Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 Motivasi dan Kendala Investasi di Batam Muhammad Zaenuddin ∗ Politeknik Batam Program studi Akuntansi Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: [email protected] Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena di Abstract satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi The research is aimed to identify the motivation suatu negara, berarti semakin besar bagian dari and obstacles of investment as well as to analyze pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi factors influencing investment decisions in the yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus industrial estates in Batam. 25 companies and the ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan management from 8 industrial estates are selected as ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu respondents using convenience sampling. The result of negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan this research indicates that the major motivation of ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, choosing investment location in Batam are labor pertumbuhan merupakan fungsi investasi. factor, cost, licensing administration, the importance Peningkatan investasi membawa dampak of tax incentive, the importance of FTZ in Batam, positif bagi perekonomian. Investasi baru akan contiguity to Singapore and market factors. Other membuka lapangan pekerjaan, yang akan membantu reasons are the availability of skilled and woman menurunkan labors, electricity, export and access to regional pertumbuhan investasi /global markets, rental cost, and also port facility. pertumbuhan pendapatan Investment constraint is administrative affair and Peningkatan investasi memiliki dampak ekonomi di licensing and also uncertainty of the implementation antaranya peningkatan skill tenaga kerja dengan of FTZ in Batam. While according to industrial area adanya training yang oleh perusahaan asing untuk management, investment constraints that require to be memenuhi skilled labour. Selain itu investasi akan corrected are bureaucracy problems, high cost berdampak economics, taxation, customs, immigration, labor, and sumber-sumber daya, misalnya, adanya trained land problems labour yang dipekerjakan pada perusahaan domestik. Keberadaan Keywords : motivation and obstacles of investment, industrial estates, FTZ, investment constraint pengangguran. pada akan meningkatkan nasional peningkatan perusahaan Peningkatan asing (Jamli,1998). produktivitas yang memiliki pengetahuan teknologi unggul akan memberikan dorongan bagi perusahaan lokal untuk lebih rajin 1. Pendahuluan dalam melakukan penelitian dan pengembangan yang Dalam konteks pembangunan nasional maupun akan mempercepat kemajuan teknologi (Theresia, 1998). regional, investasi memegang peran penting untuk Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Yonathan,2003). kebijakan Pemerintahan Susilo Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa Bambang Yudoyono-Yusuf Kalla sekarang ini, tingkat investasi kebijakan investasi merupakan skala prioritas yang mempunyai hubungan timbal balik yang positif. hampir selalu disampaikan dalam berbagai forum, pertumbuhan ekonomi dan 1 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 antara lain pada tanggal 23 Agustus 2006 dalam rapat Begitu juga studi yang dilakukan oleh KPPOD (2003) paripurna DPD-RI, pemerintah menegaskan bahwa tentang Pemeringkatan Daya Tarik Investasi tahun tanpa investasi mustahil kita dapat meningkatkan terhadap 156 kabupaten/kota di Indonesia terdapat pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi, dari 5 (lima) faktor utama pembentuk daya tarik mustahil pula kita akan mampu mengurangi angka investasi daerah yaitu faktor kelembagaan, faktor pengangguran ini sosial politik, faktor ekonomi daerah, faktor tenaga sesuai dengan tiga strategi dalam bidang ekonomi kerja dan produktifitas serta faktor infrastruktur fisik. (tripple strategy) yang dijanjikan dalam awal Hasil survei JETRO (2006) mengenai (Yudhoyono,2006). Kebijakan pemerintahannya yakni mencapai pertumbuhan faktor-faktor penghambat pertumbuhan bisnis atau ekonomi 6,5 persen per tahun, menggerakkan kembali investasi sektor riil, serta revitalisasi pertanian di sejumlah negara di Asia yang dan menunjukkan bahwa masalah utama investasi di perekonomian pedesaan. Namun, setelah lebih dari Indonesia secara berturut-turut adalah upah makin separo masa pemerintahannya, Yudhoyono mengakui mahal, iklim dunia usaha, yang mampu menggerakkan sektor kebijakan dan kerumitan prosedur perdagangan, riil dan meningkatkan investasi, belum kondusif kondisi infrastruktur yang