebut yang Anda ketahui!
12. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses pengelolaan limbah farmasi di RSUD
Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana proses pengelolaan limbah dari tahap
awal sampai dengan akhir yang Anda ketahui!
B. Wawancara kepada Penanggung Jawab (ISRS)
1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO)
tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan
judul dokumen atau judul SPO-nya!
2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun
koordinasi untuk menangani limbah RS?
3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah
(RKPL) Rumah Sakit? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana penyusunan RKPL
tersebut!
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah?
Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang
masing-masing personil pengelola limbah?
5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan
pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana
kualifikasinya!
6. Apakah petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan
tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan
yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut?
7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah
farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan!
8. Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang “Persyaratan kesehatan
Lingkungan RS”, limbah farmasi digolongkan dalam Limbah Padat Medis.
Bagaimana dengan limbah farmasi bentuk sediaan obat (BSO) cair/semi cair? Dan
bagaimana pula dengan pernyataan “limbah farmasi dalam jumlah besar
dikembalikan ke distributor (PBF), sedangkan limbah farmasi dalam jumlah kecil
dimusnahkan melalui incinerator.” Berapa jumlah pastinya untuk jumlah besar
dan jumlah kecil tersebut?
9. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang
dikelola oleh RSUD Sleman?
10. Bagaimana pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya
buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi
yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan
dari data tersebut!
11. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses penanganan sampah medis dan sampah
non medis di RSUD Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan!
12. Metode apakah yang digunakan untuk pemusnahan limbah medis di RSUD
Sleman? Tolong jelaskan bagaimana pelaksanaan metode tersebut beserta
kekurangan dan kelebihannya!
C. Wawancara kepada Sanitarian/Petugas Pengelola (ISRS)
1. Apakah anda mengetahui setiap dokumen yang menjadi Standar Prosedur
Operasional (SPO) di RSUD Sleman dalam pengelolaan sampah medis
rumah sakit termasuk juga limbah farmasi? Jika Ya, tolong sebutkan!
2. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola
limbah? Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai
tugas/wewenang masing-masing personil pengelola limbah?
3. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan
pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana
kualifikasinya!
4. Apakah anda sebagai petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah
memperoleh pelatihan tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya,
bagaimana bentuk pelatihan yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan
saja diadakan pelatihan tersebut?
5. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah
medis RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja!
6. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah
farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja!
7. Apa sajakah yang termasuk dalam deskripsi kerja (job desk) sanitarian
Instalasi Sanitasi RS dalam menangani limbah farmasi?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
8. Kapan, jam berapa, dan siapa yang bertugas dalam mengumpulkan limbah
farmasi?
9. Bagaimana kriteria tempat penampungan yang digunakan untuk
mengumpulkan limbah farmasi?
10. Bagaimanakah pemisahan limbah farmasi yang sudah dikumpulkan dan
dipisahkan dari limbah medis lainnya, apakah limbah farmasi tersebut
dikemas dengan wadah tertentu?
11. bagaimanakah syarat ruangan yang digunakan untuk proses pemisahan
limbah farmasi dari limbah medis lainnya?
12. Alat-alat apa sajakah yang diperlukan untuk memisahkan limbah farmasi dari
limbah RS lainnya? Tolong sebutkan!
13. Apakah limbah farmasi yang sudah dipisahkan dari limbah medis lain
dipilah/dikelompokkan lagi kemudian diberi label pada kemasannya?
14. Bagaimanakah kriteria kendaraan/kontainer pengangkut yang digunakan
untuk mengumpulkan limbah medis?
15. Siapa petugas yang menangani proses pengangkutan limbah?
