PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA REPRESENTASI BENTUK TUBUH WANITA DALAM IKLAN Studi Semiotika Tipe Tanda Charles Sanders Pierce tentang Representasi Bentuk Tubuh Wanita dalam Iklan Susu Diet WRP di Majalah Cita Cinta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Ilmu Komunikasi Oleh : Febi Siti Nuraini 10080004111 Manajemen Komunikasi FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG KAJIAN MANAJEMEN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : Representasi Bentuk Tubuh Wanita Dalam Iklan SUB JUDUL : Studi Semiotika Tipe Tanda Charles Sanders Pierce tentang Representasi Bentuk Tubuh Wanita dalam Iklan Susu Diet WRP di Majalah Cita Cinta Oleh Nama : Febi Siti Nuraini NPM : 10080004111 Bid. Kajian : Manajemen Komunikasi Menyetujui, Juli 2008 Pembimbing I Pembimbing II (Ferry Darmawan, S.Sos., M.Ds.) (Dede Lilis, S.Sos.) Mengetahui, Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi Universitas Islam Bandung (Nurhastuti, Dra., M.Si.) Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga ku, mama, papa dan adik ku tersayang, suripiw… kemana pun aku pergi, aku akan selalu kembali..karena kebahagiaanku adalah di tengah-tengah kalian..louph U all… ABSTRAK Saat ini banyak kita lihat wanita banyak dijadikan model untuk suatu produk, baik produk yang ditujukan untuk wanita maupun untuk laki-laki. Wanita masih saja dijadikan sebagai objek yang membawa keindahan. Karena itu, wanita seperti diwajibkan untuk selalu tampil memukau, mempesona dan menjadi daya tarik bagi kaum pria maupun kaum wanita itu sendiri. Hingga kini, wanita Indonesia, masih dicitrakan di seputar urusan rumah tangga dan kewajibannya untuk menjaga kemolekan tubuhnya. Proses pencitraan ini terus menerus terjadi dan dibantu oleh media massa. Iklan perawatan tubuh yang bertebaran di media massa, sebagian besar tetap menggambarkan posisi wanita yang harus tampil mempesona, cantik dan memerankan kodratnya dengan baik sebagai istri, ibu dan individu. Penelitian ini ingin melihat bagaimana tubuh wanita dalam iklan, terutama di majalah dalam merubah Representasi Bentuk Tubuh Wanita Indonesia dalam iklan di majalah. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini berupaya untuk menganalisis fenomena yang terjadi di masyarakat secara mendalam, dan menyeluruh, ditinjau dari berbagai aspek yang memiliki kemungkinan di dalamnya. Salah satu aspek untuk menganalisa tanda dalam iklan adalah semiotika, karena iklan merupakan sebuah konstruksi realitas yang dibangun di atas tanda-tanda. Tanda-tanda inilah yang akan diteliti untuk melihat bagaimana pesan iklan mempengaruhi pikiran khalayak dalam menilai bentuk tubuh wanita hingga dikatakan sempurna. Penelitian ini mengambil sampel iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta, mulai bulan April 2007 hingga Mei 2008, untuk diteliti berdasarkan aspek visual dan verbal dalam iklan. Hasil yang didapat dari penelitian ini hanya berlaku bagi iklan yang diteliti saja, yaitu iklan susu diet WRP. Hasil analisis yang didapat dari iklan susu diet WRP menyatakan bahwa sampai saat ini, iklan yang ada di media massa terutama iklan pembentuk tubuh untuk kaum wanita, dalam hal ini susu diet WRP, masih tetap mencitrakan bentuk tubuh wanita yang sempurna dengan gaya hidup modern masa kini. Tanda tubuh wanita dalam hal ini adalah lekuk tubuh wanita, masih menjadi hal yang dapat mempesona kaum wanita untuk memiliki bentuk tubuh seperti itu, selain itu kodekode visual yang terdapat dalam iklan susu diet WRP ini pun turut mendukung alur cerita iklan yang disuguhkan sehingga dapat mencapai tujuan dari produsen untuk menghasilkan makna dari iklan yang disuguhkan. Hal yang patut diperhatikan, terutama oleh media massa karena kekuatannya yang sangat besar dalam mempengaruhi pikiran manusia. Seharusnya media menyadari bahwa kekuatannya itu bisa diwujudkan dalam ajakan positif dan pencitraan yang baru terhadap kaum wanita, untuk digunakan dalam pengembangan kualitas diri seorang individu yang tidak dilihat dari aspek fisik semata. KATA PENGANTAR Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Alhamdulillahi rabbil‘alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi atas kasih sayang dan karunia-Nya, yang telah memudahkan dan melancarkan segala usaha penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, selalu memberikan penulis ide dan semangat dalam melewati proses yang cukup panjang, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan prasyarat untuk tugas akhir penulis menyelesaikan masa kuliah di bidang kajian Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan kesulitan yang sifatnya teknis dan juga karena kelemahan pribadi penulis. Proses yang penulis jalani selama mengerjakan skripsi ini dirasakan cukup berat, karena penulis harus belajar dari nol ditambah lagi dengan berbagai masalah yang berada di depannya, hingga ada saat penulis merasa putus asa. Walau dengan begitu, tidak mematahkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dukungan, bimbingan dan bantuan datang dari banyak pihak sangat penulis rasakan selama mengerjakan skripsi ini, dimulai dari ide awal yang terus menerus berkembang sampai akhirnya skripsi ini selesai. Tidak ada ungkapan yang dapat penulis sampaikan kepada pihak-pihak tersebut selain ucapan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada: i 1. My Lovely Parent,, mama dan papa. Salam hormat untuk kedua orang tua ku yang telah membesarkan aku dari kecil, yang mau mengerti dengan kenakalanku, yang tak pernah lelah berjuang untuk masa depanku, yang selalu menjadi sandaran ketika aku terjatuh, yang selalu menjadi pil penghibur ketika aku bersedih, yang selalu memberikan doa yang tulus untuk ku. Terima kasih untuk semua pengorbanan yang telah diberikan, dukungan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus untuk setiap langkah yang ditempuh, khusus untuk mama, meski takkan pernah terbalas, semoga semua ini menjadi bukti dan tanggung jawab teteh untuk semua pengabdian mama pada kami, anak-anakmu..I Love U..cepet sembuh yah ma..Untuk Papa, makasih yah Pa..untuk tetesan keringatnya tiap saat… 2. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bandung, Bapak Yusuf Hamdan, Dr., Drs., M.Si., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini. 3. Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi, Ibu Nurhastuti, Dra., Msi, atas kesempatan serta kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing I, Pa Ferry Darmawan, S.Sos., M.Ds, motivator yang selalu menyemangati penulis, tempat penulis bertanya, berdiskusi dan berkeluh kesah atas segala kesulitan yang dihadapi. Terima kasih atas kepercayaan, pengertian, dukungan, dorongan dan saran yang telah diberikan kepada penulis, tak lupa untuk jokes-jokes yang membuat penulis ii bisa sedikit lepas dari penat menyusun skripsi ini. “Terima kasih banyak Pak”. 5. Dosen Pembimbing II, Ibu Dede Lilis S.Sos., atas segala bantuan dan bimbingannya. Terima kasih pula atas waktu yang diluangkan untuk diskusi dan obrolan yang menyenangkan. “Ibu, semoga rumah impiannya dapat tercapai yah..rumah klasik tempo dulu dengan pekarangan yang besar dan rindang dengan tumbuhan hijau yang menyejukkan mata..amin” 6. Ibu Endri Listiani, S.IP., M.Si., yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan untuk skripsi penulis dan juga meminjamkan buku untuk mendukung skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama ini. 8. Buat adikku tersayang.. Iphie..yang selalu bikin kesel tapi ngangenin..makasih buat kejailan dan keisengannya yang membuat penulis makin menyadari arti persaudaraan kita. Terima kasih telah menjadi adik yang baik yang pernah aku miliki, semoga kita bisa membahagiakan mama dan papa ya de..Chaiyo de!! 9. Keluarga besar Tb.H.A Rustama, buat uwa-uwa ku yang selalu memberi dukungan agar skripsi ini cepat selesai, yang suka ngomporin mama supaya anaknya ini cepet nikah..dan yang pasti buat sepupu-sepupu ku…”hi..aku nambahin sarjana fikom di keluarga kita,,komplit kan..??hehehe..” iii 10. Keluarga besar Sudarmadi..untuk nenek yang memberikan semangat untuk penulis agar menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya. Untuk semuanya, terima kasih untuk kekeluargaan yang selama ini terjalin, semoga hubungan kekeluargaan ini bisa menjadi hubungan yang lebih baik satu sama lain. 11. HOT GOSSIP CREW (ga bagus banget sih namanya!!) Afni Siti Aliyah Noor (once) Amelya Febrianti (bom-bom) Filma Yovita (upil/mba) Puspa Anggita Dyah Hardianti (ulet bulu/ijo/mbo) Rani Gustiani (rance) Syifa Ramadhani (jimeth) “Temen-temen, terima kasih untuk empat tahun kebersamaan yang indah..terima kasih untuk menjadi tempat curhat yang baik..terima kasih untuk semangat dan dukungan yang tidak pernah padam..terima kasih untuk kegilaan, kesenangan, kesedihan dan kejailan yang pernah kita alami bersama…terima kasih karena aku diberi kesempatan untuk mengenal kalian…empat tahun berlalu bila tanpa adanya kalian..mungkin masa kuliahku akan kurang berarti…ibarat makan capcay si Udin tanpa tulang..ga asyik..hehehe…always Louph U Gals.. 12. Anak-anak kelas C yang masih “megang” sampai sekarang. Orang-orang eksis..tetep kompak yah..Juli, Icha “chape dech”, Qiqi “kokom baskom”, iv Oni, Up to Date Crew, Bayu, Piyu, Arpiv, Oscar, Anggit, Latief, Geng Leutik, Ginan, Gugum..makasih yah buat liburan bareng yang ga pernah jadinya..hehehe.. 13. Teman-teman SMA ku yang tak pernah lelah untuk selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis selama 24 jam. Regen, Shieru, Akram, Aa, Ivan, Lambe, Lia, Ipah, Putsal, Kaban, Damali, Ramen, Eyung, Ilham, Hardi, Awan, Ramad, Hafidz, MT, HT, Candra, Fungki, Seni, Diyan, Tya, Irma, Nita, Listia, Lusi, Icha, Hanan, Ati, Hani, Nala, Awal, Indra, Martin,..dan akhirnya…untuk teman ku yang telah memberikan contoh dan memberi inspirasi tentang kesuksesan masa depan, Ubhank. 14. Keluarga besar SMU As-Syafi’iyah..terima kasih kepada guru-guru yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. PU, PM, Bapak, Abi, dan wali asrama yang suka mengejar penulis sampai kamar mandi, “Bu Fenty, kapan kita ngerujak lagi??.” 15. Untuk semua yang hadir dan hilang ketika pembuatan skripsi ini..seseorang yang pernah aku sayang namun telah dengan indah menyakiti hati ini..”Terima Kasih untuk rasa sakit itu..dan ini pembuktian aku..tanpa kamu dihidup aku, aku bisa tetap ada dan hidupku lebih berwarna tanpa kamu..”. 16. Bapak dan Ibu di Perpustakaan UNISBA yang telah membantu penulis secara tidak langsung dengan memberikan kemudahan kepada penulis v dalam meminjam buku dan menjaga barang-barang penulis yang ada di loker perpustakaan. 17. Aa-Aa para tukang foto kopi yang handal, yang telah membantu penulis untuk mengkopi beberapa bahan yang telah penulis dapatkan. “Nuhun yah Aa..”. 18. Mang Udin, Mang Soto, Mang Sate, dan juga Mang Galing dan beberapa gerai makanan di Bandung yang pernah penulis kunjungi, yang telah membantu penulis mendapatkan seporsi makanan untuk melancarkan asupan makanan sehingga kesehatan penulis tidak terganggu dan skripsi ini bisa selesai tepat pada waktunya. “Bandung emang tempatnya wisata kuliner yah..”. 19. Dan untuk seseorang yang selalu membuat aku deg-degan setibanya di kampus. Kamu selalu membuat aku semangat lagi, ketika semua begitu sumpek di pikiran ku. Terima kasih untuk selalu ramah dan tersenyum pada ku. Untuk seseorang dengan lima huruf yang masih dan akan tetap rahasia. 20. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini,,mudahmudahan amal ibadahnya dapat diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan balasan dan limpahan rezeki yang berlipat dari-Nya..amin.. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, tetapi semoga kekurangan itu menjadi motivasi bagi setiap upaya vi perbaikan dan pemikiran bagi perkembangan keilmuan di masa yang akan datang. Semua kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk upaya perbaikan penelitian ini. Akhirnya, semoga semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan apa yang telah dilakukan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi di masa yang akan datang. Amien. Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Bandung, Juli 2008 Penulis vii DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i DAFTAR ISI……………………………………………………………………..viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..xi DAFTAR TABEL………………………………………………………………...xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………....14 1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………………...15 1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………….15 1.5 Kegunaan Penelitian……………………………………………………....16 1.6 Kerangka Pemikiran………………………………………………………16 1.7 Alasan Pemilihan Masalah……………………………………………......22 1.8 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..23 1.9 Tahapan Penelitian……………………………………………………......23 1.10 Sistematika Penulisan…………………………………………………….25 viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Periklanan……………………………………………..............27 2.2 Semiotika………………………………………………………………….29 2.2.1 Sejarah Perkembangan Semiotika………………………………...29 2.2.2 Pengertian Semiotika……………………………………………..31 2.2.3 Semiotika Komunikasi……………………………………………32 2.2.4 Analisis Semiotika………………………………………………..33 2.2.5 Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce……………………….34 2.3 Wanita dalam Iklan di Media…………………………………………….40 2.4 Tubuh Wanita dalam Iklan di Media……………………………………..41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sekilas Penelitian Kualitatif……………………………………………...50 3.2 Model Analisis Semiotika………………………………………………..52 3.3 Objek Penelitian………………………………………………………….58 BAB IV PEMBAHASAN Analisis Semiotika Representasi Bentuk Tubuh Wanita dalam Iklan di Majalah…………………….61 ix 4.1 Analisis Semiotika Iklan Susu Diet WRP………………………………..66 4.1.1 Analisis berdasarkan Aspek Visual versi Masih Ditutupi? Tanggal 28 Maret-11 April 2007………………………………....66 Analisis berdasarkan Aspek Verbal versi Masih ditutupi? Tanggal 28 Maret -11 April 2007………………………………...81 4.1.2 Analisis berdasarkan Aspek Visual versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu Tanggal 30 Januari-13 Februari 2008…………..90 Analisis berdasarkan Aspek Verbal versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu Tanggal 30 Januari-13 Februari 2008…………106 4.1.3 Analisis berdasarkan Aspek Visual versi Beauty Remains Tanggal 7-21 Mei 2008………………………………………....111 Analisis berdasarkan Aspek Verbal versi Beauty Remains Tanggal 7-21 Mei 2008…………………………………………122 4.2 Representasi Bentuk Tubuh Wanita dalam Iklan……………………….133 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..158 5.2 Saran……………………………………………………………………161 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....xiv LAMPIRAN x DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Tipe Tanda Peirce 35 2. Gambar Iklan I versi Masih ditutupi? 66 3. Gambar Iklan II versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu 90 4. Gambar Iklan III versi Beauty Remains xi 111 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Elemen Tanda dalam Iklan 38 2. Tabel Aspek Visual Iklan I versi Masih ditutupi? 66 3. Tabel Aspek Visual Iklan II versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu 90 4. Tabel Aspek Visual Iklan III versi Beauty Remains xii 111 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan, tentu saja kata itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Berbagai macam jenis iklan sering kita jumpai setiap harinya baik itu di jalan raya maupun yang dimuat di media massa cetak dan elektronik. Iklan yang disajikan pun sangat beragam, ada yang menggunakan permainan kata–kata bahkan cerita bersambung dengan desain warna yang menarik. Itu semua tentu saja untuk menarik perhatian masyarakat terhadap produk yang akan mereka jual ke pasaran. Seperti yang dikatakan Rhenald Kasali dalam Bukunya Manajemen Periklanan (Kasali, 2007:7), bahwa: Iklan bukanlah barang baru dalam perekonomian di Indonesia. Di perpustakaan Nasional tersimpan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa iklan telah ada sejak koran beredar di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu. Dahulu kala, iklan dikenal dengan istilah “Perberitahoewan”. Iklan-iklan yang ada di surat kabar Indonesia pada awalnya hanyalah berupa iklan pribadi daripada iklan perusahaan, dengan bentuk seperti iklan baris pada saat ini. Pada saat itu setiap surat kabar memberi porsi yang lebih untuk iklan setiap harinya, bahkan mereka mengeluarkan lembar tambahan untuk memuatnya. Akibat kebiasaan masyarakat yang mulai gemar beriklan ini, pemerintah mulai membatasi pemasangan iklan di media. “Untuk media cetak hanya sampai 35% dan jumlah halaman pun dibatasi hanya sampai 1 12–16 halaman. Bahkan TVRI pun, hanya diperbolehkan menayangkan iklan sebanyak 15% dari total jam siarannya” (Kasali, 2007: 9). Sampai beberapa waktu lamanya, media cetaklah yang menguasai dunia periklanan di Indonesia. Kemudian barulah berkembang iklan–iklan lain dalam format yang lebih canggih. Seperti melalui radio, televisi bahkan yang sedang sangat berkembang saat ini adalah melalui internet yang biasa dikenal dengan bisnis di internet atau shopping online. Pilihan beriklan bukan hanya ada di surat kabar, tetapi juga di majalah, yang dewasa ini sudah menjangkau pembaca yang lebih spesifik. Surat kabar dan majalah yang ada saat ini sudah mempunyai target market atau segmentasi tersendiri, misalnya, majalah wanita dewasa, majalah anak–anak, majalah pria eksekutif, majalah ekonomi, dan majalah olah raga. Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan iklan di Indonesia pun berkembang dengan pesat. Dewasa ini, pihak media tidak dapat lagi duduk dengan nyaman di belakang meja menanti datangnya iklan. Persaingan yang ketat antar media saat ini membuat mereka harus pintar untuk mencari peluang dan mengejar klien untuk memanfaatkan medianya. Persaingan yang muncul saat ini bukan hanya dari media massa baik cetak maupun elektronik. Mereka juga mulai melirik iklan luar ruang dan media lini bawah. Para pemasang iklan pun mulai jeli untuk memilih media yang akan mengiklankan produk mereka. Keunggulan dan kekurangan dari suatu 2 media dipelajari dengan benar, sehingga pesan dari iklan yang ditayangkan akan tepat sasaran pada target yang telah ditetapkan. Bila kita lihat iklan–iklan yang ada di masyarakat saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Tidak hanya mengandalkan kata–kata rayuan, tetapi juga permainan warna dan ide cerita yang menarik. Penempatan iklan pada halaman yang tepat atau pun penayangan iklan di waktu yang tepat akan membuat iklan tersebut mendapat perhatian dari masyarakat atau konsumen sehingga target yang direncanakan oleh produsen akan tercapai. Seperti halnya pemasangan iklan di majalah, para pengiklan pun harus menyesuaikan produk yang akan diiklankan dengan segmentasi majalah yang akan dipilih. “Setiap majalah umumnya mempunyai pembaca yang jauh lebih sedikit daripada pembaca surat kabar, namun memiliki pasar yang lebih mengelompok” (Kasali, 2007: 108). Selain itu majalah pun memiliki usia baca yang panjang dan kedalaman isi yang jauh berbeda dibandingkan dengan surat kabar. Iklan yang dimuat di majalah, umumnya merupakan iklan yang eksklusif, hanya untuk segmentasi tertentu. Hal ini dilihat dari bentuk pengemasan iklan tersebut dan juga penempatannya. Halaman–halaman yang berwarna dengan sampul glossy (art paper) serta dipenuhi gambar yang eksklusif. Selain itu kertas yang digunakan untuk majalah adalah kertas berkualitas lebih baik dan harga yang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan kertas untuk surat kabar. 3 Berbeda halnya dengan televisi, meskipun media ini menjangkau hingga ke pelosok namun iklan yang ditampilkan tidak spesifik untuk menjangkau target yang dituju. Dengan kelebihannya yang bisa menampilkan audio dan visual secara bersamaan, tidak membuat iklan di majalah menjadi sepi. Majalah pada umumnya memuat iklan berlingkup nasional dengan produk bermutu tinggi untuk mencapai sasaran konsumen menengah ke atas. Umumnya majalah diterbitkan oleh penerbit–penerbit dari ibu kota. Sedikit sekali, majalah dari daerah yang bertujuan untuk menjaring pengiklan lokal. Kebanyakan majalah yang ada di pasaran saat ini, diperuntukkan untuk kaum wanita. Baik wanita muda, dewasa bahkan untuk kaum ibu. Salah satu sebabnya adalah karena segmen ini cukup potensial untuk pemasaran produk–produk tertentu seperti kosmetik, busana, aksesoris, perabotan, alatalat pembersih rumah, pembersih mobil, toiletries, makanan, real estate, dan pasar swalayan Majalah wanita pun dibagi lagi menjadi beberapa segmen, seperti : • Majalah untuk wanita remaja seperti Kawanku, Gadis, Aneka • Majalah untuk wanita muda seperti Cita Cinta, Go Girl • Majalah untuk wanita dewasa seperti Herworld, Female • Majalah untuk Ibu–ibu muda seperti Kosmopolitan, Bazaar, Dewi • Majalah untuk Ibu hamil dan menyusui seperti Ayah Bunda 4 Tentu saja segmentasi ini tercipta karena melihat minat pasar yang tinggi akan kebutuhan untuk membaca dan memperoleh informasi yang tepat untuk para wanita. Di sini penulis akan mencoba meneliti iklan pada salah satu majalah wanita muda yaitu Cita Cinta. Cita Cinta adalah majalah untuk wanita muda modern yang ingin tampil beda, lebih cerdas dan cantik. Dengan tampilan yang lebih praktis bisa dibawa kemana saja dan informasi yang lebih padat. Isi dan informasi dari majalah Cita Cinta pun dikemas secara menarik agar para pembacanya dapat menangkap informasi yang diberikan dengan tepat dan juga tidak bosan. Penggunaan kata–kata sehari–hari yang mudah dimengerti juga menjadi ciri khas bagi majalah Cita Cinta. Penempatan dan presentasi iklan yang ada di majalah ini pun sangat diperhatikan sehingga dalam satu kemasan majalah menjadi efektif. Penggunaan model wanita yang memiliki bentuk tubuh yang indah dalam memamerkan gaya busana atau tren masa kini pun dikemas secara apik. Tentunya CitaCinta selalu menampilkan iklan produk yang sesuai dengan kebutuhan para pembacanya yaitu para wanita muda yang modern. Mulai dari alat kosmetik, perawatan rambut, busana, aksesoris, jam tangan, makanan, hingga kepada handphone yang sesuai dengan jiwa wanita muda modern. Seringkali kita lihat di majalah, wanita yang cantik adalah wanita yang memiliki bentuk badan yang ramping, berkulit putih, berambut panjang 5 berkilau, memiliki wajah cantik mulus tanpa jerawat, tanpa tumpukan lemak dimana–mana, lekuk tubuh bak “gitar spanyol”, perut rata, pinggang lebar berbentuk, bentuk payudara yang sesuai dengan proporsi tubuh, sempurna seperti patung manekin. Sebagai contoh, media secara langsung telah memberi label negatif pada perempuan hitam, pendek dan berambut keriting. Perempuan seperti itu “layak” disebut sebagai perempuan jelek. Perempuan cantik adalah perempuan berkulit putih, tinggi, bertubuh langsing, dan berambut lurus. Prinsip pandangan orang tentang gaya hidup zaman sekarang memang sangat berbeda dengan pandangan prinsip gaya hidup dahulu. Kalau dahulu orang yang akan memandang orang yang berbadan gemuk adalah orang yang makmur dan bahagia, tetapi sekarang sebaliknya. Orang akan sangat ngeri kalau melihat badannya sudah menggelembung seperti balon yang ditiup. Demi mendapatkan label cantik, perempuan berlomba-lomba menggunakan berbagai macam produk kecantikan agar kulitnya putih. Perempuan juga seperti diwajibkan mengonsumsi pil atau tablet agar tubuh mereka tetap terjaga dan senantiasa langsing. Jika setelah melahirkan dan bertubuh gembrot, segeralah mengikuti terapi di rumah kecantikan agar tubuh yang “melar” kembali seperti semula. Atau, perempuan agar terlihat selalu rapi, harus menggunakan shampo dan konditioner, merawat rambut dengan masker rambut, toning dan juga vitamin rambut lainnya. 6 Tentu saja itu menjadi kegelisahan tersendiri bagi kaum wanita yang tidak mempunyai ciri–ciri wanita cantik seperti yang dikemukakan di atas. Mereka akan merasa dirinya tidak cantik sehingga dia tidak percaya diri, menghalalkan segala cara untuk terlihat sempurna. Untuk itu tidak sedikit wanita yang memilih untuk menggunakan silicon, melakukan operasi plastik, diet terlalu ketat, bolak balik ke salon, olah raga tanpa henti dengan tidak memperhatikan kesehatan, itu semua demi terlihat sempurna. Kondisi seperti ini tentu saja membuat perempuan tidak rasional. Perempuan berkulit sawo matang (bahkan berwarna sangat gelap), berusaha mendapatkan citra perempuan cantik (baca: putih) dengan menggunakan berbagai produk pemutih. Mereka tak segan mengeluarkan uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya demi mendapatkan label cantik. Mereka tak peduli dengan resiko yang akan mereka terima jika menggunakan produk yang tidak diketahui komposisinya. Bahkan, mereka rela “berkulit belang”, lebih terang di bagian wajah dan gelap di kulit tubuh. Apakah perempuan hitam, pendek dan gendut tidak cantik? Tentu tidak. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Idi Subandy (2004: 118) bahwa: Dan pada saat yang bersamaan, industri mode dan perkara bagaimana cara berpenampilan juga kian menjamur bersamaan dengan kehausan orang akan budaya penampilan diri yang saat ini sudah mulai bergeser secara mendasar kepada tubuh. Sebuah cermin budaya pemujaan tubuh (fetishism of body). Itu terlihat dari ukuran baju yang tersedia di pasaran. Mereka seperti telah terpatok dengan batasan dan juga size atau ukuran yang berlaku di masyarakat seperti S untuk small, M untuk medium, dan juga L untuk large. 