Analisis Tindak Tutur dan Keberhasilan Komunikasi Dalam Naskah

advertisement
Analisis Tindak Tutur dan Keberhasilan Komunikasi
Dalam Naskah Drama Prima Klima Karya Fabian Schiedler
B.Dana Pranesthi Wening dan Rita Maria Siahaan
Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424,
Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang kesinambungan tindak tutur dan keberhasilan komunikasi, pada percakapan antartokoh
utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya dalam naskah drama Prima Klima karya Fabian Schiedler. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan kesinambungan antara tindak ilokusi dengan tindak perlokusi dalam
percakapan dan faktor yang menentukan keberhasilan komunikasi ditinjau dari aspek pragmatis. Data dianalisis
dengan menggunakan teori tindak tutur Austin dan Searle, dan teori prinsip kerja sama Grice. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukkan, bahwa tidak selalu tercapai
kesinambungan antar tindak ilokusi dengan tindak perlokusi pada percakapan tokoh dalam naskah drama Prima
Klima. Sementara, hasil analisis terhadap keberhasilan komunikasi ditinjau dari prinsip kerja sama Grice,
menunjukkan banyak terjadi pelanggaran terhadap maksim-maksim prinsip kerja sama, yang menyebabkan
komunikasi tidak berhasil.
Analysis on Speech Acts and Communication Success in Prima Klima Play
By Fabian Schiedler
Abstract
This undergraduate thesis is done to discuss the continuity of speech act and the communication success, between
each main characters and the main character with other characters in Fabian Schiedler plays, Prima Klima. The
purpose of this undergraduate thesis is to find the continuity between illocutionary act and perlocutionary act in the
conversation and to find the factors that determine the success of the communication, in terms of pragmatic aspects.
The data was analyzed using Austin und Searle Theory of Speech Act, and Grice Theory of Principle of Cooperation.
This undergraduate thesis was conducted using descriptive qualitative method. The result of the analysis showed that
the continuity between illocutionary act and perlocutionary act in Prima Klima plays is not always achieved.
Meanwhile, the analysis done to the communication success using Grice Principle of Cooperation showed numbers
of violations of the maxims of cooperation principle, thus result in communication failure.
Keywords:
Illocutionary and Perlocutionary act; Communication Success; environmental awareness; Prima Klima Play
Pendahuluan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Dalam buku Studi Makna, Rahyono (2012 : 4) menjelaskan bahwa “komunikasi adalah sebuah
tindakan untuk berbagi informasi, gagasan, atau pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang
terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna“. Saat terjadi komunikasi, tentu saja,
melibatkan peserta tutur, yakni orang yang berperan sebagai penutur dan mitra tutur. Ketika
peserta tutur ingin memahami pesan atau ujaran yang disampaikan oleh lawan bicaranya, konteks
adalah hal yang perlu diperhatikan, karena konteks sangat mempengaruhi makna ujaran tersebut.
Dalam buku Doing Pragmatics, Grundy (2000 : 13) menyampaikan bahwa “In fact, the
relationship between context and language is central in pragmatic.“, faktanya adalah bahwa
hubungan antara konteks dan bahasa merupakan inti dari studi pragmatik.
Pada prakteknya, sebuah komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila antarpeserta tutur
memahami maksud yang disampaikan atau menemukan kesepakatan akhir bersama. Selain itu,
komunikasi yang tidak berhasil terjadi karena maksud yang disampaikan tidak dapat dimengerti.
Kegagalan dan keberhasilan komunikasi tersebut, disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Grundy (2000 : 73) mengutip teori Grice yang mengatakan, “…speakers intend to be cooperative
when they talk,” bahwa para peserta tutur diharapkan untuk bekerja sama saat mereka sedang
berbicara. Pemilihan naskah Prima Klima sebagai korpus data skripsi ini disebabkan pada
percakapan antartokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya, ditemukan permasalahan
komunikasi. Permasalahan komunikasi yang muncul yaitu berupa ketidaksinambungan antara
tindak ilokusi dengan tindak perlokusi dan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama. Kedua
permasalahan tersebut, mayoritas terjadi antara tokoh anak dengan orang tua. Kegagalan
komunikasi muncul saat kedua belah pihak sama-sama mempertahankan pendapatnya masingmasing.