16. Bagaimana jalur lintasan pengangkutan limbah? Apakah aksesnya dekat
dengan lokasi pemusnahan dan mudah ditempuh?
17. Dimana lokasi TPS limbah medis? Apakah lokasi TPS dekat dengan lokasi
penyimpanan makanan (misalnya dapur RS atau kantin RS)?
18. Bagaimana cara penyimpanan/peletakan limbah di TPS?
19. Adakah kondisi optimum ruangan TPS yang disyaratkan?
20. Kapan, jam berapa, siapa yang bertugas, dan bagaimana cara pembersihan
ruangan TPS?
21. Apakah alat dan bahan perlengkapan kebersihan yang disediakan pihak RS
sudah cukup lengkap dan layak?
22. Kapan limbah dari TPS dimusnahkan?
23. Apakah sebelum dilaksanakan proses pemusnahan, ada prosedur-prosedur
tertentu dan surat-surat keterangan yang harus dipenuhi?
24. Siapakah yang bertugas dan terlibat dalam proses pemusnahan limbah
(khususnya limbah farmasi)?
25. Adakah alat perlindungan diri (APD) yang digunakan petugas pelaksana
pemusnahan limbah?
26. Apakah anda mengetahui bagian-bagian utama dari incinerator?
27. Berapa kapasitas incinerator dalam satu (1) kali pembakaran?
28. Apakah anda mengetahui tahapan/proses pemusnahan limbah menggunakan
incinerator? Jika Ya, tolong jelaskan!
Keterangan gambar:
Peneliti (dengan APD berupa masker yang telah disediakan instalasi sanitasi ) melakukan
wawancara kepada petugas pengawas dan sekaligus melakukan observasi pada saat proses
pembakaran sampah medis di incinerator.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Lampiran 2.
Tabel Hasil Wawancara
Jawaban
No.
Variabel
1.
Kebijakan yang mendasari
pengelolaan limbah farmasi
2.
Tenaga
Informan 1 (Ka. IFRS)
Informan 2 (Ka. Sanitasi)
- KepMenKes RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
- CPFB tahun 2011
Petugas IFRS bertugas dalam manajemen
stok obat (meminimalisir terjadinya limbah
farmasi), dan bekerja sama dengan tim
pemeriksa dan tim pemusnah dalam
mengurus izin pemusnahan limbah farmasi
hingga pembuatan laporan.
KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
IFRS telah terakreditasi, memiliki struktur
organisasi dan dokumen kualifikasi
petugas, telah mengikuti pelatihan
manajemen farmasi dan farmasi klinik,
tetapi belum pernah diikutsertakan dalam
pelatihan pengelolaan limbah medis pada
umumnya dan limbah farmasi secara
khusus.
3.
Keuangan
4.
Fasilitas/Peralatan
Mempunyai tempat dan kantong sampah
medis maupun non medis yang dibedakan
RSUD Sleman sudah mempunyai
tenaga khusus dalam pengelolaan
limbah medis termasuk juga limbah
farmasi, yaitu petugas di Instalasi
Sanitasi RS. Tanggung jawab
pengelolaan limbah farmasi termasuk
dalam bidang kerja penanggung jawab
pengelolaan limbah medis padat
dibantu penanggungjawab kebersihan
dan tenaga pelaksana kebersihan
Instalasi Sanitasi RS telah terakreditasi,
memiliki struktur organisasi dan
dokumen kualifikasi petugas yang
jelas, telah mengikuti berbagai
pelatihan pengelolaan limbah rumah
sakit baik di dalam maupun di luar
RSUD Sleman.
Analisa kebutuhan baik dana maupun
sarana dan pra-sarana terdapat dalam
Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah
(RKPL) rumah sakit.
Mempunyai mesin incinerator pirolitik,
TPS, tempat sampah medis maupun
Informan 3 (PJ. Sanitasi)
Instalasi Sanitasi terbagi menjadi
beberapa sub bidang kerja/penanggung
jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
mengenai sanitasi rumah sakit (bisa
dilihat pada struktur organisasi).
Mempunyai mesin incinerator, trolly
sampah medis, TPS, alat perlindungan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
dan mesin incinerator.
5.
SPO
Sudah ada SPO mengenai pengelolaan
limbah farmasi bagi IFRS antara lain
tentang “Pemusnahan Obat
Rusak/Resep/Arsip” , “Penanganan
Limbah Farmasi” , dan “Penetapan
Identifikasi Waktu Expired Date (ED)
Obat/Alkes”
ada pelaporan mengenai banyaknya atau
jenis limbah farmasi yang dihasilkan yaitu
dalam Kartu stok obat dan Buku ED
(Expied date).
6.
Laporan karakteristik limbah
farmasi
7.
Tahap pengumpulan dan
pemisahan
dilakukan pengecekan terhadap stok obat
dan alkes. Obat/alkes dengan tanggal
kadaluwarsa/expired date (ED) kurang dari
enam (6) bulan disendirikan di etalase obat
ED yang diberi tempelan kartu
informasi/kartu stok ED untuk
didistribusikan kembali dan harus sudah
dikembalikan ke distributor jika ED nya
mendekati 1 bulan dari tanggal yang
tercantum
8.
Tahap pemilahan
Pemilahan obat dilakukan berdasarkan
PBF (dilihat juga tanggal masuknya obat
pada faktur) dan jenis obat (atau satuan
non medis yang ada di setiap ruangan
dan koridor rumah sakit, kantong
