BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Signal Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Bringham and Houston, 2001). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain termasuk penggunaan hutang melebihi target struktur modal yang normal. Teori signal dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan investor luar. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar 11 12 manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Hubungan antara teori signal dengan current ratio yaitu apabila nilai dari current ratio meningkat, maka ini berarti bahwa perusahaan mampu untuk mengatasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan hal ini dapat dijadikan sinyal bagi pihak manajemen untuk menarik minat para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi angka current ratio maka semakin baik reputasi perusahaan, dan akan membuat harga saham meningkat yang nantinya secara tidak langsung akan meningkatkan return saham. 13 Hubungan teori signal dengan ROA yaitu apabila nilai ROA meningkat, maka ini berarti perusahaan mampu menggunakan aktivanya secara produktif sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Hal ini dapat dijadikan signal untuk para investor dalam memprediksi seberapa besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Bagi kreditor, ini dapat dijadikan signal untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Hubungan teori signal dengan TATO yaitu apabila nilai dari TATO semakin tinggi, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan telah beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Jadi semakin tinggi aktivitas yang ada pada perusahaan berarti semakin efektif dalam mengelola aktivitas transaksi yang ada diperusahaan. Adanya tingkat efektivitas yang tinggi menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan yang tinggi pada masa mendatang. Tentunya ini dapat dijadikan signal oleh para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek cerah di masa mendatang. Hubungan teori signal dengan DER yaitu apabila nilai dari DER tinggi, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang yang besar dan semakin tinggi pula resiko yang ditanggung perusahaan. Selama ekonomi sulit atau suku bunga tinggi, perusahaan dengan DER yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan dan ini dapat dijadikan signal untuk investor untuk tidak melakukan investasi pada perusahaan yang sedang mengalami situasi seperti ini. 14 Hubungan teori signal dengan return saham yaitu apabila nilai dari harga saham meningkat, maka ini dapat meningkatkan return saham dari sebuah perusahaan. Hal ini dapat dijadikan signal bagi para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan dengan kondisi seperti ini. B. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal di Indonesia tercantum dalam Pasal 1 Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang mendefinisikan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Husnan (2004 : 37), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, BUMN, maupun perusahaan swasta. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Bursa efek suatu sistem 15 terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan misalnya : surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, right issue, dan warrant. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi dimana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil risiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Menurut Nur Hidayati (2006 : 17) Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Pada dasarnya pasar modal tidak berbeda dengan pasar lainnya. Pada pasar lainnya umumnya pembeli dapat memperoleh segala keterangan atau informasi dari penjual, sedangkan di pasar modal, informasi diperoleh antara lain dengan membaca prospek perusahaan. Hal yang mungkin membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah pasar modal yang bersifat abstrak yaitu pembeli tidak dapat informasi langsung dari penjual dan juga bersifat konkrit yaitu berupa lembar surat berharga yang mempunyai keterikatan dalam investasi. Dalam kenyataannya pasar modal itu atau dikenal sebagai Bursa Efek atau dalam 16 bahasa Inggris disebut Securities Exchange atau Stock Market, sepeti tampak dalam istilahnya berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dana dan pembeli dana yang ada di pasar modal atau bursa diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual beli. Dari pengertian mengenai pasar modal di atas dapat terlihat bahwa pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam melaksanakan fungsi keuangannya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Dari investasi atas kelebihan dana tersebut, pihak yang mempunyai kelebihan dana mengharapkan imbalan dari pemindahan dana tersebut, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Hasil yang diperoleh kedua belah pihak tersebut secara keseluruhan diharapkan akan mendorong peningkatan kemakmuran bersama. Sedangkan fungsi keuangan yang dijalankan pasar modal adalah dengan menyediakan dana yang diperlukan untuk pihak yang membutuhkan dan tanpa pihak yang menyerahkan dana harus terlihat langsung dengan kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi. Jadi, pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana 17 tersebut ke sektor – sektor yang produktif. Pasar modal juga dapat dikatakan sebagai wadah yang dapat menghilangkan monopoli sumber modal dan monopoli kepemilikan perusahaan. 2. Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima aspek berikut ini : a) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. b) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. c) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. d) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 18 e) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Karena biaya informasi ditanggung oleh semua pelaku bursa, dengan demikian biayanya akan lebih murah. 3. Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis – jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam (Jogiyanto, 2003 : 15 – 16), yaitu : a) Pasar primer (primary market) Pasar primer (perdana) adalah tempat penjualan atau penawaran saham baru dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar primer merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham dicatatkan di bursa. b) Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar. Pasar ini merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan secara luas, setelah melalui penjualan atau penawaran di pasar perdana. Pasar sekunder dibedakan menjadi stock exchange market (pasar bursa saham atau bursa efek) dan over the 19 counter (OTC) market. Sekuritas dari perusahaan kecil umumnya diperdagangkan di OTC market, sedangkan sekuritas untuk perusahaan yang besar diperdagangkan di stock exchange. c) Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lainnya di luar bursa OTC market. Pasar ini merupakan pasar perdagangan surat berharga yang dijalankan oleh broker (pialang) yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. d) Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor tanpa melalui perantara pedagang efek (broker) atau pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar. 4. Lembaga – lembaga Dalam Kegiatan Pasar Modal Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial sangat luas, pasar modal melibatkan banyak orang dan banyak lembaga. Masing – masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda – beda dan saling menunjang kepentingan pihak yang lain. Pihak – pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal diantaranya adalah : a) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) 20 Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Keppres No. 5 tahun 1990 tentang pasar modal adalah : 1) Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum. 2) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga – lembaga berikut : Bursa Efek Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpangan Reksadana Perusahaan efek dan perorangan Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu tempat penitipan harta, biro administrasi efek, Wali amanat atau penanggung Profesi Penunjang Pasar Modal 3) Memberikan pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai Pasar Modal. BAPEPAM sebagai lembaga Pengawas Pasar Modal wajib menetapkan ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara tertib dan wajar dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat. b) Lembaga Penunjang Pasar Perdana Penjamin emisi efek 21 Nur Hidayati (2006 : 19) Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum memerlukan jasa underwriter, mulai dari persiapannya, penentuan harga penawaran, hingga pemasarannya. Dalam persiapan penawaran publik, underwriter dapat memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya ditawarkan, waktu yang tepat untuk melakukan penawaran, lokasi bursa dimana efek akan diperdagangkan, dan sebagainya. Akuntan publik Konsultan hukum Notaris Agen penjual Perusahaan penilai c) Penjamin Emisi (Underwriter) Perusahaan yang akan melakukan penawaran umumnya memerlukan jasa underwriter, mulai dari persiapannya, penentuan harga penawaran, hingga pemasarannya. Dalam persiapan penawaran publik, underwriter dapat memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya ditawarkan, waktu yang tepat untuk melakukan penawaran, lokasi bursa dimana efek akan diperdagangkan, dan sebagainya. d) Perantara Pedagang Efek 22 Investor hanya dapat menjual dan membeli efek melalui perusahaan – perusahaan efek yang terdaftar resmi di bursa. Pialang atau broker ialah pihak yang membeli dan menjual efek di bursa atas permintaan investor. Atas jasanya menjualkan atau membelikan efek, pialang mendapat balas jasa yang besarnya ditentukan antara investor dengan pialang. e) Lembaga – lembaga Pendukung Pasar Modal Setelah terjadi kesepakatan jual beli efek di bursa efek maka selanjutnya adalah menyelesaikan transaksi tersebut yang dilaksanakan oleh Lembaga Kliring dan Penjamin dan Lembaga Penyimpanan dan Penyimpangan (LPP). f) Penjamin ( Guarantor) Pada instrumen obligasi, dua faktor yang penting bagi investor ialah kepastian pembayaran bunga dan pengembalian pinjaman pokok. Untuk memperkuat kepercayaan investor terhadap emiten bahwa pinjaman pokok maupun bunga akan dibayar tepat waktu maka dalam penerbitan obligasinya biasanya diperlukan jasa penanggung (guarantor). g) Wali Amanat Jasa wali amanat hanya diperlukan pada emisi obligasi. Lembaga ini bertindak sebagai wali pemberi amanat, yaitu investor. Tugas wali amanat adalah mewakili dan melindungi kepentingan investor melalui pengawasan terhadap emiten. 23 C. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak – pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan menurut Kieso et al (2002 : 3) adalah sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak – pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Menurut IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 2) sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, pelaporan pembahasan ekuitas, laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dari pengertian – pengertian di atas laporan keuangan dalam penerapannya selain terdiri dari neraca dan laporan laba rugi juga sering dilengkapi dengan laporan sumber dan penggunaan dana. Keseluruhan tentu saja memberikan informasi yang lebih jelas tentang hasil usaha, posisi 24 keuangan dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi keuangan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan tersebut. Laporan keuangan disusun sebagai proses akhir dari akuntansi berdasarkan catatan – catatan di dalam akuntansi sebagai sumbernya. Penyusunan biasanya dilakukan secara teratur dan di dalam interval waktu tertentu agar lebih cepat dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan serta perubahan yang dialami perusahaan dari waktu ke waktu. Ikatan Akuntansi Indonesia menganjurkan agar perusahaan menyususn laporan keuangan komperatif setidaknya dua tahun terakhir. 2. Tujuan Laporan Keuangan APB Statement No. 4 berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises. Laporan ini bersifat deskriptif, dan laporan ini banyak mempengaruhi studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini, tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut : a. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP. b. Tujuan umum laporan keuangan adalah : 25 1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud : a) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan. b) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya. c) Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utangutangnya. d) Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan. 2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud : a) Memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham. b) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mebayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, dan mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan. c) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan. d) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang. 3) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 26 4) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban. 5) Mengungkapkan unformasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan. c. Tujuan kualitatif Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah sebagai berikut : 1) Relevan Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. 2) Dapat dipahami Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dapat dimengerti oleh para pemakainya. 3) Dapat diuji kebenarannya Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. 4) Netral Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja. 27 5) Tepat waktu Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. 6) Dapat diperbandingkan Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain. 7) Kelengkapan Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. D. Rasio Likuiditas Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009), Rasio Likuiditas adalah tingkat kemudahan dan kecepatan untuk merubah sesuatu instrumen keuangan ke dalam bentuk lain dalam jumlah yang besar dengan biaya yang wajar dan tanpa mempengaruhi harga dari instrumen tersebut. Warren et al (2000 : 99) mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Rasio likuiditas memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk membayar atau sebaliknya untuk memenuhi kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar. 28 Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas pada pembahasan ini diwakili oleh rasio lancar (current ratio). Menurut John B. Guerard Jr. “current ratio is obtained by dividing the current liabilities into the current assets”. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan – kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi. Rasio lancar (current ratio) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar E. Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antar laba yang 29 diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Menurut Warren et al (2000 : 106), Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tegantung dengan tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan. Karena itu, profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan seperti yang dilaporkan dalam neraca. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Rasio profitabilitas dimanfaatkan oleh investor untuk memprediksi seberapa besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Bagi kreditor, rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Rasio profitabilitas akan memberikan informasi bagi investor, misalnya, pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar- benar akan diterima dalam bentuk deviden. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diwakili oleh ROA (return on assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : 30 EAT Return on Assets = Total Asset F. Rasio Aktivitas Aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005 : 19). Dewi Astuti (2004 : 32) menyatakan bahwa rasio manajemen aktiva mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aktivanya, yaitu mengukur kemampuan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat aktiva lancar dapat dikonversikan ke dalam kas. Ardi Hamzah (2005 : 5) menyatakan bahwa aktivitas perusahaan menunjukkan tingkat efektivitas yang ada pada perusahaan. Semakin tinggi tingkat aktivitas yang ada pada perusahaan semakin besar aliran kas yang diterima perusahaan berarti semakin efektif dalam mengelola aktivitas transaksi yang ada di perusahaan. Adanya tingkat efektivitas yang tinggi menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan yang tinggi pada masa mendatang. Dalam penelitian ini, rasio aktivitas diwakili oleh Total Asset Turnover (TATO). Menurut Dewi Astuti (2004 : 34), Rasio perputaran total aktiva (total asset turnover) merupakan rasio yang mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. 31 Suryanto (2000 : 24) menyatakan bahwa rasio yang rendah menunjukkan perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Total asset turnover dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Sales Total Asset Turn Over = Total Asset G. Leverage (Struktur Modal) 1. Pengertian modal dan struktur modal perusahaan Menurut Munawir (2004), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutangnya. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan oleh para pemilik. Menurut Dewi Astuti (2004:17), struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang 32 mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.\ 2. Teori struktur modal Secara umum teori yang mendasari struktur modal terbagi menjadi 3 bagian (Moeljadi, 2006:117) : a) Teori tradisional atau teori klasik Menyatakan bahwa struktur modal yang optimal dapat memaksimumkan nilai perusahaan adalah dengan cara meminimumkan biaya modal ratarata (average cost of capital). Salah satu versi teori ini dikembangkan oleh Ezra Solomon yang menyatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila terdapat kelebihan antara debt equity ratio dengan average cost of capital. b) Teori moldigliani & miller “The cost of capital, Corporate finance and the Theory of Investment” America Economic review” (1958) Menyatakan bahwa pasar modal itu adalah sempurna dan tidak ada pajak. Mereka menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. c) Teori yang dikembangkan oleh Moldigliani & Miller “Corporate income taxes and the cost of capital : A. Corection” America Economic Review” (1963) 33 Dengan memperhatikan tingkat pajak mereka menyatakan bahwa penggunaan hutang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Seiring dengan perkembangan zaman, teori tentang struktur modal pun mengalami perkembangan diantaranya, yaitu : 1) Agency theory Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976, dimana manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mereka mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui caracara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang bisa diambil oleh manajemen. 2) Signaling theory Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Bringham and Houston, 2001). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan 34 cara-cara lain termasuk penggunaan hutang melebihi target struktur modal yang normal. 3) Asymetric information theory Asymetric information, menurut Bringham dan Houston (2001) adalah situasi dimana manajemen memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada investor. Ketidakseimbangan informasi ini terjadi karena pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Misalnya, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalued (lebih tinggi daripada harga seharusnya), jika hal ini yang dipikirkan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk menawarkan harga baru. Akan tetapi investor juga akan berpikir bahwa jika perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah karena harga saham saat ini overvalued, sehingga invstor akan menawar harga saham baru dengan harga yang lebih rendah. Maka emisi saham baru akan menurunkan harga saham. 4) Packing order theory Meskipun diperkenalkan pertama kali oleh Donaldson (1961), akan tetapi penamaan packing order sendiri dilakukan oleh Myers (1984) dalam Husnan (1996) dan Moeljadi (2006). Secara singkat teori ini 35 menyatakan perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari operasional perusahaan dengan wujud laba ditahan). Rasio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Dewi Astuti (2004 : 35), leverage keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan hutang. Pembiayaan yang dihitung ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama, memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditor melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dananya sebagai modal. Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan pembayaran bunga, maka tingkat pengembalian modal pemilik akan lebih besar atau leveraged. Rasio leverage adalah mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, artinya rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah debt to equty ratio. Debt Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang yang digambarkan dengan perbandingan antara seluruh hutang, baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek dengan modal sendiri perusahaan (Van Horne, 2005). 36 Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya Biaya hutang lebih besar daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, Ciaran, 2004). Selama ekonomi sulit atau suku bunga tinggi, perusahaan dengan Debt Equity Ratio (DER) yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, sebaliknya selama ekonomi baik atau suku bunga rendah akan meningkatkan keuntungan, yaitu dengan membiayai pertumbuhan dengan harga yang murah/rendah (Lani Salim, 2003). Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Total Hutang Debt to Equity Ratio = Modal Sendiri H. Return Saham 1. Saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas 37 perusahaan penerbitnya. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Sunariyah: 2004). Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan penghasilan berupa deviden. Saham dapat dibedakan menjadi dua,yaitu : a. Saham Preferen, saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. b. Saham Biasa, sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset – aset perusahaan. Investor yang membeli saham biasa belum tentu akan mendapatkan pendapatan secara tetap dari perusahaan, karena saham biasa tidak mewajibkan perusahaan untuk membayar sejumlah kas terhadap pemegang saham. 2. Penilaian Harga Saham Secara umum konsep penilaian harga saham sama dengan konsep penilaian sekuritas pada umumnya, yaitu sama dengan nilai sekarang dari 38 semua aliran kas masuk yang diharapkan untuk diterima oleh investor di masa depan. Penentuan harga saham dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu : a. Analisis Teknikal Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu. Analisis teknikal merupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran dari teknik analisis ini adalah bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran dan permintaan yang terjadi. Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa yang akan datang. Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisis ini adalah tidak dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi penawaran dan permintaan menjadi tidak begitu berpengaruh. 39 b. Analisis Fundamental Dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2003) yaitu: 1) Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham. 2) Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu. 40 3. Return Saham Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor ketika membeli saham adalah fundamental perusahaan, dimana indikatornya adalah rasio-rasio keuangan perusahaan. Indikator tersebut berguna untuk menganalisis bagaimana return yang diharapkan dan tentunya resiko yang akan ditanggung. Analisis inilah yang nantinya digunakan sebagai petunjuk untuk pengambilan keputusan. Menurut Ahmad Rodoni dan Othman Yong (2002 : 11) Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk semua jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut. Sedangkan Dewi Astuti (2004 : 64) mengatakan bahwa return atau tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian yang diterima selama periode tertentu karena melakukan investasi. Return yang diperoleh dari kepemilikan saham dapat berupa dividen dan capital gain / loss. Capital gain / loss adalah selisih atau kurang dari harga saham. Dividen digunakan untuk mengukur kinerja saham berdasarkan dividen yang dibagikan, semakin besar dividen maka saham tersebut semakin menarik bagi investor. Semakin tinggi harga saham menunjukkan bahwa harga saham tersebut semakin diminati investor karena dengan semakin tinggi harga saham akan menghasilkan capital gain yang besar pula. 41 Return diukur dengan satuan persen. Penggunaan satuan persen untuk mengukur return bertujuan menyetarakan (ekuivalensi) dari semua saham yang diobservasi. Pt – Pt-1 Rt = Pt-1 Rt : Return saham yang diharapkan pada periode t Pt : Periode harga saham akhir Pt-1 : Periode harga saham awal I. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk meneliti kemampuan rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan leverage diantaranya meliputi : Ema Kusuma Dewi (2007) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Price Earning Ratio (PER), dan variabel Price to Book Value (PBV) terhadap return saham corporate governance. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk ke dalam kelompok pemeringkatan penerapan corporate governanace yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan majalah Swa Sembada pada tahun 2001 – 2003, dengan jumlah sampel sebanyak 104 perusahaan, secara simultan hasil 42 analisis regresi dapat disimpulkan secara bersama – sama variabel independen yang meliputi Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Price Earning Ratio (PER), dan variabel Price to Book Value (PBV) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham corporate governance. David Wijaya (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio modal saham terhadap return saham perusahaan – perusahaan telekomunikasi go public di Indonesia periode 2007. Hasil pengujian dengan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa rasio modal saham tidak mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap return saham. Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji kembali pengaruh rasio – rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001 – 2002. Hasil dari uji t parsial menunjukkan bahwa ROA, ROE, ROS, BEP, tidak berpengaruh terhadap harag saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikansi 5 %. Artinya ROA, ROE, ROS, dan BEP tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. IGKA ULUPUI melakukan penelitian analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Variabel current ratio memiliki 43 pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Variabel return on asset memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham yang menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Variabel debt to equity ratio menunjukkan hasil yang positif, tetapi tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio hutang tidak menyebabkan perubahan return saham. Variabel total asset turnover menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan. Ia menemukan bahwa rasio aktivitas tidak bermanfaat untuk memprediksi return satu tahun ke depan. J. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Curent Ratio ( CR ) terhadap Return Saham CR merupakan rasio antara kekayaan yang lancar (yang segera dapat dijadikan uang) dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek. CR yang terlalu tinggi menunjukan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang .atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Selain itu CR juga menunjukan tingkat keamanan (Margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. 44 Tetapi CR yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo, karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Ho : b1 = 0, current ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) H1 : b1 ≠ 0, current ratio berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 2. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham Indikator Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. ROA yang semakin besar menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari deviden yang diterima semakin meningkat. Konsekuensinya, ROA yang meningkat akan meningkatkan return saham. Perusahaan dengan ROA yang besar akan menarik minat para investor dan calon investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Adanya daya tarik tersebut berdampak pada para investor dan calon investor untuk memiliki saham perusahaan semakin meningkat. (Hardiningsih, et. al., 2002). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Robert Ang (1997) yang menyatakan bahwa keuntungan perusahaan yang semakin meningkat 45 memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap ekuitas. Ho : b2 = 0, return on asset (ROA) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) H1 : b2 ≠ 0, return on asset (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 3. Pengaruh TATO terhadap Return saham TATO merupakan salah satu rasio aktivitas yang menunjukan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut. Oleh karena itu TATO dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisiensinya seluruh aktiva perusahaan dalam menunjang penjualan. Hasil penelitian yang menggunakan TATO telah dilakukan oleh Tuasikal (2002), dengan judul ” Pengaruh informasi akuntansi untuk memprediksi return saham : studi terhadap perusahaan pemanukfakturan dan non pemanukfakturan”, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel TATO berpengaruh terhadap Return saham. Ho : b3 = 0, asset turnover tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 46 H1 : b3 ≠ 0, asset turnover berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 4. Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi harga saham. Debt Equity Ratio (DER) yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan (Robert Ang, 1997). Alasan utama untuk menggunakan hutang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang dipercepat atau kompensasi kerugian, maka tarif pajaknya akan rendah (apabila pajak bersifat progresif) dan keuntungan akibat penggunaan hutang juga mengecil, sehingga semakin tinggi hutang (DER) cenderung menurunkan return saham (Sawir, Agnes, 2000). Hasil penelitian Liestyowati (2002) menunjukkan bahwa Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Ho : b4 = 0, debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 47 H1 : b4 ≠ 0, debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (return saham) 5. Pengaruh Simultan Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), Total Asset Turnover (TATO), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Rasio-rasio keuangan seperti CR, ROA, TATO, dan DER merupakan salah satu dasar yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengelolaan perusahaan dilakukan sesuai standar-standar yang berlaku. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut, berarti semakin baik pula kondisi operasional dari perusahaan tersebut. Pada kondisi seperti ini, akan lebih banyak ada jaminan perolehan laba yang lebih tinggi, selanjutnya adalah semakin besarnya peluang ekspansi dan pembagian dividen. Reputasi perusahaan yang meningkat, dapat pula menjadi faktor penentu untuk meningkatkan harga saham. Bagi pemegang saham, meningkatnya harga saham akan pula meningkatkan return sahamnya. Ho : b1, b2, b3, b4 = 0, variabel independen (Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), asset turnover, dan Debt to Equity Ratio (DER)) tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (return saham) 48 Ho : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, variabel independen (Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), asset turnover, dan Debt to Equity Ratio (DER)) berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (return saham). Berdasarkan teori dan hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka ada beberapa faktor fondamental dan kondisi ekonomi yang diidentifikasi mempengaruhi return saham yaitu CR, ROA, TATO, dan DER. Untuk itu akan dilakukan pengujian sejauh mana pengaruh variabel bebas tersebut terhadap return saham, sehingga kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2. 1 berikut ini Gambar 2.1 Current Ratio Return on Asset Return Saham Total Asset Turnover Debt to Equity Ratio