PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP KELARUTAN DAN

advertisement
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP
KELARUTAN DAN DISOLUSI SALISILAMIDA
HENDRA WIJAYA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP
KELARUTAN DAN DISOLUSI SALISILAMIDA
HENDRA WIJAYA
NIM: 051111087
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
saya
menyutujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : PENGARUH pH MEDIA
DISOLUSI
TERHADAP
KELARUTAN
DAN
DISOLUSI
SALISILAMIDA untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital
library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini
saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 12 Agustus 2015
Hendra Wijaya
NIM : 051111087
iii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Hendra Wijaya
NIM
: 051111087
Fakultas : Farmasi
menyatakan bahwa sesungguhnya hasil skripsi/tugas akhir yang saya tulis
dengan judul :
PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP KELARUTAN
DAN DISOLUSI SALISILAMIDA
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 12 Agustus 2015
Hendra Wijaya
NIM : 051111087
iv
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan
PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP KELARUTAN
DAN DISOLUSI SALISILAMIDA
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
HENDRA WIJAYA
NIM : 051111087
skripsi ini telah disetujui oleh:
pada tanggal 12 Agustus 2015
Pembimbing Utama
Dr. Dewi Isadiartuti, Apt., M.Si.
NIP. 196505201991022001
Pembimbing Serta
Drs. Bambang Widjaja, Apt., M.Si
NIP. 195104011980021001
v
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh
pH Media Disolusi Terhadap Kelarutan dan Disolusi Salisilamida” ini dapat
terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
1. Dr. Dewi Isadiartuti, Apt., M.Si. selaku pembimbing utama atas waktu,
bimbingan, saran dan perhatian yang besar kepada penulis dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Bambang Widjaja, Apt., M.Si. sebagai pembimbing serta atas
waktu, bimbingan dan saran, kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Tristiana Erawati, M.Si. dan Dr. Dwi Setyawan, M.Si. selaku penguji
atas saran-saran yang bermanfaat dan membangun dalam menyusun naskah
skripsi ini.
5. Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA dosen wali yang sudah memberikan
penulis perhatian, bantuan, bimbingan, saran dan nasehatnya selama
menjalani studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Yudi Hartono dan Ibu Sun Harini serta
segenap keluarga atas doa, semangat, dan motivasi yang tak pernah putus
diberikan untuk penulis
7. Seluruh karyawan Departemen Farmasetika atas semua bantuan waktu
dan tenaga selama penyelesaian skripsi ini.
vi
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8. Kelompok skripsi tim salisilamid (Frida dan Fania), serta teman-teman
skripsi dari departmen farmasetika.
9. Teman-teman ATB dan keluarga FANATIK 2011 khususnya Mario,
Erwin, Rohman, Debora atas semangat, dukungan dan motivasi yang
diberikan untuk penulis.
10. Orang tua rohani Oktaf Roro atas bantuan dengan meminjamkan laptop
dan memberi semangat selama penyelesaian skripsi ini.
11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk
berbagai bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
diberikan kepada saya. Semoga Tuhan memberikan kebaikan atas segala
bantuan bapak, ibu, serta rekan-rekan sekalian.
Besar harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang menggunakannya. Saya menyadari skripsi ini masih
jauh dari sempurna sehingga masukan dan saran sangat diharapkan bagi
pengembangan selanjutnya.
Surabaya, 12 Agustus 2015
Penulis
vii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
PENGARUH pH MEDIA DISOLUSI TERHADAP KELARUTAN
DAN DISOLUSI SALISILAMIDA
Hendra Wijaya
Salisilamida merupakan golongan obat AINS (anti-inflamasi nonsteroid). Salisilamida bersifat asam lemah (pKa = 8,2) sehingga salisilamida
tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung. Pada pemberian
secara oral, salisilamid akan melewati saluran cerna dengan rentang pH 1,57,0. Salisilamida yang merupakan asam lemah akan terdisosiasi menjadi
bentuk terion dan tak terion dalam media air. Jumlah bentuk terion dan tak
terion ini dipengaruhi oleh pH yang dapat diprediksi dengan persamaan
Henderson-Hasselbach. Jumlah bentuk terion dan tak terion akan
memengaruhi kelarutan dari salisilamida. Menurut Persamaan NoyesWhitney, kelarutan akan memengaruhi disolusi.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang kelarutan dan disolusi
salisilamida pada pH 1,2; 4,5 dan 6,8. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan antara kelarutan dan disolusi dari salisilamida pada
beberapa pH media disolusi (pH 1,2; pH 4,5; pH 6,8).
Penentuan kelarutan salisilamid menggunakan media disolusi pH
1,2; 4,5 dan 6,8 dengan µ=0,2, dikocok menggunakan waterbath shaker
pada suhu 37 ± 0,5 ºC dengan kecepatan 150 kali/menit. Disolusi dilakukan
dengan alat disolusi pengaduk tipe dayung dengan kecepatan 50 rpm pada
suhu 37 ± 0,5 ºC. Sampel di ambil pada menit ke-5, 10, 15, 20, 30, 45, dan
60.
Kelarutan salisilamid dalam media disolusi pH 1,2; 4,5 dan 6,8
berturut-turut sebesar 4226,67; 4299,60 dan 4630,87 mg/L. Kelarutan
salisilamid pada pH 1,2; 4,5 dan 6,8 diuji secara statistik menggunakan
metode anova satu arah dengan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji HSD.
Berdasarkan uji HSD, kelarutan salisilamid pada pH 1,2 dan 4,5 berbeda
bermakna dengan pH 6,8. ED60 salisilamid dalam media disolusi pH 1,2; 4,5
dan 6,8 berturut-turut sebesar 46,07; 52,12 dan 57,02 %. ED60 salisilamid
pada pH 1,2; 4,5 dan 6,8 diuji secara statistik menggunakan metode anova
satu arah dengan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji HSD. Berdasarkan
viii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
uji HSD, ED60 salisilamid pada setiap pH berbeda bermakna. Peningkatan
kelarutan salisilamida meningkatkan disolusi dari salisilamida.
Nilai kelarutan dan disolusi yang didapatkan dari penelitian ini
diharapkan dapat menambah informasi tentang karakteristik fisikokimia
salisilamida, sehingga dapat memperkirakan kelarutannya dalam saluran
cerna, serta dapat digunakan untuk pengembangan formulasi sediaan
farmasi. Untuk menggambarkan kelarutan salisilamida dalam saluran cerna
dapat digunakan media disolusi yang memiliki keadaan yang sama dengan
saluran cerna seperti media lambung buatan dan media usus buatan.
ix
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
INFLUENCE OF pH MEDIA DISSOLUTION UPON SOLUBILITY
AND DISSOLUTION OF SALICYLAMIDE
Hendra Wijaya
This study investigated the influence of pH media dissolution upon
solubility and dissolution of salicylamide, a weak acid which has
analgesic and antipyretic activity. When salicylamide consumed, it will
reach gastrointestinal tract which has various range of pH. As a weak
acid, salicylamide’s solubility is influenced by pH. In Noyes-Whitney
equation, dissolution of drugs is influenced by its solubility. To
determine the solubility of salicylamide, saturated solubility of
salicylamide test were performed. To determine time of salicylamide
saturated solubility, the test were performed at pH 2,0. Salicylamide
reached its saturation and going at constant rate after 7 th hours. Seven
hours of solubilization and a hour of dissolution test at pH 1,2; 4,5 and
6,8 were run afterwards. Solubility of salicylamide at pH 1,2; 4,5 and
6,8 in a row was 4226,67; 4299,60 and 4630,87 mg/L. ED60 of
salicylamide at pH 1,2; 4,5 and 6,8 in a row was 46,07; 52,12 and 57,02
%. The result suggest that an increase of pH would also increase
solubility and dissolution of salicylamide.
Keyword: Salicylamide, Influence of pH, Solubility of Salicylamide,
Dissolution of Salicylamide
x
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR.......................................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1 Tinjauan tentang Salisilamida ............................................... 4
2.2 Tinjauan tentang Kelarutan ................................................... 6
2.3 Tinjauan tentang Disolusi ..................................................... 7
2.4 Tinjauan tentang Saluran Cerna ............................................ 13
2.5 Tinjauan tentang Spektrofotometri Ultraviolet ...................... 14
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL................................................ 18
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ................................................ 18
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................. 20
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................ 21
xi
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.1 Bahan Penelitian .................................................................. 21
4.2 Alat Penelitian .................................................................... 21
4.3 Rencana Penelitian ............................................................... 21
4.4 Metode Penelitian ................................................................ 23
4.4.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ..................... 23
4.4.1.1 Spektra Serapan Inframerah ........................... 23
4.4.1.2 Penentuan Suhu Lebur ................................... 23
4.4.2 Pembuatan Media Disolusi ......................................... 24
4.4.2.1 Pembuatan Larutan Komponen Media ........... 24
4.4.2.2 Pembuatan Media Disolusi Berbagai pH ........ 25
4.4.3 Pembuatan Larutan Baku ............................................ 26
4.4.3.1 Pembuatan Larutan Baku Induk ..................... 26
4.4.3.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja...................... 26
4.4.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pada
Berbagai Media ........................................................ 27
4.4.5 Penentuan Kurva Baku Pada Berbagai Media .............. 27
4.4.6 Penentuan Kelarutan Salisilamid ................................. 27
4.4.6.1 Penentuan Waktu Kelarutan pada Media pH
1,2 ................................................................ 27
4.4.6.2 Penentuan Kelarutan pada Berbagai Media .... 28
4.4.7 Penentuan Disolusi Pada Berbagai Media ................... 28
4.5 Analisis Data........................................................................ 29
4.5.1 Uji Kelarutan.............................................................. 29
4.5.2 Evaluasi Profil Disolusi .............................................. 29
4.5.3 Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED) ................. 30
4.5.4 Analisa Statistika Efisiensi Disolusi (ED) ................... 31
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 32
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Salisilamid ....................................... 32
xii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Salisilamid pada
Berbagai pH........................................................................ 33
5.3 Pembuatan Kurva Baku Salisilamid pada Berbagai pH.......... 33
5.4 Penentuan Waktu Kelarutan Salisilamid pada pH 2,0 ............ 34
5.5 Penentuan Kelarutan Salisilamid dalam berbagai pH larutan
dapar .................................................................................... 36
5.6 Penentuan Disolusi Salisilamid dalam berbagai pH larutan
dapar .................................................................................... 36
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................... 40
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 45
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 45
6.2 Saran ................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 46
xiii
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
V.1 Pemeriksaan Kualitatif Salisilamid ................................................ 32
V.2 Panjang gelombang maksimum salisilamid pada berbagai pH
media disolusi dengan µ= 0,2......................................................... 33
V.3 Persamaan regresi kurva baku salisilamid pada berbagai pH media
disolusi dengan µ=0,2 .................................................................... 34
V.4 Kadar salisilamida yang terlarut dalam pH 2,0 pada waktu tertentu 34
V.5 Penentuan kelarutan salisilamid pada berbagai pH media disolusi
dengan µ= 0,2; suhu 37 ± 0,5 °C; dan n= 3 ..................................... 36
V.6 Hubungan antara persen terion & tak terion salisilamid dengan
kelarutan salisilamid pada berbagai pH .......................................... 36
V.7 Persen terdisolusi salisilamid dalam berbagai pH media disolusi
pada menit-menit tertentu .............................................................. 37
V.8 Efisiensi disolusi salisilamid dalam berbagai pH media disolusi
dengan µ= 0,2; suhu 37 ± 0,5 °C; kecepatan pengadukan 50 rpm.
