I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sektor pertanian yang berkembang sebagai penghasil buah, sayuran serta tanaman hias. Salah satu tanaman hias yang cukup populer dan komoditi penting dalam perdagangan tanaman hias dunia ialah krisan (Crhysantemum morifolium). Krisan termasuk bunga yang digemari oleh masyarakat di perkotaan yang dijadikan sebagai hiasan ruangan, karangan bunga terutama hari-hari besar keagamaan, hari kasih sayang bahkan pada hari-hari khusus seperti ulang tahun, pesta perkawinan atau acara penyambutan tamu, ibadah hari minggu dan upacara kematian atau jiarah ketempat pemakaman. Minat konsumen terhadap beragam warna bunga potong yang dominan untuk berbagai kegiatan atau digunakan pada hari-hari tertentu ialah upacara peresmian bunga yang banyak digunakan berwarna merah, kuning, dan putih. Hari valentine atau hari kasih sayang bunga yang digunakan berwarna merah dan pink. Upacara kematian atau jiarah ketempat pemakaman warna bunga ungu dan putih, hari besar keagamaan bunga yang banyak digunakan berwarna putih dan merah. Untuk pernikahan bunga berwarna kuning, putih, merah, ungu. Selain itu, krisan juga digunakan sebagai racun berbagai jenis serangga serta obat tradisional. Bunga krisan yang telah dikeringkan akan berkhasiat dalam menyembuhkan panas dalam dan menyerap racun dalam tubuh, menyembuhkan penyakit batuk produktif akibat kongesti dan bronchitis dengan cara merebus bunga dan daun krisan (Rukman dan Asep, 2002). Peluang agribisnis krisan tampaknya cerah, seiring dengan pertumbuhan penduduk kota, peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan perumahan (pemukiman) atau perkotaan, 1 dan perkembangan pariwisata. Hal ini menandakan pangsa pasar krisan terbuka lebar bagi para petani krisan serta memiliki potensi yang baik untuk pengembangan bunga krisan dalam skala komersial terutama sebagai tanaman hias bunga potong (Budiarto dan Marwoto, 2007). Keberhasilan dalam memenuhi permintaan produksi krisan ternyata menyimpan banyak kendala hal ini dikarenakan tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, maka keberhasilan pembentukan biji untuk mendapat varietas unggul sulit tercapai. Namun dengan teknik perkembangbiakan yang tepat akan menghasilkan produksi bibit yang cepat. Secara umum tanaman krisan bisa diperbanyak dengan cara generatif (biji) dan perbanyakan vegetatif (bagian vegetatif tanaman). Perbanyakan yang biasa dilakukan para produsen tanaman krisan ialah perbanyakan dengan cara stek. Perbanyakan dengan cara generatif membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan keturunan, berbeda dengan cara vegetatif yang mudah dan cepat menghasilkan keturunan yang di inginkan. Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Salah satu perbanyakan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman krisan yaitu dengan cara stek. Stek merupakan salah satu cara untuk menghasilkan bibit dengan melakukan pemotongan pada bagian induk seperti pucuk tanaman, batang, akar, daun sehingga menghasilkan tanaman yang baru. Perbanyakan dengan cara stek pucuk biasanya menghasilkan bibit dalam waktu yang tidak lama yaitu sekitar 3 minggu setelah penyetekan, tidak 2 memerlukan keterampilan khusus dalam melakukannya, ekonomis dan cepat dalam pelaksanaanya, dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya. Metode stek yang umumnya dilakukan yaitu dengan menggunakan pucuk. Namun tidak jarang juga yang menjadikan batang dari tanaman induk krisan sebagai bibit. Untuk itu telah dilakukan percobaan perbanyakan stek pucuk dan batang tanaman krisan. 1.2. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan yang dilakukan ialah; 1. Membandingkan pertumbuhan akar antara stek pucuk dan stek batang pada tanaman krisan. 2. Menentukan stek yang terbaik dalam perbanyakan tanaman krisan. 3. Menambah pengalaman dan keterampilan mahasiswa tentang perbanyakan tanaman krisan dengan cara stek pucuk dan stek batang. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Krisan Tanaman krisan dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Rukman dan Asep, 2002). Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Dicotiledonae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Crhysantemum Spesies : Crhysantemum morifolium Ramat. Krisan mempunyai banyak spesies diantaranya adalah C.Daisy, C. indicum, C.coccineum, C.roseum, C. frustescens, C. Maximum, C.hornorum dan C. parthenium. Tanaman krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Termasuk tanaman bunga majemuk yang mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri atas bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat fertile (Rukman dan Asep, 2002). Batang tanaman krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau, tumbuh tegak dan menyemak mencapai ketinggian hingga 200 cm. Batang tanaman ini bila sudah tua akan berwarna hijau tua kecokelat-coklatan dan mengeras atau berkayu. Bentuk daun tanaman krisan pada bagian tepinya tampak bercelah dan bergerigi, tunggal, lonjong dengan ujung runcing. Permukaan daun 4 tebal, kasar dan berwarna hijau, dengan panjang daun 7-13 cm, lebar 3-6 cm. Tulang daun menyirip dan daun tersebut tersusun secara berselang-seling pada cabang atau batangnya (Nuryanto, 