! BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek (Brand) 2.1.1 Definisi Merek Menurut para ahli, definisi merek atau brand adalah: Tjiptono20 memaparkan bahwa merek merupakan janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Sedangkan Simamora21 mengemukakan pendapat bahwa merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan membedakan barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain. Pada prinsipnya, tujuan penggunaan merek adalah untuk mengidentifikasi produk sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentu dan untuk memfasilitasi diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya. Bagi Hermawan Kertajaya dalam Handayani22, merek adalah aset yang menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kepuasan dan menghargai kualitas. Herry Ahmad Buchory dan Djaslim Saladin23 juga berpendapat bahwa merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 20 Fandy Tjiptono. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. 2008 hal 104 Bilson Simamora. Memenangkan Pasar: Dengan Pemasaran Efektif dan Profitable. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003 hal 149 22 Desy Handayani. The Official MIM Academy Coursebook: Brand Operation. Jakarta: Esensi. 2010 hal 62 23 Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin. Manajemen Pemasaran: Edisi Pertama. Bandung: Linda Karya. 2010 hal 130 21 ! "#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! kombinasi dari semuanya, yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk pesaing. Beberapa ahli lain juga telah memberikan penndapatnya mengenai merek, yaitu Aaker dalam sebuah kutipan oleh Rangkuti24 mendefinisikan merek sebagai nama dan simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Sedangkan Kotler25 mengartikan merek yang sebenarnya adalah cermin dari janji yang diucapkan oleh produsen terhadap konsumen atas kualitas produk yang akan mereka hasilkan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, dalam Pasal 1 Ayat 126 menyatakan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. OK Saidin27 telah merangkum beberapa pendapat mengenai arti merek dari berbagai sarjana, diantaranya adalah: I. H.M.N Purwo Sutjipto, SH., memberikan rumusan bahwa, merek adalah suatu tanda bagi suatu benda tertentu untuk dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 24 Freddy Rangkuti. Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002 hal 36 Philip Kotler. Manajemen Pemasaran: Edisi Kesebelas. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia. 2003 hal 26 26 Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Bab I, Pasal 1 27 H. OK. Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007 hal 343-345 25 ! "$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! II. Prof. R. Soekardono, SH., telah merumuskan bahwa, merek adalah sebuah tanda (jawa: ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain. III. Drs. Iur. Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari aspek fungsinya yaitu, suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya. Oleh karena itu, barang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya. IV. Harsono Adisumarto, SH.,MPA, merumuskan bahwa, merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan member tanda cap pada punggungsapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggemabalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan. Dari seluruh definisi merek yang diambil dari tiga kategori sumber, yakni definisi dari ahli, yuridis atau hukum, serta para sarjana, dapat ! %&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! disimpulkan bahwa merek adalah sebuah kombinasi elemen identitas (termasuk di dalamnya adalah nama, tanda, simbol, logo, warna, kemasan, dan lain-lain) bagi satu produk/jasa yang dimanfaatkan sebagai suatu nilai pembeda bagi produk/jasa itu sendiri dari produk atau jasa pesaing, dan merupakan media penyampaian pesan dan janji bagi pemilik merek kepada pembeli mengenai kualitas dan manfaat dari produk/jasa yang ditawarkan atau diperjualbelikan. Dapat dikatakan bahwa sebuah merek mampu memberikan nilai lebih bagi suatu produk atau jasa – di dalam ingatan konsumen, dengan dimensi berupa rasa atau emosi yang abstrak dan tidak bisa dihitung (intangible), atau hal yang simbolis – dan membuatnya menonjol diantara produk atau jasa serupa di kategori industri yang sama. 2.1.2 Peran Merek Kotler dan Keller28 menjelaskan peran merek menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah: I. Merek mampu mengidentifikasikan pembuat suatu produk dan memudahkan konsumen untuk menyerahkan seluruh tanggung jawab atas performa dari produsen atau distributornya. Dengan demikian konsumen dapat menilai suatu produk serupa secara berbeda bergantung pada bagaimana produk tersebut diberikan merek. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 28 ! Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Marketing Management: 14th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Pearson Education Inc. 2012 hal 242 %"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! II. Merek juga dapat menjadi sebuah fungsi yang bernilai bagi suatu perusahaan dengan memberikan kemudahan dalam penanganan atau penelusuran produk, karena merek mampu membantu dalam mengorganisir inventaris dan catatan pembukuan. III. Merek mampu menjadi pelindung legal bagi perusahaan terutama yang terkait dengan fitur atau aspek unik dari produk. IV. Merek yang memiliki kredibilitas baik mampu memberikan sinyal pada level kualitas tertentu sehingga pembeli yang terpuaskan akan dengan mudah untuk melakukan pembelian ulang. Loyalitas pada merek dapat menyebabkan konsumen untuk membayar lebih mahal serta kemampuan untuk memprediksi dan keamanan permintaan bagi perusahaan. V. Merek dapat mengamankan memberikan keuntungan pengaruh kompetitif yang melalui kuat dalam pemeliharaan impresi yang baik di benak konsumen. 2.1.3 Ekuitas Merek Menurut Aaker dalam Rangkuti29, ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 29 ! Freddy Rangkuti. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002 hal 39 %%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! pelanggan. Menurut Kotler dan Keller30, ekuitas merek adalah nilai tambah yang melekat pada produk dan jasa yang dapat tercermin pada bagaimana cara konsumen berpikir, merasakan, dan bertindak terhadap merek, termasuk pada harga, pangsa pasar, serta profitabilitas yang dimiliki merek. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekuitas merek adalah nilai lebih yang dirasakan dan dipersepsikan oleh konsumen, pada umumnya, terhadap suatu produk atau jasa. Hal ini mengacu kepada perspektif konsumen serta tingkat pengetahuan konsumen terhadap suatu merek yang diukur dari apa yang pernah dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mencapai ekuitas merek yang optimal, pemasar harus melakukan beberapa langkah yang tergabung dalam rangkaian strategi pengelolaan merek atau Strategic Brand Management. 2.2 Strategic Brand Management Menurut Keller31, Strategic brand management atau Manajemen Strategi Merek merupakan sebuah proses yang melibatkan perancangan dan implementasi dari program pemasaran, juga seluruh aktivitas untuk membangun, mengukur, dan mengelola ekuitas merek. Adapun langkah-langkah yang merupakan proses dalam strategic brand management, diantaranya adalah: !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 30 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Marketing Management: 14th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Pearson Education Inc. 2012 hal 244 31 Kevin Lane Keller. Strategic Brand Management: 4th Edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited. 2013 hal 58 ! %'! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! I. Mengidentifikasi dan membentuk rencana merek (Identifying and establishing brand plans) II. Merancang dan mengimplementasikan program-program pemasaran merek (Designing and implementing brand marketing programs) III. Mengukur dan menginterpretasikan performa merek (Measuring and interpreting brand performance) IV. Menumbuhkan dan mempertahankan equitas merek (Growing and sustaining brand equity) 2.2.1 Mengidentifikasi dan membentuk rencana merek (Identifying and establishing brand plans) Keller32 menjelaskan bahwa proses ini dimulai dengan pemahaman yang gamblang mengenai penggambaran tentang apa yang direpresentasikan oleh brand dan bagaimana hal tersebut diposisikan dengan kompetitor. Keller menyusun perencanaan brand menggunakan tiga model yang saling berkaitan ini:33 I. Model Pemosisisan Merek (Brand Positioning Model) Brand Positioning34 adalah semua bentuk kegiatan dari merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga dapat menempati posisi tersendiri dan berharga di ingatan setiap target konsumen. Brand Positioning berada di jantung semua strategi pemasaran. Sebagaimana diimplikasikan, istilah positioning berarti !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 32 Ibid. 58 Ibid. 68 34 35 Ibid. 79 33 ! %(! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! mencari posisi yang layak di ingatan kelompok konsumen atau segmen pasar, sehingga kelompok tersebut dapat berpikir tentang produk atau jasa dengan cara yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan potensial bagi perusahaan. Menurut Keller35, dalam memutuskan brand positioning seorang brand manager diharuskan untuk menentukan dan mengidentifikasi beberapa hal yang terangkum dalam kerangka acuan berikut ini: A. Sasaran pasar atau konsumen (Target Market) B. Pesaing-pesaing utama (Main competitors) C. ( Kesamaan merek dengan merek lainnya (How brand is similiar to competitors) D. ( Hal yang membedakan merek dengan merek lainnya (How brand is different from them) II. Model Resonansi Merek (Brand Resonance Model) Keller36 menjabarkan model resonansi merek merupakan salah satu sistem perencanaan merek yang mendeskripsikan tentang bagaimana menciptakan hubungan yang loyal, aktif dan intens dengan konsumen. Model yang mempertimbangkan bagaimana brand positioning mempengaruhi apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh konsumen serta tingkat hubungan yang mereka !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 36 37 ! Ibid. 107-120 %)! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! gaungkan dengan sebuah merek hingga mampu menciptakan ekuitas atau nilai merek. Menurut Keller, model ini melihat pembentukan brand sebagai urutan langkah, yang masing-masing bergantung pada kesuksesan dalam pencapaian tujuan dari yang sebelumnya. Langkah-langkah tersebut adalah37: A. Brand Identity Memastikan proses identifikasi merek dengan konsumen dan sebuah asosisasi merek di ingatan konsumen dengan kelas dan keuntungan produk atau kebutuhan konsumen yang spesifik. 1. Brand Salience Memperoleh identitas merek yang benar berarti menciptakan saliensi merek pada konsumen. Brand Salience mengukur berbagai aspek dari kesadaran merek dan bagaimana mudah dan seringnya brand dibangkitkan dalam berbagai situasi dan keadaan. Dalam hal ini termasuk sejauh mana brand di puncak ingatan masyarakat, seberapa mudah brand diingat dan dikenali oleh masyarakat serta, petunjuk apa saja yang dibutuhkan sebagai pengingat, hingga seluas apa kesadaran masyarakat akan merek tersebut. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! %*! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Brand yang sangat mencolok adalah brand yang memiliki kesadaran merek yang dalam dan luas. Brand salience merupakan langkah pertama yang penting dalam membangun brand equity, tetapi melakukan langkah ini saja tidaklah cukup. B. Brand Meaning Menciptakan arti merek melingkupi pembentukan sebuah citra merek. Tahap ini adalah tahap membangun arti dari sebuah merek di ingatan konsumen yang secara strategis menghubungkan semua asosisasi brand brand, baik yang berwujud maupun tidak, dalam sebuah naungan. Arti merek dibentuk oleh dua kategori besar, yakni asosiasi merek yang terkait dengan performance dan imagery. 1. Brand Performance Untuk menciptakan loyalitas dan resonansi merek, pemasar harus memastikan bahwa pengalaman konsumen terhadap produk atau jasa memenuhi ekspektasinya. Performa merek melampaui komponen dan fitur dari produk atau jasa dengan memasukkan sebuah dimenasi atau lebih yang mampu membedakan sebuah merek dengan merek lainnya. ! %+! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! 2. Brand Imagery Atau pencitraan merek, mengacu pada aspek intangible dari sebuah brand yang terbentuk dari asosiasi konsumen baik secara langsung dari pengalaman sendiri maupun secara tidak langsung melalui iklan atau sumber informasi lainnya. Ada empat macam unsur tidak berwujud yang dapat dikaitkan dengan sebuah brand, yakni: C. a. Profile pengguna b. Situasi penggunaan dan pembelian c. Nilai-nilai dan kepribadian d. Sejarah, pusaka/warisan, dan pengalaman Brand Response Brand response mengenai apa yang konsumen rasakan atau pikirkan tentang sebuah merek. Respon terhadap merek dapat dicirikan baik melalui penilaian terhadap merek (brand judgements) atau kesan merek (brand feeling). Langkah ini bertujuan untuk memperoleh respon yang layak dari konsumen terhadap brand. 1. Penilaian terhadap merek (Brand Judgements) Merupakan opini dan evaluasi pribadi konsumen tentang sebuah merek. Penilaian merek dibentuk oleh konsumen dengan mengumpulkan seluruh ! %#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ performa merek serta ! asosiasi pencitraan merek yang berbeda-beda. terhadap brand melingkupi penilaian Penilaian akan kualitas, kredibilitas, pertimbangan serta superioritas merek. 2. Kesan Merek (Brand Feelings) Merupakan respon dan reaksi emosi konsumen terhadap merek. D. Brand Relationship Merupakan langkah terakhir dalam model resonansi merek. Langkah ini termasuk mengkonversi respon brand tersebut di atas untuk menciptakan resonansi merek dan hubungan loyal yang aktif dan intens antara konsumen dengan merek. 1. Brand Resonance (Resonansi Merek) Resonansi merek mendeskripsikan sifat dasar dari hubungan antara konsumen dan merek, juga sebagai titik tertentu seorang konsumen merasakan telah selaras dengan merek. Resonansi ini dikarakterisasikan menjadi dua dimensi – yakni intensitas atau kedalaman ikatan psikologis dengan merek yang konsumen miliki, dan tingkat aktivitas yang ditimbulkan dari loyalitas konsumen – seperti tingkat pengulangan ! pembelian hingga %$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ tingkat ketertarikan ! konsumen mencari informasi mengenai merek, kegiatan merek, hingga konsumen loyal lainnya. III. Rantai Nilai Merek (Brand Value Chain) Keller38 menjelaskan rantai nilai merek berupa pendekatan terstruktur untuk menilai sumber-sumber dan hasil dari ekuitas merek serta cara dari aktivitas marketing tertentu dalam menciptakan nilai merek. Rantai nilai merek memiliki beberapa teori dasar. Konsisten dengan Brand Resonance Model, hal ini mengansumsikan bahwa nilai sebuah merek pada akhirnya bertempat pada konsumen. Dengan pemahaman tersebut, Keller39 melengkapi jika proses penciptaan nilai merek dapat dilaksanakan melalui model dengan beberapa tahap-tahap yang dilengkapi dengan campur tangan faktor-faktor pengganda atau multipliers yang menjadi penghubung dari satu tahap ke tahap berikutnya. A. Investasi Program Pemasaran (Marketing Program Investment) Setiap investasi program pemasaran yang dilakukan, baik yang dilakukan secara khusus maupun tidak, mampu berkontribusi pada pembentukan nilai merek. Investasi program pemasaran dapat berbentuk banyak aktivitas pemasaran, seperti riset hingga perancangan dan pembentukan produk; kegiatan komunikasi !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 38 39 ! Ibid. 128 Ibid. 128-131 '&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! pemasaran seperti iklan, pemasaran interaktif, penjualan personal, publisitas hingga hubungan masyarakat; pelatihan karyawan dan banyak lainnya. B. Pengganda Kualitas Program (Program Quality Multiplier) Kualitas adalah faktor penentu mampu tidaknya sebuah program pemasaran dalam mempengaruhi pola pikir konsumen. Untuk menilai kualitas dari sebuah program pemasaran, beberapa kunci pertimbangan berikut layak untuk diingat melalui akronim DRIVE: 1. Distictiveness (Perbedaan atau Ciri Khas): Tentang keunikan dan kreativitas suatu program pemasaran. Bagaimana program tersebut dapat dibedakan dengan program lainnya. 2. Relevance (Relevansi): Tentang bagaimana sebuah program pemasaran dapat berarti bagi konsumen. Sejauh mana perasaan konsumen terhadap merek hingga mereka merasa harus mempertimbangkan untuk sebuah pembelian atau merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. 3. Integrated (Integrasi): Mengenai sebaik apa integrasi sebuah program pemasaran dari waktu ke waktu, dari satu program ke program lainnya, hingga integrasi ! '"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! berbagai aspek dalam menciptakan efek yang besar pada konsumen. 4. Value (Nilai): Tentang bagaimana nilai merek terbentuk dari sebuah program pemasaran dalam jangka waktu panjang dan jangka waktu pendek. Perhitungan apakah sebuah program pemasaran dapat menguntungkan dan meningkatkan penjualan, atau apakah program tersebut mampu meningkatkan ekuitas merek. 5. Excellence (Keunggulan): Pertimbangan perancangan dengan standar tertinggi, unsur seni dan kearifan perusahaan sebagai faktor sukses sebuah aktivitas pemasaran. C. Pola Pikir Konsumen (Customer Mind-Set) Perlu diingat bahwa pola pikir konsumen melingkup semua yang terdapat di pikiran konsumen yang sehubungan dengan merek seperti pemikiran-pemikiran, perasaan, pengalaman, citra, persepsi, kepercayaan dan sikap serta perilaku. Pada tahap inilah brand value tercipta. Secara keseluruhan, tahap ini telah digambarkan pada model resonansi merek. Lebih singkatnya, pola pikir konsumen dapat diukur melalui 5A berikut: 1. Brand Awareness atau Kesadaran Merek: Pengukuran atas sejauh dan semudah apa konsumen dapat mengingat ! '%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dan mengenali sebuah merek hingga mampu mengidentifikasi produk atau jasa yang terkait dengan merek. Menurut Aaker dalam Durianto40, ada tingkatan kesadaran yang dapat dicapai oleh suatu merek, dimulai dari (a) brand unaware atau tidak menyadari merek yang merupakan tingkatan paling rendah dalam piramida kesadaran merek di saat konsumen tidak menyadari adanya suatu merek tertentu; (b) brand recognition atau pengenalan merek yang merupakan tingkatan minimal yang penting saat calon konsumen memilih suatu merek saat melakukan pembelian; (c) brand recall atau pengingatan kembali terhadap merek yang merupakan tingkatan di mana seseorang mampu menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelompok produk tanpa bantuan apapun; dan (d) top of mind atau puncak pikiran merupakan tingkat teratas karena merek sudah berada di puncak ingatan konsumen dan disebutkan pertama kali tanpa diberikan bantuan ingatan. 2. Brand Associations atau Asosiasi Merek: pengukuran atas kekuatan, kesukaan dan keunikan suatu atribut atau keuntungan yang drasakan terhadap sebuah merek. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 40 ! Darmadi Durianto dan Sugiarto. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004 hal 3-4. ''! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! 3. Brand Attitudes atau Sikap Merek: Evaluasi menyeluruh sebuah merek dalam segi kualitas dan kepuasaan yang dihasilkan. 4. Brand Attachment atau Keterikatan Merek: Tingkat loyalitas yang dirasakan konsumen terhadap suatu merek. Semakin kuat tingkat keterikatan konsumen terhadap merek, biasanya mampu membuat konsumen bertahan untuk beralih ke merek lain meskipun terdapat berita buruk atas produk atau jasa merek tersebut. 5. Brand Activity atau Aktivitas Merek: Titik dimana konsumen menggunakan produk atau jasa dar merek tertentu, merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain, mencari informasi, promosi atau kegiatan lainnya dari merek tersebut. D. Pengganda Kondisi Pasar (Marketplace Conditions Multiplier) Adalah titik ketika nilai merek yang telah terbentuk di pikiran konsumen mampu mempengaruhi performa pasar yang bergantung pada faktor-faktor yang melampaui konsumen secara individu. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. ! Competitive superiority atau keunggulan kompetitif '(! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! 