pengaruh pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas

advertisement
PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, PENGELUARAN PER
KAPITA, LIKUIDITAS, STRUKTUR HUTANG, PAJAK, REAL ESTATE
DAN LUAS WILAYAH TERHADAP DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
PERIODE 2010 – 2013
Oleh :
DARMA SYAPUTRA
NIM. 110462201091
Fakultas Ekonomi, UMRAH
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan per Kapita,
Pengeluaran per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas
Wilayah terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia
periode 2010 – 2013. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas, struktur hutang, pajak,
real estate dan luas wilayah. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah
dana perimbangan.
Data penelitian ini diperoleh dari situs resmi Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan yaitu www.djpk.depkeu.go.id dan Kementerian Dalam
Negeri yaitu www.kemendagri.go.id. Model analisis yang digunakan untuk
meguji hipotesis adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa secara parsial Pendapatan per
Kapita, Struktur Hutang, Real Estate dan Luas Wilayah berpengaruh signifikan
terhadap Dana Perimbangan, sedangkan Pengeluaran per Kapita, Likuiditas dan
Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan. Namun secara
simultan Pendapatan per Kapita, Pengeluaran per Kapita, Likuditas, Struktur
Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap
Dana Perimbangan. Nilai Adjusted R Square menunjukkan bahawa secara
bersama-sama Pendapatan per Kapita, Pengeluaran per Kapita, Likuiditas,
Struktur Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah memberikan sumbangan
terhadap Dana Perimbangan sebesar 51% sedangkan sisanya 49% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Dana Perimbangan, Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran per
Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate, Luas Wilayah
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
BAB I. PENDAHULUAN
Salah satu agenda reformasi yang dicita-citakan untuk dicapai adalah
pemberian otonomi daerah yang seluas-luasnya. Untuk merealisasikan agenda
tersebut pada tahun 1999 terbentuklah dua undang-undang yang dikenal dengan
undang-undang Otonomi Daerah, yaitu UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kedua undang-undang ini selanjutnya disempurnakan dengan UU No.32
tahun 2004 dan UU No.33 tahun 2004. Otonomi daerah dimaksudkan sebagai
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Penyerahan wewenang ini lazim disebut dengan desentralisasi. Pemberian
otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat. Di samping itu juga diarahkan untuk meningkatkan daya
saing daerah berdasarkan potensi yang dimiliki.
Penyelenggaran desentralisasi ini tentu saja memerlukan sumber pendanaan
yang besar. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Sesuai pasal 5 UU No. 33
Tahun 2004, sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendapatan Yang Sah. Penyerahan urusan dan pemberian sumber pendanaan
dalam bentuk kebijakan perimbangan keuangan pada daerah otonom, pada
hakekatnya ditujukan untuk memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah
dalam menyikapi aspirasi masyarakat dan prioritas daerah guna mempercepat
upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat di
daerah, serta secara lebih luas diharapkan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi daerah.
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan
utama, yaitu : (a) memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk
melaksanakan urusan yang diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya; (b)
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
dan antar pemerintah daerah, (c) meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan pelayanan publik antar
daerah; serta (d) meningkatkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas pengelolaan
sumber daya daerah, khususnya sumber daya keuangan (sumber : Dirjen
Perimbangan Kementerian Keuangan). Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Dana
perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan
selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya,
juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan
antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
pemerintahan antar daerah. Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2007-2011),
jumlah dana perimbangan yang dialokasikan bagi daerah terus mengalami
peningkatan, dimana jumlahnya mencapai rata-rata Rp 272 triliun (Dirjen
Perimbangan Kementerian Keuangan RI). Meskipun demikian, pemerintah
mengakui kebijakan transfer ke daerah dalam mengurangi ketimpangan vertikal
antara pusat dan daerah melalui DBH dan meminimalkan kesenjangan fiskal antar
daerah melalui DAU dan DAK, masih menghadapi tantangan yang cukup berat
dengan adanya alokasi dana penyesuaian tertentu yang belum sepenuhnya
berdasarkan formula dan kriteria. Pemerintah tentunya terus berupaya untuk
melakukan reformulasi kebijakan dana perimbangan setiap tahun sehingga
diharapkan dapat mendukung kebutuhan pendanaan pembangunan, terutama bagi
daerah-daerah marjinal.
Menurut Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Kementerian Keuangan
melalui laman www.djpk.depkeu.go.id dalam kurun waktu lima tahun terakhir
(2009-2011), proporsi dana perimbangan terhadap total pendapatan daerah secara
nasional mencapai rata-rata 73%. Dari angka tersebut jelaslah bahwa daerah
masih tergantung pada dana perimbangan tersebut guna menjalankan berbagai
program dan kegiatan pembangunannya. Oleh karena merupakan komponen
terbesar dalam alokasi transfer ke daerah, dana perimbangan memiliki peranan
yang sangat penting bagi keuangan daerah, terutama dalam mendukung
pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah. Pemerintah pun terus
melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap mekanisme penyaluran
transfer ke daerah.
Secara umum, alokasi dana perimbangan masih merupakan sumber
pendapatan daerah yang dominan dan merupakan komponen yang mewarnai
kapasitas fiskal daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sehingga
kajian terhadap efektifitas dan optimalisasi penggunaan dana perimbangan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan keuangan
daerah, khususnya efektifitas belanja daerah. Dalam kerangka kebijakan otonomi
daerah, maka terkait dengan efektifitas belanja daerah dapat menjadi salah satu
tolak ukur utama terhadap keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri,
terutama sejauh mana kebijakan desentralisasi yang dikelola oleh pemerintah
daerah mampu mendorong tercapai tujuan nasional dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan umum di daerah.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dan lanjutan dari penelitian
sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan Steven dan McGowan (1983) terkait indikator
keuangan dan tren keuangan pemerintah daerah di Amerika Serikat dengan
menggunakan 3 buah variabel yang terdiri dari revenue dan expenditures, tax
factor dan Real Estate, dan variabel composite yang terbagi menjadi debt to
revenue ratio, grant to revenue ratio serta grand to expenditure ratio. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tren keuangan pemerintah daerah dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dan sumber pendapatan bagi
pemerintah daerah. Jika permintaan pelayanan masyarakat meningkat tanpa
dibarengi dengan peningkatan keuangan pemerintah daerah, maka akan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
menurunkan kualitas jasa yang diberikan dan hal ini membutuhkan indikator
keuangan pemerintah daerah yang efektif.
