laporan penelitian - Bappeda Kabupaten Balangan

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
KAJIAN TERHADAP PROGRAM PENILAIAN GURU
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA
SMP NEGERI DI KABUPATEN BALANGAN
Oleh:
Ketua
: Prof. Dr. Suratno, M.Pd
Anggota
: Dr. Sarbaini, M.Pd
Dra. Fatimah, M.Hum
M. Rahmatullah, M.Pd
Baseran Nor, M.Pd
Mariatul Kiftiah, M.Pd
KERJASAMA
BAPPEDA KABUPATEN BALANGAN
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
i
Halaman Pengesahan
Laporan PenelitianKerjasama antara Bappeda Kabupaten Balangan dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat
1
Judul Penelitian
2
Ketua
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat dan Golongan
d. NIP
Anggota Peneliti
Lamanya Penelitian
Biaya Penelitian
3
4
5
Kajian Terhadap Program Penilaian Guru
untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar
Siswa SMP Negeri di Kabupaten Balangan
Prof.Dr. Suratno, M.Pd
Laki-laki
Pembina Utama/IV-e
195702061981031001
5 (lima) orang
3 bulan (September-Nopember 2015)
Rp.95.000.000,00 dari Bappeda Kabupaten
Balangan
Banjarmasin, 28 Nopember 2015
Ketua Peneliti,
Prof. Dr. Suratno, M.Pd
NIP. 195702061981031001
Mengetahui,
Bappeda Kabupaten Balangan,
Masyarakat
Kepala
Akhriani, S.Pd,M.AP
NIP .19710228 199702 1 002
Mengetahui,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Universitas Lambung Mangkurat,
Kepala
Prof. Dr. Ir. H.M.Arief Soendjoto, M.Sc
NIP. 196006231988011001
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur diucapan ke hadirat Allah Swt., atas berkah, rahmat,
nikmat, dan karunia-Nya, penulisan Laporan Penelitian tentang Kajian Terhadap
Program Penilaian Guru untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa SMP Negeri
di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, dapat diselesaikan. Shalawat dan
salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.
Laporan penelitian ini memuat tentang hasil Kajian Terhadap Program Penilaian
Guru untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa
SMP Negeri di Kabupaten
Balangan, dengan temuan:
1. Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri di Balangan untuk mata pelajaran
nonUN bervariasi dilihat berdasarkan nilai Ulangan Harian, Ulangan Semester,
Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan
baik, terutama di SMPN 1 Paringin dan SMPN 2 Halong, namun masih terdapat
posisi kemampuan peserta didik di bawah norma (<60), khususnya di SMPN 1
Lampihong, SMPN 1 Juai, SMPN 1 Batu Mandi, dan SMPN 1 Awayan.
2. Sebanyak 79,17% guru secara umum dikategorikan sering melaksanakan beberapa
program penilaian sesuai dengan Permendikbud No.20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian, sementara 20,83% masih jarang. Dalam kelompok kategori sering, masih
terdapat guru mata pelajaran yang jarang melaksanakan program penilaian, yaitu
guru Pendidikan Jasmani dan Seni Budaya. Sementara dalam kelompok kategori
jarang melaksanakan beberapa program, teridentifikasi hampir pada semua guru mata
pelajaran non-UN, yaitu guru Penjas, Seni Budaya, Pendidikan Agama, IPS, dan PKn.
3. Dari 10 (sepuluh) keterampilan yang ditawarkan untuk meningkatkan kualitas
program penilaian, ternyata ada 9 (Sembilan) keterampilan dibutuhkan, sementara 1
keterampilan yang amat dibutuhkan guru umumnya adalah keterampilan pembuatan
silabus yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal
semester, terutama guru Penjas, PKn dan Seni Budaya serta Pendidikan Agama.
Sedangkan keterampilan yang amat dibutuhkan oleh guru mata pelajaran PKn adalah
keterampilan pengembangan indikator pencapaian KD dan keterampilan perencanaan,
penyusunan dan pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan penilaian.
iii
Akhirul kalam, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan program penilaian sekaligus
diharapkan mampu juga meningkatkan kemampuan belajar siswa di SMP Negeri
Kabupaten Balangan di tahun-tahun berikutnya. Segala kritik dan saran kami terima
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Banjarmasin, 28 Nopember
2015
Ketua,
Prof. Dr. Suratno, M.Pd.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
..................................................................
KATA PENGANTAR
................................................................................
DAFTAR ISI
..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
i
ii
iii
1
1
2
3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Kemampuan Siswa .....................................................................
B. Program Penilaian ......................................................................
5
5
8
BAB III
METODE PENELITIAN ................................................................
A. Desain Penelitian ........................................................................
B. Populasi dan Sampel ..................................................................
C. Teknis Pengumpulan Data .........................................................
D. Teknik Analisis Data ..................................................................
E. Jadwal Penelitian ........................................................................
F. Biaya Penelitian ..........................................................................
G. Pelaksana Penelitian ...................................................................
13
13
13
14
15
15
15
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
A. Posisi Kemampuan Peserta Didik SMP Negeri di Kabupaten
Balangan dilihat dari Nilai Matapelajaran NonUN Berdasarkan
Nilai Ulangan Akhir Semester, dan Nilai Ulangan Kenaikan
Kelas
serta
Nilai
Ujian
Akhir
Sekolah........................................................................................
B. Program Penilaian yang Dilakukan Guru Matapelajaran
nonUN untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Peserta
Didik ...........................................................................................
C. Kebutuhan yang Diperlukan oleh Guru Matapelajaran
nonUAN, untuk Meningkatkan Kualitas Program Penilaian
Guna
Meningkatkan
Kemampuan
Belajar
Peserta
Didik............................................................................................
D. Pembahasan ..............................................................................
17
17
PENUTUP .......................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Rekomendasi ..............................................................................
59
59
60
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
23
45
52
.................................................................................
61Pes
erta
Didik
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks pendidikan makna mutu banyak mengacu kepada beragam aspek,
namun yang signifikan adalah mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Dalam “proses
pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif,
atau psikomotorik), metode (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah,
dukungan administrasi, sarana-prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana kondusif. Manajemen sekolah dukungan kelas berfungsi mensinergikan semua
komponen input dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, peserta
didikdan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun
ekstrakurikuler, dalam lingkup substansi akademis maupun nonakademis dalam suasana
yang mendukung proses pembelajaran (Sarbaini, 2008).
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Namun
demikian agar proses yang baik itu, tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil
(output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan
dicapai, untuk setiap tahun, atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus
selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. (Sarbaini, 2008). Di sinilah
titik krusial dari keberhasilan untuk pencapaian mutu baik proses dan hasil, yaitu
peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kualitas sistem penilaian.Hal demikian
sejalan dengan Djemari Mardapi (2003:8) yang mengemukakan :
Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. keduanya
saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas
belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik, akan mendorong
guru menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik.
1
Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah, terutama yang
menyangkut
aspek
kemampuan
(kompetensi),
maka
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan titik acuan standar (benchmarking), misalnya nilai-nilai atau hasil-hasil
dari Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Nasional
(UN). Selama ini untuk mengetahui hasil/prestasi sekolah, termasuk guru, hanya fokus
pada mata-mata pelajaran yang di-UN-kan, sementara guru-guru dari mata-mata pelajaran
nonUN nampaknya kurang diperhatikan, sehingga belum diketahui kondisi sebenarnya
dari
mata-mata
pelajaran
yang
tidak
di-UN-kan,
baik
dari
aspek
prestasi
(kemampuan/kompetensi) peserta didik, dan aspek paling penting adalah program
penilaian yang dilakukan guru (perencanaan, pengembangan, penerapan, monitoring,
pelaporan hasil, evaluasi dan tindak lanjutnya).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di bagian latar belakang,
maka masalah yang akan diteliti dibatasi dan dirumuskan pada permasalahan :
1. Bagaimanakah posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri di Kabupaten
Balangan dilihat dari nilai-nilai mata-mata pelajaran nonUN, dari Ulangan Akhir
Semester (UAS), Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Akhir Sekolah?
2. Bagaimanakah program penilaian yang dilakukan guru matapelajaran nonUN
untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik dalam hal perencanaan,
pengembangan, penerapan, monitoring, pelaporan hasil, evaluasi dan tindak
lanjutnya?
3. Kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh guru matapelajaran nonUN, untuk
meningkatkan kualitas program penilaian yang dibuatnya untuk meningkatkan
kemampuan belajar belajar siswa.
2
C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan pembatasannya, maka tujuan
dari penelitian ini adalah
1. Melakukan pemetaan posisi kemampuan belajar peserta didik SMP Negeri di
Kabupaten Balangan berdasarkan nilai-nilai matapelajaran nonUN, baik dari UAS,
UKK dan Ujian Akhir Sekolah.
2. Mengelaborasi program penilaian yang dilakukan guru matapelajaran nonUN SMP
Negeri di Kabupaten Balangan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.
3. Mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan guru matapelajaran nonUN SMP
Negeri di Kabupaten Balangan untuk meningkatkan kualitas program penilaian
yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.
4. Merumuskan solusi kebijakan bagi peningkatan kualitas program penilaian guru
matapelajaran nonUN SMP Negeri di Kabupaten Balangan dalam meningkatkan
kemampuan belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah secara umum akan
menghasilkan solusi kebijakan untuk peningkatan kualitas program penilaian yang dibuat
guru untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Manfaat khusus dari penelitian ini
adalah :
1. Diperolehnya data pemetaan prestasi (kemampuan/kompetensi) siswa, terutama
dari mata-mata pelajaran nonUN, yang selama ini belum pernah dipublikasikan,
akan menjadi dasar bagi Dinas Pendidikan untuk melakukan pembinaan dan
pelatihan.
3
2. Tersedianya data tentang pola-pola program penilaian yang dibuat guru, baik dari
aspek sekolah dan dari mata pelajaran itu sendiri, baik pola dalam bentuk
karakteristik umum, dan karakteristik khususnya, menjadi dasar bagi Dinas
Pendidikan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan berdasarkan karakteristik
umum, khusus, sekolah dan guru matapelajaran itu sendiri.
3. Teridentifikasinya kebutuhan yang diperlukan guru untuk meningkatkan kualitas
program penilaian buatan guru, dapat dijadikan dasar pembuatan kebijakan untuk
peningkatan mutu guru dan mutu program penilaian oleh Dinas Pendidikan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Siswa
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan
(Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Kemampuan
(ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57). Lebih jauh
lagi Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa
kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok
faktor, yaitu : a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan
memecahkan masalah). b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan
kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan,
dan karakteristik serupa.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka kemampuan dapat
diartikan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa, yaitu Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, sedangkan dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan istilah
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
5
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(Kemendikbud, 2013: 5).
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti
2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi Inti
yang harus dicapai oleh siswa-siswa jenjang SMP (Kemendikbud, 2013: 6) dapat
disimak pada tabel berikut:
6
Tabel 1: Kompetensi Inti Kelas VII, VIII dan IX
Sumber: Kemendikbud, 2013: 6).
Sementara Kompetensi adalah merupakan kompetensi setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
tersebut
dikembangkan
dengan
memperhatikan
karakteristik
peserta
didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran (Kemendikbud, 2013: 6).
Kompetensi Dasar adalah kompetensi yang terdiri atas sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) yang bersumber pada
7
Kompetensi Inti. Kompetensi sikap (afektif) adalah kompetensi yang mencakup ranah
afektif, yaitu watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Sementara kompetensi pengetahuan (kognitif) adalah kompetensi yang meliputi ranah
kognitf, yakni berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Sedangkan kompetensi keterampilan (psikomotor) merupakan ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya, atau keterampilan manipulasi yang melibatkan otot atau
fisik (Bloom, 1956).
Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat
terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat
berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat
dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau
nondisiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif
atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik
seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi
mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada
kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme (Kemendikbud, 2013: 7).
B. Program Penilaian
Penilaian yang dimasud di sini adalah penilaian hasil belajar yang dilakukan guru
berupa proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran dalam
kompetensi (kemampuan) sikap spritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama
dan setelah proses pembelajaran (Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014)
8
Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dilaksanakan oleh guru.
Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (PP Nomor 32
Tahun 2013; Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014). Peran dari penilaian tersebut
adalah untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran, sekaligus
memperoleh kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar. Implikasinya adalah
guru dan peserta didik memiliki arah yang jelas mengenai kompetensi atau
kemampuan apa yang harus diperbaiki dan sekaligus untuk “refleksi” tentang apa
yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran dan belajar.
