I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sektor pertanian yang
berkembang sebagai penghasil buah, sayuran serta tanaman hias. Salah satu
tanaman hias yang cukup populer dan komoditi penting dalam perdagangan
tanaman hias dunia ialah krisan (Crhysantemum morifolium). Krisan termasuk
bunga yang digemari oleh masyarakat di perkotaan yang dijadikan sebagai hiasan
ruangan, karangan bunga terutama hari-hari besar keagamaan, hari kasih sayang
bahkan pada hari-hari khusus seperti ulang tahun, pesta perkawinan atau acara
penyambutan tamu, ibadah hari minggu dan upacara kematian atau jiarah
ketempat pemakaman. Minat konsumen terhadap beragam warna bunga potong
yang dominan untuk berbagai kegiatan atau digunakan pada hari-hari tertentu
ialah upacara peresmian bunga yang banyak digunakan berwarna merah, kuning,
dan putih. Hari valentine atau hari kasih sayang bunga yang digunakan berwarna
merah dan pink. Upacara kematian atau jiarah ketempat pemakaman warna bunga
ungu dan putih, hari besar keagamaan bunga yang banyak digunakan berwarna
putih dan merah. Untuk pernikahan bunga berwarna kuning, putih, merah, ungu.
Selain itu, krisan juga digunakan sebagai racun berbagai jenis serangga
serta obat tradisional. Bunga krisan yang telah dikeringkan akan berkhasiat dalam
menyembuhkan panas dalam dan menyerap racun dalam tubuh, menyembuhkan
penyakit batuk produktif akibat kongesti dan bronchitis dengan cara merebus
bunga dan daun krisan (Rukman dan Asep, 2002). Peluang agribisnis krisan
tampaknya cerah, seiring dengan pertumbuhan penduduk kota, peningkatan
pendapatan masyarakat, pembangunan perumahan (pemukiman) atau perkotaan,
1
dan perkembangan pariwisata. Hal ini menandakan pangsa pasar krisan terbuka
lebar bagi para petani krisan serta memiliki potensi yang baik untuk
pengembangan bunga krisan dalam skala komersial terutama sebagai tanaman
hias bunga potong (Budiarto dan Marwoto, 2007).
Keberhasilan dalam memenuhi permintaan produksi krisan ternyata
menyimpan banyak kendala hal ini dikarenakan tanaman ini bukanlah tanaman
asli Indonesia, maka keberhasilan pembentukan biji untuk mendapat varietas
unggul sulit tercapai. Namun dengan teknik perkembangbiakan yang tepat akan
menghasilkan produksi bibit yang cepat. Secara umum tanaman krisan bisa
diperbanyak dengan cara generatif (biji) dan perbanyakan vegetatif (bagian
vegetatif tanaman). Perbanyakan yang biasa dilakukan para produsen tanaman
krisan ialah perbanyakan dengan cara stek.
Perbanyakan dengan cara generatif membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkan keturunan, berbeda dengan cara vegetatif yang mudah dan cepat
menghasilkan keturunan yang di inginkan. Perbanyakan secara vegetatif adalah
cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Salah satu perbanyakan yang
dapat dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman krisan yaitu dengan cara stek.
Stek merupakan salah satu cara untuk menghasilkan bibit dengan melakukan
pemotongan pada bagian induk seperti pucuk tanaman, batang, akar, daun
sehingga menghasilkan tanaman yang baru.
Perbanyakan dengan cara stek pucuk biasanya menghasilkan bibit dalam
waktu yang tidak lama yaitu sekitar 3 minggu setelah penyetekan, tidak
2
memerlukan keterampilan khusus dalam melakukannya, ekonomis dan cepat
dalam pelaksanaanya, dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya.
Metode stek yang umumnya dilakukan yaitu dengan menggunakan pucuk. Namun
tidak jarang juga yang menjadikan batang dari tanaman induk krisan sebagai bibit.
Untuk itu telah dilakukan percobaan perbanyakan stek pucuk dan batang tanaman
krisan.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan yang dilakukan ialah;
1.
Membandingkan pertumbuhan akar antara stek pucuk dan stek batang pada
tanaman krisan.
2.
Menentukan stek yang terbaik dalam perbanyakan tanaman krisan.
3.
Menambah pengalaman dan keterampilan mahasiswa tentang perbanyakan
tanaman krisan dengan cara stek pucuk dan stek batang.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Krisan
Tanaman krisan dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut (Rukman dan Asep, 2002).
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Klas
: Dicotiledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Crhysantemum
Spesies
: Crhysantemum morifolium Ramat.
Krisan mempunyai banyak spesies diantaranya adalah C.Daisy, C.
indicum, C.coccineum, C.roseum, C. frustescens, C. Maximum, C.hornorum dan
C. parthenium. Tanaman krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga
terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Termasuk
tanaman bunga majemuk yang mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri
atas bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat fertile (Rukman dan Asep,
2002).
Batang tanaman krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna
hijau, tumbuh tegak dan menyemak mencapai ketinggian hingga 200 cm. Batang
tanaman ini bila sudah tua akan berwarna hijau tua kecokelat-coklatan dan
mengeras atau berkayu. Bentuk daun tanaman krisan pada bagian tepinya tampak
bercelah dan bergerigi, tunggal, lonjong dengan ujung runcing. Permukaan daun
4
tebal, kasar dan berwarna hijau, dengan panjang daun 7-13 cm, lebar 3-6 cm.
Tulang daun menyirip dan daun tersebut tersusun secara berselang-seling pada
cabang atau batangnya (Nuryanto, 2011).
Akar dari tanaman krisan juga dapat menyebar ke semua arah dengan ke
dalaman mencapai 30 cm hingga 40 cm. Akar tanaman ini mudah sekali
mengalami kerusakan yang diakibatkan pengaruh lingkungan tanaman seperti
media tanam. Bunga krisan memiliki banyak variasi kelopak nampak anggun dan
cantik karena warna kelopak yang beraneka ragam dan susunan bentuk mahkota
yang indah serta tersusun rapi (Rukman dan Asep, 2002 )
Nuryanto (2011), mengatakan bunga krisan tumbuh tegak pada ujung
tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang.
