BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Signal Isyarat atau signal adalah

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Signal
Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Bringham and Houston, 2001).
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain termasuk
penggunaan hutang melebihi target struktur modal yang normal.
Teori signal dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada
umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan
dengan investor luar. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,
termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan
dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar
11
12
manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal
terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal (para manajemen)
memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui
peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya
terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder
pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Adanya asimetri informasi
memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk
saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Hubungan antara teori signal dengan current ratio yaitu apabila nilai dari
current ratio meningkat, maka ini berarti bahwa perusahaan mampu untuk
mengatasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan hal ini dapat dijadikan
sinyal bagi pihak manajemen untuk menarik minat para investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi angka current
ratio maka semakin baik reputasi perusahaan, dan akan membuat harga saham
meningkat yang nantinya secara tidak langsung akan meningkatkan return
saham.
13
Hubungan teori signal dengan ROA yaitu apabila nilai ROA meningkat,
maka ini berarti perusahaan mampu menggunakan aktivanya secara produktif
sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Hal ini dapat dijadikan
signal untuk para investor dalam memprediksi seberapa besar perubahan nilai
atas saham yang dimiliki. Bagi kreditor, ini dapat dijadikan signal untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman.
Hubungan teori signal dengan TATO yaitu apabila nilai dari TATO
semakin tinggi, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan telah beroperasi pada
volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Jadi semakin tinggi aktivitas
yang ada pada perusahaan berarti semakin efektif dalam mengelola aktivitas
transaksi yang ada diperusahaan. Adanya tingkat efektivitas yang tinggi
menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan yang tinggi pada masa
mendatang. Tentunya ini dapat dijadikan signal oleh para investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek cerah
di masa mendatang.
Hubungan teori signal dengan DER yaitu apabila nilai dari DER tinggi,
maka ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang yang besar dan
semakin tinggi pula resiko yang ditanggung perusahaan. Selama ekonomi sulit
atau suku bunga tinggi, perusahaan dengan DER yang tinggi dapat mengalami
masalah keuangan. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan dan ini
dapat dijadikan signal untuk investor untuk tidak melakukan investasi pada
perusahaan yang sedang mengalami situasi seperti ini.
14
Hubungan teori signal dengan return saham yaitu apabila nilai dari harga
saham meningkat, maka ini dapat meningkatkan return saham dari sebuah
perusahaan. Hal ini dapat dijadikan signal bagi para investor untuk melakukan
investasi pada perusahaan dengan kondisi seperti ini.
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal di Indonesia tercantum dalam Pasal 1 Undang
– Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang mendefinisikan
bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Menurut Husnan (2004 : 37), pasar modal adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang, atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, BUMN, maupun perusahaan swasta.
Pasar
modal
juga
dapat
diartikan
sebagai
pasar
untuk
memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari
satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya
jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek
merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Bursa efek suatu sistem
15
terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek adalah setiap surat
berharga yang diterbitkan oleh perusahaan misalnya : surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda
bukti hutang, right issue, dan warrant.
Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan
investasi
dimana
semakin
tinggi
kemungkinan
suatu
perusahaan
menghasilkan laba dan semakin kecil risiko yang dihadapi maka semakin
tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut.
Menurut Nur Hidayati (2006 : 17) Pasar modal secara umum adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank
– bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Pada dasarnya pasar modal
tidak berbeda dengan pasar lainnya. Pada pasar lainnya umumnya pembeli
dapat memperoleh segala keterangan atau informasi dari penjual, sedangkan
di pasar modal, informasi diperoleh antara lain dengan membaca prospek
perusahaan. Hal yang mungkin membedakan pasar modal dengan pasar
lainnya adalah pasar modal yang bersifat abstrak yaitu pembeli tidak dapat
informasi langsung dari penjual dan juga bersifat konkrit yaitu berupa lembar
surat berharga yang mempunyai keterikatan dalam investasi. Dalam
kenyataannya pasar modal itu atau dikenal sebagai Bursa Efek atau dalam
16
bahasa Inggris disebut Securities Exchange atau Stock Market, sepeti tampak
dalam istilahnya berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat
bertemunya penjual dana dan pembeli dana yang ada di pasar modal atau
bursa diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara
perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual beli.
