Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
Universitas Widyatama
Skripsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pergudangan Transit
2.1.1 Pengertian Pergudangan
Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan
pemusnahan, serta pelaporan material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas
terjamin (Pranoto, Sugimin, dkk. 2009).
2.1.2 Manfaat Pergudangan
Manfaat pergudangan adalah untuk:
1) Terjaganya kualitas dan kuantitas barang.
2) Tertatanya perbekalan barang.
3) Peningkatan pelayanan pendistribusian.
4) Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan.
6) Tertib administrasi.
2.1.3 Pengertian Transit
Beberapa pengertian transit menurut http://www.thefreedictionary.com adalah:
1) Transit berarti berhenti sejenak setelah berpindah tempat.
2) Berhenti untuk sementara waktu dan melanjutkan perjalanan kembali.
3) Fasilitas yang terdiri dari sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
pergerakan barang atau barang.
2.2 Pengangkutan
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan (Purwosutjipto H. M. N. 1988).
Istilah pengangkutan dengan
mengatakan
tiga
bahwa
pengangkutan
Bab II Tinjauan Pustaka
meliputi
dimensi
pokok
yaitu:
6
Universitas Widyatama
Skripsi
”pengangkutan sebagai usaha (business); pengangkutan sebagai perjanjian
(agreement); dan pengangkutan sebagai proses (process)” (Muhammad,
Abdulkadir. 1980).
Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian (agreement), pada umumnya
bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan.
Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut carter
(charterparty). Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara
lisan, yang didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian itu
sudah terjadi.
Jadi pengangkutan
itu berupa suatu wujud kegiatan dengan
maksud memindahkan barang-barang atau barang (orang) dari tempat asal ke
suatu tempat tujuan tertentu.
2.2.1 Pihak-Pihak yang Terkait dalam Pengangkutan
Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para
subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
pengangkutan. Subjek hukum pengangkutan adalah ”pendukung kewajiban dan
hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu
pihak-pihak yang terlibat
secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian
pengangkutan” (Muhammad, Abdulkadir. 1980). Mereka itu adalah pengangkut,
pengirim, barang, penerima, ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat
bongkar, dan pengusaha pergudangan. Subjek hukum pengangkutan dapat
berstatus badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan.
a. Pengangkut (Carrier) / Co-Partner
Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak
yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan. Dalam
perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban
memberikan pelayanan jasa angkutan barang dan berhak atas penerimaan
pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
b. Pengirim ( Consigner) / Sub-Agen
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi
pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar
Bab II Tinjauan Pustaka
7
Universitas Widyatama
Skripsi
pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan
pengangkutan barang dari pengangkut.
c. Pengguna Jasa (User)
Pengguna jasa adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa
angkutan barang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan
sesuai yang ditetapkan. Menurut perjanjian pengangkutan, pengguna mempunyai
dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan
sebagai objek karena dia memiliki muatan barang yang diangkut.
d. Penerima (Consignee) / Pengguna Jasa Tujuan
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal
pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun
adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima
barang yang diangkut di tempat tujuan.
Dalam perjanjian pengangkutan,
penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang
berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah
pihak dalam perjanjian pengangkutan. Penerima adalah pihak ketiga yang
berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan,
melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi
tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun kriteria penerima
menurut perjanjian, yaitu :
1) Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang.
2) Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan.
3) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.
e. Ekspeditur
Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa
Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur adalah seorang yang pekerjaanya
menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagang dan barang-barang lain
di darat atau di perairan. Ia wajib membuat catatan-catatan dalam sebuah
registrasi harian berturut-turut tentang macam dan jumlah barang-barang
dagangan yang harus diangkut. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum
pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim
Bab II Tinjauan Pustaka
8
Universitas Widyatama
Skripsi
atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara
dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim.
f. Agen Perjalanan ( Travel Agent)
Agen perjalanan (Travel Agent) dikenal dalam perjanjian pengangkutan
barang.
Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan
karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu
perusahaan pengangkutan barang.
Agen perjalanan berfungsi sebagai agen
(wakil) dalam perjanjian keagenan (Agency Agreement) yang bertindak untuk dan
atas nama pengangkut.
Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan
usahanya mencarikan pengguna jasa bagi perusahaan pengangkutan kereta api,
kendaraan umum, kapal, atau pesawat udara. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
ditentukan kriteria agen perjalanan menurut undang-undang, yaitu :
1) Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan.
2) Bertindak untuk dan atas nama pengguna.
3) Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengguna.
