PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 –2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 – 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI f Sen*&btue ByALUASI PENGELOII\AN LIMBAfl FARIIilASI IH RSIM SI,EMAFI FEMre TAHT}N slslF+ rffi Fui *,* : x{i4gqe I..ffi{ :'ffi'8'Ltrrl.ffi, dr6ryt$s$:hhh Pmbim@glttea 61 .' (A. fri,&immrq trrs. M.For, $c) *!r., n : M6 -2012 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pengesahan Stilip$i Beriudut EVALUASI PENGELOLAAI\I LIMBAE FARMASI DI RST]D SLEMAN PERIODE TAHTJN 2W -2012 Oleh: Fitriana Annisa Stya Ningrum 8114 095 "fl+ Farmasi Panitia Penguji : . Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc Ipang Djuna*c, M. $c., Apt.- Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt llr t:s" PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Skripsi ini Penulis persembahkan untuk : Allah S.W.T atas berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya, Ayah, ibu, keluarga besar penulis, dan para sahabat: Amel, Erma, Cyndi, serta yang terkasih: Hanung Aprianto, S. iKom. terima kasih untuk segala “kesan dan pembelajaran manis maupun pahit” yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga untuk semua pihak yang berperan serta dalam mendukung keberhasilan Penulis. Sesuatu yang kita anggap sulit/rumit, jika kita MAU berusaha dan YAKIN maka kita akan BISA melakukannya, Ubahlah kata-kata “Bisa...Tapi Sulit” menjadi “Sulit.. tapi Bisa” ...Insyaallah... iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya sehingga Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan tenaga dan waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2. Pembimbing skripsi, Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi, Kepala Sub Bidang Litbang Ibu Sri Nurhidayah, S.Si., MT, dan Direktur RSUD Sleman Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sleman. 4. Pembimbing lapangan, Ibu Dra. H. E. Lestariningsih, Apt. (Kepala Instalasi Farmasi RSUD Sleman) dan Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran dan kerendahan hatinya, serta segala kebaikan yang telah diberikan selama penelitian di RSUD Sleman. v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Pembimbing akademik Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. atas arahan dan bimbingannya. 6. Untuk keluarga tercinta dan tersayang, Bapak Ibu terima kasih atas doa dan dukungan yang tak henti-hentinya baik moril maupun materiil, yang selalu meyakinkan dan membesarkan hati. 7. Untuk para sahabat, Amel, Erma, Cyndi, dan Hanung, terima kasih atas doa, dukungan, saran, hiburan, semangat, dan bantuan, yang tulus diberikan kepada Penulis. 8. Semua teman-teman farmasi almamater 2006 baik FKK maupun FST yang telah lebih dulu menempuh perjalanan karier sebagai farmasis, terima kasih atas pertemanan selama ini. Sukses untuk kita semua. Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada Penulis mendapatkan balasan dan menjadi amal ibadah di mata Allah SWT. Dalam skripsi ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan yang Penulis miliki. Namun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan akademisi. Yogyakarta, 23 September 2013 Penulis vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fitriana Annisa Styaningrum Nomor mahasiswa : 06 8114 095 Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi di RSUD Sleman Periode Tahun 2006 – 2012 (Evaluation of Pharmaceutical Waste Management in RSUD Sleman on the Period of the Year 2006 –2012) Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tangal : 25 September 2013 Yang menyatakan, vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Yogyakarta, 23 September 2013 Penulis viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PRAKATA .................................................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv INTISARI .................................................................................................... xvi ABSTRACT .................................................................................................. xvii BAB I . PENGANTAR ............................................................................... 1-8 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1. Perumusan masalah ............................................................................ 5 2. Keaslian penelitian ............................................................................. 6 3. Manfaat penelitian .............................................................................. 7-8 a. Manfaat teoritis .............................................................................. 7 b. Manfaat praktis .............................................................................. 7 1). Manfaat bagi penulis ............................................................... 7 2). Manfaat bagi RSUD Sleman ................................................... 8 3). Manfaat bagi masyarakat ......................................................... 8 ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 1. Tujuan umum .................................................................................... 8 2. Tujuan khusus .................................................................................... 8 BAB II . PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 9-34 A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit .......................................... 9 B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit ..................... 11 C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ............................ 12 D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ................................ 13-20 1. Pemisahan dan Pengumpulan ............................................................. 13 2. Pemilahan ........................................................................................... 14 3. Pelabelan ............................................................................................ 16 4. Pengangkutan ..................................................................................... 16 5. Penyimpanan Sementara/Penampungan ............................................ 17 6. Pemusnahan dan Pembuangan ........................................................... 18 E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai ...................................... 21-23 1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa ...................... 21 2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai...... 22 F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011............................. 23 G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004............................ 26 H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi..................... 29 I. Keterangan Empiris.................................................................................. 32 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 35-42 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 35 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Variabel Penelitian ................................................................................. 35 C. Definisi Operasional ............................................................................... 35 D. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 38-42 1. Perizinan ............................................................................................. 38 2. Persiapan Instrumen Penelitian .......................................................... 38 3. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 38 4. Lokasi Penelitian ................................................................................ 39 5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39 a. Wawancara ..................................................................................... 40 b. Observasi/pengamatan ................................................................... 40 c. Dokumentasi .................................................................................. 40 d. Studi pustaka ................................................................................. 41 6. Analisis data ....................................................................................... 41 7. Pembahasan kasus .............................................................................. 41 8. Uji validitas ........................................................................................ 41 E. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 43-65 A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen ......................... 43 B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan .. 47 C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah 49-64 Sakit dan Standar Pembanding ................................................................... 1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM.......................................... 49 2. Kesesuaian dari aspek proses............................................................. 58 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI D.Peran IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi..................................... 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 66-68 A. Kesimpulan ............................................................................................ 66 B. Saran ....................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69 LAMPIRAN ................................................................................................ 72 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 100 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004).................... Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat......................................................... Tabel III. 31 Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 –2012 berdasarkan sumber/produsen............... Tabel VI. 30 Standar kompetensi apoteker indonesia dalam pemusnahan limbah farmasi.......................................................................... Tabel V. 20 Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut Depkes RI, 2004.......................................................................................... Tabel IV. 14 45 Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat............................................................................ Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS......................................................................................... Tabel VIII. 49 Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS........................................................................................ Tabel IX. 47 52 Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding Tabel X. CPFB tahun 2011 .................................................................... 56 Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses...... 63 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model konvensional.................................................................................. Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman........................................................................................... Gambar 3. 60 TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman............................. Gambar 5. 59 Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah farmasi)............................................................. Gambar 4. 29 60 Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana sebelum dibakar di incinerator....................................................... Gambar 6. 61 Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar............. xiv 62 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Panduan Wawancara / Interview Guide.......................... 72 Lampiran 2. Tabel Hasil Wawancara................................................... 75 Lampiran 3. Tabel Hasil Observasi..................................................... 79 Lampiran 4. Tabel Analisis Data Obat-obatan ................................... 85 Lampiran 5. Struktur Organisasi IFRSUD dan ISRSUD Sleman........ 94 Lampiran 6. Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman............ 95 Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman........ 96 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian......................................................... 97 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INTISARI Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks berdampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya berupa limbah farmasi. Pengelolaan limbah farmasi perlu diteliti karena pengelolaan yang tidak tepat dapat mengancam kesehatan dan mencemari lingkungan. Sayangnya, belum semua rumah sakit mengelola limbah farmasi sesuai dengan prosedur. Penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional dan bersifat deskriptf evaluatif ini bertujuan memperoleh profil pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman Periode tahun 2006 – 2012. Data yang diambil adalah data jenis limbah dan proses pengelolaan limbah dilengkapi dengan wawancara terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan sanitarian penanggung jawab limbah. Hasil penelitian menunjukkan 2012 ada 94.418 item limbah farmasi yang dikelola dari internal (dropping) maupun eksternal. Sediaan padat terbanyak berupa tablet dan kapsul, sediaan semi padat berupa salep dan krim, sedangkan sediaan cair terbanyak berupa larutan (dalam sachet dan ampul). Sumber eksternal terbanyak dari P.R. YAKKUM (86%) pada tahun 2009. Berdasarkan analisis dan evaluasi data, aspek prosedur dan SDM pengelola limbah farmasi di RSUD Sleman telah sesuai dengan standar pembanding, sedangkan pada aspek proses masih memerlukan beberapa pembenahan. Direkomendasikan supaya petugas IFRS diberikan pelatihan pengelolaan limbah farmasi rumah sakit. Kata kunci : limbah farmasi, prosedur, pengelolaan xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Hospital activities are so complex and have positive and negative impact. One of which is pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management need to be investigated because the improper management can threaten the health and pollute the environtment. Unfortunatelly, not all hospitals managing pharmaceutical waste in accordance with procedures. Non experimental studies with evaluative descriptive observational design was aimed to obtain the profile of the pharmaceutical waste management in RSUD Sleman on the period of the year 2006 – 2012. The data retrieved is data type of waste and waste management processes, supported by interviews with leader of IFRS, sanitation, and sanitarian in charge of waste. The results of the analysis drug extermination data in RSUD Sleman on the period of the year 2006 - 2012 showed that there were 94.418 items pharmaceutical waste were administered in RSUD Sleman, both from internal and external. Most of solid dosage form such as tablets and capsules, semi solid dosage forms such as ointments and creams, and most of liquid dosage form of solutio (in sachets and ampoules). The Most external source of pharmaceuticals waste were derived from P.R YAKUM (86%) on the year 2009. Based on data analysis and evaluation, from the aspect of procedures and human resource were managing pharmaceutical waste in RSUD Sleman was adequate in accordance with standart comparators, while from the aspect of process still needs some correction. So it is recommended that the staffs in IFRS given training of pharmaceutical waste management in hospital. Keywords: pharmaceuticals waste, procedures, management xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat untuk pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan (Siregar, 2004). Kegiatan-kegiatan rumah sakit yang berupa pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif sangat kompleks. Kegiatan tersebut tidak saja menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya berupa limbah rumah sakit akibat proses kegiatan baik medis maupun non medis. Menurut Sarwanto (2003) berdasarkan hasil penelitian WHO bersama dengan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1997 yang ditunjukkan dalam profil kesehatan Indonesia, produksi limbah padat rumah sakit berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan limbah medis padat yang baik bila persentase limbah medis tidak lebih dari 15%. Penelitian tersebut dilakukan terhadap rumah sakit-rumah sakit baik yang ada di dalam maupun di luar kota Jakarta. Dari 88 rumah sakit yang ada di luar kota Jakarta yang menjadi obyek penelitian, didapatkan hasil bahwa jumlah rumah sakit yang melakukan pemisahan limbah 80,7%, pewadahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 limbah 20,5%, pengangkutan limbah 72,7%, dan menggunakan incinerator untuk limbah infeksius 62%. Dari sekitar 107 rumah sakit yang berada di Jakarta, baru 10 rumah sakit yang memiliki incinerator, dan itu pun tidak semuanya insinerator yang benar. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit, sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan baik. Meskipun persentase limbah medis padat (baik yang didapatkan dari hasil penelitian maupun dari ketentuan WHO) terbilang jauh lebih kecil daripada limbah padat domestik, akan tetapi dengan persentase yang kecil itu limbah medis padat memiliki potensi bahaya yang lebih besar. Bila tidak ditangani dan dibuang secara baik dan benar maka limbah medis padat rumah sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan, kemungkinannya menimbulkan kecelakaan kerja serta penularan penyakit/infeksi, dan tindakan-tindakan ilegal. Salah satu limbah rumah sakit yang memerlukan pengelolaan dan strategi pembuangan yang tepat adalah limbah farmasi. Kasus yang pernah menghebohkan masyarakat Indonesia terkait dengan pengelolaan limbah farmasi yang tidak benar adalah terjadinya tindakan penggantian tahun kadaluwarsa obat pada sediaan yang telah melewati tahun kadaluwarsa di sebuah gudang obat ilegal yang kemudian obat-obatan tersebut diedarkan lagi di apotek-apotek dan rumah sakit di seluruh Aceh, seperti yang dilansir dalam artikel di majalah online Kompasiana (Yus, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 Menurut Budiarie (2009) di Jawa Timur juga ada kasus penimbunan dan pemulungan limbah farmasi berupa obat-obatan kadaluwarsa dari limbah rumah sakit maupun rumah tangga untuk dipasarkan lagi di masyarakat, seperti yang dilansir dalam artikel di website Monitor Indonesia. Tentunya bagaimanapun bentuk kasus mengenai pengelolaan limbah farmasi yang belum tepat, pada akhirnya sangat merugikan konsumen terutama dari segi kesehatan, karena efek terapi obat sudah berkurang, dan yang paling membahayakan adalah apabila obatobatan tersebut sudah terkontaminasi oleh zat berbahaya/beracun yang dapat menimbulkan toksisitas bagi yang meminum. Permasalahan yang kerap dijumpai dalam pengelolaan limbah farmasi adalah dalam hal kesesuaian proses dengan prosedur. Contohnya adalah tidak dilakukan pemisahan dan pemilahan limbah farmasi secara benar berdasarkan kategori-kategori tertentu misalnya bentuk sediaan obat, kemasan obat, maupun berdasarkan golongan obatnya. Padahal berbeda kategori limbah farmasi bisa berbeda pula penanganannya, dan sebenarnya di Indonesia sendiri sudah terdapat cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah dan bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengelola limbah rumah sakit khususnya limbah farmasi. Namun, tidak semua peraturan yang berlaku tersebut diterapkan secara baik dan benar. RSUD Sleman Yogyakarta merupakan sebuah rumah sakit dengan tipe/kelas B Non-pendidikan sejak bulan Desember tahun 2003 hingga saat ini, setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 9 tahun 2009, tanggal 4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Agustus 2009 dan Peraturan Bupati Sleman nomor: 48 tahun 2009 dinyatakan bahwa RSUD Sleman mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berkaitan dengan tugas tersebut, RSUD Sleman telah memiliki berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup lengkap yaitu fasilitas rawat inap dan rawat jalan dengan fasilitas pelayanan, pendukung, dan penunjang seperti pelayanan medis dan terapi, UGD, poliklinik gigi, laboratorium, pelayanan pendidikan dan penelitian, pelayanan farmasi, hingga pelayanan pengelolaan limbah. Sebagai bentuk pelayanan pengelolaan limbah, selain berupaya menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitar area rumah sakit dengan mengelola limbah secara mandiri menggunakan incinerator dan IPAL, RSUD Sleman juga mengadakan jasa pemusnahan limbah medis bagi instansi kesehatan lain yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah dengan membayar sejumlah biaya sesuai ketentuan Pemda Sleman. Dari latar belakang tersebut maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di RSUD Sleman khususnya di unit kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit (ISRS) untuk melihat secara langsung bagaimana pengelolaan limbah farmasi pada periode tahun 2006 – 2012. Penelitian dilakukan di dua unit kerja karena perbekalan farmasi di RSUD Sleman dikelola oleh IFRS, sedangkan untuk perbekalan farmasi yang sudah menjadi limbah (termasuk dari instansi kesehatan lain) dikelola secara langsung oleh ISRS melalui fasilitas dan jasa pemusnahan limbah medis RSUD Sleman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 Periode tahun 2006 –2012 dipilih karena berdasarkan pra-survey, pengelolaan limbah farmasi dari dalam RSUD Sleman terbilang jarang sekali dilakukan kecuali pada kejadian luar biasa (KLB), sedangkan di sisi lain hampir setiap tahun sekali ada satu dua instansi luar yang menggunakan jasa pemusnahan limbah di RSUD Sleman. Maka dari itu dengan menetapkan periode penelitian tahun 2006 – 2012 akan memungkinkan diperolehnya data pengelolaan obat yang layak untuk analisis. Lebih jauh lagi penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran dan fungsi tenaga kefarmasian dalam pengelolaan limbah farmasi. Mengingat adanya perubahan paradigma dari drug oriented ke patient oriented, melalui penelitian ini diharapkan akan terwujud pula sosok-sosok farmasis yang selain berkompeten dalam menjaga kualitas produk obat dan pelayanan pasien dengan baik juga memiliki kesadaran tinggi dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan lingkungan. 1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah? b. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 c. Bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding? d. Bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan penelaahan pustaka yang sejauh ini telah dilakukan Penulis, ditemukan bahwa penelitian-penelitian tentang evaluasi pengelolaan limbah rumah sakit telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun, penelitian-penelitian tersebut biasanya membahas secara umum dan menyeluruh tentang pengelolaan segala jenis limbah medis yang dikelola ISRS mulai dari aspek kesesuaian proses dengan prosedur, sumber daya manusia (SDM), hingga analisis pendanaannya. Di Universitas-universitas di Indonesia, tema penelitian mengenai pengelolaan limbah rumah sakit telah cukup banyak dibawakan khususnya di fakultas/jurusan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Contohnya dalam tiga tahun terakhir adalah Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan judul penelitian lainnya adalah Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr. Ramelan oleh (Widhiatmoko, 2010). Dari Fakultas Farmasi USD (Rahmaroswita, 2012) sebenarnya pernah membawakan tema penelitian tentang pengelolaan limbah, akan tetapi penelitian tersebut lebih membahas ke pengelolaan limbah padat medis berupa benda tajam, alat-alat kesehatan steril, dan limbah infeksius, sementara untuk limbah farmasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 sendiri belum dibahas. Dari hasil studi pustaka dan wawancara dengan narasumber, Penulis juga menemukan bahwa penelitian mengenai limbah farmasi belum pernah dilakukan di RSUD Sleman. Karena hal itu maka terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan karya Penulis, yaitu: tema penelitian mengenai limbah farmasi secara khusus belum pernah dibawakan di RSUD Sleman, Fakultas Farmasi USD, maupun universitas-universitas lain di Indonesia. Selain itu penelitian ini membahas tentang pengelolaan limbah farmasi mulai dari sumbernya (unit kerja IFRS), bukan hanya ketika limbah tersebut sudah berada di ISRS dan siap dimusnahkan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis 1) Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012. 2) Dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah farmasi serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya di waktu yang akan datang. b. Manfaat praktis 1) Bagi penulis: Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas wawasan keilmuan dan mengkaji pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 2) Bagi RSUD Sleman: Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya dalam hal pengelolaan limbah farmasi. 3) Bagi masyarakat: Menambah pengetahuan umum masyarakat mengenai manajemen sanitasi rumah sakit khususnya dalam hal pengelolaan sampah medis berupa limbah farmasi. B. 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah. b. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat. c. Mengetahui bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding. d. Mengetahui bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit Secara umum limbah rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu: 1. Limbah medis, adalah limbah yang dihasilkan rumah sakit dari kegiatan pelayanan medis, laboratorium, veterinary, kedokteran gigi, ataupun farmasi pada saat dilakukan pengobatan, perawatan, dan penelitian. 2. Limbah non medis, adalah limbah yang umumnya berasal dari kegiatan kantor, dapur, cuci, mesin, dan buangan kamar mandi (Fariadi, 2010). Limbah medis rumah sakit terdiri dari: 1. Limbah infeksius: limbah yang mengandung bahan patogen, contohnya kultur laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, dan ekskreta. 2. Limbah patologis: jaringan atau potongan tubuh manusia, misal hasil operasi. 3. Limbah benda tajam: contoh jarum, peralatan infus, pisau, potongan kaca. 4. Limbah farmasi: limbah yang mengandung bahan farmasi, contohnya obatobatan, vaksin, serum, injeksi yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai atau tidak bisa dikembalikan ke distributor/PBF karena berbagai alasan misalnya rusak, terkontaminasi, nomer batch tidak sesuai spesifikasi, obat-obatan yang dibuang oleh pasien. 5. Limbah genotoksik: limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik contohnya limbah obat-obatan sitostatik (antikanker). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 6. Limbah kimia adalah limbah yang mengandung bahan kimia, contohnya reagen, solven, film untuk rontgen, dan desinfektan 7. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi: misalnya baterai, thermometer yang pecah, alat pengukur tekanan darah. 8. Wadah bertekanan: adalah sediaan semprotan kabut tipis dari sistem bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan gas, busa, atau cairan setengah padat. Misalnya tabung gas anestesi, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair, kaleng aerosol, dan tabung inhaler. 9. Limbah radioaktif: limbah yang mengandung bahan radioaktif, contoh cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium (Anonim, 2009). Jika ditinjau dari wujudnya, limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat berupa bahan padat (seperti sisa benda tajam, sisa jaringan tubuh, serta limbah dari kegiatan kantor dan dapur), bahan cair (seperti cairan infeksius, cairan jaringan tubuh, cairan buangan farmasi, buangan laboratorium dan dapat juga berasal dari kegiatan pencucian dapur atau laundry), dan gas (seperti hasil buangan dari peralatan medis dan pembakaran) (Fariadi, 2010). Berdasarkan sifat dan potensi bahayanya, limbah medis dapat dikategorikan menjadi lima jenis: 1. Golongan A, adalah limbah medis padat yang memiliki sifat infeksius paling besar yang berasal dari aktifitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contoh: sisa potongan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 tubuh, sisa binatang percobaan, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi (seperti pembalut/pempers dan verban bekas pakai), bekas infus/tranfusi set. 2. Golongan B, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena mempunyai bentuk tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan terapi dan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Terdiri dari: spuit/suntikan bekas, jarum bekas, cartridge, pecahan gelas/botol/ampul obat, pisau bekas bedah. 3. Golongan C, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena digunakan langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contohnya: periak, tempat muntah, dan pispot yang terkontaminasi. 4. Golongan D, terdiri dari: limbah padat farmasi seperti obat-obat kadaluwarsa dan tidak terpakai, sisa kemasan dan kontainer obat, termasuk juga peralatan yang terkontaminasi bahan farmasi. 5. Golongan E, adalah limbah padat sisa aktifitas pelayanan pasien, contohnya pelapis bed-pan disposable (Depkes RI, 1992). B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya penularan penyakit dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber penyakit. Sanitasi merupakan usaha kesehatan yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Upaya sanitasi rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan sarana prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004). Penerapan sanitasi rumah sakit salah satunya adalah pengelolaan limbah yang merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan limbah mulai dari sumbernya hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Pengelolaan diterapkan mulai dari sumber daya yang tersedia seperti SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan tersebut (Adisasmito, 2007). C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit Langkah-langkah penanganan limbah farmasi yang benar meliputi: 1. Pengambilan keputusan: memutuskan kapan tindakan akan dilaksanakan karena adanya penimbunan obat-obatan kadaluwarsa dan tidak terpakai. 2. Persetujuan: persetujuan pembuangan obat-obatan harus dimintakan dari pihak berwenang, seperti Dinas Kesehatan, BPOM, atau bahkan KLH. 3. Perencanaan: perencanaan mengenai pembiayaan, ahli yang diperlukan, SDM, waktu, tempat, peralatan, material dan cara pembuangan yang dibutuhkan. 4. Penyusunan kelompok kerja: pekerjaan harus dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari ahli farmasi (teknisi farmasi atau petugas gudang farmasi yang berpengalaman sebagai pengawas) dan pekerja kesehatan/sanitarian. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 5. Kesehatan dan keselamatan kelompok kerja: Semua pekerja harus menggunakan alat perlindungan diri/APD yang sesuai berupa pakaian dan sepatu bot yang dipergunakan setiap saat, serta sarung tangan, masker dan tutup kepala pada keadaan-keadaan tertentu. 6. Proses pengelolaan limbah farmasi, dengan perhatian khusus pada tahap pemilahan dan metode pembuangan. 7. Keamanan: obat-obat yang memerlukan pengawasan khusus (narkotik, psikotropika, zat adiktif) memerlukan tindakan pengamanan yang ketat karena sering terjadi masalah pemulungan obat (WHO, 1999). D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit 1. Pemisahan dan Pengumpulan Tahap pemisahan disini merupakan proses dimana suatu limbah farmasi dipisahkan dari limbah medis lainnya, yang kemudian dikumpulkan sesuai jenisnya. Pemisahan harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan. Kontainer pengumpul harus dibersihkan sebelum digunakan lagi. Kantong pengumpul harus diganti segera dengan kantong baru dari jenis yang sama, dan persediaan kantong pengumpul yang baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan limbah (Pruss, 2005). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 Kriteria wadah (kantong atau kontainer) limbah farmasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004) 2. Pemilahan Cara utama untuk mencapai metode dan manajemen pengelolaan limbah yang cost effective adalah dengan melakukan pemilahan materi untuk meminimalkan kebutuhan akan metode pembuangan yang rumit atau mahal. Tujuan pemilahan adalah memisahkan limbah ke dalam kategori-kategori tertentu yang memerlukan metode pembuangan berbeda (WHO, 1999). Untuk limbah farmasi sendiri, pemilahan meliputi evaluasi awal secara keseluruhan terhadap stok obat-obatan dan pemisahan obat-obatan tersebut menjadi kategori. Proses pemilahan limbah farmasi meliputi: a. Identifikasi item, b. Pembuatan keputusan mengenai kelayakan penggunaan/kemanfaatan obat, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 c. Jika masih layak digunakan atau direncanakan untuk dikembalikan (retur) ke distributor/PBF, biarkan kemasan dalam keadaan utuh, d. Jika sudah tidak layak digunakan, dibuat keputusan metode pembuangan yang optimal sesuai dengan kategori obat (WHO, 1999). Kategori pemilahan limbah farmasi antara lain: a. Obat-obatan kadaluwarsa atau tidak terpakai Obat-obatan yang tidak boleh dipergunakan dan harus selalu dianggap sebagai limbah farmasi adalah: 1) Semua obat-obatan kadaluwarsa; 2) Semua sediaan obat yang tidak bersegel, tidak memiliki label yang jelas, dan tidak berada dalam kemasan aslinya (kadaluwarsa maupun tidak); 3) Semua obat-obatan tidak kadaluwarsa yang rusak rantai dinginnya (cold chain) yaitu yang seharusnya disimpan di tempat dingin namun tidak (contoh: insulin, hormon polipeptida, gamma globulin dan vaksin) (WHO, 1999). b. Obat-obatan yang masih bermanfaat Jika memungkinkan, obat-obatan yang masih dalam masa berlakunya dan dianggap bermanfaat dipisahkan dan dipergunakan segera oleh institusi dengan membuat daftar mengenai barang-barang yang ada, jumlah dan tanggal kadaluwarsanya (WHO, 1999). c. Bahan yang dapat didaur ulang Bahan-bahan yang dapat didaur ulang misalnya kemasan obat dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah ataupun didaur ulang (jika fasilitas tersedia). Bahan-bahan kemasan obat ada yang terbuat dari plastik, logam ataupun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 gelas/kaca. Kemasan obat tersebut harus dipisahkan dari obat-obatan sebelum dilaksanakan proses pemusnahan dan pembuangan obat. (WHO, 1999). Pemilahan juga bisa dilakukan berdasarkan bentuk sediaan obat. Selain itu bisa juga dilakukan pemilahan berdasarkan kandungan zat aktifnya, misalnya yang membutuhkan cara pembuangan khusus, meliputi: narkotik, psikotropika, obat-obatan antibiotik, obat-obatan anti kanker/sitotoksik, anti septik dan disinfektan. (WHO, 1999). 3. Pelabelan Label yang terpasang pada semua kantong atau kontainer limbah layanan kesehatan harus memuat informasi dasar mengenai jenis/isi limbah dan nama produsen limbah. Informasi tersebut dapat ditulis langsung pada kantong atau kontainer atau pada label yang sudah dicetak sebelumnya yang menempel dengan kuat. Informasi tambahan yang sebaiknya juga tercantum dalam label antara lain: tanggal pengumpulan dan tujuan akhir limbah. Seandainya muncul masalah yang berkaitan dengan limbah maka pelabelan secara lengkap dan benar akan memungkinkan dilakukannya penelusuran terhadap asal limbah. Pelabelan juga memberitahu staf pelaksana dan masyarakat umum mengenai sifat bahaya dari limbah tersebut (Pruss, 2005). 4. Pengangkutan Kantong limbah dapat langsung ditempatkan dalam kendaraan pengangkut, akan tetapi akan lebih aman jika menempatkannya dalam kontainer sekunder (misalnya kotak kardus, plastik bertutup, atau kontainer berlapis seng). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah harus memenuhi kriteria PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 yang dipersyaratkan, juga tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya selain limbah layanan kesehatan. Limbah harus diangkut melalui rute yang paling cepat dari titik penghasil limbah yang harus direncanakan sebelum pengangkutan dimulai sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penanganan lebih lanjut yang tidak diharapkan. Khusus untuk pengiriman limbah ke luar instansi, sebelum pengangkutan limbah, dokumen pelepasan harus dilengkapi, semua persiapan harus dilakukan antara pengirim, pengantar, dan penerima (Pruss, 2005). 5. Penyimpanan Sementara/Penampungan Lokasi penyimpanan sementara untuk limbah harus dirancang agar berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Limbah harus ditampung di area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Rekomendasi untuk fasilitas penampungan limbah layanan kesehatan, antara lain : a. Area penampungan harus memiliki lantai yang kokoh, impermeabel, drainasenya baik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi b. Harus ada persediaan air untuk tujuan pembersihan c. Area harus mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani limbah d. Ruangan/area harus dapat dikunci e. Adanya kemudahan akses oleh kendaraan pengumpul limbah f. Ventilasi dan pencahayaannya baik g. Area penampungan jangan sampai mudah dimasuki serangga, burung, atau binatang lainnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 h. Lokasi penampungan tidak boleh berada di dekat lokasi penyimpanan makanan mentah atau lokasi penyiapan makanan. i. Persediaan perlengkapan kebersihan, pakaian pelindung, dan kantong atau kontainer limbah harus diletakkan di lokasi yang cukup dekat dengan lokasi penampungan limbah. j. Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin, waktu tampung sementara untuk limbah hingga pemusnahan tidak melebihi 48 jam di musim hujan dan 24 jam di musim kemarau (untuk iklim hangat) (Pruss, 2005). 6. Pemusnahan dan Pembuangan Metode penanganan limbah farmasi ada beberapa cara, yaitu: a. Pengembalian kepada distributor: limbah farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor/PBF. b. Penimbunan (penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah tanpa perlakuan atau persiapan sebelumnya), misalnya dengan: 1) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian: pembuangan limbah farmasi tanpa pengelolaan ke pembuangan terbuka tidak disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain, karena langkah ini tidak ramah lingkungan dan tidak aman karena bisa menyebabkan pemulungan limbah untuk tujuan diedarkan kembali. 2) Penimbunan berteknologi tinggi: tempat penimbunan harus memiliki saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas lapisan air tanah. Limbah farmasi dipadatkan dan ditutupi dengan tanah untuk menjamin keamanan dan kebersihan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 c. Imobilisasi limbah dengan enkapsulasi, yaitu: peng-imobilisasian obatobatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi. d. Imobilisasi limbah dengan inersiasi: merupakan varian enkapsulasi dengan pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obatobatan sebelum obat-obatan tersebut ditanam kemudian ditambahkan campuran air, semen dan kapur dengan perbandingan 5:15:15 sehingga terbentuk pasta cair yang homogen yang dapat berubah menjadi massa padat saat bercampur dengan limbah rumah tangga. e. Pembuangan melalui saluran pembuangan air: air yang mengalir dengan deras dapat dipergunakan untuk membilas dan membuang sejumlah kecil obat-obatan cair atau anti septik cair yang telah diencerkan sebelumnya. f. Pembakaran dalam wadah terbuka: cara ini hanya untuk limbah farmasi dengan jumlah yang sangat sedikit karena pembakaran bersuhu rendah dalam wadah terbuka menghasilkan polutan beracun yang dapat dilepaskan ke udara. g. Insinerasi suhu sedang (suhu minimum 850oC): penggunaan fasilitas incinerator suhu sedang lebih disarankan sebagai langkah sementara, daripada penggunakan pilihan yang kurang aman seperti pembuangan langsung ke tempat penampungan akhir. o h. Insinerasi suhu tinggi (lebih tinggi dari 1000 C), contohnya pembakaran limbah farmasi di industri semen karena memiliki waktu retensi pembakaran yang lebih lama dan mengeluarkan gas buangan melalui cerobong yang tinggi. Selama proses pembakaran, bahan baku semen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI o 20 o mencapai suhu 1450 C sementara gas pembakaran mencapai suhu 2000 C. Pada suhu setinggi ini waktu tinggal gas hanya beberapa detik. Pada keadaan ini semua komponen organik limbah akan hancur secara efektif. Beberapa hasil pembakaran yang beracun atau berbahaya terserap oleh produk kerak semen atau dikeluarkan oleh pertukaran panas. i. Dekomposisi kimiawi : tidak disarankan bila tidak terdapat ahli kimia. Berikut ini adalah rangkuman dari metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat menurut ketentuan WHO (1999): Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai 1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa Dalam ilmu farmakoterapi terdapat risiko yang berkaitan dengan penggunaan obat baik yang diketahui ataupun tidak. Kejadian atau bahaya yang dihasilkan dari risiko tersebut didefinisikan sebagai ‘drug misadventure’, dalam hal ini termasuk ’medication error’ yaitu pemakaian obat yang tidak tepat dan menimbulkan kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut berada dalam pengawasan profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Hal ini menjadi masalah di seluruh dunia yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan manusia atau lemahnya sistem yang ada. Terkait dengan permasalahan ini, penggunaan limbah farmasi seperti obat-obatan kadaluwarsa atau integritas obat-obatan yang secara fisik dan kimia telah menurun (’deteriorated drug error’) merupakan salah satu bentuk dari ’medication error’ (Anonim, 2010). Kadaluwarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau bahkan menjadi toksik (beracun). Kadaluwarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen obat menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung kadar zat sesuai dengan yang tercantum dalam kemasannya pada penyimpanan sesuai dengan anjuran. Obat yang sudah kadaluwarsa, kadar/konsenstrasinya sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya (Anonim, 2010). Tanggal kadaluwarsa mulai banyak muncul pada kemasan obat sejak tahun 1979, setelah undang-undang yang mengharuskan pabrik obat mencantumkan tanggal kadaluwarsa di Amerika Serikat yang akhirnya menular ke PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 seluruh dunia. Tanggal kadaluwarsa adalah tanggal yang dicantumkan pada masing-masing wadah produk obat (umumnya pada penandaan), yang menyatakan sampai dengan tanggal tersebut jika produk disimpan dengan benar (berada dalam kemasannya dan disimpan dalam kondisi normal), maka produk diharapkan tetap memenuhi spesifikasi standar mutu yang disyaratkan. Umumnya tanggal kadaluwarsa ditulis dengan angka bulan dan tahun dan ditetapkan dua hingga tiga tahun sejak obat dikemas (Kimin, 2010). Tanggal kadaluwarsa bukanlah tanggal yang ditentukan oleh pemerintah maupun departemen kesehatan dan sebenarnya tanggal ini tidak menunjukkan berapa lama suatu obat layak untuk dikonsumsi, karena obat dapat rusak sebelum tanggal kadaluwarsa yang ditetapkan oleh pabrik ataupun masih dapat dikonsumsi meskipun sudah lewat beberapa tahun setelah lewat tanggal kadaluwarsanya (Anonim, 2009). 2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai Tanda-tanda kadaluwarsa obat tergantung dari jenis/bentuk sediannya. a. Padat, berupa sediaan tablet, kapsul, pil dan serbuk. Umumnya mengalami perubahan berupa perubahan warna, bau, rasa dan konsistensinya. Tablet dan kapsul mudah menyerap air dari udara sehingga menjadi meleleh, lengket dan rusak. Kemasan mungkin menjadi menggelembung. Tablet berubah ukuran ketebalannya dan terdapat bintikbintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya tidak sama dan tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah ukuran dan panjangnya, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 mengalami keretakan dan warna kapsul memudar. Obat puyer/serbuk dapat terjadi penggumpalan. b. Semisolid, berupa sediaan salep, krim, pasta, dan jeli. Umumnya mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan krim berubah konsistensinya dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan viskositasnya berubah, melembut, kehilangan komponen airnya, tidak homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk partikel tidak merata serta pH nya berubah. c. Cair, dapat berupa sediaan sirup, emulsi dan suspensi oral. Umumnya dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, pH, kelarutan, dan viskositas, Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen. Beberapa obat, seperti obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila terkena sinar. Terdapat partikel-partikel kecil yang mengambang pada obat cair (namun hal ini normal pada suspensi). Bau dan rasa obat berubah menjadi tajam seperti bleach, acid, gasoline, punguent/getir. d. Gas, contohnya oksigen. Aerosol mengalami kebocoran, kontaminasi partikelnya, fungsi tabungnya rusak dan beratnya berkurang. Jika diukur dosisnya maka terdapat perbedaan dosis (Anonim, 2009). F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) tahun 2011 Ada beberapa hal mengenai pengelolaan limbah farmasi yang diatur dalam dokumen Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) 2011 atau disebut juga Good Pharmacy Practice (GPP), yaitu sebagai berikut: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 1. SPO CPFB 2011 No. A-07 (28 Oktober 2011) tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa : a. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3 bulan sekali) b. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 (dua) cara yaitu :. 1) Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing obat (a) Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab terhadap pemeriksaan tanggal kadaluwarsa (b) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa untuk masing-masing obat pada satu bagian dari rak (c) Untuk obat yang mendekati tanggat kadaluwarsa (1 - 3 bulan sebelumnya) beri perhatian khusus agar didistribusikan sebelum tanggal kadaluwarsa. Atau mengembalikan (reture) obat kepada distributor sesuai dengan persyaratan yang disepakati (d) Menyisihkan obat yang telah kadaluwarsa dan simpan ditempat tersendiri dengan diberi label/ tulisan OBAT KADALUWARSA (e) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain (f) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri 2) Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahapan penyiapan obat (a) Pada saat mengambil obat untuk pelayanan melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa. harus selalu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 (b) Sisihkan obat yang telah kadaluwarsa dan simpan ditempat tersendiri dengan diberi label/tulisan : OBAT KADALUWARSA. (c) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri 2. SPO CPFB 2011 No. A-08 (28 Oktober 2011) tentang Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa: a. Menyediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah kadaluwarsa b. Tempat khusus penyimpanan komoditi harus terpisah dari ruang peracikan. c. Memberi label KOMODITI KADALUWARSA DILARANG DUUAL pada tempat khusus d. Menunjuk petugas yang bertanggungjawab mengelola komoditi ini. e. Sebelum memasukkan komoditi yang telah kadaluwarsa pada tempat khusus terlebih dahulu dicatat dalam buku f. Melakukan pemusnahan komoditi sesuai tata cara yang berlaku 3. SPO CPFB 2011 No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes: a. Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan dimusnahkan b. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan Sediaan farmasi dan alkes) c. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan. d. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 e. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sekurang-kurangnya memuat : 1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan 2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimusnahkan 3) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan 4) Nama saksi dalam pelaksanaan pernusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan f. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan (IAI, 2011). G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Pengelolaan limbah farmasi rumah sakit juga diatur dalam KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang secara khusus dibahas dalam Bab IV yaitu tentang Persyaratan dan Tata Laksana Penanganan Limbah Medis Padat. Ada beberapa persyaratan dan tata laksana yang berkaitan dengan penanganan limbah farmasi yaitu: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 1. Persyaratan minimisasi limbah farmasi: setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan melakukan pengelolaan stok bahan farmasi. Tata laksana: menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluwarsa, menghabiskan bahan dari setiap kemasan, dan mengecek tanggal kadaluwarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor. 2. Persyaratan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang limbah farmasi: pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumbernya, limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali, dan pewadahan limbah farmasi harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan kontainer/kantong plastik berwarna coklat. Tata laksana: dilakukan pemisahan limbah farmasi dari jenis limbah medis padat lainnya mulai dari sumber limbah, tempat pewadahan limbah farmasi mengikuti aturan untuk pewadahan limbah medis padat (kantong/kontainer warna coklat tanpa simbol khusus) dan terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, siap tersedia di setiap sumber penghasil limbah, kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi, dan kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tidak boleh digunakan lagi. 3. Persyaratan pengumpulan, pengemasan, penyimpanan sementara, dan pengangkutan limbah farmasi (mengikuti ketentuan umum limbah medis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 padat) di lingkungan rumah sakit: pengumpulan limbah dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus limbah medis yang tertutup dan penyimpanan limbah harus sesuai iklim tropis/hangat. Tata laksana: bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam, bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator, kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup dan harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang, petugas yang menangani limbah, harus menggunakan APD yang lengkap dan memenuhi syarat. 4. Persyaratan pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah farmasi (mengikuti ketentuan untuk limbah medis padat): limbah tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, dan cara serta teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit. Tata laksana: limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik, rotary kiln, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi, sedangkan limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, tetapi apabila dalam jumlah sedikit dan tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 memungkinkan dikembalikan, agar dimusnahkan melalui insinerator pada suhu diatas 1.000°C (DepKes RI, 2004) H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi Tenaga kefarmasian merupakan salah satu tenaga kesehatan yang terdiri dari apoteker dan teknisi farmasi. Teknisi farmasi ini terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Kefarmasian di rumah sakit melaksanakan pekerjaan kefarmasian di IFRS. Tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian dan kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang didasarkan pada standar kefarmasian dan prosedur yang berlaku dimana ia bekerja (DepKes RI, 2009). Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, IFRS harus menerapkan bagan penyelenggaraan struktur pengelolaan organisasi minimal perbekalan, pelayanan yang mengakomodasi farmasi klinik manajemen mutu, seperti pada contoh berikut : (DepKes RI, 2004). Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model konvensional dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Selan itu dalam meningkatkan mutu pelayanannya suatu organisasi IFRS harus memiliki dokumen uraian tugas untuk pendelegasian tugas dan wewenang bagi staf maupun pimpinan. Standar kualifikasi SDM juga perlu diperhatikan. Staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI, 2004). Kualifikasi SDM di dalam suatu IFRS dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel III. Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut DepKes RI, 2004 Berdasarkan fungsi dan peran lintas sektoralnya, selain tergabung dalam panitia farmasi dan terapi rumah sakit bersama staf medis (dokter dan perawat), IFRS juga tergabung dalam tim PPI (pencegahan dan pengendali infeks) rumah sakit bersama dengan staf medis dan tenaga kesehatan masyarakat (sanitarian) dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 dalam hal ini peran IFRS adalah sebagai pengelola stok perbekalan farmasi untuk meminimalisir limbah farmasi, dan juga berperan dalam administrasi penghapusan. Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Selain itu dibuat pula suatu pelaporan yang merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan (DepKes RI, 2004). Dari sembilan kompetensi apoteker di Indonesia yang tercantum dalam dokumen Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, pemusnahan obat-obatan kadaluwarsa/tidak terpakai merupakan unit kompetensi nomor 7.4 yaitu “mampu melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai peraturan”. Tabel IV. Standar kompetensi apoteker Indonesia dalam pemusnahan limbah farmasi Elemen Kriteria kinerja 1. 7.4.1 Memusnahkan sediaan farmasi dan alkes 2. Mampu menetapkan pemenuhan ketentuan peraturan perundangundangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pemusnahan obat Menetapkan pemenuhan kriteria obat yang harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa, dan sebagainya) Unjuk kerja • Mampu menjelaskan ketentuan perundangundangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat • Mampu menjelaskan kriteria obat harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa, dan sebagainya) • Mampu melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak lingkungan • Mampu membuat dokumentasi pemusnahan sediaan farmasi. (IAI, 2011). