karakteristik aliran darah katup semilunar aorta

advertisement
KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP SEMILUNAR
AORTA DINILAI DENGAN PULSED WAVE DOPPLER
ECHOCARDIOGRAPHY PADA ANJING KAMPUNG NORMAL
(Canis lupus familiaris)
FITRI ALHAM
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Karakteristik
Aliran Darah Katup Semilunar Aorta Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler
Echocardiography Pada Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris) adalah
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Fitri Alham
NIM B04063002
ABSTRACT
FITRI ALHAM. Blood Flow Characteristics Semilunar Aorta Valve as Assessed
by Pulsed Wave Doppler Echocardiography on Normal Mongrel Indonesian Dog.
Supervised by Deni Noviana.
The purpose of this study is to determine blood flow characteristics at the
aortic valve in normal mongrel Indonesian dog using transthoracic pulsed wave
Doppler (PWD) echocardiography. The study was conducted in eight adult dogs
consisting of three males and five females with an average age of 3.5 years, and
average weight 12.5 kg. Transthoracic PWD echocardiography examination were
performed on dogs in a conscious state/unsedated and the animal position in left
lateral recumbency. The instrument used is an ultrasound device (Sonoscape SSI1000) and convex type transducer with small footprint scanner of 3.7-5 MHz
frequency. Six parameters of PWD measured were heart rate (HR), peak velocity
(Vpeak), velocity time integral (VTI), mean pressure gradient (MPG), pulsatility
index (PI), and ratio systole-diastole (S/D). Based on the measurement of six
parameters in aorta valves showed that in general the blood flow characteristics
values of the female dogs have a higher value when compared with male dog
(P>0.05).
Keywords: blood flow, semilunar aorta , pulsed wave Doppler echocardiography.
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP SEMILUNAR
AORTA DINILAI DENGAN PULSED WAVE DOPPLER
ECHOCARDIOGRAPHY PADA ANJING KAMPUNG NORMAL
(Canis lupus familiaris)
FITRI ALHAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul penelitian
Nama
NIM
: Karakteristik Aliran Darah Katup Semilunar Aorta Dinilai
Dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography Pada
Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris)
: Fitri Alham
: B04063002
Disetujui
Drh. Deni Noviana, PhD
Ketua
Diketahui
Dr. Dra. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
kedokteran hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
pengetahuan, pikiran, dan seluruh anugerah yang diberikan, kepada keluarga yang
memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, kedua
orang tua yang memberikan nasehat dan doanya, kepada dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya, seluruh teman-teman dan
orang-orang tersayang atas segala dukungan, dan semangat, beserta seluruh pihak
yang ikut membantu dalam selesainya penelitian ini.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2010
Fitri Alham
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Fitri Alham, dilahirkan di Bukittinggi pada
tanggal 16 September 1981. Penulis merupakan anak kedua dari ketiga bersaudara
dari Ayah yang bernama Ali Yusman Syam SH dan Ibu yang bernama Hamsiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Masyitah
Bukittinggi pada tahun 1988. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar pada
tahun 1988-1994 di SDN 13 Bukittinggi. Penulis menyelesaikan pendidikan
tingkat pertama di MTsN 2 Bukittinggi pada tahun 1997. Tahun 1997-2000,
penulis menempuh pendidikan tingkat atas di SMA N 3 Bukittinggi. Penulis
menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA N 3 Bukittinggi pada tahun 2000.
Penulis diterima pada tahun yang sama di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma III Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH)-IPB. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan
Strata 1 di FKH-IPB dengan Jalur Alih Jenjang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xi
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang .............................................................................
1
Tujuan Penelitian .........................................................................
2
Manfaat Penelitian .......................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
3
Anjing ..........................................................................................
3
Sistem Kardiovaskuler .................................................................
4
Echocardiography .......................................................................
7
Doppler Echocardiography .........................................................
10
Electrocardiography (EKG) ........................................................
11
BAHAN DAN METODE ........................................................................
13
Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
13
Alat dan Bahan ............................................................................
13
Metode .........................................................................................
14
Pemeriksaan fisik .............................................................
14
Pemeriksaan EKG ............................................................
14
Pengambilan gambar ........................................................
15
Interpretasi sonogram .......................................................
17
Analisis Data ................................................................................
18
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
19
SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
30
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
35
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Transduser pulse wave Doppler echocardiography dan transduser
continuous wave Doppler echocardiography …………………….
10
2 Hasil scan pulse wave Doppler dan EKG anjing normal ………...
11
3 Pengukuran velocity time integral (VTI) di katup aorta ……….…
11
4 Alat USG dan tempat berbaring hewan khusus pemeriksaan
echocardiography ...........................................................................
14
5 Convex scanner transduser small footprint dengan gel dan
alat EKG …………………………………………………………
15
6 Pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, ritme,
dan suara jantung ...........................................................................
15
7 Pemeriksaan electrocardiography …………………………….…
16
8 Anjing yang dibaringkan dan penempatan probe ……………..…
16
9 Hasil scan left apical scanning view (LPS) di katup aorta …..…..
17
10 Hasil perhitungan aliran darah di katup aorta ……………………
19
11 Contoh hasil rekam jantung anjing yang normal ……….………..
21
12 Histogram nilai rataan debar jantung di katup aorta …….……….
22
13 Histogram nilai rataan peak velocity di katup aorta …….………..
24
14 Hasil perhitungan aliran darah melalui katup aorta ……….……..
24
15 Histogram nilai rataan velocity time integral di katup aorta ….….
25
16 Histogram nilai rataan pulsatility index di katup aorta ……….….
27
17 Histogram nilai rataan mean pressure gradient di katup
aorta ………………………………………………………….…...
28
18 Histogram nilai rataan systole per diastole di katup aorta …….…
29
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil pemeriksaan fisik pada anjing …………………………….…
21
2 Hasil pengukuran nilai debar jantung di katup aorta ………….…..
22
3 Hasil pengukuran peak velocity di katup aorta ……………….……
23
4 Hasil pengukuran velocity time integral di katup aorta …………...
25
5 Hasil pengukuran pulsatility index di katup aorta …………………
26
6 Hasil pengukuran mean pressure gradient di katup aorta …………
28
7 Hasil pengukuran systole per diastole di katup aorta ………….…..
29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisa t-test ...................................................................................... 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak bidang baru yang menggunakan teknologi pencitraan dan
instrumentasi
ultrasonography
(USG)
ditahun-tahun
terakhir,
hal
ini
meningkatkan kualitas pencitraan dan kemampuan diagnostik ahli kardiologi
manusia dan hewan (Guglielmini & Luciani 2006). Ultrasonography bersifat noninvasif dan tidak menimbulkan reaksi ionisasi, sehingga aman bagi dokter, pasien
dan klien (Mannion 2006).
Ultrasonography secara khusus efektif untuk memvisualisasikan arsitektur
internal banyak organ seperti pada rongga thorak termasuk jantung dan rongga
abdominal. Ultrasonography saat ini menjadi alat bantu diagnosa yang penting
bagi dokter hewan praktek. Penggunaan ultrasonography dapat mempermudah
dokter untuk mengetahui hubungan anatomi dan informasi tetang fungsi jantung
(Nelson & Couto 2008). Hal ini karena kemampuan USG yang memberikan
informasi cepat tentang sistem tubuh secara umum dan mengetahui adanya
kelainan fungsi organ. Ultrasonography juga dapat memberikan informasi terbaru
untuk mengetahui anatomi dasar dan proses fisiologi (Mannion 2006).
Echocardiography merupakan alat penting yang dapat menggambarkan
jantung dan struktur sekelilingnya. Bermanfaat untuk menghitung ukuran ruang
jantung, ketebalan dinding jantung, gerakan dinding, konfigurasi dan gerakan
katup, serta pembuluh darah proksimal terbesar (Nelson & Couto 2008).
Echocardiography telah dilengkapi dengan motion mode (M-mode) dan fungsi
Doppler. Motion mode dapat menampilkan gambaran echo yang bergerak dari
organ jantung. Penambahan M-mode memungkinkan untuk mendapatkan ukuran
yang akurat dari kontraktilitas, ukuran ruang sistolik dan diastolik, dan ketebalan
dinding jantung, sebaik pengukuran pada penyimpangan valvular (Penninck &
d’Anjou 2008). Doppler echocardiography merupakan teknologi yang dapat
menghitung kecepatan aliran darah di pembuluh darah maupun di ruang jantung
(Willerson et al. 2007). Doppler echocardiography merupakan teknik khusus
yang sering digunakan untuk studi hemodinamika. Informasi Doppler dalam
2
bentuk 2 dimensi, yang ditampilkan real-time (Mannion 2006). Pemeriksaan
Doppler yang komprehensif seringkali membantu membedakan beberapa bentuk
disfungsi
diastolik
(konstriktif,
restriktif,
hipertrofi,
dan
ischemic
cardiomyopathy), dapat memperkirakan tekanan atrium kiri, serta untuk prognosa
suatu penyakit dan respon yang terjadi dari sebuah terapi (Willerson et al. 2007).