Bunga krisan memiliki berbagai bentuk yang menarik. Berdasarkan bentuk dan
susunan floret, bunga krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai
berikut:
a. Tunggal
Pada setiap tangkai hanya memiliki satu kuntum bunga. Piringan dasar
bunganya sempit dan susunan mahkota bunganya hanya satu lapis.
b. Anemone
Piringan dasar bunganya lebih tebal dan lebar, sementara susunan mahkota
sama dengan bentuk tunggal karena hanya terdapat satu lapis saja. Pada tangkai
tanaman krisan jenis ini juga hanya ditumbuhi satu kuntum bunga saja.
c. Pompon
Karakteristik bentuk bunga pompon adalah bulat mirip bola ini ditandai
dengan adanya mahkota bunga yang mengarah ke semua arah dan berlapis-lapis
5
sehingga berbentuk melingkar mirip dengan bulatan bola. Pada krisan bentuk ini
piringan dasar bunganya tidak tampak karena tertutupi dengan mahkota bunga
yang banyak.
d. Dekoratif
Pada krisan bentuk dekoratif ditandai dengan adanya mahkota bunga yang
bertumpuk rapat seperti pada bentuk pompon namun pada mahkota yang terletak
di tengah, bentuknya pendek sementara semakin ke tepi bentuk mahkotanya
semakin panjang. Piringan dasar pada bunga ini juga tidak tampak karena
tertutupi oleh mahkota bunga yang banyak dan rimbun.
e. Besar
Bentuk bunga ini ditandai dengan ukuran bunga yang besar hingga diameter
masing-masing bunga mencapai lebih dari 10 cm. Satu kuntum bunga bentuk
besar akan tumbuh pada tiap tangkai bunga dan piringan dasar bunga. Pada bentuk
besar ini, piring dasar tidak tampak karena tertutup dengan mahkota bunga yang
bentuknya bervariasi seperti pipi kaku, menekuk keluar dan ke dalam.
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Krisan
Tanaman krisan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan
baik. Tetapi umumnya tanaman ini tumbuh dengan baik pada media tanam
bertekstur liat berpasir, gembur, subur, drainasenya baik serta bebas dari
hama dan penyakit. Derajat
keasaman
tanah yang
baik untuk pertumbuhan
tanaman sekitar 5,5-6,7.
Selain itu krisan juga membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan
dan perkembangannya. Unsur hara nitrogen dan kalium sangat dibutuhkan
6
tanaman krisan dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan unsur hara lain
(Sanjaya dan Kunai, 2010).
Tanaman krisan membutuhkan air dalam jumlah memadai, tetapi tidak
tahan terhadap terpaan air hujan deras. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di
daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan didalam naungan rumah plastik
(secre) dan greenhouse. Membutuhkan suhu udura 20-260 C dengan suhu ideal
untuk malam hari berkisar 16-180C yang merupakan faktor penting dalam
pembentukan
tunas.
Ketinggian
tempat
700-1200
mdpl.
Membutuhkan
kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 9095%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi
udara yang memadai (Rukman dan Asep, 2002).
Krisan termasuk tanaman hari pendek (short day plant), sehingga untuk
merangsang pertumbuhan vegetatif perlu pemeliharaan dalam kodisi hari panjang
malam tertentu untuk pembungaan. Indonesia yang terletak didaerah khatulistiwa
mempunyai panjang hari sekitar 12 jam. Kondisi panjang hari 12 jam cocok untuk
pertumbuhan tanaman, tetapi kurang poduktif bagi pembungaan. Untuk mendapat
bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang lebih
lama dari pada panjang hari normal. Tanaman krisan membutuhkan hari panjang
lebih dari 14,5 jam dan suhu minimum + 15,5° C untuk pertumbuhan vegetatifnya
(Sanjaya dan Kunai, 2010).
Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan
dengan lampu pijar atau lampu TL ( fluorescent) setelah matahari terbenam atau
selama periode gelap. Penambahan cahaya dapat meningkatkan hasil fotosintesis
yang berpengaruh juga pada pertumbuhan generatif yaitu pembentukan pormodia
7
atau pembungaan. Untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun
dibutuhkan pencahayaan tambahan guna menghilangkan pengaruh hari pendek
dan merangsang pertumbuhan vegetatif (Nuryanto, 2011).
2.3. Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, sama dengan
induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagianbagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar,
batang dan daun sekaliagus. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara
cangkok, rundukan, kultur jaringan dan stek. Perbanayakan vegetatif ini
merupakan cara perbanyakan vegetatif buatan yaitu yang tidak terjadi secara
alami, melainkan dibuat atau disengaja dengan campur tangan manusia dengan
tujuan untuk mendapat tanaman baru dengan cepat (Redaksi Agro Media, 2007).
Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cottage (bahasa Inggris)
yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya perbanyakan ini dilakukan dengan
menanam potongan pohon induk kedalam media agar tumbuh menjadi tanaman
baru. Bagian tanaman yang dapat ditanam berupa akar, batang, daun, atau tunas.
Stek pucuk adalah memotong bagian pucuk tanaman untuk dijadikan
individu baru dengan cara disemaikan. Bahan yang digunakan berupa pucuk
tanaman yang diperoleh dari tanaman yang sengaja dijadikan tanaman induk.
Sementara stek batang merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk
memperbanyak tanaman secara vegetatif. Teknik perbanyakan ini menggunakan
bahan tanam berupa batang dari tanaman induk. Stek batang dikelompokkan
8
menjadi tiga macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni berkayu keras, semi
berkayu lunak, dan herbaceous. Tanaman krisan termasuk kedalam jenis batang
semi berkayu lunak. Pemotongan panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau
dua buku (nodes) (Adinugraha, 2007).
