upaya meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I
SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN
TAHUN AJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ISMAIL
A54B090029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
NASKAH PUBLIKASI
UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I
SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Telah disetujui oleh
ii
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I
SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Ismail, A54D090029, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri 1 Jungkare Karanganom Klaten Tahun Ajaran
2012/2013 dalam menghitung luas segi banyak dengan pembelajaran yang
menggunakan metode make a match atau mencari pasangan.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi Penelitian
Tindakan Kelas dengan langkah-langkah menyusun perencanaan pelaksanaan
tindakan, melakukan observasi, melaksanakan refleksi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan observasi, test, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data
yang digunakan adalah interaktif deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa
meningkat, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai aktifitas pada siklus I yaitu
64,6%, hasil postes pada siklus I yaitu 67,90. Pada Siklus II diperoleh rata-rata
nilai aktifitas siswa yaitu 73,8%, hasil pada siklus II yaitu 74,61. Pada siklus III
diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 90,7%, hasil postes pada siklus III
yaitu 89,23. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan itu dapat
meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika, serta hasil
belajar pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare, Karanganom, Klaten dengan
memberi penguatan dan memberi kesempatan siswa lebih berpartisipasi dalam
pembelajaran.
Kata kunci: aktifitas, hasil belajar, Make a match, matematika
iii
Pendahuluan
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan usaha dan
dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi
kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh
harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini,
karena dari sanalah generasi muda harapan bangsa sebagai generasi penerus
dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang
yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti
modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat
pada permasalahan klasik yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah
dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai
yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.
Siswa yang mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan
menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula dalam sebuah kelas atau
kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan
dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya
akan lebih baik pula penguasaan kertramilan atau konsep terhadap mata pelajaranmata pelajaran yang dipelajarinya.
Dengan make a match secara rutin dan terorganisir dengan baik paling
tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik bagi siswa
itu sendiri. Moh. Uzer (1996: 29) menjelaskan “Motivasi ekstrinsik timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan
orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua
untuk mendapatkan peringkat pertama.”
Demikian halnya dengan guru memberikan tugas dengan harapan baik itu
dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena disuruh sebagai tugas dengan perasaan
terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola demikian
tentunya anak yang lebih banyak belajar di rumah akan lebih baik misalnya dalam
mata pelajaran yang dikerjakan.
1
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh dan
apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi
Ujian Akhir Sekolah (UAS) dengan nilai masing-masing mata pelajaran 4,51
dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang-orang tua siswa sendiri,
karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Melihat kondisi rendahnya prestasi
atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah
pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa
diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi
pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan
harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan yaitu sebagai berikut " Apakah dengan menggunakan metode
make a match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika bagi
siswa kelas VI Semester I diSekolah Dasar Negeri 1 Jungkare, Karanganom
Klaten?".
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini
adalah diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar di sekolah, sedangkan tujuan khusus penelitian ini
adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui metode
make a match pada siswa kelas VI Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Jungkare,
Karanganom, Klaten.
Landasan Teori
Menurut Johnson dan Myklebust di dalam Mulyono Abdurrahman (2006 :
226) menyebutkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan,
sedangkan fungsi teoritinya memudahkan berpikir.
Menurut Herman Hudojo (2008:11) dalam bukunya mengajar belajar
matematika bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat
khas kalau dibandingkan dengan disiplin yang lain. Oleh karena itu kegiatan
2
belajar matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang
lain. Karena peserta didik itupun berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan
belajar mengajar harus diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang matematika dapat disimpulkan
bahwa definisi tradisional yang menyatakan matematika sebagai ilmu tentang
kuantitas (the science of quantity) atau ilmu tentang elemen diskrit dan berlanjut
(the science of discite and continou) telah ditanggalkan, menurut Runes di dalam
Mulyono Abdurrahman (2006:228). Sehingga sekarang ini matematika lebih
ditekankan pada metode daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha,
mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau
kegiatan (Fajri dan Senja dalam Hartanto, 2011: 1). Dalam mengkategorikan
keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi
keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani
meliputi (1) keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lainlain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk
dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik
dengan sumber lain (Mulyasa dalam Hartanto, 2011: 1).
Menurut Sudjana (2010: 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4)
berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6)
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh; (7) melatih diri dalam
memecahkan soal atau masalah yang sejenis; serta (8) kesempatan menggunakan
atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya.
