Print this article - jurnal penelitian tindakan kelas

advertisement

Volume 07, Nomor 02, Desember 2016

Peningkatan Kemampuan Memahami Tata Cara Ibadah Haji
Menggunakan Metode Numbered Head Together pada Siswa Kelas V di MI
Al-Hidayah Margorejo Surabaya


Abstrak: Pada pembelajaran Fiqih di kelas V MI Al-Hidayah, ditemukan
fakta bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi
tata cara haji. Berdasarkan data hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran fiqih, diperoleh data bahwa dari 15 peserta didik hanya 30%
yang dapat memahami materi tata cara haji. Dalam proses pembelajaran,
peserta didik kurang tertarik dengan materi yang disampaikan dan
merasa bosan karena guru menggunakan metode konvensional dalam
mengajar. Untuk mengatasi masalah sebagaimana dijabarkan di atas,
peneliti menerapkan metode Numbered Head Together (NHT). Ada 2
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yakni bagaimana
peningkatan kemampuan memahami tata cara haji dengan menggunakan metode Numbered Head Togother dan bagaimana penerapan metode
ini dalam meningkatkan kemampuan memahami tata cara haji. Untuk
menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian
tindakan kelas dengan model Kurt Lewwin yang terdiri dari empat tahap,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun
instrumen yang digunakan adalah bentuk tes (pre-test dan post-test).
Penelitian ini dilakukan sebanyak satu siklus dengan pertimbangan
bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi haji setelah siklus I
telah meningkat dan melebihi standar ketuntasan minimal yang
ditetapkan, yakni sebesar 85%.
Kata Kunci: Pemahaman Tata Cara Haji, Metode Numbered Head
Togother
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha pewarisan ilmu yang berguna sebagai
penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Pendidikan menjadi salah satu tolak
ukur dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu optimalisasi ketercapaian tujuan
pendidikan merupakan sebuah hal yang penting.
Proses pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Di rumah,
seorang anak berada di bawah pengawasan dan pengajaran orang tua dan masyarakat
sekitar, sementara proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, melibatkan peran
serta guru. Sebagai seorang pendidik, seorang guru diharapkan menjadi tauladan bagi
peserta didiknya. Dan sebagai seorang pengajar, peran guru dalam proses transfer of
knowledge sangat dibutuhkan sehingga peserta didik dapat memahami materi yang
disampaikan.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fiqih, diperoleh informasi
bahwa dari 15 peserta didik, hanya 30% yang dapat memahami materi tata cara haji,
sedangkan 70% lainnya belum sepenuhnya memahami materi tersebut. Hal ini
dikarenakan guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar sehingga
peserta didik kurang tertarik dan merasa bosan; peserta didik lebih banyak menghafal
pengertian haji, ketentuan haji, hukum haji, waktu haji dan cara melaksanakan haji.
Pelajaran fiqih merupakan bagian dari cabang ilmu pendidikan agama Islam
yang membahas tentang berbagai hukum yang menjadi penuntun bagi umat Islam
dalam menjalani kehidupan. Dengan mengoptimalkan penguasaan peserta didik
terhadap materi-materi ini, diharapkan akan terbentuk pribadi seorang muslim yang
baik dan beriman sehingga terwujudlah harapan utama sebagai sosok insan kamil
dalam kehidupan. Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, diperlukan metode
yang inovatif dan kreatif sehingga peserta didik merasa tertarik dalam menerima dan
memahami materi pelajaran. Metode Numbered Head Together diyakini sebagai salah
satu alternatif untuk memecahkan persoalan tersebut, khususnya dalam pembelajaran fiqih. Menurut Rahayu, Numbered Head Together adalah suatu metode yang lebih
mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber sampai kepada mempresentasikan hasilnya di depan
kelas.
