BIMP-EAGA - dpmptsp kaltim - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

advertisement
dan
Sekretariat BIMP-EAGA Kalimantan Timur
Badan Penanaman Modal dan PTSP
Provinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rahmat No. 56
Samarinda 75117
BIMP-EAGA &
Kegiatan Kerjasama Kalimantan Timu
Kata Pengantar
Provinsi Kalimantan Timur telah terlibat aktif dalam Kerjasama Ekonomi Sub
Regional BIMP-EAGA (KESR BIMP-EAGA) selama lebih dari delapan belas tahun. Sejumlah
pencapaian telah berhasil diperoleh yang antara lain adalah nilai investasi yang tercatat
sebesar Rp. 12,20 triliun hingga tahun 2014.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi EAGA yang kembali meningkat pasca krisis
ekonomi tahun 1998, turut mendorong revitalisasi peran Kalimantan Timur dalam KESR
yang antara lain terlihat dalam aktifnya Kalimantan Timur berpartisipasi dalam even-even
BIMP-EAGA, baik di dalam maupun di luar negeri.
Era perdagangan bebas dunia yang semakin kompetitf semisal AFTA, juga menjadi
pemacu bagi pemerintah daerah, termasuk Kalimantan Timur untuk lebih meningkatkan
kapasitas dan peran aktif dalam hubungan kerjasama sosial-budaya dan ekonomi
internasional, termasuk dalam kerangka BIMP-EAGA, agar nantinya dapat lebih menjadi
sebagai aktor utama bukan hanya tuan rumah di negeri sendiri.
Melalui booklet ini diharapkan dapat disampaikan informasi mengenai kiprah
Provinsi Kalimantan Timur dalam BIMP-EAGA serta gambaran sekilas mengenai Kerjasama
Internasional. Atas dukungan semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
Samarinda, Desember 2015
Kepala,
H. Diddy Rusdiansyah A.D.
daftar isi
Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Gambaran Umum BIMP-EAGA
3
Partisipasi Kalimantan Timur dalam KESR BIMP-EAGA
20
Perjanjian dan Kerjasama Internasional
25
Kerjasama Pemprov. Kaltim
27
1
Gambaran Umum
KESR BIMP-EAGA
Latar Belakang KESR BIMP-EAGA
Awal pembentukan KESR (Kerjasama Ekonomi Sub Regional) BIMP-EAGA
(Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Philipina East ASEAN Growth Area) diawali
kunjungan Presiden Philipina, Fidel Ramos ke Brunei Darussalam pada tahun 1992
yang menawarkan konsep dibentuknya suatu forum kerjasama ASEAN Timur. Konsep
ini dibawa kembali oleh Fidel Ramos dalam kunjungan kenegaraannya ke Malaysia
pada tahun berikutnya dengan menemui Perdana Menteri Malaysia saat itu, Mahathir
Muhammad. Ditahun yang sama, Fidel Ramos meneruskan ide ini ke Indonesia baik
melalui kunjungan kenegaraan resmi maupun melalui misi dagang dari Mindanao ke
Sulawesi. Pada tanggal 26 Maret 1994 di Davao City, Philipina pada Pertemuan Tingkat
Menteri BIMP-EAGA dilakukan penandatanganan Agreed Minutes yang menyatakan
KESR BIMP-EAGA secara resmi didirikan. Pada bulan November di tahun yang sama,
dilaksanakan 1st BIMP-East ASEAN Business Conference & Exhibits, dihadiri lebih
dari seribu peserta dari kalangan dunia usaha BIMP-EAGA yang menandai pula
dibentuknya BIMP-EAGA Business Council (BEBC).
Papua Barat dan Papua), Malaysia (2 negara bagian dan 1 Federal Territory : Sarawak,
Sabah dan Labuan Federal Territory), serta Philipina (Mindanao dan Palawan).
BIMP-EAGA merupakan forum kerjasama yang memiliki nilai strategis baik dari
aspek ekonomi, geografis, budaya, serta lingkungan hidup. Posisi BIMP-EAGA yang
terletak di kawasan tropis katulistiwa memiliki limpahan sumber kekayaan alam.
Berbagai obyek wisata potensial banyak ditemukan di wilayah ini, khususnya yang
berwawasan lingkungan (ecotourism). BIMP-EAGA memiliki coral triangle (segitiga
karang) terbesar di dunia (92% total coral dunia berada di kawasan ini) dengan lebih dari
600 spesies biota laut di dalamnya. Selain itu, kawasan ini juga memiliki 25% total hutan
hujan tropis dunia, yang sangat penting bagi program-program pelestarian lingkungan,
khususnya bagi pengendalian iklim dunia.
Dilihat dari bentuk dan lingkup kerjasamanya, KESR BIMP-EAGA merupakan
kawasan kerjasama sub regional terbesar di Asia, meliputi wilayah seluas 1,6 juta km2.
Untuk pengembangan kepariwisataan, wilayah ini sangatlah potensial. Kunjungan
wisatawan mancanegara ke kawasan ini pada tahun 2012 tercatat sebesar 38 juta
orang, mencapai 42.6 % total ASEAN, atau 3,8 % dari total dunia.
Gambar 1. Peta Anggota KESR BIMP-EAGA
Secara konseptual, BIMP-EAGA dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk
kerjasama ekonomi yang melibatkan daerah-daerah yang secara geografis terletak di
sekitar perbatasan antara satu negara dengan negara-negara lainnya di kawasan
Empat Negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Philipina.
