DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TYPE 2 PENDAHULUAN4 Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan insulin secara absolut maupun relatif sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan glukosuria pada diabetes melitus tubuh relatif kekurangan sekrtesi insulin maupun aktivitas insulin akibatnya pengaturan gula darah menjadi kacau. Walaupun kadar gula darah selalu tinggal, terjadi juga pemecahan lemak dan protein menjadi gula (glukoneogenesis) dinasi yang tidak dapat dihambat karena insulin sekresinya relatif berkuranf sehingga gula darah semakin meningkat akibatnya terjadi gejala-gejala diabetes melitus yaitu poliuri, polidipsi, polifagi, kadang-kadang disertai lemas, berat badan menurun. Bila dibiarkan berlarut-larut berakibat kegawatan diabetes melitus dengan ketoasidosis yang sering menimbulkan kematian. ( kumpulan makalah DM Dr. Azhari) Diabetes melitus type 2 adalah suatu sindroma metabolik yang disebabkan oleh resistensi insulin dan defisiensi insulin oleh karena gangguan fungsi sel beta pankreas. Beberapa hal dianggap sebagai penyebab menurunnya kapasitas sekresi insulin yaitu masa sel beta yang berkurang, glukoas toksisitas, lipotoksisitas, deposit amcin-amyloid disel beta pankreas. Sebagian besar penderita DM type –2 Hent-ma gemuk resistensi insulin merupakan faktor utama terjadi hiperglikemia. Pada DM type 2 terjadi resistensi insulin dimana resistensi adalah apabila kemampuan insulin untuk meningkatkan uptabe dan pemakaian glukosa diotot terganggu. Efek metabolik insulin terjadi pada transport glukosa dan metabolisme karbohidrat serta lemak intra seluler. Sebagian besar DM type –2 terjadi akibat kelainan intraseluler pada tingkat pasca reseptor Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 1 pada jaringan ttt, kelainan utama terlihat pada jaringan perifer karena disitu terdapat sebagian besar sel peka insulin (simposium ilmiah Dr. Azhari SpPD). PATOFISIOLOGI DM TYPE 23,7 Secara fisiologi didalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi yaitu : karbohidrat yang dimakan menjadi glukosa (monosakarida) protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut diserap oleh usus masuk kepembuluh darah dan diedarkan kesluruh jaringan tubuh untuk dipergunakan organ-organ dalam tubuh sebagai bahan bakar. Didalam sel glukosa dibah oleh insulin menjadi glikogen-glikogen dipakai oleh jaringan sebagai energi dalam proses metabolisme ini insulin memegang peranan penting dalam masukan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar yang digunakan sebagai energi sel-sel tubuh supaya berfungsi dengan baik. Kelainan dasar yang pada DM type II yaitu : 2. Adanya resistensi insulin. 3. kenaikan produksi insulin. 4. sekresi insulin dan aktivasi insulin yang berkurang penyebabnya oleh karena defisiensi cel , glukotoxicity dan lipotoxicity. Penyebab resistensi insulin pada DM type II sebenarnya tidak begitu jelas tetapi faktor dibawah ini banyak berperan : - Obesitas (perut seperti bentuk apel) - Diet tinggi fat dan rendah kalori - Kurang gerak badan - Keturunan (herediter) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 2 1. Insulin resistensi pada DM type II adalah aksi biologis dari insulin diperifer, pada DM type II dengan gambaran klasik dan kadar gula darah plasma lebih dan 250 mg %. Umumnya sudah terjadi resistensi insulin. Gambar 1 cell disfungsi cell mass Insulin sekresi hiperglikemia Insulin resistensi ( liver, fat, otot) 2. kenaikan produksi glukosa dihati : hati memproduksi gula yang berasal dari proses glukolisis dan glukoneogenesis, gula yang dihasilkan hati, masuk kedalam sirkulasi darah, gula yang meningkat ini akan berineraksi dengan insulin didalam darah yang dihasilkan oleh cell