(n=3) ............................................................................................ 38
xiv
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
2.1 Struktur molekul salisilamida ........................................................ 4
2.2 Proses suatu zat terlarut ................................................................. 6
2.3 Presentase ionisasi obat asam lemah dan basa lemah terhadap pH .. 7
2.4 Proses disolusi............................................................................... 8
2.5 Stagnant layer ............................................................................... 8
2.6 Profil disolusi dari tablet................................................................ 13
2.7 Saluran cerna ................................................................................ 14
2.8 Spektra UV salisilamida dalam etanol ............................................ 16
2.9 Spektra UV salisilamida dalam larutan NaOH 0,1N ....................... 17
3.1 Bagan kerangka konseptual ........................................................... 19
4.1 Diagram langkah kerja .................................................................. 22
5.1 Kurva hubungan kelarutan salisilamida dalam larutan dapar pH 2,0
terhadap waktu .............................................................................. 35
5.2 Kurva hubungan antara waktu (menit) dengan % terdisolusi
salisilamid dalam berbagai pH media disolusi dengan µ= 0,2; suhu
37 ± 0,5 °C. (n= 3) ....................................................................... 37
xv
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
1
Sertifikat analisis salisilamid ......................................................... 49
2
Profil spektra FT-IR salisilamid ..................................................... 50
3
Profil Differential Thermal Analysis (DTA ) salisilamid ................. 51
4
Panjang gelombang maksimum salisilamid pada pH 1,2 ................. 52
5
Panjang gelombang maksimum salisilamid pada pH 4,5 ................. 53
6
Panjang gelombang maksimum salisilamid pada pH 6,8 ................. 54
7
Kurva baku salisilamid pada pH 1,2 ............................................... 55
8
Kurva baku salisilamid pada pH 4,5 ............................................... 56
9
Kurva baku salisilamid pada pH 6,8 ............................................... 57
10 Data penentuan waktu kelarutan jenuh salisilamid dalam media
disolusi pH 2,0 ± 0,5 ..................................................................... 58
11 Data penentuan kelarutan salisilamida dalam ph 1,2-6,8 ± 0,05 ...... 59
12 Hasil uji anova waktu kelarutan jenuh salisilamida salisilamida
pada pH 2,0 ±0,05 ......................................................................... 60
13 Hasil uji anova kelarutan salisilamida ............................................ 63
14 Hasil uji anova disolusi salisilamida .............................................. 66
15 Data ED60 salisilamida dalam larutan dapar pH 1,2-6,8................... 68
16 Perhitungan kekuatan ionik (μ) dapar............................................. 69
xvi
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salisilamida merupakan obat golongan AINS (anti-inflamasi nonsteroid). Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Salisilamida memiliki
efek analgesik dan antipiretik mirip asetosal, walaupun di dalam tubuh tidak
diubah menjadi salisilat (Wilmana, et al., 2009). Salisilamida banyak
digunakan karena bersifat asam lemah sehingga salisilamida tidak
menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung (Widjajanti, 2008).
Sediaan salisilamida di Indonesia kebanyakan terdapat dalam bentuk
peroral (Sirait, 2014). Sediaan peroral dalam saluran pencernaan akan
terlarut lalu terabsorbsi dalam tubuh (Sinko et al., 2011). Dalam sistem
biologis pelarutan obat dalam media aqueous merupakan suatu bagian
penting sebelum absorbsi sistemik. Pelarutan obat bentuk padat terjadi
melalui beberapa tahap yaitu: proses pelarutan obat pada permukaan
partikel membentuk larutan jenuh yang dikenal sebagai stagnant layer,
yang kemudian berdifusi ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi obat
tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah (Shargel et al., 2012).
Untuk menggambarkan proses pelarutan dalam saluran pencernaan
digunakan uji disolusi (Nicolaides et al., 2001). Disolusi adalah proses
suatu bahan obat padat ataupun sediaan obat padat menjadi terlarut dalam
suatu pelarut (Sinko et al., 2011). Menurut persamaan Noyes-Whitney, laju
disolusi ditentukan oleh dua parameter yaitu luas permukaan (S) dan
kelarutan (Cs). Disolusi memerlukan interaksi solid-likuid sehingga luas
permukaan solid yang berinteraksi dengan likuid akan memengaruhi laju
disolusinya (Neil dan Hem, 1982).
Skripsi
1
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2
Kelarutan obat dipengaruhi oleh bentuk molekul yang terion dan tak
terion dalam pembawanya (Sinko et al., 2011). Menurut persamaan
Henderson-Hasselbach, jumlah terion dan tak terion dipengaruhi oleh pKa
atau pKb senyawa dan pH lingkungan (Avis et al., 1992). Harga pKa
salisilamid adalah 8,1 (Babhair et al., 1984) dan rentang pH pada saluran
cerna antara 1,5-7 (Shargel et al., 2012). Oleh karena pH pada saluran cerna
bervariasi, disolusi salisilamida dalam setiap saluran cerna pun dapat
berbeda-beda.
Langkah pertama untuk mencari laju disolusi dari suatu obat adalah
membuat media yang memiliki rentang pH seperti pada saluran pencernaan
(Dressman dan Krämer, 2005). Sampai saat ini belum ada penelitian tentang
laju disolusi dari salisilamida dalam berbagai larutan pH media disolusi.
Pada penelitian ini digunakan 3 macam media disolusi yaitu media pH 1,2;
media pH 4,5; media pH 6,8
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kelarutan salisilamida dalam beberapa media disolusi
(pH 1,2; pH 4,5; pH 6,8)
2. Bagaimanakah disolusi salisilamida dalam beberapa media disolusi
(pH 1,2; pH 4,5; pH 6,8)
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menentukan hubungan antara kelarutan dan disolusi dari
salisilamida pada beberapa media disolusi (pH 1,2; pH 4,5; pH 6,8)
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian, kelarutan dan disolusi dari salisilamida dalam
berbagai media disolusi dapat diketahui sehingga dapat menambah
informasi tentang sifat fisikokimia salisilamida yang akan digunakan untuk
pengembangan formula sediaan salisilamida
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan tentang Salisilamida
Salisilamida
mempunyai
rumus molekul
C7H7NO2.
Struktur
salisilamida seperti di bawah ini.
Gambar 2.1 Struktur molekul salisilamida (Sweetman, 2009).
Salisilamida diketahui secara kimia sebagai 2-hidroksibenzamida.
Salisilamida adalah senyawa hasil modifikasi gugus karboksil dari asam
salisilat. Salisilamida disintesis dengan aminolisis dari etil atau metil
salisilat (Babhair et al., 1984).
Berat molekul salisilamida adalah 137,13. Salisilamida berbentuk
serbuk atau kristal putih atau merah muda. Salisilamida mempunyai titik
leleh antara 139 - 142 oC. Satu gram salisilamida larut dalam 500 ml air; 15
ml alkohol; 35 ml eter; 100 ml kloroform; 20 ml propilen glikol.
Salisilamida tidak larut dalam benzena, karbon tetraklorida dan xylene.
Larutan jenuh salisilamida dalam air memiliki pH 5,2-6. Harga pKa
salisilamid adalah 8,1 (Babhair et al., 1984). Log P salisilamid adalah 1,28
(Anonim, 2008). Salisilamida inkompatibel dengan basa kuat dan
pengoksidasi kuat.
Salisilamida merupakan golongan obat AINS (anti-inflamasi nonsteroid). Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
Skripsi
4
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu (Wilmana, et al., 2009).
Salisilamida memiliki aktivitas yang sama dengan asam salisilat tetapi tidak
mudah terhidrolisis menjadi asam salisilat (Rudyanto, 2005). Salisilamida
memiliki efek analgesik dan antipiretik mirip asetosal, walaupun di dalam
tubuh tidak diubah menjadi salisilat. Efek analgesik antipiretik salisilamida
lebih lemah daripada salisilat karena salisilamida dalam mukosa usus
mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga hanya sebagian yang
mencapai sirkulasi sistemik. Salisilamida mudah diabsorpsi usus dan cepat
didistribusi ke jaringan. Salisilamida menghambat glukoronidase obat
analgesik lain di hati misalnya Na salisilat dan asetaminofen, sehingga pada
pemberian bersama dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas Na
salisilat dan asetaminofen (Wilmana, et al., 2009). Salisilamida terserap di
saluran pencernaan dan terdistribusi ke seluruh tubuh tetapi tidak berikatan
dengan plasma protein. Salisilamida diekskresi lewat urine sebagai konjugat
glukoronida dan sulfat (Babhair et al., 1984).
Salisilamida dijual bebas dalam bentuk kombinasi tetap. Dosis
analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali 300-600 mg sehari, untuk
anak 65 mg/kgBB/hari diberikan 6 kali/hari. Untuk febris rheumatik
diperlukan dosis oral 3-6 kali 2 g sehari (Wilmana, et al., 2009). Contoh
nama dagang salisilamida di Indonesia adalah Anaflu, Anarin, Contra flu,
Lemonin, Librofludrine, Mecoxa, Neozep Forte, Refagan, Somarheuma,
dan Yekaflu (Sirait, 2014). Salisilamid dikombinasikan dengan benzokain
dalam bentuk sediaan gel topikal, contoh nama dagangnya adalah Intralgin
(Bandolier, 2007).
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2.2
6
Tinjauan tentang Kelarutan
Kelarutan didefinisikan secara kuantitatif sebagai konsentrasi suatu
zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan secara kualitatif
sebagai reaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekul homogen (Sinko et al., 2011). Berikut adalah proses suatu zat
terlarut:
= molekul solut
= molekul solven
Gambar 2.2 Proses suatu zat terlarut (Florence and Attwood, 2008)
Suatu larutan dikatakan jenuh bila zat terlarut dalam pelarut mencapai
kesetimbangan dengan fase padatnya (Sinko et al., 2011).
Kelarutan dari suatu komponen dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan pH
pelarut (Sinko et al., 2011). Salah satu faktor berpengaruh terhadap
kelarutan kebanyakan obat yang mengandung gugus terion adalah pH. Hal
ini disebabkan karena pH berpengaruh terhadap kelarutan senyawa organik
yang mengandung gugus yang mudah terionisasi. Senyawa organik yang
bersifat asam lebih mudah larut dalam larutan basa karena terjadi ionisasi.
Bentuk terion lebih mudah berinteraksi dengan molekul air sehingga lebih
mudah larut (Florence and Attwood, 2008).
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7
Menurut persamaan Henderson-Hasselbach, jumlah terion dan tak
terion dipengaruhi oleh pKa atau pKb senyawa dan pH lingkungan (Avis et
al., 1992). Berikut adalah persamaan Henderson-Hasselbach:
pH = pKa + log
……...........................………...(2.1)
pH = pKb + log
………………………..……..(2.2)
Ketika pH larutan obat yang bersifat asam lemah berada pada rentang 2 unit
dari pKa, maka 99,99% senyawa menjadi bentuk terion. Obat yang bersifat
asam lemah akan berada dalam bentuk tak terion total pada pH sampai 2
tingkat di bawah tetapan pKa-nya serta akan berada pada bentuk terion total
pada pH dengan 2 tingkat lebih besar dari pKa-nya. Senyawa jenis ini akan
terion 50% pada nilai pKa-nya (Florenceand Attwood, 2008).