Beberapa
nilai
echocardiography
normal
untuk
anjing
berdasarkan
pengelompokan ras dan ukuran tubuh telah dipublikasikan (Cornell et al. 2004,
Kayar et al. 2006). Namun demikian, kisaran acuan yang didapatkan dari
beberapa anjing tersebut sangat spesifik untuk ras tersebut dan dapat
menimbulkan ketidakakuratan pada saat diaplikasikan pada anjing ras yang lain
(Kayar et al. 2006).
Salah satu penyakit yang sering menjadi perhatian pemilik anjing adalah
penyakit jantung. Gejala klinis yang disebabkan oleh penyakit jantung sangat
bervariasi sehingga dibutuhkan diagnosa yang dini dan tepat melalui sejarah,
pemeriksaan fisik, radiografi thorak dan elektrokardiogram. Dengan adanya
penemuan teknik echocardiography dalam ilmu klinis, dokter hewan dapat
memahami perubahan patologis yang berkaitan dengan penyakit jantung (Schaer
2008). Belum adanya referensi ilmiah mengenai karakteristik kecepatan aliran
darah di katup semilunar aorta pada anjing-anjing kampung menyebabkan
penelitian ini akan sangat berguna sebagai referensi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kecepatan aliran
darah katup semilunar aorta pada anjing kampung normal (Canis lupus familiaris)
menggunakan pulsed wave Doppler echocardiography (PWD echocardiography).
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi data-data
karakteristik kecepatan aliran darah katup semilunar aorta pada anjing kampung
dengan metode pulsed wave Doppler echocardiography. Nilai-nilai tersebut
nantinya akan bermanfaat sebagai bahan referensi pemeriksaan dan diagnosis
penyakit jantung pada anjing kampung.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing
Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari
serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin lebih berdasarkan bukti
genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Salah satu teori antropologi
menjelaskan mengenai sejarah domestikasi anjing. Pertamakalinya manusia dan
anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing. Seiring waktu
berjalan dimana faktor alami tidak mendukung sehingga jumlah buruan semakin
berkurang,
anjing
mulai
tergantung
kepada
manusia
hingga
akhirnya
dimanfaatkan oleh manusia (Penissi 2002). Istilah anjing mengacu pada anjing
hasil domestikasi Canis lupus familiaris. Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli
Mamalia Amerika menetapkan anjing sebagai subspesies serigala abu-abu Canis
lupus. Taksonomi anjing menurut Linnaeus (1778) dalam Anonim (2009) :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Mammalia
Ordo
: Canidae
Genus
: Canis
Spesies
: Canis lupus
Subspesies
: Canis lupus familiaris
Anjing kampung adalah anjing yang telah lama diketahui keberadaannya
tetapi galur keturunannya tidak dijaga (Boedhihartono dalam Supriadi 2004),
sedangkan anjing ras didefinisikan sebagai anjing yang memiliki asal usul, jati diri
dan kemurnian garis keturunan secara tersendiri serta tercatat oleh Perkumpulan
Kinologi Indonesia (Sanusi dalam Chandri 2008). Anjing lokal adalah anjing yang
keberadaannya telah lama diketahui dan terisolir di lokasi tertentu di Indonesia
4
sehingga galur keturunannya relatif dapat dijaga, contoh anjing lokal Indonesia
adalah anjing Kintamani (Hartiningsih et al. 1999).
Sistem Kardiovaskular
Jantung berada dalam rongga thorak pada bagian mediastinum. Jantung
karnivora berbentuk ovoid, dan pada anjing memanjang kira-kira dari intercostal
ketiga sampai keenam. Sumbu memanjang jantung biasanya membentuk sudut 45
derajat dengan sternum. Basis jantung mengarah ke kraniodorsal, dan bagian apex
berada pada garis tengah pertemuan diafragma dan sternum. Sudut yang terbentuk
dapat bervariasi sesuai konformasi thorak; jenis anjing berdada dalam memiliki
sudut yang lebih besar, dan jenis yang berdada silinder memiliki sudut yang lebih
kecil (Colville & Bassert 2002).
Jantung
dikelilingi
oleh
pembungkus
fibroserous
yang
disebut
perikardium. Perikardium tipis dan terbagi menjadi perikardium parietalis dan
perikardium viseralis. Perikardium parietalis adalah pembungkus bagian luar, dan
perikardium viseralis membungkus jantung dan membentuk epikardium.
Miokardium adalah lapisan otot diantara epikardium dan endokardium, yang
merupakan membran tipis yang menutupi seluruh permukaan bagian dalam
jantung. Jantung memiliki empat ruangan yaitu dua atrium dan dua ventrikel.
Jantung terbagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh pemisah yang dikenal sebagai
septum interatrial yang memisahkan atrium kanan dan kiri dan septum
interventrikularis yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Jantung memiliki
katup-katup yang memisahkan tiap ruangan dalam jantung dan ruangan jantung
dengan pembuluh darah. Atrium dan ventrikel kanan dipisahkan oleh katup
atrioventrikular, yang disebut juga katup trikuspidalis. Sedangkan katup pulmonar
adalah katup berbentuk semilunar (setengah bulan) yang berfungsi mencegah
mengalir kembalinya darah dari arteri pulmonalis ke ventrikel kanan, katup ini
memiliki tiga titik semilunar. Katup mitral memisahkan atrium dan ventrikel kiri,
serta mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium selama kontraksi
ventrikel. Katup semilunar aorta sama dengan katup pulmonar, karena memiliki
tiga titik semilunar. Nodul-nodul ditemukan di tengah sisi-sisi yang kosong dari
5
ketiga titik tersebut, sehingga saat katup menutup terdapat bentuk yang
menyerupai simbol Mercedes Benz (Colville & Bassert 2002).
Jantung memompa darah dalam dua sirkuit, yaitu sirkulasi sistemik dan
sirkulasi pulmonar dalam setiap denyut (Tortora 2005). Darah yang berasal dari
seluruh tubuh akan melewati dua vena besar yang disebut vena cava cranialis dan
caudalis masuk ke atrium kanan. Saat ventrikel kanan berelaksasi, darah yang
berada di atrium kanan mengalir menuju ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis. Saat ventrikel hampir dipenuhi darah, atrium kanan akan
berkontraksi mendorong darah masuk ke dalam ventrikel kanan. Kemudian
ventrikel kanan akan berkontraksi untuk mendorong darah masuk ke dalam arteri
pulmonalis menuju paru-paru melalui katup pulmonar. Di dalam paru-paru, darah
akan menyerap oksigen dan menukarnya dengan karbondioksida lalu darah
mengalir melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri. Saat ventrikel kiri relaksasi,
darah dari atrium kiri mengalir melalui katup mitral menuju ventrikel kiri. Saat
ventrikel kiri hampir dipenuhi darah, atrium kiri akan berkontraksi untuk
mendorong darah masuk ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri kemudian akan
berkontraksi untuk mendorong darah melalui katup semilunar aorta ke dalam
aorta menuju ke seluruh tubuh. Darah yang didistribusikan mengandung oksigen
dan akan disuplai ke seluruh tubuh kecuali paru-paru (Calvert 2007).
Siklus jantung adalah peristiwa yang berawal dari permulaan sebuah debar
jantung hingga berakhirnya debar jantung berikutnya. Siklus jantung terdiri dari
dua bagian yaitu sistol dan diastol. Sistol adalah periode dimana jantung
berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam jantung sehingga darah dapat
dikeluarkan menuju sirkulasi sistemik dan pulmonar. Periode dimana jantung
berelaksasi dan terisi darah disebut diastol. Debar jantung yang pertama (sistol)
merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis. Debar jantung yang
kedua (diastol) merupakan suara menutupnya katup semilunar aorta dan pulmonar
(Colville & Bassert 2002).
Kontraksi dan relaksasi jantung adalah respon terhadap stimulus listrik
yang dihasilkan oleh bagian tertentu dari jantung yang disebut pacemaker. Sistem
konduksi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu sinoatrial (SA) node, atrioventrikular
6
(AV) node, bundle His dan serabut Purkinje. Sinoatrial node merupakan pusat
yang menginisiasi denyut jantung dan juga mengatur interval antara denyut.