pankreas. Bila insulin kurang sekresinya (defisiensi cell berkurang, glukosa tidak bisa dibawa kejaringan tubuh oleh insulin yang berkurang ini sehingga gula dalam darah meningkat. Gula yang dihasilkan oleh hati yang masuk kedalam darah akan tetap meningkat bila ada resistensi insulin. Gambar 2 : kelainan dasar pada DM TYPE II Hati produksi glukosa meningkat Glukosa Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 Defek reseptor ( gangguan reseptor dan gangguan uptabe) diusus 3 Sel Pankreas sekresi insulin berkurang 3. Sekresi insulin serta aktivitas insulin yang berkurang dan lipo toksisitas Keadaan ini dapat disebabkan oleh penurunan dari pada masa cell dan sekresi insulin yang berkurang, mengakibatkan gula didalam darah tinggi (hiperglikemi) terjadinya Glukotoxisitas dan juga peningkatan lemak dalam darah (Lipoxitas) akan disebabkan gangguan dari sebagian insulin sehingga terjadi hiperglikemi Gambar 3 : Hiperglikemia pad DM Type II NIDDM PANKREAS EXTRAPANKREAS INTRAPANKREAS DISFUNGSI CELL JUMLAH CELL BERKURANG SEKRESI INSULIN INDIRECT DIRECT 1. KELAINAN HATI GLUKONEOGENESIS GLIKOLISIS 2. KELAINAN OTOT UP TAKE OTOT TERGANGGU, INSULIN TIDAK DAPAT KE OTOT, GLUKOSA TRANSFER TERGANGGU (GT 4) 3. KELAINAN USUS ABSORBSI USUS TERGANGGU 4. RESEPTOR INSULIN 5. ANTIBODI Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 4 HATI HIPERGLIKEMIA - OTOT INSULIN RESISTENSI GANGGUAN BIOKIMIA INSULIN BAIK MUTU DAN JUMLAH INSULIN RELATIF Perbandingan DM type I dan II Umur Klinik Insulin Berat badan Pengobatan DM Type I DM Type II DM juvenile < 40 tahun Berat Tak ada Kurang Insulin exogen dewasa > 40 tahun Ringan Cukup tinggi Gemuk atau normal Diet / exercise OAD diet / exercise Kalau perlu ringan MANIFESTASI KLINIS Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. DM dapat timbul secara perlahan-pahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak. Buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 5 sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya. 1 Gejala klinis utama terdiri dari trias gejala : - Polidipsi - Polifagi - Poliuria Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkandengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menigkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang, rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk. Dapat pula disertai keluhan-keluhan sebagai berikut : - Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul. - Kelainan ginekologis : keputihan. - Kesemutan, rasa baal. (sudah terjadi neuropati) - Kelemahan tubuh, mudah merasa lelah. - Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh - Infeksi saluran kemih. - Kelainan mata : mata kabur disebabkan katarak, gangguan refleksi 1 Manifestasi klinik sindrom resistensi insulin3 1. Hiperinsulinemia (insulin puasa meningkat) 2. Hiperglikemia (TGT) 3. Hipertrigliseridemia / dislipedemia Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 6 4. Hipertensi 5. Fibrinogen menigkat 6. Hiperuresemia 7. Obesitas 8. Atherosclerosis / penyakit jantung koroner. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pasien DM tipe 2, sering tidak menunjukkan gejala apapun. Diagnosa hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dilaboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. 3 Mengetahui adanya resistensi insulin ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium : 5. Tes Toleransi glukosa yang terganggu. 6. Mengukur kadar insulin plasma / C – Peptide (normal : 1,1 – 5,0 mg/ml). 7. Hiperinsulinemia glukosa “Clamp” teknik metode lebih akurat mengetahui kecepatan ambilan glukosa di jaringan otot. DIAGNOSIS Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Tes toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun. Bagi pasien > 45 tahun tanpa faktor resiko pemeriksaan penyaring dilakukan setiap 3 tahun. Cara pemeriksaan (TTGO) adalah : 8. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa. 9. Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak. 10. Pasien puasa semalam. Selama 10-12 jam. 11. Periksa gula darah puasa. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 7 12. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit. 13. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa. 14. Selama pemeriksaan, pasien tetap istirahat dan tidak merokok. Diagnostik untuk diabetes harus dilakukan bila hasil penapisan positif atau terdapat gejala diabetes seperti : poliuria, polidipsia, polifagia atau penurunan berat badan. Diagnosis dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dengan gejala diabetes, akdar glukosa darah puasa, atau tes toleransi glukosa. Nilai Diagnostik Kadar Glukosa Darah sesudah Beban Glukosa 75 g ( mg.dl) Plasma Vena Darah Kapiler Puasa > 140 > 120 Dan / atau 2 jam 200 200 Puasa > 140 > 120 2 jam 140 – 200 140 - 200 Diabetes Melitus Toleransi Glukosa terganggu Untuk diagnosis dan kalsifikasi ada indek tambahan yang dapat dibagi atas 2 bagian : 1. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta : Hal ini dapat dinilai pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin dan sekresi peptida penghubung ( C- Peptide ). 2. Indeks proses diabteogenik Untuk penilaian proses diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan oenentuan tipe dan sub tipe HLA : adanya tipe dan filter anti bodi dalam sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau langerhans dan sel endokrin Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 8 lainnya, adanya cell mediated. Immunity terhadap pankreas, ditemukannya susunan DNA spesifik pada genoma manusia dan ditemukannya penyakit lain pada pankreas dan penyakit endokrin lainnya. PENATALAKSANAAN Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar gula darah, lipid dan insulin. ( 1 ) Didalam penatalaksanaan DM dibagi didalam dua kelompok yaitu (2) : I. Terapi primer, terdiri dari : 15. Diit diabetes. 16. Latihan fisik. 17. penyuluhan kesehatan masyarakat. II. Terapi sekunder, terdiri dari : 18. Obat anti diabetik 19. Cangkok pangkreas Kelima dasar pengobatan DM tersebut dikenal dengan nama “ Pentalogi terapi DM “ (2) 1) Diit diabetes Pada konsesus perkumpulan Endokrinologi Indonesia ( PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa KH ( 60 – 70 % ), protein ( 10 – 15 % ) dan lemak ( 20 – 25 % ). Jumlah kalori yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. (1,3) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 9 Beberapa petunjuk umum penggunaan Diit diabetes melitus :(2) 1. Memperbaiki kesehatan umum penderita. 2. Mengarahkan ke BB normal. 3. Mempertahankan glukosa darah sekitar normal. 4. Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik. 5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. 6. Menarik dan mudah diterima penderita. Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari, hendaklah diikuti pedoman “ 3 J “ ( Jmulah, Jadwal, Jenis ), artinya : (2) J1. = Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi ataupun ditambah. J2. = Jadwal diit harus diikuti dengan intervalnya. J3. = Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk “ Pantang “ buah golongan A. Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus disesuaikan dengan status gizi penderita. Penentuan gizi penderita dilakasnakan dengan menghitung BBR ( berat badan realtif) dengan rumus. (2) BBR = BB TB – 100 X 100 % ( BB : kg, TB : cm ) 1. Kurus (underweight) : BBR < 90 % 2. Normal (ideal) : BBR 90 – 110 % 3. Gemuk (overweight) : BBR > 110 % 4. Obesitas (BBR > 120 % ) : - Obesitas ringan 120 – 130 % - Obesitas sedang 130 – 140 % - Obesitas berat 140 – 200 % - Obesitas morbid > 200 % Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 10 Pedoman jumlah kalori yang di perlukan sehari untuk penderita DM, adalah : (2) Kurus : BB x 40 – 60 kalori sehari Normal : BB x 30 kalori sehari Gemuk : BB x 20 kalori sehari Obesitas : BB x 10 – 15 kalori sehari Jika DM disertai adanya infeksi maka jumlah kalori ditambah 20 % dari kalori yang dibutuhkan (3) 2) Latihan Fisik DM akan terawat baik apabila terdapat keseimbangan yang baik antara diit, latihan fisik teratur setiap hari dan kerja insulin. Latihan yang merupakan komponen yang penting dalam pengobatan DM. (2) Dianjurkan latihan fisik teratur, 3 – 4 kali tiap minggu selama 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE, yaitu latihan dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontrkasi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerakan cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit kelatihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu (2). Latihan yang dapat di jadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang dan bersepeda (1) 3) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM melalui bermacam-macam cara ataupun media. Penyuluhan kesehatan ini sangat penting agar regulasi DM mudah tercapai dan komplikasi DM dapat ditekan frekuensinya dan beratnya (2 ) Beberapa hal yang perlu dijelaskan kepada penderita DM, adalah (2) 1. Apa penyakit DM itu. 2. Cara diit yang benar. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 11 3. Kesehatan mulut. 4. Cara latihan fisik. 5. Menjaga baik bagian bawah ankle joint ( daerah “ berbahaya” ) 6. Tidak boleh menahan kencing 4) Obat anti diabetik Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosanya darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik oral atau suntikan (3) Obat hipoglikemik oral 1) Sulfonilurea Sulfonilurea adalah moneterapi oral yang paling lama digunakan untuk diabetes tipe 2 pada praktek klinis sejak awal 1950. obat ini membantu untuk mengontrol kadar glukosa darah dengan merangsang sekresi insulin dari sel beta pankreas. Sulfonilurea pada umumnya ditoleransi dengan baik, sedangkan hipoglikemik adalah efek samping yang paling umum. Obat ini juga menambah berat badan jika digunakan dalam dosis tinggi yang di perpanjang dan mungkin tidak terlalu cocok untuk pasien yang sudah gemuk. (4) 2) Biguanid Obat golongan ini meningkatkan sensitivitas liver dan jaringan peripheral, dengan demikian meningkatkan kontrl glikemik. Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal, perperat yang ada dan aman adalah metformin, obat ini dianjurkan untuk penderita gemuk sebagai obat tunggal atau dapat dikombinasi (2) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 12 Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 13 Golongan OAD dan Dosis pemakainya GOL GENERASI I SULFONILUREA II NAMA GENERIK ( mg ) DAGANG DOSIS ( mg ) BIGUANID Chlorpropamide ( 100/250 ) Diabenese Tolbutamide ( 50o ) Rastion / drinase 1500 – 3000 Carbutamide ( 500 ) Nadison 500 – 1500 Dymelor 150 – 1500 Tolinase 100 – 750 Glycodiazine ( 500 ) Glymidine 500 – 1500 Glibenclamide ( 2,515 ) Euglucon / Daoril 2,5 – 15 Gliclazide ( 80 ) Diamicron 80 – 320 Gliquidone ( 30 ) Glurenorm 15 – 120 Glipizide ( 5 ) Glibinasi / Minidiab 2,5 – 40 Gliburnuride ( 12,5 ) Glutril Glisoxepide Pro – diaban 2 – 16 Phenformin ( 25 ) DBI / Dibotin 50 – 150 Metormin ( 500 ) Glucophage / diguanil 500 – 1500 Acetohexamide ( 250 / 500 ) Tolazamide ( 100 / 1250 ) Buformin Silubin 100 – 500 12,5 – 100 30 – 300 DM klasifikasi Diagnosis dan terapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 ) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 