bab ii kebijakan awal amerika serikat pasca penyerahan jepang dan

advertisement
BAB II
KEBIJAKAN AWAL AMERIKA SERIKAT PASCA PENYERAHAN
JEPANG DAN PELAKSANAAN PEMERINTAHAN PENDUDUKAN
SEKUTU DI JEPANG 1945-1947
A.
Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Perang Dunia II adalah konflik secara global yang berlangsung pada
1939 hingga 1945. Perang ini membentuk dua aliansi militer yang sangat
bertentangan, yaitu Sekutu dan Poros. Sekutu terdiri dari Amerika Serikat,
Uni Soviet, Inggris Raya, dan Cina serta beberapa negara lainnya yang
tergabung dengan blok Sekutu. Sementara blok Poros terdiri dari Jerman,
Italia, dan Jepang beserta negara lainnya yang tergabung di blok Poros.
Pada hakikatnya terjadinya Perang Dunia II ialah berawal dari
kegagalan Liga Bangsa-Bangsa menjalankan tugasnya untuk menciptakan
perdamaian dunia, kemudian munculnya Politik Aliansi. Setelah itu
berkembangnya berbagai paham pasca Perang Dunia I telah menjadikan
Eropa membentuk persekutuan berdasarkan kepentingan ideologi yang
berkembang di negara masing-masing. Terjadinya blok-blok ini sebagai
akibat timbulnya Politik Aliansi yang sepaham. Hal inilah yang
menimbulkan sikap saling mencurigai antar negara. Ketika ketegangan ini
mulai menghangat, masing-masing pihak memperkuat diri dan mencari
dukungan ke negara lain. Selanjutnya ialah adanya perlombaan senjata
pasca Perang Dunia I terutama di negara yang kalah berperang. Negara
yang kalah berperang membangun angkatan bersenjata dan teknologi
perang, seperti yang dilakukan Jerman dibawah kepempimpinan Adolf
Hitler. Terakhir ialah Jerman tidak mengakui perjanjian Versailles.
Tidak diakuinya perjanjian Versailles oleh Jerman menyebabkan
pasukan Jerman melakukan penyerbuan ke Polandia pada 1 September
1939, diikuti serangkaian pernyataan perang kepada Jerman oleh Perancis
dan Inggris Raya. Perang ini adalah perang yang terjadi di Eropa, oleh
karena itu bisa disebut juga dengan Perang Eropa. Kemudian perang
Universitas Darma Persada
9
tersebut meluas hingga Asia. Meluasnya perang hingga ke wilayah Asia
disebabkan oleh keinginan Jepang yang ingin mendirikan negara Asia
Timur Raya yang diilhami dari ajaran Shinto tentang Hakko Ichi-U (dunia
sebagai satu negara dibawah pimpinan Jepang) sekaligus ingin
mendapatkan legitimasi dari pihak Amerika mengenai keberadaannya di
wilayah Asia. Keinginan tersebut tidak lain untuk menggantikan
kedudukan bangsa-bangsa Barat di Asia dan membebaskan bangsa Asia
dari penjajahan bangsa Barat. Untuk memenuhi keinginan Jepang tersebut,
maka dimulailah serangkaian peperangan yang melibatkan Jepang seperti
Perang Jepang-Cina pada 1937, Penyerangan Pearl Harbour 1941, dan
Perang Pasifik hingga 1945.
B.
Jepang dalam Perang Dunia II
Terlibatnya Jepang dalam Perang Dunia II bermula ketika Jepang
meyerang Cina pada 1937. Hal tersebut dilakukan karena Jepang
menganggap Cina sebagai negara yang kaya sumber daya alam. Sumber
daya alam tersebut akan dijadikan sebagai bahan baku untuk industri
Jepang. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Jepang
ingin membentuk negara Asia Timur Raya, maka untuk memenuhi
keinginannya tersebut memaksa Jepang harus melibatkan diri dalam
kancah peperangan di Pasifik.
Menurut Amerika, aggresifitas pasukan Jepang pada Perang Dunia II
sangatlah membahayakan kondisi dunia pada saat itu, karena Jepang
melakukan apapun guna mendapatkan tanah jajahan dan menguasai
sumber daya alam (SDA) negara jajahannya yang nantinya akan
digunakan sebagai penopang industri dan sebagai pasar industri negara
Jepang. Atas aggresifitas pasukan Jepang tersebutlah menyebabkan
negara-negara barat termasuk Amerika Serikat melakukan embargo
minyak
terhadap
Jepang.
Hal
tersebut
dilakukan
agar
Jepang
menghentikan aggresi militernya. Namun Jepang tidak gentar dengan hal
tersebut, Jepang semakin percaya diri dapat menguasai dan mendirikan
Universitas Darma Persada
10
negara Asia Timur Raya karena pada saat itu negara-negara Eropa sedang
sibuk berperang melawan Jerman, sementara Amerika Serikat masih
berurusan dengan krisis ekonomi.