Sinyal listrik yang dihasilkan di SA node bergerak dari satu sel ke sel lainnya
melalui jalur internodus ke bagian bawah jantung menuju AV node, kelompok sel
yang berada di tengah jantung antara atrium dan ventrikel. Atrioventrikular node
merupakan gerbang yang memperlambat arus listrik sebelum sinyal diteruskan
menuju ventrikel. Perlambatan ini memastikan atrium memiliki kesempatan untuk
berkontraksi penuh sebelum ventrikel terstimulir. Setelah melalui AV node, arus
listrik berjalan menuju ventrikel di sepanjang bundle His yang bercabang menjadi
serabut khusus kanan dan kiri yang disebut serabut Purkinje. Serabut Purkinje
menempel pada dinding bagian bawah jantung (Cunningham 2002).
Echocardiography
Echocardiography merupakan metode yang sensitif untuk perikardial dan
deteksi cairan pleura yang dapat digunakan untuk mengidetifikasi massa lesio di
dalam jantung dan yang berdekatan dengan jantung (Nelson & Couto 2008).
Echocardiography adalah metode yang aman, non-invasif, dan tersedia dimanamana yang memberikan diagnosa anatomik dan hemodinamik yang pasti.
Pemahaman terhadap sifat fisik dari ultrasound penting dalam melakukan
pemeriksaan echocardiography dan menginterpretasikan hasil yang didapatkan
(Willerson et al. 2007).
Prinsip dari echocardiography adalah gelombang suara berfrekuensi tinggi
dihasilkan dari kristal piezo-electric yang terdapat dalam transduser. Perubahan
bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik.
Listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik, yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh. Sebagian pulse akan
dipantulkan, diserap dan sebagian lagi akan diteruskan menembus jaringan yang
akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang
dilaluinya (hiperechoic, hipoechoic, dan anechoic). Pencitraan hiperechoic akan
dihasilkan ketika gelombang suara mengenai tulang, udara, dan jaringan ikat.
Hipoechoic akan dihasilkan ketika gelombang suara mengenai jaringan lunak.
Serta pencitraan anechoic akan dihasilkan ketika gelombang suara mengenai
7
cairan dan darah. Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan
membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulse listrik lalu diperkuat
dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Bila
transduser digerakkan, seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian
jaringan tubuh yang dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat
dilihat pada layar monitor (Mannion 2006).
Kemahiran pada bidang echocardiography sangat penting dalam
menyajikan data dan menginterpretasikanya. Peralatan-peralatan yang digunakan
pada saat echocardiography sangat menentukan kualitas data yang akan diperoleh
(Nelson & Couto 2008). Metode echocardiography berbeda dengan teknik
abdominal dimana penempatan transduser hanya pada window yang terbatas di
antara tulang rusuk dan paru-paru yang terisi udara. Keterbatasan ini
membutuhkan
transduser
dengan
footprint
yang
kecil.
Pemeriksaan
echocardiography menampilkan gambar terbaik dengan transduser sector atau
curvelinear,
terlebih
jika
dilengkapi
dengan
teknologi
phased-array.
Echocardiography juga membutuhkan resolusi temporal yang tinggi, yang
didapatkan dengan menurunkan kedalaman dan meminimalkan sector angle
(sector width). Frekuensi transduser yang disarankan yaitu 8-12 MHz untuk
kucing dan anjing dengan ukuran kecil, 3-8 MHz untuk anjing dengan bobot
berkisar 5-40 kg, dan 2-4 MHz untuk anjing besar (>40 kg). Axis sentral ventrikel
kiri (left ventricular-LV) dapat dibayangkan sebagai garis imajiner yang
memanjang antara apex dan basis jantung pada bagian tengah lumen ventrikel
kiri. Saat transduser diorientasikan pada scan plane atau sejajar garis axis ini,
didapatkan gambaran long-axis. Jika scan plane tegak lurus garis axis, didapatkan
gambaran short-axis (Penninck & d’Anjou 2008).
Impedansi yang tidak sepadan dan atenuasi ultrasound oleh rusuk dan
paru-paru yang berisi udara, menyebabkan echocardiography transthorak terbatas
untuk akses window yang relatif kecil. Paru-paru yang berisi udara ini
mengelilingi jantung pada bagian ventral thoraks kanan dan kiri, dengan kata lain
di samping sternum (parasternal). Akses tambahan dapat diperoleh dengan posisi
subcostal (subxiphoid), pengambilan gambaran jantung melalui hati dan caudal
8
mediastinum; sudut pandang terbatas melalui arcus aorta bisa diperoleh melalui
lekukan thoraks (posisi transduser suprasternal) (Penninck & d’Anjou 2008).
Terdapat standar dalam pencitraan echocardiography, walaupun mungkin
saja diperoleh jumlah yang tak terhingga dari potongan-potongan citra jantung
(Mannion
2006).
Standar
ini
ditetapkan
oleh
American
Society
of
Echocardiography pada tahun 2004 (Penninck & d’Anjou 2008).
1. Right Parasternal View (RPS)
Biasanya terdapat dua atau lebih ruang antara rusuk yang memungkinkan
pencitraan RPS, termasuk bagian kranial yang berhubungan dengan ruang
intercostal keempat dan bagian yang lebih kaudal pada intercostal kelima. Untuk
citra yang cocok dengan perhitungan LV, transduser diposisikan pada ruang
intercostal sehingga berkas pusat dari transduser tegak lurus pada LV long axis
pada ujung leaflet katup mitral. Citra short axis didapatkan dengan memutarkan
transduser sehingga potongan melintang LV sedekat mungkin dengan potongan
sirkuler (Penninck & d’Anjou 2008).
2. Left Apical View (LAp)
Citra left apical position (LAp) terbaik didapatkan dengan posisi pasien
berbaring ke kiri, dengan transduser diposisikan pada bagian kiri ventral thorak
dari arah bawah. Hasil pencitraan apical yang sebenarnya didapat saat transduser
diposisikan pada lokasi yang kaudal dan sangat ventral, mendekati posisi
subcostal. Transduser diarahkan ke kranial sehingga pusat berkas ultrasound
mengarah ke basis jantung sepanjang bagian tengah axis LV. Angulasi transduser
ke kranial dari posisi LAp akan menampilkan empat ruang jantung, dan membawa
aorta masuk ke dalam scan plane sehingga memungkinkan visualisasi katup
aortik. Scan plane ini memberikan citra apical five-chamber dan cocok untuk
perhitungan kecepatan aliran darah aorta. Dari sudut apical four-chamber,
transduser diputar 90° searah jarum jam menghasilkan apical two-chamber
termasuk atrium dan ventrikel kiri (Penninck & d’Anjou 2008).
3. Left Parasternal View (LPS)
Sudut pandang left parasternal view pada jantung, didapatkan dengan
pasien berada dalam posisi berbaring ke kiri. Transduser diposisikan ke arah
9
kranial jantung, pada ruang intercostal keempat sampai kelima, dan kira-kira pada
pertemuan costochondral dengan arah dorsoventral. Ketika scan plane paralel
dengan aorta ascendens, pemutaran probe akan memberikan potongan
longitudinal dari struktur tersebut. Bagian dari ventrikel dan atrium kiri, katup
mitral, dan right ventricular (RV) outflow tract dapat terlihat pada posisi ini.
Sudut ini terutama sekali berguna untuk evaluasi tumor basis jantung dan RV
outflow tract (Penninck & d’Anjou 2008).
4. Suprasternal dan Subcostal View
Sudut pandang suprasternal memerlukan posisi transduser pada lekukan
thorak dengan scan plane yang berorientasi sejajar dengan sumbu sagital pasien.
Sudut pandang ini sangat baik untuk pencitraan arkus aortikus dan berguna untuk
perhitungan insufisiensi aorta. Sudut pandang subcostal didapatkan dengan pasien
pada posisi right lateral recumbency, dengan menempatkan transduser pada
processus xiphoideus dan menekannya ke abdomen sekaligus mengarahkan
transduser hampir secara langsung ke kranial (Penninck & d’Anjou 2008).
Doppler Echocardiography
Doppler echocardiography berdasarkan deteksi perubahan frekuensi suara
antara pancaran sinar ultrasound dan echo yang dipantulkan dari sel darah yang
bergerak. Gambaran yang optimal dari perhitungan kecepatan aliran darah
maksimal terjadi jika sinar ultrasound sejajar dengan aliran darah. Posisi ini
berlawanan dengan M-mode dan 2D echocardiography, dimana orientasi sinar
ultrasound tegak lurus terhadap struktur yang menghasilkan gambar (Nelson &
Couto 2008).
