20 HASIL DAN PEMBAHASAN Katup aorta memiliki tiga daun katup berbentuk setengah bulan sehingga disebut sebagai katup semilunar. Ketiga daun katup terdiri atas: right coronary (RC), left coronary (LC), dan noncoronary (NC) (Penninck & d’Anjou 2008). Mekanisme kerja katup semilunar aorta berbeda dengan katup atrio-ventrikular (A-V). Pertama, tekanan yang tinggi dalam aorta pada akhir sistol akan menyebabkan katup semilunar menutup dengan keras, berlawanan dengan penutupan katup A-V yang lebih lembut. Kedua, karena pembukaan yang lebih kecil menyebabkan kecepatan ejeksi darah melewati katup semilunar aorta lebih besar daripada kecepatan ejeksi yang melewati katup A-V yang lebih lebar. Ketiga, karena penutupan dan ejeksi yang berlangsung cepat, tepi katup aorta cenderung mendapat abrasi mekanis yang lebih besar dibandingkan katup A-V. Selain itu, katup A-V bertaut pada korda tendinea sedangkan katup semilunar tidak (Cunningham 2002). Karakteristik aliran darah di katup semilunar aorta yang terlihat pada hasil sonogram memiliki satu puncak gelombang yang disebut dengan peak velocity. Peak velocity pada electrocardiography terjadi pada segmen S-T. Peak velocity terjadi pada fase ke tiga jantung, dimana tekanan pada ventrikel yang semakin meningkat dan impuls listrik yang telah mencapai ventrikel menyebabkan darah diejeksikan dari ventrikel kiri ke aorta (Nelson & Couto 2008). Terdapat dua tekanan aliran di dalam aorta yang mempengaruhi kecepatan aliran yaitu systolic pressure dan diastolic pressure. Ketika ventrikel kiri berkontraksi dan darah diejeksikan ke dalam aorta, sehingga aorta dipenuhi oleh darah dan tekanan aorta meningkat sampai nilai puncak disebut systolic pressure. Sedangkan darah yang mengalir keluar aorta ke arteri, yang menyebabkan tekanan dalam aorta menurun mencapai nilai minimal dari tekanan di aorta disebut diastolic pressure (Rao & Carey 2004). Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari setiap anjing yang dapat dilihat pada tabel 1. 21 Tabel 1. Hasil pemeriksaan fisik pada anjing Debar Jenis Umur Kelamin (tahun) Husky ♂ 4.50 10.60 38.30 88 16 Mario ♂ 3.50 13.10 39.50 120 24 Babydoll ♂ 3.00 13.20 38.50 120 20 Casey ♀ 3.00 11.00 39.50 72 20 Sofie ♀ 3.50 11.20 38.90 84 24 Bellani ♀ 2.50 13.20 38.50 80 36 Jasmine ♀ 3.00 13.20 38.80 108 28 Sorrow ♀ 3.50 14.10 38.30 112 16 3.31± 0.59 12.45±1.30 38.78±0.48 98±19.12 23±6.67 38 - 39* 60 - 120* 16 – 20* Nama Rataan± SD BB (Kg) Suhu (° C ) Jantung (kali/menit) Nilai Nafas (kali/menit) Referensi * Sumber : Birchard & Sherding (2000). Anjing yang digunakan pada penelitian ini merupakan anjing kampung dewasa dengan rata-rata umur 3,5 tahun yang berjumlah 8 ekor, terdiri dari 3 ekor jantan dan 5 ekor betina dan kisaran berat badan rata-rata 12,5 kg. Hasil pemeriksaan fisik dan hasil rekam jantung dari semua anjing menunjukkan anjing tersebut dalam kondisi sehat, semua nilai yang diperoleh berada dalam kisaran normal. Tidak ditemukan adanya kelainan suara jantung yang didengarkan dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan kedua yang dilakukan adalah EKG, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan listrik jantung dan dilakukan sebelum pemeriksaan USG. Hasil EKG dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 11. Contoh hasil rekam jantung anjing yang normal. 22 Tabel 2. Hasil pengukuran nilai debar jantung (kali/menit) dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Semua Anjing Jantan (kali/menit) Betina (kali/menit) 98±5 101±8 100±4 88 – 108 93 - 109 96 – 104 Debar Jantung (kali/menit) Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% Debar Jantung Katup Aorta 108 Kali/Menit 104 100 96 101 100 98 Jantan Betina 92 Rataan 88 84 Aorta Gambar 12. Histogram nilai rataan debar jantung (kali/menit) di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography. Debar jantung adalah ukuran kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit yang dibutuhkan untuk satu siklus jantung selama 60 detik. Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Debar jantung dapat juga diperoleh dari electrocardiography dengan menghitung jumlah gelombang R selama satu menit (Cunningham 2002). Berdasarkan hasil pengukuran PWD echocardiography di katup semilunar aorta (Tabel 2), menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai debar jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05). Menurut Nelson & Couto (2008), anjing dewasa memiliki debar jantung berkisar antara 70 - 160 kali/menit. Menurut Cunningham (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai debar jantung secara fisiologis antara lain karena adanya pengaruh sistem saraf otonom, saraf vagus, dan volume darah yang kembali ke jantung 23 (venous return). Sistem saraf otonom mempengaruhi debar jantung melalui stimulasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan epinephrine dan norepinephrine, sehingga menyebabkan percepatan depolarisasi diastolik yang semula lambat. Stimulasi saraf simpatis dapat meningkatkan debar jantung. Sistem saraf parasimpatis mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan acetylcholine, sehingga mencegah pacemaker diaktivasi-hiperpolarisasi. Stimulasi saraf parasimpatis dapat menurunkan debar jantung. Stimulasi saraf vagus juga memberikan efek yang hampir sama dengan saraf parasimpatis yaitu menurunkan debar jantung, kecepatan konduksi, kontraktilitas, dan iritabilitas. Kesetimbangan diantara kedua sistem saraf otonom yang saling berlawanan akan menghasilkan nilai debar jantung normal. Selain itu, perubahan nilai debar jantung juga dipengaruhi oleh pengaturan intrinsik pemompaan jantung dalam menanggapi perubahan volume darah yang kembali ke jantung (venous return), sesuai dengan mekanisme Frank-Starling yaitu semakin besar otot jantung yang diregangkan selama periode pengisian, semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah yang dipompakan ke dalam aorta (Cunningham 2002). Tabel 3. Hasil pengukuran peak velocity (cm/s) dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Peak velocity (Vpeak) Jantan (cm/s) Betina (cm/s) Semua Anjing (cm/s) 95,86±5,55 98,25±2,65 98,89±6,53 82,07 - 109,65 94,97 - 101,53 93,43 - 104,35 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% 24 Vpeak Katup Aorta 120 100 (cm/s) 80 95.86 98.25 98.89 Jantan 60 Betina 40 Rataan 20 0 Aorta Gambar 13. Histogram nilai rataan peak velocity (cm/s) di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography. V peak Gambar 14. Hasil perhitungan aliran darah melalui katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography. Peak velocity (Vpeak) merupakan suatu parameter pengukuran kecepatan aliran darah yang mengalir (rapidly ejection) dari ventrikel ke aorta karena terbukanya katup semilunar aorta (Penninck & d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil pengukuran PWD echocardiography di katup semilunar aorta (Tabel 3), menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai Vpeak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05) pada selang kepercayaan 95%. Menurut Nelson & Couto (2008), Vpeak pada katup aorta anjing normal biasanya berada dalam kisaran ≤ 1,6-1,9 m/s dan dapat meningkat terutama pada anjing yang tidak di sedasi. Peak velocity juga dapat meningkat pada kelainan yang diakibatkan oleh obstruksi saluran keluar (outflow tract). Peak 25 velocity aorta akan berkurang ketika buruknya fungsi atau kontraksi ventrikel misalnya pada kejadian dilated cardiomyopathy (Muzzi et al. 2006). Peak velocity yang tinggi sangat dipengaruhi oleh nilai left ventricular posterior wall thickness at end-diastole (LVWd). Left ventricular posterior wall thickness at end-diastole adalah ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat akhir diastol. Nilai LVWd yang meningkat dapat mengakibatkan meningkatnya kontraksi jantung, sehingga akan diikuti dengan peningkatan nilai Vpeak (Penninck & d’Anjou 2008). Nilai rata-rata dari pengukuran anjing kampung menunjukkan nilai LVWd 7.50±1.03 mm (Devi 2009). Menurut Miller (1993), dinding ventrikel kiri memiliki ketebalan tiga sampai empat kali dibandingkan dengan dinding ventrikel kanan. Tabel 4. Hasil pengukuran velocity time integral (cm) dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Velocity Time Integral (VTI) Jantan (cm) Betina (cm) Semua Anjing (cm) 4,18±0,35 4,36±1,36 4,29±1,06 3,31 - 5,05 2,67 - 6,05 3,41 - 5,17 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% VTI