Gambar 2.3 Persentase ionisasi obat asam lemah dan basa lemah terhadap
pH (Florenceand Attwood, 2008)
2.3
Tinjauan tentang Disolusi
Disolusi adalah proses suatu bahan obat padat ataupun sediaan obat
padat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Berikut adalah proses disolusi:
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8
Tablet atau
kapsul
Obat dalam
larutan (in
vitro atau in
vivo)
Granul atau
agregat
Obat dalam
darah, cairan
lain dan
jaringan
Partikel halus
Gambar 2.4 Proses disolusi (Sinko et al., 2011)
Dalam sistem biologik pelarutan obat dalam media aqueous merupakan
suatu bagian penting sebelum absorbsi sistemik. Pelarutan obat bentuk
padat terjadi melalui beberapa tahap yaitu: proses pelarutan obat pada
permukaan partikel membentuk larutan jenuh yang dikenal sebagai stagnant
layer, yang kemudian berdifusi ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi
obat tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah (Shargel et al., 2012).
Konsentrasi
Gambar 2.5 Stagnant layer (Sinko et al., 2011)
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9
Persamaan yang menggambarkan proses disolusi pertama kali
diobservasi
oleh Noyes dan Whitney.
Persamaan Noyes-Whitney
menyatakan:
(
)…………………….…………(2.3)
dengan dC/dt adalah laju disolusi, K adalah konstanta, S adalah luas
permukaan zat padat terlarut, Cs adalah kelarutan obat di pelarut, dan Ct
adalah konsentrasi obat di pelarut pada waktu t. Konstanta K telah
dibuktikan sama dengan D/h, D adalah koefisien difusi zat terlarut dan h
adalah ketebalan dari diffusion layer. Pada laju kondisi sink, Ct akan selalu
tak berarti bila dibandingkan dengan Cs dan persamaan sebelumnya dapat
dirubah menjadi:
……………………………………(2.4)
koefisien difusi (D) dan biasanya Cs meningkat pada peningkatan suhu dan
sebaliknya D menurun pada peningkatan viskositas. Meningkatnya luas
permukaan area (S), misalnya pada pengecilan ukuran partikel, akan
meningkatkan laju disolusi. Perubahan pH atau sifat dari pelarut, yang
memengaruhi kelarutan obat, juga akan memengaruhi laju disolusinya.
Penggunaan bentuk garam atau bentuk kimia atau fisika yang berbeda, yang
memiliki kelarutan berbeda dari bentuk semulanya, akan memengaruhi laju
disolusinya ( Gibaldi, 1970). Dari persamaan Noyes dan Whitney terlihat
bahwa kinetika pelarutan dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi,
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10
dan pelarut (Shargel et al., 2012). Faktor-faktor yang memengaruhi laju
disolusi antara lain (Neil dan Hem, 1982)
1.
Luas permukaan area
Disolusi memerlukan interaksi solid-likuid sehingga luas area solid
yang berinteraksi dengan likuid akan memengaruhi laju disolusinya.
2.
Gelembung udara dan aglomerat
Gelembung udara dan aglomerat pada permukaan solid akan
mengurangi luas permukaan efektif sehingga akan mengurangi laju
disolusinya.
3.
Viskositas pelarut
Viskositas memengaruhi laju transportasi solut dari solid-likuid ke bulk
solution.
4.
Suhu
Efek dari suhu tergantung pada ΔHsol. Bila solid menyerap panas ketika
terlarut (ΔH positif) maka efek meningkatnya suhu akan meningkatkan
laju disolusi karena meningkatnya kelarutan. Pada ΔH negatif, efeknya
akan sebaliknya.
5.
Agitasi
Agitasi memengaruhi disolusi dengan efeknya pada tebal lapisan difusi.
Semakin cepat agitasi akan menurunkan tebal dari lapisan disolusi
sehingga menambah laju disolusi.
6.
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan susahnya pembasahan
sehingga muncul gelembung udara atau lapisan udara pada permukaan
solid yang akan mengurangi luas permukaan efektif.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11
Uji disolusi digunakan untuk memperkirakan proses disolusi obat di
dalam saluran pencernaan. Data yang didapat dari uji disolusi digunakan
untuk memperkirakan formulasi apa yang cocok digunakan dalam
pembuatan sediaan peroral, untuk kontrol kualitas, dan untuk mendukung
penentuan bioekivalensi (Dressman et al., 1998). Parameter yang harus
diperhatikan dalam uji disolusi adalah kondisi sink yang merupakan
pendekatan terhadap kondisi in vivo yang menunjukkan setelah pemberian
obat, obat diabsorbsi di usus halus yang menyebabkan Ct selalu rendah
(Hanson, 1991). Kondisi ini dapat dibuat dengan cara menggunakan media
disolusi dalam jumlah besar yaitu tidak kurang dari tiga kali volume pelarut
yang menghasilkan larutan jenuh (United States Pharmacopeia Convention,
2008).
Pemilihan media disolusi adalah hal penting dan kritis pada uji
disolusi obat. Pada uji disolusi diinginkan kondisi yang sama dengan
kondisi pada saluran cerna. Salah satunya yaitu pada pemilihan media
disolusi dengan pH yang menggambarkan pH cairan pada saluran cerna
(Qureshi, 2014). Volume media disolusi in vitro harus lebih besar dari
jumlah pelarut yang diperlukan untuk melarutkan obat secara sempurna.
Media-media yang ada adalah sebagai berikut:(Dressman dan Krämer, 2005)
Media lambung buatan dalam keadaan puasa pH 1,8
NaCl
HCl acid conc.
Triton X 100
Deionized water qs ad
2g
3g
1g
1L
Media usus buatan dalam keadaan puasa pH 6,5 (blank)
NaH2PO4 x H2O
NaCl
NaOH
Deionized water qs ad
Skripsi
3,438 g
6,186 g
0,348 g
1L
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Media usus buatan dalam keadaan terisi pH 5.0 (blank)
Asam asetat glasial
NaCl
Pellet NaOH
Deionized water qs ad
8,65 g
11,874 g
4,04 g
1L
Media lambung buatan tanpa pepsin pH 1,2
NaCl
HCl acid conc.
Deionized water qs ad
2g
7g
1L
Media usus buatan dalam keadaan puasa
Sodium taurocholate
Lecithin
Blank ad
1,65 g
0,591 g
1L
Media usus buatan dalam keadaan terisi
Sodium taurocholate
Lecithin
Blank ad
8,25 g
2,954
1L
Media kolon buatan pH 5,8
Asam asetat 1M
NaOH 1M
Deionized water qs ad
170 mL
157 mL
1L
Untuk membandingkan profil disolusi antar media digunakan konsep
efisiensi disolusi. Efisiensi disolusi didefinisikan sebagai luas daerah di
bawah kurva disolusi sampai batas waktu tertentu dibagi luas segi empat
yang digambarkan oleh disolusi 100% pada batas waktu yang sama dan
digunakan untuk membandingkan profil disolusi antar media (Khan, 1975).
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13
100
% terlarut
t
0
waktu
Gambar 2.6 Profil disolusi dari tablet (Khan, 1975)
............................................(2.5)
( )
(
)
(
)...............................................(2.6)
Keterangan:
Cn = kadar obat (%) yang terlarut dari awal sampai waktu tn
Cn-1 = kadar obat (%) yang terlarut dari awal sampai waktu tn-1
tn = waktu pengambilan sampel ke n
tn-1 = waktu pengambilan sampel ke n-1
2.4
Tinjauan tentang Saluran Cerna
Obat-obat yang diberikan secara oral melewati berbagai bagian
saluran enteral, yaitu rongga mulut, esofagus, lambung, duodenum, jejunum,
ileum, kolon, rectum. Saliva pada rongga mulut mempunyai pH sekitar 7.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14
Cairan esophagus mempunyai pH antara 5 dan 6. Lambung saat puasa
mempunyai pH kira-kira 2 - 6.Dengan adanya makanan, pH lambung kirakira 1,5 - 2 karena adanya sekresi asam oleh sel parietal. Duodenum
mempunyai pH kira-kira 6 - 6,5. Ileum mempunyai pH sekitar 7, dengan
bagian distal 8. Kolon mempunyai pH sekitar 5,5 - 7. Rektum mempunyai
sedikit cairan (kurang lebih 2 ml) dengan pH sekitar 7 (Shargel et al., 2012).
Gambar 2.7 Saluran Cerna (Shargel et al., 2012)
2.5
Tinjauan tentang Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet adalah metode yang digunakan untuk
mengukur serapan sinar ultraviolet dari suatu molekul yang dapat
menyebabkan eksitasi electron dalam orbital molekul tersebut dari tingkat
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
15
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi (Watson, 1999). Area
panjang gelombang ultraviolet berada pada 190-380 nm (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Spektrofotometri dapat digunakan
dalam analisis formulasi bahan obat secara kuantitatif dan tidak ada
pengaruh dari bahan tambahan, menentukan pKa bahan obat, menentukan
koefisien partisi dan kelarutan obat, uji disolusi, dan spektrum ultraviolet
suatu obat dapat digunakan sebagai identifikasi (Watson, 1999).
Bahan aktif yang dapat diidentifikasi menggunakan spektrofotometri
ultraviolet adalah senyawa yang memilki gugus kromofor dan auksokrom.
Gugus kromofor adalah gugus yang mengandung ikatan π, yaitu ikatan
yang tidak jenuh. Contohnya: karbonil (keton dan aldehida), karboksil,
amida, etilen, asetilen, nitril, nitro (Owen, 1996). Gugus auksokrom
menentukan intensitas warna suatu senyawa. Contoh gugus auksokrom
antara lain: OH, NH2, CH3, dan NO2.
Kelebihan spektrofotometri ultraviolet yaitu mudah digunakan,
biayanya murah, cepat, tangguh, peka (dapat mendeteksi kadar dalam
satuan ppm), presis, penggunaannya luas karena dapat digunakan hampir
semua senyawa organik dan anorganik, tersedia banyak cara. Sedangkan
kekurangannya yaitu relatif konvensional, karakteristik tetapi tidak spesifik
(moderately selective), tidak dapat menganalisis analit dalam campuran
(Watson, 1999).
Pergeseran panjang gelombang terjadi karena beberapa alasan, yaitu:
perpanjangan ikatan rangkap terkonjugasi, perpaduan kromofor dan
auksokrom, penambahan gugus fungsi atau atom, molaritas pelarut (Reusch,
2013), konsentrasi, pH, dan suhu (Owen, 1996). Pergeseran panjang
gelombang ultraviolet menjadi lebih panjang disebut batokromik, dan
pergeseran panjang gelombang UV menjadi lebih pendek disebut
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16
hipsokromik. Panjang gelombang yang menjadi lebih besar disebut
hiperkromik dan bila lebih kecil disebut hipokromik (Reusch, 2013).
Spektrum ultraviolet salisilamid dalam pelarut metanol-air memiliki
panjang gelombang maksimal pada 235 nm dan 302 nm. Spektra UV dapat
dilihat di gambar 2.6 dan 2.7. Pada panjang gelombang 235 nm ekstingsi
molar salisilamid (E1%) sebesar 543 dengan tebal kuvet 1 cm, sedangkan
pada panjang gelombang 302 nm sebesar 295 (Babhair et al., 1984).