Fungsi utama pulse wave Doppler (PWD) echocardiography adalah untuk
menentukan kecepatan aliran darah di katup atau pembuluh darah yang digunakan
untuk mengevaluasi fungsi jantung (sistol dan diastol) atau mengukur aliran darah
(cardiac output, volume regurgitant, dan intracardiac shunt flow). Pencitraan
PWD echocardiography menggunakan single crystal. Pulse wave Doppler
echocardiography mengirimkan dan menerima echo secara kontinu dari seluruh
tingkat kedalaman dalam suatu area, maka echo akan mencapai transduser secara
simultan. Dengan (PWD) echocardiography, waktu perjalanan ultrasound pulse
10
digunakan untuk menentukan kedalaman jaringan pada daerah dimana kecepatan
aliran tersebut berada. Kecepatan aliran sel darah merah dapat dengan tepat di
ukur melalui frekuensi gelombang suara yang dipantulkan. Pulsed wave Doppler
echocardiography dapat mengalami ambiguitas dalam pengukuran kecepatan.
Kecepatan lain yang ditemukan dapat merupakan suatu misrepresentasi dari
kecepatan yang sebenarnya. Berlawanan dengan PWD, continuous wave Doppler
(CWD) echocardiography menggunakan double crystal yang terdiri atas
transmitting element dan receiving element, tepatnya terletak di sisi-sisi samping
kepala transduser. Satu sisi berfungsi untuk mengirimkan echo pulse (transmitting
beam) dan sisi lainnya berfungsi untuk menerima echo pulse (receiving beam).
Walaupun CWD echocardiography dapat menentukan arah aliran darah tetapi
tidak dapat membedakan tingkat kedalaman jaringan. Continuous wave Doppler
echocardiography memiliki fungsi yang terbatas, tetapi secara klinis CWD
echocardiography berfungsi untuk mengetahui aliran darah pada pembuluh darah
perifer. Selain itu CWD echocardiography juga baik digunakan untuk mengetahui
kecepatan aliran darah yang rendah dalam pembuluh darah (Penninck & d’Anjou
2008). Perbedaan antara PWD dengan CWD echocardiography, dapat terlihat
seperti gambar 1.
A
B
Gambar 1. (A). Transduser pulse wave Doppler echocardiography dan (B). Transduser
continuous wave Doppler echocardiography (Nicolaides et al. 2002).
Kecepatan aliran pada katup semilunar aorta direkam melalui posisi
transduser subcostal atau LAp untuk penghitungan kecepatan (Penninck &
d’Anjou 2008).
11
Gambar 2A. Hasil scan pulse wave Doppler dan EKG anjing normal: (A) ditujukan untuk
katup Ao (posisi transduser LAp), (B) ditujukan untuk Pulmonum (posisi
transduser RPS), (C) ditujukan untuk katup mitralis (posisi transduser
LAp), dan (D) ditujukan untuk katup trikuspidalis (posisi transduser LAp)
(Penninck & d’Anjou 2008).
Gambar 2B. Hasil scan puncak kecepatan peak velocity (Vpeak) gelombang aliran darah
katup semilunar aorta pada pengamatan dengan PWD echocardiography.
Sumbu Y untuk kecepatan, sumbu X untuk waktu (Penninck & d’Anjou
2008).
Gambar 3. Pengukuran velocity time integral (VTI) katup semilunar aorta menggunakan
PWD echocardiography (Penninck & d’Anjou 2008).
12
Electrocardiography (EKG)
Electrocardiography didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam
jantung, sedangkan elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan
potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Dalam EKG perlu
diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari SA Node, AV
Node, bundle His dan serabut Purkinje (Birchard & Shedding 2000).
Elektrokardiogram adalah alat yang sangat umum digunakan untuk mendiagnosa
disfungsi elektris jantung. Banyak aplikasi, dua atau lebih elektroda metal
diaplikasikan pada permukaan kulit, dan voltase yang terekam oleh elektroda akan
terlihat dalam layar atau tergambar di atas kertas (Cunningham 2002). Kegunaan
EKG antara lain adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada irama dan otot
jantung, mengetahui efek obat-obat jantung, mendeteksi gangguan elektrolit dan
perikarditis dan memperkirakan adanya pembesaran jantung (Birchard &
Shedding 2000). Electrocardiography (Fukuda M-E Cardisuny D300) memiliki 4
elektroda dengan warna yang berbeda, yaitu merah (RA/R) untuk kaki depan
kanan, kuning (LA/L) untuk kaki depan kiri, hijau (LF/F) kaki belakang kiri dan
hitam (RF/N) kaki belakang kanan. Pemasangan elektrode pada anjing adalah di
kulit daerah siku pada setiap kaki (Cunningham 2002), sehingga diperlukan
pencukuran pada daerah tersebut. Dari keempat elektroda tersebut dihasilkan limb
leads yang dikelompokkan menjadi 2 sadapan menurut asal sinyal yang dihasilkan
elektrodanya, yaitu sadapan bipolar (sadapan standar) dan ditandai dengan angka
romawi I, II, III, dan sadapan unipolar ekstremitas (augmented extremity lead)
yang ditandai dengan simbol aVR (augmented vector right), aVL (augmented
vector left) dan aVF (augmented vector foot).
Keenam limb leads tersebut dibagi dalam kelompok sadapan klinis dimana
masing-masing sadapan merekam aktivitas elektris jantung pada perspektif yang
berbeda. Sadapan ini berkaitan dengan daerah anatomis jantung untuk
kepentingan pemeriksaan fisik, contohnya adalah pada acute coronary ischemia.
Kelompok sadapan klinis terdiri dari kelompok sadapan inferior yang melihat
aktivitas elektris pada daerah inferior jantung (permukaan yang berbatasan dengan
diafragma), yaitu sadapan II, III dan aVF, serta kelompok sadapan lateral yang
13
melihat aktivitas elektris jantung yang menguntungkan pada dinding lateral
ventrikel kiri, yaitu sadapan I dan aVL. Sadapan aVR menunjukkan bagian dalam
dinding endokardium ke arah permukaan atrium kanan dan memberikan
perspektif yang tidak spesifik untuk ventrikel kiri sehingga sering diabaikan pada
pembacaan (Widjaja 1990).
Electrocardiography memberikan waktu dari kejadian elektris pada
jantung. Hasil perekaman EKG berupa defleksi voltase yang disebabkan oleh
adanya depolarisasi atrial dan ventrikel, serta repolarisasi ventrikel. Gelombang P
menggambarkan aktivitas depolarisasi atria, arah gelombang ini selalu positif di II
dan selalu negatif di aVR. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama dari
kompleks QRS, menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel,
kepentingan dari gelombang ini adalah untuk mendeteksi adanya infark myokard.
Gelombang
R
adalah
defleksi
positif
pertama
dari
kompleks
QRS,
menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Gelombang S adalah defleksi negatif
setelah gelombang R, menggambarkan fase depolarisasi akhir ventrikel.
Gelombang T menggambarkan fase repolarisasi ventrikel (Widjaja 1990).
Konsep Tekanan Gradien
Agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah atau di dalam katup
jantung, dibutuhkan suatu kekuatan (gaya) yang dapat mendorong darah. Gaya
tersebut dapat berasal dari perbedaan tekanan darah di dalam pembuluh darah atau
di dalam katup. Untuk setiap gradien tekanan darah yang diberikan, laju aliran
darah ditentukan oleh tahanan pembuluh darah terhadap aliran darah tersebut.
Tiga faktor yang menentukan tahanan aliran darah dalam pembuluh darah antara
lain diameter pembuluh darah, panjang pembuluh darah, dan viskositas darah.
Dari ketiga faktor tersebut, baik secara kuantitatif maupun fisiologi faktor
terpenting yang mempengaruhi tahanan pembuluh darah adalah diameter
pembuluh darah, bila sedikit saja terjadi perubahan pada diameter pembuluh darah
maka akan menimbulkan perubahan yang besar pada tahanan pembuluh darah
(Richard & Klabunde 2009).
14
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik,
Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan
yaitu dari bulan Juni sampai Juli 2009.
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah alat USG (Sonoscape SSI-1000), convex
scanner transduser tipe small footprint dengan frekuensi 3.7-5 MHz, tempat
berbaring hewan khusus pemeriksaan echocardiography, alat EKG (Fukuda M-E
Cardisuny D300), termometer, stetoskop, alat cukur dan kamera digital yang
digunakan untuk mendokumentasikan alat dan hewan coba.
