REMAJA DAN PORNOGRAFI: PAPARAN PORNOGRAFI DAN MEDIA MASSA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 25 KOTA PEKANBARU Rumyeni Evawani Elysa Lubis Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau Pekanbaru [email protected] Abstract The development of information and communication technology on one slide has brought a positive impact, but on the other slide also brought a negative impact on the development of society especially the teenager. This was particularly caused by a multiplicity of media content which contain elements of pornography. The purpose of the research is to know the influence of exposure to pornography in the media againts the behavior of adolescents. This research using quantitative methods. This research was conduct in the SMPN 25 pekanbaru. The sample of this research consist of 102 person. The result og this study suggest that a simple linear regression coefficient result, obtained value the regression coefficient on this research I y = 2,877 + 0,612x. A constant number of 2,877 and coefficient exposure to pornography in the media as much as 0,612 with t count 1,940 are much greater if compared with t table 1,660 and the level of significance 0,055 smaller than a = 0,05. Calculation based on statistics obtain, the hypothesis for this study is that there are influences between Ha exposure to pornography in the media against the behavior of Junior High School (SMPN) 25) pekanbaru. Based on the test result the cofficient of determonation of the magnitude of the influence that rest of 53,1% the rest of 44,9 were influenced by other factors not seen in this study. Keyword: pornography, mass media, adolescent, behavior Abstrak perkembangan teknologi komunikasi fan informasi di satu sisi telah membawa dampak positif, namun di sisi lain juga membawa efek negatif pada perkembangan masyarakat khususnya remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya konten media yang mengandung unsur-unsur pornograpi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan pornograpi di media massa terhadapa perilaku ramaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Pekanbaru. Sampel dari penelitian ini adalah sebesar 102 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil koefisien regresi linear sederhana, diperoleh nilai koefisien regresi pada penelitian ini adalah Y = 2,877 + 0,612X. bilangan konstanta (a) sebesar 2,877 dan koefisien paparan pornografi di media massa sebesar 0,612 dengan t hitung 1,940 lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel 1,660 dan tingkat signifikansi 0,055 lebih kecil dibandingkan a = 0,05. Berdasarkan perhitungan statistik yang diperoleh, hipotesis untuk penelitian ini adalah Hₐ yaitu terdapat pengaruh antara paparan pornografi di media massa terhadap perilaku siswa SMP Negeri 25 Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil uji koefisien JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 181 determinasi diketahui bahwa besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 53,1% sisanya sebesar 44,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang dilihat dalam penelitian ini. Katakunci: pornografi, media massa, remaja, perilaku JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 182 nafsu Latar Belakang Media massa saat menampilkan tayangan menonjolkan aspek ini banyak yang sangat atau memancing hasrat-hasrat seksual, dan dengan birahi erotisme, sendirinya terlibat dalam perbuatan pomografi. yang Abad 20 diyakini sangat erat hubungannya dengan pomografi yang meningkatnya tahun 1950-an telah terjadi ledakan dalam seksual. pomografi berbagai Kemajuan kasus teknologi kekerasan komunikasi industri Kecenderungan hampir tidak ada kekuatan yang mampu terjadinya mengendalikan disebabkan melakukan sensor terhadap berita maupun hiburan termasuk teknologi berita atau tayangan yang termasuk dalam Disamping kategori pomografi. pornografi Pomografi berasal dari kata pornē ("prostitute atau pelacuran") dan graphein (tulisan). Dalam Encarta adalah segala secara material baik kabar, tulisan, foto, menyebabkan timbulnya hasrat-hasrat seksual. atau baru film, 2004). budaya telah pornografi, teknologi- sebagai sarana distribusi. patriarkhi, maraknya adalah karena dan industrialisasi unsur atas pomografi ini (Supartiningsih, 2004). Perkembangan komunikasi di surat dampak positif munculnya Pengertian yang juga sisi telah pada membawa perkembangan adalah banyaknya dalam mengandung erotik satu informasi dan membawa perkembangan kehidupan masyarakat Namun, di sisi lain Britannica pomografi teknologi yang lain-lainnya, atau perilaku sejak menggambarkan munculnya remaja, penggambaran dan peningkatan sama dinyatakan pula dalam Encyclopedia (2004), biasa, Referency sesuatu berupa proliferasi (Supartiningsih, ini komersialisme Library (Downs: 2005) dinyatakan bahwa pomografi luar pomografi yang terjadi pada saat ini, mengakibatkan