7 Sehingga bila ukuran baju yang dicari tidak masuk atau cukup dengan ukuran badan kita, maka kita akan merasa badan kita kurang sempurna atau proporsional. Dari alasan itu pula, munculah istilah kurus, normal dan juga gendut. Saat ini, bentuk tubuh menjadi hal yang sangat sensitif dalam pergaulan di masyarakat. Kepercayaan diri seseorang akan bentuk tubuhnya pun menjadi satu hal wajib yang harus diutamakan. Sehingga yang terjadi di masyarakat, wanita yang memiliki postur tubuh yang tidak proporsional dalam arti melebihi atau kurang dari patokan ukuran yang ada menjadi orang yang “dinomorduakan”. Sehingga citra wanita dalam dunia fashion, iklan, media popular dan majalah gossip pun ikut mempengaruhi para gadis dan wanita dalam meyakini sejumlah mitos tentang tubuh yang ideal, tubuh yang didamba, tubuh yang sempurna tetapi tetap cantik dan alami, dan bagaimana perilaku para model dalam dunia fashion dan bintang yang menghiasi sampul majalah gadis dan wanita (Subandy,2007: 45). Bentuk tubuh para model di media baik media cetak maupun elektronik membuat banyak wanita ingin meniru bentuk tubuh yang sempurna itu, dengan kriteria yang telah disebut di atas. Tanpa disadari sifat konsumtif wanita pun dipertaruhkan, hanya untuk mendapatkan bentuk tubuh seperti yang dicontohkan oleh media. Seharusnya para wanita mulai menyadari bentuk tubuh adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang harus kita pelihara dengan baik. “Wanita perlu belajar untuk menerima ukuran bodi mereka yang normal untuk melawan 8 citra ideal wanita langsing yang dipromosikan oleh media dan kebudayaan kita” (Subandy, 2004: 118). Seperti salah satu iklan susu diet WRP versi “Masih ditutupi?” yang terbit di majalah Cita Cinta edisi 28 Maret-11 April 2007 pun menggunakan model wanita yang sedang berjemur di sebelah kolam renang dengan menggunakan pelampung dan perutnya yang buncit ditutupi oleh balon renang berwarna orange. Dengan headline “Masih ditutupi?”, tentu ini akan membuat para perempuan merasa perut mereka harus rata tanpa tumpukan lemak, dan para perempuan pun akan merasa malu jika tumpukan lemak pada perut mereka terlihat di tempat umum. Untuk membuat perut mereka rata dan indah, perempuan dianjurkan untuk menggunakan produk susu diet WRP BODY SHAPE. Begitu juga dengan iklan yang dimuat di majalah Cita Cinta Edisi 30 Januari–13 Februari 2008, yaitu Iklan susu diet WRP Body Shape versi Pahat Setiap Lekuk Tubuh Indahmu yang terletak di bagian belakang dari cover majalah tersebut. Dalam iklan susu diet WRP ini, terdapat sosok wanita berlekuk tubuh sempurna seperti manekin yang menggunakan gaun mini berwarna merah. Wanita tersebut melirik ke arah manekin yang berada di sebelahnya seolaholah seperti sedang menyamakan bentuk tubuhnya dengan bentuk manekin yang sempurna. Seperti yang telah disebutkan di atas, penggambaran bentuk tubuh wanita diiklan susu diet WRP ini sangat sempurna. Sebagai seorang wanita, 9 kita diajak untuk memiliki bentuk tubuh yang ramping dan berlekuk sempurna seperti manekin. Selain itu tampak pada bagian bawah iklan, penggambaran bentuk tubuh wanita pada kemasan susu diet WRP. Wanita tersebut menggunakan gaun berwarna merah namun sedikit menyerongkan badannya untuk memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna setelah mengkonsumsi susu diet WRP. Padahal seperti yang kita tahu, susu itu mengandung lemak yang sangat tinggi, namun mengapa dengan meminum susu tersebut, badan kita akan berbentuk proporsional seperti manekin? Tentu akan terdengar janggal di telinga kita, susu untuk diet?. Seperti yang kita ketahui bersama, susu adalah penyempurna dalam 4 sehat 5 sempurna. Di dalam susu banyak sekali gizi dan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan tubuh, namun mengandung lemak yang sangat tinggi. Untuk para wanita yang sedang melakukan diet tentunya akan menghindari untuk mengkonsumsi susu, namun mengapa justru susu diet WRP ini bisa membuat tubuh wanita berbentuk sempurna seperti manekin?. Tentu ini menjadi hal yang patut dipertanyakan, kandungan apa yang ada di dalam susu tersebut sehingga bisa membuat bentuk tubuh wanita menjadi langsing atau ramping setelah mengkonsumsi susu WRP?. Susu yang baik untuk membentuk tubuh ini tentunya tidak akan berhasil dilirik oleh masyarakat tanpa bukti yang bisa dilihat secara langsung. Saat ini banyak iklan di media massa yang menggunakan model seorang wanita cantik berbentuk tubuh sempurna. Begitu pun dengan iklaniklan pelangsing lain yang ditampilkan di media dilengkapi dengan foto 10 wanita–wanita cantik bertubuh ramping sebagai modelnya, menjanjikan kemolekan tubuh dalam waktu singkat dan dengan biaya yang relatif terjangkau. Begitu pula yang dilakukan oleh WRP, menempatkan seorang model wanita bertubuh langsing dengan lekuk tubuh yang indah sebagai modelnya untuk menunjang alur cerita dari iklan yang dicetak di majalah Cita Cinta. Tentunya penggunaan model tersebut untuk mendukung keberhasilan produk tersebut, namun tanpa disadari gempuran iklan yang terus menerus membuat masyarakat mulai meniru dan menjadikannya satu patokan tentang bentuk tubuh yang indah. Deborah Lupton menyatakan bahwa, ”Kehadiran wanita dalam suatu produk pelangsing tubuh ini, selain sosok pembawa trend juga dapat mentransformasikan tatanan kehidupan sang bintang iklan secara luas mengenai kehidupannya, cara dia menjaga bentuk tubuhnya dan menjaga agar dirinya tetap terlihat sempurna atau mencerminkan gaya hidup secara umum”(Lupton, 1994: 36). Tentu saja, maraknya iklan pelangsing ini selain meningkatkan aktivitas konsumsi, juga telah memberikan konsep bentuk tubuh yang sempurna di mata kaum wanita. Tanpa disadari, media memiliki peranan penting dalam pembentukan makna di masyarakat. Semua yang ditayangkan di televisi diserap begitu saja, tanpa disaring terlebih dahulu. Saat ini, iklan memainkan peranan penting yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat, di mana saja iklan kian menerpa tanpa batasan waktu. Bahkan fungsi iklan kini telah bergeser dari sekedar media aktivitas konsumsi, penyampaian pesan tentang 11 produk, namun bahkan lebih jauh berperan sebagai pencipta dan pembentuk realitas. Sebuah sisi penting argumen feminis adalah bahwa “Media telah berperan dalam objektifikasi tubuh kaum wanita, yaitu tubuh kaum wanita dalam pertunjukan; kaum wanita wajib menjadikan tubuh mereka sebagai pertunjukan yang memadai dan diterima; sebagai objek yang eksternal bagi diri mereka” (MacSween, 1983: 174). Peningkatan sosiologi terhadap tubuh ini diawali antara lain oleh munculnya budaya konsumsi dalam paruh kedua abad ke–20, hal yang menyoroti “tubuh sebagai objek pameran, suatu tampilan untuk dirancang, dipahat, dan dibentuk melalui aturan–aturan kecantikan, pakaian dan gaya hidup” (Craik, 1994: 91). Sehingga wanita saat ini merasa butuh dan termotivasi untuk membuat bentuk tubuh mereka menjadi sempurna dengan cara apapun, dengan biaya berapa pun dan dalam waktu yang sesingkat– singkatnya. Sehingga tak perlu heran ketika sore hari kita melihat kaum wanita memenuhi fitness centre, melakukan diet secara ketat dan juga mengkonsumsi obat–obat pelangsing. Mereka pun seperti terhipnotis untuk melakukan apa pun tanpa memperdulikan kesehatan diri mereka sendiri. Itu semua dilakukan untuk mendapatkan sebuah kata pengakuan tentang bentuk tubuh mereka yang ramping. Padahal, untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan diri kita, tidak perlu dari bentuk tubuh, namun dari prestasi-prestasi lainnya yang bisa kita banggakan. Seperti halnya, dengan kepintaran kita, kemandirian kita, 12 kedewasaan kita, kreatifitas kita dan kepedulian kita terhadap lingkungan sosial kita. Seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Khosyatillah Ruliantini, mahasiswi Jurnalistik Unisba. Wanita Indonesia saat ini masih dicitrakan diseputar urusan domestikasi rumah tangga dan kewajibannya untuk menjaga kecantikan. Proses pencitraan itu terus menerus terjadi, bahkan kini terbantu terlestarikan oleh media massa. Penelitian sebelumnya ingin melihat bagaimana peranan media massa terutama majalah dalam merubah konstruksi citra kecantikan wanita Indonesia dalam iklan saat ini. Peneliti di atas menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika. Penelitian pun menggunakan sampel iklan Pond’s White Beauty versi majalah Femina, pada bulan Desember 2001, yang diteliti berdasarkan aspek visual dan verbal dalam iklan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa sampai saat ini, iklan yang ada di media massa terutama iklan kosmetika, dalam hal ini Pond’s White Beauty, masih tetap mencitrakan wanita diseputar urusan rumah tangga dan perawatan kecantikan. Sebuah hal yang patut diperhatikan, terutama oleh media massa karena kekuatannya yang sangat besar dalam mempengaruhi pikiran manusia. Ukuran cantik seseorang di media menjadi patokan kecantikan seorang wanita. Padahal kita ketahui bersama, kecantikan seorang wanita tidak dilihat dari kecantikan fisik semata tapi lebih kepada inner beauty dan kepribadian yang baik yang dimiliki oleh seorang wanita itu sendiri. 13 Di sini penulis ingin mengetahui sejauh mana representasi bentuk tubuh wanita dalam iklan dimedia cetak khususnya majalah Cita Cinta dan juga sejauh mana pengaruh iklan tersebut bagi para pembaca wanita. Selain itu, penulis pun ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan atau representasi wanita tentang bentuk tubuh yang ideal. Pendekatan yang akan peneliti gunakan adalah semiotika. Karena dalam semiotika memikili tiga bidang studi utama, yaitu tanda, kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda dan kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana tanda dalam menyampaikan makna, bagaimana cara tanda-tanda terkait dengan manusia yang menggunakannya. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana penciptaan makna teks dengan pengalaman atau fenomena yang ada saat ini, sikap dan emosi yang terdapat pada teks yang terdapat dalam iklan susu di majalah wanita sebagai bentuk dari representasi bentuk tubuh wanita dalam iklan di majalah dimata masyarakat saat ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Representasi bentuk tubuh wanita dalam iklan susu di majalah Cita Cinta” 14 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka identifikasi masalah yang akan penulis teliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana citra tubuh wanita dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta? 2. Bagaimana tanda tubuh wanita dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta? 3. Bagaimana kode-kode visual yang digunakan dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui citra tubuh wanita dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta 2. Mengetahui tanda tubuh wanita dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta 3. Mengetahui kode-kode visual yang digunakan dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta 15 1.5 Kegunaan Penelitian • Teoretis: - Memberikan informasi mengenai penggunaan teks yang digunakan dalam sebuah iklan di media cetak dalam mencapai tujuannya di masyarakat - Memberikan informasi mengenai kriteria ilustrasi atau gambar dalam iklan di media cetak dalam upaya mencapai tujuannya di masyarakat - Memberikan khazanah pemikiran tentang dunia kewanitaan - Memberikan masukan atau saran untuk dunia periklanan khususnya untuk iklan yang mempromosikan produk untuk wanita • Praktis : - Memberikan masukan atau saran dalam pembuatan rancangan iklan di masa yang akan datang - Memberikan masukan mengenai konsep-konsep iklan di masyarakat - Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi terutama bidang periklanan 1.6 Kerangka Pemikiran Hingga saat ini, wanita Indonesia masih dicitrakan seputar urusan rumah tangga dan kewajibannya untuk menjaga kecantikan. Kaum wanita yang cantik dicitrakan dengan memiliki bentuk tubuh yang proporsional dan 16 ideal. Proses pencitraan ini secara terus menerus, bahkan hingga kini, terbantu terlestarikan oleh media massa. Iklan produk untuk kecantikan, perawatan tubuh untuk wanita yang bertebaran di media massa, sebagian besar tetap menggambarkan posisi perempuan sebagai makhluk yang harus selalu tampil cantik, mempesona dengan bentuk tubuh yang indah dan memerankan kodratnya dengan baik sebagai istri, ibu dan individu. Saat ini iklan memainkan peranan yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat, di mana saja iklan kian menerpa tanpa batasan waktu. Iklan merupakan representasi karakter yang ada di masyarakat bersifat nyata sekaligus semu, menawarkan sekaligus memanipulasi, real sekaligus hyperreal. Media massa dalam hal ini adalah majalah, merupakan sarana informasi paling efisien dalam masyarakat modern. “Ia merupakan jalur sosialisasi dan penyebar informasi, tatanan nilai, dan pola perilaku yang diharapkan masyarakat tersebut“(Yatim,1998: 9). Majalah saat ini telah dibagi beberapa segmen, sesuai dengan segmentasi pasar yang akan dituju. Seperti majalah Bobo untuk anak–anak, majalah gadis untuk wanita abg, majalah Bola untuk penyuka olahraga bola, majalah Komputer untuk mereka yang gemar mengutak – atik komputer, dan majalah Hai untuk kamu pecinta musik. Segmentasi ini digunakan untuk memudahkan redaksi membuat informasi yang tepat untuk segmentasi yang akan dibidik. Dan juga memudahkan para pembaca untuk memilih kira–kira bacaan mana yang paling tepat untuk mereka. 17 Penulis di sini akan mengangkat tentang iklan di majalah wanita. Tanpa disadari, sesungguhnya perempuan cenderung dijadikan obyek. Terbitnya majalah, tabloid, berbagai macam produk telah menggiring perempuan menjadi sasaran kaum kapitalis. Sesuatu yang tidak diperlukan perempuan, dibuat sedemikian rupa sehingga perempuan merasa wajib memiliki atau menggunakannya. Bisa dilihat dari sebagian besar isi, rubrik dan informasi yang di muat di majalah wanita adalah tentang fashion dan gaya hidup. Di mana mereka digiring untuk mengikuti tren mode yang sedang-in versi majalah tersebut. Para wanita diajak untuk lebih memperhatikan penampilan meraka, mulai dari perawatan ujung rambut hingga ujung kaki. Ini dilakukan untuk menarik lawan jenis mereka yaitu kaum pria. Seperti yang dikatakan Janice Winship yang diterjemahkan dalam buku Sirnanya Komunikasi Empatik bahwa, “Wanita tidak hanya melihat diri mereka sebagaimana pria melihat mereka, tetapi didorong untuk menikmati seksualitas mereka melalui mata pria” (Subandy, 2004: 115). Seperti yang kita lihat pada iklan–iklan di majalah wanita akhir–akhir ini. Para wanita disuguhi iklan–iklan dari produk yang menawarkan bentuk tubuh indah secara instan. Seperti halnya dengan menggunakan paket dari produk A, maka pembaca akan mendapatkan hasil bentuk tubuh yang indah dan menawan. Lalu produk makanan A, bila mengkonsumsi makanan ini anda akan terbebas dari lemak yang mengakibatkan kegemukan di badan anda. 18 Saat ini terdapat salah satu produk untuk wanita yang sangat gencar diiklankan yaitu susu diet WRP. Susu dapat membuat bentuk tubuh wanita menjadi proporsional?. Tentu saja ini menjadi sebuah pertanyaan besar, karena seperti yang kita ketahui bersama, susu banyak mengandung lemak yang bisa membuat tubuh menjadi gemuk. Susu adalah pelengkap dari 4 sehat menjadi 5 Sempurna. Susu sebenarnya sangat bergizi untuk dikonsumsi karena banyak mengandung zat besi dan kalsium yang bagus untuk pertumbuhan tulang, tapi banyak rumor mengatakan bahwa susu adalah minuman yang harus dihindari oleh orangorang yang sedang ber-diet untuk mendapatkan tubuh yang proporsional. Sebaiknya untuk mereka yang ber-diet, lebih selektif lagi dalam menentukan pilihan terhadap susu yang dikonsumsi. Pilih susu low fat berprotein tinggi yang memiliki kandungan lemak rendah dibandingkan dengan susu biasa sehingga tidak menyebabkan kegemukan. Selain itu juga kelebihan formula yang dimiliki oleh WRP dapat membantu pembakaran lemak pada tubuh yang tentu saja menarik bagi para wanita untuk menggunakan produk ini. Headline dalam iklan tersebut pun dibuat semenarik mungkin, dengan deretan kata yang merayu para konsumen untuk mencoba produk tersebut. Seperti kata-kata, ”Pahat setiap lekuk tubuh indahmu“, “Masih ditutupi?”, untuk mendukung gambar dalam iklan tersebut. Ada juga subheadline yang memaparkan lebih lanjut dari kata-kata headline di atas tadi, seperti “Gimana gak ditutupi kalau lemak dimana-mana, sampai acara berjemur jadi 19 gak pede gini“. Tentu saja headline yang menarik dan juga permainan warna dan desain gambar yang unik akan membuat konsumen tertarik untuk mencoba produk tersebut. Bahasa dalam iklan memiliki dua peranan, sebagai media komunikasi dan sebagai wacana pencipta realitas (Bungin, 2001: 145). Sebagai media komunikasi, iklan memiliki peran informatif untuk memperkenalkan produk kepada khalayaknya, sedangkan sebagai wacana untuk menciptakan realitas, iklan dianggap sebagai suatu medium seni yang berfungsi untuk menciptakan dunia yang diinginkan. Iklan–iklan yang ada di majalah wanita tersebut, tentu mempunyai daya tarik dan persepsi sendiri bagi para pembacanya. Dengan iming–iming janji yang diberikan oleh iklan, tidak dapat dipungkiri seseorang akan mencoba produk tersebut dan merubah presentasi mereka tentang arti kecantikan atau bahkan bentuk tubuh yang ideal di mata mereka. Peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika yang mengacu kepada Charles Sanders Peirce. Penelitian ini berupaya meneliti bagaimana makna tanda dan kode visual dalam sebuah iklan. Pada dasarnya analisis semiotika sebagai salah satu model analisis dalam pendekatan kualitatif tidak mengenal istilah sampel karena hal yang diteliti tidak dapat digeneralisasikan. Sebuah iklan mampu merekonstruksi pola pemikiran masyarakat mengenai berbagai nilai dan juga konsep-konsep yang selama ini dianut 20 dalam hal ini adalah pergeseran wacana berpikir mengenai konsep bentuk tubuh wanita. Namun dalam penelitian ini, kesimpulan yang berlaku hanya untuk iklan ini saja, tidak untuk yang lain. Dalam penelitian ini pun, peneliti akan mengkaji tentang bagaimana tanda tubuh yang dihasilkan oleh iklan dari produk susu diet WRP. Peneliti akan merujuk tanda tubuh ini pada buku Posrealitas dari Yasraf Amir Piliang. Seperti apa yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard di dalam Seduction, bahwa “kekuatan tubuh-khususnya tubuh perempuan-di dalam masyarakat kapitalis terletak pada kekuatan rayuan yang dimilikinya, yaitu kemampuannya untuk mengeksplorasi secara bebas tanda-tanda dirinya untuk menghasilkan daya pikat dan pesona (Piliang, 2004: 391). Dalam setiap iklan produk susu diet WRP, ia menggunakan model wanita dengan lekuk tubuh yang sempurna sehingga menyerupai bentuk huruf “S”. Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri untuk kaum hawa, sehingga termotivasi untuk memiliki bentuk tubuh ideal seperti model tersebut. Di dalam ajang permainan bebas tanda, tubuh diproduksi sebagai sebuah rangkaian teks, yaitu kumpulan tanda-tanda, yang dikombinasikan lewat kode-kode semiotik tertentu yang menghasilkan berbagai makna atau efek makna serta yang diperlukan dalam kapitalisme. Ada tiga relasi dalam wacana posmodernisme dekonstruktif yang melibatkan eksploitasi tubuh, yaitu: 1) relasi tubuh, (body) yaitu bagaimana tubuh (secara fisik) digunakan di dalam berbagai relasi sosial, ekonomi, komunikasi, dan kebudayaan; 2) relasi tanda tubuh (body sign), yaitu bagaimana tubuh dieksploitasi sebagai tanda-tanda di dalam berbagai media, seperti koran, 21 majalah, video, vcd, film, televisi, komputer; dan 3) relasi hasrat (desire), yaitu bagaimana hasrat menjadi sebuah bentuk perjuangan, khususnya bagi pembebasan, pembiakan dan penyalurannya (Piliang, 2004: 385). Sehingga tubuh saat ini sudah menjadi komoditas publik, baik untuk seni, kepentingan bisnis hingga pada pencarian nilai pembedaan dari tanda tersebut. Pemilihan model pun tentu tidak sembarangan, dipilih model yang memenuhi kriteria dan memiliki daya jual tinggi untuk membantu keberhasilan dari iklan tersebut untuk menarik perhatian masyarakat. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui sejauhmana iklan susu diet WRP ini membuat masyarakat terutama wanita merepresentasikan bentuk tubuh yang indah dan mempesona. 1.7 Alasan Pemilihan Masalah Peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian terhadap masalah ini karena sekarang banyak media massa yang menayangkan iklan produk untuk membuat tubuh wanita menjadi ramping salah satunya adalah iklan susu diet. Penulis pun melihat bahwa persepsi masyarakat saat ini tentang tubuh wanita yang mempesona adalah seperti yang ditokohkan oleh media massa dengan ciri-ciri yang sepertinya sudah terbentuk seperti tinggi, putih, langsing dengan rambut terurai panjang. Selain itu, tubuh wanita yang indah saat ini telah menjadi komoditas untuk publik, tubuh wanita pun dijadikan penunjang atau pendukung kesuksesan suatu produk. 22 Peneliti memilih untuk meneliti iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta, karena sejak bulan Maret 2007 hingga Mei 2008, iklan susu diet WRP secara rutin menghiasi cover belakang majalah wanita muda Cita Cinta dengan versi yang berbeda-beda. Dimulai dari versi “Masih ditutupi?”, “Pahat Setiap Lekuk Indahmu” dan juga “Time Goes by Beauty Remains”. 1.8 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi Teks Dalam penelitian ini, penulis bertugas untuk mencari data yang bersifat teoritis dengan mencari informasi tertulis yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Penulis pun mencari berbagai referensi dalam bentuk buku, artikel, dan juga internet. b. Wawancara Penulis akan melakukan wawancara dengan narasumber yang relevan di bidangnya, yang sesuai dengan judul yang penulis teliti. 1.9 Tahapan Penelitian Berikut ini adalah langkah–langkah penelitian menurut Jane Stokes yang akan ditempuh peneliti dalam melakukan proses penelitian ini: 23 1. Mendefinisikan objek analisis Memutuskan objek analisis yang akan penulis angkat. 2. Mengumpulkan teks Peneliti memutuskan citra apa yang ingin peneliti amati. Mengumpulkan semua teks dari berbagai media sebelum mengawali analisis. 3. Menjelaskan teks tersebut Menerangkan isi teks atau citra dengan hati-hati. Identifikasi semua unsur atau seme-seme citra. 4. Menafsirkan teks yang telah diperoleh Mulai mendiskusikan makna dan implikasi masing-masing tanda secara terpisah, kemudian secara kolektif. 5. Menjelaskan kode-kode kultural Jenis-jenis pengetahuan kultural apa saja yang peneliti perlukan untuk memahami teks. Bagaimana citra-citra yang diperoleh dari pengetahuan kultural membantu peneliti menciptakan makna tertentu. 6. Membuat generalisasi Mengungkap kembali bagaimana makna tersebut masuk ke dalam sampel peneliti. 7. Membuat kesimpulan Apakah analisis peneliti menegaskan atau menentang hipotesis yang sudah dilakukan sebelumnya. 24 1.10 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan langkah–langkah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan gambaran awal penelitian yang akan penulis jalani, mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, daftar istilah, kerangka pemikiran, alasan pemilihan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, teknik pengumpulan data, tahapan penelitian dan organisasi karangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab kedua memberikan deskripsi menyeluruh mengenai tinjauan teoritis dari konsep–konsep yang mendasari permasalahan, yang akan menjadi dasar bagi penelitian langkah selanjutnya. Penulis akan memfokuskan pada tinjauan teoritis tentang komunikasi, komunikasi massa, iklan, media wanita, pendekatan kualitatif, dan analisis semiotika. BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga memberikan gambaran sekilas mengenai perusahaan, yang meliputi sejarah singkat dan jaringannya sebagai pembuat iklan susu diet WRP dan Cita Cinta sebagai majalah wanita yang menjadi salah satu sarana iklan susu diet WRP diterbitkan. Selain itu, dalam bab ini akan dijelaskan mengenai faktor apa saja yang 25 mempengaruhi proses pembuatan iklan tersebut dan pesan–pesan yang ingin disampaikannya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab keempat penulis melakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan diperoleh dari hasil penelitian yang meliputi proses wawancara, telaah kepustakaan dan pengumpulan data dari pihak yang berwenang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan analisis semiotika. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab kelima berisi rangkuman penelitian, kesimpulan penelitian, rekomendasi terhadap kriteria iklan yang ada di masyarakat, serta saran–saran. 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Periklanan Menurut Otto Klepner dalam bukunya Advertising Procedures, iklan atau advertising is methode from a sponsor through an impersonal medium, it is designed to dispose a person to by product, to support a couse, oe even to encourage less consumption (Klepner, 1987: 22). Dan menurut Bedjo riyatno, secara garis besar iklan yang didefinisikan sebagai “pesan yang menawarkan suatu produk atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media” (Riyatno, 2000: 15). Dalam konteks kegiatan pemasaran peran periklanan adalah meng-komunikasi-kan secara lengkap ide–ide atau gagasan atau penjualan dari produsen kepada konsumennya. Prinsip kerja dalam kegiatan periklanan adalah mengirimkan stimulus dalam bentuk pesan (message) lewat suatu media tertentu yang dirancang sedemikian rupa agar dapat menembus batas kesadaran konsumen dan mampu mempengaruhi pikiran serta perilaku konsumen sesuai dengan target yang dikehendaki oleh produsen yang telah dipaparkan Askurifai Baksin dalam modul periklanan How to Creative Commercial (2004: 1). Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media. 27 Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli, seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins dalam advertising aims to persuade people to buy (Jefkins, 1982: 111). Manfaat terbesar iklan adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai. Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit dijangkau secara fisik oleh produsen melalui siaran televisi atau radio. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nominal besar sekali jumlahnya, bagi produser yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam dunia iklan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi murah. Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis (1993, 29) iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Sehingga iklan dapat diartikan sebagai seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik ke dalam pikiran konsumen dengan alat bantu. Iklan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Pengertian antara iklan dan periklanan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan 28 merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. Iklan merupakan bagian dari bauran promosi (promotion mix) sedangkan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix) di mana marketing mix meliputi product, price, place, promotion. Dalam bauran promosi sendiri dikenal ada lima unsur komunikasi yang utama (Durainto, dkk. 2003) yaitu: 1. Advertising (Periklanan) 2. Sales Promotion (Promosi Penjualan) 3. Public Relations (Hubungan Masyarakat) 4. Personal Selling (Promosi Pribadi) 5. Direct Marketing (Pemasaran Langsung) Periklanan merupakan bagian untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka periklanan tentu saja tidak sekedar memberikan informasi kepada khalayak tapi juga ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Dan juga segmen pasar yang dipilih sangat menentukan corak periklanan yang akan diluncurkan atau media yang harus dipilih. 2.2 Semiotika 2.2.1 Sejarah Perkembangan Semiotika Semiotika sudah mulai berkembang sejak ribuan tahun yang lalu. Aristoteles mendefinisikan semiotika sebagai ilmu tanda. Eco (Sobur, 2001: 29 95) mengemukakan bahwa, istilah Semiotika berasal dari bahasa Yunani, kata “semeion” yang artinya tanda, tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lalu. Dalam rentang sejarah ilmu, diskursus tanda telah dimulai jauh kebelakang. Penggunaan paling awal untuk istilah tanda sendiri (Inggris: sign, Yunani: semeion) dalam konteks filsafat tampaknya diturunkan dari istilah kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simptomatologi atau diagnostic inferensial (Sinha, dalam Kurniawan, 2001: 8). Dalam dunia kedokteran itu mengacu pada simtom-simtom atau gejalagejala dari suatu penyakit tertentu. Sementara itu, istilah tanda itu dirumuskan oleh Umberto Eco sebagai sesuatu bukti tidak langsung yang membawa pada beberapa kesimpulan tentang keberadaan sesuatu yang bukan merupakan bukti tidak langsung tersebut (Kurniawan, 2001: 8). Dari sini-lah berkembang istilah semiologi atau semiotika. Kemunculan Ferdinand de Saussure dan Charles Sander Peirce mengawali cara pandang baru terhadap bahasa dengan dialihkannya filsafat bahasa ke pengkajian tanda, dan dimulailah suatu pengkajian semiologi kontemporer. Dari kedua pemikiran tokoh di atas dapat ditemukan kesamaan, jadi keduanya dapat dipergunakan dalam ilmu semiotika. Hoed mengatakan Semiotik dikenal juga sebagai ilmu tentang tanda, merupakan ilmu ataupun metode analisis yang mengkaji tanda. 30 Tanda merupakan segala sesuatu yang dapat mewakili sesuatu, sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan (Sobur, 2001: 133). Dalam bukunya Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Arthur Asa Berger menyatakan bahwa semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai suatu tanda-tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu yang lainnya. Jadi semiotika ada dalam sesuatu kerangka (prinsip), semua disiplin studi termasuk juga dapat digunakan untuk menipu, bila segala sesuatunya tak dapat dipakai untuk menceritakan kebohongan maka tak dapat juga untuk menceritakan kebenaran. Menurut Saussure, salah seorang pelopor pengembangan semiotika, nilai sebuah tanda ditentukan oleh kedudukan tanda lainnya, jaringan hubungan tanda yang terbentuk dengan cara demikian menentukan konsep atau makna dari satu tanda dengan lainnya. Dari konsep ini dapat diketahui bahwa untuk mengetahui nilai atau mengungkapkan, maka tanda-tanda itu harus terlebih dahulu ditempatkan dalam pola hubungan yang pada gilirannya dapat mengungkapkan struktur. Selanjutnya baru dapat diungkapkan sifat dari hubungan itu yang dapat diketahui dari adanya perbedaan (kontras, oposisi) pada isi. 2.2.2 Pengertian Semiotika Semiotika merupakan ilmu ataupun metode analisis yang mengkaji tanda, tanda merupakan segala sesuatu yang dapat mewakili, sesuatu itu 31 dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan (Hoed, 2000: 299). Metode semiotika tidak memusatkan diri pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna, dengan penekanan bukan pada tahapan proses melainkan pada proses melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi atau menerima kultur sebuah budaya. Sebenarnya, semiotika sudah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu. Kajian utama semiotika menurut Fiske (Sobur, 2001: 94), terbagi atas tiga bidang, yaitu: a. b. c. Kajian tanda, hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan akan dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. Kajian kode, studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan. Kajian budaya, dimana kode dan lambang itu beroperasi. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian berbagai bidang ini sangat dimungkinkan karena adanya kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa, dengan kata lain bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial (Piliang, 1998: 262). 