buruk serta isu tenaga seperti yang diharapkan (Kuncoro,2005). kerja/buruh. Di Malaysia dan Singapura, upah yang permasalahan perpajakan, ketidakjelasan Secara umum investasi atau penanaman mahal juga merupakan permasalahan paling besar modal, baik dalam bentuk penanaman modal dalam yang dihadapi pengusaha. Di Thailand faktor terbesar negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing adalah prosedur perdagangan yang rumit, sedangkan (PMA) tergantung dari daya tarik daerah dan negara, di Filipina, Vietnam, dan India, faktor terbesar adalah membutuhkan infrastruktur yang buruk. adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Menurut Tambunan (2006) terdapat sejumlah Grafik 1 Masalah Utama Investasi versi WEF faktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut 20. Infrastruktur Birokrasi tidak Keterbatasan Kebijakan tidak Regulasi tenaga kerja tidak Regulasi perpajakan tidak Kurang tenaga kerja Infl Koru Regulasi uang Pemerintah yang Pajak terlalu Etos kerja tenaga Kriminal & tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu perburuhan), regulasi dan perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good governance termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah. Beberapa studi menemukan beberapa hal 16. 10. 10. 8. 8 5. 5. 4. 3. 2. 2 1. 0. 0 yang menjadi permasalahan investasi. Laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi (World Bank, 2005) 5 1 1 2 Sumber : WEF (2007) mengatakan terdapat empat faktor terpenting dalam menarik investasi, antara lain stabilitas ekonomi Studi lainnya yakni survei WEF (2007) makro, tingkat korupsi, birokrasi, dan kepastian menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi kebijakan ekonomi. Sedangkan menurut The World pengusaha di Indonesia berturut-turut adalah masalah Economic Global infrastruktur yang buruk, birokrasi yang tidak efisien, Competitiveness Report menemukan tiga faktor Forum akses dana terbatas, kebijakan yang tidak stabil, dan penghambat bisnis yaitu birokrasi yang tidak efisien, perpajakan. infrastruktur yang buruk, dan regulasi perpajakan. Indonesia pernah dilaporkan oleh WEF (2004,2005) (WEF) dalam The 2 Buruknya kondisi infrastruktur di 2 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 yang menunjukkan kualitas infrastruktur secara perdagangan regional yang sangat berpotensi menjadi keseluruhan periode 2004-2005, Indonesia berada dua kekuatan ekonomi global merupakan tujuan pada peringkat ke 44 dari 104 negara yang masuk di penting PMA. dalam sampel, dan posisinya bertambah buruk untuk Menurut laporan WEF (2006-2007) tentang periode 2005-2006 yang menurun ke 66 dari 117 persaingan global menunjukkan bahwa peringkat daya negara. saing Indonesia dinilai tetap terendah dibandingkan Sedangkan (2006) negara-negara di Asia. Posisi Indonesia berada di problematika bawah negara Singapura (urutan ke-5), Jepang (ke-7), investasi yang paling serius. Permasalahannya adalah Malaysia (ke-26), Thailand (ke-35), dan India (ke-43). tingkat upah yang terus meningkat akibat penerapan Bahkan kebijakan upah minimum, kualitas sumber daya Institute for Management Development menunjukkan manusia rendahnya Indonesia terpuruk pada peringkat ke-60 dari 61 hubungan negara. masalah menurut perburuhan yang penguasaan merupakan rendah, atas Tambunan termasuk teknologi, hingga survei sebelumnya oleh International industrial belakangan ini semakin memperburuk Melihat gambaran permasalahan di atas keunggulan komparatif Indonesia dalam tenaga kerja. terlihat bahwa problematika investasi di Indonesia Hubungan industrial merupakan salah satu titik rawan sangat kompleks. Hal ini menjadi tantangan bagi dalam daya saing perekonomian Indonesia. Sering pemerintah untuk berupaya meningkatkan daya saing terjadinya pemogokan akan membuat kerugian besar nasional terutama agar dapat menarik PMA ke bagi perusahaan-perusahaan, dan hal ini jelas akan Indonesia. Salah satu upaya dan terobosan baru untuk menghilangkan niat calon investor untuk berinvestasi peningkatan daya saing regional dan dinamika global di Indonesia. serta mendorong tumbuhnya investasi, melalui Permasalahan lainnya adalah birokrasi dan perijinan. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas lingkungan perijinan Indonesia memang terus disorot. Batam, yakni menetapkan Batam sebagai kawasan Survei UNCTAD (2004) dengan judul World Free Trade Zone. Report Kuncoro Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2007 tentang (Kuncoro,2005) Investment Menurut 2004, mencatat peringkat Ditetapkannya Batam sebagai daerah FTZ Indonesia berada dalam papan terbawah nomor 2 dari karena tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki 140 negara dilihat dari indeks kinerja investasi. Hal ini oleh Batam selama ini. Di samping memiliki dikarenakan waktu untuk mengurus ijin investasi keunggulan geografis yang berbatasan langsung masih dikeluhkan terlalu lama, prosedur ekspor yang dengan Singapura dan Malaysia, Batam dianggap lambat dan kompleks sehingga membuat biaya memiliki keunggulan secara ekonomi, antara lain logistik dan transpor menjadi tidak kompetitif, sebagai salah satu daerah di Indonesia yang tidak ditambah korupsi yang masih berlanjut di bea cukai pernah mengalami krisis ekonomi, dikenal sebagai dan pelabuhan. sentra industri elektronika terkemuka di Indonesia, Bagaimana posisi daya saing investasi serta merupakan penyumbang ekspor nonmigas kedua Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya. terbesar setelah Bali (Kuncoro,2005). Laporan dari UNCTAD (2004) menyajikan peringkat Pesatnya perkembangan industri dan sepuluh (10) besar negara-negara penerima PMA di investasi di Batam diiringi dengan bertambahnya Asia dan Pasifik dimana China (termasuk Hong kawasan industri baru yang menjadi sentra-sentra Kong) merupakan negara penerima terbesar, yang pertumbuhan industri di Batam. Sampai akhir tahun mencerminkan daya saing investasi dari negara 2006, terdapat 25 kawasan industri yang tersebar di tersebut paling tinggi di kawasan tersebut. Di dalam beberapa lokasi di Batam. Untuk peningkatan daya kelompok ASEAN, hanya Singapura, Malaysia dan tarik Thailand yang masuk dalam top 10. Tercatat bahwa melengkapi berbagai fasilitas di dalam kawasan China dan India sebagai pendatang baru di dalam industri antara lain ketersediaan dormitori bagi 3 investasi, pengelola kawasan industri Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 karyawan, sarana publik, ketersediaan utilitas, jasa transportasi maintenance akses sedangkan yang termasuk orientasi masukan lokal transportasi ke pelabuhan dan bandara (Otorita Batam, adalah faktor-faktor lokasi kontemporer atau modern 2006). Dengan ditetapkannya FTZ di Batam, (Soepono, 1999:7). serta kemudahan dalam adalah faktor-faktor lokasi klasik, pemerintah pusat/daerah, Otorita Batam, pengusaha dan pengelola kawasan berupaya memanfaatkan Teori Lokasi Klasik momentum tersebut untuk dapat meningkatkan daya Disebut juga teori orientasi biaya transpor. saing Batam agar dapat menarik PMA ke Indonesia. Menurut teori lokasi klasik terdapat 3 (tiga) Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kemungkinan lokasi yakni lokasi bahan baku, lokasi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang pasar (kota) dan lokasi antara (lokasi bahan baku dan menjadi alasan atau motivasi memilih lokasi investasi lokasi kota/pasar). Bila biaya transpor bahan baku dari bagi perusahaan dalam kawasan industri di Batam lokasi bahan baku ke lokasi pabrik/ perusahaan lebih serta apa yang menjadi masalah/kendala bagi besar daripada biaya transpor barang jadi (lokasi perusahaan dalam memulai pabrik ke lokasi pasar/kota), perusahaan akan dan melaksanakan investasi di Batam. menempatkan lokasi pabriknya di lokasi bahan baku agar dapat meminimumkan total biaya transpor atau 2 Dasar Teori dan Penelitian Sebelumnya memaksimumkan keuntungan sebagai motif ekonomi. Teori Lokasi Sebaliknya bila transpor barang jadi lebih besar Menurut Soepono (1999) teori lokasi pada daripada biaya transpor bahan baku, perusahaan dasarnya merupakan ilmu yang menjelaskan di mana memilih lokasi pabrik di dekat lokasi pasar/kota, dan bagaimana suatu aktivitas ekonomi memilih sebab kalau tidak, perusahaan akan membayar biaya lokasinya secara optimal. Dengan demikian keputusan transpor barang jadi lebih banyak (Weber, 1999; lokasi merupakan keputusan tentang bagaimana Losch,1954: Isard, 1956; Smith, 1981; Beckmann and perusahaan memutuskan dimana lokasi pabriknya Thisse, 1986; O’Sullivan, 1993; Soepono, 2002:4, atau fasilitas-fasilitas produksinya secara optimal. Wahyuddin, 2004: 12). Faktor-faktor lokasi merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi suatu aktivitas Teori Lokasi Modern ekonomi seperti aktivitas produksi atau aktivitas Disebut juga teori orientasi pada input lokal. pemberian jasa. Pengertian input lokal adalah apabila input itu tidak Tiap organisasi dari aktivitas ekonomi dapat dipindah-pindahkan secara efisien dari suatu dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi. Faktor-faktor lokasi ke lokasi lain. Sebuah perusahaan berorientasi lokasi yang dimaksud adalah faktor sejarah, faktor input lokal bila perusahaan itu mengeluarkan sebagian transportasi, faktor sumber daya, faktor pasar, faktor besar total biayanya untuk input lokal tersebut. tenaga kerja, faktor energi, faktor aglomerasi, faktor Perusahaan