Terdapat dua permasalahan yang diangkat pada penelitian ini yaitu apakah terjadi
kesinambungan antara tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam naskah drama Prima Klima
karya Fabian Schiedler, dan hal apakah yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan
komunikasi antarsesama tokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan apakah ada kesinambungan pada percakapan antartokoh utama dan
tokoh utama dengan tokoh lainnya, ditinjau dari tindak ilokusi dan perlokusi. Juga untuk
menemukan faktor apa yang dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan komunikasi dalam
naskah drama karya Fabian Schiedler yang berjudul Prima Klima.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Tinjauan Teoritis
Untuk meneliti kesinambungan tindak tutur dan keberhasilan komunikasi antartokoh pada naskah
drama Prima Klima, saya menggunakan empat teori yaitu teori komponen pembentuk situasi
komunikasi Hymes, teori tindak tutur Austin dan Searle, serta teori prinsip kerja sama Grice.
1. Teori Hymes
Teori Hymes merupakan teori yang digunakan untuk menjabarkan komponen pembentuk situasi
komunikasi atau konteks, yang terdapat pada setiap percakapan antartokoh. Hymes dikenal
dengan delapan komponen pembentuk situasi komunikasi, yang disusun menjadi akronim S P E
A K I N G. Kedelapan komponen tersebut (Components of Speech) yang terdapat dalam tulisan
Hymes, Models of the Interaction of Language and Social Life, dalam buku Sociolinguistics : The
Essential Readings karya Christina B. Paulston dan G. Richard Tucker (2003 : 40) adalah sebagai
berikut :
S
P
E
A
K
I
N
= setting and scene (waktu, tempat, situasi, dan konteks ketika komunikasi berlangsung)
= participants (siapa berbicara dengan siapa; peserta tutur)
= ends ; purpose and goals (tujuan dari sebuah percakapan)
= act sequences (bentuk dan isi suatu ujaran)
= key ; tone or spirit of act (nada, cara, dan “semangat” saat pesan disampaikan)
= intrumentalities (pilihan jalur bahasa yang digunakan, lisan atau tulisan)
= norms of interaction and interpretation (norma atau aturan dalam berinteraksi dan norma
penafsiran ujaran dari partisipan)
G = genres (bentuk penyampaian ujaran, contohnya dapat berupa puisi, mitos, atau dongeng)
2. Teori Tindak Tutur Austin
Henne (1975) dalam buku Sprachpragmatik menjelaskan mengenai teori tindak tutur Austin,
yaitu Sprechakttheorie. Henne (1975 : 56) mengutip Austin, yang menjelaskan tentang
performative Äußerung (ujaran performatif) yaitu „Äußerungen, die nichts beschreiben oder
behaupten, sondern: „den Satz äußern heißt: es tun““. Dapat dikatakan bahwa ujaran
performatif adalah ujaran yang bukan menjelaskan atau menyatakan apapun, melainkan bertujuan
menindakkan sesuatu. Kesinambungan akan tercipta antara tindak ilokusi dengan perlokusi saat
reaksi atau tanggapan dari mitra tutur sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur.
Sebaliknya, ketika reaksi yang muncul tidak sesuai, maka kesinambungan komunikasi tidak akan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
tercipta. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yang terjadi secara simultan. Tindak tutur
tersebut adalah (ibid.:57) :
a. Tindak Lokusi (lokutiver Akt). ist der Akt, wenn jemand eine Äußerung tut, vollzieht er
eine Handlung insofern, daß er etwas sagt. Man kann auch sagen, als ein Akt der somit
die „Bedeutung“ der Äußerung bestimmt.
(Tindakan saat seseorang membuat sebuah ujaran, untuk menunjukkan tindakan, bahwa ia
mengatakan sesuatu. merupakan makna dasar dari sebuah ujaran.)
b. Tindak Ilokusi (illokutiver Akt). ist der Akt, wenn der Sprecher den lokutiver Akt
ausführt, übt er eine kommunikative Kraft auf den Hörer. In illokutiv ist also als
„gleichzeitig“ zu interpretieren. Illokutiv soll also nach Austin verstanden werden als
„performance of an act saying something“.
(Mengacu pada Austin, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu dari apa yang diujarkan.)
c. Tindak Perlokusi (perlokutiver Akt). Ist der Akt, der ein Konsequenz (Austin :
consequential effect) aus dem illokutiven Aspekt gelten kann Kann man auch sagen als
die Wirkung einer Sprachhandlung.
(Tindak perlokusi adalah tindakan yang merupakan konsekuensi dari tindak ilokusi.)
3. Teori Tindak Tutur Searle
Yule (1996 : 53) dalam buku Pragmatics membahas bahwa Searle membagi tindak ilokusi
berdasarkan fungsinya. Tindak ilokusi yang dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan
fungsi (ibid.:53-54) yaitu :
-
Deklarasi, adalah tindak tutur yang dapat mengubah keadaan atau situasi dengan
