Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 ANALISIS KECEPATAN DARAH PADA ARTERI KAROTIS BAGI PASIEN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN COLOR DOPPLER SONOGRAFI Analysis Of Bloods Velocity On Carotid Arterial For Hypertension and Non Hypertension Patients Using Ultrasonography Color Doppler Finsentius Lien Hardiyan1, Kadek Subagiada1,* Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman * Corresponding Author: [email protected] 1 Abstract The research of bloods velocity analysis have been done to determine the effect of the Hypertension and Non Hypertension patient's to the bloods flow velocity in the carotid artery and determine the relationship between bloods pressure and carotid artery diameter and pulsatility index of the blood flow velocity in arteries of Hypertension and Non Hypertension patients. Collecting of data was conducted by using the tool directly to the patients with complaints against hypertension, so that the data obtained from the device directly by using color Doppler equation and compared with the results of these tools. From the measurement of bloods flow velocity in Non -1 -1 Hypertension patients have got results obtained ranged was 394 mm.s to 595 mm.s with the -1 highest pressure was 130/90 mmHg in the bloods flow velocity of 595 mm.s , while in -1 -1 Hypertension patients, the value of the average velocity of blood 283 mm.s to 332 mm.s with the -1 highest pressure 190/110 mmHg in the bloods flow velocity of 252 mm.s were find out that bloods flow velocity was inversely related to the bloods pressure. Diameter of artery related to the bloods velocity that smaller arteries would be occurs in higher pressure, whereas the relation of bloods pressure to the pulsatility index shown that on the higher pulsatility index was accur to decreasing of bloods pressure as well of Hypertension and Non Hypertension patients were causing due abnormalities of heart function. Keywords : Bloods flow velocity, pulsatility index, carotid artery,hypertension. Pendahuluan Darah hanya sedikit yang didapat sedangkan pasokan darah ke organ-organ dan aktivitas perfusi yang berada di dalam organ-organ di seluruh tubuh tersebut tidak dapat dievaluasi. Penemuan alat USG sendiri diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik sekitar tahun 1920-an lalu, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Dari hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Sebelum tahun 1972, pemeriksaan ultrasonografi Perkembangan teknologi telah demikian pesatnya sejak alat ultrasonografi (USG) dipakai sebagai alat diagnostik pada bidang medis. Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Kemajuan teknologi dapat menambah aplikasi dan manfaat alat USG telah demikian luasnya, terutama Color Doppler telah membuka spektrum baru di bidang diagnostic medis. Pemeriksaan menggunakan USG bersifat non invasif artinya tidak mengakibatkan perubahan seluler dari organ yang diperiksa dan non traumatik yang artinya tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat dilakukan dengan cepat dan aman dan juga data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi serta tidak diperlukan persiapan khusus yang sulit. 24 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 (USG) dengan Real-Time Imaging dua dimensi hanya mampu untuk melihat perubahan-perubahan morfologi jaringan tubuh. Dengan B-mode gray scale, pembuluh darah. Dengan memanfaatkan efek Doppler di bidang USG, maka pasokan darah ke organorgan dan aktivitas perfusi organ-organ dapat diamati dan diukur dengan menggunakan Color Doppler. Sonografi dapat ditingkatkan dengan pengukuran Doppler, yang mempekerjakan efek Doppler untuk menilai apakah struktur (biasanya darah) sedang bergerak ke arah atau menjauh dari probe, dengan kecepatan relatif. Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk Menentukan pengaruh tekanan darah dari pasien Hipertensi dan Non Hipertensi terhadap kecepatan aliran darah pada arteri karotis 2. Untuk Menentukan hubungan antara Diameter Arteri Karotis terhadap Kecepatan Darah Pada pasien Hipertensi dan Non Hipertensi 3. Menentukan Nilai pulsasi indeks terhadap kecepatan aliran darah dalam arteri karotis, pada pasien Hipertensi dan Non Hipertensi. Essential Physic of Medical Imaging, Bushberg, 2001) Material yang memiliki tingkat kompresi yang tinggi seperti udara mempunyai kecepatan gelombang suara yang rendah sedangkan sebaliknya material tulang memiliki kecepatan gelombang suara yang tinggi. Nilai kecepatan gelombang suara di udara berkisar 330 m/detik, sedangkan kecepatan gelombang suara di dalam jaringan lemak (softtissue) adalah 1.540 m/detik. Berikut adalah nilai kecepatan gelombang suara di dalam beberapa jaringan tubuh. Tabel 1. Nilai kecepatan gelombang suara pada beberapa jaringan tubuh untuk pemeriksaan ultrasonografi (USG) Material Velocity (m/s) Air Water Metal Fat Blood Soft tissue 330 1497 3000-6000 1440 1570 1540 Jarak antara dua kelompok partikel yang merapat (Compression) dan meregang (rarefaction) disebut panjang gelombang (lambda). Panjang gelombang pada modalitas USG sangat penting peranannya karena menentukan resolusi alat tersebut. Pada umumnya panjang gelombang dari modalitas USG pada bidang medis berkisar antara 0,1 - 0,5 mm. Struktur partikel yang terdapat pada medium akan menentukan kecepatan, karakteristik gelombang dan perpindahan gelombang mekanik. Pergerakan getaran gelombang terhadap jarak dapat digambarkan berupa kurva sinusoidal gelombang. Ultrasound adalah gelombang suara ferfrekuensi lebih dari 20.000 Hz. Kebanyakan peralatan diagnostik dalam kedokteran memakai frekuensi 1-10 MHz (1 MHz = 1.000.000 siklus/detik). Gelombang suara yang melalui medium menyebabkan partikel yang ada di dalam medium bergerak maju mundur secara longitudinal sehingga terjadi pemadatan (kompresi) dan peregangan partikel yang berdekatan. Jarak antara dua kelompok partikel yang memadat dan meregang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang menentukan resolusi gambar pada USG. Makin pendek gelombang suara resolusinya makin baik. Saat ini, umumnya mesin USG yang ada memiliki antara 0,1-1,5 mm. Kecepatan Tinjauan Pustaka Teori Gelombang Gelombang merupakan penjalaran suatu energi dari gelombang energi mekanik yang melalui suatu medium. Gelombang mekanik ini merupakan getaran dari partikel-partikel di dalam suatu medium tertentu. Gelombang udara yang melewati suatu medium akan menyebabkan perubahan-perubahan partikel dalam medium tersebut dan bergerak secara longitudinal. Gerakan ini menyebabkan terjadinya perapatan dan peregangan dari partikel-partikel yang berdekatan, seperti dijelaskan pada gambar sebagai berikut: Gambar 1. Perpindahan mekanis dalam medium Kompresibel (Sumber : The 25 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 1.Peak SystolicmVelocity (PSV) dengan kisaran normal 41,8 – 85 cm/s dan End Diastolic Velocity (EDV) dengan kisaran normal 10,2 – 21 cm/s. Dengan persamaan suara ditentukan oleh kepadatan dan kompresibilitas media yang dilaluinya. Makin padat maka makin cepat kecepatan suaranya (Bushberg, 2002). Terdapat korelasi antara kecepatan suara (V), frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ) dengan persamaan sebagai berikut : (1) V f . Gelombang bunyi merupakan gelombang yang perambatannya memerlukan suatu medium (Gabriel, 1996) atau gelombang longitudinal (Gelombang yang arah partikelnya sejajar dengan arah rambatannya) yang terjadi karena perapatan dan peregangan dalam medium gas, cair atau padat. Gelombang bunyi dihasilkan dari getaran partikel-partikel benda yang saling beradu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan energi. Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang longitudinal dan kemudian dapat diditeksi oleh telinga atau suatu alat. Berdasarkan frekuensinya gelombang bunyi dapat dibedakan dalam beberapa bagian, seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Daerah frekuensi gelombang bunyi Jenis Gelombang Frekuensi Inte Bunyi rak si Infrasonik < 20 Hz Sua ra Audiosonik 20–20.000 Hz Den gan Utrasonik >20.000 Hz Jari nga n Gelombang suara yang melalui jaringan akan mengalami interaksi sehingga terjadi atenuasi (pelemahan intensitas suara) yang disebabkan oleh adanya pembiasan/penyimpangan berkas suara (divergensi), penyerapan energi suara (absorbsi), dan pantulan suara (defleksi). Vm c (3) (Vs Vd ) Vmean (4) 2. Pultasing Index Nilai PI yang normal adalah berkisar 1,82 – 3,44. Dengan persamaan : PI 3.Resister Index Nilai RI yang normal adalah berkisar 0,66 – 0,88. Dengan persamaan : RI (Vs Vd ) Vs (5) Hasil Dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan selama 6 bulan di instalasi radiologi RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, tepatnya di ruang elektromedik. Ruang elektromedik tersebut merupakan bagian dari ruang radiologi, namun ruangan terpisah dan khusus untuk pemeriksaan USG. Gambar 2. Tempat Pengambilan Data Pada Pasien Di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Parameter Penelitian Kecepatan rata-rata aliran darah dipengaruhi oleh kordiac output, umur dan jenis kelamin. Parameter yang umum bisa didapatkan dari pemeriksaan USG Doppler adalah : Peak Sistolik Velocity (Vs), end Diastolik Velocity (Vd), pulsatility indeks (PI) dan Mean Velocity (Vm). Dari nilai-nilai tersebut diatas nilai mean velocity dan pulsatility indeks merupakan nilai yang harus diketahui karena dipakai sebagai interpretasi berkaian dengan bebagai macam keadaan patologis. Perhitungan nilai Mean Velocity dan pulsatility indeks adalah sebagai berikut (Mathias Hofer, 2004) Penyudutan Tranduser Gelombang suara akan memproduksi kompresi-kompresi di udara yang dipisahkan oleh satu panjang gelombang (λ) (Hendee, 2002). Pada pengamat diam akan mendengar Frekuensi dengan dengan persamaan (Hendee, 2002) : f . V s Vd Vd 3 (2) Pada pengunaan Doppler velocimetry beberapa indeks yang digunakan antara lain (Triyono, 2011) : 26 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 Data Hasil Penelitian Untuk mencari mean velocity terhadap pasien Hipertensi Dan Non Hipertensi, Tekanan darah normal dapat diketahui bila Sistolik (Bacaan Atas) = 100 - 140 mmHg, dan Diastolik (Bacaan Bawah) = 60 - 90 mmHg Tabel 3. Data hasil pengamatan pada pasien hipertensi (Manual) Tekanan Kecepatan No darah Diameter Aliran darah Mmhg mm/s Arteri karotis S D Vs Vd Vm Mm 1 160 80 0,85 ± 125 287 316 2 160 100 0,80 ± 123 278 317 3 160 80 0,80 ± 131 281 318 4 160 90 0,85 ± 138 261 321 5 160 80 0,74 ± 158 221 332 6 160 80 0,89 ± 142 222 290 7 170 100 0,80 ± 118 218 263 8 170 110 0,87 ± 127 217 271 9 170 90 0,88 ± 125 235 281 10 180 90 0,83 ± 116 239 275 11 180 100 0,79 ± 108 225 258 12 180 110 0,89 ± 106 198 238 13 180 90 0,86 ± 101 221 248 14 180 90 0,79 ± 138 197 269 15 190 110 0,82 ± 116 204 252 Dari tabal 3 diatas pada pasien yang dikatagorikan Hipertensi diperoleh kisaran tekanan darah Antara 160/80 mmHg sampai dengan 190/110 mmHg dengan variasi kecepatan aliran darah dalam arteri karotis berkisar Antara 84,33 mm/s sampai dengan 318,33 mm/s. Hasil pengukuran diameter arteri karotis diperoleh nilai yang bervariasi yaitu antara 0,74 mm sampai 0,90 mm. Pasien yang bertekanan darah tinggi pada 190/110 mmHg diperoleh diameter pada arteri karotis 0,82 mm dengan kecepatan aliran darah sebesar 252 mm/s, nilai ini menunjukkan adanya hubungan antara tekanan terhadap kecepatan aliran darah serta diameter arteri karotis terhadap kecepatan aliran darah. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan hemotokrit yang mengakibatkan kecepatan darah akan berkurang, sedangkan apabila tekanan darah menurun maka kekentalan darah (Viskositas) akan berkurang sehingga mengakibatkan kecepatan aliran darah akan meningkat. Hubungan diameter arteri karotis terhadap kecepatan aliran darah juga berpengaruh dimana jika diameter arteri karotis kecil maka kecepatan aliran darah akan meningkat demikian sebaliknya jika diameter arteri karotis besar maka kecepatan aliran darah akan menurun. Demikian halnya pada hubungan Antara diameter arteri karotis dengan Hipertensi (Tekana Darah) jika diameter arteri karotis kecil maka tekanan darah akan rendah dan apabila diameter arteri karotis besar maka tekanan darah akan bertambah. Gambar 3. Grafik hubungan antara Tekanan Darah Sistolik terhadap Kec Rata-rata Darah pada pasien Hipertensi/ Tekanan Darah Tinggi Pada grafik gambar 3 dapat dilihat bahwa ada 4 pasien dengan tekanan darah terendah yaitu 160/80 mmHg dengan kecepatan aliran darah yang melalui arteri tertinggi 318 mm/s dengan diameter arteri karotis 0,80 mm dan juga ada satu pasien dengan tekanan darah 160/90 mmHg dan 160/100 mmHg dengan kecepatan aliran darah berkisar 0,77 mm dan 0,80 mm. Sementara tekanan darah terbanyak adalah 160/80 mmHg dan 180/90 dengan kecepatan aliran bervariasi 290 mm/s dengan diameter arteri 0,89 mm/s dan tekanan darah 180/90 mmHg dengan kecepatan aliran darah 269 mm/s dengan diameter arteri 0,86. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar 4. Grafik hubungan antara Tekanan Darah Diastolik terhadap Kec Rata-rata Darah pada pasien Hipertensi/ Tekanan Darah Tinggi Nilai ini menujukkan adanya hubungan antara tekanan darah terhadap kecepatan aliran darah serta diameter arteri terhadap kecepatan aliran darah. Hal ini diakibatkan karena apabila tekanan darah meningkat 27 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 maka kekentalan darah (Viskositas) juga akan meningkat karena adanya peningkatan hemotokrit yang mengakibatkan kecepatan darah akan berkurang, sedangkan apabila tekanan darah menurun maka kekentalan darah (viskositas) akan berkurang sehingga mengakibatkan kecepatan aliran darah akan meningkat. Hubungan diameter arteri juga berpengaruh dengan kecepatan aliran darah pada arteri karotis dimana jika diameter arteri kecil maka kecepatan aliran darah akan meningkat demikian sebaliknya jika diameter arteri besar maka kecepatan aliran darah akan menurun. dipakai sebagai interpretasi berkaitan dengan berbagai macam keadaan patologis cerebrovascular maupun cardiovascular. Nilai pulsatility indeks (PI) digunakan untuk menditeksi adanyan tahanan (impenance) dari sirkulasi darah Indeks pulastilitas dapat di katagorikan bernilai tidak normal jika terdapat tahanan (impedance) pada