2. Channel and other intermediary support atau dukungan saluran dan perantara lainnya 3. Customer size and profile atau profile dan jumlah pelanggan E. Performa Pasar (Market Performance) Dalam membangun nilai merek, besarnya pangsa pasar pun turut memberikan pengaruh. Hal ini pun turut mengukur kesuksesan dari program pemasaran dalam menggerakkan penjualan sebuah merek. Nilai merek tercipta seiring dengan peningkatan pangsa pasar. F. Pengganda Sentimen Investor (Investor Sentiment Multiplier) Dalam keputusan investasi dan valuasi merek, analis keuangan dan investor dianggap sebagai faktor utama. Adapun faktor lainnya adalah sebagai berikut: 1. Market dynamics (dinamika pasar): Apa saja dinamika dari pasar keuangan secara keseluruhan? Termasuk di dalamnya adalah suku bunga, sentimen investor, ketersediaan modal, dan lain-lain. 2. Potential growth (pertumbuhan potensial): Apa saja potensi perkembangan atau prospek pada brand atau industi yang mengoperasikannya? Sebagai contoh, ! ')! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! seberapa bermanfaat faktor yang membantu dan seberapa menghalangi faktor penghambat eksternal yang membentuk lingkungan ekonomi, sosial, fisik dan legal dari sebuah perusahaan? 3. Risk profile (profile risiko): Apa saja profil risiko dari sebuah merek? Seberapa rentannya sebuah brand terhadap faktor-faktor baik yang membntu maupun yang menghambat. 4. Brand contribution (kontribusi merek): Seberapa penting sebuah merek dalam portofolio merek perusahaan? G. Nilai Pemegang Saham (Shareholder Value) Berdasarkan seluruh informasi terkini dan informasi yang telah diramalkan mengenai sebuah merek serta pertimbanganpertimbangan lainnya, pasar keuangan memformulasi opini dan penilaian implikasi keuangan langsung untuk penialaian merek atau brand value. Tiga indikator penting adalah harga saham, kelipatan harga dan pendapatan serta kapitalisasi pasar secara menyeluruh bagi sebuah perusahaan. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa merek yang kuat dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar bagi pemegang saham, bahkan dengan risiko yang lebih rendah. ! '*! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! 2.2.2 Merancang pemasaran dan mengimplementasikan merek (Designing and program-program implementing brand marketing programs) Rangkaian kedua dalam pelaksanaan manajemen strategi merek adalah merancang dan mengimplementasikan program pemasaran merek. Menurut Keller41, dalam tahap ini membangun ekuitas merek dan menciptakan positioning yang tepat di pikiran konsumen sangatlah dibutuhkan untuk meraih resonansi merek sebanyak-banyaknya. Secara umum, Keller42 menjelaskan proses pembentukan pengetahuan ini bergantung kepada tiga faktor utama, yakni pemilihan awal elemen merek dalam pembentukan merek dan bagaimana diantaranya saling bercampur dan sesuai; aktivitas pemasaran dan program pendukung pemasaran serta bagaimana merek berintegrasi dengan aktivitas tersebut; dan asosiasi lain yang ditransfer atau dipengaruhi secara tidak langsung oleh merek sebagai hasil penautannya kepada wujud lain (seperti perusahaan, negara asal, saluran distribusi atau merek lainnya). I. Pemilihan Elemen-Elemen Merek Keller43 menjelaskan bahwa elemen merek, kadang disebut juga sebagai identitas merek, adalah alat-alat yang dapat dibuat sebagai ciri khas atau merek dagang yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan suatu merek. Nilai merek yang berbasis pelanggan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 41 41 43 ! Ibid. 58 Ibid. 142 '+! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! menyarankan bahwa para marketer seharusnya memilih elemen merek untuk meningkatkan pemahaman atas merek itu sendiri; yaitu memfasilitasi formasi yang kuat, disukai, dan asosiasi brand yang unik; atau yang menggambarkan penilaian atau perasaan positif tentang brand tersebut. Untuk menguji kemampuan pembentukan merek yang didasari dari suatu elemen merek adalah seputar apa yang pelanggan pikirkan atau rasakan tentang suatu produk. Elemen merek menurut Keller44 yang memberikan kontribusi positif terhadap ekuitas suatu merek memberikan kesan hubungan atau respon (antara merek dan konsumen) yang memiliki nilai tertentu dan berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses ini: A. Kriteria Pemilihan Elemen-Elemen Merek Ada dua bentuk strategi yang dapat dilakukan dalam pemilihan elemen merek yang mampu membantu dalam peraihan ekuitas merek. Yang pertama adalah strategi agresif. Strategi ini menyatakan bahwa pemilihan elemen merek harus memiliki tiga kriteria seperti kemudahan untuk diingat dan mendapatkan perhatian sebagai fasilitas bagi konsumen untuk mengenal dan mengingat kembali merek terkait; elemen merek pun harus memiliki arti dengan makna yang bersifat deskriptif dan persuasif dengan demikian keunikan merek serta informasi mengenai merek !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 44 ! Ibid. 142-167 '#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dapat dipahami dengan baik; elemen merek juga harus mudah disukai dan menarik secara estetis visual, verbal dan lainnya, dengan demikian proses kreatif yang telah dilaksanakan mampu menciptakan karakter dari merek itu sendiri. Sedangkan strategi lainnya merupakan strategi defensif yang memiliki peranan untuk mempengaruhi dan mempertahankan ekuitas merek dalam kesempatan yang berbeda, terutama dalam keadaan mendesak. Kriteria tersebut yang harus dimiliki pada elemen merek adalah kemudahan untuk ditransfer (baik dari kategori satu ke kategori lainnya, dari waktu ke waktu maupun batasan geografi) sehingga merek dapat diterima oleh pangsa pasar dan segmen pasar baru dengan baik tanpa mengurangi kualitas; kemampuan untuk beradaptasi, baik atas perkembangan jaman, opini pelanggan atau kebutuhan atas kondisi tertentu, sehingga elemen merek menjadi fleksibel dan mudah untuk diperbaharui; elemen merek juga harus memiliki kriteria untuk dapat dilindungi dari berbagai macam konteks hukum dan kompetisi pasar agar tidak mudah untuk dicuri dan ditiru yang dapat menyebabkan hilangnya karakter merek. B. Pilihan dan Taktik Elemen Merek Keseluruhan rangkaian elemen merek pada dasarnya akan membentuk identitas merek dan berkontribusi kepada peningkatan ! '$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! kesadaran merek dan pembentukan citra produk. Idealnya, pemasar memilih setiap elemen untuk mendukung yang lainnya, sehingga secara keseluruhan dapat dengan mudah digabungkan dengan aspek merek dan program pemasaran lainnya. Misalnya, pertimbangkan setiap keuntungan dari sebuah nama sederhana namun dikenal yang unik dalam kategori produk yang dapat membantu mengembangkan kesadaran merek. Arti dari nama tersebut bisa juga memberikan perusahaan suatu kesan bersahabat dan kepribadian merek yang hangat. Atau, dapat juga ditekankan secara visual dengan logo yang dapat ditransfer secara mudah melintasi batasan geografis dan budaya. Nama brand yang dipilih dengan baik dapat memberikan kontribusi berharga untuk penciptaan ekuitas merek. Sebagai inti dari semua elemen merek, idealnya nama suatu brand memiliki semua kriteria yang disebutkan diatas. Meskipun demikian, sangat disarankan untuk memiliki berbagai elemen merek. Berikut adalah berbagai elemen merek yang dapat digunakan, baik seluruhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau merek: 1. Nama Merek Nama merek merupakan pilihan mendasar yang sangat penting karena mampu mengemas suatu tema inti atau asosiasi kunci suatu produk secara padat dan ekonomis. ! (&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Nama merek dapat menjadi media komunikasi yang sangat efektif. Konsumen dapat memperhatikan nama merek dan mengartikannya atau menghubungkannya dalam ingatan dengan waktu yang relatif singkat. Nama merek memiliki kaitan erat dengan produk dalam pikiran customer, sekaligus menjadi hal yang paling sulit untuk diubah oleh pemasar. Melakukan penelitian sistematis sangat direkomendasikan sebelum menentukan nama merek. 2. URLs Uniform Resource Locators yaitu sebuah lokasi khusus suatu laman pada jejaring internet dan biasa disebut sebagai nama domain. Untuk memiliki URL secara khusus, pengguna URL harus mendaftarkan dan membayar nama tersebut kepada penyedia layanan hosting. Ingatan konsumen terhadap suatu merek sangatlah penting, karena pada umumnya nama domain juga menggunakan nama merek, dan ingatan tersebut sangat penting agar konsumen dapat menemukan dan mengunjungi halaman situs dengan mudah. 3. Logo dan Simbol Meskipun nama merek biasanya merupakan elemen inti dari sebuah merek itu sendiri, elemen visual juga memainkan ! ("! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! peranan penting dalam membangun kesadaran merek yang berujung pada pembentukan ekuitas merek. Logo memiliki sejarah panjang yang bertujuan untuk mengindikasikan asal muasal, kepemilikan, atau asosiasi. Logo memiliki keragaman mulai dari nama perusahaan atau trademark (kata dengan tulisan saja) ditulis dalam bentuk yang unik, hingga desain yang sepenuhnya abstrak yang mungkin tidak berkaitan dengan marka tulisan, nama perusahaan, atau aktivitas perusahaan. Logo yang bukan marka tulisan ini dapat disebut juga sebagai simbol. Banyak logo yang terjebak diantara dua hal ekstrim. Beberapa adalah representasi harfiah dari nama brand, menambah arti dan kesadaran dari suatu brand, beberapa lainnya bisa jadi sedikit lebih konkrit atau lebih menggambarkan secara alami. Seperti nama, logo abstrak dapat menjadi lebih unik dan lebih mudah dikenali. 4. Karakter Karakter mewakili sebuah tipe khusus dari suatu symbol merek dengan menggunakan karakter seseorang atau karakter hidup lainnya. Karakter mada merek biasanya dikenal iklan dan dapat memainkan peran utama dalam kampanye iklan dan desain kemasan. ! (%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! 5. Slogan Slogan adalah mengomunikasikan ungkapan informasi deskriptif pendek atau yang persuasif tentang suatu brand. Slogan biasanya muncul dalam iklan, namun, dapat memainkan peran penting dalam kemasan dan dalam aspek lain dalam program marketing. Slogan adalah alat branding yang cukup kuat, karena seperti nama brand, slogan amatlah efisien, ringkas untuk membangun ekuitas brand. Slogan dapat berfungsi sebagai “kait” atau “pegangan” yang berguna untuk membantu konsumen mencerna arti dari suatu brand-brand apa yang dimaksud dan apa yang membuat brand itu special. Slogan merupakan makna yang penting untuk menyimpulkan dan menerjemahkan maksud dari program marketing dalam beberapa kata atau ungkapan (frasa). 