2011). Akar dari tanaman krisan juga dapat menyebar ke semua arah dengan ke dalaman mencapai 30 cm hingga 40 cm. Akar tanaman ini mudah sekali mengalami kerusakan yang diakibatkan pengaruh lingkungan tanaman seperti media tanam. Bunga krisan memiliki banyak variasi kelopak nampak anggun dan cantik karena warna kelopak yang beraneka ragam dan susunan bentuk mahkota yang indah serta tersusun rapi (Rukman dan Asep, 2002 ) Nuryanto (2011), mengatakan bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan memiliki berbagai bentuk yang menarik. Berdasarkan bentuk dan susunan floret, bunga krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai berikut: a. Tunggal Pada setiap tangkai hanya memiliki satu kuntum bunga. Piringan dasar bunganya sempit dan susunan mahkota bunganya hanya satu lapis. b. Anemone Piringan dasar bunganya lebih tebal dan lebar, sementara susunan mahkota sama dengan bentuk tunggal karena hanya terdapat satu lapis saja. Pada tangkai tanaman krisan jenis ini juga hanya ditumbuhi satu kuntum bunga saja. c. Pompon Karakteristik bentuk bunga pompon adalah bulat mirip bola ini ditandai dengan adanya mahkota bunga yang mengarah ke semua arah dan berlapis-lapis 5 sehingga berbentuk melingkar mirip dengan bulatan bola. Pada krisan bentuk ini piringan dasar bunganya tidak tampak karena tertutupi dengan mahkota bunga yang banyak. d. Dekoratif Pada krisan bentuk dekoratif ditandai dengan adanya mahkota bunga yang bertumpuk rapat seperti pada bentuk pompon namun pada mahkota yang terletak di tengah, bentuknya pendek sementara semakin ke tepi bentuk mahkotanya semakin panjang. Piringan dasar pada bunga ini juga tidak tampak karena tertutupi oleh mahkota bunga yang banyak dan rimbun. e. Besar Bentuk bunga ini ditandai dengan ukuran bunga yang besar hingga diameter masing-masing bunga mencapai lebih dari 10 cm. Satu kuntum bunga bentuk besar akan tumbuh pada tiap tangkai bunga dan piringan dasar bunga. Pada bentuk besar ini, piring dasar tidak tampak karena tertutup dengan mahkota bunga yang bentuknya bervariasi seperti pipi kaku, menekuk keluar dan ke dalam. 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Krisan Tanaman krisan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik. Tetapi umumnya tanaman ini tumbuh dengan baik pada media tanam bertekstur liat berpasir, gembur, subur, drainasenya baik serta bebas dari hama dan penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7. Selain itu krisan juga membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara nitrogen dan kalium sangat dibutuhkan 6 tanaman krisan dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan unsur hara lain (Sanjaya dan Kunai, 2010). Tanaman krisan membutuhkan air dalam jumlah memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan deras. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan didalam naungan rumah plastik (secre) dan greenhouse. Membutuhkan suhu udura 20-260 C dengan suhu ideal untuk malam hari berkisar 16-180C yang merupakan faktor penting dalam pembentukan tunas. Ketinggian tempat 700-1200 mdpl. Membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 9095%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai (Rukman dan Asep, 2002). Krisan termasuk tanaman hari pendek (short day plant), sehingga untuk merangsang pertumbuhan vegetatif perlu pemeliharaan dalam kodisi hari panjang malam tertentu untuk pembungaan. Indonesia yang terletak didaerah khatulistiwa mempunyai panjang hari sekitar 12 jam. Kondisi panjang hari 12 jam cocok untuk pertumbuhan tanaman, tetapi kurang poduktif bagi pembungaan. Untuk mendapat bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama dari pada panjang hari normal. Tanaman krisan membutuhkan hari panjang lebih dari 14,5 jam dan suhu minimum + 15,5° C untuk pertumbuhan vegetatifnya (Sanjaya dan Kunai, 2010). Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan dengan lampu pijar atau lampu TL ( fluorescent) setelah matahari terbenam atau selama periode gelap. Penambahan cahaya dapat meningkatkan hasil fotosintesis yang berpengaruh juga pada pertumbuhan generatif yaitu pembentukan pormodia 7 atau pembungaan. Untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun dibutuhkan pencahayaan tambahan guna menghilangkan pengaruh hari pendek dan merangsang pertumbuhan vegetatif (Nuryanto, 2011). 2.3. Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagianbagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaliagus. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, kultur jaringan dan stek. Perbanayakan vegetatif ini merupakan cara perbanyakan vegetatif buatan yaitu yang tidak terjadi secara alami, melainkan dibuat atau disengaja dengan campur tangan manusia dengan tujuan untuk mendapat tanaman baru dengan cepat (Redaksi Agro Media, 2007). Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cottage (bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk kedalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang dapat ditanam berupa akar, batang, daun, atau tunas. Stek pucuk adalah memotong bagian pucuk tanaman untuk dijadikan individu baru dengan cara disemaikan. Bahan yang digunakan berupa pucuk tanaman yang diperoleh dari tanaman yang sengaja dijadikan tanaman induk. Sementara stek batang merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Teknik perbanyakan ini menggunakan bahan tanam berupa batang dari tanaman induk. Stek batang dikelompokkan 8 menjadi tiga macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni berkayu keras, semi berkayu lunak, dan herbaceous. Tanaman krisan termasuk kedalam jenis batang semi berkayu lunak. Pemotongan panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku (nodes) (Adinugraha, 2007). Perbanyakan dengan stek merupakan salah satu perbanyakan yang mudah dilakukan karena selain tidak membutuhkan peralatan juga teknik pelaksanaanya tidak rumit. Keunggulan dari teknik ini ialah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat terbatas. Namun tidak semua jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini, hanya tanaman yang dapat bertahan hidup ketika dipisah dari tanaman induknya (Redaksi Agro Media, 2007). Keuntungan perbanyakan vegetatif alami : (1) dapat dipraktekkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, (2) sifat pohon induk diturunkan ke generasi berikutnya, (3) masa juvenil relatif pendek, (4) mempercepat persediaan bibit. Sementara itu kelemahan perbanyakan vegetatif alami ialah: (1) infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke semua tanaman, (2) Bahan tanam akan menghabiskan tempat, tidak seperti biji, (3) periode penyimpanan bahan tanam pendek dan, (4) mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis Keberhasilan perbanyakan vegetatif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) tanaman induk, (2) umur stek (stek hasil cabutan atau kebun pangkas yang muda/juvenile yaitu bagian pucuk), (3) media (4) drainase, (5) intensitas cahaya, (6) teknik pengguntingan pucuk serta, (7) jenis dan konsentrasi hormon perbanyakan pertumbuhan yang digunakan (Adinugraha, 2007). 9 2.4. Media Tanam 2.4.1. Sekam bakar Sekam bakar didapat dari proses pembakaran sekam padi dengan teknik pembakaran yang tidak sempurna dengan tujuan menjaga kandungan unsur hara. Hasil dari pembakaran sekam padi berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan baik, ringan, kasar sehingga sirkulasi udara lancar. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan (Susmawati dan Widyaiswara, 2015). Tujuan pembakaran sekam padi untuk meningkatkan kandungan karbon dan unsur hara pada sekam padi. Manfaat dari arang sekam ialah memiliki kandungan karbon yang tinggi, banyak digunakan untuk membuat tanah menjadi gembur, kemampuan arang sekam sebagai absorban yang bisa menekan jumlah mikroba patogen dan logam berbahaya, meningkatkan kandungan unsur hara, bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air, aerase dan drainasenya baik. Selain itu arang sekam juga mengandung unsur silikat, walaupun agak sulit untuk diserap oleh akar tanaman, mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan, sehingga tanaman mempunyai daya tahan terhadap jamur (Maspary, 2011). Penggunaan arang sekam ini sangat meluas terutama untuk budidaya tanaman hias. Penggunaan arang sekam tidak perlu lagi dilakukan sterilisasi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Kandungan dari 10 arang sekam ialah N 0,32 %, P 0,15 %, K 0,31%, Ca 0,96, Fe 180 ppm, Mn 80,4 ppm, Zn 14,10 ppm, dan pH 6,8 (Susmawati dan Widyaiswara, 2015). 2.4.2. Pasir Pasir sering digunakan sebagai pengganti media tanam alternatif menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemain benih, pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek tanaman. Sifatnya yang kering akan mempermudah proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindak ke media lain. Sementara bobot pasir yang berat akan mempermudah tegangnya stek batang (Waskito, 2014). Keunggulan lain dari media ini ialah dapat meningkatkan sistem aerase dan drainase media tanam. Penggunaan pasir sering digunakan sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan organik lain seperti kerikil, arang sekam, batu-batuan atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. 2.5. Zat Pengatur Tumbuh Dalam dunia pertanian penggunaan hormon (Fitohormon) tumbuh atau dikenal dengan istilah zat pengatur tumbuh merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan konstribusi besar dalam keberhasilan budidaya pertanian. ZPT dalam kadar kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara biokimia, fisiologis, maupun morfologis yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk membantu perangsangan akar digunakan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu Auksin. Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung 11 batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur pembesaran sel di daerah belakang ujung meristem. Dengan fungsi dan peranan hormon auksin tersebut, maka sering digunakan dalam membantu pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun batang, memecah masa dormansi yang digunakan ialah growton yang berfungsi untuk membantu pembentukan perakaran stek (Dewi, 2008). Zat pengatur tumbuh banyak dijual di pasaran seperti Growton. Growton berbentuk serbuk dengan warna abu-abu yang terlebih dahulu di campur dengan air bersih dalam penggunaanya. Growton ini mempunyai bahan dasar yang identik dengan Naftalet Acetic Acid (NAA) yang bersifat efektif dalam menstimulasi perakaran stek (Kurniatik, 2012). 