(Centella asiatica (L.,) Urb)

advertisement
The Immunomodulatory Effect of Extracted Ethanol of Pegagan (Centella asiatica
(L.,) Urb) toward Phagocytic Activity and Capacity of Macrophage Cells in Male
Mice sod Sprague-Dawley lineage which Infected by Sthapylococcus aureus
Jatmiko Susilo, Istianatus Sunnah, Ni Putu Ayu Riskadewi
ABSTRACT
The vegetative of pegangan (Centella asiatica (L.,) urb) contains flavonoid and
triterpenoid saponin that believed to have an immunomodulatory effect. This study aims
to find the immunomodulatory effect of extracted ethanol of pegagan toward the
phagocytic activity and capacity of peritoneal macrophage cells in the mices (Sprague
Dawley) which infected by Staphylococcus aureus.
This was an experimental study with the post-test control group design. The
samples in this study were 30 mices which divided into 5 groups: negative control
(distilled water), positive control (Phylantus niruri) with a dose of 1.26mg/200gBW and
extracted ethanol of pegangan (Centella asiatica (L.,) Urb) with the doses of
0,0625g/200gBW, 0.1250 g/200gBW, and 0,1875g/200gBW, respectively. Before the
treatments implemented, S. aureus was infected intraperitoneally on day 8th, and 10th of
the test of confirmed the presence of bacteria in the blood, the day 10th to 19th were the
treatments, in day 20th is phagocytic activity and capacity measure by hemocitometer and
hand counter.
The results of this study indicate that the extracted ethanol of pegangan (Centella
asiatica (L.) Urb) with a dose of 0.1875g/200gBW, the percentage of activity was
92.90±3.12% and capacity was 723.50±90.49 cell/ml. This mean diffrent is the not
significantly with positive control (Phylantus niruri) p-value of 0.468 and 0.331 > α
0.05).
Keywords :
Pegagan (Centella asiatica (L.,) Urb), Staphylococcus aureus, phagocytic
activity and capacity
1
Efek Imunomodulator Estrak Etanol Tanaman Pegagan (Centella asiatica(L.,) Urb)
Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag pada Tikus
Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinfeksi Sthapylococcus aureus
Jatmiko Susilo, Istianatus Sunnah, Ni Putu Ayu Riskadewi
INTISARI
Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.,) urb) mengandung flavonoid dan
triterpenoid saponin, diduga mempunyai efek imunomodulator. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efek imunomodulator estrak etanol tanaman pegagan terhadap aktivitas
dan kapasitas fagositosis sel makrofag peritoneum tikus (Sprague dawley) yang diinfeksi
Staphylococcus aureus.
Penelitian eksperimental dengan desain post test control group. Sampel adalah 30
ekor tikus, dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol negatif (aquadest), kontrol positif
(Phylantus niruri) dosis 1,26mg/200gBB dan ekstrak etanol tanaman pegagan (Centella
asiatica (L.,) Urb) dosis 0,0625g/200gBB, 0,1250 g/200gBB, dan 0,1875g/200gBB.
Sebelum perlakuan diinfeksi S. aureus secara intraperitoneal pada hari ke-8, hari ke-10
uji konfirmasi keberadaan bakteri dalam darah, hari ke10 – ke-19 perlakuan,hari ke-20
pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis dengan hemositometer dan hand counter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol tanaman pegagan dosis
0,1875g/200gBB adalah nilai aktivitas 92,90±3,12 dan nilai kapasitas 723,50 ±90,49,
mempunyai efek imunomodulator yang berbeda tidak signifikan dengan kontrol positif
(Phylantus niruri) dengan meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis dengan pvalue 0,468 dan 0,331 (p>0.05).
Kata Kunci: Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.,) Urb), Staphylococcus aureus,
aktivitas dan kapasitas fagositosis
2
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian di
negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes, 2003). Hal ini termasuk angka kejadian
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Infeksi S. aureus
sering kali menyebabkan demam yang menetap, kembung, destensi abdomen dan diare.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri S. aureus dapat menyebabkan sistem imun turun,
oleh
karena
itu
diperlukan
pengobatan
dengan
imunomodulator.