plastik medis berwarna kuning berlogo
infeksius untuk sampah medis, kotak
kardus disposafe berlogo infeksius, dan
kantong plastik hitam untuk sampah
non medis.
Sudah ada SPO mengenai pengelolaan
limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi
RS antara lain tentang “Pemusnahan
Sampah Medis” , “Pemusnahan
Limbah Farmasi” , dan tentang
“Incinerator”
diri (APD) bagi petugas pelaksana, alat
timbang, alat kebersihan, dan alat bantu
pembakaran.
Sudah ada pelaporan mengenai
banyaknya atau jenis limbah farmasi
yang dimusnahkan yaitu dalam Buku
Laporan Incinerator dan Berita Acara
Pemusnahan Obat
dilakukan pemisahan antara sampah
medis, non medis, sampah plastik,
sampah organik, dan benda tajam oleh
petugas per-unit ruangan (terutama
perawat). Untuk limbah farmasi berupa
obat-obatan menjadi tanggung jawab
IFRS apakah akan di-reture atau akan
ikut dimusnahkan, untuk yang berupa
kemasan obat saja bisa langsung
dimasukkan dalam kantong plastik
sampah medis maupun non medis
karena dianggap sebagai limbah medis
umum
Kantong plastik kuning berlogo untuk
sampah medis dan infeksius, kantong
plastik hitam untuk sampah non medis.
Sudah ada di Buku Laporan Incinerator
(terdapat di Instalasi Sanitasi)
Sudah ada SPO mengenai pengelolaan
limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi
dilakukan pemisahan antara sampah
medis, non medis, sampah plastik,
organik, benda tajam. Pemisahan
limbah dilakukan per unit ruangan,
setelah terkumpul biasanya
ditempatkan di depan ruangan yang
terdapat tempat sampah medis dan non
medis untuk diambil dan diangkut ke
TPS oleh petugas kebersihan/pelaksana
dari sanitasi.
Kantong plastik kuning berlogo untuk
sampah medis dan infeksius, kantong
plastik hitam untuk sampah non medis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
9.
Tahap Pelabelan
10.
Tahap pengangkutan
obat, misalnya tablet, blister, dan lainlain). Kemudian dilakukan konfirmasi ke
PBF bersangkutan mengenai kapan obat
tersebut akan diambil. Paling lambat obat
dengan ED kurang dari satu (1) bulan
sudah harus diambil oleh PBF dan masih
dalam kemasan asli.
Obat yang tidak dapat di-reture ke PBF
(misalnya dropping) dipilah berdasarkan
jenis, dikemas sesuai standar, diurus izin
pemusnahannya dan dilakukan konfirmasi
ke instalasi sanitasi untuk diangkut dan
dimusnahkan.
Pelabelan untuk sediaan farmasi yang
mendekati ED 6 bulan dilakukan di etalase
khusus
Pelabelan wadah jarang dilakukan karena
langsung dikumpulkan dan dikemas
menggunakan plastik sampah medis
berlogo infeksius. Dilampirkan laporan
mengenai jenis limbah, sumber limbah,
dan kuantitas untuk bagian sanitasi RS.
Limbah obat-obatan yang tidak bisa direture ke PBF diangkut oleh petugas
pelaksana instalasi sanitasi setelah
dilakukan konfirmasi. Limbah farmasi
eksternal pengirimannya langsung ke
bagian sanitasi RS (dilengkapi dokumen
pengangkutan), tidak melalui bagian
IFRS.
Untuk limbah farmasi dari dalam
maupun dari luar RSUD Sleman tidak
dilakukan pemilahan lagi setelah
dikirim atau diangkut ke TPS untuk
menghindari resiko paparan terhadap
petugas.
Pernah menjumpai adanya
kotak/kardus makan di dalam kantong
sampah medis. Adanya ketidaksesuaian prosedur semacam itu perlu
dilakukan evaluasi dan intervensi.
Pelabelan dilakukan oleh IFRS maupun
produsen limbah terkait.
Tidak ada petugas khusus untuk untuk
pengangkutan, pengangkutan limbah
medis ke instalasi incinerator dilakukan
oleh petugas pelaksana seperti cleaning
service yang bekerja di ruangan dan
ditugaskan dengan pengawasan oleh
petugas penanggungjawab.
Troli sampah medis dan non medis
dibedakan dan tidak ada jalur khusus
untuk pengangkutan limbah.
Tidak ada petugas khusus
pengangkutan, pengangkutan dilakukan
oleh petugas pelaksana seperti cleaning
service. Pengangkutan dilakukan setiap
hari pada pagi hari dan sore hari.
Petugas pengangkut mengenakan APD
berupa sarung tangan, sepatu boot, dan
masker.
Pengangkutan sampah medis dan non
medis menggunakan troli khusus.
Tidak ada jalur khusus untuk
pengangkutan limbah, jalan menuju
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
11.
Tahap penampungan sementara
Ditampung di TPS Instalasi Incinerator
dengan sampah medis lainnya.
12.
Tahap pemusnahan
Pemusnahan limbah farmasi bersama
limbah medis lainnya dilakukan di
Instalasi incinerator.
Sampah medis berada di TPS maksimal
24 jam sebelum dimusnahkan agar
tidak terjadi penumpukan. Sampah non
medis dikirim dan dimusnahkan ke
tempat pembuangan akhir (TPA) yang
merupakan pihak ketiga dan berada di
luar lingkungan RSUD Sleman
maksimal 2 kali dalam 1 minggu.