Ditambah lagi pada saat itu kekuatan Angkatan Laut Jepang adalah
yang paling kuat di dunia. Merasa dirinya kuat membuat Jepang
melakukan penyerangan ke Pearl Harbour, pangkalan militer milik
Amerika Serikat yang berada di kepulaian Hawaii pada 7 Desember 1941.
Serangan tersebut dilakukan agar tidak ada lagi yang menghalang-halangi
keinginan Jepang untuk mendirikan negara Asia Timur Raya. Hal ini
mengakibatkan kerusakan parah sekaligus melumpuhkan armada Pasifik
Amerika yang ada di Hawaii. Setelah serangan ini, Jepang menyerang
Filipina dan koloni-koloni Inggris Raya di Hongkong, Burma dan Malaya
yang menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris Raya, setelah itu,
Jepang menyerang Hindia-Belanda untuk menguasai minyak yang ada
disana. Jepang melakukan penyerangan ini tidak lain untuk menguasai
tempat-tempat yang hasil buminya melimpah di wilayah Asia guna
mendapatkan bahan baku untuk industri-industri Jepang yang sudah maju
pada saat itu. Pada awal 1942 Jepang sudah menguasai wilayah Pasifik.
Namun mulai pertengahan 1942 hingga awal 1945 pasukan Jepang
kewalahan menghadapi gempuran Amerika Serikat yang menyerang balik
pasukan Jepang di Pasifik.
C.
Jepang Kalah Dalam Perang Dunia II
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bertemu
kembalinya Jepang dan Amerika Serikat di area peperangan membuat
Jepang kewalahan. Hal ini dikarenakan Angkatan Laut Jepang dan
pasukan Jepang sudah melemah karena pada saat itu Amerika sudah dapat
mengimbangi kekuatan Jepang. Meskipun sudah dalam posisi yang tejepit
dan sudah dipastikan kalah, Jepang masih saja belum menyerah, padahal
rekan sekutu yang lain seperti Italia dan Jerman sudah menyerah kepada
Sekutu. Oleh karena itu pada 26 Juli 1945 diadakanlah konferensi Postdam
Universitas Darma Persada
11
yang diikuti oleh ketiga pemimpin dari Amerika Serikat, Inggris Raya, dan
Cina. Pokok permasalahan yang dibahas adalah menghentikan aggresifitas
Jepang dengan memaksa Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu. Deklarasi Postdam adalah sebuah ultimatum yang diberikan
sekutu kepada Jepang untuk segera mengakhiri perang atau memilih untuk
kehancuran total. Namun Jepang mengabaikan ultimatum tersebut dan
tetap akan berperang hingga titik darah penghabisan. Atas sikap Jepang
tersebutlah menyebabkan Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
Jepang, masing-masing pada 6 dan 9 Agustus 1945 di kota Hiroshima dan
Nagasaki. Akhirnya pada 14 Agustus 1945 Jepang bersedia menerima
Deklarasi Postdam dan menyerah kepada sekutu. Kemudian keesokan
harinya secara resmi kaisar Hirohito melalui siaran radio mengumumkan
perang telah berakhir kepada masyarakat Jepang. Siaran radio tersebut
disiarkan ke seluruh negeri Jepang.
D.
Pendudukan Sekutu di Jepang
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, menyebabkan Jepang harus
menerima dan menanggung akibat dari agresi militernya selama Perang
Dunia II. Caranya adalah menerima Deklarasi Postdam agar terhindar dari
penghancuran secara besar-besaran yang akan dilakukan oleh sekutu. Atas
dasar itulah pada 14 Agustus 1945 Jepang menerima Deklarasi Postdam
dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kemudian keesokan harinya
secara resmi kaisar Hirohito melalui siaran radio mengumumkan perang
telah berakhir kepada masyarakat Jepang. Siaran radio tersebut disiarkan
ke seluruh negeri Jepang.
Dua minggu kemudian, tepatnya pada 30 Agustus 1945 sekutu
kembali mendatangi Jepang bersama dengan Angkatan Udara Amerika
tiba di bandara Atsugi dekat Yokohama (Dower, 1999:40). Penilaian
rakyat Jepang terhadap sosok baru tersebut ialah angkuh dan berwibawa.
Sosok baru tersebut adalah Jenderal Douglas MacArthur, Jenderal yang
ditunjuk Presiden Harry S. Truman menjadi Panglima Tertinggi Pasukan
Universitas Darma Persada
12
Sekutu (SCAP). Sejak saat itu dimulailah masa pendudukan sekutu.
Kemudian pada 2 September 1945 MacArthur sebagai perwakilan dari
pasukan sekutu bersama perwakilan dari pemerintah Jepang melaksanakan
upacara penyerahan dan menandatangani dokumen penyerahan. Upacara
penyerahan tersebut dilaksanakan diatas kapal perang Amerika Missouri
yang berlabuh di teluk Tokyo. Dengan ditandatanganinya dokumen
penyerahan tersebut, maka secara resmi perang telah berakhir.