Penggunaan
imunomodulator dalam sebuah terapi banyak mengalami hambatan, hal ini dikarenakan
harga imunomodulator yang beredar di pasaran relatif mahal. Imunomodulator dari bahan
alam perlu dipertimbangkan dalam pengembangannya sehingga faktor harga dapat
ditekan (Bellanti et al., 1993).
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator adalah tanaman
pegagan.
Tanaman pegagan diketahui mengandung senyawa kimia flavonoid dan
triterpenoid
saponin
berkhasiat
sebagai
imunomodulator,
sehingga
mampu
mempengaruhi sistem imun tubuh yang terinfeksi bakteri. Menurut penelitian yang
dilakukan
(Besung, 2009) menunjukkan bahwa tanaman pegagan sebagai alternatif
penyakit infeksi mengandung senyawa triterpenoid saponin yang dapat mengaktivasi
makrofag.
Belum adanya penelitian yang menggunakan zat aktif flavonoid dan triterpenoid
dalam tanaman pegagan sebagai imunomodulator, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan membuktikan khasiat ekstrak etanol tanaman pegagan sebagai
imunomodulator pada tikus yang diinfeksi S. aureus melalui pengamatan aktivitas dan
kapasitas fagositosis.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan spuit oral, spuit injeksi, mikro hematokrit, tabung
eppendorf, autoklave, inkubator, mikropipet, objek glass, coverslip, termometer
digital, alat bedah, seperangkat alat gelas yang telah disterilkan, laminar flow,
hemositometer, mikroskop binokuler, pipet volumetrik dan hand counter.
Bahan
yang
digunakan
tanaman
pegagan,
tikus
Sprague
dawley,
Staphylococcus aureus, darah, Nutrien Broth (NB) DIFCO, eter, Nacl fisiologis
0,9%, methanol, pewarna giemsa, larutan Phosphat buffered saline (Natrium klorida,
kalium klorida, dinatrium hydrogen fosfat, dan kalium hydrogen fosfat.), larutan
3
EDTA 0,2, minyak imersi, Mueller Hinton Agar, kaldu pepton, MSA (Manitol salt
agar), aquadest dan triptan blue, Phylantus niruri ,H2SO4 pekat , asam klorida pekat,
asam asetat anhidridat, oktil alkohol, serbuk Mg, kloroform.
B. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman pegagan (Centella asiatica (L.,) Urb.) dilakukan di
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Fakultas Sains Matematika Biologi
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Penyiapan Bahan
Tanaman pegagan yang diperoleh dari daerah Ambarawa Kabupaten
Semarang. Tanaman pegagan dicuci dengan air mengalir sampai bersih,
kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari secara langsung dengan ditutup
kain hitam. Setelah kering tanaman pegagan dibuat serbuk dengan menggunakan
blender, kemudian diayak dengan ayakan nomor 30 mesh.
3. Pembuatan Ekstrak Etanol Tanaman Pegagan.
Pembuatan ekstrak etanol tanaman pegagan menggunakan metode maserasi
dan remaserasi, sebanyak 250 g simplisia dimasukkan kedalam panci kemudian
ditambahkan etanol 625ml, maserasi dilakukan selama 5 hari, sedangkan
remaserasi ampas ditambahkan etanol 625ml selama 2 hari, remaserasi
dilakukan sebanyak 2 kali. Proses tersebut dilakukan dalam ruangan yang
terlindung dari cahaya matahari dan sering dilakukan pengadukan (Anief, 2006).
4. Penapisan Fitokimia
a. Identifikasi Flavonoid.
Sebanyak 1 tetes HCl pekat ditambah 0,1 gram ekstrak tanaman pegagan
ditambah 0,1 g serbuk Mg , kemudian diamati perubahan warnanya. Reaksi
positif flavonoid akan memberikan warna merah jingga (Guevera, 1985).
b. Identifikasi Triterpenoid Saponin.
Sebanyak 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat di teteskan
dalam 0,1 g ekstrak kental, kemudian diamati perubahan warnanya. Reaksi
positif triterpenoid saponin akan memberikan warna merah (Harbone, 1987).
5. Pembuatan Suspensi Bakteri.
Bakteri uji Staphylococcus aureus dibiakkan pada medium NB cair dan
diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C. Diambil 1 ml dan ditambahkan 9
4
ml medium NB baru. Pellet yang diperoleh selanjutnya disuspensi dengan 100
ml PBS.