Dari pengertian mengenai pasar modal di atas dapat terlihat bahwa
pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Dalam melaksanakan
fungsi
keuangannya, pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana kepada pihak yang
membutuhkan dana. Dari investasi atas kelebihan dana tersebut, pihak yang
mempunyai kelebihan dana mengharapkan imbalan dari pemindahan dana
tersebut, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat melakukan investasi
tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Hasil
yang diperoleh kedua belah pihak tersebut secara keseluruhan diharapkan
akan mendorong peningkatan kemakmuran bersama.
Sedangkan fungsi keuangan yang dijalankan pasar modal adalah
dengan menyediakan dana yang diperlukan untuk pihak yang membutuhkan
dan tanpa pihak yang menyerahkan dana harus terlihat langsung dengan
kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi.
Jadi, pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif
untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui
mekanisme penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana
17
tersebut ke sektor – sektor yang produktif. Pasar modal juga dapat dikatakan
sebagai wadah yang dapat menghilangkan monopoli sumber modal dan
monopoli kepemilikan perusahaan.
2. Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang
pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara
dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai
pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri
dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima aspek
berikut ini :
a) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk
menentukan
harga
saham
atau
surat
berharga
yang
diperjualbelikan.
b) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh
hasil (return) yang diharapkan.
c) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
d) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
18
e) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Karena biaya informasi ditanggung oleh semua pelaku bursa, dengan
demikian biayanya akan lebih murah.
3. Jenis Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk sekuritas lain) kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai
dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut
diperjualbelikan. Jenis – jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam
(Jogiyanto, 2003 : 15 – 16), yaitu :
a) Pasar primer (primary market)
Pasar primer (perdana) adalah tempat penjualan atau penawaran
saham baru dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada
investor sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar
primer merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham
yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham dicatatkan di bursa.
b) Pasar sekunder (secondary market)
Pasar sekunder adalah tempat perdagangan surat berharga yang
sudah beredar. Pasar ini merupakan pasar dimana saham dan sekuritas
lainnya diperjualbelikan secara luas, setelah melalui penjualan atau
penawaran di pasar perdana. Pasar sekunder dibedakan menjadi stock
exchange market (pasar bursa saham atau bursa efek) dan over the
19
counter (OTC) market. Sekuritas dari perusahaan kecil umumnya
diperdagangkan di OTC market, sedangkan sekuritas untuk perusahaan
yang besar diperdagangkan di stock exchange.
c) Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas
lainnya di luar bursa OTC market. Pasar ini merupakan pasar
perdagangan surat berharga yang dijalankan oleh broker (pialang) yang
mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup.
d) Pasar keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor
tanpa melalui perantara pedagang efek (broker) atau pasar modal yang
dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi
untuk broker. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya
dilakukan dalam jumlah besar.
4. Lembaga – lembaga Dalam Kegiatan Pasar Modal
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial sangat luas, pasar modal
melibatkan banyak orang dan banyak lembaga. Masing – masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda – beda dan saling menunjang
kepentingan pihak yang lain. Pihak – pihak yang terkait dalam kegiatan pasar
modal diantaranya adalah :
a) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
20
Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Keppres No. 5 tahun
1990 tentang pasar modal adalah :
1) Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek
dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum.
2) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga –
lembaga berikut :

Bursa Efek

Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpangan

Reksadana

Perusahaan efek dan perorangan

Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu tempat penitipan harta,
biro administrasi efek, Wali amanat atau penanggung

Profesi Penunjang Pasar Modal
3) Memberikan pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai Pasar
Modal. BAPEPAM sebagai lembaga Pengawas Pasar Modal wajib
menetapkan ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara
tertib dan wajar dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat.
b) Lembaga Penunjang Pasar Perdana

Penjamin emisi efek
21
Nur Hidayati (2006 : 19) Perusahaan yang akan melakukan
penawaran umum memerlukan jasa underwriter, mulai dari
persiapannya, penentuan harga penawaran, hingga pemasarannya.
Dalam persiapan penawaran publik, underwriter dapat memberikan
nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya ditawarkan, waktu yang
tepat untuk melakukan penawaran, lokasi bursa dimana efek akan
diperdagangkan, dan sebagainya.

Akuntan publik

Konsultan hukum

Notaris

Agen penjual

Perusahaan penilai
c) Penjamin Emisi (Underwriter)
Perusahaan
yang
akan
melakukan
penawaran
umumnya
memerlukan jasa underwriter, mulai dari persiapannya, penentuan harga
penawaran, hingga pemasarannya. Dalam persiapan penawaran publik,
underwriter dapat memberikan nasihat mengenai jenis efek yang
sebaiknya ditawarkan, waktu yang tepat untuk melakukan penawaran,
lokasi bursa dimana efek akan diperdagangkan, dan sebagainya.
d) Perantara Pedagang Efek
22
Investor hanya dapat menjual dan membeli efek melalui
perusahaan – perusahaan efek yang terdaftar resmi di bursa. Pialang atau
broker ialah pihak yang membeli dan menjual efek di bursa atas
permintaan investor. Atas jasanya menjualkan atau membelikan efek,
pialang mendapat balas jasa yang besarnya ditentukan antara investor
dengan pialang.
e) Lembaga – lembaga Pendukung Pasar Modal
Setelah terjadi kesepakatan jual beli efek di bursa efek maka
selanjutnya adalah menyelesaikan transaksi tersebut yang dilaksanakan
oleh Lembaga Kliring dan Penjamin dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyimpangan (LPP).
f) Penjamin ( Guarantor)
Pada instrumen obligasi, dua faktor yang penting bagi investor
ialah kepastian pembayaran bunga dan pengembalian pinjaman pokok.
Untuk memperkuat kepercayaan investor terhadap emiten bahwa
pinjaman pokok maupun bunga akan dibayar tepat waktu maka dalam
penerbitan obligasinya biasanya diperlukan jasa penanggung (guarantor).
g) Wali Amanat
Jasa wali amanat hanya diperlukan pada emisi obligasi. Lembaga
ini bertindak sebagai wali pemberi amanat, yaitu investor. Tugas wali
amanat adalah mewakili dan melindungi kepentingan investor melalui
pengawasan terhadap emiten.
23
C. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan
data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan
untuk kepentingan manajemen dan pihak – pihak lain yang menaruh
perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan menurut Kieso et al (2002 : 3) adalah sebagai
berikut :
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak – pihak di luar korporasi. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai
moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang sering
disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas
laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral
dari setiap laporan keuangan.
Menurut IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 2)
sebagai berikut :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, pelaporan pembahasan ekuitas, laporan arus kas, catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan.
Dari pengertian – pengertian di atas laporan keuangan dalam
penerapannya selain terdiri dari neraca dan laporan laba rugi juga sering
dilengkapi dengan laporan sumber dan penggunaan dana. Keseluruhan tentu
saja memberikan informasi yang lebih jelas tentang hasil usaha, posisi
24
keuangan dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
posisi keuangan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dengan eksistensi
perusahaan tersebut.
Laporan keuangan disusun sebagai proses akhir dari akuntansi
berdasarkan catatan – catatan di dalam akuntansi sebagai sumbernya.