14 Beda efek sulfonilurea dan Melformin Efek Metabolik Melformin ( Biguanide ) Sulfonilurea A, Tract – Gastro intestinals 1. Absorsi mukosa - 2. Ambilan glukosa diusus - 3. Anoreksia - + - - 3. Ambilan glukosa di hepar 4. Ambilan glukosa jaringan perifer 5. Epitoden hipoglikemia ++ - 1. Trigleserida - ( 10 – 50 % ) 2. Kolesterol – Total - ( 10 % ) 3. Kolesterol – LDL - - 4. Kolesterol HDL - ( 10 % ) 1. Aktivitas Fibrinolitik 2. Agregasi trombosit 3. Premeabilitas kapiler - E. Lain – lain : Penurunan BB - + B. Metabolisme KH 1. Sekresi insulin pankreas 2. Glukoneogenesis hepar ( sekresi glukosa ) C. Metabolisme Lipid D. Efek Vaskuler DM Klasifikasi, Diagnosis dan teapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 ) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 15 Klasifikasi Klinik OAD Atas dasar waktu-paruh masing-masing OAD, maka untuk keperluan praktis OAD dibagi atas tiga kelompok (2) Jenis I ( Short Acting ) Waktu paruh 4 jam, kerja cepat Diberikan 1 – 3 kali sehari ( pagi, siang, sore ) jika 2 kali maka diberikan pagi Golongan tolbutamide dan sulfonilurea generasi I ( kecuali Chlorpro-pamide ) Jarang digunakan karena tosik untuk hati dan ginjal. Jenis II ( Intermediate ) Waktu paruh antara 5 – 8 jam Diberikan 1 – 2 kali sehari ( pagi dan siang ), jika diberikan satu kali diberikan pagi saja. Adalah : Golongan Glibenclamide : - Golongan Gliclazide - Efek hipoglikemik cukup kuat terutama bila diberikan sebelum makan Efek hipoglikemik, efek pencegahan terhada mikroangiopati Golongan Gliquidone - Mempunyai kekhususan adanya toleransi tinggi meskipun ada gangguan faal ginjal dan hati yang agak berat karena obat ini hampir 100 % di ekskresikan melalui usus. Golongan Glipizide Jenis III ( Long – Acting ) Waktu paruh antara 24 – 36 jam Diberikan sekali saja setiap pagi. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 16 Klasifikasi OAD dan Cara Pemberiannya OAD Jenis I Short - Acting NAMA GENERIK NAMA DAGANG - Tolbutamide @ 500 mg Artosin - Jenis II Intermediate 1. Glibenclamide @ 5 mg 2. Gliclazide mg 3. Gliquidone mg Rastinon Euglucon Daonil Diamicron 2-2-0 2-1-0 1-1-0 ½-½ -0 Glurenorm 2-2-0 2-1-0 1-1-0 1-0-0 ½-½ -0 Minidiatab 2-2-0 4-0-0 2-0-0 ½-0-0 @ 80 @ 30 4. Glipizide @ 5 mg Jenis III Chlorprokamide 250 mg 2-0-0 1-0-0 ½-0-0 DM klasifikasi, Diagnosis dan Terapi ( Askandar Tjokroprawiro, 1996 ) @ CARA PEMBERIAN 1-1-1 1-1-0 1-0-0 ½-½ -0 2-1-0 1-1-0 1-½-0 ½-½ -0 Diabenese Obat hipoglikemik suntikan ( Insulin ) Indikasi mutlak penggunaan insulin adalah DM tuipe I, selain itu pada keadaan tertentu, meskipun bukan DM tipe I, sering pula terapii Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 17 insulin diberikan dengan tujuan agar tubuh memiliki jumlah insulin efektif pada saat yang tepat (2) Indikasi penggunaan insulin pada tipe 2, adalah : (1, 2 ) DM dengan berat badan menurun cepat / kurus. Ketoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmolar. DM yang mengalami stres berat. DM dengan kehamilan / DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut. Preparat Insulin yang tersedia Jenis kerja Preporat Kerja pendek - Kerja sedang - Kerja panjang - Actropid Human 40 Actropid Human 100 Monotard Human 100 Insulatard NPH PZI ( tidak dianjurkan karena resiko hipoglikemia Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid I Secara umum penggunaan insulin dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu : (2) 1. Suntikan : Subkutan Intramuskular intravena 2. Pre rektal 3. Melalui alat mekanik : A. Open oop ( External dan Implanted ) Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 18 Subkutan Intraperitoneum Intravena B. Close coop Dalam penyuntikan insulin juga sering ditemukan penyulit, pada