Penelitian yang dilakukan Sanford Groves, Godsey dan Shulman (2001),
yang berjudul Financial Indicator for Local Goverment. Penelitian ini terdiri dari
dua variabel yaitu faktor lingkungan dan faktor organisasional dengan
menggunakan 11 indikator keuangan : cash ratio, quick ratio, current ratio,
operating ratio, surplus (deficit) per capita, net asset ratio, long-term liability ratio,
long-term liability per capita, tax per capita, revenue per capita, and expenses per
capita. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa faktor
lingkungan pemerintah daerah dan faktor organisasional pemerintah daerah
berpengaruh terhadap kondisi keuangan pemerintah daerah yang dapat
dikendalikan melalui financial trend monitoring system.
Penelitian yang dilakukan Gatot Malady (2013), yang berjudul Pengaruh
Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang,
Pajak, Dan Real Estate Terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Daerah Di
Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengeluaran per
kapita, Real Estate, dan pajak berpengaruh positif terhadap jumlah dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia. Sementara itu untuk variabel
pendapatan per kapita, likuiditas, dan struktur hutang tidak berpengaruh terhadap
dana perimbangan pemerintah daerah. Variabel pengeluaran per kapita, Real
Estate, dan pajak mempunyai tanda koefisien positif sehingga peningkatan jumlah
pengeluaran per kapita, Real Estate, dan pajak menyebabkan peningkatan jumlah
dana perimbangan pemerintah.
Perbedaan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah menambah variabel
non keuangan yaitu luas wilayah dan sampel penelitian pada pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan. Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita,
Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah Terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Periode 20102013”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah Pendapatan Per Kapita berpengaruh terhadap Dana Perimbangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
2. Apakah Pengeluaran Per Kapita berpengaruh terhadap Dana Perimbangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
3. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
4. Apakah Struktur Hutang berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
5. Apakah Pajak berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia?
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
6. Apakah Real Estate berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
7. Apakah Luas Wilayah berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia?
BAB II. KAJIAN
HIPOTESIS
PUSTAKA,
KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
KAJIAN PUSTAKA
DANA PERIMBANGAN
Menurut Widjaja (1998), Dana perimbangan adalah suatu sistem
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang
mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, kondisi dan kebutuhan
daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara
penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengelolaan dan pengawasan
keuangan. Sedangkan menurut Bratakusumah (2003), Dana Perimbangan
merupakan dana yang sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN yang
mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama untuk peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2002), Perimbangan keuangan antara pemerintah
Pusat dan Daerah pada hakekatnya mencakup pembagian keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Hal ini
sebagai konsekuensi dari adanya pembagian tugas antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Dengan demikian, perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah adalah merupakan suatu sistem yang menyuruh dalam rangka
penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, maupun tugas pembantuan.
Dari pengertian perimbangan keuangan tersebut mengandung cakupan
pengertian yang cukup luas, yaitu (1) bahwa pelaksanaan otonomi daerah ingin
diwujudkan dalam suatu bentuk keadilan horizontal maupun vertikal dan (2)
berusaha mewujudkan tatanan penyelenggaraan pemerintahan (dari sisi keuangan)
yang lebih baik menuju terwujudnya pemerintahan (dari sisi keuangan) yang lebih
baik menuju terwujudnya Clean Government dan Good Governance (sumber :
Dirjen Perimbangan Kementerian Keuangan).
Dana perimbangan ini merupakan salah satu sumber dana pembiayaan
pemerintah daerah yang berasal dari alokasi pemerintah. Dalam mengalokasikan
pembiayaan ini, agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah,
pemerintah pusat harus memperhatikan kondisi keuangan masing-masing daerah,
sehingga alokasi pembiayaan ini sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah
(Sidik dalam Musthafa : 2005).
PENDAPATAN PERKAPITA
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Menurut Suyono (2010), Pendapatan/Revenue merupakan pendapatan
pemerintah daerah yang digunakan sebagai sumber salah satu pembiayaan
pembangunan di daerah. Sedangkan Pendapatan per kapita adalah besarnya
pendapatan rata-rata penduduk disuatu daerah/negara (Gatot, 2013). Pendapatan
per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan asli daerah dengan jumlah
penduduk daerah tersebut (Sanford et al, 2001). Pendapatan Asli Daerah
merupakan pendapatan yang benar-benar berasal dari kemampuan pemerintah
daerah sehingga memberi gambaran tentang kekuatan dan kemampuan
pemerintah daerah dalam penyediaan dana bagi pembangunan di daerah
bersangkutan.
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan suatu daerah (Sanford et al, 2001). Namun tidak selamanya
demikian, tingginya pendapatan per kapita suatu daerah belum tentu menjadi
jaminan kemakmuran penduduk di daerah tersebut. Sebab, bisa saja tingginya
pendapatan per kapita itu dihasilkan oleh tingginya pendapatan dari sebagian kecil
penduduk suatu daerah. Selain itu Revenue mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan pemerintah untuk menghasilkan kinerja keuangan (Steven dan
McGowen, 1983). Jumlah revenue yang besar memungkinkan pemerintah untuk
melakukan program kerja pemerintah daerah secara lebih leluasa sehingga mampu
memberikan pelayanan yang bermutu bagi publik. Suyono (2010) memperoleh
bukti empiris bahwa revenue pemerintah daerah di Indonesia berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Suatu pemerintah daerah yang
mampu mencapai jumlah pendapatan daerah yang tinggi tertentunya akan
mempunyai jumlah kas tersedia yang cukup untuk melakukan pembiayaan
kegiatan program kerja yang telah dianggarkan oleh pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Jadi masalahnya terletak pada distribusi pendapatan daerah itu sendiri. Bila
sebagian besar masyarakat suatu daerah memperoleh pendapatan yang cukup
tinggi, maka pendapatan per kapita bisa dijadikan sebagai tolak ukur kemakmuran
rakyat suatu daerah. (Sanford et al., 2001).
Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula yang
digunakan oleh Sanford et al. (2001) (dalam Gatot 2010) seperti berikut ini :
�
�
� �� =
�
PENGELUARAN PERKAPITA
Menurut Suyono (2010), Pengeluaran/Expenditure merupakan jumlah
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu.
Sedangkan Pengeluaran per kapita merupakan jumlah yang dikeluarkan secara
tunai oleh pemerintah daerah baik secara rutin yang kemudian dinamakan sebagai
belanja rutin maupun belanja modal (Gatot, 2013).