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1)
bagaimana penerapan metode Numbered Head Together dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran Fiqih materi tata cara haji di
kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya dan (2) bagaimana peningkatan
pemahaman siswa terhadap materi tata cara haji pada mata pelajaran Fiqih di kelas
V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya melalui Metode Numbered Head Together.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penerapan metode Numbered
Head Together yang mampu meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada
materi tata cara haji mata pelajaran Fiqih di kelas V MI Al-Hidayah, Margorejo,
Surabaya dan (2) untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
tata cara haji pada mata pelajaran Fiqh di kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya
melalui metode Numbered Head Together.
262
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
Secara umum, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam
menerapkan strategi pembelajaran baru, tepat, kreatif, inovatif dan variatif. Bagi
peserta didik, diharapkan akan memotivasi mereka untuk mengikuti pembelajaran
dengan baik sehingga lebih mudah dalam menerima dan memahami penjelasan yang
diberikan oleh guru. Kajian ini diharapkan juga akan semakin memperkaya
pengalaman guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan variatif
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan mudah
memahami materi pembelajaran. Bagi penulis, kajian ini akan menambah wawasan
dan pengetahuan sehingga akan memperkaya referensi penulis dalam menentukan
metode yang tepat dalam pembelajaran Fiqih.
KERANGKA KONSEPTUAL
Pemahaman
Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar, karena untuk sampai pada
tahap pemahaman perlu proses belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses,
perbuatan dan cara memahami (Porwadarminta, 1991: 636). Pemahaman adalah
tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau
konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara
verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan,
sehingga dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur,
menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan (Purwanto, 1997: 44).
Pada ranah kognitif, memahami merupakan level yang lebih tinggi daripada
sekedar mengetahui. Definisi lain terkait pemahaman, dikemukakan oleh Anas
Sudijono sebagai “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat”. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan
hafalan” (Sudijono, 1996: 50). Menurut Saifuddin Azwar, dengan memahami,
berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, meramalkan,
dan membedakan (Azwar, 1987: 62).
Sedangkan menurut W. S. Winkel, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti
mendeskripsikan rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan
tentang kecenderungan yang nampak dari data tertentu, seperti dalam grafik
(Winkel, 1996: 246).
Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama,
yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan,
Jurnal



263
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali,
mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa
pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan.
Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud
secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti
dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya
bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk
menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari.
Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan peserta didik sampai pada
tahapan “pemahaman” antara lain; 1) faktor internal, yakni faktor jasmaniah, faktor
psikologis, faktor pematangan fisik atau psikis, faktor pengalaman, dan faktor
intelegensia, 2) faktor eksternal, yakni faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan
fisik, faktor lingkungan spiritual, faktor pendidikan, dan faktor pekerjaan.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman siswa antara lain; memperbaiki proses pembelajaran, mengadakan
bimbingan belajar, menumbuhkan semangat belajar, memberikan umpan balik
dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, melakukan remedial, dan
menerapkan metode pembelajaran yang variatif.
Tata Cara Haji
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke-lima, yang diisyaratkan atau
diwajibkan kepada umat Islam pada tahun ke-10 Hijriyah. Pengertian haji bila
ditinjau dari segi bahasa ialah al-Qoshdu artinya menyengaja, maksud dan tujuan.
Menurut istilah syara’, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah AlMukarroma dengan maksud beribadah dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh
syariat Islam. Ibadah haji dilakukan semata-mata untuk mengharap ridlo Allah SWT.
Melaksanakan ibadah haji hukumnya wajib bagi umat Islam yang mampu,
sekali seumur hidup. Ketetapan tersebut merujuk kepada firman Allah SWT. Dalam
Surah Ali-Imran ayat 97.
ِ ِ ‫فِ ِيه آَيت بيِناات م اقام إِب ر ِاهيم ومن دخلاه اكا ان ِآمنًا وِهّلِلِ علاى النه‬
ِ
‫اع‬
‫استاطا ا‬
‫ا ا‬
ْ ‫اس ح ُّج الْبا ْيت ام ِن‬
ُ ‫ا ٌ اِّ ٌ ا ُ ْ ا ا ا ا ْ ا ا‬
ِ
)٧٩( ‫ني‬
‫إِلاْي ِه اسبِيال اوام ْن اك افار فاِإ هن ه‬
ٌّ ِ ‫اّلِلا اغ‬
‫ِن اع ِن الْ اعالام ا‬
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali Imran: 97).