itu akan memilih lokasi dengan harga kenyamanan (mutu hidup, kualitas hidup, atau gaya input yang rendah (Soepono, 2002: 7-9; Wahyuddin, hidup), pelayanan publik setempat, pajak, insentif 2004: 14-16). pemerintah, iklim bisnis setempat site costs (harga tanah & gedung, fasilitas perkantoran dan gudang), stabilitas serta iklim politik nasional (Soepono, 1999:7). Faktor-faktor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua orientasi, yakni lima faktor pertama kecuali faktor sejarah, disebut orientasi transportasi dan faktor-faktor lainnya disebut orientasi masukan lokal. Faktor-faktor yang termasuk orientasi 4 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 Tabel 1 Ringkasan Lokasi Industri Klasik dan Modern 1. Orientasi Biaya Transpor (Teori Lokasi Klasik) Orientasi Lokasi Biaya Karakteristik Perusahaan Optimal Transpor Bahan Baku Volume lebih besar, berat, Dekat dengan dan tidak tahan lama sebelum sumber bahan diproses baku Pasar Volume lebih Dekat pasar besar,berat,tidaktahan lamasetelah diproses 2. Orientasi pada Input Lokal (Teori Lokasi Modern) Orientasi Lokasi Karakteristik Perusahaan Biaya Input Optimal Orientasi Intensifikasi tenaga kerja Daerah tenaga tenaga kerja kerja yang murah Orientasi Intensifikasi energi Daerah energi energi murah Orientasi Aglomerasi lokalisasi dan Mengelompok input aglomerasi urbanisasi pada satu intermedia lokasi yang sama Orientasi jasa Kebijakan-kebijakan Dekat sarana publik dan pemerintah yang berpengaruh publik, bebas pajak terhadap pemilihan lokasi pajak & retribusi Orientasi Para pekerja sensitif terhadap Lingkungan kenyamanan cuaca, suasana yang fisik dan sosial kondusif , dan rekreasi yang menarik Sumber : Wahyudin (2004) Menurut Wahyuddin (2004) teori lokasi yakni biaya yang paling rendah atau pendapatan yang kemudian berkembang dimana salah satunya adalah paling tinggi. Karena itu teori lokasi biasanya dibagi teori lokasi modern lanjutan sebagai koreksi dari menjadi dua jenis yang membahas least cost location kelemahan teori klasik. Selain itu juga muncul teori dan yang membahas maximum revenue locations lokasi berdasarkan perspektif geografi ekonomi. (Mcrrill,1970:87 ; Wahyuddin,2004:30). Menurut perspektif geografi ekonomi, aktivitas industri membutuhkan fasilitas fisik, bangunan, instalasi permesinan, lingkungan kerja Sigit,1982:27-28; perlengkapan (Permadi, dan Teori Motivasi FDI faktor Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan 1991:36-40; aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang Wahyuddin,2004:28). Sejumlah mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi faktor menentukan munculnya industri di suatu langsung (direct investment) maupun investasi tidak wilayah, antara lain faktor ekonomis, historis, langsung berbentuk portofolio. Investasi langsung manusia, politik, dan faktor geografis dimana faktor (direct geografis terdiri atas bahan mentah, sumber tenaga, melibatkan pihak investor secara langsung dalam suplai tenaga kerja, suplai air, pemasaran dan fasilitas operasional usaha yang dilaksanakan, sehingga transportasi (Robinson, 1979:183-188, Wahyuddin, dinamika 2004:28). perusahaan yang ditetapkan, tujuan yang hendak investment) usaha merupakan yang investasi menyangkut yang kebijakan Kajian lokasi industri sebagaimana dikemukan dicapai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan Weber (1909), bertujuan untuk menemukan lokasi (investor asing). Sedangkan investasi tidak langsung optimal (optimum location) bagi setiap pabrik atau (portofolio) merupakan investasi keuangan yang industri, yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis dilakukan di luar negeri. Investor membeli utang atau 5 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial survei ke industri di 23 negara dan mendukung untuk dari investasi tersebut. Bentuk investasi portofolio memberikan instrumen yang valid dalam membantu yang sering ditemui adalah pembelian obligasi/saham studi dan dukungan untuk keputusan lokasi industri. dalam negeri oleh orang/perusahaan asing (Suyatno, Paper ini menggambarkan studi yang menghasilkan 2003: 72, Didit&Indah, 2005: 26-47). suatu instrumen untuk mengidentifikasi kumpulan 14 Menurut Pangestu (1995) terdapat tiga faktor kritis atas lokasi industri yang telah sumber utama modal asing dalam suatu negara yang dikembangkan dan disintesakan dari literatur. Faktor menganut yaitu kritis yang tersebut antara lain faktor transportasi, pinjaman luar negeri (debt) dimana pinjaman luar tenaga kerja, raw materials, pasar, kawasan industri, negeri dilakukan oleh pemerintah secara bilateral ketersediaan utilitas, kondisi pemerintah, struktur maupun multilateral. Kedua adalah penanaman