menggunakan ujaran.
-
Representatif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang dipercaya oleh penutur
kepada pendengar, sebagai sesuatu yang mereka percaya.
-
Ekspresif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan penutur dari sisi
psikologisnya.
-
Direktif, adalah tindak tutur yang dapat memberikan dampak kepada mitra tutur untuk
melakukan sesuatu setelah mendengar tuturan ini.
-
Komisif, adalah salah satu tindak tutur yang mengikat penutur pada sebuah tindakan di
masa depan.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
4. Teori Prinsip Kerja Sama Grice
Busch mengambil kutipan dari Grice (1975 : 168) yang menjelaskan prinsip kerja sama
(Kooperationsprinzip) :
„Allgemeines Kooperationsprinzip : Mache deine Gesprächsbeitrag jeweils so, wie es von dem
akzeptieren Zweck oder der akzeptieren Richtung des Gesprächs, an dem du teilnimmst, gerade
verlangt wird.“ (Busch, 2008 : 220).
Dari kutipan tersebut Grice menjelaskan bahwa dengan prinsip kerja sama, seseorang diharapkan
untuk dapat memberikan kontribusi pada suatu percakapan, yang Anda terlibat di dalamnya,
seperti apa yang diminta atau sesuai dengan arah pembicaraan. Pada prinsip kerja sama terdapat
empat maksim yang diharapkan dapat dipatuhi oleh penutur dan mitra tutur. Berikut ini adalah
maksim dari prinsip kerja sama Grice yang diambil oleh Busch (ibid.:221).
a. Quantität (Maksim Kuantitas), berikan kontribusi seperti yang diminta lawan bicara
tanpa melebih-lebihkan informasi.
b. Qualität (Maksim Kualitas), peserta tutur diharapkan memberikan informasi yang benar.
c. Relation (Maksim Relasi), peserta tutur diharapkan untuk menyampaikan informasi yang
relevan.
d. Modalität (Maksim Cara), peserta tutur diharapkan untuk memberikan informasi secara
jelas, menghindari kedwimaknaan, menyampaikan dengan singkat, dan teratur.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini saya menggunakan metode penelitian kualitatif, melalui studi pustaka yang
bersifat deskriptif analitis. Penelitian terhadap korpus data akan ditinjau dari aspek pragmatis.
Pembahasan
Tiga orang anak yang menjadi tokoh utama dalam drama Prima Klima karya Fabian Schiedler,
adalah Rina, Marco, dan Kevin. Rina dan Marco masing-masing berumur sepuluh tahun, serta
Kevin berumur sebelas tahun. Ketiga tokoh utama tersebut didukung oleh tokoh-tokoh lainnya
yaitu ibu Rina (wanita karir, penulis), ayah Marco (seorang yang ahli yang bekerja dalam bidang
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
pertukangan), Abendroth (tokoh pecinta lingkungan), dan Borgstedt (ayah Rina). Analisis
percakapan antartokoh yang terdapat pada sembilan babak yang dipilih, dikaitkan dengan empat
teori yaitu teori komponen pembentuk situasi komunikasi Hymes, tindak tutur Austin dan Searle,
serta teori prinsip kerja sama.
Beberapa babak yang dipilih adalah babak yang mewakili inti jalannya cerita dan
merupakan tujuan dari drama Prima Klima yaitu peduli lingkungan hidup. Pemilihan percakapan
juga berdasarkan beberapa kriteria antara lain, dalam percakapan tersebut terdapat permasalahan
komunikasi, adanya kesinambungan atau ketidaksinambungan antara tindak ilokusi dengan
tindak perlokusi. Berikut ini adalah contoh analisis data terhadap percakapan antartokoh utama
dan tokoh lainnya, dari babak-babak inti dalam drama Prima Klima.
1. ANALISIS DATA 1 / BABAK I / Halaman 4
Babak pembuka drama Prima Klima diawali dengan adegan Rina dan Kevin yang sedang
berjalan bersama setelah pulang sekolah sambil bermain dan bercanda. Topik percakapan
antara Rina dan Kevin adalah cuaca tidak menentu yang terjadi di lingkungan tempat
tinggal mereka, yang mereka rasakan saat pulang sekolah. Komponen pembentuk situasi
komunikasi Hymes pada analisis pertama ini, antara lain lokasi percakapan antara Rina
dan Kevin terjadi di pinggir jalan raya, saat mereka pulang sekolah. Mereka berdua
berbincang sambil bercanda dan kedua anak ini bercakap-cakap dengan suasana hati yang
gembira.
Dialog antara Rina dengan Kevin yang menjadi fokus pembahasan adalah saat
Kevin menyatakan kepada Rina mengenai cuaca hari itu yang panas sekali dan sudah
lebih panas dari musim panas lalu di Nassau.
KEVIN : Geil! Das tut gut. – Ej, erst Pfingstferien und schon heißer als letzten Sommer in Nassau!
(Gila! Seger, enak banget rasanya. Eh baru aja libur Paskah tapi udah lebih panas dari musim
panas lalu di Nassau!).
RINA : Nassau? Da wohnt meine Tante. Da hat’s letzten Sommer aber nur geregnet.