Pengertian kata “sanggup” pada ayat di atas, dimaksudkan bagi orang yang
sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan
264
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
perjalananpun aman. Melakukan ibadah haji yang kedua dan seterusnya hukumnya
sunnah.
Beberapa ketentuan terkait ibadah haji dibedakan menjadi syarat wajib haji,
rukun haji, wajib haji, dan sunnah haji. Syarat wajib haji terdiri dari: 1) beragama
Islam, 2) baligh atau dewasa, 3) berakal sehat, 4) merdeka atau tidak berstatus sebagai
budak, dan 5) mampu. Adapun rukun haji terdiri dari: 1) niat ihram haji, 2) wuquf
di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, 3) thawaf Ifadah, 4) sa’i (lari-lari kecil
antara bukit Safa dan Marwah tujuh kali), 5) tahallul (memotong rambut paling
sedikit tiga helai), 6) tertib (yang dahulu didahulukan dan yang akhir di akhirkan).
Selain memenuhi rukun haji, beberapa hal berikut juga wajib dilakukan, yakni: 1)
ihram dari miqat (pakaian ihram laki-laki dua helai kain putih tidak berjahit,
sedangkan untuk kaum wanita adalah yang menutup seluruh tubuh kecuali muka
dan kedua telapak tangan), 2) bermalam di Muzdalifah (pada malam Idul Adha), 3)
bermalam di Mina pada malam tasyrik (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah), 4) melontar
jumroh (tanggal 10 Dzulhijjah; jumroh aqobah, tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah;
jumroh ula, wusta dan aqobah),, dan 5) meninggalkan semua larangan ihram.
Adapun hal-hal yang sunnah dilakukan ketika melaksanakan ibadah haji
adalah sebagai berikut: 1) mendahulukan haji daripada umroh (haji ifrad), 2)
membaca bacaan talbiyah yang dimulai sejak ihram sampai melontar jumroh, 3)
membaca sholawat dan berdo’a sesudah bacaan talbiyah, 4) thawaf qudum, yaitu
thawaf yang berupa penghormatan awal kepada baitullah ketika pertama datang di
Makkah, 5) menunaikan shalat sunnah dua rakaat sesudah thawaf qudum, 6)
membaca do’a ketika melakukan thawaf, dan 7) masuk ke Baitullah (Hijr Ismail).
Sementara beberapa hal berikut termasuk ke dalam larangan haji, yakni: 1)
memotong kuku, 2) memakai wangi-wangian, 3) mencabut atau mecukur rambut, 4)
bersenang-senang dengan syahwat (mubasyaroh), 5) bersetubuh, 6) membunuh
binatang buruan, dan 7) menikah (menikahkan dan meminang). Adapun bacaan
Kalimat Talbiyah yang di baca ketika thawaf, adalah sebagai berikut:
‫ إن احلمد والنعمة لك وامللك ال شريك لك‬،‫ لبيك ال شريك لك لبيك‬،‫ك اللههم لبيك‬
‫لابه ْي ا‬
Setiap muslim yang mengerjakan ibadah haji dapat memilih di antara tiga tata
cara pelaksanaan haji yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, yakni haji ifrad, haji
tamatt’, dan haji qiran. Haji Ifrad yaitu mendahulukan ibadah haji kemudian baru
mengerjakan ibadah umroh. Cara ini tidak dikenakan denda, namun jika jamaah
haji memilih haji Tamattu’, yaitu mendahulukan ibadah umroh kemudian baru
mengerjakan ibadah haji, maka mereka wajib membayar dam menyembelih seekor
kambing. Yang ketiga adalah haji qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umroh
dikerjakan secara bersamaan. Cara ini wajib membayar dam yaitu menyembelih
seekor kambing. Pelaksanaan ibadah haji telah ditentukan pada bulan Syawal,
Dzulqaidah, dan Dzulhijjah. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari
Jurnal



265
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
Ibu Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda, bulan-bulan haji itu adalah Syawal,
Dzulqaidah dan 10 hari bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhori).