modal pajak, iklim, dan masyarakat serta situasi politik, asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) kompetisi dimana FDI merupakan investasi yang dilakukan faktor-faktor ekonomi. sistem perekonomian terbuka, swasta asing ke suatu negara, berupa cabang perusahaan multinasional, regulasi pemerintah dan Studi Fuad Erdal & Ekrem Tatoglu (2002) perusahaan menjelaskan determinasi yang berhubungan dengan multinasional, lisensi, joint ventura. Ketiga adalah lokasi atas FDI dengan pendekatan analisis time series investasi yang atas faktor lokasi utama yang mempengaruhi atas dilakukan melalui pasar modal (Didit&Indah, 2005 : tingkat aliran FDI untuk periode tahun 1980-1998 di 26-47). Turki. Hasil penelitian portofolio anak global, merupakan investasi ini menunjukkan bahwa Terdapat beberapa motivasi FDI masuk ke variabel penjelas yang signifikan berpengaruh positif dalam suatu negara atau daerah, menurut UNCTAD terhadap variabel dependen FDI adalah ukuran market (1998) terdapat 3 (tiga) alasan untuk melakukan domestic, perdagangan luar negari, infrastruktur dan investasi antara lain market-seeking, resource-seeking daya tarik domestik. Ketidakstabilan nilai tukar dan efficiency-seeking. Motivasi market-seeking FDI berpengaruh negatif dan signifikan, ketidakstabilan bertujuan untuk menembus pasar negara domestik dan ekonomi tidak signifikan. umumnya dihubungkan dengan ukuran pasar dan Faktor-faktor apakah yang menentukan pendapatan per kapita, pertumbuhan pasar, akses ke investor asing mau menempatkan dana dan usahanya pasar global dan regional, struktur dan pilihan di suatu wilayah? Studi Khasanah & Kurniawan (2005) konsumen pasar domestik. Motivasi resource-asset secara khusus menganalisis faktor-faktor penentu dari FDI berdasarkan alasan harga bahan baku, investasi asing langsung dalam memilih lokasi menurunkan biaya tenaga kerja, angkatan kerja, industri manufaktur di tingkat kabupaten/kota di tenaga kerja terampil, infrastruktur fisik (pelabuhan, Pulau Jawa. Faktor-faktor penentu tersebut adalah jalan, dan telekomunikasi),dan teknologi. Sedangkan faktor tenaga kerja, faktor pasar, faktor efek efficiency-seeking FDI karena dimotivasi untuk aglomerasi, infrastruktur, waktu dan heterogenitas menciptakan sumber daya saing yang baru bagi regional. Dalam penelitian ini terlihat bahwa variabel perusahaan serta karena biaya-biaya produksi yang yang lebih pertimbangan pemilihan lokasi FDI adalah variabel dummy produktivitas. Menurut Dunning (1993) terdapat metropolitan, perpajakan, dana kredit domestik, dan 4(empat) alasan atau motivasi FDI masuk ke suatu market size serta faktor ketersediaan tenaga kerja. negara, resource seekers, efficiency seekers, the Namun faktor yang berhubungan dengan pasar strategic assets or capability seekers, serta market menjadi faktor utama bagi FDI untuk menentukan seekers. lokasinya (market seeker). rendah termasuk juga berpengaruh secara signifikan terhadap Studi Shaukat Ali dan Wei Guo (2005) menggunakan metode survei terhadap 22 industri di Penelitian Sebelumnya Studi Masood A Badri (2007) menggunakan China. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi 6 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 4 keputusan investor di China antar lain market size, Hasil Penelitian growth, nilai tukar, pengembalian investasi, kebijakan Motivasi Perusahaan dalam Memilih Lokasi insentif pemerintah, stabilitas politik, strategi global Investasi di Batam dari perusahaan, ekspor, teknologi & infrastruktur. Pandangan responden tersebut Kesimpulan dari studi ini adalah market size diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian: merupakan faktor utama FDI khususnya perusahaan a. dapat Memandang bahwa faktor-faktor berikut sangat US. Faktor penentu penting lainnya: kebijakan penting dalam pertimbangan memilih lokasi insentif pemerintah, biaya tenaga kerja dan tingkat perusahaan di Batam, dengan urutan dari modus pengembalian investasi yang tinggi. Penemuan lain (diukur dari prosentase terbesar) terbesar, yakni adalah strategi global merupakan alasan berinvestasi tenaga di China. administrasi perijinan (52%), perlunya insentif kerja (52%), faktor biaya (52%), Studi Nguyen Ngoc Anh & Nguyen Thang pajak (44%), pentingnya FTZ di Batam (52%), (2006) menggunakan analisis regresi atas faktor dan kedekatan dengan Singapura (52%). faktor penentu distribusi spasial FDI antar Propinsi di market (40%) Vietnam menghasilkan pasar, tenaga kerja dan b. Memandang bahwa faktor-faktor berikut penting infrastruktur merupakan faktor penting dalam menarik dalam pertimbangan memilih lokasi perusahaan investasi. Studi ini menggunakan FDI inflow sebagai di Batam, dengan urutan dari modus terbesar variabel yakni, transportasi (52%), infrastruktur (48%)dan dependen, independen sedangkan antara lain variabel-variabel market, tenaga kerja, stabilitas makro (44%). infrastruktur dan kebijakan pemerintah. 