pembulu darah (Isradiati, 2012). Nilai normal PI adalah berkisar antara 0,51,2 Apabila nilai lebih dari 1,2 maka keadan ini menunjukkan adanya kerusakan jaringan ginjal, sedangkan pulsatility indeks yang kurang dari 0,5 menggambarkan adanya kelainan jantung Perhitungan pulsatility indeks (PI) adalah sebagai berikut (Mathias Hofer, 2004) Mencari Nilai Pulsatility Indeks Dimana nilai pulsatility indeks ini merupakan nilai yang harus diketahui karena Tabel 4. Hasil hubungan Antara Tekanan Darah, Kecepatan Aliran Darah danpulsatility Indeks pada pasien Hipertensi ( Perhitungan Manual) Tekanan Darah (mmHg) No Diameter Arteri Karotis (mm) Kecepatan Aliran Darah (mm/s) PI Keterangan 0,85 ± Vs 125 Vd 287 Vm 316 0.5 Normal 100 0,80 ± 123 278 317 0.5 Normal 160 80 0,80 ± 131 281 318 0.4 4 160 90 0,85 ± 138 261 321 0.3 5 160 80 0,74 ± 158 221 332 0.1 6 160 80 0,89 ± 142 222 290 0.2 7 170 100 0,80 ± 118 218 263 0.3 8 170 110 0,87 ± 127 217 271 0.3 9 170 90 0,88 ± 125 235 281 0.4 10 180 90 0,83 ± 116 239 275 0.4 Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung Ganguan Jantung 1 S 160 D 80 2 160 3 Dari hasil tabel 4 dapat dilihat hubungan antara tekanan PI (Pulsatilitas Indeks) pada pasien hipertensi yaitu terdapat 12 pasien yang menderita ganguan kelainan jantung. Sedangkan untuk pasien yang mengalami ganguan pada jantung akan diadakan penelitian lebih lanjut hal ini mungkin saja dikarnakan pada saat pemeriksaan pasien tersebut mengkonsumsi obat-obatan atau melakukan kegiatan yang berat, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan aliran ratarata darah dari jantung yang membuat jantung memompa darah sangat cepat atau pasien tersebut sudah mengalami kelainan jantung bawaan sejak lahir oleh karna itu dari hasil dari uji tersebut akan di perikasa lebih lanjut 28 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 Semakin kental darah yang melewati arteri maka semakin besar gesekan terhadap dinding pembulu dan sebagai konsekuensinya diperoleh tekanan terhadap dinding arteri semakin besar. Kekentalan ini disebabkan oleh kadar Hematokrit yang tinggi. Hematokrit adalah volume dari sel-sel darah merah yang di mampatkan. Hematokrit merupakan penentu utama viskositas darah. Kenaikan tekanan darah akan menyebabkan kenaikan secara linear, semakin banyak hematokrit dalam plasma darah maka semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Pada tekanan darah rendah (non hipertensi) viskositas darah cendrung lebih normal yaitu 1.8 kali kekentalan air. Pengaruh viskositas pada tekanan darah, viskositas darah biasanya sangat resisten terhadap perubahan, tetapi ketika itu berubah, hal itu dapat mempengaruhi tekanan darah. Pengaruh viskositas, atau penipisan darah dapat menurunkan tekanan darah. Sebaliknya peningkatan viskositas atau penebalan darah meningkatkan tekanan darah. Viskositas darah dapat di pengaruhi oleh empat faktor utama yaitu Hematokrit, suhu, laju alir dan diameter pembulu. Dengan persentase yang lebih tinggi dari Hematokrit sel darah merah, maka darah menjadi lebih kental. Untuk setiap kenaikan suhu , viskositas meningkat meningkat dua persen. Kekentalan darah memiliki pengaruh yang signifikan pada darah. Hidrasi (mencakupin kebutuhan cairan) Peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh stres tidak mengakibatkan hipertensi menetap, tetapi stress yang cukup berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang sangat tinggi, Stres menyebabkan aktivitas saraf simpatik yang mempengaruhi peningkatan pelepasan norepinefrin dari saraf simpatis pada jantung dan pembulu darah dan menyebabkan cardiac yang meningkatkan resistensi pembulu darah sistemik dan dapat mengakibatkan hipertrofi jantung dan pembulu darah jantung maupun ginjal. Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Diameter Arteri Terhadap Kecepatan Rata-rata Vm pada pasien Hipertensi Dari hasil grafik tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata darah yaitu berkisar antara 238 mm/s dengan tekanan darah sebesar 180/110 mmHg dengan lebar diameter arteri sebesar 0,89 mm sampai pada yang tertinggi yaitu 332 mm/s dengan tekanan darah sebesar 160/80 mmHg dengan diameter arteri 0,74 mm. Sementara itu tekanan darah terbanyak yaitu 160/80 mmHg dengan kecepatan ratarata 332 mm/s dengan diameter arteri karotis 0,74 mm hal ini dikarnakan hubungan diameter arteri terhadap kecepatan aliran darah juga berpengaruh dimana juga halnya dengan diameter jika diameter arteri kecil maka kecepatan aliran darah akan meningkat dan jika diameter arteri besar maka kecepatan aliran darah menurun hal ini dikarnakan tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung untuk memompa darah dengan cepat sehingga kecepatn aliran darah bertambah dan stabil. Pembahasan Prinsip pemeriksaan color Doppler adalah untuk mencari nilai pulsatility indeks (PI) yang kecil dengan nilai mean yang tertinggi yang hal ini untuk mengurangi pengaruh faktorfaktor kardiovasculer. Setelah dilakukan penelitian dan pengukuran tekanan darah, pulsatilitas dan kecepatan aliran darah pada arteri karotis diperoleh ada 8 pasien degan tekanan darah normal dan juga 13 pasien dengan tekanan darah tinggi yang mengalami kerusakan organ baik itu kelainan fungsi maupun bawaan sejak lahir untuk memperjelas dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang lain. Dimana kecepatan aliran darah berbanding terbalik apabila tekanan darah naik maka kecepatan darah akan menurun demikian sebaliknya, hal ini disebabkan oleh viskositas/kekentalan darah yang meningkat. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil pengukuran kecepatan aliran darah pada pasien Non Hipertensi diperoleh hasil berkisar antara 394 mm/s sampai 595 mm/s dengan tekanan tertinggi 130/90 mmHg dengan kecepatan aliran darah 595 mm/s, sedangkan pada 29 Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 pasien Hipertensi nilai kecepatan rata-rata darah 283 mm/s sampai 332 mm/s dengan tekanan tertinggi 190/110 mmHg dengan kecepatan aliran darah 252 mm/s ini berarti kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan tekanan darah. 2. Tekanan darah dan diameter arteri karotis sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran darah dimana apabila tekanan darah naik akan mengakibatkan kecepatan aliran darah menurun demikian sebaliknya, dan diameter arteri karotis besar maka kecepatan darah akan menurun dan demikian juga sebaliknya, hal ini diakibatkan oleh peningkatan hematocrit yang mengakibatkan viskositas darah akan meningkat. Tekanan darah tinggi akan mengakibatkan stroke dan ganguan jantung. 3. Dari hasil pengukuran hubungan antara tekana Darah, Kecepatan Aliran Darah dan Pulsatility Indeks pada pasien Non Hipertensi terdapat 12 pasien dan 12 pasien yang mengalami gangguan kelainan fungsi jantung pada pasien Hipertensi hal ini menunjukkan bahwa kelainan fungsi jantung tidak hanya pada pasien Hipertensi, tetapi bisa juga pada pasien Non Hipertensi. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan kepada RSUD Kanujoso Djadiwibowo Balikpapan yang telah memberika izin untuk mengadakan penelitian ilmiah ini. Demikian pula penulis berterima kasi kepada bagian elektro medik yang telah banyak membatu dan diskusinya yang bermanfaat. 