Penyusunan biasanya dilakukan secara teratur dan di dalam interval waktu
tertentu agar lebih cepat dapat menggambarkan secara jelas sifat dan
perkembangan serta perubahan yang dialami perusahaan dari waktu ke
waktu. Ikatan
Akuntansi
Indonesia menganjurkan
agar perusahaan
menyususn laporan keuangan komperatif setidaknya dua tahun terakhir.
2. Tujuan Laporan Keuangan
APB Statement No. 4 berjudul Basic Concepts and Accounting
Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises. Laporan
ini bersifat deskriptif, dan laporan ini banyak mempengaruhi studi-studi
berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini, tujuan
laporan keuangan digolongkan sebagai berikut :
a. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan
posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya
secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan umum laporan keuangan adalah :
25
1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud :
a) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
b) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya.
c) Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utangutangnya.
d) Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang ada
untuk pertumbuhan perusahaan.
2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
maksud :
a) Memberikan
gambaran
tentang
dividen
yang
diharapkan
pemegang saham.
b) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mebayar kewajiban
kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, dan mengumpulkan
dana untuk perluasan perusahaan.
c) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
d) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba
dalam jangka panjang.
3) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
26
4) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban.
5) Mengungkapkan unformasi relevan lainnya yang dibutuhkan para
pemakai laporan.
c. Tujuan kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4
adalah sebagai berikut :
1) Relevan
Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu
pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
2) Dapat dipahami
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi
juga harus informasi yang dapat dimengerti oleh para pemakainya.
3) Dapat diuji kebenarannya
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan
menghasilkan pendapat yang sama.
4) Netral
Laporan
akuntansi
itu
netral
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan
pihak-pihak tertentu saja.
27
5) Tepat waktu
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan
apabila diserahkan pada saat yang tepat.
6) Dapat diperbandingkan
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya
akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu
perusahaan maupun perusahaan lain.
7) Kelengkapan
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakai.
D. Rasio Likuiditas
Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009), Rasio Likuiditas adalah
tingkat kemudahan dan kecepatan untuk merubah sesuatu instrumen keuangan ke
dalam bentuk lain dalam jumlah yang besar dengan biaya yang wajar dan tanpa
mempengaruhi harga dari instrumen tersebut.
Warren et al (2000 : 99) mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah tingkat
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera
dipenuhi. Rasio likuiditas memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk
membayar atau sebaliknya untuk memenuhi kewajiban lancar maupun kewajiban
tidak lancar.
28
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang
lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio
likuiditas pada pembahasan ini diwakili oleh rasio lancar (current ratio).
Menurut John B. Guerard Jr. “current ratio is obtained by dividing the current
liabilities into the current assets”.
Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan
jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk
merespon kebutuhan – kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis
hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi.
Rasio lancar (current ratio) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
E. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam
hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas dari suatu
perusahaan
diukur
dengan
kesuksesan
perusahaan
dan
kemampuan
menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas dari
suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antar laba yang
29
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal
perusahaan tersebut.
Menurut Warren et al (2000 : 106), Rasio profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tegantung dengan
tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi dan sumber daya yang
tersedia bagi perusahaan. Karena itu, profitabilitas secara umum memfokuskan
pada hubungan antara hasil operasi seperti yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan seperti yang dilaporkan
dalam neraca.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham
tertentu. Rasio profitabilitas dimanfaatkan oleh investor untuk memprediksi
seberapa besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Bagi kreditor, rasio
profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar pokok dan bunga pinjaman. Rasio profitabilitas akan memberikan
informasi bagi investor, misalnya, pemegang saham akan melihat keuntungan
yang benar- benar akan diterima dalam bentuk deviden.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diwakili oleh ROA (return on
assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva
setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi
menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
30
EAT
Return on Assets =
Total Asset
F.
Rasio Aktivitas
Aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005 : 19). Dewi Astuti
(2004 : 32) menyatakan bahwa rasio manajemen aktiva mengukur efektivitas
perusahaan dalam mengelola aktivanya, yaitu mengukur kemampuan seluruh
aktivanya dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat
aktiva lancar dapat dikonversikan ke dalam kas.