atau mencatat efek negatif masyarakat terutama khususnya disebabkan konten media unsur-unsur pada oleh yang pomografi. patung- Banyak orang khususnya orang tua. yang patung, film, dan sebaginya, yang dapat belum menyadari bahwa anak dan remaja menimbulkan rangsangan seksual. Dengan di demikian, dalam jumlah yang tidak bisa dibayangkan buku-buku, gambar, gambar-gambar, siapa tulisan, mengumbar aurat pun atau yang menyajikan tayangan sehingga yang menimbulkan dan Indonesia berpotensi telah terpapar menimbulkan pomografi kerusakan otak yang melebihi efek narkoba. JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 183 Pornografi di media adalah materi seks di dengan masa media massa yang secara sengaja ditujukan perkembangan untuk mernasuki memhangkitkan hasrat Contoh-contoh pornografi di adalah gambar atau foto seksual. media massa wanita dengan dewasa semua usia yang mengalami aspek/fungsi dewasa. untuk Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004) terbagi menjadi tiga tahap yaitu tidak berpakaian di remaja awal (usia 13 — 14 tahun), remaja sampul depan atau di bagian dalam majalah tengah (usia 15 — 17 tahun), dan remaja atau akhir (usia 18 — 21 tahun). berpakaian minim atau media cetak, menggambarkan kisah-kisah yang hubungan seks di dalam bcrbagai media cetak, adegan seks di dalam film bioskop. Video atau Video Compact Disc (VCD), dan sebagainya. bertujuan merangsang hasrat terus mengkonsumsi mungkin menerus pornografi, ia melakukan Pada dasarnya sesuatu yang berbau pornografi Bila remaja akan sangat terdorong hubungan seks untuk pada usia terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya tidak seksual pembaca atau penonton. Karena mengajarkan corak hubungan seks yang itu bertanggungjawah, efek yang mcnyaksikan adalah dirasakan atau orang membaca terbangkitnya dorongan yang pomografi seksual. mendorong sehingga perilaku potensial seks yang menghasilkan kehamilan remaja. Bila seseorang mengkonsumsi pornografi kehamilan di luar nikah atau penyebaran sesekali dampaknya mungkin tidak akan penyakit yang menular melalui hubungan terlalu seks, seperti PMS"AIDS. besar. Yang menjadi masalah adalah bila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi pomografi, yang mengakibatkan menyalurkan dorongan hasrat untuk seksualnya pun menjadi besar. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah dampak pomografi pada kalangan remaja. Menurut Rumini (2004) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak Beberap para penelitian menunjukkan konsumen mengalami sekali akan hasil efek pornografi kecanduan. menyukai merasakan dalam pornografi, kebutuhan mencari dan pornografi. Bahkan pecandu cenderung pomografi seseorang untuk memperoleh Iebih dari akan arti terus materi itu, mengalami proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan. JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 si 184 Pada tahun Pengacara 1986, Amerika pomografi Umum remaja menangani tahun. Komisi yang Menyimpulkan pomografi telah melahirkan hubungan kausal dengan tindakan anti-sosial kekerasan ini seksual. juga Selanjutnya, menyimpulkan menurunnya aksi melahirkan sejumlah terhadap pomografi kekerasan, agresi yang disertai yang 2004) (Soekanto, Komisi 2005). seksual, dan sangat (Wirawan. Selama ini sumber massa seksual telah sebagai yang lebih penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya, karena media gambaran yang keinginan dan remaja (Brown. 2004). Tayangan (ASA) sangat bahwa meningkatnya menyatakan umumnya media informasi Aliansi (2006) dalam remaja menempatkan menonjolkan Indonesia bisa remaja kausal. Anak gilirannya berupa mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Selamatkan pada reproduksi akan dapat karena pranikah kesehatan Di Indonesia, pomografi telah menjadi umum seksual membahayakan Fikawati, 2009). sangat 17 aktifnya ketidaktahuan wanita adalah pemuas nafsu (Suprieti & yang sampai makin adanya sikap negatif, seperti halnya mitos bahwa hal 12 adalah perilaku bahwa hubungan berusia Dampaknya bahwa tindakan- yang laki-laki massa lebih memberikan baik mengenai kebutuhan 2003 erat dalam media aspek seksualitas Wibowo, massa pornografi diyakini hubungannya berbagai yang dengan kasus kekerasan tanpa seksual aturan yang jelas tentang pomografi, juga Remaja mencatat kuat dari luar seperti film-film seks (blue Indonesia selain menjadi rekor sebagai negara negara kedua yang terjadi pada remaja (Cerita Indonesia, setelah Rusia yang paling rentan penetrasi sinetron, pornografi terhadap 2004). Saat populasi terbesar pornografi. (BKKBN, dan remaja merupakan godaan dan serta pengamatan yang Menurut Report dalam ASA utama pomografi Internet. anak-anak ini Final on menjadi sasaran Attorney General's Pornography Indonesia tabloid, games, (baik dan 2005) (1986, konsumen dari lain-lain) majalah, adalah rangsangan perbuatan mengakibatkan semakin bacaan bergambar dari secara seksual pria, langsung tidak reaksi—reaksi mengakibatkan seksi, kaum memuncaknya panasnya juga Rangsangan buku—buku majalah—rnajalah terhadap tetapi 2001). hanya atau seksual kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 185 seksual (Kartono, 2003). Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010 merilis data bahwa 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan lagi. Hal tersebut diakibatkan besarnya rasa keingintahuan remaja SMP terhadap seks. Hasil lain dari survey yang dilakukan menunjukkan bahwa 93,7 persen siswa SMP dan ciuman, SMA 21,2 pernah persen melakukan remaja SMP dan 31,5 persen melakukan onani/manstrubasi. Dari 92 persen responden yang terangsang oleh pornografi sebesar 90,2 persen terangsang dalam film. karena adegan Pornografi seks menyebabkan dorongan seksual tinggi pada responden remaja dan laki-laki sebesar 50,1 persen pada perempuan sebesar 5,1 persen. Hasil oleh penelitian Supriati lain dan yang dilakukan Fikawati (2009) mengaku pernah aborsi, dan 97 persen menunjukkan bahwa sejumlah 83,3 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat remaja SMPN film pornon (Kompas, diakses 16 Januari terpapar oleh 2012). terpapar sebanyak efek Dampak menonton film yang bersifat pornografi di VCD terhadap perilaku remaja dan anak-anak adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam film motivasi dan merangsang kaum remaja dan anak-anak untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya, akibatnya remaja dan anak-anak menjadi semakin pesimis terhadap perilaku dan norma yang ada (Rosadi, 2001). Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Roviqoh (2002) melaporkan bahwa responden yang terangsang setelah menonton tayangan porno sebesar di Kota pornografi, paparan mengalami Pontianak telah dan yang dari 79,5 persen mengalami pornografi. efek Remaja paparan yang pornografi sebanyak 19,8 persen berada pada tahap adiksi, dari remaja yang adiksi 69,2 persen berada pada tahap eskalasi 61,1persen berada pada tahap desensitisasi, dan dari yang desensititasi 31,8persen Faktor efek berada pada dominanyang paparan SMPN kelamin di tahap act berpengaruh pornografi pada pada Kota Pontianak (laki-laki), kelas remaja adalah (tiga, out. jenis waktu keterpaparan (baru) dan frekuensi paparan (sering). Dampak negatif dari media terutama 84,4 persen dan sebanyak 2,2 persen pornografi merupakan hal yang serius untuk berakhir ditangani. dengan melakukan hubungan Makin meningkatkanya JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 186 jumlah remaja yang terpapar pada unsur- tersebut unsur pendidikan pornografi merupakan suatu masalah besar yang dapat berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah remaja yang berperilaku seksual aktif. Semakin meningkatnya diakihatkan prevalensi oleh penyakit yang seksual aktif perilaku pada remaja juga berpengaruh terhadap meningkatnya permasalahan pada kesehatan reproduksi remaja. Sebagaimana dihadapi kota memasuki jenjang Menengah Pertama Sekolah (SMP). Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah di uraikan di atas, tujuan dari penelitian ini pengaruh paparan massa adalah terhadap untuk mengetahui pornografi perilaku di media remaja pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 25 kota pekanbaru. fenomena oleh mereka serupa besar yang lainnya, Pekanbaru juga menghadapi masalah yang sama. Perkembangan teknologi yang Tiajauan Pustaka Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. sangat pesat menjadikan remaja di Kota Masa ini merupakan masa perubahan atau pekanbaru untuk peralihan dari masa kanak-kanak ke masa memiliki dan mengakses media baik cetak dewasa yang meliputi perubahan biologik, maupun elektronik. Kondisi ini membuat peruhahan remaja sosial. Di sebagian besar masyarakat dan memiliki kemudahan di Kota Pekanbaru menghindar dari paparan termasuk yang kandungan biasanya pornografi tidak isi media budaya masa remaja pomografi. Remaja dimulai pada usia mengakses berakhir banyak adalah bisa psikologik. mereka yang baru pada (Notoatmodjo, dengan remaja tahap awal dan menengah merupakan masa yaitu anak-anak yang hingga 14 (2004) Menurut Masa peralihan dimulai tahun remaja antara saat masa terjadinya mereka sedang memasuki masa pubertas atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, sehingga rasa ingin tahu mereka terhadap yaitu masa menjelang dewasa muda. seksualitas sangat usia 10 18-22 dan kematangan seksual yaitu antara usia 11 yang Pada antara tahun tersebut sesuatu tahun. berusia 10-13 umumnya 2007). Soetjiningsih yang peruhahan pada usia menginjak usia remaja atau disebut juga mereka dan berhubungan tinggi. Pada dengan usia Menurut Widyastuti, dkk JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 (2009) 187 berdasarkan sifat perkembangannya, atau masa (rentang ciri perilaku waktu) menurut remaja ada tiga tahap yaitu: a. cirinya antara lain tampak