BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian BI Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng, IN.S. (1997). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, 6 7 menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih stategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yan tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Cooperative Script Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995). Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secra individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah Manfaat penerapan belajar cooperative script adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas social di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki 8 prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.. Pembelajaran cooperative script disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Cooperative Script dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Cooperative Script Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya siswa saling membantu, dan saling yang mendominasi kelompok atau memberikan motivasi sehingga ada menggantungkan diri pda kelompok. interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering mengukur penguasaan materi pelajaran diabaikan sehingga tugas-tugas sering tiap anggota kelompok, dan kelompok diborong oleh salah seorang anggota diberi umpan balik tentang hasil belajar kelompok sedangkan anggota kelompok para anggotanya sehingga dapat saling lainnya hanya “mendompleng” mengetahui siapa yang memerlukan keberhasilan “pemborong”. bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. 9 Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen. dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan memberikan pengalaman memimpin untuk memilih pemimpinnya dengan bagi para anggota kelompok cara masing-masing. Ketrampilan social yang diperlukan Ketrampilan sosial sering tidak secara dalam kerja gotong royong seperti langsung diajarkan. kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak diakukan oleh pemantauan melalui observasi dan guru pada saat belajar kelompok sedang melakukan intervensi jika terjadi berlangsung. masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memerhatikan secara proses Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas. hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) 10 Struktur tujuan cooperative script terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran cooperative script mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran cooperative script memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Ketrampilan social atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran cooperative script. Pembelajaran cooperative script sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilanketrampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga ketrampilanketrampilan Tanya jawab. 2.1.3 Ruang Lingkup Cooperative Script Belajar cooperative script bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperative script, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok 11 yang terdiri dari 2 orang berpasangan sebangku untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Salvin, 1995; Dalam belajar cooperative script siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran cooperative script bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalahmaslah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script. Di dalam kelas siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oelh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama belajar secara cooperative script siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi naskah bacaan dan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adanya mencapai ketuntasan 12 materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran cooperative script memiliki tujuan-tujuan, langkahlangkah dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas. 2.1.4 Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Cooperatif Script Menurut Abdul Rahman Saleh), terdapat lima unsur penting dalam belajar cooperative script, yaitu: Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar cooperative script siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar cooperative script akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya, Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa 13 tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar cooperative script, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus. Kelima, Proses kelompok. Belajar cooperative script tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka kan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran cooperative script, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang memebdakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar cooperative script menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut. 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan lain. 3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. berkemampuan Hal tinggi, ini memastikan sedang dan bahwa rendah siswa sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. 14 2.1.5 Implikasi Model Pembelajaran Cooperative Script Belajar cooperative script dapat mengembangkan tingkah laku cooperative script dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar cooperative script dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar cooperative script yaitu sebagai berikut. 1. Kelompok kecil memberikan dukungan social untuk belajar. Kelompok kecil membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar member pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. 2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan startegi pemecahan masalah. 3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis. 4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain utnuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat. 5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar cooperative script dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan 15 kelompok; (2) tanggung jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu. 2.1.6 Model Pembelajaran Cooperative Script Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Menurut Salvin, (1995) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Model pembelajaran pembelajaran berpijak cooperative pada faham script adalah konstruktivisme, model pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturanaturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ideide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini. Ada suatu hal yang menarik, siswa mendapatkan peningkatan hasil belajar dari aktivitas model pembelajaran cooperative script, 16 peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat siswa berperan sebagai pendengar. 2.1.7 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku. 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar: 1. Menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. 2. Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan Menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 6. Kesimpulan (siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan). 7. Penutup (evaluasi dan refleksi). Pada tahap penutup, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk 17 meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative script siswabekerjaberpasangandanbergantiansecaralisanmengikhtisarkan, bagian-bagiandarimateri yang dipelajari. Dengan penerapan model cooperative script maka prestasi belajar siswa meningkat, karena pembelajaran cooperative script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa menyampaikan pendapat dari terjadi ide-ide kesepakatan, pokok diskusi, materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran coorperative script. 2.1.8 Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar.Sehubungan dengan itu maka kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada 18 kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajara dari siswa lain. 2. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah. 3. Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada. 4. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. 5. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban. 6. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat 7. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya. 8. Dapat meningkatkan berdiskusi. atau mengembangkan keterampilan 19 9. Memudahkan siswa melakukan interaksi social 10. Menghargai ide orang lain. 11. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. 2.1.9 Kekurangan Model pembelajaran Cooperative Script Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran Cooperative Script ini adalah: 1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. 2. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script . Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. 3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok. 4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik. 5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok. 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus 20 memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbedabeda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, 21 sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2.3 Kajian Penelitian yang Relevan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banyuasin I Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperatif Script (Admin). Berdasarkan judul diatas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banyuasin I dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Admin, Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 85% siswa mendapat skor ≥ 65. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 73,17 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 76,83. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 22 diperoleh 80% dan siklus 2 diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga (Delita) Berdasarkan judul diatas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Delita, subjek penelitiannya berjumlah 40 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 80% siswa mendapat skor ≥ 70. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 75,10 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 78,65. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 85% dan siklus 2 diperoleh 93%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 8%.berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar 23 siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI-IPA SMA Taman Madya Malang. Setelah dilakukan analisa data dengan perhitungan koefisien korelasi, didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,410 yang termasuk ke dalam kategu\ori ci\ukup kuat, koefisien determinasi sebesar 16,5%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa hanya dipengaruhi oleh faktor penggunaan model pembelajaran cooperative script sebesar 16,5%, sedangkan sisanya 83,5% dipengaruhi oleh faktor lain misalnya minat, motivasi, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, serta lingkungan masyarakat, Melalui pengujian uju t statisrik didapatkan hasil terhitung sebesar 2,243, karena terhitung (2,243) tabel (1,699) dengan taraf signifikan 0,05, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative script berpengaruh positif terhadap ptestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya yairu: Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Script Berpengaruh Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa terbukti kebenarannya. Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran Biologi peningkatan hasil belajar siswa kelas Kelas XIIPA SMA Taman Madya Malang dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Kusumawati, berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. 24 2.4 Kerangka Berpikir Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari faktor model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Pada pembelajaran cooperative script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarah-kan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa. akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena model pembelajaran ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Langkah-langkah yang akan dilakukan mengambarkan dalam sebuah bagan dibawah ini: maka penulis 25 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Kondisi Hasil belajar rendah awal Siklus 1 tidak menggunakan model pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran Cooperative Script Tindakan Kondisi akhir Siklus 2 menggunakan model pembelajaran Cooperative Script Hasil belajar meningkat (Muhibbin Syah, 2000) 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.