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI I. 32 Keterangan Empiris Limbah farmasi merupakan salah satu limbah medis rumah sakit yang berdasarkan potensi bahayanya termasuk ke dalam golongan D. Limbah farmasi ini bisa berupa obat-obatan, vaksin, serum, maupun injeksi yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan. Pengelolaan limbah farmasi termasuk dalam salah satu upaya sanitasi rumah sakit, yang melibatkan lintas program dan sektoral (khususnya IFRS dan ISRS). Pada penerapannya terdapat serangkaian kegiatan pengelolaan limbah farmasi mulai dari pengelolaan SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan limbah hingga evaluasi. Untuk itu diperlukan prosedur yang harus dipenuhi antara lain pengambilan keputusan, persetujuan dari pihak berwenang, perencanaan segala aspek, penyusunan kelompok kerja, kesehatan dan keselamatan kelompok kerja, proses pengelolaan limbah, dan keamanan. Proses pengelolaan limbah farmasi yang baik dan tepat terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, pelabelan, pengangkutan, penyimpanan sementara, dan pemusnahan serta pembuangan. Pengelolaan limbah farmasi perlu mendapatkan perhatian lebih dari komite terapi di rumah sakit karena pemberian limbah farmasi seperti obat-obatan kadaluwarsa dan tidak terpakai, diketahui ataupun tidak merupakan salah satu bentuk medication error yaitu deteriorated drug error yang dapat menimbulkan kerugian pada pasien. Dengan demikian komite terapi khususnya IFRS harus mengetahui tanda-tanda sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak dengan mencermati dan melakukan pemeriksaan terhadap tanggal kadaluwarsa obat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 secara berkala atau setiap pengambilan dan juga melihat perubahan visual baik yang terjadi secara fisik maupun kimia pada sediaan obat tersebut. Pengelolaan limbah farmasi secara baik dan tepat merupakan bentuk ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, antara lain yang diatur dalam CPFB 2011 dan KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Lebih jauh lagi, pengelolaan limbah farmasi bisa menggambarkan bagaimana peran dan fungsi tenaga kefarmasian di instansi layanan kesehatan tersebut dalam upaya minimisasi limbah famasi dari sumbernya. Berbagai macam penelitian mengenai pengelolaan limbah medis telah banyak dilakukan, diantaranya adalah: Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan, Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros TBK Semarang) oleh Priyambada (2006). Meskipun penelitian tersebut dilakukan tidak di rumah sakit melainkan di industri farmasi, akan tetapi konsep penelitiannya sama dengan penelitian ini yaitu untuk melihat kesesuaian antara teori (dalam hal ini adalah prosedur rumah sakit dan standar pembanding) dengan kenyataan di lapangan. Metode yang digunakan juga sama dengan penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka. Dalam tiga tahun terakhir ini terdapat penelitian serupa tetapi dilakukan di rumah sakit, contohnya: Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr. Ramelan oleh (Widhiatmoko, 2010), dimana penelitian tersebut memaparkan profil limbah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 bahan berbahaya dan beracun (B3) padat dan mengevaluasi serta memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan limbah berdasarkan standar pembanding yang sama dengan penelitian ini yaitu KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Selain itu terdapat pula penelitian pendukung mengenai incinerator untuk pembakaran sampah medis yang dilakukan oleh Setyo Purwoto (tahun 2008). Dalam penelitian tersebut dilakukan eksperimen untuk menguji incinerator meliputi variasi suhu, lama pembakaran, dan volume sampah yang paling optimal dalam pembakaran sampah medis rumah sakit, dimana hasilnya adalah kondisi optimal incinerator dicapai pada suhu 900o, lama pembakaran 2 jam, dan volume sampah 2/3 bagian dari volume ruang bakar. Dengan kesamaan tujuan contoh penelitian-penelitian penelitian, kesamaan sebelumnya metode, dan yang kesamaan memiliki standar pembanding, penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil dan pembahasan mengenai pengelolaan limbah farmasi yang optimal, bisa menambah kajian penelitian untuk pengelolaan limbah farmasi rumah sakit, serta mampu memberikan rekomendasi terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin ada. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian observasional dan bersifat deskriptif evaluatif. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan terhadap subjek uji, dan merupakan penelitian observasional karena dilakukan dengan cara observasi. Penelitian ini bersifat deskriptif evaluatif karena penyajian data dan pembahasannya dilakukan secara deskriptif serta dilakukan pula evaluasi menggunakan standar pembanding. B. Variabel Penelitian 1. Jenis limbah farmasi berdasarkan sumber limbah (internal, eksternal) dan berdasarkan BSO/satuan (padat, semi padat, cair) dan jenis kemasan. 2. SDM yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi dan prosedur pengelolaan limbah farmasi 3. Proses pengelolaan limbah farmasi C. Definisi Operasional 1. Limbah farmasi adalah perbekalan farmasi berupa obat-obatan dan sediaan steril yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai karena berbagai alasan (berikut juga kemasan obatnya), tidak termasuk alat kesehatan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 2. Pengelolaan limbah farmasi adalah unsur-unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman, meliputi apa yang dikelola (profil limbah), siapa yang mengelola (SDM), dan bagaimana cara mengelolanya (prosedur dan proses). 3. Periode tahun 2006 – 2012 adalah rentang tahun yang digunakan Penulis untuk membatasi periode penelitian dimana data yang diambil dan dianalisis merupakan data pengelolaan limbah farmasi tahun 2006 (setelah gempa di Yogyakarta) hingga penelitian ini selesai dilakukan (Juni 2012). 4. Limbah farmasi internal adalah limbah farmasi yang berasal dari sisa stok dropping dan dari stok sediaan farmasi di IFRSUD Sleman yang dikelola dan dimusnahkan di incinerator RSUD Sleman. 5. Limbah farmasi eksternal limbah farmasi yang dikirim dari instansi kesehatan luar untuk dimusnahkan menggunakan fasilitas jasa pemusnahan limbah di RSUD Sleman. 6. Limbah farmasi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berupa bentuk sediaan obat padat yang terdiri dari tablet, kapsul, kaplet, suppositoria, dan serbuk. 7. Limbah farmasi semi padat adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman yang terdiri dari bentuk sediaan obat semi padat berupa salep dan krim. 8. Limbah farmasi cair adalah limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berupa bentuk sediaan cair yang terdiri dari larutan (termasuk juga dry syrup dan larutan steril seperti infus, serum, dan injeksi), suspensi, dan emulsi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 9. Prosedur pengelolaan limbah farmasi adalah prosedur yang berlaku dan diterapkan di RSUD Sleman mulai dari identifikasi waktu kadaluwarsa hingga pemusnahan limbah farmasi. 10. SDM adalah petugas-petugas yang terlibat langsung dalam pengelolaan perbekalan dan limbah farmasi di RSUD Sleman, berasal dari IFRS dan ISRS, meliputi struktur organisasi, uraian tugas, kualifikasi, pelatihan, dan pengetahuan mengenai limbah farmasi. 11. Standar pembanding utama adalah standar pembanding yang digunakan Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman, evaluasi pada tingkat IFRS menggunakan standar pembanding CPFB 2011 sedangkan evaluasi pada tingkat ISRS menggunakan standar pembanding KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. 12. Standar pembanding pendukung adalah standar pembanding yang digunakan Penulis untuk mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman yang mendukung ketentuan dalam standar pembanding utama atau mengemukakan hal-hal yang belum diatur dalam standar pembanding utama, yaitu: KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Dokumen Manajemen Sanitasi Rumah sakit, dan Pedoman Cara Pembuangan Secara Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan yang diterbitkan oleh WHO tahun 1999. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 D. Tata Cara Penelitian Prosedur penelitian dilakukan mulai dari penyusunan dan pengajuan proposal, pembuatan izin penelitian, persiapan instrumen, pengumpulan data, analisis dan penyajian data dengan pendekatan deskriptif, pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif (menggunakan standar pembanding), pengambilan kesimpulan dan saran, dan terakhir adalah penyusunan laporan penelitian (skripsi). 1. Perizinan Perizinan diperlukan sebagai upaya legalisasi agar penelitian dapat dilakukan. Perizinan dibuktikan dengan surat izin penelitian yang diperoleh dari pihak Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman, dan izin dari Instalasi Diklat RSUD Sleman (dengan tembusan kepada IFRS dan ISRS). 2. Persiapan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari alat dan bahan yang digunakan untuk kepentingan penelitian. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa hard board, map, kertas, dan alat tulis, sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain interview guide/panduan wawancara, worksheet/lembar kerja berupa tabel untuk observasi, kamera digital, dan laptop serta printer untuk penyusunan skripsi. 3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis padat di RSUD Sleman yang difokuskan pada limbah farmasi di unit kerja IFRS dan ISRS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 serta mengevaluasi pengelolaan limbah farmasi tersebut dengan menggunakan standar pembanding utama dan pendukung. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung di RSUD Sleman yang beralamatkan di Jalan Raya Yogyakarta-Magelang atau Jl. Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman. Penelitian dilakukan di dua unit kerja yaitu IFRS dan ISRS (termasuk juga Instalasi Incinerator yang masih termasuk dalam unit kerja ISRS). 5. Teknik Pengumpulan Data Sumber utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya (Moleong, 1998). Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu: a. Data primer Data primer adalah sumber data utama penelitian yang berasal langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan petugas penanggungjawab limbah. b. Data sekunder Data sekunder adalah data penunjang penelitian yang berasal dari selain responden, misalnya dari kajian pustaka. Data sekunder dalam penelitian ini berupa: hasil observasi, dokumentasi/foto, dan berbagai dokumen seperti: dokumen Berita Acara Pemusnahan Obat dari tahun 2006 hingga 2012, dokumen SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008 RSUD Sleman, dokumen Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) RSUD Sleman Tahun 2011, dokumen Petunjuk Pemakaian Incinerator, dokumen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman, dokumen Mapping Competency Instalasi Sanitasi, dan dokumen Uraian Tugas Instalasi Farmasi dan Instalasi Sanitasi RSUD Sleman. Didukung pula oleh berbagai teori dari studi pustaka yang dilakukan peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu : 1) Wawancara Wawancara merupakan suatu metode penelitian pengumpulan data dengan cara langsung/tanya jawab terhadap responden menggunakan interview guide/pedoman wawancara. 2) Observasi/pengamatan Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara cermat dan sistematis dan dilakukan secara langsung di lapangan (meliputi data primer dan sekunder). Observasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa worksheet/lembar kerja berupa tabel. Observasi yang dilakukan adalah tentang proses pengelolaan limbah farmasi termasuk juga mengenai kelengkapan dan kelayakan peralatan dan fasilitas yang digunakan. 3) Dokumentasi Merupakan suatu cara pengumpulan data untuk memperoleh bukti otentik yang mendukung hasil observasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar/foto terhadap fasilitas dan proses pengelolaan sampah medis limbah farmasi di RSUD Sleman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 4) Studi pustaka Diarahkan dengan maksud untuk memperjelas dalam pembahasan. Penelitian tidak luput dari banyaknya informasi yang diperoleh baik dengan cara membaca buku-buku ilmiah, browsing di internet dan pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini juga berguna untuk mendukung data penelitian yang minim karena kesulitan akses dokumen. 6. Analisis Data Dilakukan secara deskriptif dalam bentuk uraian, gambar, tabel, dan diagram. 7. Pembahasan Kasus Dilakukan secara deskriptif evaluatif mengenai kesesuaian data dan fakta yang diperoleh menggunakan standar pembanding. 8. Uji Validitas Guna memperolah data yang valid maka digunakan triangulasi teknik data yakni untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa teknik pengambilan data, yang bisa dilihat dari skema berikut ini : Wawancara Observasi Dokumentasi Ketiga teknik data tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan standar pembanding dengan menggunakan teknik studi pustaka. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 E. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah obyek penelitian yang masih relatif luas yaitu dalam hal “pengelolaan” dimana melibatkan banyak sekali aspek mulai dari apa yang dikelola, siapa yang mengelola, hingga bagaimana prosesnya (yang juga meliputi banyak prosedur dan tahapan) sedangkan waktu penelitian yang dimiliki terbatas, sehingga masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini yaitu tidak ada pembahasan mengenai aspek pendanaan (anggaran pengelolaan). Selanjutnya, keterbatasan mengenai akses data, dimana tidak semua data yang dibutuhkan bisa dengan mudah diakses oleh Penulis meskipun sebenarnya ada, contohnya adalah data kualifikasi petugas di IFRS dan data obat-obatan yang dikembalikan atau di-retur ke distributor. Padahal dengan adanya data tersebut bisa mendukung dan menguatkan pembahasan dalam penelitian. Keterbatasan berikutnya adalah adanya ketidaksesuaian antara definisi operasional “limbah farmasi” antara Penulis dengan pihak RSUD, dimana kemasan obat yang pada teori-teori sebelumnya digolongkan ke dalam limbah farmasi (dan oleh Penulis juga diterapkan sebagai definisi operasional penelitian) tidak dianggap demikian oleh pihak RSUD karena limbah kemasan obat digolongkan ke dalam limbah medis umum termasuk juga pendataan dan cara penanganannya. Karena hal itu maka data pemusnahan kemasan obat tidak bisa secara khusus ditelaah sebagai limbah farmasi sehingga pada tahun-tahun setelah 2006 tidak ada data pengelolaan limbah farmasi secara internal. Penulis berharap semoga keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini dapat diperbaiki atau lebih difokuskan pada penelitian-penelitian selanjutnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis padat yang dikelola di RSUD Sleman, terdiri dari dua golongan yaitu limbah farmasi berupa obat-obatan, sediaan steril (di luar sitostatika) dan limbah farmasi berupa alat kesehatan/alkes. Namun, limbah alkes tidak termasuk dalam kajian penelitian ini. Pada periode tahun 2006 –2012, RSUD Sleman mengelola limbah farmasi dari dua sumber yaitu internal dan eksternal. Limbah farmasi internal berasal dari sisa stok dropping dan dari stok IFRS, sedangkan limbah farmasi eksternal berasal dari instansi lain yang menggunakan jasa pemusnahan limbah farmasi di RSUD Sleman. Berdasarkan data pengelolaan limbah farmasi yang ditelaah Penulis dan dari hasil wawancara dengan narasumber, pada periode tahun 2006 – 2012, sumber limbah farmasi internal hanyalah dari sisa stok dropping karena dengan adanya prosedur rumah sakit stok sediaan farmasi yang mendekati Expired Date (ED) bisa dikembalikan ke distributor/PBF dengan penggantian barang atau uang, sehingga tidak ada kasus dari IFRS maupun unit pelayanan lain mengenai obat-obatan rusak atau kadaluwarsa yang harus dikelola hingga pemusnahan. Sayangnya, karena adanya keterbatasan penelitian maka data mengenai obat-obatan yang dikembalikan atau di-retur dari pihak IFRS ke distributor/PBF tersebut tidak bisa ditelaah dan dilampirkan oleh Penulis guna mendukung pembahasan dalam penelitian ini. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 Dari data pengelolaan obat dengan sumber internal (sisa stok dropping) dan eksternal yang ditelaah Penulis, ada 94.418 item limbah farmasi berupa obatobatan dan sediaan steril kadaluwarsa dan tidak terpakai. Pengelolaan limbah farmasi internal pada periode tersebut terbilang sangat sedikit (2,34%). Limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman lebih banyak berasal dari eksternal (97,66%) karena adanya fasilitas jasa pemusnahan limbah. Dari wawancara yang dilakukan antara Penulis dengan Kepala ISRSUD Sleman, jasa pemusnahan limbah farmasi ini dinilai memiliki dampak positif bagi RSUD Sleman karena selain dapat meningkatkan keprofesionalitasan dalam pelayanan kesehatan dan pemeliharaan lingkungan, RSUD Sleman juga memperoleh pendapatan ekstra yang bisa dialokasikan untuk pemeliharaan fasilitas incinerator ataupun inventaris sanitasi. Ada tiga instansi kesehatan eksternal yang mempercayakan pengelolaan limbah farmasi-nya kepada RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012, yaitu Puskesmas Mlati II Sleman yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada tahun 2008, Pusat Rehabilitasi YAKKUM yang memusnahkan limbah farmasi-nya pada tahun 2009, dan Puskesmas Seyegan yang memusnahkan limbah farmasinya pada tahun 2008 hingga 2011. Selama periode tahun 2006 – 2012 tersebut, Puskesmas Mlati II Sleman memusnahkan 5,22% limbah farmasi, Puskesmas Seyegan 6,43% limbah farmasi, dan Pusat rehabilitasi YAKKUM memusnahkan paling banyak yaitu 86 % limbah farmasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen th. 2006 th. 2007 th. 2008 th. 2009 th. 2010 th. 2011 th. 2012 ∑ item % 2211 − − − − − − 2211 2,34 a. Puskesmas Mlati II − − 4930 − − − − 4930 5,22 b. Puskesmas Seyegan − − 178 570 2873 2452 − 6073 6,43 c. P.R. YAKKUM − − − 81204 − − − 81204 86,00 2211 − 5108 81774 2873 2452 − 94418 100,00 Sumber Internal Eksternal RSUD Sleman (dropping) Total Dari tabel tersebut, bisa dilihat bahwa pada tahun 2006, tidak terdapat dokumen pengelolaan limbah farmasi eksternal. Keseluruhan limbah farmasi yang dikelola merupakan internal RSUD Sleman, akan tetapi bukan merupakan stok IFRSUD Sleman sendiri melainkan sisa stok sediaan farmasi dan steril dropping (berasal dari donasi gempa) yaitu sebanyak 2211 item (2,34%). Peneliti tidak mendapatkan adanya dokumen pengelolaan obat pada tahun 2007. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan narasumber, bila tidak ada data bukan berarti sama sekali tidak dilakukan pengelolaan limbah farmasi karena secara teori limbah farmasi yang dimaksud tidak hanya berupa obat-obatan, sediaan steril, ataupun alkes, tetapi juga kemasan obat itu sendiri. Hampir setiap hari di RSUD Sleman selalu dihasilkan limbah kemasan obat yang berasal dari gudang obat, apotek, laboratorium, maupun bangsal-bangsal perawatan pasien, sehingga setiap harinya pasti ada saja limbah kemasan obat yang dimusnahkan. Namun, oleh pihak RSUD Sleman limbah farmasi yang hanya berupa kemasan obat saja digolongkan ke dalam limbah medis umum. Pengumpulan, pewadahan, penimbangan, pencatatan, dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 pemusnahannya menjadi satu dengan limbah medis umum. Pelaporannya bukan berupa berita acara pemusnahan obat, akan tetapi hanya dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator yang memuat informasi tentang hari dan waktu pemusnahan, asal dan volume limbah, penanganan yang dilakukan, dan petugas terkait. Karena praktek yang demikian tersebut maka Penulis tidak bisa menyinkronkan antara definisi operasional Penulis mengenai “limbah farmasi” dengan definisi limbah farmasi di RSUD Sleman menurut prakteknya, dan juga tidak bisa melakukan analisis terhadap limbah farmasi berupa kemasan obat dan menyajikannya dalam tabel karena pendataannya sudah bercampur dengan limbah medis lainnya. Pada periode tahun 2008, berdasarkan data yang diperoleh, limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari dua sumber eksternal, yaitu Puskesmas Seyegan dan Puskesmas Mlati II Sleman dengan total 5.108 item. Dari Puskesmas Mlati II Sleman ada 4.930 item sedangkan dari Puskesmas Seyegan ada 178 item limbah farmasi. Pada tahun 2009 limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman juga berasal dari sumber eksternal yaitu Puskesmas Seyegan dan Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan total 81.774 item. Dari Puskesmas Seyegan ada 570 item limbah farmasi, sedangkan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM ada 81.204 item limbah farmasi, yang merupakan sisa stok obat-obatan dropping pasca gempa Yogya. Pada tahun 2010, limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari Puskesmas Seyegan dengan total 2.873 item. Selanjutnya, sumber eksternal mempercayakan pengelolaan limbah farmasi kepada RSUD Sleman pada tahun 2011 adalah Puskesmas Seyegan, sebanyak 2.452 item. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Untuk tahun 2012 penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Hal ini disebabkan karena pada tahun ini, hingga penelitian selesai dilakukan belum disusun arsip berita acara pemusnahan obat dari sumber eksternal. Namun, berdasarkan wawancara terhadap narasumber, pada tahun ini tetap dilakukan pengelolaan secara internal, hanya terhadap kemasan-kemasan obat saja, sehingga tidak menjadi pembahasan. B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan Bentuk sediaan obat (BSO) atau satuan obat dan sediaan steril yang dikelola di RSUD Sleman baik dari sumber internal maupun eksternal selama periode tahun 2006 – 2012 terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada yang padat, semi padat, maupun cair dan dikemas dalam berbagi jenis wadah. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 baik berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan: Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat Dapat dilihat bahwa BSO padat terbanyak yang dikelola adalah berupa tablet dengan jumlah 82.633 item, dimana ferous Sulfas merupakan item tablet terbanyak yaitu 28.000 dari keseluruhan. BSO padat terbanyak kedua berupa kapsul yaitu 8.666 item, dimana Moxilen® 250 merupakan merk dagang kapsul terbanyak yaitu 6.000 item dari keseluruhan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 BSO padat yang dikelola berjumlah 91558 item terdiri atas tablet, kapsul, suppositoria, serbuk, dan kaplet dalam berbagai jenis kemasan. BSO padat terbanyak pertama yang dikelola berupa tablet yaitu ferous sulfas (28.000 item) dalam kemasan dos/box dan strip, sedangkan terbanyak kedua adalah kapsul yaitu Moxilen® 250 (6000 item) dalam kemasan kaleng dan box. Untuk sediaan semi padat yang dikelola ada 140 item, dan terdiri dari dua jenis BSO saja yaitu salep dan krim. Jumlah BSO salep terbanyak adalah oksitetra salep mata (36 item) sedangkan BSO krim terbanyak adalah Chloramfecort-H® (84 item). BSO cair yang dikelola sebanyak 2690 item, terdiri dari larutan obat steril (dalam ampul dan vial), larutan/solutio, suspensi inhalasi, infus IV, serum, emulsi, dan shampo obat luar. BSO cair terbanyak pertama adalah larutan/solutio yaitu 2.052 item dimana Tolak Angin® 15 ml dalam kemasan sachet merupakan merk dagang terbanyak yang dikelola (1.440 item). BSO cair terbanyak kedua berupa larutan steril dalam kemasan ampul yaitu 396 item dimana 2 FDC fase intensif merupakan jenis terbanyak (72 item). Dengan mengetahui BSO/satuan dan jenis kemasan apa saja yang dikelola selama periode tahun 2006 – 2012, dalam pembahasan selanjutnya bisa diketahui juga apakah pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sudah sesuai dengan ketentuan. Hal ini disebabkan karena berbeda jenis BSO dan jenis kemasan bisa berbeda pula cara pengelolaannya (keterangan mengenai jumlah dan jenis kemasan masing-masing BSO yang lain dapat dilihat di lampiran 4). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit dan Standar Pembanding 1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman (khususnya IFRS dan ISRS) dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu: struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel: Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS No. Aspek 1 Struktur organisasi 2 Kualifikasi petugas 3 Uraian tugas 4 Pelatihan petugas 5 Pengetahuan Standar pembanding kesesuaian KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi - KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi - Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi (bab VII. Pengembangan staf dan program pendidikan) sesuai Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit (Bab III. Pengelolaan perbekalan farmasi dan Bab IV. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus) cukup paham Keterangan IFRSUD Sleman telah menerapkan strukur organisasi minimal IFRS sesuai cukup sesuai Ada kesulitan akses data penelitian dari pihak rumah sakit IFRSUD Sleman telah memiliki uraian tugas yang cukup jelas khususnya dalam hal administrasi dan pengelolaan perbekalan farmasi mengikuti pelatihan farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit, tetapi belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah farmasi IFRSUD Sleman paham mengenai penggolongan, sumber, pendataan, penandaan di etalase ED, dan upaya minimisasi limbah farmasi (FIFO/FEFO). Pemahaman tentang proses pengelolaan hanya sampai pada tahap pelabelan dengan informasi dasar. Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 langsung di bawah kepala/pimpinan IFRS yaitu pengelola perbekalan farmasi, pelayanan farmasi, dan manajemen mutu (lampiran 5), meskipun di IFRSUD Sleman sendiri manajemen mutu bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri melainkan sebagai suatu sub bagian dari bagian perbekalan farmasi, dimana yang bertanggungjawab dalam hal mutu adalah sub bagian gudang obat dan sub bagian produksi. Untuk kualifikasi petugas IFRSUD Sleman, pada tabel tidak ada keterangan mengenai kesesuaian dengan standar pembanding karena kesulitan akses data/dokumen terkait dengan adanya aturan publikasi dari pihak rumah sakit. Namun, dari analisis Penulis standar kualifikasi petugas IFRSUD Sleman pastinya sudah sesuai dengan standar pembanding dan memenuhi ketentuan karena RSUD Sleman telah mendapatkan status akreditasi Lulus Tingkat Lengkap termasuk dalam pelayanan kefarmasian. Kualifikasi petugas IFRS yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI, 2004). Dari aspek uraian tugas, IFRSUD Sleman telah mempunyai suatu dokumen uraian tugas yang cukup jelas dalam hal administrasi dan pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pembagian fungsi, tugas/kewajiban, koordinasi, dan wewenang masing-masing bagian maupun sub bagian yang terdapat pada struktur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 organisasi (lampiran 7). berdasarkan penelaahan data yang dilakukan Penulis, sub bagian penanggung jawab gudang dan entry data adalah yang paling krusial yang terkait dengan pengelolaan stok dan limbah farmasi secara langsung (khususnya dalam hal administrasi pelaporan dan penghapusan perbekalan farmasi), dibantu oleh sub bagian penanggung jawab pelayanan farmasi dan bagian adminitrasi dan staf. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian (Depkes, 2004). Dalam hal pelatihan, petugas IFRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan tentang farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit. Adanya pelatihan ini berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petugas IFRS mengenai pengelolaan stok dan limbah farmasi, misalnya tentang penggolongan jenis dan sumber limbah farmasi, perbedaan pengertian antara "kadaluwarsa" dan "tidak terpakai", pendataan dan penandaan/pelabelan limbah farmasi, prosedur dan proses pengelolaan limbah farmasi, dan upaya-upaya yang bisa ditempuh dalam minimisasi limbah farmasi (misalnya FIFO, FEFO, anjuran peresepan), yang dapat diketahui hasilnya dari proses wawancara. Dari hasil wawancara, Penulis bisa mengetahui bahwa petugas IFRSUD Sleman cukup paham tentang hal-hal tersebut. Namun, untuk pemahaman proses pengelolaan limbah farmasi hanya sampai pada proses pelabelan dengan informasi dasar (sumber dan isi), sedangkan proses setelah diangkut ke sanitasi kurang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 begitu paham karena belum pernah mengikuti pelatihan khusus mengenai pengelolaan limbah farmasi. Meskipun demikian, di dalam pelatihan manajemen farmasi IFRS diberikan materi tentang administrasi penyimpanan, pelaporan, dan penghapusan (dalam hal ini termasuk pendataan, pengecekan, dan pelabelan) perbekalan farmasi sehingga secara tidak langsung merupakan upaya minimisasi limbah farmasi mulai dari sumber. Selanjutnya, evaluasi kesesuaian pengelolaan limbah farmasi dari aspek SDM di ISRS terangkum dalam tabel berikut : Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS No. Aspek 1 Struktur organisasi 2 Kualifikasi petugas 3 Uraian tugas 4 Pelatihan petugas 5 Pengetahuan Standar pembanding Kesesuaian Keterangan KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia (DepKes RI, 1994) KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 dan dokumen Pedoman Sanitasi Rumah Sakit sesuai telah mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen sanitasi rumah sakit sesuai terdapat dokumen Mapping Competency yang berisi informasi nama, jabatan (dari Kepala sampai penanggungjawab), pendidikan (aktual maupun standar), pengalaman (aktual maupun standar), kolom tingkatan skill, dan rekomendasi pelatihan. sesuai terdapat dokumen uraian tugas masingmasing jabatan dan juga ketugasan lain (kerja sama) antar bidang sesuai Pedoman sanitasi rumah sakit cukup paham sudah pernah mendapatkan dan sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi (khususnya pengelolaan limbah) dan pengambilan sampel limbah ISRSUD Sleman cukup paham mengenai apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi, darimana sumbernya, pendataan pemusnahan limbah farmasi, kelengkapan berita acara, dan proses penelolaan mulai dari pemisahan dan pengumpulan hingga pemusnahan (untuk limbah medis secara umum saja), pengoperasionalan dan perawatan incinerator, tetapi pengetahuan tentang jenis kemasan ampul yang tidak boleh dibakar masih kurang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Dari tabel di atas, struktur organisasi ISRSUD Sleman telah sesuai dengan ketentuan yang mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen sanitasi rumah sakit dengan wadah kegiatan yang terdiri dari unsur: pimpinan layanan sanitasi, teknis sanitasi (penanggung jawab bidang-bidang yang berada langsung di bawah Pimpinan ISRS yang mewakili persyaratan dan tata laksana penanganan limbah medis maupun nonmedis), dan penunjang layanan sanitasi (admin dan logistik). Teknis sanitasi antara lain: penanggung jawab limbah cair, limbah padat, sterilisasi, pengendalian air bersih (PAB), pengendalian serangga, sanitasi ruang dan bangunan, dan penanggung jawab laundry (lampiran 5). Dari aspek kualifikasi petugas, kualifikasi sanitarian di RSUD Sleman telah memenuhi persyaratan (lampiran 6) yaitu: a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit tipe B adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil. Secara standar, ISRSUD Sleman menetapkan jenjang pendidikan minimal S1, dan secara aktual Pimpinan ISRSUD Sleman adalah lulusan S1 SKM dengan pelatihan manajemen SDM. b. Limbah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan limbah medis dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan. Di RSUD Sleman, pengumpulan kemasan obat ditangani langsung oleh perawat sedangkan bila berupa sediaan farmasi yang mendekati tanggal kadaluwarsa akan dikembalikan dan dikelola oleh IFRS. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 c. Proses pengangkutan limbah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP ditambah latihan khusus. d. Pengawasan pengelolaan limbah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus. Penanggungjawab/pengawas pengelolaan sampah di RSUD Sleman baik itu berupa limbah padat maupun limbah cair memiliki standar kualifikasi lulusan DIII dengan pelatihan manajemen sanitasi. Dari aspek uraian tugas, ISRSUD Sleman telah memiliki dokumen uraian tugas yang jelas. Untuk pengelolaan limbah farmasi sendiri merupakan tugas dari penanggung jawab pengelolaan limbah medis padat dibantu oleh penanggung jawab kebersihan lingkungan dan tenaga kebersihan, serta bagian/penanggungjawab lain yang ditunjuk atau ditugaskan (lampiran 7). Untuk aspek pendidikan dan pelatihan, petugas ISRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi pengelolaan limbah dan pengambilan sampel limbah bersama dengan Tim PPI lainnya seperti dokter dan perawat. Pelatihan eksternal diadakan tiga kali setahun, sedangkan pelatihan internal satu hingga dua kali setahun. Selain ISRS, dokter, dan perawat, IFRSUD Sleman termasuk juga dalam tim PPI tetapi belum pernah mengikuti pelatihan pengelolaan limbah bersama tim PPI lainnya. Pada aspek pengetahuan petugas, selain harus mengetahui jenis, sumber, dan pendataan limbah farmasi, ISRSUD Sleman juga wajib mengetahui tahapan pengelolaan limbah farmasi tersebut mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan, serta bagaimana mengopersionalkan dan melakukan perawatan incinerator. Dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 hasil wawancara, Penulis mendapatkan informasi yang cukup jelas mengenai pengetahuan petugas tentang proses pengelolaan limbah farmasi, terutama mulai dari tahapan pengangkutan hingga pemusnahan dan pembuangan, dan juga pengoperasionalan dan perawatan incinerator. Hal ini disebabkan karena untuk proses pengumpulan limbah farmasi hingga proses pelabelan merupakan tanggung jawab IFRS dan petugas unit pelayanan/bangsal, dan biasanya setelah melalui proses pengangkutan limbah hanya disimpan maksimal 24 jam untuk dimusnahkan, tidak ada perlakuan lagi sebelumnya untuk menghindari resiko paparan terhadap petugas. Pembahasan selanjutnya akan mengevaluasi secara teoritis tentang kesesuaian antara prosedur rumah sakit yang terkait dengan pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan standar pembanding. RSUD Sleman sendiri telah memiliki suatu SPO dengan judul dokumen “PEDOMAN MUTU SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008 RSUD SLEMAN” yang disusun berdasarkan Keputusan Direktur No. 308/Kep.Dir/2011 tanggal 1 November 2011 tentang pembuatan SPO di lingkungan RSUD Sleman, dan Keputusan Direktur No. 012/Kep.Dir/2012 tanggal 2 Januari 2012 tentang pemberlakuan SPO di lingkungan RSUD Sleman. SPO tersebut merupakan update version pada tahun 2010 dari versi sebelumnya yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. SPO ini didukung dengan adanya sertifikat Komisi Akreditasi Rumah Sakit nomor: KARS-SERT/92/X/201, dengan status terakreditasi: LULUS TINGKAT LENGKAP, berlaku 3 (tiga) tahun mulai tanggal 12 Oktober 2011 sampai dengan 12 Oktober 2014, dimana PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 sertifikat tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya standar pelayanan rumah sakit yang meliputi enam belas pelayanan, termasuk pelayanan Farmasi, Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), dan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan limbah farmasi rumah sakit oleh IFRS dan ISRS. Ada empat SPO RSUD Sleman yang berkaitan dengan pengelolaan limbah farmasi. Berikut adalah rangkumannya dalam bentuk tabel: Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding CPFB tahun 2011 Judul SPO SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes SPO Pemusnahan Obat Rusak/Resep/Arsip Prosedur dan praktek a. pencatatan waktu ED pada kartu stok dan buku ED (√) b. penyimpanan stok secara FIFO/FEFO untuk distribusi pelayanan, c. pengecekan setiap bulan, d. pemilahan dan pendataan stok yang belum dekat ED dan yang sudah dekat ED, e. stok dengan ED kurang dari 6 bulan harus dikembalikan ke IFRS untuk distribusi dengan anjuran peresepan f. stok dengan ED maksimal 1 bulan lagi harus sudah dikembalikan ke distributor a. inventarisasi dan laporan stok, resep, dan arsip kadaluwarsa kepada Direktur RS, b. usulan pembentukan Tim Pemeriksa, c. rapat dan pembuatan berita acara pemeriksaan, d. usulan ijin pemusnahan dari IFRS melalui Direktur kepada Bupati, e. pembentukan dan rapat Tim Pemusnah, f. kegiatan dan pembuatan berita acara pemusnahan √ √ Standar Pembanding Kesesuaian CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa sesuai √ √ Keterangan tujuan: agar obat/alkes yang ED kurang dari enam bulan dapat diketahui sehingga dapat menghindari penggunaan obat yang tidak terjamin mutu, stabilitas, potensi, dan keamanannya. √ selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari stok IFRS √ *point (d) bisa dilakukan berdasarkan PBF (berikut faktur) dan berdasarkan BSO √ √ √ √ √ √ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes sesuai tujuan : agar arsip IFRSUD tidak menumpuk dan obat yang rusak tidak digunakan oleh pihak lain tidak ada observasi, tapi dari hasil wawancara telah dilakukan sesuai prosedur selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari dropping Tim Pemeriksaan : IFRS, Instalasi Pemeliharaan ISRS, Wakil Managemen RSUD, Petugas dari BPKKD, KPDL, dan Admin Pemerintahan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 Lanjutan SPO Penanganan Limbah Farmasi SPO Pemusnahan Limbah Farmasi a. Pengumpulan botol suntikan/syrup/infusan bekas pemakaian pasien di bangsal dalam kantong khusus limbah farmasi b. Semua botol bekas/pipet maupun alat injeksi untuk imunisasi di poliklinik dikumpulkan ke dalam wadah khusus limbah imunisasi hingga cukup 2/3 wadah c. Setelah kantong penuh, diserahkan kepada petugas ISRS yang bertugas di bagian bangsal maupun poliklinik untuk dimusnahkan di incinerator x a. Identifikasi stok ED oleh IFRS, pewadahan sesuai jenis/kategori limbah, b. laporan kepada Tim Pemeriksa, c. pengajuan izin pemusnahan, √ d. koordinasi dengan Tim Pemusnah, e. pemusnahan menggunakan incinerator CPFB 2011 No. A-08 Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa sesuai point (a) kantong khusus limbah farmasi menggunakan kantong khusus limbah infeksius √ √ √ √ √ √ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes tujuan: agar tidak terjadi penyalahgunaan dan tidak terjadi paparan obat sesuai prosedur berlaku hanya untuk limbah farmasi dari unit pelayanan/bangsal berupa kemasan (dan karena kemasan digolongkan dalam limbah medis umum maka tidak dibahas lebih lanjut) tujuan: limbah obat yang dibuang atau dimusnahkan tidak menimbulkan resiko paparan pada petugas dan lingkungan selama periode penelitian, prosedur hanya berlaku pada sisa stok sediaan farmasi yang berasal dari dropping *Keterangan : Tanda √ = sudah dilakukan dalam praktek sesuai dengan prosedur SPO-SPO tersebut dievaluasi secara teoritis menggunakan standar pembanding CPFB tahun 2011 karena dalam penelitian tidak memungkinkan dilakukannya observasi terhadap kegiatan administrasi penghapusan perbekalan farmasi di RSUD Sleman yang bersifat retrospektif (tahun 2006). Pada prakteknya, berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, pengelolaan perbekalan dan limbah farmasi telah diterapkan sesuai SPO, kecuali (berdasarkan hasil observasi Penulis) untuk pengelolaan limbah farmasi dari bangsal yang hanya berupa kemasan obat, infusan, botol infus tidak menggunakan kantong khusus limbah farmasi, tetapi kontainer/wadah yang digunakan adalah kantong khusus limbah medis umum (dengan logo limbah infeksius). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 2. Kesesuaian dari aspek proses Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Penulis, proses pengelolaan limbah farmasi yang baik dan benar terdiri dalam beberapa tahap yaitu: pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, pelabelan, penyimpanan sementara, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah. Namun, dari hasil wawancara terhadap narasumber dan juga berdasarkan hasil observasi Penulis tidak semua tahapan tersebut dilakukan dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Tahapan pengelolaan limbah farmasi yang dilakukan di RSUD Sleman tergantung dari sumber limbah itu sendiri: a. Limbah farmasi yang berasal dari dropping: mengalami keseluruhan proses pengelolaan limbah farmasi, dilakukan atas kerjasama IFRS, ISRS, bersama tim Pemeriksa dan Pemusnah lainnya dengan izin resmi dari Bupati. Observasi tidak dapat dilakukan oleh Penulis karena RSUD Sleman terakhir mengelola limbah farmasi dropping pada tahun 2006. Namun, dari hasil wawancara dengan narasumber, semua tahapan dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. b. Limbah farmasi yang berasal dari stok IFRSUD Sleman: stok sediaan farmasi hanya mengalami proses pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, dan pelabelan sesuai prosedur “Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes” untuk kemudian dikembalikan ke distributor/PBF sebelum kadaluwarsa dan menjadi limbah farmasi. c. Limbah farmasi yang berasal dari sumber eksternal: hanya mengalami proses dari pengangkutan (dilengkapi dengan dokumen resmi) hingga PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 pemusnahan/pembakaran di incinerator, yang semuanya dilakukan oleh ISRS tanpa melibatkan IFRS. Observasi tidak dilakukan karena pada saat penelitian dilakukan (Juni - Juli 2012) tidak ada pengelolaan limbah farmasi dari sumber eksternal. Prakteknya mengikuti prosedur “Pemusnahan Sampah Medis” RSUD Sleman, yaitu sebagai berikut: Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman Limbah farmasi eksternal yang dikirim ke RSUD Sleman diangkut ke tempat penyimpanan sementara (TPS) menggunakan troli sampah medis. Troli sampah medis ini berupa box plastik yang terbuat dari bahan kedap air tetapi mudah dibersihkan dengan tinggi kurang lebih satu meter, memiliki tutup, memiliki roda di samping kiri dan kanan bawah, berwarna kuning dengan logo biohazard dan tulisan “troli sampah medis”. Dari hasil observasi Penulis, troli sampah medis di RSUD Sleman ini masih dalam kondisi bagus, dimana tidak terdapat kebocoran dan juga tidak menimbulkan kebisingan pada saat dijalankan. Untuk jalur lintasan pengangkutan limbah medis RSUD Sleman belum memiliki jalur khusus karena sejauh ini masih menggunakan jalur umum/koridor untuk staf, pengunjung, dan pasien. Dalam proses pengangkutan ini petugas pelaksana wajib mengenakan alat perlindungan diri (APD) minimal sarung tangan, masker kain, dan sepatu boot agar tidak terpapar oleh limbah yang diangkut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah farmasi) Setelah diangkut, sampah disimpan di TPS yang masih berada di dalam kawasan instalasi incinerator. TPS tersebut berupa bangunan semen berbentuk bak persegi panjang bercat kuning dengan tinggi kurang lebih setengah meter dilengkapi pintu kayu kecil berkunci (namun sudah agak rusak) dan tutup seng yang dapat dibuka tutup dan disangga. Logo terdapat di dinding atas sebelah box TPS bertuliskan “TPS Medis/Infeksius”. Lantai di sekitar TPS cukup permeable dan memiliki drainase yang cukup baik. Limbah berada di TPS maksimal 24 jam sebelum dimusnahkan untuk menghindari penumpukan. Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kemudian sebelum dilakukan proses pembakaran 61 menggunakan incinerator, tungku incinerator dibersihkan dengan cara mengeluarkan abu sisa pembakaran sebelumnya, ditimbang, dan dicatat beratnya. Dilanjutkan dengan penimbangan limbah medis yang akan dimusnahkan. Angka yang diperoleh nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator. Penimbangan sampah medis dan abu sisa pembakaran ini perlu dilakukan untuk menghitung efisiensi incinerator, dengan rumus: jumlah abu sisa pembakaran (kg) dibagi dengan jumlah sampah yang dibakar sebelumnya (kg) dikalikan 100%. Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana sebelum dibakar di incinerator Setelah penimbangan dan pencatatan selesai, dilakukan proses pemanasan pra-operasional terhadap incinerator dengan membakar sejumlah sampah medis yang mudah terbakar (misalnya plastik dan kertas kemasan obat) untuk optimasi kapasitas incinerator. Setelah itu baru dilakukan proses pembakaran/pemusnahan dengan waktu pembakaran selama ± 1 jam, dan waktu pendinginan ± 1 hari. Incinerator yang tungku ganda untuk pembakaran sampah dan pembakaran asap dengan suhu yang tinggi (8000C sampai dengan 12000C) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 dan kapasitas tungku 50 – 90 kg. Incinerator tersebut sudah berusia sekitar 10 tahun (tahun 1992 - 2012). Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar Sisa abu pembakaran yang sudah aman bagi kesehatan ini akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) bersama sampah non medis maksimal dua kali dalam satu minggu. TPA ini merupakan hasil penunjukkan dari pemerintah daerah, dan menurut wawancara TPA ini berlokasi di daerah Piyungan, tidak di dalam area rumah sakit karena RSUD Sleman belum memiliki lahan dan fasilitas untuk itu. Berkaitan dengan profil limbah farmasi, hal yang masih memerlukan peninjauan ulang disini adalah semua jenis kemasan limbah farmasi dimusnahkan menggunakan incinerator. Padahal menurut ketentuan WHO, kemasan seperti ampul tidak boleh di-insinerasi karena akan meledak, yang kemungkinan akan menyebabkan cedera pada operator dan kerusakan pada tungku incinerator. Lelehan kaca ampul juga akan menyumbat jeruji tungku jika suhu operasional melampaui titik leleh kaca. Ampul dapat dihancurkan di atas permukaan keras yang impermeabel (misal beton) atau dalam drum baja atau ember dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 menggunakan balok kayu keras atau palu. Yang terpenting, petugas harus menggunakan APD. Pecahan kaca harus disapu, ditempatkan dalam kontainer yang sesuai untuk benda tajam, disegel/ditutup, dan dibuang ke landfill. Cairan yang keluar dari ampul harus dilarutkan dan dibuangkan melalui IPAL. Menurut Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, farmasis harus mampu melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak lingkungan. Dalam hal ini belum ada himbauan dari pihak IFRS kepada ISRS terkait dengan pemusnahan ampul. Kemungkinan penyebabnya adalah pengetahuan petugas IFRSUD Sleman mengenai pengelolaan limbah farmasi setelah keluar dari gudang obat juga belum memadai karena belum pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai pengelolaan limbah farmasi. Selain itu, dari pihak ISRS juga sepertinya kurang memperhatikan detail kecil ini, padahal jika ditinjau ulang bisa mengoptimalkan perawatan dan kerja mesin incinerator. Evaluasi pengelolaan limbah farmasi dari aspek proses dari uraian-uraian tersebut terangkum dalam tabel sebagai berikut: Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses Aspek proses pemisahan dan pengumpulan Sasaran limbah Internal (dropping dan stok IFRS) Prosedur dan standar pembanding a. b. c. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (persyaratan minimisasi limbah farmasi) Kesesuaian sesuai Keterangan ada prosedur pengecekan dan pencatatan terhadap stok sediaan farmasi secara berkala atau pada setiap pengambilan, dan ada pula pemisahan dan penandaan terhadap sediaan farmasi yang mendekati ED, penggunaan secara FIFO dan FEFO PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Lanjutan pemilahan pelabelan pengangkutan Internal (dropping dan stok IFRS) a. Internal (dropping dan stok IFRS) a. Internal (dropping) dan Eksternal b. b. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa sesuai pemilahan berdasarkan kemanfaatan obat (dekat ED tapi masih bisa digunakan), PBF, dan bentuk sediaan obat CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (tabel pewadahan berdasarkan kategori limbah) cukup sesuai pelabelan untuk stok perbekalan farmasi di IFRS yang dekat ED dengan penandaan di etalase khusus dengan kartu stok dan spidol marker. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Pelabelan untuk dikirim ke ISRS masih minim (info dasar sumber dan jenis/isi limbah) cukup sesuai ada jasa pemusnahan limbah farmasi bagi eksternal yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah pengangkutan menggunakan troli khusus medis sesuai kondisi yang dipersyaratkan petugas pengangkut menggunakan APD belum ada jalur khusus pengangkutan limbah menuju TPS penyimpanan sementara Internal (dropping) dan Eksternal KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 cukup sesuai sesuai = limbah berada di TPS maksimal 24 jam pewadahan kemasan obat masih menggunakan kantong limbah infeksius perbaikan = pintu TPS sudah mulai rusak pemusnahan dan pembuangan Internal (dropping) dan Eksternal a. b. c. No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, Pedoman Cara Pembuangan Secara Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan (WHO '99) cukup sesuai limbah farmasi tidak dibuang sebelum ada pengelolaan yang aman menggunakan incinerator sediaan dalam kemasan ampul dan vial masih dimusnahkan menggunakan incinerator dan belum ada peninjauan ulang dari IFRS maupun ISRS (belum sesuai denan standar pembanding c.) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 D. Peran dan Fungsi IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi Secara umum, IFRSUD Sleman memiliki peran sebagai pengelola stok perbekalan farmasi melalui berbagai siklus kegiatan manajemen farmasi mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi stok obat-obatan yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Fungsi tenaga kefarmasian dalam hal ini adalah untuk menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian dan menjalankan pengawasan stok obat berdasarkan aturan/prosedur yang berlaku. Dari peran dan fungsi tersebut maka kualitas dari obat-obatan yang didistribusikan bisa terjaga sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan layanan mutu kefarmasian RSUD Sleman. Selain itu peran IFRSUD Sleman adalah tergabung dalam komite pencegahan dan pengendali infeksi (PPI) di rumah sakit. Dengan menjalankan fungsinya sebagai pengelola perbekalan farmasi dengan baik, secara tidak langsung IFRS telah menerapkan upaya minimisasi limbah farmasi dari sumbernya, hal ini mendukung peran IFRS sebagai tim PPI karena menghindarkan pasien dari meluasnya potensi bahaya limbah farmasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. a. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah mempunyai total 94.418 item yang dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber internal sejumlah 2.211 item (2,34%) berupa obat-obatan dropping yang dikelola pada tahun 2006, dan sumber eksternal sejumlah 92.207 item (97,66%) dari tiga instansi kesehatan luar, dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM sebagai sumber/produsen limbah farmasi terbesar (86%) dalam satu kali pengelolaan yaitu pada tahun 2009. b. Tidak adanya data pengelolaan limbah farmasi internal yang berasal dari stok IFRSUD Sleman mengindikasikan bahwa IFRSUD Sleman telah menerapkan prosedur dan melaksanakan manajemen pengelolaan stok sediaan farmasi dengan baik, karena sebelum menjadi limbah, perbekalan farmasi yang hampir mendekati ED dikembalikan ke distributor/PBF. 2. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat adalah: sediaan padat terbanyak berupa tablet ferous sulfas dan kapsul Moxilen 250®, sediaan semi padat berupa oksitetra salep mata dan krim Chloramfecort-H®, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 sedangkan untuk sediaan cair terbanyak berupa Tolak Angin® sachet 15ml dan ampul 2 FDC Fase Intensif. 3. Secara keseluruhan, dari aspek SDM dan proses pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sesuai dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding, hanya masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dan ditinjau ulang, seperti kurangnya pelatihan dan pendidikan pengelolaan limbah farmasi bagi IFRS untuk meningkatkan kompetensinya, belum adanya ketaatan dalam pewadahan menggunakan kantong khusus limbah farmasi, belum adanya jalur khusus untuk pengangkutan limbah, pintu TPS yang agak rusak, dan jenis kemasan ampul yang masih dimusnahkan menggunakan incinerator. 4. Peran IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi adalah sebagai pengelola perbekalan farmasi dan adminstrasi penghapusan, dengan menjalankan fungsinya dalam mendata dan mengecek ED stok sediaan farmasi, memproses pengembalian obat ke distributor/PBF, memproses ijin pemusnahan obat, hadir sebagai saksi pemusnahan, dan juga menyusun berita acara pemeriksaan dan pemusnahan limbah farmasi. Fungsi-fungsi tersebut secara tidak langsung mendukung peran IFRS sebagai tim PPI rumah sakit sebagai upaya minimisasi limbah farmasi agar potensi bahaya yang ditimbulkan tidak meluas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 B. Saran 1. Penulis merekomendasikan supaya dilakukan perbaikan di RSUD Sleman terutama pada aspek kesesuaian proses pengelolaan limbah famasi yang belum tepat, misalnya ketaatan pewadahan menggunakan kantong khusus limbah farmasi, perbaikan pintu TPS, pembuatan jalur khusus untuk pengangkutan limbah, dan peninjauan ulang mengenai bentuk sediaan dalam jenis kemasan ampul yang masih dikelola menggunakan incinerator. 2. Rekomendasi pada aspek SDM supaya petugas dari IFRSUD Sleman juga diberikan pendidikan dan pelatihan pengelolaan limbah farmasi agar selain berkompeten dalam pengelolaan stok perbekalan farmasi, farmasis juga memiliki pengetahuan lebih mengenai pengelolaan limbah farmasi sehingga bisa memberikan masukan kepada ISRS apabila ada prosedur penanganan limbah farmasi yang belum sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang berlaku. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W., 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT. Raja Grafindo, Jakarta Anonim, 2008, Manajemen Rekayasa Sanitasi Rumah Sakit, http://informasikesehatan-anda.blogspot.com/2008/07/manajemen-rekayasa-sanitasirumah-sakit.html, 19 Januari 2012 Anonim, 2009, Kenali Tanda-tanda Obat Kadaluarsa, http://cepucyt.wordpress.com/2009/05/13/kenali-tanda-tanda-obatkadaluarsa, diakses pada tanggal 24 Agustus 2010 Anonim, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadaluwarsa Obat, http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhikadaluarsa-obat/, diakses pada tanggal 7 Juli 2012 Anonim, 2011, Kondisi, Ciri, Tanda Obat-obatan yang Sudah Harus Dibuang dan Dimusnahkan, http://www.organisasi.org/ kondisi-ciri-tanda-obatobatan-yang-sudah-harus-dibuang-dan-dimusnahkan, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Arifin, 2009, Pengertian Sanitasi Rumah Sakit, http://www.psychologimania.com/2012/09/pengertian-sanitasi-rumahsakit.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2012 Arikunto, S., 1999, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta Budiarie, S., 2009, Obat Kadaluarsa dari Pemulung, http://www.indonesiamonitor.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=1652 &Itemid=39, diakses pada tanggal 23 Agustus 2010 DepKes RI, 1992, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Jakarta DepKes RI, 1994, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Direktorat Jenderal P2M & PLP dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta DepKes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta DepKes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta DinKes RI, 2010, Dinkes bonbol Lakukan Pemusnahan Obat, http://dinkesbonebolango.org, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 DirJen BinFar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan JICA, Jakarta Fariadi, 2010, Limbah Medis, www.puskajikesling.co,id, diakses pada tanggal 31 Agustus 2010 IAI, 2011, Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Menteri Kesehatan RI, dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) IAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta Idawaty, D., Medyawati, H., Evaluasi Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit (Study Kasus pada RSUP Persahabatan), Proceeding PESAT Vol. 4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559 Kimin, 2010, Sisi Lain Tanggal Kadaluwarsa, http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&i d=51&Itemid=52, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Moleong, J., 1998, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Priyambada, I., Amelia, E., 2006, Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan, Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros TBK Semarang), Jurnal Presipitasi Vol. 1 No. 1 September 2006, ISSN 1907-187X PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 Pruss, A., 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit EGC, Jakarta Purwoto, S., 2008, Kondisi Optimal Insenerator untuk Pembakaran Sampah Medis, WAHANA. Vol. 51, No. 1, Juni 2008 Rahmaroswita, M.E., 2012, Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma RSUD Sleman, 2011, Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Kabupaten Sleman Tahun 2011, Yogyakarta Sarwanto, S., 2003, Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola dengan Baik, http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html, diakses pada tanggal 15 November 2011 Shahib, MN,, 1999, Penerapan teknik "Polymerase chain Reaction" (PCR) untuk memonitor pencemaran lingkungan oleh senyawa merkuri (Hg) pada limbah cair rumah sakit, Kongres Himpunan Toksikologi Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999 Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan, Penerbit EGC, Jakarta, hal 6 – 71 Sutrisnowati, 2004, Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit (Studi Kasus di Rumah Sakit PT. Pupuk Kaltim), UNDIP, Semarang WHO, 1999, Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, Penerbit EGC, Jakarta Widhiatmoko, A., Trihadiningrum, Y., 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Yus, 2009, Obat Kadaluwarsa 2004 Diubah Jadi 2013, http://regional.kompas.com/read/2009/06/17/14375215/obat.kedaluwarsa .2004.diubah.jadi.2013, diakses pada 10 Agustus 2010 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 LAMPIRAN Lampiran 1. Panduan Wawancara/Interview Guide A. Wawancara kepada Penanggung Jawab (IFRS) 1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan judul dokumen atau judul SPO-nya! 2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun koordinasi untuk menangani limbah RS? 3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah (RKPL) Rumah Sakit? 