3 Data Untuk meneliti lebih lanjut hal-hal alasan lain Sumber data primer berasal dari responden 25 dalam melakukan pemilihan lokasi perusahaan di perusahaan dalam 8 kawasan industri di Batam Batam, maka dalam penelitian ini telah dihasilkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi dan hal-hal sebagai berikut: kendala perusahaan dalam memilih lokasi investasi di a. Hal-hal yang terkait dengan Faktor tenaga kerja Batam. Metode survei yang digunakan adalah Terkait dengan faktor tenaga kerja, sebagian convenience untuk besar responden menyatakan bahwa ketersediaan mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti. tenaga kerja perempuan (34%) dan tenaga kerja Sampel sampling convenience yakni sering prosedur digunakan dalam trampil penelitian eksploratif dan deskriptif dan termasuk (34%) merupakan alasan utama dibandingkan dengan masalah lainnya. jenis sampel nonprobabilitas (Kuncoro,2003: 119). b. Untuk mengidentifikasi alasan atau motivasi Hal-hal yang terkait dengan Faktor Infrastruktur Terkait dengan faktor infrastruktur, sebagian bagi perusahaan dalam memilih lokasi investasi, besar untuk mengetahui bagaimana pandangan perusahaan listrik(40%) terhadap merupakan alasan utama dibandingkan dengan masalah atau kendala investasi menggunakan metode deskriptif analisis dengan responden dan menyatakan bahwa daya air (35%) ketersediaan masalah yang lainnya. menggunakan prosentase terbesar (modus) dari hasil c. Hal-hal yang terkait dengan Faktor Market kuisioner yang direkapitulasi dari responden. Untuk Terkait merangkum pandangan pengelola kawasan industri menyatakan bahwa kepentingan ekspor (48%) terhadap masalah atau kendala yang dihadapi dalam dan akses ke pasar regional/ global (45%) melakukan investasi di Batam menggunakan metode merupakan alasan utama dibandingkan dengan deskriptif pasar domestik dan populasi penduduk . analisis dengan merekapitulasi hasil wawancara serta hasil informasi yang diperoleh. d. 7 dengan faktor market, responden Hal-hal yang terkait dengan Faktor Biaya Vol 1 (1), 2009 Terkait dengan biaya menjadi pertimbangan, ISSN : 2085-3858 pengiriman (31%) merupakan alasan utama secara berurutan masing-masing adalah sewa dibandingkan dengan masalah jalan dan bandara. lahan (24%), air (20%), listrik (20%), biaya Tabel 2 Motivasi Responden Memilih Investasi di kawasan (18%), dan biaya administrasi/perijinan Batam (18%). e. Hal-hal yang terkait dengan Faktor Transportasi Terkait dengan faktor transportasi, sebagian besar responden menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas pelabuhan (41%) dan adanya jasa No Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang %s Berpengaruh Tenaga Kerja 52 Biaya 52 Administrasi/Perijinan 52 Sangat Pentingnya FTZ di Batam 52 1 Penting Kedekatan dengan 52 Singapura Perlunya Insentif Pajak 44 Market 40 Transportasi 52 2 Penting Infrastruktur 48 Stabilitas makro 44 Sumber : Data olahan primer (25 perusahaan di Batam) Kendala/Masalah Perusahaan dalam Memilih Lokasi Investasi di Batam § Tabel 3 Kendala dalam Memulai dan Melaksanakan Faktor-faktor yang tidak menjadi kendala antara Investasi di Batam No Tingkat Kendala Tidak 1 Terkendala lain infrastruktur, faktor market dan kedekatan dengan Singapura. Sedangkan faktor tenaga kerja, biaya, transportasi, insentif pajak, FTZ Batam Sedangkan faktor-faktor yang dianggap menjadi kendala dalam berinvestasi adalah masalah administrasi dan perijinan. % 44 Infrastruktur 32 Kedekatan dengan 32 Singapura 2 Biasa Stabilitas makro 60 Biaya 56 Transportasi 48 Tenaga Kerja 40 Insentif Pajak 34 3 Terkendala Administrasi/Perijinan 36 FTZ di Batam 28 Sumber : Data olahan primer (25 perusahaan di dan sabilitas makro ekonomi ditanggapi biasa. § Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Market Ketidakpastian penerapan FTZ di Batam berpotensi menjadi kendala investasi karena sebagian bagi besar responden (56%) kebijakan tentang FTZ di Batam akan sangat mempengaruhi investasi di Batam. Batam) Di samping itu, responden juga memberikan pandangan lain agar iklim investasi di Batam menjadi lebih baik, pandangan-pandangan tersebut antara lain : o Masalah kepabeanen, dalam hal ini responden mengharapkan agar prosedur tentang kepabeanan 8 Vol 1 (1), 2009 5 Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan dipermudah, juga terkait dengan proses impor o o o o bahan baku. Kesimpulan Masalah perpajakan, diharapkan agar tax holiday a. Batam adalah karena faktor