Muhibin Syah dalam Samino dan Saring Marsudi (2011:21). Mengatakan,
belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan llingkungan yang
3
melibatkan proses kognitif. Ki RBS Fudyartanto dalam Samino dan Saring
Marsudi (2011:21), menyatakan belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang
dipelajari, penguasaan tersebut dapat berupa memahami, merasakan dapat
melakukan sesuatu.
Ruseffendi (1991: 125) mendefinisikan metode make a match adalah
adanya tugas dan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Sedangkan
NCTM (1991: 56) menguraikan bahwa tugas matematika atau mathematical task
adalah suatu proyek, pertanyaan, masalah pengkonstruksian, penerapan dan
latihan yang diberikan kepada siswa.
Model pembelajaran Make a match atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994: 105). Langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Make a match adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.Setiap siswa
mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin
5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Setelah dimodifikasi langkah-langkah model pembelajaran Make a match
menjadi sebagai berikut:
1). Untuk kelas dengan jumlah siswa tertentu guru menyiapkan beberapa set kartu
masing-masing terdiri dari sebagian kartu soal dan sebagian kartu jawaban
yang masing-masing berbeda warna, sebagian lembar berisi daftar soal beserta
jawaban sebagai alat bantu untuk menghafal materi ajar yang harus dikuasai
siswa dan beberapa lembar daftar skor untuk menuliskan skor poin siswa
dalam satu kelompok.
2). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-masing
sebagian siswa dari jumlah yang ada, kemudian guru menjelaskan teknik
permainannya.
4
3). Setiap kelompok mendapatkan satu set kartu yang berisi beberapa kartu soal
dan kartu jawaban.
4). Pembelajaran / permainan dimulai dengan membagi kartu soal kepada semua
anggota kelompok sehingga masing-masing anggota/siswa mendapat sebagian
kartu soal, kemudian siswa mencari jawaban atas kartu soal yang dipegangnya
di daftar soal dan jawaban yang telah dibagikan kemudian menghafalnya.
Sedangkan kartu sejumlah siswa berisi jawaban diletakkan diatas meja /
ditengah-tengah kelompok dalam keadaan tertutup.
5). Salah satu siswa memulai, boleh diundi lebih dulu untuk menentukan siapa
yang pertama mengambil kartu jawaban, kemudian mencocokan dengan kartu
soal yang dipegangnya. Jika cocok maka siswa tersebut telah mendapatkan
satu poin dan meletakkan pasangan kartu soal dan kartu jawaban tersebut
dipinggir atau dipisahkan. Jika tidak cocok maka kartu jawaban tersebut
diletakkan ditengah kelompok dalam keadaan terbuka sehingga semua
anggota kelompok bisa melihatnya, jika cocok dengan kartu soal yang
dipegang, ketika gilirannya tiba siswa tersebut bisa mengambilnya dan
menjadikan poin bagi siswa tersebut.Begitu seterusnya sampai kesepuluh
kartu soal yang dipegangnya mendapatkan pasangannya.Dengan demikian
satu sesi permainan telah selesai kemudian kartu dikocok dan kembali kartu
soal dibagikan sehingga anggota kelompok dimungkinkan mendapatkan soal
yang berbeda dengan sesi sebelumnya sedangkan kartu jawaban diletakkan
ditengah-tengah kelompok, begitu seterusnya sampai kurang lebih 75% waktu
tatap muka.
6). Untuk mengukur daya serap pada proses pembelajaran / permainan, sisa waktu
tatap muka yang kurang lebih 25% digunakan untuk satu atau dua sesi
permainan tanpa melihat daftar soal dan jawaban. Pada sesi ini daftar soal
beserta jawabannya hanya digunakan untuk mengoreksi pasangan-pasangan
kartu yang dikumpulkan oleh masing-masing anggota kelompok untuk
menentukan jumlah skor poin yang dihasilkan.Jika skornya tinggi berarti daya
serapnya tinggi, sebaliknya jika skornya rendah berarti daya serapnya rendah.
5
Dalam proses pengajaran matematika, semua upaya yang dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan kegiatan pengajarannya merupakan rangkaian proses
yang menentukan pencapaian hasil pengajaran, termasuk pemilihan metode yang
tepat untuk setiap pertemuan. Matematika sebagai bagian dari ilmu yang ada,
merupakan ilmu yang sarat dengan fakta sehingga pengajarannya menuntut
kemampuan pengetahuan dari guru, disamping keterampilan pengajaran lainnya.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh bahwa metode make a
matchdapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari
pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari
pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,
“Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok.”
Pada pembelajaran matematika secara konvensional guru menyajikan
pembelajaran hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab serta mencongak.