Secara umum daerah-daerah yang terlibat dalam forum ini masih belum
berkembang secara optimal, terutama dari segi ekonomi, kecuali Brunei Darussalam.
Untuk Indonesia, pada awal perkembangannya anggota KESR BIMP-EAGA hanya
melibatkan tiga provinsi yaitu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.
Namun dalam perkembangan selanjutnya seluruh provinsi yang berada di Kawasan
Timur Indonesia juga turut ambil bagian. Hingga saat ini anggota KESR BIMP-EAGA
yaitu meliputi; Brunei Darussalam, Indonesia (14 Propinsi : Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Maluku Utara, Maluku,
3
4
Tujuan KESR BIMP-EAGA
Tujuan pembentukan KESR BIMP-EAGA (development goal) dirumuskan dalam
tujuan utama / ultimate goal dan tujuan jangka pendek / immediate goal. Tujuan utama
dari skema kerjasama ini adalah untuk mempercepat dan mengurangi kesenjangan
pertumbuhan ekonomi daerah sub regional. Sementara tujuan jangka pendeknya
adalah untuk meningkatkan perdagangan intra dan ekstra EAGA sebesar 10%,
investasi sub regional EAGA sebesar 10%, serta arus pariwisata subregional EAGA
sebesar 20%. Tujuan jangka pendek tersebut (atau yang sering disebut 10-10-20
target) ditetapkan akan dicapai pada tahun 2010 melalui skema implementasi yang
dituangkan dalam program lima tahunan yang dikenal dengan istilah EAGA Roadmap
(2006-2010).
Untuk mencapai tujuan dan target sebagaimana tersebut di atas, BIMP-EAGA juga
telah menetapkan sasaran-sasaran strategis sebagai berikut :
(1) Promosi perdagangan, investasi, dan pariwisata intra dan ekstra EAGA dengan
menekankan pada sektor-sektor prioritas.
(2) Koordinasi atas manajemen sumber daya alam bagi pembangunan sub kawasan
yang berkesinambungan.
(3) Koordinasi perencanaan dan implementasi dukungan infrastruktur bagi integrasi
ekonomi, dengan melibatkan paritisipasi aktif dari sektor swasta.
(4) Memperkuat struktur dan mekanisme institusional untuk implementasi Roadmap
dan Action Plan BIMP-EAGA.
Selanjutnya, berdasarkan rekomendasi Mid Term Review, serta arahan dari
BIMP-EAGA Summit dan Ministerial Meeting, bahwa untuk mencapai tujuan KESR
secara lebih fokus dan konsolidatif, dirumuskanlah empat pilar strategis yang akan
memandu pelaksanaan KESR dalam periode 5 tahun (2012-2016). Keempat strategic
pillars tersebut adalah;
1.
Meningkatkan konektivitas intra sub regional BIMP-EAGA maupun antara BIMPEAGA dengan kawasan lain di dunia. (connectivity pillar)
2.
Membangun BIMP-EAGA sebagai lumbung pangan untuk wilayah ASEAN dan
negara ASIA lainnya (food basket pillar)
3.
Promosi BIMP-EAGA sebagai destinasi wisata utama (tourism pillar)
4.
Manajemen lingkungan yang berkelanjutan (environment pillar)
5
Karakteristik BIMP-EAGA
Secara umum, BIMP-EAGA dibangun atas latar belakang dan karakteristik yang
unik dari daerah-daerah yang terlibat di dalamnya yaitu; (1) terbangunnya sejarah
perdagangan (tradisional) lintas batas, (2) ekonomi berdasarkan sumber daya, (3)
rendahnya sumber daya manusia dibandingkan dengan rata-rata nasional, dan (4) letak
geografis yang jauh dari ibukota Negara (kecuali Brunei).
Visi dan Misi BIMP-EAGA
Visi dari KESR BIMP-EAGA adalah ; Pembangunan sub kawasan ASEAN Timur
guna mengangkat taraf hidup penduduk di wilayah tersebut melalui kerjasama ekonomi
regional yang potensial.
Sebagai upaya implementasi dari visi tersebut, dirumuskan Misi KESR BIMP-EAGA
sebagai berikut ; :
Maksimalisasi keunggulan komparatif.
- Komplementer di antara subregion.
- Penggunaan optimal sumber daya alam, teknologi dan informasi.
- Upaya bersama untuk mengatasi hambatan pembangunan ekonomi.
- Ekspansi aktif intra-industri dan intra-firm trade.
Mekanisme Institusional BIMP-EAGA
Dalam perkembangannya, struktur organisasi BIMP-EAGA beberapa kali
mengalami modifikasi. Senior Official Meeting dan Ministerial Meeting (SOM/MM)
merupakan struktur organisasi tertinggi yang terbentuk sejak BIMP-EAGA berdiri.
Diikuti dengan dibentuknya BIMP-EAGA Business Council (BEBC) pada tahun 1997
yang mendapat status “negara kelima”, sebagai wadah yang mengakomodasi
pelaku usaha/ swasta pada lingkup BIMP-EAGA.
Pada tahun 2003, dalam rangka meningkatkan upaya pencapaian
development goal secara integratif dan terarah, dibentuklah Working Group Cluster
(WGC) dengan leading sector pada masing-masing negara anggota. Pada tahun ini
pula disepakati
6
pembentukan Leader's Summit, sebagai forum laporan dan pertanggungjawaban
SO terhadap pelaksanaan KESR BIMP-EAGA.