dasarnya penyulit suntikan insulin dapat dibedakan dalam dua golongan : (2 ) II. Nonalergi – imunologik 1. Hipoglikemik 2. Kegemukan 3. Edema insulin 4. Aterosklerosis III. Alergi – imunologik 1. Reaksi arthus 2. Lipoartrofi 3. Urtikaria 4. Resistensi insulin Terapi Kombinasi OHO dengan Insulin Meskipun pada awalnya memperlihatkan kendali diabetes yang baik dengan terapi kombinasi OHO dengan OHO, namun pada pasien diabetes, sejelan dengan perjalanan alamiah diabetes, suatu saat akan mengalami penurunan sekresi insulin yang tajam atau bahkan tidak ada sekresi sama sekali, sehingga memerlukan insulin dari luar untuk memenuhi kebutuhan (5) Pada awalnya terapi kombinasi OHO – insulin, dianjurkan insulin kerja menengah atau panjang malam hari dengan OHO siang hari. Dasar rasional kombinasi tersebut ialah (5) Insulin kerja menengah atau panjang menjelang tidur, diharapkan dapat mengkontrol hepatic glucose over production malam hari. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 19 Obat hiperglekemia oral akan lebih mudah menurunkan kadar glukosa darah sepanjang hari. Dosis total insulin harian lebih kecil dibandingkan terapi tunggal insulin. Efek samping hipoglikemia pada terapi kombinasi OHO dengan insulin memberikan gambaran bervariasi. Kejadian hipoglikemia paling kecil pada kombinasi metformin dengan insulin dibandingkan insulin tunggal (5) Rumusan dalam memilih kombinasi OHO – insulin sesuai dengan keadaan yang dihadapi, yaitu : (5) Strategi biaya minimal : mulai dengan SU tambah insulin malam hari. Strategi kenaikan BB : mulai dengan metformin atau acarbose, tambah SU bersama-sama atau dengan insulin saja. Strategi suntikan minimal, mulai SU, lalu ditambah metformin, acarbose atau glitazon, terakhir baru dengan insulin. Strategi usaha pasien minimal : mulai dengan ( long-acting SU atau glitazon insulin malam hari. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan dengan terapi kombinasi, khususnya terapi kombinasi OHO dengan insulin, dibawah ini metode sederhana memulai terapi kombinasi OHO dengan, yaitu : (5) Tekankan kembali pentingnya gaya hidup sehat. Teruskan OHO yang sudah di minum Mulai insulin kerja menengah dosis kecil malam hari. Segera makan dosis bila target glukosa darah puasa belum tercapai Terangkan tanda dan gejala hipoglikemia Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 20 Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 21 DAFTAR PUSTAKA 1. Mansjoer A., Triyanti K., Santri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Diabetes Mellitus, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta : Media Aesculopius, 2001, P. 580-587. 2. Tjokroprawiro A, Diabetes mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi, edisi ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. P. 17 – 47 3. Harahap A. Diabetes Melitus, Sari Pustaka Ilmu Penyakit Dalam, Cirebon ; 2003. P. 202 – 216 4. Harahap A, Kumpulan Makalah Diabetes Mellitus, Cirebon 5. Subekti I, Penatalaksanaan Agresif DM Tipe 2 : Terapi Kombinasi obat Hipoglikemik Oral dengan Insulin, Naskah lengkap Penyakit Dalam PIT 2002, Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2002. P 197 – 199 6. Waspadji S. Gambaran Klinis Diabetes Melitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1996, P. 586 – 587 7. Harahap A., Resistensi Insulin dan Defenisi Insulin pada DM Type – 2. Cirebon : 2002 8. Darmono, Diagnosis dan Klasifikasi DM, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1996. 9. Scteingart. DE, Pankreas Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus, Patofisologi Konsep Proses-proses Penyakit, edisi 4, Buku II, ed : Caroline Wijaya, Jakarta : EGC, 1995, P. 1111-1114 Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Type 2 22