Ardi Hamzah (2005 : 5) menyatakan bahwa aktivitas perusahaan
menunjukkan tingkat efektivitas yang ada pada perusahaan. Semakin tinggi
tingkat aktivitas yang ada pada perusahaan semakin besar aliran kas yang
diterima perusahaan berarti semakin efektif dalam mengelola aktivitas transaksi
yang ada di perusahaan. Adanya tingkat efektivitas yang tinggi menunjukkan
kesempatan bertumbuh perusahaan yang tinggi pada masa mendatang.
Dalam penelitian ini, rasio aktivitas diwakili oleh Total Asset Turnover
(TATO). Menurut Dewi Astuti (2004 : 34), Rasio perputaran total aktiva (total
asset turnover) merupakan rasio yang mengukur perputaran semua aktiva
perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva.
31
Suryanto (2000 : 24) menyatakan bahwa rasio yang rendah menunjukkan
perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas
investasinya. Total asset turnover dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Sales
Total Asset Turn Over =
Total Asset
G. Leverage (Struktur Modal)
1. Pengertian modal dan struktur modal perusahaan
Menurut Munawir (2004), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki
oleh perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus
atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan
terhadap seluruh hutangnya. Modal menggambarkan hak pemilik atas
perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan oleh para
pemilik.
Menurut Dewi Astuti (2004:17), struktur modal adalah bauran atau
perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa.
Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham
preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang
32
mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.\
2. Teori struktur modal
Secara umum teori yang mendasari struktur modal terbagi menjadi 3
bagian (Moeljadi, 2006:117) :
a) Teori tradisional atau teori klasik
Menyatakan bahwa struktur modal yang optimal dapat memaksimumkan
nilai perusahaan adalah dengan cara meminimumkan biaya modal ratarata (average cost of capital). Salah satu versi teori ini dikembangkan
oleh Ezra Solomon yang menyatakan bahwa struktur modal yang optimal
terjadi apabila terdapat kelebihan antara debt equity ratio dengan average
cost of capital.
b) Teori moldigliani & miller “The cost of capital, Corporate finance and
the Theory of Investment” America Economic review” (1958)
Menyatakan bahwa pasar modal itu adalah sempurna dan tidak ada pajak.
Mereka menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur
modal.
c) Teori yang dikembangkan oleh Moldigliani & Miller “Corporate income
taxes and the cost of capital : A. Corection” America Economic Review”
(1963)
33
Dengan memperhatikan tingkat pajak mereka menyatakan bahwa
penggunaan hutang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan
kemakmuran pemegang saham.
Seiring dengan perkembangan zaman, teori tentang struktur modal
pun mengalami perkembangan diantaranya, yaitu :
1) Agency theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976, dimana manajemen merupakan agen dari
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham
berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mereka
mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan
pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui caracara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan
pembatasan terhadap keputusan yang bisa diambil oleh manajemen.
2) Signaling theory
Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Bringham and Houston,
2001). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan
34
cara-cara lain termasuk penggunaan hutang melebihi target struktur
modal yang normal.
3) Asymetric information theory
Asymetric information, menurut Bringham dan Houston (2001)
adalah situasi dimana manajemen memiliki informasi yang berbeda (yang
lebih
baik)
mengenai
prospek
perusahaan
daripada
investor.
Ketidakseimbangan informasi ini terjadi karena pihak manajemen
memiliki informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Misalnya,
pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang
overvalued (lebih tinggi daripada harga seharusnya), jika hal ini yang
dipikirkan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk
menawarkan harga baru. Akan tetapi investor juga akan berpikir bahwa
jika perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya
adalah karena harga saham saat ini overvalued, sehingga invstor akan
menawar harga saham baru dengan harga yang lebih rendah. Maka emisi
saham baru akan menurunkan harga saham.