Perbanyakan dengan stek merupakan salah satu perbanyakan yang mudah
dilakukan karena selain tidak membutuhkan peralatan juga teknik pelaksanaanya
tidak rumit. Keunggulan dari teknik ini ialah dapat menghasilkan tanaman baru
dalam jumlah banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat terbatas.
Namun tidak semua jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini, hanya
tanaman yang dapat bertahan hidup ketika dipisah dari tanaman induknya
(Redaksi Agro Media, 2007).
Keuntungan perbanyakan vegetatif alami : (1) dapat dipraktekkan pada
tanaman yang tidak menghasilkan biji, (2) sifat pohon induk diturunkan ke
generasi berikutnya, (3) masa juvenil relatif pendek, (4) mempercepat persediaan
bibit. Sementara itu kelemahan perbanyakan vegetatif alami ialah: (1) infeksi
sistemik oleh virus dapat menjalar ke semua tanaman, (2) Bahan tanam akan
menghabiskan tempat, tidak seperti biji, (3) periode penyimpanan bahan tanam
pendek dan, (4) mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis
Keberhasilan perbanyakan vegetatif dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: (1) tanaman induk, (2) umur stek (stek hasil cabutan atau kebun pangkas
yang muda/juvenile yaitu bagian pucuk), (3) media (4) drainase, (5) intensitas
cahaya, (6) teknik pengguntingan pucuk serta, (7) jenis dan konsentrasi hormon
perbanyakan pertumbuhan yang digunakan (Adinugraha, 2007).
9
2.4. Media Tanam
2.4.1. Sekam bakar
Sekam bakar didapat dari proses pembakaran sekam padi dengan teknik
pembakaran yang tidak sempurna dengan tujuan menjaga kandungan unsur hara.
Hasil dari pembakaran sekam padi berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi
sinar matahari dengan baik, ringan, kasar sehingga sirkulasi udara lancar. Sekam
padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua
belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa
atau limbah penggilingan (Susmawati dan Widyaiswara, 2015).
Tujuan pembakaran sekam padi untuk meningkatkan kandungan karbon
dan unsur hara pada sekam padi. Manfaat dari arang sekam ialah memiliki
kandungan karbon yang tinggi, banyak digunakan untuk membuat tanah menjadi
gembur, kemampuan arang sekam sebagai absorban yang bisa menekan jumlah
mikroba patogen dan logam berbahaya, meningkatkan kandungan unsur hara,
bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan, ringan, tidak kotor dan
cukup dapat menahan air, aerase dan drainasenya baik. Selain itu arang sekam
juga mengandung unsur silikat, walaupun agak sulit untuk diserap oleh akar
tanaman, mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan, sehingga
tanaman mempunyai daya tahan terhadap jamur (Maspary, 2011).
Penggunaan arang sekam ini sangat meluas terutama untuk budidaya
tanaman hias. Penggunaan arang sekam tidak perlu lagi dilakukan sterilisasi
karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Kandungan dari
10
arang sekam ialah N 0,32 %, P 0,15 %, K 0,31%, Ca 0,96, Fe 180 ppm, Mn 80,4
ppm, Zn 14,10 ppm, dan pH 6,8 (Susmawati dan Widyaiswara, 2015).
2.4.2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai pengganti media tanam alternatif
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemain benih, pertumbuhan bibit tanaman dan
perakaran stek tanaman. Sifatnya yang kering akan mempermudah proses
pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindak ke
media lain. Sementara bobot pasir yang berat akan mempermudah tegangnya stek
batang (Waskito, 2014).
Keunggulan lain dari media ini ialah dapat meningkatkan sistem aerase dan
drainase media tanam. Penggunaan pasir sering digunakan sebagai media tanam
sering dikombinasikan dengan campuran bahan organik lain seperti kerikil, arang
sekam, batu-batuan atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
2.5. Zat Pengatur Tumbuh
Dalam dunia pertanian penggunaan hormon (Fitohormon) tumbuh atau
dikenal dengan istilah zat pengatur tumbuh merupakan faktor pendukung yang
dapat memberikan konstribusi besar dalam keberhasilan budidaya pertanian. ZPT
dalam kadar kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara
biokimia, fisiologis, maupun morfologis yang berfungsi untuk mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Untuk membantu perangsangan akar digunakan zat pengatur tumbuh. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) yaitu Auksin. Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung
11
batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah
sebagai pengatur pembesaran sel di daerah belakang ujung meristem. Dengan
fungsi dan peranan hormon auksin tersebut, maka sering digunakan dalam
membantu pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun batang, memecah masa
dormansi yang digunakan ialah growton yang berfungsi untuk membantu
pembentukan perakaran stek (Dewi, 2008).
Zat pengatur tumbuh banyak dijual di pasaran seperti Growton. Growton
berbentuk serbuk dengan warna abu-abu yang terlebih dahulu di campur dengan
air bersih dalam penggunaanya. Growton ini mempunyai bahan dasar yang identik
dengan Naftalet Acetic Acid (NAA) yang bersifat efektif dalam menstimulasi
perakaran stek (Kurniatik, 2012).
12
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan perbanyakan tanaman krisan dengan cara stek pucuk dan stek
batang dilakukan bersamaan dengan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa (PKPM), dilaksanakan dari tanggal 16 Maret 2015 sampai 13 Juni
2015 di PT. Merek Indah Lestari-Taman Simalem Resort, Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 1500 mdpl.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan perbanyakan krisan
dengan cara stek pucuk dan batang adalah gunting stek, seed tray, polibag,
gembor, bahan stek pucuk dan batang, sekam bakar, pasir, zat pengatur tumbuh
growtone, akarisida omite.