Adapun pengertian pengeluaran atau Expenditure adalah belanja
pemerintah daerah dipengaruhi oleh populasi penduduk disuatu pemerintah
daerah. Selain itu, jumlah penduduk yang tinggi dan menjadi beban yang tinggi
bagi pemerintah daerah dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Halim dan Damayanti (2008, 5) dalam Suyono (2010) menyatakan bahwa
jumlah belanja modal yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
lebih banyak melakukan pengeluaran daerah akan dirasakan pada beberapa tahun
setelah terjadi belanja modal tersebut. Pengaruh Expenditure ini telah dibuktikan
oleh Steven dan McGowen (1983) terhadap kinerja keuangan pemerintah. Jadi,
Pengeluaran per kapita merupakan proporsi antara jumlah total pengeluaran
pemerintah daerah dengan jumlah penduduk di suatu pemerintah daerah tersebut.
(Sanford et al., 2001).
Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula yang
digunakan oleh Sanford et al. (2001) (dalam Gatot 2010) seperti berikut ini.
�
� �� =
�
LIKUIDITAS
Menurut Gatot (2013), Likuiditas merupakan posisi operasional pemerintah
daerah yang dalam penelitian ini digambarkan dengan likuiditas pemerintah
daerah dalam mendanai operasional jangka pendeknya. Likuiditas merupakan
perbandingan antara jumlah total dari kas dan investasi sementara dalam suratsurat berhaga yang dimiliki pemerintah dengan jumlah total hutang lancarnya.
(Sanford et al., 2001).
Likuiditas pemerintah daerah, menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban jangka pendek tepat waktu. Menurut Agus (2001), likuiditas
perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang
mudah diubah menjadi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
Menurut Agus (2001), pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua
dimensi, yaitu :
a) Waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas.
b) Kepastian harga yang akan terjadi. Semakin cepat suatu pemerintah daerah
dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan pemerintah
daerah dalam keadaan likuid.
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu pemerintah daerah untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir,
2001). Untuk menentukan angka rasio ini, formula yang digunakan oleh Sanford
et al. (2001) (dalam Gatot 2010) adalah seperti berikut ini.
=
�
STRUKTUR HUTANG
Menurut Gatot (2010), Struktur Hutang merupakan perbandingan atau
struktur antara jumlah kewajiban pemerintah daerah dengan total ekuitas dana
yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Struktur Hutang ini menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban dengan jumlah
ekuitas dana yang dimiliki (Sanford et al., 2001).
Menurut Sartono (2001), leverage adalah menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih. Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula yang
digunakan oleh Sanford et al. (2001) (dalam Gatot 2010) seperti berikut ini.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
=
�
PAJAK
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009, pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat dua istilah yang kadang
disamakan walaupun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, yaitu subjek
pajak dan wajib pajak. Dalam beberapa jenis pajak, seperti Pajak Kendaraan
Bermotor, subjek pajak identik dengan wajib pajak, yaitu setiap orang atau badan
yang memenuhi ketentuan sebagai subjek pajak diwajibkan untuk membayar
pajak sehingga secara otomatis menjadi wajib pajak. Sementara itu, pada beberapa
jenis pajak daerah yang lain, seperti Pajak Hotel, pihak yang menjadi subjek pajak
(yaitu yang melakukan pembayaran pajak) tidak sama dengan wajib pajak, yaitu
pengusaha hotel yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen
(subjek pajak). Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan pajak daerah. Dengan demikian, siapa saja, baik orang pribadi atau
badan, yang memenuhi syarat objektif yang ditentukan dalam suatu peraturan
daerah tentang pajak daerah, akan menjadi subjek pajak. Sementara itu, wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang
terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Oleh sebab itu,
seseorang atau badan menjadi wajib pajak apabila telah ditentukan oleh peraturan
daerah untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang diberi
kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak. Hal ini menunjukkan
bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak maupun pihak lain yang bukan merupakan subjek pajak, yang
berwenang untuk memungut pajak dari subjek pajak (Siahaan, 2013). Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, pajak daerah dibagi menjadi dua bagian, yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota.
Pajak daerah yang tinggi yang diperoleh suatu pemerintah daerah dapat
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan
sebagai sumber pembiayaan bagi operasional pemerintah daerah dalam rangka
menghasilkan pelayanan jasa pada masyarakat. Selain itu dengan pendapatan
pajak daerah yang tinggi akan dapat menjadikan pembiayaan kegiatan operasional
pemerintah daerah lebih terjamin hingga mampu menghasilkan tingkat kinerja
keuangan yang tinggi bagi pemerintah daerah bersangkutan. Sebaliknya, jika
pajak yang diterima pemerintah daerah kecil, maka akan dapat menyebabkan
pemerintah daerah mengalami kekurangan sumber pendapatan hingga
menyebabkan pencapaian kinerja keuangan yang kurang optimal. (Steven dan
McGowan, 1983).
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
REAL ESTATE
Menurut Thomsett and Thomsett (1994:253), Real Estate adalah tanah dan
semua peningkatan permanen di atasnya, termasuk bangunan-bangunan.
Sedangkan menurut Tosh (1992:388), Real Estate adalah tanah dan seluruh
pengembangan diatasnya maupun pada tanah tersebut. Dimana pengembangan
diatasnya dapat berupa pembangunan jalan, tanah terbuka (misalnya pembukaan
hutan) dan selokan, dengan demikian Real Estate dapat diartikan sebagai tanah
dan semua pengembangan lainnya yang melekat terhadap tanah tersebut, baik
yang ada di atas maupun di tanah tersebut.
Real Estate dapat berbentuk fisik tanah seperti struktur dan pengembangan
lainnya yang melekat secara permanen (Wurtzebach,1994:7). Jadi pada prinsipnya
definisi Real Estate adalah kepemilikan atau hak untuk memiliki sebidang tanah
dan memanfaatkan apa saja yang ada didalamnya. Kata kuncinya di sini adalah
kepemilikan atau rasa memiliki. Kepemilikan atau rasa memiliki merupakan salah
satu sifat dasar manusia. Sifat manusia yang tidak pernah puas merupakan salah
satu wujud dari rasa memiliki. Sifat ini dapat dilihat bahkan dalam kehidupan
sehari-hari.
“Real Estate” berasal dari Bahasa Inggris, yang asal katanya berasal dari
bahasa Spanyol. Real berarti royal atau kerajaan. Real Estate disebut sebagai
suatu kawasan tanah yang dikuasai oleh raja, bangsawan dan land lord (tuan tanah
pada jaman feodal diabad pertengahan), atau singkatnya properti milik kerajaan.
Sedangkan “Properti” berasal dari kata aslinya dalam bahasa Inggris, yang arti
sebenarnya adalah hak dan kepemilikan atas suatu tanah dan bangunan diatasnya.
