Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peranan
Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (2004) mengungkap sebagai
berikut :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen
2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang
ada padanya
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat
Berdasarkan pengertian diatas diapat diambil pengertian bahwa peranan
merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang
usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan.
2.2 Audit
Pada dasarnya pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan istilah audit bertujuan
untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang telah digariskan,
maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses membandingkan antara
kenyataan dengan seharusnya. Untuk lebih jelas tentang pengertian audit berikut
definisi menurut Mulyadi (2008) mendefinisikan audit:
10
11
“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilhasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan pengertian Audit menurut Arens (2010) mengemukakan bahwa:
“Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, auditing harus dilaksanakan oleh
seseorang yang kompeten dan independen”.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, mengenai pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.3 Audit Internal
2.3.1 Pengertian Audit Internal
Audit internal adalah fungsi penilaian yang independen yang didirikan dalam
suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan organisasi secara
menyeluruh yang bertujuan membantu dam memperbaiki kinerja semua tingkatan
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif.
Pengertian audit internal menurut Tugiman (2008) adalah sebagai berikut :
12
“internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan”
Pengertian audit internal menurut Agoes (2004) adalah sebagai berikut :
“audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audir
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi
yang berlaku”
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1. Audit internal merupakan suatu jasa asuransi dan konsultasi atas empat hal
yaitu; memberikan nilai tambah kegiatan, ,mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian internal, dan tata kelola
perusahaan.
2. Audit internal bertanggung jawab kepada manajemen puncak atas hasil
pekerjaan yang dilaksanakan.
3. Audit internal merupakan alat kontrol bagi manajemen yang berfungsi
mengukur dan menilai keefektifan alat-alat pengendalian lainnya.
4. Objek penilaian dan penilaian bagi audit internal adalah prosedur-prosedur,
catatan-catatan dan ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan pimpinan
perusahaan.
5. Penilaian dilakukan dengan objektif dan independen.
13
2.3.2 Peran Audit Internal
Peran Audit Internal saat ini semakin meluas, seiring dengan perkembangan
yang terjadi di dalam dunia bisnis, peran audit internal tidak hanya bersifat teknis saja
tetapi juga mencangkup non-teknis. Berikut ini peran audit internal yang dikemukaan
oleh The Auditing Practices Board (APB)(2000) yaitu:
“Internal audit is an independent appraisals function established by management
for the review of the internal control system as, a service to the organization, it
objectively examines, evaluated, and reports on the adequacy of internal control
as a contribution to the proper, economic, efficient and efficient and effectiveuse of
resources.
Menurut pernyataan APB, audit internal merupakan suatu fungsi penilaian
independen yang dibentuk oleh manajemen untuk mereview sistem pengendalian
intern sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi.Jasa yang diberikan adalah
pemeriksaan secara objektif, mengevaluasi, dan melaporkan kecukupan pengendalian
intern sebagai suatu kontribusi bagi penggunaan sumber-sumber daya yang tepat,
ekonomis, efektif dan efesien.
Terdapat 3 (tiga) peran yang dilakukan oleh audit internal, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengawasan kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi dan memberikan
peringatan.
2. Konsultan yang dilakukan adalah memberi saran-saran dan juga berpartisipasi
dalam kegiatan organisasi.
14
3. Katalis, kegiatan yang dilakukan adalah memimpin dan mengarahkan personil
lain agar bertindak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
manajemen.
2.3.3 Tujuan Audit Internal
Audit internal dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang
diharapkannya, tentunya ada ruang lingkup yang harus dijalankan agar manajemen
perusahaan dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan efektif, sehingga
perusahaan mampu mengurangi berbagai risiko seperti bentuk kecurangan, kejahatan,
transaksi mencurigakan dalam perusahaan, dan lain sebagainya.
Menurut Tugiman (2008) tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu
para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara
efektif. Untuk hal tersebut, auditor internal akan memberikan berbagai analisis,
penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang
sedang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya wajar. Anggota organisasi yang dibantu
dengan adanya audit internal mencakup seluruh tingkat manajemen dan dewan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2008), tujuan audit internal sebagai berikut:
“Membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab
mereka, dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan
komentar-komentar penting mengenai kegiatan mereka”
2.3.4
Fungsi Audit Internal
Fungsi audit internal sekarang ini semakin dibutuhkan dalam suatu
perusahaan. Tanpa adanya fungsi audit internal pada suatu perusahaan, maka tidak
15
akan ada sumber informasi internal yang independen mengenai kinerja yang ada di
perusahaan.
Menurut Mulyadi (2008) menyatakan bahwa :
“Tugas fungsi audit internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern
dan efisiensi pelaksanaan fungsi beberapa unit organisasi, dan merupakan bentuk
pengendalian untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian
intern yang lain-lain”.
