diagnosis dan penatalaksanaan diabetes melitus type 2

advertisement
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TYPE 2

PENDAHULUAN4
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan kekurangan insulin secara absolut maupun relatif
sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan glukosuria pada diabetes
melitus tubuh relatif kekurangan sekrtesi insulin maupun aktivitas insulin
akibatnya pengaturan gula darah menjadi kacau. Walaupun kadar gula darah
selalu tinggal, terjadi juga pemecahan lemak dan protein menjadi gula
(glukoneogenesis) dinasi yang tidak dapat dihambat karena insulin sekresinya
relatif berkuranf sehingga gula darah semakin meningkat akibatnya terjadi
gejala-gejala diabetes melitus yaitu poliuri, polidipsi, polifagi, kadang-kadang
disertai lemas, berat badan menurun. Bila dibiarkan berlarut-larut berakibat
kegawatan diabetes melitus dengan ketoasidosis yang sering menimbulkan
kematian. ( kumpulan makalah DM Dr. Azhari)
Diabetes melitus type 2 adalah suatu sindroma metabolik yang
disebabkan oleh resistensi insulin dan defisiensi insulin oleh karena gangguan
fungsi sel beta pankreas. Beberapa hal dianggap sebagai penyebab
menurunnya kapasitas sekresi insulin yaitu masa sel beta yang berkurang,
glukoas toksisitas, lipotoksisitas, deposit amcin-amyloid disel beta pankreas.
Sebagian besar penderita DM type –2 Hent-ma gemuk resistensi insulin
merupakan faktor utama terjadi hiperglikemia.
Pada DM type 2 terjadi resistensi insulin dimana resistensi adalah
apabila kemampuan insulin untuk meningkatkan uptabe dan pemakaian
glukosa diotot terganggu. Efek metabolik insulin terjadi pada transport
glukosa dan metabolisme karbohidrat serta lemak intra seluler. Sebagian besar
DM type –2 terjadi akibat kelainan intraseluler pada tingkat pasca reseptor
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
1
pada jaringan ttt, kelainan utama terlihat pada jaringan perifer karena disitu
terdapat sebagian besar sel peka insulin (simposium ilmiah Dr. Azhari SpPD).
PATOFISIOLOGI DM TYPE 23,7


Secara fisiologi didalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi
yaitu : karbohidrat yang dimakan menjadi glukosa (monosakarida) protein
menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak.

Ketiga zat makanan tersebut diserap oleh usus masuk kepembuluh darah
dan diedarkan kesluruh jaringan tubuh untuk dipergunakan organ-organ
dalam tubuh sebagai bahan bakar.