dan memang lebih sebaya, tampak bebas, dekat dan tampak banyak dengan dan teman merasa ingin memang lebih memperhatikan tuhuhnya dan mulai keadaan berpikir b. Masa tengah (13-15 tahun), dengan ciri-ciri antara lain tampak dan dengan mencari identitas keinginan untuk ketertarikan pada pornografi lukisan bacaan sengaja yang dirancang untuk : (1) tulisan birahi untuk (2) dan bahan semata-mata membangkitkan nafsu birahi/seks. Selanjutnya Soebagijo mengatakan diri, 1. ada berkencan lawan masyarakat, diantaranya: dan violent pornografi atau jenis, Sexually 2. Nonviolent degradation, menampakkan kebebasan teman sebaya memiliki citra peranan) terhadap diri, lebih (gambaran, dalam domination, perasaan cinta, humiliation. di keadaan, dapat 3. memiliki Nonviolent dimana produk adegan hubungan Menurut Soebagijo (dalam Supriyati & Fikawati, perempuan. bentuk produk seksual atau media yang yang segala 4. tidak kekerasan dalam terdapat unsur nondegrading materials, Nudity, media yang seksual ataupun tanpa pelecehan yaitu materi memuat unsur terhadap pornografi dalam adalah materi bentuk fiksi. bernuansa mengeksploitasikan unsur and kekerasan adalah Meskipun dalamnya Pornografi pornografi subordinaton melecehkan perempuan. kemampuan berpikir khayal atau abstrak 2008), depiciling materi seks yang disajikan akan tetapi selektif, dirinya, materi menyertakan material menguanakan pengungkapan yaitu kekerasan. cirinya adalah material, dengan or mewujudkan sebagai atau nafsu Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri- mencari Indonesia membangkitkan timbul perasaan cinta yang mendalam. c. bahasa jenis muatan pornografi yang terdapat di remaja ingin Sedangkan. gambaran tingkah laku yang secara erotis yang khayal (abstrak). manusia. kamus merumuskan Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri- merasa seksual 5. Child pomogarafi Pornography yang menampilkan JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 anak188 anak dan remaja sebagai modelnya (dalam Pornografi di Media Massa Supriyati & Fikawati. 2009). Media massa yang mengandung unsur Media Massa Menurut Cangara. media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan definisi media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada menggunakan khalayak alat-alat dengan komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio. dan televisi (Cangara. 2003). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bila media massa merupakan media yang digunakan dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak yang berjumlah besar secara serempak. Media massa pada pomografi yang dasarnya dapat dan pemahaman massa dan majalah. dalam mengenai dapat 2007). Soemirat, dan gaya seks hidup terdapat remaja juga di seksual. seksual. Seperti bebas, media menjadi kehidupan yang perlahan pribadi banyak membentuk yang terobsesi secara seksual. Menurut Armando (2004), yang mengandung jenis media unsur pornografi adalah: 1) Media audio (dengar) seperti siaran radio. lain yang dapat diakses di a. lagu-lagu intemet: lagu-lagu mengandung suara-suara lirik yang bunyi-bunyian atau yang diasosiasikan elektronik media yang mengandung mesum, dapat dengan kegiatan seksual b. massa adalah radio siaran dan televisi (Karlimah, seks kehidupan media yang rnemenuhi kriteria sebagai media siaran remaja, Pesan-pesan memenuhi Sedangkan hentuk banyak telah menjadi sumber pembelajaran utama kriteria sebagai media massa adalah surat kabar ini berkembang telah menjadi referensi pengetahuan massa cetak dan media massa elektronik. massa saat kaset, CD, telepon, ragam dibagi menjadi dua kategori. yakni media Media yang Program atau Komala, radio pendengar dinuma penyiar berbicara dengan gaya mesum c. d. Jasa layanan pembicaraan dengan gaya mesum Dan sebagainya JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 189 2) Media audio-visual b. (pandang-dengar) Gambar. foto layar artis lebar, video, laser disk. VCD, DVD, yang game tarik seksual seperti audio program televisi, komputer, visual film atau ragam media lainnya yang dapat c. Film-film yang adegan seks artis yang tampil minim, Adegan d. dengan atau tidak seolah-olah tidak) pertunjukan dimana penyanyi, penari latar musisi atau hadir dan majalah, tabloid. novel populer, iklan gerak atau yang daya tarik komik mengisahkan atau yang menggambarkan adegan seks dengan cara sedemikian buku (karya buku bilboard, cerita. sastra, non-filtsi) lukisan, atau menggambarkan artikel foto, yang aktivitas seks atau yang terperinci memang dibuat dengan cara yang sedemikian merangsang rupa hasrat seksual. Perilaku Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa yang atau bahkan media permainan seperti kartun: pembaca cetak dengan Media visual (pandang) sepeni koran, secara media menonjolkan Fiksi musik membangkitkan syahwat penonton Berita, gaya rupa sehingga membangkitkan hasrat tampilan a. dengan seksual menampilkan