Selanjutnya untuk mengakomodasi mengakomodasi peranan yang lebih
konkret dari pemerintah daerah selaku pemangku kepentingan pelaksanaan KESR
BIMP-EAGA di daerahnya, pada tahun 2005 dibentuklah Local Government Forum,
yang pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan SOM dan MM.
Berikut grafik awal mekanisme institusional BIMP-EAGA ;
In country
Sub Regional
Private Sector
Dalam dokumen ini, the strategic areas yang terdapat pada Roadmap telah
diintegrasikan dalam empat strategic pillars, dimana pada masing-masing pilar
tersebut dibentuk pula susunan working group dan cluster yang baru yang akan
memperkuat mekanisme institusional dan sinergitas pelaksanaan proyek-proyek
kerjasama.
Selanjutnya, sesuai kesepakatan yang dicapai pada Special SOM di Jakarta
pada 28-29 Februari 2012, disepakati pembentukan struktur baru BIMP-EAGA
dalam rangka menjamin upaya yang lebih sinergis dan koordinatif dalam pencapaian
tujuan yang sudah tertuang dalam Implementation Blueprint 2012-2016. Struktur
terbaru ini sendiri berlaku efektif pada 1 Januari 2013.
Mekanisme institusional BIMP-EAGA yang telah disepakati tersebut adalah
sebagai berikut;
Pada tahun 2012, disepakati dokumen Implementation Blueprint 2012-2016,
yang merupakan kelanjutan dan pengembangan dari Roadmap 2006-2010 dalam
rangka memberikan arah yang lebih terfokus dan upaya-upaya yang lebih
konsolidatif untuk mencapai tujuan BIMP-EAGA itu sendiri.
7
8
Beberapa poin signifikan dari perubahan mekanisme institusional ini antara
lain:
1.
Dibentuknya Infrastructure Connectivity Monitoring Unit (ICMU). Unit ini
bertugaskan memantau dan melaporkan kepada SOM, tentang progres dan
pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas dari semua cluster;
2.
Cluster-cluster dikelompokkan dalam Strategic Pillars of the IB; yaitu: (a) agribusiness; (b) transport; (c) trade and investment facilitation; (d) Power
Infrastructure; (e) ICT Infrastructure; (f) tourism; and (g) environment;
3.
Agri-business Cluster dibentuk untuk mengakomodasi Agro-industry WG;
dan Fisheries WG;
4.
The Transport Cluster terdiri atas tiga working group (air, sea and land);
5.
The Trade Facilitation and Investment Cluster terdiri atas SMED Working
Group (dahulu SMED Cluster) dan CIQS Working Group (dahulu CIQS Task
Force);
6.
The Energy WG diubah namanya menjadi Power Infrastructure WG;
7.
The ICT WG diubah namanya menjadi ICT Infrastructure WG;
8.
The Tourism Cluster membentuk the Tourism WG;
9.
The Environment Cluster membentuk the Environment WG dan akan meliputi
beberapa sub-sektor semisal forestry, ecotourism, coastal resources and
mining
10.
The Construction and Construction Materials (CCM) akan berada dibawah
the ICMU
Lembaga-Lembaga dalam Struktur BIMP-EAGA
1.
BIMP-EAGA Leaders Summit
Merupakan forum yang dilaksanakan secara periodik setahun sekali, sebagai
highest policy level mechanism of BIMP-EAGA. Di sini, pimpinan dari keempat
negara dapat bertemu untuk memantau sejauh mana perkembangan pelaksanaan
kerjasama sub kawasan ini, serta memberikan arahan-arahan yang dianggap perlu
dalam rangka upaya meningkatkannya.
Pertemuan ini merupakan wadah bagi SOM dan MM untuk melaporkan
perkembangan BIMP-EAGA dan untuk mendapatkan dukungan , komitmen, dan
arahan serta pengesahan dari para Leader tersebut.
Melalui forum ini, para pimpinan negara tersebut tidak hanya memnerikan
dukungan politis bagi pelaksanaan BIMP-EAGA, namun juga dapat menunjukkan
kepedulian dan determinasi yang jelas terhadap pembangunan sub-kawasan.
2.
Senior Official Meeting (SOM), Ministerial Meeting (MM) dan Local Governor
Forum
Sejak pembentukannya pada tahun 1994 hingga sekarang, Senior Official
Meeting/Ministerial Meeting (SOM/MM) merupakan mekanisme konsultasi negaranegara anggota BIMP-EAGA. Masing-masing negara anggota menunjuk seorang
Signing Minister dan Senior Official (SO) yang merupakan pejabat tingkat tinggi dari
masing-masing pemerintahan negaranya. Pertemuan formal diselenggarakan
sedikitnya satu kali dalam setahun. SOM dan MM sendiri terakhir kali dilaksanakan
pada bulan September 2011 di Cagayan de Oro City, Philipina.
Dalam hubungan kewenangan dan kebijakan, suatu keputusan yang
selanjutnya akan diberlakukan sebagai kebijakan disusun pada tingkatan Minister,
sedangkan SO bertugas untuk memberikan arahan dan saran-saran tentang
kebijakan-kebijakan yang diberlakukan tersebut, serta bersama dengan Working
Group Cluster, Working Group, dan Setnas (NS), mengkoordinasi isu-isu teknis dan
operasional yang terkait dengan BIMP-EAGA.
9
10
Kepemimpinan SOM/MM dirotasi setiap tahun pada empat negara anggota.