Bahan Penelitian
Hewan percobaan. Hewan yang diamati pada penelitian ini adalah 8 ekor
anjing kampung dewasa yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 5 ekor betina. Anjing
yang digunakan memiliki kisaran umur 2-5 tahun dan berat badan rata-rata 12,5
kg, dimana setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan electrocardiography
menunjukkan kondisi jantung yang baik.
Gel ultrasound dan EKG. Gel yang digunakan sebagai bahan media
dalam penghantaran terbuat dari bahan polimer, humectants, air, parfum, dan
pengawet yang tidak memberikan efek negatif pada hewan coba.
A
B
Gambar 4. (A). Alat USG (Sonoscape SSI-1000) dan (B). Tempat berbaring hewan
khusus pemeriksaan echocardiography.
15
A
B
Gambar 5. (A). Convex scanner transduser small footprint dengan gel dan (B). Alat EKG
(Fukuda M-E Cardisuny D300).
Metode Penelitian
Pemeriksaan fisik. Anjing yang akan diperiksa diistirahatkan terlebih
dahulu sampai tenang, kemudian dihitung umur melalui gigi, frekuensi debar
jantung dan frekuensi nafas, serta auskultasi suara jantung dengan menggunakan
stetoskop.
A
B
Gambar 6. (A). Pemeriksaan suhu tubuh dan (B). Pemeriksaan frekuensi denyut jantung,
ritme, dan suara jantung.
Pemeriksaan electrocardiography. Anjing terlebih dahulu dicukur pada
bagian persendian antara os humerus dan os radius-ulna dan persendian antara os
femur dan os tibia-fibula, masing-masing dilakukan pada kaki kanan dan kiri.
Setelah anjing dibaringkan dengan posisi left lateral recumbency, pada kulit di
bagian yang telah dicukur dipasangkan elektroda. Elektroda merah untuk kaki
depan kanan, elektroda kuning untuk kaki depan kiri, elektroda hitam untuk kaki
belakang kanan dan elektroda hijau untuk kaki belakang kiri. Kemudian
pemeriksaan dimulai dan hasil rekam jantung didapat.
16
Gambar 7. Pemeriksaan electrocardiography dengan posisi left lateral recumbency.
Pengambilan gambar. Anjing yang telah dipastikan memiliki jantung
normal melalui pemeriksaan fisik dan EKG, kemudian diperiksa menggunakan
echocardiography. Daerah orientasi terlebih dahulu ditentukan sebelum
pemeriksaan dan dilakukan pencukuran rambut agar didapatkan gambaran
ultrasound yang lebih baik. Hewan diperiksa tanpa menggunakan sedatikum dan
anastetikum. Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi hewan left lateral
recumbency. Pengukuran pulse wave Doppler echocardiography dengan arah
transduser left apical scanning views (LAps) di katup aorta (Schober & Fuentes
2002). Posisi dan sudut yang dibentuk oleh transduser dipertahankan kurang dari
60º (Mannion 2006).
A
B
Gambar 8. (A). Anjing dibaringkan di atas tempat berbaring khusus pemeriksaan
echocardiography dan (B). Penempatan probe untuk pengambilan gambar.
17
Small foot print
Doppler sample
volume
Doppler scan line
Gambar 9A. Cara pemeriksaan dengan pencitraan left apical scanning view (LAp) PWD
echocardiography katup semilunar aorta.
RA
LA
Ao
RV
Gambar 9B. Left apical scanning view (LAp) PWD echocardiography katup semilunar
aorta. Right atrium (RA), right ventricle (RV), left atrium(LA), dan aorta
(Ao).
Gambar 9C. Left apical scanning views (LAp). Tanda panah menunjukkan gambar 2D
katup pulmonar, bulatan ditengah menunjukan katup aorta. RVOT = right
ventricular outflow tract, MPA = main pulmonary artery, PV = pulmonic
valve, Ao = aorta (Yuill & O'Grady 1989).
18
Gambar 9D. Tanda panah menunjukkan gambar 2D katup semilunar aorta left apical five
chamber views. RV = right ventricle, RA = right atrium, LVOT = left
ventricular outflow tract, LA = left atrium, AV = aortic valve, dan Ao =
aorta (Yuill & O'Grady 1989)
Interpretasi sonogram. Karakteristik aliran pada katup semilunar aorta
diukur dengan PWD echocardiography mengunakan alat USG (Sonoscape SSI1000). Enam parameter yang diamati adalah debar jantung (HR), peak velocity
(Vpeak), velocity time integral (VTI), mean pressure gradient (MPG), pulsatility
index (PI), dan systole/diastole (S/D). Pengukuran 6 parameter PWD
echocardiography secara umum dilakukan dengan menempatkan Doppler scan
line tepat di antara ketiga daun katup saat periode diastol dan setelah itu dapat
diatur untuk berhenti sementara waktu lalu dilakukan pengamatan dan
pengukuran keenam parameter (Huda & Slone 2003). Dalam electrocardiography
(EKG), parameter Vpeak terjadi pada segmen S-T. Parameter VTI dihitung sebagai
area dimulai dari base line sampai dengan puncak gelombang Vpeak. Parameter
MPG dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata dari tekanan gradien (4 ×
(peak velocity)2) (Goddard 1995). Menurut Nicolaides et al. (2002), PI dapat
dihitung dengan mencari selisih antara kecepatan puncak sistolik (A) ke kecepatan
akhir diastolik (B) selama 1 siklus jantung dibagi dengan kecepatan rata-rata
gelombang tersebut terhadap waktu (TApeak). Seperti dalam rumus dibawah ini :
PI = (A(cm/sec)-B(cm/sec) ) / Time-averaged peak velocity (cm/s)
Sedangkan parameter (S/D) yang dihitung dengan membagi nilai sistol dan nilai
diastol. Interpretasi bentukan yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time).
Sonogram disimpan dalam bentuk gambar digital dan bentuk video pada alat
19
USG. Proses pengambilan seperti terlihat pada gambar 9(A), serta contoh hasil
pengukuran PWD echocardiography terlihat pada gambar 10.
Gambar 10. Hasil perhitungan aliran darah melalui katup semilunar aorta dengan PWD
echocardiography .
Analisis data. Data yang telah diperoleh dari pulse wave Doppler diolah
dengan menggunakan statistika deskriptif pada selang kepercayaan 95%. Melalui
hipotesa (H0: AoJantan ≤ AoBetina, H1: AoJantan > AoBetina). Kemudian hipotesa
dianalisis dengan uji t satu arah. Bila hipotesa H0 diterima pada taraf nyata 0,05
(P>0,05) maka karakteristik aliran darah pada katup semilunar aorta pada anjing
jenis kelamin betina lebih tinggi daripada katup aorta pada anjing jenis kelamin
jantan (keterangan: Ao = katup aorta)
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Katup aorta memiliki tiga daun katup berbentuk setengah bulan sehingga
disebut sebagai katup semilunar. Ketiga daun katup terdiri atas: right coronary
(RC), left coronary (LC), dan noncoronary (NC) (Penninck & d’Anjou 2008).
Mekanisme kerja katup semilunar aorta berbeda dengan katup atrio-ventrikular
(A-V). Pertama, tekanan yang tinggi dalam aorta pada akhir sistol akan
menyebabkan katup semilunar menutup dengan keras, berlawanan dengan
penutupan katup A-V yang lebih lembut. Kedua, karena pembukaan yang lebih
kecil menyebabkan kecepatan ejeksi darah melewati katup semilunar aorta lebih
besar daripada kecepatan ejeksi yang melewati katup A-V yang lebih lebar.
Ketiga, karena penutupan dan ejeksi yang berlangsung cepat, tepi katup aorta
cenderung mendapat abrasi mekanis yang lebih besar dibandingkan katup A-V.
Selain itu, katup A-V bertaut pada korda tendinea sedangkan katup semilunar
tidak (Cunningham 2002).
Karakteristik aliran darah di katup semilunar aorta yang terlihat pada hasil
sonogram memiliki satu puncak gelombang yang disebut dengan peak velocity.
Peak velocity pada electrocardiography terjadi pada segmen S-T. Peak velocity
terjadi pada fase ke tiga jantung, dimana tekanan pada ventrikel yang semakin
meningkat dan impuls listrik yang telah mencapai ventrikel menyebabkan darah
diejeksikan dari ventrikel kiri ke aorta (Nelson & Couto 2008). Terdapat dua
tekanan aliran di dalam aorta yang mempengaruhi kecepatan aliran yaitu systolic
pressure dan diastolic pressure. Ketika ventrikel kiri berkontraksi dan darah
diejeksikan ke dalam aorta, sehingga aorta dipenuhi oleh darah dan tekanan aorta
meningkat sampai nilai puncak disebut systolic pressure. Sedangkan darah yang
mengalir keluar aorta ke arteri, yang menyebabkan tekanan dalam aorta menurun
mencapai nilai minimal dari tekanan di aorta disebut diastolic pressure (Rao &
Carey 2004).