Setelah dilakukannya upacara penyerahan dan penendatanganan
dokumen penyerahan, maka dibentuklah beberapa organisasi yang akan
bertugas melaksanakan pemerintahan pendudukan sekutu di Jepang. Pada
6 September 1945, dibentuklah Panglima Tertinggi Sekutu (Supreme
Commander of the Allied Powers), dipimpin oleh Jenderal Douglas
MacArthur dari Amerika Serikat. SCAP adalah organisasi pendudukan
yang memiliki kekuasaan tertinggi di Jepang dan bertanggung jawab
penuh dalam memberikan perintah dan mengawasi pelaksanaan kebijakankebijakan pemerintahan pendudukan sekutu di Jepang. Pembentukan
SCAP sebagai organisasi tertinggi pendudukan disetujui oleh Presiden
Amerika Serikat Harry S. Truman untuk mengatur dan mengawasi
pemerintahan pendudukan di Jepang. Pemerintah Jepang harus mematuhi
perintah dan petunjuk yang diberikan oleh SCAP serta pemerintah Jepang
hanyalah sebagai pelaksana dari seluruh kebijakan yang disampaikan oleh
SCAP.
Selanjutnya, untuk melaksanakan tugasnya tersebut, maka SCAP
membentuk beberapa badan yang bertugas di bidangnya masing-masing
untuk membantu pemerintah Jepang dalam melaksanakan perintah dari
SCAP, terdiri dari
1. The Economic and Scientific Section bertugas dalam bidang
ekonomi dan ilmu pengetahuan .
2. The Civil Information and Education Section bertugas dalam
bidang informasi publik dan pendidikan.
Universitas Darma Persada
13
3. The Natural Resources Section bertugas dalam bidang sumber daya
alam, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan.
4. The Public Health And Welfare Section bertugas dalam bidang
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
5. The GovernmentSection bertugas dalam mengawasi struktur
pemerintahan sipil di Jepang.
6. The Legal Section bertugas dalam bidang hukum.
7. The International Prosecution Section bertugas dalam menuntut
para penjahat perang.
8. The Civil Communication Section bertugas dalam bidang
komunikasi seperti radio, pos dan telegram.
9. The Stasical And Report Section bertugas dalam mengumpulkan
dan memeriksa data statistik serta laporan.
10. The Counter Intelligence Section bertugas dalam bidang keamanan.
11. The Civil Intelligence Section bertugas dalam mengawasi
keamanan public
12. The Diplomatic Section bertugas dalam bidang diplomasi dan
hubungan Jepang dengan negara lain (Departement of state, United
states of America, 1969:15).
Setelah pembentukan badan-badan yang bertugas dalam membantu
pemerintah
Jepang,
didirikanlah
Markas
Besar
Sekutu
(General
Headquarters) secara resmi pada 2 Oktober 1945 di Tokyo. Kemudian,
setelah pendirian markas besar tersebut, ada dua badan multinasional yang
dibentuk lagi oleh pemerintahan pendudukan. Kedua badan multinasional
tersebut ialah Komisi Timur Jauh (Far Eastern Commission /FEC) dan
Dewan Sekutu untuk Jepang (Allied Council For Japan). FEC pun
dipimpin oleh Amerika Serikat dan tugasnya menetapkan kebijakan
pendudukan secara garis besar yang nantinya akan disampaikan kepada
MacArthur sebagai pimpinan dari SCAP, sementara Allied Council for
Japan bertugas untuk memberikan nasihat kepada SCAP. Kedua badan
Universitas Darma Persada
14
multinasional tersebut berhubungan dengan pengawasan dan pelaksanaan
kebijakan pendudukan.
FEC dibentuk di Washington, Amerika Serikat pada 27 Desember
1945. Pada awalnya, FEC terdiri dari 11 negara yang tergabung dengan
sekutu, terdiri dari Amerika Serikat, Inggris Raya, Uni Soviet, Cina,
Belanda, Australia, Perancis, Kanada, Selandia Baru, India dan Filipina.
Perwakilannya bertambah menjadi 13 ketika Burma dan Pakistan
bergabung pada 1949. FEC bertanggung jawab atas penentuan keputusan
sekutu di Jepang dan kemudian SCAP lah yang menjalankan keputusan
tersebut. Garis besar kebijakan yang dibuat FEC tidak langsung
disampaikan kepada SCAP, tetapi harus melalui pemerintah Amerika
Serikat. Dengan kata lain seluruh kebijakan FEC harus disampaikan
terlebih dahulu kepada pemerintah Amerika Serikat, namun pihak
Amerika Serikat tidak secara langsung menentukan garis kebijakan
pendudukan
sekutu
di
Jepang.