Didalam sel glukosa dibah oleh insulin menjadi glikogen-glikogen dipakai
oleh jaringan sebagai energi dalam proses metabolisme ini insulin
memegang peranan penting dalam masukan glukosa ke dalam sel untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar yang digunakan sebagai energi
sel-sel tubuh supaya berfungsi dengan baik.
Kelainan dasar yang pada DM type II yaitu :
2. Adanya resistensi insulin.
3. kenaikan produksi insulin.
4. sekresi insulin dan aktivasi insulin yang berkurang penyebabnya oleh
karena defisiensi cel , glukotoxicity dan lipotoxicity.
Penyebab resistensi insulin pada DM type II sebenarnya tidak begitu jelas
tetapi faktor dibawah ini banyak berperan :
-
Obesitas (perut seperti bentuk apel)
-
Diet tinggi fat dan rendah kalori
-
Kurang gerak badan
-
Keturunan (herediter)
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
2
1. Insulin resistensi pada DM type II adalah aksi biologis dari insulin
diperifer, pada DM type II dengan gambaran klasik dan kadar gula darah
plasma lebih dan 250 mg %. Umumnya sudah terjadi resistensi insulin.
Gambar 1
  cell disfungsi
  cell mass
 Insulin sekresi
hiperglikemia
Insulin
resistensi
( liver, fat, otot)
2. kenaikan produksi glukosa dihati :
hati memproduksi gula yang berasal dari proses glukolisis dan
glukoneogenesis, gula yang dihasilkan hati, masuk kedalam sirkulasi
darah, gula yang meningkat ini akan berineraksi dengan insulin didalam
darah yang dihasilkan oleh cell  pankreas.
Bila insulin kurang sekresinya (defisiensi cell  berkurang, glukosa tidak
bisa dibawa kejaringan tubuh oleh insulin yang berkurang ini sehingga
gula dalam darah meningkat. Gula yang dihasilkan oleh hati yang masuk
kedalam darah akan tetap meningkat bila ada resistensi insulin.
Gambar 2 : kelainan dasar pada DM TYPE II
Hati produksi
glukosa
meningkat
Glukosa
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
Defek reseptor
( gangguan reseptor
dan gangguan
uptabe) diusus
3
Sel 
Pankreas sekresi insulin berkurang
3. Sekresi insulin serta aktivitas insulin yang berkurang dan lipo toksisitas
Keadaan ini dapat disebabkan oleh penurunan dari pada masa cell  dan
sekresi insulin yang berkurang, mengakibatkan gula didalam darah tinggi
(hiperglikemi) terjadinya
Glukotoxisitas dan juga peningkatan lemak dalam darah (Lipoxitas) akan
disebabkan gangguan dari sebagian insulin sehingga terjadi hiperglikemi
Gambar 3 : Hiperglikemia pad DM Type II
NIDDM
PANKREAS
EXTRAPANKREAS
INTRAPANKREAS
DISFUNGSI CELL 
JUMLAH CELL 
BERKURANG
SEKRESI INSULIN 
INDIRECT
DIRECT
1. KELAINAN HATI 
GLUKONEOGENESIS 
GLIKOLISIS 
2. KELAINAN OTOT  UP
TAKE OTOT TERGANGGU,
INSULIN TIDAK DAPAT KE OTOT,
GLUKOSA
TRANSFER
TERGANGGU (GT 4)
3. KELAINAN USUS  ABSORBSI
USUS TERGANGGU
4. RESEPTOR INSULIN
5. ANTIBODI
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
4
HATI
HIPERGLIKEMIA
-
OTOT
INSULIN
RESISTENSI
GANGGUAN
BIOKIMIA
INSULIN
BAIK
MUTU
DAN JUMLAH
INSULIN RELATIF
Perbandingan DM type I dan II
Umur
Klinik
Insulin
Berat badan
Pengobatan

DM Type I
DM Type II
DM juvenile
< 40 tahun
Berat
Tak ada
Kurang
Insulin exogen
dewasa
> 40 tahun
Ringan
Cukup tinggi
Gemuk atau normal
Diet / exercise OAD
diet / exercise
Kalau perlu ringan
MANIFESTASI KLINIS
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. DM dapat timbul secara perlahan-pahan
sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang
menjadi lebih banyak. Buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
5
sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa
darahnya. 1
Gejala klinis utama terdiri dari trias gejala :
-
Polidipsi
-
Polifagi
-
Poliuria
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkandengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi
glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan
melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menigkatkan pengeluaran kemih
(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama
kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan
berkurang, rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Dapat pula disertai keluhan-keluhan sebagai berikut :
-
Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul.
-
Kelainan ginekologis : keputihan.
-
Kesemutan, rasa baal. (sudah terjadi neuropati)
-
Kelemahan tubuh, mudah merasa lelah.
-
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
-
Infeksi saluran kemih.
-
Kelainan mata : mata kabur disebabkan katarak, gangguan refleksi 1
Manifestasi klinik sindrom resistensi insulin3
1. Hiperinsulinemia (insulin puasa meningkat)
2. Hiperglikemia (TGT)
3. Hipertrigliseridemia / dislipedemia
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
6
4. Hipertensi
5. Fibrinogen menigkat
6. Hiperuresemia
7. Obesitas
8. Atherosclerosis / penyakit jantung koroner.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien DM tipe 2, sering tidak menunjukkan gejala apapun. Diagnosa
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dilaboratorium dan melakukan
tes toleransi glukosa. 3
Mengetahui adanya resistensi insulin ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium :
5. Tes Toleransi glukosa yang terganggu.
6. Mengukur kadar insulin plasma / C – Peptide (normal : 1,1 – 5,0 mg/ml).
7. Hiperinsulinemia glukosa “Clamp” teknik metode lebih akurat mengetahui
kecepatan ambilan glukosa di jaringan otot.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Tes toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar.
Untuk
kelompok
resiko
tinggi
yang
hasil
pemeriksaan
penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun.
Bagi pasien > 45 tahun tanpa faktor resiko pemeriksaan penyaring dilakukan
setiap 3 tahun.
Cara pemeriksaan (TTGO) adalah :
8. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa.
9. Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak.
10. Pasien puasa semalam. Selama 10-12 jam.
11. Periksa gula darah puasa.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
7
12. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit.
13. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
14. Selama pemeriksaan, pasien tetap istirahat dan tidak merokok.
Diagnostik untuk diabetes harus dilakukan bila hasil penapisan positif atau
terdapat gejala diabetes seperti : poliuria, polidipsia, polifagia atau penurunan
berat badan. Diagnosis dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan glukosa
darah sewaktu dengan gejala diabetes, akdar glukosa darah puasa, atau tes
toleransi glukosa.
Nilai Diagnostik Kadar Glukosa Darah sesudah Beban Glukosa 75 g
( mg.dl)
Plasma Vena
Darah Kapiler
Puasa
> 140
> 120
Dan / atau 2 jam
 200
 200
Puasa
> 140
> 120
2 jam
140 – 200
140 - 200
Diabetes Melitus
Toleransi Glukosa terganggu
Untuk diagnosis dan kalsifikasi ada indek tambahan yang dapat dibagi atas 2
bagian :
1. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta :
Hal ini dapat dinilai pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin dan sekresi
peptida penghubung ( C- Peptide ).
2.
Indeks proses diabteogenik
Untuk penilaian proses diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan
oenentuan tipe dan sub tipe HLA : adanya tipe dan filter anti bodi dalam
sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau langerhans dan sel endokrin
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
8
lainnya,
adanya
cell
mediated.
Immunity
terhadap
pankreas,
ditemukannya susunan DNA spesifik pada genoma manusia dan
ditemukannya penyakit lain pada pankreas dan penyakit endokrin lainnya.
PENATALAKSANAAN