Katup Aorta 6 5 (cm) 4 4.18 4.36 3 4.29 Jantan Betina 2 Rataan 1 0 Aorta Gambar 15. Histogram nilai rataan velocity time integral (cm) di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography. Velocity time integral (VTI) adalah suatu area planimeter yang terletak di bawah kurva kecepatan yang menunjukkan korelasi antara kecepatan terhadap waktu atau disebut juga sebagai stroke lenght, dan memiliki satuan centimeter 26 (cm). Velocity time integral merupakan suatu parameter jumlah relatif darah yang masuk ke dalam ventrikel, dipengaruhi oleh AT (acceleration time) yaitu waktu saat kecepatan dimulai sampai mencapai puncak dan ET (ejection time) yaitu waktu darah diejeksikan (Penninck & d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing (Tabel 4), menunjukkan hasil bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai VTI yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan (P>0,05). Velocity time integral dapat dipergunakan untuk memperoleh cardiac output (CO) yang melewati katup selama ejeksi dan juga stroke volume (Mannion 2006). Cardiac output adalah jumlah darah yang dipompakan setiap menit oleh masing-masing ventrikel kiri atau ventrikel kanan. Stroke volume adalah volume darah yang dikeluarkan saat ventrikel berkontraksi (Cunningham 2002). Menurut Penninck & d’Anjou (2008), untuk mengetahui adanya insufficiency katup pada stenosis aorta dapat diperoleh dari rasio perbandingan VTI aorta dan VTI pulmonar. Jika nilai rasio tersebut > 1,6 mengindikasikan terjadinya stenosis subaortik ringan (mild subaortic stenosis). Velocity time integral sangat dipengaruhi oleh energi kinetik aliran darah. Hasil kerja tambahan dari tiap ventrikel (terutama ventrikel kiri) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi kinetik aliran darah hanya kira-kira 1% dari seluruh hasil kerja ventrikel. Kondisi abnormal tertentu akan mengakibatkan darah dapat mengalir dengan kecepatan yang besar melalui katup yang mengalami penyempitan (Cunningham 2002). Tabel 5. Hasil pengukuran pulsatility index (cm/s) dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Pulsatility Index (PI) Jantan (cm/s) Betina (cm/s) Semua Anjing (cm/s) 13,91±5,59 16,36±5,39 15,44±5,21 0,03 - 27,79 9,69 - 23,03 11,08 - 19,80 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% 27 PI Katup Aorta 25 20 (cm/s) 15 16.36 13.91 15.44 Jantan Betina 10 Rataan 5 0 Aorta Gambar 16. Histogram nilai rataan pulsatility index (cm/s) di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography Pulsatility index diperoleh dari sifat bentuk gelombang spektral, dimana salah satu dari spektrum gelombang dapat mengidentifikasi puncak sistol dan akhir diastol untuk memberikan gambaran satu siklus jantung. Pulsatility index merupakan suatu index dalam pulse wave untuk mengukur tahanan pembuluh darah. Fungsi pulsatility index adalah untuk mengevaluasi penyakit peripheral vascular dan kegagalan transplantasi ginjal akut pada manusia (Petersen et al.1997). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography menunjukkan bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai PI yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan. Faktor-faktor yang mempengaruhi parameter PI antara lain; end diastolic velocity (EDV) yaitu kecepatan aliran darah di akhir periode diastol, peak sistolic velocity (PSV) yaitu kecepatan maksimum saat puncak periode sistol, dan resistive index (RI) yaitu indek kecepatan gelombang aliran darah arteri. Parameter RI digunakan untuk menghitung kecepatan aliran darah dimana tidak ada aliran balik darah dalam arteri. Penurunan gelombang PI mengindikasikan terjadinya stenosis pembuluh darah, sedangkan peningkatan gelombang PI mengindikasikan terjadinya peningkatan tahanan pembuluh darah (vascular resistance) yang sering tedeteksi di awal penolakan transplantasi ginjal pada manusia (Petersen et al.1997). 28 Tabel 6. Hasil pengukuran mean pressure gradient (mmHg) dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Mean Pressure Gradient (MPG) Jantan (mmHg) Betina (mmHg) Semua Anjing (mmHg) 0,03±0,01 0,05±0,03 0,04±0,03 0,01 - 0,05 0,01 - 0,09 0,01 - 0,07 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% MPG Katup Aorta 0.08 (mmHg) 0.06 Jantan 0.05 0.04 0.04 0.02 Betina Rataan 0.03 0 Aorta Gambar 17. Histogram nilai rataan mean pressure gradient (mmHg) di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography. Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography menunjukkan bahwa anjing jenis kelamin betina memiliki nilai MPG yang lebih tinggi dari pada anjing jenis kelamin jantan (P>0,05) pada selang kepercayaan 95%. Menurut Mascherbauer et al. (2008), gradien tekanan diantara dua ruangan dapat diperkirakan dari puncak kecepatan aliran darah diantara ventrikel kiri dan aorta yang dipengaruhi oleh periode ketika darah diejeksikan. Pengukuran nilai MPG dipengaruhi oleh nilai E point to septal separation (EPSS). E point to septal separation adalah jarak antara katup mitralis dengan dinding interventrikular saat katup terbuka. Nilai EPSS dihitung dan dikaitkan dengan ejection fraction (EF) yaitu volume fraksi akhir diastolik yang dikeluarkan selama ventrikular sistol (Cunningham 2002) dan diukur untuk menilai efisiensi kerja jantung dalam memompa darah (King et al. 2002). Parameter EPSS sangat dapat dipercaya untuk mengetahui fungsi ventrikel kiri dengan stenosis aorta, tapi kegunaannya 29 terbatas untuk penyakit regurgitasi mitral dan aortik kronis (Lehmann et al.1983). Penutupan dini dari katup mitral dianggap sebagai indikasi dari kekakuan ventrikel dengan tekanan ventrikel pada akhir diastol yang tinggi. Kibasan katup mitral ini dapat menghasilkan regurgitasi aortik yang sedang sampai akut (Goddard 1995). Tabel 7. Hasil pengukuran systole per diastole dengan PWD echocardiography pada katup semilunar aorta. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD systole per diastole (S/D) Jantan Betina Semua Anjing 251,33±0,58 251,47±0,51 251,42±0,50 249,89 – 252,77 250,84 - 252,10 251- 251,84 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada selang kepercayaan 95% S/DKatupAorta 252 251.6 S/D 251.2 251.33 251.47 251.42 Jantan Betina 250.8 Rataan 250.4 250 Aorta Gambar 18. Histogram nilai rataan systole per diastole di katup semilunar aorta dengan PWD echocardiography Sistol adalah periode dimana jantung berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam jantung sehingga darah dapat dikeluarkan menuju sirkulasi sistemik dan pulmonar. Periode dimana jantung berelaksasi dan terisi darah disebut diastol. Debar jantung yang pertama (sistol) merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis. Debar jantung yang kedua (diastol) merupakan suara menutupnya katup aortik dan pulmonar (Colville & Bassert 2002). Berdasarkan hasil pengukuran pulsed wave Doppler echocardiography (Tabel 7), didapatkan nilai yang lebih tinggi pada anjing dengan jenis kelamin betina jika 30 dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan (P>0,05). Menurut Cornell et al. (2004), fractional shortening (FS) digunakan secara luas sebagai indikator fungsi sistolik ventrikel kiri. untuk mengetahui daya kerja ventrikel dan nilai FS yang kurang dari 0,25 biasanya dihubungkan dengan penyakit jantung atau hipovolemia. Menurut (Goddard 1995) kisaran nilai fraksi pemendekan pada anjing normal adalah 0,28-0,50. Karakteristik aliran darah aorta pada keenam parameter yang diamati menunjukkan bahwa anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai debar jantung, Vpeak, VTI, PI, MPG, dan S/D yang lebih tiggi daripada anjing jenis kelamin jantan. Selain hal yang telah dijelaskan di atas, faktor yang menyebabkan hal ini adalah faktor hormonal. Hormon kelamin betina yang mempengaruhi adalah estrogen. Esterogen merupakan hormon steroid yang terdiri dari tiga bentuk yaitu: 17-β estradiol, estron, dan estriol. Estrogen memiliki kemiripan sifat dengan hormon-hormon adrenokorteks (Syarif et al. 2007). Stimulasi dan pelepasan hormon estrogenik akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion natrium (Na) di dalam cairan ekstraselular. Potensial aksi depolarisasi pada otot jantung terjadi bila ion positif (Na) dari ekstraselular masuk ke intraselular. Peningkatan konsentrasi ion natrium menimbulkan pembukaan gerbang saluran cepat untuk natrium (fast voltage gated Na channel), sehingga akan meningkatkan kontraktilitas otot dan listrik jantung (Cunningham 2002).