4) Packing order theory
Meskipun diperkenalkan pertama kali oleh Donaldson (1961), akan
tetapi penamaan packing order sendiri dilakukan oleh Myers (1984)
dalam Husnan (1996) dan Moeljadi (2006). Secara singkat teori ini
35
menyatakan perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari
operasional perusahaan dengan wujud laba ditahan).
Rasio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio
ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank).
Menurut Dewi Astuti (2004 : 35), leverage keuangan adalah penggunaan
pembiayaan dengan hutang. Pembiayaan yang dihitung ini memiliki beberapa
kelebihan. Pertama, memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham
dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas. Kedua, kreditor melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk
memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya
memberikan sebagian kecil dananya sebagai modal. Ketiga, jika perusahaan
memperoleh pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan pembayaran
bunga, maka tingkat pengembalian modal pemilik akan lebih besar atau
leveraged.
Rasio leverage adalah mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan
hutang, artinya rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya.
Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah debt to equty
ratio. Debt Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang yang digambarkan
dengan perbandingan antara seluruh hutang, baik hutang jangka panjang maupun
hutang jangka pendek dengan modal sendiri perusahaan (Van Horne, 2005).
36
Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan.
Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada
biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan
menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya,
sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun
potensi pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya Biaya hutang lebih besar
daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru
akan menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, Ciaran, 2004). Selama
ekonomi sulit atau suku bunga tinggi, perusahaan dengan Debt Equity Ratio
(DER) yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, sebaliknya selama
ekonomi baik atau suku bunga rendah akan meningkatkan keuntungan, yaitu
dengan membiayai pertumbuhan dengan harga yang murah/rendah (Lani Salim,
2003). Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total Hutang
Debt to Equity Ratio =
Modal Sendiri
H. Return Saham
1. Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam
pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas
37
perusahaan penerbitnya. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau
pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Sunariyah:
2004).
Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa
investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan
besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain,
saham memberikan penghasilan berupa deviden. Saham dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu :
a. Saham Preferen, saham yang mempunyai kombinasi karakteristik
gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen
memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga
mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa.
b. Saham Biasa, sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa
tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset – aset perusahaan.
Investor yang membeli saham biasa belum tentu akan mendapatkan
pendapatan secara tetap dari perusahaan, karena saham biasa tidak
mewajibkan perusahaan untuk membayar sejumlah kas terhadap
pemegang saham.
2. Penilaian Harga Saham
Secara umum konsep penilaian harga saham sama dengan konsep
penilaian sekuritas pada umumnya, yaitu sama dengan nilai sekarang dari
38
semua aliran kas masuk yang diharapkan untuk diterima oleh investor di
masa depan.
Penentuan harga saham dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu :
a. Analisis Teknikal
Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan
harga saham di waktu yang lalu. Analisis teknikal merupakan metodologi
dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau
pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran dari teknik analisis ini adalah
bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran
dan permintaan yang terjadi.
Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan
harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk
menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu pengulangan fluktuasi
dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep
pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang
terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa
yang akan datang.
Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisis ini adalah tidak
dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau
pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi
penawaran dan permintaan menjadi tidak begitu berpengaruh.
39
b. Analisis Fundamental
Dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan
dividen. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap
pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental
mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi
perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai
perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah
harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham.
Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham
di masa yang akan datang dengan: (1) mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang,
dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang
sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2003) yaitu:
1) Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan
menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima
oleh pemilik saham.
2) Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan
mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
40
3. Return Saham
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor ketika
membeli saham adalah fundamental perusahaan, dimana indikatornya adalah
rasio-rasio
keuangan perusahaan. Indikator
tersebut berguna untuk
menganalisis bagaimana return yang diharapkan dan tentunya resiko yang
akan ditanggung. Analisis inilah yang nantinya digunakan sebagai petunjuk
untuk pengambilan keputusan.
Menurut Ahmad Rodoni dan Othman Yong (2002 : 11) Return atau
tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham
untuk semua jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan
dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan
perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut.