12 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan perbanyakan tanaman krisan dengan cara stek pucuk dan stek batang dilakukan bersamaan dengan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), dilaksanakan dari tanggal 16 Maret 2015 sampai 13 Juni 2015 di PT. Merek Indah Lestari-Taman Simalem Resort, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 1500 mdpl. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan perbanyakan krisan dengan cara stek pucuk dan batang adalah gunting stek, seed tray, polibag, gembor, bahan stek pucuk dan batang, sekam bakar, pasir, zat pengatur tumbuh growtone, akarisida omite. 3.3. Pelaksanan 3.3.1. Tanaman Indukan Fungsi tanaman induk untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanam (bibit). Stok tanaman induk harus ditanam khusus di areal atau lahan atau tempat tanaman induk yang terpisah dari areal budidaya bunga krisan. Tanaman induk yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: (a) varietas atau kultivar komersial yang laku di pasaran, (b) daya tumbuh (vigor) tanaman kuat, (c) pertumbuhan normal, subur, dan dominan vase vegetatif, (d) bebas dari organisme hama dan penyakit tanaman, (e) mudah diperbanyak secara vegetatif terutama stek. 13 Tanaman induk ini biasanya tidak menghasilkan bunga, karena tanaman induk digunakan sebagai produksi bibit/stek. Penanaman tanaman induk dilakukan dalam polibag berukuran 30 x 30 yang disusun rapi, varietas yang digunakan ialah Crhysantemum morifolium var.towntalk dengan warna bunga kuning berukuran sedang. Setiap polibag di tanam sebanyak 4 bibit yang nantinya akan jadi indukan. Dalam perawatannya pada umumnya sama dengan produksi bunga potong yaitu melakukan penyiraman setiap hari dan penyemprotan dengan pestisida. Penyemprotan pestisida menggunakan akarisida omi dengan dosis 1 mili liter untu 1 liter air. Untuk tanaman indukan dilakukan penyinaran, Sulastri (2015, wawancara) menyatakan priode terang untuk tanaman krisan 14,5 jam (40 s/d 70 lux), sedangkan priode gelapnya tidak boleh lebih dari 7 jam. Jenis lampu yang biasa digunakan adalah lampu esensial/spiral warna kuning agar pencahayaan merata (23 watt). Untuk meningkatkan intentitas cahaya, lampu bisa dipasang seng aluminium sebagai kap lampu. Titik awal bedeng atau posisi awal pot bunga 80 cm dari jarak posisi lampu dan selanjutnya pada setiap jarak lampu ke lampu berikutnya 2.5 m x 2,5 m, sedangkan ketinggian lampu dari tanaman 1,5 m sampai dengan 2,2 m. Setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, dilakukan pemangkasan pucuk (pinching). Tujuan pinching adalah merangsang pertumbuhan tunas atau calon pecabangan sepanjang 0,5-1 cm. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer. Pada umur 4 minggu ujung cabang primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm dengan 14 tujuan merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru sebagai calon tunas sekunder. Pemanenan stek, dilakukan pada tunas yang tumbuh dari cabang skunder setiap 14 hari ketika tanaman telah berumur 6 minggu, dengan panjang stek 5-10 cm (3 ketiak daun). Untuk stek batang bibit diambil dari indukan yang sengaja dipelihara sampai memiliki panjang tertentu. Pemeliharaan untuk indukan batang sama dengan perlakuan untuk indukan stek, letak perbedaanya ialah proses pemichingannya. Pemichingan dilakukan hanya pada saat tanaman telah berumur 2 minggu setelah tanam. Pemanenan batang untuk dijadikan bahan tanam setelah berumur 8 minggu setelah tanam karena batang tanaman pada saat itu sudah cukup tinggi. 3.3.2. Penyeleksian Indukan Penyeleksian dilakukan untuk memilih tanaman indukan mana yang baik untuk dijadikan indukan. Apabila mendapatkan induk yang berkualitas akan mendapatkan bibit yang berkualitas juga. Ciri-ciri indukan yang berkualitas adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktifitas bunga yang cukup tinggi dan tidak terserang hama dan penyakit. Untuk stek pucuk, umur tanaman yang dijadikan indukan ialah 6 minggu setelah tanam dan untuk stek batang tanaman idukan telah berumur 8 minggu setelah tanam yang sengaja membiarkan batang tumbuh panjang karena bagian yang akan digunakan ialah batangnya. 15 3.3.3. Persiapan Media Perbanyakan Krisan Media yang digunakan untuk perbanyakn krisan ialah sekam bakar dan pasir dengan perbandingan 2:1. Sekam bakar sebanyak 2 kg dicampur dengan pasir dengan berat 1 kg sampai homogen kemudian di masukkan kedalam seed tray. Seed tray di isi dengan media yang telah tercampur. Agar seed tray terisi dengan sempurna pada saat pengisian media agak ditekan. 3.3.4. Penyeleksian Pucuk dan Batang Sebagai Bibit Setelah mendapat indukan yang berkualitas selanjutnya menyeleksi pucuk dan batang dari tanaman induk tersebut untuk dijadikan bibit. Untuk pucuk yang baik memiliki 4 helai daun yang sudah dewasa dengan warna hijau tua dan memiliki diameter 4 mm. Batang diambil dari indukan yang telah memiliki batang yang panjang dengan diameter sekitar 4-5 mm sepanjang 20-30 cm yang nantinya akan di bagi menjadi beberapa stek. 3.3.5. Pengambilan Bibit Dari Tanaman Induk a. Pucuk Pengambilan pucuk dari indukan yang telah di seleksi diakukan pada pagi hari dengan menggunakan gunting stek. Panjang pucuk yang diambil sekitar 6-7 cm, kemudian daun terbawah di pangkas untuk mengurangi penguapan selama persemaian. Sebagai penambah zat pengatur tumbuh diberi growtone. Pemberian growtone dengan cara mengoleskan growton yang telah dicairkan dengan air pada bagian bahan tanam yang akan dijadikan akar dan kemudian dikering anginkan. 