6. Jinggel Jinggel adalah pesan musikal yang ditulis tentang banyak hal mengenai merek. Biasanya dikarang oleh penulis lagu professional, jinggel biasanya memiliki nada dan lirik yang mudah diingat agar dapat dengan mudah diingat oleh pendengar- baik secara diinginkan ataupun tidak! Selama ! ('! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! setengah dari abad ke-20, ketika siaran pengiklanan terpaku hanya pada radio, jinggel merupakan alat branding yang sangat penting. Jinggel dapat mengkomunikasikan keuntungan yang brand berikan, namun biasanya mengartikan makna produk secara tidak langsung dan dalam gaya yang cukup abstrak. Maka, asosiasi potensial yang mereka ciptakan untuk brand kemunkinan besar berhubungan dengan perasaan dan kepribadian dan hal-hal yang tidak dapat dilihat lainnya. Jinggel mungkin adalah hal yang paling bernilai dalam brand. Seringnya, jinggel usaha peningkatan kesadaran akan brand mengulang nama brand dengan cara yang pintar dan menakjubkan yang memberikan kesempatan untuk konsumen menyandikan berulang kali. Konsumen juga kemungkinan mengulang jinggel yang catchy ketika iklan selesai dia alah bawah sadarnya. Hal tersebut memberikan kesempatan yang lebih untuk menyandikan dan meningkatkan ingatan akan brand tersebut. 7. Kemasan Kemasan adalah aktivitas perancangan dan memproduksi wadah atau bungkus untuk suatu produk. Dari sudut pandang ! ((! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dari sisi perusahan dan konsumen, kemasan harus mencapai beberapa tujuan: a. Mengidentifikasi brand. b. Memberikan infromasi deskriptif dan persuasif. c. Memfasiliatsi perpindahan dan perlindungan produk. d. Memudahkan penyimpanan dalam rumah. e. Membantu konsumsi produk. Pemasar harus memilih komponen yang fungsional dan estetis dalam mengemas secara benar dalam pencapaian tujuan pemasaran dan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Pertimbangan estetis mengatur ukuran dan bentuk kemasan, bahan, warna, tulisan, dan grafis. Aktivitas pemasaran secara umum, beserta produk, pencantuman harga dan strategi distribusi secara khusus, dipertimbangakan sebagai faktor dalam usaha membangun ekuitas merek. Mengintegrasikan dan personalisasi khususnya, telah menjadi faktor yang semakin penting dalam membangun dan mempertahankann brand yang kuat, seiring perusahaan berjuang untuk menggunakan banyak rangkaian yang memiliki fokus yang ketat serta aktivitas pemasaran secara personal namun berarti untuk mendapatkan perhatian ! ()! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! konsumen. II. Merancang Program-Program Pemasaran untuk Membangun Ekuitas Merek Keller45 melanjutkan, merancang aktivitas pemasaran melalui perspektif branding adalah dengan bagaimana merek itu sendiri mampu secara efektif diintegrasikan kepada program pemasaran untuk menciptakan ekuitas merek melalui berbagai cara berikut ini46: A. Mengintegrasikan Pemasaran Dalam pangsa pasar sekarang ini, terdapat banyak sarana yang dapat digunakan suatu produk dan jasa dan program pemasaran yang sesuai dalam usahanya untuk membangun ekuitas merek. Strategi pemilihan saluran, strategi komunikasi, strategi penentuan harga, dan aktivitas pemasaran lainnya dapat meningkatkan atau mengurangi ekuitas merek. Salah satu implikasi dari konspetualiats ekuitas merek berbasis pelanggan adalah manner dimana asosiasi merek diciptakan tidaklah penting, yang penting hanyalah hasil dari kesadaran dan kekuatan, kesukaan, dan keunikan dari asosiasi merek. Maka, pemasar harus mengevaluasi semua tujuan yang memungkinkan untuk menciptakan pengetahuan, dengan tidak hanya mempertimbangkan efisiensi dan biaya, namun juga !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 45 46 ! Ibid. 178 Ibid. 179-199 (*! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! keefektifan. Inti dari semua usaha membangun brand adalah produk dan jasa yang sesungguhnya. Akan tetapi, aktivitas pemasaran di sekitar produk dapat menjadi kritikal, juga saat para pemasar menggabungkan merek hal-hal tersebut. 1. Personalisasi Pemasaran Pertumbuhan internet yang pesat dan fragmentasi media masa yang berkelanjutan telah membawa kebutuhan akan pemasaran yang dipersonalisasikan sebagai fokus utama. Untuk beradapasti dengan meningkatnya keinginan konsumen akan hal-hal yang bersifat personal, marketer dapat menggunakan kedua konsep berikut ini, yakni konsep pemasaran eksperiential dan konsep pemasaran relasional. a. Pemasaran Eksperiensial Pemasaran Eksperiensial adalah sebuah cara mempromosikan sebuah produk yang tidak hanya mengomunikasikan fitur produk dan keuntungan, tetapi juga dengan menghubungkan pengalaman konsumen yang dipersonalisasi dan menarik. Seorang pengamat pemasaran menjelaskan pemasaran eksperiensial bahwa ide utama dari jenis pemasaran ini bukanlah untuk menjual sesuatu, tetapi untuk menunjukkan bagaimana suatu merek dapat memperkaya kehidupan seorang konsumen. ! (+! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! b. Pemasaran Relasional Strategi pemasaran harus lebih dari sekedar produk atau jasa saja untuk menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan konsumen dan memaksimalkan resonansi merek. Rangkaian aktivitas yang lebih luas ini kadang disebut dengan nama pemasaran relasional dan berdasarkan pada dasar pemikiran bahwa pelanggan pada saat ini adalah kunci kesuksesan brand jalam jangka panjang. Pemasaran relasional berusaha untuk menyediakan pengalaman merek yang lebih menyeluruh, lebih personal untuk menciptakan hubungan yang lebih erat dengan konsumen. Bentuk pemasaran ini juga mampu mengembangkan kedalaman dan perluasan program pemasaran yang berfokus pada pembangunan merek. Untuk mendukung strategi pemasaran ini, ada tiga konsep lagi yang bisa dilakukan, diantaranya adalah penyesuaian massal dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menawarkan produk yang dapat dibuat sesuai pesanan atau hingga layanan purna jual yang didesain secara khusus dalam skala yang belum pernah terbayangkan sebelumnya; pemasaran satu persatu ! (#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dengan menambahkan nilai sebagai insentif dan pemberian pengalaman berharga untuk konsumen; serta pemasaran berizin dengan melakukan praktek pemasaran kepada konsumen hanya setelah mendapatkan izin yang dinyatakan secara verbal, tertulis, atau akses persetujuan melalui platform online. B. Strategi Produk Produk atau jasa merupakan pengaruh primer pada pengalaman konsumen terhadap merek, apa yang mereka dengar tentang merek dari orang lain, dan apa yang perusahaan dapat sampaikan kepada konsumen mengenai merek. Jantung dari merek yang hebat adalah produk yang sangat bagus, karena dengan memiliki perancangan dan memberikan produk atau jasa yang mampu memenuhi kepuasan konsumen secara kebutuhan dan keinginan adalah syarat dari pemasaran yang sukses. Setelah itu, pemasar dapat melakukan hal yang lebih dari hanya membuat produk atau jasa, yakni mempertimbangkan bagaimana konsumen membentuk opininya mengenai merek melalui peningkatan kualitas produk yang berkelanjutan serta meningkatkannya dengan menambahkan nilai dan pengalaman yang baik kepada konsumen sebelum, saat dan setelah pembelian atau purna jual. ! ($! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! C. Strategi Harga Harga adalah salah satu elemen penghasil pendapatan perusahaan yang merupakan bagian dari bauran pemasaran. Harga juga merupakan salah satu dari beberapa manfaat penting dalam membangun merek yang kuat. Berbagai persepsi harga yang bisa terbentuk di benak konsumen serta berbagai macam strategi harga dapat dilakukan oleh perusahaan untuk membangun ekuitas merek. D. Strategi Saluran Atau unsur Place pada bauran pemasaran, yang berarti sebuah cara bagaimana produk dijual atau distibusikan, juga dapat menjadi bagian dalam menyukseskan pembentukan ekuitas merek. Hal ini dapat diraih melalui perancangan strategi saluran yang efektif dan pengelolaan perantara yang baik seperti pusat wholesalers, distributor, broker, dan pengecer. III. Memadu-padankan Komunikasi Pemasaran Untuk Membangun Ekuitas Merek Keller47 mendefinisikan komunikasi pemasaran dengan acuan kepada segala cara yang dilakukan perusahaan untuk menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan konsumen secara !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 47 ! Ibid. 218 )&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! langsung maupun tidak langsung mengenai merek yang dijual. Komunikasi pemasaran mewakili suara merek dan merupakan cara yang digunakan merek untuk menciptakan dialog dan membangun hubungan yang baik dengan konsumen. Merancang program komunikasi merupakan hal yang kompleks. Meskipun iklan merupakan elemen pusat dari program komunikasi pemasaran, hal tersebut bukanlah elemen satu-satunya dan bukan elemen terpenting untuk membangun ekuitas merek. Saat ini lanskap media berubah sangat cepat dan mselalu ada realitas baru di dunia komunikasi pemasaran. Menggunakan pilihan komunikasi utama dikatakan mampu berkontribusi bagi ekuitas merek. Pembentukan ekuitas merek juga dapat dilakukan melalui pertimbangan dalam memadu-padankan pilihan komunikasi serta cara mengintegrasikan seluruh atau sebagian diantara banyak pilihan komunikasi. Kevin Lane Keller48 mengatakan bahwa dari sekian banyak pilihan komunikasi pemasaran yang memiliki perkembangan dan perubahaan cepat serta ditambah dengan pengaruh lingkup media baru, ada empat pilihan program komunikasi pemasaran utama yang dapat digunakan oleh pemasar untuk membangun ekuitas, yakni periklanan dan promosi; pemasaran interaktif melalui komunikasi pemasaran online (situs jejaring, iklan online dan video, serta media sosial); event and experience marketing; serta mobile marketing. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 48 ! Ibid. 252 )"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ Keller juga ! menambahkan, untuk melengkapi keempat kegiatan pemasaran komunikasi utama tersebut, ada juga usaha yang dapat dilakukan pemasar sebagai program penguat merek, yakni hubungan masyarakat dan publisitas; serta pemasaran melalui pembicaran dari mulut ke mulut atau biasa disebut dengan istilah word-of-mouth. IV. Mendayagunakan asosiasi merek kedua untuk membangun ekuitas merek Menurut Keller49, suatu brand dikaitkan dengan kesatuan yang lainnya yang memiliki struktur pengetahuan dalam pemikiran konsumen. Karena kaitan ini, konsumen kemungkinan untuk berpendapat atau menyimpulkan bahwa beberapa asosiasi atau respon yang mengkarakterisasi kesatuan lain dapt juga benar untuk suatyu brand. Sebagai efek, brand “meminjam” beberapa pengetahuan tenatng brand dan, tergantung pada natur asosiasi dan respon tersebut, mungkin ekuitas beberapa brand dari kesatuan lainnya. Pendekatan secara tidak langsung untuk membangun ekuitas brand ini adalah dengan mempengaruhi asosiasi brand kedua untuk suatu brand. Asosiasi brand kedua dapat menjadi cukup penting untuk membuat asosiasi yang kuat, favorable, dan unik atau respon positif jika asosiasi atau respon untuk brand yang ada dianggap kurang baik dalam beberapa hal. Asosiasi brand kedua juga dapat menjadi cara efektif !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 49 ! Ibid. 260 )%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! untuk meningkatkan asosiasi dan respon yang ada dengan cara baru dan berbeda. Berikut mempengaruhi adalah cara asosiasi brand berbeda kedua bagaimana (tambahan) kita dapat dengan cara mengaitkan brand dengan hal berikut: A. Perusahaan (melalui strategi pembuatan brand). B. Negara atau area geografis (dengan cara identifikasi asal produk). C. Saluran distribusi (dengan cara strategi channel). D. Brand lain (melalui co-branding). E. Karakter (melalui perijinan). F. Spokesperson (melalui endorsement). G. Acara atau kegiatan (melalui sponsorship). H. Sumber ketiga lainnya (melalui penghargaan atau review). 2.2.3 Mengukur dan menginterpretasikan performa merek (Measuring and interpreting brand performance) Dalam mengukur dan menginterpretasikan performa merek, kunci utama yang harus dilakukan adalah membangun sebuah sistem manajemen ekuitas merek. Brand equity measurement system atau sistem pengukuran ekuitas merek menurut Keller50 adalah sebuah susunan prosedur riset yang dirancang untuk menyediakan pemasar segala informasi tentang merek !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 50 ! Ibid. 60, 292 )'! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! (yang dapat dilaksanakan, berkala dan akurat), sehingga para pemasar dapat membuat keputusan taktis jangka pendek juga keputusan strategis jangka panjang yang terbaik. Tujuan akhirnya adalah untuk meraih pemahaman menyeluruh mengenai segala sumber dan outcome dari ekuitas merek dan merelasikan keduanya sebanyak mungkin. Sistem pengukuran ekuitas merek yang ideal adalah yang menyediakan informasi yang komplit, mutakhir dan relevan mengenai merek dan semua kompetitornya pada waktu yang tepat untuk para pembuat keputusan pada sebuah organisasi. Ada tiga langkah menurut Keller51 yang dapat dilakukan dalam meraih sistem pengukuran ekuitas merek yang ideal, yaitu menjalankan audit merek, merancang studi pelacakan merek, dan membangun sebuah sistem manajemen ekuitas merek. I. Melakukan Audit Merek Yang harus dilakukan pertama kali oleh para pemasar untuk mempelajari bagaimana para konsumen berpikir, merasakan dan berlaku terhadap brand dan produk adalah melakukan audit merek atau brand audit. Dengan demikian perusahaan dapat membentuk keputusan positioning strategis melalui segala informasi tersebut. Sebuah brand audit adalah penelitian atau pemeriksaan koprehensif terhadap sebuah merek untuk menemukan segala sumber dari ekuitas mereknya. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 51 ! Ibid. 293-314 )(! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Audit merek bersifat eksternal dengan focus penelitian pada pelatihan yang focus pada konsumen untuk menilai kesehatan sebuah merek, menemukan sumber euitas mereknya, dan menunjukkan arah untuk memperbaiki dan meningkatkan equitas tersebut. Audit merek membutuhkan pemahaman terhadap sumber ekuitas tersebut baik dari perspektif perusahaan maupun konsumen. Dari segi perspektif perusahan dilihat dari bagaimana produk dan jasa ditawarkan ke konsumen, bagaimana hal tersebut dipasarkan dan diberikan merek. Sedangkan dari sisi perspektif konsumen adalah pemeriksaan tentang seberapa dalam persepsi yang ditahan dan dipercayai mampu menciptakan arti sesungguhnya dari sebuah merek atau produk. Audit merek mampu menentukan arahan strategis bagi merek, dan manajemen diwajibkan untuk menjalankannya kapanpun merasa diperlukan. Agar sebuah program pemasaran dapat berhasil dan penjualan serta ekuitas merek jangka panjang dapat dimaksimalkan, audit merek harus mampu menjawab beberapa pertanyaan seperti: Apakah sumber daya yang ada saat ini merupakan kepuasan dari ekuitas merek? Apakah asosiasi terhadap merek saat ini butuh ditambahkan, dikurangi atau hanya butuh diperkuat? Apa saja peluang dan tantangan yang ada bagi ekuitas merek? Untuk lebih lengkapnya, audit merek dapat dilakukan dengan dua langkah berikut ini: A. Penginventarisan Merek ! ))! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Tujuan menyediakan dari profil penginventarisan terkini secara merek adalah komprehensif untuk mengenai bagaimana setiap produk atau jasa yang dijual oleh sebuah perusahaan dipasarkan dan diberikan merek. Profiling setiap produk atau jasa mengharuskan pemasar untuk mengategorikan hal-hal berikut ini melalui bentuk visual dan tertulis bagi setiap produk atau jasa yang terjual, diantaranya adalah: nama, logo, symbol, karakter, kemasan, slogan, dan cap dagang lainnya; atribut produk atau karakteristik merek yang melekat; harga, komunikasi dan kebijakan distribusi; serta aktivitas marketing lainnya yang terkait dengan merek. Hasil dari proses penginvetarisan merek harus berupa profil yang akurat, komprehensif dan terkini tentang bagaimana produk dan jasa diberikan merek, termasuk elemen merek apa saja yang digunakan dan bagaimana hal tersebut digunakan hingga memberikan dukungan pada aktivitas pemasaran yang digunakan. Selain itu, para pemasar juga harus mampu memetakan sisi kompetitif dari merek hingga points-of-parity atau poin-poin yang paritas (menyerupai) dan points-of-difference atau poin-poin yang membedakan dapat ditentukan. Proses ini merupakan langkah awal yang penting karena beberapa hal. Yang utama, hal ini mampu membantu memberikan informasi mengenai hal yang menjadi landasan atas persepsi ! )*! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! konsumen terhadap merek saat ini. Dengan kata lain, penginventarisan merek mampu memberikan petunjuk bermanfaat dalam menginterpretasikan riset kelanjutan, seperti eksplorasi merek. B. Eksplorasi Merek Meskipun pandangan lain mengenai kegunaan penginventarisan merek telah terlihat, persepsi konsumen yang sesungguhnya tidak selalu merefleksikan apa yang diharapkan sebelumnya oleh pemasar. Dengan demikian, langkah berikutnya dalam audit merek adalah untuk menyediakan informasi mendetil tentang apa yang sesungguhnya dipikirkan oleh konsumen mengenai brand, yakni dengan eksplorasi merek. Sebagai kata lain, eksplorasi merek adalah riset terarah untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen terhadap merek dan bagaimana mereka berperilaku terhadapnya dengan tujuan untuk memahami segala sumber ekuitas merek juga memahami semua halangan yang mungkin ada. Ada beberapa tindakan awal yang sangat penting untuk eksplorasi merek. Yang pertama adalah sejumlah studi dan riset relevan yang harus dilakukan terlebih dahulu atau memang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya. Sangat penting untuk menggali seluruh arsip terdahulu yang berkaitan untuk menemukan laporan- ! )+! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! laporan sebelumnya yang telah tersimpan lama, bahkan telah terlupakan. Laporan tersebut kemungkinan memiliki wawasan luas yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penting, atau bias jadi menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru yang penting untuk diketahui jawabannya. Yang kedua, mewawancara anggota perusahaa juga diperlukan untuk menambah pemahaman tentang apa yang mereka percayai mengenai baik persepsi konsumen terhadap merek dan/atau keunggulan dari merek itu sendiri. Bahkan, diperlukan juga riset tambahan mengenai bagaimana konsumen membelanjakan dan menggunakan merek lain hingga memahami apa yang mereka rasakan dan pikirkan terhadap merek-merek lain tersebut. Untuk menghasilkan wawasan yang lebih luas dan dalam, pemasar biasanya menjalankan riset kualitatif sebagai langkah awal, diikuti oleh riset kuantitatif berdasarkan survey dalam melakukan eksplorasi merek. C. Positioning Merek dan Program Dukungan Pemasaran Proses eksplorasi merek seharusnya mampu menemukan struktur pengetahuan terkini mengenai merek inti beserta pesaingnya; juga menentukan kesadaran dan citra merek yang diinginkan; serta mengetahui poin-poin apa saja yang menyerupai dan poin-poin apa saja yang menjadi pembeda. John Roberts, salah ! )#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! satu akademisi pemasaran teratas Australia melihati tantangan pada peraihan positioning ideal untuk merek sebagai penraihan kesesuaian empat kunci pertimbangan berikut ini: 1. Apa yang diyakini konsumen terhadap merek saat ini (dan lalu menemukan kredibilitas), 2. apa yang akan dihargai konsumen pada merek, 3. apa yang saat ini dikatakan perusahaan mengenai mereknya, dan 4. dimana posisi merek diletakkan di dalam perusahaan. Karena setiap pertimbangan membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk menciptakan positioning, menemukan sebuah positioning yang mampu menyeimbangkan keempat pertimbangan tersebut adalah kunci. II. Merancang Studi Pelacakan Merek Audit merek dimaksudkan untuk menyediakan informasi mendalam serta esensi wawasan untuk mengaturarahan strategis jangka panjang bagi sebuah merek. Tetapi, untuk mengumpulkan keputusan taktis jangka pendek pemasar biasanya akan mengumpulkan informasi terkain merek yang tidak begitu detail melalui studi pelacakan yang berkelanjutan. ! )$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Studi pelacakan merek adalah proses pengumpulan informasi dari konsumen dalam basis rutin dari waktu ke waktu yang biasanya melalui pengukuran kuantitatif atas performa merek dalam sejumlah dimensi kunci yang dapat diidentifikasi dalam audit merek atau maksud lainnya. Hal-hal tersebut mengaplikasikan berbagai komponen dari rantai nilai merek untuk pemahaman yang lebih baik tentang dimana, seberapa banyak, dan dengan cara apa nilai merek diciptakan, menawarkan informasi yang tidak ternilai tentang seberapa baik sebuah merek dalam mencapai positioning-nya. Sejalan dengan meningkatnya jumlah aktivitas pemasaran yang dilekatkan dengan merek, perusahaan juga mengenalkan ekstensi merek atau menggabungkan berkembangnya pilihan jenis komunikasi yang mendukung merek. Sebanyak apa pun perubahan yang dibuat dalam aktivitas pemasaran dari waktu ke waktu, pemasar harus tetap memantau kesehatan merek dan ekuitasnnya sehingga penyesuaian dapat dilakukan jika dibutuhkan. Studi menyediakan pelacakan garis menjalankan dasar informasi peran penting yang konsisten dengan untuk mempermudah pembuatan keputusan sehari-hari. Sistem pelacakan yang baik mampu menolong pemasar untuk memahami lebih baik lagi sejumlah pertimbangan penting seperti dinamika kategori, perilaku konsumen, titik-titik lemah keunggulan dan peluang, serta efisiensi dan kefektifan pemasaran. ! *&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! A. Apa yang dilacak? 