Semua limbah medis termasuk
kemasan obat dimusnahkan
menggunakan incinerator,
perbandingan limbah farmasi dengan
limbah medis umum adalah 1:3
13.
Perizinan
Sudah diatur dalam SPO. Izin pemusnahan
arsip, resep, dan limbah farmasi perlu
membuat Tim Pemeriksaan dan Tim
Pemusnahan lebih dulu.
Kepala IFRS mengusulkan kepada
Direktur untuk dibuatkan ijin pemusnahan
kepada Bupati, setelah surat ijin keluar
baru dilakukan koordinasi kapan
pemusnahan akan dilakukan, dan pada saat
pemusnahan harus dihadiri saksi-saksi.
ada kebijakan dari RSUD Sleman
untuk tidak mendaur ulang limbah.
Untuk limbah farmasi berupa alkes dan
obat-obatan (terutama dalam jumlah
besar) perizinannya harus sesuai SPO,
sedangkan pemusnahan dalam jumlah
kecil (harian) atau pemusnahan berupa
kemasan obat saja bisa langsung
dilakukan setiap hari tanpa izin dan
saksi khusus, karena merupakan
sampah medis umum
tempat pembakaran sama dengan jalan
umum.
Sampah medis berada di TPS maksimal
24 jam sebelum dilakukan pembakaran.
Box TPS rutin dibersihkan setelah
dikosongkan.
Pemusnahan limbah menggunakan
incinerator dilakukan pada pagi hari
dan sore hari (jika sampah atau limbah
yang dihasilkan sedang banyak)
Pemusnahan dilakukan oleh petugas
pelaksana yang ditugaskan dengan
pengawasan oleh penanggungjawab.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
Lampiran 3. Tabel Hasil Observasi
1. Observasi sarana/prasarana pengelolaan sampah medis (Esp. Limbah
farmasi)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Item
Terdapat dokumen mengenai profil
umum RSUD Sleman yang cukup
lengkap
Terdapat kebijakan yang mengatur
tentang upaya penyehatan lingkungan
rumah sakit
Terdapat standar prosedur operasional
(SPO) yang disesuaikan dengan
kewenangan instalasi farmasi maupun
instalasi sanitasi terhadap penanganan
limbah farmasi
Terdapat dokumen struktur organisasi,
uraian tugas yang jelas, dan dokumen
kualifikasi petugas di instalasi farmasi
maupun instalasi sanitasi
Terdapat kartu stok di gudang obat
instalasi farmasi
Terdapat kebijakan mengenai
reture/pengembalian obat kadaluarsa ke
PBF di instalasi farmasi
Terdapat arsip mengenai item obatobatan dan kemasan obat yang
dimusnahkan di instalasi sanitasi
Terdapat prosedur di instalasi diklat
mengenai pengiriman pendidikan dan
dan pelatihan
Terdapat pengiriman petugas baik dari
farmasi maupun sanitasi untuk mengikuti
pelatihan
Ya
Tidak
Keterangan
√
Bisa dipinjam
√
Ada di dokumen SPO
√
Diuraikan di SPO
√
Dari IFRS dokumen uraian tugas
yang bisa dipinjam bukan yang
terbaru, dokumen kualifikasi tidak
boleh dipublikasikan.
√
√
√
ada di Buku Laporan Incinerator
dan Berita Acara Pemusnahan Obat
√
Ada di SPO
√
10.
Terdapat proses audit secara berkala dari
bagian sanitasi untuk memeriksa
pengelolaan sampah medis rumah sakit
√
Diketahui ketika ada penundaan
wawancara dengan Ka. Ins.
Sanitasi karena ada kegiatan audit
11.
Terdapat instalasi incinerator yang
merupakan bagian dari instalasi sanitasi
di dalam area RSUD
√
Terletak di sebelah utara gedung
instalasi sanitasi, dan di sebelah
timur kantin
12.
Terdapat perlengkapan dan peralatan
kebersihan yang memadai untuk sampah
medis maupun non medis
√
Ada pemisahan tempat sampah
berdasarkan jenisnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
2. Observasi proses pengelolaan limbah medis rumah sakit dan limbah
farmasi (non retur, kemasan, dan eksternal)
a. Proses pengumpulan
No.
1.
Item
Terdapat tempat penampungan sampah
medis dan non medis yang dipisahkan di tiap
unit kesehatan
Ya
√
2.
Tempat
penampungan
sampah
yang
digunakan kuat dan tahan karat
Tempat
penampungan
sampah
yang
digunakan kedap air
Tempat penampungan sampah medis
memiliki tutup
Tempat penampungan sampah mudah
dibersihkan
Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh
petugas per unit ruangan
√
Keterangan
Tempat sampah non medis
berupa drum besi ukuran besar
anti karat berwarna biru tua
dengan label “sampah non
medis”. Ada juga tong plastik
berwarna merah lengkap dengan
tutup untuk tempat sampah non
medis medis.
Tempat sampah medis juga
terbuat dari drum besi anti karat
dengan ukuran yang lebih kecil
daripada tempat sampah non
medis dan dibedakan menjadi
tiga: sampah plastik (cat biru),
sampah organik (cat hijau),
sampah benda tajam (cat
merah).
Dari besi tahan karat
√
Dari besi dan di cat
Pengumpulan sampah non medis dilakukan
oleh petugas kebersihan umum
Sampah medis rutin dikumpulkan setiap hari
√
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tidak
√
√
√
Sampah medis yang telah
dikumpulkan
diletakkan