Dalam
jangka
pendek
penatalaksanaan
DM
bertujuan
untuk
menghilangkan keluhan atau gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar gula darah, lipid dan insulin. ( 1 ) Didalam penatalaksanaan
DM dibagi didalam dua kelompok yaitu (2) :
I.
Terapi primer, terdiri dari :
15. Diit diabetes.
16. Latihan fisik.
17. penyuluhan kesehatan masyarakat.
II.
Terapi sekunder, terdiri dari :
18. Obat anti diabetik
19. Cangkok pangkreas
Kelima dasar pengobatan DM tersebut dikenal dengan nama “ Pentalogi terapi
DM “ (2)
1) Diit diabetes
Pada
konsesus
perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia
( PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah
santapan dengan komposisi seimbang berupa KH ( 60 – 70 % ), protein
( 10 – 15 % ) dan lemak ( 20 – 25 % ). Jumlah kalori yang dibutuhkan
harus disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, stres akut dan kegiatan
jasmani untuk mencapai BB ideal. (1,3)
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
9
Beberapa petunjuk umum penggunaan Diit diabetes melitus :(2)
1. Memperbaiki kesehatan umum penderita.
2. Mengarahkan ke BB normal.
3. Mempertahankan glukosa darah sekitar normal.
4. Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.
5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
6. Menarik dan mudah diterima penderita.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari, hendaklah diikuti pedoman
“ 3 J “ ( Jmulah, Jadwal, Jenis ), artinya : (2)
J1. = Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi ataupun
ditambah.
J2. = Jadwal diit harus diikuti dengan intervalnya.
J3. = Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk
“
Pantang “ buah golongan A.
Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus
Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus disesuaikan dengan
status gizi penderita. Penentuan gizi penderita dilakasnakan dengan
menghitung BBR ( berat badan realtif) dengan rumus. (2)
BBR =
BB
TB – 100
X 100 % ( BB : kg, TB : cm )
1. Kurus (underweight)
: BBR < 90 %
2. Normal (ideal)
: BBR 90 – 110 %
3. Gemuk (overweight)
: BBR > 110 %
4. Obesitas (BBR > 120 % ) : -
Obesitas ringan 120 – 130 %
-
Obesitas sedang 130 – 140 %
-
Obesitas berat 140 – 200 %
-
Obesitas morbid > 200 %
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
10
Pedoman jumlah kalori yang di perlukan sehari untuk penderita DM,
adalah : (2)