(Nassau? Tanteku tinggal di sana. Tetapi musim panas tahun lalu di sana hanya hujan.)
KEVIN : Was denn, du hast ne Tante auf’n Bahamas? (Apa, kamu punya tante di Bahama?)
RINA : Mann, in Sachsen. In Nassau. (Ya ampun, di Nassau, Sachsen).
KEVIN : Mann, und ich rede von Nassau auf’n Bahamas! (Yah, yang aku maksud Nassau yang di
Bahama!).
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, ketidaksinambungan terjadi antara tindak
ilokusi Kevin dan tindak perlokusi Rina, karena adanya perbedaan acuan mengenai lokasi
Nassau. Nassau yang dimaksud Kevin adalah Nassau yang terletak di Bahama, sementara
Nassau yang dipahami oleh Rina adalah Nassau di Sachsen tempat tinggal tantenya.
Dapat
disimpulkan
bahwa
percakapan
antara
Rina
dan
Kevin
mengalami
ketidaksinambungan karena perbedaan acuan kota Nassau. Ditinjau dari teori tindak tutur
Searle, ujaran Kevin merupakan jenis tindak ilokusi representatif, yaitu saat ia
mengatakan kota Nassau sebagai acuan mengenai cuaca. Ditinjau dari prinsip kerja sama
Grice pada perbincangan mengenai kota Nassau terdapat pelanggaran terhadap prinsip
kerja sama, yakni maksim kuantitas dan cara. Dapat disimpulkan bahwa pada analisis data
satu komunikasi tidak berhasil dan faktor yang menyebabkan komunikasi tidak berhasil
adalah karena penutur tidak memberikan informasi yang dibutuhkan dengan jelas.
2. ANALISIS DATA 4 / BABAK III / Halaman 11
Tampak pada babak ketiga ini, ketiga tokoh utama yaitu Rina, Kevin, dan Marco. Rina
berperan sebagai penengah saat adu mulut terjadi antara kedua temannya itu. Komponen
pembentuk situasi komunikasi pada analisis data ini ditinjau dari teori Hymes
menunjukkan, bahwa topik pembicaraan mereka adalah membicarakan bagaimana cara
untuk bisa memanjat tembok tinggi dan besar rumah Abendroth. Kevin menginginkan
Marco untuk pergi menjauh, karena ia merasa tidak mengundang Marco dalam misinya
bersama Rina, serta Kevin merasa curiga bahwa Rina yang mengajak Marco. Percakapan
mereka berlangsung tepat persis di sebelah tembok pembatas rumah Abendroth, „Am
nächsten Tag. Abendroths Grundstück”. Nada bicara Kevin kepada Marco agak tinggi
karena ia merasa tidak mengajak Marco ikut.
Dialog yang menjadi fokus pembahasan adalah saat ketiga anak ini mencoba
untuk memanjat tembok.
RINA
KEVIN
MARCO
RINA
off: Seid doch mal ruhig, sonst hört der Alte uns noch. Helft mir lieber mal rauf.
(Kalian berdua diam dong, nanti si Pak Tua bisa mendengar kita. Ayo lebih baik bantu
aku naik.).
off: Wie denn? (Bagaimana caranya?)
off: Na schieben. So! (Nah dorong ke atas. Ayo!).
ihr Kopf erscheint: Ej, ich sagte schieben, nicht grapschen! fällt zurück, off: Aua!
(Ehh, sudah kubilang dorong, bukan ditarik! Jatuh lagi Auuu!).
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, komunikasi antara Rina, Kevin, dan Marco
mengalami ketidaksinambungan. Tindak ilokusi ujaran Rina adalah ia meminta kedua
temannya untuk membantunya memanjat tembok. Namun tindak perlokusi terhadap
ujaran Rina tidak ada, karena pada saat itu Marco dan Kevin masih bertengkar, sehingga
tidak konsentrasi pada apa yang dikatakan oleh Rina. Berikutnya ditinjau dari teori tindak
tutur Searle, ujaran pada data empat merupakan jenis tindak ilokusi direktif. Jenis tindak
ilokusi direktif terdapat pada beberapa ujaran, seperti ketika Kevin menyuruh Marco
pergi, kemudian saat Rina menyuruh kedua temannya diam, saat Rina menyuruh kedua
temannya untuk mendorongnya ke atas agar bisa mengintip ke balik tembok. Ditinjau dari
prinsip kerja sama Grice, pada percakapan ketiga anak ini ditemukan pelanggaran maksim
kualitas. Pelanggaran maksim terjadi saat Kevin bertanya pada Rina,„Rina, hast du ihm
etwa was erzählt?“. Ia merasa curiga, bahwa kedatangan Marco ke tembok pembatas
rumah Abendroth tidak mungkin tanpa campur tangan Rina yang memberitahunya. Tetapi
Rina justru menjawab „Quatsch. Ich doch nicht”. Rina melanggar maksim kualitas
karena berbohong. Dapat disimpulkan faktor penyebab ketidakberhasilan komunikasi
antara ketiga anak ini adalah pelanggaran terhadap maksim kualitas dan terjadinya
ketidaksinambungan tindak ilokusi dengan perlokusi.
3. ANALISIS DATA 7 / BABAK VIII / Halaman 36 dan BABAK IX/ Halaman 38
Pada analisis data ketujuh, yang diambil dari babak delapan dan sembilan, terdapat
kemiripan topik pembicaraan. Topik pembicaraannya mengenai
dampak pemanasan
global terhadap lingkungan hidup. Peran seorang anak dalam memberikan kesadaran
kepada orang tua terhadap bahaya yang sedang mengancam lingkungan mereka, tampak
jelas pada dua babak ini. Dua argumentasi yang berseberangan antara tokoh anak dengan