3.3. Pelaksanan
3.3.1. Tanaman Indukan
Fungsi tanaman induk untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak
mungkin sebagai bahan tanam (bibit). Stok tanaman induk harus ditanam khusus
di areal atau lahan atau tempat tanaman induk yang terpisah dari areal budidaya
bunga krisan. Tanaman induk yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu: (a) varietas atau kultivar komersial yang laku di pasaran, (b) daya tumbuh
(vigor) tanaman kuat, (c) pertumbuhan normal, subur, dan dominan vase vegetatif,
(d) bebas dari organisme hama dan penyakit tanaman, (e) mudah diperbanyak
secara vegetatif terutama stek.
13
Tanaman induk ini biasanya tidak menghasilkan bunga, karena tanaman
induk digunakan sebagai produksi bibit/stek. Penanaman tanaman induk
dilakukan dalam polibag berukuran 30 x 30 yang disusun rapi, varietas yang
digunakan ialah Crhysantemum morifolium var.towntalk dengan warna bunga
kuning berukuran sedang. Setiap polibag di tanam sebanyak 4 bibit yang nantinya
akan jadi indukan. Dalam perawatannya pada umumnya sama dengan produksi
bunga potong yaitu melakukan penyiraman setiap hari dan penyemprotan dengan
pestisida. Penyemprotan pestisida menggunakan akarisida omi dengan dosis 1
mili liter untu 1 liter air.
Untuk tanaman indukan dilakukan penyinaran, Sulastri (2015, wawancara)
menyatakan priode terang untuk tanaman krisan 14,5 jam (40 s/d 70 lux),
sedangkan priode gelapnya tidak boleh lebih dari 7 jam. Jenis lampu yang biasa
digunakan adalah lampu esensial/spiral warna kuning agar pencahayaan merata
(23 watt). Untuk meningkatkan intentitas cahaya, lampu bisa dipasang seng
aluminium sebagai kap lampu. Titik awal bedeng atau posisi awal pot bunga 80
cm dari jarak posisi lampu dan selanjutnya pada setiap jarak lampu ke lampu
berikutnya 2.5 m x 2,5 m, sedangkan ketinggian lampu dari tanaman 1,5 m
sampai dengan 2,2 m.
Setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, dilakukan pemangkasan
pucuk (pinching). Tujuan pinching adalah merangsang pertumbuhan tunas atau
calon pecabangan sepanjang 0,5-1 cm. Perlakuan pinching dapat merangsang
pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan
tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer. Pada umur 4 minggu
ujung cabang primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm dengan
14
tujuan merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru sebagai calon tunas sekunder.
Pemanenan stek, dilakukan pada tunas yang tumbuh dari cabang skunder setiap 14
hari ketika tanaman telah berumur 6 minggu, dengan panjang stek 5-10 cm (3
ketiak daun).
Untuk stek batang bibit diambil dari indukan yang sengaja dipelihara
sampai memiliki panjang tertentu. Pemeliharaan untuk indukan batang sama
dengan perlakuan untuk indukan stek, letak perbedaanya ialah proses
pemichingannya. Pemichingan dilakukan hanya pada saat tanaman telah berumur
2 minggu setelah tanam. Pemanenan batang untuk dijadikan bahan tanam setelah
berumur 8 minggu setelah tanam karena batang tanaman pada saat itu sudah
cukup tinggi.
3.3.2. Penyeleksian Indukan
Penyeleksian dilakukan untuk memilih tanaman indukan mana yang baik
untuk dijadikan indukan. Apabila mendapatkan induk yang berkualitas akan
mendapatkan bibit yang berkualitas juga. Ciri-ciri indukan yang berkualitas
adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktifitas bunga yang cukup
tinggi dan tidak terserang hama dan penyakit. Untuk stek pucuk, umur tanaman
yang dijadikan indukan ialah 6 minggu setelah tanam dan untuk stek batang
tanaman idukan telah berumur 8 minggu setelah tanam yang sengaja membiarkan
batang tumbuh panjang karena bagian yang akan digunakan ialah batangnya.
15
3.3.3. Persiapan Media Perbanyakan Krisan
Media yang digunakan untuk perbanyakn krisan ialah sekam bakar dan pasir
dengan perbandingan 2:1. Sekam bakar sebanyak 2 kg dicampur dengan pasir
dengan berat 1 kg sampai homogen kemudian di masukkan kedalam seed tray.
Seed tray di isi dengan media yang telah tercampur. Agar seed tray terisi dengan
sempurna pada saat pengisian media agak ditekan.
3.3.4. Penyeleksian Pucuk dan Batang Sebagai Bibit
Setelah mendapat indukan yang berkualitas selanjutnya menyeleksi pucuk
dan batang dari tanaman induk tersebut untuk dijadikan bibit. Untuk pucuk yang
baik memiliki 4 helai daun yang sudah dewasa dengan warna hijau tua dan
memiliki diameter 4 mm. Batang diambil dari indukan yang telah memiliki batang
yang panjang dengan diameter sekitar 4-5 mm sepanjang 20-30 cm yang nantinya
akan di bagi menjadi beberapa stek.
3.3.5. Pengambilan Bibit Dari Tanaman Induk
a. Pucuk
Pengambilan pucuk dari indukan yang telah di seleksi diakukan pada pagi
hari dengan menggunakan gunting stek. Panjang pucuk yang diambil sekitar 6-7
cm, kemudian daun terbawah di pangkas untuk mengurangi penguapan selama
persemaian. Sebagai penambah zat pengatur tumbuh diberi growtone. Pemberian
growtone dengan cara mengoleskan growton yang telah dicairkan dengan air pada
bagian bahan tanam yang akan dijadikan akar dan kemudian dikering anginkan.
16
b. Batang
Pengambilan batang dari tanaman induk yang telah diseleksi dilakukan pada
pagi hari. Panjang stekan bibit yang digunakan sekitar 8-10 cm atau 4-3 ruas.
Pemotongan menggunakan gunting stek, terakhir diberi growtone dengan cara
dioleskan pada bagian yang akan dijadikan akar yang terlebih dahulu mencairkan
growton dengan air bersih dan dikering anginkan sebelum dilakukan penanaman
ke media tanam.