16 b. Batang Pengambilan batang dari tanaman induk yang telah diseleksi dilakukan pada pagi hari. Panjang stekan bibit yang digunakan sekitar 8-10 cm atau 4-3 ruas. Pemotongan menggunakan gunting stek, terakhir diberi growtone dengan cara dioleskan pada bagian yang akan dijadikan akar yang terlebih dahulu mencairkan growton dengan air bersih dan dikering anginkan sebelum dilakukan penanaman ke media tanam. 3.3.6. Penanaman Media yang telah diisikan kedalam seed tray di siram dengan menggunakan gembor. Kemudian stek pucuk dan batang di semai kedalam media. Penanaman dengan cara membuat lubang tanam seukuran stek, pangka stek dimasukkan kedalam lubang tanam lalu menekan media ke pangkal batang. Kedalaman penanaman batang stek sekitar 1,5 cm atau sedalam 2 ruas yang paling bawah untuk stek batang dan 1 ruas untuk stek pucuk. Selesai penanaman selanjutnya hasil perbanyakan diletakkan pada tempat rak-rak khusus untuk perbanyakan dan dilakukan perawatan. 3.3.7. Pemeliharaan 3.3.7.1. Penyiraman Tujuan penyiraman ialah menambah suplai air pada tanaman, sehingga tanaman dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Penyiraman dilakukan pada saat pagi atau sore hari dimana saat media tanaman telah menunjukkan kekeringan. Penyiraman dengan menggunakan gembor dengan hati-hati agar 17 tanaman tidak roboh. Jumlah atau volume air yang diberikan pada saat penyiraman sesuai dengan keadaan media tanam. 3.3.7.2. Pengendalian Hama Pengendalian hama dilakukan untuk membasmi atau mengendalikan hama yang menyerang tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Hama yang menyerang bibit stek selama masa perakaran pada umur 1 minggu setelah penanaman ialah tungau merah (tetranychus sp.) Pengendalian hama ini dilakukan dengan akarisida omite dengan dosis 1 mili liter untuk 1 liter air. Untuk dosis penyemprotan pada bibit yang telah berumur 1 minggu setelah tanam dikurangi dosis pengunaanya yaitu menggunakan ½ dosis anjuran atau 0,5 mili liter. Omit dicampur dengan air sebanyak 1 liter kemudian di semprotkan pada bibit. 3.3.8. Pengamatan 1. Persentase tumbuh (%) Persentase tumbuh adalah jumlah stek yang tumbuh dari sejumlah stek yang ditanam dan dinyatakan dalam persen. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Rumus persentase tumbuh adalah sebagai berikut: Persentasi tumbuh = 2. jumlah stek tumbuh 𝑥 100% Jumlah stek yang ditanam Panjang akar (cm) Keberhasilan dalam perbanyakan vegetatif stek ditentukan oleh pertumbuhan akar yang baik. Semakin panjang akar yang dihasilkan dari stekan 18 maka hasil stekan tersebut berhasil dan merupakan bibit yang baik. Panjang akar diamati pada saat tanaman berumur 18 hari setelah tanam, dimana stekan telah banyak menghasilkan akar. Pengukuran panjang akar dilakukan pada akar terpanjang dari setiap sempel yang diambil sebanyak 5 tanaman. 3. Jumlah akar (buah) Jumlah akar yang diamati pada saat tanaman berumur 18 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan dengan cara mencabut 5 sampel stek pucuk dan 5 sampel stek batang. Akar dari kedua jenis bahan stek digunting dan diletakkan pada wadah yang berbeda. kemudian dilakukan penghitungan akar yang telah tergunting dari seluruh akar yang tumbuh. 19 IV. HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1. Hasil Persentase tumbuh stek tanaman kisan yang diperbanyak dengan stek pucuk dan stek batang pada umur 14 hari setelah tanam seperti terlihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Persentase Tumbuh Stek Krisan dengan Perbanyakan Stek Pucuk dan Stek Batang pada Umur 14 Hari Setelah Tanam No Jenis bahan Jumlah yang Jumlah yang Persentase stek ditanam tumbuh tumbuh (%) 1 Stek pucuk 30 27 90 2 Stek batang 30 24 80 Data Tabel 1 memperlihatkan bahwa perbanyakan tanaman krisan dengan stek pucuk menghasilkan persentase tumbuh yang lebih tinggi di bandingkan dengan stek batang. Stek pucuk menghasilkan persentase tumbuh sebanyak 90% sedangkan dengan stek batang hanya sebesar 80%. Panjang akar bibit krisan hasil perbanyakan dengan stek pucuk dan stek batang pada umur 18 hari setelah penanaman stek terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Panjang Akar Bibit Krisan Hasil Perbanyakan dengan Stek Pucuk dan stek Batang pada Umur 18 Hari Setelah Tanam Panjang akar (cm) No Sampel Stek pucuk Stek batang 1 1 3,6 3,0 2 2 3,5 3,5 3 3 3,8 3,3 4 4 3,5 2,5 5 5 3,0 3,1 3,48 3,08 Rata-rata Pada Tabel 2 diatas terlihat bahwa adanya perbedaan panjang akar bibit krisan dari bahan stek pucuk dengan stek batang. Bahan stek pucuk memiliki rata- 20 rata panjang akar 3,48 cm sedangkan bahan stek batang hanya mencapai rata-rata panjang akar 3,08 cm. Jumlah akar yang tumbuh pada bibit krisan hasil perbanyakan dengan stek pucuk dan stek batang pada umur 18 hari setelah penanaman stek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Akar