orang tua terjadi antara tokoh Rina dengan ibunya (babak VIII) dan Marco dengan
ayahnya (babak IX) .
Komponen situasi komunikasi ditinjau dari Hymes antara lain, peserta tutur pada
babak delapan yakni Rina dan ibunya. Pada dialog ini Rina ingin menyadarkan ibunya
tentang dampak penggunaan pendingin ruangan yang dapat mengganggu kestabilan
lingkungan hidup, akan tetapi di sisi lain ibu Rina bersikukuh harus bekerja dengan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
menggunakan pendingin ruangan. Perdebatan diakhiri oleh Rina dengan sebuah sindiran
yang ditujukan untuk ibunya. Kemudian untuk komponen komunikasi babak sembilan
ditinjau dari teori Hymes, peserta tuturnya yaitu Marco dan ayahnya. Pada percakapan
babak ini Marco menyampaikan pada ayahnya bahwa sudah ada binatang yang punah
karena dampak pemanasan global. Di lain pihak, ayahnya menentang Marco untuk
membicarakan masalah lingkungan, apalagi karena anaknya mendapat informasi dari
Abendroth.
Dialog pada potongan babak kedelapan yang menjadi fokus analisis adalah saat si
Ibu mendesak Rina agar mengakhiri perdebatan mereka mengenai penggunaan pendingin
ruangan.
MUTTER
RINA
: Rina, wenn ich meine Arbeit nicht mache, dann können wir hier die Miete nicht
bezahlen. Gib jetzt die Sicherung her. (Rina, apabila ibu tidak menyelesaikan pekerjaan
ibu, nanti kita tidak bisa bayar uang sewa. Ayo kembalikan sekeringnya.)
: Du tust immer nur so ökomäßig, dabei bist du genauso schlimm wie die andern.
(Ibu seolah-olah peduli terhadap lingkungan, tetapi ternyata ibu sama saja seperti orang
lain yang tidak peduli).
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, tindak ilokusi ibu Rina tidak mendapatkan
tanggapan yang sesuai dari tindak perlokusi Rina, karena Rina tidak mau memberikan
sekering yang diminta oleh ibunya. Rina justru menyindir ibunya dengan mengatakan,
bahwa ibunya sama saja seperti orang lain yang tidak peduli terhadap lingkungan. Tindak
tutur ibu Rina ditinjau dari teori Searle, saat meminta sekering, Gib jetzt die Sicherung
her, merupakan jenis tindak ilokusi direktif. Selanjutnya, pada analisis prinsip kerja sama
Grice terdapat pelanggaran terhadap maksim relasi, yaitu ketika jawaban Rina tidak
relevan dengan apa yang diminta oleh ibunya.
Fokus pada babak sembilan yaitu saat Marco mengatakan bahwa katak emas atau
Goldkröte1 menjadi salah satu contoh hewan yang sudah punah, kepada ayahnya. Reaksi
ayah Marco menunjukkan bahwa ia marah, karena anaknya mengetahui hal-hal tentang
masalah lingkungan dari Abendroth. Kutipannya adalah sebagai berikut :
MARCO
1
: Na die mexikanische Goldkröte. Die ist ausgestorben.
(Iya katak emas Meksiko. Hewan itu sudah punah.)
Goldkröte atau katak emas dengan nama Latin Psyllophyrne didactyla. Berasal dari Costa Rica,
Brasil yang berukuran 9,8 mm. Warna emas mencolok merupakan tanda yang menunjukkan bahwa ia
adalah katak yang beracun. Kepunahannya diperkirakan karena temperatur yang memanas dan
mengakibatkan wabah jamur.
http://www.gallerydunia.com/2011/03/keunikan-yang-luar-biasa-dari-para.html?m=1
diakses pada 20.06.2013 / 08:25
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
VATER
MARCO
VATER
: Seit wann interessieren dich denn Kröten? (Sejak kapan kamu tertarik dengan katak?)
: Die Kröten sind doch erst der Anfang. Abendroth sagt, dann kommen die
Eisbären, die Pinguine, die Orang Utans …(Katak-katak tersebut baru contoh hewan
pertama. Kata Abendroth, selanjutnya yang punah bisa saja beruang es, pinguin, orang
utan...)
: explodiert: „Abendroth sagt“?! Ich glaub, ich hör nicht richtig! Ich will nie wieder
diesen Klimaunsinn hören, verstanden? (“Kata Abendroth?!“ Ayah harap, apa yang
ayah dengar tidak benar! Ayah tidak ingin mendengar omong kosong tentang iklim lagi,
mengerti?)
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, terjadi ketidaksinambungan antara tindak ilokusi
Marco dengan tindak perlokusi ayahnya. Tindak ilokusi ujaran Marco adalah keinginan
menyadarkan ayahnya bahwa dampak kerusakan lingkungan sudah membuat salah satu
hewan punah. Marco ingin ayahnya memberikan tanggapan kepeduliannya. Akan tetapi
tindak perlokusi dari ayahnya yaitu marah besar kepada Marco, setelah mengetahui
bahwa Marco mengetahui tentang kepunahan katak dari Abendroth. Sementara itu, jenis
jenis tindak ilokusi Marco ditinjau dari teori tindak tutur Searle, saat ia mengatakan
bahwa katak emas meksiko telah punah, merupakan jenis tindak ilokusi representatif.
Ditinjau dari prinsip kerja sama Grice terjadi pelanggaran terhadap maksim kuantitas,