Sedangkan Dewi Astuti (2004 : 64) mengatakan bahwa return atau
tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian yang diterima
selama periode tertentu karena melakukan investasi.
Return yang diperoleh dari kepemilikan saham dapat berupa dividen
dan capital gain / loss. Capital gain / loss adalah selisih atau kurang dari
harga saham. Dividen digunakan untuk mengukur kinerja saham berdasarkan
dividen yang dibagikan, semakin besar dividen maka saham tersebut semakin
menarik bagi investor. Semakin tinggi harga saham menunjukkan bahwa
harga saham tersebut semakin diminati investor karena dengan semakin
tinggi harga saham akan menghasilkan capital gain yang besar pula.
41
Return diukur dengan satuan persen. Penggunaan satuan persen untuk
mengukur return bertujuan menyetarakan (ekuivalensi) dari semua saham
yang diobservasi.
Pt – Pt-1
Rt =
Pt-1
Rt
: Return saham yang diharapkan pada periode t
Pt
: Periode harga saham akhir
Pt-1 : Periode harga saham awal
I.
Penelitian Terdahulu
Beberapa
penelitian
sebelumnya
telah
dilakukan
untuk
meneliti
kemampuan rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan leverage diantaranya
meliputi :
Ema Kusuma Dewi (2007) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Net
Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Price Earning Ratio
(PER), dan variabel Price to Book Value (PBV) terhadap return saham corporate
governance. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang masuk ke dalam kelompok pemeringkatan penerapan
corporate governanace yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) dan majalah Swa Sembada pada tahun 2001 –
2003, dengan jumlah sampel sebanyak 104 perusahaan, secara simultan hasil
42
analisis regresi dapat disimpulkan secara bersama – sama variabel independen
yang meliputi Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on
Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Price
Earning Ratio (PER), dan variabel Price to Book Value (PBV) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return saham corporate governance.
David Wijaya (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio
modal saham terhadap return saham perusahaan – perusahaan telekomunikasi go
public di Indonesia periode 2007. Hasil pengujian dengan analisis regresi linier
berganda menunjukkan bahwa rasio modal saham tidak mempunyai pengaruh
secara signifikan dan positif terhadap return saham.
Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan penelitian yang bertujuan
untuk menguji kembali pengaruh rasio – rasio profitabilitas yang diukur dengan
ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS
(Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001 – 2002. Hasil
dari uji t parsial menunjukkan bahwa ROA, ROE, ROS, BEP, tidak berpengaruh
terhadap harag saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada
taraf signifikansi 5 %. Artinya ROA, ROE, ROS, dan BEP tidak dapat digunakan
untuk menentukan nilai perusahaan.
IGKA ULUPUI melakukan penelitian analisis pengaruh rasio likuiditas,
leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Variabel current ratio memiliki
43
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.
Variabel return on asset memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
return saham yang menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin
efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh
perusahaan. Variabel debt to equity ratio menunjukkan hasil yang positif, tetapi
tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio hutang tidak
menyebabkan perubahan return saham. Variabel total asset turnover
menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan. Ia menemukan bahwa rasio
aktivitas tidak bermanfaat untuk memprediksi return satu tahun ke depan.
J.
Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Curent Ratio ( CR ) terhadap Return Saham
CR merupakan rasio antara kekayaan yang lancar (yang segera dapat
dijadikan uang) dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek. CR yang
terlalu tinggi menunjukan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar
lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang .atau tingkat
likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Selain itu CR
juga menunjukan tingkat keamanan (Margin of safety) kreditor jangka
pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang
tersebut.
44
Tetapi CR yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya
hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo, karena proporsi atau distribusi
dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan.
Ho : b1 = 0, current ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (return saham)
H1 : b1 ≠ 0, current ratio berpengaruh secara parsial terhadap variabel
dependen (return saham)
2. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham
Indikator Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator
keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. ROA
yang semakin besar menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik
dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari deviden yang
diterima semakin meningkat. Konsekuensinya, ROA yang meningkat akan
meningkatkan return saham.