6. Prosedur Penelitian
Hewan uji dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok @ 6 tikus per
kelompok, semua kelompok perlakuan diinfeki S. aureus secara i.p 3,5 ml hari
ke-8. Pada hari ke-9 diamati tanda-tanda infeksi yang timbul dan uji konfirmasi
keberadaan bakteri. Pada hari ke-10 diberikan perlakuan 3 x sehari selama 10
hari. Kelompok kontrol negatif diberi aquadest, kontrol positif (Phylantus niruri
dosis 1,26mg/200gBB), P1 ekstrak dosis 0,0625g/200gBB, P2 ekstrak dosis
0,1250g/200gBB, P3 ekstrak dosis 0,1875g/200gBB. Pada hari ke 1, 3, 6, dan 9
diamati lagi tanda-tanda infeksi, selanjutnya pada hari ke20 dilakukan
pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag.
7. Analisis Data
Data nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag dianalisis dengan
SPSS versi 19,0 for windows dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL
1. Determinasi Tanaman
Kunci determinasi : 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b(Gol7. Daun tersusun dalam
roset)-92a-93b-94ba-95b-96b-97bb-98a
(Familia
98
Umbeliferae)-1b-2b-Genus:
Centella-Species: Centella asiatica L (Urb).
2. Pembuatan Ekstrak
Rendemen ekstrak etanol tanaman pegagan diperoleh 17,33%, sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan yaitu > 10% dari jumlah serbuk.
3. Uji Fitokimia
a. Hasil identifikasi menunjukkan warna merah jingga setelah penambahan HCl pekat
dan serbuk Mg, menunjukkan reaksi positif mengandung flavonoid (Gambar1).
b. Hasil identifikasi menunnjukkan warna merah setelah penambahan kloroform dan
H2SO4 pekat, menujukkan reaksi positif mengandung triterpenoid saponin (Gambar
2).
Gambar 1. Uji Favonoid
Gambar 2. Uji Triterpenoid
5
4. Hasil Pengamatan.
Tabel I. Hasil Rata-Rata dan SD Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel
Makrofag Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Tanaman Pegagan
Kelompok
Hewan
Uji
Aktivitas
(%)
Kapasitas
(sel/ml)
Mean
SD
Mean
SD
Mean
SD
Mean
SD
Mean
SD
45,57
3,41
94,55
3,02
77,65
4,86
86,58
4,55
92,90
3,12
193,33
28,01
776,17
88,70
284,00
93,82
450,33
129,47
723,50
90,49
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
P1 (0,0625g/200gBB)
P2 (0,1250g/200gBB)
P3 (0,1875g/200gBB)
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis sel
makrofag dapat dilihat pada diagram berikut:
900.0
800.0
700.0
600.0
500.0
400.0
300.0
200.0
100.0
0.0
776.2
723.5
450.3
284.0
% Aktivitas
193.3
45.6
Kontrol
Negatif
94.6
77.6
86.6
92.9
Kontrol
Positif
Dosis
0,0625 g
Dosis
0,1250 g
Dosis
0,1875 g
Kapasitas
Perlakuan
Gambar 3. Diagram Pengaruh Pemberian Perlakuan Terhadap Aktivitas dan
Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag
6
5. Hasil Uji LSD
a. Aktivitas
Tabel II. Uji Post Hoc
Pasangan Perlakuan
K (-) vs (+)
K (-) vs P1
K (-) vs P2
K (-)vs P3
K (+) vs Dosis P1
K (+) vs Dosis P2
K (+) vs Dosis P3
P1 vs Dosis P2
P1 vs Dosis P3
P2 vs Dosis P3
P-value
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,468
0,000
0,000
0,009
Kesimpulan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda Tidak signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
b. Kapasitas
Tabel III. Uji Post Hoc
Pasangan Perlakuan
K (-) vs (+)
K (-) vs P1
K (-) vs P2
K (-)vs P3
K (+) vs Dosis P1
K (+) vs Dosis P2
K (+) vs Dosis P3
P1 vs Dosis P2
P1 vs Dosis P3
P2 vs Dosis P3
P-value
0,000
0,101
0,000
0,000
0,000
0,001
0,331
0,004
0,000
0,000
Kesimpulan
Berbeda signifikan
Berbeda Tidak signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda Tidak signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Keterangan :
K (-)
: Aquadest 2,5 ml/200 g BB secara oral
K (+)
: Phylantus niruri dosis 1,26 mg/200g BB secara oral
P1
: Ekstrak tanaman pegagan 0,0625 g/200g BB secara oral
P2
: Ekstrak tanaman pegagan 0,1250 g/200g BB secara oral
P3
: Ekstrak tanaman pegagan 0,1875 g/200g BB secara oral
7
Pembahasan
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol negatif yang
diberikan aquadest mempunyai nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis diantara kelompok
perlakuan yaitu sebesar 45,57±3,41 dan 193,33±28,01. Kelompok perlakuan yang
diberikan ekstrak tanaman pegagan dosis 0,1875g/200gBB memiliki nilai aktivitas dan
kapasitas yang paling besar yaitu 92,90±3,12 dan 723,50±90,49, dimana nilai aktivitas
dan kapasitasnya berbeda tidak signifikan dengan kontrol positif Phylantus niruri.