yakni saat Marco memberikan jawaban yang melebihi apa yang diminta oleh ayahnya
mengenai sejak kapan ia tertarik pada katak emas. Dari kedua babak dapat disimpulkan
keduanya melanggar maksim prinsip kerja sama dan hal tersebut menjadi faktor penyebab
gagalnya komunikasi antara orang tua dengan anak yang terdapat pada penggalan babak
delapan dan sembilan.
4. ANALISIS DATA 8 / Babak XI / Halaman 48
Babak kesebelas ini menceritakan peristiwa yang menjadi titik balik tokoh orang dewasa,
yaitu ibu Rina. Bencana alam yang menimpa ayah Rina di Brasil, membuat ibu Rina
menyadari bahwa dampak perubahan iklim dapat menimpa siapa saja, termasuk
suaminya. Komponen pembentuk situasi komunikasi pada babak kesebelas ditinjau dari
teori Hymes, antara lain percakapan terjadi antara Rina, ibu Rina dan Abendroth, di
rumah Rina. Suasana dialog diantara mereka bertiga menunjukkan ketegangan karena
dipengaruhi oleh berita bencana alam yang membuat ayah Rina, yang sedang berada di
Brasil, terjebak badai dan tidak bisa pulang.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Percakapan yang menjadi fokus pembahasan adalah saat ibu Rina menunjukkan
tanda-tanda simpati terhadap masalah yang dialami oleh Abendroth.
RINA
MUTTER
RINA
MUTTER
RINA
: Aber Mama, das geht doch nicht! Wir können ihn doch nicht einfach so gehen lassen.
(Tapi Mama, hal tersebut tidak boleh terjadi! Kita tidak bisa membiarkan dia pergi begitu
saja.)
: Ja, was sollen wir denn machen? (Ya, lalu apa yang harus kita lakukan?)
: Irgendwas müssen wir machen! (Kita harus melakukan sesuatu!)
: Vielleicht … – ein Abschiedsfest? (Mungkin....sebuah pesta perpisahan?)
: Ich will mich aber nicht verabschieden! (Tetapi aku tidak ingin berpisah.)
Analisis tindak tutur ditinjau dari Austin, tindak lokusi ibu Rina yang mengatakan, „Ja,
was sollen wir denn machen?“ ia mengharapkan agar Rina memberikan ide. Tindak
perlokusi Rina adalah ia mengatakan kalau mereka harus melakukan sesuatu. Dapat
dikatakan bahwa terjadi kesinambungan antara tindak ilokusi ibu Rina dengan tindak
perlokusi Rina, karena Rina memberikan tanggapan yang sesuai seperti yang diminta
ibunya. Ditinjau dari tindak tutur Searle, jenis tindak ilokusi saat Rina berkata,
„Irgendwas müssen wir machen!ˮ adalah tindak ilokusi direktif. Dialog diantara Rina
dengan ibunya ini apabila ditinjau dari prinsip kerja sama Grice, mematuhi maksim
kuantitas. Sebagai mitra tutur, ibu memberikan kontribusi seperti yang dibutuhkan.
Jawaban ibu Rina merupakan respon yang singkat dan memenuhi apa yang dibutuhkan
oleh penutur tanpa melebih-lebihkan informasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
antartokoh ibu dengan anak pada babak sebelas ini berhasil, karena ibu Rina mulai
menunjukkan kepeduliannya agar Abendroth tidak digusur. Perubahan sikap dari ibu Rina
tersebut, dipengaruhi oleh peristiwa bencana alam yang hampir merenggut nyawa
suaminya.
5. ANALISIS DATA 9 / BABAK XII / Halaman 50 dan 54
Pada babak terakhir, yaitu babak 12, ditampilkan situasi saat orang tua akhirnya ikut
berpihak pada anak-anak mereka, yaitu untuk turut peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada babak terakhir ini ditunjukkan bahwa kesadaran orang tua Rina dan Marco
diwujudnyatakan dengan keahliannya masing-masing, sesuai bidang pekerjaan mereka.
Bentuk kepedulian ibu Rina dan ayah Marco itu disalurkan melalui bidang pekerjaan
masing-masing, ibu Rina menulis artikel berhubungan dengan lingkungan hijau dan ayah
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Marco membantu membuat anggaran perbaikan talang air hujan. Kondisi ini
menggambarkan, jika ibu Rina dan ayah Marco kembali peka terhadap lingkungan.
Dilihat dari komponen pembentuk situasi komunikasi menurut Hymes, antara lain
peserta tuturnya adalah Rina, ibu Rina, Abendroth dan ayah Marco. Pada penggalan
percakapan yang akan dianalisis, tokoh Kevin dan Marco hanya sebagai pendengar saja.
Percakapan mereka terjadi di rumah Abendroth, di saat pesta perpisahan untuk Abendroth
yang berlangsung dengan suasana yang gembira. Cara para tokoh bercakap-cakap sudah
tidak lagi ditemukan bahwa mereka berbicara dengan marah-marah, justru dengan nada
yang ramah dan bersahabat.
Dialog utama yang akan dianalisis dari babak dua belas ini, yaitu saat Ibu Rina
bertanya pada Abendroth, „Sagen Sie, kann man damit auch die Wohnung kühlen?“
(Coba katakan, apakah itu juga bisa dilakukan untuk mendinginkan ruangan?). Tanggapan
muncul dari Rina, „Der Ventilator! Den haben wir ganz vergessen.“ (Kipas angin! Kita