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari
setiap anjing yang dapat dilihat pada tabel 1.
21
Tabel 1. Hasil pemeriksaan fisik pada anjing
Debar
Jenis
Umur
Kelamin
(tahun)
Husky
♂
4.50
10.60
38.30
88
16
Mario
♂
3.50
13.10
39.50
120
24
Babydoll
♂
3.00
13.20
38.50
120
20
Casey
♀
3.00
11.00
39.50
72
20
Sofie
♀
3.50
11.20
38.90
84
24
Bellani
♀
2.50
13.20
38.50
80
36
Jasmine
♀
3.00
13.20
38.80
108
28
Sorrow
♀
3.50
14.10
38.30
112
16
3.31± 0.59
12.45±1.30
38.78±0.48
98±19.12
23±6.67
38 - 39*
60 - 120*
16 – 20*
Nama
Rataan± SD
BB (Kg)
Suhu (° C )
Jantung
(kali/menit)
Nilai
Nafas
(kali/menit)
Referensi
* Sumber : Birchard & Sherding (2000).
Anjing yang digunakan pada penelitian ini merupakan anjing kampung
dewasa dengan rata-rata umur 3,5 tahun yang berjumlah 8 ekor, terdiri dari 3 ekor
jantan dan 5 ekor betina dan kisaran berat badan rata-rata 12,5 kg. Hasil
pemeriksaan fisik dan hasil rekam jantung dari semua anjing menunjukkan anjing
tersebut dalam kondisi sehat, semua nilai yang diperoleh berada dalam kisaran
normal. Tidak ditemukan adanya kelainan suara jantung yang didengarkan dengan
menggunakan stetoskop. Pemeriksaan kedua yang dilakukan adalah EKG,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan listrik jantung dan
dilakukan sebelum pemeriksaan USG. Hasil EKG dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Contoh hasil rekam jantung anjing yang normal.
22
Tabel
2.
Hasil pengukuran nilai debar jantung (kali/menit) dengan PWD
echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai
rataan ± SD
Semua Anjing
Jantan (kali/menit)
Betina (kali/menit)
98±5
101±8
100±4
88 – 108
93 - 109
96 – 104
Debar Jantung
(kali/menit)
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
Debar Jantung Katup Aorta
108
Kali/Menit
104
100
96
101
100
98
Jantan
Betina
92
Rataan
88
84
Aorta
Gambar 12. Histogram nilai rataan debar jantung (kali/menit) di katup semilunar aorta
dengan PWD echocardiography.
Debar jantung adalah ukuran kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan
dalam jumlah denyut per menit yang dibutuhkan untuk satu siklus jantung selama
60 detik. Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada permulaan sebuah
denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Debar jantung
dapat juga diperoleh dari electrocardiography dengan menghitung jumlah
gelombang R selama satu menit (Cunningham 2002). Berdasarkan hasil
pengukuran PWD echocardiography di katup semilunar aorta (Tabel 2),
menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai debar jantung
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05).
Menurut Nelson & Couto (2008), anjing dewasa memiliki debar jantung berkisar
antara 70 - 160 kali/menit.
Menurut
Cunningham
(2002),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perbedaan nilai debar jantung secara fisiologis antara lain karena adanya pengaruh
sistem saraf otonom, saraf vagus, dan volume darah yang kembali ke jantung
23
(venous return). Sistem saraf otonom mempengaruhi debar jantung melalui
stimulasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan epinephrine dan
norepinephrine, sehingga menyebabkan percepatan depolarisasi diastolik yang
semula lambat. Stimulasi saraf simpatis dapat meningkatkan debar jantung.
Sistem saraf parasimpatis mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan
acetylcholine, sehingga mencegah pacemaker diaktivasi-hiperpolarisasi. Stimulasi
saraf parasimpatis dapat menurunkan debar jantung. Stimulasi saraf vagus juga
memberikan efek yang hampir sama dengan saraf parasimpatis yaitu menurunkan
debar jantung, kecepatan konduksi, kontraktilitas, dan iritabilitas. Kesetimbangan
diantara kedua sistem saraf otonom yang saling berlawanan akan menghasilkan
nilai debar jantung normal. Selain itu, perubahan nilai debar jantung juga
dipengaruhi oleh pengaturan intrinsik pemompaan jantung dalam menanggapi
perubahan volume darah yang kembali ke jantung (venous return), sesuai dengan
mekanisme Frank-Starling yaitu semakin besar otot jantung yang diregangkan
selama periode pengisian, semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar
pula jumlah darah yang dipompakan ke dalam aorta (Cunningham 2002).
Tabel 3. Hasil pengukuran peak velocity (cm/s) dengan PWD echocardiography pada
katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD
Peak velocity (Vpeak)
Jantan (cm/s)
Betina (cm/s)
Semua Anjing (cm/s)
95,86±5,55
98,25±2,65
98,89±6,53
82,07 - 109,65
94,97 - 101,53
93,43 - 104,35
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
24
Vpeak Katup Aorta
120
100
(cm/s)
80
95.86
98.25
98.89
Jantan
60
Betina
40
Rataan
20
0
Aorta
Gambar 13. Histogram nilai rataan peak velocity (cm/s) di katup semilunar aorta dengan
PWD echocardiography.
V peak
Gambar 14. Hasil perhitungan aliran darah melalui katup semilunar aorta dengan PWD
echocardiography.
Peak velocity (Vpeak) merupakan suatu parameter pengukuran kecepatan
aliran darah yang mengalir (rapidly ejection) dari ventrikel ke aorta karena
terbukanya katup semilunar aorta (Penninck & d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil
pengukuran PWD echocardiography di katup semilunar aorta (Tabel 3),
menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai Vpeak yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%. Menurut Nelson & Couto (2008), Vpeak pada katup aorta anjing
normal biasanya berada dalam kisaran ≤ 1,6-1,9 m/s dan dapat meningkat
terutama pada anjing yang tidak di sedasi. Peak velocity juga dapat meningkat
pada kelainan yang diakibatkan oleh obstruksi saluran keluar (outflow tract). Peak
25
velocity aorta akan berkurang ketika buruknya fungsi atau kontraksi ventrikel
misalnya pada kejadian dilated cardiomyopathy (Muzzi et al. 2006). Peak velocity
yang tinggi sangat dipengaruhi oleh nilai left ventricular posterior wall thickness
at end-diastole (LVWd). Left ventricular posterior wall thickness at end-diastole
adalah ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat akhir diastol. Nilai
LVWd yang meningkat dapat mengakibatkan meningkatnya kontraksi jantung,
sehingga akan diikuti dengan peningkatan nilai Vpeak (Penninck & d’Anjou 2008).
Nilai rata-rata dari pengukuran anjing kampung menunjukkan nilai LVWd
7.50±1.03 mm (Devi 2009). Menurut Miller (1993), dinding ventrikel kiri
memiliki ketebalan tiga sampai empat kali dibandingkan dengan dinding ventrikel
kanan.
Tabel 4. Hasil pengukuran velocity time integral (cm) dengan PWD echocardiography
pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD
Velocity Time Integral
(VTI)
Jantan (cm)
Betina (cm)
Semua Anjing (cm)
4,18±0,35
4,36±1,36
4,29±1,06
3,31 - 5,05
2,67 - 6,05
3,41 - 5,17
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
VTI Katup Aorta
6
5
(cm)
4
4.18
4.36
3
4.29
Jantan
Betina
2
Rataan
1
0
Aorta
Gambar 15. Histogram nilai rataan velocity time integral (cm) di katup semilunar aorta
dengan PWD echocardiography.