Menurut Gatot (2013), Real Estate adalah aktiva yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang terdiri dari tanah, jalan dan bangunan yang digunakan
oleh pemerintah daerah dalam menghasilkan jasa pelayanan bagi masyarakat di
daerah bersangkutan. Jika pemerintah daerah mampu melakukan pengelolaan
yang baik atas Real Estate yang dimiliki, maka pemerintah daerah akan dapat
menghasilkan jasa pelayanan kepada publik dengan baik dan kinerja keuangan
yang baik pula.
Selain itu, jumlah Real Estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik dapat
meningkatkan pendapatan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah sehingga
menciptakan kinerja keuangan yang baik bagi pemerintah daerah. Pelayanan yang
dihasilkan oleh pemerintah daerah membutuhkan infrastruktur dalam proses
penciptaanya dan hal ini dapat dilakukan jika pemerintah daerah mempunyai
dukungan yang kuat dengan adanya jumlah Real Estate yang cukup oleh
pemerintah daerah bersangkutan. Selain itu, dengan adanya jumlah Real Estate
yang cukup tinggi yang dimiliki oleh pemerintah daerah dapat berakibat pada
pendapatan yang dihasilkan yang tinggi pula, sehingga dapat dinyatakan bahwa
pemerintah daerah akan menciptakan kinerja keuangan yang baik atau tinggi
dengan kepemilikan Real Estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik.
(Worthington dan Dollery, 1999).
LUAS WILAYAH
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Pasal 1 disebutkan definisi wilayah dalam tata ruang, yaitu Wilayah adalah ruang
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Adapun beberapa pengertian yang hampir sama tentang wilayah yaitu
kawasan, dan daerah adalah sebagai berikut :
- Kawasan, adanya penekanan fungsional suatu unit wilayah, yakni adanya
karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-komponen di dalam
suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek fungsional.
- Daerah, umum dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek
administratif. Dalam UU No. 32 tahun 2004, daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Penjelasan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan
bahwa, ada beberapa variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan
layanan publik di setiap daerah. Dua di antaranya adalah luas wilayah dan jumlah
penduduk. Daerah dengan luas wilayah besar tentu membutuhkan jumlah fasilitas
yang lebih banyak sebagai perwujudan pelayanan kepada masyarakat
dibandingkan daerah yang memiliki luas wilayah lebih kecil (Kusnandar dan
Siswantoro, 2011).
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara peneliti yang
mengacu pada permasalahan verifikatif yang pada rumusan masalah dan diuji
melalui prosedur pengujian hipotesis yang sistematis, maka dapat disimpulkan
hipotesis berupa:
H1 : Pendapatan Per Kapita berpengaruh signifikan terhadap Dana
Perimbangan.
H2: Pengeluaran Per Kapita berpengaruh signifikan terhadap Dana
Perimbangan.
H3 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
H4 : Struktur Hutang berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
H5 : Pajak berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
H6 : Real Estate berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
H7 : Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
H8 : Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur
Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah berpengaruh Signifikan
terhadap Dana Perimbangan
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010 : 115) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik
kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi
penelitian ini adalah seluruh pemerintah kabupaten/kota dari tahun 2010 – 2013.
Populasi penelitian berjumlah 518 pemerintah kabupaten/kota.
Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010 : 116) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel pemerintah daerah
yang akan dilakukan penelitian berjumlah 109 pemerintah daerah. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling atau dikenal juga
sebagai teknik pengambilan sampel purposive dengan cara memilih sampel
berdasarkan informasi yang tersedia atau berdasarkan suatu kriteria dengan
pertimbangan judgement sampling (Sarwono dan Ely, 2010 : 50). Kriteria dalam
penelitian ini adalah :
a. Pemerintah kabupaten/kota seluruh Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan pemerintah pada Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 yang
dipublikasikan dalam laman Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
yaitu www.djpk.depkeu.go.id.
b. Laporan keuangan pemerintah daerah yang mencantumkan seluruh data
dan informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran variabel dan analisis
data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Berdasarkan kriteria di atas, jumlah pemerintah daerah kabupaten/kota
yang akan diteliti sesuai dengan karakteristik selama tahun 2010-2013 adalah
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
No
Keterangan
Jumlah
518
1. PemerintahKabupaten/Kota yang menerbitkan LKPD periode
2010-2013
2. PemerintahKabupaten/Kota yang tidak terpilih menjadi sampel
a. LKPD yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap
409
3. Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi Sampel
109
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data sekunder peneliti
menggunakan studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data sekunder berupa
catatan-catatan, laporan keuangan serta informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Tahun 2015 melalui laman website www.djpk.depkeu.go.id dan
Kementerian Dalam Negeri melalui laman website www.kemendagri.go.id dengan
cara mengunduhnya. Setelah data diperoleh, kemudian dicatat dalam sebuah
sebuah kertas kerja kemudian diketik dengan menggunakan program MS. Excel.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan bantuan
program komputer yaitu program SPSS versi 20. Dalam penelitian ini, tingkat
kesalahan ditetapkan sebesar 5%. Adapun metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain pengujian asumsi klasik selanjutnnya dengan
analisis regresi dan pengujian hipotesis.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis
regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini
terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Adapun masing-masing
pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006 : 110) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu regresi linier variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data
dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dengan ketentuan bahwa data
normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola
distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti
data tidak terdistribusi secara normal. Grafik Normality Probability Plot juga
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
digunakan untuk mendeteksi normalitas dengan ketentuan jika data menyebar
disekitas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Dana jika data menyebar jauh dari diagonal
dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas. Uji statistik juga digunakan untuk mendeteksi normalitas
dalam penelitian ini yaitu uji Kolmogorov Smirnov. Dalam uji ini pedoman yang
digunakan dalam pengambilan keputusan jika nilai signifikan > 0.05 maka
distribusi normal dan jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi tidak normal.
Uji Multikoloniearitas
Menurut Ghozali (2006 : 91) Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel
independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol.