Gambar 2.8 Spektra UV salisilamida dalam metanol (Babhair et al.,
1984)
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17
Gambar 2.9 Spektra UV salisilamida dalam larutan NaOH 0,1N
(Babhair et al., 1984)
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Salisilamida merupakan obat AINS (anti-inflamasi non-steroid)
(Wilmana et al., 2009). Salisilamida bersifat asam lemah dengan pKa 8,1
(Babhair et al., 1984). Oleh karena sifatnya yang asam lemah membuat
salisilamida tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung
(Anonim, 2014). Kelebihan ini membuat salisilamida lebih banyak
digunakan dalam sediaan peroral (Sirait, 2014).
Obat harus dapat terabsorbsi untuk sediaan peroral. Untuk dapat
terabsorbsi, obat harus dalam bentuk larutan yang berarti harus melewati
proses disolusi dahulu (Sinko et al., 2011). Menurut persamaan NoyesWhitney, disolusi ditentukan oleh dua parameter yaitu luas permukaan (S)
dan kelarutan (Cs). Semakin besar kelarutan, semakin besar juga
disolusinya. Besarnya kelarutan dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
adalah pH lingkungan (Gibaldi, 1970).
Pada sediaan peroral, obat akan melewati saluran pencernaan yang
memiliki variasi pH seperti pH saliva mulut sekitar 7, pH lambung 2-6, pH
usus 6-8 (Shargel et al., 2012). Perbedaan pH pada setiap saluran cerna
menyebabkan kelarutan yang berbeda pula sehingga disolusinya pun
berbeda. Untuk simulasi kondisi saluran pencernaan ini, pada uji in vitro
digunakan media disolusi.
Kelarutan salisilamida yang merupakan asam lemah akan meningkat
pada peningkatan pH. Oleh karena kelarutannya (Cs) meningkat maka
Skripsi
18
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
19
disolusinya pun meningkat. Pada pH asam, disolusi salisilamida akan kecil
sedangkan pada pH basa, disolusinya akan besar.
Salisilamida
Golongan obat AINS
Asam lemah
pKa 8,1
Digunakan secara peroral
Terdisolusi
Disolusi dipengaruhi oleh kelarutan
Kelarutan dipengaruhi oleh pH
Pada asam lemah,
pH meningkat
Kelarutan meningkat
pH saluran cerna bervariasi
Digambarkan dengan media disolusi
pH asam, disolusi rendah
pH basa, disolusi besar
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3.2
20
Hipotesis Penelitian
Salisilamida yang merupakan asam lemah akan semakin mudah larut
pada pH yang lebih basa sehingga laju disolusinya juga akan meningkat
pada pH yang lebih basa.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Bahan Penelitian
Bahan-bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
salisilamida (Pharmaceutical Grade), KCl, HCl, asam sitrat, sodium sitrat,
NaH2PO4.2H2O, Na2HPO4.7H2O. Kecuali disebut lain bahan yang
digunakan adalah p.a.
4.2
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji disolusi
dengan pengaduk dayung (Erweka DT 706), spektrofotometer UV-VIS
Carry-50, Differential Thermal Analysis (Metler Toledo FP 85 TA Cell,
US), Spektrofotometer FT-IR (Perkin Elmer Instrument) dan seperangkat
alat laboratorium.
4.3
Rencana Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan studi eksperimental tentang pengaruh
pH media disolusi terhadap kelarutan dan disolusi salisilamida yang diawali
dengan pembuatan larutan baku pada masing-masing media disolusi. Media
disolusi yang digunakan adalah media pH 1,2; media pH 4,5; media pH 6,8.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pH media disolusi. Variabel
tergantung pada penelitian ini adalah kelarutan dan disolusi salisilamida.
Variabel terkendali pada peneltian ini adalah suhu, kecepatan pengadukan,
kekuatan ionik larutan pH media disolusi. Diagram langkah penelitian
untuk melihat pengaruh media disolusi terhadap disolusi salisilamida dapat
dilihat dalam Gambar 4.1.
Skripsi
21
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
1.
2.
22
Uji kualitatif salisilamida
Spektra serapan inframerah
Penentuan suhu lebur
Pembuatan media disolusi
pH 1,2; 4,5; 6,8
Pembuatan larutan baku dari
salisilamida pada masing-masing
media disolusi
Penentuan λ max
Pembuatan kurva
baku
Penentuan kelarutan salisilamida
dalam berbagai media disolusi
(pH 1,2; 4,5 dan 6,8)
Penentuan disolusi salisilamida
dalam berbagai media disolusi
(pH 1,2; 4,5 dan 6,8)
Gambar 4.1. Diagram Langkah Kerja.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23
4.4 Metode Penelitian
4.4.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
4.4.1.1 Spektra Serapan Inframerah
Pemeriksaan spektra serapan inframerah salisilamid dilakukan
dengan cara dibuat pellet KBr, sebanyak 1 mg salisilamid dicampur dengan
100 mg serbuk KBr kering kemudian ditekan atau dikompresi dengan
penekan hidrolik pada tekanan 5 atm dalam suasana hampa. Setelah
terbentuk pellet yang transparan atau tembus cahaya, diamati serapan
inframerahnya, di-scan dengan FTIR pada bilangan gelombang 400-4000
cm-1 dan hasil spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
4.4.1.2 Penentuan Suhu Lebur
Penentuan suhu lebur dilakukan dengan Differential Thermal
Analysis (DTA) Mettler Toledo. Salisilamid ditimbang 3-5 mg dimasukkan
ke dalam sample pan, lalu ditutup. Sample pan dimasukkan ke dalam
sample holder. Sample pan yang digunakan adalah Aluminium crucible.
Program pemanasan dijalankan dengan laju pemanasan 5°C/menit pada
rentang suhu pemanasan 50-250 C. Hasil pengujian yang diperoleh
dibandingkan dengan pustaka (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
24
4.4.2 Pembuatan Media Disolusi
4.4.2.1 Pembuatan Larutan Komponen Media
a.
Ditimbang 3,73 g KCl, dilarutkan dalam air suling bebas
CO2, dimasukkan dalam labu ukur 500,0 mL kemudian
ditambah air suling bebas CO2 sampai volume 500,0 mL,
sehingga didapatkan larutan KCl 0,02 M.
b.
Dipipet 5 ml HCl pekat, dilarutkan dalam air suling bebas
CO2, dimasukkan dalam labu ukur 500,0 mL kemudian
ditambah air suling bebas CO2 sampai volume 500,0 mL,
sehingga didapatkan larutan HCl 0,02 M.
c.
Ditimbang 2,10 g asam sitrat (C6H8O7.H2O), dilarutkan
dalam air suling bebas CO2, dimasukkan dalam labu ukur
500,0 mL kemudian ditambah air suling bebas CO2
sampai volume 500,0 mL, sehingga didapatkan larutan
asam sitrat 0,02 M.
d.
Ditimbang 2,94 g natrium sitrat (C6H5O7Na3.2H2O),
dilarutkan dengan air suling bebas CO2, dimasukkan
dalam labu ukur 500,0 mL kemudian ditambah air suling
bebas CO2
sampai
volume 500,0 mL,
sehingga
didapatkan larutan natrium sitrat 0,02 M.
e.
Ditimbang 1,39 g NaH2PO4.2H2O, dilarutkan dalam air
suling bebas CO2, dimasukkan dalam labu ukur 500,0 mL
kemudian ditambah air suling bebas CO2 sampai volume
500,0 mL, sehingga didapatkan larutan NaH2PO4.2H2O
0,02 M.
f.
Ditimbang 2,68 g Na2HPO4.7H2O, dilarutkan dalam air
suling bebas CO2, dimasukkan dalam labu ukur 500,0 mL
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
25
kemudian ditambah air suling bebas CO2 sampai volume
500,0 mL, sehingga didapatkan larutan Na 2HPO4.7H2O
0,02 M.
4.2.2.2 Pembuatan Media Disolusi Berbagai pH ( µ = 0,2 )
a.
Media Disolusi pH 1,2
Diambil 250 mL KCl 0,1 M, ditambah 322,5 mL HCl 0,1
M, aduk homogen kemudian ditambahkan air suling
bebas CO2 sampai volume 1000,0 mL sehingga diperoleh
larutan dapar HCl-KCl 1000,0 mL (Gomori, 2004).
b.
Media Disolusi pH 4,5
Diambil 267,5 mL asam sitrat 0,02 M, ditambah 232,5
mL natrium sitrat 0,02 M, aduk homogen. Tambahkan
8,12 g NaCl, aduk homogen. Tambahkan air suling bebas
CO2 sampai volume 1000,0 mL sehingga diperoleh
larutan dapar sitrat 1000,0 mL (Gomori, 2004).
c.
Media Disolusi pH 6,8
Diambil 255 mL NaH2PO4.2H2O 0,02 M, ditambah 245
mL Na2HPO4.7H2O 0,02 M, aduk homogen. Tambahkan
6,96 NaCl, aduk homogen. Tambahkan air suling bebas
CO2 sampai volume 1000,0 mL sehingga diperoleh
larutan dapar fosfat 1000,0 mL (Gomori, 2004)..
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26
4.4.3 Pembuatan Larutan Baku
4.4.3.1 Pembuatan Larutan Baku Induk
Ditimbang secara seksama salisilamid 50,0 mg dengan neraca
analitik. Larutkan dengan ±5 ml etanol, kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 10,0 mL dan ditambahkan etanol sampai volume tepat 10,0 mL
(5000 mg/L). Dipipet 1,0 ml dari larutan salisilamid 5000 mg/L, masukkan
ke dalam labu ukur 50,0 ml dan tambahkan larutan dapar pH 1,2 hingga
tepat tanda (100 mg/L). Dari larutan baku induk tersebut dibuat larutan
baku kerja dengan kadar 5,0; 16,0; 30,0; 40,0 dan 50,0 mg/L. Untuk
pembuatan larutan baku induk media pH 4,5 dan pH 6,8 dilakukan dengan
cara yang sama.
4.4.3.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja
5,0 mg/L
: dipipet 5,0 mL larutan baku induk 100 mg/L,
dimasukkan labu ukur 10,0 mL, ditambahkan
media yang sesuai sampai volume tepat 10,0 mL.
16,0 mg/L
: dipipet 4,0 mL larutan baku induk 100 mg/L,
dimasukkan labu ukur 25,0 mL, ditambahkan
media yang sesuai sampai volume tepat 25,0 mL.
30,0 mg/L
: dipipet 3,0 mL larutan baku induk 100 mg/L,
dimasukkan labu ukur 10,0 mL, ditambahkan
media yang sesuai sampai volume tepat 10,0 mL.
40,0 mg/L
: dipipet 4,0 mL larutan baku induk 100 mg/L,
dimasukkan labu ukur 10,0 mL, ditambahkan
media yang sesuai sampai volume tepat 10,0 mL.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50,0 mg/L
27
: dipipet 5,0 mL larutan baku induk 100 mg/L,
dimasukkan labu ukur 10,0 mL, ditambahkan
media yang sesuai sampai volume tepat 10,0 mL.
4.4.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pada Berbagai Media
Dari larutan baku kerja pada masing-masing media, diambil larutan
baku kerja salisilamid 10,0 dan 20,0 mg/L kemudian diamati absorbannya
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm.
Panjang gelombang yang memiliki absorban tertinggi merupakan panjang
gelombang maksimum dan masing-masing media mempunyai panjang
gelombang maksimum yang berbeda-beda.