Metode Numbered Head Together
Pada umumnya, jika seorang guru ingin mengetahui pemahaman siswa pada
saat pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Kemudian guru
menunjuk salah seorang dari beberapa siswa (yang telah mengangkat tangannya
ketika guru memberikan pertanyaan) untuk menjawabnya. Jika jawabannya kurang
tepat maka siswa lain mempunyai peluang untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Cara demikian banyak kelemahannya, diantaranya adalah jika guru
memberikan pertanyaan, semua siswa akan berebut untuk menjawab pertanyaan
dengan mengangkat tangan, karena rata-rata siswa menginginkan perhatian guru.
Sayangnya, dalam kondisi ini guru hanya mampu melayani satu siswa saja. Untuk
menghindari hal seperti itu terjadi, guru menerapkan metode Numbered Head
Together. Metode ini dikenalkan pertama kali oleh Spencer Kagan pada tahun 1993.
Metode Numbered Head Together adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki
agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Menurut Kagan, metode Numbered Head Together secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran.
Adapun langkah-langkah penerapan metode Numbered Head Together adalah
sebagai berikut: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan
menjawab dengan tiga langkah yakni pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan
bertukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah
sebagai berikut: (1) persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sesuai dengan metode Numbered Head Together, (2) pembentukan kelompok.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-6 dan diberi nama kelompok yang
berbeda, (3) tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan untuk
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh
guru, (4) diskusi masalah. Secara berkelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, (5)
memanggil nomor anggota. Pada tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
266
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
menyiapkan jawaban untuk disampaikan pada kelompok lain, (6) menyampaikan
kesimpulan. Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Penerapan Metode Numbered Head Together merujuk pada konsep Spencer Kagen
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi suatu pelajaran
sehingga keseluruhan siswa memahami materi yang dibahas. Kelebihan metode ini
adalah terbentuknya interaksi antara siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. melalui kegiatan ini, siswa yang pandai maupun siswa yang
kurang pandai, sama-sama memeroleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.
Melalui kegiatan ini, seluruh siswa memeroleh kesempatan untuk bertanya,
berdiskusi, dan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Di sisi lain,
metode ini memiliki kelemahan, yakni siswa yang pandai cenderung mendominasi
proses diskusi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif bagi siswa dengan
kemampuan yang lemah. Disamping itu, untuk mengelompokkan siswa ke dalam
beberapa kelompok, memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda
sehingga membutuhkan waktu khusus (Suwarno, 2010: 34).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan
secara langsung pada saat guru dan peserta didik melakukan proses pembelajaran,
yaitu menggunakan bentuk kolaboratif, dengan guru sebagai mitra kerja peneliti.
PTK merupakan salah satu jenis penelitian dari berbagai jenis yang ada seperti
penelitian eksperimen dan penelitian kuantitatif, namun PTK merupakan jenis
penelitian yang paling tepat dan strategis untuk perbaikan proses pembelajaram yang
permasalahanya banyak dialami oleh para tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh
karena itu, jenis penelitian ini sangat tepat untuk dipahami dan diaplikasikan dalam
upaya mengatasi masalah yang terjadi di dalam kelas atau dalam proses pembelajaran
(Arikuanto, Suharjono, Supardi, 2006: 13).
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Al-Hidayah, Margorejo, Surabaya tahun ajaran
2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 15 siswa,
terdiri dari 6 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki pada materi tata cara haji.
Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model siklus, sehingga
kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada siklus pertama dapat diperbaiki
pada siklus berikutnya, dan seterusnya sampai apa yang diinginkan berhasil.