sementara di depan pintu
masing-masing unit ruangan /
bangsal untuk diangkut oleh
petugas sanitasi
dilakukan oleh Cleaning Sevice
√
Setiap pagi sekitar jam 7 s.d jam
8 selalu dikumpulkan dan pada
soare hari sekitar jam 15.00
b. Proses pemisahan
No.
1.
Item
Limbah farmasi dipisahkan dari sampah
medis lainnya
Ya
√
Tidak
Keterangan
Untuk limbah farmasi berupa
obat-obatan dipisahkan, tapi
untuk limbah farmasi berupa
kemasan obat saja kadang
disatukan dengan limbah medis
lainnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
Limbah farmasi dikemas dalam wadah
berwarna coklat
√
3.
Limbah farmasi dilapisi plastik berwarna
coklat
√
4.
Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh
petugas per unit ruangan / bangsal
5.
Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh
petugas farmasi (IFRS)
6.
Pemisahan limbah farmasi dilakukan setiap
hari
Pemisahan limbah farmasi dilakukan di
ruangan yang memenuhi syarat (bersih,
ventilasi dan suhu udara optimal)
Alat-alat yang digunakan untuk pemisahan
limbah cukup memadai
7.
8.
√
81
Untuk kemasan obat dikemas
dalam platik kuning berlogo
“biohazard” dengan tulisan
“infeksius”
Untuk kemasan obat dikemas
dalam platik kuning
“biohazard” dengan tulisan
“infeksius”
misalnya perawat,
√
√
Untuk limbah yang berasal dari
IFRS iya, tapi untuk unit
kesehatan lainnya dilakukan
oleh petugas unit ruangan
dilakukan karena hampir setiap
hari dihasilkan limbah kemasan
obat
√
Di unit ruangan yang
bersangkutan
√
Minimal petugas menggunakan
masker dan sarung tangan
c. Proses pemilahan
No.
1.
2.
3.
4.
Item
Terdapat proses pemilahan setelah limbah
farmasi dipisahkan dari sampah medis
lainnya
Terdapat pemilahan limbah farmasi
berdasarkan kemanfaatan obat
Terdapat pemilahan limbah
berdasarkan potensi bahaya obat
Terdapat pemilahan limbah
berdasarkan bentuk sediaan obat
farmasi
Terdapat pemilahan limbah
berdasarkan jenis kemasan obat
6.
Pemilahan obat di bawah pengawasan
apoteker
7.
Terdapat
kondisi
optimum
tempat
pemilahan obat
Terdapat kondisi optimum pemilahan obat
Tidak
√
√
Keterangan
Limbah langsung ke
pengangkutan ke TPS
proses
Obat-obatan yang mendeketai
ED < 6 bulan dan obat-obatan
sisa pasien yang masih bisa
digunakan di-reture ke gudang
obat
√
farmasi
5.
8.
Ya
√
√
farmasi
√
√
√
Dipisahkan
antara
bentuk
sediaan padat dan cair. Bila
kuantitas sediaan cair cukup
banyak diolah di IPAL, bila
sedikit (termasuk juga ampul)
dimusnahkan bersama sediaan
padat di incinerator.
Jenis kemasan kertas, plastik,
ampul,
maupun
botol
dimusnahkan
semua
di
incinerator.
IFRS yang memutuskan apakah
obat bisa di-reture ke gudang
obat, di-reture ke PBF atau
harus dimusnahkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
d. Proses pelabelan
No.
1.
Item
Plastik tampungan sampah medis berlogo
sesuai kategori sampah
Ya
√
Tidak
2.
Pelabelan limbah farmasi dilakukan oleh
petugas farmasi di bawah pengawasan
apoteker
√
3.
√
4.
Label yang digunakan berupa label tulis
tangan
Label yang digunakan berupa label cetak
5.
Label memuat informasi jenis dan isi limbah
6.
Label memuat informasi produsen / sumber
limbah
7.
Label memuat informasi kuantitas limbah
√
8.
Label
memuat
informasi
tanggal
pengumpulan limbah, tujuan akhir limbah,
dan komentar/pesan khusus
√
√
√
√
Keterangan
Plastik
kuning
berlogo”biohazard”
dengan
tulisan “ infeksius”
untuk limbah berupa kemasan
obat yang berasal dari bangsal
tidak, ditangani langsung oleh
petugas unit ruangan
tulis tangan tapi juga kombinasi
label cetak
Tercetak di plastik atau ditempel
di kardus
Limbah dikemas dalam plastik
kuning berlogo limbah infeksius
yang mempunyai bahan agak
transparant sehingga kelihatan
isi di dalamnya.
Untuk limbah yang dikemas
dalam
kardus
Biohazard
biasanya diberi label dengan
keterangan sumber misalnya
“Bangsal 6”
Kuantitas limbah untuk berat
biasanya
dilakukan
penimbangan
di
instalasi
incinerator. Sedangkan kuantitas
jenis terdapat lampiran sendiri.
e. Proses pengangkutan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Item
Ya
Kereta pengumpulan sampah medis dan non
medis dipisahkan
Sarana pengangkut sampah yang digunakan
adalah kereta
√
Kereta pengangkut sampah yang digunakan
dalam keadaan baik/tidak bocor
Kereta pengengkut sampah yang digunakan
kedap air
Kereta pengangkut sampah yang digunakan
memiliki tutup
Kereta pengangkut sampah yang digunakan
mudah dibersihkan dan dikosongkan
√
√
√
√
√
Tida
k
Keterangan
berupa kereta dorong/trolli
bercat kuning dengan 2 roda di
belakang dilengkapi dengan
tutup dan tulisan di badan kereta
yaitu “Troli Sampah Medis” dan