2.2.3 Semiotika Komunikasi Semiotika Komunikasi merupakan salah satu bagian semiotika yang menekankan inti permasalahannya pada teori produksi tanda, yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan (Jakobson dalam Hoed, 2000: 299). Semiotika komunikasi ini juga mempersoalkan tujuan dari proses komunikasi yang dilakukan. 32 Komunikasi terdiri atas tanda–tanda yang di dalamnya meliputi kalimat dan bagian–bagian kalimat. Penelitian ini menggunakan penelitian analisis semiotika tidak hanya memandang tanda sebagai suatu elemen yang berdiri sendiri, tetapi tanda dan konteksnya, tanda dan unsur pembentuknya. Dengan mengamati tanda–tanda yang terdapat dalam sebuah pesan, baik secara denotatif, konotatif bahkan secara mitologis (Manning dan Cullum Swan dalam Sobur, 2001: 122). Studi mengenai analisis semiotika merupakan kunci bagi kebanyakan studi sosial dan kebudayaan, semiotika dapat memberikan berbagai bidang kajian ilmu. 2.2.4 Analisis Semiotika Analisis semiotika tidak hanya memandang tanda sebagai suatu elemen yang berdiri sendiri, tetapi tanda dan konteksnya, tanda dan unsur pembentuknya. Dengan mengamati tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah pesan, kita dapat mengetahui ekspresi emosi dan kognisi si pembuat pesan, baik secara denotatif, konotatif, bahkan mitologis (Manning dan Cullum dalam Sobur, 2001: 122). Menurut Sudjiman dan Van Zoest (Sobur, 2001: 117), pada dasarnya, analisis semiotik memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang “aneh”- sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca atau mendengar suatu naskah atau narasi, lebih lanjut menurut Berger (Sobur, 2001: 117) analisanya bersifat paradigmatik, dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah teks. 33 Menurut Littlejohn (1996: 83-84), dalam analisis semiotika ada tiga jenis masalah yang akan diulas. Pertama, masalah makna (the problem of meaning), menyangkut bagaimana orang memahami pesan, apa saja informasi yang terkandung dalam sebuah pesan. Kedua, masalah tindakan (problem of action), menyangkut bagaimana pemahaman manusia dalam memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. (problem of coherence), menyangkut Ketiga, masalah koherensi bagaimana membentuk pola pembicaraan yang masuk akal dan dapat dimengerti. Metodologi penelitian dalam analisis semiotika adalah analisis interpretative. Analisis interpretative ini sangat erat kaitannya dengan mazhab Frankfurt yang menekankan pada kritisme cara berpikir, sehingga kajian semiotika juga dipengaruhi oleh aliran ini, dimana aliran ini terkenal dengan persoalan lambang dan simbol yang digunakan sebagai alat persekongkolan dan hegemoni (Sobur, 2001: 147). Selain itu, masalah ideologi media massa juga menjadi sorotan tajam bagi aliran ini. Sesuai dengan paradigma kritis, maka analisis semiotika pun bersifat kualitatif, di mana jenis penelitian kualitatif ini memberikan kesempatan besar untuk dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif (Sobur, 2001: 147). 2.2.5 Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Hipotesis teori Peirce memiliki landasan pada logika atau ilmu penalaran. Peirce menyatakan bahwa dalam semiotika, dipelajari pula tanda–tanda yang memungkinkan kita berpikir, bernalar dan berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang hendak ditampilkan 34 oleh alam semesta (Sobur, 2001: 110). Peirce mendefinisikan semiotika sebagai hubungan triadic antara tiga elemen atau kerjasama antara tiga subjek, yaitu: tanda, objek dan makna. Tanda mempresentasikan objek atau referen (sesuatu yang dituju) dalam benak seseorang sebagai interpreter (penafsir makna). Peirce juga menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Peirce mengajukan membagi tanda ke dalam tiga bagian yaitu: ikon, indeks, dan simbol dalam bentuk triangle sebagai berikut: Gambar 1 Kategori tipe Tanda Peirce Sign Interpretant Objek Sumber: Sobur, 2001: 126 Keterangan a. b. c. : Ikon didefinisikan sebagai hubungan tanda dan acuannya yang didasarkan atas kemiripan atau kesamaan. Contoh: foto yang mewakili orang yang ada di foto, peta yang mewakili kondisi alam, dsb. Indeks didefinisikan sebagai hubungan tanda dan acuannya yang didasarkan atas kedekatan eksistensi atau hubungan sebab akibat, misalnya : di mana ada gula pasti ada semut, adanya asap menandakan adanya api, dsb. Simbol merupakan hubungan tanda dan acuannya yang didasarkan atas hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional, misalnya: rambu–rambu lalu lintas, anggukan yang menyatakan “ya”, merupakan sebuah tanda yang terbentuk atas dasar konvensi (Sobur, 2001: 126). 35 Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal ini diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika menyebut tanda sebuah simbol. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret atau peta. 36 Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Tanda dapat pula mengacu ke detonantum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau baru bangun. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Sebuah iklan biasanya terdiri dari tiga elemen tanda yaitu gambar objek atau produk yang diiklankan (objek), gambar benda-benda di sekitar objek yang memberikan konteks pada objek tersebut (konteks), serta tulisan atau teks yang memberikan keterangan tertulis (teks), yang satu sama lainnya saling mengisi dalam menciptakan ide, gagasan, konsep atau makna sebuah iklan. Selain itu, iklan memiliki tingkatan makna yang kompleks, mulai dari makna yang eksplisit, yaitu makna yang berdasar apa yang 37 tampak (denotatif), serta makna lebih mendalam, yang berkaitan dengan pemahaman-pemahaman ideologi dan kultural (konotatif). (Piliang, 2003: 280). Berikut ini tabel yang digambarkan oleh Piliang yang menjelaskan bagaimana iklan merupakan sebuah ajang permainan tanda, yang selalu bermain pada tiga elemen tanda tadi, yang satu sama lain saling mendukung. Tiga Elemen Tanda dalam Iklan Entitas Fungsi Elemen Objek Visual/ Tanda Elemen tanda yang merepresentasikan objek atau produk yang diiklankan Konteks Visual/ Tulisan Elemen tanda yang memberikan (atau diberikan) konteks dan makna pada objek yang diiklankan Signifier/ Signified Tanda Semiotik Signifier/ Signified Tanda Semiotik Tanda Sumber : Piliang, 2003: 263 Teks Tulisan Tanda linguistic yang berfungsi memperjelas dan menambatkan makna (anchoring) Signified Tanda Linguistik Di dalam iklan terdapat dua aspek yang dapat menghasilkan makna. Dua aspek yang membangunnya yaitu: a. Aspek Visual (warna, kontras, bentuk) b. Aspek Verbal (naskah atau teks iklan) Menurut Vestegaard dan Schroeder (Bungin, 2001: 143), pesan verbal berhubungan dengan situasi saat berkomunikasi dan situasi ini ditentukan oleh konteks sosial kedua pihak yang melakukan komunikasi. Sementara pesan visual, hubungan kedua belah pihak sepenuhnya tidak ditentukan oleh situasi, namun bagaimana khalayak menafsirkan teks dan gambar. Dalam 38 komunikasi verbal, interaksi simbolik selalu menggunakan ikon, indeks dan simbol. Hubungan yang terjadi di antara tanda–tanda itu akan menghasilkan makna yang terbentuk dari tiap tahapan pemahaman akan tanda yang diinterpretasikan. Jalaluddin Rakhmat (2000: 277) mengingatkan bahwa kata–kata tidak bermakna, oranglah yang memberi makna. Perdebatan yang terjadi seringkali tidak selesai, karena orang sering mengacaukan makna. Sehingga Brodbeck membagi makna pada tiga corak. Ketiga corak tersebut adalah: 1. Makna yang pertama adalah Inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. Dalam uraian Ogedeen dan Richards (1946), proses pemberian makna terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang ditunjukkan lambang. 2. Makna yang kedua menunjukkan arti suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep–konsep yang lain. 3. Makna yang ketiga adalah makna intensianal, yakni makna yang dimaksud oleh seseorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat dicari rujukannya, makna ini terdapat pada pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja, kita dapat menyebutnya sebagi makna konotatif atau makna perorangan (Brodbeck dalam Rakhmat, 2000: 278). Makna tidak terletak pada kata–kata, tetapi pada pikiran orang, pada persepsinya, makna terbentuk karena pengalaman individu. Jadi, karena 39 pengalaman masing–masing orang berbeda, maka orang mempunyai makna masing–masing untuk kata–kata tertentu. 2.3 Wanita dalam Iklan di Media Media saat ini tidak saja mempengaruhi citra sosial wanita, tetapi juga citra dirinya, yang akhirnya berdampak pada proses sosialisasi wanita dengan mempengaruhi pilihan-pilihan mereka berkaitan dengan apa yang mereka pakai dan konsumsi, apa yang mereka pelajari, impikan, aspirasikan dan pada akhirnya terhadap apa yang jadinya mereka sebagai manusia (Kamla Bhasin dalam Yatim, 1997: 12). Media seringkali timpang dalam memberitakan wanita, iklan-iklan gender yang menstereotipkan wanita dengan domestikasi urusan rumah tangga, makhluk yang cantik, dan sebagainya. Kris Budiman menyatakan bahwa iklan-iklan kosmetika rata-rata menyajikan keindahan fisik wanita serta sentuhan feminimnya yang halus, lembut, hal ini menimbulkan persepsi masyarakat yang menyudutkan wanita sebagai objek keindahan fisik semata beserta nilai stereotipnya yang terus menerus dipropagandakan (Budiman, 2000: 25-26). Dalam perkembangan media saat ini, tidak luput dengan penggunaan tubuh wanita di dalamnya. Ini semua tidak bisa lepas dari pengaruh perkembangan kapitalisme sebagai sebuah ideologi ekonomi yang dapat disebut sebagai libidonomi (libidonomics), yaitu sistem ekonomi yang di dalamnya terjadi eksplorasi secara ekstrim segala potensi libido sebagai 40 komoditi, dalam rangka mendapatkan keuntungan maksimal (added values). Dalam ideologi ini, tubuh dijadikan sebagai potensi sebagai titik sentral dalam produksi dan reproduksi ekonomi serta pembiakan kapital. Tubuh tidak saja dijadikan sebagai komoditi, akan tetapi sebagai metakomoditi, yaitu komoditi yang digunakan untuk menjual (mengkomunikasikan) komoditi-komoditi lainnya. 2.4 Tubuh Wanita dalam iklan di Media Tubuh, khususnya perempuan di dalam wacana kapitalisme tidak saja dieksplorasi nilai gunanya (use values)-pekerja, prostitusi, pelayan; akan tetapi juga sebagai nilai tukarnya (exchange value)-gadis model, gadis peraga, hostess; dan kini juga nilai tandanya (sign values)-erotic magazine, erotic art, erotis video, erotic photography, erotic film, erotic vcd. Eksplorasi tubuh tersebut berlangsung mengikuti model-model pembiakan secara cepat (proliferation) atau pelipatgandaan secara kilat (multiplication), baik dalam cara, bentuk, varian, teknik, maupun medianya. Dalam tesis Didiet Widiatmoko, ia menyatakan ada beberapa fungsi wanita dalam iklan, yaitu: 1. 2. 3. 4. Wanita sebagai pemakai barang, sekedar memakai atau barang yang diiklankan hanya ditujukan untuk kaum wanita saja Wanita sebagai peraga, memperagakan saja atau menimbulkan perasaan tertentu karena memakai barang tersebut Wanita sebagai pengingat, biasanya iklan ini menggunakan orang atau artis terkenal sebagai bintangnya. Iklan ini bertujuan agar penonton mengingat barang yang diiklankan oleh seorang artis Wanita sebagai pemikat, iklan tidak berhubungan dengan produk kewanitaan, wanita dalam iklan ini hanya sebagai pemikat saja dengan gaya dan penampilan yang aneh 41 5. Wanita sebagai penambah makna atau arti barang, iklan ini biasanya memiliki maksud atau arti tertentu, misalnya dengan tampilnya wanita maka iklan ini menjadi lebih berharga dan menarik. Saat ini banyak iklan yang melakukan penekanan terhadap pentingnya wanita untuk selalu memikat kewanitaannya secara biologis. dengan mempertegas unsur-unsur Menurut Dr. Thamrin Amal Tamagola seorang pengajar di Universitas Indonesia, bahwa saat ini ada lima citra wanita yang ditampilkan dalam sebuah iklan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Citra Peraduan Citra ini ada hubungannya dengan peraduan, yakni wanita sebagai objek seksual, contohnya adalah iklan obat kuat, kondom. Citra Pigura Wanita sebagai makhluk yang cantik harus selalu menjaga kecantikannya dengan berbagai latihan olah raga dan aturan-aturan, seperti diet, aerobic, yoga, fitness juga mempercantik diri dengan melakukan perawatan tubuh ke salon, menggunakan pakaian, kosmetika dan aksesoris yang matching. Citra Pilar Tangga Wanita sebagai pilar rumah tangga yang harus melaksanakan tugasnya, mulai dari tugas yang paling tradisional (yang dikenal dengan sumur, kasur, dapur), sampai kemampuan manajerial rumah tangganya. Citra Pergaulan Dalam konsep masyarakat, seorang wanita adalah pendamping suami, jadia ia harus bisa menyesuaikan diri dengan status dan derajat suaminya, karena itu apa yang ia pakai harus mampu menyimbolkan keberadaan suaminya di masyarakat. Citra Pinggan Citra ini lebih banyak digunakan dalam iklan yang menawarkan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, seperti makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan citra yang ditampilkan bahwa seorang wanita jika ingin lebih disayang suami, harus menggunakan produk barang yang diiklankan. Namun hingga saat ini, wanita yang ideal di masyarakat adalah wanita yang cerdas, cantik, pandai mengurus rumah tangga dan bisa menjadi istri yang baik bagi suaminya. 42 Penggunaan tubuh wanita dalam iklan di media dapat menjurus ke arah pornografi. Pornografi saat ini bukan hanya dapat dilihat dari gambar yang bergerak, tetapi juga dari tulisan atau teks dan juga rangkaian kata dalam novel. Pornografi didefinisikan sebagai representasi perempuan (tulisan, gambar, foto, video, film) dalam rangka memanipulasi hasrat orang yang melihat, yang di dalamnya berlangsung proses degradasi perempuan dalam statusnya sebagai objek seksual laki-laki (Piliang, 2004: 382). Ada dua kecenderungan posmodernisme, yang pertama adalah posmodernisme dekonstruktif (lebih menekankan pada penentangan akan segala bentuk otoritas, pengekangan dan pembatasan seperti hukum, agama, aturan) dan yang kedua posmodernisme rekonstruktif (lebih menekankan pada penghargaan secara positif akan keanekaragaman, dialog, heterogenitas, dan pluralitas). Posmodernisme dekonstruktif mempunyai andil besar dalam menciptakan ruang pembebasan tubuh dan hasrat, yang telah merubah secara mendasar berbagai logika yang membentuk kehidupan sosial dan budaya. Ada tiga relasi dalam wacana posmodernisme dekonstruktif yang melibatkan eksploitasi tubuh, yaitu: 1) Relasi tubuh, (body) yaitu bagaimana tubuh (secara fisik) digunakan di dalam berbagai relasi sosial, ekonomi, komunikasi, dan kebudayaan 2) Relasi tanda tubuh (body sign), yaitu bagaimana tubuh dieksploitasi sebagai tanda-tanda di dalam berbagai media, seperti koran, majalah, video, vcd, film, televisi, komputer 43 3) Relasi hasrat (desire), yaitu bagaimana hasrat menjadi sebuah bentuk perjuangan, khususnya bagi pembebasan, pembiakan dan penyalurannya (Piliang, 2004: 385). Di dalam History of Sexuality, misalnya Foucalt melihat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara hasrat, tubuh dan kekuasaan. Ada dua bentuk kekuasaan yang beroperasi di seputar wacana tubuh. Pertama, kekuasaan atas tubuh, yaitu kekuasaan eksternal yang mengatur tindak tanduk, mengadakan pembatasan, pelanggaran, dan pengendalian terhadap tubuh. Kedua, kekuasaan yang memancar dari dalam tubuh, yaitu berupa hasrat dan potensi libidonya. Kekuasaan, dari dalam tubuh ini harus menentang kekuasaan atas tubuh, lewat sebuah resolusi tubuh, sehingga dapat diciptakan ruang bagi perkembangbiakan dan pelipatgandaan secara bebas discourse seksual, yang terbebas dari setiap bentuk dominasi kekuasaan. Di dalam sistem ekonomi libido, sebuah betis yang terbuka, sebuah payudara yang tersingkap, sebuah paha yang diekspos dianggap bukan sebagai bentuk degradasi moral, melainkan sebuah bentuk nilai jual dan currency. Tubuh hanya akan bernilai ekonomis bila dapat diproduksi dan direproduksi sebagai nilai tukar lewat berbagai bahasa tanda tubuh (bodily sign), yang menyertai penawaran sebuah komoditi-mobil, es, cokelat, sepatu. Di dalam sistem libidonomi kapitalisme, semakin tinggi daya emosi, gairah, dan pesona yang dihasilkan oleh sebatang tubuh, maka semakin tinggi nilai ekonominya. Semakin seksi, semakin top, semakin berani 44 seorang cover girl yang ditampilkan pada sebuah cover majalah, misalnya, maka ia akan mempunyai nilai tukar yang tinggi pula di dalam pasar libido, yang kemudian akan menentukan harga libidonya secara ekonomis. Dengan digiringnya tubuh ke arah sebuah proses objektivikasi ekstrim, maka tubuh ditanggalkan dari berbagai batasan moral, batasan sosial, batasan spiritual. Tubuh kini tidak memerlukan lagi nilai-nilai subjektivitas, seperti privacy, rasa malu, rasa risih, atau rasa berdosa. Segala sesuatu yang selama ini dianggap sebagai domain private (aurat, kemaluan, organ, tubuh, seks) kini dipertontonkan sebagai domain publik, dan akhirnya menjadi milik publik. Batas mengenai apa yang boleh atau tidak ditampilkan, dipampangkan, dipamerkan, dipertontonkan, disuguhkan, dipasarkan, dijual, kini telah didekonstruksi di dalam wacana tubuh masyarakat cabul-society of the obscene. Kebebasan, ekspresi total, dan pembebasan hasrat yang ditawarkan oleh posmodernisme dekonstruktif mendapatkan respons yang antusias dari berbagai kalangan, contohnya saja anak muda (youth culture), para pengusaha (kapitalis), media menggunakannya sebagai cara untuk meningkatkan daya tarik dan rating, industri hiburan menggunakan peluang untuk menciptakan perbedaan suguhan tontonan. Disadari atau tidak, semuanya mengusung nilai-nilai yang dibawa oleh wacana posmodernisme dekonstruktif yang justru memberi ruang yang luas bagi pembiakan pornografi. 45 Di dalam ajang permainan bebas tanda tersebut, tubuh diproduksi sebagai sebuah rangkaian teks-teks, yaitu kumpulan tanda-tanda, yang dikombinasikan lewat kode-kode semiotik tertentu, yang menghasilkan berbagai makna atau efek makna serta perbedaan yang diperlukan dalam kapitalisme. Tubuh didekonstruksi menjadi elemen-elemen tanda (mata, bibir, hidung, pipi, rambut, payudara, penis, bahu, tangan, jari, kuku, perut, pinggul, betis, paha, kaki; pakaian, aksesoris, perhiasan) yang masingmasing menjadi sub-sub signifier, dan yang secara bersama-sama membentuk signifier, yang menghasilkan makna yang tidak konvensional: ambigu, controversial, paradoks, elektrik, ironi. Dengan dibebaskannya tubuh dari berbagai pembatasan, maka ia dapat digunakan sebagai bahan baku di dalam sistem pertukaran tanda, dalam rangka mengembangkan nilai tanda di dalam sistem libidonomi kapitalisme. Berbagai eksplorasi bahasa dan semiotika tubuh menjadi mesin pendorong dari keberlangsungan kapitalisme: fashion show, film erotis, kamasutra, cyber sex, erotic film, body art. Di dalam mesin-mesin libido ini, berbagai potensi dan kemungkinan semiotika tubuh dieksplorasi secara tak terbatas, dengan mendekonstruksi berbagai kode, steoreotip, dan konotasi yang konvensional:”gemuk itu juga sensual”, “tua itu juga erotik”, dan sebagainya. Jean Baudrillard mengemukakan dalam seduction, bahwa kekuatan tubuh-khususnya tubuh perempuan- di dalam masyarakat kapitalis terletak 46 pada kekuatan rayuan yang dimilikinya, yaitu kemampuannya untuk mengeksplorasi secara bebas tanda-tanda dirinya untuk menghasilkan daya pikat dan pesona. Tubuh khususnya perempuan-dengan segala potensi libido dan tandanya, dijadikan sebagai alat tukar di dalam sebuah proses pertkaran kapitalisme. Lewat nilai semiotika yang dapat ditawarkannya.Dalam konteks semiotika, sebuah tanda mempunyai nilai berdasarkan kemampuannya menghasilkan makna. Nilai sebatang tubuh sebagai tanda terletak pada kemampuannya menawarkan makna, ide, konsep, atau tema tertentu: sensualitas, erotik, kegairahan, kemolekan, keseksian, kesegaran, kemudaan, keperawanan, kecantikan. Media (iklan, film, televisi, internet), seringkali mengeksploitasi tubuh sebagai tanda dalam rangka mencari nilai pembedaan tanda tersebut. Citra, gagasan, tema atau perasaan yang berkaitan dengan sebatang tubuh yang telah mempunyai makna di dalam sebuah masyarakat (seksualitas, erotica, status, prestise) dipindahkan dalam sistem media, sehingga membedakannya dari media lain yang menggunakan tubuh yang lain. Dalam mengeksploitasi tubuh sebagai tanda, ada berbagai mekanisme yang digunakan media, sehingga aktor-aktor yang berperan di dalamnya dapat dieksploitasi segala potensi tandanya. Nilai tanda tubuh perempuan sebagai komoditi dapat dilihat melalui berbagai aspek berikut yang dikonstruksi di dalam media: 47 1. Tampilan tubuh. Seringkali media menekankan aspek umur, yaitu kemudaan tubuh yang ditampilkan khususnya pada perempuan. Biasanya ditampilkan perempuan berumur antara 18-35 tahun, yang secara visual mempunyai nilai sensualitas yang relatif tinggi. Meskipun, ada kecenderungan kini untuk menampilkan pula perempuan-perempuan berumur, dengan konsep tua itu juga sensual. Sex appeal adalah unsur lain yang sering dijadikan sebagai kekuatan daya tarik tampilan. Selain itu, bentuk tubuh yang seksi, sensual, ramping, tinggi-merupakan modal dalam menciptakan makna sensualitas. Meskipun ada kecenderungan akhir-akhir ini untuk mengatakan, bahwa “gemuk itu juga sensual”. 2. Perilaku (manner) merupakan aspek lain yang menentukan relasi tanda tubuh di dalam media, yang dapat dilihat dari ekspresi tubuh dengan berbagai gaya dan kecenderungannya dari pose, dengan berbagai variasinya, seperti menantang, mempertontonkan, merayu, menggoda, mengajak; dari pakaian, dengan berbagai gaya, ukuran dan maknanya, yang mampu memperlihatkan posisis sosial tubuh di dalam masyarakat-penghibur, eksibisionis, perayu, penantang. 3. Aktivitas tubuh dapat menjadi penanda bagi posisi sosialnya di dalam media. Di antara aktivitas tersebut adalah sentuhan, yang dapat memperlihatkan apakah sebatang tubuh itu aktif, lemah, berkuasa dan sebagainya. Perempuan yang mempertontonkan sensualitas tubuhnya, menunjukkan kecenderungan eksibisionisme. 48 Ekspresi, perilaku dan aktivitas tubuh tersebut di atas merupakan elemen-elemen utama yang dapat menciptakan berbagai tanda tubuh, yang dieksploitasi sebagai komoditi di dalam berbagai media kapitalistik, dalam rangka menimbulkan daya tarik media: 1. Tanda kecabulan. Kecabulan di dalam media tampak lewat tindak seksual atau simulasinya yang ditanpilkan baik secara langsung maupun tersamar. 2. Overexposed sign, yaitu cara-cara mengekspose tubuh dan organorgan tubuh (paha, betis, payudara, kelamin) sebagai domain tontonan publik, dengan cara memasuki dan menjajah apa yang selama ini disebut sebagai domain private di dalam sebuah kebudayaan. 3. Tanda seksual, yaitu tanda-tanda yang mengarah pada tindakan hubungan seksual. Kecenderungan kapitalisme libido dan filsafat posmodernisme dekonstruktif membuka ruang yang sangat lebar bagi perkembangan dan pembiakan berbagai bentuk pornografi, erotisme, dan sensualitas di dalam berbagai media kapitalistik. Sikap posmodernisme menghancurkan bagaimana dekonstruktif pembatasan terhadap dalam tubuh, adalah penggunaan tubuh; menanggalkan berbagai selubung penutupnya; mengekspos berbagai rahasianya; merayakan dan memuja berbagai organ dan komponen tandanya; memberikan ruang bagi berbagai ekspresi yang bebas; menyediakan medan bagi permainan bebas tubuh dan representasi tubuh. 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sekilas Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisa sebuah fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, penelitian ini tidak berdasar pada bukti berdasar logika matematis, prinsip angka, atau analisis data statistik (Mulyana, 2001: 35) karena metode penelitian ini meyakini bahwa fenomena sosial yang terjadi di masyarakat tidak bisa ditentukan dan dilihat dengan angka-angka. Fenomena yang terjadi di masyarakat dari merupakan sebuah akibat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seperti dinyatakan Kirk dan Miller (1986: 29) yang mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasa dan per-istilah-an. Penelitian jenis ini lebih mementingkan proses daripada hasil. Metode penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk mencari siapa yang lebih unggul, apakah metode penelitian kualitatif ataukah penelitian kuantitatif, tidak pula bertujuan untuk menjatuhkan metode penelitian kuantitatif karena masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang saling melengkapi. Sementara menurut Bogdan dan Taylor, penelitian ini mengacu 50 pada prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau didasari oleh orang atau perilaku yang diamati, dengan mengacu pada pendekatan individu dan latar belakang secara holistik. Metode penelitian kualitatif memiliki pandangan, sebaiknya sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat diteliti secara mendalam, holistik dan juga interpretatif. Moleong (2000: 27) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai mengadakan alat analisis penelitian, data secara memanfaatkan induktif, metode mengarahkan kualitatif, sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian. Penelitian ini berupaya meneliti bagaimana penggunaan tanda dalam iklan mampu mengubah sebuah pola pikir masyarakat mengenai berbagai nilai dan juga konsep-konsep yang selama ini dianut. Penelitian kualitatif tidak mengkotak-kotakkan sebuah fenomena berdasarkan beberapa elemen saja, tetapi melihat sebuah fenomena berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam masyarakat yang menjadi latar terjadinya sebuah fenomena sosial, dalam hal ini pergeseran wacana berfikir mengenai konsep bentuk tubuh wanita. 51 3.2 Model Analisis Semiotika Penelitian ini meneliti tentang iklan, di mana iklan merupakan medium informasi dan seni yang menekankan kekuatannya pada desain visual yang artistik dan kreatif serta pada permainan kata-kata yang dipilih untuk mempersuasi khalayak agar mengikuti pesan yang disampaikan produsen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model kerangka analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam kaitannya dengan iklan, Ikon dalam iklan susu diet WRP ini adalah iklan susu diet WRP yang dicetak di majalah Cita Cinta sama dengan iklan yang ditayangkan di televisi, baik dari segi tema, pemilihan warna dan model yang digunakan. Indeks yang terdapat dalam iklan susu diet WRP adalah adanya keterkaitan antara model dan produk yang dipromosikan dalam hal ini adalah susu diet WRP. Model yang terdapat dalam iklan susu diet WRP ini mempunyai bentuk tubuh ideal setelah mengkonsumsi susu diet WRP. Sedangkan simbol yang terdapat dalam iklan itu adalah adanya manekin sebagai contoh atau patokan bentuk tubuh yang sempurna seorang wanita. Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai participant observer, yaitu partisipasi peneliti di lapangan sebagai pengumpul data, penganalisis data, pengamat sekaligus melakukan pengamatan secara sistematik terhadap gejala-gejala sosial yang tampak pada objek penelitian di lapangan dan juga studi kepustakaan terhadap teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Penulis pun melakukan analisis data terhadap iklan ini dengan aspek visual dan verbal. Dari kedua aspek tersebut, penulis akan menganalisis 52 data, dengan menggunakan pendekatan teoritis yang berasal dari Peirce mengenai unsur tanda yang apabila ketiga elemen makna ini saling berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut, yaitu denotatif dan konotatif. Teori elemen makna Peirce mengupas bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan oleh orang-orang saat berkomunikasi. Dalam menganalisis iklan, khususnya iklan cetak, Arthur Asa Berger menguraikan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, baik sebagiannya atau semuanya (Berger, 1984: 148-150) sebagai berikut: 1. Apa makna keseluruhan iklan? Suasana (mood) apa yang diciptakan? Bagaimana iklan tersebut melakukannya? 2. Apa desain iklan itu? Apakah menggunakan keseimbangan aksial atau yang lainnya? Bagaimana penyusunan elemen atau komponen dasar iklan? 3. Apa hubungan yang muncul di antara elemen gambar dan materi tertulis dan apa yang mereka katakana pada kita? 4. Tanda dan simbol apa yang kita temukan? Peran apa yang dimainkan bermacam tanda dan simbol dalam iklan tersebut? 5. Jika terdapat figur (pria, wanita, anak-anak, hewan) dalam iklan, seperti apa? Apa yang bisa kita jelaskan mengenai ekspresi wajah, pose, gaya rambut, usia, jenis kelamin, warna rambut, etnis, pendidikan, pekerjaan, hubungan (antara yang satu dengan yang lain), dan sebagainya? 53 6. Apa yang dikatakan latar pada kita? Di mana berlangsungnya kegiatan dalam iklan dan apa signifikannya dengan latar? 