Kurus
: BB x 40 – 60 kalori sehari

Normal
: BB x 30 kalori sehari

Gemuk
: BB x 20 kalori sehari

Obesitas
: BB x 10 – 15 kalori sehari
Jika DM disertai adanya infeksi maka jumlah kalori ditambah 20 % dari
kalori yang dibutuhkan (3)
2) Latihan Fisik
DM akan terawat baik apabila terdapat keseimbangan yang baik
antara diit, latihan fisik teratur setiap hari dan kerja insulin. Latihan yang
merupakan komponen yang penting dalam pengobatan DM. (2)
Dianjurkan latihan fisik teratur, 3 – 4 kali tiap minggu selama  0,5
jam yang sifatnya sesuai CRIPE, yaitu latihan dilakukan secara terus
menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontrkasi dan relaksasi secara teratur,
selang-seling antara gerakan cepat dan lambat, berangsur-angsur dari
sedikit kelatihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam
waktu tertentu (2). Latihan yang dapat di jadikan pilihan adalah jalan kaki,
joging, lari, renang dan bersepeda (1)
3) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM melalui bermacam-macam cara ataupun media. Penyuluhan
kesehatan ini sangat penting agar regulasi DM mudah tercapai dan
komplikasi DM dapat ditekan frekuensinya dan beratnya (2 )
Beberapa hal yang perlu dijelaskan kepada penderita DM, adalah (2)
1. Apa penyakit DM itu.
2. Cara diit yang benar.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
11
3. Kesehatan mulut.
4. Cara latihan fisik.
5. Menjaga baik bagian bawah ankle joint ( daerah “ berbahaya” )
6. Tidak boleh menahan kencing
4) Obat anti diabetik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan
jasmani yang teratur tetapi kadar glukosanya darahnya masih belum baik,
dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik oral atau
suntikan (3)
Obat hipoglikemik oral

1) Sulfonilurea
Sulfonilurea adalah moneterapi oral yang paling lama
digunakan untuk diabetes tipe 2 pada praktek klinis sejak awal 1950.
obat ini membantu untuk mengontrol kadar glukosa darah dengan
merangsang sekresi insulin dari sel beta pankreas. Sulfonilurea pada
umumnya ditoleransi dengan baik, sedangkan hipoglikemik adalah
efek samping yang paling umum. Obat ini juga menambah berat badan
jika digunakan dalam dosis tinggi yang di perpanjang dan mungkin
tidak terlalu cocok untuk pasien yang sudah gemuk. (4)
2) Biguanid
Obat golongan ini meningkatkan sensitivitas liver dan jaringan
peripheral, dengan demikian meningkatkan kontrl glikemik. Biguanid
menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal,
perperat yang ada dan aman adalah metformin, obat ini dianjurkan
untuk penderita gemuk sebagai obat tunggal atau dapat dikombinasi (2)
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
12
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
13
Golongan OAD dan Dosis pemakainya
GOL
GENERASI
I
SULFONILUREA
II
NAMA GENERIK
( mg )
DAGANG
DOSIS ( mg )
BIGUANID
Chlorpropamide
( 100/250 )
Diabenese
Tolbutamide ( 50o )
Rastion / drinase
1500 – 3000
Carbutamide ( 500 )
Nadison
500 – 1500
Dymelor
150 – 1500
Tolinase
100 – 750
Glycodiazine ( 500 )
Glymidine
500 – 1500
Glibenclamide ( 2,515 )
Euglucon / Daoril
2,5 – 15
Gliclazide ( 80 )
Diamicron
80 – 320
Gliquidone ( 30 )
Glurenorm
15 – 120
Glipizide ( 5 )
Glibinasi /
Minidiab
2,5 – 40
Gliburnuride ( 12,5 )
Glutril
Glisoxepide
Pro – diaban
2 – 16
Phenformin ( 25 )
DBI / Dibotin
50 – 150
Metormin ( 500 )
Glucophage /
diguanil
500 – 1500
Acetohexamide ( 250 /
500 )
Tolazamide ( 100 /
1250 )
Buformin
Silubin
100 – 500
12,5 – 100
30 – 300
DM klasifikasi Diagnosis dan terapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 )
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
14
Beda efek sulfonilurea dan Melformin
Efek Metabolik
Melformin
( Biguanide )
Sulfonilurea
A, Tract – Gastro intestinals
1. Absorsi mukosa
-