Jurnal



267
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
Setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, yakni: tahap membuat rencana
tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi, dan
mengadakan refleksi. Sebelum melakukan langkah tindakan pada siklus I, peneliti
melakukan tindakan pendahuluan yakni mengidentifikasi permasalahan di kelas
tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model
Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan
dalam proses penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi (Sanjaya, 2009: 49). Model Kurt Lewin ini digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Dari gambar tersebut, alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas model Kurt
Lewin memiliki empat tahap proses pelaksanaan. Tahapan tersebut meliputi: (1)
perencanaan (planning), adalah proses menentukan program perbaikan yang
berangkat dari suatu ide gagasan peneliti. Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti
harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, (2) aksi atau tindakan
(implementing), adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan
matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada
RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup, (3) pengamatan (observing), adalah pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai
268
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
kekurangan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahapan ini peneliti melaksanakan
pengamatan (observing) di kelas yang meliputi: mengamati perilaku siswa-siswi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi/ kerjasama antar
siswa-siswi dalam kelompok, mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap
penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan
penelitian tindakan kelas, (4) refleksi (reflecting), adalah kegiatan menganalisis hasil
observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru (Badrujaman dan
Hidayat, 2010: 20).
Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata siswa yakni ≥ 75%
siswa memeroleh nilai 80 ke atas. Sementara indikator keberhasilan penerapan
metode Number Head Together dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa
dapat dilihat dari keterlaksanaan seluruh langkah-langkah pembelajaran yang telah
didesain dalam RPP.
Teknik Pengumpulan Data dan InstrumenPengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan
observasi. Adapun bentuk tes yang digunakan adalah tes tulis yang dilaksanakan
sebelum melakukan langkah tindakan (pre tes) dan setelah dilakukan langkah
tindakan (post tes). Untuk memeroleh data terkait aktivitas guru dan siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung, digunakan lembar observasi (observation checklist).
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran. Disamping itu, untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, guru melakukan
analisis terhadap hasil evaluasi siswa (pre-test dan post-test) pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu dengan
menghitung prosentase ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) siswa dengan
rumus sebagai berikut:
∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
Persentase =
× 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
HASIL ANALISIS DATA
Pra-Siklus
Pada pra siklus ini peneliti memberikan pre-test kepada siswa kelas V MI AlHidayah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi tata cara haji
sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together). Adapun hasil pre-test tersebut adalah sebagai berikut: dari 15 siswa
Jurnal



269
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
kelas V, 4 siswa mendapatkan nilai 30–35, 5 siswa mendapatkan nilai 40–45, 6 siswa
mendapatkan 50–55.
Berdasarkan data hasil pre-test di atas bahwa sebelum adanya tindakan
menggunakan metode Numbered Head Together, rata-rata hasil pemahaman siswa
terhadap materi adalah 41, 67, artinya ketuntasan belajar siswa adalah 0%.
Siklus 1
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test, lembar
observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru yang digunakan dalam
penerapan metode Numbered Head Together.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 05 Mei 2015 di kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 15 yang terdiri dari 6
siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dipersiapkan.
Pada akhir pembelajaran siswa diberi post-test dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I yaitu:
Tabel 1: Hasil Post-test Kemampuan Siswa dalam Memahami Tata Cara Ibadah Haji
No
Jumlah Siswa
Nilai
Keterangan
1
4
70 – 80
Tuntas
2
8
81 – 90
Tuntas
3
3
91 – 100
Tuntas
Jumlah
1275
Nilai Rata-Rata
85
Prosentase Ketuntasan Belajar
85%
Berdasarkan tabel, dari 15 siswa kelas V, 4 siswa mendapatkan nilai 70–80, 8
siswa mendapatkan nilai 81–90, 3 siswa mendapatkan nilai 91–100. Dari rekapitulasi
data di atas diperoleh nilai rata-rata kemampuan pemahaman siswa adalah 85 dengan
ketuntasan belajar yang dicapai adalah 85% atau seluruh siswa sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan kemampuan
pemahaman secara klasikal telah mengalami peningkatan yang lebih baik daripada
pra-siklus. Adanya peningkatan kemampuan pemahaman siswa ini disebabkan
karena pada sebelum siklus ini, guru mata pelajaran Fiqih di MI Al-Hidayah ini
belum pernah menggunakan metode Numbered Head Together, guru tersebut hanya
270
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
menggunakan metode ceramah dan penugasan yang membuat mereka jenuh untuk
mempelajari materi tata cara haji, dan setelah peneliti menggunakan metode
Numbered Head Together ini siswa menjadi antusias untuk mempelajari materi ini
bersama teman sekelompoknya sehingga mereka lebih cepat memahami materi.