1. Pelacakan Merek-Produk. Melacak produk bermerek secara individual membutuhkan pengukuran kesadaran dan citra merek, baik menggunakan pengukuran ingatan maupun pengakuan dan beranjak dari pertanyaan-pertanyaan yang umum hingga yang spesifik. Dengan demikian, hal tersebut dapat menjadi rasional untuk pertama menanyakan konsumen merek apa yang terlintas di pikirannya di situasi tertentu, lalu menanyakan brand apa yang diingat dengan dengan memberikan pentunjuk berbagai macam kategori produk. Akhirnya, jika dibutuhkan, tes akan pengakuan merek dapat dilakukan. 2. Pelacakan Merek Perusahaan atau Rumpun Merek. Pemasar mungkin juga ingin melacak merek perusahaan atau rumpun merek secara terpisah (maupun bersamaan) dengan produk individual. Ketika merek teridentifikasi dengan beberapa produk yang berada dibawa strategi merek perusahaan atau rumpun merek, hal yang paling penting adalah produk mana yang mampu diingat konsumen secara merek. Di waktu yang bersamaan, pemasar juga menginginkan untuk mengetahui produk mana yang paling memberikan pengaruh persepsi konsumen terhadap merek. Untuk mengidentifikasi ! *"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! produk paling berpengaruh tersebut, tanyakan konsumen produk mana yang mereka asosiasikan dengan merek baik dengan bantuan ingatan maupun tidak dengan menyusunkan nama turunan merek. Untuk memahami dinamika antara merek dengan produk terkait lebih baik lagi, juga tanyakan konsumen tentang hubungan diantaranya. B. Bagaimana cara melakukan studi pelacakan? Pada umumnya, pemasar diharuskan menggunakan elemen- elemen merek yang memiliki peranan penting dan mudah untuk dilihat dalam studi pelacakan, seperti nama merek, logo atau symbol, dll. 1. Siapa yang dilacak? Pelacakan sering konsentrasi pada konsumen terkini, tapi juga bisa memantau yang tidak menggunakan merek atau bahkan bukan pengguna kategori merek secara keseluruhan, sebagai contoh, untuk menyarankan strategi segmentasi yang potensial. Pembagian pasar biasanya membutuhkan alat survey atau kuisioner yang berbeda untuk mendapatkan data isu spesifi setiap segmennya lebih baik lagi. 2. ! Kapan dan dimana dilacaknya? *%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Salah satu pendekatan berguna dalam memantau asosiasi merek adalah dengan studi pelacakan berkelanjutan yang mampu mengumpulkan informasi dari konsumen dari waktu ke waktu. Keuntungannya adalah memperkecil tingkat penyimpangan atau aktivitas pemasaran yang tidak biasa seperti kampanye digital baru berprofil tinggi atau kejadian di lingkungan pemasaran yang tidak biasanya terjadi untuk memberikan rangkaian yang lebih representatif pada pengukuran dasar. Ketika merek sudah memiliki asosiasi yang lebih stabil dan kokoh, pelacakan dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih rendah. III. Membentuk Sistem Manajemen Ekuitas Merek Sistem manajemen ekuitas merek adalah rangkaian proses- proses terorganisir yang dirancang untuk memperbaiki pemahaman dan penggunaan konsep ekuitas merek di perusahaan. Tiga langkah besar yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan system manajemen ekuitas merek aadalah: menciptakan anggaran dasar merek, mengumpulkan laporan-laporan ekuitas merek dan mendefinisikan tanggung jawab ekuitas merek. A. ! Anggaran Dasar Merek *'! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Langkah awal dalam membentuk sistem manajemen ekuitas merek adalah memformulasi pandangan perusahaan terhadap ekuitas merek ke dalam dokumen yang disebut brand charter atau anggaran dasar merek, atau biasa juga disebut kitab merek, yang menyediakan pedoman-pedoman yang relevan bagi fungsi pemasaran di perusahaan juga bagi rekanan pemasaran di luar perusahaan seperti biro periklanan atau biro riset pemasaran. 1. Laporan Ekuitas Merek Langkah selanjutnya dalam membentuk sistem manajemen ekuitas merek yang sukses adalah menyusun seluruh hasil dari survei pelacakan dan pengukuran performa lainnya yang relevan bagi merek kedalam laporan atau kartu nilai ekuitas merek. Laporan ekuitas merek bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh pengukuran yang sudah dilakukan secara efektif. a. Content Laporan ekuitas merek harus mendeskripsikan apa yang terjadi dengan merek dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Laporan ini harus menyertakan seluruh pengukuran efisiensi dan efektivitas operasional yang relevan, termasuk juga di dalamnya pengukuran eksternal dari performa merek berikut sumber dan hasil ! *(! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dari ekuitas merek. Sebagian lainnya, laporan ini juga dapat menyertakan laporan yang merangkum persepsi konsumen terhadap atribut atau asosiasi keunggulan, preferensi didapatkan dan dari laporan perilaku studi pelacakan. konsumen Bagian yang lainnya menyertakan informasi yang lebih deskriptif mengenai pasar. b. Dashboard Yang sama pentingnya dengan informasi dalam pembuatan laporan mempresentasikan Dashboard informasi dibuat yang komprehensif dan ekuitas merek informasi untuk terkait dapat adalah cara tersebut. Marketing menyajikan rangkuman dengan merek ditindaklanjuti. secara Hal ini merupakan perangkat yang sangat berharga bagi perusahaan, tetapi jika tidak dirancang dan diimplementasikan secara layak, marketing dashboard dapat menjadi hal yang sia-sia. 2. Tanggung Jawab Ekuitas Merek Untuk membangun sistem manajemen ekuitas merek yang akan memaksimalkan ekuitas merek dalam jangka waktu ! *)! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! lama, manajer harus mendefinisikan secara gamblang prosesproses dan tanggung jawab organisasi terhadap merek. Merek membutuhkan pemeliharaan yang konstan dan konsisten untuk berkembang. Agar hal ini dapat dilaksanakan dengan baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti isu internal mengenai pemberian tanggungjawab dan kewajiban yang layak dalam mengelola ekuitas merek serta isu eksternal yan terkait dengan peranan rekanan pemasaran. a. Pemantauan Ekuitas Merek Agar terciptanya koordinasi yang terpusat, perusahaan harus mempersiapkan sebuah posisi yang bertanggung jawab atas pemantauan implementasi kitab pedoman merek dan laporan ekuitas merek, memastikan produk dan kegiatan pemasaran di divisi lain dan batasan geografis sebisa mungkin mampu merefleksikan semangat yang sama serta memaksimalkan ekuitas merek dengan jangka waktu yang lama. Posisi yang mampu mengemban kewajiban dan tanggung jawab tersebut berada di corporate marketing group yang memiliki hubungan atau melaporkan langsung kepada senior management. b. ! Struktur dan Rancangan Organisasi **! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Perusahaan harus mengorganisir fungsi pemasarannya untuk mengoptimalkan ekuitas merek. Beberapa trend telah berkembang dalam perancangan struktur organisasi yang merefleksikan perkembangan pengakuan terhadap pentingnya merek dan tantangan dalam mengelola ekuitas merek dengan hati-hati. Tujuan dari skema baru organisasi ini adalah untuk memperbaiki koordinasi dan efisiensi internal dan eksternal yang fokus pada konsumen dan retailer. Salah satu tantangan dalam perancangan baru ini adalah memastikan bahwa ekuitas merek dipertahankan dan dipelihara, tidak terabaikan karena buruknya pengawasan. c. Mengelola Rekanan Pemasaran Karena performa merek juga bergantung pada tidakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pihak luar, yakni rekanan pemasaran seperti biro periklanan atau agensi kreatif, perusahaan harus mampu mengelola hubungan tersebut dengan hati-hati. Secara meningkat, banyak perusahaan yang tengah memperkuat hubungan pemasarannya dan mengurangi jumlah rekanan luarnya. Dalam hal ini, perusahaan harus memiliki satu fungsi yang ! penting dalam *+! http://digilib.mercubuana.ac.id/ menginformasikan dan ! mengedukasikan kitab pedoman merek kepada rekananrekanan pemasaran agar mereka mampu memberikan dukungan dalam hal konsistensi merek. 2.2.4. Menumbuhkan dan mempertahankan equitas merek (Growing and sustaining brand equity) Peluncuran produk/jasa baru yang sukses adalah hal terpenting dalam kemakmuran keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan harus memaksimalkan ekuitas merek di seluruh merek bagi produk dan jasa yang ditawarkan. Kevin Lane Keller52 menambahkan jika strategi arsitektur mereklah yang menentukan elemen merek apa yang harus diaplikasikan di seluruh produk/jasa yang telah ada dan baru dengan maksud agar dapat membantu konsumen memahami produk/jasa dan mengaturnya di dalam ingatan. Strategi Arsitektur Merek sebuah perusahaan membantu pemasar menentukan produk dan jasa mana yang akan diperkenalkan, serta apa nama mereknya berikut logo, symbol-simbol, dan seterusnya yang akan diaplikasikan baik untuk produk baru maupun produk yang telah ada. Hal tersebut menggambarkan keluasan dan batasan-batasan merek hingga kedalaman dan kompleksitas merek itu sendiri. Seperti produk dan jasa mana yang harus berbagi merek yang sama, seberapa banyak variasi nama !