Fungsi audit internal dijelaskan oleh Halim (2008) menyatakan bahwa
“Auditor internal bertanggungjawab terhadap pengendalian intern perusahaan
demi tercapainya efisiensi, efektivitas dan ekonomis serta ketaatan pada kebijakan
yang diambil oleh perusahaan. Selain itu juga bertanggungjawab untuk selalu
memberikan rekomendasi atau saran kepada pihak manajemen. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa fungsi auditor internal adalah membantu manajemen
dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan”.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal adalah
untuk memantau kinerja pengendalian suatu organisasi, menelaah, mempelajari dan
menilai kegiatan perusahaan, memberikan saran-saran kepada manajemen dalam
pengendalian suatu keputusan serta memberikan nilai tambah organisasi dan
tanggung jawab auditn internal adalah memberikan informasi dan rekomendasi
kepada manajemen mengenai aktivitas didalah perusahaan dan mengevaluasi
pengendalian intern entitas.
2.3.5 Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut Tugiman (2006) Ruang lingkup audit internal menilai keefektifan
sistem pengendalian intern serta mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan
16
sistem pengendalian intern yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan
tanggung jawab yang diberikan. Pemeriksaan intern harus:
1. Mereviu keandalan (reabilitas dan integritas) informasi finansial dan
operasional serta cara yang dipengaruhi untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut.
2. Mereviu berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum,
dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi,
serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian
dengan hal-hal tersebut.
3. Mereviu berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan,
bila dipandang perlu, memverifikasi harta-harta tersebut.
4. Menilai keekonomisan dan keefisienan pengguna berbagai sumber daya.
5. Mereviu berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah
kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.
Dapat dilihat bahwa ruang lingkup audit internal adalah menilai dan
mengevaluasi keefektifan serta kelengkapan sistem pengendalian intern yang ada
dalam organisasi serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
17
2.3.6
Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal
Agar
dapat
menjalankan
tugasnya
dengan
baik,
auditor
internal
harusmengetahui wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dengan jelas.
Menurut Konserium Organisasi Profesi Audit Internal (KOPAI) (2004)
menyatakan bahwa :
“tujuan, wewenang, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus
dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan
Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) (2011) menyatakan bahwa :
“auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada
manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara,
wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut,
auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan
aktivitas yang diauditnya”.
2.3.7
Kualifikasi Audit Internal
2.3.7.1 Independensi
Untuk dapat melakukan pekerjaan yang efektif, diperlukan adanya suatu sikap
mental yang independen atau bebas dari segala pengaruh yang diperiksa. Seperti yang
diungkapkan oleh Mulyadi (2008) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
independensi adalah sebagai berikut:
18
“Independensi
berarti
adanya
kejujuran dalam diri
akuntan dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dan tidak
memihak dalam diri akuntan didalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.”
Auditor internal menempatkan independensi pada tingkat yang paling tinggi.
Independensi memungkinkan auditor internal untuk membuat keputusan yang tidak
biasa dalam memberikan jasa kepada entitas. Tentu saja, karena auditor internal
merupakan karyawan penuh dari entitas yang di audit, maka auditor internal tidak
memiliki independensi setajam yang dimiliki auditor eksternal. Independensi auditor
internal diperoleh melalui status organisasi dan objektivitas.
a. Status organisasi
Status organisasi membantu auditor internal mempertahankan
independensinya, seringkali departemen audit internal melaporkan
langsung kepada dewan direksi atau komite audit untuk
memastikan bahwa departemen atau kelompok yang diaudit bukan
merupakan organisasi tempat auditor harus melapor. Pada
beberapa entitas, departemen auditor internal secara administrative
melapor kepada salah satu departemen dalam entitas, tetapi juga
tetap menjaga independensinya dengan terus berkomunikasi secara
langsung dengan dewan direksi.
b. Objektivitas
19
Seluruh
auditor
internal
harus
objektif
mungkin
ketika
melaksanakan suatu audit. Syarat auditor internal adalah memiliki
sifat mental objektif dan independen dalam melaksanakan audit.
Akibat, auditor internal tidak boleh mengurangi pertimbangannya
atas suatu masalah audit di bawah pertimbangan lain. Di samping
itu objektivitas juga dapat menjadi lemah apabila auditor internal
melakukan audit atas setiap kegiatan yang menjadi wewenang atau
tanggung jawabnya. Penugasan staf audit internal dapat mencegah
terjadinya konflik kepentingan, baik potensial maupun aktual.
2.3.7.2 Kompetensi Audit Internal
Untuk meletakan kepercayaan terhadap hasil auditor internal, auditor
independen
berkepentingan
untuk
menilai
kompetensi.
Dalam
menetapkan
kompetensi auditor internal biasanya mempertimbangkan informasi yang diperoleh
dari pengalaman audit sebelumnya dengan fungsi audit internal. Auditor internal
dapat pula menggunakan standar profesi auditing internal sebagai criteria untuk
melakukan penilaian atas kompetensi.
Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004) menyatakan sebagai berikut:
“Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.”
Pengertian kompetensi menurut Mulyadi (2008) menyatakan bahwa:
“Anggota yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknhya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
20
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada public
diperoleh melalui pendidikan dan pengetahuan.”