7. Tindakan apa yang berlangsung dalam iklan dan apa signifikannya dengan tindakan tersebut? (ini mungkin digambarkan sebagai plot dari iklan). 8. Apa tema atau tema-tema yang bisa kita temukan dalam iklan? Iklan apa itu? (Plot sebuah iklan mungkin melibatkan laki-laki dan perempuan yang sedang minum, tapi temanya mungkin tentang cemburu, ketidaksetiaan, ambisi, nafsu, dsb). 9. Bagaimana keputusan estetikanya? Jika iklan berupa foto, jenis bidikan apa itu? Apa makna dari long shot, medium shot, close-up? Bagaimana dengan pencahayaannya, penggunaan warna, sudut pengambilan gambar? 10. Apa sikap sosiologi, politik, ekonomi atau budaya yang langsung terefleksikan dalam iklan? Sebuah iklan mungkin mengenai sepasang celana jean tapi hal ini mungkin, secara langsung, refleksikan masalahmasalah seperti sexisme, alienasi, pemikiran stereotip, konformis, konflik generasi, kesendirian, elitisme, dan sebagainya. Seperti yang kita ketahui, tidak semua tanda terlihat, suara contohnya dapat sebagai tanda, begitu juga dengan bau, rasa dan bentuk. Tetapi, beberapa tanda mempunyai dimensi visual, yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan diberbagai analisis: 1. Penggunaan warna, perbedaan warna cenderung menimbulkan perbedaan emosi namun tidak ada hubungan alamiah antara warna dan 54 2. 3. 4. 5. 6. perasaan yang digambarkan oleh warna itu, jadi, misalnya, di negara barat warna hitam untuk berduka cita, tetapi di luar itu ada yang menggunakan untuk tanda keletihan. Asosiasi antara konteks dan budaya merupakan faktor-faktor yang kritis. Dalam beberapa masalah kejernihan warna mungkin lebih penting daripada warna itu sendiri dalam menyampaikan pesan yang lebih rinci. Ukuran tanda-tanda memiliki variasi bentuk mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar (supergrafik). Pada bentuk supergrafik perbedaan skala menjadi hal yang sangat penting. Dalam bentuk ini kata-kata bisa dibentuk hingga memiliki nilai seni. Perubahan skala ukuran lebih menekankan nilai keindahan daripada fungsinya sebagai sarana komunikasi. Ruang lingkup. Di sini kita dikenalkan dengan hubungan diantara unsur-unsur dalam sistem tanda semacam periklanan. Berbagai tanda begitu “ramai” (membingungkan) dan memiliki tampilan yang relatif sedikit dan kurang kontras dengan ruang kosong, ruang kosong itu sendiri merupakan tanda tentang keanggunan kualitas dan selera tinggi. Kontras. Kontras diartikan sebagai perbedaan antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada dalam istilah-istilah seperti warna, ukuran, ketajaman dan tekstur. Kontras digunakan untuk menegaskan apapun yang ada dalam tiap-tiap elemen tersendiri itu. Di pihak lain, iklan-iklan yang terlalu sederhana tidak akan dapat memuat informasi. Bentuk. Bentuk memainkan peranan penting dalam memunculkan arti dalam iklan-iklan, contoh, garis. Garis berarti yang bentuk jantung pada hari valentine adalah simbol dan ikon. Detail. Detail juga sebuah tanda dari sejumlah menfaat atau tepatnya merupakan sebuah simbol. Detail menyarankan kepekatan seperti butiran-butiran pada sebuah foto (Berger, 2000: 39-42). Ke enam aspek visual di atas merupakan hal-hal yang terpenting dalam menggunakan tanda-tanda untuk analisis semiotika, namun demikian penggunaan tanda-tanda tidak luput dari permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain: 1. 2. Pengacauan. Contohnya adalah reklame yang memadati jalan-jalan kota yang saling tumpang-tindih di setiap sudut kota untuk mencari perhatian para pengguna jalan yang mengakibatkan pada situasi pengacauan akibat kelebihan muatan informasi. Kerancuan Kode. Seandainya ada perbedaan antara kode-kode pembuat tanda dan kode-kode dari para pemakai tanda (yakni warna cerah, pesolek, desain yang rumit yang sepadan dengan kelas tinggi), maka di situ akan ada sedikit komunikasi, kemungkinan 55 3. 4. penyimpangan dalam membaca kode selalu ada meskipun dianggap pengecualian. Perubahan Arti. Perubahan arti terjadi bila tanda-tanda dianggap tidak sesuai lagi oleh orang-orang yang menggunakannya dalam cara yang berbeda. Ambiguitas dalam tanda-tanda. Tanda sering kali bersifat ambigu, ada dua kasus. Pertama, adanya kondisi dimana satu tanda memiliki banyak penanda, kedua, keadaan dimana sejumlah tanda-tanda yang berlainan dapat diungkapkan dengan satu tanda (Berger, 2000: 47-49). Hubungan yang terjadi di antara tanda-tanda itu akan menghasilkan makna yang terbentuk dari tiap tahapan pemahaman akan tanda yang diinterpretasikan. Makna yang terbentuk dari tahapan pemahaman makna tadi dapat berupa makna denotasi dan makna konotasi. Makna Denotasi merupakan makna yang tercipta dari hubungan tanda dengan realitas eksternal atau sebagai arti tertulis dari sebuah tanda. Bisa juga dikatakan bahwa makna denotasi merupakan makna yang paling nyata dari sebuah tanda. Sebagai contoh, gambar burung pada makna sebenarnya adalah hewan yang dapat terbang, namun dalam arti kiasan atau konotatifnya burung diartikan pesan atau kabar. Makna konotasi terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Aspek Verbal dalam iklan dapat kita lihat pada susunan kata-kata yang memperkuat alur cerita dalam iklan yang ditampilkan. Bukan hanya teks dalam sebuah iklan tetapi juga di dalam konteks bahasa itu, kepentingankepentingan yang terkandung yang secara tidak sadar menjadi pesan yang ingin disampaikan. Tentu saja bahasa tersebut dapat digunakan sebagai konfirmasi, membujuk, merayu hingga mengancam. Sehingga permainan 56 bahasa yang digunakan dalam iklan jangan dipandang sebelah mata, karena kebanyakan masyarakat sangat terpengaruh oleh bujuk rayu permainan kata yang terdapat pada iklan sebuah produk. Untuk melakukan penelitian terhadap iklan susu diet WRP yang dicetak di majalah Cita Cinta ini, penulis telah menempuh beberapa tahapan penelitian yang telah direncanakan. Pada tahap awal, peneliti menentukan objek analisis yang akan diteliti. Pada tahap ini penulis memutuskan untuk meneliti iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta edisi Maret 2007 hingga Mei 2008. Setelah itu penulis mengumpulkan teks-teks dari media yang telah ditentukan yang bisa mendukung penelitian ini. Dilanjutkan dengan mengumpulkan jenis pengetahuan kultural yang berkaitan dengan objek yang penulis teliti sehingga memudahkan penulis untuk menjelaskan atau menerangkan isi teks yang diteliti. Dan pada bab selanjutnya penulis akan menerangkan isi teks atau citra dengan hati-hati lalu kemudian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menafsirkan teks yang telah dikumpulkan dan kemudian menjelaskan teks yang telah peneliti kumpulkan dengan menggunakan pengetahuan kultural yang telah ditentukan pada bab empat. Tentu saja tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan akan memudahkan penulis untuk melanjutkan penelitian ke bab-bab selanjutnya. 57 Dalam penelitian ini, penulis bukan saja meneliti tanda yang ada pada iklan tapi juga ingin mengetahui sejauhmana iklan susu diet WRP ini memotivasi wanita untuk memiliki bentuk tubuh yang indah mempesona. 3.3 Objek Penelitian WRP atau Weight Reduction Program adalah nama baru, sebelumnya masyarakat mengenal produk ini dengan Tropicana Slim. Dahulu, produsen ini memproduksi makanan yang sehat, seperti gula diet, biskuit khusus diet, dan juga susu untuk diet. Tapi saat ini, mereka mengkhususkan produk mereka menjadi susu diet WRP. PT. Nutrifood Indonesia ini konsisten dengan komitmennya untuk selalu mengeluarkan produk untuk menjaga kesehatan dan juga perawatan tubuh. Seperti halnya produk yang dikeluarkan saat ini, yaitu susu diet WRP BODYSHAPE yang ditujukan untuk para wanita Indonesia yang ingin memiliki bentuk tubuh yang indah mempesona tanpa harus bersusah payah melakukan diet ketat dan olah raga ekstra. Susu diet WRP keluaran PT. Nutrifood ini terus mengembangkan formula-formula untuk menyempurnakan produk susu mereka. Pada awalnya kandungan formula yang dimiliki oleh susu diet WRP hanya L Carnitine dan CLA yang dapat membantu untuk pembakaran lemak menjadi energi, selanjutnya formula yang dikandung pun berkembang menjadi high vitamin C dan E, tinggi kalsium dan juga mengandung collagen, yang 58 tentunya kandungan dalam produk susu ini akan menyempurnakan penampilan seorang wanita khususnya untuk bentuk tubuh dan warna kulit. Saat ini penulis akan meneliti iklan susu diet WRP yang dipasang pada cover belakang majalah Cita Cinta mulai dari bulan Maret 2007 hingga Mei 2008. WRP selalu memasang iklan terbaru mereka di majalah Cita Cinta. Di mulai dari versi “Masih ditutupi?”, lalu dilanjutkan dengan “Pahat Setiap Lekuk Indahmu” dan yang terakhir adalah “Time Goes by Beauty Remains”. Dalam versi “Masih ditutupi?”, WRP memasang tema liburan di kolam renang tepi pantai dengan menggunakan model seorang wanita cantik bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat dengan wajah yang cantik. Dengan latar belakang hamparan lautan, sang wanita yang sedang berjemur tadi sangat cantik ketika wajahnya terkena sinar matahari. Walau beberapa bagian dari badannya di tutupi oleh ban renang, tidak menutup semua keindahan tubuhnya, karena pembaca majalah Cita Cinta masih bisa melihat keindahan paha dan betis sang model. Versi yang kedua adalah “Pahat Setiap Lekuk Indahmu”. Dalam iklan WRP kali ini, WRP menggunakan model wanita asing atau biasa kita sebut “bule”. Sang model memiliki bentuk tubuh yang indah, berkulit putih dan rambut terurai panjang sedang berdiri di sebelah manekin di ruangan memahat. Wanita tersebut nampak memperlihatkan bentuk tubuhnya yang menawan dalam balutan sackdress berwarna merah yang menyegarkan mata. 59 Dan versi yang terbaru adalah “Time Goes by Beauty Remains”. Model yang digunakan WRP kali ini adalah Miss WRP FFF 2006, Sandra Dewi. Sandra Dewi adalah aktris wanita muda yang saat ini sedang naik daun. Ia memiliki paras yang cantik, berkulit putih mulus dan memiliki bentuk tubuh yang ramping. Dalam iklan tersebut, Sandra Dewi berpose seperti sedang berbaring menghadap ke sebelah kanan menghadap kepada pembacanya. Ia berbaring dihamparan berlian dan ditemani oleh topeng putih yang cantik. Sang model menggunakan gaun berwarna merah yang memperlihatkan keindahan bentuk lengannya. Penggunaan model wanita dalam iklan WRP tidak selalu sama, namun mempunyai benang merah yang bisa dilihat di setiap iklannya, yaitu wanita yang mempunyai wajah cantik dan juga bentuk tubuh yang indah dan juga penggunaan busana atau gaun yang berwarna merah. Selain itu, penempatan produk selalu berada di bawah sebelah kiri dari majalah Cita Cinta dan juga warna merah yang selalu hadir baik berupa warna dari busana yang digunakan sang model, huruf pada logo atau bahkan latar pada iklan. 60 BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI BENTUK TUBUH WANITA DALAM IKLAN DI MAJALAH CITA CINTA Para wanita saat ini rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sebuah kata pengakuan yaitu mempunyai tubuh “langsing“. Tidak sekadar pergi ke tempat fitness yang mahal, menyewa pelatih yang profesional, konsultasi ke dokter, tapi juga mereka rela untuk menahan lapar dan mengurangi porsi menu makanan favorit mereka atau yang biasa kita sebut diet. Hal ini tentunya merupakan keberkahan tersendiri bagi para produsen produk yang berkaitan dengan program pembentukan tubuh pada wanita. Selain meningkatkan aktivitas konsumsi terhadap produk tertentu yang menunjang dalam menciptakan bentuk tubuh yang baik, juga telah memberikan bukti bahwa kaum wanita merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi penjualan produk maupun jasa pembentukan atau pelangsingan tubuh. Hal ini dapat dibuktikan dengan beragamnya produk yang berada di pasaran baik yang berkualitas lokal maupun internasional. Pada kenyataannya, konsep bentuk tubuh yang ideal selalu berubah dari waktu ke waktu, ada saat di mana bentuk tubuh yang besar, montok, berisi, menjadi primadona di mana-mana. Hingga saat ini bentuk tubuh bak “gitar spanyol” yang menjadi pujaan dan patokan para wanita mengenai bentuk tubuh yang sempurna. Namun sebenarnya, tidak pernah ada nilai pasti untuk menilai kata “langsing”. Sebagai pasar yang potensial, wanita Indonesia pun bukanlah pasar yang steril dari terpaan ini. Kenyataan bahwa kecenderungan wanita Indonesia 61 memiliki tubuh yang berisi, padat dan sintal, tidak menyurutkan langkah wanita Indonesia untuk memiliki bentuk tubuh yang langsing. Saat ini di Indonesia sendiri, bentuk tubuh ideal seorang wanita diidentifikasikan dengan tidak memiliki lemak yang menumpuk di perut, memiliki tangan yang tidak menggelambir (kencang), bentuk punggung yang indah tanpa lemak, bentuk pantat yang besar berbentuk, paha dan betis yang kecil ditambah dengan warna kulit yang putih dan rambut yang terurai panjang, seperti yang sering digambarkan dalam iklan produk-produk untuk wanita saat ini. Iklan sebagai medium informasi tidak hanya menawarkan produk dengan bujukan biasa, tetapi iklan dikemas sedemikian rupa sehingga ia mampu melewati kelas tertentu dan gaya hidup tertentu bagi pemakai produknya. Iklan telah menjadi media yang sangat efektif bagi proses penyampaian pesan dari produsen (dalam hal ini perusahaan dan biro iklan) kepada khalayak. Setiap produsen tentunya berupaya dengan segala cara agar mendapatkan keuntungan maksimal dari produk yang dijualnya. Dalam hal inilah iklan turut berperan dalam menyebarluaskan konsep bentuk tubuh itu sendiri. Lewat medialah konsep- konsep bentuk tubuh ini dikenalkan. Bukan hanya kelas dan gaya hidup, tetapi iklan juga merepresentasikan kehidupan wanita masa kini. Konsep bentuk tubuh inilah yang dianut oleh wanita Indonesia saat ini, mulai dari remaja hingga ibu-ibu paruh baya, semua berlomba-lomba untuk memiliki bentuk tubuh yang langsing. Sampai saat ini, penelitian terhadap kaum wanita masih didasarkan pada steoretip berdasarkan kelebihan fisiknya, kesan yang timbul adalah wanita yang dianggap cantik merupakan wanita yang bisa 62 mendapatkan apapun. Hingga pada akhirnya, kecantikan telah menjadi berhala baru bagi kaum wanita (fetitisme). Kaum wanita akan merasa dihargai oleh lingkungannya jika ia cantik dan langsing, padahal secara kodrati tidak semua wanita dilahirkan dengan memiliki keunggulan fisik seperti itu. Pemujaan terhadap kecantikan ini berujung pada pencapaian citra diri yang sempurna sebagai seorang wanita tetapi memiliki kedangkalan nilai, karena yang diperhatikan hanyalah kecantikan fisik semata. Meningkatkan aktivitas konsumsi kaum wanita terhadap kebutuhan akan produk dan jasa kecantikan telah melahirkan gaya hidup konsumtif yang bermuara pada upaya sekeras-kerasnya mencapai materi demi memenuhi kebutuhan yang sifatnya meningkatkan meningkatkan gaya hidup di masyarakat. Penelitian ini berupaya mengkaji bagaimana tanda-tanda yang ada dalam iklan mampu mengubah cara berpikir wanita Indonesia terhadap arti bentuk tubuh yang indah itu sendiri. Iklan memiliki kekuatan bujuk rayu maha dashyat dalam mempengaruhi pikiran orang lain untuk membeli produk tersebut. Seperti halnya sebuah teks, dalam iklan kita dapat menemukan tanda-tanda, bahkan iklan disusun berdasarkan tanda, baik itu ikon, indeks maupun simbol, dengan makna denotatif, konotatif yang dibangun berdasarkan kode-kode budaya yang telah disepakati bersama. Iklan, terutama iklan cetak, lebih menekankan kekuatannya pada daya tarik visualnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana tanda visual iklan untuk ditafsirkan. Iklan WRP ini ditinjau dari tanda-tanda yang ada padanya. Tanda ini mengacu pada sesuatu, dan sesuatu ini dapat berada di dalam 63 maupun di luar iklan tersebut. Lebih jauh lagi, iklan ini bukan sekadar medium informasi dan seni semata, tetapi iklan ini juga merepresentasikan kemampuan kreatif dari pembuatnya. Dalam penelitian ini, penulis tidak menganalisis iklan berdasarkan suatu kerangka tertentu, dengan asumsi bahwa kebanyakan kerangka penelitian dengan pendekatan semiotika lebih banyak digunakan untuk menganalisis naskah berita untuk kemudian diuraikan, sementara iklan lebih menekankan pada unsur visual yang lebih menonjolkan aspek desain kreatifnya daripada teks iklan yang pada iklan media cetak memiliki banyak keterbatasan dalam pengungkapannya. Oleh karena itu, dengan tetap berlandaskan pada tinjauan teoritis mengenai konsep kerjasama triadic Peirce yang merupakan kerjasama antara tiga elemen yang membentuk tanda, yaitu sign, object, dan interpretant, peneliti akan melakukan analisis data terhadap iklan WRP ini berdasarkan dua aspek penting yang membangun iklan, yaitu aspek visual, aspek verbal (naskah dan teks iklan). Tanda visual dan verbal dalam iklan dapat menghasilkan makna denotatif dan konotatif, begitu pula yang terdapat dalam iklan susu diet WRP di majalah Cita Cinta ini. Tanda visual yang terdapat dalam iklan ini antara lain adalah : Sosok manusia yang ada di dalam iklan, benda atau produk yang ditawarkan, penggunaan warna dalam iklan tersebut, huruf atau logo dari produk, dan latar belakang dari iklan tersebut. Sedangkan tanda verbal yang akan diteliti adalah narasi iklan yang terdapat dalam iklan tersebut yang mendukung alur cerita dari iklan itu sendiri. Tanda visual dan verbal dalam iklan tersebut tentu saja dapat menghasilkan makna denotatif dan konotatif. Contohnya saja seperti, adanya 64 sosok wanita yang sedang berdiri di sebelah manekin, makna denotatif yang tercipta adalah apa yang kita lihat dalam iklan tersebut, yaitu ada seorang wanita yang berdiri di sebuah manekin. Sementara makna konotatif yang tercipta dari tanda visual tersebut adalah seorang wanita sedang berpose mencoba menyamakan bentuk tubuhnya dengan manekin yang ada di sebelahnya. Tentu saja pemberian makna denotatif dan konotatif dalam alur cerita pada iklan tersebut menghasilkan sebuah ideologi yang nantinya akan menghasilkan penjelasan tentang representasi bentuk tubuh wanita dalam iklan di majalah. Sebelum memasuki tahapan pembahasan ini, peneliti terlebih dahulu melakukan tahapan-tahapan penelitian yang telah disampaikan pada bab satu, intinya supaya penelitian ini terencana dan mengarah pada hasil yang diinginkan. Adapun tahapan-tahapan yang telah peneliti lakukan adalah: mendefinisikan objek analisis, mengumpulkan teks-teks yang berkaitan dengan iklan di media cetak khususnya di majalah, mengumpulkan bahasan-bahasan atau wacana yang berkaitan dengan objek dari penelitian ini, yang selanjutnya akan dilakukan pembahasan pada bab empat ini. Baru setelah bab IV ini, peneliti akan membuat kesimpulan pada bab lima. Peneliti disini meneliti tentang iklan susu diet WRP di majalah CitaCinta yang tentunya mempunyai segmentasi wanita sebagai pembacanya dan tentunya pemilihan produk susu diet WRP ini dikarenakan produsen dari susu diet WRP ini rutin untuk memasang produknya pada majalah Cita Cinta. Iklan susu diet yang akan diteliti adalah tanggal 28 Maret-11April 2007, 30 Januari-13 Februari 2008 dan tanggal 7-21 Mei 2008. 65 4.1 Analisis Semiotika Iklan susu Diet WRP 4.1.1 Analisis Berdasar Aspek visual versi Masih ditutupi? tanggal 28 Maret-11 April 2007 Alur Iklan : Seorang wanita sedang berjemur di kursi kayu berwarna coklat di tepi kolam renang dengan latar belakang lautan. Sang wanita menggunakan baju renang two piece berwarna coklat namun perut dan kedua lengannya di tutupi oleh ban renang berwarna orange. Aspek Visual Jenis Tanda Manusia : Seorang wanita yang sedang berjemur Ikon, indeks Benda : Produk susu diet WRP Ikon Warna : perpaduan warna orange, coklat Qualisign Logo dan Huruf Simbol Latar : warna biru air kolam renang dan juga air lautan 66 Qualisign Dari gambaran visual di atas, kita bisa menafsirkan satu persatu aspek visual yang ada dalam iklan WRP. a. Sosok Manusia Dalam iklan tersebut digambarkan sosok seorang wanita muda sebagai ikon yang merepresentasikan model iklannya. Selain itu, wanita muda dalam iklan ini juga merupakan suatu indeks, dimana ia mewakili suatu golongannya, yaitu golongan usia muda dengan kecantikan pada masa kini. Sosok wanita berkulit kuning langsat, halus, mulus, hidung mancung, bibir seksi, alis yang tersusun rapi, serta rambut berwarna hitam dan tebal, dengan tatapan yang lurus ke depan dengan bentuk tubuh yang tinggi bisa dilihat dari bentuk betis dan paha yang jenjang dan indah dan tatapan lurus ke depan. Dengan bentuk tubuh seperti diatas, ia terlihat seperti wanita yang selalu merawat diri. Seseorang yang merawat diri dan peduli terhadap penampilannya itu tentunya berasal dari golongan menengah ke atas, karena mereka adalah golongan yang tanpa ragu untuk membelanjakan uangnya untuk tampil cantik. Di sinilah konstruksi iklan terhadap pencitraan dimulai, pencitraan terhadap wanita muda yang senang merawat diri merupakan simbol yang digambarkan untuk mewakili golongan kelas menengah ke atas. Secara tidak langsung, iklan ini menyatakan bahwa jika Anda menggunakan produk ini, maka Anda merupakan bagian dari kami, 67 kaum menengah ke atas. Di samping itu, selain simbol yang menyatakan kelas sosial, iklan ini menggunakan model seorang wanita muda, yang secara langsung telah menyatakan diri bahwa pengguna produk ini adalah kaum muda dengan kepribadian yang mandiri, berjiwa bebas, namun tetap memperhatikan penampilan mereka. Wanita muda sedang bersantai di kursi malas di tepi kolam renang. Secara nyata bisa kita lihat bahwa ia mewakili golongan muda masa kini, cantik, mandiri, memiliki kebebasan, dan berjiwa muda. Tapi disisi lain, gambar ini memberikan isyarat nonverbal yang memiliki makna konotatif, di mana dalam gambaran iklan ini secara implisit memberikan kesan bahwa kehidupan remaja masa kini adalah yang seperti digambarkan dalam iklan ini, bebas, modern dan eksklusif. Bisa dilihat dari kolam renang yang ada pada gambar dan juga latar belakang lautan yang begitu indah, sepertinya iklan ini ingin memberitahukan bahwa saat ini golongan remaja suka untuk menghamburkan uang mereka hanya untuk kesenangan semata dan juga eksklusivitas dan menjunjung tinggi derajat sosial. Selain itu juga gambar pada iklan, tengah mengisyaratkan bahwa wanita tersebut sedang berlibur di kawasan pantai, namun ia terlihat tidak bersemangat untuk menikmati hari liburnya itu. Ia lebih senang hanya terduduk dan membiarkan tubuhnya dijemur 68 terkena sinar matahari. Dari raut mukanya bisa kita lihat bahwa ia seperti tidak percaya diri untuk berenang karena takut bagian tubuhnya yang memiliki kelebihan lemak terlihat oleh orang lain, padahal wilayah kolam renang itu terlihat sepi. bersembunyi di balik kemewahan yang ada. Ia seperti Ia terlihat tidak bahagia dengan bentuk tubuh yang ia miliki saat ini. Seperti dapat dilihat dari tatapan matanya yang kosong menatap ke arah depan dengan ditutupi oleh kacamata hitam. Fungsi kacamata dalam iklan ini pun memiliki makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif dari kacamata yang digunakan oleh model adalah ia menggunakan kacamata karena silau dengan terik matahari yang menyambutnya di kolam renang itu. Sedangkan makna konotatif yang tercipta adalah wanita tersebut seperti menginginkan kebebasan dari apa yang ia lihat dan ditawarkan oleh kolam renang dan lautan tersebut. Wanita tersebut seolah-olah menutup diri dari kebahagiaan dan kegembiraan yang saat ini sedang ia alami yaitu menikmati indahnya lautan dari tepi kolam renang yang tentu saja jarang sekali dirasakan oleh masyarakat pada umumnya, karena kemewahan itu hanya dapat diperoleh mereka yang mempunyai uang yang tebal atau biasa kita sebut golongan atas. Semua kemewahan itu terlihat semu hanya karena sang wanita merasa ia tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya yang memiliki lemak berlebih di beberapa bagiannya. Sehingga kesan 69 yang ditimbulkan adalah seberapa besarnya kemewahan dan kebahagiaan yang ia miliki, seperti tidak dapat memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk wanita tersebut. Sehingga kebahagiaan itu seolah-olah hanya akan didapatkan bila ia mempunyai bentuk tubuh yang ramping sempurna tanpa lemak yang menumpuk di mana pun. b. Benda Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna tertentu, semua itu adalah isyarat nonverbal sejauh ia dapat diberi makna (Mulyana, 2001: 380). Secara kultural tiap daerah memiliki kepercayaan tersendiri terhadap arti penting dan pemaknaan suatu benda. Dalam hal ini WRP sebagai produk yang diiklankan merupakan ikon dari produk yang sesungguhnya. Dengan menggunakan produk ini, maka Anda akan memiliki bentuk tubuh yang langsing karena susu diet WRP dapat menghilangkan tumpukan lemak pada tubuh Anda. Ditambah dengan kemasan produk yang sederhana namun dengan penggunaan gambar pada dus produk WRP membuat konsumen bisa langsung mengenali dan mengidentifikasi bahwa ini adalah produk WRP. Di tambah lagi dengan gambar susu berwarna coklat yang sedang dituang menegaskan bahwa produk yang mereka tawarkan saat itu adalah 70 susu dengan rasa Chococcino. Warna kemasan yang dominan berwarna coklat, memberikan tanda konotatif yang sangat hangat, di mana wanita dan warna coklat diasosiasikan dengan kelembutan, kehangatan, manis dan senang. Hal ini tentunya mempertegas citra produk ini sebagai susu diet yang aman untuk kaum hawa. Selain itu dalam kemasan WRP BODY SHAPE ini juga memperlihatkan model wanita mengenakan sackdrees sepanjang lutut berwarna coklat kulit dengan motif bunga-bunga berwarna coklat dan shall berwarna hijau yang terpasang indah pada leher sang model. Sang model berpose dengan tangan kanan memegang lekuk pada pinggangnya dan tangan kiri memegang shall hijaunya. Makna konotatif pada gaya sang model adalah sang model tidak hanya sedang berpose, tapi juga ingin memperlihatkan keindahan lekuk pada tubuhnya dan memperlihatkan bahwa ia tidak mempunyai lemak berlebih pada daerah perut tidak seperti yang diperlihatkan oleh model wanita yang sedang berjemur di pantai. Dan ekspresi wajah dari model yang terdapat pada kemasan pun mengesankan bahwa ia seperti menantang wanita-wanita lain untuk memiliki bentuk tubuh yang indah seperti dirinya. Kata BODY SHAPE ditulis dengan warna yang berbeda. Kata BODY ditulis dengan warna coklat sedangkan WRP dan SHAPE dengan warna merah. Kata BODY SHAPE itu sendiri memiliki makna konotatif pada huruf “S” yang terdapat pada kata 71 Shape. Bila kita lihat sekilas, mungkin huruf ini bisa diartikan hanya sebagai aksen pada kata Shape, namun menurut penulis huruf “S” tersebut memiliki arti yang lebih dalam dan tentunya memiliki kesatuan dengan produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Huruf “S” yang berbentuk lebih panjang dan ramping jika dibandingkan dengan huruf-huruf yang membentuk kata BODY SHAPE ini tentu memiliki arti khusus. Huruf “S” ini terlihat seperti lekuk tubuh sempurna seorang wanita. Dapat kita bandingkan dengan model wanita yang terdapat pada kemasan produk WRP, ia pun memiliki lekuk tubuh yang menyerupai bentuk huruf “S” yang terdapat pada kata Shape. Tentu saja pembentukan huruf “S” yang seperti itu memiliki arti khusus. Menurut penulis, huruf “S” tersebut untuk mempertegas bahwa produk yang ditawarkan oleh WRP adalah susu diet untuk membentuk tubuh pada wanita yang nantinya akan menghasilkan bentuk tubuh seperti huruf “S” yang terdapat pada kata Shape tersebut. Huruf “S” tersebut juga dapat diartikan sebagai awalan dari kata Slim yang mempunyai arti langsing atau ramping. Dan tentu saja, kata slim itu juga untuk menegaskan bahwa produk WRP tersebut akan membuat tubuh penggunanya menjadi langsing dan ramping seperti huruf “S” pada produk ini. Penempatan contoh kemasan dalam iklan susu diet WRP pun sangat diperhatikan. Contoh kemasan diletakkan di bagian kanan 72 bawah pada cover belakang majalah Cita Cinta. Karena iklan versi “Masih ditutupi” disampaikan dengan posisi yang horizontal, maka peletakkan contoh kemasan dan naskah iklan pun menyesuaikan dengan gambar. Itu semua dimaksudkan tentu saja untuk mempermudah pembaca melihat alur iklan yang ditampilkan dalam iklan susu diet WRP tersebut. Dalam kemasan produk susu diet WRP rasa Chococino pun disertakan pula keterangan-keterangan lainnya seperti formula yang terdapat dalam susu diet WRP tersebut, keterangan model, produsen yang mengeluarkan, berat dari produk dan juga nomor khusus dari BPOM. c. Warna Warna sering digunakan untuk menunjukkan suasana emosional, perasaan, citra rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin keyakinan agama kita (Mulyana, 2001: 376). Setiap daerah memiliki kepercayaan yang berbeda-beda terhadap warna. Di Indonesia, kita menggunakan warna hitam untuk menyatakan belasungkawa, sementara di Jepang pernyataan belasungkawa dinyatakan dengan memakai pakaian warna putih. Warna tidak pernah memiliki kesepakatan universal, karena perbedaan inilah tidak jarang orang bertikai. Dalam iklan ini, banyak warna yang digunakan salah satunya adalah warna coklat dengan permainan banyak warna lainnya. Di 73 Indonesia, warna coklat selalu diidentikkan dengan “kalem”, dan warna orange diidentikkan dengan “cerah”. Warna coklat adalah warna dari pakaian renang yang digunakan oleh model. Makna konotatif yang terjadi adalah sang wanita berusaha untuk tenang ketika bentuk tubuhnya terlihat “lebih” dibandingkan dengan para wanita lainnya yang memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Dan warna orange yang ada pada ban renang tersebut memiliki makna denotatif yaitu alat untuk membantu seseorang agar tidak tenggelam ketika berenang. Namun dalam iklan ini, makna konotatif yang ada pada ban renang tersebut adalah bahwa ban renang adalah penyelamat sang model untuk mendapatkan kebahagiaan di kolam renang tersebut, selain karena wanita tersebut dapat berenang dengan tenang tanpa takut lemaknya akan terlihat oleh orang lain tetapi juga ban renang tersebut digunakan untuk pengganti handuk atau kain pantai yang biasa digunakan oleh seorang wanita ketika berjemur. Dalam iklan ini, sang wanita tetap ingin memperlihatkan kelebihan bentuk tubuhnya yang lain yaitu betis dan paha yang ramping yang tentu saja bisa membuat iri wanita lainnya dan juga daya tarik untuk para pria. Sehingga dengan ia memperlihatkan keindahan bentuk paha dan betisnya membuat kekurangan pada perut dan lengannya tertutupi. 