Gaya Komunikasi Pemimpin Divisi MIS PT. Trias Sentosa Tbk Krian

advertisement
JURNAL E-KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA
Gaya Komunikasi Pemimpin Divisi MIS PT.
Trias Sentosa Tbk Krian
Erwin Juarsa, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gaya komunikasi pemimpin divisi MIS PT. Trias Sentosa
Tbk Krian. Pemimpin divisi MIS baru saja diganti dan terjadi perubahan performa kinerja. Gaya
komunikasi akan memberikan pengetahuan tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam
suatu organisasi ketika menyampaikan dan menerima informasi. Teknik analisa dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan metode surve. Teori yang dipakai
adalah teori gaya komunikasi menurut Robert dan Kanicki. Dari hasil analisis telah diketahui
bahwa gaya komunikasi yang digunakan oleh pemimpin divisi MIS PT. Trias Sentosa Tbk Krian
adalah gaya komunikasi assertive.
Kata Kunci: Gaya Komunikasi Pemimpin.
Pendahuluan
Gaya komunikasi merupakan cara bagaimana berkomunikasi baik verbal dan non
verbal meliputi cara memberi dan menerima informasi dalam situasi tertentu.
Gaya komunikasi tidak dapat berlaku pada semua manusia secara sama, tetapi
gaya komunikasi mencerminkan karakter pribadi dan budaya (Saphiere et.al,
2005,p. 5). Gaya komunikasi pemimpin merupakan cara berkomunikasi verbal
dan non verbal yang dipakai pemimpin dalam mengarahkan, mempengaruhi dan
memimpin bawahan agar tujuan atau pekerjaan dapat dijalan dengan baik.
Di dalam sebuah organisasi terdapat banyak orang yang mengisi berbagai posisi
atau jabatan di dalam organisasi. Setiap orang dalam organisasi pasti melakukan
komunikasi antara satu dengan yang lain. Hal ini bisa dimulai dari atasan ke
bawahan, bawahan ke atasan, antar rekan kerja dalam divisi yang sama atau
berbeda divisi. Dari aktivitas ini akan terbentuk komunikasi organisasi. Disini
akan terjadi proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi tersebut mengandung
kompleksitas dalam komunikasi organisasi yang meliputi tujuh konsep kunci
yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan lingkungan dan
ketidakpastian (Miller ,2005,p.97).
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Dalam sebuah organisasi terdapat pemimpin dan yang dipimpinnya. Pemimpin
diharapkan mampu menjalankan peran komunikator yang baik agar pesan dapat
disampaikan dengan baik dan pemahaman semua orang sama. Pemimpin juga
harus mengetahui kelemahan dirinya sendiri dan bagaimana cara mengatasi
kelemahannya. Memilih tipe komunikasi yang tepat bisa secara efektif
meningkatkan keahlian komunikasi diri sendiri (Goffee and Jones, 2006, p.165).
PT. Trias Sentosa berdiri pada tanggal 23 November 1979 dan kantor pusatnya
berada di Sidoarjo. Merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan packaging film terbesar di Indonesia. Memulai kegiatan operasi
komersial pada tahun 1986 dengan kapasitas produksi BOPP Film sebesar 4.500
Ton/tahun.
MIS kepanjangannya adalah Management Information System. MIS merupakan
salah satu bagian dari 32 divisi yang ada. MIS beranggotakan 42 orang. MIS
mengurus masalah administrasi, accounting, bea cukai, pajak. Ketiga pekerjaan ini
berhubungan dengan organisasi di luar perusahaan seperti dinas pajak. Divisi MIS
penting karena divisi ini yang mengatur struktur keuangan. Dengan adanya divisi
MIS akan membuat perusahaan mengerti tentang keluar masuknya uang
perusahaan.
Divisi MIS di akhir tahun 2014 baru saja mengganti manajernya. Manajer lama
bernama Yanto digantikan oleh Adrian yang dulu merupakan anak buah Yanto.
Yanto menjadi penasihat dari Adrian dalam membantu Adrian menjalankan
tugasnya sebagai manajer MIS di PT. Trias Sentosa. Adrian menjadi pemimpin
dari 40 orang yang bekerja di MIS.