Jadi setiap anggota harus melaksanakan jasa profesional dengan ketahi-hatian,
kompetensi
dan
ketentuan-ketentuan,
serta
mempunyai
kewajiban
untuk
mempertahankan pengetahuan dan kemampuan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemeberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktek dan
teknik yang paling mutakhir.
2.3.7.3 Program Audit Internal
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari pelaksanaan pemeriksaan.
Maka audit internal perlu untuk membuat suatu perencanaan dan program audit yang
sistematis dan terarah. Program audit menurut Mulyadi (2002) adalah
sebagai
berikut :
“Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu pada saat
audit”
Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur yang harus diikuti dalam
melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal
dalam paraf pelaksanaan program audit tersebut serta penunjukan indeks ketas kerja
yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi untuk menetapkan
jadwal pelaksanaan beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor yang
ditugaskan, taksiran waktu yang dipakai, serta untuk memungkinkan auditor yang
21
berperan sebagai supervisor dapat mengikuti kemajuan auditor yang sedang
berlangsung.
Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam
Standar Profesi Audit Internal (2004) adalah sebagai berikut :
“Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan
memelihara program quality assurance, yang mencakup seluruh aspek dari
fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya.
Program ini mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal secara
periodik serta pemantauan internal yang berkelanjutan. Program ini dirancang
untuk membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan
meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa fungsi
audit internal telah sesuai dengan Standart dan Kode Etik Audit Internal”
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa program audit diperlukan
sebagai :
a. Pedoman dalam melaksanakan audit
b. Alat untuk pengawasan dan pengaruh audit
c. Alat untuk mendeteksi terhadap kemungkinan adanya prosedur yang
terlewat
d. Alat untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan
Sehingga untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam melaksanakan fungsi
audit internal, perlu dibuat program audit yang sistematis dan terarah.
22
2.3.7.4 Tahap-tahap Pelaksanaan Audit Internal
Dalam melaksanakan auditnya, seorang auditor memiliki langkah-langkah
kerja auditor dealam melaksanakan audit internal yang dikemukakan oleh Tugiman
(2006) sebagai berikut :
“Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian
dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjut
(follow up)”
1. Perencanaan pemeriksaan meliputi :
a. Penetapan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan.
b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan yang akan diperiksa.
c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan.
d. Pemberitahukan kepada para pihak yang dipandang perlu.
e. Melaksanakan survey dengan tepat untuk mengenali kegiatan yang
diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta
untuk memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang
diperiksa.
f. Penulisan program pemeriksaan
23
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi, pemeriksa internal haruslah
mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi, dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
Hal ini meliputi :
a. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan
tujuan pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
b. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan, dan berguna
untuk membuat dasar logis bagi temuan pemeriksaan dan
rekomendasi.
c. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan
contoh yang dipergunakan harus terlebih dahulu diseleksi.
d. Proses
pengumpulan,
analisis,
penafsiran,
dan
pembuktian
kebenaran informasi haruslah diawasi.
3. Penyampaian hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus melaporkan
hasil pemeriksaan yang dilakukannya
Hal ini meliputi :
a. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah
pengujian terhadap pemeriksaan selesai dilakukan.
b. Pemeriksaan internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai
kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan menejemen yang
tepat, sebelum mengeluarkan laporan akhir.
c. Suatu haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu.
24
d. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan
hasil pelaksanaan pemeriksaan dan bila dipandang perlu, laporan
harus pula berisikan pernyataan terntag pendapat pemeriksa.
e. Laporan-laporan dapat mrncantumkan berbagai rekomendasi bagi
berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.
f. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau
rekomendasi
dapat
pula
dicantumkan
dalam
laporan
pemeriksaan.
g. Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus mereview dan
menyetujui laporan pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut
akan disampaikan.
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus terus menerus
meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan
bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan
tindakan yang tepat.”
2.3.7.5 Laporan Audit Internal
Audit internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya. Laporan harus
mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil pelaksanaan audit. Pimpinan
auditor internal atau staf yang ditunjuk harus meninjau dan menyetujui laporan audit
akhir sebelum laporan tersebut dikeluarkan dan menentukan kepada siapa laporan
tersebut akan disampaikan.
25
Laporan audit internal dibuat setelah selesai melakukan audit. laporan yang
disampaikan kepada manajemen akan mencerminkan kualitas pekerjaan auditor
internal, laporan ini merupakan hal yang penting dikarenakan dalam laporan ini
auditor internal menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi
tanggung jawab.
Menurut
Konsorsium
Organisasi
Profesi
Audit
Internal
(2004)
menyatakan bahwa :
“Audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat
waktu yang meliputi :
1.
Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,
rekomendasi dan rencana tindak lanjutnya.
2.
Kualitas Komunikasi
Komunikasi yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan harus
akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
3.
Pengungkapan atas Ketidakpatuhan Terhadap Standar
Dalam hal ini terhadap ketidakpatuhan terhadap standar yang
mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan
harus mengungkapkan :
a.
Standar yang tidak dipatuhi
b.
Alasan ketidakpatuhan
c.
Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan
26
4.