74 d. Logo dan Huruf. Seperti halnya benda, huruf dan logo memiliki makna tertentu. Huruf dan logo yang dipilih dan digunakan dalam sebuah perusahaan atau apapun, selalu berkaitan erat dengan nilai filosofis yang dianut oleh perusahaan itu. Beberapa kalangan menganggap bahwa logo itu membawa “hoki” atau keberuntungan, sehingga tidak jarang kita menemukan pertikaian yang menggugat pesaingnya karena meniru logo perusahaannya. Begitu pun dengan partai politik, yang terjadi saat ini partai politik pecah menjadi dua kubu dan keaslian dan juga logo juga dipermasalahkan, kedua belah pihak saling mengklaim bahwa kubu dan logo mereka yang sah dimata hukum. Setiap pemilihan huruf dan logo ada alasannya. Huruf yang dipilih memiliki makna tertentu yang baik bagi perusahaan maupun bagi khalayak. Sementara logo mencerminkan falsafah yang dianut. Huruf dan logo dalam iklan ini merupakan sebuah simbol, di mana simbol diartikan sebagai sebuah tanda yang berfungsi karena adanya kesepakatan bersama terhadap tanda tersebut. Begitu pula dengan logo dan huruf dalam iklan ini, ketika khalayak melihat logo dan huruf iklan ini, khalayak langsung bisa mengetahui bahwa ini merupakan produk WRP, karena telah terjadi kesepakatan 75 bersama di masyarakat bahwa pengguna huruf dan logo semacam ini adalah produk susu diet dengan merk WRP. Huruf dan logo ini memberikan makna konotatif, di mana dengan melihat logo dan huruf ini, khalayak lantas mengasosiasikannya dengan produk susu diet dari WRP untuk membakar lemak sehingga dapat membentuk tubuh wanita menjadi indah tanpa tumpukan lemak. Logo produk ini adalah huruf times new roman berwarna merah dengan sedikit aksen pada huruf P. Karakter huruf times new roman seringkali kita lihat pada penulisan teks, makalah atau bahkan skripsi dan hal lainnya yang bersifat formal. Hal ini tentu menjadi sebuah identitas bagi produk susu diet WRP. Jadi dengan ikon dari logo produk ini, produsen ingin menyampaikan bahwa bila wanita menggunakan produk ini maka para wanita telah mengambil keputusan yang berani untuk membuat hidup mereka lebih baik dan bersemangat selalu dengan mempunyai bentuk tubuh yang sempurna melalui cara instan yaitu mengkonsumsi susu diet WRP yang tinggi kalsium tanpa lemak. Selain itu juga, dapat kita lihat tulisan BODY SHAPE yang merupakan produk dari susu diet WRP yang khusus ditujukan untuk mereka-mereka yang merasa memiliki lemak yang berlebih sehingga formula dari susu diet WRP ini akan membuat lemak yang ada menjadi energi. Makna denotatif yang ada dalam katakata tersebut adalah membentuk tubuh, karena Body dalam bahasa 76 Indonesia adalah tubuh sedangkan Shape artinya adalah bentuk atau membuat bentuk. membentuk tubuh. Jadi bila disatukan memiliki arti Sehingga di sini WRP menegaskan bahwa iklan ini adalah iklan susu diet keluaran WRP dengan formula BODY SHAPE khusus untuk membentuk tubuh yang ditujukan untuk kaum wanita. Sementara makna konotatif yang tercipta dari penulisan kata BODY SHAPE mempunyai Kata BODY SHAPE itu sendiri memiliki makna konotatif pada huruf “S” yang terdapat pada kata Shape. Bila kita lihat sekilas, mungkin huruf ini bisa diartikan hanya sebagai akses pada kata Shape, namun menurut penulis huruf “S” tersebut memiliki arti yang lebih dalam dan tentunya memiliki kesatuan dengan produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Huruf “S” yang berbentuk lebih panjang dan ramping jika dibandingkan dengan huruf-huruf yang membentuk kata BODY SHAPE ini tentu memiliki arti khusus. Huruf “S” ini terlihat seperti lekuk tubuh sempurna seorang wanita. Dapat kita bandingkan dengan model wanita yang terdapat pada kemasan produk WRP, ia pun memiliki lekuk tubuh yang menyerupai bentuk huruf “S” yang terdapat pada kata Shape. Tentu saja pembentukan huruf “S” yang seperti itu memiliki arti khusus. Menurut penulis, huruf “S” tersebut untuk mempertegas bahwa produk yang ditawarkan oleh WRP adalah susu diet untuk membentuk tubuh pada wanita yang nantinya akan menghasilkan 77 bentuk tubuh seperti huruf “S” yang terdapat pada kata Shape tersebut. Huruf “S” tersebut juga dapat diartikan sebagai awalan dari kata Slim yang mempunyai arti langsing atau ramping. Dan tentu saja, kata slim itu juga untuk menegaskan bahwa produk WRP tersebut akan membuat tubuh penggunananya menjadi langsing dan ramping seperti huruf “S” pada produk ini. e. Latar Belakang Latar belakang dalam iklan ini digambarkan dengan kolam renang berukuran kecil dengan warna air biru laut yang sangat jernih yang berda di tepi hamparan lautan yang indah berwarna biru laut yang sangat menenangkan dan disambut dengan langit yang berwarna biru cerah seperti sedang menyambut sang wanita dengan keindahan warna alam yang memikat. Hamparan lautan yang luas dengan langit yang sangat cerah berwarna biru dengan awan samar berwarna putih, seperti sebuah lukisan yang sangat indah. Dalam iklan tersebut, seperti memperlihatkan buatan manusia tidak pernah bisa menyamai buatan Tuhan dengan keindahan alam yang begitu mempesona. Pengurutan latar belakang yang dimulai dari kolam renang, lautan yang luas dan pemandangan langit yang tak terbatas tentu mempunyai makna yang luas. Makna denotatif dari latar belakang iklan susu diet WRP ini adalah keindahan alam yang tergambar sangat menenangkan karena permainan warna hijau dan biru yang 78 cantik dan mendukung alur cerita dari iklan produk WRP ini. Sedangkan makna konotatif yang terdapat pada gambar dalam iklan ini adalah kebebasan yang tak terbatas. Ini bisa kita lihat dari penggambaran kolam renang yang berukuran sempit, lalu lautan yang sangat luas, ditambah dengan hamparan langit yang terbentang sejauh mata memandang. Kesenangan yang diberikan oleh kolam renang adalah kesenangan yang terbatas oleh keluasan tempat, sedangkan hamparan lautan yang luas itu menunjukkan kenyamanan, keindahan, kebahagiaan dan kenikmatan alam yang tak terhingga. Lautan yang jernih tentu memberikan kenyamanan dan kesenangan tersendiri bagi seseorang. Irama angin, hembusan ombak menjadi irama tersendiri dari lautan. Tentu itu semua menjanjikan kenyamanan dan ketenangan. Sedangkan langit yang luas sejauh mata memandang ini memiliki arti kebebasan yang tidak terbatas dan akan selalu indah dilihat karena setiap kali melihat warna langit yang cerah, orang biasanya akan kembali bersemangat untuk melakukan aktivitas. Dalam hal ini tentu saja makna konotatif yang dihadirkan adalah dengan menggunakan produk susu diet WRP ini, para wanita akan mendapatkan kebebasan dari masalah yang ia hadapi yaitu bentuk tubuh. Jika ia biasanya dalam ruang publik seperti kolam renang saja malu untuk mengenakan baju renang yang bisa 79 memperlihatkan lemak pada tubuhnya, tidak perlu khawatir lagi karena mereka akan mendapatkan kebebasannya dalam waktu singkat dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Para wanita akan mempunyai bentuk tubuh sempurna hanya dengan bersantaisantai saja dengan tetap mengkonsumsi susu diet WRP dan kebebasan untuk selalu membanggakan bentuk tubuh mereka yang tanpa lemak berlebih kepada siapapun. Dan juga produk ini memberikan jaminan bahwa produk mereka tidak akan mempunyai efek samping apapun. Kenyamanan seperti inilah yang biasanya dicari oleh orang-orang dari golongan menengah ke atas. Sedangkan untuk latar belakang, banyak permainan warna biru dan hijau untuk menggambarkan lautan yang jernih. Pada umumnya, orang Indonesia menilai warna hijau identik dengan kesegaran atau nuansa alam yang segar. Menurut Sonneman (2002: 63), warna hijau memiliki asosiasi positif, di antaranya pertumbuhan, uang, kekayaan, kesehatan, keberuntungan, dan alam. Warna hijau sendiri memiliki banyak motif, ada hijau muda, hijau tosca dan juga hijau lumut. Dalam iklan WRP ini, warna hijau yang digunakan adalah hijau yang kebiru-biruan untuk menggambarkan warna laut yang segar dan menenangkan. Makna konotatif yang dihasilkan dari latar belakang tersebut memberikan kesan bahwa para wanita yang menggunakan produk susu diet WRP tidak perlu khawatir akan lemak yang menumpuk pada 80 bagian tubuh mereka karena tanpa bersusah payah dengan diet, senam, fitness dan lainnya, susu diet WRP ini akan membuat bentuk tubuh anda menjadi indah dengan menikmati setiap hari anda seperti biasa. ™ Analisis berdasar Aspek Verbal versi masih ditutupi tanggal 28 Maret – 11 April 2007 Proses komunikasi periklanan dilakukan dengan menggunakan strategi persuasif, di mana khalayak dipengaruhi atau diubah pendapatnya agar mengikuti pesan iklan yang disampaikan oleh iklan (produsen). Khalayak seringkali tidak menyadari bahwa saat mereka melihat iklan, baik di media elektronik, cetak, maupun media lainnya, mereka sedang berada dalam sebuah proses komunikasi yang bersifar persuasif dengan menggunakan teknik bujuk rayu yang tidak disadari. “Proses persuasif merupakan sebuah upaya reorganisasi kognisi khalayak” (Hoed, 2000: 301) agar menuruti pesan iklan. Menurut Hoed, proses kognisi ini sangatlah penting, karena menjadi inti semiotika, dan tanpa terjadi proses penandaan pun tidak akan terjadi. Proses semiosis yang menururt Peirce merupakan kerjasama atau hubungan triadik antara tiga elemen (objek, tanda, dan interpretan) tidak akan pernah berhenti, karena setiap tanda yang melahirkan interpretasi baru akan melahirkan interpretasi baru lagi. Di sini iklan merupakan proses komunikasi jual beli antara 81 produsen (dalam hal ini kita menyebut perusahaan dan biro iklan) dengan khalayak, akan tetapi media pun menjadi salah satu elemen penting dalam proses semiosis ini, karena tiap-tiap media memiliki karakteristik tertentu dengan keunggulan dan kekurangan yang berbeda pula, terutama jika kita ingin membidik pasar tertentu maka karakteristik ini tidak boleh diabaikan begitu saja, di samping pesan apa yang akan disampaikan. Proses semiosis dalam iklan, disebut juga sebagai proses gethok tular (Hoed, 2000: 307), karena proses ini saling mempengaruhi dan terus menerus berkembang sehingga pada titik tertentu. Bahasa verbal merupakan sarana utama dalam menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita (Mulyana, 2000: 238). Pada dasarnya, ada beberapa jenis penggunaan kata yang dapat dijadikan daya tarik sebuah iklan. Akan tetapi, hal itu akan lebih efektif untuk iklan di media televisi, di mana kata-kata diucapkan dengan intonasi tertentu yang membuat orang tertarik. Sementara itu di media cetak, penggunaan kata-kata sangatlah terbatas, sehingga untuk media cetak sendiri, akan lebih efektif jika menggunakan gambar-gambar yang menarik. 82 Untuk iklan media cetak, penggunaan gambar atau ilustrasi jauh lebih menarik, karena apa yang terkandung dalam gambar bisa mempengaruhi dengan cara yang jauh lebih persuasif daripada kata-kata yang tercetak. Penggunaan gambar dalam iklan media cetak adalah dengan membangun konstruksi citra dengan menggunakan simbol-simbol kelas sosial dan simbol-simbol budaya popular (Bungin, 2001: 173). Dalam iklan susu diet WRP versi majalah Cita Cinta edisi tanggal 28 Maret – 11 April 2007 terdapat Headline, subheadline, informasi yaitu pencantuman nomor customer service produk, dan juga informasi busana yang dikenakan oleh model iklan tersebut. Narasi Headline Iklan Masih ditutupi? (diketik dengan huruf Roman berwarna putih) Tulisan ini merupakan headline dari iklan susu diet WRP edisi bulan Maret hingga April 2007 ini. Dalam iklan ini headline yang ditampilkan bukan Identification Headline, karena tidak langsung menawarkan identitas, nama, merk dari produk yang ditawarkan. Namun, disinilah kekuatan dari iklan ini. Tulisan “Masih ditutupi?” ini dijadikan sebagai pembuka atau kalimat sindiran terhadap gaya model pada iklan tersebut. Pembuat iklan ingin mengajak khalayak mencari tahu terlebih dahulu, bagian apa yang sedang ditutupi oleh si model. Ada apa dengan bagian yang 83 harus ditutupi?, Kenapa bagian tersebut harus di tutupi?. Padahal saat itu sang wanita sedang berada di area kolam renang yang merupakan daerah publik, dan merupakan hal yang biasa bila para wanita menggunakan baju khusus renang yang sedikit terbuka. Makna konotatif yang dihasilkan dari kata-kata itu tentu saja langsung bisa mengarah pada produk yang akan ditawarkan, produk yang bisa membuat para wanita tidak perlu menutupi daerah-daerah tertentu yang biasanya memiliki lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah pada tubuh lainnya. Pertanyaan yang sangat sederhana itu justru menimbulkan citra produk yang selalu dapat membantu wanita dalam hal pembentukan tubuh yang indah. Narasi Iklan I Gimana gak ditutupi kalau lemak dimana-mana, sampai acara berjemur aja gak pede begini. Narasi iklan diatas merupakan subheadlines dari headline yang telah dikemukakan terlebih dahulu. Narasi iklan ini merupakan sebuah teks yang berupa monolog, berisi keluhan sang wanita terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Jelas terlihat bahwa iklan ini ditujukan untuk kalangan dewasa muda. Pesan yang ada dalam naskah iklan tersebut, bukan hanya sekedar keluhan terhadap bentuk tubuh sang wanita dan juga dia tidak bisa menikmati acara berjemurnya, 84 tetapi juga merupakan penginformasian untuk mendapatkan masukan yang tepat untuk menghilangkan bagian yang saat itu sedang ditutupi. Dari teks yang tertutup ini, khalayak bisa langsung menyadari bahwa dalam teks ini siapa pangsa pasar yang dituju, gaya dan komposisi penulisan yang tidak formal terlihat dari teks berikut : Gimana gak ditutupi kalau lemak dimana-mana, sampai acara berjemur aja gak pede begini. Penggunaan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang tidak baku terlihat dari penggunaan kata sebagai berikut: …gimana gak…gak pede begini… Kata-kata yang digunakan menyiratkan kepada siapa iklan ini ditujukan, dengan pemilihan kata gimana, gak, pede, produsen telah menyatakan bahwa produk ini ditujukan kepada kaum wanita muda dan dewasa dalam rentang usia 18-30 tahun. Hal ini dapat diketahui dari siapa pengguna kata-kata ini, remaja masa kini cenderung lebih suka menggunakan Bahasa Indonesia tidak baku jika sedang bercakap-cakap dengan teman-temannya atau bahkan hanya untuk sekadar curhat pada diary atau diri mereka sendiri. Bahkan seringkali menggunakan kata-kata slang dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Dari narasi iklan dan desain gambar diatas, kita dapat melihat bahwa pesan yang terkandung dalam iklan ini adalah : 85 1. Pengguna produk akan terlihat lebih pede, bebas dan bahagia bila menggunakan baju terbuka di tempat umum yang tepat karena WRP akan membantu anda mewujudkan keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang indah. 2. Gambaran kelas sosial tertentu, sosok dalam iklan ini merupakan generasi muda dewasa dari kalangan menengah ke atas yang sangat memperhatikan penampilan. 3. Gambaran gaya hidup remaja masa kini, modern, mandiri dan berjiwa penuh kebebasan. Narasi Iklan II Makanya, jangan ditutupi….Lebih baik diperbaiki. Dengan WRP Body Shape yang mengandung L Carnitine dan CLA, membantu proses pembakaran lemak menjadi energi. WRP BODY SHAPE… BURN FAT GET SHAPE! Narasi iklan ini tidak memiliki slogan, yang ada hanyalah teks iklan yang merupakan Factual Hard Selling, yaitu teks yang menyodorkan kehebatan produk dan menyuruh khalayak untuk membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan. Tetapi disini, khalayak tidak disuruh membeli produk secara eksplisit, melainkan dengan memainkan kekuatan bahasa untuk mempengaruhi khalayak secara persuasif. Kekuatan inilah yang dimiliki tekas, meskipun terbatas, tetapi dengan menggunakan permainan kata-kata, maka khalayak dapat dipengaruhi secara 86 tidak sadar. Dalam iklan ini pesan persuasif yang dimiliki iklan susu diet WRP ini terlihat dari teks: Makanya, jangan ditutupi…lebih baik diperbaiki. Sedangkan teks lainnya menggambarkan keunggulan produk yang ditawarkan, bahwa kelebihan dari membentuk tubuh anda secara cepat. produk tersebut akan Seperti yang dinyatakan dalam teks berikut ini: Dengan WRP Body Shape yang mengandung L Carnitine dan CLA, membantu proses pembakaran lemak menjadi energi. WRP BODY SHAPE…BURN FAT GET SHAPE ! (kalimat yang bergaris bawah pada iklan, dicetak tebal berwarna putih dengan latar berwarna merah) Teks diatas menunjukkan keunggulan produk dan cara kerja produk sekaligus juga memberikan gambaran bahwa lemak yang ada dalam tubuh wanita itu jangan dibiarkan melainkan harus dimusnahkan dengan cara mengubahnya menjadi energi, sehingga membuat tubuh memiliki lekuk yang sempurna. Dalam konteks seperti ini media berperan dalam menyebarluaskan konsep bentuk tubuh yang indah seperti ini, konsep dimana wanita masa kini harus memiliki bentuk tubuh yang indah dan mempesona. Penggunaan istilah-istilah ilmiah dalam teks ini adalah: …..mengandung L Carnitine dan CLA… 87 Dilakukan untuk memperkuat keberadaan produk ini secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Produsen tentunya tidak ingin khalayak mempertanyakan kualitas medis dari produk ini, sehingga dirasakan perlu untuk mencantumkan secara ilmiah dan media bahwa produk ini aman dan layak untuk dikonsumsi. Informasi pencantuman nomor telepon customer service menciptakan citra bahwa produsen produk tersebut loyal terhadap calon penggunanya, karena para calon pengguna produk dapat bertanya apapun juga kepada customer care WRP dengan menghubungi nomor telepon bebas pulsa atau melalui email. Pencantuman informasi customer care ini tentunya mempermudah konsumen untuk mengetahui lebih jelas tentang produk susu diet WRP BODY SHAPE ini. Pencantuman informasi wardrobe atau busana yang digunakan oleh model yang terdapat dalam iklan tersebut juga mempertegas bahwa produk tersebut ditujukan untuk golongan menengah ke atas, itu diperlihatkan dari wardrobe yang digunakan adalah busana renang keluaran SPEEDO-Athlete Foots, yang berada di Plasa Senayan. Karena kita ketahui bersama Plasa Senayan adalah salah satu mall besar di Jakarta yang selalu dikunjungi oleh masyarakat golongan menengah ke atas. 88 Secara keseluruhan, pesan yang tersirat maupun tersurat dalam naskah iklan ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kualitas, kemewahan, kenyamanan. Elemen tanda yang digunakan menyiratkan kesederhanaan yang dapat dimaknai sebagai tiga kata sifat di atas. Menggunakan produk ini berarti Anda adalah golongan orang dari kelas sosial dengan sifat nyaman, mewah dan mementingkan kualitas. b. Pertanggungjawaban dari produsen secara medis dan ilmiah, bahwa produk ini sudah mengalami proses penelitian yang panjang dalam pembuatannya, sehingga aman untuk dikonsumsi. c. Kenyamanan muncul dari penggunaan warna, sosok wanita muda masa kini yang mandiri, modern tapi masih memiliki sentuhan kelembutan seorang wanita. d. Keunggulan produk dengan pengungkapan kelebihan dan cara kerja produk yang dipasarkan, produk ini secara implisit menyatakan bahwa ia merupakan produk penyempurna kualitas. 89 4.1.2 Analisis berdasarkan Aspek Visual versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu tanggal 30 Januari-13 Februari 2008 Alur Iklan : Seorang wanita bergaun merah mini setengah paha berdiri sambil sedikit menyerongkan badan seperti berpose dan menoleh ke arah manekin yang berada di sebelahnya dalam sebuah ruangan memahat. Aspek Visual Manusia : Seorang wanita yang sedang menyerongkan badannya seperti sedang berpose dengan menekuk sebelah kakinya. Benda : Produk susu diet WRP Jenis Tanda Ikon, Indeks Ikon Warna : Merah Qualisign Logo dan Huruf Simbol Latar : Hitam dan seperti berada di ruang memahat. 90 Qualisign Dari gambaran visual di atas, maka penulis menafsirkan satu persatu aspek visual yang ada dalam iklan susu diet WRP. a. Sosok Manusia Dalam iklan susu diet WRP versi pahat setiap lekuk indahmu, digambarkan seorang wanita sedang berdiri di sebelah manekin dengan menyerongkan badannya dan sedikit menekuk kakinya seperti seorang model sedang berpose. Sang wanita tadi melihat ke arah manekin seperti sedang menyamakan bentuk tubuh mereka yang sempurna. Wanita muda yang ada pada iklan tersebut memiliki wajah “bule” dengan rambut panjang sedikit kecoklatan, alis hitam tebal, hidung mancung, bibir tipis merah muda, kulit putih dan juga tinggi badan yang proporsional. Di sini, ia mewakili golongannya yaitu usia wanita dewasa dengan kecantikan masa kini dan bentuk tubuh yang mempesona. Si model tersebut sedikit menahan senyumnya sambil menyamakan bentuk tubuhnya dengan manekin yang terpajang di sebelahnya. Di sini, bisa kita lihat makna denotatif pada iklan tersebut, sang wanita hanya ingin menyamakan bentuk tubuhnya dengan manekin yang sempurna. Namun makna konotatif yang terjadi adalah bila dilihat sebuah manekin adalah hasil karya pemahat yang sangat sempurna. Manekin memiliki gambaran bentuk tubuh yang sangat sempurna. Bisa kita lihat di toko-toko, kebanyakan mereka memajang manekin yang berlekuk tubuh 91 sempurna baik pria maupun wanita. Manekin dapat digambarkan seolah-olah sama dengan bentuk tubuh wanita maupun pria pada umumnya. Namun pada kenyataannya jarang sekali kita temui wanita maupun pria yang memiliki bentuk tubuh sempurna yang sama dengan manekin. Walaupun kadang bila kita melihat bentuk tubuh seseorang itu indah atau mempesona, kita akan mengatakan badannya seperti model, padahal bentuk tubuh para model pun beragam belum tentu sama dengan ukuran bentuk tubuh manekin. Tentu saja, ini adalah waktu dimana citra bekerja, dengan menggunakan produk ini maka para wanita bisa mempunyai tubuh yang sempurna seperti manekin. Dapat kita lihat pada iklan tersebut, manekin tersebut seperti menyerongkan badannya ke arah kiri untuk memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menyerupai bentuk huruf “S” pada bagian sebelah kanan. Sementara sang model menyerongkan badannya ke sebelah kanan untuk memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sebelah kiri dan tentu saja untuk memperlihatkan bentuk tubuhnya yang hampir sama dengan yang dimiliki oleh manekin. Selain itu tangan kiri sang model mengayun bebas untuk memperlihatkan bahwa ia pun memilki lekuk tubuh yang indah sama seperti manekin yang berada di sebelahnya. Sementara tangan kanan sang model menempel tepat di samping pinggang sebelah kanan seperti memastikan 92 bahwa pada bagian ini sang model pun tidak memiliki lemak yang menumpuk seperti kebanyakan wanita pada saat ini. Cara berpose sang model pun disamakan dengan hasil pahatan manekin, ini dilakukan untuk memperlihatkan bentuk paha dan betis sang model yang indah dan jenjang sama seperti manekin. Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh model pun seperti memperlihatkan bahwa ia sedang memperhatikan dengan serius bentuk tubuh manekin apakah sama dengan bentuk tubuh yang ia miliki saat ini. Selain itu model dan warna rambut sang wanita sedang-in saat ini di kalangan wanita dewasa muda. Pakaian dan high heels yang dikenakan oleh model tersebut pun sangat matching dan memperlihatkan bentuk tubuh yang sempurna. Dan juga kulit model yang putih, mulus, terawat memperlihatkan bahwa ia bukan dari golongan sembarangan, melainkan dari golongan menengah ke atas yang sangat memperhatikan kesehatan kulitnya. Sehingga tampilan yang indah itu menimbulkan kesan bahwa wanita dewasa muda saat ini sangat memperhatikan penampilan dan mengikuti trend fashion from head to toe terkini. Sang model menggunakan model busana sackdress berwarna merah terusan se-paha dengan model tanktop pada bagian lengan. Warna merah diidentikkan dengan gairah, rangsangan, menggoda, semangat, dan berani, sehingga makna 93 konotatif yang muncul adalah seorang wanita yang berani mengambil keputusan untuk menggunakan produk susu diet WRP akan selalu bersemangat melewati hari-harinya karena ia mempunyai gairah atau semangat baru karena tidak perlu khawatir lagi dengan bentuk tubuhnya yang kurang indah. Model busana yang dikenakan pun memberikan kesan bahwa wanita tersebut berjiwa muda, dinamis, mandiri dan berkeinginan untuk selalu tampil menawan. Selain itu penggunaan model seorang wanita luar Indonesia atau biasa disebut “bule“ ini tentu saja mempunyai maksud, yaitu untuk mengangkat status atau kelas sosial para penggunanya, karena biasanya penggunaan model ini juga berpengaruh pada penilaian masyarakat terhadap kualitas suatu produk. Bisa dilihat saat ini perkembangan mode masyarakat lebih ke budaya barat, begitupun dengan produk yang mereka gunakan. Merek tas Louis Vuitton yang sangat terkenal saat ini sedang digandrungi wanita Indonesia baik dewasa maupun ibu-ibu. Selain itu juga, Indonesia saat ini sudah mulai berkiblat ke budaya barat dalam hal berbusana dan juga pergaulan. Itu bisa dilihat dari pergaulan anak muda zaman sekarang yang mulai akrab dengan hiburan malam, dan juga trend fashion yang berkembang saat ini pun mulai mengikuti perkembangan budaya barat. Ini bisa dilihat dengan mulai banyaknya model busana yang berani terbuka, 94 bahkan saat ini kita lihat sudah banyak wanita usia remaja tidak malu menggunakan tanktop atau hotpant pada siang hari hanya untuk berjalan-jalan di mall. Tentu saja hal ini bertentangan dengan budaya timur yang kita anut. Selama ini, bangsa timur terkenal dengan adat istiadat yang dijunjung tinggi, keramahannya dan juga kesopanan dalam berbusana. Namun saat ini sepertinya usia remaja dan dewasa generasi muda kita lebih banyak mengambil budaya barat sebagai contoh, sehingga menjadikan budaya dan tata berbusana barat sebagai masukan untuk trend busana yang akan ia kenakan. Begitu juga dengan penggunaan model “asing” ini, tentu saja mempunyai pesan bahwa bentuk tubuh yang indah adalah seperti model “asing” tersebut yang menyerupai manekin. b. Benda Dalam hal ini WRP sebagai produk yang diiklankan merupakan ikon dari produk yang sesungguhnya. Dengan menggunakan produk ini, maka Anda akan memiliki bentuk tubuh yang langsing karena susu diet WRP dapat menghilangkan tumpukan lemak pada tubuh Anda. Kemasan produk yang sederhana namun dengan penggunaan gambar pada dus produk WRP membuat konsumen bisa langsung mengenali dan mengidentifikasi bahwa ini adalah produk WRP. Di tambah lagi dengan gambar susu berwarna hijau yang sedang dituang 95 menegaskan bahwa produk yang mereka tawarkan saat itu adalah susu dengan rasa Honeydear Melon. Warna kemasan yang dominan berwarna merah, memberikan tanda konotatif yaitu semangat, gairah dan berani. Wanita dan warna merah diasosiasikan dengan kegairahan dan semangat untuk selalu tampil menawan. Selain itu juga kemunculan warna hijau pada tulisan dan gambar susu yang dituang memberikan aksen yang berbeda. Hijau diasosiasikan dengan kenyamanan, kesegaran, keindahan. Sehingga dengan adanya warna hijau di tengah warna merah, memberikan kesejukan di tengah semangat yang sedang membara. Hal ini tentunya mempertegas citra produk ini sebagai susu diet yang aman untuk kaum hawa. Dalam kemasan WRP BODY SHAPE ini juga memperlihatkan model wanita mengenakan gaun panjang berwarna merah dengan model belakang terbuka sehingga memperlihatkan keindahan punggung hingga pinggang sang model dari bagian belakang. Makna konotatif pada gaya sang model adalah sang model tidak hanya sedang berpose membelakangi konsumen dengan kepala dan mata yang mengarah ke depan, tapi juga ingin memperlihatkan keindahan lekuk pada tubuhnya dan memperlihatkan bahwa ia tidak mempunyai lemak berlebih pada daerah perut dan punggung. Bentuk Ekspresi wajah dari model yang terdapat pada kemasan pun mengesankan bahwa ia seperti 96 ingin memperlihatkan kebanggaan dirinya mempunyai bentuk tubuh yang indah. Dalam kemasan produk susu diet WRP tersebut, kata WRP BODY SHAPE ditulis dengan warna putih berlatar merah. Warna putih biasanya diasosiasikan dengan bersih, suci sehingga penulis melihat makna konotatif yang ada dalam kata tersebut adalah sebuah niat yang suci untuk membentuk tubuh menjadi indah dengan semangat muda yang membara. Sehingga untuk mengambil keputusan menggunakan produk susu diet WRP ini bukan sebuah kesalahan atau hanya mengikuti tren saja, melainkan untuk keindahan dan kenyamanan penggunanya sendiri. Kata BODY SHAPE pada kemasan produk itu sendiri memiliki makna konotatif pada huruf “S” yang terdapat pada kata Shape. Bila kita lihat sekilas, mungkin huruf ini bisa diartikan hanya sebagai aksen pada kata Shape, namun menurut penulis huruf “S” tersebut memiliki arti yang lebih dalam dan tentunya memiliki kesatuan dengan produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Huruf “S” yang berbentuk lebih panjang dan ramping jika dibandingkan dengan huruf-huruf yang membentuk kata BODY SHAPE ini tentu memiliki arti khusus. Huruf “S” ini terlihat seperti lekuk tubuh sempurna seorang wanita. Dapat kita bandingkan dengan model wanita yang terdapat pada kemasan 97 produk WRP, ia pun memiliki lekuk tubuh yang menyerupai bentuk huruf “S” yang terdapat pada kata Shape. Tentu saja pembentukan huruf “S” yang seperti itu memiliki arti khusus. Menurut penulis, huruf “S” tersebut untuk mempertegas bahwa produk yang ditawarkan oleh WRP adalah susu diet untuk membentuk tubuh pada wanita yang nantinya akan menghasilkan bentuk tubuh seperti huruf “S” yang terdapat pada kata Shape tersebut. Huruf “S” tersebut juga dapat diartikan sebagai awalan dari kata Slim yang mempunyai arti langsing atau ramping. Dan tentu saja, kata slim itu juga untuk menegaskan bahwa produk WRP tersebut akan membuat tubuh penggunanya menjadi langsing dan ramping seperti huruf “S” pada produk ini. Dengan penggunaan warna merah yang dominan makin memperkuat arti bahwa bila membeli produk tersebut maka wanita akan selalu bersemangat untuk memiliki bentuk tubuh seperti bentuk tubuh model yang terdapat pada kemasan susu tersebut. Sang model pun mempunyai kelebihan lain, yaitu memiliki warna kulit yang putih dan mulus sehingga menjadi nilai tambah tersendiri untuk kemasan tersebut, selain itu juga menjadi satu kesatuan dengan model wanita yang digunakan dalam iklan ini, karena sama-sama menggunakan baju berwarna merah, berambut panjang, berparas cantik mempesona dan berkulit putih. Tandatanda tersebut seperti ingin memberitahukan bahwa model wanita 98 seperti sang wanita dalam iklan dan kemasan produk susu diet WRP inilah yang saat ini sedang didamba oleh para wanita. Dalam iklan ini, susu diet WRP memberikan contoh bentuk kemasan yang dijual di pasaran dengan menempatkannya di sebelah kiri bawah majalah CitaCinta atau lebih tepatnya di bawah gambar manekin. “asal-asalan”. Tentunya penempatan produk tersebut tidak Penempatan produk tersebut memudahkan calon konsumennya untuk mencerna alur iklan tersebut, bahwa bila ingin memiliki bentuk tubuh indah seperti manekin atau model wanita di sebelah saya (manekin), anda hanya perlu mengkonsumsi susu diet WRP. Desain cover dus kemasan susu diet WRP pun disesuaikan dengan versi promo yang sedang dilakukan. Dalam kemasan pun terdapat informasi tentang produk seperti formula yang terkandung dari susu yang ditawarkan, model yang ada dalam kemasan, berat isi produk, nomor khusus dari BPOM, dan juga produsen yang membuatnya. c. Warna Dalam iklan ini warna yang menonjol adalah penggunaan warna hitam, putih dan merah. Di Indonesia, warna merah selalu diidentikkan dengan gairah, semangat, keberanian…Sementara hitam diidentikan dengan kesedihan atau patah hati… (Mulyana, 2001: 377). 