Perusahaan dengan ROA yang besar akan menarik minat para investor
dan calon investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Adanya daya tarik tersebut berdampak pada para investor dan calon investor
untuk memiliki saham perusahaan semakin meningkat. (Hardiningsih, et. al.,
2002). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Robert Ang (1997) yang
menyatakan bahwa keuntungan perusahaan yang semakin meningkat
45
memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan
semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap ekuitas.
Ho : b2 = 0, return on asset (ROA) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen (return saham)
H1 : b2 ≠ 0, return on asset (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (return saham)
3. Pengaruh TATO terhadap Return saham
TATO merupakan salah satu rasio aktivitas yang menunjukan
kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut. Oleh karena itu TATO
dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisiensinya seluruh aktiva
perusahaan dalam menunjang penjualan.
Hasil penelitian yang menggunakan TATO telah dilakukan oleh
Tuasikal (2002), dengan judul ” Pengaruh informasi akuntansi untuk
memprediksi return saham : studi terhadap perusahaan pemanukfakturan dan
non pemanukfakturan”, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel
TATO berpengaruh terhadap Return saham.
Ho : b3 = 0, asset turnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (return saham)
46
H1 : b3 ≠ 0, asset turnover berpengaruh secara parsial terhadap variabel
dependen (return saham)
4. Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham
Debt Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi harga saham. Debt Equity Ratio (DER) yang terlalu
tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat
hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin
besar dan mengurangi keuntungan (Robert Ang, 1997).
Alasan utama untuk menggunakan hutang adalah karena biaya bunga
dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya
utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan
perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang dipercepat atau
kompensasi kerugian, maka tarif pajaknya akan rendah (apabila pajak
bersifat progresif) dan keuntungan akibat penggunaan hutang juga mengecil,
sehingga semakin tinggi hutang (DER) cenderung menurunkan return saham
(Sawir, Agnes, 2000). Hasil penelitian Liestyowati (2002) menunjukkan
bahwa Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham.
Ho : b4 = 0, debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen (return saham)
47
H1 : b4 ≠ 0, debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen (return saham)
5. Pengaruh Simultan Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), Total
Asset Turnover (TATO), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
Return Saham
Rasio-rasio keuangan seperti CR, ROA, TATO, dan DER merupakan
salah satu dasar yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
pengelolaan perusahaan dilakukan sesuai standar-standar yang berlaku.
Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut, berarti semakin baik pula
kondisi operasional dari perusahaan tersebut. Pada kondisi seperti ini, akan
lebih banyak ada jaminan perolehan laba yang lebih tinggi, selanjutnya
adalah semakin besarnya peluang ekspansi dan pembagian dividen. Reputasi
perusahaan yang meningkat, dapat pula menjadi faktor penentu untuk
meningkatkan harga saham. Bagi pemegang saham, meningkatnya harga
saham akan pula meningkatkan return sahamnya.
Ho : b1, b2, b3, b4 = 0, variabel independen (Current Ratio (CR), Return
on Asset (ROA), asset turnover, dan Debt to Equity Ratio (DER)) tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (return
saham)
48
Ho : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, variabel independen (Current Ratio (CR), Return
on Asset (ROA), asset turnover, dan Debt to Equity Ratio (DER))
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (return
saham).
Berdasarkan teori dan hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka ada
beberapa faktor fondamental dan kondisi ekonomi yang diidentifikasi
mempengaruhi return saham yaitu CR, ROA, TATO, dan DER. Untuk itu
akan dilakukan pengujian sejauh mana pengaruh variabel bebas tersebut
terhadap return saham, sehingga kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian
ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2. 1 berikut ini
Gambar 2.1
Current Ratio
Return on Asset
Return Saham
Total Asset Turnover
Debt to Equity Ratio
Download
Study collections