Untuk memfasilitasi pengambilan keputusan antar SO, maka dibutuhkan adanya
focal SO yang akan bertanggungjawab bagi pencapaian keputusan dengan SO-SO
yang lain terutama melalui referendum. Telah disepakati pada tahun 2004 bahwa
jabatan ketua SOM berlaku sejak ditetapkan hingga pelaksanaan SOM berikutnya,
selain itu ketua SOM juga merupakan focal point bagi kegiatan dan operasional
BIMP-FC.
Selanjutnya, pada SOM/MM di Bandar Seri Begawan tahun 2005,
diprakarsai pembentukan Local Government Unit Forum (LGU) yang ditujukan
untuk menstimulasi peran aktif Pemerintah Daerah EAGA yang daerahnya
termasuk dalam wilayah implementasi kerjasama ekonomi EAGA.
LGU Forum pertama diadakan di Kota Kinabalu pada tahun 2006, dengan
beragamnya mekanisme pemerintah daerah di empat negara anggota BIMPEAGA, maka disepakati bahwa LGU forum melaporkan hasil pertemuan dan
kesepakatannya kepada BIMP-EAGA Ministerial Meeting.
LGU Forum kedua dilaksanakan di Koronadal City, Philipina pada tahun
2007, LGU ketiga di Makassar pada tahun 2008, dan LGU ke-4 di Brunei
Darussalam pada tahun 2009 dengan salah satu agendanya adalah menentukan
posisi LGU Forum pada mekanisme struktural KESR BIMP-EAGA. Sementara pada
LGU ke-5 di Cagayan De Oro City, Philipina pada tahun 2011 yang melaksanakan
bilateral discussion melibatkan pengusaha lokal dengan dukungan eksekutif
pemerintah daerah masing-masing.
3.
CLUSTERS
WORKING GROUPS
Transport, Infrastructure and ICT
Development
(TIICTD)
Natural Resource Development
(NRD)
Joint Tourism Development
(JTD)
Small Medium Enterprise
Development
(SMED)
Working Group Cluster (WGC)
Pada tahun 2003, dibentuk pula Working Group Cluster (WGC) yang
ditujukan bagi mekanisme peningkatan koordinasi dan konsolidasi BIMP-EAGA,
khususnya pada level operasional. Cluster-cluster juga diharapkan dapat
memberikan rasionalisasi atas implementasi dan prioritasi program dan proyek dari
Working Group, serta mengkoordinir dan memfasilitasi pelaksanaan proyek dan
flagship program.
11
Sementara itu, Lead Country pada masing-masing cluster diharapkan mampu
mengkoordinir segala prakarsa maupun isu-isu yang berhubungan dengan
pelaksanaan program-program maupun proyek-proyek WG yang berada di cluster
yang dipimpinnya serta membuat progress report tentang cluster yang dipimpinnya.
Laporan itu sendiri
Diajukan pada saat pelaksanaan SOM/MM. Berikut susunan dari masingmasing Cluster dan Working Groupnya
TASK FORCE
-
-
Air Linkages
-
Telecoms/ICT
-
Agro-Industry
LEAD
COUN TRY
Sea Linkages
Construction/Constructio
n Materials
BRU NEI
DARUSSALAM
Land Transport (interim)
HRD
Fisheries Cooperation
Forestry & Environment
INDONESIA
Energy
HRD
-
Joint Tourism
Development
-
HRD
Capital Formation
-
Customs
Immigration
Quarantine
Security
MALAYSIA
PHILIPINA
Philiipines
Brunei Darussalam
Indonesia
Malaysia
12
Working Group cluster sendiri tersusun atas unsur pemerintah dan swasta
dan memiliki fungsi antara lain; Mewakili sektor prioritas dari kerjasama dan
mekanisme utama pada tahap operasional, identifikasi peluang dan batasan
pengembangan kerjasama, merumuskan rencana tindaklanjut untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi dalam kawasan sub regional, memberikan arahan strategis
pada berbagai sektor dalam wilayah kerjasama, sebagai mekanisme untuk
memperkuat kegiatan dari koordinasi kerjasama dan konsolidasi strategi
pembangunan, memberikan arahan dan rumusan strategi bagi pembangunan
sektor prioritas, serta Identifikasi & memantau pelaksanaan flagship projects.
PILLARS
Food basket
Connectivity
-
4.
Dalam perkembangan terakhirnya, CIQS telah lepas dari Cluster SMED, dan
berdiri sendiri namun masih dalam bentuk Task Force tapi besifat independen. Hal
ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu; :
sebuah cluster tersusun atas beberapa working group yang berhubungan
(CIQS terdiri dari 4 sektor yang sangat terkait tupoksinya),
CIQS menaungi jumlah sektor yang sama dengan NRD dan TIICTD serta
menangani masalah yang juga sangat kompleks,
Namun alasan yang paling mendasar adalah bahwa struktur yang ada saat
ini, CIQS tidak memiliki keterwakilan langsung di SOM dan MM, sementara
untuk inisiatif penting semisal fasilitasi perdagangan dan penyederhanaan
aturan, sudah seharusnya diakomodir dengan representasi langsung pada
SOM.
Selanjutnya sesuai dengan Implementation Blueprint 2012-2016 yang telah
disepakati, dengan dibentuknya struktur baru maka posisi working group cluster
yang akan berlaku efektif pada tahun 2013 sebagaimana berikut;
Agribusiness
-
Untuk Indonesia, telah ditetapkan pula koordinator dari masing-masing cluster
tersebut sebagai berikut :
a. Departemen Pertanian sebagai ketua Cluster NRD (pada tahun 2010,
dilimpahkan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan)
b. Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai ketua cluster JTD
c. Departemen Perhubungan sebagai ketua cluster TIICTD dan
d. Kementerian Koperasi dan UKM sebagai ketua cluster SMED.