Penilaian hasil belajar oleh guru memiliki fungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Oleh karena itu penilaian hasil belajar juga
memiliki fungsi (Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014) :
a. Formatif, yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam
sikap, pengetahuan dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama
proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum
2013, agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap
kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pelajaran remedial dan
perbaikan RPP (Rencana Pengembangan Pembelajaran) serta proses
pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan
b. Sumatif, yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu
semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan.
Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk penentuan rapor,
kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta
didik.
9
Penilaian hasil belajar yang dilaksanakan guru secara formatif maupun sumatif
memiliki beberapa tujuan (Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014), yaitu :
a. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/kelompok peserta didik
untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program penyesuaian;
b. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam
kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu
tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.
c. menetapkan program
perbaikan
atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik
yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar;
d. memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau
aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan
pendidikan melalui ujian sekolah, untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar
dan
merupakan
salah
satu
persyaratan
kelulusan
dari
satuan
pendidikan
(Permendikbud Nomor 20 Tahun 2007).
Penilaian akhlak mulia merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
(Permendikbud Nomor 20 Tahun 2007).
10
Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung
jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan normanorma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan
untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivtas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut
(Permendikbud Nomor 20 Tahun 2007) :
a. menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan
dan kriteria penilaian pada awal semester;
b. mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang
sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran;
c. mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan
teknik penilaian yang dipilih;
d. melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan;
e. mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan
belajar siswa;
f. mengembalikan
hasil
pemeriksaan
pekerjaan
peserta
didik
disertai
balikan/komentar yang mendidik;
g. memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran;
h. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik
disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh;
11
i. melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil
penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi
untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik
dengan kategori sangat baik, baik , atau kurang baik.
Guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar memiliki acuan dalam
penilaian. Acuan penilaian tersebut menurut (Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014)
adalah :
a. penilaian menggunakan acuan kriteria yang merupakan penilaian kemajuan peserta
didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan. Skor yang
diperoleh dari hasil suatu penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang
peserta didik tidak dibandingkan dengan skor peserta didik lainnya, namun
dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan;
b. bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di
akhir semester), baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka
yang berhasil dapat diberi program pengayaaan sesuai dengan waktu yang tersedia,
baik secara individual maupun kelompok. Program pengayaan merupaan
pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari; dan
c. acuan kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk pengetahuan, dan
capaian optimum untuk keterampilan.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif, dan bersifat survai.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah guru matapelajaran nonUN SMP Negeri seKabupaten Balangan, sementara populasi sekolah adalah SMP Negeri yang ada di
Kabupaten Balangan yang berjumlah 23 sekolah. Daftar rincian sekolah dapat disimak
pada Tabel 2.
Atas dasar pertimbangan jangkauan luas wilayah dan jumlah sekolah, maka
sampel ditentukan secara purposive dan proporsional menurut wilayah kecamatan dan
jumlah sekolah. Dengan demikian diperoleh distribusi sampel yang terdiri dari 1 lokasi
di ibu kota kabupaten, 3 lokasi di ibu kota kecamatan yang dekat dengan kabupaten, dan
2 lokasi di ibu kota kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten, sebarannya tampak
seperti pada Tabel 3.
Untuk sampel guru yang dijadikan responden adalah guru matapelajaran nonUN
di 9 (sembilan)
SMP Negeri yang telah ditetapkan sebagai responden, dari setiap
sekolah diambil 5 orang guru mata pelajaran nonUN, sehingga untuk 9 (sembilan)
sekolah berjumlah 45 orang.
13
Tabel 3.1: Daftar Sekolah Menurut Wilayah Kecamatan dan Rincian Per Wilayah
di Kabupaten Balangan.
Kecamatan
1. Lampihong (2 SMP Negeri)
2. Batumandi (4 SMP Negeri)
3. Paringin (3 SMP Negeri)
4. Paringin Selatan (2 SMP Negeri)
5. Juai (2 SMP Negeri)
6. Halong (6 SMP Negeri)
7. Awayan (2 SMP Negeri)
8. Tabing Tinggi (2 SMP Negeri)
Jumlah SMP Negeri
1. SMP Negeri 1 Lampihong
2. SMP Negeri 2 Lampihong
3. SMP Negeri 1 Batumandi
4. SMP Negeri 2 Batumandi
5. SMP Negeri 3 Batumandi
6. SMP Negeri 4 Batumandi
7. SMP Negeri 2 Paringin
8. SMP Negeri 3 Paringin
9. SMP Negeri 5 Paringin
10. SMP Negeri 1 Paringin Selatan
11. SMP Negeri 4 Paringin Selatan
12. SMP Negeri 1 Juai
13. SMP Negeri 2 Juai
14. SMP Negeri 1 Halong
15. SMP Negeri 2 Halong
16. SMP Negeri 3 Halong
17. SMP Negeri 4 Halong
18. SMP Negeri 5 Halong
19. SMP Negeri 6 Halong
20. SMP Negeri 1 Awayan
21. SMP Negeri 4 Awayan
22. SMP Negeri 2 Awayan
23. SMP Negeri 3 Awayan
Sumber: Balangan Dalam Angka, 2014.
Tabel 3.2: Sebaran Sampel Sekolah Menurut Wilayah Kecamatan Terpilih
Kecamatan
Lokasi ibukota kabupaten
1. Paringin
Lokasi dekat ibukota kabupaten
2. Lampihong
3. Batumandi
4. Juai
Lokasi jauh dari ibu kota kabupaten
5. Halong
6. Awayan
Sekolah
1. SMP Negeri 1 Paringin
2. SMP Negeri 3 Paringin
3. SMP Negeri 5 Paringin
4. SMP Negeri 1 Lampihong
5. SMP Negeri 1 Batumandi
6. SMP Negeri 1 Juai
7. SMP Negeri 2 Halong
8. SMP Negeri 1 Awayan
9. SMP Negeri 3 Awayan
Sumber: Diolah dari Tabel 2.
14
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini bersumber dari data expost facto
kegiatan program penilaian yang telah dilakukan guru pada semester genap tahun
2014/2015. Teknik documenter digunakan untuk pengumpulan data hasil belajar
Ulangan Akhir Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ujian Akhir, serta program
penilaian yang dilakukan guru. Untuk mendalami apa saja yang telah dilakukan guru
dalam melakukan program penilaian di sekolah, dilacak dengan teknik kuesioner dan
dilanjutkan dengan konfirmasi melalui wawancara perorangan.
D. Teknik Analisa Data
Data
kuantitatif
yang
bersumber
dari
dokumen
dianalisis
untuk
menggambarkan kedudukan kualitas kompetensi yang dicapai peserta didik, yang
dapat digunakan untuk menggambarkan peta kualitas kompetensi. Sementara data
kualitatif dan kuantitatif dianalisis untuk menggambarkan program penilaian yang
telah dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.
E. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak awal bulan September hingga akhir Nopember 2015.
F. Biaya Penelitian
Biaya penelitian dianggarkan sebesar Rp. 95 (Sembilan puluh juta rupiah) yang
dananya bersumber dari DIPA Bappeda Kabupaten Balangan tahun 2015.
15
G. Pelaksana Penelitian
Pelaksana penelitian adalah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat, dengan pelaksana peneliti terdiri dari:
Ketua
: Prof. Dr. Suratno, M.Pd
Anggota
: Dr. Sarbaini, M.Pd
Dra. Fatimah, M.Hum
M. Rahmatullah,M.Pd
Baseran Nor, M.Pd
Mariatul Kiftiah, M.Pd
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Posisi Kemampuan Peserta Didik SMP Negeri di Kabupaten Balangan dilihat dari Nilai
Mata Pelajaran NonUN Berdasarkan Nilai Ulangan Akhir Semester, dan Nilai Ulangan
Kenaikan Kelas serta Nilai Ujian Akhir Sekolah
1.
Pendidikan Agama (Islam dan Hindu)
Tabel 4.1. Posisi Kemampuan Peserta Didik dalam Pendidikan Agama
No.
SMP Negeri
1
1 Paringin
2
3 Paringin
3.
5 Paringin
4
1 Lampihong
5
1 BatuMandi
6
1 Juai
6
3 Awayan
7
2 Halong
8
1 Awayan
9.
3 Awayan
Sumber: Data sekunder
Nilai
Ulangan Harian
Tinggi Sedang Rendah
98,00¹
90,10
83,00³
84,00
72,00
64,00
81,30
77,10
71,80
80,00
68.00
56,00
94,00
88,00
82,00
90,00
82,50
75,00
90,00
78,00
66,00
96,00
88,00
80,00
90,00
91,00²
82,00
90,00
78,00
66,00
Nilai
Ulangan KenaikanKelas
Tinggi Sedang Rendah
98,00¹
90,10²
83,00³
71,00
70,50
70,00
80,15
75,40
71,15
86,00
75,50
65,00
94,00
86,63
75,00
86,00
84,00
82,00
87,00
81,50
76,00
96,00
88,00
80,00
90,00
85,00
75,00
87,00
81,50
76,00
Nilai
Ulangan Akhir Sekolah
Tinggi Sedang Rendah
95,00
89,10²
84,00
85,00
76,85
68,70
80,00
77,05
70,00
92,00
73,50
55,00
95,00
90,52
70,00
90,00
87,00
84,00
90,00
78,00
66,00
98,00¹
84,00
80,00³
86,00
75,00
64,00
90,00
78,00
66,00
Data di atas menunjukkan bahwa posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam/Hindu bervariasi dilihat berdasarkan nilai
Ulangan Harian, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah. Namun secara
umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat posisi kemampuan peserta didik
masih di bawah norma, yaitu dilihat dari hasil ulangan akhir sekolah dari kategori rendah
(55,00)
Berdasarkan hasil ulangan harian, maka posisi kemampuan peserta didik tertinggi
dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Paringin (98,00), sementara posisi sedang dicapai
oleh peserta didik dari SMPN 1 Awayan (91,00), dan posisi rendah dicapai oleh peserta
didik SMPN 1 Paringin (83,00). Berdasarkan hasil ulangan kenaikan kelas, maka posisi
tertinggi (98,00), sedang (90,10) dan rendah (83,00) dicapai oleh peserta didik dari
17
SMPN 1 Paringin. Berdasarkan hasil ulangan akhir sekolah, posisi kemampuan peserta
didik tertinggi (98,00) dan posisi rendah (80,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2
Halong, sementara posisi sedang ( 89,10) dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Paringin.
Secara keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 2 Halong mendominasi
posisi tertinggi. Sementara untuk posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik
dari SMPN 1 Lampihong.
2.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Tabel 4.2. Posisi Kemampuan Peserta Didik dalam PKn
No.
SMP Negeri
1
1 Paringin
2
3 Paringin
3
5 Paringin
4
1 Lampihong
5
1 BatuMandi
6
1 Juai
7.
2 Halong
8
1 Awayan
9
3 Awayan
Sumber: Data sekunder
Nilai
Ulangan Semester
Tinggi Sedang
Rendah
95,00
89,00²
83,00³
85,00
80,00
75,00
90,00
77,00
64,00
98,00¹
71,00
46,00˟
98,00¹
88,82
80,00
92,00
73,33
54,00 ˟
85,00
77,50
75,00
85,00
73,50
60,00
87,00
80,00
73,00
Nilai
Ulangan KenaikanKelas
Tinggi
Sedang
Rendah
94,00
84,00
74,00
92,00
82,00
72,00
88,50
77,25
66,00
94,00
77,00
60,00
100,00¹
79,20
50,00˟
78,00
74,00
70,00
98,00
89,00²
80,00³
83,00
76,00
70,00
85,00
78,50
72,00
Nilai
Ulangan Akhir Sekolah
Tinggi Sedang
Rendah
94,00
89,00²
84,00³
89,80
81,50
72,80
87,00
76,20
65,40
100¹
79,00
58,00˟
95,00
87,50
80,00
84,00
78,50
73,00
96,00
86,00
76,00
80,00
77,00
74,00
80,70
75,50
70,30
Data di atas menunjukkan bahwa posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri
untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga bervariasi dilihat
berdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir
Sekolah. Namun secara umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat posisi
kemampuan peserta didik masih rendah dan di bawah norma, yaitu dilihat dari hasil
ulangan semester (54,00; 46,00), ulangan kenaikan kelas (50,00) dan ulangan akhir
sekolah (58,00).