Bibit Krisan Hasil Perbanyakan dengan Stek Pucuk dan Stek Batang pada Umur 18 Hari Setelah Tanam Jumlah akar (buah) Sampel No Stek pucuk Stek batang 1 1 16 10 2 2 30 19 3 3 29 22 4 4 17 13 5 5 Rata-rata 13 21 9 14,5 Data hasil pengamatan pada Tabel 3 diatas menunjukkan jumlah akar dari setiap sampel yang diamati. Perbedaan jumlah akar terjadi antara bibit hasil perbanyakan stek pucuk dan stek batang. Pada stek pucuk jumlah akar yang dihasilkan rata-rata yaitu 21 buah akar sedangkan stek batang menghasilkan ratarata 14,5 buah akar. Untuk lebih jelas melihat perbedaan pertumbuhan akar yang di hasilkan dari perbanyakan bibit krisan dengan cara stek pucuk dan stek batang yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar dibawah ini menjukkan kedua jenis bahan stek dengan lima sampel untuk setiap jenis bahan tanam. 21 Gambar 1. Pertumbuhan akar pada stek pucuk Gambar 2. Pertumbuhan akar pada stek batang 4.2. Pembahasan Keberhasilan stek ditandai dengan terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga dapat menghasilkan tanaman baru. Keberhasilan dari perbanyakan stek tanaman krisan dapat ditentukan dengan melihat jumlah tanaman yang tumbuh. Pada Tabel 1 terlihat jelas bahwa bahan stekan yang memiliki persentase tumbuh yang lebih baik ialah pada stek pucuk sebanyak 90%. Hal ini dikarenakan pada bahan stek bagian pucuk memiliki daun yang masih muda dan kandungan air cukup tersedia. Baskara (2011), menyatakan bahwa kelembaban pada bahan stek sebaiknya di atas 90%, terutama sebelum stek 22 mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tersedianya jumlah air yang cukup pada bahan stek mampu menyediakan kebutuhan air bagi daun-daun muda dalam proses fotosintesis sebgai penghasil energi pada tanaman. Perbanyakan stek pada tanaman krisan yang dilakukan dengan dua jenis bahan stek juga memiliki perbedaan panjang akar dan jumlah akar yang tumbuh. Jumlah akar dengan stek pucuk rata-rata sebanyak 21 buah sementara pada bibit krisan hasil perbanyakan dengan stek batang hanya sebanyak 14,5 buah. Panjang akar terlihat pada Tabel 2 dari ke 5 sampel yang di ukur setelah berumur 18 hari setelah tanam, perbedaan panjang akar terlihat jelas yaitu panjang akar pada bibit krisan hasil stek pucuk lebih panjang dibandingkan dengan stek batang, ini menandakan bahwa bahan stek pucuk lebih cepat dalam pembentukan akar. Perbedaan pertumbuhan akar pada bibit krisan hasil perbanyakan stek pucuk dan stek batang ini di pengaruhi oleh kandungan hormon yang terdapat pada bahan stekan. Menurut Kurniatik (2012), regenerasi akar dan pucuk di pengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri, yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Secara individu tanaman akan memproduksi sendiri hormon setelah mengalami rangsangan. Proses produksi hormon dilakukan secara endogen oleh tumbuhan. Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat memicu tumbuhan untuk memproduksi hormon. Setelah memproduksi hormon hingga ambang tertentu, akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tumbuhan. Dengan demikian tumbuhan akan mulai menunjukkan ekspresi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya. 23 Hormon yang paling berpengaruh pada pertumbuhan akar dan pucuk adalah auksin. Hormon auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel didaerah belakang ujung meristem. Produksi hormon auksin tertinggi ialah pada pucuk atau tunas-tunas muda, dengan demikian jika produksi auksin tinggi maka akan menstimulasi perakaran pada stek, sehingga bahan stekan mudah untuk berregenerasi membentuk akar. Hal ini lah yang menyebabkan panjang akar pada stek pucuk lebih baik dibandingkan dengan stek batang. Untuk pertumbuhan akar pada stek batang menujukkan perkembangan atau perumbuhan akar yang cukup lambat, dikarenakan jumlah hormon auksin pada batang sedikit, dimana terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek serta kandungan air pada batang krisan tersedia dalam jumlah sedikit, yang berakibat pada pembentukan akar yang cukup lama. Namun dengan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik dapat menambah jumlah auksin pada ujung batang sehingga batang mampu membentuk akar walaupun tidak dalam waktu yang cepat. Selain pemberian ZPT pada bahan tanam stek, keadaan bahan stek batang yang digunakan juga harus diperhatikan. Penggunaan batang sebagai bahan stek yang telah memiliki tunas-tunas baru membantu proses pembentukan akar. Adinugraha (2007), menyatakan adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin serta, tunas menghasilkan suatu 24 zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin. Perbedaan kecepatan dalam pembentukan akar inilah yang menjadi pertimbangan bagi para penghasil krisan menggunakan stek pucuk untuk menghasilkan bibit krisan dalam waktu yang singkat. Penyediaan bibit krisan dengan cara stek membutuhkan waktu sekitar 14-18 hari setelah penanaman stek (Rukman dan Asep, 2012). Sulastri (2015) menyatakan pemindahan hasil penyetekan atau bibit krisan pada umur 18 hari setelah tanam dilakukan karena pada saat itu tanaman telah memiliki akar yang cukup banyak dan panjang, serta media tanam yang digunakan untuk pembentukan akar memiliki kandungan unsur hara tidak