berpakaian komik, di yang mengandung atau (atau 3) atau menampilkan artis dengan gaya berpakaian b. tampil seks dapat membangkitkan daya lklan diakses di intemet: a. yang adegan untuk seksual Indonesia adalah individu yang (sikap), tidak Menurut perilaku tanggapan terwujud saja dapat reaksi dalam gerakan atau ucapan. badan Raklimat atau (2003) karakteristik diklasifikasikan dalam 3 komponen sebagai berikut: a) Komponen intelektual yang yang kognitif, yaitu berkaitan dengan diketahui Komponen oleh individu. apa yang Ini merupakan dipercayai dapat lain yang JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 oleh berupa pengetahuan, pandangan, keyakinan, hal apa manusia. kognitif representasi aspek atau berhubungan 190 dengan bagaimana orang mempersepsi hipotesis. (Sobur, 2003). b) dari faktor sosiopsikologis. Menurut Sobur Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (2003), komponen Ho Komponen afektif, yakni aspek emosional afektif merupakan : Tidak terdapat pengaruh paparan perasaan yang menyangkut aspek emosional pornografi di media massa dengan terhadap perilaku sebagai atau objek. Objek sesuatu tidak, yang dirasakan menyenangkan berkualitas balk Komponen visional yang kebiasaan Sobur konatif, atau kemauan kecenderungan Komponen seseorang, maupun ini berisi atau untuk negatif. tendensi bereaksi untuk sesuatu dengan cara tertentu. Pertama Sekolah (SMP) Negeri : terdapat pengaruh paparan pornografi di media remaja massa Sekolah dengan perilaku Menengah Pertama (SMP) Negeri 25 Kota Pekanbaru bahwa adalah tindakan positif Ha bertindak. konatif pada 25 Kota Pekanbaru dengan mengatakan komponen bertindak aspek berhubungan (2003) baik adalah remaja Menengah atau buruk, dan lain-lain. c) kesimpulan dalam menerima dan menolak Metode Penelitian Penelitian kuantitatif. yang suatu ini Riset menggunakan kuantitatif menggambarkan masalah yang atau adalah metode riset menjelaskan hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2007). Hipotesis hipotesis diperlukan sejumlah data, baik Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Pekanbaru. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah karena SMPN 25 merupakan salah satu SMPN di Kota Pekanbaru yang memperoleh akreditasi A. yang Populasi dan Sampel Hipotesis merupakan keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati (Nazir, 2005). mendukung bertentangan dengan Untuk menguji maupun yang hipotesis. Data tersebut akan diolah dengan teknik atau perhitungan statistik, guna memperoleh Menurut Singarimbun dan Effendy (2005) populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi bisa berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 191 nonverbal. surat kabar, radio, televisi, iklan, dan lainnyn (Kriyantono. 2007). Dari daftar SMPN di seluruh Kota Pekanbaru yaitu 36 SMPN yang tersebar dalam 12 kecamatan diambil secara acak I buah SMPN yang dianggap mewakili kriteria Sekolah dengan Akreditasi A. SMPN yang terpilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah SMPN 25 kota Pekanbaru. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 25 Pekanbaru yang berjumlah 1019 orang. Sampel dari penelitian ini dijelaskan dalam tabel I berikut ini: Tabel 1 Sampel Siswa SMPN 25 Kota Pekanbaru NO Kelas Jumlah Siswa Sample (10%) 1 VII 315 32 2 VII 361 36 3 IX 343 34 Total 1019 102 Sumber: Data Olahan, 2012 Mengingat besarnya jumlah populasi dalam penelitian ini menggunakan maka sampel mempermudah pengamatan peneliti Daritabel 1 terlihat bahwa dari untuk keseluruhan jumlah siswa SMPN 25 Kota objek Pekanbaru yaitu sebanyak 1019. (2007), sampel sebanyak 102 sampel adalah sebagian dari keseluruhan persen. Jumlah sampel objek atau fenomena yang akan diamati. persen dianggap memadai (Rakhmat, 2009). penelitian. Menurut Kriyantono Jenis sampel yang akan digunakan dalam. penelitian ini adalah stratified sampling atau sampling berstrata. Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan kclompok atau kategori ke dalam yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kclamin, agama, tingkat penghasilan. dan sebagainya (Kriyantono, 2007). Jenis proportional stray fed sampling dipilih dalam penelitian ini. Dimana, setiap strata diambil jumlah yang proporsional dengan besar setiap strata adalah 10 persen. siswa Diambil atau 10 sebanyak 10 Hasil Dan Pembahasan Karakteristik Responden Karakteristik responden adalah merupakan ciri-ciri yang dimiliki responden pada penelitian ini. Dari segi karakteristik individual responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dari jumlah populasi 1019 siswa dengan sample Usia Responden penelitian yang ini terlihat dalam dikelompokkan dalam rentang usia 12 — 15 tahun. Responden dengan usia 13 tahun mendominasi responden penelitian ini yaitu sejumlah 35 orang dengan Selanjutnya persentase usia 14 34,3 persen. tahun adalah JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 192 