Diseminasi Hasil-hasil Penugasan
Penanggung jawaban fungsi audit internal harus mengkomunikasikan
hasil penugasan kepada pihak yang berhak.
Laporan yang baik memenuhi persyaratan yang dikemukakan oleh Gil
Courtemanche yang dialihkan bahasakan oleh Tugiman (2006) adalah :
“Pengawasan intern yang baru menekuni profesinya atau belum pernah
mendapat pelatihan. Penulisan laporan pemeriksaan akan dianggap baik
apabila memenuhi empat kriteria mendasar, yaitu :
1. Objektivitas
Suatu pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan
dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedur atau hal-hal lain yang
diperlakukan dalam proses pemeriksaan.
2. Kewibawaan
Kewibawaan
adalah
kata
yang
tampaknya
janggal
untuk
menggambarkan sifat yang harus terdapat dalam sebuah laporan
pemeriksaan keuangan. Kewibawaan berawal dari adanya pernyataan
tentang tujuan dan lingkup pemeriksaan yang jelas, relevan, dan
sesuai waktu.
3. Keseimbangan
Laporan
pemeriksaan
yang
seimbang
adalah
laporan
yang
memberikan gambaran tentang organisasi atas aktivitas yang ditinjau
secara wajar. Keseimbangan adalah keadilan. Keseimbangan adalah
27
sudah seharusnya menjadi aturan utama yang mendasari pengawasan
internal,
4. Penulisan yang professional
Penulisan ditulis secaraprofesional memperhatikan suatu struktur,
kejelasan, keringkasan, nada laporan dan pengeditan
2.3.7.6 Tindak Lanjut Audit Internal
Setelah laporan hasil audit diberikan kepada auditee, proses audit belum
benar-benar selesai. Langkah selanjutnya dari proses audit adalah tindak lanjut atas
laporan audit internal oleh manajemen. Konsorsium organisasi auditor internal
(2004) menyatakan bahwa :
“Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak
lanjut
untuk
memantau
dan
memastikan
bahwa
manajemen
telah
melaksanakan tindak lanjut secara efektif atau menanggung risiko karena
tidak melakukan tindak lanjut.”
Tindak lanjut harus terus sampai perubahan yang memuaskan diperoleh.
Auditor internsl tidak mencampuri manajemen dan hanya bertugas mengawasi saja
dengan memenuhi kriteria sebgai berikut :
1. Responsif terhadap cacat yang dilaporkan
2. Lengkap dalam mengkoreksi seluruh aspek material dalam kekurangan
3. Hasil perbaikan dampaknya kontinue
28
4. Memonitor untuk memastikan keefektipan dan mencegah terjadinya kembali
problema yang sama
2.4 Efektivitas
Tercapainya tujuan manajemen tidak selamanya disertai dengan efisiensi yang
maksudnya dengan kata lain, manajemen yang tidak efektif tidak selalu disertai
dengan efisien. Tercapainya tujuan mungkin oleh efektivitas saja tetapi diukur pula
efisien.
Pengertian efektivitas menurut Arenset all (2010) yaitu sebagai berikut:
“Effectiveness referrs to accomplishment of objective, where as efficiency
refers to the resources used to achieve those objectives”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas
merupakan perbandingan antara target atau sesuatu yang hendak dicapai dan
realisasinya atau sesuatu yang telah terjadi berdasarkan kenyataan yang ada.
Selanjutnya pengertian efektivitas menurut Sondang (2005) adalah:
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya”.
Pengertian dari definisi tersebut, bahwa efektivitas yaitu kemampuan untuk
menentukan tujuan yang memadai mempunyai kaitan dengan hasil dan pencapaian
tujuan dan manfaat yang tersedia.
29
2.5 Sistem Pengendalian Intern
2.5.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut Romney dan Steinbart (2009) sistem pengendalian intern adalah:
“Sistem Pengendalian Intern adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang
dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan
andal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta
mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.”
Pengertian sistem pengendalian intern menurut The Committee of Sponsoring
Organization (COSO) dialihbahasakan oleh Sunarto (2010) yaitu sebagai berikut:
“Sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya,yang dirancang untuk
mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut:
1.
Keandalan pelaporan keuangan.
2.
Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
3.
Efektivitas dan efesiensi operasi.
Konsep dasar yang terkandung dalam definisi ini adalah:
1. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian intern merupakan cara
untuk merupakan cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan
hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga
orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan
komisaris, manajemen, serta personil lainnya.
30
3. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan memadai, bukannya
keyakinan penuh, bagi bagi manajemen dan dewan komisaris satuan usaha
karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh sistem
pengendalian intern dan perlunya pertimbangan biaya dan manfaat.
4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan
keuangan, kesesuaian, dan koperasi.
2.5.2
Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern menurut Mulyadi (2008) sebagai berikut :
1.
Menjaga kekayaan perusahaan
a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi
yang telah diterapkan.
b.