Dalam suatu kepemimpinan, seorang pemimpin harus menggunakan gaya
komunikasi yang sesuai kepada para bawahannya. Pemimpin harus memiliki
kemampuan dalam menghadapi interupsi yang terjadi ketika berinteraksi dengan
bawahannya. Hal ini karena ketika informasi disampaikan akan ada gangguan
(noise) di sekitar komunikator dan komunikan, sehingga pemilihan media,
penggunaan kata-kata dalam menyampaikan pesan dan sebagainya akan
mempengaruhi arti dari pesan yang disampaikan. Dengan mengantisipasi adanya
interupsi maka pemimpin akan dapat memahami bawahannya dengan memilih
kata-kata dan media yang tepat dalam menyampaikan pesan kepada bawahannya
sesuai dengan kondisi dan situasi bawahannya (Barrett, 2005,p.4-5).
Dari permasalahan diatas maka muncullah pertanyaan apa gaya komunikasi
pemimpin divisi MIS PT. Trias Sentosa Tbk Krian? Dengan menggunakan
metode penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti mencoba menemukan jawaban
dari pertanyaan diatas.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 2
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Tinjauan Pustaka
Sub Tinjauan Pustaka
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian
serta budaya organisasi (Miller, 2005, p 25).
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu
organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu
jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.Komunikasi organisasi
seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan juga
komunikasi publik (Mulyana, 2003, p. 75).
Jaringan komunikasi dalam suatu organisasi yaitu pesan, instruksi, dan informasi
disampaikan secara resmi, yang artinya ditentukan oleh jenjang hirarki resmi
organisasi – dari atasan ke bawahan atau sebaliknya – dan untuk melaksanakan
fungsi pekerjaannya maka jaringan komunikasi tersebut dinamakan jaringan
komunikasi formal.Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yaitu komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi
horizontal. Komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi,
seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip (Mulyana, 2003,p.75).
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang
mengikuti garis komunikasi dalam struktur organisasi yaitu upward
communication, downward communication, dan horizontal communication
(Miller, 2005, p. 108).
Gaya komunikasi (communication style) merupakan cara bagaimana
berkomunikasi, model perilaku verbal maupun non verbal meliputi cara memberi
dan menerima informasi pada situasi tertentu. Jika isi pesan merupakan „what‟
dan komunikator adalah‟who‟, maka gaya komunikasi merupakan „how;. Dalam
hal ini gaya komunikasi tidak dapat berlaku pada seluruh manusia secara sama,
tetapi lebih mencerminkan karakter pribadi dan budaya (Saphiere et.al, 2005, p.5).
Gaya komunikasi mencerminkan nilai dan kepercayaan, di mana nilai dan
kepercayaan tersebut ditentukan budaya dan kepribadian (Mulyana, 2003).
Pada dasarnya gaya komunikasi dapat didefinisikan dalam enam kunci utama,
yaitu (Saphiere et.al, 2005. P. 6-7):
1. Gaya komunikasi merupakan sebuah tendensi situasional, bukan suatu
jenis komunikasi.
2. Gaya komunikasi yang digunakan dipengaruhi banyak faktor.
3. Sebagaimana dengan budaya, segala sesuatunya berhubungan dengan gaya
komunikasi.
4. Diperlukan deskripsi netral, tetapi deskripsi tersebut memiliki kelemahan
dan kelebihan masing-masing.
5. Gaya komunikasi menyediakan keterkaitan antara hal yang dapat diamati
maupun yang tidak disadari antara perilaku dan motivasi.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 3
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
6. Terdapat keuntungan dan kerugian pada masing-masing gaya komunikasi.
Gaya komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konteks, tujuan, konsep
diri, nilai-nilai, dan gaya komunikasi yang diterapkan oleh masing-masing
individu pada saat berinteraksi (Saphiere et.al,2005, p.49).
Ada tiga gaya komunikasi menurut J.A. Waters (1982, dalam Kreitner dan
Kanicki, 2014:134):
1. Passive Style, yaitu gaya komunikasi di mana komunikator tidak
mengekspresikan perasaan, ide dan harapannya secara langsung. Dalam
gaya ini, komunikator cenderung akan banyak tersenyum dan lebih banyak
menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain. Komunikator juga
cenderung melakukan tindakan dibandingkan mendengarkan. Gaya pasif
cenderung menggunakan suara yang lebih lemah dan lembut, serta sering
berhenti berkata-kata di tengah pembicaraan, seolah kehilangan kata-kata
dan cenderung tidak melakukan kontak mata dengan komunikan.