Berdasarkan hasil dari tabel I ekstrak tanaman pegagan mempunyai efek sebagai
imunomodulator yang dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel
makrofag.
Dari berbagai variasi perlakuan dosis ekstrak tanaman pegagan, yang memiliki
efek berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif (Phylantus niruri) dalam
meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis adalah dosis 0,1875g/200gBB. Dengan
berbagai dosis tersebut, nilai aktivitas dan kapasitas mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh kandungan senyawa kimia dari tanaman pegagan yaitu flavonoid dan
triterpenoid saponin lebih banyak sehingga kemampuan meningkatkan aktivitas dan
kapasitasnya juga semakin besar. Flavonoid dapat memperbaiki sistem imun karena akan
menstimulasi pelepasan sitokin IL-12 oleh sel T. IL berfungsi merangsang produksi IFNy oleh sel NK dan sel T CD4, sementara IFN-y berperan memicu pelepasan proliferasi
limposit yang akan mengaktivasi makrofag, sehingga adanya bakteri yang masuk
menyebabkan peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosisi oleh bantuan enzim lizozim
dan elastase akan menyebabkan bakteri lisis. Oleh karena itu adanya kandungan
flavonoid dan triterpenoid saponin pada ekstrak tanaman pegagan dapat meningkatkan
aktivasi makrofag
yang dinyatakan dengan peningkatan aktivitas dan kapasitas
fagositosis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ekstrak etanol tanaman pegagan (Centella asiatica (L.,) Urb.) mempunyai efek
terhadap peningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag pada tikus
putih jantan galur Sprague dawley yang diinfeksi Staphylococcus aureus sebagai
parameter imunomodulator.
8
2. Pemberian ekstrak etanol tanaman pegagan (Centella asiatica (L.,) Urb.) pada dosis
0,1875g/200g BB mempunyai efek sebagai imunomodulator pada tikus putih jantan
galur Sprague dawley yang diinfeksi Staphylococcus aureus.
Saran
1. Perlu dilakukan uji toksisitas sehingga penggunaannya dapat lebih aman dan efektif
pada manusia.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek
imunomodulator terhadap respon
hipersensitivitas dan titer antibodi sel imun pada tikus.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kepada dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan masukan yang
diberikan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
1. DepKes RI, 2003, Imunisasi untuk anak dan Dewasa, HTA Indonesia: 1-22.
2. Bellanti JA, Kadlec JV., 1993, Imunologi Umum, In: Immunologi
III,
Diterjemahkan oleh Wahab AS,Soeripto N., Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta, hal. 1, 7-8,18.
3. Besung, 2009, Pegagan (Centella asiatica) Sebagai Alternatif Pencegahan Penyakit
Infeksi Pada Ternak, Veteriner Udayana Vol.1 No. 2 : 61-67
4. Anief, Moh.,2006. Praktek dan Teori Ilmu Meracik Obat,169, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
5. Guevara
BQ,
Recio
BV,
1985,
Phytochemical,
Microbiological
and
Pharmacological Screening of Medical Plants. Research Center University of Santo
Tomas, Manilla Philippine. 5-24
6. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Cetakan Kedua , 69-244, Penerbit ITB, Bandung.
9
Download