Ghozali (2006 : 91) mengemukakan bahaa pengujian multikolinieritas
dapat dilakukan dengan melihat Varians Inflation Factor (VIF) dan nilai
tolerance. Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2006 : 105), uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dari tingkat signifikansi
dapat digunakan Uji Glejser. Jika tingkat signifikansi berada di atas 5% (0,05)
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas tetapi jika berada di bawah 5% (0,05)
berarti terjadi gejala heteroskedastisitas. Grafik Scatterplot juga dapat digunakan
untuk menentukan heteroskedastisitas. Jika titik-titik yang terbentuk menyebar
secara acak baik di atas atau di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model yang digunakan.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006 : 95) Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode (t-1) dalam model regresi. Jika terdapat
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Problem autokorelasi
mungkin sering terjadi pada time series data (data runtut waktu), sedangkan pada
cross section data (silang waktu), masalah autokorelasi jarang terjadi. Model
regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Menurut Hasan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
(2008 : 290), untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin
Watson (D-W) dengan pedoman sebagai berikut :
Tabel Autokorelasi
Nilai DW
Jenis Autokorelasi
< 1,10
Ada Autokorelasi
1,10 – 1,54 Tidak Ada Kesimpulan
1,55 – 2,46 Tidak Ada Autokorelasi
2,46 – 2,90 Tidak Ada Kesimpulan
> 2,91
Ada Autokorelasi
Sumber : Hasan (2008 : 290)
Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini
digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan
arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun
rumus dari regresi linier berganda (multiple linier regresion) adalah sebagai
berikut :
= � +�
+�
+�
+�
+�
+�
+�
+ɛ
Dimana :
= Dana Perimbangan
- Y
= Konstanta
- β0
- β1-β7 = Koefisien Regresi
= Pendapatan Per Kapita
- X1
= Pengeluaran Per Kapita
- X2
= Likuiditas
- X3
= Struktur Hutang
- X4
= Pajak
- X5
= Real Estate
- X6
= Luas Wilayah
- X7
= Standard eror
- ɛ
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi melalui uji
statistik t dan uji statistik f. Analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap dependen secara parsial atau simultan
serta untuk mengetahui persentase dominasi variabel independen terhadap
variabel dependen.
Uji Parsial (Uji t)
Menurut (Priyatno, 2009:149), Uji t (regresi parsial) bertujuan untuk
mengetahui hubungan yang signifikan dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 (α5%) dan degree of freedom (df) = n-k-1. Berikut kriteria
penolakan dan penerimaan hipotesis :
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
1. Jika nilai �ℎ� �� <� �� dan nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis
alternatif ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu
variabel independen terhadap variabel independen.
2. Jika nilai �ℎ� �� >� �� dan nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis alternatif
diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengembalian keputusan dalam pengujian ini
adalah jika
probabilitas < 0,05, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Pendapatan Per
Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate
dan Luas Wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan. Dan
sebaliknya jika probabilitas > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang,
Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap Dana
Perimbangan.
Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan nilai signifikansi F
(Priyatno, 2009:146). Pengujian ini dilakukan menggunakan tingkat signifikansi
0,05 (α5%) dan degree of freedom df1=k-1 dan df2=n-k. Berikut kriteria
penolakan dan penerimaan hipotesis :
1. Jika nilai �ℎ� �� <� �� dan nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis
alternatif ditolak, artinya, secara simultan semua variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai �ℎ� �� >� �� dan nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis
alternatif diterima, artinya secara simultan semua variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Uji Adjusted R Square
Menurut (Priyatno, 2009), Uji R Square atau kuadrat R menunjukkan
koefisien determinasi. Uji R Square digunakan untuk sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai
1, jika nilainya mendekati 1 maka hubungannya semakin lemah. Angka ini akan
di ubah ke angka persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
BAB IV. HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji determinasi besarnya adjusted R2 berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan SPSS 20 diperoleh sebesar 0,510. Dengan demikian
besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Pendapatan Per Kapita,
Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas
Wilayah terhadap Dana Perimbangan adalah sebesar 51%. Sedangkan sisanya
sebesar 49% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
Pendapatan Per Kapita berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2010-2013 . Ini berdasarkan nilai
thitung sebesar -5,862 sedangkan ttabel sebesar -1,98397 Sehingga -thitung < -ttabel
dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari pada taraf signifikansi 0,05
maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif pendapatan
per kapita terhadap dana perimbangan, tidak terbukti karena β1 negatif dan
signifikan. Hasil Ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita secara negatif
mempengaruhi pemberian transfer dana perimbangan, artinya antara pendapatan
per kapita dengan dana perimbangan terdapat hubungan yang saling mengganti
(efek substitusi) yaitu pendapatan yang besar membuat dana perimbangan
menurun sementara pendapatan per kapita yang rendah membuat dana
perimbangan tinggi. Hasil ini berlawanan dengan Gatot Malady (2013) yang
menyatakan bahwa pendapatan per kapita tidak berpengaruh terhadap dana
perimbangan. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah
sampel, objek dan periode penelitian.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Pengeluaran Per Kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung
sebesar 0,884 sedangkan ttabel sebesar 1,98397 Sehingga thitung < ttabel dengan
tingkat signifikansi 0,377, lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka
hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif pengeluaran per
kapita terhadap dana perimbangan, tidak terbukti karena β2 positif dan tidak
signifikan. Hasil Ini menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap dana perimbangan. Hasil ini berlawanan
dengan Gatot Malady (2013) yang menyatakan bahwa pengeluaran per kapita
untuk mempengaruhi dana perimbangan akan bertambah seiring dengan
peningkatan proporsi mereka.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan
Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar 0,118 sedangkan ttabel sebesar -1,98397 Sehingga -thitung > -ttabel dengan tingkat
signifikansi 0,907, lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Hipotesis 3
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif likuiditas terhadap dana
perimbangan, tidak terbukti karena β3 negatif dan tidak signifikan. Tanda negatif
menunjukkan bahwa hubungan yang berlawanan antara likuiditas dan dana
perimbangan, tetapi karena tidak signifikan maka likuiditas tidak berpengaruh
terhadap dana perimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi likuiditas
tidak membuat dana perimbangan tinggi, karena pemerintah pusat tidak
memperhatikan likuiditas dalam kebijakan transfer dana perimbangan. Hasil
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Gatot Malady (2013) pada pemerintah
daerah kabupaten/kota di Indonesia.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Struktur Hutang berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan
Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar 2,245 sedangkan ttabel sebesar -1,98397 Sehingga -thitung < -ttabel dengan tingkat
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
signifikansi 0,025 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05 maka Hipotesis 4
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif struktur hutang terhadap dana