tenaga kerja, biaya, Masalah perijinan, diharapkan agar prosedur administrasi perijinan, pentingnya FTZ di Batam, perijinan dibuat transparan dan dipermudah juga kedekatan dengan Singapura, insentif pajak, serta terkait dengan perijinan untuk tenaga kerja asing. market. Sedangkan motivasi dalam kategori Masalah keimigrasian, diharapkan agar masalah penting biaya fiskal ditinjau ulang. transportasi, infrastruktur, dan stabilitas ekonomi Masalah tenaga kerja, diharapan agar terdapat makro. dalam penentuan UMK yang b. bermasalah tiap tahun. o Motivasi investasi utama bagi perusahaan di diterapkan di Batam kepastian o ISSN : 2085-3858 Masalah lainnya, secara berurutan adalah faktor Alasan lain melakukan investasi di Batam adalah karena ketersediaan tenaga kerja perempuan dan responden mengharapkan tenaga kerja trampil (tenaga kerja), daya listrik perlunya kepastian hukum di Batam terutama dan ketersediaan air terkait (infrastruktur), ekspor terkait penerapan FTZ di Batam, penerapan One dan akses ke pasar regional/global (market), sewa Stop Service (OSS) perlu diefektifkan, serta lahan, air, dan listrik (biaya), dan ketersediaan masalah lingkungan. fasilitas perlabuhan (faktor transportasi). Sebagian besar responden menyatakan bahwa c. Masalah atau kendala yang dihadapi oleh penerapan FTZ di Batam sangat berpengaruh perusahaan dalam memulai dan melaksanakan terhadap iklim investasi. investasi di Batam di mana responden menilai bahwa masalah administrasi dan perijinan serta Kendala/Masalah Investasi Menurut Pengelola ketidakpastian penerapan FTZ di Batam dalam Kawasan Industri beberapa tahun terakhir Untuk mendapatkan gambaran permasalahan dianggap menjadi kendala dalam berinvestasi di Batam. investasi di Batam terutama menjelang pelaksanan d. Menurut pengelola kawasan industri, Free Trade Zone (FTZ) Kadin Propinsi Riau telah masalah/kendala investasi di Batam antara lain membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Himpunan masalah Kawasan Industri dengan meminta masukan dari perpajakan, kepabeanan, keimigrasian, tenaga pengelola kerja, dan masalah pertanahan. kawasan industri. Kendala investasi birokrasi, ekonomi biaya tinggi, menurut Pengelola Kawasan Industri adalah : a. Permasalahan secara umum Permasalahan umum yang Rekomendasi Kebijakan terkait dengan a. lebih lanjut secara komprehensif tentang motivasi Riau dan khususnya Batam antara lain masalah utama birokrasi, ekonomi biaya tinggi, dan oknum memasukkannya dalam regulasi yang mengatur keamanan. tersebut tentang FTZ di Batam. Hasil penelitian ini dapat responden menganggap perlu adanya perijinan dipergunakan sebagai salah satu referensi atau dalam pelayanan satu atap untuk menghapus bahan birokrasi dan pungutan liar (pungli) yang kesimpulan beberapa motivasi utama investasi di bertujuan untuk memperjelas pengaturan sistem, Batam. Terhadap permasalahan prosedur, waktu dan biaya dalam berinvestasi di b. Bagi pemerintah pusat dapat melakukan kajian permasalahan investasi di Propinsi Kepulauan b. berinvestasi kajian yang di telah Batam dan menghasilkan Bagi pemerintah daerah khususnya Dewan Batam. Kawasan FTZ yang telah terbentuk di Batam Masalah lainnnya : Masalah perpajakan, Masalah dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai Kepabeanan, Masalah Keimigrasian, Masalah salah satu referensi atau bahan kajian yang lebih Tenaga Kerja, dan Masalah Pertanahan 9 Vol 1 (1), 2009 komprehensif dalam merumuskan kebijakan teknis FTZ di lapangan dimana menurut hasil penelitian ini terdapat beberapa masalah atau kendala investasi di Batam yang dikeluhkan oleh perusahaan dan pengelola kawasan industri. c. Bagi pengelola kawasan industri dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan atau referensi untuk peningkatan pelayanan dalam kawasan industri agar dapat menarik investor ke dalam kawasan industri di Batam. Sesuai hasil penelitian pengelola kawasan industri perlu melakukan pembenahan terhadap infrastruktur atau fasilitas yang tersedia serta pelayanan di dalam kawasan industri, pentingnya pemeliharaan fasilitas kawasan yang didukung dengan biaya pemeliharaan yang kompetitif, peningkatan kualitas sarana dan pelayanan untuk peningkatan nilai ekspor, ketersediaan dan peningkatan skill tenaga kerja. 10 ISSN : 2085-3858 Vol 1 (1), 2009 REFERENSI ISSN : 2085-3858 Soepono, Prasetyo. 1999. ”Teori Lokasi : Ali, Shaukat & Guo,Wei. 2005. “Determinant of Representasi Landasan Mikro bagi Teori FDI in China”. Journal of Global Business Pembangunan Daerah”. Jurnal Ekonomi dan and Technology, Volume 1, Number 2. Bisnis, Vol. 14, No. 4, hal. 4-44 Badri, A. Masood. 2007. “Dimensions of Soepono, Prasetyo. 