Berdasarkan
perjanjian
moskow,
pemerintah Amerika Serikat memiliki kuasa untuk mengeluarkan perintah
sementara SCAP apabila terjadi masalah dalam kebijakan pendudukan
sekutu yang belum diputuskan oleh FEC.
Selain pembentukan FEC, sekutu juga membentuk Allied Council For
Japan yang bertugas sebagai dewan penasehat untuk Jepang di dalam
pelaksanaan kebijakan sekutu di Jepang. Terdiri dari wakil-wakil Amerika
Serikat, Inggris Raya, Uni Soviet dan Cina. Tugas dari dewan sekutu ialah
memberi nasihat dan saran kepada SCAP. Hal ini mencerminkan secara
tidak langsung pendudukan sekutu dikuasai oleh pihak Amerika Serikat.
Pemberian nama pendudukan atas nama sekutu hanyalah suatu kedok
pihak Amerika serikat untuk menguasai Jepang.
Jadi, struktur pemerintahan pendudukan sekutu di Jepang terdiri dari
Komisi Timur Jauh (FEC), pemerintah Amerika Serikat, Panglima
Tertinggi Sekutu (SCAP), Dewan Sekutu untuk Jepang dan Pemerintah
Jepang. Garis besar kebijakan sekutu ditentukan oleh FEC. Kemudian
disampaikan kepada pemerintah Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah
Universitas Darma Persada
15
Amerika Serikat menyampaikan kebijakan tersebut secara garis besar
kepada SCAP. SCAP sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Jepang
memberikan instruksi kepada pemerintah Jepang untuk melaksanakan
kebijakan pendudukan sekutu. Di dalam pelaksanaannya, Dewan Sekutu
untuk Jepang bertugas sebagai badan penasehat bagi SCAP.
Pada pembahasan berikutnya, penulis akan menguraikan mengenai
kebijakan awal pendudukan sekutu dan pelaksanaan pendudukan sekutu
terhadap Jepang pada masa pendudukan sekutu di Jepang 1945-1952.
1. Kebijakan Awal Amerika Serikat Pasca Penyerahan Jepang
Berdasarkan isi dari Deklarasi Postdam, maksud kedatangan
pasukan sekutu ke Jepang adalah untuk membentuk pemerintahan
pendudukan
bagi
Jepang.
Tujuan
utama
dari
pelaksanaan
pemerintahan pendudukan terhadap Jepang yang dilakukan oleh
sekutu ialah mengubah Jepang agar tidak lagi mengancam perdamaian
dan keamanan dunia. Demi terwujudnya tujuan tersebut, pihak sekutu
melaksanakan agenda demokratisasi dan demiliterisasi melalui
kebijakan pendudukan sekutu di Jepang. Agenda tersebut perlu
dilaksanakan oleh sekutu, mengingat selama Perang Dunia II peran
dan kekuatan militer Jepang mempengaruhi agresi yang dilakukan
militer Jepang terhadap negara-negara lain. Sebagai pemenang dan
negara yang pernah merasakan agresi militer Jepang, Amerika Serikat
ingin memiliki peran utama dalam proses perubahan dan reformasi di
Jepang, Selain itu, Amerika Serikat juga berhak mengatur Jepang
sesuai dengan kepentingan Amerika Serikat.
Meskipun pendudukan terhadap Jepang atas nama sekutu, tetapi
pada kenyataanya, Jepang hanya dikendalikan oleh Amerika Serikat.
Dari awal sampai akhir pendudukan, Amerika Serikat sendirilah yang
menentukan kebijakan dasar dan mencoba untuk menjalankan seluruh
aspek pendudukan di Jepang. Hal ini dapat dilihat dari dominasi
kekuasan Amerika Serikat sebagai pimpinan Komisi Timur Jauh (Far
Universitas Darma Persada
16
Eastern Commision) di Washington dan sebagai Panglima Tertinggi
Sekutu (Supreme Comander Allied Powers) yang memegang
kekuasaan tertinggi pendudukan di Jepang. Dengan demikian,
Amerika sangatlah mendominasi pendudukan di Jepang dalam hal
melakukan reformasi dan mengatur Jepang sesuai dengan kebijakan
dan kepentingan Amerika di Jepang. Amerika Serikat sebagai
pemenang dalam perang melawan Jepang berasumsi bahwa Jepang
sebagai negara militer dapat mengancam perdamaian dan keamanan
dunia harus diubah menjadi negara yang lebih demokratis dan
menjunjung tinggi perdamaian dunia. (Dower, 1999:73)
Pada awal masa pendudukan sekutu di Jepang, fokus kebijakan
sekutu masih pada demiliterisasi dan demokratisasi. Kebijakan ini
merupakan kebijakan yang sesuai dengan Deklarasi Postdam.