Pertanggungjawaban
kekayaan
perusahaan
yang
dicatat
dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
a. Pelakasanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan
b. Pencatatan transaksi yang telah terjadi dalam catatan akuntansi
2.5.3
Unsur – Unsur Dalam Sistem Pengendalian Intern
Suatu pengendalian intern yang baik perlu adanya unsur-unsur yang
berhubungan langsung dengan pengendalian, sehingga tujuan dari pengendalian
31
intern dapat tercapai. Unsur-unsur ini merupakan cara perusahaan untuk mencapai
tujuan pengendalian intern. Menurut Mulyadi (2008), untuk menciptakan sistem
pengendalian intern yang baik dalam perusahaan maka ada empat unsur pokok yang
harus dipenuhi antara lain :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tepat.
2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan yang memeberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang, pendapatan dan
biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Sistem pengendalian intern yang memadai bagi perusahaan mempuntyai
persyaratan yang berbeda-beda, tergantung dari sifat serta keadaan masing-masing
perusahaan. Tidak ada sistem pengendalian intern yang baku yang dapat dipakai oleh
seluruh perusahaan. Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian intern yang baik
dapat meminimalkan terjadinya praktek-praktek kecurangan dalam perusahaan.
COSO menyebutkan sistem pengendalian yang baik harus memenuhi lima komponen
pengendalian intern yang saling terkait (Romney and Steinbart, 2006)
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur
pengendalian intern yang membentuk disiplin dan struktur serta
32
mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.
Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap
operasi secara umum dan konsep pengendalian secara khusus. Faktorfaktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas
antara lain integritas dan nilai-nilai etika, komitmen atau kompetensi,
filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktek tentang sumber
daya manusia.
2. Penetapan resiko
Penetapan resiko merupakan identifikasi entitas dan analisis resiko yang
relevan untuk mencapai tujuan, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana resiko harus dikelola. Menurut Romney (2006) faktor yang
membentuk penafsiran resiko antara lain adalah adanya perubahan
lingkungan, personel yang terlibat dalam fungsi dan berbagai lini produk.
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kegiatan-kegiatan pengendalian, yang
merupakan kebijakan dan peraturan yang menyediakan jaminan yang wajar
bahwa pengendalian tujuan pihak manajemen dapat tercapai. Secara umum,
prosedur-prosedur pengendalian terdapat lima kategori (Romney 2006)
yaitu otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai, pemisahan tugas,
desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai, penjagaan
aset dan catatan yang memadai, dan pemeriksaan independen atas kerja.
33
4. Sistem Informasi dan komunikasi
Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-metode
dan
catatan-catatan
menggabungkan,
melaporkan
yang
ditetapkan
menganalisis,
transaksi-transaksi
untuk
mengidentifikasi,
mengelompokkan,
perusahaan
mencatat,
dan
dan
menetapkan
pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban.
5. Penmantauan
Pemantauan merupakan proses yang dilakukan personil yang tepat untuk
menilai kualitas kinerja SPI sepanjang waktu, termasuk penilaian apakah
rancangan telah dioperasikan sebagaimana dikehendaki, dan apakah
modifikasi telah dilakukan untuk perubahan kondisi yang terjadi.
2.5.4 Keterbasan Pengendalian Intern
Pengendalian intern tidak dikatakan semuanya efektif meskipun telah dirancang
dan disusun dengan sebaik-baiknya karena keberhasilan tetap tergantung dari
kompetensi dan keandalan dari pelaksanaannya.Meskipun pengendalian intern telah
diterapkan dalam perusahaan tidak berarti bahwa penyelewengan dan kesalahan tidak
terjadi.Sebab tidak ada satupun pengendalian intern yang dapat mencapai
ideal/sempurna karena ada batas-batas tertentu yang tidak memungkinkan
pengendalian itu tercapai.Pada kenyataannya pengendalian intern dilaksanakan tidak
sepenuhnya dapat mengatasi penyelewengan dan kesalahan karena adanya
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pengendalian intern tersebut.
34
Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap
pengendalian intern yang dikemukakan oleh Mulyadi (2008) dalam bukunya yang
berjudul “Auditing” yaitu sebagai berikut:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat
Pendapat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah dalam mempertimbangkan
keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
b. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena dapat
terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan
karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelalaian.Perubahan yang bersifat
sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula
mengakibatkan gangguan.
c. Kolusi (collusion)
35
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan
kolusi (collusion).Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang
dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan
atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
d. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan
untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi
keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.Contohnya adalah manajemen
melaporkan laba yang tinggi dari jumlah sebenarnya untuk mendapatkan bonus lebih
tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi kepatuhannya terhadap peraturan
perundangan yang berlaku.
e. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasi pengendalian intern tidak boleh
melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.Karena
pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin
dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara
kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian
intern.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pengendalian intern memiliki
keterbatasan yang dapat menghambat terciptanya pengendalian.Untuk itu jangan
sampai mencari kesalahan yang ada melainakan untuk mengurangi kemungkinan
36
ternjadingya kecurangan dan kesalahan sehingga dapat diketahui dan diatasi dengan
cepat
2.6 Penggajian
2.6.1 Pengertian Penggajian
Penggajian merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan,
dimana dalam menentukan besarnya perhitungan dan pembayaran gaji menjadi salah
satu bagian yang terpenting karena biaya gaji merupakan biaya tetap yang besar pada
perusahaan.