2002. Lokasi Perusahaan dan Industrial Location Factors: Review and Implikasinya Exploration”. Journal of Business and Public Pengukuhan Jabatan Guru Besar, 22 Juni Affair, Volume 1, Issue 2. 2002, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Botrić, Valerija & Škuflić, Lorena. 2005. Main bagi Kebijakan. Pidato Mada Yogyakarta. Determinants of Foreign Direct Investment Tambunan, Tulus . 2006. Iklim Investasi di in the South East European Countries. Paper Indonesia prepared for the 2nd Euroframe Conference Potensi”. : Masalah, Tantangan dan on Economic Policy Issues in the European www.kadin-indonesia.or.id Artikel dalam FDI and Relocation: UNCTAD. 2004. World Investment Report. New Challenges for Employment and Growth in York : United Natons Conference on Trade Union : Trade, rd the European Union. June 3 . Vienna, and Investment. Austria. Wahyuddin, Muhammad. 2004. Dinamika Fuad, Erdal & Ekrem, Tatoglu. 2002. “Locational Spatial Manufaktur Berorientasi Ekspor Determinant of Foreign Direct Invesment in Indonesia, 1990-1999. Unpublished PhD a Emerging Market Economy : Evidence tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. from Multinational Turkey”. Business WEF. 2005. The Global Competitiveness Report Review, Vol.10, No.1. 2005-2006. Geneva : World Economic Jamli, Ahmad & Firmansyah. 1998. “Analisis Fungsi Investasi Industri Yonathan, S., Hadi. 2001. “Analisis Vector Manufaktur dan Dampak Investasi pada Autoregression (VAR) terhadap Korelasi Jurnal antara Pendapatan Nasional dan Investasi Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 13 Pemerintah di Indonesia, 1983/1984 – Nomor 4, hal. 50-66. 1999/2000”. Jurnal Ekonomika, Vol.2, No. Kebutuhan pada Impor Sektor Forum. Indonesia”. Khasanah,Uswatun & Kurniawan, Ade, Budi. 3. Yudhoyono, Bambang, Susilo. 2006. Keterangan 2005. “Determinan Investasi Asing dalam Memilih Lokasi dan Polarisasi Industri Pemerintah Manufaktur di Pulau Jawa”. Jurnal Ekonomi Pembangunan 2. 2003. Daya Tarik Kebijakan Daerah. Disampaikan Presiden RI di depan Sidang Paripurna DPD-RI pada tanggal 24 November 2006. dan Studi Pembangunan, Volume 6 Nomor KPPOD. tentang Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta : KPPOD. Kuncoro, M. & Rahajeng, Anggi. 2005. “Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY”. Jurnal Ekonomi Pembanguna, Vol.10 No.5. Kuncoro, M. 2005. “Menanti Reformasi Iklim Bisnis Indonesia”. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial –UNISIA, No. 55/XVIII/I/2005. Otorita Batam. 2006. Profile of Industrial Estate. Batam : Otorita Batam. 11 Vol 1 (1), 2009 ISSN : 2085-3858 Biografi H. Muhammad Zaenuddin, SSi., Properti Residential (SHPR) di Pulau Batam” kerjasama Bank Indonesia dan Politeknik Batam (2006,2007), penelitian tentang “Pemetaan Komoditas Sektor Unggulan di Provinsi Kepulauan Riau” (2008) kerjasama Bank Indonesia dan Politeknik Batam. M.Sc. lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 14 Februari 1976. Pendidikannya dari tingkat dasar sampai dengan menengah semuanya diselesaikan di daerah Pati. Karena ketertarikannya pada pelajaran matematika sejak kecil, maka setelah lulus dari SMAN 1 Pati pada tahun 1994 penulis melanjutkan kuliah di Jurusan Matematika ITB Bandung. Ketertarikan dalam melakukan kajian sosial dan ekonomi, menuntunnya untuk menyelesaikan studi S-2 dalam bidang ilmu ekonomi di Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta pada tahun 2008 yang lalu. Mantan Ketua Pemantau Forum Rektor Batam tahun 2004 ini pernah menjadi anggota KPU Kota Batam 2004-2006 dan 2008-2009. Kini tercatat sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Politeknik Batam. Selain aktif mengajar dan menulis, dosen Politeknik Batam ini juga terlibat dalam beberapa organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Beberapa karya bukunya yang telah diterbitkan antara lain Mengurai Persoalan Ekonomi (Tahun 2009), Pemilukada dalam Perspektif Kajian dan Empiris (2008), Membangun Wacana intelektul (2004), Menggoyang Pikiran Menuju Alam Makna (Tahun 2002), dan Wisata Spiritual Menuju Tuhan (Tahun 2001). Beberapa hasil karya penelitiannya antara lain tulisan tentang ”Upaya Economic Engineering dalam Pengembangan Potensi Kewirausahaan” dimuat dalam Jurnal Ilmiah Madania APTISI-Kepri (2004), penelitian tentang ”Rendahnya Kemandirian Daerah Seluruh kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dimuat dalam Jurnal Ilmiah EKO-REGIONAL (2009), penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi PMA di Batam” dimuat dalam Majalah Ilmiah Ilmu Ekonomi dan Manajemen DISTRIBUSI (2010), penelitian tentang “Survei Identifikasi Transaksi Ilegal di Batam” yang didanai DP2M DIKTI (2009), penelitian tentang “Survei Harga 12