2. Aggresive Style, yaitu gaya komunikasi di mana komunikator cenderung
menyatakan perasaannya dengan mudah mengenai apa yang
diinginkannya, apa yang dipikirkannya, tetapi sering mengabaikan hak dan
perasaan orang lain. Komunikator jenis ini seringkali menyakiti orang lain
dengan kalimat yang sarkastik atau bercanda berlebihan. Gaya agresif
cenderung menggunakan kekuatan dan kekuasaan, sehingga kadangkadang di dalam menyampaikan pesan bukan hanya dalam bentuk katakata, tetapi juga diiringi dengan penggunaan bahasa tubuh, seperti
menunjuk, menggebrak meja, dan sebagainya untuk mempertegas maksud
dari yang diucapkan.
3. Assertive Style, yaitu gaya komunikasi di mana komunikator membuat
pernyataan langsung yang disertai dengan pertimbangan perasaan, ide dan
harapan. Komunikator dengan gaya ini memiliki kemampuan untuk
mendengarkan dengan baik sehingga membiarkan orang lain mengetahui
bahwa ia didengarkan. Gaya komunikasi ini terbuka dalam melakukan
negosiasi dan kompromi, bisa menerima dan memberikan komplain,
memberikan perintah secara langsung, serta melakukan penolakan secara
langsung. Komunikator dengan gaya ini menunjukkan kekuatan sekaligus
empati, suara yang digunakan cenderung santai dan terdengar jelas.
Kontak mata yang terjadi menunjukkan keterbukaan dalam komunikasi
dan kejujuran.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 4
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Metode
Konseptualisasi Penelitian
Metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah metode survei”. Silahkan
Anda jelaskan mengenai indikator-indikator yang dipakai, misalkan “indikator
yang saya pakai untuk mengukur kepuasan adalah informative, diversion, social
connection, dan personal”. Jika Anda memakai metode kuanlitatif, maka silahkan
Anda menuliskan metode apa yang dipakai, misalkan “metode yang dipakai di
dalam penelitian ini adalah metode studi kasus”. Silahkan Anda jelaskan
mengenai konsep yang dipakai di dalam menjelaskan fenomena ini. Konsep ini
bisa
berisi
kategorisasi-kategorisasi
yang
Anda
pakai
untuk
membaca/menjelaskan fenomena ini. Jangan lupa menuliskan sumber.
Subjek Penelitian
Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu uang ditetapkan oleh periset untuk
dipelajari, kemudia ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2002, p.74).Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah karyawan divisi MIS PT. Krian
Sentosa Krian. Target populasi dalam penelitian ini adalah karyawan divisi MIS
PT. Trias Sentosa Krian yang telah bekerja selama lebih dari 1 tahun dengan usia
25-60 tahun. Karyawan disini adalah seluruh bawahan manajer MIS PT. Trias
Sentosa Krian, dengan alasan bahwa karyawan yang telah bekerja 1 tahun sudah
menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut, serta perilaku pemimpinnya.
Selain itu karyawan tersebut pernah berkomunikasi secara interpersonal dengan
manajer MIS PT. Trias Sentosa Krian.Jumlah populasi yang memenuhi kriteria
tersebut sebesar 42 karyawan.
Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel dengan metode total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2006,p. 153). Dengan demikian semua
target populasi akan dijadikan sebagai sampel penelitian, yaitu sebesar 42
karyawan.
Analisis Data
Di dalam melakukan pengolaha dan analisis data, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS for Windows version 20.0. Adapun tahapan pengolahan data yang
dilakukan adalah pengeditan, coding, pemrosesan data, statistik deskriptif dan
tabulasi silang.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 5
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Temuan Data
Kecenderungan Gaya Komunikasi Pimpinan PT Trias Sentosa
Gaya
Komunikasi
Nilai
Standar Pernyataan Dengan Nilai
RataDeviasi rata-rata Tertinggi
Rata
Dalam berkomunikasi
pimpinan menyampaikan
semuanya meskipun
Assertive
3,88
0,86
meskipun tahu kalo respon
karyawan kurang
menyenangkan karyawan
seketika itu
Dalam memberikan
instruksi, pimpinan terkesan
mengabaikan memikirkan
Aggressive 2,89
0,95
suasana hati karyawan dan
yang terpenting instruksi
disampaikan
Pimpinan cenderung
memberikan contoh
Passive
3,60
1,00
pekerjaan kepada karyawan
ketika memberikan sebuah
instruksi kerja
Nilai
RataRata
Standar
Deviasi
4,12
0,71
3,05
1,06
3,95
0,88
Gambar Perbandingan tanggapan responden terhadap gaya kepemimpinan
assertive, aggressive, dan passive
Nilai Rata-Rata
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
-
3,88
3,60
2,89
Assertive
Aggressive
Passive
Jurnal e-Komunikasi Hal. 6
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Analisis dan Interpretasi
Berdasarkan perbandingan gaya komunikasi pemimpin di PT Trias Sentosa,
karyawan menilai bahwa terdapat kecenderungan tiga gaya komunikasi pimpinan
di PT Trias Sentosa yaitu assertive, aggressive, dan passive. Berdasarkan nilai
rata-rata tanggapan karyawan terhadap keseluruhan pernyataan pada masingmasing gaya komunikasi pemimpin, gaya komunikasi assertive dengan nilai ratarata tertinggi. Temuan ini bisa dijelaskan bahwa secara umum pimpinan di PT
Trias Sentosa lebih menunjuk gaya komunikasi assertive. Indikator terkuat yang
menjadi petunjuk dari gaya komunikasi assertive yang digunakan pimpinan PT
Trias Sentosa dari perilaku pemimpin ketika berkomunikasi yaitu menyampaikan
semuanya meskipun meskipun tahu jika respon karyawan kurang menyenangkan
karyawan seketika itu. Pimpinan cenderung berkomunikasi jujur apa adanya
dalam menyampaikan sebuah informasi kepada karyawan.