Dalam hal ini siswa kurang aktif dan kurang merasa memahami pembelajaran
karena hanya menerima dari guru dan kurang memiliki peran.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan melalui tekhnik pemberian tugas
pekerjaan rumah, siswa berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
yakni siswa mampu mengerjakan secara berkelompok ataupun sendiri dengan
diberi panduan atau bimbingan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Hal ini diterapkan dalam mata pelajaran matematika, karena siswa akan
berkesan dalam kemampuan secara individu maupun kelompok serta interaksi
orangtua terhadap hasil pekerjaannya. Dengan demikian hasil belajar yang
diperoleh siswa akan meningkat.
Dari kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka berfikir
sebagai berikut :
6
Hasil
pembelajaran
matematika
menggunakan
proses
konvensional
Kondisi Awal
Melakukan tindakan
berupa penggunaan
Metode make a match
dalam pelajaran
matematika
Tindakan
Keaktifan dan
inovasi siswa
meningkat dan
pembelajaran
matematika lebih
menyenangkan.
Kondisi Akhir
Hasil
belajar
matemati
ka masih
kurang
optimal
Perbaikan
proses
pembelaj
aran yang
melibatka
n inovasi
semua
siswa
Hasil
belajar
matemati
ka masih
kurang
optimal
Gambar. Kerangka berpikir
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Dengan
menggunakan metode make a matchdapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI Semester 1 SDN 1
Jungkare Karanganom, Klaten”
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 1
Jungkare Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
Dengan beberapa
pertimbangan dan alasan peneliti menentukan menggunakan waktu penelitian
selama 4 bulan yaitu Juli s/d Oktober Waktu dari perencanaan sampai penelitian
laporan hasil penelitian tersebut pada semester 1 Tahun pelajaran 2012/2013.
(Siklus I, Siklus II dan Siklus III).
7
Subyek penelitian adalah Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Jungkare
Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten tahun ajaran 2012/2013 sejumlah
siswa 13 orang terdiri 8 laki-laki dan 7 perempuan. Jenis penelitian yang
digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat
reflektif. Tindakan dengan pola pengkajian “siklus atau daur ulang”. Berdasarkan
pendapat Suharsimi Arikunto dalam Retno Winarni (2009: 68) langkah-langkah
penelitian tindakan kelas berlangsung secara berulang-ulang terdiri 4 tahapan
yaitu :
a. Perencanaan: Langkah ini diwujudkan dengan penyusunan skenario
pembelajaran
matematika
materi
sifat-sifat
bangun
ruang
dengan
menggunakan metode make a match, perencanaan dilakukan dengan
memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan serta
mempersiapkan perangkat yang diperlukan.
b. Tindakan:
Langkah
ini
diwujudkan
dengan
melaksanakan
skenario
pembelajaran yang telah disusun.
c. Pengamatan: Observasi dilaksanakan saat pembelajaran matematika dengan
materi sifat-sifat bangun ruang berlangsung. Saat siswa sedang melaksanakan
kerja kelompok untuk memperoleh data yang dilaksanakan dengan mengisi
lembar pengamat yang telah disediakan peneliti. Interpretasi dilakukan usai
pembelajaran antara peneliti dan kolaborator.
d. Refleksi: Analisis dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Dari hasil analisis
dilakukan refleksi untuk menentukan siklus berikutnya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain menggunakan
tes,
observasi
langsung,
dokumentasi
dan
wawancara.
Penelitian
ini
menggunakan triangulasi data menggunakan berbagai sumber data seperti
dokumen, arsip hasil wawancara juga dengan mewawancarai dari 1 subyek yang
dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Data-data yang telah berhasil dikumpulkan dalam sebuah penelitian harus
terbukti kebenarannya atau kevaliditasnya.Untuk menjamin kualitas sebuah data
8
dalam suatu penelitian bisa menggunakan suatu tekhnik yang dinamakan dengan
trianggulasi data.
Dalam proses analisis data ini ada beberapa tahapan yang membentuk
siklus. Miles dan Huberman dalam Iskandar (2008: 75) menyatakan bahwa
tahapan atau langkah-langkah dalam analisis data, adalah sebagai berikut: (1)
Reduksi data; (2) Display (penyajian data); (3) Mengambil kesimpulan kemudian
diverifikasi.
Indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu apabila 80 % dari jumlah siswa
dalam mengerjakan soal mendapat nilai > 61.