Berdasarkan hasil ulangan semester, posisi kemampuan peserta didik tertinggi
dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Lampihong (98,00) dan SMPN 1 Batu Mandi (98,00),
sementara posisi sedang dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Paringin (89,00), dan
posisi rendah dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Paringin (83,00). Namun nilai terendah
18
juga diperoleh oleh peserta didik dari SMPN 1 Juai (54,00) dan SMPN 1 Lampihong
(46,00). Berdasarkan hasil ulangan kenaikan kelas, maka posisi tertinggi (100,00) dicapai
oleh peserta didik dari SMPN 1 Batu Mandi, sementara posisi sedang (89,00) dan rendah
(80,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2 Halong. Namun masih terdapat nilai
yang terendah dicapai peserta didik di SMPN 1 Batu Mandi (50,00).Berdasarkan hasil
ulangan akhir sekolah, maka posisi kemampuan peserta didik tertinggi (100,00) dicapai
oleh peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, sementara posisi sedang (89,00) dan rendah
(84,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Paringin, akan tetapi di SMPN 1
Lampihong masih terdapat nilai peserta didik di bawah norma (58.00). Secara
keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Batu Mandi, berada di posisi
tertinggi, kemudian SMPN 1 Lampihong. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN
1 Paringin, disusul SMPN 2 Halong. Namun demikian posisi paling rendah untuk
kemampuan peserta didik terdapat juga SMPN 1 Lampihong,SMPN 1 Batu Mandi, dan
SMPN 1 Juai, untuk itu perlu diperlukan upaya peningkatannya.
3.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Data pada Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan bahwa posisi kemampuan peserta
didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), juga bervariasi
dilihat berdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir
Sekolah. Namun secara umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat posisi
kemampuan peserta didik masih rendah dan di bawah norma, yaitu dilihat dari hasil
ulangan semester (54,00; 40,00), ulangan kenaikan kelas (59,25) dan ulangan akhir
sekolah (30,00).
19
Tabel 4.3. Posisi Kemampuan Peserta Didik dalam IPS
No.
1
2
3
4
5.
6.
7
8
9
SMP Negeri
Nilai
Ulangan Semester
Nilai
Ulangan KenaikanKelas
Nilai
Ulangan Akhir Sekolah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
1 Paringin
91,24
3 Paringin
93,00
5 Paringin
86,00
1 Lampihong
98,00¹
1 BatuMandi
82,00
1 Juai
92,00
2 Halong
95,00
1 Awayan
90,00
3 Awayan
93,00
Sumber: Data sekunder
84,12
83,50
78,00
72,35
78,50
73,33
87,50²
65,00
83,50
77,00
74,00
70,00
54,00˟
75,00
54,00˟
80,00³
40,00˟
74,00
92,00
85,00
85,00
92,00
94,00
84,00
96,00¹
88,00
85,00
88,00²
77,50
79,00
75,07
82,67
77,00
84,00
76,00
77,50
84,00³
70,00
73,00
59,25˟
71,00
70,00
72,00
64,00
70,00
98,00
87,40
84,30
100,0¹
94,00
90,00
90,00
80,00
87,40
89,00²
80,15
79,59
72,30
76,85
86,00
87,50
77,00
80,15
80,00
72,90
75,50
30,45˟
72,00
82,00³
80,00
76,00
72,90
Berdasarkan hasil ulangan semester, posisi kemampuan peserta didik tertinggi
dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Lampihong (98,00), sementara posisi sedang (87,50),
dan posisi rendah (80,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2 Halong. Namun untuk
nilai paling rendah dan di bawah norma dicapai oleh peserta didik SMPN 1 Lampihong
(54,00), SMPN 1 Juai (54,00) dan SMPN 1 Awayan (40,00). Berdasarkan hasil ulangan
kenaikan kelas, maka posisi tertinggi (96,00), dicapai oleh oleh peserta didik dari SMPN
2 Halong. Sementara posisi sedang (88,00) dan rendah (84,00) dicapai oleh peserta didik
dari SMPN 1 Paringin. Namun masih terdapat nilai yang terendah dicapai peserta didik
di SMPN 1 Lampihong (59,25). Berdasarkan hasil ulangan akhir sekolah, maka posisi
kemampuan peserta didik tertinggi (100,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1
Lampihong, sementara posisi sedang (89,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1
Paringin. dan posisi rendah (82,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Juai. Secara
keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 2 Halong mendominasi posisi
tertinggi. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 1 Paringin. Sementara untuk
posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, SMPN 1
Juai, dan SMPN 1 Awayan perlu ditingkatkan.
20
4.
Pendidikan Jasmani
Tabel 4.4. Posisi Kemampuan Peserta Didik dalam Pendidikan Jasmani
No.
SMP Negeri
1
1 Paringin
2.
3 Paringin
3
5 Paringin
4
1 Lampihong
5
1 BatuMandi
6
1 Juai
7
2 Halong
8.
1 Awayan
9.
3 Awayan
Sumber: Data sekunder
Nilai
Ulangan Semester
Tinggi
Sedang
Rendah
100,0¹
88,50²
77,00
85,00
80,00
75,00
94,00
82,00
70.00
88,00
79,00
70,00
84,00
79,50
75,00
90,00
85,00
80,00
87,00
84,50
82,00³
90.00
86,00
81,00
77,00
72,00
67,00
Nilai
Ulangan KenaikanKelas
Tinggi Sedang
Rendah
95,00¹
88,00²
83,00³
80,00
75,50
71,00
83,50
78,03
72,15
94,00
79,00
64,00
85,00
80,40
77,00
87,00
84,00
81,00
91,00
87,00
83,00³
92,00
85,00
78,00
71.00
69,00
67,00
Nilai
Ulangan Akhir Sekolah
Tinggi Sedang Rendah
94,00
89,00²
84,00³
80,70
76,90
73,10
83,80
78,40
74,30
96,00¹
75,50
55,00˟
84,00
83,52
75,00
85,00
82,50
80,00
85,00
80,50
76,00
91,00
84,00
77,00
79,00
73,00
67,00
Data di atas menunjukkan bahwa posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri
untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, juga bervariasi dilihat berdasarkan nilai
Ulangan Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah. Namun secara
umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat posisi kemampuan peserta didik
masih rendah dan di bawah norma, yaitu ulangan akhir sekolah (55,00).
Berdasarkan hasil ulangan semester, maka posisi kemampuan peserta didik
tertinggi (100,00) dan posisi sedang (88,50), ) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1
Paringin. Sementara posisi rendah (82,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2
Halong. Berdasarkan hasil ulangan kenaikan kelas, maka posisi tertinggi (95,00), posisi
sedang (88,00) dan rendah (83,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Paringin..
Berdasarkan hasil ulangan akhir sekolah, maka posisi kemampuan peserta didik tertinggi
(96,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, sementara posisi sedang
(89,00) dan posisi rendah (84,00)dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Paringin.
Namun terdapat nilai paling rendah (55,00) yang dicapai peserta didik dari SMPN 1
Lampihong. Secara keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Paringin
mendominasi posisi tertinggi. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 2 Halong.
Sementara untuk posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik dari SMPN 1
Lampihong perlu ditingkatkan.
21
5.
Seni Budaya
Tabel 4.5. Posisi Kemampuan Peserta Didik dalam Seni Budaya
No.
1
2.
3.
4
5
6
7
8
9
Nilai
Ulangan Semester
Tinggi
Sedang
Rendah
1 Paringin
94,00
89,50²
85,00³
3 Paringin
90,00
83,50
77,00
5 Paringin
88,00
80,00
72,00
1 Lampihong
100,0¹
75,00
50,00
1 BatuMandi
81,00
78,00
75,00
1 Juai
84,00
78,50
73,00
2 Halong
91,00
87,00
83,00
1 Awayan
90,00
85,00
80,00
3 Awayan
94,00
89,50²
85,00
Sumber: Data sekunder
SMP Negeri
Nilai
Ulangan KenaikanKelas
Tinggi
Sedang
Rendah
87,00
85,50
84,00
85,00
77,50
70,00
85,90
72,75
73,15
90,00
75,00
60,00
95,00
85,00
75,00
88,00
84,00
80,00
96,00¹
93,00²
90,00³
85,00
83,00
81,00
87,00
85,50
84,00
Nilai
Ulangan Akhir Sekolah
Tinggi
Sedang
Rendah
88,00
86,00
84,00
82,40
78,75
75,10
83,80
79,05
74,30
100,0¹
85,50
70,00
95,00
85,44
75,00
90,00
85,00
80,00
94,00
92,00¹
90,00³
89,00
83,30
77,60
70,00
68,50
60,70
Data di atas menunjukkan bahwa posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri
untuk mata pelajaran Seni Budaya, juga bervariasi dilihat berdasarkan nilai Ulangan
Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah. Namun secara umum
dapat dikatakan baik, karena tidak ditemukan posisi kemampuan peserta didik di bawah
nilai 60,00.
Berdasarkan hasil ulangan semester, maka posisi kemampuan peserta didik
tertinggi (100,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, sementara posisi
sedang (89,50), ) dan posisi rendah (85,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1
Paringin. Berdasarkan hasil ulangan kenaikan kelas, maka posisi tertinggi (96,00), posisi
sedang (93,00) dan rendah (90,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2 Halong.
Berdasarkan hasil ulangan akhir sekolah, maka posisi kemampuan peserta didik tertinggi
(100,00) dicapai oleh peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, sementara posisi sedang
(92,00) dan posisi rendah (90,00)dicapai oleh peserta didik dari SMPN 2 Halong. Secara
keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Lampihong. mendominasi
posisi tertinggi. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 12 Halong, SMPN 1
Paringin, dan SMPN 3 Awayan.
22
B. Program Penilaian yang Dilakukan Guru Matapelajaran nonUN Untuk Meningkatkan
Kemampuan Belajar Peserta Didik
Pada bagian berikut disajikan respon guru tentang program penilaian yang
dilakukan guru matapelajaran nonUN untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta
didik.
1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada awal semester
Tabel 4.6. Menginformasikan Silabus Mata Pelajaran
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
0
0
0
0
2
4.44
1
2.22
2
4.44
5
11.11
4
8.89
4
8.89
2
4.44
3
6.67
2
4.44
15
33.33
SR
5
11.11
5
11.11
5
11.12
5
11.11
5
11.12
25
55.56
SS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
45
100
TP
JR
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Berdasarkan data di atas, prosentase terbesar (55,65%) guru sering
menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada pertemuan awal semester. Sisanya sebagian kecil guru jarang
(33,33%) dan tidak pernah (11,11%) menginformasikannya. Namun jika diamati
jumlah prosentase tidak terlalu jauh perbedaan antara perilaku positif (sering, 55,56%)
dengan negatif (jarang dan tidak pernah, 44,44%) dalam hal menginformasikan
silabus mata pelajaran.
Guru mata pelajaran PAI dan PKn lebih banyak sering (11,11%)
menginformasikan silabus dari pada jarang (8,889%). Sedangkan guru mata pelajaran
IPS, Penjas, dan Seni Budaya, juga lebih sering (11,11%) dari pada jarang (4,44%)
23
dan tidak pernah (2,22%) menginformasikan. Jadi hanya guru PAI dan PKn yang
tidak terdapat guru yang tidak pernah menginformasikan silabus.
2.
Mengembangkan indikator pencapaian KD saat menyusun silabus mata pelajaran
Tabel 4.7. Mengembangkan Indikator Pencapaian KD
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
1
2.22
1
2.22
2
4.44
4
8.89
JR
2
4.44
2
4.44
3
6.67
1
2.22
0
0
8
17.78
SR
7
15.56
7
15.56
5
11.11
6
13.34
7
15.56
32
71.11
SS
0
0
0
0
0
0
1
2.22
0
0
1
2.22
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
45
100
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Dari isi tabel di atas, terlihat bahwa perilaku positif dalam mengembangkan
indikator pencapaian KD saat menyusun silabus mata pelajaran, menunjukkan
prosentase terbanyak (73, 33 %), yakni terdiri dari para guru yang sering (71,11%)
dan selalu (2,22%). Sementara perilaku negatif dalam memgembangkan indikator
pencapaian KD saat menyusun silabus mata pelajaran, menunjukkan prosentase lebih
kecil, yakni guru jarang (17,8%) dan tidak pernah (8,89%). Perbedaan jumlah
prosentase antara perilaku positif (73,33%) dan perilaku negatif (26,67%) agak jauh.
Guru mata pelajaran PAI dan PKn menunjukkan perilaku sering (15,56%)
dibandingkan jarang (4,44%) dalam mengembangkan indikator pencapaian KD saat
menyusun silabus mata pelajaran, sementara guru mata pelajaran Penjas dan IPS lebih
variatif, jika guru Penjas lebih banyak prosentase pada sering (13,34%) dibandingkan
dengan prosentase guru yang selalu (2,22%), jarang (2,22%) dan tidak pernah
(2,22%), maka guru IPS juga lebih banyak prosentase sering (11,11%), namun hanya
terdapat guru yang jarang (6,67%) dan tidak pernah (2,22%). Sedangkan guru Seni
24
Budaya juga lebih banyak prosentase sering (15,56%) dibandingkan guru yang tidak
pernah (8,89%) mengembangkan indikator pencapaian KD. Jadi guru mata pelajaran
PAI dan PKn saja yang tidak terdapat guru yang tidak pernah mengembangkan
indikator pencapaian KD
3.
Memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabi mata pelajaran
Tabel 4.8. Memilih Teknik Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
0
0
0
0
0
0
4
8.89
0
0
4
8.89
3
6.67
2
4.44
4
8.89
4
8.89
5
11.11
18
40.00
6
13.33
7
15.56
5
11.11
1
2.22
4
8.89
23
51.11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
20.00
45
100
TP
JR
SR
SS
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Dalam hal memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabi
mata pelajaran, maka para guru lebih banyak menunjukkan perilaku positif (51,11%)
ketimbang perilaku negatif (48,89%). Karena prosentase guru yang sering memilih
teknik penilaian (51,11%) lebih banyak dari pada guru yang jarang (40,00%) dan
tidak pernah (8,89%) memilih tenik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabi
mata pelajaran. Meskipun perbedaan itu tidak terlalu jauh jumlah prosentasenya.
Guru mata pelajaran PKn, PAI, dan IPS lebih banyak menunjukkan perilaku
positif dalam memilih teknik penilaian, karena sering (6,33%; 15,56%; 11,11%) dari
pada jarang (6,67%; 4,44%, 8,89%) memilih teknik penilaian. Sementara perilaku
negatif ditunjukkan oleh guru mata pelajaran Penjas, karena prosentase jarang
(8,89%) dan tidak pernah (8,89%) memilih teknik penilaian lebih banyak dari guru
yang sering (2,22%) memilih teknik penilaian. Demikian juga guru mata pelajaran
25
Seni Budaya, lebih banyak prosentase jarang (11,11%) dibandingkan guru yang sering
melakukan (8,9%).
4.
Mengembangkan instrumen sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih
Tabel 4.9. Mengembangkan Instrumen
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
0
0
0
0
3
6.67
0
0
0
0
3
6.67
4
8.89
3
6.67
5
11.11
4
8.89
5
11.11
21
46.67
5
11.11
6
13.33
1
2.22
4
8.89
4
8.89
20
44.44
0
0
0
0
0
0
1
2.22
0
0
1
2.22
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
45
100
TP
JR
SR
SS
Jumlah
Dalam hal mengembangkan instrumen yang sesuai dengan bentuk dan teknik
penilaian yang dipilih, maka prosentase yang terbanyak adalah perilaku negatif guru
(53, 34%) yakni jarang (46,67%) dan tidak pernah (6,67%) mengembangkan
instrumen. Sementara perilaku positif guru dalam mengembangkan instrumen
menunjukkan 46,66% saja, yakni sering (44,44%) dan selalu (2,22%) dalam
mengembangkan instrumen. Meskipun perbedaan prosentase tidak terlalu besar,
namun karena perilaku negatif menunjukkan prosentase yang lebih besar, maka hal
perlu mendapat perhatian yang lebih dari kepala sekolah dan dinas pendidikan.
Guru mata pelajaran PKn, PAI, dan Penjas lebih banyak menunjukkan
perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering (11,11%; 13,33%;
8,89%) dan selalu (2,22%) dibanding dengan guru yang jarang (8,89%; 6,67%)
mengembangkan instrumen. Sementara guru mata pelajaran IPS dan Seni Budaya
malah menunjukkan perilaku negatif, sebab lebih banyak prosentase guru yang jarang
(11,11%) dan tidak pernah (6,67%) dari pada guru yang sering (2,22%; 8,89%)
mengembangkan instrumen penilaian.
26
5.
Mengembangkan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih.
Tabel 4.10. Mengembangkan Pedoman Penilaian
PAI
PILIHAN
∑
PKn
%
GURU MATA PELAJARAN
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TP
0
JR
6
13.33
5
11.11
3
6.67
5
11.11
6
13.33
25
55.56
SR
3
6.67
4
8.89
5
11.11
3
6.67
3
6.67
18
40.00
SS
0
0
0
0
1
2.22
1
2.22
0
0
2
4.44
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Pengembangan pedoman penilaian yang sesuai dengan bentuk dan teknik
penilaian yang dipilih yang dilakukan guru juga menunjukkan perilaku negatif (55,56%)
lebih banyak prosentasenya dibandingkan dengan perilaku positif (44,44%). Hal ini
disebabkan karena guru lebih banyak jarang (55,56%) mengembangkan pedoman
penilaian dibanding dengan guru yang sering (40,00%) dan selalu (4,44%) melakukan
pengembangan pedoman penilaian.
Guru mata pelajaran IPS menunjukkan perilaku positif (13,33%), karena lebih
besar prosentase guru yang sering (11,11%) dan selalu (2,22%) ketimbang guru yang
jarang (6,67%) mengembangkan pedoman penilaian. Sementara guru mata pelajaran
PAI, Seni Budaya, PKn dan Penjas menunjukkan perilaku negatif, karena lebih besar
prosentase guru yang jarang (13,33%; 11,11%) daripada guru yang sering (6,67%;
8,89%) mengembangkan pedoman penilaian.
6.
Melaksanakan tes subjektif atau esai dalam melakukan penilaian
27
Tabel 4.11. Melaksanakan Tes Subjektif dan Esai
GURU MATA PELAJARAN
∑
PAI
%
∑
%
∑
%
PENJAS
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
1
2.22
1
2.22
1
2.22
5
11.11
4
8.89
12
26.67
SR
7
15.56
7
15.56
8
17.78
3
6.67
5
11.11
30
66.66
SS
1
2.22
1
2.22
0
0
1
2.22
0
0
3
6.67
Abstain
0
0
0
0
0
0
0
20.00
0
0
0
0
20.00
9
20.00
45
100
PILIHAN
PKn
IPS
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
SENIBUDAYA
∑
%
JUMLAH
∑
%
Kegiatan melaksanakan tes subjektif atau esai dalam melakukan penilaian lebih
banyak prosentase perilaku positif (73,33%) dalam pelaksanaannya dari pada perilaku
negatif (26,26%). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya prosentase guru yang sering
(66,66%) dan selalu (6,67%) dibandingkan dengan prosentase guru yang jarang
(26,67%) melaksanakannya.
Guru mata pelajaran IPS, PAI, PKn, dan Seni Budaya menunjukkan perilaku
positif, karena lebih besar prosentase guru yang sering (15,56%; 17,78%, 11,11%) dan
selalu (2,22%) daripada guru yang
jarang (2,22%) melaksanakan tes subjektif.
Sementara guru Penjas menunjukkan perilaku negatif, karena lebih banyak prosentase
guru yang jarang (11,11%) daripada guru yang sering (6,67%) dan selalu (2,22%)
melaksanakan tes subjektif.
7.
Melakukan tes objektif pilihan ganda dalam melakukan penilaian
Pada Tabel 14.2 berikut dapat disimak bahwa para guru dalam hal melakukan tes
objektif pilihan ganda dalam melakukan penilaian, prosentase perilaku positif (86,67%)
lebih banyak daripada perilaku negatif (13,33%). Karena prosentase guru yang sering
(80,00%) dan selalu (6,67%) lebih banyak ketimbang guru yang jarang (11,11%) dan
tidak pernah (2,22%) dalam melaksanakan tes objektif pilihan ganda.
28
Tabel 4.12. Melakukan Tes Objektif Pilihan Ganda
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
1
2.22
0
0
1
2.22
JR
0
0
0
0
1
2.22
2
4.44
2
4.44
5
11.11
SR
9
20.00
8
17.78
6
13.34
6
13.34
7
15.56
36
80.00
SS
0
0
1
2.22
2
4.44
0
0
0
0
3
6.67
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Guru mata pelajaran PAI, PKn, Seni Budaya, IPS, dan Penjas menunjukkan
perilaku positif, karena lebih besar prosentase guru yang sering (20,00%; 17,78%;
15,56%, 13,34%) dan selalu (4,44%; 2,22%) dibandingkan guru yang jarang (4,44%)
dan tidak pernah (2,22%) melaksanakan tes objektif pilihan ganda dalam melakukan
penilaian.
8.
Melakukan pengamatan dalam melakukan penilaian
Tabel 4.13. Melakukan Pengamatan
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PPKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
2
4.44
2
4.44
1
2.22
0
0
2
4.44
7
15.56
SR
7
15.56
7
15.56
7
15.56
7
15.56
6
13.34
34
75.55
SS
0
0
0
0
1
2.22
2
4.44
1
2.22
4
8.89
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
46
100
Penilaian yang dilakukan guru dengan menggunakan instrumen pengamatan
menunjukkan prosentase lebih banyak (84,54%) memperlihatkan perilaku positif dari
pada perilaku negatif (15,56%). Karena guru lebih banyak sering (75,55%) dan selalu
(8,99%)
melakukan
pengamatan
ketimbang
guru
yang
jarang
(15,56%)
melakukannya.Guru mata pelajaran Penjas, IPS, PAI, PKn, ,dan Seni Budaya
29
menunjukkan perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering (15,56%;
13,34%) dan selalu (4,44%; 2,22%) dibandingkan guru yang jarang (4,44%) melakukan
pengamatan dalam melakukan penilaian.
9.
Melakukan penugasan dalam melakukan penilaian
Tabel 4.14. Melakukan Penugasan
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAY
A
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
2
4.44
0
0
2
4.44
1
2.22
2
4.44
7
15.56
SR
7
15.56
9
20.00
7
15.56
6
13.34
6
13.34
35
77.77
SS
0
0
0
0
0
0
2
4.44
1
2.22
3
6.67
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
45
100
Penugasan merupakan salah satu instrumen penilaian, dalam hal ini perilaku
positif guru prosentasenya lebih banyak (84, 33%) , karena guru kebanyakannya
sering (77,77%) dan selalu (6,67%). Sementara perilaku negatif lebih sedikit, yakni
guru yang jarang memberikan penugasan hanya 15,56%.
Guru mata pelajaran PKn, PAI, IPS, Penjas dan Seni Budaya sama
menujukkan perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering
(20,00%; 15,56%; 13,34%) dan selalu (4,44%; 2,22%) ketimbang guru yang jarang
(4,44%; 2,22%) melakukan penugasan dalam melakukan penilaian.
30
10. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
siswa
Tabel 4.15. Mengolah Hasil Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
3
6.67
1
2.22
2
4.44
3
6.67
2
4.44
11
24.44
SR
5
11.11
7
15.56
6
13.34
5
11.11
6
13.34
29
64.45
SS
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
5
11.11
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
45
100
Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar siswa, maka
hasil penilaian harus lebih dahulu diolah. Dalam hal pengolahan hasil penilaian ini,
maka perilaku positif guru lebih banyak prosentasenya (75,56%) , yakni
kebanyakannya guru sering (64,45%) dan selalu (11,11%) mengolah hasil penilaian.
Sedangkan perilaku negatif guru hanya 24,44%, yakni guru jarang mengolah hasil
penilaian.
Guru mata pelajaran PKn, IPS, Seni Budaya, PAI, dan Penjas menunjukkan
perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering (15,56%; 13,34%;
11,11%) dan selalu (2,22%) dibandingkan guru yang jarang (6,67%; 4,44%; 2,22%)
mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemauan hasil belajar dan kesulitan
belajar siswa.
11. Menganalisis item-item soal dari tes belajar untuk mengetahui kualitas tes yang
digunakan
Kualitas tes yang digunakan dapat diketahui dari hasil analisis item-item soal tes
belajar yang digunakan. Kegiatan menganalisis item-item soal yang dilakukan guru
menunjukkan prosentase
perilaku positif (57,78%) lebih banyak dari pada perilaku
31
negatif (42,22%). Perilaku positif ditunjukkan oleh guru dengan sering (46,67%) dan
selalu (11,11%) melakukan analisis item-item soal. Sementara perilaku negatif
diperlihatkan guru yang jarang (33,33%) dan tidak pernah menganalisis item-item soal.
Jika dilihat jumlah prosentase masing-masing perilaku positif (57,78%) dan negatif
(42,22%), maka perbedaannya tidak terlalu besar.