Gaya komunikasi pemimpin di PT Trias Sentosa juga diindikasikan menggunakan
gaya komunikasi aggressive meskipun kecenderungan tersebut dengan nilai ratarata paling rendah. Komunikasi yang ditunjukkan oleh pimpinan juga dinilai
memiliki indikasi menggunakan gaya komunikasi aggressive dan indikasi terkuat
dari gaya kepemimpinan aggressive ini ditunjukkan dari sikap pemimpin yang
terkesan mengabaikan memikirkan suasana hati karyawan dan yang terpenting
instruksi disampaikan. Pimpinan cenderung berikap tegas ketika menyampaikan
informasi kepada karyawan.
Pimpinan PT Trias Sentosa juga memiliki kecenderungan menggunakan gaya
komunikasi passive, hal ini didasarkan pada nilai rata-rata secara keseluruhan
tanggapan karyawan terhadap gaya komunikasi passive. Gaya komunikasi passive
tersebut dengan indikasi terkuat adalah pimpinan cenderung memberikan contoh
pekerjaan kepada karyawan ketika memberikan sebuah instruksi kerja. Kebiasaan
untuk memberikan contoh-contoh ketika menyampaikan sebuah informasi
merupakan gambaran dari gaya kepemimpinan passive. Contoh yang disampaikan
oleh pimpinan merupakan sebuah bentuk harapan dari sebuah instruksi yang
disampaikan oleh pimpinan.
Nilai standar deviasi dari setiap gaya kepemimpinan tersebut menjelaskan bahwa
tanggapan karyawan terhadap masing-masing gaya kepemimpinan adalah
beragam, artinya dari keseluruhan responden penelitian sebanyak 42 karyawan
ternyata memiliki jawaban yang berbeda-beda dari setiap gaya komunikasi
pimpinan. Nilai standar deviasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa jawaban
antar karyawan terhadap gaya kepemimpinan berbeda-beda, misalnya untuk gaya
kepemimpinan assertive terdapat karyawan yang menjawab setuju dan terdapat
karyawan lain yang menjawab netral, sangat setuju, tidak setuju maupun sangat
setuju. Namun berdasarkan perbandingan dari nilai rata-rata, maka kecenderungan
terkuat gaya komunikasi pimpinan di PT Trias Sentosa adalah gaya
kepemimpinan assertive.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 7
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Simpulan
Menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan, berdasarkan hasil survei
yang telah dilakukan maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut bahwa
pimpinan divisi MIS cenderung memiliki gaya komunikasi assertive. Dengan
menerapkan gaya komunikasi assertive maka pemimpin membuat pernyataan
langsung yang disertai dengan pertimbangan perasaan, ide dan harapan. Pemimpin
dengan gaya ini memiliki kemampuan untuk mendengarkan dengan baik.
Pimpinan divisi MIS terbuka dalam melakukan negosiasi dan kompromi, bisa
menerima dan memberikan komplain, memberikan perintah secara langsung dan
berani melakukan penolakan secara langsung.Pemimpin menunjukkan empati,
serta dalam berkomunikasi dengan karyawan suara yang digunakan cenderung
santai dan terdengar jelas.Dalam berkomunikasi, pemimpin melakukan kontak
mata untuk menghargai lawan bicaranya dan menunjukkan keterbukaan dan
kejujuran.