Kebijakan tersebut adalah kebijakan utama yang dijalankan sekutu
untuk menjamin perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mendukung
proses demiliterisasi dan demokratisasi terhadap Jepang tesebut, maka
Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu menginstruksikan pemerintah
Jepang untuk melaksanankan kebijkan Reformasi Lima Besar (Five
Great Reform/godai kaikaku). Yang terdiri dari :
1. Persamaan hak bagi wanita.
2. Jaminan hak bagi buruh untuk berserikat.
3. Demokratisasi dan reformasi pendidikan.
4. Penghapusan sistem pemerintahan yang otoriter.
5. Demokratisasi ekonomi.
Berdasarkan perintah kebijakan Reformasi Lima Besar itu,
pemerintah Jepang harus melakukan perubahan dan pembaharuan di
segala bidang. Hal inilah yang menyebabkan Jepang mengalami
reformasi politik, ekonomi dan sosial. Kemudian Jepang diarahkan
oleh sekutu untuk menjadi negara yang damai dan demokratis. Secara
garis besar, kebijakan pendudukan sekutu terhadap Jepang ditentukan
oleh Komisi Timur Jauh (FEC), namun pada kenyataannya, peran
Universitas Darma Persada
17
pemerintah Amerika Serikat jauh lebih dominan dari FEC. Hal ini
disebabkan oleh jika terjadi masalah pendudukan di Jepang,
pemerintah Amerika Serikat mempunyai hak mengambil keputusan
sementara, lalu disampaikan kepada SCAP tanpa harus menunggu
keputusan dari FEC. Dengan kata lain Amerika Serikat ingin
pengaruh dan kebijakan-kebijakannya benar-benar dilaksanakan di
Jepang. Alhasil, dengan melihat keadaan seperti ini maka sebagian
besar dan garis besar arah kebijakan pendudukan sekutu di Jepang
ditentukan oleh Amerika Serikat (Setiawan, 2009:16-17).
2.
Pelaksanaan Kebijakan Awal Amerika Serikat Pasca Penyerahan
Sekutu
Setelah upacara penyerahan, sebuah dokumen yang disetujui oleh
Presiden Truman diserahkan kepada Jenderal MacArthur sebagai
pimpinan SCAP. Dokumen tersebut bernama Kebijakan Awal
Amerika Serikat bagi Jepang pasca Penyerahan (United States Intial
Post-Surrender Policy for Japan) yang dibuat pada 29 Agustus 1945.
Dokumen tersebut merupakan kebijakan dasar terkait dengan
penyerahan Jepang. Berdasarkn dokumen tersebut, terdapat empat
bagian mengenai pelaksanaan kebijakan sekutu terhadap Jepang.
Terdiri dari :
a. Bagian pertama mengenai tujuan utama pendudukan sekutu
Tujuan utama dari pendudukan sekutu terhadap Jepang ialah
1) Untuk menjamin bahwa Jepang tidak akan lagi mengancam
perdamaian dan keamanan dunia.
2) Untuk pembentukan pemerintahan yang demokratis dan damai
di Jepang sesuai dengan kebebasan dan kehendak rakyat
Jepang
yang
menghormati
hak-hak
negara
lain,
dan
mendukung tujuan PBB.
Tujuan utama tersebut dicapai dengan mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut :
Universitas Darma Persada
18
a) Kedaulatan wilayah Jepang terdiri dari pulau Honshu,
Shikoku, Kyushu dan Hokkaido serta beberapa pulau kecil
disekitarnya yang ditetapkan oleh sekutu
b) Jepang dilucuti senjatanya dan didemiliterisasi oleh sekutu.
Kekuasaan dan pengaruh militer dihapuskan dari bidang
politik, ekonomi, dan sosial.
c) Masyarakat Jepang didukung untuk mengembangkan
kebebasan individu yang menghormati hak asasi manusia
seperti kebebasan agama, berserikat, berbicara, dan
berkumpul. Hal tersebut juga didukung dengan demokrasi
dan organisasi politik.
d) Rakyat
Jepang
diberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan ekonomi yang tidak bertentangan dengan
perdamaian.
b. Bagian kedua mengenai kekuasaan sekutu di Jepang
1) Pendudukan Sekutu di Jepang
Cara sekutu menduduki Jepang ialah dengan mengirimkan
pasukan militer ke Jepang untuk menjadi pemegang kekuasaan
di Jepang. Kekuasaan tertinggi dalam pendudukan tersebut
berada di tangan Supreme Comander Allied Powers (SCAP).
Meskipun kekuasaan tertinggi ada di tangan militer, tetapi
pelaksanaan pendudukannya pun masih bersifat sipil atau
dilaksanakan oleh pemerintah Jepang sesuai perintah dari
SCAP.
2) Hubungan sekutu dengan pemerintah Jepang
Kekuasaan kaisar dan pemerintah Jepang diatur oleh SCAP.