benar-benar melupakannya.). Ditinjau dari teori Austin, tindak ilokusi ibu Rina dengan
tindak perlokusi Rina mengalami kesinambungan. Ujaran ibu Rina tersebut dapat
dipahami oleh Rina yang mendengarnya, sehingga tindak perlokusi yang muncul, berupa
tindakan dari Rina dengan memasang kipas angin, agar seluruh ruangan menjadi sejuk.
Kemudian ditinjau dari teori Searle, tindak ilokusi ujaran ibu Rina merupakan tindak
ilokusi direktif. Dalam percakapan ini tidak ada maksim prinsip kerja sama yang
dilanggar, karena komunikasi berhasil. Rina sebagai mitra tutur dalam dialog dengan
ibunya mematuhi maksim relasi. Rina melakukan tindakan yang sesuai dengan harapan
ibunya, meskipun ibunya tidak secara langsung bertanya pada Rina.
Dengan mematuhi maksim relasi, mitra tutur telah melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Keberhasilan komunikasi antartokoh Prima
Klima tampak pada babak dua belas. Pada babak terakhir ini, ditunjukkan bagaimana
hubungan antara Abendroth dengan ibu Rina dan ayah Marco yang sudah membaik.
Suasana yang tercipta di pesta perpisahan berlangsung dengan gembira, tidak lagi
dimunculkan rasa benci antartokoh.
Kesimpulan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Naskah drama Prima Klima karya Fabian Schiedler ingin menonjolkan tokoh anak-anak
yang diwakili oleh Rina, Kevin dan Marco, yang mencoba menyadarkan kembali orang tuanya
terhadap masalah kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan mereka dan dampaknya bagi
ekosistem di dunia. Ketidakpedulian orang tua terhadap lingkungan tampaknya dipengaruhi oleh
kesibukan mereka dalam mencari nafkah. Sifat kritis anak terhadap masalah lingkungan
menyebabkan terjadinya adu argumentasi dengan orang dewasa. Dengan gaya anak-anak yang
spontan dalam berbicara, pesan-pesan yang dibawakan mengenai peduli lingkungan, muncul
dalam bentuk sindiran ringan yang mudah dipahami.
Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat terjadi saat kita memberikan pesan yang tidak
lengkap, mengujarkan sesuatu tetapi tidak jelas, dan tidak menjawab pertanyaan seperti yang
diminta oleh lawan bicara. Ketidaksinambungan antara apa yang diinginkan oleh penutur
terhadap mitra tutur terjadi, antara lain karena mitra tutur tidak sepaham dengan penutur, mitra
tutur salah mengerti atas apa yang diucapkan, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita diharapkan
dapat berkontribusi dalam setiap percakapan agar terhindar dari ketidakberhasilan komunikasi.
Tokoh anak yang menjadi subjek dalam membangkitkan kembali rasa peduli lingkungan,
dianggap dapat “menyentil” siapa saja yang membaca naskah drama atau menonton pementasan
Prima Klima ini. Drama ini merupakan sarana edukasi untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Memang secara keseluruhan jumlah kegagalan komunikasi pada percakapan antartokoh
lebih banyak. Perbedaan argumentasi antara tokoh anak dengan orang tua yang berujung pada
ketidaksepakatan pendapat, yang menyebabkan komunikasi tidak berhasil. Akan tetapi akhir
cerita Prima Klima menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi akhirnya tercapai. Terdapat
suatu hal yang tidak biasa yang menjadi daya tarik drama Prima Klima, yaitu biasanya anak-anak
belajar mengenai suatu hal dari orang tua, akan tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Orang tua
belajar mengenai bagaimana seharusnya menghargai dan menjaga lingkungan hidup dari anakanak.
Tabel berikut ini adalah hasil analisis terhadap sembilan data. Dari tabel ditunjukkan
apakah kesinambungan antara tindak ilokusi dengan perlokusi tercapai atau tidak, serta apakah
komunikasi antartokoh Prima Klima berhasil atau tidak. Kegagalan dan keberhasilan komunikasi
antartokoh Prima Klima dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni ditinjau dari jenis tindak ilokusi
menurut Searle, kemudian kesinambungan antara tindak ilokusi dengan perlokusi menurut
Austin, dan keberhasilan komunikasi yang ditinjau dari prinsip kerja sama Grice (mematuhi atau
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
melanggar maksim kerja sama). Dalam tabel dijelaskan bahwa total keseluruhan data yang
dianalisis adalah sembilan data, yang berasal dari beragam babak. Dari sembilan data tersebut
ditunjukkan keberhasilan komunikasi hanya tercipta pada tiga data. Kemudian enam data lainnya
menujukkan kegagalan komunikasi pada percakapan antartokoh utama dengan tokoh lainnya.
Tabel Kesimpulan
Analisis Data / Babak
Tindak Tutur Austin
I / Babak 1