mencukupi untuk pertumbuhan bibit selanjutnya, dimana memerlukan lebih banyak lagi unsur hara untuk dapat berkembang. Selain itu bibit pada umur ini telah memiliki kemampuan untuk melakukan adaptasi yang lebih baik apa bila dilakukan pemindahan ke lapangan. Keadaan tempat pengakaran yang tidak memadai atau memiliki ruang yang sempit untuk pertumbuhan akar juga menjadi salah satu pertimbangan. Jika terlambat melakukan pemindahan kelapangan bisa berakibat pada terhambatnya pertumbuhan akar pada bibit (hasil wawancara). Sanjaya dan Kurnia (2010), juga menegaskan tanaman yang dipindah tanam terlalu cepat akan menyebabkan tanaman lambat untuk berkembang karena perakaran yang masih muda sulit untuk beradaptasi dan masih rentan terhadap cahaya matahari. Sementara pemindahan bibit yang terlambat akan mengakibatkan pertumbuhan bibit terhambat karena pada media persemaian kandungan unsur haranya terbatas atau dalam jumlah yang tidak banyak. 25 Penggunaan jenis media tanam juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar bibit hasil perbanyakan stek pucuk dan stek batang yang dilakukan. Menurut Baskara (2011), media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Maspary (2011), menyatakan media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang digunakan adalah sekam bakar dan pasir. Sekam bakar yang hitam mampu mengabsorbsi sinar matahari dengan baik, ringan sehingga sirkulasi lancar. Selain itu sekam bakar juga mengandung silikat yang mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan sehingga bahan stek mempunyai daya tahan terhadap jamur. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagianbagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman. Teknik stek banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman krisan (Redaksi Agro Media, 2007). 26 Tanaman krisan lebih sering di perbanyak dengan cara vegetatif stek, meski perbanyakan dengan generatif juga dapat di lakukan. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan perbanyakan vegetatif yaitu lebih cepat dalam menghasilkan keturunan, mudah dan murah, dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Selain itu perbanyakan dengan cara stek tidak memerlukan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan bibit serta menghasilkan produksi lebih cepat dan memiliki ciri yang sama dengan indukannya. 27 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persentase tumbuh bibit dari bahan stek pucuk lebih tinggi dibandingkan dengan bahan stek batang. 2. Bahan stek terbaik untuk menghasilkan bibit tanaman krisan ialah stek pucuk. Kemampuan bahan stekan pucuk menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih panjang dan jumlah yang lebih banyak. 5.2. Saran Dalam melakukan perbanyakan tanaman krisan untuk dijadikan bibit sebaiknya dengan cara vegetatif stek. Bahan stek yang terbaik yaitu menggunakan bahan stek dari bagian pucuk tanaman krisan. Pada stek pucuk memiliki persentase tumbuh dan pertumbuhan akar yang lebih baik. 28 DAFATAR PUSTAKA Adinugraha. 2007. Teknik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman hias. Bogor. World Agroforestry Centre. Baskara. 2011. Pembiakan vegetative stek. https://baskara90.wordpress.com/2011 /09/17/pembiakan-vegetatif-stek/. Upload 2 juli 2015. Budiarto dan Marwoto. 2007. Produktivitas Tanaman Induk dan Kualitas Stek Varietas Krisan di Rumah Plastik dan Lahan Terbuka. Balai Penelitian Tanaman Hias. induk….http://download.portalgaruda.org/article.php?articl e=185084&val=6406&title=Produktivitas%20Tanaman %20Induk%20dan %20Kualitas%20Stek%20Varietas%20Krisan %20di%20Rumah%20Plast ik%20dan%20Lahan%20Terbuka. Upload 4 mei 2015. Dewi, Ratna. 2008. Peranan dan fungsi fitohormon bagi pertumbuhan tanaman. https://www.google.com/search?q=hormon+tanaman+pdf&ie=utf8&oe=utf-8. Upload 26 mei 2015. Kurniatik, Novik. 2012. Hormon tumbuhan. Tani Joyo Negoro. uhttp://.www.tanij oyonegoro.com/2012/11/hormon-tumbuhan-atau-zpt zatpengatur.html. Upload 25 mei 2015. Maspary. 2011. Fungsi dan kandungan Arag Sekam Bakar. http://www.sehat com munity.com/2011/11/fungsi-dan-kandungan-arang sekam 2106.html#ixzz 24emhR0li. Upload 20 juni 2015. Nuryanto, Hery. 2011. Budidaya Tanaman Krisan. Ganeca. Bekasih Redaksi Agro media. 2007. Kunci sukses memperbanyak tanaman. PT. Agro Media Pustaka. Rukman, R dan Asep, E, M. 2002. Krisan. Kanisus.Yokyakarta Sanjaya, L dan Kunai, Y. 2010. Budidaya krisan. Balai penelitian tanaman hias. http://florikultura.hortikultura.pertanian.go.id/unduhan/l_krisan.pdf. upload 20 mei 2015. Susmawati dan widyaiswara, 2015. Arang sekam dan manfaatnya. Artikel pertanian. http://icl.googleusercontent.com/?liteurl=http://bbppbinuang.inf o/news 88arang-sekam-padi-dan manfaatnya.html. Upload 20 mei 2015. Waskito, Kukuh, G. 2014. Bertani di rumah sendiri (bagian 2. media tanam). http://www.kompasiana.com/napi.plur/bertani-di-rumah-sendiri-bagian-2media-tanam-552boobzf17e68od623ab. Upload 26 Mei 2015. 