Pengertian gaji menurut Dato (2004) yaitu sebagai berikut:
“Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan.Atau, dapat
juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari
keanggotaannya dalam sebuah perusahaan”.
Selanjutnya pengertian gaji menurut Hasibuan (2007)yaitu sebagai berikut:
“Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap
serta mempunyai jaminan yang pasti”
Untuk lebih jelasnya lagi gaji merupakan biaya utama atas keahlian atau
pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan yang diterima karyawan
sebagaipengganti jasa mereka pada perusahan. Suatu sturktur gaji akan memberikan
data sebagai berikut:
1. Adanya jumlah tenaga kerja yang pasti dan efisiensi dalam menggunakan tenaga
kerja
37
2. Adanya penghitungan gaji yang dapat dipercaya.
3. Adanya data yang dapat dipercaya sebagai dasar pembuatan standar biaya jam
kerja dan standar biaya tenaga kerja.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa gaji umumnya merupakan
pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai
jabatan dan diberikan satu kali dalam sebulannya.Sedangkan upah dibayar
berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah satuan produk yang dihasilkan oleh
karyawan.
2.6.2 Prosedur Penggajian
Prosedur gaji pada kebanyakkan perusahaan yaitu suatu sistem, prosedur, dan
catatan-catatan serta formulir-formulir yang digunakan untuk menetapkan secara
tepat dan akurat berapa gaji yang harus diterima oleh setiap pegawainya, berapa gaji
yang harus dipotong, misalnya untuk pajak penghasilan pegawai pada perusahaan,
serta sisa gaji yang benar-benar telah dibayarkan kepada pegawai.
Adapun prosedur-prosedur yang dalam pengelolahan gaji menurut Mulyadi
(2008) yaitu sebagai berikut:
1. Prosedur pencatatan waktu hadir dan waktu kerja
2. Prosedur pembuatan daftar gaji
3. Prosedur pembayaran gaji
38
1. Prosedur pencatatan waktu hadir dan waktu kerja
Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan.Pencatatan
waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatatan waktu dengan menggunakan
daftar hadir. Pencatatan atas waktu kehadiran karyawan di kantor sejak
masuk
sampai dengan keluar.
1. Catatan waktu kehadiran bisa diperoleh dengan cara :
a) Kartu jam, yaitu kartu yang dibuat untuk masing-masing karyawan
yang menunjukkan jam pulang. Kartu ini kemudian dimasukkan dalam
mesin pencatat waktu pada waktu karyawan datang maupun pulang.
b) Daftar hadir yang ditandatangani oleh karyawan setiap hari.
2. Pencatatan waktu kerja
Pencatatan waktu kerja sesungguhnya dalam setiap pekerjaan atau setiap
departemen. Catatan waktu kerja dapat dikumpulkan oleh petugas dari:
a) Buku catatan mandor
b) Daftar hadir yang dikerjakan khusus oleh juru waktu atau petugas
sendiri.
Pencatatan waktu kehadiran merupakan tanggung jawab bagian pencatatan waktu
yang berada di bawah pengawasan bagian personalia. Sedangkan pencatatan waktu
kerja berada di bawah pengawasan bagian produksi lewat para mandor.
Bagian pencatatan waktu mempunyai tujuan:
39
1. Memperoleh catatan kehadiran para karyawan, sehingga gaji dan upah hanya
dibayarkan kepada karyawan yang benar- benar bekerja di perusahaan.
2. Untuk menetapkan banyaknya jam kerja lembur dari para karyawan yang
lembur dan harus menerima uang lembur.
3. Untuk memperoleh bukti-bukti yang berhubungan dengan penggajiian,
pengupahan, perpajakan dan lain-lain.
Pencatatan waktu kehadiran ini merupakan tanggung jawab bagi personalia.
2. Prosedur pembuatan daftar gaji
Fungsi bagian pembuatan daftar gaji membuat daftar gaji karyawan dimana
data yang dipakai adalah sebagai berikut:
a) Surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru.
b) Surat-surat keputusan mengenai Kenaikkan pangkat
c) Surat-surat keputusan mengenai Pemberhentian karyawan
d) Surat-surat keputusan mengenai Penurunan pangkat
e) Surat-surat keputusan mengenai Daftar gaji bulan sebelumnya
f) Surat-surat keputusan mengenai Daftar hadir
3. Prosedur pembayaran gaji
Fungsi bagian pembuat daftar gaji dan upah adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghitung gaji dan upah yang harus dibayarkan pada masing-masing
karyawan dengan tahap-tahap berikut:
40
1) Mengumpulkan catatan waktu kehadiran (attendance time) dan waktu
kerja (shop time) dari masing-masing.
2) Mengumpulkan data untuk menghitung upah yang didasarkan pada
presentasi (banyak hasil) dan jumlah hasilnya diukur dengan banyaknya
pekerjaan yang telah selesai.