4.4.5 Penentuan Kurva Baku Pada Berbagai Media
Dari larutan baku kerja pada masing-masing media yang telah dibuat,
yaitu pada kadar 5,0; 16,0; 30,0; 40,0; dan 50,0 mg/L diamati absorbannya
pada panjang gelombang maksimum masing-masing sesuai dengan media.
Untuk mendapatkan persamaan regresi, dibuat kurva hubungan antara
absorban dan kadar, dengan absorban sebagai sumbu Y dan kadar sebagai
sumbu X.
4.4.6 Penentuan Kelarutan Salisilamid
4.4.6.1 Penentuan Waktu Kelarutan pada Media pH 2,0
Persiapkan 8 vial. Ditimbang 30 mg salisilamid dengan neraca
analitik kemudian dimasukkan vial yang berisi 5,0 ml larutan dapar pada
media pH 1,2. Larutan dikocok dalam waterbath shaker dengan kecepatan
150 kali/menit dan suhu 37,0 ± 0,5 ºC. Diambil 1 sampel tiap 1 jam. Sampel
diambil sebanyak 2,0 ml menggunakan spuit injeksi dan disaring dengan
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
28
kertas saring whatman, ambil filtrat 0,05 ml lalu diencerkan dengan larutan
media pH 2,0 pada labu ukur 10,0 ml dan ditambahkan pelarut hingga tepat
tanda. Kemudian diamati absorbsinya pada panjang gelombang maksimum.
Hal yang sama dilakukan pada tiap vial hingga didapat kadar konstan
selama 3 waktu.
4.4.6.2 Penentuan Kelarutan Pada Berbagai Media
Ditimbang 30 mg salisilamid dengan neraca analitik kemudian
dimasukkan vial yang berisi 5,0 ml larutan dapar pada berbagai pH Media
(pH 1,2; 4,5; 6,8). Suhu diatur konstan 37,0 ± 0,5 oC. Larutan diultrasonik
selama 30 menit untuk mempercepat kelarutannnya kemudian dikocok
dalam waterbath shaker dengan kecepatan 150 kali/menit selama waktu
kelarutan. Diambil cuplikan sebanyak 5,0 ml menggunakan spuit injeksi
dan disaring dengan kertas saring whatman, ambil 0,05 ml filtrat lalu
diencerkan dengan larutan pH media yang sesuai volume tepat 10,0 ml pada
labu 10,0 ml. Kemudian diamati absorbsinya pada panjang gelombang
maksimum masing-masing. Penentuan kelarutan salisilamid dilakukan
replikasi 3 kali.
4.4.7 Penentuan Disolusi Pada Berbagai Media
Serbuk salisilamida 50 mg dimasukkan kedalam alat uji disolusi
dengan pengaduk dayung (Erweka DT 706) yang berisi 900 ml media
disolusi (media pH 1,2; media pH 4,5; media pH 6,8) pada suhu 37 ± 0,5ºC.
Setelah serbuk mencapai dasar media, putar dayung dengan kecepatan 50
rpm. Sampel 5 ml diambil pada menit ke 5, 10, 15, 20, 30, 45, 60, kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring whatman. Tiap pengambilan
dilakukan pada tempat yang sama dan volume sampel yang diambil diganti
dengan media disolusi yang baru. Diamati absorban tiap sampel dengan
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
spektrofotometer
UV-VIS
pada
panjang
29
gelombang
maksimum
salisilamida, sehingga didapatkan konsentrasi salisilamida dalam masingmasing sampel.
Uji disolusi dilakukan replikasi sebanyak 3 kali untuk setiap jenis
sampel. Untuk memperoleh konsentrasi salisilamida sebenarnya dalam
sampel dengan memperhitungkan penggantian 5,0 ml media disolusi setiap
kali pengambilan sampel, maka konsentrasi salisilamida dihitung dengan
persamaan: (Wurster, 1965)
∑
………………………………(4.1)
Keterangan:
Cn = konsentrasi salisilamida sebenarnya setelah koreksi (mg/L)
C’n = konsentrasi salisilamida yang terbaca pada spektrofotometer
(mg/L)
Cs = konsentrasi salisilamida yang terbaca dari sampel sebelumnya
(mg/L)
a = volume sampel yang diambil
b = volume media
4.5 Analisis Data
4.5.1 Uji Kelarutan
Pada uji kelarutan dihitung konsentrasi salisilamid terlarut melalui
kurva baku salisilamid dalam larutan dapar pH 1,2; 4,5 dan 6,8. Penentuan
kelarutan ini dilakukan replikasi tiga kali.
4.5.2 Evaluasi Profil Disolusi
Penentuan kurva profil laju disolusi, merupakan kurva yang
menggambarkan jumlah senyawa yang terlarut terhadap waktu. Profil laju
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30
disolusi (kurva % bahan obat terlarut vs waktu) dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
y
Konsentrasi
terlarut
waktu
x
4.5.3 Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED)
Harga efisiensi disolusi (ED), parameter yang digunakan untuk
membandingkan laju disolusi salisilamida antar kelompok perlakuan pada
menit tertentu dihitung dengan rumus 2.5. Harga efisiensi disolusi yang
akan dibandingkan antar perlakuan adalah ED60.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
31
4.5.4 Analisis Statistika
Kelarutan dan harga ED60 dianalisis secara statistik dengan
menggunakan metode anova satu arah pada α = 0,05, sehingga dapat
diketahui ada tidaknya perbedaan efisiensi disolusi salisilamida yang
bermakna antar perlakuan pada menit tertentu. Jika nilai F hitung lebih
besar daripada F tabel maka terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang
bermakna, minimal satu pasang data.
Bila ada perbedaan kelarutan, efisiensi disolusi salisilamida yang
bermakna, maka untuk mengetahui letak perbedaannya dilanjutkan uji HSD
(Honestly Significant Difference) menurut Tukey dengan α = 0,05
√
................................................(4.2)
Keterangan:
q : diperoleh dari tabel F
α : derajat kepercayaan
k : jumlah perlakuan
N : jumlah pengamatan total
n : jumlah pengulangan
MSE: kuadrat rata-rata kesalahan
Jika selisish rata-rata efisiensi disolusi antara dua perlakuan
lebih besar dari hasil perhitungan nilai HSD, maka terdapat
perbedaan efisiensi disolusi yang bermakna antara dua perlakuan
tersebut.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Pemeriksaan Kualitatif Salisilamid
Hasil pemeriksaan kualitatif salisilamid dapat dilihat di tabel V.1.
Sedangkan spektrum inframerah dan termogram DTA salisilamid dapat
dilihat pada lampiran 2 dan 3. Hasil identifikasi salisilamid pada spektrum
inframerah dan termogram DTA menunjukkan bahwa salisilamid yang
digunakan sesuai dengan pustaka.
Tabel V. 1 Pemeriksaan Kualitatif Salisilamid
Identifikasi
Hasil Identifikasi
Pustaka
1. Organoleptis
Serbuk kristal
Serbuk kristal
berwarna putih, tidak berwarna putih,
berbau
tidak berbaua)
2. Titik lebur DTA
143,7°C
140-144°Cb)
3. Identifikasi
Bilangan gelombang Bilangan gelombang
Spektrum Inframerah
(cm-1):
(cm-1)a):
Gugus:
1. OH regangan
2. NH regangan
3. CO amida
4. C=C aromatik
5. Ikatan aromatik
6. Sidik jari
3397,12
3189,16
1675,21
1629,21 dan 1590,28
750,18
1492,30;
1447,25;
1424,24;
1358,26;
1303,41;
dan 1252,18
Keterangan: a) Babhair et al., 1984
b)
3400
3200
1680
1630 dan 1590
750
1500,
1450,
1430,
1360,
1310, dan
1250
Anonim, 2015
32
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33
Berdasarkan data hasil pemeriksaan kualitatif yaitu organoleptis,
suhu lebur, dan spektrum inframerah maka salisilamid yang digunakan
dalam penelitian ini sesuai dengan pustaka, sehingga dapat digunakan untuk
penelitian.
5.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Salisilamid pada
Berbagai pH
Penentuan panjang gelombang maksimum salisilamid dilakukan
media disolusi pH 1,2; 4,5 dan 6,8. Data panjang gelombang maksimum
salisilamid selengkapnya dapat dilihat pada tabel V.2. Profil spektrum
salisilamid dalam media disolusi pH 1,2; 4,5 dan 6,8 dapat dilihat pada
lampiran 4 sampai dengan lampiran 6.
Tabel V.2 Panjang gelombang maksimum salisilamid pada berbagai pH
media disolusi dengan µ= 0,2.
5.3
Larutan salisilamid dalam media disolusi
λmaks (nm)
pH 1,2
pH 4,5
pH 6,8
299
299
300
Pembuatan Kurva Baku Salisilamid pada Berbagai pH
Kurva baku salisilamid pada berbagai pH diperoleh dari hasil
pengukuran serapan larutan baku kerja pada panjang gelombang maksimum
masing-masing pH media disolusi. Hasil pengukuran larutan baku kerja
salisilamid dapat dilihat pada tabel V.3. Kurva baku salisilamid berbagai pH
dapat dilihat pada lampiran 7 sampai dengan lampiran 9.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
34
Tabel V.3 Persamaan regresi kurva baku salisilamid pada berbagai pH
media disolusi dengan µ= 0,2.
5.4
pH
Persamaan regresi
R
1,2
4,5
6,8
y = 0,02555x + 0,01031
y = 0,02585x - 0,00193
y = 0,02535x + 0,01257
0,99981
0,99995
0,99994
Penentuan Waktu Kelarutan Jenuh Salisilamid pada pH 2,0
Penentuan waktu kelarutan salisilamida dilakukan selama 8 jam
dengan mengambil sampel berisi salisilamida media disolusi pH 2,0 pada
jam ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Waktu jenuh ditandai pada saat kadar
salisilamida yang terlarut mulai konstan dan tidak terdapat perbedaan kadar
yang bermakna pada jam-jam berikutnya. Kadar salisilamida yang terlarut
pada waktu tertentu dapat dilihat pada tabel V.4.
Tabel V.4 Kadar salisilamida yang terlarut dalam pH 2,0 pada waktu
tertentu
Waktu (jam)
1
Kadar salisilamida (mg/L) ± SD
4220,67 ± 120,01
a)
% KV
2,84
4446,00 ± 41,33
b)
0,93
3
4460,67 ± 57,84
b)
1,30
4
4489,33 ±32,08 b)
0,71
5
4352,67 ± 35,12
c)
0,81
4569,33 ± 53,53
d)
1,17
d)
0,39
0,42
2
6
7
8
4632,67 ± 18,15
4578,00 ± 19,08 d)
keterangan: a) b) c) d) superscript huruf yang sama menunjukkan tidak
ada perbedaan yang bermakna antar kelompok
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
35
Dari data pada tabel V.5 dibuat kurva hubungan kelarutan salisilamida
media disolusi pH 2,0 terhadap waktu seperti terlihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Kurva hubungan kelarutan salisilamida dalam media disolusi
pH 2,0 terhadap waktu
Hasil Analisis statistik anova satu arah untuk penentuan waktu
kelarutan jenuh salisilamid dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan
hasil analisis statistik anova satu arah yang dilanjutkan dengan uji Post
Hoc LSD, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan kelarutan
salisilamida yang bermakna pada jam ke 6, 7, dan 8. Dari data dan
kurva kelarutan salisilamida terhadap waktu, serta nilai analisis statistik
anova satu arah, ditetapkan waktu kelarutan jenuh Salisilamida adalah
pada jam ke 7.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5.5
36
Penentuan Kelarutan Salisilamid dalam berbagai pH Media
Disolusi
Penentuan kelarutan salisilamid dilakukan ketika larutan jenuh
salisilamid telah terbentuk, yaitu setelah 7 jam setelah pengocokan pada
suhu 37 ± 0,5 °C dengan melakukan replikasi 3 kali.