logo limbah infeksius.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kereta
pengangkut
sampah
perparkiran/taman beda dengan sampah
ruangan
Terdapat jalur khusus pengangkut sampah
Kereta
pengangkut
sampah
tidak
menimbulkan bising
7.
8.
9.
83
√
√
√
f. Proses penyimpanan sementara
No.
1.
Item
Rumah sakit memiliki tempat pembuangan
sementara (TPS) sendiri
2.
Sampah non medis dibuang ke tempat
pembuangan sementara
Sampah medis dibuang ke tempat
pembuangan sementara
3.
Sampah diangkut ke tempat penampungan
sementara >2 kali/hari
TPS didesinfeksi setelah dikosongkan
Terdapat alat kebersihan dan alat bantu
pembakaran di TPS
4.
5.
6.
Ya
√
Tidak
Keterangan
Terletak di instalasi incinerator,
berupa
bangunan
semen
berbentuk bak persegi panjang
bercat kuning dengan tinggi
kurang lebih ½ meter dilengkapi
pintu kayu kecil berkunci
(namun sudah agak rusak) dan
tutup seng yang dapat dibuka
tutup dan disangga. Logonya
“TPS Medis/Infeksius”
√
√
Sampah medis berada di TPS
maksimal 24 jam sebelum
dimusnahkan
Pagi dan sore hari
√
√
√
sapu sikat, sapu lidi, pengki,
tongkat besi, capit besi, sekop
g. Proses pemusnahan dan pembuangan akhir
No.
1.
2.
3.
4.
Item
RS memiliki incinerator
Sampah medis dibakar di Incenerator
Suhu incinerator diatas 1000oC
Sampah diangkut ke TPA 1 kali/hari
5.
Metode pemusnahan lain yang diterapkan
selain menggunakan Incinerator
Terdapat prosedur pengoperasionalan dan
perawatan mesin incinerator
6.
Ya
√
√
√
Tidak
Keterangan
incinerator pirolitik
√
TPA merupakan pihak ketiga
(di luar lingkungan RSUD
Sleman) yang
ditunjuk dan
telah diakui. Sampah yang
diangkut ke TPA adalah sampah
non medis dan abu sisa
pembakaran incinerator yang
maksimal 2 kali pengangkutan
dalam 1 minggu
√
√
ada di SPO
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
3. Observasi terhadap petugas pengumpul/pengelola limbah RSUD
Sleman
No.
1.
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Petugas memakai sarung tangan sewaktu
bekerja.
Petugas memakai pakaian kerja sewaktu
bekerja
Ya
√
3.
4.
Petugas memakai helm sewaktu bekerja
Petugas memakai pelindung kaki/boot
sewaktu bekerja
√
√
5.
6.
Petugas memakai masker sewaktu bekerja
Petugas memakai pelindung muka jika
diperlukan sewaktu bekerja
Pengawas/penanggungjawab membawa
hardboard dengan kertas dan alat tulis untuk
mencatat data penimbangan limbah dan abu
sisa pembakaran
√
2.
7.
8.
Pengawas menggunakan APD sama dengan
petugas
Tidak
√
Keterangan
Sarung tangan karet berwarna
orange, kedap air.
coverall berwarna hijau tua,
tertutup, cukup tebal (namun
tidak terlalu tebal)
helm plastik warna merah
sepatu boot hitam dari bahan
karet, panjangnya sampai betis
(dipakai menutupi coverall)
masker berwarna hitam
√
√
√
Petugas menimbang sambil
melaporkan hasil timbangan
baik limbah maupun abu sisa
pembakaran kepada pengawas
untuk dicatat
Pengawas hanya menggunakan
masker (bahkan pada saat
membantu mengisi tungku
insinerator)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
Lampiran 4. Tabel Analisis Data Obat-obatan
Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2006
No.
1.
Sumber
Internal (RSUD Sleman)
Bentuk sediaan
a. Padat
Jenis
1). Tablet
2). Suppositoria
Nama Obat/Zat
Taxilan
Asidrat Tab.
Anrema 50 mg
Neuro Beston
Methioson tab.
Provera 100 mg
Minidiab
Hispral Tab.
Serenase
Viox 25 mg
Kategori III
Hexer 150 mg Tab.
Berifen 50 Tab.
Ulceranin tab.
Widecilin
Cephalexin 250 mg tabs.
Isoprinosine tab.
Tofranil
Icaps Time Release tab.
Kategori I
Kombipak IV
Ofloxacin tab.
Persantin (dipyridamole tab.)
Provera tab.
Berifen Supp.
Kaltofren Supp.
Jumlah
469
300
127
103
100
100
90
50
44
30
25
24
20
20
14
13
8
8
6
Total
Kemasan
1558
Dos
Dos
Box
Box
3
1
1
1
1
30
20
Dos
Box
Box
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
3). Kapsul
4). Serbuk
b. Semi padat
c. Cair
5). Kaplet
1). Salep
2). Krim
1). Ampul
2). Vial
Tramal Supp.
Cephalexin 500 mg
Hevtin (softgel)
Hydrasec
Promactil (Chlopromazin)
Bleocin 15 mg/ampul
Eltolit
Viostin
Oksitetrasiklin
Parasol
Chloramfecort - H
Alinamin
Ampicilin 1 gr Inj.
Anbacin 1 gr Inj.
Aqua Pro Inj.
Bleocin 15 mg
Cardiject Inj. 250 mg
Dibecasin Inj.
Ephineprin
Ergometrin inj.
Lidocain
Markain 0,5% 4Ml (SPI)
Medixon Inj. 125
Oxytetracycline Inj.
Phenobarbital
Pyridoxin
Stesolid
Ulcumet
Vit B1 Inj.
ATS 1500 IU
Cortison
20
18
3
9
1
4
36
1
15
1
84
1
4
5
1
4
14
3
1
4
9
6
1
3
29
2
9
2
19
1
6
31
40
Kaleng
Box
Box
Bungkus
Ampul
1
15
85
Box
117
Box
Box
Dos
239
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
3). Larutan
4). Suspensi Inhalasi
5). Infus IV
2.
Eksternal