Sebagaimana diketahui dalam garis besar upah dapat didasarkan pada
waktu atau prestasi, yaitu upah waktu dan upah prestasi atau upah
potongan (piecework), sedangkan untuk gaji dapat berdasarkan waktu
kehadiran.
4) Menghitung tambahan (allowance) yang telah dicatatkan pada jumlah gaji
dan upah yang telah dihitung berdasarkan waktu/presentasi.
Di Indonesia allowance tersebut antara lain berupa:
- Tunjangan istri dan anak
- Tunjangan transpor
- Dan lain-lain.
4) Menghitung upah berdasarkan data yang terkumpul, hal ini dapat
dilaksanakan antara lain dengan cara mengalihkan waktu hadir dengan
tarif.
5) Menghitung potongan-potongan dari gaji dan upah yang telah dihitung,
ada banyak macamnya potongan misalnya astek, PPh Pasal 21, iuran Hari
Tua, Pinjaman dan lain-lain.
41
2. Untuk mencatat (journal entry) sesuatu yang berhubungan dengan
pembayaran gaji dan serta membuat formulir dan laporan yang ditentukan
oleh peraturan mengenai berbagai karyawan perusahaan, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Membuat jurnal gaji dan upah (check register)
b. Membuat daftar cek pembayaran atau envelope
c. Membuat struk pembayarn atau daftar earning statement yaitu suatu
penjelasan tentang perhitungan gaji dan upah yang diberikan pada
masing-masing karyawan yaitu setelah dihitung gaji dan upah
kotor/allowance/potongan-potongan.
d. Membuat employee’s earning record yaitu daftar gaji atau pada suatu
masa/semester yang dibayarkan pada petugas yang bersangkutan.
e. Membuat berbagai formulir yang diharuskan oleh berbagai bagian.
3. Membuat stasistik gaji
Ada beberapa statistik yang diperlukan yang berguna bagi perusahan, antara
lain untuk karyawannya.
4. Menyelenggarakan arsip tentang kepegawaian (aspek hukum), yaitu aspekaspek hukum dari perbuatan daftar gaji dan upah.
Dalam struktur organisasi perusahaan besar maupun menengah biasanya
memiliki berbagai fungsi yang terkaitan dengan siklus penggajian yang berada
di dalam organisasi.Namun dalam pelaksanaannya terhadap fungsi gaji
42
tersebut terdapat pemisahan fungsi-fungsi yang mana pelaksanaannya yang
bertanggung jawab.
2.6.3 Rancangan Program Audit internal Penggajian
Uraian tentang perancangan program audit untuk pengujian pengendalian
terhadap penggajian adalah sebagai berikut ini:
1. Fungsi yang terkait.
2. Dokumen
3. Catatan akuntansi
4. Aktivitas yang diperlukan, dan prosedur audit untuk pengujian pengendalian yang
dapat digunakan oleh auditor.
5. Penyusunan program audit
6. Penjelasan program audit.
2.6.4
Sistem Pengendalian Intern Penggajian
Pelaksanaan sistem pengendalian intern penggajian merupakan salah satu dari
sekian banyak sistem pengendalian intern yang ada diperusahaan. Sistem
pengendalian intern ini menjadi penting karena menyangkut masalah pembayaran
tenaga kerja, dan merupakan tugas yang berat untuk menilai prestasi kerja karyawan
dengan balas jasa yang memadai.
Hal ini dinyatakan oleh Arens (2010), bahwa terdapat empat fungsi dalam
sistem penggajian sebagai berikut:
1.Personal and placement (kepegawaian san penempatan pegawai)
43
2. Time keeping and payroll preperation (pengelolaan waktu dan penyiapan
pembayaran gaji)
3. Payment of payroll (pembayaran gaji)
4. Preparation of payroll tax return and payment of taxes (penyiapan surat
pemberitahuan dan pembayaran pajak)
Tujuan utama sistem pengendalian intern gaji adalah meyakinkan bahwa gaji
yang dibayar dalam jumlah yang tepat sebagai pengganti jasa-jasa yang telah
diberikan oleh setiap karyawan sedangkan sistem pengendalian intern gaji ini sangat
dibutuhkan oleh perusahaan termasuk pada perusahaan non profit orienrted, karena
sistem pengendalian tersebut mempunyai beberapa tujuan.
Menurut Soemita (2004) bahwa tujuan dari sistem pengendalian gaji ini
adalah :
1. Untuk menetapkan jumlah yang benar kepada tiap karyawan
2. Untuk meyakinkan jumlah-jumlah yang yang dibayarkan kepada orang-orang
yang benar-benar berhak menerima.
3. Untuk mencegah pembayaran-pembayaran gaji kepada karyawan fitif atau
pembayaran gaji melebihi jumlah-jumlah yang seharusnya dan jumlah-jumlah
yang salah.
Walaupun pengendalian intern dilaksanakan, namun bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin jika terdapat penyalahgunaan waktu kehadiran karyawan. Hal ini
44
dikatakan para ahli bahwa sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasanketerbatasan dimana persekokolan, biaya-biaya dan kelemahan manusia merupakan
suatu kendala yang dapat membatasi sistem pengendalian intern dalam perusahaan.
