BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1. Masing

advertisement
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
1. Masing-masing ekosistem mempunyai karakteristik yang unik. Misalnya,
perairan ekosistem dengan kadar salinitas tertentu memerlukan penanganan
yang berbeda dengan ekosistem lainnya. Suatu ekosistem akan sesuai dengan
pendekatan tertentu dan menjadi tidak sesuai apabila pendekatan yang sama
diterapkan pada ekosistem pesisir yang lain. Hal ini merupakan salah satu
faktor pembeda antara ekosistem pesisir yang satu dengan ekosistem pesisir
yang lain.
2. Dalam kegiatan pembangunan wilayah pesisir, ekosistem merupakan aspek
yang harus mendapat perhatian serius. Sebab ekosistem-ekosistem yang
berada di wilayah pesisir tersebut, merupakan ekosistem yang rentan terhadap
perubahan. Pembangunan yang dilakukan haruslah memberikan efek yang
minimal terhadap ekosistem-ekosistem yang ada. Hal ini perlu dilakukan,
karena ekosistem wilayah pesisir merupakan sumber daya alam yang dapat
dijadikan modal pembangunan.
3. Dalam
memetakan
ekosistem
hutan
mangrove
untuk
perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan, entitas-entitas yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Topografi
l. Temperatur
b. Lama pasang
m. Angin
c. Durasi pasang
n. Fisik dan kimia tanah
d. Rentang pasang
o. Jenis tanah
e. Gelombang
p. Tekstur tanah
f. Arus
q. Drainase
g. Salinitas dan
r. Jumlah tegakan vegetasi
kerapatan aliran
h. Oksigen terlarut
i. Kandungan zat hara
s. Diameter dahan
t. Jenis,
tinggi,
struktur
dan
penutupan tajuk
j. Cahaya
u. Jumlah spesies
k. Curah hujan
v. Jenis, habitat dan pola persebaran
93
4. Dalam
memetakan
ekosistem
terumbu
karang
untuk
perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan, entitas-entitas yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Kelas kedalaman
i. Kecerahan
b. Gelombang
j. Temperatur
c. Arus
k. Paparan udara
d. Salinitas
l. Jenis life-form
e. Debit
m. Persentase penutupan tajuk
f. Sirkulasi air
n. Kondisi vegetasi dan satwa
g. Sedimentasi
o. Jenis, habitat dan pola persebaran
vegetasi dan satwa
h. Cahaya
5. Dalam memetakan ekosistem padang lamun untuk perencanaan pembangunan
yang berkelanjutan, entitas-entitas ekosistem yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kelas kedalaman
f. Substrat
b. Salinitas
g. Temperatur
c. Kecepatan arus
h. Kecerahan
i. Kekeruhan
perairan
d. Oksigen terlarut
j. pH
e. Nutrien
k. Jenis vegetasi dan satwa
6. Dalam memetakan ekosistem padang rumput laut untuk perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan, entitas-entitas ekosistem yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kelas kedalaman
g. Kecepatan arus
b. Kecerahan air
h. Gerakan air
c. Kandungan
i. Kandungan zat hara
padatan
terlarut
dan tersuspensi
j. pH
k. Oksigen terlarut
d. Intensitas cahaya
l. Musim dan temperatur
e. Salinitas
m. Jenis vegetasi
f. Suhu
94
7. Dalam memetakan ekosistem pantai berpasir untuk perencanaan pembangunan
yang berkelanjutan, entitas-entitas ekosistem yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pola arus
b. Gelombang
c. Angin
d. Jenis vegetasi
e. Jenis, habitat dan pola persebaran satwa
8. Dalam memetakan ekosistem pantai berbatu untuk perencanaan pembangunan
yang berkelanjutan, entitas-entitas ekosistem yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pasang surut
b. Gelombang
c. Tipe batuan
d. Tingkat curah hujan
e. Jenis, diameter, tinggi, struktur, penutupan tajuk (kanopi) vegetasi
f. Jenis, habitat dan pola persebaran satwa
9. Dalam
memetakan
ekosistem
pantai
berlumpur
untuk
perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan, entitas-entitas yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Arus aliran sungai
b. Sedimentasi
c. Pasang surut
d. Jenis, diameter, tinggi, struktur, dan penutupan tajuk (kanopi) vegetasi
e. Jenis, habitat, dan pola persebaran satwa
10. Dalam memetakan ekosistem laguna dan estuari untuk perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan, entitas-entitas ekosistem yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Aliran sungai
b. Sedimen
c. Salinitas
d. Pasang surut
e. Arus
f. Gelombang
g. Jenis, diameter, tinggi, struktur, dan penutupan tajuk vegetasi
h. Jenis, habitat, dan pola persebaran satwa
95
6.2
1.
Saran
Selanjutnya diperlukan penelitian lebih mendetail yang didukung data yang
akurat mengenai sifat-sifat unik yang dimiliki oleh masing-masing ekosistem
pesisir di Indonesia.
2.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana pengaruh
keterkaitan dampak yang dialami atau diterima oleh suatu ekosistem
mempengaruhi ekosistem alami lainnya di wilayah pesisir. Seperti apabila
dilakukan upaya reboisasi hutan mangrove, seberapa jauh pengaruh yang
dialami oleh ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun yang
ditunjang oleh data-data yang akurat dan memadai.
3.
Berbagai entitas yang telah diperoleh dari hasil pemetaan ini diperlukan untuk
memberikan informasi yang diperlukan dalam pembangunan wilayah pesisir,
oleh karena itu entitas-entitas tersebut dapat dijadikan dasar untuk membangun
suatu sistem informasi spasial wilayah pesisir.
4.
Sistem informasi wilayah pesisir sebaiknya dimiliki oleh setiap level
pemerintahan khususnya pemerintah kota atau kabupaten yang bersentuhan
langsung dengan pembangunan wilayah pesisir agar kabupaten-kabupaten ini
mempunyai informasi yang cukup dan mendasar untuk kemudian dilakukan
perencanaan dan pengambilan keputusan sehubungan dengan wilayah
pesisirnya.
5.
Perlu ditingkatkannya koordinasi antar instansi pemerintah. Koordinasi
kelembagaan dalam mengakses data spasial menurut perspektif pembangunan
wilayah pesisir dan laut. Koordinasi ini merupakan prasyarat utama dalam
pelaksanaan pembangunan secara terpadu. Hal tersebut dapat dimulai dengan
melakukan klasifikasi, kualifikasi dan standardisasi data spasial. Setiap tingkat
pemerintahan dapat memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
96
Download