3) Publikasi Kebijakan
Proses dan tujuan pelaksanaan pemerintahan pendudukan
sekutu di Jepang akan disampaikan kepada masyarakat Jepang
dan dunia internasional.
Universitas Darma Persada
19
c. Bagian ketiga mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
politik
1) Demiliterisasi
Demiliterisasi adalah tujuan utama sekutu menduduki Jepang.
Semua militer dan kepolisian yang ada di Jepang harus
dibubarkan. Doktrin militer dan paham ultranasionalis pun
harus dihapuskan dari bidang pendidikan.
2) Penjahat perang
Para tokoh politik dan penjahat perang yang menyebabkan
Jepang ikut serta dalam perang ditangkap, diadili, dan dihukum.
3) Demokrasi
Kebebasan beragama diumumkan pada awal masa pendudukan.
Selain itu juga diumumkan pelararangan paham militer dan
ultranasionalis.
Kebebasan
individu
seperti
beragama,
berserikat, berbicara dan berkumpul dijamin oleh perundangundangan.
d. Bagian keempat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
ekonomi
1) Penghapusan sistim ekonomi yang mendukung kekuatan
militer
Keberadaan sektor ekonomi yang mendukung kekuatan militer
harus dilenyapkan, dan tidak diizinkan untuk didirikan kembali.
Agenda ini dilanjutkan dengan penghentian dan pelarangan
terhadap produksi yang berhubungan dengan militer.
2) Dukungan terhadap demokrasi
Dukungan akan diberikan terhadap perkembangan organisasi
tenaga kerja, industri, dan pertanian yang berdasarkan nilainilai demokrasi.
Universitas Darma Persada
20
3) Perekonomian yang mendukung perdamaian.
1. Mencegah kelesuan perekonomian.
2. Menjamin sistem distribusi barang yang adil
3. Memulihkan perekonomian Jepang sesuai tujuan utama
pendudukan.
Dibawah instruksi SCAP, pemerintah Jepang harus
bertanggung jawab menjalankan perekonomian yang sesuai
dengan tujuan utama pendudukan.
4) Pampasan perang
Pampasan perang ditentukan sesuai dengan keputusan dari
sekutu.
5) Kebijakan fiskal, moneter, dan bank
Sesuai dengan perintah dari SCAP, maka pemerintah
Jepang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan fiskal,
moneter dan bank.
6) Perdagangan Internasional
Di dalam pengawasan sekutu, Jepang masih diizinkan
untuk melakukan perdagangan dengan luar negeri, seperti
ekspor dan impor.
7) Aset Jepang di luar negeri
Keberadaan aset-aset Jepang di luar negeri diserahkan
kepada sekutu.
8) Usaha dan bisnis di Jepang
Pemerintah diharuskan memberikan kesempatan yang sama
untuk perusahaan-perusahaan asing yang akan berbisnis di
Jepang.
9) Anggaran dan hak milik kekaisaran
Anggaran dan hak milik kekaisaran diatur oleh sekutu
dalam
menyelesaikan
tujuan
pendudukan
(Setiawan,
2009:17-21).
Universitas Darma Persada
21
Kebijakan awal ini (United States Intial Post-Surrender Policy for
Japan) dijadikan sebagai pedoman dari penentuan garis besar dan arah
kebijakan sekutu yang nantinya akan disampaikan kepada masyarakat
melalui Jenderal Douglas MacArthur selaku pimpinan SCAP.
Kebijakan awal ini juga merupakan kerjasama kedua pihak Amerika
dan Jepang dalam mencapai tujuan utama dari pendudukan. Setelah
kebijakan awal ini, SCAP mengeluarkan Perintah Awal bagi SCAP
dalam pendudukan dan pengendalian Jepang pasca penyerahan (Basic
Initial Post-Surrender Directive to the Supreme Commander for Alied
Powers for Occupation and Control Japan) yang dileluarkan pada
November 1945. Dengan demikian pemerintah Jepang tidak lagi
memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan sesuai dengan
apa yang mereka inginkan. Mereka harus menjalankan pemerintahan
berdasarkan perintah dari sekutu.
Berdasarkan Deklarasi Postdam, pendudukan sekutu di Jepang
memiliki tiga tujuan utama yaitu, demiliterisasi, demokratisasi dan
pembaharuan perekonomian yang berbasis dengan perdamaian.