3.3.6. Penanaman
Media yang telah diisikan kedalam seed tray di siram dengan menggunakan
gembor. Kemudian stek pucuk dan batang di semai kedalam media. Penanaman
dengan cara membuat lubang tanam seukuran stek, pangka stek dimasukkan
kedalam lubang tanam lalu menekan media ke pangkal batang. Kedalaman
penanaman batang stek sekitar 1,5 cm atau sedalam 2 ruas yang paling bawah
untuk stek batang dan 1 ruas untuk stek pucuk. Selesai penanaman selanjutnya
hasil perbanyakan diletakkan pada tempat rak-rak khusus untuk perbanyakan dan
dilakukan perawatan.
3.3.7. Pemeliharaan
3.3.7.1. Penyiraman
Tujuan penyiraman ialah menambah suplai air pada tanaman, sehingga
tanaman dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Penyiraman dilakukan
pada saat pagi atau sore hari dimana saat media tanaman telah menunjukkan
kekeringan. Penyiraman dengan menggunakan gembor dengan hati-hati agar
17
tanaman tidak roboh. Jumlah atau volume air yang diberikan pada saat
penyiraman sesuai dengan keadaan media tanam.
3.3.7.2. Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan untuk membasmi atau mengendalikan hama
yang menyerang tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal.
Hama yang menyerang bibit stek selama masa perakaran pada umur 1 minggu
setelah penanaman ialah tungau merah (tetranychus sp.) Pengendalian hama ini
dilakukan dengan akarisida omite dengan dosis 1 mili liter untuk 1 liter air. Untuk
dosis penyemprotan pada bibit yang telah berumur 1 minggu setelah tanam
dikurangi dosis pengunaanya yaitu menggunakan ½ dosis anjuran atau 0,5 mili
liter. Omit dicampur dengan air sebanyak 1 liter kemudian di semprotkan pada
bibit.
3.3.8. Pengamatan
1. Persentase tumbuh (%)
Persentase tumbuh adalah jumlah stek yang tumbuh dari sejumlah stek yang
ditanam dan dinyatakan dalam persen. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman
berumur 14 hari setelah tanam. Rumus persentase tumbuh adalah sebagai berikut:
Persentasi tumbuh =
2.
jumlah stek tumbuh
𝑥 100%
Jumlah stek yang ditanam
Panjang akar (cm)
Keberhasilan
dalam
perbanyakan
vegetatif
stek
ditentukan
oleh
pertumbuhan akar yang baik. Semakin panjang akar yang dihasilkan dari stekan
18
maka hasil stekan tersebut berhasil dan merupakan bibit yang baik. Panjang akar
diamati pada saat tanaman berumur 18 hari setelah tanam, dimana stekan telah
banyak menghasilkan akar. Pengukuran panjang akar dilakukan pada akar
terpanjang dari setiap sempel yang diambil sebanyak 5 tanaman.
3. Jumlah akar (buah)
Jumlah akar yang diamati pada saat tanaman berumur 18 hari setelah tanam.
Pengamatan dilakukan dengan cara mencabut 5 sampel stek pucuk dan 5 sampel
stek batang. Akar dari kedua jenis bahan stek digunting dan diletakkan pada
wadah yang berbeda. kemudian dilakukan penghitungan akar yang telah
tergunting dari seluruh akar yang tumbuh.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1. Hasil
Persentase tumbuh stek tanaman kisan yang diperbanyak dengan stek pucuk
dan stek batang pada umur 14 hari setelah tanam seperti terlihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Persentase Tumbuh Stek Krisan dengan Perbanyakan Stek Pucuk
dan Stek Batang pada Umur 14 Hari Setelah Tanam
No
Jenis bahan
Jumlah yang
Jumlah yang
Persentase
stek
ditanam
tumbuh
tumbuh (%)
1
Stek pucuk
30
27
90
2
Stek batang
30
24
80
Data Tabel 1 memperlihatkan bahwa perbanyakan tanaman krisan dengan
stek pucuk menghasilkan persentase tumbuh yang lebih tinggi di bandingkan
dengan stek batang. Stek pucuk menghasilkan persentase tumbuh sebanyak 90%
sedangkan dengan stek batang hanya sebesar 80%.
Panjang akar bibit krisan hasil perbanyakan dengan stek pucuk dan stek
batang pada umur 18 hari setelah penanaman stek terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang Akar Bibit Krisan Hasil Perbanyakan dengan Stek Pucuk
dan stek Batang pada Umur 18 Hari Setelah Tanam
Panjang akar (cm)
No
Sampel
Stek pucuk
Stek batang
1
1
3,6
3,0
2
2
3,5
3,5
3
3
3,8
3,3
4
4
3,5
2,5
5
5
3,0
3,1
3,48
3,08
Rata-rata
Pada Tabel 2 diatas terlihat bahwa adanya perbedaan panjang akar bibit
krisan dari bahan stek pucuk dengan stek batang. Bahan stek pucuk memiliki rata-
20
rata panjang akar 3,48 cm sedangkan bahan stek batang hanya mencapai rata-rata
panjang akar 3,08 cm.
Jumlah akar yang tumbuh pada bibit krisan hasil perbanyakan dengan stek
pucuk dan stek batang pada umur 18 hari setelah penanaman stek dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Akar Bibit Krisan Hasil Perbanyakan dengan Stek Pucuk
dan Stek Batang pada Umur 18 Hari Setelah Tanam
Jumlah akar (buah)
Sampel
No
Stek pucuk
Stek batang
1
1
16
10
2
2
30
19
3
3
29
22
4
4
17
13
5
5
Rata-rata
13
21
9
14,5
Data hasil pengamatan pada Tabel 3 diatas menunjukkan jumlah akar dari
setiap sampel yang diamati. Perbedaan jumlah akar terjadi antara bibit hasil
perbanyakan stek pucuk dan stek batang. Pada stek pucuk jumlah akar yang
dihasilkan rata-rata yaitu 21 buah akar sedangkan stek batang menghasilkan ratarata 14,5 buah akar.