Pembahasan Hasil Penelitian
Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika
melalui metode make a match atau mencari pasangan dapat dilihat dari rata-rata
hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel Data Hasil Peningkatan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Aktivitas
Mendengarkan penjelasan guru
Mengajukan pertanyaan
Menanggapi pertanyaan yang diajukan
guru atau siswa lain
Mengemukakan ide/gagasan
Menyelesaikan tugas atau menjawab soal
Rata-rata
9
Siklus I
Siklus II
Siklus III
9 siswa
(69,2%)
7 siswa
(53,8%)
8 siswa
(61,5%)
8 siswa
(61,5%)
10 siswa
(76,9%)
64,6%
10 siswa
(76,9%)
8 siswa
(61,5%)
10 siswa
(76,9%)
9 siswa
(69,2%)
11 siswa
(84,6%)
73,8%
11 siswa
(84,6%)
12 siswa
(92,3%)
12 siswa
(92,3%)
11 siswa
(84,6%)
13 siswa
(100%)
90,7%
Tabel 8 Daftar nilai Postes Siswa Kelas VI SDN 1 Jungkare Dalam Pembelajaran
Matematika
No
Nama
Nilai
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Efendi Nugroho
66,6
70
80
2
Pungky Setyani
75,0
80
100
3
Muhammad Sidik
58,3
60
90
4
Retno Wulandari
66,6
70
80
5
Tegar Aldi Nugroho
66,6
80
100
6
Prayoga Ali Santoso
75,0
90
100
7
Ratih Kusuma Dewi
83,3
90
90
8
Ikhsan S
66,6
70
100
9
Aldi Tri Kurniawan
75,0
90
80
10
Rian Firmansiah
58,3
60
100
11
Dinda Dewi Y
66,6
80
70
12
Nur Vita Sari Putri
66,6
70
80
13
Ardiansyah
58,3
60
70
Jumlah
882,8
970
1160
Rata-rata
67,90
74,61
89,23
Dalam pemikiran secara keseluruhan dari hasil tindakan siklus I sampai siklus
III dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode make a
match atau mencari pasangan (Make a match) dengan dilakukan bimbingan secara
penuh guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam penguasaan
menghitung luas segi banyak bangun persegi, persegi panjang, dan lingkaran pada
pembelajaran matematika kelas VI SDN 1 Jungkare.
Pembahasan yang diuraikan disini lebih banyak berdasarkan pengamatan
yang diteruskan dengan kegiatan refleksi. Kegiatan hasil refleksi pada siklus I,
dihasilkan antara lain: pembelajaran kurang kondusif karena siswa kurang aktif dan
masih ada beberapa siswa yang membuat kegaduhan/ ramai sendiri dan sulit
dikendalikan, siswa belum dapat meniawab pertanyaan guru dengan benar. Perhatian
siswa masih kurang terhadap kegiatan belajar. Sikap menghargai teman yang sedang
10
menjawab juga masih kurang dan saat menjawab pertanyaan banyak siswa yang rasa
percaya dirinya kurang. Siswa terlihat tidak konsentrasi saat pembelajaran hanya
beberapa siswa yang belajar dengan baik yang mampumenjawab pertanyaan guru.
Siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu bimbingan dan
penjelasan dari guru juga kurang dalam memahami konsep matematika, kurang
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam penggunaan media
pembelajaran. Dalam mengikuti pembelajaran dengan metode make a match atau
mencari pasangan pada siklus I siswa masih kurang berminat.
Untuk hasil tindakan siklus II berjalan lebih baik dibandingkan dengan
tindakan siklus I. Dalam mengikuti pembelajaran siswa mulai cukup berminat.
Hal ini diperlihatkan dengan sebagian besar siswa sudah dapat mengikuti kegiatan
dengan baik sesuai penjelasan guru tentang materi bangun ruang bangun persegi,
persegi panjang dan lingkaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.
Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru, tetapi juga
ada siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru perlu
memberikan contoh soal kepada siswa agar lebih jelas lagi. Dalam kegiatan
pembelajaran aktivitas siswa cukup baik, siswa berani bertanya kepada guru
ketika belum jelas dengan mengacungkan jari. Siswa sudah dapat memahami
pembelajaran melalui metode make a match atau mencari pasangan.
Hal ini
terjadi karena siswa semakin tertarik dan termotivasi untuk dapat menunjukkan
kemampuannya dalam menghitung luas segi banyakpersegi, persegi panjang dan
lingkaran.