responden terhanyak kedua sebesar 34 orang atau 33.3 person label 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia 12 13 14 15 >15 Jumlah Jumlah 16 35 34 16 1 102 Presentasi (%) 15,7 34,3 33,3 15,7 0,9 100 Sumber: Data yang Diolah, 2012 Jadi, dari kamkteristik usia yang dipaparkan pada table 5 dapat disimpulkan bahwa responden sebagain besar didominasi usia 13 dan 14 tahun. Rentang usia 13-14 tahun ini adalah merupakan rentang usia yang dominan pada siswasiswa sekolah menengah pertama seperti di SMPN 25 Kota Pekanbanru. Dari karakteristik berdasarkan jenis perempuan mendominasi kelamin ini ternyata dengan besaran 57,8 person. Deskripsi Variabel X (Paparan Pornografi di Media Massa) Terpaan Pornografi di Media Tabel 7 menunjukkan tanggapan responden media. terhadap Ada menyatakan terpaan 52 orang bahwa pornografi responden mereka di yang sangat tidak setuju sering melihat dan atau menonton, dari atau media membaca massa. seseorang dapat konten pornografi Pada tanggapan dikatan sering di ini terpapar konten pornografi jika lebih dari 3 ( tiga) Jenis Kelamin kali Selanjutnya responden juga dikelompokkan bcrdasarkan jenis kelamin. Dan table 6 diketahui bahwa 102 siswa yang menjadi sample penelitian ini temyata siswa-siswa yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 43 orang atau sebesar 42.2 person. Responden yang berjenis kelamin peremptan ada sebanyak 59 orang atau sebesar 57,8 persen. menonton, Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%) Laki-Laki 43 42,2 Perempuan 59 57,8 Jumlah 102 100 dalam seminggu dan melihat atau dan membaca atau konten pornografi di media massa. Pada poin satu ini skor yang diperoleh sebesar 35%. ini masuk pada kategori tidak setuju. Namun demikian ada satu orang responden yang menyatakan sangat setuju dan enam orang yang menyakatan setuju. label 7 Tanggapan Responden Terhadap Terpaan Pornografi di Media Tabel 6 Karakteristik Responden Bersdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Data yang Diolah. 2012 responden N o Pernyatan 1 Saya sering (lebih dari 3 kali dalam seminggu) atau menonton, Jawaban S S R T ST S T S 1 6 1 30 52 3 Total % 180 3 5 2 dan atau membaca konten pornografi di media massa Dalam sekali melihat, mendengar, dan atau membaca konten pornografi saya menghabisk an waktu paling sedikit 1 jam Tabel 8 Tanggapan Responden Terhadap Isi Media No 1 3 1 29 57 2 168 3 2 1 2 Sumber: Data yang diolah, 2012 Selanjutnya 3 responden menanggapi tentang durasi waktu yang dihabiskan untuk melihat, membaca mendengar, konten dan pomografi atau 4 dengan menghabiskan waktu paling sedikit I jam. ada 57 orang responden yang menyatakan 5 sangal tidak setuju dan 29 orang lainnya menyatakan tidak setuju. 6 Jenis Media Pada responden penelitian juga terhadap isi dilihat dari tanggapan media. Dari 7 tabel 8 diketahui bahwa media yang selalu digunakan untuk melihat, menonton dan 8 mendengar isinya yang pornografi jika dilihat diperoleh dari masing-masing dari mengandung skor yang pertanyaan masuk pada kategori kurang setuju (skor 41%) dan tidk setuju (skor 28% s/d 40%). 9 Jenis Media Saya membaca tulisan melihat gambar pornografi di majalah Saya membaca tulisan melihat gambar pornografi di surat kabar Saya membaca tulisan dan melihat gambar pornografi di tabloid Saya membaca tulisan dan melihat gambar pornografi di komik Saya melihat adegan pornografi melalui foto/gambar Saya membaca cerita yang mengandung pornografi novel Saya menonton adegan pornografi di televisi Saya mendengar cerita yang mengandung pornografi di radio Saya menonton adegan pornografi di video/VCD/D VD Jawaban s s j s t s j p 0 4 3 2 40 6 2 To tal Skor (%) 208 40 0 7 1 2 57 8 0 159 31 0 3 9 2 67 3 152 30 0 9 2 2 50 2 1 193 38 1 5 2 2 41 9 5 208 41 0 4 1 1 67 5 6 160 31 1 1 1 2 50 0 5 6 192 38 0 5 1 1 75 2 0 151 30 0 4 1 1 65 6 7 163 32 JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 194 10 11 12 Saya menonton adegan yang mengandung pornografi di games dan atau games online Saya mengakses konten pornografi di internet Sya melihat dan atau menonton gambar dan adegan pornografi di hanphone 1 197 8 2 2 46 0 7 38 terikat. label tanggapan 9 memperlihatkan responden terhadap hasil perilaku remaja dari asperk ognitifnya. Dari table 2 145 8 3 9 81 1 184 8 1 1 57 8 8 tersebut diketahui membaca, melihat pornografi di bahwa dengan atau menonton massa responden 28 36 dan media menjadi tahu berbagai macam perilaku seksual mendapatkan skor sebesar 48%, ini termasuk dalam kategori kurang setuju. Sumber: Data yang Diolah. 