WORKING
GROUP
CLUSTER
transport
trade & Investment
facilitation center
power
ICT infrastructure
•
•
•
•
•
•
•
LEAD
COUNTRY
Agro industry
Philipina
Fisheries
Air WG
Sea WG
Land WG
SMED
CIQS
•
•
•
•
Philiipines
Brunei
Indonesia
Malaysia
Tourism
Tourism
Malaysia
Environment
Environtment
Indonesia
National Secretariat (NS)
Institusi lain yang juga terdapat di BIMP-EAGA adalah Sekretariat Nasional
(NS) yang bertanggungjawab atas koordinasi in-country bagi BIMP-EAGA. NS juga
berfungsi sebagai sekretariat bagi pelaksanaan SOM/MM dan Leaders Summit jika
negaranya mendapat giliran menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan tersebut.
Masing-masing negara menentukan struktur dan mandat terhadap NS-nya
berdasarkan kebutuhan dan kapasitas dari negara tersebut.
Di Brunei Darussalam, NS berada di bawah International Relations and Trade
Development Division, Ministry of Industry and Primary Resources. Di Indonesia, NS
berada dibawah Kementerian Koordinator Perekonomian . Di Malaysia, NS di bawah
naungan Economic Planning Unit (EPU) dibawah Prime Minister's Department.
Sementara di Philipina, yang bertindak sebagai NS adalah Mindanao Economic
Development Council (MEDCO). Sejak pada tahun 2004, National Secretariat
Meeting telah disusun sebagai pertemuan rutin NS untuk membahas masalahmasalah yang
muncul dari SOM/MM dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil
untuk melaksanakan keputusan yang dihasilkan dari SOM/MM tersebut.
13
14
Untuk Indonesia, struktur organisasi dan lingkup tugas Setnas KESR diatur
oleh SK Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Investasi dan Kemitraan Publik dan
Swasta No. 01/K.D.VI/2004 pada Januari 2004. Dengan tugas-tugas dan fungsi
sebagai berikut ; :
Tugas ; :
a. Menyiapkan bahan-bahan dan informasi yang dibutuhkan Tim Koordinasi
KESR
b. Memantau dan mensosialisasikan berbagai hasil keputusan yang telah
disepakati dalam pertemuan Tim teknis, pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi
dan pertemuan Tingat Menteri kepada dunia usaha, pemerintah dan instansi
terkait lainnya.
c. Mengkoordinir delegasi RI dalam pertemuan KESR baik yang
diselenggarakan di dalam negeri maupun yang diluar negeri.
d. Menyelenggarakan pertemuan Tingkat Pejabat Senior/Tingkat Menteri
dalam rangka kerjasama kerjasama Segitiga Pertumbuhan IndonesiaMalaysia-Thailand, Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura,
Wilayah Pertumbuhan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Singapura,
Wilayah Pertumbuhan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine
dan wilayah pengembangan Inonesia-Australia.
e. Melaporkan berbagai hasil pertemuan dalam kerangka KESR kepada Tim
Koordinasi.
f. Mengajukan saran pertimbangan kepada Tim Koordinasi bagi
pengembangan KESR.
Fungsi :
a.
Sebagai focal point, pertukaran informasi dan koordinasi dari masing-masing
negara anggota BIMP-EAGA untuk beberapa inisiatif dan program.
b.
Memastikan inisiatif dari tiap negara yang diwakilinya dapat dipertahankan
secara berkelanjutan.
c.
Menyediakan dukungan teknis dan admistratif bagi para Pejabat Senior dan
Para Menteri.
5.
BIMP-EAGA Facilitation Center (BIMP-FC)
BIMP-EAGA Facilitation Center (BIMP-FC) didirikan pada bulan Agustus 2003
dengan tujuan utamanya untuk menyediakan mekanisme bagi koordinasi yang lebih
sistematis antar institusi dan organisasi BIMP-EAGA. Selain itu BIMP-FC juga
bertugas untuk memperkuat koordinasi di antara Setnas, Cluster dan BEBC;
meningkatkan fasilitas dan pelaksanaan prioritas dan atau flagship projects;
pemantauan proyek-proyek dan kesepakatan kerjasama; memberikan kerangka
kerja kelembagaan untuk mendukung kegiatan sektor swasta; bersama BEBC dan
NS memfasilitasi partisipasi sektor pemerintah dan swasta dalam pertemuan dan
pelaksanaan program dan proyek EAGA; serta turut memfasilitasi komunikasi dan
pertukaran informasi antar NS, maupun dengan ADB, GTZ, ASEAN, serta dialogue
dan Development partnernya.
Sejak pembentukannya, BIMP-FC berkedudukan di Kota Kinabalu, Malaysia
dan dibiayai oleh Federal Government of Malaysia dan State Government of
Sabah. Namun sejak tahun 2006, pembiayaan BIMP-FC telah didukung dengan
kontribusi dari keempat negara anggota BIMP-EAGA.
6.
BIMP EAGA Business Council ( BEBC )
Pada awalnya dikenal sebagai East ASEAN Business Council (EABC),
merupakan organisasi resmi dan perwakilan suara dari sektor swasta BIMP-EAGA.