Untuk lebih jelas melihat perbedaan pertumbuhan akar yang di hasilkan dari
perbanyakan bibit krisan dengan cara stek pucuk dan stek batang yang telah
dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar dibawah ini menjukkan
kedua jenis bahan stek dengan lima sampel untuk setiap jenis bahan tanam.
21
Gambar 1. Pertumbuhan akar pada stek pucuk
Gambar 2. Pertumbuhan akar pada stek batang
4.2. Pembahasan
Keberhasilan stek ditandai dengan terjadinya regenerasi akar dan pucuk
pada bahan stek sehingga dapat menghasilkan tanaman baru. Keberhasilan dari
perbanyakan stek tanaman krisan dapat ditentukan dengan melihat jumlah
tanaman yang tumbuh. Pada Tabel 1 terlihat jelas bahwa bahan stekan yang
memiliki persentase tumbuh yang lebih baik ialah pada stek pucuk sebanyak 90%.
Hal ini dikarenakan pada bahan stek bagian pucuk memiliki daun yang masih
muda dan kandungan air cukup tersedia. Baskara (2011), menyatakan bahwa
kelembaban pada bahan stek sebaiknya di atas 90%, terutama sebelum stek
22
mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat laju
evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tersedianya
jumlah air yang cukup pada bahan stek mampu menyediakan kebutuhan air bagi
daun-daun muda dalam proses fotosintesis sebgai penghasil energi pada tanaman.
Perbanyakan stek pada tanaman krisan yang dilakukan dengan dua jenis
bahan stek juga memiliki perbedaan panjang akar dan jumlah akar yang tumbuh.
Jumlah akar dengan stek pucuk rata-rata sebanyak 21 buah sementara pada bibit
krisan hasil perbanyakan dengan stek batang hanya sebanyak 14,5 buah. Panjang
akar terlihat pada Tabel 2 dari ke 5 sampel yang di ukur setelah berumur 18 hari
setelah tanam, perbedaan panjang akar terlihat jelas yaitu panjang akar pada bibit
krisan hasil stek pucuk lebih panjang dibandingkan dengan stek batang, ini
menandakan bahwa bahan stek pucuk lebih cepat dalam pembentukan akar.
Perbedaan pertumbuhan akar pada bibit krisan hasil perbanyakan stek pucuk
dan stek batang ini di pengaruhi oleh kandungan hormon yang terdapat pada
bahan stekan. Menurut Kurniatik (2012), regenerasi akar dan pucuk di pengaruhi
oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri, yang mempengaruhi regenerasi akar
dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Secara
individu tanaman akan memproduksi sendiri hormon setelah mengalami
rangsangan. Proses produksi hormon dilakukan secara endogen oleh tumbuhan.
Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat memicu tumbuhan untuk
memproduksi hormon. Setelah memproduksi hormon hingga ambang tertentu,
akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tumbuhan. Dengan demikian
tumbuhan akan mulai menunjukkan ekspresi atas pengaruh-pengaruh yang
diterimanya.
23
Hormon yang paling berpengaruh pada pertumbuhan akar dan pucuk adalah
auksin. Hormon auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga.
Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel didaerah belakang ujung meristem.
Produksi hormon auksin tertinggi ialah pada pucuk atau tunas-tunas muda, dengan
demikian jika produksi auksin tinggi maka akan menstimulasi perakaran pada
stek, sehingga bahan stekan mudah untuk berregenerasi membentuk akar. Hal ini
lah yang menyebabkan panjang akar pada stek pucuk lebih baik dibandingkan
dengan stek batang.
Untuk pertumbuhan akar pada stek batang menujukkan perkembangan atau
perumbuhan akar yang cukup lambat, dikarenakan jumlah hormon auksin pada
batang sedikit, dimana terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran
dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang
mendukung inisiasi akar pada stek serta kandungan air pada batang krisan tersedia
dalam jumlah sedikit, yang berakibat pada pembentukan akar yang cukup lama.
Namun dengan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik dapat menambah jumlah
auksin pada ujung batang sehingga batang mampu membentuk akar walaupun
tidak dalam waktu yang cepat.
Selain pemberian ZPT pada bahan tanam stek, keadaan bahan stek batang
yang digunakan juga harus diperhatikan. Penggunaan batang sebagai bahan stek
yang telah memiliki tunas-tunas baru membantu proses pembentukan akar.
Adinugraha (2007), menyatakan adanya tunas dan daun pada stek berperan
penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar
tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin serta, tunas menghasilkan suatu
24
zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang
dinamakan Rhizokalin. Perbedaan kecepatan dalam pembentukan akar inilah yang
menjadi pertimbangan bagi para penghasil krisan menggunakan stek pucuk untuk
menghasilkan bibit krisan dalam waktu yang singkat. Penyediaan bibit krisan
dengan cara stek membutuhkan waktu sekitar 14-18 hari setelah penanaman stek
(Rukman dan Asep, 2012).
Sulastri (2015) menyatakan pemindahan hasil penyetekan atau bibit krisan
pada umur 18 hari setelah tanam dilakukan karena pada saat itu tanaman telah
memiliki akar yang cukup banyak dan panjang, serta media tanam yang
digunakan untuk pembentukan akar memiliki kandungan unsur hara tidak
mencukupi untuk pertumbuhan bibit selanjutnya, dimana memerlukan lebih
banyak lagi unsur hara untuk dapat berkembang. Selain itu bibit pada umur ini
telah memiliki kemampuan untuk melakukan adaptasi yang lebih baik apa bila
dilakukan pemindahan ke lapangan. Keadaan tempat pengakaran yang tidak
memadai atau memiliki ruang yang sempit untuk pertumbuhan akar juga menjadi
salah satu pertimbangan. Jika terlambat melakukan pemindahan kelapangan bisa
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan akar pada bibit (hasil wawancara).