2012 Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa walaupun setiap poin tanggapan berada terhadap pada kurang isi kategori setuju Tabel 9 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Remaja Aspek Kognitif tersebut media tidak Pernyataan 1 Dengan membaca, melihat dan atau menonton pornografi di media massa saja menjadi tahu berbagai macam perilaku seksual Dengan membaca, melihat dan atau menonton pornografi di media massa saya menjadi memahami berbagai macam perilaku seksual tersebut setuju diketahui No dan bahwa responden pernah terpapar isi media yang mengandung prnografi. Skor tertinggi ada pada tanggapan no.5 yaitu 41 persen dimana responden setidaknya pernah terpapar isi media mengandung pornografi melalui foto atuapun gambar. Selanjutnya di majalah (skor komik,VCD/DVD 40%), mendapat skor televisi, yang sama (skor 38%), dimana responden terpapar pomografi. Deskripsi Variabel Y (Peri laku Remaja) Aspek Kogaitif Aspek kognitif adalah merupakan sub indicator dari perilaku (remaja) pada peneltian ini yang merupakan varibel 2 Aspek memahami membaca, Jawaban SS S R TS ST S 5 18 23 22 34 244 48 1 23 22 23 33 242 47 kognitif dengan perilaku melihat Total Skor dan indicator seksual atau Skor (%) dari menonton pornografi di media massa juga berada pada kategori kurang setuju yaitu dengan skor 47 persen. Dan jawaban responden JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 195 terlihat bahwa ada satu orang pornografi yang di menjawab sangat setuju dan 23 orang setuju. massa 3 Aspek Afektif varibel Melihat, 0 menonton dan Aspek afektif adalah indikator kedua dari media perilaku. Hasil di 41 155 30 massa kategori kurang setuju (dengan skor 41%) perasaan ada 210 media membuat demikian 3 atau bahwa skor yang diperoleh adalah pada Namun 32 pornografi angket terhadap responden maka diketahui 33%). 162 membaca penyebaran dan tidak setuju (dengan skor 30% s/d 4 1 22 63 saya senang 4 Saya 1 satu merasa orang responden yang menjawab sangat setuju senang 1 1 30 43 26 setelah bahwa timbul ataupun keinginan menonton untuk pomografi melihat melihat, berulang menonton, dan kali. Dan juga ada satu orang responden yang menyatakan sangat ataupun menonton melihat setuju atau membaca jika pornografi di pornografi media massa membuat dia merasa terangsang. hal ini juga disetujui oleh 12 orang responden Pernyataan Saya Jawaban S S R T ST S S S 0 4 1 24 59 menyukai 4 1 13 71 4 perilaku Total Skor seksual Skor (%) seperti yang 33 saya lihat, 168 5 baca Sumber: Data yang Diolah, 2012 pornografi media massa saya ingin berulangkali melihat, menonton atau membaca dan atau tonton dan bacaan dan 0 melakukan tanyangan 2 media saya untuk gambar, di di mendorong Tabel 10 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Remaja Aspek Afektif 1 Pornografi massa lainnya. No 5 1 5 1 19 64 3 166 32 Aspek Konatif Selanjutnya pada aspek konatif pada sub indikator yang menyatakan Setelah melihat, menonton, dan atau membaca pornografi di media massa membuat responden ingin mengkoleksi berbagai jenis pornografi di media massa menjadi koleksi pribadinya mendapatkan besaran nilai pada skor 28 persen. Hanya tiga orang yang menyatakan setuju dengan JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 196 pernyataan tersebut dan sebanyak 72 orang menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 11 Tanggapan Responden Terhadapa Perilaku Remaja Aspek Konotatif No 1 Pernyataan Setelah melihat, Jawaban S S R T ST S S S 3 5 21 73 Pada sub indikator kedua dari aspek konatif ini pemyataan Setelah melihat, menonton, dan atau membaca pornografi di media massa membuat responden Total Skor Skor (%) sering menghayalkan adegan seperti yang 142 28 dilihat, tonton, dan dibacanya ternyata ada 0 satu orang responden yang menyatakan menonton, dan atau sangat setuju, Sembilan (9) orang membaca menyatakan setuju, Sembilan belas orang pornografi di media massa menyatakan ragu-ragu dan selebihnya membuat saya menyatakan tidak setuju dan sangat tidak ingin mengkoleksi setuju. Sementara itu untuk sub indicator berbagai jenis ketiga pornografi di media massa dari aspek konatif ini yang menyatakan responden pernah melakukan menjadi perilaku seksual seperti yang saya lihat, koleksi pribadi saya 2 baca, dan tonton di media massa mendapat Setelah 1 9 1 23 5 0 melihat, 185 36 tanggapan 9 menonton, dan setuju dari empat orang. Namun skor yang diperoleh dari indicator atau ini hanya mendapat nilai 26 persen. membaca pornografi di Ujl Regresi linear Sederhana media massa Uji regresi linear sederhana yang telah membuat saya sering dilakukan dalam penelitian ini dapat menghayalkan dilihat pada tabel 12 di bawah ini: adegan seperti yang saya lihat, tonton Tabel 12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana dan baca 3 Saya pernah 0 4 4 14 80 136 26 No Variabel melakukan perilaku seksual seperti yang saya lihat, baca dan tonton di media massa Sumber: data olahan, 2013 Koefisen T T Regresi Hitung Tabel 1 Konstanta 2,877 1,940 2 Paparan 0,612 10,632 pornografi Sumber: Data yang Diolah, 2013 1,660 Signifikansi 0,055 0,000 Berdasarkan koefisien diperoleh tabel regresi nilai 12 terlihat linear hasil sederhana, koefisien regresi pada ini menunjukkan pengertian perilaku siswa (y) dipengaruhi sebesar 53.1 % oleh