4) Menjamin barang tiba di tempat tujuan dengan selamat.
g. Pengusaha Muat Bongkar (Stevedoring) / Pengelola Gudang
Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkutan barang dari dan ke suatu
tempat, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kereta mempunyai
kedudukan yang penting. Di samping itu keselamatan dan keamanan barang yang
dibongkar muat dari dan ke kereta sangat erat kaitannya dengan kegiatan bongkar
muat tersebut. Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan
barang di dalam ruang kereta yang terbatas itu sesuai dengan sifat barang,
ventilasi yang diperlukan, dan tidak mudah bergerak/bergeser. Demikian juga
ketika membongkar barang dari kareta diperlukan keahlian sehingga barang yang
dapat dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak menimbulkan kerusakan.
2.2.2 Objek Hukum Pengangkutan
Yang diartikan dengan objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya meliputi barang muatan, alat
pengangkut, dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang
muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan
Bab II Tinjauan Pustaka
9
Universitas Widyatama
Skripsi
hukum pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak
secara benar, adil, dan bermanfaat.
a. Barang Muatan (Cargo)
Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi
oleh Undang-Undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan,
tetapi hewan tidak diperkenankan untuk dimuat dalam kereta api. Secara fisik
barang muatan dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu :
1) Barang berbahaya (bahan-bahan peledak).
2) Barang tidak berbahaya.
3) Barang berharga.
4) Barang curah (beras, semen,minyak mentah).
5) Barang khusus.
Secara alami barang muatan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Barang padat.
2) Barang cair.
3) Barang gas.
4) Barang rongga (barang-barang elektronik).
Dari jenisnya, barang muatan dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1) General cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara membungkus
dan mengepaknya dalam bentuk unit-unit kecil.
2) Bulk cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara mencurahkannya
ke dalam kontainer.
3) Homogeneous cargo, adalah barang dalam jumlah besar yang dimuat
dengan cara membungkus dan mengepaknya.
b. Alat pengangkut (Carrier)
Pengangkut
adalah
pengusaha
yang
menjalankan
perusahaan
pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat
pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas
rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Masinis bukan pengangkut,
melainkan karyawan perusahaan pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang
bertindak untuk kepentingan dan atas nama pengangkut.
Bab II Tinjauan Pustaka
10
Universitas Widyatama
Skripsi
c. Biaya pengangkutan (Charge/Expense)
Pemerintah menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan
kemampuan masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan
tarif tersebut, perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum,
perusahaan laut niaga, dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi
kepada
kelangsungan dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan serta perluasan jaringan angkutan.
2.3
Pengertian Proses Bisnis
2.3.1
Proses
Proses merupakan kumpulan dari aktivitas yang bertujuan mengolah
masukan menjadi suatu keluaran yang dibutuhkan. Hasil atau output dari suatu
proses terkadang dibutuhkan oleh proses-proses yang lain untuk menghasilkan
output yang berbeda dan selanjutnya secara keseluruhan proses-proses tersebut
menghasilkan output yang melayani pihak eksternal yaitu pelanggan. Output
inilah yang disebut dengan produk atau jasa.
2.3.2 Bisnis
Bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang
diperlukan atau diinginkan oleh konsumen.
disebut entrepreneur.
Para pelaku bisnis ini biasanya
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dana dengan menjual barang ataupun jasa agar
mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di
dalam industri (Afuah, Allan. 2004).
Bisnis adalah suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
ekonomis masyarakat, perusahaan yang diorganisasikan untuk terlibat dalam
aktivitas tersebut (Vernon, A. Musselman, John Harold Jackson. 1992). Bisnis
dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memilki badan hukum,
perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memilki
badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak
memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Tempat Usaha (SIUP)
serta usaha informal lainnya (Griffin, Ricky W., & Ebert, Ronald J. 2006).
Bab II Tinjauan Pustaka
11
Universitas Widyatama
Skripsi
Berikut ini merupakan beberapa ciri bisnis:
1) Kegiatan individu atau kelompok.
2) Terorganisasi (adanya manajemen).
3) Memproduksi barang atau jasa.
4) Menciptakan nilai.
5) Produksi dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
6) Melakukan transaksi pertukaran.
7) Mendapatkan laba (keuntungan) dari kegiatannya.
2.3.3 Proses Bisnis
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu (Weskw, Mathias. 2007). Suatu proses
bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki
atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya.
Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di
dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Proses bisnis berisi kumpulan aktivitas (tasks) yang saling berhubungan
satu sama lain untuk menghasilkan suatu keluaran yang mendukung pada tujuan
dan sasaran strategis dari organisasi. Setiap perusahaan atau organisasi selalu
memiliki proses bisnis yang dilakukan untuk menghasilkan dan mengelola produk
atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan (Burlton, Roger T. 2011). Sering
kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan
pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu
karakteristik proses bisnis.
Bab II Tinjauan Pustaka
12
Universitas Widyatama
Skripsi
Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Bisnis
(Sumber: http://www.pipiew.wordpress.com/2007/11/29/proses-bisnis)
Proses Bisnis sangat membantu dalam pencatatan kegiatan yang dilakukan
oleh organisasi. Dengan adanya proses bisnis maka perusahaan akan menentukan
bagianmana yang penting dan menentukan bagian yang tidak penting sehingga
dengan minimasi proses bisnis, maka dapat meminimasi cost serta waktu yang
dikeluarkan dengan tujuan peningkatan profit bagi perusahaan (Chang, James F.
2005). Banyak keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan proses bisnis
salah satunya adalah memberikan pelayanan yang baik bagi customer serta
melakukan respon cepat terhadap permintaan customer.
Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses
bisnis (Davenport, Thomas. 1993) adalah:
1) Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta
keluaran yang jelas.
2) Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai
waktu dan ruang.
3) Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4) Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan
nilai tambah pada penerima.
5) Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus
terkait dalam suatu struktur organisasi.
6) Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup
beberapa fungsi.
Bab II Tinjauan Pustaka
13
Universitas Widyatama
2.4
Skripsi
Proses Bisnis dan Dokumen Bisnis
Pada tingkat paling dasar proses bisnis berarti satu atau lebih kegiatan yang
terjadi dalam memandu kegiatan bisnis. Dalam proses bisnis dapat terjadi satu
atau lebih kolaborasi dan didalamnya terdapat satu lebih transaksi, seperti contoh
gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Proses Bisnis
(Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Dokumen bisnis didefinisikan sebagai sebuah spesifikasi dari skema
dokumen bisnis dan komponen informasi yang mengkomposisikan dokumen
bisnis dan mengandung komponen informasi.
Berikut ini adalah ilustrasi
dokumen bisnis:
Gambar 2.3 Dokumen Bisnis
(Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Bab II Tinjauan Pustaka
14
Universitas Widyatama
2.5
Skripsi
Model Proses Bisnis
Model proses bisnis mendefinisikan bagaimana proses bisnis dipaparkan.
Proses bisnis menyatakan kata kerja dari bisnis dan dapat dinyatakan
menggunakan tools pemodelan (Osterwalden, A., Yves Pigneur, & Alan Smith.
2009). Spesifikasi untuk definisi bisnis proses memungkinkan sebuah institusi
menyatakan proses bisnisnya agar lebih mudah dipahami oleh institusi lainnya.
Hal tersebut memungkinkan integrasi proses bisnis didalam institusi ataupun antar
institusi. Model proses bisnis ini juga menspesikasikan bagaimana rekanan dalam
bisnis melakukan kolaborasi.
2.6
Analisis Proses Bisnis dan Informasi
Aktivitas tingkat atas dalam proses analisis proses bisnis dan informasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Analisis Proses Bisnis dan Informasi
(Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Aktivitas Proses Bisnis secara logika dapat dipisahkan dalam dua bagian
terpisah tetapi saling terhubung yaitu analisis proses bisnis dan analisis informasi
bisnis.
Gambar 2.5 Aktivitas Proses Bisnis
(Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Bab II Tinjauan Pustaka
15
Universitas Widyatama
2.7
Skripsi
Lembar Kerja Proses Bisnis Electronic Business Extensible Markup
Language (ebXML)
ebXML (Electronic Business Extensible Markup Language) adalah paket
spesifikasi
disponsori
oleh
UMM
(UN/CEFACT)
yang
memungkinkan
perusahaan untuk mengkodekan dokumen umum perusahaan seperti faktur
penjualan, pengiriman uang, dan pesanan pembelian (Bernauer, Martin, Gerti
Kappel, & Gerhard Kramler. 2003).
ebXML memiliki kekuatan dalam latar
belakang konseptual yang kuat (Naujok, Klaus Dieter. 2008). Spesifikasi meliputi
analisis proses bisnis dan dokumen bisnis, dokumentasi perusahaan, dan transfer
dokumen untuk melakukan e-bisnis (Laguna, M. & Marklund, J. 2004).
Lembar kerja yang digunakan dalam ebXML mempunyai Form-ID.