3. Tujuan Pendudukan Sekutu
Tujuan sekutu menduduki Jepang ialah untuk menghukum Jepang
atas aggresifitasnya selama Perang Dunia II. Tujuan tersebut terdapat
pada Deklarasi Postdam. Di dalam Deklarasi Postdam terdapat 3 hal
utama yang menjadi fokus dari pendudukan sekutu di Jepang. Ketiga
hal tersebut ialah, demiliterisasi, demokratisasi dan demokratisasi
ekonomi.
a. Demiliterisasi
Demiliterisasi adalah upaya pengurangan pengaruh lembaga
dan nilai-nilai militer dalam suatu organisasi atau negara serta
proses pembebasan dari ikatan atau sifat-sifat yang berkaitan
dengan militer. Biasanya upaya ini dilakukan berdasarkan hasil dari
perjanjian damai untuk mengakhiri konflik. Pada awal pendudukan
Universitas Darma Persada
22
sekutu terhadap Jepang, salah satu tujuan utama dari pendudukan
tersebut ialah demiliterisasi. Demiliterisasi dilakukan sebagai
upaya untuk melemahkan militer Jepang agar Jepang terbebas dari
militerisme yang selama ini dianggap sebagai ancaman bagi
perdamaian dan keamanan dunia. Hal ini dilakukan agar
masyarakat Jepang dapat dikendalikan dan dihindarkan dari
militerisme dengan tujuan bersama yaitu menjaga perdamaian dan
keamanan dunia.
Upaya ini dilakukan dengan cara menyita dan menghancurkan
barang-barang untuk perang, termasuk senjata api yang dimiliki
oleh masyarakat Jepang pun tak luput dari penyitaan yang
dilakukan oleh sekutu. Selanjutnya, angkatan bersenjata Jepang
dilucuti, lalu dibubarkan. Para penjahat perang ditangkap, diadili
dan dihukum oleh mahkamah militer sekutu. Para pejabat
pemerintahan Jepang yang membawa Jepang kedalam peperangan
juga diberhentikan oleh pihak sekutu.
Demiliterisasi juga dilakukan pada bidang ekonomi, yaitu
dengan cara membubarkan zaibatsu karena dinilai sebagai sumber
dari perekonomian kaum militer. Kemudian industri senjata dan
industri keperluan militer pun ditutup pada masa pendudukan
sekutu. Seluruh pabrik dan laboratorium riset yang berhubungan
dengan penciptaan peralatan militer harus dihancurkan. Setelah
pelarangan produksi yang berhubungan dengan militer, sekutu juga
membatasi industri-industri berat seperti kimia, besi baja dan
perkapalan. Sehingga sekutu melarang keras dan mengawasi
seluruh kegiatan perekonomian Jepang yang berhubungan dengan
militer.
Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas bagaimana garis
besar dan arah kebijakan sekutu pada awal pendudukan ialah
melaksanakan agenda demiliterisasi yang kemudian dilanjutkan
Universitas Darma Persada
23
oleh reformasi bidang ekonomi yang megarah pada penghancuran
militerisme Jepang.
b. Demokratisasi
Selain agenda demiliterisasi yang harus dilaksanakan di Jepang,
adapula agenda demokratisasi yang merupakan penunjang dari
pelaksananan agenda demiliterisasi di Jepang. Demokratisasi
adalah suatu perubahan baik secara perlahan maupun secara cepat
kearah demokrasi. Dalam hal ini SCAP berkeinginan mengubah
struktur pemerintahan Jepang agar lebih demokratis. Hal ini
dilakukan agar Jepang dapat menjaga perdamaian dan keamanan
dunia.
Dalam mendukung demokratisasi di Jepang, maka SCAP
memerintahkan pemerintah Jepang mereformasi berbagai bidang
berdasarkan perintah Reformasi Lima Besar. Dalam bidang politik,
SCAP mengubah hukum dan lembaga politik Jepang untuk
mendukung demokrasi. Untuk mendukung upaya demokrasi di
Jepang,
maka
undang-undang
yang
membatasi
kebebasan
berpendapat, berkumpul, dan berserikat dicabut. Kemudian hasil
dari upaya SCAP dalam mereformasi bidang politik adalah
munculnya Undang-undang dasar baru negara Jepang pada 1946
yang nantinya resmi digunakan pada tahun berikutnya. Undangundang baru tersebut memiliki tiga prinsip dasar yaitu pengakuan
pada hak-hak warga negara, penghormatan terhadap hak asasi
manusia, dan paham demokrasi yang mendukung perdamaian
(Setiawan, 2009:24).
Dengan adanya undang-undang baru tersebut memberikan
keistimewaan pada kaum perempuan, karena hak suara bagi kaum
perempuan diperbolehkan dalam mengikuti pemilu dan hak bagi
perempuan untuk menduduki jabatan umum pun diakui. Kemudian
Universitas Darma Persada
24
undang-undang baru tersebut menjamin kebebasan-kebebasan
masyarkat sipil, seperti : kebebasan berpendapat, berkumpul, dan
berserikat. Gelar kebangsawanan seperti kaisar dihapuskan, dan
yang lebih penting lagi dari undang-undang baru tersebut adalah
menjadikan kaisar hanya sebagai simbol dari negara dan
menyingkirkannya dari dunia politik.