99 Seperti yang dijelaskan di atas, warna merah selalu diasosiasikan dengan wanita yang berani, dan berkaitan dengan semangat dan gairah. Ditambah dengan keberadaan warna putih yang diidentikkan dengan kelembutan, kesucian, kebersihan dan kepolosan. Warna hitam disini mendukung alur pada iklan tersebut. Penggunaan warna hitam dalam iklan ini, hanya ingin membuat suasana pada gambar terlihat elegan dan lebih menonjolkan manekin dan model wanita tersebut sebagai maha karya yang dihasilkan dari tempat yang yang mempunyai kesan sepi. Dalam hal ini, merah dan putih menjadi tanda karena ia menyimbolkan citra wanita dalam iklan sebagai mahluk yang cantik, lembut, suci, polos, berani dan bersemangat. Pada dasarnya, tidak ada qualisign murni, maka dalam iklan ini pula, warna merah sebagai qualisign bisa berfungsi dan diinterpretasikan sebagai kesan berani dan bergairah, karena ia digabungkan dengan ikon wanita. Warna merah dan putih juga memiliki nuansa warna yang berbeda. Putih merupakan bagian warna pastel, atau tidak menyala, karena warna pastel atau lembut, selalu memberikan simbol elegan, mewah, anggun, dan berkualitas. Sehingga bila digabungkan dengan warna merah dan hitam akan sangat terlihat bahwa produk ini merupakan produk yang berani, mewah, anggun, elegan, dan berkualitas tinggi. 100 d. Logo dan Huruf Huruf dan logo ini memberikan makna konotatif, di mana dengan melihat logo dan huruf ini, khalayak lantas mengasosiasikannya dengan produk susu diet dari WRP untuk membakar lemak sehingga dapat membentuk tubuh wanita menjadi indah tanpa tumpukan lemak. Logo produk ini adalah huruf times new roman berwarna merah dengn sedikit aksen pada huruf P. Karakter huruf times new roman seringkali kita lihat pada penulisan teks, makalah atau bahkan skripsi dan hal lainnya yang bersifat formal. Hal ini tentu menjadi sebuah identitas bagi produk susu diet WRP. Jadi dengan ikon dari logo produk ini, produsen ingin menyampaikan bahwa bila wanita menggunakan produk ini maka para wanita telah mengambil keputusan yang berani untuk membuat hidup mereka lebih baik dan bersemangat selalu dengan mempunyai bentuk tubuh yang sempurna melalui cara instan yaitu mengkonsumsi susu diet WRP yang tinggi kalsium tanpa lemak. Tipe huruf times new roman adalah tipe huruf yang banyak digunakan dalam teks yang bersifat formal. Desain huruf times new roman ini pertama kali diciptakan untuk Koran “The Times of London” pada tahun 1930an. Karena kemampuan dibacanya yang sangat tinggi serta sangat efisien karena bentuknya yang ringkas sehingga di dalam satu inchi persegi akan berisi lebih banyak huruf times new roman jika dibandingkan dengan huruf lainnya. Huruf 101 times new roman memiliki bentuk huruf yang lebih berat, tetapi tidak memakan tempat yang banyak, memiliki kejelasan yang lebih bagus dan harus lebih indah. Dan saat ini, huruf times new roman dikenal sebagai huruf yang paling banyak dipilih untuk buku, koran, majalah maupun penggunaan secara umum, karena huruf ini mudah dikombinasikan dengan jenis huruf yang lain dan baik sebagai teks maupun huruf display. Penempatan Logo dan Huruf pada iklan WRP versi Pahat setiap lekuk indahmu terdapat pada bagian kanan bawah iklan. WRP ditulis dengan warna merah dengan slogan science.beauty.life dibawahnya. Logo WRP yang dicetak warna merah ini, berukuran 36 dengan tipe huruf times new roman dengan sedikit aksen pada huruf R dan P. Keberadaan logo dan simbol WRP dalam iklan ini tentu untuk menegaskan bahwa produk yang diiklankan saat ini adalah keluaran dari merk WRP. Selain itu slogan science.beauty.life merupakan tujuan yang diusung oleh WRP. Kaya akan pengetahuan atau pintar, cantik dan hidup yang lebih berharga adalah tujuan yang ingin dicapai WRP dalam membentuk para calon penggunanya tentu selain dalam membentuk tubuh yang indah. Science atau pengetahuan, dalam arti luas yaitu pintar. WRP disini ingin membuat pernyataan bahwa wanita yang pintar tentu 102 akan memilih produk WRP untuk membuat bentuk badannya terlihat mempesona. Beauty berarti cantik. Sampai saat ini sebenarnya tidak ada patokan atau batasan yang paten tentang tanda-tanda cantik itu sendiri. Tapi di sini, sepertinya WRP ingin mengatakan bahwa dengan menggunakan produk ini, maka para wanita akan terlihat cantik karena akan memiliki bentuk tubuh yang indah selain kacantikan fisik yang telah dimiliki oleh para penggunanya. Life artinya hidup. Hidup di sini diartikan kebebasan. Realita yang ada saat ini, bila kita tidak memilki bentuk tubuh yang dikatakan “langsing” saat ini, kita merasa tidak diakui keberadaannya oleh publik. Tidak dikatakan cantik atau malu dan tidak percaya diri dengan keadaan bentuk tubuh kita sendiri. Sehingga dengan slogan yang terakhir ini life, WRP ingin memberikan kehidupan yang bebas dari kekangan rasa malu, minder dan tidak percaya diri. Ini dikhususkan untuk mereka yang ingin mendapatkan kepercayaan diri dengan bentuk tubuhnya. Selain itu dengan mengkonsumsi produk ini, para wanita akan merasa lebih berharga dan bahagia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan pemakaian warna merah dalam Logo dari WRP ini pada dasarnya untuk menarik perhatian. Tapi dari makna konotatif yang ada, peneliti melihat bahwa penggunaan warna merah pada logo WRP ingin menegaskan bahwa produk ini 103 ditujukan bagi mereka yang berani mengambil keputusan, berani melakukan perubahan, berani untuk menjadi lebih cantik dan mempesona. e. Latar Belakang Latar belakang dalam iklan ini digambarkan berada di tempat memahat, ini bisa dilihat dengan adanya bentuk batu yang dipahat menyerupai empat jari kita, dimulai dari telunjuk hingga kelingking yang seperti muncul dari bawah. Dengan nuansa hitam pada ruangan tersebut tentu saja memberikan ketenangan pada para pemahat untuk menghasilkan karya yang terbaik dan memberikan ruang untuk berpikir dalam mengeluarkan ide-ide lain yang lebih baik lagi. Arti lain dari bentuk jari tersebut adalah usaha dan kerja keras untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ini bisa dilihat bahwa bentuk pahatan tangan tersebut seperti sedang akan mencengkeram sesuatu. Bila dikaitkan dengan model yang berada di depannya dapat diartikan bahwa bila kita menginginkan sesuatu, dengan kerja keras semua itu akan kita peroleh. Di bawah pahatan tadi terdapat alur jalan berwarna putih yang berada di belakang model dan manekin, ini mempunyai arti sebagai jalan atau tempat memamerkan hasil karya agar orang berhati-hati karena lantai antara bentuk pahatan tadi dan tempat model berdiri berbeda kira-kira 3cm. Namun untuk makna lainnya, itu berarti banyak jalan yang dapat dipilih untuk mendapatkan 104 bentuk tubuh yang indah seperti manekin asalkan ada usaha yang keras dan juga semangat untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Gradasi warna hitam dan putih yang muncul belakangan seperti sinar lampu dari ruangan yang berbeda memiliki arti konotatif bahwa setelah kita bekerja keras untuk membentuk tubuh kita untuk menjadi indah, nanti akan ada masanya kita untuk bersenang-senang dengan hasil yang kita dapat. Seperti membuka lembaran baru dalam kehidupan. Kita seperti diakui keberadaannya oleh masyarakat dengan bentuk tubuh yang berbeda dari sebelumnya. Dahulu kita tidak dianggap apa-apa namun sekarang kita adalah bintang yang siap bersinar dengan terangnya. Suasana dari ruangan memahat memilki arti bahwa produk ini ditujukan untuk golongan menengah ke atas, karena golongan itulah yang mengerti dan memperhatikan seni ukir yang mahal ini. Selain itu, fungsi manekin yang berda di ruangan memahat itu untuk menunjukkan bahwa keindahan sebuah bentuk itu mahal harganya, begitu pula dengan bentuk tubuh sang model. Mahal disini diartikan bahwa untuk memperoleh bentuk tubuh yang indah seperti itu tentu harus dibayar dengan pengorbanan yang seimbang pula. 105 ™ Analisis berdasarkan Aspek Verbal versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu tanggal 30 Januari-13 Februari 2008 Dalam iklan bulan Januari ini, kita dapat melihat tema yang mereka gunakan untuk iklan ini. Tentunya temanya pun berkaitan dengan maksud dari produk itu sendiri, yaitu untuk membuat bentuk tubuh wanita menjadi ramping. Narasi Headline Iklan Pahat Setiap Lekuk Indahmu (diketik dengan huruf Times New Roman berwarna putih) Tulisan ini merupakan headline dari iklan susu diet WRP edisi bulan Januari hingga Februari 2008. Dalam iklan ini headline yang ditampilkan bukan Identification Headline. Namun, disinilah kekuatan dari iklan ini. Tulisan “Pahat Setiap Lekuk Indahmu” ini dijadikan sebagai pembuka atau kalimat sindiran terhadap gaya model pada iklan tersebut. Pembuat iklan ingin mengajak khalayak mencari tahu terlebih dahulu, arti Pahat Setiap Lekuk Indahmu. Bagian mana saja yang harus dibentuk lebih indah lagi?, Bagian tubuh mana saja yang terlihat sudah indah?. Sedangkan sang wanita saat itu sedang berada di ruang memahat yang terkesan eksklusif. Makna konotatif yang dihasilkan dari kata-kata itu tentu saja langsung bisa mengarah pada produk yang akan ditawarkan, produk yang bisa membuat para wanita memiliki bentuk tubuh yang indah mempesona. Pernyataan yang sangat sederhana itu 106 justru menimbulkan citra produk yang selalu dapat membantu wanita dalam hal pembentukan tubuh yang indah. Narasi Iklan I Jangan hanya puas sampai ramping. WRP® Body Shape®, susu tinggi protein dengan CLA, Bantu pahat setiap lekuk indahmu. Narasi iklan diatas merupakan subheadlines dari headline iklan versi “Pahat Setipa Lekuk Indahmu”. Narasi iklan ini merupakan sebuah teks yang berupa monolog, berisi pernyataan produsen yang ingin mengingatkan konsumennya jangan hanya terlena dengan bentuk tubuh yang langsing saja, tetapi bentuk tubuh yang indah itu adalah yang memperlihatkan kelebihan bentuk tubuh wanita dibandingkan dengan bentuk tubuh seorang pria. Jelas terlihat bahwa iklan ini ditujukan untuk kalangan dewasa muda dengan golongan menengah ke atas, itu dapat dilihat dari pernyataan di atas. Pernyataan tersebut seperti mengingatkan bahwa sekarang ini langsing saja tidak cukup untuk mendapatkan pengakuan cantik, tetapi bentuk tubuh yang indah mempesona yang sedang didamba banyak wanita. Pernyataan tersebut juga didukung dengan adanya model wanita berbentuk tubuh indah bergaun merah yang berdiri disebelah manekin, yang kita ketahui bersama bahwa bentuk tubuh manekin adalah bentuk tubuh yang 107 sempurna. Dimulai dari bentuk payudara yang indah lalu dilanjutkan dengan perut yang indah, rata tanpa lemak dan juga bentuk pantat yang besar dan indah, tentu saja ukuran dari payudara hingga ke pantat telah disesuaikan dengan patokan yang telah menjadi standar untuk manekin. Dari teks yang tertutup ini, khalayak bisa langsung menyadari bahwa dalam teks ini siapa pangsa pasar yang dituju, gaya dan komposisi penulisan yang tidak formal terlihat dari penulisan teks yang menyamping ke sebelah kiri sehingga menimbulkan kesan tidak kaku. Kata-kata yang digunakan menyiratkan kepada siapa iklan ini ditujukan, produsen telah menyatakan bahwa produk ini ditujukan kepada kaum wanita muda dan dewasa dalam rentang usia 18-30 tahun. Hal ini dapat diketahui dari penggunaan kata-kata yang ditulis di atas. Kalimat diatas terdengar lugas namun santai, seperti pemberitahuan dari majalah remaja yang lugas namun kreatif. Dari naskah iklan dan desain gambar diatas, kita dapat melihat bahwa pesan yang terkandung dalam iklan ini sama dengan apa yang terkandung dari naskah iklan versi “Masih ditutupi?”. Dalam naskah iklan versi Pahat setiap lekuk indahmu, terdapat kata-kata yang menunjukkan kelebihan produk ini, yaitu: …susu tinggi protein dengan CLA… Teks iklan ini merupakan Factual Hard Selling. Disini, khalayak tidak disuruh membeli produk secara eksplisit, melainkan 108 dengan memainkan kekuatan bahasa untuk mempengaruhi khalayak secara persuasif. Kekuatan inilah yang dimiliki teks, meskipun terbatas, tetapi dengan menggunakan permainan katakata, maka khalayak dapat dipengaruhi secara tidak sadar. Dalam iklan ini pesan persuasif yang dimiliki iklan susu diet WRP ini terlihat dari teks: ….Jangan hanya puas sampai ramping…. Sedangkan teks lainnya menggambarkan keunggulan produk yang ditawarkan, bahwa kelebihan dari membentuk tubuh anda secara cepat. produk tersebut akan Seperti yang dinyatakan dalam teks berikut ini: WRP® Body Shape®, susu tinggi protein dengan CLA, Bantu pahat setiap lekuk indahmu. Teks diatas menunjukkan keunggulan produk dengan formula yang dimilikinya dan juga cara kerja dari produk tersebut. Produk tersebut akan membantu membentuk tubuh wanita dengan cara cepat dan instant. Dalam konteks seperti ini media berperan dalam menyebarluaskan konsep bentuk tubuh yang indah seperti ini, konsep dimana wanita masa kini harus memiliki bentuk tubuh yang indah dan mempesona. Tidak hanya puas ketika kita memiliki bentuk tubuh yang langsing saja, tetapi bentuklah tubuh menjadi ramping, indah dan mempesona sehingga beberapa bagian dari 109 tubuh kita yang memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh wanita lainnya dapat ditonjolkan. Penggunaan istilah-istilah ilmiah dalam teks ini adalah: …..susu tinggi protein dan CLA… Dilakukan untuk memperkuat keberadaan produk ini secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Produsen tentunya tidak ingin khalayak mempertanyakan kualitas medis dari produk ini, sehingga dirasakan perlu untuk mencantumkan secara ilmiah dan media bahwa produk ini aman dan layak untuk dikonsumsi. Informasi pencantuman nomor telepon customer service menciptakan citra bahwa produsen produk tersebut loyal terhadap calon penggunanya, karena para calon pengguna produk dapat bertanya apapun juga kepada customer care WRP dengan menghubungi nomor telepon bebas pulsa atau melalui email. Pencantuman informasi customer care ini tentunya mempermudah konsumen untuk mengetahui lebih jelas tentang produk susu diet WRP BODY SHAPE ini. Secara keseluruhan, pesan yang tersirat maupun tersurat dalam naskah iklan ini, sama dengan yang tersirat pada iklan susu diet WRP versi “Masih ditutupi?”. Kenyamanan, kemewahan, dalam alur iklan susu diet WRP ini masih terus di pertahankan untuk memberikan citra yang baik terhadap produk mereka. 110 4.1.3 Analisis Berdasar Aspek visual versi Beauty remains tanggal 7-21 Mei 2008 Alur Iklan : Seorang model wanita berbaring dengan tangan yang mengalasinya dari hamparan berlian yang ada di bawahnya dengan topeng yang diletakkan di atas hamparan berlian. Aspek Visual Manusia : Seorang wanita yang sedang berbaring diatas hamparan berlian Benda : Produk susu diet WRP Warna : Merah Logo dan Huruf Jenis Tanda Ikon, Indeks Ikon Qualisign Simbol Latar : putih dengan akses merah dan kilauan dari warna emas dan permata. 111 Qualisign Dari gambaran visual di atas, maka penulis menafsirkan satu persatu aspek visual yang ada dalam iklan susu diet WRP. a. Sosok Manusia Dalam iklan susu diet WRP versi “Time goes by Beauty Remains” digambarkan seorang wanita dengan pose setengah berbaring ke sebelah kanan dengan menghadap ke depan sambil meletakkan tangannya seperti sedang menopang wajahnya sebagai alas. Sang wanita yang menjadi model WRP kali ini adalah artis wanita asli Indonesia yang saat ini sedang naik daun, Sandra Dewi, selain itu juga ia pernah menjadi Miss WRP FFF 2006. Ia memiliki paras yang cantik, gigi putih yang tersusun rapi, berkulit putih mulus dan bentuk tubuh yang proporsional. Di sini, ia mewakili golongannya yaitu usia wanita dewasa dengan kecantikan masa kini dan bentuk tubuh yang mempesona. Sang model tersebut terlihat sedang tersenyum ke arah depan seperti sedang tersenyum ramah kepada para pembaca majalah Cita Cinta. Di sini, bisa kita lihat makna denotatif pada iklan tersebut, sang wanita tersenyum dengan ramah kepada para pembaca majalah Cita Cinta dengan pose berbaring dengan tangan sebagai alas bagi wajahnya. Namun makna konotatif yang terjadi adalah sang model tersenyum dengan penuh arti, ia seperti memancarkan kegembiraan yang sangat besar. Ekspresi wajahnya terlihat bahagia dan puas akan bentuk tubuhnya yang indah. Pose 112 yang dilakukan oleh sang model mempunyai arti ia seperti baru terbagun dari tidurnya, bila dikaitkan dengan produk susu diet WRP maka pose dalam iklan tersebut menimbulkan makna konotatif yang sangat mendukung untuk alur iklan yang disajikan oleh iklan WRP ini. Sang model seperti baru saja terbangun dari mimpi, ia senang sekali bisa mewujudkan keinginannya untuk memiliki bentuk tubuh yang proporsional padahal dahulu memimpikannya atau mengkhayalkannya. ia hanya bisa Ia seperti memiliki kepuasan tersendiri terhadap keputusannya untuk menggunakan produk susu diet WRP. Senyum yang sangat indah dengan memperlihatkan deretan giginya yang rapih menambah kesan bahwa ia sangat senang sekali dengan bentuk tubuhnya yang mempesona. Penambahan aksen taburan berlian di hadapan model menambah kesan bahwa kesenangan yang sedang dirasakan sang model tak ternilai harganya. Seperti yang kita tahu, berlian adalah batu mulia yng memiliki harga jual yang tinggi. Makna konotatif yang ditampilkan dengan adanya taburan berlian tadi adalah bentuk tubuh indah menawan itu mahal harganya, merupakan kelebihan yang tak bisa ditawar harganya bahkan sama seperti berlian, tubuh yang indah adalah investasi yang abadi sepanjang masa baik untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Walaupun berlian ditaruh di 113 antara batu mulia yang lainnya, batu berlian akan tetap berkilau dengan sempurna, begitu juga dengan tubuh. Walau kita berada di tempat umum, namun bentuk tubuh dan kemulusan kulit yang melekat pada diri kita akan menjadikan kita menonjol di antara yang lainnya. Penambahan properti topeng cantik di sini hanya untuk mengingatkan kita tentang alur iklan susu diet WRP dengan versi yang sama di televisi. Di televisi, alur iklan yang disajikan adalah tentang seorang wanita yang akan pergi ke pesta reuni dengan menggunakan topeng untuk mengetahui apakah dengan bentuk tubuh yang sama dengan dahulu seorang laki-laki akan tetap mengenalinya atau tidak?. Sang model menggunakan model busana sackdress berwarna merah dengan model tanktop bertali spagethy (baca: tali kecil seperti ukuran spagethy). Busana yang dikenakan oleh sang model memperlihatkan keindahan bentuk tubuh yang dimilikinya dan juga memperlihatkan kemulusan kulit tubuhnya yang putih. Warna merah diidentikkan dengan gairah, rangsangan, menggoda, semangat, dan berani, sehingga makna konotatif yang muncul adalah seorang wanita yang berani mengambil keputusan untuk menggunakan produk susu diet WRP akan selalu bersemangat melewati hari-harinya karena ia mempunyai gairah atau semangat baru karena tidak perlu khawatir lagi dengan bentuk 114 tubuhnya yang kurang indah. Model busana yang dikenakan pun memberikan kesan bahwa wanita tersebut berjiwa muda, dinamis, mandiri dan berkeinginan untuk selalu tampil menawan, mewah dan anggun. Selain itu penggunaan model seorang artis wanita Indonesia yang sedang naik daun ini tentu saja mempunyai maksud, yaitu untuk mengangkat status atau kelas sosial para penggunanya, karena biasanya penggunaan model ini juga berpengaruh pada penilaian masyarakat terhadap kualitas suatu produk selain itu juga ingin menunjukkan life style atau gaya hidup para artis yang selalu jadi panutan bagi masyarakat. Selain itu penggunaan model artis dalam iklan ini sebagai pengingat. Biasanya orang akan lebih mengingat produk ketika produk itu diiklankan oleh seorang yang sudah dikenal masyarakat seperti politikus, artis atau pun pelawak. Sehingga bila kita melihat artis tersebut yang ada dalam benak kita adalah produk yang ia bintangi. Penggunaan Sandra Dewi pun tidak saja asal “comot”. Kreatif iklan sepertinya memikirkan masak-masak siapa artis yang tepat untuk menjadi iklan terbaru dari susu WRP terbaru ini. Jika kita lihat, keberadaan Sandra Dewi sebagai model dari susu diet formula terbaru adalah tepat. Selain dia sedang naik daun dan diidolakan oleh kaum pria dan wanita, ia juga memiliki bentuk 115 tubuh yang indah, kulit wajah dan tubuh yang putih berseri, rambut panjang terurai berwarna hitam, wajah asia, Indonesia asli dan juga memiliki kepribadian yang ramah. Semua kriteria itu dimiliki oleh Sandra Dewi. Tentu saja kriteria yang ditentukan bukan saja untuk kepentingan iklan, tetapi juga untuk menyampaikan pesan yang dibawa oleh iklan WRP ini tentang representasi bentuk tubuh yang indah bagi wanita Indonesia. b. Benda Dalam hal ini WRP sebagai produk yang diiklankan merupakan ikon dari produk yang sesungguhnya. Dengan menggunakan produk ini, maka Anda akan memiliki bentuk tubuh yang langsing karena susu diet WRP dapat menghilangkan tumpukan lemak pada tubuh Anda. Ditambah dengan kemasan produk yang sederhana namun eye catching dengan penggunaan gambar pada dus produk WRP membuat konsumen bisa langsung mengenali dan mengidentifikasi bahwa ini adalah produk WRP. Ditambah lagi dengan gambar susu berwarna putih yang sedang dituang menegaskan bahwa produk yang mereka tawarkan saat itu adalah susu dengan rasa Vanilla Peach. Warna kemasan yang dominan berwarna putih, memberikan tanda konotatif yang tawar atau netral, di mana wanita dan warna putih diasosiasikan dengan kesucian, kelembutan. Hal ini tentunya mempertegas citra produk ini sebagai susu diet yang aman untuk 116 kaum hawa tanpa harus merasa bersalah untuk mengkonsumsi produk susu ini karena kita ketahui bersama seseorang itu takut untuk mengkonsumsi susu karena lemak yang dikandung oleh susu itu sendiri. Selain itu dalam kemasan WRP ini juga memperlihatkan model wanita mengenakan kaos putih bermodel v-neck. Sang model berpose dengan tangan kanan menopang wajahnya pada bagian dagu. Sang model yang digunakan pada kemasan pun sama dengan model yang berada pada iklan. Makna konotatif pada gaya sang model adalah sang model tidak hanya sedang menopang wajahnya dengan tangan, tapi juga ingin memperlihatkan kebahagiaan yang sudah lama diimpikannya yaitu memiliki kesempurnaan kecantikan yaitu wajah yang putih mulus dan bentuk tubuh yang indah mempesona. Dan ekspresi wajah dari model yang terdapat pada kemasan pun mengesankan bahwa ia seperti ingin membuka mata wanita-wanita lainnya untuk segera mengambil keputusan untuk menggunakan produk susu ini supaya bisa mewujudkan keinginan yang sudah lama terpendam untuk memiliki bentuk tubuh yang mempesona. Logo dari WRP pun dipasang dengan huruf yang lebih besar dari biasanya dan menambahkan keterangan produk pada bagian bawahnya yaitu Susu Bubuk Rendah Lemak. Kemasan WRP Vanilla Peach ini termasuk desain baru. Latar pada kemasan pun 117 dominan berwarna putih dengan aksen warna merah strip emas yang berada pada setengah bagian sebelah kanan pada kemasan. Aksen merah strip emas dalam kemasan tidak hanya sebagai hiasan, melainkan mempunyai benang merah dengan desain kemasan-kemasan sebelumnya. Pada kemasan yang biasa, bentuk tubuh wanita yang indah selalu diperlihatkan oleh bentuk tubuh model pada kemasan tersebut. Selain itu, aksen pada huruf ”S” yang biasa terlihat menyerupai lekuk tubuh wanita yang biasanya ditempatkan pada kata BODY SHAPE sekarang menjadi aksen garis merah yang melengkung menyerupai bentuk tubuh wanita atau bentuk huruf “S” yang bisa diartikan slim. Penempatan garis merah melengkung itu terdapat pada kanan kemasan dengan ditambah garis emas yang mengikuti gerakan garis merah. Garis tersebut berada di belakang sang model yang berpose menopang dagu. Permainan garis melengkung tersebut dapat kita lihat sebagai fokus gambar lekukan pada pinggang wanita yang indah tanpa lemak. Permainan garis tersebut seperti ingin menegaskan eksistensi WRP sebagai produk yang bisa membentuk tubuh wanita menjadi indah. Ditambah lagi dengan warna putih yang terdapat di sebelahnya, produk WRP ingin memberitahukan bahwa pada susu diet formula terbaru ini selain bisa untuk membentuk tubuh menjadi indah juga membuat kulit menjadi putih dan berseri. 