perimbangan, tidak terbukti karena β4 negatif dan signifikan. Hasil Ini
menunjukkan bahwa struktur hutang secara negatif mempengaruhi pemberian
transfer dana perimbangan, artinya antara struktur hutang dengan dana
perimbangan terdapat hubungan yang saling mengganti (efek substitusi) yaitu
pendapatan yang besar membuat dana perimbangan menurun sementara struktur
hutang yang rendah membuat dana perimbangan tinggi. Hasil ini berlawanan
dengan Gatot Malady (2013) yang menyatakan bahwa struktur hutang tidak
berpengaruh terhadap dana perimbangan.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Pajak tidak berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar 0,185 sedangkan
ttabel sebesar 1,98397 Sehingga thitung < ttabel dengan tingkat signifikansi 0,854 lebih
besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif pajak terhadap dana perimbangan, tidak terbukti karena
β5 positif dan tidak signifikan. Hasil Ini menunjukkan bahwa pajak tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap dana perimbangan. Hasil ini berlawanan
dengan Gatot Malady (2013) yang menyatakan bahwa pajak untuk mempengaruhi
dana perimbangan akan bertambah seiring dengan peningkatan proporsi mereka.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Real Estate berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar -2,831
sedangkan ttabel sebesar -1,98397 Sehingga -thitung < -ttabel dengan tingkat
signifikansi 0,005 lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Hipotesis 6
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif Real Estate terhadap dana
perimbangan, tidak terbukti karena β6 negatif dan signifikan. Hasil Ini
menunjukkan bahwa Real Estate secara negatif mempengaruhi pemberian transfer
dana perimbangan, artinya antara Real Estate dengan dana perimbangan terdapat
hubungan yang saling mengganti (efek substitusi) yaitu pendapatan yang besar
membuat dana perimbangan menurun sementara Real Estate yang rendah
membuat dana perimbangan tinggi. Hasil ini berlawanan dengan Gatot Malady
(2013) yang menyatakan bahwa Real Estate tidak berpengaruh terhadap dana
perimbangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gatot Malady
(2013) yang menyatakan bahwa Real Estate berpengaruh signifikan terhadap
Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi di Indonesia.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, secara parsial
variabel Luas Wilayah berpengaruh terhadap Dana Perimbangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar 7,619 sedangkan
ttabel sebesar 1,98397 Sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih
besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Hipotesis 7 yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif luas wilayah terhadap dana perimbangan terbukti
karena β6 positif dan signifikan. Hasil Ini menunjukkan bahwa luas wilayah
berpengaruh dana perimbangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Kusnandar dan Siswantoro (2012) yang menyatakan bahwa Daerah
dengan luas wilayah besar tentu membutuhkan jumlah fasilitas yang lebih banyak
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
sebagai perwujudan pelayanan kepada masyarakat dibandingkan daerah yang
memiliki luas wilayah lebih kecil.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F, variable
Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang,
Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota
di Indonesia. Ini berdasarkan nilai fhitung sebesar 65,644 dan ftabel sebesar 2,10
Sehingga fhitung > ftabel dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih besar daripada taraf
signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, ini
menunjukan bahwa secara simultan variabel Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran
Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah
berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara parsial variabel Pendapatan Per Kapita berpengaruh signifikan
terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini
berdasarkan nilai thitung sebesar -5,862 sedangkan ttabel sebesar -1,98397
Sehingga -thitung < -ttabel dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari
pada taraf signifikansi 0,05.
2. Secara parsial variabel Pengeluaran Per Kapita tidak berpengaruh
signifikan terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Indonesia. Ini berdasarkan nilai thitung sebesar 0,884 sedangkan ttabel sebesar
1,98397 Sehingga thitung < ttabel dengan tingkat signifikansi 0,377 lebih
besar dari pada taraf signifikansi 0,05.
3. Secara parsial variabel Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini
berdasarkan nilai thitung sebesar -0,118 sedangkan ttabel sebesar -1,98397
Sehingga -thitung > -ttabel dengan tingkat signifikansi 0,907 lebih besar dari
pada taraf signifikansi 0,05.
4. Secara parsial variabel Struktur Hutang berpengaruh signifikan terhadap
Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini
berdasarkan nilai thitung sebesar -2,245 sedangkan ttabel sebesar -1,98397
Sehingga -thitung < -ttabel dengan tingkat signifikansi 0,025 lebih kecil dari
pada taraf signifikansi 0,05.
5. Secara parsial variabel Pajak tidak berpengaruh terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan
nilai thitung sebesar 0,185 sedangkan ttabel sebesar 1,98397 Sehingga thitung <
ttabel dengan tingkat signifikansi 0,854 lebih besar dari pada taraf
signifikansi 0,05.
6. Secara parsial variabel Real Estate berpengaruh terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
nilai thitung sebesar -2,831 sedangkan ttabel sebesar -1,98397 Sehingga -thitung
< -ttabel dengan tingkat signifikansi 0,005 lebih kecil dari pada taraf
signifikansi 0,05.
7. Secara parsial variabel Luas Wilayah berpengaruh terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan
nilai thitung sebesar 7,619 sedangkan sedangkan ttabel sebesar 1,98397
Sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari
pada taraf signifikansi 0,05.
8. Secara simultan (bersama-sama) variabel Pendapatan Per Kapita,
Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Hutang, Pajak, Real Estate
dan Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap Dana Perimbangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Ini berdasarkan nilai fhitung
sebesar 65,644 dan ftabel sebesar 2,10 Sehingga fhitung > ftabel dengan tingkat
signifikansi 0,000 lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan
dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasanketerbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sampel dalam penelitian ini terbatas hanya pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia dengan kriteria tertentu sehingga hanya
diperoleh 109 pemerintah daerah sebagai sampel penelitian.
2. Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel penelitian yaitu
Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur
Hutang, Pajak, Real Estate dan Luas Wilayah sebagai variabel independen,
dan Dana Perimbangan sebagai variabel dependen. Namun sebenarnya
masih banyak variabel Iain yang dapat mempengaruhi Dana Perimbangan
selain variabel-variabel tersebut.
3. Tahun penelitian hanya terbatas pada 4 (empat) tahun saja, yaitu periode
2010-2013.
Saran
Dengan segala keterbatasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
peneliti memberikan saran untuk Pemerintah Daerah dan penelitian selanjutnya :
1. Bagi Pemerintah Daerah, harus mengoptimalisasikan pendapatan daerah
melalui penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengelolaan Real
Estate yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan meningkatkan
kemandirian suatu daerah sehingga kinerja keuangan yang baik.
2. Bagi Legislator, harus memperhatikan rasio keuangan pemerintah daerah
dalam suatu periode tertentu dalam penyusunan dan pelaksanaan serta
evaluasi anggaran terutama penentuan pengajuan dana perimbangan
pemerintah daerah
3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan variabel
penelitian lain yang lebih luas cakupannya agar hasilnya lebih akurat dan
dapat di pahami bahwa masih banyak faktor lain yang dapat dipergunakan
sebagai indikator yang mampu mempengaruhi Dana Perimbangan suatu
pemerintah daerah. Selain itu disarankan agar memperpanjang periode
penelitian.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Hartono. 1997. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM.