Penomoran ini dapat digunakan sebagai referensi satu lembar kerja ke lembar
kerja lain (http://www.ebxml.org).
Adapun jenis form lembar kerja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)
BRM
: Business Reference Model.
2)
BA
: Business Area.
3)
PA
: Process Area.
4)
BPUC
: Business Process Use Case.
Form lembar kerja Analisis proses bisnis dari ebXML dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bab II Tinjauan Pustaka
16
Universitas Widyatama
Skripsi
Tabel 2.1 Model Referensi Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012)
Penjelasan:
1) Form ID
: Identitas Formulir, biasa digunakan
kombinasi penomoran dan nama model.
2) Business Reference Model Name
: Adalah nama dari model referensi
yang akan dianalisis dan merupakan bagian paling atas dari model
referensi bisnis.
3) Industry Segment
: Segmen dari model referensi bisnis,
misalnya proses bisnis program studi, segment industri adalah pendidikan.
4) Scope Domain
: Cakupan domain yang dibahas
dalam model referensi.
5) Business Area
: Area bisnis yang dilaksanakan
dalam model referensi.
6) Business Justification
: Justifikasi dari bisnis yang menjadi
model referensi.
Bab II Tinjauan Pustaka
17
Universitas Widyatama
Skripsi
Tabel 2.2 Area Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012)
Penjelasan:
1) Form ID
: Identitas Formulir, biasa digunakan kombinasi
penomoran dan nama model.
2) Business Area Name : Adalah nama dari area bisnis yang mengacu pada
lembar kerja model referensi bisnis.
3) Description
: Uraian tentang area bisnis.
4) Scope
: Cakupan area bisnis.
5) Boundary of Business Area
Bab II Tinjauan Pustaka
: Ruang lingkup dari area bisnis.
18
Universitas Widyatama
Skripsi
6) Referensi
: Referensi dari area bisnis yang dijalankan.
7) Constraints
:
Kendala/batasan atas area bisnis yang
dijalankan.
8) Stakeholders
: Praktisi/partisipan yang terlibat dalam area
bisnis yang dijalankan.
9) Process Area
: Area proses yang ada di dalam area bisnis
yang dijalankan.
10) Objective
: Tujuan dari area bisnis.
11) Peluang Bisnis
: Peluang bisnis dari area bisnis yang bisa
diidentifikasi.
Tabel 2.3 Area Proses
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012)
Bab II Tinjauan Pustaka
19
Universitas Widyatama
Skripsi
Penjelasan:
1) Form ID
: Identitas Formulir, biasa digunakan kombinasi
penomoran dan nama model.
2) Process Area Name
: Adalah nama dari area proses yang mengacu pada
lembar kerja model area bisnis.
3) Objective
: Tujuan dari area proses yang dijalankan.
4) Scope
: Cakupan area proses.
5) Description
: Uraian tentang area proses.
6) Reference
: Referensi dari area bisnis yang dijalankan.
7) Boundary of Process Area: Ruang lingkup dari area proses yang
dijalankan.
8) Constraints
: Kendala/batasan atas area proses yang dijalankan.
9) Stakeholders
: Praktisi/partisipan yang terlibat dalam area proses
yang dijalankan.
10) Business Process
: Proses bisnis yang ada di dalam area bisnis yang
dijalankan.
11) Business Opportunity : Peluang bisnis dari proses bisnis yang bisa
diidentifikasi.
Bab II Tinjauan Pustaka
20
Universitas Widyatama
Skripsi
Tabel 2.4 Use Case untuk Proses Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012)
Penjelasan:
1) Form ID
:
Identitas Formulir, biasa digunakan
kombinasi penomoran dan nama model.
2) Business Process Name
:
Adalah nama dari proses bisnis yang
mengacu pada lembar kerja area proses.
3) Identifier
: Pengenal unik untuk menyatakan proses
bisnis.
4) Actor
: Pelaku dari proses bisnis.
5) Performance Goals
: Tujuan dari unjuk kerja proses bisnis.
Bab II Tinjauan Pustaka
21
Universitas Widyatama
2.8
Skripsi
6) Preconditions
: Kondisi awal saat proses bisnis dijalankan.
7) Begin When
: Awal waktu proses bisnis dimulai.
8) Definitions
: Definisi proses bisnis.
9) End When
: Akhir waktu proses bisnis diakhiri.
10) Exceptions
: Kekecualian dalam pelaksanaan proses bisnis.
11) Post Conditions
: Kondisi akhir pasca proses bisnis.
