1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana disebutkan dalan Undang-undang Nomor 20 tahun 2013
tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Matematika
merupakan salah satu pelajaran yang mengasah kemampuan siswa. NCTM (2000)
menjelaskan tentang lima kemampuan mendasar yang merupakan standar
matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti
(resoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connection), serta
representasi (representation). Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa
dalam belajar matematika yaitu penalaran matematis.
Depdiknas (2007) menyatakan hubungan antara materi matematika
dengan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui
belajar matematika (Wardhani, 2008). Sumanti (2010) mengungkapkan bahwa
1
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
2
penalaran merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris
yang dapat
diobsevasi
untuk
memperoleh
kesimpulan
berupa
pengetahuan. Pengambilan keputusan harus disertai kemampuan menalar, oleh
karena itu jika kemampuan menalar siswa rendah besar kemungkinan dia akan
mengambil keputusan yang salah atau tidak tepat. Penalaran ada dua jenis cara
menalar, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif yaitu
cara menalar dengan mengambil keputusan dari hal yang khusus ke hal yang
umum, dan penalaran induktif itu sebaliknya. Jadi, setiap siswa mempunyai
kecenderungan dari salah satu jenis penalaran tersebut.
Aspek penting yang mendukung penalaran matematis yaitu kepercayaan
diri siswa. Kepercayaan diri berkaitan dengan perasaan bahagia yang dirasakan
oleh anak, dan kebahagiaan itu sendiri terletak pada perasaan aman dan tenang.
Ketika anak kehilangan percaya diri maka dia mudah terombang-ambing, dan
merasa bahwa orang-orang selalu mengawasi dan melecehkannya. Dia juga
mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan mengucilkan dirinya dari
lingkungan sekitar. Prasetyono (2014) mengungkapkan bahwa percaya diri
merupakan sikap dimana individu-individu memiliki pandangan positif, namun
juga realistis, serta pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut
berarti bahwa orang-orang yang percaya diri mampu menerapkan kepercayaan
terhadap kemampuan dan keputusan mereka.
Kegiatan belajar merupakan unsur paling utama dari keseluruhan proses
pendidikan di sekolah. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
2
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
3
banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta
didik. Syah (2011) mengatakan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Djamarah
(2011) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak akan lepas dari
kehidupan manusia, setiap harinya manusia belajar.
Kemampuan penalaran matematis dan percaya diri siswa tentulah
berbeda-beda khususnya siswa kelas VII SMP Cokroaminoto Banjarmangu.
Terlihat dari rendahnya ulangan harian, UTS, dan UAS pada semester ganjil yang
menghasilkan beberapa nilai yang kurang memuaskan dan belum memenuhi yang
ditargetkan oleh guru matematika. Bahkan sikap yang dimiliki siswa Kelas VII
SMP Cokroaminoto Banjarmangu kurang mencerminkan karena kurangnya
kesadaran yang timbul dari diri siswa.
Siswa
SMP
Cokroaminoto
Banjarmangu
dalam
belajar
tidak
mempertimbangkan bagaimana otak mereka bekerja dan guru pun banyak yang
tidak tahu tentang otak. Jika peserta didik tahu bagaimana otak mereka bekerja
dan guru tahu bagaimana cara mengoptimalkan cara kerja otak peserta didik,
3
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
4
maka pendidikan di Indonesia akan lebih baik. Ada satu pembelajaran yang
mengutamakan cara kerja otak, yaitu Brain Based Learning.
Brain Based Learning merupakan keterlibatan model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari satu pemahaman tentang otak.
Pembelajaran ini mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal.
Jika otak belajar dengan optimal, maka kemampuan-kemampuan peserta didik
dalam belajar akan berkembang. Hasil penelitian Rakhmat (2007) bahwa Brain
Based Learning mempengaruhi penalaran pada anak yang mengalami
keterbelakangan mental.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti menduga bahwa Brain Based Learning
berpengaruh positif terhadap penalaran matematis dan percaya diri. Sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Brain Based
Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis dan Percaya Diri Siswa di
SMP Cokroaminoto Banjarmangu”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti
Brain Based Learning?
2. Bagaimana capaian kemampuan penalaran matematis yang mengikuti
pembelajaran Konvensional?
4
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
5
3. Apakah capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti
Brain Based Learning lebih baik dibandingkan dengan capaian kemampuan
penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana capaian percaya diri siswa yang mengikuti Brain Based Learning?
5. Bagaimana capaian percaya diri siswa yang mengikuti pembelajaran
Konvensional?
6. Apakah capaian rasa percaya diri siswa yang mengikuti Brain Based Learning
lebih baik dibandingkan dengan capaian rasa percaya diri siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti Brain Based
Learning.
2.
Capaian
kemampuan
penalaran
matematis
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran Konvensional.
3.
Capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti Brain Based
Learning dibandingkan dengan capaian kemampuan penalaran matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
4.
Capaian percaya diri siswa yang mengikuti Brain Based Learning dan yang
mengikuti pembelajaran Konvensional.
5.
Capaian percaya diri siswa yang mengikuti pembelajaran Konvensional.
5
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
6
6.
Capaian rasa percaya diri siswa yang mengikuti Brain Based Learning
dibandingkan dengan capaian rasa percaya diri siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalaha sebagai berikut:
1.
Bagi Guru
Memberi masukan bagaimana cara meningkatkan penalaran matematis
dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa melalui Brain Base Learning
(Pembelajaran Berbasis Otak).
2. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah khususnya dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menggali potensi siswa agar dapat lebih memahami penalaran matematika,
dan lebih mendorong kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
4. Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang Brain Based
Learning (Pembelajaran Berbasis Otak).
6
Pengaruh Brain Based…, Diyan Faozin, FKIP UMP, 2016
Download