Pembelajaran tindakan kelas siklus III jauh lebih baik dibandingkan
dengan tindakan kelas siklus I dan II. Peneliti sudah bertindak sebagai fasilitator
dan memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh. Secara keseluruhan
siswa menyambut baik terhadap penerapan pembelajaran denganmetode make a
match atau mencari pasangan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari
aspek kognitif. Siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode make a match
atau mencari pasangan sangat berminat. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas belajar
matematika bagi siswa semakin meningkat, siswa sudah paham dengan penjelasan
guru tentang materi bangun ruang bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran. Hal
11
ini dibuktikan dengan siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.
Dalam kegiatan pembelajaran aktivitas siswa sudah baik, siswa berani bertanya
kepada guru ketika belum jelas dengan mengacungkan jari. Hal ini terjadi karena
siswa semakin tertarik dan termotivasi untuk dapat menunjukan kemampuannya
dalam menemukan pasangannya. Siswa semakin kreatif dalam membuat bangun
ruang bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran dari berbagai macam-macam
bentuk jaring-jaring bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran yang bermacammacam. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran juga semakin
meningkat sehingga siswa sangat senang dan tertarik mengikuti pembelajaran
matematika. Aktivitas siswa meningkat dilihat dari sebelum dilakukan tindakan
sampai tindakan siklus III.
Penelitian dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar baik dari aspek kognitif maupun
dari aspek afektif. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam
mengikuti proses belajar. Metode ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan
guru mata pelajaran matematika. Dalam hal ini tindakan kelas dilaksanakan dengan
tahapan melakukan survei dan observasi terlebih dahulu, kemudian membuat rencana
tindakan dengan berpedoman pada silabus dan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Saat melaksanakan tindakan, kolaborasi antara guru kelas VI dengan
peneliti sangat diperlukan, peneliti berperan sebagai guru untuk menerangkan
penggunaan metode make a match atau mencari pasangan dan mengamati
kesibukan siswa selama pembelajaran dari aspek afektif. Selanjutnya dapat
merefleksikan
aktivitas
yang
telah
dilakukan,
menganalisisnya
untuk
mendapatkan kebaikan dan kekurangannya sehingga diharapkan agar untuk
pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik dan meningkatkan kualitasnnya.
Dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif dengan kegiatan berdiskusi,
menjawab pertanyaan dan mengemukakan ide, gagasan yang dilakukan secara
berkelompok. Selama pelaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan 3
siklus terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Dari hasil pembahasan diatas, hipotesis yang menyatakan bahwa "Ada
Peningkatan aktifitas belajar matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare
12
melalui metode make a match atau mencari pasangan (Make a match)Tahun
Ajaran 2012/2013" dapat diterima kebenarannya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah aktifitas dan
hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai aktifitas pada
siklus I yaitu 64,6%, hasil postes pada siklus I yaitu 67,90. Pada Siklus II
diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 73,8%, hasil pada siklus II yaitu
74,61. Pada siklus III diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 90,7%, hasil
postes pada siklus III yaitu 89,23. Data hasil penelitian ini diketahui bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan
itu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika,
serta hasil belajar pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare, Karanganom, Klaten
dengan memberi penguatan dan memberi kesempatan siswa lebih berpartisipasi
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan
sebagai berikut:
1. Kepada guru hendaknya membiasakan diri menerapkan pembelajaran aktif
yang dapat menjadikan siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar
sehingga
menunjang
proses
pembelajaran
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2. Kepada pihak sekolah agar memberikan sarana dan prasarana dalam proses
pembelajaran yang lebih mendukung untuk mencapai hasil belajar siswa yang
lebih baik.
3. Metode make a match atau mencari pasangan dapat digunakan untuk
pembelajaran matematika dan mata pelajaran yang lain.
4. Penggunaan metode make a match atau mencari pasangan dengan alat peraga
menjadikan siswa lebih aktif dan semangat belajar.
13
Daftar Pustaka
Curran, Lorna. 1994. Language Arts and Cooperative Learning Lesson For Little
Ones. San Juan Capistrano: Kagan Cooperative Learning.
Hartanto, Supri. 2011. “Keaktifan Belajar”. Artikel. Diakses dari
http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/keaktifa-belajar/, diakses pada
tanggal 17 September 2012.
Herman Hudojo. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP.
Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: Gunung Persada Press.
Mulyono Abdurrahman. 2006. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi, E.T. 1991. Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khusunya
dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Draft (Diktat).
Samino dan Saring Marsudi. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairus
Media.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Usman Uzer, Moh. 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Winarni, Retno. 2004. Kemampuan Mahasiswa Dalam Meresepsi Puisi Indonesia
Modern. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
14
Download