Bratakusumah, Deddy Supriady, Dadang Solihin. 2003. Otonomi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Efferin, S., Darmadji, S. H., & Tan, Y. 2008. Metode Penelitian Akuntansi:
Mengungkapkan Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multi Variate dengan Program SPSS
Edisi ke 3. Semarang : Universitas Diponegoro.
Groves, Sanford M., W. Maureen Godsey, and Martha A. Shulman. 2001.
Financial Indicators for Local Government. Public Budgeting & Finance
(June): 5–19.
Hasan, Iqbal. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik 2, Statistik Infrensif, Edisi 2.
Jakarta : Bumi Aksara.
Kusnandar, dan Siswantoro, Dodik. 2011. Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas
Wilayah Terhadap Belanja Modal. Jurnal Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Malady, Gatot. 2013. Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita,
Likuiditas, Struktur Utang, Pajak, dan Real Estate Terhadap Dana
Perimbangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Tesis Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
Priyatno, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta :
ANDI.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan dan Ely Suhayati. 2010. Riset Akuntansi menggunakan SPSS.
Bandung : Graha Ilmu
Siahan, Marihot P. 2013. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sidik, Machfud. 2002. Dana Alokasi Umum Konsep, Hambatan, dan Prospek di
Eara Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Steven J & Mc Gowen R. 1983. Financial Indicator and Trends for Local
Goverment : A State-Based Policy Perspective Policy Study Rivew 6 (2):
89-106.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ke-15. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Sunyoto, Dadang. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta : CAPS.
Suyono. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Tesis
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
The World Bank. 2012. Analisis Belanja Pemerintah Sulawesi Utara Menyoroti
Prestasi dalam Kinerja Ekonomi, Pengelolaan Keuangan dan
Penyampaian
Layanan.
Siaran
Pers
:
Jakarta
http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2012/03/26/northsulawesi-public-expenditure-analysis-highlights-achievements
Thomsett, Michael C & Thomsett, Jean Freestone. 1994. Getting Started in Real
Estate Investing. Wiley.
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Cetakan Pertama, Jakarta :
Ghali Indonesia
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Widjaja, A.W. (1998). Titik Berat Otonomi Daerah:Pada Daerah Tingkat II.
Jakarta:PT. Raja Grafindo.
Worthington, Andrew C., dan Brian E. Dollery. 1999. Fiscal illusion and the
Australian local government grants process: How sticky is flypaper
effect. Public Choice. Apr 1999; 99, 1-2; ABI/INFORM Research.
Wurtzebach, C. H., Miles, M. E., & Cannon, S. E. (1994). Modern Real
Estate. Canada: 5th Edition.
www.djpk.depkeu.go.id
www.kemendagri.go.id
LAMPIRAN
Lampiran I
Objek Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KABUPATEN/KOTA
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Asahan
Kab. Balangan
Kab. Banggai
Kab. Bangka Barat
Kab. Banjar
Kab. Bantaeng
Kab. Banyuasin
PROVINSI
Prov. Aceh
Prov. Aceh
Prov. Sumatera Utara
Prov. Kalimantan Selatan
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Bangka Belitung
Prov. Kalimantan Selatan
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sumatera Selatan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
NO
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
KABUPATEN/KOTA
Kab. Barito Utara
Kab. Batang
Kab. Bener Meriah
Kab. Bima
Kab. Bintan
Kab. Blora
Kab. Bojonegoro
Kab. Bolaang Mongondow
Kab. Bone
Kab. Bone Bolango
Kab. Brebes
Kab. Bungo
Kab. Buol
Kab. Dairi
Kab. Donggala
Kab. Empat Lawang
Kab. Enrekang
Kab. Gorontalo Utara
Kab. Gowa
Kab. Halmahera Utara
Kab. Jember
Kab. Jeneponto
Kab. Karanganyar
Kab. Karimun
Kab. Kepahiang
Kab. Kepulauan Anambas
Kab. Kepulauan Yapen
Kab. Ketapang
Kab. Klungkung
Kab. Kolaka
Kab. Kulon Progo
Kab. Kutai Timur
Kab. Labuhan Batu
Kab. Lamongan
Kab. Lampung Selatan
Kab. Landak
Kab. Langkat
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Magetan
PROVINSI
Prov. Kalimantan Tengah
Prov. Jawa Tengah
Prov. Aceh
Prov. Nusa Tenggara Barat
Prov. Kepulauan Riau
Prov. Jawa Tengah
Prov. Jawa Timur
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Gorontalo
Prov. Jawa Tengah
Prov. Jambi
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Sumatera Utara
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Sumatera Selatan
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Gorontalo
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Maluku Utara
Prov. Jawa Timur
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Jawa Tengah
Prov. Kepulauan Riau
Prov. Bengkulu
Prov. Kepulauan Riau
Prov. Papua
Prov. Kalimantan Barat
Prov. Bali
Prov. Sulawesi Tenggara
Prov. DI Yogyakarta
Prov. Kalimantan Timur
Prov. Sumatera Utara
Prov. Jawa Timur
Prov. Lampung
Prov. Kalimantan Barat
Prov. Sumatera Utara
Prov. Nusa Tenggara Barat
Prov. Nusa Tenggara Barat
Prov. Jawa Timur
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
NO
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
KABUPATEN/KOTA
Kab. Malang
Kab. Manggarai Barat
Kab. Maros
Kab. Melawi
Kab. Mimika
Kab. Minahasa Selatan
Kab. Mojokerto
Kab. Morowali
Kab. Nias
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Padang Pariaman
Kab. Paniai
Kab. Parigi Moutong
Kab. Pasaman
Kab. Pinrang
Kab. Ponorogo
Kab. Pulang Pisau
Kab. Puncak Jaya
Kab. Raja Ampat
Kab. Sabu Raijua
Kab. Samosir
Kab. Sarolangun
Kab. Serang
Kab. Seruyan
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Sigi
Kab. Simalungun
Kab. Sintang
Kab. Tana Toraja
Kab. Tanah Bumbu
Kab. Tanah Karo
Kab. Tanah Laut
Kab. Tanggamus
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tebo
Kab. Tegal
Kab. Toraja Utara
Kab. Trenggalek
Kab. Tulang Bawang Barat
Kab. Wajo
PROVINSI
Prov. Jawa Timur
Prov. Nusa Tenggara Timur
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Kalimantan Barat
Prov. Papua
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Jawa Timur
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Sumatera Utara
Prov. Sumatera Selatan
Prov. Sumatera Barat
Prov. Papua
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Sumatera Barat