Tahap Pengamatan
Pada tahap ini, guru mata pelajaran Fiqih (sebagai observer) melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran Fiqih materi tata cara haji
melalui metode Numbered Head Together di kelas V MI Al-Hidayah, Margorejo,
Surabaya. Dengan menggunakan observation checklist, observer mengamati dan
mencatat semua gejala yang muncul selama proses pembelajaran, termasuk aktivitas
guru dan siswa.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran, guru melakukan langkah-langkah
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan; guru memberikan salam,
kemudian mengajak siswa berdo’a bersama, kemudian menanyakan materi pada
minggu sebelumnya (tentang Qurban). Secara bersama-sama, siswa diajak
menyanyikan lagu rukun Islam dengan versi balonku “rukun Islam yang lima,
syahadat shalat puasa, zakat untuk si papa, haji bagi yang kuasa”. Guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi “Tata Cara Ibadah Haji”, dan menjelaskan
tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, siswa mengamati gambar Ka’bah, kemudian menyimak
penjelasan guru, dan melakukan tanya jawab terkait materi yang kurang difahami
dari penjelasan guru. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok (terdiri dari 5 orang) yaitu
kelompok Haji Ifrad, Tamattu’, dan Qiran. Setiap individu dalam masing-masing
kelompok mendapatkan potongan kertas berupa nomor urut 1-5, kemudian guru
membagikan Lembar Kegiatan (LK) siswa. Masing-masing kelompok berdiskusi
untuk memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap
anggota kelompok mengetahui jawabannya. Ketika diskusi sedang berlangsung, guru
mengamati sikap siswa ketika berdiskusi dengan menggunakan lembar observasi.
Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi di Lembar Kegiatan yang telah disediakan
guru, kemudian guru memanggil salah satu nomor siswa dari setiap kelompok, yang
bernomor tersebut melaporkan hasil diskusinya. Presentasi perwakilan kelompok
tersebut ditanggapi oleh kelompok lain, kemudian guru menunjuk nomor
selanjutnya. Sampai semua nomor terpanggil untuk melaporkan hasil diskusi
kelompoknya. Sebagai reward, guru memberi penghargaan dan nilai tambahan
kepada semua siswa yang telah dipanggil nomor urutnya dan berani melaporkan hasil
kerja kelompoknya dengan baik dan benar. Untuk kelompok yang jawabannya
kurang tepat, guru melakukan pembimbingan. Pada akhir sesi diskusi, guru memberi
penguatan terhadap hasil diskusi siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hasil diskusi yang belum mereka mengerti. Hasil diskusi kelompok
kemudian dikumpulkan oleh guru.
Jurnal



271
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
dari hasil belajar pada materi tata cara haji, kemudian melakukan refleksi dengan
menanyakan “hal baru apa yang kalian dapatkan dari pembelajaran materi tata cara haji?”
dan “bagaimana pembelajaran pada hari ini?”. Sebagai tindak lanjut, guru memberi
tugas rumah sebagai evaluasi individu siswa, kemudian menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya, yaitu tentang “Umroh”. Guru menutup
pelajaran, dengan mengajak siswa mengucapkan “Alhamdulillahirobbil’alamiin” secara
serempak, dan mengakhiri pembelajaran dengan salam.
Berdasarkan uraian langkah-langkah kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh
data bahwa seluruh siswa merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru,
siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Ketika guru
menyampaikan materi, seluruh siswa memusatkan perhatian pada materi
pembelajaran yang disampaikan, hampir seluruh siswa antusias ketika guru
menyampaikan tugas diskusi kelompok dengan metode NHT (Numbered Head
Together). Dalam proses diskusi, siswa tampak bersemangat dan tertib, menjawab
pertanyaan guru dengan baik, dan memberi tanggapan saat guru mengecek
pemahaman. Pada akhir pembelajaran, siswa mampu menyampaikan kesimpulan
materi pembelajaran yang disampaikan guru.