Indikator terkuat yang menjadi petunjuk dari gaya komunikasi assertive yang
digunakan pimpinan PT Trias Sentosa dari perilaku pemimpin ketika
berkomunikasi yaitu menyampaikan semuanya meskipun meskipun tahu jika
respon karyawan kurang menyenangkan karyawan seketika itu. Pimpinan
cenderung berkomunikasi jujur apa adanya dalam menyampaikan sebuah
informasi kepada karyawan.
Pimpinan di PT Trias Sentosa memiliki kecenderungan untuk menggunakan tiga
gaya komunikasi, baik assertive, aggresive, maupun passive. Berdasarkan pada
tanggapan karyawan terhadap masing-masing gaya komunikasi pemimpin di PT
Trias Sentosa, kecenderungan paling kuat dari gaya komunikasi pemimpin di PT
Trias Sentosa adalah gaya komunikasi assertive. Perbandingan terhadap nilai ratarata setiap gaya komunikasi pemimpin, gaya komunikasi passive juga digunakan
oleh pimpinan meskipun kecenderungan penggunaan gaya komunikasi passive
masih di bawah kecenderungan gaya komunikasi assertive.
Secara akademis penelitian gaya komunikasi pemimpin ini dapat diteliti lebih
lanjut dengan metode kualitatif untuk mendapatkan informasi mendalam yang
tidak bisa didapat didalam metode kuantitatif. Penelitian ini juga bisa menjadi
acuan peneliti lain dalam meneliti gaya komunikasi orang lain.
Sedangkan saran praktis yang bisa diambil adalah pimpinan PT Trias Sentosa
sebaiknya bisa memahami psikologi karyawan dengan lebih baik untuk memilih
gaya komunikasi yang dinilai cocok dengan kejiwaan karyawan. Gaya
komunikasi assertive belum tentu efektif digunakan ketika tipikal karyawan
adalah karyawan yang mengabaikan perasaan, artinya gaya komunikasi assertive
menjadi tidak efektif ketika karyawan sulit disentuh secara kejiwaan. Untuk
kelompok karyawan tersebut, gaya komunikasi aggresive terkesan lebih efektif
karena gaya komunikasi aggresive cenderung lebih keras.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 8
JURNAL E-KOMUNIKASI
VOL 4. NO.1 TAHUN 2016
Daftar Referensi
Assumpta R., Maria Sr. (2002). Dasar-dasar public relation. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Barret, Deborah. (2005). Leadership Communication. New York: McGraw-Hill Professional.
Effendy, Onong Uchyana. (1993). Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Goffee, Robert dan Gareth Jones. (2006). Why Should anyone be led by you? Harvard Business
Review 78(5), 62-70. Jakarta: Grasindo.
Gregory, Anne. (2004). Perencanaan dan manajemen kampanye public relations. Jakarta:
Erlangga.
Husein, Umar. (2008). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ivancevich, John M, Konopaske, Robert dan Matteson, Michael T. (2006). Perilaku dan
manajemen organisasi, jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo.
(2005). Perilaku Organisasi (Edisi 5) buku 2. (Erly
Suandy, Trans). Jakarta. Salemba Empat.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik praktis, riset komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Marhaeni, Fajar. (2009). Ilmu komunikasi: teori &praktik. Jakarta: Graha Ilmu.
Miller, Katherine. (2003). Organizational Communication: Approaches and processes 3rd ed.
Belmont, CA: Wadsworth/Thomson Learning.
Mckay, Matthew, Martha Davis, dan Patrick Fanning. (2009). Messages: Communication Skills
Book. Edisi 3. Oackland: New Harbinger Publications.
Moeljono, Djokosantoso. (2005). Beyond leadeship. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Muhammad, Arni. (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Riduwan.(2003). Dasar-dasar statistika. Bandung: CV Alfabeta.
Saphiere, Dianne Hofner, Babara Kappler Mikk, dan Basma Ibrahim DeVries. (2005).
Communication highwire: leveraging the power of diverse communication styles. Boston:
Intercultural Press.
Silalahi, Gabriel Amin. (2003). Metode penelitian dan studi kasus. Sidoarjo: Citra Media.
Soemirat, Soleh & Ardianto Elvinaro.(2005). Dasar-dasar public relations. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono.(2006). Statistika untuk penelitian. Bandung. Alfabeta.
Jurnal e-Komunikasi Hal. 9
Download