29 LAMPIRAN Lampiran 1. Sejarah Berdirinya dan Profil Taman Simalem Resort – PT. Merek Indah Lestari, Sumatera Utara Taman Simalem Resort merupakan salah satu objek wisata terbaru dan termegah di Provinsi Sumatera Utara, terletak di kawasan Bukit Merek, Sidikalang. Objek wisata ini menghadirkan pemandangan danau Toba dari sudut pandang yang sangat luas. Taman Simalem Resort didirikan pada tahun 2000 oleh bapak Tamin Sukardi dan dikembangkan oleh PT Merek Indah Lestari (perusahaan yang terkait dengan Hotel Sibayak Berastagi) dan Nexus Investment Pte Ltd (perusahaan investasi dari Singapore). Taman simalem Resort beralamatkan Jalan Raya Merek Sidikalang KM 9, Kabupaten Karo-Sumatera Utara, pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 ha, Tempat ini direncanakan sebagai tujuan wisata pertanian atau agrowisata dan wisata alam atau ekowisata terpadu terbesar di Indonesia. Dari 206 ha lahan TSR, lebih dari 130 ha merupakan hutan yang diperoleh dari rakyat untuk dilestarikan sebagai Buffer Zone (zona penyangga) karena berdampingan dengan kawasan hutan Sibuaten Register 3/K. Lebih dari 25 ha telah ditanami teh, kopi, buah jeruk, markisa, terong belanda, alpukat serta biwa. Buah biwa merupakan buah khas karo yang saat ini keberadaannya kurang diperhatikan dan di tempat ini akan menjadi daerah pengembangan biwa terbesar di Kabupaten Karo dan Indonesia. Taman ini juga dilengkapi berbagai fasilitas modern dan pilihan rekreasi antara lain wisata alam, agrowisata, lounge-cafe, dan resort/villa yang masih dalam rencana pembangunan. Objek wisata ini akan berprospek tinggi karena 30 didukung fasilitas yang sangat modern dengan objek alam yg spektakuler (Danau Toba sebagai danau terbesar di Asia Tenggara dan terdalam di dunia serta air terjun kembar dan hutan alami). Fasilitas-fasilitas Taman Simalem yang sudah rampung : 1. Pangambatan Valley (pusat pembibitan bunga dan gazebo tepi sungai untuk berpiknik). 2. Biwa, Markisa dan Orange Farm (Kebun buah-buahan yang ditanam secara alami). 3. Kodon-kodon Cafe (Gazebo dengan pemandangan Danau Toba yang indah). 4. Toba Cafe (layanan cepat saji dengan pemandangan lapangan golf). 5. Karo Agrotourism Farm (pusat penelitian dan pengembangan sayuran, buah dan bunga). 6. Tongging Cafe (sajian makanan ringan). 7. Management Office (kantor pengelola dan pusat informasi). 8. Jungle Track dan Camping Ground (hutan belantara, air terjun kembar, tempat perkemahan). 9. Helipad (area parkir helicopter). Fasilitas-fasilitas yang masih dalam proses pembangunan : 1. Lapangan Golf Gorat Ni Padang (lapangan golf nine-hole ditengah kebun teh dan kopi). 2. Merek Funland (area rekreasi dan hiburan keluarga). 3. Pangambatan Zoopark (taman satwa interaktif dan alami). 4. Waterfall Lodge (hunian eksklusif tepi sungai di dalam hutan alami). 31 5. Tongging Lodge dan Convention and Spa (hotel dan kos-kosan dengan fasilitas konvensi). 6. Cable car (transportasi penghubung Taman Simalem ke tepian Danau Toba). 7. One Tree Hill Villa Resort (hunian khusus member). 8. Buddhist Temple (arsitekur vihara Tiongkok Kuno). Taman ini terdiri dari 6 departement (Finance Dept, Accounting Dept, Operational Dept, Agro Dept, Fasilities Dept dan HRD Dept) yang saling bekerja sama satu sama lain. Salah satu departemen yang memiliki peranan penting adalah Agro Dept, yaitu departement yang memiliki beberapa zona seperti Organik, Orange, Intercroping, Coffee, Possion Fruit, Biwa, dan Product dan Proses. Zona Organik merupakan salah satu areal penanaman dan pengembangan tanaman buah dan sayur-sayuran. Areal ini juga digunakan sebagai pusat penelitian untuk mendapatkan hasil produk pertanian organik yang lebih baik. Zona Orgaik menawarkan pertanian modern namun tetap alami, tanpa pupuk kimia atau bahan kimia lainnya, dan tempat ini bisa menjadi tempat wisata keluarga yang alami dan menarik. Pangambatan Valley Flower Nursery merupakan tempat pengembangan dan pembibitan tanaman hias. Tempat ini menyajikan berbagai jenis bunga mulai dari jenis bunga lokal sampai bunga yang berasal dari manaca negara. Pembibitan tanaman buah seperti jeruk, biwa, markisa juga di kembangkan di tempat ini namun untuk bibit buah, taman simalem tidak menjualnya dan hanya membuka untuk tamu atau sekedar melihat cara dan bagaiman pembibitan buah-buah tersebut. 32 Lampiran 2. Struktur Organisasi PT.Merek Indah Lestari -Taman Simalem Resort, Sumatera Utara PT. MEREK INDAH LESTARI ORGANIZATION CHART Board of Commissioner (Tamin Sukardi) Board of Director Managing Director Finance Dept Accounting Dept Operational Dept Agro Dept Fasilities Dept Purchasing Account Payable House Organik Landscape Inter Golf Recruitmen Nursery Training & Development Bokashi General Affair Park Ranger / Outbound Security HRD Dept Personnel keeping Purchasing Logistic Account Receiveable Internal Audit Front Office croping Food & Beverage Service Food & Beverage Kitchen Orange Coffee Tea GRO Possion Fruit Housekeeping Outdoor M&E Biwa Product & Proses 33 Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Perbanyakan Vegatif Stek Pucuk dan Stek Batang pada Tanaman Krisan Pengambilan bibit dari indukan Sekam bakar Pengisian media ke seed tray Pemotongan batang Pasir seed tray siap untuk digunakan 34 Bahan stek pucuk siap tanam bahan stek batang siap tanam Pemberian growtone pada stek pucuk dan batang Penanaman stek pucuk penanaman stek batang 35 Penyiraman bibit penyemprotan tanaman indukan Stek pucuk dan batang stelah berumur 14 hari Pengukuran panjang akar 36