118 Penempatan contoh kemasan dalam iklan susu diet WRP pun sangat diperhatikan. Contoh kemasan di letakkan di bagian kiri bawah pada cover belakang majalah Cita Cinta, ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca mengikuti alur ceritanya dari iklan versi “Time goes by Beauty Remains”. Selain itu juga, WRP Vanilla Peach ini merupakan sebuah kesempurnaan produk yang dikeluarkan oleh PT.Nutrifood. Kandungan yang dimiliki oleh susu diet ini tidak hanya akan membuat bentuk tubuh wanita menjadi mempesona tanpa lemak di mana-mana, tetapi juga mengandung collagen yang dapat membuat kulit wajah dan tubuh menjadi lebih indah berseri. Selain itu WRP Low Fat Vanilla Peach dilengkapi dengan vitamin C dan E, antioksidan yang dapat mencegah penuaan. Vitamin C juga telah terbukti dapat mendorong pembentukan kolagen di dalam tubuh. Dengan tambahan kombinasi ganda vitamin C dan E, kulit pun terlindungi dengan lebih menyeluruh dan produksi kolagen lebih terjamin dan juga produk ini pun tinggi kalsium untuk mempertahankan kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis. Sehingga produk ini menjadi satu produk yang sempurna dari WRP dan akan menghasilkan kesempurnaan juga untuk kecantikan wanita. Dalam kemasan produk susu diet WRP rasa Vanilla Peach pun disertakan pula keterangan-keterangan lainnya seperti formula 119 yang terdapat dalam susu diet WRP tersebut, keterangan model, produsen yang mengeluarkan, berat dari produk dan juga nomor khusus dari BPOM. c. Warna Dalam iklan ini warna yang menonjol adalah penggunaan warna putih dan merah. Di Indonesia, warna merah selalu diidentikkan dengan gairah, semangat, keberanian…Sementara putih diidentikan dengan kesucian, kelembutan, bersih dan romantis…(Mulyana, 2001: 377). Ditambah dengan keberadaan warna putih yang diidentikkan dengan kelembutan, kesucian, kebersihan dan kepolosan. Dalam hal ini, merah dan putih menjadi tanda karena ia menyimbolkan citra wanita dalam iklan sebagai mahluk yang cantik, lembut, suci, polos, berani dan bersemangat. Pada dasarnya, tidak ada qualisign murni, maka dalam iklan ini pula, warna merah sebagai qualisign bisa berfungsi dan diinterpretasikan sebagai kesan berani dan bergairah, karena ia digabungkan dengan ikon wanita. Warna merah dan putih juga memiliki nuansa warna yang berbeda. Putih merupakan bagian warna pastel, atau tidak menyala, karena warna pastel atau lembut, selalu memberikan simbol elegan, mewah, anggun, dan berkualitas. Sehingga bila digabungkan dengan warna merah dan hitam akan sangat terlihat 120 bahwa produk ini merupakan produk yang berani, mewah, anggun, elegan, dan berkualitas tinggi. d. Logo dan Huruf Analisis mengenai logo dan huruf dalam iklan WRP versi “Beauty Remains” ini sama dengan dua versi iklan sebelumnya. Hanya saja dalam iklan versi ini, penulisan WRP lebih besar dari biasanya. Ini menandakan bahwa WRP semakin mengukuhkan produk mereka sebagai WRP atau Weight Reduce Program atau program penurunan berat badan. Sedangkan pemakaian warna merah dalam Logo dari WRP ini pada dasarnya untuk menarik perhatian. Tapi dari makna konotatif yang ada, peneliti melihat bahwa penggunaan warna merah pada logo WRP ingin menegaskan bahwa produk ini ditujukan bagi mereka yang berani mengambil keputusan, berani melakukan perubahan, berani untuk menjadi lebih cantik dan mempesona. Selain itu penggunaan warna merah pada merk menjadi satu kesatuan cerita dengan latar pada kemasan produk susu ini. Penulisan “Susu Bubuk Rendah Lemak” pada bagian bawah dari logo WRP hanya untuk menginformasikan bahwa WRP adalah produk susu yang memiliki kandungan lemak yang rendah. 121 e. Latar Belakang Latar belakang dalam iklan ini adalah warna putih, tidak ada suasana pada ruangan apapun, hanya digambarkan sesosok wanita dengan taburan berlain dan topeng, contoh kemasan produk, naskah iklan, keterangan kuis yang sedang dilakukan, dan informasi nomor customer service yang bisa dihubungi. Sesungguhnya, meskipun latar belakang gambar ini kosong, tetapi kekosongan itu sendiri merupakan tanda yang memiliki makna konotatif, sedangkan kekosongan itu tidak lahir karena tidak memiliki arti, kekosongan itu merepresentasikan kualitas, keeleganan dan kemewahan. Kualitas seperti ini biasanya dicari oleh orang-orang lain dari golongan menengah ke atas. Warna latar belakang digunakan untuk semakin mempertegas keberadaan produk dan citra yang ingin ditimbulkannya. ™ Analisis berdasarkan Aspek Verbal versi Times Goes by Beauty Remains tanggal 07-21 Mei 2008 Dalam iklan bulan Mei ini, kita dapat melihat tema yang mereka gunakan untuk iklan ini. Tentunya temanya pun berkaitan dengan maksud dari produk itu sendiri, yaitu untuk membuat bentuk tubuh wanita menjadi ramping dan juga membuat kulit putih berseri. 122 Narasi Headline Iklan Time Goes by Beauty Remains ( Kata “Time Goes by” diketik dengan huruf times new Roman berwarna hitam, sedangkan “Beauty Remains” diketik dengan huruf berwarna merah dengan efek miring) Tulisan ini merupakan headline namun bukan Identification Headline dari iklan susu diet WRP edisi bulan Mei 2008. Tulisan “Times Goes by Beauty Remains” ini dijadikan sebagai pembuka atau kalimat sindiran terhadap gaya model pada iklan tersebut. Pembuat iklan ingin mengajak khalayak mencari tahu terlebih dahulu, arti Times Goes by Beauty Remains. Times Goes by Beauty Remains mempunyai arti dalam bahasa Indonesia yaitu waktu berjalan sesuai kecantikan yang tertinggal. Dalam headline tersebut, bisa kita artikan bahwa waktu yang terus berjalan tidak akan membuat kecantikan tubuh dan wajah menjadi hilang. Untuk menyempurnaan kecantikan seorang wanita, kulit yang sehat, halus dan awet muda adalah hal yang perlu diperhatikan. Namun, sejalan dengan bertambahnya usia, kecantikan kulit dapat terganggu. Ditambah lagi, faktor lainnya yang dapat merusak kecantikan kulit seperti stres, sinar matahari, dan polusi. Tema tersebut adalah tema yang sedang diangkat oleh WRP sesuai dengan alur iklan yang terdapat di televisi. Dalam alur iklan yang terdapat di televisi, 123 digambarkan seorang wanita menggunakan topeng ke acara reuni sekolahnya dahulu. Dengan bentuk tubuh yang masih mempesona, ia ingin menguji suaminya, apakah suaminya bisa mengenali wajahnya yang sedang memakai topeng?. Ternyata sang suami masih mengenali sang istri dari bentuk tubuh dan kemulusan kulitnya. Narasi Iklan Kecantikan kulit remajamu kini makin terpancar Dengan WRP ® Vanilla Peach, Susu rendah lemak yang mengandung collagen Baru! WRP ® Vanilla Peach Ramping Bersinar Seutuhnya Narasi iklan diatas merupakan subheadlines dari headline yang telah dikemukakan terlebih dahulu. Narasi iklan ini merupakan sebuah teks yang berupa monolog, yang berisi pernyataan produsen yang ingin menginformasikan produk susu diet WRP terbaru dengan formula yang mengandung collagen yang bisa membuat kulit remajamu makin berseri terpancar dengan indah. Seperti yang kita tahu, susu diet WRP adalah produk dengan program diet rendah kalori dengan komposisi gizi seimbang, sesuai anjuran WHO. Diet WRP sehat, tanpa efek samping. WRP pun memperkenalkan produk baru mereka yaitu WRP dengan rasa Vanilla Peach dengan kelebihannya yang mengandung 124 collagen yang bagus untuk kulit. Tentunya formula terbaru dari WRP ini mempunyai maksud tersendiri. Dalam iklan ini, WRP ingin membuat wanita lebih memperhatikan penampilannya. Cantik saat ini tidak hanya memiliki paras yang cantik tetapi juga memiliki bentuk tubuh yang indah seperti apa yang difokuskan oleh WRP. Tetapi WRP ingin memberitahukan bahwa wanita saat ini adalah yang cantik seutuhnya dengan bentuk tubuh yang indah, paras yang cantik dan memiliki kulit putih yang sehat dan berseri. Pernyataan tersebut seperti mengingatkan bahwa sekarang ini langsing saja tidak cukup untuk mendapatkan pengakuan cantik, tetapi bentuk tubuh yang indah mempesona yang sedang didamba banyak wanita dan kulit putih berseri. Pernyataan tersebut juga didukung dengan adanya model wanita berbentuk tubuh indah bergaun merah yang merebahkan badannya di atas hamparan berlian. Seperti yang kita tahu, berlian adalah batu mulia yang memiliki kilauan yang sempurna. Dimulai dari bentuk berlian dan kilauannya yang sangat indah dapat diartikan wanita pun diibaratkan sebuah berlian dengan bentuk dan kulit yang mempesona. Dari teks yang tertutup ini, khalayak bisa langsung menyadari bahwa dalam teks ini siapa pangsa pasar yang dituju, gaya dan 125 komposisi penulisan yang tidak formal terlihat dari penulisan teks yang berada di tengah-tengah sehingga terkesan tidak kaku. Kata-kata yang digunakan menyiratkan kepada siapa iklan ini ditujukan, produsen telah menyatakan bahwa produk ini ditujukan kepada kaum wanita muda dan dewasa yang mapan. Hal ini dapat diketahui dari penggunaan kata-kata yang ditulis di atas. Kalimat diatas terdengar lugas namun santai, seperti pemberitahuan dari majalah remaja yang lugas namun kreatif. Dalam narasi iklan versi Times Goes by Beauty Remains, terdapat kata-kata yang menunjukkan kelebihan produk ini, yaitu: …susu rendah lemak yang mengandung collagen… Teks iklan ini merupakan Factual Hard Selling, karena menyodorkan kehebatan produk. Tetapi disini, khalayak tidak disuruh membeli produk secara eksplisit, melainkan dengan memainkan kekuatan bahasa untuk mempengaruhi khalayak secara persuasif. Dalam iklan ini pesan persuasif yang dimiliki iklan susu diet WRP ini terlihat dari teks: ….Kecantikan kulit ramajamu kini makin terpancar… Sedangkan teks lainnya menggambarkan keunggulan produk yang ditawarkan, bahwa kelebihan dari produk tersebut akan membuat bentuk tubuh menjadi indah dan kulit tubuh wanita menjadi lebih berseri. Seperti yang dinyatakan dalam teks berikut ini: …Ramping Bersinar Seutuhnya… 126 Teks di atas menunjukkan keunggulan produk dan cara kerja produk sekaligus juga memberikan gambaran bahwa kulit yang putih, mulus dan berseri akan menjadikan wanita cantik seutuhnya. Dalam konteks seperti ini media berperan dalam menyebarluaskan konsep bentuk tubuh yang indah seperti ini, konsep di mana wanita masa kini harus memiliki bentuk tubuh yang mempesona dan kulit yang mulus berseri. Penggunaan istilah-istilah ilmiah dalam teks ini adalah: …..susu rendah lemak yang mengandung collagen… Teks tersebut selain untuk memperkuat iklan juga untuk memperkuat keberadaan produk ini secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Collagen adalah senyawa protein penyusun jaringan kulit yang penting untuk menjaga kualitas dan kekenyalan kulit. Dengan bantuan collagen, kulit pun akan tampak lebih sehat, halus, dan awet muda. Selain itu slogan dari iklan ini yaitu: ....Ramping Bersinar Seutuhnya… Slogan di atas, merupakan sebuah pernyataan konsep dari produsen tentang arti cantik itu sendiri. Produsen ingin memberitahukan bahwa produk mereka akan membuat para wanita menjadi ramping dan memiliki kulit tubuh yang berseri dengan indahnya. 127 Selain itu pencantuman nama model, yakni Sandra Dewi Miss WRP FFF 2006 Pencantuman nama model dalam iklan untuk memberi contoh bahwa, ia benar Sandra Dewi seorang artis yang saat ini sedang naik daun. Selama ini, ia mengkonsumsi susu diet WRP sehingga badannya menjadi indah seperti itu. Penegasan tersebut bisa dilihat dari gelar yang terdapat di bagian bawah dari nama Sandra Dewi. Selain itu dalam iklan tersebut, terdapat teks kuis yang diselenggarakan WRP, tentu saja ini dilakukan untuk menarik perhatian publik, apalagi hadiah yang di tawarkan adalah liburan ke Bangkok, sementara kita tahu Bangkok merupakan Negara yang biasa dikunjungi oleh masyarakat golongan atas untuk berbelanja. Informasi pencantuman nomor telepon customer service menciptakan citra bahwa produsen produk tersebut loyal terhadap calon penggunanya, dengan kemudahan layanan yang diberikan. Pencantuman informasi make up yang digunakan oleh model yang terdapat dalam iklan tersebut juga mempertegas bahwa produk tersebut ditujukan untuk golongan menengah ke atas, itu diperlihatkan dari make up yang dilakukan oleh Yohannes Bridal, yang seperti kita tahu bahwa ia adalah seorang desainer handal yang ada di Indonesia dengan prestasi-prestasinya yang dicatat oleh MURI. 128 Secara keseluruhan, pesan yang tersirat maupun tersurat dalam naskah iklan ini, sama dengan dua iklan susu diet WRP sebelumnya yang mengutamakan kualitas, kenyaman dan keeleganan dalam alur iklan mereka. Ini semua tentu membuat image atau citra produk mereka di masyarakat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis melihat beberapa kesamaan atau benang merah yang terdapat dalam iklan WRP dengan berbagai versi, diantaranya adalah: 1. Pemasangan iklan susu diet WRP selalu dipasang pada cover belakang majalah Cita Cinta 2. Dalam alur iklan selalu terdapat seorang wanita dengan bentuk tubuh yang indah sebagai modelnya 3. Penempatan produk pada iklan selalu terdapat dibagian sebelah kiri bawah dari majalah 4. Dalam setiap iklannya, selalu terdapat warna merah. Dalam dua iklan terakhir, para modelnya selalu menggunakan busana berwarna merah ketat untuk memperlihatkan bentuk tubuh yang indah 5. Iklan susu diet WRP di majalah merupakan perpanjangan tangan dari iklan susu diet WRP di televise. Penulis melihat dalam iklan WRP ini, produsen ingin menonjolkan keindahan lekuk tubuh wanita. Selain itu permainan kata yang menarik secara tidak langsung ingin mengajak wanita 129 Indonesia untuk memiliki bentuk tubuh seperti model yang terdapat pada iklan. Dilihat dari model yang digunakan oleh susu diet WRP, setiap versi selalu menggunakan model yang berbeda-beda. Dalam ketiga versi ini, penulis melihat produsen ingin memberikan suatu tahapan kecantikan yang harus dilalui oleh seorang wanita. Seperti yang terlihat dari model wanita pada versi “Masih ditutupi?”, sang model berwajah asli Indonesia ini memiliki tinggi badan yang proporsional namun memiliki lemak berlebih pada bagian perut dan lengan sehingga teks dalam iklan pun mengajak para wanita yang memiliki masalah seperti model tersebut untuk menggunakan susu diet WRP BODY SHAPE. Kulit sang model pun terlihat mulus terawat dengan warna kuning langsat yang mencirikan warna kulit asli wanita Indonesia. Disini produsen ingin memberikan masukan tentang kecantikan wanita Indonesia dengan memberikan gambaran bentuk tubuh yang indah tanpa lemak yang berlebih pada bagian tubuh manapun, sehingga keindahan bentuk tubuh wanita dapat terlihat dengan indah. Selanjutnya pada iklan WRP versi Pahat Setiap Lekuk Indahmu, produsen menggunakan model wanita asing atau “bule”. Penggunaan model wanita asing tersebut tentu memberikan gambaran tentang kecantikan wanita masa kini, karena saat ini untuk urusan tren berbusana dan pergaulan, masyarakat kita 130 mengambil referensi dari budaya barat. Sehingga penggunaan model asing pun diharapkan dapat memotivasi wanita Indonesia untuk memiliki bentuk tubuh seperti model asing tersebut. Dalam tahap ini, produsen mulai memberikan kelanjutan gambaran tentang kecantikan wanita. Pada iklan sebelumnya wanita diajak untuk menghilangkan lemak yang berlebih untuk memiliki tubuh yang ramping. Pada tahap ini, wanita diajak untuk memiliki bentuk tubuh yang indah, bukan hanya ramping melainkan membentuk bagian tubuh wanita (dalam hal ini adalah bagian perut dan pinggang) yang menjadi daya tarik atau kelebihan bagi seorang wanita. Karena saat ini jarang sekali wanita yang memiliki lekuk tubuh sempurna bak “gitar spanyol”. Dan terakhir, pada iklan WRP versi “Times Goes by Beauty Remains”, produsen pun melanjutkan tahapan gambaran tentang kecantikan wanita. Pada iklan kali ini, produsen menggunakan model wanita asli Indonesia yang memiliki bentuk tubuh yang indah dengan kulit putih mulus terawat. Kali ini, produsen ingin memberikan gambaran bahwa wanita asli Indonesia adalah berparas cantik dengan memiliki bentuk tubuh yang indah dan kulit putih terawat. Penggunaan model seorang artis yang tengah naik daun pun tidak disia-siakan begitu saja. Sebagai artis tentu ia menjadi panutan masyarakat, sehingga apa yang ia kenakan atau gunakan pasti akan diikuti oleh masyarakat. Begitu pula dengan 131 kemunculannya sebagai model pada produk WRP, tentu masyarakat ingin memiliki bentuk tubuh dan kulit yang terawat seperti artis tersebut. Dari ketiga iklan di atas, dapat dilihat bahwa iklan WRP ini memberikan konsep kecantikan wanita melalui iklan, produk dan model yang digunakan dalam iklan tersebut. Produk yang disediakan oleh WRP pun bertahap dimulai dengan produk susu untuk menghilangkan lemak, lalu untuk pembentukan tubuh dan yang terakhir susu untuk membentuk tubuh dan membuat kulit menjadi sehat, halus dan awet muda. Tentu saja tahap dari produk yang ditawarkan membuat wanita yang memiliki keluhan berat badan melirik produk ini. Wanita pun akhirnya termotivasi dan memilih cara instan untuk memiliki bentuk tubuh yang mempesona dan kulit yang indah berseri. Penggunaan warna merah yang dominan pada iklan susu diet WRP pun memberikan andil besar. Selain sebagai tanda karena biasanya wanita identik menggunakan warna merah, juga untuk memunculkan makna keberanian. Keberanian disini untuk memperlihatkan bahwa wanita yang berani untuk mengambil keputusan menggunakan produk ini akan mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu kebahagiaan memiliki bentuk tubuh yang indah mempesona. 132 Iklan WRP ini tentu memberikan gambaran tentang bagaimana life style atau gaya hidup wanita muda masa kini yang selalu ingin tampil menawan dan juga memberikan contoh tentang konsep kecantikan wanita muda masa kini. 4.2 Representasi Bentuk Tubuh Wanita Dalam Iklan di Majalah Komunikasi saat ini merupakan aspek yang sangat penting, karena dalam era globalisasi setiap manusia memerlukan komunikasi, yaitu hubungan dengan orang lain. Komunikasi yang terjadi pun tidak hanya melalui tatap muka antara dua orang saja, tetapi sudah bisa dilakukan kepada banyak orang dengan waktu yang bersamaan. Penggunaan media cetak maupun media elektronik bisa menjadi pilihan untuk menyampaikan pesan atau berkomunikasi dengan khalayak banyak. Seperti misalnya penggunaan televisi untuk berkampanye, radio untuk bertukar-tukar salam. Begitu juga dengan surat kabar dimana masyarakat bisa memasang iklan produk yang akan dijual sehingga media menjadi tempat untuk berpromosi. Saat ini, setiap media baik cetak maupun elektronik selalu menghadirkan iklan produk yang sesuai dengan tema yang diusung oleh media mereka. Seperti halnya majalah bola memuat iklan baju olahraga, majalah femina menampilkan iklan bumbu masakan, 133 dan lain sebagainya. Tentunya setiap informasi atau iklan yang dimuat di media ditujukan untuk khalayak banyak, karena penggunaan media massa di sini sebagai alat untuk melakukan komunikasi massa. Seperti kita tahu, seseorang bila ingin menggunakan media massa sebagai alat untuk berkomunikasi, tentu mengetahui karakteristik komunikasi massa, yaitu bersifat umum, heterogen, menimbulkan keserempakan dan hubungan yang terjadi bersifat non-pribadi. Di sini penulis ingin membahas tentang salah satu jenis media massa cetak, yaitu majalah wanita. Majalah wanita merupakan media informasi untuk para wanita. Majalah wanita pun dibagi beberapa segmentasi yaitu wanita remaja, wanita dewasa, ibu muda dan orang tua. Pembagian segmentasi ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk memilih bacaan mana yang tepat dengan usia para pembaca. Dalam majalah wanita biasanya selalu diberikan tips-tips tentang kecantikan, kesehatan, fashion, info belanja, rubrik curhat dan juga tips-tips untuk mengenal lawan jenis. Iklan-iklan yang ditampilkan oleh majalah wanita pun beragam, mulai dari iklan bumbu dapur, alat masak, fashion, alat kosmetika, handphone hingga produk otomotif yang diciptakan khusus untuk para wanita. 134 Pemasangan iklan produk wanita di majalah khusus wanita ini tentunya mempunyai maksud tertentu, selain untuk ajang promosi produk juga untuk menyampaikan bahwa produk mereka khusus dibuat untuk para wanita agar terlihat seperti image yang diusung oleh majalah yang menerbitkan iklan produk tersebut. Saat ini, penulis akan membahas tentang majalah Cita Cinta yang mempunyai segmentasi wanita muda. Majalah Cita Cinta yang mempunyai slogan cerdas, ceria, cantik ini selalu memuat iklan yang sesuai dengan slogannya tadi. Untuk katergori Cerdas, majalah ini sering memuat informasi tentang karir expo, seminar di kampus-kampus, laptop warna ceria dan juga referensi buku wajib Untuk kategori ceria, majalah CitaCinta seringkali baca. menampilkan produk hiburan maupun gaya hidup seperti produk handphone berwalkman, tape radio, konser musik, dan film wajib tonton. Dan untuk kategori cantik, majalah ini memuat iklan shampoo wanita, hand body lotion, pembersih muka, dan susu diet untuk kesehatan dan kecantikan tubuh wanita. Karakteristik media massa yang bersifat melembaga, satu arah, meluas dan serempak juga bersifat terbuka tentu saja sangat membantu penyebaran sebuah iklan. Majalah wanita pun memberikan tekanan yang sangat besar dengan desakan yang berkesinambungan agar pembacanya senanatiasa memperbaiki diri. Dalam hal ini, majalah Cita Cinta sebagai media massa untuk 135 wanita muda turut membantu penyebaran iklan susu diet WRP kepada calon customer produk mereka yaitu wanita muda, dan memberikan pengaruh pada wanita tentang patokan bentuk tubuh indah seorang wanita. Majalah wanita adalah komoditas ekonomi. Sebagai komoditas, ia berkewajiban menunjang komoditas lainnya. Secara ekonomis, majalah wanita adalah suatu bisnis yang sebagai lembaga kapitalis yang sehat dan sejati, bertujuan mencari keuntungan dari konsumen, pembacanya. Majalah wanita Indonesia sebenarnya memberikan sumbangan yang positif dalam penyuluhan (hukum, kesehatan, dan sebagainya). Secara implisit, majalah wanita menyadarkan wanita kelas menengah akan keterbatasan peran mereka. Tetapi di balik stereotip majalah wanita pada umumnya, setiap majalah memberikan juga warna khasnya: ada majalah yang ingin memberikan class kepada pembacanya dan mendekatkan diri dengan hal-hal kontroversial dan sensasional. Tentunya isi dari majalah bukan hanya rubrik-rubrik atau informasi yang dibutuhkan oleh para wanita saja, tetapi juga iklan produk yang dibutuhkan oleh para wanita. Dalam iklan, kepentingan produsen adalah kepentingan utama yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, kepentingan inilah yang harus menjadi prioritas utama dalam pembentukan 136 konstruksi atas iklan dengan perwujudan pembuatan konstruksi baik dan menarik terhadap produk yang diiklankan (Bungin, 2001: 172). Iklan adalah bagian penting dari serangkaian kegiatan mempromosikan produk yang menekankan unsur citra. Dengan demikian, objek iklan tidak sekadar tampil dalam wajah yang utuh, tetapi juga melalui proses pencitraan sehingga citra produk lebih mendominasi bila dibandingkan dengan produk itu sendiri. Pada proses ini, fungsi produk diubah menjadi citra produk. McLuhan menambahkan bahwa kecenderungan yang pasti dari periklanan adalah selalu berusaha untuk menampakkan produk sebagai suatu bagian yang integral dari proses sosial dan kebutuhan sosial yang luas (Wernik dalam Bungin, 2001: 94). Iklan dikemas sedemikian menariknya dengan menggunakan simbol-simbol budaya yang ada di masyarakat, simbol gaya hidup yang menyiratkan kelas tertentu dan simbol populer yang mencerminkan gambaran gaya hidup masa kini. Demi kepentingan komersial, seringkali nilai-nilai diupayakan dengan cara pencitraan dan pemberlakuan norma-norma kesempurnaan citra diri objek berdasarkan perhitungan keuntungan belaka. Pesan komunikasi periklanan seringkali menggambarkan citra diri yang sempurna hanya dengan menggunakan produk yang diiklankan, bisa dilihat dari contoh berikut: 137 ….Jangan hanya puas sampai ramping. WRP BODY SHAPE, susu tinggi protein dengan CLA, Bantu pahat setiap lekuk indahmu. Iklan menciptakan konsepnya sendiri tentang kecantikan, padahal upaya ini adalah upaya halus dari produsen untuk menjual produknya. Tetapi suatu produk tidak mungkin terjual jika ia tidak menyatakan keunggulan dan menjadi tren di masyarakat. Tren inilah yang kemudian menjadi gaya hidup di masyarakat. Oleh karena itu, dengan bantuan media, iklan bermain menyampaikan pesan produk dan menjual gaya hidup. Iklan menjadikan wanita sebagai komoditi utama baik sebagai subjek maupun objek. Pangsa pasar ini sangatlah potensial bagi aktivitas konsumsi dengan keuntungan bagi produsen yang sangat besar. Dalam banyak iklan telah terjadi penekanan terhadap pentingnya wanita untuk selalu memikat dengan mempertegas unsur-unsur kewanitaannya secara biologis (terutama iklan kecantikan). Menurut perkiraan, bahwa sekitar 90% periklanan memanfaatkan wanita sebagai model iklannya (Mulyana, 1999: 157). Pengungkapan sistem pikiran dalam iklan kosmetika kepada kaum wanita menggunakan bentuk fetish. Fetish adalah didefinisikan sebagai upaya pemujaan terhadap sesuatu secara mendalam. Sebagai contoh, orang Jawa telah menjadikan keris 138 sebagai objek fetitisme, di mana mereka mempercayai bahwa keris mempunyai kekuatan yang disebut jimat, sehingga timbul pemujaan terhadap keris tersebut. Fetitisme dalam iklan diciptakan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh produsen merupakan sesuatu yang patut diikuti, patut dipuja untuk menjadi bagian dari sebuah kalangan. Komoditi fetish saat ini berkisar pada seputar gaya hidup, seks, kecantikan, dan sebagainya. Dalam kenyataannya, manifestasi pencitraan diri yang disampaikan dalam iklan melalui fetitisme, memiliki nilai artifisial yang semu, dangkal, terutama karena iklan hanya menonjolkan kecantikan lahiriah saja, yang pada akhirnya terpaan iklan seperti ini akan mempengaruhi kaum wanita tentang perlunya merawat penampilan dirinya. Secara kodrati, kaum wanita diciptakan dengan keinginan untuk selalu tampil menarik. Akan tetapi, keinginan itu bukan hanya sekadar tampil menarik secara lahiriah, melainkan dengan tetap mempercantik batiniahnya. Kuatnya keinginan kaum wanita untuk untuk tampil memikat semakin diperkuat oleh media massa yang dengan kekuatannya telah menggunakan kekuatan bujuk rayunya demi pencapaian keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam iklan telah terjadi semacam keharusan untuk membuat khalayak merasa tampil lebih baik, untuk menjadikan mereka 139 memiliki citra diri yang sempurna dengan menggunakan produk yang diiklankan. Hal ini dengan mensugestikan pikiran ke arah hal-hal yang serba lebih baik. Banyak pihak percaya bahwa kekuatan iklan adalah pada kemampuannya dalam menampilkan citra-citra yang istimewa. Banyak iklan membangun konstruksi citranya dengan menampilkan simbol-simbol kelas sosial, seperti kemewahan, kualitas, kenikmatan cita rasa, dan sebagainya. Sementara, dalam kehidupan masyarakat kita, hal matrealisme seperti di atas masih menjadi ukuran kebahagiaan, realitas semua yang diciptakan oleh iklan dijadikan tolak ukur bagi tingkat kebahagiaan seseorang. Pandangan matrealisme merupakan pandangan yang angkuh yang menafikkan keberadaan Tuhan sebagai pencipta manusia. Wanita cantik saat ini didefinisikan sebagian besar wanita dengan karakteristik fisik, sebagai berikut: a. Memiliki kulit putih, mulus seperti porselen b. Memiliki wajah tirus (tidak bundar atau persegi) c. Memiliki tulang pipi tinggi d. Memiliki hidung yang bangir e. Memiliki mata bulat hitam f. Memiliki alis mata melengkung seperti pelangi g. Memiliki bulu mata panjang dan lentik h. Memiliki bibir merah yang agak tipis 140 i. Memiliki rambut lurus, panjang, lebat dan hitam j. Memiliki bentuk tubuh yang sempurna dengan lekuk tubuh yang indah tanpa ada lemak berlebih di bagian tubuh mana pun. Jadi perempuan dengan karakteristik fisik seperti inilah yang menjadi idaman perempuan masa kini. Sosok seperti inilah yang menjadi “bidadari” bagi wanita masa kini. Inilah yang dijual dalam iklan, mereka mencari sosok perempuan seperti ini untuk menjadi modelnya, untuk menjadi simbol kecantikan. Penggunaan produk susu diet atau rendah lemak ini telah menjadikan pergeseran terhadap fisik manusia sebagai objek biologis menjadi komoditi budaya yang menyimbolkan kelas dan gaya hidup tertentu. Iklan perawatan tubuh khususnya susu diet ini bermain pada tataran nilai ideologi, yang bukan sekedar menjual produk, tetapi juga menjual citra, citra tentang kesempurnaan diri seorang wanita. Saat ini, tengah hangat diisukan tentang peran ganda kaum wanita sebagai ibu sekaligus sebagai individu yang memiliki hak terhadap aktualisasi dirinya pribadi. Di perkotaan, upaya aktualisasi diri ini terwujud pada kesadaran untuk mewujudkan cita-cita, persamaan hak dan pengembangan kualitas pribadi. Untuk itu kebanyakan wanita pekerja merasa perlu untuk tetap berkarya dengan tetap memperhatikan penampilannya demi status sosialnya. Status ini berbanding lurus dengan tingkat 141 kemapanan hidup. Semakin tinggi tingkat kemapanan, semakin tinggi pula kebutuhan untuk tampil menarik. Suatu sebab akibat terjadi dalam hal ini, di mana media dijadikan sarana sekaligus cerminan bagi penampilan citra diri yang sempurna. Stereotip tentang wanita masih berkutat di seputar urusan rumah tangga dan objek kecantikan semata, di mana wanita digambarkan sebagai makhluk yang hanya peduli dengan urusan rumah tangga dan penampilan fisik mereka. Memang, telah terjadi pergeseran nilai, akan tetapi jika dibandingkan, maka presentasenya tetap masih lebih besar pencitraan wanita di seputar domestik dan kecantikan lahiriah semata daripada wanita dengan kemampuan diri yang menekankan pada kecantikan batiniahnya, yang terwujud melalui aktualisasi diri seluas-luasnya di masyarakat. Aturan main wanita kelas menengah ke atas tak jauh berbeda dengan “Panca Dharma Wanita” bagi istri pegawai negeri: pertama. Wanita sebagai pendamping suami, kedua. wanita sebagai ibu yang melahirkan generasi baru, ketiga. wanita sebagai pendidik anak, keempat. wanita sebagai pengurus rumah tangga dan kelima. wanita sebagai anggota masyarakat”(Subandi, 1999: 114). Dengan demikian majalah wanita adalah juga penyebar ideologi dominan tentang wanita seperti yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu budaya ikut suami atau segala sesuatu untuk 142 menyempurnakan peran wanita sebagai penunjang laki-laki, bukan wanita sebagai kesatuan yang mandiri. Melalui iklan, media telah memperkuat pandangan, kepercayaan, sikap, dan norma-norma kaum wanita yang sudah ada (Mulyana, 2001: 158). wanita sudah Kepercayaan yang menganggap bahwa seharusnya tampil cantik mendapatkan penghargaan dari orang lain. dan seksi demi Padahal itu semua merupakan konstruksi budaya dan nilai sosial yang dibangun di masyarakat oleh media demi kepentingan bisnis semata. Pihak pembuat iklan mempunyai beberapa tujuan dalam mendesain setiap iklan. Tujuan itu adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Menarik perhatian (ke iklan) Membangkitkan minat (membaca/mendengar iklan) Merangsang hasrat (ingin mengetahui) Menciptakan keyakinan (tentang keunggulan barang/jasa) Melahirkan tindakan (membeli dan memakai barang/jasa) Sumber: (Subandy, 1999: 333) Iklan adalah acuan. Artinya, iklan adalah diskursus tentang realitas, yang menggambarkan, memproyeksikan dan menstimulasi suatu dunia mimpi yang hiper-realistik. Iklan tidak menghadirkan realitas sosial yang sesungguhnya. Iklan mampu menyihir konsumen untuk mengkonsumsi suatu komoditas. Motivasi membeli produk didorong beberapa urutan kebutuhan yang dapat dikelompokkan dalam 5 tingkatan: 1. Kebutuhan fisik, bahwa seseorang membeli suatu produk didasarkan pada manfaat yang diperoleh secara fisik dari produk tersebut 143 2. 