Velocity time integral (VTI) adalah suatu area planimeter yang terletak di
bawah kurva kecepatan yang menunjukkan korelasi antara kecepatan terhadap
waktu atau disebut juga sebagai stroke lenght, dan memiliki satuan centimeter
26
(cm). Velocity time integral merupakan suatu parameter jumlah relatif darah yang
masuk ke dalam ventrikel, dipengaruhi oleh AT (acceleration time) yaitu waktu
saat kecepatan dimulai sampai mencapai puncak dan ET (ejection time) yaitu
waktu darah diejeksikan (Penninck & d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil
pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing (Tabel 4), menunjukkan
hasil bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai VTI yang lebih tinggi
daripada anjing jenis kelamin jantan (P>0,05). Velocity time integral dapat
dipergunakan untuk memperoleh cardiac output (CO) yang melewati katup
selama ejeksi dan juga stroke volume (Mannion 2006). Cardiac output adalah
jumlah darah yang dipompakan setiap menit oleh masing-masing ventrikel kiri
atau ventrikel kanan. Stroke volume adalah volume darah yang dikeluarkan saat
ventrikel berkontraksi (Cunningham 2002). Menurut Penninck & d’Anjou (2008),
untuk mengetahui adanya insufficiency katup pada stenosis aorta dapat diperoleh
dari rasio perbandingan VTI aorta dan VTI pulmonar. Jika nilai rasio tersebut >
1,6 mengindikasikan terjadinya stenosis subaortik ringan (mild subaortic
stenosis). Velocity time integral sangat dipengaruhi oleh energi kinetik aliran
darah. Hasil kerja tambahan dari tiap ventrikel (terutama ventrikel kiri) yang
dibutuhkan untuk menghasilkan energi kinetik aliran darah hanya kira-kira 1%
dari seluruh hasil kerja ventrikel. Kondisi abnormal tertentu akan mengakibatkan
darah dapat mengalir dengan kecepatan yang besar melalui katup yang mengalami
penyempitan (Cunningham 2002).
Tabel 5. Hasil pengukuran pulsatility index (cm/s) dengan PWD echocardiography pada
katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD
Pulsatility Index (PI)
Jantan (cm/s)
Betina (cm/s)
Semua Anjing (cm/s)
13,91±5,59
16,36±5,39
15,44±5,21
0,03 - 27,79
9,69 - 23,03
11,08 - 19,80
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
27
PI Katup Aorta
25
20
(cm/s)
15
16.36
13.91
15.44
Jantan
Betina
10
Rataan
5
0
Aorta
Gambar 16. Histogram nilai rataan pulsatility index (cm/s) di katup semilunar aorta
dengan PWD echocardiography
Pulsatility index diperoleh dari sifat bentuk gelombang spektral, dimana
salah satu dari spektrum gelombang dapat mengidentifikasi puncak sistol dan
akhir diastol untuk memberikan gambaran satu siklus jantung. Pulsatility index
merupakan suatu index dalam pulse wave untuk mengukur tahanan pembuluh
darah. Fungsi pulsatility index adalah untuk mengevaluasi penyakit peripheral
vascular dan kegagalan transplantasi ginjal akut pada manusia (Petersen et
al.1997). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography menunjukkan
bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai PI yang lebih tinggi daripada
anjing jenis kelamin jantan. Faktor-faktor yang mempengaruhi parameter PI
antara lain; end diastolic velocity (EDV) yaitu kecepatan aliran darah di akhir
periode diastol, peak sistolic velocity (PSV) yaitu kecepatan maksimum saat
puncak periode sistol, dan resistive index (RI) yaitu indek kecepatan gelombang
aliran darah arteri. Parameter RI digunakan untuk menghitung kecepatan aliran
darah dimana tidak ada aliran balik darah dalam arteri. Penurunan gelombang PI
mengindikasikan terjadinya stenosis pembuluh darah, sedangkan peningkatan
gelombang PI mengindikasikan terjadinya peningkatan tahanan pembuluh darah
(vascular resistance) yang sering tedeteksi di awal penolakan transplantasi ginjal
pada manusia (Petersen et al.1997).
28
Tabel 6. Hasil pengukuran mean pressure gradient (mmHg) dengan PWD
echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai
rataan ± SD
Mean Pressure
Gradient (MPG)
Jantan (mmHg)
Betina (mmHg)
Semua Anjing (mmHg)
0,03±0,01
0,05±0,03
0,04±0,03
0,01 - 0,05
0,01 - 0,09
0,01 - 0,07
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
MPG Katup Aorta
0.08
(mmHg)
0.06
Jantan
0.05
0.04
0.04
0.02
Betina
Rataan
0.03
0
Aorta
Gambar 17. Histogram nilai rataan mean pressure gradient (mmHg) di katup semilunar
aorta dengan PWD echocardiography.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography menunjukkan
bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai MPG yang lebih tinggi dari pada
anjing jenis kelamin jantan (P>0,05) pada selang kepercayaan 95%. Menurut
Mascherbauer et al. (2008), gradien tekanan diantara dua ruangan dapat
diperkirakan dari puncak kecepatan aliran darah diantara ventrikel kiri dan aorta
yang dipengaruhi oleh periode ketika darah diejeksikan. Pengukuran nilai MPG
dipengaruhi oleh nilai E point to septal separation (EPSS). E point to septal
separation adalah jarak antara katup mitralis dengan dinding interventrikular saat
katup terbuka. Nilai EPSS dihitung dan dikaitkan dengan ejection fraction (EF)
yaitu volume fraksi akhir diastolik yang dikeluarkan selama ventrikular sistol
(Cunningham 2002) dan diukur untuk menilai efisiensi kerja jantung dalam
memompa darah (King et al. 2002). Parameter EPSS sangat dapat dipercaya
untuk mengetahui fungsi ventrikel kiri dengan stenosis aorta, tapi kegunaannya
29
terbatas untuk penyakit regurgitasi mitral dan aortik kronis (Lehmann et al.1983).
Penutupan dini dari katup mitral dianggap sebagai indikasi dari kekakuan
ventrikel dengan tekanan ventrikel pada akhir diastol yang tinggi. Kibasan katup
mitral ini dapat menghasilkan regurgitasi aortik yang sedang sampai akut
(Goddard 1995).
Tabel 7. Hasil pengukuran systole per diastole dengan PWD echocardiography pada
katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD
systole per diastole
(S/D)
Jantan
Betina
Semua Anjing
251,33±0,58
251,47±0,51
251,42±0,50
249,89 – 252,77
250,84 - 252,10
251- 251,84
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang
kepercayaan 95%
S/DKatupAorta
252
251.6
S/D
251.2
251.33
251.47
251.42
Jantan
Betina
250.8
Rataan
250.4
250
Aorta
Gambar 18. Histogram nilai rataan systole per diastole di katup semilunar aorta dengan
PWD echocardiography
Sistol adalah periode dimana jantung berkontraksi dan meningkatkan
tekanan dalam jantung sehingga darah dapat dikeluarkan menuju sirkulasi
sistemik dan pulmonar. Periode dimana jantung berelaksasi dan terisi darah
disebut diastol. Debar jantung yang pertama (sistol) merupakan suara menutupnya
katup mitral dan trikuspidalis. Debar jantung yang kedua (diastol) merupakan
suara menutupnya katup aortik dan pulmonar (Colville & Bassert 2002).
Berdasarkan hasil pengukuran pulsed wave Doppler echocardiography (Tabel 7),
didapatkan nilai yang lebih tinggi pada anjing dengan jenis kelamin betina jika
30
dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05). Menurut Cornell et al.
(2004), fractional shortening (FS) digunakan secara luas sebagai indikator fungsi
sistolik ventrikel kiri. untuk mengetahui daya kerja ventrikel dan nilai FS yang
kurang dari 0,25 biasanya dihubungkan dengan penyakit jantung atau
hipovolemia. Menurut (Goddard 1995) kisaran nilai fraksi pemendekan pada
anjing normal adalah 0,28-0,50.
Karakteristik aliran darah aorta pada keenam parameter yang diamati
menunjukkan bahwa anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai debar
jantung, Vpeak, VTI, PI, MPG, dan S/D yang lebih tiggi daripada anjing jenis
kelamin jantan. Selain hal yang telah dijelaskan di atas, faktor yang menyebabkan
hal ini adalah faktor hormonal. Hormon kelamin betina yang mempengaruhi
adalah estrogen. Esterogen merupakan hormon steroid yang terdiri dari tiga
bentuk yaitu: 17-β estradiol, estron, dan estriol. Estrogen memiliki kemiripan
sifat dengan hormon-hormon adrenokorteks (Syarif et al. 2007). Stimulasi dan
pelepasan hormon estrogenik akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion
natrium (Na) di dalam cairan ekstraselular. Potensial aksi depolarisasi pada otot
jantung terjadi bila ion positif (Na) dari ekstraselular masuk ke intraselular.
Peningkatan konsentrasi ion natrium menimbulkan pembukaan gerbang saluran
cepat untuk natrium (fast voltage gated Na channel), sehingga akan meningkatkan
kontraktilitas otot dan listrik jantung (Cunningham 2002).