6). Shampo

Total
Doxcorubicin 50 Mg Inj.
Insulatard HM (vial)
Micasin (sol. Inj. In vial)
Omnipaque 240 mg
Omnipaque 300 mg
Omnipaque 350/50 ml
Procain Benzil Penicilin
Streptomycin
Streptomycin 1 gr
Actoval drop
Cendo carpine 2% TM
Cendo xitrol
Erythomycin Syr.
Farmacrol Syr.
Glucose
Ikadril Syr.
Medinh-OD
Meptin Syr.
MgSO4
Psycho - Soma
Salbron Syr.
Timact T.M
Trimensa Syr.
Pulmicort resp. 0,25 ml
Inflamid Spray
Dex 40%
Meylon
Selasul (cairan OL 2,5%)

4
20
2
1
1
1
17
50
136
2
1
3
1
2
5
2
1
2
4
6
3
1
6
2
1
5
7
1

39
Box
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Injeksi
3
12
Flas
Flas
1


2211
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2008
No.
1.
2.
Sumber
Internal (RSUD Sleman)
Eksternal
a. Puskesmas Seyegan
b. Puskesmas Mlati II
Bentuk sediaan

Jenis

1). Padat
Tablet
2). Cair
Larutan
Total
Tablet
1). Padat
Kapsul
2). Cair
Ampul
Larutan (ml)
Nama Obat/Zat

Fitomenadion (Vit K)
Furosemid
Oralit
Adona Ac
Aminofilin
Carbo adsorben
Diazepam 2 mg
Efedrin HCl
Furosemid
Isosorbid dinitrat
Nutrizet (zincfan 20 mg)
Obat 4 FOC
Pirazinamid 100 mg
Piridoksin
Prednison
Primaquine
Vitamin B Complex
Retinol 100.000 IU
Retinol 200.000 IU
Rifampisin 75 mg
Aqua pro Inj. 5 ml
Aqua Pro Inj. 5 ml
Diazepam Inj.
Air raksa dental use
Asam Chlorida 0,1 N
Jumlah

30
79
69
30
57
793
145
173
750
152
558
4
177
19
95
1000
60
21
11
730
11
43
2
1
80
Total

Kemasan

109
69
Bungkus
178
4013
762
56
99
Botol
Botol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Chlorophenol c. (CHKM)
Isodine antiseptic
Povidon Iodin
Garam oralit
Gomeksan emulsi
Emulsi
Total
1
2
1
12
2
Botol
Botol
Botol
Sachet
Botol
4930
Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2009
No.
1.
2.
Sumber
Internal (RSUS Sleman)
Eksternal
a. Puskesmas Seyegan
Bentuk sediaan

1). Padat
2). Cair
Jenis

Tablet
Ampul
Larutan
b. Pusat Rehabilitasi YAKKUM
1). Padat
Serum
Total
Tablet
Nama Obat/Zat

Carbo Adsorben
Ergotamin coffein
Isosorbid dinitrat
Deksametason Inj
Epinefrin Inj.
Dekstrose Infus 5%
Kloramfenikol tetes telinga
A B U Serum
Ambroxol
Aminophylin
Amitriptyline
Amoxicilin
Ampi 250 mg
Antasida Lab. Creat
Asam mefenamat
Biaxin
Bromhexin
Carbamazepine
Cefimed
Cefzil 250 mg
Jumlah

375
100
80
2
1
3
8
1
20
500
500
14
1000
10000
310
5760
662
1440
900
7400
Total

Kemasan

555
3
11
1
71885
Botol
Botol
Flakon
570
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Cotrimoxazole
Dividol
Dulcolax
Duovir
Erva plus
Etambutol
Eucarbon
Ferous sulfas
Foragin
Gantian violet
Gastric Dr. Chan
Glibenclamide
Gunacold
Hufanoxil
Icobal
Interpril
Konidin
Liskoma 500 mg
Medoprazole
Metaclopramide
Metformin
Moxiclav
Multivitamin
New diatabs
Nodiar
Orphen
Panadol biru
Panadol merah
Paracetamol
Primadex
Ranitidin
900
1000
2
120
4
15
1
28000
5
2
1860
6
100
2
60
10
58
3900
800
10
70
10
1860
8
220
10
193
370
1749
17
10
Strip
Strip
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Kapsul
2). Semi padat
Salep
3). Cair
Vial
Larutan
Sultymix DS
Tetracyclin
Ticomag
Topram
Tradonal evervescent
Tramadol
Tramal
Tylenol
Viracept
Vitamin B Complex
Vitamin C
Vitamin K4
Chloramphenicol 250 mg
Enzyplex
Moxilen 250
Chloramphenicol
Gentian violet
2-4 Zalf
Ampicillin Inj.
Dexamethason 1 ml
Inj. Hyosin 1 ml
Kalnex vial 5 ml
Pamecil
Viccilin 1000 Inj.
Vitamin K3 1ml
Ampicilin dry inj. 1 gr
Butovent C (spray inh.)
Cefzil 125/5mg
Erlamicetin tetes mata 10 ml
Eryson dry syrup
Kaopectate 120 ml
90
100
3
362
10
7
4
201
270
300
60
600
472
1
6000
1000
7
12
19
6
1
2
27
100
1
2
15
12
11
9
1
7473
19
Pot
Pot
156
1671
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
Botol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Moxipen (suspensi)
Panadol syrup 60 ml
Solpenox dry syrup
Tolak Angin 15 ml
Water pro injection 10 ml
9
108
20
1440
44
Botol
Botol
Botol
Sachet
Tube
81204
Total
Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2010
No.
1.
2.
Sumber
Internal (RSUD Sleman)
Eksternal
Puskesmas Seyegan
Bentuk sediaan

1). Padat
2). Semi Padat
3). Cair
Jenis

Tablet
Kapsul
Salep
Ampul
Larutan
Total
Nama Obat/Zat

Aminofilin
Ekstrak belladon
Fitomenadion / Vit. K
Furosemid
Oseltamivir
Oksitetrasiklin salep mata
Deksametason Inj.
Epinefrin Inj.
Etakridin larutan
Fitomenadion Inj.
Kaolimec sirup
Kloramfenikol tetes telinga
Kombipak anak fs awal+lanjut
Perhidrol cair
Stesolid rectal
Vit B1
Jumlah

586
419
1127
129
400
21
5
22
11
3
10
6
119
1
4
10
Total

Kemasan

2261
400
21
Ampul
Ampul
41
Ampul
Ampul
Sachet
Botol
Botol
150
Botol
Botol
Tube
2873
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2011
No.
1.
2.
Sumber
Internal (RSUD Sleman)
Eksternal (Puskesmas Seyegan)
Bentuk sediaan