paparan pomografi di media penelitian ini adalah Y = 2.877+ 0,612X. massa Bilangan konstanta (a) sebesar 2,877 dan dijelaskan koefisien paparan pomografi di media penelitian ini. massa sebesar 0.612 dengan t hitung 1,940 Kesimpulan (x). sedangkan oleh faktor tabel 1,660 dan tingkat signifikansi 0,055 ini lebih 0.05. dan yang menjadi sumber diperoleh. hipotesis untuk penelitian ini mengenai seks adalah H. yaitu terdapat pengaruh antara Pesan-pesan kehidupan paparan gaya seks dibanding Berdasarkan perhitungan pornografi di a = statistik media massa telah menjadi hidup terdapat Kota Pekanbaru remaja Uji Koefisien Determinasi (R2) secara seksual. koefisien determinasi pada lain referensi pemahaman terhadap perilaku siswa SMP Negeri 25 Uji sisanya (44.9) di luar Pornografi di media massa pada saat lebih besar jika dibandingkan dengan t kecil bahwa di Dari remaja. telah utama kehidupan seksual. seksual, seperti yang banyak bebas. media perlahan pribadi hasil juga pembelajaran dan menjadi pengetahuan yang penelitian terobsesi yang dipaparkan ini: paparan pornografi di media massa pada Model R R Square Model Sumamaryᵇ Adjusted R Std. Erro of Square siswa-siswa Negeri Durbin the Estimate Watson 1 .728ᵃ .531 .526 4.917 1.776 Sumber: Data yang Diolah, 2012 dapat disimpulkan bahwa nilai R= 0,728 (R square) (SMPN) menunjukkan dipengaruhi media 25 bahwa oleh massa Menengah sebesar Pertama Pekanbaru perilaku paparan bahwa remaja pornografi 53.1%, di sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang Berdasarkan tabel model summary koefisien determinasi Sekolah diketahui telah penelitian ini tampak pada tabel 13 berikut Tabel 13 Hasil uji Koefisien Determinasi (R²) sebelumnya membentuk dan (adalah sebesar 0 531 adalah pengkuadratan dari tidak dilihat dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, 2005. Maruyemen Penelilian. Jakarta: Rineka Cipta koefisien korelasi, atau 0,728x 0,728). Hal JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 198 Armando, Ade. 2004. Mengupas Batas Kriyantono. Pornografi. Praktis Jakarta: Meneg Riser Pemberdayaan Perempuan Kencana Azwar, S., 2001. Sikap Manusia Teori dan Lesmana, Pengukuran. Youakarta: BKKBN. 2004. Anak Pornografi. Diunduh 14 Pelajar. Media Indonesia Rentan Notoatmodjo, 2012 dari don 1995. Massa". Ilmu 2007. Teknik Komutrikasi Tjipta. Pustaka Januari Rachmat. "Pornografi Jakarta: 2007. dalam Puspa Promosi Perilaku. Jakarta: Swara Kesehatan Rineka PATH. pihp?aid=53 I. Remaja:Membangun Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Bermakna". Diunduh 14 Januari 2012 dari Kuantitatif. http://www.path.org. Cangara, Hailed. Koniunikast Prenada 2003. Media Pengantar Jakarta: Raja Ilmu Grafinso "Kesehatan Cipta http://hqweb0 I . bkkbn . go. idfart icle_detail. Jakarta: 1998. Jakarta: Reproduksi Perubahan Yang Rosadi, I. 2001. "Hukum Islam rentang sewa meryewakaset video compac disk Persada (VCD) (Studi di rental VCD Kelurahan Cerita Remaja Indonesia, 2001. Materi yang Sukarame I Bandar Lammpung". Diunduh menonjolkan I4 14 Seks di Januari 2012 Media. Diunduh dari Januari 2012 dari http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=l http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ aptiain-gdl-sl-2001-ismail-650-hukum. mblmateriseksual.html Rakhmat, Dariyo, Agues, Perkembengan 2004. Remaja". "Psikologi Bogor: Galia Indonesia. Downs, 2005. Komunikasi. A. Encarta Microsoft Psikologi Bandung: Remaja Rosdakarya. ‘’Pornography". Reference Corporation. Library All rights Anak dan Remaja". Ulbert. reserved. 1993-2004 Sosial. Bandung: Gujarati D. 2006. Ekonometrika Dasar. J Press akarta : Erlangga Singarimbun, K., 2003. Patologi Jakarta: Raja Grafindo Persada. sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Silalahi, Kartono, 2003. Rumini & Sundari, 2004. "Perkembangan Donald Microsoft Jalaluddin. 2006. M. Metode Universitas & Penelitian Parahyangan Effendi S. 2005. Metode Penelitian Survei Jakarta: LP3S Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 199 Soekanto. S. Supriati, Euis Angka". Diunduh 12 Januari 2012 dari "Efek Paparan http://asa- Remaja SMP Negeri Kota Pontianak indonesia.comiasa/index.php?itemid=4 Tahun 2008’’, dalam Jurnal Makara. Soetjiningsih, 2004. Sosial Humaniora, Vol. 13, No. 1 : 48-56. Remaja Permasalahannya. dan 2005. "Remaja dalam Tumbuhkembang Jakarta: Sagung Seto Sugiyono, 2007. Metode Penelitian 2004. Masalah Pornografi inplikasinya Susial dalam "Melacak dan Pornoaksi Terhadap Jurnal Filsafat, Sandra Pornografi Wibowo. A., Reproduksi Remaja Keluarnya". Fikawati, 2004. dan Diunduh 2009. Terhadap "Permasalahan Alternatif Jalan Januari 2012 14 dari http://www.bkkbn.go.id. Administrasi. Bandung: Alfabeta Supartiningsih. & Akar Widyastuti, serta Reproduksi. Yani. dkk. 2009. Yogyakarta: Kesehatan Fitramay Nilai-Nilai Jilid 36, Nomor I, April 2004 JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956 200