3. 4. 5. Rasa Aman, seseorang membeli produk didasarkan kepada perasaan aman yang ditimbulkan oleh produk tersebut Social Class, seseorang membeli produk akrena ingin tampil sama seperti kelompok masyarakat tertentu yang akhirnya membuat ia merasa diterima oleh kelompok tersebut Esteem, seseorang membeli produk karena ia merasa bahwa produk tersebut dapat memberikan kebanggaan yang pada gilirannya akan membuat dirinya tampil beda Self Actualisation, seseorang membeli produk didorong oleh kebutuhan untuk memperoleh pengakuan atau eksistensi (Subandy, 1999: 307). Tampilnya sosok wanita dalam iklan memang dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari sebuah produk. Bukan saja dalam menyampaikan sebuah pesan tetapi juga kesan terhadap produk tersebut. Dan bila target marketnya perempuan, kehadiran wanita merupakan wajah yang mewakili jati dirinya atau eksistensinya. Perempuan tidak hanya memikat hati para lawan jenisnya, kaum laki-laki, tetapi juga menarik perhatian para pencetak uang, kaum kapitalis yang di dalam tulisan ini disebut sebagai produsen dan pengiklan. Produsen memperlakukan perempuan untuk mereproduksi dan mengakumulasi modal mereka yang akan dibahas dalam tulisan ini. Siasat pertama, wanita dijadikan sebagai bagian dari alat produksi dan menjadi salah satu komponen keunggulan komparatif untuk hasil produksi mereka agar dapat bersaing harga di pasar. Siasat kedua, wanita dijadikan wahana promosi barang-barang produksi mereka. Siasat ketiga, wanita dijadikan sasaran dan target pasar barang produksi mereka. 144 Hal lain yang menarik bagi para produsen tentang kaum wanita adalah bahwa mereka dapat dijadikan wahana promosi untuk barang-barang yang akan dijualnya ke pasar. Jenis perempuan yang dipilih untuk wahana promosi ini tentu saja berbeda dengan wanita yang akan dijadikan sebagai alat produksi. Untuk kepentingan produksi, wanita yang dipilih tentu saja mereka yang tergolong jenis yang produktif, terampil, cekatan, disiplin, dan loyal. Sementara untuk jenis wahana promosi, jenis perempuan yang dipilih terutama adalah mereka yang berparas cantik, bentuk tubuh yang seksi dan aduhai, berambut indah, dan lain sebagainya (Subandy, 1999: 316). Perempuan yang cantik dan seksi dapat menjadi identitas dari kualitas, mutu dan kesan mewah suatu barang yang ditawarkan. Semakin terkenal dan popular perempuan cantik dijadikan wahana promosi suatu barang, maka semakin tinggi pula kualitas, mutu, dan kesan mewah dari barang tersebut. Para produsen menganggap perempuan cenderung punya tradisi konsumtif yang tinggi, bisa kita lihat yang paling banyak berkerumun di pasar-pasar tradisional, pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan modern. Oleh produsen, wanita dijadikan objek bulan-bulanan penawaran barang yang mereka produksi. Ada satu hal dalam diri wanita yang dianggap para produsen sebagai potensi untuk dijadikan sasaran eksploitasi promosi dan 145 penawaran barang mereka yaitu aspek psikologis kaum perempuan yang dianggap masih memiliki tingkat emosional atau impulsive yang tinggi dalam berbelanja dan mengeluarkan uang. Di dalam masyarakat tontonan (society of spectacle), wanita mempunyai fungsi dominan sebagai pembentuk citra (image) dan tanda (sign) berbagai komoditi (sales girl, cover girl, model girl). Masyarakat tontonan menurut Guy Debord adalah masyarakat yang di dalamnya setiap sisi kehidupan menjadi komoditi, dan setiap komoditi tersebut menjadi tontonan. Tubuh wanita sebagai objek tontonan dalam rangka menjual komoditi atau tubuh itu sendiri sebagai satu komoditi tontonanmempunyai peran yang sangat sentral. Menjadikan tubuh sebagai tontonan bagi sebagian wanita merupakan jembatan atau jalan pintas untuk memasuki gerbang dunia budaya populer, untuk mencari popularitas, untuk mengejar gaya hidup, dan untuk memenuhi kebutuhan kepuasan material. Tanpa menyadari bahwa mereka sebetulnya setelah dikonstruksi secara sosial untuk berada di dunia marjinal. Fungsi tubuh telah bergeser dari fungsi organis atau biologis atau reproduktif ke arah fungsi ekonomi politik, khususnya fungsi tanda. Tubuh menjadi bagian dari semiotika komoditi kapitalisme, yang diperjualbelikan tanda, makna, dan hasratnya. 146 Tubuh wanita dimuati dengan modal simbolik ketimbang sekadar modal biologis. Erotisasi tubuh wanita di dalam media adalah dengan mengambil fragmen-fragmen tubuh tersebut sebagai penanda dengan berbagai pose dan posisi, serta dengan berbagai asumsi makna. Tubuh ditelanjangi melalui ribuan varian sikap, gaya, penampilan dan kepribadian mengkonstruksi dan menaturalisasi tubuhnya secara sosial dan kultural sebagai objek fetish yaitu objek yang dipuja karena dianggap memiliki kekuatan pesona tertentu. Di dalam media, wanita diposisikan bukan sebagai subyek penggunaan bahasa tetapi sebagai objek tanda yang dimasukkan ke dalam sistem tanda di dalam sistem komunikasi ekonomi kapitalisme. Bibir, mata, rambut, paha, betis, pinggul, perut, buah dada, semuanya menjadi fragmen-fragmen tanda di dalam media. Media menjadikan tubuh atau fragmen-fragmen tubuh sebagai penanda yang dikaitkan dengan petanda. Tubuh yang indah ekivalen dengan mobil yang indah, pinggul yang sempurna ekivalen dengan jean yang sempurna, sensualitas bibir ekivalen dengan sensualitas permen karet dan sebagainya. Eksploitasi tubuh wanita di dalam ekonomi libido mempunyai bentuk yang sama dengan eksploitasi kaum pekerja di dalam kapitalisme awal. Peran dominan tubuh wanita sebagai tanda dan citra media khususnya iklan ini mengandung di 147 dalamnya satu kontradiksi. Tubuh wanita digunakan di dalam media sebagai acara menjual komoditi, sementara wanita itu sendiri mempunyai peran dominan di dalam konsumsi. Artinya, wanita lebih banyak mengkonsumsi citra dirinya sendiri dibandingkan pria. Perjuangan produk kebudayaan wanita di dalam media adalah perjuangan memperebutkan makna. Perjuangan tersebut adalah memperebutkan posisi yang memandang (aktif) dan dipandang (pasif). Sehingga media menjadi sebuah arena bagi perjuangan tanda. Persaingan media tidak bisa lagi mengandalkan citra yang itu-itu juga. Oleh sebab itu, perebutan tanda dan makna di dalam media merupakan refleksi dari perebutan pasar dari para pelaku kapitalisme itu sendiri, yang di dalamnya wanita memainkan peranan dan posisi tertentu. Persoalannya adalah apakah wanita itu akan tetap menjadi sebagai objek perayu untuk menjual komoditi di dalam jaringan kapitalisme global atau ia sendiri menjadikan kekuatan rayuan tersebut sebagai satu bentuk kekuasaan baru dalam rangka menetapkan dirinya secara adil di dalam wacana kapitalisme global. Skenario-skenario masa depan peranan wanita di dalam masyarakat khususnya peranannya di dalam media, perlu 148 dirancang. Bila dalam skenario masa depannya, wanita tetap mengambil peran sebagai perayu di dalam media, maka aura wanita akan semakin lenyap di dalam hiruk pikuk euphoria media. Bahasa visual dari tubuh seorang foto model menjadi pusat penajaman sasaran tembak khalayak, terutama kalau kita melihat bagaimana media yang bersangkutan mengiklankan diri. Sang model disuruh melakukan posisi ini-itu, pose yang seperti apa, ekspresi yang bagaimana untuk mengartikan produk yang mereka iklankan. Hubungan antara wanita dan media massa dalam literatur masyarakat industri memang cukup erat. Tetapi keeratan hubungan antara media massa dengan wanita terutama bukan dalam konteks perjuangan HAM (Hak Asasi Manusia), melainkan dan terutama adalah dalam ihwal jual-menjual. Wanita ditampilkan sebagai alat jual dan objek jual. Sebagai alat jual wanita umumnya tampil dalam iklan dan promosi pemasaran. Dan sebagai objek jual, wanita tampil sebagai objek seksual, materi pornografi, dan korban kriminal. Demi penampilan sebagai wanita, beranggapan, bahwa wanita harus menarik. artinya mereka Dengan kata lain, penggunaan kosmetika di kalangan responden terutama di dorong oleh drive atau desakan hati dari diri sendiri, jadi kesadaran martabat dirinya dan bukan karena tekanan lingkungan. 149 Namun yang terjadi saat ini, kebanyakan wanita lebih sering melakukan sesuatu karena tekanan lingkungan sehingga timbul istilah “korban mode”. Hal ini dilakukan wanita untuk diakui keberadaannya dalam lingkungan sosialnya atau dalam lingkungan pergaulannya. Perempuan adalah sasaran empuk karena dia pemegang ekonomi rumah tangga dan berjiwa shopaholic, mudah dipicu emosi dan rasa kasihannya yang sangat besar. Kebanyakan iklan yang menampilkan perempuan sebagai citra maupun metode persuasinya lebih cenderung menampilkan sosok biologis mereka, baik kecantikan, keindahan rambut, keindahan tubuh, maupun kemerduan suara. Sosok non-biologis, seperti daya intelektual, keterampilan, keahlian, dan profesionalitas perempuan jarang sekali ditonjolkan. Wanita sangat ingin diterima dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Untuk dapat diterima, iklan-iklan ini menyiratkan bahwa wanita perlu physically presentable artinya bentuk dan lekuk-lekuk tubuh, akestuasi bagian-bagian tertentu dengan penerapan aksesoris dan kosmetik yang harmonis sehingga wanita dapat tampak anggun dan menawan Hal ini tampak dari posisi yang ditempati perempuan dalam iklan di mana di satu sisi perempuan merupakan alat persuasi di 150 dalam menegaskan citra sebuah produk dan di sisi lain perempuan merupakan konsumen yang mengkonsumsi produk kapitalisme. Dua posisi ini telah mentransformsikan tidak hanya kehidupan perempuan yang terlibat dalam iklan dan perempuan yang diacu dalam iklan, tetapi telah menata ulang keseluruhan hubungan dan tatanan sosial dalam suatu masyarakat, termasuk pola hubungan gender. Keberadaan perempuan dalam iklan ini sesungguhnya juga menggelisahkan wanita lain, karena produk yang ditawarkan oleh sebuah iklan telah membangkitkan fantasi begitu banyak perempuan lain terhadap produk mengingat wanita merupakan kelompok belanja terbesar. Kehadiran wanita dalam iklan juga telah mentransformasikan tatanan kehidupan secara meluas, nilai tentang gaya dan cara berpakaian yang lebih bervariasi, nilai hubungan laki-laki dan perempuan yang lebih terbuka, atau nilai kemewahan dalam gaya hidup yang semua itu menegaskan nilai otentik kehadiran seseorang. Dalam konteks citra perempuan dalam iklan, cerita budaya itu dibangun dengan memanipulasi tubuh wanita sebagai tanda dari simbol-simbol tertentu yang stereotip melekat pada diri wanita seperti keanggunan, kelembutan, kelincahan, keibuan, kemanjaan dan sebagainya. Iklan berupaya merepresentasikan kenyataan yang 151 hidup dalam masyarakat melalui simbol-simbol tertentu, sehingga mampu menghidupkan impresi dalam benak konsumen bahwa citra produk yang ditampilkan adalah juga bagian dari kesadaran budayanya meskipun bisa jadi hanya ilusi belaka. Di Indonesia, media massa perempuan sebagai objek seks. seringkali menampilkan Perempuan teramat jarang ditampilkan sebagai wanita karir, pekerja dan pemberi pendapat. Di samping menyajikan citra yang stereotipis, iklan juga mempergunakan tubuh sebagai alat untuk menciptakan citra produk tertentu atau setidaknya tubuh perempuan memiliki fungsi sebagai latar dekoratif suatu produk. Bagian-bagian tubuh perempuan acapkali dipresentasikan secara mencolok sebagai simbol yang sesuai dengan komoditas yang dipasarkan. Tubuh perempuan juga selalu menjadi alat dan simbol produk-produk dan desain pakaian yang menampakkan sisi-sisi erotis dan keindahan produk tersebut. Tubuh perempuan juga telah menjadi alat dan simbol dalam pemasaran suatu komoditas. Secara sepintas, barangkali citra perempuan yang menonjol tampak sebagai suatu yang tidak terelakkan dalam iklan, sehingga seolah-olah mencerminkan posisi sosial perempuan yang sesungguhnya dalam realitas. Padahal yang terjadi adalah sebuah proses sosial, melalui media, di mana tubuh wanita diperlakukan sebagai tidak lebih dari komoditas yang 152 dipasarkan itu sendiri. Dengan kata lain yang terjadi adalah proses komodititasi perempuan. Tubuh perempuan yang sebenarnya merupakan bagian yang paling pribadi telah menjadi objek dan arena pembentukan citra produk, yang pada akhirnya bermuarakan pada bujuk rayu untuk mengkonsumsi suatu komoditas. Ada dua cara dalam menjaga kesehatan dan kecantikan organ tubuh wanita yaitu melalui latihan fisik dan diet. Dalam perjuangan mereka agar tetap memikat, para wnaita dikesankan selalu dikejar-kejar dua momok: umur mereka dan kegemukan. Bagian tubuh wanita yang paling banyak dieksploitasi oleh iklan-iklan jenis ini adalah betis, dada, punggung, pinggul, rambut, dan bibir. Jenis gender image yang dimainkan adalah kesan bahwa wanita adalah makhluk yang selalu mendambakan self-reassurance yang datang dari pihak laki-laki berupa pujian-pujian. Pengelolaan tubuh menjadi demikian rinci dewasa ini. Dari perawatan rambut, mata, bulu mata, hidung, bibir, mulut, kulit, kuku, lengan, perut, buah dada, pinggul, betis, kaki dan bahkan bulu kaki. Berbagai produk dan praktik dikenakan dalam mengelola bagian tertentu untuk mendapatkan bentuk atau penampilan yang diinginkan. Berbagai kemungkinan yang disediakan di dalam pengelolaan tubuh meliputi menghilangkan lemak, menurunkan berat badan, menghilangkan reumatik, 153 merampingkan tubuh atau pinggang, memperindah bentuk pinggul dan pantat, mengatasi kebotakan, menyuburkan dan menyehatkan alis mata, mengatasi varises, menghilangkan jerawat dan noda hitam serta menyehatkan dan meremajakan kulit. Semua bentuk dan jenis perawatan tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan semakin mudah dari waktu ke waktu. Banyak orang yang secara sadar menjalankan diet dengan cara membatasi makan atau berhati-hati dalam memilih jenis makanan untuk menjaga kesehatan. Ada pula yang memilih cara instan, seperti melakukan sedot lemak, penghancuran lemak di tempat perawatan tubuh, dan berolah raga atau fitness secara out of control agar bentuk tubuh yang diinginkan dapat segera terwujud. Secara umum dapat dilihat bahwa masyarakat semakin fokus terhadap perawatan kesehatan, pembentukan dan penampilan tubuh. Bentuk tubuh merupakan syarat atau faktor dominan di dalam berbagai pertukaran sosial. Penerimaan sosial dan batasbatas hubungan sosial dipengaruhi oleh bentuk tubuh seseorang menjadi standar ukuran menarik tidaknya seseorang. Bahkan ada pendapat yang mengatakan, bahwa cantik bukanlah syarat terpenting, pria masa kini lebih menyukai perempuan seksi. Keindahan tubuh, seksual dan sensual dapat diperoleh dengan latihan, perawatan bagian-bagian tubuh secara teratur, dan menggunakan berbagai produk yang tersedia. Besarnya perhatian 154 masyarakat dan alasan-alasan yang mendasari kecenderungan perawatan tubuh merupakan masalah yang menarik. Usaha-usaha pengendalian, pengaturan, dan penertiban tubuh menjadi bagian dari gejala sosial yang dikuatkan keberadaannya oleh institusi-institusi pendukung. Perangkat nilai dan kelembagaan dibutuhkan untuk mengatur, mengendalikan, mendisiplinkan, menertibkan tubuh sehingga tubuh di satu pihak bertingkah laku sesuai dengan batasan-batasan dan di pihak lain tubuh dirawat untuk menghasilkan kesehatan, bentuk dan penampilan tertentu. Kegelisahan sosial masyarakat di dalam perawatan kesehatan tubuh, di dalam pembentukan bagian-bagian tubuh atau di dalam memperindah penampilan juga merupakan persoalan yang penting yang usaha-usaha ke arah itu telah menggerakkan dan mendiktekan kehidupan penduduk sehari-hari. Kecenderungan perhatian yang besar terhadap tubuh berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam teknologi makanan yang memungkinkan orang memperoleh makanan kurang atau tanpa lemak. Kemudahan-kemudahan ini telah memungkinkan proses menampilkan diri di dalam hubungan sosial lebih leluasa. Di dalam representasi diri, perempuan diharapkan untuk jeli melihat berbagai potensi tubuhnya, yang semua itu dapat menjadi kapital 155 kebudayaan penting di dalam pembentukan nilai tambah di dalam pertukaran sosial. Usaha mengelola tubuh yang ideal menjadi demam masyarakat yang tidak banyak mempengaruhi praktik merawat tubuh, tetapi mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap potret perempuan. Perempuan diharapkan tampil dengan ukuranukuran tubuh yang diidealkan secara sosial yang karenanya menunjukkan tekanan-tekanan sosial yang intensif terhadap keberadaan wanita. Nilai-nilai dan ukuran-ukuran telah ditetapkan dan setiap orang, tidak terkecuali perempuan, siap melakukan tindakan kekerasan terhadap perenmpuan karena dimungkinkan secara sosial dan keabsahannya tidak dipertanyakan. Tubuh yang merupakan bagian yang paling private dari seorang perempuan telah menjadi milik publik yang tampak dari cara tubuh perempuan ditampilkan. Iklan yang menonjolkan bentuk, penampilan, dan keindahan tubuh ditayangkan di berbagai media secara rutin, ini untuk mengingatkan wanita bahwa bentuk tubuh seperti model yang terdapat dalam iklanlah yang saat ini menjadi tren. Iklan bersifat eksploitatif karena memotret perempuan dari bentuk luarnya, hal ini disebabkan oleh sikap perempuan sendiri. Kompetisi yang muncul bukan antara laki dan perempuan tetapi antara perempuan itu sendiri. 156 Kecenderungan memotret perempuan dari tubuhnya telah menjauhkan kita dari realitas, karena yang dipresentasi dari seorang perempuan hanyalah citra, bukan sesuatu yang riil. Dengan menanamkan suatu pengahayatan baru mengenai internasionalisme inilah pemahaman tentang kecantikan pun bergeser secara mendasar. Kriteria kecantikan dijungkir balikkan. wanita timur ingin seperti wanita barat, sedangkan wanita barat ingin mengambil sentuhan citra wanita timur. Wanita kulit hitam ingin seperti yang kulit putih, yang kulit putih ingin mengambil sentuhan citra kulit hitam, sehingga tampillah wanita lain yang sama sekali baru, yang tidak mempunyai kriteria asal usul orisinal. Budaya pemujaan tubuh seperti yang direpresentasikannya dalam sebuah simbol, telah menarik pesona masyarakat. Representasi dunia simbol yang dibangun media telah ikut memperkisruh dunia sosial. Dunia nyata dan alam rekaan telah berbaur membentuk persepsi sosialnya sendiri. 157 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Iklan susu diet WRP bukan sekedar iklan untuk menjual produk semata, tetapi jauh dibalik itu iklan ini telah mentransformasikan nilainilai kehidupan baru di masyarakat. Nilai-nilai yang diwujudkan dalam tanda-tanda yang menjadi simbolisme akan golongan tertentu dan gaya hidup masa kini, tercermin dari gambar dan naskah iklan. Dalam iklan susu diet WRP ini, wanita tetap dicitrakan sebagai citra pigura, yaitu iklan yang menampilkan wanita sebagai sosok makhluk yang cantik, yang harus selalu menjaga kecantikannya dengan berbagai macam latihan, olah raga, diet dan juga mempercantik diri dengan berbagai perawatan dan mengikuti perkembangan trend fashion saat ini. Wanita seperti diharuskan untuk selalu menjaga penampilan tubuh mereka agar tetap menarik untuk dilihat baik oleh sesamanya maupun oleh lawan jenis mereka. Wanita diidentikkan untuk dilihat dari sisi luarnya saja, tanpa memperhatikan sisi dalamnya, padahal tidak semua wanita bisa terlihat semenarik model wanita dalam iklan WRP. Inner beauty seorang wanita di sini tentu sangat berperan, karena pujian dari lingkungan sekitar datang bukan karena penampilan seseorang saja, melainkan pada faktor lainnya seperti sifat, kepribadian, kepintaran, dan sebagainya. 158 b. Makna tanda dalam iklan susu diet WRP yang konotatif telah memberikan khalayak kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda, terutama jika berasal dari kultur yang berlainan, tapi dalam iklan ini secara persuasif, pesan kecantikan yang diterima dan diinterpretasikan oleh khalayak dapat dilihat dalam satu bingkai, yaitu bahwa cantik didefinisikan sebagai wanita dengan bentuk tubuh yang mempesona dan berkulit putih. Penggunaan tubuh wanita dalam iklan ini adalah untuk memberikan contoh kepada para calon konsumen, bentuk tubuh wanita yang sempurna dan juga hasil yang akan diperoleh wanita bila mengkonsumsi produk tersebut. Tubuh wanita tidak saja ditampilkan seperti biasanya, tapi lebih menonjolkan pada bagian-bagian tubuh wanita yang indah yaitu lengan, perut dan juga pinggang. Posisi dan pose para model dalam iklan maupun dalam contoh kemasan produk dalam iklan, semuanya memperlihatkan keindahan bentuk tubuh mereka yang tanpa lemak terlebih pada bagian pinggang sehingga menyerupai bentuk huruf “S” yang bisa diartikan slim (ramping). Seperti makna konotatif yang ditampilkan dalam iklan susu diet WRP ini, sang wanita diajak untuk lebih memperhatikan bentuk tubuh mereka supaya mendapatkan pengakuan dari lingkungan dan juga status dalam pergaulannya. Tubuh wanita saat ini benar-benar dieksploitasi untuk kepentingan bisnis semata. Tubuh wanita saat ini sudah menjadi komoditi publik. Tubuh wanita pun selain menjadi wahana promosi, tetapi juga sebagai alat produksi dan target market 159 produsen. Tubuh wanita yang indah tanpa lemak saat ini benar-benar dianggap menjadi hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wanita. Hingga muncul anggapan, laki-laki lebih memilih wanita seksi dibandingkan dengan wanita cantik. c. Kode-kode visual yang dihadirkan dalam iklan sangat membantu pencapaian tujuan dari alur cerita yang disajikan. Mulai dari ekspresi sang model, pose, busana yang dikenakan, dan juga penggunaan latar belakang dalam iklan tersebut yang memberi nuansa berbeda. Seperti penggunaan model wanita yang berbeda untuk membedakan versi iklan dan versi produk yang sedang dipromosikan. Kode-kode visual yang ada tentunya menciptakan makna pesan tersendiri bagi pembacanya. Ekspresi wajah dari para model pun makin menguatkan asumsi bahwa memiliki tubuh yang mempesona merupakan kebanggaan tersendiri. Keberadaan manekin dalam iklan yang berdiri bersebelahan dengan seorang model, tentunya untuk memberikan contoh bentuk tubuh mempesona para wanita. Latar belakang yang dipilih pun tidak sembarangan, dari semua iklan tersebut produsen memilih tempat-tempat yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang dengan status sosial menengah ke atas. Ini tentunya dipilih untuk menegaskan bahwa produk mereka ditujukan untuk kalangan golongan tersebut. Kode-kode visual dalam iklan tersebut juga membantu untuk menegaskan bahwa bentuk tubuh yang indah tanpa lemak adalah 160 sesuatu hal yang penting untuk wanita, di mana bentuk tubuh adalah salah satu ukuran untuk mendapatkan pengakuan yaitu kata “Cantik”. 5.2 Saran Dari hasil analisis yang dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran, berupa saran teoritis dan praktis, yaitu: • Teoritis a. Aspek visual dan verbal yang disajikan oleh iklan, lebih diteliti lagi agar makna yang ingin disampaikan dapat tercapai. Selain itu, visual dan verbal yang disajikan pun jangan hanya mementingkan citra produk yang ingin ditampilkan tetapi juga harus melihat dari segi budaya yang ada di Indonesia. b. Untuk perkembangan ilmu komunikasi, diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mengenai penggunaan teks, gambar dan juga makna yang dihasilkan gambar dalam sebuah iklan khususnya media cetak dalam pencapaian tujuannya di masyarakat. c. Dari sudut semiotika, harap diperhatikan lagi bagaimana aspek-aspek yang mendukung satu iklan dapat diberlakukan dengan benar. Baik dari aspek verbal maupun visual seperti latar belakang, model, penempatan produk, logo dan huruf juga untuk naskah iklan. • Praktis 1. Iklan susu diet WRP hendaknya lebih memperhatikan lagi tentang efek yang akan dihasilkan oleh iklan tersebut pada jiwa anak muda yang 161 masih labil dan mementingkan penampilan untuk pergaulan mereka, jangan sampai hanya karena tubuh mereka tidak sesuai dengan citra wanita pada iklan, mereka menjadi “minder” dalam pergaulan dan menjadi tertutup. 2. Selektivitas harus lebih diperhatikan dalam membuat iklan, hal penting yang diperhatikan adalah bagaimana pesan iklan tersebut dapat diadaptasi dalam tata nilai Bangsa Indonesia. 3. Iklan susu diet WRP, jangan hanya terjebak pada kepentingan komersial semata, melainkan tetap harus memperhatikan kondisi Bangsa ini. Pencapaian keuntungan jangan digunakan sebagai alasan untuk memanipulasi iklan kepada hal-hal yang menggambarkan kesempurnaan citra produk yang semu. 4. Citra bentuk tubuh wanita saat ini sudah terbentuk dengan pensteriotipan wanita dengan bentuk tubuh yang sempurna seperti manekin atau dengan contoh para model wanita yang digunakan oleh produk. Seharusnya kita saat ini, bisa lebih melihat pada realita yang terjadi di masyarakat dengan keanekaragaman bentuk tubuh. Bukan kecantikan tubuh yang kita kejar melainkan kesehatan tubuh. 162 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Nurul. 2001. Wajah Perempuan dalam Media Massa.Mediator Jurnal Komunikasi, vol 2, 199-202. Darmawan, Ferry. 2006. Posmodernisme Kode Visual dalam Iklan Komersial. Mediator Jurnal Komunikasi vol 7, 103-113. Djuharie, Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi. Bandung. Penerbitan Yrama Widya. Fiske, John. 2008. Cultural and Communication Studies. Bandung. Percetakan Jalasutra. Kasali, Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan. Jakarta. PT. Pustaka Utama Grafiti Meleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedy. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Piliang, Yasraf Amir. Post Realitas Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika. Yogyakarta. Percetakan Jalasutra Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Stokes, Jane. 2003. How To Do Media and Cultural Studies. Yogyakarta. PT. Bentang Pustaka xiv Subandy, Idi. 2004. Sirnanya Komunikasi Empatik. Bandung. Pustaka Bani Quraisy Subandy, Idi. 2007. Budaya popular sebagai Komunikasi. Yogyakarta. Percetakan Jalasutra Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta. Percetakan Jalasutra Van Zoest, Art. 1993. Semiotika. Jakarta : Yayasan Sumber Agung Yatim, Debra, 1998, “ Media dan Perempuan”. Sumber lainnya: - Buku Tipografi Komputer untuk Desain Grafis - Tesis dari Ferry Darmawan. S.Sos., M.Si yang berjudul Representasi Maskulinitas dalam Iklan Komersil - www.WRP-diet.com - www.HealtyDiet.com xv