Mirza Zaka Pratama Teliti Alternatif Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Dikirim oleh humas3 pada 21 October 2011 | Komentar : 0 | Dilihat : 6099 Mirza Zaka Pratama Mirza Zaka Pratama, mahasiswa angkatan 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) meraih juara II kompetisi Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-10 bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang digelar Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) di Widya Graha, Jakarta, Selasa (4/10). Selain piala, Mirza juga memperoleh hadiah uang Rp 10 juta. Ia berhasil karena penelitiannya membuktikan bahwa pemberian vaksin yang berupa bakteri salmonella typhimurium yang telah dilemahkan, bisa mencegah penebalan dinding pembuluh sehingga dapat membuat dinding pembuluh tetap tipis. Menurut Mirza, penelitiannya itu bisa menjadi alternatif pencegahan penyakit jantung koroner. Mirza melakukan percobaan dengan menggunakan tikus yang diberi vaksin dari bakteri salmonella typhimurium. Selama dua bulan, tikus ini diberi asupan makanan lemak tinggi, campuran minyak hewani, minyak kelapa, daging berlemak, yang dibuat adonan mirip bakso. Ternyata dinding pembuluh darah tetap tipis meski tikus diberi makanan lemak tinggi. Sedangkan tikus lain yang juga diberi asupan makanan yang sama namun tidak diberi vaksin terlihat pembuluh darah yang dindingnya tebal. Penyakit jantung koroner adalah penyumbatan pembuluh darah koroner akibat penumpukan lemak di dinding pembuluh. Dalam data yang dia kumpulkan, pada 2004 penyakit jantung koroner menempati urutan teratas penyebab kematian. Angkanya mencapai 29,34 persen. Mirza mengatakan selama ini cara mencegah serangan jantung koroner adalah dengan olahraga teratur, tidak merokok, menjaga pola makan, dan mengkonsumsi obatobatan. "Mengkonsumsi obat-obatan butuh biaya yang sangat besar, belum lagi efek samping bahan kimia, makanya saya mengatakan ini alternatif, bila diteliti lebih lanjut bisa sangat berguna," papar Mirza. Mirza melakukan penelitian ini berawal dari hasil penelitian kakak tingkat yang menyatakan senyawa phosphorylcholine bisa memicu antibodi yang bisa mencegah penebalan pembuluh darah. Senyawa tersebut banyak terdapat pada dinding bakteri salmonella typhimurium yang dapat dengan mudah didapatkan di tanah, air, udara, dalam tubuh manusia, dan yang paling banyak ada di feses (kotoran) manusia. Setelah dimurnikan beberapa kali, dia pun mendapatkan isolat murni bakteri yang dia inginkan. Untuk menjadi vaksin, bakteri salmonella typhimurium dimatikan dengan cara dipanaskan dalam suhu 100 derajat selama 45 menit. Sebelum disuntikkan, jumlah bakteri harus dihitung. Tikus diberi 100 juta bakteri per 0,1 mililiter pelarut untuk sekali suntikan. Mahasiswa yang menghabiskan dana sebesar Rp 6 juta untuk penelitiannya itu ingin karyanya ditindaklanjuti dengan percobaan pada hewan tingkat tinggi, misalnya kelinci atau kera, dan kalau bisa diujicobakan ke manusia. "Bagaimanapun, alternatif pencegahan jantung koroner itu bisa bermanfaat bila ditindaklanjuti dan dijadikan sebuah produk, saya yakin akan bermanfaat besar bagi masyarakat," pungkas Mirza. [yos/ziz] Artikel terkait MoU UB dan BKKBN One Health untuk Cegah Penyakit Zoonosis FK-UB Kembangkan Tes Cepat untuk Diagnosa Dini Lupus Teknologi Kedokteran Nuklir untuk Obati Kanker Dr. Erna Susanti: Peran Catechins Teh Hijau terhadap Penghambatan Proses Aterogenesis