Sejak tahun 1997 BEBC mendapatkan status sebagai “5th Country” pada
SOM/MM. BEBC memiliki tugas dan wewenang untuk memberikan advokasi
kebijakan, perdagangan dan promosi investasi, jasa pengembangan usaha dan
pusat informasi. Selain itu, BEBC juga bertugas untuk mengidentifikasi program
maupun proyek dari cluster dan working group cluster. Saat ini sekretariat BEBC
berkedudukan di Kota Kinabalu, dengan struktur organisasi terdiri atas Country
Director dari masing-masing negara anggota dan kepemimpinannya dirotasi antara
negara anggota.
Pembiayaan Setnas KESR Dibebankan kepada Anggaran Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian dan dana dari pihak-pihak lain yang tidak mengikat
dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
15
16
Untuk Indonesia, institusi ini diwakili oleh Kadin dari 14 provinsi EAGA
dengan menunjuk 3 ketua Kadinda provinsi sebagai Country Director yaitu Kadin
Sulawesi Utara, Kadin Kalimantan Barat, dan Kadin Kalimantan Timur.
7.
Development Partners dan Partner Organizations
Sebagai salah satu Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub Regional terbesar di
Asia, BIMP-EAGA juga menjalin hubungan kerjasama dengan Development
Partners dan Partner Organizations dalam rangka implementasi program dan
proyeknya. Sejak 2001, Asian Development Bank (ADB) telah ditetapkan sebagai
regional cooperation advisor dengan fungsi sebagai penyedia bantuan saran,
teknis, dan arahan strategis, fasilitasi dalam proyek dan kegiatan BIMP-EAGA,
mobilisasi sumber daya, serta penguatan institusional.
Pada tahun 2005, Northern Territory of Australia (NT) menjadi development
partner bagi BIMP-EAGA. Selanjutnya disusul oleh Republik Rakyat Cina
(RRC/Tiongkok) yang menandatangani kerangka kerjasama dengan BIMP-EAGA
pada tahun 2007. Selain itu, partner organization yang juga menjalin kerjasama
dengan BIMP-EAGA antara lain ; German Technical Cooperation Agency (GTZ),
ASEAN Japan-Center, Australian Agency for International Development (AusAID),
serta Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).
Sejarah Singkat Perkembangan KESR BIMP-EAGA
Pada awal perkembangannya, KESR BIMP-EAGA sempat mengalami
kemajuan. Salah satu keberhasilan yang dicapai pada masa itu
adalah
Pembangunan sektor Transportasi, Telekomunikasi dan Pariwisata.
Pada saat krisis ekonomi melanda sebagian besar negara Asia, dampaknya
juga menerpa negara-negara anggota KESR BIMP-EAGA. Perekonomian negaranegara tersebut sempat terpuruk pada titik terendah. Hal ini juga kemudian
diperparah saat terjadi dampak fenomena cuaca / lingkungan seperti El Nino dan La
Nina.
Faktor-faktor internal pada negara-negara anggota juga berpengaruh pada
perkembangan kerjasama BIMP-EAGA ini. Situasi politik dan keamanan, serta
menyusutnya minat partisipasi di antara negara anggota juga mempengaruhi
perkembangan dari KESR BIMP-EAGA itu sendiri.
Setelah badai krisis ekonomi dan keuangan berlalu, pada tahun 2004 mulai
dilakukan langkah-langkah strategis dalam rangka revitalisasi KESR BIMP-EAGA.
beberapa rumusan langkah strategis tersebut saat ini telah dalam proses
implementasi dengan lebih menekankan pada mekanisme dan kelembagaan pada
struktur institusional, memperkuat arah dan strategi pembangunan, serta
pelembagaan dari proyek dan program flagship
Pada tahun 2006, disusun BIMP-EAGA Roadmap dan Action Plan 20062010, sebagai acuan arah pembangunan dan sasaran strategis KESR BIMP-EAGA.
Dalam Roadmap dan
Action Plan tersebut ditetapkan target pencapaian
pembangunan dalam periode lima tahun pelaksanaan Roadmap dan Action Plan
yang dirumuskan yaitu; target peningkatan investasi sub regional sebesar 10%,
peningkatan volume perdagangan intra dan ekstra EAGA sebesar 10%, dan
peningkatan arus pariwisata sebesar 20% atau yang dikenal dengan 10-10-20
target. Pada tahun 2008 dilaksananakan Mid Term Review (MTR) sebagai upaya
evaluasi dari pelaksanaan Roadmap dan Action Plan tersebut.
17
18
Hingga lima tahun pelaksanaan Roadmap, secara umum, target yang
dicanangkan telah tercapai. Berdasarkan keputusan dari the 15th Ministerial
Meeting bahwa Roadmap sendiri masih dinyatakan relevan dan valid, dan dokumen
kelanjutannya adalah the Implementation Blueprint (IB) yang mencakup periode
20122016. Dokumen ini akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan proyekproyek yang berdampak konkret pada upaya pencapaian tujuan KESR secara
umum.
The Mid-Term Review (MTR) of the Roadmap menyatakan bahwa “project
preparation and implementation needed to be strengthened and improved
significantly. Thus, the IB was designed to enhance the implementation of the
strategic thrusts of the BIMP-EAGA Roadmap”.
2
Partisipasi Kaltim
dalam KESR BIMP-EAGA
Kalimantan Timur telah berpartisipasi dalam KESR BIMP-EAGA selama sekitar
18 tahun, yang mana dasar partisipasi dalam KESR BIMP-EAGA ini adalah Surat
Keputusan Gubernur No : 510/SK.206/1995 tanggal 12 Juni 1995 tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Tingkat Daerah BIMP-EAGA Daerah tingkat I Kalimantan Timur.