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Jawa Timur
Prov. Kalimantan Tengah
Prov. Papua
Prov. Papua Barat
Prov. Nusa Tenggara Timur
Prov. Sumatera Utara
Prov. Jambi
Prov. Banten
Prov. Kalimantan Tengah
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Sumatera Utara
Prov. Kalimantan Barat
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Kalimantan Selatan
Prov. Sumatera Utara
Prov. Kalimantan Selatan
Prov. Lampung
Prov. Sumatera Utara
Prov. Jambi
Prov. Jawa Tengah
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Jawa Timur
Prov. Lampung
Prov. Sulawesi Selatan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
NO
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
KABUPATEN/KOTA
Kota Banjar
Kota Banjarmasin
Kota Bitung
Kota Kendari
Kota Kotamobagu
Kota Malang
Kota Manado
Kota Metro
Kota Padang
Kota Palopo
Kota Palu
Kota Pangkal Pinang
Kota Pekalongan
Kota Pematang Siantar
Kota Pontianak
Kota Sorong
Kota Sungai Penuh
Kota Surakarta
Kota Tanjung Balai
Kota Ternate
PROVINSI
Prov. Jawa Barat
Prov. Kalimantan Selatan
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Sulawesi Tenggara
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Jawa Timur
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Lampung
Prov. Sumatera Barat
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Bangka Belitung
Prov. Jawa Tengah
Prov. Sumatera Utara
Prov. Kalimantan Barat
Prov. Papua Barat
Prov. Jambi
Prov. Jawa Tengah
Prov. Sumatera Utara
Prov. Maluku Utara
Sumber : www.djpk.depkeu.go.id
Lampiran II
Hasil Analisis Deskriftif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pendapatan Per
Kapita
436
3904,77520970
1100805,158011
12
160998,5791426
329
164408,9626487
2488
Pengeluaran Per
Kapita
436
261603,8249922
9
7902666,717143
39
2067883,909746
8280
1016813,921968
33000
Likuiditas
436
,08268963
132205,0422110
4
1301,727673338
7
9237,406916549
07
Struktur Hutang
436
6,4E-7
,22788713
,0114042452
,02098194737
Pajak
436
Real Estate
436
83420000,00000
000
69534347126,00
000000
238499748161,5
7000000
6672311068118,
19000000
Luas Wilayah
436
45,25000000
35747,50000000
23671161504,10
06360000
1674254236578,
9040000000
3621,616055045
9
39185384881,34
730000000
979826797709,3
7620000000
5583,102932121
77
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Descriptive Statistics
N
Dana Perimbangan
436
Minimum
,49692084
Maximum
,96151200
Mean
,7677193433
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Lampiran III
UJI Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
Grafik Histogram
Hasil Uji Normalitas
Grafik P-P Plot
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Std. Deviation
,07812355720
Hasil Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
436
Mean
0E-7
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
,05425215
Absolute
,020
Most Extreme Differences
Positive
,020
Negative
-,020
Kolmogorov-Smirnov Z
,421
Asymp. Sig. (2-tailed)
,994
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model
a
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1
Pendapatan Per
Kapita
Pengeluaran Per
Kapita
Likuiditas
Struktur Hutang
Pajak
,106
9,408
,231
4,325
,972
,953
,166
1,028
1,049
6,011
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Real Estate
,350
2,857
Luas Wilayah
,683
1,464
a. Dependent Variable: Dana Perimbangan
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser
Coefficients
a
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Model
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
,051
Pendapatan Per
7,581E-010
Kapita
Pengeluaran Per
9,446E-010
Kapita
1
Likuiditas
-1,592E-007
Struktur Hutang
-,053
Pajak
-6,237E-014
Real Estate
-3,996E-015
Luas Wilayah
-4,803E-007
a. Dependent Variable: ABSUT
Standardized
Coefficients
Beta
,004
t
Sig.
12,745
,000
,000
,004
,025
,980
,000
,028
,288
,774
,000
,078
,000
,000
,000
-,044
-,033
-,072
-,116
-,079
-,903
-,681
-,621
-1,443
-1,380
,367
,497
,535
,150
,168
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
a
1
,720
,518
,510
,05469400381
1,606
a. Predictors: (Constant), Luas Wilayah, Pendapatan Per Kapita, Likuiditas, Struktur
Hutang, Real Estate, Pengeluaran Per Kapita, Pajak
b. Dependent Variable: Dana Perimbangan
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Lampiran 4
Uji Regresi Linier Berganda
Model
(Constant)
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
,812
Pendapatan Per
-2,868E-007
Kapita
Pengeluaran Per
4,742E-009
Kapita
1
Likuiditas
-3,383E-008
Struktur Hutang
-,287
Pajak
3,028E-014
Real Estate
-1,281E-014
Luas Wilayah
4,331E-006
a. Dependent Variable: Dana Perimbangan
a
Standardized
Coefficients
Beta
,007
t
Sig.
124,144
,000
,000
-,604
-5,862
,000
,000
,062
,884
,377
,000
,128
,000
,000
,000
-,004
-,077
,015
-,161
,310
-,118
-2,245
,185
-2,831
7,619
,907
,025
,854
,005
,000
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Lampiran 5
Uji Hipotesis
Uji t
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Error
Model
(Constant)
Pendapatan Per
Kapita
Pengeluaran Per
Kapita
,812
,007
-2,868E,000
007
4,742E,000
009
-3,383ELikuiditas
,000
008
1
Struktur Hutang
-,287
,128
3,028EPajak
,000
014
-1,281EReal Estate
,000
014
4,331ELuas Wilayah
,000
006
a. Dependent Variable: Dana Perimbangan
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
124,144
,000
-,604
-5,862
,000
,106 9,408
,062
,884
,377
,231 4,325
-,004
-,118
,907
,972 1,028
-,077
-2,245
,025
,953 1,049
,015
,185
,854
,166 6,011
-,161
-2,831
,005
,350 2,857
,310
7,619
,000
,683 1,464
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Uji F
Model
Regression
1
Sum of Squares
1,375
a
ANOVA
df
7
Mean Square
,196
,003
Residual
1,280
428
Total
2,655
435
F
65,644
Sig.
b
,000
a. Dependent Variable: Dana Perimbangan
b. Predictors: (Constant), Luas Wilayah, Pendapatan Per Kapita, Struktur Hutang, Likuiditas,
Real Estate, Pengeluaran Per Kapita, Pajak
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
Lampiran 6
Uji Adjusted R Square
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
a
1
,720
,518
,510
,05469400381
1,606
a. Predictors: (Constant), Luas Wilayah, Pendapatan Per Kapita, Struktur Hutang,
Likuiditas, Real Estate, Pengeluaran Per Kapita, Pajak
b. Dependent Variable: Dana Perimbangan
Sumber : Penulis, Data Olahan SPSS V20
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Download