Sanjaya dan Kurnia (2010), juga menegaskan tanaman yang dipindah tanam
terlalu cepat akan menyebabkan tanaman lambat untuk berkembang karena
perakaran yang masih muda sulit untuk beradaptasi dan masih rentan terhadap
cahaya
matahari.
Sementara
pemindahan
bibit
yang
terlambat
akan
mengakibatkan pertumbuhan bibit terhambat karena pada media persemaian
kandungan unsur haranya terbatas atau dalam jumlah yang tidak banyak.
25
Penggunaan jenis media tanam juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
akar bibit hasil perbanyakan stek pucuk dan stek batang yang dilakukan. Menurut
Baskara (2011), media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama
pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi
udara pada pangkal stek. Maspary (2011), menyatakan media perakaran yang
baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup,
berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media
perakaran stek yang digunakan adalah sekam bakar dan pasir. Sekam bakar yang
hitam mampu mengabsorbsi sinar matahari dengan baik, ringan sehingga sirkulasi
lancar. Selain itu sekam bakar juga mengandung silikat yang mempunyai
pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan sehingga bahan stek mempunyai
daya tahan terhadap jamur.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara
perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagianbagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar,
untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau
tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas
adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Tanaman yang distek,
salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media
penanaman. Teknik stek banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman
krisan (Redaksi Agro Media, 2007).
26
Tanaman krisan lebih sering di perbanyak dengan cara vegetatif stek, meski
perbanyakan dengan generatif juga dapat di lakukan. Hal ini tidak terlepas dari
keunggulan perbanyakan vegetatif yaitu lebih cepat dalam menghasilkan
keturunan, mudah dan murah, dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Selain
itu perbanyakan dengan cara stek tidak memerlukan waktu yang cukup lama
dalam menghasilkan bibit serta menghasilkan produksi lebih cepat dan memiliki
ciri yang sama dengan indukannya.
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Persentase tumbuh bibit dari bahan stek pucuk lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan stek batang.
2. Bahan stek terbaik untuk menghasilkan bibit tanaman krisan ialah stek pucuk.
Kemampuan bahan stekan pucuk menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih
panjang dan jumlah yang lebih banyak.
5.2. Saran
Dalam melakukan perbanyakan tanaman krisan untuk dijadikan bibit
sebaiknya dengan cara vegetatif stek. Bahan stek yang terbaik yaitu menggunakan
bahan stek dari bagian pucuk tanaman krisan. Pada stek pucuk memiliki
persentase tumbuh dan pertumbuhan akar yang lebih baik.
28
DAFATAR PUSTAKA
Adinugraha. 2007. Teknik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman hias.
Bogor. World Agroforestry Centre.
Baskara. 2011. Pembiakan vegetative stek. https://baskara90.wordpress.com/2011
/09/17/pembiakan-vegetatif-stek/. Upload 2 juli 2015.
Budiarto dan Marwoto. 2007. Produktivitas Tanaman Induk dan Kualitas Stek
Varietas Krisan di Rumah Plastik dan Lahan Terbuka. Balai Penelitian
Tanaman Hias. induk….http://download.portalgaruda.org/article.php?articl
e=185084&val=6406&title=Produktivitas%20Tanaman %20Induk%20dan
%20Kualitas%20Stek%20Varietas%20Krisan %20di%20Rumah%20Plast
ik%20dan%20Lahan%20Terbuka. Upload 4 mei 2015.
Dewi, Ratna. 2008. Peranan dan fungsi fitohormon bagi pertumbuhan tanaman.
https://www.google.com/search?q=hormon+tanaman+pdf&ie=utf8&oe=utf-8. Upload 26 mei 2015.
Kurniatik, Novik. 2012. Hormon tumbuhan. Tani Joyo Negoro. uhttp://.www.tanij
oyonegoro.com/2012/11/hormon-tumbuhan-atau-zpt zatpengatur.html.
Upload 25 mei 2015.
Maspary. 2011. Fungsi dan kandungan Arag Sekam Bakar. http://www.sehat com
munity.com/2011/11/fungsi-dan-kandungan-arang sekam 2106.html#ixzz
24emhR0li. Upload 20 juni 2015.
Nuryanto, Hery. 2011. Budidaya Tanaman Krisan. Ganeca. Bekasih
Redaksi Agro media. 2007. Kunci sukses memperbanyak tanaman. PT. Agro
Media Pustaka.
Rukman, R dan Asep, E, M. 2002. Krisan. Kanisus.Yokyakarta
Sanjaya, L dan Kunai, Y. 2010. Budidaya krisan. Balai penelitian tanaman
hias. http://florikultura.hortikultura.pertanian.go.id/unduhan/l_krisan.pdf.
upload 20 mei 2015.
Susmawati dan widyaiswara, 2015. Arang sekam dan manfaatnya. Artikel
pertanian. http://icl.googleusercontent.com/?liteurl=http://bbppbinuang.inf
o/news 88arang-sekam-padi-dan manfaatnya.html. Upload 20 mei
2015.
Waskito, Kukuh, G. 2014. Bertani di rumah sendiri (bagian 2. media tanam).
http://www.kompasiana.com/napi.plur/bertani-di-rumah-sendiri-bagian-2media-tanam-552boobzf17e68od623ab. Upload 26 Mei 2015.
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sejarah Berdirinya dan Profil Taman Simalem Resort –
PT. Merek Indah Lestari, Sumatera Utara
Taman Simalem Resort merupakan salah satu objek wisata terbaru dan
termegah di Provinsi Sumatera Utara, terletak di kawasan Bukit Merek,
Sidikalang. Objek wisata ini menghadirkan pemandangan danau Toba dari sudut
pandang yang sangat luas. Taman Simalem Resort didirikan pada tahun 2000 oleh
bapak Tamin Sukardi dan dikembangkan oleh PT Merek Indah Lestari
(perusahaan yang terkait dengan Hotel Sibayak Berastagi) dan Nexus Investment
Pte Ltd (perusahaan investasi dari Singapore).