Tindak Tutur
Searle
Representatif
III / Babak 2

Komisif dan Direktif
IV / Babak 3

Direktif
V / Babak 4

Direktif
VI / Babak 5

Komisif dan Ekspresif
VII / Babak 8 dan
Babak 9

Direktif dan
Representatif
II / Babak 1

Direktif dan Komisif
VIII / Babak 11

Direktif
IX / Babak 12

Direktif
Simbol
Prinsip Kerja Sama
Grice

Maksim Kuantitas

Maksim Kuantitas dan
Relasi

Maksim Kualitas

Maksim Relasi

Maksim Kualitas

Maksim Relasi dan
Kuantitas

Maksim Cara

Maksim Kuantitas

Maksim Relasi
Kesimpulan
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi tidak
berhasil
Komunikasi berhasil
Komunikasi berhasil
Komunikasi berhasil
 = hasil negatif
 = hasil positif
tindak tutur
> ketidaksinambungan
prinsip kerja sama > melanggar maksim
tindak tutur
> berkesinambungan
prinsip kerja sama > mematuhi maksim
Daftar Referensi
Books :
Alan Cruse, D. (2000). Meaning in Language : An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York : Oxford
University.
Austin, J.L. (1962). How to do Things with Words. New York : Oxford University Press.
Bialkowski, Brigitte.,Günther Einecke & Jörg Ulrich Meyer - Bothling. (2002). Facetten : Epochen und
Epochenumbrüche der deutschen Literatur. Stuttgart : Klett Verlag.
Busch, Albert & Oliver Stenschke. (2008). Germanistische Linguistik. (2.Auflage). Tübingen : Narr Francke
Attempo Verlag.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (rev.ed). Jakarta : Rineka Cipta.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Grundy, Peter. (2000). Doing Pragmatics. (2nd.ed) New York : Oxford University Press.
Hasanuddin, W.S., (2009) Drama: Karya Dalam Dua Dimensi. Kajian, Teori, Sejarah dan Analisis.
Bandung : Angkasa.
Henne, Helmut. (1975). Sprachpragmatik : Nachschrift einer Vorlesung. Tübingen : Max Niemeyer Verlag.
Homberger, Dietrich. (1973). Linguistik in der Schule. Frankfurt am Main : Moritz Diesterweg Verlag.
Hymes, Dell. (2003). Models of the Interaction of Language and Social Life. Dalam Paulston, Christina Bratt &
G. Richard Tucker, Sociolinguistics: The Essential Readings. UK : Blackwell Publishing.
Kushartanti, Untung Yuwono & Multamia RMT Lauder. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey, terj. Dr. M.D.D. Oka. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Leech, Geoffrey, (1983). The Principles of Pragmatics, New York : Longman Group Limited.
Levinson, Stephen C. (2000). Presumptive Meanings: The Theory of Generalized Conversational Implicature.
London : MIT Press.
Lyons, John. (1989). Language, Meaning, & Context. Sulfolk : Fontana Paperbacks.
Nababan, PWJ. (1984). Sosiolinguistik. Jakarta : Percetakan Gramedia.
Rahyono, F.X. (2012). Studi Makna. Jakarta : Penaku.
Yule, George. (1996). Pragmatics. New York : Oxford University Press.
Online :
Bagaimana Cara Jerman Mengurus Sampah?
http://jogja.tribunnews.com/2011/02/03/bagaimana-cara-jerman-mengurus-sampah
diakses pada 18.05.2013 / 12:40
Episches Theater
http://hajer.com/unterricht/deutsch/gattungen/drama/episches_theater.htm
diakses pada 12.05.2013/13:12
Epic Theater
http://www.uni-due.de/einladung/Vorlesungen/dramatik/epischthea.htm
diakses pada 12.05.2013 /13:10
Fabian Schiedler
http://www.galeriewedding.de/kuenstler/Fabian-Schiedler
diakses pada 15.03.2013/ 15:23
Hans Hollmann
http://tls.theaterwissenschaft.ch/wiki/Hans_Hollmann
diakses pada 19.03.2013 / 18:02
Inovatif dan Berhasil dalam Ekspor: Teknologi Hijau
http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/lingkungan-hidup-iklim-energi/startseite-klima/inovatif-dan-berhasildalam-ekspor-teknologi-hijau.html diakses pada 18.05.2013 / 13:39
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Keunikan yang luar biasa dari para reptil ini http://www.gallerydunia.com/2011/03/keunikan-yang-luar-biasa-daripara.html?m=1 diakses pada 20.06.2013 / 08:25
Merkel Upayakan Awal Baru Perlindungan Iklim
http://www.dw.de/merkel-upayakan-awal-baru-perlindungan-iklim/a-16795982
diakses pada 18.05.2013 / 13:45
Prima
Klima:
A
drama
about
climate
change
for
people
aged
8
and
up
http://www.bneportal.de/coremedia/generator/unesco/en/04_The_20UN_20Decade_20in_20Germany/02_Official_2
0German_20Projects/02_Official_20Decade_20Projects_List/0760_20Prima_20Klima_3A_20A_20drama_20about_
20climate_20change_20for_20people_20aged_208_20and_20up,sourcePagedld=112.htm diakses pada 19.06.2013 /
15:46
Kamus Online :
http://www.duden.de
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Download