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 52 ! Ibid. 386 *#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! merek yang digunakan, dan lainnya. Peran arsitektur merek menurut Keller53 dibagi menjadi dua rangkap, yakni: A. Untuk mengklarifikasi kesadaran merek: Termasuk memperbaiki pemahaman konsumen dan mengomunikasikan kesamaan dan perbedaan diantara sebuah produk atau jasa dengan yang lainnya. B. Meningkatkan citra merek: Dengan memaksimalkan peralihan ekuitas antara merek dengan produk atau jasa secara individual untuk meningkatkan percobaan dan pengulangan pembelian. I. Membuat Strategi Arsitektur Merek Menurut Keller54, membuat sebuah strategi arsitektur merek memerlukan tiga langkah penting, yaitu: A. Langkah Pertama: Mendefinisikan Potensi Merek Yang pertama adalah mendefinisikan potensi merek dengan mempertimbangkan tiga karakteristk penting, yakni: 1. Mengartikulasikan visi merek Visi merek adalah pandangan perusahaan tentang potensi jangka panjang merek. Hal tersebut terpengaruh dengan seberapa baiknya perusahaan dapat mengenali ekuitas merek saat ini dan kemungkinannya di masa yang akan dating. Visi !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 53 54 ! Ibid. 386 Ibid. 386-393 *$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! merek secara jelas harus sangat aspirasional, sehingga merek memiliki ruang untuk berkembang dan membaik di masa depan. Mantan CMO mempertahankan bahwa idealisme jelas, yang memungkinkan P&G legendaris, merek seperti koneksi, yang Jim Stengel sukses memiliki “memunculkan sukacita, menginspirasi eksplorasi, membangkitkan kebanggan atau mempengaruhi masyarakat”, dan tujuan yang kuat dalam membangun loyalitas konsumen serta mengendalikan perkembangan pendapatan. 2. Mendefinisikan batasan merek Memiliki arti (berdasarkan visi dan positioning merek) adalah mengidentifikasiproduk atau jasa yang ditawarkan oleh merek, keuntungan apa yang harus berlaku, dan kebutuhan agar hal tersebut dapat memuaskan. Merek yang luas adalah merek yang memiliki positioning yang abstrak yang mampu membantu janji dengan pemesanan tinggi yang relevan dengan beberapa aturan produk. Hal ini biasanya memiliki point-ofdifference yang mudah ditransfer berkat banyaknya keuntungan yang selevan yang didukung oleh banyaknya alas an untuk memercayai atau atribut pendukung lainnya. 3. ! Merancang Brand positioning +&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Brand positioning biasanya menambahkan kekhususan pada visi merek. Ada empat komponen penting dalam membuat pertimbangan dalam positioning merek, diantaranya adalah: (1) Kerangka acuan kompetitif, (2) Hal yang menjadi pembeda, (3) hal-hal yang serupa, (4) mantra merek. Pada hal tertentu, mantra merek bisa sangat bermanfaat dalam membuat batasan produk dan pedoman merek. Hal tersebut harus memberikan keuntungan secara emosional dan rasional serta cukup kuat untuk berkembang, cukup relevan untuk memicu ketertarikan konsumen dan retailer, dan telah cukup dibedakan untuk mempertahankan panjang umur dari merek itu sendiri. B. Langkah Kedua: Mengidentifikasi Peluang Perluasan Merek Menentukan visi merek beserta batasan dan positioning positioning-nya mampu memperjelas potensi merek dan mampu memberikan arahan yang jelas bagi merek. Sedangkan langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi produk atau jasa baru untuk mendapatkan potensinya melalui strategi perluasan merek yang dirancang dan diimplementasikan secara baik. Perluasan merek adalah perkenalan produk baru dengan menggunakan nama merek yang telah ada sebelumnya. Hal ini berbeda dengan perluasan lini, pengenalan produk baru di bawah ! +"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! kategori yang telah ada, dan perluasan kategori, perkenalan produk baru di luar kategori yang telah ada. Merencanakan rangkaian yang optimal dalam perluasan merek secara hati-hati untuk meraih potensi merek adalah hal yang penting. Kuncinya adalah dengan memahami implikasi ekuitas dari setiap perluasan dari segi hal-hal pembeda juga hal-hal yang serupa. C. Langkah Ketiga: Memberikan Merek pada Produk/Jasa Baru Langkah terakhir dalam membentuk arsitektur merek adalah menentukan elemen merek tertentu untuk digunakan sebagai asosiasi merek pada produk atau jasa baru. Pemberian merek pada produk dan jasa baru dilakukan agar memaksimalkan kejelasan dan pemahaman merek secara keseluruhan pada konsumen. Hal tersebut berupa tampilan, nama atau elemen merek lain tertentu yang diaplikasikan baik pada produk/jasa yang baru maupun yang telah ada sebelumnya. Salah satu cara dalam membedakan strategi-strategi arsitektur merek adalah dengan memperhatikan apakah perusahaan memberlakukan korporat atau rumpun merek sebagai payung untuk setiap produknya (branded house), atau merupakan sebuah koleksi yang terdiri dari merek individual dengan nama-nama yang berbeda (house of brand). ! +%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Realitasnya, kebanyakan perusahaan mengadopsi strategi yang berada diantara keduanya, sering memberlakukan berbagai tipe dari submerek. Submerek adalah bentuk perluasan merek yang popular yang biasanya menggunakan gabungan nama merek induk dengan nama baru untuk setiap produk baru. Strategi submerek yang baik dapat menyentuh asosiasi dan sikap perusahaan atau rumpun merek secara keseluruhan, seraya memperkenankan penciptaan anutan merek baru untuk memposisikan perluasan di kategori baru. Submerek berperan penting dalam arsitektur merek dengan memberikan signal kepada konsumen untuk mengharapkan setiap persamaan dan perbedaan pada produk baru. 2.3 Media Sosial Media sosial adalah salah satu produk dari kemunculan new media atau kategori media baru. Di dalam media sosial, setiap individu maupun kelompok dapat berinterkasi secara online melalui jaringan internet. Semenjak kemunculannya, media sosial tidak hanya digunakan oleh individu tetapi juga mulai digunakan oleh organisasi atau perusahaan-perusahaan besar maupun kecil untuk melakukan komunikasi dengan publiknya. Julia T. Woods55 mengatakan bahwa media sosial merupakan cara untuk menghubungkan dan berinteraksi secara aktif dengan melibatkan teknologi dan orang lain. Social media memungkinkan komunikasi secara aktif antara dua belah pihak dan memudahkan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 55 ! Julia T. Wood. Communication in Our Lives: 5th Edition. Boston: Wadsworth Cengage Learning. 2009 hal 307 +'! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! partisispasi dalam interaksi. Kita yang mengontrol pesan yang kita kirim, memilih orang tertentu sebagai penerima pesan, juga memengatur siapa saja yang pesannya dapat kita terima. Yang dimaksud oleh Julia adalah, media sosial memberikan banyak kesempatan bagi individual atau perusahaan untuk komunikasi secara aktif melalui interaksi baik kepada individu lain, perusahaan lain atau dengan konsumen. Sama halnya dengan pendapat Julia, Dan Lattimore56, dkk berpendapat bahwa media sosial yang terkadang diidentifikasi dengan Web 2.0, merupakan istilah payung yang mengacu pada media baru yang menggunakan teknologi dalam menciptakan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi terbuka dimana setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyuarakan ide, pendapat dan pengalaman mereka melalui media online dalam bentuk kata-kata atau materi visual. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media sosial digunakan dengan cara memanfaatkan teknologi dalam berkomunikasi. Teknologi yang dimaksud di sini adalah internet dan platform media sosial itu sendiri. Sifatnya yang terbuka membuat siapa saja bisa masuk di dalamnya. Jika dikaitkan dengan perusahaan dan khalayaknya yang dalam hal ini adalah konsumen, dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak hanya berperan sebagai komunikator tetapi juga berperan sebagai komunikan, bergantian dengan konsumennya. Karena di dalam media sosial siapa saja boleh menuangkan idenya dalam bentuk tulisan maupun visual. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 56 ! Dan Lattimore, Otis Baskin, Suzzette T. Heiman, Elizabeth L. Toth. Public Relations: Profesi dan Praktik: Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika. 2010 hal 207 +(! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Lebih lanjut lagi Dave Evan57, menjelasakan media sosial sebagai berikut: Social media is the democratization of information, transforming people from content reader into content publisher. It is the shift from broadcast mechanism to a many-to-many model, rooted in conversations between authors, people, and peers. Social media uses the “wisdom of crowds” to connect information in a collaborative manner. Dari penjelasan di atas, dikatakan bahwa kehadiran media sosial diistilahkan sebagai bentuk demokratisasi informasi, orang yang terlibat di media sosial bukan hanya berperan sebagai pembaca tapi juga penerbit konten. Perubahan salurannya menjadi model banyak ke banyak, otomatis akan membuat informasi semakin cepat tersebar. Ruang lingkupnya sangatlah luas dan bisa bergabung antara satu komunitas media sosial dengan komunitas lainnya. Kebebasan berekspresi dan berinformasi menjadi salah satu sifat dari media sosial. Brian Solis58 menjabarkan pengertian media sosial sebagai banyak hal untuk banyak orang dan merepresentasikan lebih banyak daripada teknologi. Media sosial merepresentasikan sebuah pembangunan masyarakat sosial yang melahirkan ekosistem yang unik dan hidup yang didukung dengan perkembangan kebudayaan dan gaya hidup. Solis melengkapi, bahwa media sosial juga merupakan platform untuk menyosialisasikan media; alat online yang memfasilitasi pembicaraan-pembicaraan; hubungan antara teman, rekan dan influencer; kolaborasi; sebuah panggilan untuk memanusiakan personal dan audiensi, serta cerita yang menautkan mereka; belas kasih; perkataan, gambar, !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 57 58 ! Dave Evans. Social Media Marketing An Hour a Day. Indiana: Wiley Publishing, Inc. 2008 hal 33 Brian Solis. Engage!: The Complete Guide for Brands and Businesses to Build, Cultivate, and Measure Success in the New Web. New Jersey: John Wiley & Sons. 2010 hal 36-37 +)! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! video, obrolan, audio, dan juga pengalaman, observasi, opini, berita dan wawasan; kesempatan dan hak istimewa. 