16. 17. 18. Referensi 19. 1. Bushing, Steward C, 1998, Radiologi Science for Technologist, Mosby Year Book Inc. St. Lois Misouri. 2. Bushong. S.C., 1991, Diagnostic Ultrasound : Physics. Biology. And Instrumentation. Mosby Year Book. Inc. Toronoto. 3. Bushberg, Jerrold T., 2002, The Essential Physics of Medical Imaging. California: Lippincott Williams & Wilkins 4. Bueche. R. J. 1986, Introduction to physics and Engineers. New York Mc GrawHill Cristensen’s 4th edition 1990, 20. 21. 22. 23. 30 Physics of Diagnostic Radiology, Lea and Febiaer Philadelphia. USA. Dr.Ir.Amoranto Trisnobudi. Teori Ultrasonik dan Instrumentasi Ultrasonik. Dewi, Evi Swantika. 2013. Analisis Pengaruh Tekanan Darah, Resistansi Dan Pulsatilitas, Terhadap Kecepatan Aliran Darah Pada Aorta Abdominalis. Fakultas MIPA Universitas Mulawarman. Samarinda. Edi Susanto, 2000. Analisis Penggunaan Ultrasonik Doppler pada Pengukur Kecepatan Relative Aliran Darah. Evelin C Pearce, 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gabriel J.F, 1988, Fisika Kedokteran, Buku Kedokteran EGC Jakarta. Gabriel J.F. 1996. Fisika : Cetakan Ke-7 Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta Huon H.Gray, Keith D Dawkins, John M. Morgan, Lain A. Simpson edisi keempat 2003, Lecture Notes Kardiologi. Hendee, William R. 2002. Medical Imaging physics. Published simultaneously: Canada. Halliday. D. R Resnick. KS Krane. 1992. Physics. 4th ed. Vol. I. Jhon Wiley & Sons. New York. Israr, Yayan Akhyar: 2009. Sistem Karotis. Universitas Riau: Riau. Jhon R. Cameron. James G 1978. Skotronick. medical physics. New York : Wiliy & Sons Mc. Kremkau. W Frederick. 1984. Diagnostic Ultrasound principles. instrumemntation and exercises. Grune & Stratton.Inc. New York. Levitov, A., Mayo, P. H., Slonim, A. D., 2009, Critical Care Ultrasonography. Mathias Hoffer. Editor Prof.DR.Dr.H.Triyono KSP.Sp,Rad (K).2004.Teaching Manual of Color Doppler Sonography. Palmer. P.E.S. 2002. Panduan Pemeriksaan Diagnostik USG. Ruslan Hani, A., Riwidikdo, H., 2009, Fisika Kesehatan edisi revisi, Seri Buku Kesehatan. Rosin, Yu.A., Dopplerografiya sosudov golovnogo mozga u detei (Doppler Investigation of Cerebrum Vessels in Children),St.Petersburg: SPbMAPO, 2006. Sjahrir R, dkk, 1992, Radiologi Diagnostik Pencitraan Diagnostik Pencitraan Diagnostik Gaya Baru. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 Juli 2016, Samarinda, Indonesia ISSN : 2528 - 0988 24. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, Edisi 6 2003, Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. 25. Supriyatna, Agus. 2010. Hubungan Jumlah Leukosit Total dengan Aterosklerosis Arteri Karotis Interna pada Pasien Paska stroke Iskemik. Universitas Diponegoro: Semarang. 26. Samad, Syahrul. 2002. Analisi kecepatan Darah Pada Aorta Abdominalis Bagi Pasien Hipertensi Dengan Mengunakan Color Doppler Sonografi. Fisika FMIPA, UNHAS. Makassar. 27. Triyono. 2011. Manual Teaching Duplex Sonography. 28. Tugasworo, Dodik. 2000. Kecepatan Aliran Darah Arteri Serebri Media pada Penderita Stroke Non Hemoragik. Universitas Diponegoro: Semarang. 29. William R. Hendee, E. Russell Ritenour, "Medical Imaging Physics" (4th edition) 30. Wati, Ika Fitria. 2014. Pengaruh Variasi Sudut Doppler Terhadap Presistansi, Pulsatilitas Dan Kecepatan Aliran Darah Pada Aorta Abdominalis. Fakultas MIPA Universitas Mulawarman. Samarinda 31. Young D. Hug and Roger A. Freedman. 2008. University Physics: with Modern Physics. Pearson Addison-Wesley: San Francisco. 31