Dalam bidang sosial dan pendidikan, SCAP mereformasi
organisasi sosial dan sistem pendidikan di Jepang. Reformasi
dalam organisasi sosial seperti: pembentukan organisasi pekerja
dalam sektor industri dan pertanian di Jepang. Tujuannya ialah
memperkenalkan sistem demokrasi kepada Jepang. Sedangkan
reformasi dalam bidang pendidikan ialah untuk mencegah pahampaham militerisme didalam kurikulum sekolah Jepang selain itu
diberikan kebebasan kepada para siswa untuk menganut agama
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
c. Demokratisasi Ekonomi
Semasa perang, militer Jepang mendapat bantuan dana dari
pihak zaibatsu, selain itu banyak dari industri-industri Jepang yang
membantu militerisme Jepang seperti industri senjata, pesawat
tempur dan kapal perang. Hal inilah yang menyebabkan SCAP
perlu melakukan demokratisasi ekonomi Jepang. Caranya ialah
pertama, menghentikan dan melarang produksi untuk militerisme,
kedua memperkenalkan sistem demokrasi kepada masyarakat
Jepang. Cara pertama meliputi larangan armada dan pesawat
tempur termasuk pembatasan industri berat dan pembatasan
perdagangan kapal. Cara yang kedua meliputi dukungan terhadap
serikat buruh dan asosiasi pertanian serta organisasi lainnya.
Tujuan utama dari pelaksanaan demokratisasi ekonomi ini
adalah mencegah bangkitnya militerisme Jepang dengan bantuan
dari ekonomi zaibatsu. Sebagaimana yang diketahui pada masa
Universitas Darma Persada
25
Perang Dunia II, kaum militer Jepang dibantu oleh zaibatsu. Oleh
karena itu untuk mencegah bengkitnya kembali militerisme Jepang
seperti masa Perang Dunia II, maka sekutu dalam hal ini SCAP
berusaha
menghapus
kekuatan
ekonomi
yang
mendukung
militerisme Jepang. Caranya ialah membubarkan zaibatsu. Sebagai
gantinya, mereka mencoba mengembangkan perekonomian Jepang
yang mendukung perdamaian dan keamanan dunia.
Selama menduduki Jepang, SCAP memerintahkan pemerintah
Jepang untuk melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi. Secara
garis besar arah kebijakan ekonomi di Jepang ditentukan oleh
pemerintah Amerika Serikat. Arah kebijakan ekonomi tersebut
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi internasional, seperti perang
dingin, komunisme di Cina dan perang Korea. Sehingga perubahan
arah kebijakan ekonomi tersebut mempengaruhi pemulihan
perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan demokratisasi ekonomi
Jepang meliputi :
1) Reformasi Tanah (Land Reform)
Kebijakan reformasi tanah yang dikeluarkan oleh SCAP
bertujuan untuk memindahkan kepemilikan tanah kepada
petani penggarap yang melakukan kegiatan bercocok tanam
dan memperbaiki praktik sewa menyewa tanah bagi orang yang
menggantungkan kehidupannya dari praktik penggarapan tanah
dengan cara menyewa tanah dari tuan tanah (Kunio, 1983: 103).
2) Dekonsentrasi Ekonomi
Langkah
pertama
yang
dilakukan
oleh
SCAP
untuk
melaksanakan dekonsentrasi ekonomi ialah dengan cara
memecah zaibatsu. Tujuannya ialah memberikan kesempatan
bagi industri dan perusahaan yang baru agar bersaing secara
sehat
tanpa
ada
tekanan
dari
zaibatsu.
Kemudian,
Universitas Darma Persada
26
membubarkan kartel (gabungan perusahaan-perusahaan besar)
serta asosiasi-asosiasi yang menguasai perusahaan-perusahaan
tersebut.
Terakhir,
pembersihan
pemimpin bisnis
yang
bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Para pemimpin dan
anggota keluarga pendiri bisnis tersebut dilarang melakukan
berbagai aktivitas dalam dunia bisnis dan ekonomi (Kunio,
1983:104).
3) Reformasi Tenaga Kerja
Ada berbagai masalah yang dihadapi Jepang mengenai tenaga
kerja
pada
masa
perang.
Meliputi,
gaji
yang
kecil,
kesejahteraan pekerja, dan diskriminasi wanita dalam pekerjaan.
Hal tersebut membuat SCAP memerintahkan untuk melakukan
demokratisasi
ekomomi
di
Jepang
untuk
perbaikan
kesejahteraan bagi tenaga kerja. SCAP memerintahkan
pemerintah Jepang untuk membuat landasan hukum tentang
hubungan para pekerja dengan industri serta perusahaan dengan
merancang undang-undang yang menjamin hak-hak dasar bagi
para pekerja. Undang-undang Serikat Pekerja tersebut disahkan
pada 1945. Selain itu SCAP juga mendukung gerakan serikat
para pekerja yang demokratis untuk memperjuangkan hak para
pekerja selama tidak mengganggu atau mengancam kebijakan
SCAP.
Universitas Darma Persada
Download