Taman
simalem
Resort
beralamatkan Jalan Raya Merek Sidikalang KM 9, Kabupaten Karo-Sumatera
Utara, pada ketinggian tempat 1500 mdpl.
Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 ha, Tempat ini direncanakan
sebagai tujuan wisata pertanian atau agrowisata dan wisata alam atau ekowisata
terpadu terbesar di Indonesia. Dari 206 ha lahan TSR, lebih dari 130 ha
merupakan hutan yang diperoleh dari rakyat untuk dilestarikan sebagai Buffer
Zone (zona penyangga) karena berdampingan dengan kawasan hutan Sibuaten
Register 3/K. Lebih dari 25 ha telah ditanami teh, kopi, buah jeruk, markisa,
terong belanda, alpukat serta biwa. Buah biwa merupakan buah khas karo yang
saat ini keberadaannya kurang diperhatikan dan di tempat ini akan menjadi daerah
pengembangan biwa terbesar di Kabupaten Karo dan Indonesia.
Taman ini juga dilengkapi berbagai fasilitas modern dan pilihan rekreasi
antara lain wisata alam, agrowisata, lounge-cafe, dan resort/villa yang masih
dalam rencana pembangunan. Objek wisata ini akan berprospek tinggi karena
30
didukung fasilitas yang sangat modern dengan objek alam yg spektakuler (Danau
Toba sebagai danau terbesar di Asia Tenggara dan terdalam di dunia serta air
terjun kembar dan hutan alami).
Fasilitas-fasilitas Taman Simalem yang sudah rampung :
1. Pangambatan Valley (pusat pembibitan bunga dan gazebo tepi sungai untuk
berpiknik).
2. Biwa, Markisa dan Orange Farm (Kebun buah-buahan yang ditanam secara
alami).
3. Kodon-kodon Cafe (Gazebo dengan pemandangan Danau Toba yang indah).
4. Toba Cafe (layanan cepat saji dengan pemandangan lapangan golf).
5. Karo Agrotourism Farm (pusat penelitian dan pengembangan sayuran, buah
dan bunga).
6. Tongging Cafe (sajian makanan ringan).
7. Management Office (kantor pengelola dan pusat informasi).
8. Jungle Track dan Camping Ground (hutan belantara, air terjun kembar,
tempat perkemahan).
9. Helipad (area parkir helicopter).
Fasilitas-fasilitas yang masih dalam proses pembangunan :
1. Lapangan Golf Gorat Ni Padang (lapangan golf nine-hole ditengah kebun teh
dan kopi).
2. Merek Funland (area rekreasi dan hiburan keluarga).
3. Pangambatan Zoopark (taman satwa interaktif dan alami).
4. Waterfall Lodge (hunian eksklusif tepi sungai di dalam hutan alami).
31
5. Tongging Lodge dan Convention and Spa (hotel dan kos-kosan dengan
fasilitas konvensi).
6. Cable car (transportasi penghubung Taman Simalem ke tepian Danau Toba).
7. One Tree Hill Villa Resort (hunian khusus member).
8. Buddhist Temple (arsitekur vihara Tiongkok Kuno).
Taman ini terdiri dari 6 departement (Finance Dept, Accounting Dept,
Operational Dept, Agro Dept, Fasilities Dept dan HRD Dept) yang saling bekerja
sama satu sama lain. Salah satu departemen yang memiliki peranan penting
adalah Agro Dept, yaitu departement yang memiliki beberapa zona seperti
Organik, Orange, Intercroping, Coffee, Possion Fruit, Biwa, dan Product dan
Proses. Zona Organik merupakan salah satu areal penanaman dan pengembangan
tanaman buah dan sayur-sayuran.
Areal ini juga digunakan sebagai pusat
penelitian untuk mendapatkan hasil produk pertanian organik yang lebih baik.
Zona Orgaik menawarkan pertanian modern namun tetap alami, tanpa pupuk
kimia atau bahan kimia lainnya, dan tempat ini bisa menjadi tempat wisata
keluarga yang alami dan menarik.
Pangambatan Valley Flower Nursery merupakan tempat pengembangan
dan pembibitan tanaman hias. Tempat ini menyajikan berbagai jenis bunga mulai
dari jenis bunga lokal sampai bunga yang berasal dari manaca negara. Pembibitan
tanaman buah seperti jeruk, biwa, markisa juga di kembangkan di tempat ini
namun untuk bibit buah, taman simalem tidak menjualnya dan hanya membuka
untuk tamu atau sekedar melihat cara dan bagaiman pembibitan buah-buah
tersebut.
32
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT.Merek Indah Lestari -Taman Simalem
Resort, Sumatera Utara
PT. MEREK INDAH LESTARI
ORGANIZATION CHART
Board of Commissioner
(Tamin Sukardi)
Board of Director
Managing Director
Finance
Dept
Accounting
Dept
Operational
Dept
Agro Dept
Fasilities
Dept
Purchasing
Account
Payable
House
Organik
Landscape
Inter
Golf
Recruitmen
Nursery
Training &
Development
Bokashi
General
Affair
Park Ranger
/ Outbound
Security
HRD Dept
Personnel
keeping
Purchasing
Logistic
Account
Receiveable
Internal
Audit
Front Office
croping
Food &
Beverage
Service
Food &
Beverage
Kitchen
Orange
Coffee
Tea
GRO
Possion Fruit
Housekeeping
Outdoor
M&E
Biwa
Product &
Proses
33
Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Perbanyakan Vegatif Stek Pucuk
dan Stek Batang pada Tanaman Krisan
Pengambilan bibit dari indukan
Sekam bakar
Pengisian media ke seed tray
Pemotongan batang
Pasir
seed tray siap untuk digunakan
34
Bahan stek pucuk siap tanam
bahan stek batang siap tanam
Pemberian growtone pada stek pucuk dan batang
Penanaman stek pucuk
penanaman stek batang
35
Penyiraman bibit
penyemprotan tanaman indukan
Stek pucuk dan batang stelah berumur 14 hari
Pengukuran panjang akar
36
Download