Prinsip-prinsip fundamental untuk menyusun sistem pengendalian intern gaji
menurut Soemita (2004) adalah :
1. Fungsi penguasa yang berwenang untuk menyetujui pencatatan besarnya gaji
oleh kepala bagian kepegawaian
2. Fungsi pencatatan waktu yang melakukan pencatatan atas absensi, surat
keputusan pengangkatan dan lain-lain oleh bagian kepegawaian
3. Fungsi perhitungan gaji oleh bagian akuntansi, baik gaji kotor maupun gaji
bersih
4. Fungsi pembayaran gaji oleh bagian keuangan atau kassa dan juru bayar
2.7 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rujukan dari: Iriyadi
(2004), dalam penelitiannya mengenai peranan internal auditor dalam menunjang
efektifitas sistem pengendalian intern penggajian pada PT. Organ Jaya, dalam
penelitiannya permasalahan yang diangkat yaitu apakah peranan internal auditor
dalam perusahaan tersebut telah memadai dan bagaimana peranan internal auditor
dalam menunjang efektifitas sistem pengendalian internal penggajian. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
menggunakan metode analisis deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
45
bahwa penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap efektifitas
pengendalian internal perusahaan. Hal itu terbukti ketika dilakukan evaluasi
pengawasan internal pada divisi pembagian umum bahwa tanggung jawab untuk
waktu pencatatan dan menyiapkan daftar gaji ditemukan kesalahan yaitu daftar jam
kerja palsu dan daftar fiktif gaji pewagai perusahaan. Perusahaan juga telah memiliki
pelaksana audit internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggungjawab
kepada direktur utama. Pengawas intern yang dimiliki perusahaan mempunyai
kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian yang diperiksanya. Hal ini
terlihat dengan tidak terlibatnya pengawas intern terhadap salah satu fungsi yang ada
pada perusahaan.
2.8 Keterkaitan Audit Internal dengan Sistem Pengendalian Intern Penggajian
Seperti kita ketahui biaya gaji merupakan sumber biaya yang cukup material,
sehingga apabila tidak diawasi dengan baik akan mengakibatkan terjadinya
inefisiensi, kebocoran dan penyelewengan-penyelewengan yang dilaksanakan
parapegawai. Disadari sepenuhnya dengan kondisi seperti ini pimpinan dituntut untuk
melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang, tugas dan tanggung jawab kepada
bawahannya jika memungkinkan dilaksanakannya pemisahan fungsi antara pemilik
dengan pimpinan perusahaan.
Agar perlimpahan wewenang ini dapat berjalan dengan baik dan tujuan
perusahaan tercapai, diperlukan suatu alat yang disebut pengendalian internal yang
dapat mengamankan harta perusahaan, memberi keyakinan bahwa apa yang
46
dilaporkan bahwa hanya itu benar dan dapat dipercaya, mendorong adanya efisiensi
usaha dan terus menerus memonitor bahwa kebijakan yang telah ditetapkan sudah
dijalankan dengan baik.
Sistem Pengendalian intern atas gaji merupakan suatu struktur dan prosedur
mengenai pengumpulan data, perhitungan, pencatatan, pembuatan daftar pembayaran
dan pengawasan atas gaji serta terhadap gaji yang belum diambil oleh yang berhak
atas gaji tersebut. Suatu sistem pengendalian internal atas penggajian yang memadai
dapat berjalan dengan baik jika terdapat pembagian tugas.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu fungsi yang membantu pihak manajemen
dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas pembagian gaji karyawan dalam
perusahaan yaitu fungsi audit internal. Dimana peran dari audit internal adalah untuk
membantu menunjang efektivitas pengendalian intern penggajian dan menyediakan
informasi, memberikan pendapat dan rekomendasi yang dijadikan dasar dalam
membantu pengambilan keputusan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Jadi peranan audit internal dalam menunjang efektifitas sistem pengendalian
interngaji merupakan hal yang menduduki posisi yang sangat penting bagi semua
perusahaan, hal ini dapat dirasakan karena gaji merupakan biaya yang sangat besar
dan merupakan suatu bidang dimana sering terjadi pemborosan sumber daya
perusahaan karena inefisiensi dan kecurangan.
47
2.9 Kerangka Pemikiran
Sistem Pengendalian
Intern Penggajian (Y)
Audit internal (X)
a)
b)
c)
d)
Independensi
Kompetensi
Program Audit
Tahap-tahap Pelaksanan
Audit Internal
e) Laporan Audit
f) Tindak lanjut
a) lingkungan pengendalian
b) penetapan resiko
c) aktivitas pengendalian
d) sistem informasi dan
komunikasi akuntansi
Gambar 2.1
e) pemantauan
Skema Kerangka Pemikiran
2.10 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, maka hipotesis yang
dikemukakan peneliti adalah:
Ho
: terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara audit internal
dengan efektifitas sistem pengendalian intern peggajian .
Ha
: terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara audit internal dengan
efektifitas sistem pengendalian intern peggajian.
48
Download