Sebagai salah satu provinsi yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan KESR BIMPEAGA. Kalimantan Timur telah beberapa kali menjadi tuan rumah even-even BIMPEAGA, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Beberapa even BIMPEAGA yang dilaksanakan dalam lima tahun terakhir di Kalimantan Timur.
o 17-18 Juni 2010, Rapat Konsultasi Nasional BIMP-EAGA 2010, Hotel Gran Senyiur,
Balikpapan.
o 5-8 Juli 2010, Pertemuan ke-6 Working Group Information
Telecommunication,Technology Development (ICTD) dan Pertemuan ke-7
Cluster Transport, Infrastructure, Information, Communication Technology
Developmnet (TIICTD), hotel Grand Senyiur, Balikpapan.
o The 7th BIMP-EAGA CIQSTF Meeting, 10-11 Mei 2012, Balikpapan, Indonesia
o The 10th BIMP-EAGA Natural Resources Development Cluster Meeting, 10-16 Mei
2012, Balikpapan
Gambar 2. Gubernur Kaltim dalam
Kegiatan BIMP-EAGA NRD Cluster
Meeting di Balikpapan
19
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur juga berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan BIMP-EAGA yang dilaksanakan di luar Kaltim. Kegiatan-kegiatan ini
dihadiri juga dalam rangka membawa misi kerjasama Pemprov. Kaltim dalam KESR
BIMP-EAGA. Beberapa even BIMP-EAGA yang telah diikuti Pemprov Kaltim dalam
kurun waktu lima tahun terakhir antara lain;
20
o
BIMP-EAGA Senior Official Meeting (SOM) Ke-19 dan Ministerials Meeting
(MM) ke-15, 27 September s/d 1 Oktober 2010, Kuching, Sarawak, Malaysia.
O BIMP-EAGA Expo “EAGA as A Food Basket for ASEAN and the Rest of ASIA”, 1017 Maret 2011, Kota Kinabalu, Malaysia
o Workshop on Sustainable Development of Tourism Destination, 13-15 Februari
2011, Makassar, Indonesia.
o BIMP-EAGA SOM ke-20 dan Ministerial Meeting ke-16, EAGA Related
Meeting/Conference, 19-21 Oktober 2011, Cagayan de Oro City, Philpina.
o The 1st BIMP-EAGA & IMT-GT Business Transformation Leaders Conference, 30
November-1 Desember 2012, Melaka, Malaysia
o The 12th BIMP-EAGA SMED Cluster Meeting, 11-13 April 2012, Pontianak,
Indonesia
o The 10th BIMP-EAGA Joint Tourism Development Cluster Meeting, 26-29 Juni
2013, Serawak, Malaysia.
o Rapat Koordinasi Perkembangan Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR)
BIMP-EAGA dan IMT-GT, 16-18 September 2013, Bogor, Indonesia
o The 22nd SOM/17th Ministerial Meeting and Related Meeting, 27-30 November
2013, Manado, Indonesia.
o Sosialisasi kesepakatan kerjasama Brunei Darussalam-Indonesia-MalaysiaPhilipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) Bidang Pariwisata, 5-6 Maret
2014, Balikpapan, Indonesia
Manfaat
Selama 18 tahun partisipasinya, sejumlah hasil dan kemajuan telah diperoleh
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur baik dalam skema kerjasama pemerintahswasta maupun swasta-swasta di bidang investasi, perdagangan dan pariwisata.
Beberapa hasil yang diperoleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam KESR
BIMP-EAGA ini antara lain ;
▪
▪
▪
▪
▪
Kerjasama Pengembangan Objek Wisata Bahari Pulau Derawan dan Pulau
Maratua
Peningkatan pembangunan
jalur prioritas darat, laut dan udara yang
berkelanjutan untuk perdagangan, perjalanan dan konektivitas pariwisata.
Penetapan bandar udara Sepinggan Balikpapan sebagai pintu gerbang lalu lintas
udara hubungan ekonomi wilayah BIMP-EAGA di Pulau Kalimantan disamping
Bandar Udara Supadia Pontianak sebagai tindak lanjut dari implmentasi MoU on
Expansion on Air Linkage tahun 2007 tentang perjanjian mengenai kerjasama
perhubungan udara antar-empat negara untuk bebas memasuki pelabuhan
udara yang ditunjuk. Sebaliknya, juga berhak mengambil penumpang untuk
dibawa ke tempat tujuan tanpa kembali ke tempat keberangkatan semula.
Penetapan 12 pelabuhan laut Indonesia sebagai pelabuhan utama BIMP-EAGA
yang masuk dalam MoU on Establishing and Promoting Efficien and Integrated
Sea Linkages (Sea Transport) tahun 2008 dan satu diantaranya berada di
Kalimantan Timur yakni pelabuhan laut Balikpapan,disamping 21 pelabuhan laut
lainnya di 3 negara anggota.
Tindak lanjut pelaksanaan program kerjasama PT. SHS Indonesia dengan SL
Agritech Philippines di Kabupaten Berau seluas 1.200 hektar dalam program
produksi benih padi hibrida dalam rangka mendukung ketahanan pangan dalam
program food and rice estate di Kalimantan Timur.