Tabel 4.16. Menganalisis Item-item Soal
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
1
2.22
2
4.44
1
2.22
0
0
4
8.89
JR
3
6.67
3
6.67
2
4.44
3
6.67
4
8.89
15
33.33
SR
5
11.11
4
8.89
4
8.90
4
8.89
4
8.89
21
46.67
SS
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
5
11.11
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
45
100
Guru mata pelajaran PAI, PKn, IPS, Penjas dan Seni cendrung menunjukkan
perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering (11,11%; 8,89%)
dan selalu (2,22%) daripada guru yang jarang (6,67%; 4,44%; 2,22%) menganalisis
item-item soal
32
12. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar
yang mendidik
Tabel 4.17. Mengembalikan Hasil Pemeriksaan Disertai Balikan
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
1
2.22
0
0
0
0
0
0
JR
4
8.89
4
8.89
2
4.44
4
8.89
4
8.89
18
40.00
SR
4
8.89
5
11.11
4
8.90
5
11.11
4
8.89
23
51.11
SS
1
2.22
0
0
2
4.44
0
0
1
2.22
4
8.89
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Salah satu kewajiban guru dalam program penilaian adalah mengembalikan
hasil pemeriksaan disertai balikan/komentar yang mendidik. Paparan data di atas
menunjukkan bahwa prosentase perilaku positif guru (60,00%) lebih banyak
dibandingkan perilaku negatif guru (40,00%), karena guru lebih banyak sering
(51,11%) dan selalu (8,89%) mengembalikan hasil koreksi disertai balikan/komentar
mendidik, hanya 40,00% yang jarang mengembalikan.
Guru mata pelajaran IPS, PKn, Penjas, PAI dan Seni Budaya cendrung
menunjukkan perilaku positif, karena lebih banyak prosentase guru yang sering
(11,11%; 8,99%) dan selalu (4,44%; 2,22%) dibandingkan dengan guru yang jarang
(8,89%; 4,44%) dan tidak (2,22%) mengembalikan hasil koreksian disertai
balikan/komentar mendidik. Namun demikian perbedaan antara prosentase perilaku
positif (13,34%; 11,11%) dan negatif (8,89%; 6,66%) nampaknya agak kecil.
33
13. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
Tabel 4.18. Memanfaatkan Hasil Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
1
2.22
1
2.22
2
4.44
0
0
2
4.44
6
13.34
SR
7
15.56
7
15.56
6
13.34
8
17.78
6
13.34
34
75.55
SS
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
1
2.22
5
11.11
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
9
20.00
45
100
Data di atas memperlihatkan bahwa guru lebih banyak menunjukkan perilaku
positif (86,66%) dari pada memperlihatkan perilaku negatif (13,34%). Karena indikasi
perilaku positif guru diperlihatkan dalam bentuk aktifititas sering (75,55%) dan selalu
(11,11%) memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran, sementara
indikasi perilaku negatif diperlihatkan berupa jarang memanfaatkan hanya 13,34%.
Guru mata pelajaran Penjas, PAI, PKn, IPS dan Seni Budaya cendrung
menunjukkan perilaku positif dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
pembelajaran, karena lebih besar prosentase guru yang sering (17,78%; 15,56%;
13,34%) dan selalu (2,22%) dibandingkan dengan guru yang jarang (4,44%; 2,22%)
memanfaatkan hasil penilaian.
34
14. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala
sekolah
Tabel 4.19. Melaporkan Hasil Penilaian kepada kepala Sekolah
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
1
2.22
0
0
0
0
0
0
1
2.22
JR
0
0
0
0
3
6.67
2
4.44
3
6.67
8
17.78
SR
8
17.78
8
17.78
4
8.89
7
15.56
5
11.11
32
71.11
SS
1
2.22
0
0
2
4.44
0
0
1
2.22
4
8.89
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Data di atas menunjukkan bahwa perilaku guru dalam melaporkan hasil
penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah
menunjukkan prosentase lebih banyak perilaku positif (80,00%) daripada perilaku
negatif (20,00%). Karena guru lebih banyak sering (71,11%) dan selalu (8,89%)
melaporkan hasil penilaian, ketimbang guru yang jarang (17,78%) dan tidak pernah
(2,22%) melaporkan kepada kepala sekolah.
Guru mata pelajaran
PAI, PKn, Penjas, Seni Budaya,dan IPS cendrung
menunjukkan perilaku positif, karena lebih besar prosentase guru yang sering
(17,78%; 15,56%; 11,11%; 8,89%) dan selalu (4,44%; 2,22%) daripada guru yang
jarang (6,67%; 4,44%) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada akhir setiap
semester kepada kepala sekolah.
15. Laporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah
dalam bentuk satu nilai prestasi belajar dengan deskripsi singkat sebagai cerminan
kompetensi yang utuh
35
Tabel 4.20. Laporan Hasil Penilaian Diberikan Berbentuk Deskripsi Kompetensi Utuh
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PPKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
2
4.44
0
0
1
2.22
0
0
3
6.67
JR
3
6.67
0
0
3
6.67
4
8.89
3
6.67
13
28.89
SR
5
11.11
7
15.56
5
11.11
4
8.89
5
11.11
26
57.77
SS
1
2.22
0
0
1
2.22
0
0
1
2.22
3
6.67
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Paparan data di atas memperlihatkan bahwa prosentase perilaku positif guru
(64,44%) lebih besar dibandingkan perilaku negatif guru (35,55%) dalam
memberikan laporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
kepala sekolah dalam bentuk satu nilai prestasi belajar dengan deskripsi singkat
sebagai cerminan kompetensi yang utuh. Hal demikian terjadi karena lebih besar
prosentase guru yang sering (57,77%) dan selalu (6,67%) memberikan laporan hasil
penilaian tersebut, ketimbang guru yang jarang (28,89%) dan tidak pernah (6,67%)
memberikan laporan hasil penilaian.
Guru mata pelajaran PKn, PAI, IPS, dan Seni Budaya cendrung
memperlihatkan perilaku positif, karena prosentase yang lebih besar dari guru yang
sering (15,56%; 11,11%) dan selalu (2,22%) dibandingkan guru yang jarang (6,67%).
Sementara guru Penjas cendrung menunjukkan perilaku negatif, karena lebih banyak
prosentase guru yang jarang (8,89%) dan tidak (2,22%) ketimbang guru yang sering
(8,89%) memberikan laporan hasil penilaian dpada akhir semester kepada kepala
sekolah dalam bentuk satu nilai prestasi nilai belajar singkat sebagai cerminan
kompetensi yang utuh. Namun perbedaan kecenrungan perilaku positif (8,89%) dan
negatif (11,11%) dari guru Penjas relatif kecil.
36
16. Melaporkan hasil penilaian kepribadian kepada guru PKn sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhir semester kepribadian peserta didik dengan kategori tertentu
Tabel 4.21. Melaporkan Hasil Penilaian Kepribadian kepada Guru PKn
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
1
2.22
0
0
3
6.67
3
6.67
1
2.22
8
17.78
JR
4
8.89
8
17.78
2
4.44
5
11.11
4
8.89
22
48.88
SR
4
8.89
0
0
3
6.67
1
2.22
3
6.67
12
26.67
SS
0
0
1
2.22
1
2.22
0
0
1
2.22
3
6.67
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Paparan data di atas memperlihatkan bahwa prosentase perilaku positif guru
(33,34%) lebih kecil dibandingkan perilaku negatif guru (66,66%) dalam melaporkan
hasi penilaian kepribadian kepada guru PKn sebagai informasi untuk menentukan
nilai akhir semester kepribadian peserta didik dengan kategori tertentu. Hal demikian
terlihat pada guru yang jarang (48,88%) dan tidak pernah (17,78%) melaporkan hasil
penilaian kepribadian kepada guru PKn, ketimbang guru yang sering (26,67%) dan
selalu (6,67%) melaporkannya.
Guru mata pelajaran Penjas, Seni Budaya dan IPS cendrung menunjukkan
perilaku negatif, karena prosentase guru lebih banyak yang jarang (11,11%; 8,89%;
4,44%) dan tidak pernah (6,67%; 2,22%) dibandingkan dengan guru yang sering
(6,67%) dan selalu (2,22%) melaporkan hasi penilaian kepribadian kepada guru PKn
sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester kepribadian peserta didik
dengan kategori tertentu
17. Penilaian yang dilakukan menggunakan acuan kriteria dibandingkan dengan kriteria
capaian kompetensi yang ditetapkan
37
Tabel 4.22. Penilaian Memakai Acuan Kriteria Dibandingkan Kriteria Capaian
Kompetensi
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
1
2.22
0
0
1
2.22
2
4.44
0
0
4
8.89
JR
2
4.44
3
6.67
2
4.44
1
2.22
3
6.67
11
24.44
SR
6
13.34
6
13.33
6
13.34
5
11.12
6
13.33
29
64.45
SS
0
0
0
0
0
0
1
2.22
0
0
1
2.22
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
0
100
Data di atas menunjukkan bahwa prosentase perilaku positif (66,67%) guru
yang melakukan penilaian dengan menggunakan acuan kriteria dibandingkan dengan
kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan lebih banyak dibandingkan prosentase
perilaku negatif (33,33%). Karena prosentase perilaku positif (66,67%) ditunjukkan
oleh guru yang sering (64,45%) dan selalu (2,22%) melakukan penilaian yang
ditentukan, sementara perilaku negatif (33,33%), diperlihatkan oleh guru yang jarang
(24,44%) dan tidak pernah (8,89%) melakukan penilaian.
Guru mata pelajaran PAI, PKn, IPS, Seni Budaya dan Penjas menunjukkan
kecendrungan perilaku positif dalam menggunakan acuan kriteria dibandingkan
dengan kriteria capaian kompetensi dalam penilaian, karena prosentase guru yang
sering (13,34%; 13,33%, 11,12%) dan selalu (2,22%) lebih banyak daripada guru
yang jarang (6,67%; 4,44%; 2,22%) dan tidak pernah (4,44%; 2,22%) .
18. Acuan kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk pengetahuan dan capaian
optimum untuk keterampilan
38
Tabel 4.23. Acuan Kriteria Menggunakan Modus, Rerata dan Capaian Optimum
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
1
2.22
0
0
2
4.44
0
0
0
0
3
6.67
JR
5
11.11
7
15.56
4
8.89
1
2.22
5
11.11
22
48.89
SR
3
6.67
2
4.44
3
6.67
8
17.78
4
8.89
20
44.44
SS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Menggunakan acuan kriteria adalah menggunakan modus, rerata dan capaian
optimum dalam penilaian oleh guru, namun data memperlihatkan bahwa perilaku
negatif guru (55,56%) lebih besar prosentase perilaku positif (44,44%). Karena
perilaku negatif guru (55,56%) diperlihatkan oleh guru yang jarang (48,89%) dan
tidak pernah (6,67%)
menggunakan acuan kriteria modus, rerata dan capain
optimum.Sementara perilaku positif guru (44,44%), ditunjukkan oleh guru yang
sering (44,44%) menggunakan acuan kriteria.
Guru mata pelajaran Penjas cendrung menunjukkan perilaku positif dalam
menggunakan modus, rerata dan capaian optimum sebagai acuan kriteria, karena guru
yang sering (17,78%) lebih banyak prosentasenya dibandingkan gury yang jarang
(2,22%). Sementara guru PKn, PAI, Seni Budaya dan IPS cendrung memperlihatkan
perilaku negatif, karena prosentase guru yang jarang (15,56%; 11,11%; 8,89%) dan
tidak pernah (4,44%; 2,22%) lebih besar prosentasenya ketimbang guru yang sering
(8,89%; 6,67%; 4,44%) menggunakan modus, rerata dan capaian optimum sebagai
acuan kriteria.
19. Memberikan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah
suatu kegiatan penilaian, bukan di akhir semester kepada siswa secara indidual
39
Tabel 4.24. Memberikan Kesempatan Pembelajaran Remedial Individual
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
3
6.67
3
6.67
3
6.67
0
0
3
6.67
12
26.66
SR
6
13.33
5
11.11
5
11.11
7
15.56
6
13.33
29
64.45
SS
0
0
1
2.22
1
2.22
2
4.44
0
0
4
8.89
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00 9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Pembelajaran remedial dilakukan oleh guru untuk menuntaskan penguasaan
kompetensi peserta didik. Dalam hal pemberian kesempatan peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran remedial, prosentase perilaku positif guru (73,34%) lebih
besar dari perilaku negatif (26,26%). Perilaku positif guru (73,34%) diperlihatkan
oleh guru yang sering (64,45%) dan selalu (8,89%) memberikan kesempatan
pembelajaran remedial secara individual. Sementara perilaku negatif guru (26,66%),
ditunjukkan oleh guru yang jarang (26,66%) memberikan kesempatan pembelajaran
remedial secara individual.
Guru mata pelajaran Penjas, PAI, Seni Budaya, PKn dan IPS cendrung
menunjukkan perilaku positif, karena prosentase guru lebih banyak yang sering
(15,56%; 13,33%; 11,11%) dan selalu (4,44%; 2,22%) dibandingkan dengan
prosentase guru yang jarang (6,67%) memberikan kesempatan pembelajaran remedial
kepada siswa secara individual.