2.3.1 Jenis-Jenis Media Sosial dan Kegunaannya Media sosial dapat tampil dalam banyak bentuk, seperti wiki, podcast atau forum internet. Teknologi seperti pengiriman surat elektronik, pesan instan, unggah foto atau video adalah fitur yang sering digunakan di dalam media sosial dalam berbagi konten pesan yang dapat berbentuk grafik, teks, foto, audio, dan video. Dan Zarella59 menambahkan bahwa media sosial hadir dalam berbagai macam bentuk dengan berbagai tujuan. Diantaranya adalah: I. Blog Blog60 adalah sebuah jenis sistem manajemen konten yang mempermudah penggunanya dalam mempublikasikan artikel singkat yang disebut postingan. Perangkat lunak blog menyediakan beberapa fitur seperti fitur komentar, blogroll, trackback, dan berlangganan yang cocok bagi tujuan pemasaran. Bagi perusahaan, blog dapat digunakan sebagai hub untuk setiap usaha pemasarannya atau sebagai sarana untuk melakukan press release. Contoh situs blog adalah Wordpress, Blogspot dan Medium. II. Microblog !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 59 60 ! Dan Zarella. The Social Media Marketing Book. Sebastopol: O’Reilly Media. 2010 hal 3 Ibid. 9 +*! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Microblog61 merupakan sebuah bentuk dari blog yang dibatasi oleh ukuran setiap postingannya; sebagai contoh adalah Twitter updates yang membatasi tulisan hingga 140 karakter atau huruf saja. Twitter dapat digunakan bagi perusahaan untuk mengumumkan berita, penawaran atau acara; mempromosikan postingan blog baru; hingga berinteraksi dengan konsumen. III. Jejaring Sosial Jejaring sosial62 adalah situs jejaring yang memungkinkan penggunanya tersambung dengan teman-teman. Jejaring sosial memberikan kesempatan bagi pemasar untuk berinteraksi dengan konsumen melalui beberapa aplikasi, halaman grup dan halaman penggemar. Salah satu contoh situs jejaring sosial yang banyak digunakan adalah Facebook dan LinkedIn. IV. Situs media-sharing Zarella63 menjelaskan jenis situs ini merupakan situs yang memungkinkan bagi penggunanya untuk membuat dan mengunggah konten multimedia, biasanya disebut user generated content (UGC). Sebagai contoh adalah YouTube, selain pengguna indovidual, pemasar dapat juga menunggah video yang berkaitan dengan perusahaan untuk !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 61 Ibid. 31 Ibid. 55 63 Ibid. 77 62 ! ++! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! dikonsumsi oleh publik atau ribuan penggemarnya. Contoh situs lainnya yang banyak digunakan adalah Flickr dan SlideShare. V. Social Bookmarking dan situs voting Hampir mirip dengan kategori sebelumnya, media sosial jenis ini64 memungkinkan penggunanya mengirimkan dan voting konten darimanapun di internet. Pemasar dapat juga menggunakan situs ini untuk mendatangkan traffic bagi kampanye pamasaran atau artikel. Contoh situs bagi kategori ini adalah StumbleUpon, Reddit, Digg. VI. Situs Ulasan dan Rating Kategori ini65 hadir setelah berkembangnya kepercayaan konsumen terhadap opini konsumen lainnya dibandingkan sebuah iklan baik di media elektronik maupun media cetak. Pada situs ini, biasanya terdapat business listing yang bisa diberikan ulasan dan rating oleh penggunanya, oleh sebab itulah disarankan agar setiap bisnis harus hadir dan memantau situs ini untuk mengetahui pendapat konsumennya terhadap bisnis atau perusahaan. Contoh situs ini adalah Google Business, Yelp, Urbanesia, TripAdvisor. VII. Forum Online !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 64 65 ! Ibid. 103 Ibid. 131 +#! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! Merupakan situs66 bagi komunitas untuk mendiskusikan suatu hal, tidak lepas didalamnya adalah sebuah produk/layanan. Salah satu contoh forum online yang banyak digunakan di Indonesia adalah Kaskus. Saat ini penggunaan media sosial tidak hanya dilakukan oleh individu tapi juga oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui bagaimana media sosial itu dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaannya. Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan media sosial seperti yang di sebutkan oleh Heuer pendiri Social Media Club dan New Media Inovator dalam Solis67, hal ini terangkum dalam 4C, yakni: I. II. Context: How we frame our stories. Communications: The practice of sharing our story a well as listening, responding, and growing. III. Collaboration: Working together to make things better and more efficient and effective. IV. Connections: The relationships we forge and maintain. Pendapat lainnya mengenai 4C dalam media sosial yang dikemukakan oleh David Armano dalam Solis68 dengan pendekatan membangun komunitas yaitu: !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 66 Ibid. 147 Brian Solis. Engage!: The Complete Guide for Brands and Businesses to Build, Cultivate, and Measure Success in the New Web. New Jersey: John Wiley & Sons. 2010 hal 263 68 Ibid. 263 67 ! +$! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! I. Content: Quality content is ideal for attracting the audience necessary to build community. II. Context: Understanding how to meet people where they are; creating the right experience at the right time. III. Connectivity: Designing experiences to support microinteractions. IV. Continuity: Providing an ongoing, valuable, and consistent user experience. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa unsur yang harus dipahami dalam mengoperasikan media sosial terutama bagi perusahaan. Yang pertama adalah konten atau isi pesan. Pesan harus berisi cerita atau informasi yang menarik, menghibur dan mengedukasi. Pesan juga harus kontekstual agar sesuai dengan inti dari nilai merek dan sesuai dengan target khalayak yang dituju. Media sosial harus memberikan pengalaman yang baik bagi yang mengonsumsinya, hal ini dilakukan agar terciptanya komunikasi yang sehat dan interaksi yang aktif antara perusahaan dan konsumennya. Agar hu bungan yang terlah terbangun dapat berkembang dan bertahan, penggunaan media sosial harus dilakukan secara berkelanjutan. Oleh sebab itu, pelaksanaan yang serius sangat dibutuhkan agar sosial media mampu memberikan manfaat tak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi konsumennya. Dengan terciptanya kondisi media sosial yang optimal, konsumen dapat dimanfaatkan bagi perusahaan sebagai sarana penyebar berita dengan bentuk word ! #&! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! of mouth atau penyebaran berita dari mulut ke mulut yang juga berlaku di media sosial sebagai virus penyebaran berita berantai. Menurut Bruyn (2008), HennigThurau, Gwinner, Walsh, & Gremler (2004), Kurucz (2008), Litvin, Goldsmith, & Pan (2005), Kozinets, Valck, Wojnicki, & Wilner (2010), dalam sebuah jurnal penelitian internasional69 (2013) oleh Ligita Zailskaite-Jakse dan Rita Kuvykaite, Kaunas University of Technology, Lithuania, menyampaikan bahwa komunikasi dari mulut ke mulut atau word-of-mouth (WOM) di platform media sosial amatlah murah dan sangat kuat efeknya. Dalam periode waktu singkat, perusahaan yang menggunakan kekuatan bentuk komunikasi ini dapat menarik banyak konsumen yang kagum. Dengan pesan viral ini, mereka akan bergabung dalam penyebaran informasi tersebut atau bahkan berkeinginan untuk mengadvokasi sebuah merek atau perusahaan. Dalam jurnal penelitian yang sama70, (Ulusu, 2010; Schau, Muniz, & Arnould, 2009, Keler, 2009; Fournier & Avery, 2011; Muniz & Schau, 2011) telah menyampaikan bahwa media sosial mampu memberikan banyak keuntungan bagi merek, diantaranya adalah membantu dalam menyelamatkan reputasi merek, meningkatkan penjualan, melibatkan konsumen dalam proses penciptaan merek, memperluas kesadarana merek, memberikan asosiasi positif lebih banyak serta meningkatkan loyalitas konsumen terhadap sebuah merek. Para sarjana, Mangold & Faulds (2009), Patterson (2011), Schau, Muniz, & Arnould, (2009),Woerndl, Papagiannidis, Bourlakis, & Li (2008), Adjei (2010), melanjuti penryantaan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 69 Ligita Zailskaite-Jakse dan Rita Kuvykaite, “Communication In Social Media For Brand Equity Building”, Economic and Management, Kaunas University of Technology, Lithuania. Volume 18 No. 1 2013 hal 142 70 Ibid. 143 ! #"! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! diatas, telah menganalisa komunikasi oleh perusahaan atau merek dengan konsumen melalui media sosial sering focus pada tiga aspek, yakni komunikasi antara merek/perusahaan dengan konsumen; komunikasi antar konsumen; dan komunikasi antara konsumen dan merek (berupa umpan balik). Komunikasi antara merek dan konsumen di sosial media membuat merek menjadi bergantung kepada keinginan dan harapan konsumen karena konsumen mampu untuk memutuskan sendiri bagaimana menginterpretasikan merek. Perusahaan yang ingin untuk memperluas kesadaran merek harus belajar bagaimana mengomunikasikan pesan dengan cara seperti penyebaran virus diantara para konsumen. Bentuk komunikasi WOM atau pemasaran viral tersebut jika dikombinasikan dengan usaha komunikasi pemasaran lainnya mampu meningkatkan ekuitas merek, oleh karena itu lah setiap perusahaan harus siap untuk berkomunikasi dengan konsumennya melalui media sosial. Kesimpulan dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Zailskaite-Jakse dan Kuvykaite71 menyatakan bahwa studi mengenai inti konseptual pada media sosial dalam membangun ekuitas merek menunjukkan bahwa media sosial mampu mengubah bentuk komunikasi dari merek. Posisi konsumen secara virtual juga berubah karena mereka telah menumbuhkan kekuatan untuk menginfluensi merek sehingga merek memiliki tanggung jawab lebih dalam proses komunikasi dengan konsumen di media sosial. Media sosial memberi keuntungan dalam menjangkau konsumen karena mereka mencari segala informasi yang mampu meningkatkan kesadaran merek. Dengan peningkatan terhadap pengetahuan akan merek (yang !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 71 ! Ibid. 149-150 #%! http://digilib.mercubuana.ac.id/ ! tercakup didalamnya peningkatan kesadaran merek dan citra merek), membuat komunikasi melalui media sosial efektif dalam perubahan struktur pengetahuan atas merek dan pada akhirnya mampu membangun ekuitas merek. Jika proses penyampaian pesan di media sosial dikelola dengan baik, kesadaran merek dan citra merek yang diinginkan telah terbentuk, maka semakin besar dampak positif pada pembentukan ekuitas merek. Keberhasilan tersebut dapat terwujud jika tingkat keterlibatan konsumen dalam penyampaian pesan di media sosial tinggi. ! #'! http://digilib.mercubuana.ac.id/