Tabel V.5 Penentuan kelarutan salisilamid pada berbagai pH media
disolusi dengan µ= 0,2; suhu 37 ± 0,5 °C; dan n= 3.
Kelarutan Salisilamid
Anova
pH
N
(mg/L) ± SD
Hasil
Kesimpulan
1,2
4,5
6,8
3
3
3
4226,67 ± 20,03 a)
4299,60 ± 58,52 a)
4630,87 ± 160,09 b)
F=14,179
p= 0,005
Beda
bermakna
keterangan: a) b) superscript huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna antar kelompok
Tabel V.6 Hubungan antara persen terion & tak terion salisilamid dengan
kelarutan salisilamid pada berbagai pH
5.6
pH
Persen Terion
Salisilamid (%)
Persen Tak Terion
Salisilamid (%)
1,2
4,5
6,8
0,01
0,02
0,4
99,99
99,98
96,00
Kelarutan
Salisilamid
(mg/L)
4226,67
4299,60
4630,87
Penentuan Disolusi Salisilamid dalam berbagai pH Media
Disolusi
Penentuan disolusi salisilamid dilakukan dengan mengambil sampel
pada menit 5, 10, 15, 20, 30, 45 dan 60 pada suhu 37 ± 0,5 ºC dan
kecepatan pengadukan 50 rpm dengan melakukan replikasi 3 kali. Nilai
efisiensi disolusi (ED60) dihitung menggunakan persamaan 2.5
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Tabel V.7 Persen terdisolusi salisilamida dalam berbagai pH media disolusi
pada menit-menit tertentu
Waktu
Persen Terdisolusi
pH 1,2
pH 4,5
pH 6,8
0
0.00
0.00
0.00
5
15.11
11.67
17.40
10
27.53
19.94
30.75
15
32.05
29.81
41.40
20
38.52
40.29
51.18
30
48.40
58.70
65.20
45
62.10
75.63
76.46
60
75.42
86.63
83.69
Gambar 5.2 Kurva hubungan antara waktu (menit) dengan % terdisolusi
salisilamid dalam berbagai pH media disolusi dengan µ= 0,2;
suhu 37 ± 0,5 °C (n= 3)
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Tabel V.8 Efisiensi disolusi salisilamid dalam berbagai pH media disolusi
dengan µ= 0,2; suhu 37 ± 0,5 °C; kecepatan pengadukan 50
rpm. (n= 3)
pH
N
ED60 ± SD
1,2
4,5
6,8
3
3
3
46,07 ± 2,18 a)
52,12 ± 1,04 b)
57,02 ± 1,55 c)
Hasil
F=32,948
p=0,01
Anova
Kesimpulan
Beda
bermakna
keterangan: a) b) c) superscript huruf yang sama menunjukkan tidak
ada perbedaan yang bermakna antar kelompok
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, dilakukan studi kelarutan dan disolusi salisilamid
dalam berbagai macam pH media disolusi. Salisilamid yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari PT. Riasima Abadi Farma yang dilengkapi
dengan sertifikat analisis (Lampiran 1). Pada tahap awal penelitian
dilakukan
pemeriksaan
kualitatif
salisilamid
meliputi
pemeriksaan
organoleptis, pemeriksaan spektra inframerah, dan penentuan suhu lebur.
Berdasarkan identifikasi dengan DTA salisilamid memiliki titik lebur 143,7
ºC, yang memiliki titik lebur sama dengan pustaka yaitu 140-144 ºC.
Identifikasi dengan menggunakan FTIR dihasilkan spektrum yang sesuai
dengan pustaka. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kualitatif ini dapat
disimpulkan bahwa salisilamid yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan pustaka, sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan dalam rentang pH 1,2 hingga 6,8. Tujuan
pemilihan rentang pH ini yaitu: untuk menyesuaikan dengan pH saluran
cerna (1,5 sampai 7) (Shargel et al., 2012). Uji kelarutan dilakukan dalam
media disolusi berbagai pH (pH 1,2; 4,5 dan 6,8) dengan µ= 0,2; frekuensi
pengocokan 150 kali per menit selama 7 jam, dan suhu 37 ± 0,5 °C. Larutan
media disolusi jenuh salisilamid diambil dan disaring menggunakan kertas
saring Whatman. Larutan media disolusi jenuh salisilamid diukur
absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum
masing-masing pH dan kadar dihitung dengan menggunakan kurva baku
dari masing-masing pH.
Uji disolusi dilakukan dalam media disolusi berbagai pH (pH 1,2; 4,5
dan 6,8) dengan µ= 0,2; pengaduk tipe dayung dengan kecepatan
39
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
40
pengadukan 50 rpm, dan suhu 37 ± 0,5 °C selama 1 jam. Sampel diambil
pada menit 5, 10, 15, 20, 30, 45,dan 60 kemudian disaring menggunakan
kertas saring Whatman. Larutan uji diukur absorbannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum masing-masing pH
dan didapat konsentrasinya dengan menggunakan kurva baku dari masingmasing pH.
Penentuan kelarutan dan disolusi diawali dengan penentuan panjang
gelombang maksimum salisilamid dalam media disolusi pH 1,2; 4,5 dan
6,8.
Berdasarkan hasil
penentuan
panjang gelombang maksimum
salisilamid, pada pH 1,2 hingga 4,5 diperoleh panjang gelombang sebesar
299 nm, sedangkan pada pH 6,8 diperoleh panjang gelombang maksimum
sebesar 300 nm. Pergeseran panjang gelombang ini disebabkan oleh efek
batokromik. Salah satu penyebab pergeseran panjang gelombang ini adalah
perubahan perbandingan jumlah terion dan tak terion dari salisilamid. Pada
pH yang lebih basa, salisilamid mengalami ionisasi dan menghasilkan
kromofor terkonjugasi, akibatnya energi untuk transisi menurun dan
panjang gelombang maksimum menjadi lebih panjang (Reusch, 2013). Pada
pH 1,2 – 6,8 pergeseran panjang gelombang ini tidak signifikan.
Kurva baku salisilamid dalam berbagai pH diperoleh dari hasil
pengukuran serapan larutan baku kerja dalam media disolusi pada panjang
gelombang maksimum masing-masing. Nilai koefisien korelasi (r) hitung
pada pH 1,2 hingga 6,8 lebih besar daripada r tabel (0,8783) untuk n = 5
dan derajat kepercayaan 95%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan linier antara kadar dan absorban salisilamid pada rentang kadar
5,0-50,0 mg/L.
Sebelum
menentukan
kelarutan
salisilamid,
perlu
dilakukan
penentuan waktu kelarutan jenuh salisilamid. Penentuan waktu kelarutan
jenuh dilakukan pada pH 2, karena pada pH 2 kelarutan salisilamid
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41
diperkirakan paling kecil dan waktu jenuhnya paling lama. Waktu
kesetimbangan tercapai setelah diperoleh kadar salisilamid yang konstan.
Kadar salisilamid pada periode waktu penentuan kesetimbangan ditentukan
dengan persamaan kurva baku. Data diuji dengan statistik anova satu arah
dengan derajat kepercayaan 95 % atau (α) = 0,05 (lampiran 12) dapat
diketahui bahwa pada jam ke 6, 7, 8 tidak ada perbedaan kadar salisilamid
yang bermakna, sehingga ditentukan waktu kesetimbangan pada jam ke-7.
Penentuan kelarutan salisilamid dilakukan ketika keadaan jenuh telah
tercapai, yaitu setelah pengocokan selama 7 jam. Dari data absorban yang
diperoleh dapat diketahui kadar salisilamid. Kelarutan salisilamid pada pH
1,2; 4,5 dan 6,8 secara berturut-turut sebesar 4226,67; 4299,60; 4630,87
mg/L. Data kelarutan yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik
anova satu arah dengan derajat kepercayaan 95 % atau (α) = 0,05.
Berdasarkan hasil uji anova yang dilanjutkan dengan uji HSD pada
lampiran 13, kelarutan salisilamid dalam media disolusi pH 6,8 berbeda
bermakna dengan pH 1,2 dan 4,5 sedangkan, kelarutan salisilamid dalam
media disolusi pH 1,2 tidak memiliki perbedaan bermakna dengan pH 4,5.
Kelarutan salisilamid dipengaruhi oleh perbandingan jumlah terion
dan tak terion dari salisilamid. Perbandingan jumlah terion dan tak terion
suatu senyawa obat dapat diprediksi dengan persamaan HendersonHasselbach. Ketika pH senyawa asam lemah berada pada 2 unit di bawah
nilai pKanya, senyawa tersebut akan mempunyai jumlah bentuk tak terion
99,01%. Sebaliknya, bila senyawa tersebut berada pada 2 unit di atas nilai
pKanya akan memiliki jumlah bentuk terion 99,01%. Saat senyawa asam
lemah berada pada pH yang sama dengan nilai pKanya akan memiliki
jumlah bentuk tak terion yang sama dengan bentuk terionnya.
Salisilamid merupakan senyawa asam lemah yang mempunyai nilai
pKa 8,2 dan dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbach
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
42
diketahui jumlah bentuk tak terionnya secara berturut-turut dari pH 1,2; 4,5;
6,8 adalah 100,00%; 99,98%; 96,00%. Jumlah bentuk tak terion pH 1,2 dan
4,5 hampir sama, karena berada sama-sama di bawah 2 unit nilai pKanya.
Akibatnya kelarutan salisilamid pada pH 1,2 dengan pH 4,5 hampir sama
Uji disolusi salisilamid tidak tercantum
di dalam monografi
sehingga perlu dilakukan pengujian terbentuknya kondisi sink sebagai salah
satu syarat media disolusi. Pada penentuan kelarutan salisilamid dalam
media disolusi pH 1,2 didapatkan kadar salisilamid terlarut sebesar 4176
mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa 1000 ml media disolusi pH 1,2 dapat
melarutkan 4176 mg salisilamid. Pada uji disolusi media yang digunakan
yaitu 900 ml yang dapat melarutkan 3758 mg salisilamid dan pada uji
disolusi digunakan 50 mg salisilamid, sehingga dapat disimpulkan media
yang digunakan pada uji disolusi dalam kondisi sink.
Penentuan disolusi salisilamid dilakukan dengan pengambilan
sampel pada menit ke-5, 10, 15, 20, 30, 45 dan 60. Dari data yang didapat,
dibuat grafik hubungan antara waktu dengan % salisilamid terdisolusi dan
nilai AUC dihitung menggunakan rumus 2.6, ED60 dengan menggunakan
rumus 2.5. ED60 salisilamid pada pH 1,2; 4,5 dan 6,8 secara berturut-turut
adalah 46,07; 52,12; 57,12 %. ED60 yang diperoleh dianalisis menggunakan
statistik anova satu arah dengan derajat kepercayaan 95% atau (α) = 0,05.