20. Memberikan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah
suatu kegiatan penilaian, bukan di akhir semester kepada siswa secara kelompok.
40
Tabel 4.25. Memberikan Kesempatan Remedial Kelompok
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
4
8.89
3
6.67
2
4.44
2
4.44
5
11.11
16
35.56
SR
5
11.11
6
13.33
6
13.34
5
11.12
4
8.89
26
57.77
SS
0
0
0
0
1
2.22
2
4.44
0
0
3
6.67
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
20.00
9
20.00
45
100
Selain pembelajaran remedial secara individual, guru juga memberikan
kesempatan secara kelompok untuk pembelajaran remedial. Terhadap hal demikian,
prosentase guru yang menunjukkan perilaku positif (64,44%) lebih banyak
dibandingkan perilaku negatif (35,56%), karena guru lebih banyak sering (57,77%)
dan selalu (6,67%) memberikan kesempatan secara kelompok untuk pembelajaran
remedial, dibandingkan guru yang jarang (35,66%).
Guru mata pelajaran IPS, PKn, Penjas, dan PAI menunjukkan perilaku positif
dalam memberikan kesempatan pembelajaran remedial kepada siswa secara
kelompok, karena lebih banyak prosentase guru yang sering (13,34%; 13,33%;
11,12%; 11,11%) dan selalu (4,44%; 2,22%) dibandingkan dengan prosentase guru
yang jarang (8,89%; 6,67%; 3,44%) memberikan kesempatan. Hanya guru mata
pelajaran Seni Budaya yang memperlihatkan perilaku negatif, karena prosentase guru
yang jarang (11,11%) lebih banyak prosentasenya dibandingkan dengan prosentase
guru yang sering (8,89%) memberikan kesempatan pembelajaran remedial secara
kelompok.
21. Memberikan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah
suatu kegiatan penilaian, bukan di akhir semester kepada siswa secara kelas
41
Tabel 4.26. Memberikan Kesempatan Remedial Kelas
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2.22
1
2.22
JR
3
6.67
2
4.44
2
4.44
2
4.44
5
11.11
14
31.11
SR
6
13.33
7
15.56
6
13.34
7
15.56
3
6.67
29
64.45
SS
0
0
0
0
1
2.22
0
0
0
0
1
2.22
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Selain kesempatan pembelajaran remedial secara individual dan kelompok,
maka guru juga memberikan kesempatan untuk pembelajaran remedial bagi kelas.
Dalam hal ini, prosentase perilaku positif guru (66,667%) lebih besar daripada
perilaku negatif guru (33,33%). Hal demikian disebabkan lebih banyak prosentase
guru yang sering (64,45%) dan selalu (2,22%) memberikan kesempatan remedial
kepada siswa secara kelas, dibandingkan guru yang jarang (31,11%) dan tidak pernah
(2,22%) memberikan kesempatan.
Guru mata pelajaran PKn, Penjas, IPS dan PAI cenderung menunjukkan
perilaku positif, karena prosentase guru yang sering (15,56%; 13,34%; 13,33%) dan
selalu (2,22%) lebih banyak ketimbang prosentase guru yang jarang (6,67%;4,44%)
memberikan kesempatan untuk pembelajaran remedial bagi kelas. Kecuali guru mata
pelajaran Seni Budaya cendrung menunjukkan perilaku negatif guru, karena
prosentase gurunya
lebih banyak jarang (11,11%) dan tidak pernah (2,22%)
dibandingkan dengan guru yang sering (6,67%) memberikan kesempatan untuk
pembelajaran remedial bagi kelas.
42
22. Kepada peserta didik yang berhasil diberi program pengayaan sesuai waktu yang tersedia
Tabel 4.27. Memberikan Program Pengayaan Sesuai Waktu Tersedia
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PPKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JR
5
11.11
5
11.11
5
11.11
4
8.89
6
13.33
25
55.56
SR
4
8.89
4
8.89
3
6.67
5
11.11
3
6.67
19
42.22
SS
0
0
0
0
1
2.22
0
0
0
0
1
2.22
20.00
9
20.00
45
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Selain pembelajaran remedial kepada siswa, kepada peserta didik yang
berhasil diberi program pengayaan, namun guru lebih banyak memperlihatkan
prosentase perilaku negatif (55,56%) daripada perilaku positif (44,44%). Hal
demikian terjadi karena prosentase guru yang jarang (55,56%) memberikan program
pengayaan lebih banyak dibandingkan guru yang sering (42,22%) dan selalu (2,22%)
memberikan program pengayaan.
Guru mata pelajaran Penjas cenderung menunjukkan perilaku positif dalam
memberikan program pengayaan, sebab prosentase guru lebih banyak yang sering
(11,11%) daripada guru yang jarang (8,89%). Sementara guru mata pelajaran Seni
Budaya, PAI, PKn, dan IPS cendrung terlihat berperilaku negatif, karena prosentase
guru lebih banyak yang jarang (13,33%;11,11%) daripada prosentase guru yang
sering (8,89%;6,67%) dan selalu (2,22%) memberikan program pengayaan.
23. Program pengayaan yang diberikan berupa pendalaman dari kompetensi yang dipelajari
Program pengayaan yang diberi berupa pendalaman dari kompetensi yang
dipelajari diberikan oleh guru, prosentasenya lebih banyak yang dilakukan secara positif
(66,67%) ketimbang yang negatif (33,33%). Karena guru sering (62,23%) dan selalu
43
(4,44%) dalam program pengayaan berupa pendalaman kompetensi yang dipelajari,
dibandingkan dengan guru yang jarang (31,11%) dan tidak pernah (2,22%) memberikan
pendalaman kompetensi yang dipelajari.
Tabel 4.28. Program Pengayaan Berupa Pendalaman Kompetensi
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
1
2.22
0
0
0
0
0
0
1
2.22
JR
2
4.44
3
6.67
4
8.89
1
2.22
4
8.89
14
31.11
SR
7
15.56
5
11.11
4
8.89
7
15.56
5
11.11
28
62.23
SS
0
0
0
0
1
2.22
1
2.22
0
0
2
4.44
20.00
9
20.00
47
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
Guru mata pelajaran PAI, Penjas, Seni Budaya, PKn, dan IPS cendrung
menunjukkan perilaku positif, karena prosentase guru lebih banyak yang sering
(15,56%; 11,11%; 8,89%) dan selalu (2,22%) dibandingkan dengan prosentase guru
yang jarang (8,89%; 6,67%; 4,44%; 2,22%) dan tidak pernah (2,22%) memberikan
pendalaman kompetensi yang dipelajari dalam program pengayaan.
24. Program pengayaan yang diberi berupa perluasan dari kompetensi yang dipelajari
Tabel 4.29. Program Pengayaan Berupa Perluasan
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENIBUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TP
0
0
1
2.22
0
0
0
0
0
0
1
2.22
JR
3
6.67
3
6.67
4
8.89
3
6.67
4
8.89
17
37.78
SR
6
13.33
5
11.11
5
11.11
6
13.33
5
11.11
27
60.00
SS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20.00
9
20.00
47
100
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
Sumber: Data Primer
Notasi: TP: Tidak Pernah; JR: Jarang; SR: Sering; SS: Sering Sekali
44
Selain berupa pendalaman dalam program pengayaan, guru juga memberi
perluasan dari kompetensi yang dipelajari, data di atas menunjukkan bahwa
prosentase guru yang sering (60,00%) memberi perluasan kompentensi yang
dipelajari dalam program pengayaan, lebih banyak dibanding prosentase guru yang
jarang (37,78%) dan tidak pernah (2,22%) memberi perluasan.
Guru mata pelajaran PAI, Penjas, IPS, Seni Budaya, dan PKn cendrung
menunjukkan perilaku positif dalam memberi perluasan dari kompetensi yang
dipelajari pada program pengayaan, karena prosentase guru lebih banyak sering
(13,33%; 11,11%) dibandingkan dengan guru yang jarang (8,89%; 6,67%) dan tidak
pernah (2,22%) memberi perluasan dari kompetensi yang dipelajari pada program
pengayaan.
C. Kebutuhan yang diperlukan oleh guru matapelajaran nonUAN, untuk meningkatkan
kualitas program penilaian yang dibuatnya untuk meningkatkan kemampuan belajar
belajar siswa.
1. Pembuatan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria
penilaian pada awal semester
Tabel 4.30. Ketrampilan Pembuatan Silabus
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
4
8.89
3
6.67
6
13.33
2
4.44
3
6.67
18
40.00
AD
5
11.11
6
13.33
3
6.67
7
15.56
6
13.33
27
60.00
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan pembuatan silabus yang di dalamnya
memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester kebanyakan amat
45
dibutuhkan guru (60,00%), sisanya menyatakan dibutuhkan (40,00%). Guru mata
pelajaran Penjas (15,56%), PKn dan Seni Budaya (13,33%) dan PAI (11,11%) lebih
banyak amat membutuhkan keterampilan pembuatan silabus daripada yang
membutuhkan (8,89%; 6,67%; 4,44%). Sementara guru mata pelajaran IPS (13,33%)
lebih banyak membutuhkan dari pada yang amat membutuhkan (6,67%).
2. Pengembangan indikator pencapaian KD
Tabel 4.31. Ketrampilan Pengembangan Indikator Pencapaian KD
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
6
13.33
4
8.89
5
11.11
6
13.33
7
15.56
28
62.22
AD
3
6.67
5
11.11
4
8.89
3
6.67
2
4.44
17
37.78
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan pengembangan indikator pencapaian
KD lebih banyak dibutuhkan (62,22%) daripada amat dibutuhkan (37,78%).
Sementara guru mata pelajaran Seni Budaya (15,56%), Penjas dan PAI (13,33%), dan
IPS (11,11%) lebih banyak membutuhkan keterampilan pengembangan indikator
pencapaian KD daripada guru yang amat membutuhkan (8,89%; 6,67%; 4,44%).
Namun guru mata pelajaran PKn (11,11%) lebih banyak amat membutuhkan
keterampilan pengembangan indikator pencapaian KD daripada yang membutuhkan
(8,89%).
46
3. Pemilihan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabi mata pelajaran
Tabel 4.32. Ketrampilan Pemilihan Teknik Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
7
15.56
8
17.78
8
17.78
7
15.56
7
15.56
37
82.22
AD
2
4.44
1
2.22
1
2.22
2
4.44
2
4.44
8
17.78
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Paparan data di atas menunjukkan bahwa keterampilan memilih teknik penilaian pada
saat menyusun silabi mata pelajaran merupakan keterampilan yang lebih banyak
dibutuhkan guru (82,22%) daripada amat dibutuhkan (17,78%). Guru mata pelajaran
IPS dan PKn (17,76%), PAI, Penjas dan Seni Budaya (15,56%) lebih banyak
membutuhkan keterampilan memilih teknik penilaian pada saat menyusun silabi mata
pelajaran ketimbang amat dibutuhkan (4,44%; 2,22%).
4. Pengembangan instrumen sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih
Tabel 4.33. Ketrampilan Pengembangan Instrumen
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
8
17.78
6
13.33
8
17.78
7
15.56
7
15.56
36
80.00
AD
1
2.22
3
6.67
1
2.22
2
4.44
2
4.44
9
20.00
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Data di atas menunjukkan bahwa keterampilan pengembangan instrumen sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih lebih banyak dibutuhkan (80,00%)
dari pada amat dibutuhkan (20,00%). Guru mata pelajaran PAI dan IPS (17,78%),
47
Penjas dan Seni Budaya (15,56%) serta PKn (13,33%) lebih banyak membutuhkan
keterampilan pengembangan instrumen sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian
yang dipilih ketimbang amat membutuhkan (6,67%; 4,44%, 2,22%).
5. Pengembangan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih
Tabel 4.34. Ketrampilan Pengembangan Pedoman Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PPKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
7
15.56
6
13.33
8
17.78
6
13.33
7
15.56
34
75.56
AD
2
4.44
3
6.67
1
2.22
3
6.67
2
4.44
11
24.44
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Pengembangan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih memerlukan keterampilan, dan keterampilan itu lebih banyak dibutuhkan guru
(75,56%) daripada amat dibutuhkan (24,44%). Demikian juga yang dikemukakan oleh
guru mata pelajaran IPS (17,78%), PAI dan Seni Budaya (15,56%), PKn dan Penjas
(13,33%) lebih banyak menyatakan membutuhan daripada amat membutuhkan
(6,67%; 4,44%, 2,22%).
6. Perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan
penilaian
Perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan
penilaian memerlukan keterampilan yang lebih banyak dibutuhkan (62,22%) oleh
para guru dari pada amat dibutuhkan (35,56%) dan tidak membutuhkan (2,22%).