4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah? Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang masing-masing personil pengelola limbah? 5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana kualifikasinya! 6. Apakah petugas Instalasi Farmasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut? 7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan! 8. Bagaimanakah perbedaan antara obat-obatan kadaluarsa dan obat-obatan tidak terpakai (dari segi definisi hingga perlakuan)? 9. Bagaimana suatu sediaan obat menjadi kadaluarsa dan tidak terpakai? Apa saja penyebabnya dan bagaimana cara meminimalisirnya? 10. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang dikelola oleh RSUD Sleman? 11. Bagaimanakah pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan dari data tersebut yang Anda ketahui! 12. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana proses pengelolaan limbah dari tahap awal sampai dengan akhir yang Anda ketahui! B. Wawancara kepada Penanggung Jawab (ISRS) 1. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) tertentu dalam sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit? Jika Ya, tolong sebutkan judul dokumen atau judul SPO-nya! 2. Apakah di dalam SPO tersebut terdapat prosedur yang jelas baik teknis maupun koordinasi untuk menangani limbah RS? 3. Apakah RSUD Sleman memiliki suatu Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah (RKPL) Rumah Sakit? Jika Ya, tolong jelaskan bagaimana penyusunan RKPL tersebut! PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 4. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah? Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang masing-masing personil pengelola limbah? 5. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana kualifikasinya! 6. Apakah petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut? 7. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan! 8. Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang “Persyaratan kesehatan Lingkungan RS”, limbah farmasi digolongkan dalam Limbah Padat Medis. Bagaimana dengan limbah farmasi bentuk sediaan obat (BSO) cair/semi cair? Dan bagaimana pula dengan pernyataan “limbah farmasi dalam jumlah besar dikembalikan ke distributor (PBF), sedangkan limbah farmasi dalam jumlah kecil dimusnahkan melalui incinerator.” Berapa jumlah pastinya untuk jumlah besar dan jumlah kecil tersebut? 9. Selain dari dalam RSUD Sleman, berasal dari mana sajakah limbah farmasi yang dikelola oleh RSUD Sleman? 10. Bagaimana pendataan untuk limbah RS, apakah tersedia data khusus (misalnya buku laporan berkala dan berita acara pemusnahan obat) mengenai limbah farmasi yang dihasilkan dan dimusnahkan? Jika Ya, tolong sebutkan format/kelengkapan dari data tersebut! 11. Apakah Anda mengetahui tahapan/proses penanganan sampah medis dan sampah non medis di RSUD Sleman? Jika Ya, tolong jelaskan! 12. Metode apakah yang digunakan untuk pemusnahan limbah medis di RSUD Sleman? Tolong jelaskan bagaimana pelaksanaan metode tersebut beserta kekurangan dan kelebihannya! C. Wawancara kepada Sanitarian/Petugas Pengelola (ISRS) 1. Apakah anda mengetahui setiap dokumen yang menjadi Standar Prosedur Operasional (SPO) di RSUD Sleman dalam pengelolaan sampah medis rumah sakit termasuk juga limbah farmasi? Jika Ya, tolong sebutkan! 2. Apakah di RSUD Sleman terdapat bagan struktur organisasi pengelola limbah? Jika Ya, apakah di dalam bagan tersebut diuraiakan mengenai tugas/wewenang masing-masing personil pengelola limbah? 3. Adakah kualifikasi untuk menjadi seorang kepala/penanggungjawab, dan pelaksana pengelolaan limbah RS? Jika ada, tolong sebutkan bagaimana kualifikasinya! 4. Apakah anda sebagai petugas Instalasi Sanitasi RSUD Sleman pernah memperoleh pelatihan tentang pengelolaan limbah rumah sakit? Jika Ya, bagaimana bentuk pelatihan yang diikuti, siapa saja pesertanya, dan kapan saja diadakan pelatihan tersebut? 5. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah medis RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja! 6. Apakah Anda tahu mengenai limbah apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi RS? Jika Ya, tolong sebutkan apa saja! 7. Apa sajakah yang termasuk dalam deskripsi kerja (job desk) sanitarian Instalasi Sanitasi RS dalam menangani limbah farmasi? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 8. Kapan, jam berapa, dan siapa yang bertugas dalam mengumpulkan limbah farmasi? 9. Bagaimana kriteria tempat penampungan yang digunakan untuk mengumpulkan limbah farmasi? 10. Bagaimanakah pemisahan limbah farmasi yang sudah dikumpulkan dan dipisahkan dari limbah medis lainnya, apakah limbah farmasi tersebut dikemas dengan wadah tertentu? 11. bagaimanakah syarat ruangan yang digunakan untuk proses pemisahan limbah farmasi dari limbah medis lainnya? 12. Alat-alat apa sajakah yang diperlukan untuk memisahkan limbah farmasi dari limbah RS lainnya? Tolong sebutkan! 13. Apakah limbah farmasi yang sudah dipisahkan dari limbah medis lain dipilah/dikelompokkan lagi kemudian diberi label pada kemasannya? 14. Bagaimanakah kriteria kendaraan/kontainer pengangkut yang digunakan untuk mengumpulkan limbah medis? 15. Siapa petugas yang menangani proses pengangkutan limbah? 16. Bagaimana jalur lintasan pengangkutan limbah? Apakah aksesnya dekat dengan lokasi pemusnahan dan mudah ditempuh? 17. Dimana lokasi TPS limbah medis? Apakah lokasi TPS dekat dengan lokasi penyimpanan makanan (misalnya dapur RS atau kantin RS)? 18. Bagaimana cara penyimpanan/peletakan limbah di TPS? 19. Adakah kondisi optimum ruangan TPS yang disyaratkan? 20. Kapan, jam berapa, siapa yang bertugas, dan bagaimana cara pembersihan ruangan TPS? 21. Apakah alat dan bahan perlengkapan kebersihan yang disediakan pihak RS sudah cukup lengkap dan layak? 22. Kapan limbah dari TPS dimusnahkan? 23. Apakah sebelum dilaksanakan proses pemusnahan, ada prosedur-prosedur tertentu dan surat-surat keterangan yang harus dipenuhi? 24. Siapakah yang bertugas dan terlibat dalam proses pemusnahan limbah (khususnya limbah farmasi)? 25. Adakah alat perlindungan diri (APD) yang digunakan petugas pelaksana pemusnahan limbah? 26. Apakah anda mengetahui bagian-bagian utama dari incinerator? 27. Berapa kapasitas incinerator dalam satu (1) kali pembakaran? 28. Apakah anda mengetahui tahapan/proses pemusnahan limbah menggunakan incinerator? Jika Ya, tolong jelaskan! Keterangan gambar: Peneliti (dengan APD berupa masker yang telah disediakan instalasi sanitasi ) melakukan wawancara kepada petugas pengawas dan sekaligus melakukan observasi pada saat proses pembakaran sampah medis di incinerator. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Lampiran 2. Tabel Hasil Wawancara Jawaban No. Variabel 1. Kebijakan yang mendasari pengelolaan limbah farmasi 2. Tenaga Informan 1 (Ka. IFRS) Informan 2 (Ka. Sanitasi) - KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. - CPFB tahun 2011 Petugas IFRS bertugas dalam manajemen stok obat (meminimalisir terjadinya limbah farmasi), dan bekerja sama dengan tim pemeriksa dan tim pemusnah dalam mengurus izin pemusnahan limbah farmasi hingga pembuatan laporan. KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit IFRS telah terakreditasi, memiliki struktur organisasi dan dokumen kualifikasi petugas, telah mengikuti pelatihan manajemen farmasi dan farmasi klinik, tetapi belum pernah diikutsertakan dalam pelatihan pengelolaan limbah medis pada umumnya dan limbah farmasi secara khusus. 3. Keuangan 4. Fasilitas/Peralatan Mempunyai tempat dan kantong sampah medis maupun non medis yang dibedakan RSUD Sleman sudah mempunyai tenaga khusus dalam pengelolaan limbah medis termasuk juga limbah farmasi, yaitu petugas di Instalasi Sanitasi RS. Tanggung jawab pengelolaan limbah farmasi termasuk dalam bidang kerja penanggung jawab pengelolaan limbah medis padat dibantu penanggungjawab kebersihan dan tenaga pelaksana kebersihan Instalasi Sanitasi RS telah terakreditasi, memiliki struktur organisasi dan dokumen kualifikasi petugas yang jelas, telah mengikuti berbagai pelatihan pengelolaan limbah rumah sakit baik di dalam maupun di luar RSUD Sleman. Analisa kebutuhan baik dana maupun sarana dan pra-sarana terdapat dalam Rencana Kegiatan Pengelolaan Limbah (RKPL) rumah sakit. Mempunyai mesin incinerator pirolitik, TPS, tempat sampah medis maupun Informan 3 (PJ. Sanitasi) Instalasi Sanitasi terbagi menjadi beberapa sub bidang kerja/penanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai sanitasi rumah sakit (bisa dilihat pada struktur organisasi). Mempunyai mesin incinerator, trolly sampah medis, TPS, alat perlindungan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 dan mesin incinerator. 5. SPO Sudah ada SPO mengenai pengelolaan limbah farmasi bagi IFRS antara lain tentang “Pemusnahan Obat Rusak/Resep/Arsip” , “Penanganan Limbah Farmasi” , dan “Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes” ada pelaporan mengenai banyaknya atau jenis limbah farmasi yang dihasilkan yaitu dalam Kartu stok obat dan Buku ED (Expied date). 6. Laporan karakteristik limbah farmasi 7. Tahap pengumpulan dan pemisahan dilakukan pengecekan terhadap stok obat dan alkes. Obat/alkes dengan tanggal kadaluwarsa/expired date (ED) kurang dari enam (6) bulan disendirikan di etalase obat ED yang diberi tempelan kartu informasi/kartu stok ED untuk didistribusikan kembali dan harus sudah dikembalikan ke distributor jika ED nya mendekati 1 bulan dari tanggal yang tercantum 8. Tahap pemilahan Pemilahan obat dilakukan berdasarkan PBF (dilihat juga tanggal masuknya obat pada faktur) dan jenis obat (atau satuan non medis yang ada di setiap ruangan dan koridor rumah sakit, kantong plastik medis berwarna kuning berlogo infeksius untuk sampah medis, kotak kardus disposafe berlogo infeksius, dan kantong plastik hitam untuk sampah non medis. Sudah ada SPO mengenai pengelolaan limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi RS antara lain tentang “Pemusnahan Sampah Medis” , “Pemusnahan Limbah Farmasi” , dan tentang “Incinerator” diri (APD) bagi petugas pelaksana, alat timbang, alat kebersihan, dan alat bantu pembakaran. Sudah ada pelaporan mengenai banyaknya atau jenis limbah farmasi yang dimusnahkan yaitu dalam Buku Laporan Incinerator dan Berita Acara Pemusnahan Obat dilakukan pemisahan antara sampah medis, non medis, sampah plastik, sampah organik, dan benda tajam oleh petugas per-unit ruangan (terutama perawat). Untuk limbah farmasi berupa obat-obatan menjadi tanggung jawab IFRS apakah akan di-reture atau akan ikut dimusnahkan, untuk yang berupa kemasan obat saja bisa langsung dimasukkan dalam kantong plastik sampah medis maupun non medis karena dianggap sebagai limbah medis umum Kantong plastik kuning berlogo untuk sampah medis dan infeksius, kantong plastik hitam untuk sampah non medis. Sudah ada di Buku Laporan Incinerator (terdapat di Instalasi Sanitasi) Sudah ada SPO mengenai pengelolaan limbah farmasi bagi Instalasi Sanitasi dilakukan pemisahan antara sampah medis, non medis, sampah plastik, organik, benda tajam. Pemisahan limbah dilakukan per unit ruangan, setelah terkumpul biasanya ditempatkan di depan ruangan yang terdapat tempat sampah medis dan non medis untuk diambil dan diangkut ke TPS oleh petugas kebersihan/pelaksana dari sanitasi. Kantong plastik kuning berlogo untuk sampah medis dan infeksius, kantong plastik hitam untuk sampah non medis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 9. Tahap Pelabelan 10. Tahap pengangkutan obat, misalnya tablet, blister, dan lainlain). Kemudian dilakukan konfirmasi ke PBF bersangkutan mengenai kapan obat tersebut akan diambil. Paling lambat obat dengan ED kurang dari satu (1) bulan sudah harus diambil oleh PBF dan masih dalam kemasan asli. Obat yang tidak dapat di-reture ke PBF (misalnya dropping) dipilah berdasarkan jenis, dikemas sesuai standar, diurus izin pemusnahannya dan dilakukan konfirmasi ke instalasi sanitasi untuk diangkut dan dimusnahkan. Pelabelan untuk sediaan farmasi yang mendekati ED 6 bulan dilakukan di etalase khusus Pelabelan wadah jarang dilakukan karena langsung dikumpulkan dan dikemas menggunakan plastik sampah medis berlogo infeksius. Dilampirkan laporan mengenai jenis limbah, sumber limbah, dan kuantitas untuk bagian sanitasi RS. Limbah obat-obatan yang tidak bisa direture ke PBF diangkut oleh petugas pelaksana instalasi sanitasi setelah dilakukan konfirmasi. Limbah farmasi eksternal pengirimannya langsung ke bagian sanitasi RS (dilengkapi dokumen pengangkutan), tidak melalui bagian IFRS. Untuk limbah farmasi dari dalam maupun dari luar RSUD Sleman tidak dilakukan pemilahan lagi setelah dikirim atau diangkut ke TPS untuk menghindari resiko paparan terhadap petugas. Pernah menjumpai adanya kotak/kardus makan di dalam kantong sampah medis. Adanya ketidaksesuaian prosedur semacam itu perlu dilakukan evaluasi dan intervensi. Pelabelan dilakukan oleh IFRS maupun produsen limbah terkait. Tidak ada petugas khusus untuk untuk pengangkutan, pengangkutan limbah medis ke instalasi incinerator dilakukan oleh petugas pelaksana seperti cleaning service yang bekerja di ruangan dan ditugaskan dengan pengawasan oleh petugas penanggungjawab. Troli sampah medis dan non medis dibedakan dan tidak ada jalur khusus untuk pengangkutan limbah. Tidak ada petugas khusus pengangkutan, pengangkutan dilakukan oleh petugas pelaksana seperti cleaning service. Pengangkutan dilakukan setiap hari pada pagi hari dan sore hari. Petugas pengangkut mengenakan APD berupa sarung tangan, sepatu boot, dan masker. Pengangkutan sampah medis dan non medis menggunakan troli khusus. Tidak ada jalur khusus untuk pengangkutan limbah, jalan menuju PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 11. Tahap penampungan sementara Ditampung di TPS Instalasi Incinerator dengan sampah medis lainnya. 12. Tahap pemusnahan Pemusnahan limbah farmasi bersama limbah medis lainnya dilakukan di Instalasi incinerator. Sampah medis berada di TPS maksimal 24 jam sebelum dimusnahkan agar tidak terjadi penumpukan. Sampah non medis dikirim dan dimusnahkan ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang merupakan pihak ketiga dan berada di luar lingkungan RSUD Sleman maksimal 2 kali dalam 1 minggu. Semua limbah medis termasuk kemasan obat dimusnahkan menggunakan incinerator, perbandingan limbah farmasi dengan limbah medis umum adalah 1:3 13. Perizinan Sudah diatur dalam SPO. Izin pemusnahan arsip, resep, dan limbah farmasi perlu membuat Tim Pemeriksaan dan Tim Pemusnahan lebih dulu. Kepala IFRS mengusulkan kepada Direktur untuk dibuatkan ijin pemusnahan kepada Bupati, setelah surat ijin keluar baru dilakukan koordinasi kapan pemusnahan akan dilakukan, dan pada saat pemusnahan harus dihadiri saksi-saksi. ada kebijakan dari RSUD Sleman untuk tidak mendaur ulang limbah. Untuk limbah farmasi berupa alkes dan obat-obatan (terutama dalam jumlah besar) perizinannya harus sesuai SPO, sedangkan pemusnahan dalam jumlah kecil (harian) atau pemusnahan berupa kemasan obat saja bisa langsung dilakukan setiap hari tanpa izin dan saksi khusus, karena merupakan sampah medis umum tempat pembakaran sama dengan jalan umum. Sampah medis berada di TPS maksimal 24 jam sebelum dilakukan pembakaran. Box TPS rutin dibersihkan setelah dikosongkan. Pemusnahan limbah menggunakan incinerator dilakukan pada pagi hari dan sore hari (jika sampah atau limbah yang dihasilkan sedang banyak) Pemusnahan dilakukan oleh petugas pelaksana yang ditugaskan dengan pengawasan oleh penanggungjawab. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Lampiran 3. Tabel Hasil Observasi 1. Observasi sarana/prasarana pengelolaan sampah medis (Esp. Limbah farmasi) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Item Terdapat dokumen mengenai profil umum RSUD Sleman yang cukup lengkap Terdapat kebijakan yang mengatur tentang upaya penyehatan lingkungan rumah sakit Terdapat standar prosedur operasional (SPO) yang disesuaikan dengan kewenangan instalasi farmasi maupun instalasi sanitasi terhadap penanganan limbah farmasi Terdapat dokumen struktur organisasi, uraian tugas yang jelas, dan dokumen kualifikasi petugas di instalasi farmasi maupun instalasi sanitasi Terdapat kartu stok di gudang obat instalasi farmasi Terdapat kebijakan mengenai reture/pengembalian obat kadaluarsa ke PBF di instalasi farmasi Terdapat arsip mengenai item obatobatan dan kemasan obat yang dimusnahkan di instalasi sanitasi Terdapat prosedur di instalasi diklat mengenai pengiriman pendidikan dan dan pelatihan Terdapat pengiriman petugas baik dari farmasi maupun sanitasi untuk mengikuti pelatihan Ya Tidak Keterangan √ Bisa dipinjam √ Ada di dokumen SPO √ Diuraikan di SPO √ Dari IFRS dokumen uraian tugas yang bisa dipinjam bukan yang terbaru, dokumen kualifikasi tidak boleh dipublikasikan. √ √ √ ada di Buku Laporan Incinerator dan Berita Acara Pemusnahan Obat √ Ada di SPO √ 10. Terdapat proses audit secara berkala dari bagian sanitasi untuk memeriksa pengelolaan sampah medis rumah sakit √ Diketahui ketika ada penundaan wawancara dengan Ka. Ins. Sanitasi karena ada kegiatan audit 11. Terdapat instalasi incinerator yang merupakan bagian dari instalasi sanitasi di dalam area RSUD √ Terletak di sebelah utara gedung instalasi sanitasi, dan di sebelah timur kantin 12. Terdapat perlengkapan dan peralatan kebersihan yang memadai untuk sampah medis maupun non medis √ Ada pemisahan tempat sampah berdasarkan jenisnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 2. Observasi proses pengelolaan limbah medis rumah sakit dan limbah farmasi (non retur, kemasan, dan eksternal) a. Proses pengumpulan No. 1. Item Terdapat tempat penampungan sampah medis dan non medis yang dipisahkan di tiap unit kesehatan Ya √ 2. Tempat penampungan sampah yang digunakan kuat dan tahan karat Tempat penampungan sampah yang digunakan kedap air Tempat penampungan sampah medis memiliki tutup Tempat penampungan sampah mudah dibersihkan Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh petugas per unit ruangan √ Keterangan Tempat sampah non medis berupa drum besi ukuran besar anti karat berwarna biru tua dengan label “sampah non medis”. Ada juga tong plastik berwarna merah lengkap dengan tutup untuk tempat sampah non medis medis. Tempat sampah medis juga terbuat dari drum besi anti karat dengan ukuran yang lebih kecil daripada tempat sampah non medis dan dibedakan menjadi tiga: sampah plastik (cat biru), sampah organik (cat hijau), sampah benda tajam (cat merah). Dari besi tahan karat √ Dari besi dan di cat Pengumpulan sampah non medis dilakukan oleh petugas kebersihan umum Sampah medis rutin dikumpulkan setiap hari √ 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tidak √ √ √ Sampah medis yang telah dikumpulkan diletakkan sementara di depan pintu masing-masing unit ruangan / bangsal untuk diangkut oleh petugas sanitasi dilakukan oleh Cleaning Sevice √ Setiap pagi sekitar jam 7 s.d jam 8 selalu dikumpulkan dan pada soare hari sekitar jam 15.00 b. Proses pemisahan No. 1. Item Limbah farmasi dipisahkan dari sampah medis lainnya Ya √ Tidak Keterangan Untuk limbah farmasi berupa obat-obatan dipisahkan, tapi untuk limbah farmasi berupa kemasan obat saja kadang disatukan dengan limbah medis lainnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Limbah farmasi dikemas dalam wadah berwarna coklat √ 3. Limbah farmasi dilapisi plastik berwarna coklat √ 4. Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh petugas per unit ruangan / bangsal 5. Pemisahan limbah farmasi dilakukan oleh petugas farmasi (IFRS) 6. Pemisahan limbah farmasi dilakukan setiap hari Pemisahan limbah farmasi dilakukan di ruangan yang memenuhi syarat (bersih, ventilasi dan suhu udara optimal) Alat-alat yang digunakan untuk pemisahan limbah cukup memadai 7. 8. √ 81 Untuk kemasan obat dikemas dalam platik kuning berlogo “biohazard” dengan tulisan “infeksius” Untuk kemasan obat dikemas dalam platik kuning “biohazard” dengan tulisan “infeksius” misalnya perawat, √ √ Untuk limbah yang berasal dari IFRS iya, tapi untuk unit kesehatan lainnya dilakukan oleh petugas unit ruangan dilakukan karena hampir setiap hari dihasilkan limbah kemasan obat √ Di unit ruangan yang bersangkutan √ Minimal petugas menggunakan masker dan sarung tangan c. Proses pemilahan No. 1. 2. 3. 4. Item Terdapat proses pemilahan setelah limbah farmasi dipisahkan dari sampah medis lainnya Terdapat pemilahan limbah farmasi berdasarkan kemanfaatan obat Terdapat pemilahan limbah berdasarkan potensi bahaya obat Terdapat pemilahan limbah berdasarkan bentuk sediaan obat farmasi Terdapat pemilahan limbah berdasarkan jenis kemasan obat 6. Pemilahan obat di bawah pengawasan apoteker 7. Terdapat kondisi optimum tempat pemilahan obat Terdapat kondisi optimum pemilahan obat Tidak √ √ Keterangan Limbah langsung ke pengangkutan ke TPS proses Obat-obatan yang mendeketai ED < 6 bulan dan obat-obatan sisa pasien yang masih bisa digunakan di-reture ke gudang obat √ farmasi 5. 8. Ya √ √ farmasi √ √ √ Dipisahkan antara bentuk sediaan padat dan cair. Bila kuantitas sediaan cair cukup banyak diolah di IPAL, bila sedikit (termasuk juga ampul) dimusnahkan bersama sediaan padat di incinerator. Jenis kemasan kertas, plastik, ampul, maupun botol dimusnahkan semua di incinerator. IFRS yang memutuskan apakah obat bisa di-reture ke gudang obat, di-reture ke PBF atau harus dimusnahkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 d. Proses pelabelan No. 1. Item Plastik tampungan sampah medis berlogo sesuai kategori sampah Ya √ Tidak 2. Pelabelan limbah farmasi dilakukan oleh petugas farmasi di bawah pengawasan apoteker √ 3. √ 4. Label yang digunakan berupa label tulis tangan Label yang digunakan berupa label cetak 5. Label memuat informasi jenis dan isi limbah 6. Label memuat informasi produsen / sumber limbah 7. Label memuat informasi kuantitas limbah √ 8. Label memuat informasi tanggal pengumpulan limbah, tujuan akhir limbah, dan komentar/pesan khusus √ √ √ √ Keterangan Plastik kuning berlogo”biohazard” dengan tulisan “ infeksius” untuk limbah berupa kemasan obat yang berasal dari bangsal tidak, ditangani langsung oleh petugas unit ruangan tulis tangan tapi juga kombinasi label cetak Tercetak di plastik atau ditempel di kardus Limbah dikemas dalam plastik kuning berlogo limbah infeksius yang mempunyai bahan agak transparant sehingga kelihatan isi di dalamnya. Untuk limbah yang dikemas dalam kardus Biohazard biasanya diberi label dengan keterangan sumber misalnya “Bangsal 6” Kuantitas limbah untuk berat biasanya dilakukan penimbangan di instalasi incinerator. Sedangkan kuantitas jenis terdapat lampiran sendiri. e. Proses pengangkutan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Item Ya Kereta pengumpulan sampah medis dan non medis dipisahkan Sarana pengangkut sampah yang digunakan adalah kereta √ Kereta pengangkut sampah yang digunakan dalam keadaan baik/tidak bocor Kereta pengengkut sampah yang digunakan kedap air Kereta pengangkut sampah yang digunakan memiliki tutup Kereta pengangkut sampah yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan √ √ √ √ √ Tida k Keterangan berupa kereta dorong/trolli bercat kuning dengan 2 roda di belakang dilengkapi dengan tutup dan tulisan di badan kereta yaitu “Troli Sampah Medis” dan logo limbah infeksius. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kereta pengangkut sampah perparkiran/taman beda dengan sampah ruangan Terdapat jalur khusus pengangkut sampah Kereta pengangkut sampah tidak menimbulkan bising 7. 8. 9. 83 √ √ √ f. Proses penyimpanan sementara No. 1. Item Rumah sakit memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sendiri 2. Sampah non medis dibuang ke tempat pembuangan sementara Sampah medis dibuang ke tempat pembuangan sementara 3. Sampah diangkut ke tempat penampungan sementara >2 kali/hari TPS didesinfeksi setelah dikosongkan Terdapat alat kebersihan dan alat bantu pembakaran di TPS 4. 5. 6. Ya √ Tidak Keterangan Terletak di instalasi incinerator, berupa bangunan semen berbentuk bak persegi panjang bercat kuning dengan tinggi kurang lebih ½ meter dilengkapi pintu kayu kecil berkunci (namun sudah agak rusak) dan tutup seng yang dapat dibuka tutup dan disangga. Logonya “TPS Medis/Infeksius” √ √ Sampah medis berada di TPS maksimal 24 jam sebelum dimusnahkan Pagi dan sore hari √ √ √ sapu sikat, sapu lidi, pengki, tongkat besi, capit besi, sekop g. Proses pemusnahan dan pembuangan akhir No. 1. 2. 3. 4. Item RS memiliki incinerator Sampah medis dibakar di Incenerator Suhu incinerator diatas 1000oC Sampah diangkut ke TPA 1 kali/hari 5. Metode pemusnahan lain yang diterapkan selain menggunakan Incinerator Terdapat prosedur pengoperasionalan dan perawatan mesin incinerator 6. Ya √ √ √ Tidak Keterangan incinerator pirolitik √ TPA merupakan pihak ketiga (di luar lingkungan RSUD Sleman) yang ditunjuk dan telah diakui. Sampah yang diangkut ke TPA adalah sampah non medis dan abu sisa pembakaran incinerator yang maksimal 2 kali pengangkutan dalam 1 minggu √ √ ada di SPO PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 3. Observasi terhadap petugas pengumpul/pengelola limbah RSUD Sleman No. 1. Penggunaan Alat Pelindung Diri Petugas memakai sarung tangan sewaktu bekerja. Petugas memakai pakaian kerja sewaktu bekerja Ya √ 3. 4. Petugas memakai helm sewaktu bekerja Petugas memakai pelindung kaki/boot sewaktu bekerja √ √ 5. 6. Petugas memakai masker sewaktu bekerja Petugas memakai pelindung muka jika diperlukan sewaktu bekerja Pengawas/penanggungjawab membawa hardboard dengan kertas dan alat tulis untuk mencatat data penimbangan limbah dan abu sisa pembakaran √ 2. 7. 8. Pengawas menggunakan APD sama dengan petugas Tidak √ Keterangan Sarung tangan karet berwarna orange, kedap air. coverall berwarna hijau tua, tertutup, cukup tebal (namun tidak terlalu tebal) helm plastik warna merah sepatu boot hitam dari bahan karet, panjangnya sampai betis (dipakai menutupi coverall) masker berwarna hitam √ √ √ Petugas menimbang sambil melaporkan hasil timbangan baik limbah maupun abu sisa pembakaran kepada pengawas untuk dicatat Pengawas hanya menggunakan masker (bahkan pada saat membantu mengisi tungku insinerator) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Lampiran 4. Tabel Analisis Data Obat-obatan Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2006 No. 1. Sumber Internal (RSUD Sleman) Bentuk sediaan a. Padat Jenis 1). Tablet 2). Suppositoria Nama Obat/Zat Taxilan Asidrat Tab. Anrema 50 mg Neuro Beston Methioson tab. Provera 100 mg Minidiab Hispral Tab. Serenase Viox 25 mg Kategori III Hexer 150 mg Tab. Berifen 50 Tab. Ulceranin tab. Widecilin Cephalexin 250 mg tabs. Isoprinosine tab. Tofranil Icaps Time Release tab. Kategori I Kombipak IV Ofloxacin tab. Persantin (dipyridamole tab.) Provera tab. Berifen Supp. Kaltofren Supp. Jumlah 469 300 127 103 100 100 90 50 44 30 25 24 20 20 14 13 8 8 6 Total Kemasan 1558 Dos Dos Box Box 3 1 1 1 1 30 20 Dos Box Box 70 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 3). Kapsul 4). Serbuk b. Semi padat c. Cair 5). Kaplet 1). Salep 2). Krim 1). Ampul 2). Vial Tramal Supp. Cephalexin 500 mg Hevtin (softgel) Hydrasec Promactil (Chlopromazin) Bleocin 15 mg/ampul Eltolit Viostin Oksitetrasiklin Parasol Chloramfecort - H Alinamin Ampicilin 1 gr Inj. Anbacin 1 gr Inj. Aqua Pro Inj. Bleocin 15 mg Cardiject Inj. 250 mg Dibecasin Inj. Ephineprin Ergometrin inj. Lidocain Markain 0,5% 4Ml (SPI) Medixon Inj. 125 Oxytetracycline Inj. Phenobarbital Pyridoxin Stesolid Ulcumet Vit B1 Inj. ATS 1500 IU Cortison 20 18 3 9 1 4 36 1 15 1 84 1 4 5 1 4 14 3 1 4 9 6 1 3 29 2 9 2 19 1 6 31 40 Kaleng Box Box Bungkus Ampul 1 15 85 Box 117 Box Box Dos 239 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 3). Larutan 4). Suspensi Inhalasi 5). Infus IV 2. Eksternal 6). Shampo Total Doxcorubicin 50 Mg Inj. Insulatard HM (vial) Micasin (sol. Inj. In vial) Omnipaque 240 mg Omnipaque 300 mg Omnipaque 350/50 ml Procain Benzil Penicilin Streptomycin Streptomycin 1 gr Actoval drop Cendo carpine 2% TM Cendo xitrol Erythomycin Syr. Farmacrol Syr. Glucose Ikadril Syr. Medinh-OD Meptin Syr. MgSO4 Psycho - Soma Salbron Syr. Timact T.M Trimensa Syr. Pulmicort resp. 0,25 ml Inflamid Spray Dex 40% Meylon Selasul (cairan OL 2,5%) 4 20 2 1 1 1 17 50 136 2 1 3 1 2 5 2 1 2 4 6 3 1 6 2 1 5 7 1 39 Box Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Botol Injeksi 3 12 Flas Flas 1 2211 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2008 No. 1. 2. Sumber Internal (RSUD Sleman) Eksternal a. Puskesmas Seyegan b. Puskesmas Mlati II Bentuk sediaan Jenis 1). Padat Tablet 2). Cair Larutan Total Tablet 1). Padat Kapsul 2). Cair Ampul Larutan (ml) Nama Obat/Zat Fitomenadion (Vit K) Furosemid Oralit Adona Ac Aminofilin Carbo adsorben Diazepam 2 mg Efedrin HCl Furosemid Isosorbid dinitrat Nutrizet (zincfan 20 mg) Obat 4 FOC Pirazinamid 100 mg Piridoksin Prednison Primaquine Vitamin B Complex Retinol 100.000 IU Retinol 200.000 IU Rifampisin 75 mg Aqua pro Inj. 5 ml Aqua Pro Inj. 5 ml Diazepam Inj. Air raksa dental use Asam Chlorida 0,1 N Jumlah 30 79 69 30 57 793 145 173 750 152 558 4 177 19 95 1000 60 21 11 730 11 43 2 1 80 Total Kemasan 109 69 Bungkus 178 4013 762 56 99 Botol Botol PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Chlorophenol c. (CHKM) Isodine antiseptic Povidon Iodin Garam oralit Gomeksan emulsi Emulsi Total 1 2 1 12 2 Botol Botol Botol Sachet Botol 4930 Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2009 No. 1. 2. Sumber Internal (RSUS Sleman) Eksternal a. Puskesmas Seyegan Bentuk sediaan 1). Padat 2). Cair Jenis Tablet Ampul Larutan b. Pusat Rehabilitasi YAKKUM 1). Padat Serum Total Tablet Nama Obat/Zat Carbo Adsorben Ergotamin coffein Isosorbid dinitrat Deksametason Inj Epinefrin Inj. Dekstrose Infus 5% Kloramfenikol tetes telinga A B U Serum Ambroxol Aminophylin Amitriptyline Amoxicilin Ampi 250 mg Antasida Lab. Creat Asam mefenamat Biaxin Bromhexin Carbamazepine Cefimed Cefzil 250 mg Jumlah 375 100 80 2 1 3 8 1 20 500 500 14 1000 10000 310 5760 662 1440 900 7400 Total Kemasan 555 3 11 1 71885 Botol Botol Flakon 570 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Cotrimoxazole Dividol Dulcolax Duovir Erva plus Etambutol Eucarbon Ferous sulfas Foragin Gantian violet Gastric Dr. Chan Glibenclamide Gunacold Hufanoxil Icobal Interpril Konidin Liskoma 500 mg Medoprazole Metaclopramide Metformin Moxiclav Multivitamin New diatabs Nodiar Orphen Panadol biru Panadol merah Paracetamol Primadex Ranitidin 900 1000 2 120 4 15 1 28000 5 2 1860 6 100 2 60 10 58 3900 800 10 70 10 1860 8 220 10 193 370 1749 17 10 Strip Strip PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Kapsul 2). Semi padat Salep 3). Cair Vial Larutan Sultymix DS Tetracyclin Ticomag Topram Tradonal evervescent Tramadol Tramal Tylenol Viracept Vitamin B Complex Vitamin C Vitamin K4 Chloramphenicol 250 mg Enzyplex Moxilen 250 Chloramphenicol Gentian violet 2-4 Zalf Ampicillin Inj. Dexamethason 1 ml Inj. Hyosin 1 ml Kalnex vial 5 ml Pamecil Viccilin 1000 Inj. Vitamin K3 1ml Ampicilin dry inj. 1 gr Butovent C (spray inh.) Cefzil 125/5mg Erlamicetin tetes mata 10 ml Eryson dry syrup Kaopectate 120 ml 90 100 3 362 10 7 4 201 270 300 60 600 472 1 6000 1000 7 12 19 6 1 2 27 100 1 2 15 12 11 9 1 7473 19 Pot Pot 156 1671 Botol Botol Botol Botol Botol Botol PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 Moxipen (suspensi) Panadol syrup 60 ml Solpenox dry syrup Tolak Angin 15 ml Water pro injection 10 ml 9 108 20 1440 44 Botol Botol Botol Sachet Tube 81204 Total Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2010 No. 1. 2. Sumber Internal (RSUD Sleman) Eksternal Puskesmas Seyegan Bentuk sediaan 1). Padat 2). Semi Padat 3). Cair Jenis Tablet Kapsul Salep Ampul Larutan Total Nama Obat/Zat Aminofilin Ekstrak belladon Fitomenadion / Vit. K Furosemid Oseltamivir Oksitetrasiklin salep mata Deksametason Inj. Epinefrin Inj. Etakridin larutan Fitomenadion Inj. Kaolimec sirup Kloramfenikol tetes telinga Kombipak anak fs awal+lanjut Perhidrol cair Stesolid rectal Vit B1 Jumlah 586 419 1127 129 400 21 5 22 11 3 10 6 119 1 4 10 Total Kemasan 2261 400 21 Ampul Ampul 41 Ampul Ampul Sachet Botol Botol 150 Botol Botol Tube 2873 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 Tabel Data Limbah Farmasi berupa Obat-obatan Kadaluarsa dan Tidak Terpakai yang Dikelola di RSUD Sleman Tahun 2011 No. 1. 2. Sumber Internal (RSUD Sleman) Eksternal (Puskesmas Seyegan) Bentuk sediaan 1). Padat 2). Cair Jenis Tablet Suppositoria Ampul Larutan Total Nama Obat/Zat 2FDC Fase intensif 4FDC Fase intensif Aminofilin Aspar K Ekstrak Belladon Ergotamin coffein Fitomenadion OAT kat. II fase lanjutan Pirantel pamoat Prednison Reserpin Transamin Dulcolax 2FDC Fase intensif 4FDC Fase intensif Deksametason Diazepam Inj. Difenhidramin Epinefrin Ventolin Neb. Ergotamin coffein Fuji varnish Glukosa 5% Ringer laktat Stesolid rectal Jumlah 693 54 126 60 550 84 94 1 13 214 191 172 8 72 56 14 3 15 14 5 1 1 5 1 5 Total Kemasan 2252 Box 8 179 Botol Botol 13 Botol Botol Tube 2452 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 5. Struktur Organisasi IFRSUD Sleman dan ISRSUD Sleman Struktur organisasi IFRSUD Sleman Struktur organisasi ISRSUD Sleman 94 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Lampiran 6. Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman Jabatan Ka Instalasi Sanitasi RS Sanitasi Ruang & Bangunan Pendidikan Std Aktual S1 S1 SKM Pengalaman (tahun) Std Aktual 5 23 1 4 2 4 3 4 Skill 4 5 4 4 Rekomendasi 6 4 7 4 Pelatihan manajemen SDM Sterilisasi, desinfeksi & Kebersihan Lingkungan Pengendalian Serangga D III D IV 3 14 4 4 4 4 4 4 4 Pelatihan ahli K3 D III S1 3 5 3 2 3 2 2 2 2 Pengl. Limbah Cair Pengl. Limbah Padat Penyediaan Air Bersih Supervisor Laundry 1 Supervisor Laundry 2 D III D III D III D III D III D III D III D III SLTA SLTA 3 3 3 3 3 5 5 3 26 5 4 4 2 4 2 4 4 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 Pelatihan ilmu sanitasi Pelatihan Manajemen Sanitasi Pelat. Manj. Sanitasi Pelat. Manj. Sanitasi Pelat. Manj.Laundry Pelat. Manj.Laundry Keterangan kriteria skill: (kolom skill diisi dengan angka 1=pemula, 2=masih perlu supervisi, 3=tidak perlu supervisi, 4=ahli) Ka. Instalasi Sarana Sanitasi 1. Kemampuan memimpin 2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan membuat rencana kerja 4. Kemampuan mengoperasikan alat 5. Kemampuan analisa masalah 6. Kemampuan pemecahan masalah 7. Kemampuan memahami standar aturan Sanitarian 1. Kemampuan melakukan pemantauan lingkungan 2. Kemampuan melakukan teknik sampling 3. Kemampuan pengoperasionalan alat 4. Kemampuan inspeksi sanitasi 5. Kemampuan membuat rencana kerja 6. Kemampuan analisa masalah 7. Kemampuan pemecahan masalah Supervisor Laundry 1. Kemampuan mengawasi aktivitas pengelolaan laundry 2. 3. 4. 5. 6. Kemampuan membuat rekapan jumlah cucian Kemampuan membuat usulan kebutuhan linen Kemampuan membuat laporan PPI Kemampuan mengecek hasil cucian selesai diproses Kemampuan bekerja sama Penanggung jawab kebersihan 1. Kemampuan melakukan pengawasan 2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan mengoperasikan alat 4. Kemampuan melakukan penataan lingkungan 5. Kemampuan mendekorasi taman 6. Kemampuan menjalankan & pahami tugas 7. Kemampuan bekerja sama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman 96 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 8. Surat Izin Penelitian 97 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 Biografi Penulis Penulis bernama lengkap Fitriana Annisa Stya Ningrum, lahir di Yogyakarta pada tanggal 28 Desember 1987 sebagai anak bungsu dafi dua bersaudara. Penulis merupakan malrasiswa Sl fakultas farmasi angkatan 2046 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan konsentrasi jurusan yaitu farmasi komunitas klinik (FKK). Sebelum menjadi mahasiswa Sl farmasi, Penulis menempuh jelnependidikan di TI( Sukro Krido (1992-1994), SD Negeri Klodangan (tahun 1994-20ffi), SLTP Negeri 9 Yogyakarta (tahun z0ffi2003), dan SMANegeri 8 Yogyakarta (tahun 2003-2006). Sebagai mahasiswa farmasi, Penulis pemah mengikuti ajang Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI pada tahun 2008 sampai ke tingkat DIYJateng bersama dengan tim penelifrannya membawakaa tema penelrtian tentang insektisida alami dari daun tembakau. Selain berstatus sebagai matrasisw4 Penulis yang menggemari dunia tulis-menulis dan menggambar ini juga bekerja secara free lance dalam penulisan dan penyusunan Laporan Tahunan/Tutup Bukubeberapakoperasi simpanpinjam di kabupaten Sleman. i ,