Pemodelan Proses Bisnis Menggunakan BPMN
Bussiness Process Modelling Notation (BPMN) merupakan salah satu alat
pemodelan proses bisnis yang dikembangkan oleh BPMI (www.bpmi.org).
BPMN dikembangkan berbasiskan flowchart sehingga mudah dipahami. BPMN
adalah bahasa pembuatan diagram alur secara grafis yang digunakan analis bisnis
atau pengembang untuk menyatakan proses bisnis.
Untuk menerapkan BPMN maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Menetapkan sudut pandang kajian masalah (point of view).
pandang
ini
penting
untuk
membatasi
ruang
lingkup
Sudut
masalah
dan
menggambarkan proses bisnis pada ruang lingkup tersebut. Hal ini karena sebuah
proses bisnis seringkali sangat rumit dan melibatkan banyak pihak, sehingga
ketika dimodelkan, harus ditentukan dari sudut pandang pihak mana model
tersebut dibangun.
b.
Membuat abtraksi umum dan melakukan dekomposisi atas proses
sehingga dapat dibuat model yang komprehensif pada setiap lapisan proses.
Dalam hal ini abstraksi umum mengambil dari hasil ebXML.
c.
Menggambarkan modelnya menggunakan BPMN.
1.
Bussiness process Diagram dalam BPMN, terdiri atas:
a. Flow Objects, terdiri atas:
1.
Events,
Events
mempengaruhi
alur
proses
dan
biasanya
mempunyai penyebab (kausa/trigger) atau akibat (hasil). Terdapat tiga
jenis events berdasarkan kapan mereka mempengaruhi alur, yaitu awal,
pertengahan, dan akhir dari Events. Untuk setiap jenis events tersebut
sendiri terbagi atas beberapa jenis, misalnya message start.
Bab II Tinjauan Pustaka
22
Universitas Widyatama
Skripsi
Gambar 2.6 Events
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
2.
Activities, merepresentasikan task yang harus diselesaikan.
Activities dinyatakan sebuah persegi panjang yang ujungnya halus dan
secara umum menyatakan pekerjaan dari sebuah lembaga.
Bab II Tinjauan Pustaka
23
Universitas Widyatama
Skripsi
Gambar 2.7 Activities
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
3.
Gateways, merepresentasikan pemecahan alur yang terdapat di
dalam proses bisnis.
Gateways dinyatakan dengan sebuah belah
ketupat dan digunakan untuk mengontrol alur urutan yang menyebar
(Divergen) atau memusat (konvergen). Gateways ini bisa bersifat dapat
dikontrol (controllable) dan tidak dapat dikontrol (uncontrollable).
Gambar 2.8 Gateways
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
Bab II Tinjauan Pustaka
24
Universitas Widyatama
Skripsi
b. Connecting Objects, terdiri atas:
1) Sequence flows
: Urutan alur kegiatan.
2) Message flows
: Alur pesan.
3) Association
: Menghubungkan elemen dengan artefacts.
Gambar 2.9 Asosiasi dalam BPMN
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
c. Swimlanes, digunakan untuk mengkategorikan secara visual seluruh
elemen dengan diagram.
Terdapat dua cara untuk memodelkan
swimlanes:
1) Pools
: Pengelompokan fungsi/objek dari proses bisnis.
2) Lanes
: Sub kelompok dari fungsi/objek proses bisnis.
Gambar 2.10 Swinlanes
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
Bab II Tinjauan Pustaka
25
Universitas Widyatama
Skripsi
d. Artifacts, digunakan untuk memberi penjelasan pada diagram, terdiri
atas:
1) Data Objects : Objek data seperti laporan dan data storage.
2) Group
: Kelompok dalam proses bisnis.
3) Annotation
: Catatan dalam proses bisnis.
Gambar 2.11 Artefacts
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
2.9
Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa untuk mengspesifikasi,
memvisualisasi, membangun dan mendokumentasikan artefacts (bagian dari
informasi yang digunakan pada pemodelan bisnis dan sistem non perangkat
lunak lainnya (Nugroho, Adi. 2004). UML merupakan suatu kumpulan teknik
terbaik yang telah terbukti sukses dalam memodelkan sistem yang besar dan
kompleks. UML tidak hanya digunakan dalam proses pemodelan perangkat lunak,
namun hampir dalam semua bidang yang membutuhkan pemodelan (Eriksson,
Hans & Penker, Magnus. 1998). UML dimulai secara resmi pada oktober 1994,
ketika Rumbaugh bergabung dengan Booch pada Relational Software
Corporation. Proyek ini memfokuskan pada penyatuan metode Booch dan OMT.