Guru mata pelajaran IPS (15,56%), PAI (13,34%), Penjas (13,13%), dan Seni Budaya
48
(11,11%) lebih banyak menyatakan membutuhkan ketrampilan perencanaan,
penyusunan dan pengembangan tes subjektif daripada amat membutuhkan (8,89%;
6,67%; 4,44%), kecuali guru mata pelajaran PKn (11,11%) lebih banyak menyatakan
amat membutuhkan daripada membutuhkan, dan sedikit guru mata pelajaran PAI
(2,22%) menyatakan tidak membutuhkan
Tabel 4.35. Ketrampilan Perencanaan, Penyusunan dan Pengembangan Tes Subjektif
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PPKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
1
2.22
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2.22
DB
6
13.34
4
8.89
7
15.56
6
13.33
5
11.11
28
62.22
AD
2
4.44
5
11.11
2
4.44
3
6.67
4
8.89
16
35.56
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
7. Perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes objektif pilihan ganda dalam
melakukan penilaian
Tabel 4.36. Ketrampilan Perencanaan, Penyusunan dan Pengembangan Tes Objektif
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
8
17.78
5
11.11
7
15.56
6
13.33
7
15.56
33
73.33
AD
1
2.22
4
8.89
2
4.44
3
6.67
2
4.44
12
26.67
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Data di atas memperlihatkan bahwa kebanyakan guru membutuhkan (73,33%)
keterampilan perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes objektif daripada amat
membutuhkannnya (26,67%). Guru mata pelajaran PAI (17,78%), IPS dan Seni
49
Budaya (15,56%), Penjas (13,33%) dan PKn (11,11%) lebih banyak membutuhkan
ketimbang amat membutuhkan (8,89%; 6,67%; 4,44%; 2,22%).
8. Perencanaan, penyusunan, dan pengembangan instrumen observasi (pengamatan)
dalam melakukan penilaian
Tabel 4.37. Ketrampilan Perencanaan, Penyusunan dan Pengembangan Observasi
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
8
17.78
6
13.33
8
17.78
6
13.33
7
15.56
35
77.78
AD
1
2.22
3
6.67
1
2.22
3
6.67
2
4,44
10
22.22
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Keterampilan perencanaan, penyusunan dan pengembangan observasi dalam
melakukan penilaian lebih banyak dibutuhkan guru (77,78%) daripada amat
dibutuhkan guru (22,22%). Guru mata pelajaran PAI dan IPS (17,78%), Seni Budaya
(15,56%), PKn dan Penjas (13,33%) lebih banyak menyatakan membutuhkan
keterampilan perencanaan, penyusunan dan pengembangan observasi daripada amat
dibutuhkan (6,67%; 4,44%; 2,22%).
9. Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan
belajar siswa
Data pada tabel berikut memperlihatkan bahwa ketrampilan pengolahan hasil
penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar siswa lebih
banyak dibutuhkan guru (71,11%) daripada guru yang membutuhkan (26,67%). Guru
mata pelajaran IPS (17,78%), Seni Budaya (15,56%), PAI dan Penjas (13,34%;
13,33%), PKn (11,11%) lebih banyak menyatakan membutuhkan ketrampilan
50
pengolahan hasil penilaian ketimbang pernyataan guru yang amat membutuhkan
(8,89%; 6,67%; 4,44%; 2,22%).
Tabel 4.38. Ketrampilan Pengolahan Hasil Penilaian
GURU MATA PELAJARAN
PILIHAN
PAI
PPKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
1
2.22
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2.22
DB
6
13.34
5
11.11
8
17.78
6
13.33
7
15.56
32
71.11
AD
2
4.44
4
8.89
1
2.22
3
6.67
2
4,44
12
26.67
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
10. Keterampilan menganalisis item-item soal dari tes yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar
Tabel 4.39. Keterampilan Menganalisis Item-item Soal
GURU MATA PELAJARAN
PAI
PILIHAN
PKn
IPS
PENJAS
SENI BUDAYA
JUMLAH
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
TD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DB
7
15.56
5
11.11
7
15.56
6
13.33
7
15.56
32
71.11
AD
2
4.44
4
8.89
2
4.44
3
6.67
2
4.44
13
28.89
Jumlah
9
20.00
9
20.00
9
20.00
9
20.00
Sumber: Data Primer
Notasi: TD: Tidak dibutuhkan; DB: Dibutuhkan; AD: Amat dibutuhkan
9
20.00
45
100
Keterampilan menganalisis item-item soal dari tes yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar lebih banyak dibutuhkan guru (71,11%) daripada guru yang
membutuhkan (28.89%). Guru mata pelajaran PAI, IPS, dan Seni Budaya (15,56%),
Penjas (13.33%) dan PKn (11,11%) lebih banyak membutuhkan keterampilan
menganalisis item-item soal dari pada amat membutuhkan (8,89%; 6,67%; 4,44%).
51
D. Pembahasan
1. Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Balangan dilihat dari nilainilai mata-mata pelajaran nonUN, dari Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Akhir Sekolah.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam/Hindu dilihat berdasarkan nilai Ulangan Harian, Ulangan Kenaikan Kelas
dan Ulangan Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat
posisi kemampuan peserta didik masih di bawah norma, yaitu dilihat dari hasil ulangan
akhir sekolah dari kategori rendah (55,00). Secara keseluruhan posisi kemampuan
peserta didik dari SMPN 1 Paringin mendominasi posisi tertinggi. Sementara untuk
posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, perlu
ditingkatkan.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dilihat berdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan
Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan baik,
kecuali masih terdapat posisi kemampuan peserta didik masih rendah dan di bawah
norma, yaitu dilihat dari hasil ulangan semester (54,00; 46,00), ulangan kenaikan kelas
(50,00) dan ulangan akhir sekolah (58,00). Secara keseluruhan posisi kemampuan
peserta didik dari SMPN 1 Lampihong,SMPN 1 Batu Mandi bersama memperoleh
posisi tertinggi. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 1 Paringin, disusul oleh
SMPN 2 Halong. Namun posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik dari
ternyata terdapat juga di SMPN 1 Lampihong,SMPN 1 Batu Mandi, dan SMPN 1 Juai,
untuk itu diperlukan upaya peningkatan.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), dilihat berdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan
52
Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan baik, kecuali
masih terdapat posisi kemampuan peserta didik masih rendah dan di bawah norma, yaitu
dilihat dari hasil ulangan semester (54,00; 40,00), ulangan kenaikan kelas (59,25) dan
ulangan akhir sekolah (30,00).Secara keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari
SMPN 2 Halong mendominasi posisi tertinggi, posisi berikutnya diperoleh SMPN 1
Paringin. Sementara posisi paling rendah kemampuan peserta didik terdapatdi SMPN 1
Lampihong, SMPN 1 Juai, dan SMPN 1 Awayan perlu ditingkatkan.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Pendidikan
Jasmaniberdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan
Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan baik, kecuali masih terdapat posisi
kemampuan peserta didik masih rendah dan di bawah norma, yaitu ulangan akhir sekolah
(55,00).Secara keseluruhan posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Paringin
mendominasi posisi tertinggi. Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 2 Halong.
Sementara untuk posisi paling rendah untuk kemampuan peserta didik dari SMPN 1
Lampihong perlu ditingkatkan.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri untuk mata pelajaran Seni
Budaya, dilihat berdasarkan nilai Ulangan Semester, Ulangan Kenaikan Kelas dan
Ulangan Akhir Sekolah. Namun secara umum dapat dikatakan baik, karena tidak
ditemukan posisi kemampuan peserta didik di bawah nilai 60,00.Secara keseluruhan
posisi kemampuan peserta didik dari SMPN 1 Lampihong, mendominasi posisi tertinggi.
Sementara posisi berikutnya diperoleh SMPN 2 Halong, SMPN 1 Juai dan SMPN 3
Awayan.
Berdasarkan capaian nilai kemampuan peserta didik, maka disusunlah peringkat
posisi kemampuan peserta didik (skor perolehan posisi) berdasarkan mata pelajaran,
53
sekolah dan lokasi sekolah (di ibukota kabupaten, dekat ibukota kabupaten dan jauh dari
ibukota kabupaten) sebagaimana pada tabel di bawah ini
Tabel 4.40. Posisi Kemampuan Siswa Per Mapel, Sekolah dan Letak Sekolah
Mata Pelajaran
Posisi Kemampuan Siswa
SMP Negeri
Lokasi Kab
Pendidikan Agama
Pertama (4)
Kedua (3)
Ketiga (2)
Keempat (1)
1 Paringin
1 Batu Mandi
1 Awayan
2 Halong
Kota Kab
Dekat
Jauh
Jauh
2
PKn
Pertama (4)
Kedua (3)
Ketiga (2)
Keempat (1)
1 Batu Mandi
1 Lampihong
1 Paringin
2 Halong
Dekat
Dekat
Kota kab
Jauh
3
IPS
Pertama (4)
Kedua (3)
Ketiga (2)
Keempat (1)
2 Halong
1 Paringin
1 Lampihong
1 Juai
Jauh
Kota kab
Dekat
Dekat
4
Seni Budaya
Pertama (4)
Kedua (3)
Ketiga (2)
Keempat (1)
1 Lampihong
2 Halong
1 Paringin
3 Awayan
Dekat
Jauh
Kota kab
Jauh
No
1
Sumber: Data Primer
Tabel 4.41. Posisi Skor SMPN Berdasarkan Skor Posisi Mata Pelajaran
SKOR POSISI MATA PELAJARAN
SMP NEGERI
1 Paringin
2 Halong
1 Lampihong
1 Batu Mandi
1 Awayan
1 Juai
3 Awayan
Pend
Agama
4
1
0
3
2
0
0
PKn
IPS
Seni Budaya
Jumlah
Lokasi Kab
2
1
3
4
0
0
0
3
4
2
0
0
1
0
2
3
4
0
0
0
1
11 (1)
9 (2)
9 (2)
7 (4)
2 (5)
1 (6(
1 (6)
Kota
Jauh
Dekat kota
Dekat kota
Jauh
Dekat
Jauh
Sumber: Data Primer
Tabel 4.41 menunjukkan bahwa posisi skor tertinggi SMPN berdasarkan
kumulatif skor posisi kemampuan yang dicapai siswanya, diperoleh oleh SMPN 1
Paringin (1, ibu kota kabupaten), menyusul SMPN 2 Halong (2, jauh dari ibukota
54
kabupaten), SMPN 1 Lampihong (2, dekat ibukota kabupaten), SMPN 1 Batu Mandi
(4, dekat ibukota kabupaten), SMPN 1 Awayan (5, jauh dari ibukota kabupaten),
SMPN 1 Juai dan SMPN 3 Awayan (6, jauh dari ibukota kabupaten). Nampaknya
sekolah yang dekat ibukota kabupaten seperti SMPN 1 Paringin memperoleh skor
tertinggi, namun dengan skor yang tidak terlalu jauh beda, juga berhasil dicapai oleh
SMPN 2 Halong yang letaknya malah jauh dari ibukota kabupaten. Untuk kasus
SMPN 2 Halong, dapat dikatakan bahwa letak sekolah tidak terlalu berpengaruh
terhadap posisi kemampuan yang dicapai peserta didik.
2. Program penilaian yang dilakukan guru matapelajaran nonUN untuk meningkatkan
kemampuan belajar peserta didik
Program penilaian yang dilakukan guru mata pelajaran nonUN dikelompokkan
dalam kategori pelaksanaan oleh guru secara umum dan guru menurut mata pelajaran
dapat dilihat pada tabel 4.42 di bawah ini
Tabel 4.42. Kategori Pelaksanaan Program Penilaian oleh Guru
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Program Penilaian
Pelaksanaan
Guru Umumnya
Guru Mapel
Menginformasikan silabus mata pelajaran
yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada pertemuan awal
semester
Mengembangkan indikator pencapaian KD
saat menyusun silabus mata pelajaran
Memilih teknik penilaian sesuai pada saat
menyusun silabi mata pelajaran. Guru PKn,
PAI,
dan IPS sering memilih teknik
penilaian
Melaksanakan tes subjektif atau esai dalam
melakukan penilaian
Sering
PAI, PKn, IPS, Penjas dan
Seni Budaya sering
Sering
PAI, PKn, IPS, Penjas dan
Seni Budaya sering
1. PAI, PKn, IPS sering
2. Penjas dan Seni Budaya
jarang
Melakukan tes objektif pilihan ganda dalam
melakukan penilaian
Melakukan pengamatan dalam melakukan
penilaian
Melakukan penugasan dalam melakukan
penilaian.
Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui
kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar
siswa
Menganalisis item-item soal dari tes belajar
untuk mengetahui kualitas tes yang
digunakan.
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
1. IPS, PAI, PKn, dan
Seni Budaya sering
2. Penjas jarang
PAI, PKn, Seni Budaya,
IPS, dan Penjas sering
Penjas, IPS, PAI, PKn,
dan Seni Budaya sering
PKn, PAI, IPS, Penjas dan
Seni Budaya sering
PKn, IPS, Seni Budaya,
PAI, dan Penjas sering
PAI, PKn, IPS, Penjas dan
Seni Budaya sering
55
Tabel 4.42. Kategori Pelaksanaan Program Penilaian oleh Guru (Lanjutan)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Mengembalikan
hasil
pemeriksaan
pekerjaan
peserta
didik
disertai
balikan/komentar yang mendidik.
Memanfaatkan hasil penilaian untuk
perbaikan pembelajaran.
Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran
pada setiap akhir semester kepada kepala
sekolah.
Memberikan laporan hasil penilaian mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada
kepala sekolah dalam bentuk satu nilai
prestasi belajar dengan deskripsi singkat
sebagai cerminan kompetensi yang utuh.
Menggunakan acuan kriteria dibandingkan
dengan kriteria capaian kompetensi yang
ditetapkan dalam melakukan penilaian.
Memberikan kesempatan untuk mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan
setelah suatu kegiatan penilaian, bukan di
akhir semester kepada siswa secara
indidual.
Memberikan kesempatan untuk mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan
setelah suatu kegiatan penilaian, bukan di
akhir semester kepada siswa secara
kelompok.
Memberikan kesempatan untuk mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan
setelah suatu kegiatan penilaian, bukan di
akhir semester kepada siswa secara kelas.
Program pengayaan yang diberikan guru
berupa pendalaman dari kompetensi yang
dipelajari.
Program pengayaan yang diberikan guru
berupa perluasan dari kompetensi yang
dipelajari.
Mengembangkan instrumen yang sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih
Sering
IPS, PKn, Penjas, PAI dan
Seni Budaya sering
Sering
Penjas, PAI, PKn, IPS dan
Seni Budaya sering
PAI, PKn, Penjas, Seni
Budaya, dan IPS sering
Mengembangkan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih
Melaporkan hasil penilaian kepribadian
kepada guru PKn sebagai informasi untuk
menentukan
nilai
akhir
semester
kepribadian peserta didik dengan kategori
tertentu.
Menggunakan acuan kriteria modus untuk
sikap, rerata untuk pengetahuan dan
capaian optimum untuk keterampilan.
Memberikan program pengayaan kepada
peserta didik sesuai waktu yang tersedia.
Jarang
Sering
Sering
1. PKn, PAI, IPS, dan
Seni Budaya sering
2. Penjas jarang
Sering
PAI, PKn, IPS, Seni
Budaya dan Penjas sering
Sering
Penjas, PAI, Seni Budaya,
PKn dan IPS sering
Sering
1. IPS, PKn, Penjas, dan
PAI sering
2. Seni Budaya jarang
Sering
1. PKn, Penjas, IPS dan
PAI sering
2. Seni Budaya jarang
Sering
PAI, Penjas, Seni Budaya,
PKn, dan IPS sering
Sering
PAI, Penjas, IPS, Seni
Budaya, dan PKn sering
Jarang
1. PKn, PAI, dan Penjas
sering
2. IPS dan Seni Budaya
jarang
1. IPS sering
2. PAI, Seni Budaya, PKn
dan Penjas jarang
Penjas, Seni Budaya dan
IPS jarang
Jarang
Jarang
Jarang
1. Penjas sering,
2. PKn, PAI, Seni Budaya
dan IPS jarang
1. Penjas sering,
2. Seni Budaya, PAI,
PKn, dan IPS jarang
Sumber: Analisis Data Primer
Data pada tabel 4.42 menunjukkan bahwa 79,17% guru secara umum telah sering
melaksanakan program penilaian sesuai dengan Permendikbud No.20 Tahun 2007
56
tentang Standar Penilaian, sementara 20,83% masih jarang. Meskipun umumnya guru
dalam kategori sering melaksanakan program penilaian, tetapi masih terdapat guru
mata pelajaran yang jarang melaksanakan, yaitu guru Pendidikan Jasmani dan Seni
Budaya. Sementara umumnya guru dalam kategori jarang melaksanakan program,
masih juga terdapat guru yang jarang melaksanakan beberapa program penilaian,
yaitu hampir semua guru mata pelajaran nonUN, yaitu guru Penjas, Seni Budaya,
Pendidikan Agama, IPS, PKn
3. Kebutuhan yang diperlukan oleh guru matapelajaran nonUN, untuk meningkatkan
kualitas program penilaian yang dibuatnya untuk meningkatkan kemampuan belajar
belajar siswa.
Dari hasil penelitian tentang kebutuhan yang diperlukan oleh guru mata
pelajaran nonUn guna meningkatkan kualitas program penilaian yang dibuatnya untuk
meningkatkan kemampuan belajar belajar siswa, maka ditemukan beberapa
keterampilan yang dibutuhkan sebagaimana terdapat dalam table di bawah ini
Tabel 4. 43. Keterampilan yang Dibutuhkan Guru
No
1
KETERAMPILAN
YANG DIBUTUHKAN
Keterampilan pembuatan silabus yang
di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada awal semester
2
Keterampilan pengembangan indikator
pencapaian KD
3
Keterampilan
pemilihan
teknik
penilaian pada saat menyusun silabi
mata pelajaran
Keterampilan pengembangan instrumen
sesuai dengan bentuk dan teknik
penilaian yang dipilih
4
5
Keterampilan pengembangan pedoman
penilaian sesuai dengan bentuk dan
teknik penilaian yang dipilih
Kualifikasi Kebutuhan
Guru Umumnya
Guru Mapel
Amat dibutuhkan
1. Amat
dibutuhkan
guru
Penjas, PKn dan Seni Budaya
dan PAI,
2. Dibutuhkan guru IPS
Dibutuhkan
1. Dibutuhkan
guru
Seni
Budaya, Penjas, PAI, dan
IPS,
2. Amat dibutuhkan guru PKn
Dibutuhkan
Dibutuhkan PAI, IPS, Penjas,
Seni Budaya, PKn
Dibutuhkan
Dibutuhkan guru PAI, IPS,
Penjas, Seni Budaya, PKn.
Dibutuhkan
Dibutuhkan guru PAI, IPS,
Penjas, Seni Budaya, PKn.
57
Tabel 4. 43. Keterampilan yang Dibutuhkan Guru (Lanjutan)
6
Keterampilan perencanaan, penyusunan
dan pengembangan tes subjektif atau
esai dalam melakukan penilaian
Dibutuhkan
1. Dibutuhkan guru, IPS, PAI,
Penjas, dan Seni Budaya
2. Amat dibutuhkan guru PKn.
7
Keterampilan perencanaan, penyusunan
dan pengembangan tes objektif
Keterampilan
perencanaan,
penyusunan,
dan
pengembangan
instrumen observasi (pengamatan)
dalam melakukan penilaian
Keterampilan
pengolahan
hasil
penilaian untuk mengetahui kemajuan
hasil belajar dan kesulitan belajar siswa
Dibutuhkan
Dibutuhkan guru PAI, IPS, Seni
Budaya, Penjas, PKn.
Dibutuhkan PAI, IPS, Seni
Budaya, Penjas, PKn.
Dibutuhkan
Dibutuhkan guru IPS, Seni
Budaya, PAI, Penjas, PKn.
Keterampilan menganalisis item-item
soal dari tes yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar
Dibutuhkan
Dibutuhkan guru, (baik guru
IPS, Seni Budaya, PAI, Penjas
maupun PKn.
8
9
10
Dibutuhkan
Sumber: Analisis Data Primer
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 keterampilan yang ditawarkan untuk
meningkatkan kualitas program penilaian, 9 keterampilan dibutuhkan, sementara 1
keterampilan yang amat dibutuhkan guru umumnya adalah Keterampilan pembuatan
silabus yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester,
terutama guru amat dibutuhkan guru Penjas, PKn dan Seni Budaya
dan Pendidikan
Agama.Sedangkan keterampilan yang amat dibutuhkan oleh guru mata pelajaran PKn
adalah keterampilan pengembangan indikator pencapaian KD dan keterampilan
perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan
penilaian.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Posisi kemampuan peserta didik SMP Negeri di Balangan untuk mata pelajaran
nonUN bervariasi dilihat berdasarkan nilai Ulangan Harian, Ulangan Semester,
Ulangan Kenaikan Kelas dan Ulangan Akhir Sekolah, secara umum dapat dikatakan
baik, terutama di SMPN 1 Paringin dan SMPN 2 Halong, namun masih terdapat posisi
kemampuan peserta didik di bawah norma (<60), khususnya di SMPN 1 Lampihong,
SMPN 1 Juai, SMPN 1 Batu Mandi, SMPN 1 Awayan.
2.
Sebanyak 79,17% guru secara umum dikategorikan sering melaksanakan beberapa
program penilaian sesuai dengan Permendikbud No.20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian, sementara 20,83% masih jarang. Dalam kategori sering, masih terdapat
guru mata pelajaran yang jarang melaksanakan, yaitu guru Pendidikan Jasmani dan
Seni Budaya. Sementara dalam kategori jarang melaksanakan beberapa program,yaitu
hampir semua guru mata pelajaran nonUN, yaitu guru Penjas, Seni Budaya,
Pendidikan Agama, IPS, dan PKn.
3.
Dari 10 keterampilan yang ditawarkan untuk meningkatkan kualitas program
penilaian, 9 keterampilan dibutuhkan, sementara 1 keterampilan yang amat
dibutuhkan guru umumnya adalah keterampilan pembuatan silabus yang di dalamnya
memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester, terutama guru Penjas,
PKn dan Seni Budaya dan Pendidikan Agama.Sedangkan keterampilan yang amat
dibutuhkan oleh guru mata pelajaran PKn adalah keterampilan pengembangan
indikator pencapaian
KD dan keterampilan
perencanaan, penyusunan dan
pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan penilaian.
59
B. Rekomendasi
1. Dinas Pendidikan dan Kepala sekolah hendaknya melaksanakan pendidikan, pelatihan
dan pembinaan terhadap aspek-aspek program penilaian yang masih jarang
dilaksanakan guru sesuai dengan standar penilaian.
2. Dinas Pendidikan dan Kepala sekolah hendaknya melaksanakan pendidikan, pelatihan
dan pembinaan untuk 10 keterampilan yang dibutuhkan, khususnya yang umumnya
guru amat dibutuhkan keterampilan pembuatan silabus yang di dalamnya memuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.
3. Dinas Pendidikan dan Kepala sekolah hendaknya melaksanakan pendidikan, pelatihan
dan pembinaan untuk keterampilan yang amat dibutuhkan oleh guru mata pelajaran
PKn yaitu keterampilan pengembangan indikator pencapaian KD dan keterampilan
perencanaan, penyusunan dan pengembangan tes subjektif atau esai dalam melakukan
penilaian melalui MGMP PKn bekerjasama dengan LPMP, Perguruan Tinggi dan
Asosiasi Profesi PKn.
4. Dinas pendidikan dan kepala sekolah dapat memberdayakan MGMP bekerjasama
dengan asosiasi profesi mata pelajaran dan perguruan tinggi untuk meningkatkan
kualitas program penilaian dan peningkatan keterampilan untuk program penilaian,
khususnya untuk sekolah-sekolah yang posisi kemampuan peserta didiknya masih di
bawah nilai 6.
60
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, B.S.(1956). Taxonomy of educational objectives, the classification of
educational goals, handbook I: Cognitive Domain.New York: David McKay
Company.
Djemari Mardapi.(2003). Kurikulum 2004 dan optimalisasi sistem evaluasi
pendidikan di sekolah. Makalah disajikan dalam Lokakarya Sistem Jaminan
Mutu Proses Pembelajaran, 19 Juni 2003. Universitas Gajah Mada
Yogjakarta.
Kemendikbud.(2013). Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Kemendikbud
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007. (2007). Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014.(2014). Penilaian Hasil Belajar oleh
Pedidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
Kemendikbud.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. (2013). Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.Jakarta: Kemendikbud.
Robbins, Stephen P & Judge, Timonthy A.(2009). Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Sarbaini.(2008). Mutu Sekolah Di Kabupaten Tanah Laut; Telaah Indikator Kinerja
dan Reviewnya. Makalah. Seminar Pendidikan di Kabupaten Tanah Laut.
Kamis, 31 Juli 2008 di Pendopo Kabupaten Tanah Laut.
61
Download