2. Ambilan glukosa diusus
-

3. Anoreksia
-
+

-
-

3. Ambilan glukosa di hepar


4. Ambilan glukosa jaringan perifer


5. Epitoden hipoglikemia
++
-
1. Trigleserida
-
 ( 10 – 50 % )
2. Kolesterol – Total
-
 ( 10 % )
3. Kolesterol – LDL
-
-
4. Kolesterol HDL
-
 ( 10 % )
1. Aktivitas Fibrinolitik


2. Agregasi trombosit


3. Premeabilitas kapiler
-

E. Lain – lain : Penurunan BB
-
+
B. Metabolisme KH
1. Sekresi insulin pankreas
2.
Glukoneogenesis hepar
( sekresi glukosa )
C. Metabolisme Lipid
D. Efek Vaskuler
DM Klasifikasi, Diagnosis dan teapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 )
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
15
Klasifikasi Klinik OAD
Atas dasar waktu-paruh masing-masing OAD, maka untuk keperluan praktis
OAD dibagi atas tiga kelompok (2)
Jenis I ( Short Acting )

Waktu paruh  4 jam, kerja cepat

Diberikan 1 – 3 kali sehari ( pagi, siang, sore ) jika 2 kali maka diberikan pagi

Golongan tolbutamide dan sulfonilurea generasi I ( kecuali Chlorpro-pamide )

Jarang digunakan karena tosik untuk hati dan ginjal.
Jenis II ( Intermediate )

Waktu paruh antara 5 – 8 jam

Diberikan 1 – 2 kali sehari ( pagi dan siang ), jika diberikan satu kali diberikan
pagi saja.
Adalah :

Golongan Glibenclamide :
-

Golongan Gliclazide
-

Efek hipoglikemik cukup kuat terutama bila diberikan sebelum makan
Efek hipoglikemik, efek pencegahan terhada mikroangiopati
Golongan Gliquidone
-
Mempunyai kekhususan adanya toleransi tinggi meskipun ada gangguan faal
ginjal dan hati yang agak berat karena obat ini hampir 100 % di ekskresikan
melalui usus.

Golongan Glipizide
Jenis III ( Long – Acting )

Waktu paruh antara 24 – 36 jam

Diberikan sekali saja setiap pagi.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
16
Klasifikasi OAD dan Cara Pemberiannya
OAD
Jenis I
Short - Acting
NAMA GENERIK
NAMA DAGANG
-
Tolbutamide
@ 500 mg
Artosin
-
Jenis II
Intermediate
1.
Glibenclamide @ 5
mg
2.
Gliclazide
mg
3.
Gliquidone
mg
Rastinon
Euglucon
Daonil
Diamicron
2-2-0
2-1-0
1-1-0
½-½ -0
Glurenorm
2-2-0
2-1-0
1-1-0
1-0-0
½-½ -0
Minidiatab
2-2-0
4-0-0
2-0-0
½-0-0
@ 80
@ 30
4.
Glipizide @ 5 mg
Jenis III
Chlorprokamide
250 mg
2-0-0
1-0-0
½-0-0
DM klasifikasi, Diagnosis dan Terapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 )

@
CARA
PEMBERIAN
1-1-1
1-1-0
1-0-0
½-½ -0
2-1-0
1-1-0
1-½-0
½-½ -0
Diabenese
Obat hipoglikemik suntikan ( Insulin )
Indikasi mutlak penggunaan insulin adalah DM tuipe I, selain itu
pada keadaan tertentu, meskipun bukan DM tipe I, sering pula terapii
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
17
insulin diberikan dengan tujuan agar tubuh memiliki jumlah insulin efektif
pada saat yang tepat (2)
Indikasi penggunaan insulin pada tipe 2, adalah : (1, 2 )

DM dengan berat badan menurun cepat / kurus.

Ketoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmolar.

DM yang mengalami stres berat.

DM dengan kehamilan / DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan.

DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
Preparat Insulin yang tersedia
Jenis kerja
Preporat

Kerja pendek
-

Kerja sedang
-

Kerja panjang
-
Actropid
Human 40
Actropid Human 100
Monotard Human 100
Insulatard
NPH
PZI ( tidak dianjurkan karena
resiko hipoglikemia
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid I
Secara umum penggunaan insulin dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu : (2)
1. Suntikan :  Subkutan
 Intramuskular
 intravena
2. Pre rektal
3. Melalui alat mekanik :
A. Open oop ( External dan Implanted )
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
18
 Subkutan
 Intraperitoneum
 Intravena
B. Close coop
Dalam penyuntikan insulin juga sering ditemukan penyulit, pada dasarnya
penyulit suntikan insulin dapat dibedakan dalam dua golongan : (2 )
II.
Nonalergi – imunologik
1. Hipoglikemik
2. Kegemukan
3. Edema insulin
4. Aterosklerosis
III.
Alergi – imunologik
1. Reaksi arthus
2. Lipoartrofi
3. Urtikaria
4. Resistensi insulin
Terapi Kombinasi OHO dengan Insulin
Meskipun pada awalnya memperlihatkan kendali diabetes yang baik dengan
terapi kombinasi OHO dengan OHO, namun pada pasien diabetes, sejelan dengan
perjalanan alamiah diabetes, suatu saat akan mengalami penurunan sekresi insulin
yang tajam atau bahkan tidak ada sekresi sama sekali, sehingga memerlukan insulin
dari luar untuk memenuhi kebutuhan (5)
Pada awalnya terapi kombinasi OHO – insulin, dianjurkan insulin kerja
menengah atau panjang malam hari dengan OHO siang hari. Dasar rasional
kombinasi tersebut ialah (5)

Insulin kerja menengah atau panjang menjelang tidur, diharapkan dapat
mengkontrol hepatic glucose over production malam hari.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
19

Obat hiperglekemia oral akan lebih mudah menurunkan kadar glukosa darah
sepanjang hari.

Dosis total insulin harian lebih kecil dibandingkan terapi tunggal insulin.
Efek samping hipoglikemia pada terapi kombinasi OHO dengan insulin
memberikan gambaran bervariasi. Kejadian hipoglikemia paling kecil pada
kombinasi metformin dengan insulin dibandingkan insulin tunggal (5)
Rumusan dalam memilih kombinasi OHO – insulin sesuai dengan keadaan
yang dihadapi, yaitu : (5)

Strategi biaya minimal : mulai dengan SU tambah insulin malam hari.

Strategi kenaikan BB : mulai dengan metformin atau acarbose, tambah SU
bersama-sama atau dengan insulin saja.

Strategi suntikan minimal, mulai SU, lalu ditambah metformin, acarbose atau
glitazon, terakhir baru dengan insulin.

Strategi usaha pasien minimal : mulai dengan ( long-acting SU atau glitazon
insulin malam hari.
Untuk memperoleh hasil yang diinginkan dengan terapi kombinasi, khususnya
terapi kombinasi OHO dengan insulin, dibawah ini metode sederhana memulai terapi
kombinasi OHO dengan, yaitu : (5)

Tekankan kembali pentingnya gaya hidup sehat.

Teruskan OHO yang sudah di minum

Mulai insulin kerja menengah dosis kecil malam hari.

Segera makan dosis bila target glukosa darah puasa belum tercapai

Terangkan tanda dan gejala hipoglikemia
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
20
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A., Triyanti K., Santri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Diabetes
Mellitus, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta : Media
Aesculopius, 2001, P. 580-587.
2. Tjokroprawiro A, Diabetes mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi, edisi
ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. P. 17 – 47
3. Harahap A. Diabetes Melitus, Sari Pustaka Ilmu Penyakit Dalam, Cirebon ; 2003.
P. 202 – 216
4. Harahap A, Kumpulan Makalah Diabetes Mellitus, Cirebon
5. Subekti I, Penatalaksanaan Agresif DM Tipe 2 : Terapi Kombinasi obat
Hipoglikemik Oral dengan Insulin, Naskah lengkap Penyakit Dalam PIT 2002,
Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2002.
P 197 – 199
6. Waspadji S. Gambaran Klinis Diabetes Melitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid I, edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1996, P. 586 – 587
7. Harahap A., Resistensi Insulin dan Defenisi Insulin pada DM Type – 2. Cirebon :
2002
8. Darmono, Diagnosis dan Klasifikasi DM, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,
edisi ketiga, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1996.
9. Scteingart. DE, Pankreas Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus,
Patofisologi Konsep Proses-proses Penyakit, edisi 4, Buku II, ed : Caroline
Wijaya, Jakarta : EGC, 1995, P. 1111-1114
Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2
22
Download