Dalam waktu yang sama, Jacobson bergabung dengan Relational dan cakupan
dari UML semakin luas sampai diluar perusahaan OOSE (Rambaugh, James,
Booch, Grady, & Jacobson, Ivar. 1999). UML merupakan pengganti dari metode
analisis berorientasi objek dan desain berorientasi objek (OOA&D) yang
dimunculkan sekitar akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an (Rambaugh, James.
1991).
Bab II Tinjauan Pustaka
26
Universitas Widyatama
Skripsi
Salah satu diagram dalam UML adalah diagram use case. Use case adalah
abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor. Use case bekerja dengan cara
mendeskripsikan tipe interaksi antara user sebuah sistem dengan sistemnya
sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai. Use case
merupakan konstruksi untuk mendeskripsikan bagaimana sistem akan terlihat di
mata user.
Gambar 2.12 Simbol Use Case
(Sumber: Nugroho, Adi. 2004)
1) Actor adalah sebuah peran yang bisa dimainkan oleh pengguna dalam
interaksinya dengan sistem.
2) Usecase yaitu abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor.
3) Use yaitu untuk menghubungkan actor dan usecase atau actor dengan
actor.
Metode UML memiliki kekurangan, yaitu:
1) Bahasa model ini sangat kompleks untuk dipahami.
2) Kurangnya
notasi
abstrak
yang
tepat
yang
akan
menimbulkan
kebingungan terhadap pengguna.
2.10
Structured Analysis and Design Techniques (SADT)
Structured Analysis and Design Techniques (SADT) adalah suatu metode
yang dikembangkan oleh Douglas. T. Ross pada tahun 1969-1973.
SADT
merupakan serangkaian metode terstruktur, yang mewakili koleksi analisis,
desain, dan teknik pemrograman yang dikembangkan untuk menanggapi masalah
yang dihadapi dunia perangkat lunak dari tahun 1960 ke 1980-an. SADT
memandang suatu sistem terdiri atas dua hal, yaitu objek dan kejadian. Yang
termasuk objek suatu sistem adalah data atau dokumen dan yang termasuk
kejadian adalah kegiatan yang dilakukan manusia, mesin, atau software. Untuk
menggambarkan dua hal tersebut digunakan diagram yang berbeda, yaitu:
Bab II Tinjauan Pustaka
27
Universitas Widyatama
Skripsi
1) Diagram data.
2) Diagram kegiatan SADT sebagai metode terstuktur juga mengatur konsep
Dekomposisi dengan pendekatan top-down.
Metode SADT memiliki kekurangan, yaitu:
1) Membutuhkan waktu dan personil lebih banyak.
2) Metode ini baik untuk analisis dan desain secara umum, tetapi tidak untuk
tahap desain secara rinci.
3) Proses dalam modul tidak digambarkan.
4) Efektivitas metode ini dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan pengalaman
analis.
2.11
Business Process Reengineering (BPR)
Business Process Reenginering (BPR) merupakan sebuah pemikiran dan
perancangan ulang sebuah proses bisnis secara mendasar untuk mencapai
peningkatan yang dramatis dan pengukuran performa biaya, kualitas, lead time,
penghasilan, fleksibilitas, inovasi, servis, serta kecepatan yang kontemporer
(Hammar, Michael. 1990). Konsep Re-Engineering berasal dari keinginan untuk
memaksimalkan profit dari pengenalan IT dalam menciptakan integrasi terhadap
bagian-bagian di perusahaan. Beberapa peranan BPR, yaitu:
1) Menvalidasi informasi dari proses bisnis.
2) Menyeleksi bagian fungsi atau proses bisnis yang mana yang
membutuhkan analisis lebih lanjut.
3) Mengidentifikasi alur dokumen yang datang dan ketidekefisienan proses
bisnis yang sedang berlangsung.
4) Mengidentifikasi fungsi dan proses mana yang mempunyai performansi
bagus dan dipertahankan keeksistensiannya.
Metode BPR memiliki kekurangan, yaitu:
1) Pendekatan baru yang inovatif cenderung lebih sulit muncul dibandingkan
dengan pendekatan kertas bersih.
2) Memiliki resiko yang lebih tinggi dan gangguan juga lebih besar.
3) Proses yang baru memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan
proses yang sudah ada, sehingga para pekerja mendapat kesulitan besar.
Bab II Tinjauan Pustaka
28
Download