1). Padat
2). Cair
Jenis

Tablet
Suppositoria
Ampul
Larutan
Total
Nama Obat/Zat

2FDC Fase intensif
4FDC Fase intensif
Aminofilin
Aspar K
Ekstrak Belladon
Ergotamin coffein
Fitomenadion
OAT kat. II fase lanjutan
Pirantel pamoat
Prednison
Reserpin
Transamin
Dulcolax
2FDC Fase intensif
4FDC Fase intensif
Deksametason
Diazepam Inj.
Difenhidramin
Epinefrin
Ventolin Neb.
Ergotamin coffein
Fuji varnish
Glukosa 5%
Ringer laktat
Stesolid rectal
Jumlah

693
54
126
60
550
84
94
1
13
214
191
172
8
72
56
14
3
15
14
5
1
1
5
1
5
Total

Kemasan

2252
Box
8
179
Botol
Botol
13
Botol
Botol
Tube
2452
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Struktur Organisasi IFRSUD Sleman dan ISRSUD Sleman
Struktur organisasi IFRSUD Sleman
Struktur organisasi ISRSUD Sleman
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Lampiran 6. Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman
Jabatan
Ka Instalasi Sanitasi RS
Sanitasi Ruang & Bangunan
Pendidikan
Std
Aktual
S1
S1
SKM
Pengalaman
(tahun)
Std Aktual
5
23
1
4
2
4
3
4
Skill
4 5
4 4
Rekomendasi
6
4
7
4
Pelatihan manajemen
SDM
Sterilisasi, desinfeksi &
Kebersihan Lingkungan
Pengendalian Serangga
D III
D IV
3
14
4
4
4
4
4
4
4
Pelatihan ahli K3
D III
S1
3
5
3
2
3
2
2
2
2
Pengl. Limbah Cair
Pengl. Limbah Padat
Penyediaan Air Bersih
Supervisor Laundry 1
Supervisor Laundry 2
D III
D III
D III
D III
D III
D III
D III
D III
SLTA
SLTA
3
3
3
3
3
5
5
3
26
5
4
4
2
4
2
4
4
3
4
2
3
3
3
4
2
3
3
2
4
2
2
2
2
4
2
2
2
2
4
2
2
2
2
4
2
Pelatihan ilmu sanitasi
Pelatihan Manajemen
Sanitasi
Pelat. Manj. Sanitasi
Pelat. Manj. Sanitasi
Pelat. Manj.Laundry
Pelat. Manj.Laundry
Keterangan kriteria skill: (kolom skill diisi dengan angka 1=pemula, 2=masih perlu supervisi, 3=tidak perlu supervisi,
4=ahli)
Ka. Instalasi Sarana Sanitasi
1. Kemampuan memimpin
2. Kemampuan mendelegasikan tugas
3. Kemampuan membuat rencana kerja
4. Kemampuan mengoperasikan alat
5. Kemampuan analisa masalah
6. Kemampuan pemecahan masalah
7. Kemampuan memahami standar aturan
Sanitarian
1. Kemampuan melakukan pemantauan
lingkungan
2. Kemampuan melakukan teknik sampling
3. Kemampuan pengoperasionalan alat
4. Kemampuan inspeksi sanitasi
5. Kemampuan membuat rencana kerja
6. Kemampuan analisa masalah
7. Kemampuan pemecahan masalah
Supervisor Laundry
1. Kemampuan mengawasi aktivitas
pengelolaan laundry
2.
3.
4.
5.
6.
Kemampuan membuat rekapan jumlah
cucian
Kemampuan membuat usulan kebutuhan
linen
Kemampuan membuat laporan PPI
Kemampuan mengecek hasil cucian selesai
diproses
Kemampuan bekerja sama
Penanggung jawab kebersihan
1. Kemampuan melakukan pengawasan
2. Kemampuan mendelegasikan tugas
3. Kemampuan mengoperasikan alat
4. Kemampuan melakukan penataan
lingkungan
5. Kemampuan mendekorasi taman
6. Kemampuan menjalankan & pahami tugas
7. Kemampuan bekerja sama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
Biografi Penulis
Penulis bernama lengkap Fitriana Annisa Stya Ningrum, lahir di
Yogyakarta pada tanggal 28 Desember 1987 sebagai anak
bungsu dafi dua bersaudara.
Penulis merupakan malrasiswa
Sl
fakultas farmasi angkatan
2046 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
konsentrasi jurusan yaitu farmasi komunitas klinik (FKK).
Sebelum menjadi mahasiswa Sl farmasi, Penulis menempuh
jelnependidikan di TI( Sukro Krido (1992-1994),
SD Negeri Klodangan (tahun 1994-20ffi), SLTP Negeri 9 Yogyakarta (tahun z0ffi2003), dan SMANegeri 8 Yogyakarta (tahun 2003-2006).
Sebagai mahasiswa farmasi, Penulis pemah mengikuti ajang Program Kreatifitas
Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI pada tahun 2008 sampai ke tingkat DIYJateng bersama dengan tim penelifrannya membawakaa tema penelrtian tentang
insektisida alami dari daun tembakau.
Selain berstatus sebagai matrasisw4 Penulis yang menggemari dunia tulis-menulis dan
menggambar ini juga bekerja secara free lance dalam penulisan dan penyusunan
Laporan Tahunan/Tutup Bukubeberapakoperasi simpanpinjam di kabupaten Sleman.
i
,
Download