Gambar 3 dan 4. JTD Cluster Meeting di Serawak dan SOM/MM di Manado
21
22
3
-
Pasal 7 Undang-undang No. 22 Tahun 1999
1) Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
sumbar daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi nasional
-
Pasal 10 Undang-undang No. 22 Tahun 1999
(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-undang ini
ditentukan menjadi urusan Pemerintah.
(3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a.
politik luar negeri;
b. Pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. Agama
-
Pasal 5 Undang-undang No. 24 Tahun 2000
Lembaga negara dan lembaga Pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk
membuat Perjanjian Internasional terlebih dahulu melakukan konsultasi dan
koordinasi mengenai rencana tersebut dengan Menteri.
-
Pasal 7 Undang-undang No. 24 Tahun 2000
Seseorang yang mewakili Pemerintah Indonesia, dengan tujuan menerima
atau menandatangani naskah suatu perjanjian atau mengikatkan diri pada
perjanjian internasional, memerlukan Surat Kuasa
Perjanjian dan
Kerjasama Internasional
Dalam pelaksanaan suatu hubungan kerjasama internasional, terdapat
sejumlah aturan yang telah ditetapkan, sebagai pedoman bagi pelaksanaan hubungan
kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sebagai dasar pelaksanaan suatu hubungan kerjasama internasional,
sebelumnya didahului oleh penandatanganan suatu pakta atau perjanjian yang
memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat bagi kedua belah pihak serta diakui
keabsahannya secara internasional, baik itu dalam bentuk MoU, LoI, MoA, maupun
bentuk perjanjian lainnya yang umumnya dibedakan dari kekuatan hukum yang ada
pada perjanjian tersebut.
Dalam penyusunan suatu perjanjian internasional, sejumlah aturan telah
ditetapkan seperti UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, UU No. 37
tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, dan sebagainya.
Sejumlah aturan yang menjadi pedoman dasar bagi suatu daerah untuk
melaksanakan hubungan kerjasama internasional adalah;
- Pasal 1 UU No 37 Tahun 1999;
1) Hubungan luar negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional
dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah,
atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara
Indonesia
2) Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap dan langkah Pemerinta RI yang
diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi
internasional dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka
menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.
3) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di Hubungan Luar Negeri dan
Politik Luar Negeri
23
24
-
Pasal 42 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
Gambar 5,6,7. Penandatanganan Kerjasama Pemprov Kaltim dengan Pemerintah Rusia
25
26
4
Kerjasama yang dilakukan
Pemprov. Kaltim
TAHUN 2009
Memorandum of Agreement antara Pemprov.Kaltim dan Ras Alhaima, United Arab
Emirat Bulan tanggal 2 Maret 2009 di Jakarta
TAHUN 2010
1. Perjanjian Kerjasama BPM Prov. Jawa Timur dan BPPMD Prov. Kalimantan
Timur Tentang Kerjasama Bidang Penanaman Modal, tanggal 23 Februari 2010;
2.
Joint Statement of Cooperation antara Pemprov Kaltim dan NT, 17 September
2010;
TAHUN 2011
1.
Memorandum of Understanding Between The Government of East Kalimantan
Province and National Alumunium Company Limited, India, tanggal 4 Oktober
2011;
2.
Komunike Bersama Pemprov Kaltim dengan Pemerintah NT, Darwin, 10 Mei
2011;
3.
Program tahunan Kerjasama BPPMD Prov. Kaltim dengan BKPM Prov. DIY, 2011;
TAHUN 2013
1.
Perjanjian Kerjasama Antara BPPMD Prov. Kaltim dan BKPPMD Prov. Jawa Barat,
tanggal 18 Maret 2013;
2.
Perjanjian Kerjasama antara BPPMD Prov. Kaltim dan BPMPD Prov. Kep.Riau,
tanggal 22 Maret 2013;
3.
Memorandum of Understanding Between the Government of East Kalimantan
(Republic of Indonesia), PT. Kereta Api Borneo and Federal State Budgetary
Educational Institution of Higher Professional Education “Moscow State
University of Railway Engineering, tanggal 8 November 2013.
3.
Memorandum of Understanding Between the Government of East Kalimantan
and VI Holding LLC, Rusia, tanggal 22 November 2013.
TAHUN 2014
1.
Perjanjian Kerjasama Antara BPPMD Prov. Kaltim dan BKPPMD Prov. Jawa Barat,
tanggal 18 Maret 2013;
2.
Perjanjian Kerjasama antara BPPMD Prov. Kaltim dan BPMPD Prov. Kep.Riau,
tanggal 22 Maret 2013;
3.
Letter of Intent Antara Badan Perijinan dan Penanman Modal Daerah Provinsi
Kalimantan Timur dan International Enterprise Singapore, Surabaya Overseas,
tanggal 13 Mei 2014.
4.
Memorandum of Understanding Between East Kalimantan Provincial
Government and PT. Magma Bio Energy International, tangga 14 Agustus 2014
TAHUN 2012
NT-EK Joint Statement of Coorporation Action Plan 2013, 11 Desember 2012;
Perjanjian Kerjasama Penanaman Modal antara BPPMD Prov. Kalimantan Timur
dan BKPM-PT, NTB, 25 Mei 2012;
3.
Nota Kesepahaman antara BPPMD Prov. Kalimantan Timur dan PT. Sarana Multi
Infrastruktur, 19 Desember 2012.
4.
Memorandum of Understanding Between The Government of East Kalimantan
Province and Kalimantan Rail PTE, LTD, Russia, tanggal 7 Februari 2012;
1.
2.
27
28
Download