Sedangkan mengenai aktivitas guru ketika proses pembelajaran berlangsung,
dari hasil pengamatan bahwa guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik dan sesuai RPP yang telah disiapkan.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode
Numbered Head Together. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut: (1) selama proses pembelajaran, guru telah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disiapkan, (2) berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung, (3) peningkatan
kemampuan pemahaman siswa dari pra-siklus ke siklus I telah mengalami
peningkatan yang sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah
diharapkan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa pada
siklus I, diperoleh simpulan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menerapkan metode Numbered Head Together tergolong baik sekali, yang
tampak dari antusiasme siswa ketika berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk
memahami materi. Kondisi ini berbeda sekali dengan pembelajaran yang
berlangsung ketika pra-siklus. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata
pelajaran Fiqih diperoleh informasi bahwa keaktifan siswa sangat kurang, siswa sering
272
Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Numbered Head Together
mengeluh ketika guru memberikan tugas, dan tidak bersemangat dalam proses
belajar mengajar.
Terkait aktivitas guru dalam pembelajaran, guru telah melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan RPP dan melaksanakan langkah-langkah metode
Numbered Head Together dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan tes (pretest dan post-test), memberikan umpan balik atau evaluasi atau tanya jawab. Artinya,
metode Numbered Head Together ini tidak sulit untuk diterapkan di MI dan diyakini
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa jika diterapkan dengan langkahlangkah yang tepat.
Ditinjau dari segi hasil, diperoleh data bahwa penerapan metodeNumbered
Head Together ini bernilai positif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa. Hal ini dilihat dari meningkatnya pemerolehan skor siswa dari pra-siklus ke
siklus I yaitu masing-masing 41,67% ke 85%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah tercapai yaitu dari 0% ke 85%.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan metode Numbered Head Together dalam materi tata cara haji
berdampak positif terhadap aktivitas siswa, hal tersebut dilihat dari keaktifan siswa
yang meningkat dari pra-siklus ke siklus I.
Pembelajaran Fiqih materi tata cara haji dengan menerapkan metode Numbered
Head Together dapat meningkatkan ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman)
siswa dari pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 0% (pra-siklus) ke 85% (siklus I). Jadi
peningkatan secara klasikal dari pra-siklus ke siklus I adalah sebanyak 85%.
Saran
Sebagai seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat
bagi peserta didik. Metode Numbered Head Together merupakan salah satu solusi yang
baik dan tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman siswa di kelas V
MI Al-Hidayah, Margorejo, Surabaya karena metode ini lebih mengedepankan
keterlibatan siswa untuk aktif mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Dengan model
pembelajaran ini, tujuan pembelajaran berhasil dicapai secara maksimal.
Perlu di adakannya penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini hanya
dilakukan dalam 1 minggu atau 1 siklus, sehingga di dalamnya masih belum
sempurna atau masih banyak kekurangan. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan agar diperoleh hasil yang lebih baik dan
sempurna.
Jurnal



273
Rahma Cahyani - Nur Richa Oktavianis
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi aksara.
Azwar, Saifuddin. 1987. Tes Prestasi. Yogyakarta: Liberty.
Badrujaman, Aip & Rahmat Hidayat, Dede. 2010. Cara mudah Penelitian Tindakan
Kelas untuk Guru Mata Pelajaran. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nurhadi, Yasin, B. & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/TCL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM PRESS.
Purwanto, Ngalim. 1997. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
------------------------------. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Suwarno. 2010. Pembelajaran Kooperatif Jenis
(http://suwarnostatistik.wordpress.com).
Numbered
Heads
Together.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
W.J.S. Porwadarminta. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
W. S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
274
Jurnal


Download