31
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Karakteristik aliran darah di katup semilunar aorta pada anjing kampung
(canis lupus familiaris) terdiri dari satu puncak gelombang disebut peak
velocity atau Vpeak yang terjadi pada akhir diastol.
2. Karakteristik aliran darah pada anjing kampung normal (canis lupus
familiaris) menggunakan PWD echocardiography di katup semilunar aorta
menunjukkan bahwa anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan pada
keenam parameter yang diamati.
3. Nilai rataan ke enam parameter karakteristik aliran darah pada anjing
kampung normal (canis lupus familiaris) yang dinilai dengan menggunakan
PWD echocardiography di katup semilunar aorta yaitu: debar jantung (100±4)
kali/menit, peak velocity (98,89±6,53) cm/s, velocity time integral (4,29±1,06)
cm, pulsatility index (15,44±5,21) cm/s, mean pressure gradient (0,04±0,03)
mmHg, dan rasio systole-diastole (251,42±0,50).
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukannya penelitian lebih
lanjut mengenai continuous wave Doppler echocardiography di anjing kampung
ataupun anjing lokal Indonesia, untuk memperkaya dan melengkapi data-data
fisiologis pada jantung, serta peningkatan keterampilan yang lebih baik dalam
interpretasi dan perhitungan hasil echocardiography.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Anjing. [terhubung berkala].http//:www.anjingkita.com [19 April
2009]
Birchard SJ & Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. 2
nd
Ed. USA: WB Saunders Company. Hal.13.
Calvert CA. 2007. Heart and Blood Vessel Disorders. Di dalam : Kahn CM,
editor. The Merck/Merial Manual for Pet Health. USA : Merck & Co,
Inc.
Chandri B. 2008. Studi kandungan Urin Anjing Kampung (Canis familiaris)
Umur 3 dan 6 Bulan dengan Menggunakan Reagent Strip Test [skripsi].
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal. 4.
Colville T & Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians. USA : Mosby, Inc.
Cornell CC, Kittleson MD, Della Torre P, et al. 2004. Allometric Scalling of Mmode Variables in Normal Adult Dogs. Journal of Veterinary Internal
Medicine. 18:311-321.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders. Hal.
166-172; 180-182.
Devi P. 2009. Nilai Referensi Motion mode Echocardiography pada Anjing
Kampung Normal (Canis lupus familiaris). [skripsi]. Bogor: Fakultas
kedokteran Hewan-IPB
Guglielmini C & Luciani A. 2006. Advanced Echocardiographie Techniques in
Small Practice. Veterinary Reserach Communications. 30 (Suppl. 1),
153-158
Goddard PJ. 1995. Veterinary Ultrasonography. UK : CAB International.
Hartiningsih N, Dharma DMN, Rudyanto MD. 1999. Anjing Bali, Pemuliaan dan
Pelestarian. Yogyakarta: Kasinius.
Huda W & Slone R. 2003. Review of Radiologic Physics. 2nd. Lippincott
Maryland : Williams and Weilkins A Waverly Company.
Kayar A, Gonul R, Or ME, Uysal A. 2006. M-mode Echocardiographic
Parameters and Indices in The Normal German Shepherd Dog.
Veterinary Radiology & Ultrasound. Vol 47 No. 5:482-486.
33
King DL, Coffin LE, Maurer MS. 2002. Myocardial Contraction Fraction: A
Volumetric Index of Myocardial Shortening by Freehand ThreeDimensional Echocardiography. Journal of the American College of
Cardiology. 40: 325-329.
Lehmann KG, Johnson AD, Goldberger AL. 1983. Mitral Valve E point-septal
Separation As An Index of Left Ventricular Function with Valvular
Disease. Chest. 83:102-108.
Mascherbauer J, Fuchs C, Stoiber M, Schima H, Pernicka E, Maurer G,
Baumgartner H.. 2008. Systemic Pressure does not Directly Affect
Pressure Gradient and Valve Area Estimates in Aortic Stenosis in
Vitro. European Heart Journal. Vol 29 No. 16:2049-2057
Mannion P. 2006. Diagnostic Ultrasound in Small Animal Practice. United
Kingdom: Blackwell Publishing. Hal.1-19,188.
Miller ME. 1993. Anatomy of the Dog. USA: Saunders Hal. 595; 597
Muzzi RA, Muzzi LA, de Araújo RB, Cherem M. 2006. Echocardiographic
Indices in Normal German Shepherd Dogs. [Suppl]; 7(2):193-8
Nelson RW & Couto CG. 2008. Small Animal Internal Medicine. 2nd ed. USA :
Mosby Inc. Hal. 34-42.
Nicolaides K, Rizzo G, Hecker K, Ximenes R. 2002. Doppler Ultrasound :
Principles and Practice. Diploma in Fetal Medicine and ISUOG
Educational.
Penninck D & d’Anjou MA. 2008. Atlas of Small Animal Ultrasonography. 1st
Ed. Iowa : Blackwell Publishing.
Pennisi E. 2002. Canine Evolution: A Shaggy Dog History. [terhubung
berkala].http://www.dogexpert_com/popular [22 Februari 2010]
Petersen LJ. 1997. The Pulsatility Index and The Resistive Index in Renal Arteries
Associations with Long-term Progression in Chronic Renal Failure.
[Suppl];12;1376-1380.
Rao PS & Carey P. 2004. Doppler ultrasound in the prediction of pressure
gradients across aortic coarctation. American heart journal. Vol. 118 No.
2: 299-307
Richard E & Klabunde 2009. Cardiovascular Physiological Concept. [terhubung
berkala]. http//:www.cvphysiology.com/textbook [ 16 Juni 2010]
Schaer M. 2008. Clinical Signs in Animal Medicine. UK : Manson Publishing.
Hal. 62-63.
34
Schober KE & Fuentes VL. 2002. Doppler Echocardiography Assesment of Left
Ventricular Diastolic Function in 74 Boxer Dogs With Aortic Stenosis.
Journal of Veterinary Cardiology. Vol. 4 No.1:7-16
…………..SSI-1000 Diagnostic Utrasound System. Sonoscape Co.Ltd. 2008.
Supriadi HR. 2004. Studi Identifikasi Golongan Darah Anjing Kampung (Canis
familiaris) dengan Metode Antibodi Monoklonal Shigeta [skripsi].
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, et al. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed-5.
Jakarta: UI-Press
Tortora, GJ. 2005. Principles of Human Anatomy. Ed ke-10. USA : John Wiley
and Sons, Inc.
Widjaja S. 1990. EKG Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal. 10-29.
Willerson T, Cohn JN, Wellens HJJ, Holmes DR, editor. 2007. Cardiovascular
Medicine. Ed ke-3. USA : Springer.
Yuill CDM & O’grady MR.1989. Doppler-derived Velocity of Blood Flow across
the Cardiac Valves in the Normal Dog. Canada Journal of Veterinary
Res 1991; 55: 185-192.
LAMPIRAN
36
HASIL ANALISIS STATISTIK STUDENT T-TEST
Katup Semilunar Aorta:
(H0: Ao jantan ≤ Ao betina H1: Ao jantan > Ao betina)
1. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Debar Jantung (HR) Two-sample
T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 97.67 3.67 2.1
Betina 5 101.13 4.92 2.2
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -3.46733
95% lower bound for difference: -9.61546
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1.14 P-Value = 0.846 DF = 5
2. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Peak Velocity (Vpeak) Two-sample
T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 102.9 13.3 7.7
Betina 5 98.24 2.65 1.2
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: 4.68600
95% lower bound for difference: -17.99997
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0.60 P-Value = 0.304 DF = 2
3. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Pulsatility index (PI) Two-sample
T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 13.91 5.60 3.2
Betina 5 16.36 5.39 2.4
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -2.45333
95% lower bound for difference: -11.04921
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0.61 P-Value = 0.712 DF = 4
4. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Velocity time integral (VTI) Twosample T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 4.18 0.34 0.20
37
Betina 5 4.36 1.36
0.61
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0.180000
95% lower bound for difference: -1.541720
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0.28 P-Value = 0.604 DF = 4
5. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Mean pressure gradient (MPG)
Two-sample T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 0.03 0.02 0.01
Betina 5 0.05 0.03 0.02
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0.020000
95% lower bound for difference: -0.056605
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1.10 P-Value = 0.839 DF = 5
6. Two-Sample T-Test and CI: Jantan, Betina Systole Per Diastole (S/D) Twosample T for Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 251.33 0.57 0.33
Betina 5 251.46 0.51 0.23
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0.132667
95% lower bound for difference: -1.080658
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0.33 P-Value = 0.618 DF = 3
Download