Berdasarkan hasil uji anova yang dilanjutkan dengan uji HSD pada
lampiran 14, disolusi salisilamid memiliki perbedaan bermakna antara
media disolusi pH 1,2; 4,5 dan 6,8.
Uji disolusi dilakukan untuk memperkirakan jumlah zat yang terlarut
ketika berada didalam saluran pencernaan. Pemilihan media disolusi adalah
hal yang penting dan kritis pada uji disolusi obat. Pada uji disolusi,
diinginkan kondisi yang sama dengan kondisi saluran cerna. Media-media
disolusi yang kondisinya hampir sama dengan cairan saluran pencernaan
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43
yaitu media lambung buatan (keadaan terisi dan puasa), media usus buatan
(keadaan terisi dan puasa) dan media kolon buatan. Pada penelitian ini
hanya dipakai media yang memiliki pH yang sama dengan pH saluran
cerna karena keterbatasan alat dan bahan..
Dari pH asam ke basa terjadi peningkatan kelarutan salisilamid, hal
ini disebabkan oleh jumlah bentuk terion salisilamid yang semakin
meningkat. Bentuk terion akan lebih mudah berinteraksi dengan molekul air
sehingga lebih mudah larut. Kelarutan ini akan mempengaruhi disolusi dari
salisilamida. Akibatnya disolusi salisilamid meningkat pada peningkatan
pH. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa kelarutan
salisilamid dalam berbagai pH media disolusi mempengaruhi disolusinya.
Peningkatan pH salisilamid dari 1,2 menjadi 4,5 dan 6,8 meningkatkan
kelarutannya sehingga disolusinya juga meningkat.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
hasil
uji
kelarutan,
menunjukkan
kadar
salisilamida terlarut pada media disolusi pH 1,2 (4226,67
mg/L) = media disolusi pH 4,5 (4229,60 mg/L) < media
disolusi pH 6,8 (4630,87 mg/L)
2.
Berdasarkan harga ED60, menunjukkan disolusi pada media
disolusi pH 1,2 (46,07%) < media disolusi pH 4,5 (52,12%) <
media disolusi pH 6,8 (57,12%)
3.
Peningkatan kelarutan salisilamida meningkatkan disolusi
salisilamida
7.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh media disolusi (media
lambung buatan, media usus buatan) terhadap kelarutan dan disolusi
salisilamida.
44
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008.
Chemical
Book.
Diakses
dari
www.chemicalbook.com/Product-MSDSDetailCB4854078_EN.htm,
pada tanggal 28 September 2014.
Anonim, 2015. Product Block. Diakses dari www.scbt.com/datasheet250961-salicylamide.html, pada tanggal 13 Juli 2015.
Avis, K. E., Lieberman, H.A., dan Lachman, L., 1992. Pharmaceutical
Dosage Forms: Parenteral Medications, Vol 1, Ed. 2nd, New York:
Marcel Dekker, Inc, pp. 62, 63, 138, dan 193-198.
Babhair, S.A., Al-Badr, A.A., dan Aboul-Enein, H.Y., 1984. Salicylamide.
Analytical Profiles of Drug Substances. Vol 13. Arab Saudi:
American Pharmaceutical Association, pp. 521-551.
Bandolier, 2007. Topical analgesics introduction. Diakes dari
www.medicine.ox.
ac.uk/bandolier/booth/painpag/topical/topintro.html, pada tanggal
29 Desember 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia,
Ed. 4th, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp.
753-754.
Dressman, J.B., Amidon, G.L., Reppas, C., Shah, V.P., 1998. Dissolution
testing as a prognostic tool for oral drug absorption: immediate
release dosage forms. Pharmaceutical Research, Vol. 15, No. 1.
Dressman, J.J. and Krämer, J., 2005. Pharmaceutical Dissolution Testing,
Boca Raton: Taylor & Francis Group, pp. 33-34, dan 205-206.
Florence, A.T. and Attwood, D., 2008. FASTtrack Physical Pharmacy,
London: Pharmaceutical Press, pp. 11-17
Gibaldi, M., 1970. Biopharmaceutics. In: L. Lachman, H.A. Lieberman, and
J.L. Kanig. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,
Philadelphia: Lea & Febicer., pp. 246-247
Skripsi
45
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
46
Gomori, G, 2004. Preparation of Buffers for Use in Enzyme Studies.
Hanson, W.A., 1991. Handbook of Dissolution Testing. Ed. 2nd. Oregon:
Aster Publishing Corp
Khan, K.A., 1975, The Concept of Dissolution Efficiency. J. Pharm.
Pharmac., vol. 27, p. 48-49
Neil, S.L. and Hem, S.L., 1982. Dissolution Rate. In: G.S. Banker, and R.K.
Chalmers. Pharmaceutics and Pharmacy Practice, Philadelphia:
J.B. Lippincott Company, pp. 59
Nicolaides, E., Symillides, M., Dressman, J.B., Reppas, C., 2001.
Biorelevant dissolution testing to predict the plasma profile of
liphophilic drugs after oral administration. Pharmaceutical
Research, Vol. 18, No. 3
Owen, T., 1996. Fundamentals of UV-visible Spectroscopy, A Primer.
Jerman: Hewlett-Packard Company, pp. 68.
Qureshi, S., 2014. Drug Dissolution Testing: Selecting a Dissolution
Medium for Solid Oral Products. American Pharmaceutical
Review.
Reusch, W., 2013. Visible and Ultraviolet Spectroscopy. Diakses dari
www2.che-mistry.msu.edu/faculty/reusch/virttxt-jml/Spectrpy/UVVis/spectrum.htm, pada tanggal 10 November 2014.
Rudyanto, M., Suzana., dan Astika, G.N., 2005. Sintesis N-Metilsalsilamida,
N,N-Dimetilsalisilamida dan Salisilpiperida. Akta Kimindo, Vol. 1,
No. 1
Sirait, M., 2014. Informasi Spesialite Obat, Vol. 48, Jakarta: ISFI.
Sweetman, S.C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. Ed.
36th. London: Pharmaceutical Press (PhP), pp. 121.
Shargel, L., Wu-Pong, S., dan Yu, A.B.C., 2012. Biofarmasetika dan
Farmako-kinetika Terapan, Ed. 5th. Diterjemahkan oleh Fasich dan
Suprapti, B. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga, pp. 384-386.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Sinko, P.J., dan Singh, Y., 2011. Martin’s Physical Pharmacy and
Pharmaceutical
Science:
Physical
Chemical
and
Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences.
Ed. 6th. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, a Wolters
Kluwer business, pp. 163, 238, 304, 306.
United
States Pharmacopeia Convention, 2008. United States
Pharmacopeia and National Formulary (USP 31-NF 26).
Rockville: United States Pharma-copeia Convention, pp. 2051.
Watson, D.G., 1999. Pharmaceutical Analysis, A Textbook for Pharmacy
Students and Pharmaceutical chemist. Churchill livingstone:
Harcourt Pu-blisher Limited, pp. 76.
Widjajanti, V.N., 2008. Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius, pp. 34.
Wilmana, P.F., dan Gan, S., 2009. Analgesik Antipiretik, Analgesik
Antiinflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. In:
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, dan Elysabeth.
Farmakologi dan Terapi, Ed. 5th. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp.
237.
Wurster, D.E., and Taylor, V.D., 1965. Dissolution kinetics on certain form
of prednisolon. Journal Pharm. Sci., vol. 54, pp.670-676
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Sertifikat Analisis Salisilamid
Skripsi
48
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
49
LAMPIRAN 2
Profil Spektra FT-IR Salisilamid
a. Profil Spektra FT-IR Salisilamid Bahan Penelitian
b. Profil Spektra FT-IR Salisilamid pada Pustaka
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50
LAMPIRAN 3
Profil Differential Thermal Analysis (DTA ) Salisilamid
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
51
LAMPIRAN 4
Panjang Gelombang Maksimum Salisilamid pada pH 1,2
Peak Table
Peak Type
Peak Threshold
Range
Maximum Peak
0.0000
400.95nm to 199.07nm
Sample Name: 10 ppm
Wavelength (nm)
299.99
234.97
Abs
0.2776
0.6146
Sample Name: 20 ppm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________
299.06
237.01
Skripsi
0.5266
1.1555
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
52
LAMPIRAN 5
Panjang Gelombang Maksimum Salisilamid pada pH 4,5
Peak Table
Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Range
400.95nm to 198.98nm
Sample Name: 10 ppm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________
300.03
237.07
0.2589
0.5688
Sample Name: 20 ppm 3
Wavelength (nm)
Abs
____________________________
298.93
235.97
Skripsi
0.5543
1.2139
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
53
LAMPIRAN 6
Panjang Gelombang Maksimum Salisilamid pada pH 6,8
Peak Table
Peak Type
Peaks
Peak Threshold
0.0000
Range
400.95nm to 198.98nm
Sample Name: 10 ppm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________
298.93
235.97
0.2764
0.6095
Sample Name: 20 ppm
Wavelength (nm)
Abs
____________________________
300.03
235.97
Skripsi
0.5070
1.1252
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
54
LAMPIRAN 7
Kurva Baku Salisilamid pada pH 1,2
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
Standard
10
20
30
40
50
Concentration F Mean
mg/L
________________________________________________
Std 1
5.02
0.1372
Std 2
16.07
0.4187
Std 3
30.12
0.7899
Std 4
40.16
1.0289
Std 5
50.20
1.2932
Calibration eqn
Correlation Coefficient
Skripsi
Abs = 0.02555*Conc +0.01031
0.99981
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55
LAMPIRAN 8
Kurva Baku Salisilamid pada pH 4,5
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
Standard
10
20
30
40
50
Concentration F Mean
mg/L
________________________________________________
Std 1
5.02
0.1283
Std 2
16.07
0.4099
Std 3
30.12
0.7801
Std 4
40.16
1.0389
Std 5
50.20
1.2924
Calibration eqn
Correlation Coefficient
Skripsi
Abs = 0.02585*Conc -0.00193
0.99995
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56
LAMPIRAN 9
Kurva Baku Salisilamid pada pH 6,8
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
Standard
10
20
30
40
50
60
Concentration F Mean
mg/L
________________________________________________
Std 1
5.02
0.1374
Std 2
16.07
0.4213
Std 3
30.12
0.7815
Std 4
40.16
1.0271
Std 5
50.20
1.2851
Calibration eqn
Correlation Coefficient
Skripsi
Abs = 0.02535*Conc +0.01257
0.99994
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57
LAMPIRAN 10
Data Penentuan Waktu Kelarutan Jenuh Salisilamid dalam media
disolusi pH 2,0 ±0,05
Jam
ke1
2
3
4
5
6
7
8
Skripsi
Kadar Salisilamida
(mg/L)
Replikasi
1
2
3
4136
4168
4358
4408
4440
4490
4472
4398
4512
4456
4492
4520
4316
4356
4386
4578
4512
4618
4612
4640
4646
4556
4590
4588
Rerata
Kadar
Salisilamida
(mg/L)
SD
%
KV
4220,67
4446,00
4460,67
4489,33
4352,67
4569,33
4632,67
4578,00
120,01
41,33
57,84
32,08
35,12
53,53
18,15
19,08
2,84
0,93
1,30
0,71
0,81
1,17
0,39
0,42
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
58
LAMPIRAN 11
Data Penentuan Kelarutan Salisilamida dalam pH 1,2-6,8 ± 0,05
pH
Replikasi
Konsentrasi
(mg/L)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
4212,6
4217,8
4294,6
4323,0
4233,0
4342,8
4765,4
4673,4
4453,8
1,2
4,5
6,8
Skripsi
Rerata
(mg/L)
SD
%
KV
4226,67
20,03
0,47
4299,60
58,52
1,36
4630,87
160,09
3,45
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59
LAMPIRAN 12
Hasil Uji Anova Waktu Kelarutan Jenuh Salisilamida Salisilamida
pada pH 2,0 ±0,05
Descriptives
Kelaruta
n
N
Std.
Deviation
Mean
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
Minimu
m
Maximu
m
1
3
4.2207E 120.0055 69.2852 3922.556 4518.777
4136.00 4358.00
3
6
4
3
0
2
3
4.4460E
23.8607 4343.335 4548.664
41.32796
4408.00 4490.00
3
1
7
3
3
3
4.4607E
33.3932 4316.987 4604.346
57.83886
4398.00 4512.00
3
8
0
4
4
3
4.4893E
18.5232 4409.634 4569.032
32.08323
4456.00 4520.00
3
6
2
5
5
3
4.3527E
20.2758 4265.426 4439.906
35.11885
4316.00 4386.00
3
8
6
7
6
3
4.5693E
30.9048 4436.360 4702.306
53.52881
4512.00 4618.00
3
7
4
3
7
3
4.6327E
10.4774 4587.585 4677.747
18.14754
4612.00 4646.00
3
9
7
7
8
3
4.5780E
11.0151 4530.605 4625.394
19.07878
4556.00 4590.00
3
4
7
3
Total
24
4.4687E 135.9982 27.7605 4411.239 4526.093
4136.00 4646.00
3
9
4
6
7
Test of Homogeneity of Variances
Kelarutan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
3.480
7
16
.018
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
60
ANOVA
Kelarutan
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
374845.333
7
53549.333
16.949
.000
Within Groups
50552.000
16
3159.500
Total
425397.333
23
Between Groups
Multiple Comparisons
Kelarutan
LSD
(I)
(J)
Mean
Std. Error
Waktu Waktu Difference (I-J)
1
2
3
4
Skripsi
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
*
45.89481
.000
-322.6260
-128.0407
*
45.89481
.000
-337.2926
-142.7074
*
45.89481
.000
-365.9593
-171.3740
*
45.89481
.011
-229.2926
-34.7074
*
45.89481
.000
-445.9593
-251.3740
-412.00000
*
-357.33333
*
45.89481
45.89481
.000
.000
-509.2926
-454.6260
-314.7074
-260.0407
225.33333
*
45.89481
.000
128.0407
322.6260
3
4
5
6
7
8
-14.66667
-43.33333
93.33333
*
-123.33333
*
-186.66667
*
-132.00000
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
.753
.359
.059
.016
.001
.011
-111.9593
-140.6260
-3.9593
-220.6260
-283.9593
-229.2926
82.6260
53.9593
190.6260
-26.0407
-89.3740
-34.7074
1
240.00000
*
45.89481
.000
142.7074
337.2926
2
4
5
6
7
8
14.66667
-28.66667
*
108.00000
*
-108.66667
*
-172.00000
*
-117.33333
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
.753
.541
.032
.031
.002
.021
-82.6260
-125.9593
10.7074
-205.9593
-269.2926
-214.6260
111.9593
68.6260
205.2926
-11.3740
-74.7074
-20.0407
1
268.66667
*
45.89481
.000
171.3740
365.9593
2
3
5
43.33333
28.66667
*
136.66667
45.89481
45.89481
45.89481
.359
.541
.009
-53.9593
-68.6260
39.3740
140.6260
125.9593
233.9593
2
-225.33333
3
-240.00000
4
-268.66667
5
-132.00000
6
-348.66667
7
8
1
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
-177.2926
-240.6260
-185.9593
17.2926
-46.0407
8.6260
.011
34.7074
229.2926
.059
.032
.009
.000
.000
.000
-190.6260
-205.2926
-233.9593
-313.9593
-377.2926
-322.6260
3.9593
-10.7074
-39.3740
-119.3740
-182.7074
-128.0407
45.89481
.000
251.3740
445.9593
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
.016
.031
.100
.000
.187
.853
26.0407
11.3740
-17.2926
119.3740
-160.6260
-105.9593
220.6260
205.9593
177.2926
313.9593
33.9593
88.6260
(I)
(J)
Mean
Std. Error
Waktu Waktu Difference (I-J)
Sig.
5
6
7
8
6
7
8
-80.00000
*
-143.33333
-88.66667
45.89481
45.89481
45.89481
.100
.007
.071
1
132.00000
*
45.89481
2
3
4
6
7
8
-93.33333
*
-108.00000
*
-136.66667
*
-216.66667
*
-280.00000
*
-225.33333
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
1
348.66667
*
2
3
4
5
7
8
123.33333
*
108.66667
80.00000
*
216.66667
-63.33333
-8.66667
*
61
*
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1
412.00000
45.89481
.000
314.7074
509.2926
2
3
4
5
6
8
186.66667
*
172.00000
*
143.33333
*
280.00000
63.33333
54.66667
*
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
.001
.002
.007
.000
.187
.251
89.3740
74.7074
46.0407
182.7074
-33.9593
-42.6260
283.9593
269.2926
240.6260
377.2926
160.6260
151.9593
1
357.33333
*
45.89481
.000
260.0407
454.6260
2
3
4
5
6
7
132.00000
*
117.33333
88.66667
*
225.33333
8.66667
-54.66667
*
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
45.89481
.011
.021
.071
.000
.853
.251
34.7074
20.0407
-8.6260
128.0407
-88.6260
-151.9593
229.2926
214.6260
185.9593
322.6260
105.9593
42.6260
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62
LAMPIRAN 13
Hasil Uji Anova Kelarutan Salisilamida
Descriptives
kelarutan
95% Confidence Interval
for Mean
Std.
N
1.2
Mean
Deviation
Std. Error
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum Maximum
3 4.22667E3 20.030310 1.156451E1 4176.90862 4276.42472 4212.600 4249.600
4.5
3 4.29960E3 58.520766 3.378698E1 4154.22636 4444.97364 4233.000 4342.800
6.8
3 4.63087E3 160.095138 9.243097E1 4233.16830 5028.56504 4453.800 4765.400
Total
9 4.38571E3 205.349461 6.844982E1 4227.86554 4543.55668 4212.600 4765.400
Test of Homogeneity of Variances
kelarutan
Levene Statistic
df1
4.811
Skripsi
df2
2
Pengaruh pH media......
Sig.
6
.057
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63
ANOVA
kelarutan
Sum of
Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
278434.516
2
139217.258
58912.693
6
9818.782
337347.209
8
F
Sig.
14.179
.005
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
kelarutan
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean
(I) ph
(J) ph
1.2
4.5
-72.933333 8.090646E1
6.8
4.5
6.8
Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.659
-321.17656
175.30989
-404.200000 8.090646E1
.006
-652.44323
-155.95677
1.2
72.933333 8.090646E1
.659
-175.30989
321.17656
6.8
-331.266667 8.090646E1
*
.015
-579.50989
-83.02344
1.2
404.200000 8.090646E1
*
.006
155.95677
652.44323
*
.015
83.02344
579.50989
4.5
*
331.266667 8.090646E1
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
64
Homogeneous Subsets
kelarutan
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
ph
N
1
2
1.2
3
4.22667E3
4.5
3
4.29960E3
6.8
3
Sig.
4.63087E3
.659
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
65
LAMPIRAN 14
Hasil Uji Anova Disolusi Salisilamida
Descriptives
ED60
95% Confidence
Interval for Mean
N
Mean
Std.
Std.
Lower
Upper
Deviation
Error
Bound
Bound
Minimum Maximum
1,2
3 46.0733
2.17555 1.25606
40.6690
51.4777
43.87
48.22
4,5
3 52.1167
1.03751 .59901
49.5393
54.6940
51.04
53.11
6,8
3 57.0200
1.55019 .89500
53.1691
60.8709
55.61
58.68
Total
9 51.7367
4.96008 1.65336
47.9240
55.5493
43.87
58.68
Test of Homogeneity of Variances
ED60
Levene Statistic
.537
Skripsi
df1
df2
2
Sig.
6
Pengaruh pH media......
.610
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
66
ANOVA
ED60
Sum of
Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
180.394
2
90.197
16.425
6
2.738
196.819
8
F
Sig.
32.948
.001
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
ED60
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean
(I) pH
(J) pH
1,2
4,5
-6.04333
6,8
-10.94667
1,2
6.04333
6,8
-4.90333
1,2
10.94667
4,5
4.90333
4,5
6,8
Difference (I-J) Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*
1.35093
.010
-10.1884
-1.8983
*
1.35093
.000
-15.0917
-6.8016
*
1.35093
.010
1.8983
10.1884
*
1.35093
.026
-9.0484
-.7583
*
1.35093
.000
6.8016
15.0917
*
1.35093
.026
.7583
9.0484
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
67
LAMPIRAN 15
Data ED60 salisilamida dalam larutan dapar pH 1,2-6,8
pH
Replikasi
ED60 (%)
Rerata (%)
SD
% KV
1,2
1
2
3
48,22
43,87
46,13
46,07
2,18
4,7
1
2
3
1
53,11
52,20
52,12
1,04
1,99
2
3
55,61
58,68
57,02
1,55
2,72
4,5
6,8
Skripsi
51,04
56,77
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
68
Lampirann 16
Perhitungan Kekuatan Ionik (μ) Dapar
Dalam dapar pH 1,2:
KCl  K+ + ClHCl  H+ + Cl-
μ
= ∑
= (0,1 . 12 + 0,1 . 12 + 0,1 . 12 + 0,1 . 12)
=
= 0,2
Dalam dapar pH 4,5:
C6H8O7.H2O  C6H5O7 + 3H+
C6H5O7Na3.2H2O  C6H5O7 + 3Na+
μ
= ∑
= (3 . 0,02 . 12 + 3 . 0,02 . 12)
=
= 0,06
Kadar NaCl yang diperlukan agar kekuatan ionik dapar = 0,2
= 0,2 - 0,06
= 0,14
μ
= ∑
0,14
= ([NaCl] . 12 + [NaCl] . 12)
0,14
=
. [NaCl]
[NaCl]= 0,14 M
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
M
=
0,14
=
m
= 8,12 gram
69
Dalam dapar pH 6,8:
NaH2PO4.2H2O  Na+ + H2PO4Na2HPO4.7H2O  2Na+ + HPO42Na2B4O4.10H2O  2Na+ + B4O72HCl  H+ + ClNaOH  Na+ + OHμ
= ∑
= (0,02 . 12 + 0,02 . 12 + 2 . 0,02 . 12 + 0,02 . 12)
=
= 0,08
Kadar NaCl yang diperlukan agar kekuatan ionik dapar = 0,2
= 0,2 - 0,08
= 0,12
μ
= ∑
0,12
= ([NaCl] . 12 + [NaCl] . 12)
0,12
=
. [NaCl]
[NaCl]= 0,12 M
Skripsi
Pengaruh pH media......
Hendra wijaya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
M
=
0,12
=
m
= 6,96 gram
Skripsi
Pengaruh pH media......
70
Hendra wijaya
Download