THE LOST CHURCH Copyright ©2014, Iwan Wahyudi Diterbitkan oleh: Get Your Wisdom Publishing Ruko Garden Shopping Arcade Blok B / 8 DH, Jl. S. Parman – Kompleks Podomoro City (021) 30045339 Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang mengkomersialkan sebagian atau seluruh buku ini untuk tujuan apapun tanpa izin tertulis dari penerbit dan penulis. Desain cover & layout: Iwan Wahyudi Editor & Proofreading: Vonny C. Thamrin Anda diperbolehkan untuk menggandakan dan menyebarkan sebagian atau seluruh buku ini DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN JUDUL BUKU DAN PENULISNYA SERTA SUMBER WEB buku ini yaitu: www.josuawahyudi.com Segala jenis bentuk pengomersialan buku ini akan bertentangan dengan Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Kekayaan Intelektual. Demikian pula dengan mengutip, memakai, menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa menyebutkan nama penulis dan judul bukunya. buku ini didistribusikan secara GRATIS! jika Anda kebetulan menerima buku ini dalam bentuk hard copy, Anda bisa DOWNLOAD GRATIS buku ini di: www.josuawahyudi.com jika Anda ingin mengutip / memuat sebagian tulisan dalam buku ini untuk blog / majalah / materi presentasi / tujuan apapun, Anda WAJIB menuliskan judul dan penulis buku ini serta WAJIB menyertakan link download buku ini. diterbitkan oleh MEET THE AUTHOR JOSUA IWAN WAHYUDI adalah trainer EQ (Kecerdasan Emosi) yang aktif memberikan pelatihan kepada berbagai perusahaan dan organisasi. Selama bertahuntahun beliau mendalami mengenai EQ dan aplikasinya untuk organisasional perusahaan, leadership, selling &marketing, serta untuk meningkatkan communication skill dan relationship management. MASTER TRAINER EQ INDONESIA www.josuawahyudi.com email: [email protected] @josuawahyudi 4 @josuaiwanwahyudi Josua terdaftar sebagai International Certified EQ Trainer dari Six Seconds USA, International Certified MBTI Practitioner dari CPP International, Certified Grapholog, dan juga penulis 27 buku bestseller! Ia juga pernah mendapat kepercayaan untuk memberikan sesi EQ Coaching pada 4 besar Indonesian Idol 2012, 6 besar Indonesian Idol 2014, dan Top 7 Rising Star Indonesia 2014. Bersama dengan istrinya, Vonny Cicilia Thamrin, beliau juga aktif memberikan program equipping dan training sosial untuk kampuskampus dan komunitas anak-anak muda. Josua Iwan Wahyudi Josua Iwan Wahyudi JOSUA WANT TO SAY MY WONDERFUL SAVIOR, Jesus Christ! My precious, my all of all, the only one i want most in my life! THE AWESOME LADY, Vonny Cicilia Thamrin! Dirimu adalah harta terindah yang pernah kumiliki! MY MOM, Fong Ik Tjen Awesome super mother! MY MOM & DAD in LAW, Papa Ho & Mama Hong Thank you for giving me a very great place called “family”! MY DAUGHTERS IN GOD, Friska Setiokoadiputro, Go Funny, & Dina Margaretha This “generation battle” become so fun because of you girls! 5 - PENGANTAR - THE VERY BEGINNING Ide untuk menulis buku ini mendadak sekali (tepatnya 4 hari lalu - 17 Nov 2014). Sama mendadaknya dengan ide untuk meng’gratis’kannya yang muncul sedetik kemudian setelah ide menulis buku ini tercetus. Dan judul “The Lost Church” juga melompat begitu saja dari pikiran saya dibarengi dengan bayangan mengenai salah satu perumpamaan paling populer dalam Alkitab, yaitu anak yang hilang. Dalam kisah itu kita mengetahui bahwa anak bungsulah yang menghilang dan kemudian akhirnya ia berhasil pulang kembali. Namun akhir dari kisah itu menyelipkan sebuah fakta lain, yaitu saat sang anak bungsu telah menemukan jalan pulangnya kembali, justru si anak sulung yang kemudian terhilang di rumahnya sendiri. 6 Memang buku ini tidak exact persis akan membahas hal tersebut. Tapi setidaknya, fenomena tersebut mengungkapkan keadaan yang mirip dengan (banyak – tapi tak semua) gereja hari-hari ini. Kita semakin “gemerlap” dan hebat dalam melakukan pelayanan. Kita semakin “advanced” dalam melakukan semua kegiatan kekristenan kita, namun sesungguhnya mungkin kita sedang terhilang. Selama 5 tahun terakhir ini, saya sungguh bertanya-tanya, “gereja itu harusnya seperti apa? Pertanyaan ini berulangkali membuat saya terjaga di malam hari, kesulitan untuk melelapkan diri, dan semakin saya memikirkannya membuat saya semakin gelisah. Gereja adalah kita. Anda dan saya. Ya, saya tahu itu. Puluhan tahun saya sudah mendengar bahwa ge- reja bukanlah bangunannya, gereja adalah orang-orangnya. Gereja adalah organisme, bukan organisasinya. Gereja adalah individunya, bukan tembok dan tiang yang membentuk sebuah tempat. Ya kita semua tahu itu. Tapi, kalau hanya begitu, banyak orang bisa melakukannya. Orang yang tak kenal Yesuspun sudah melakukannya dan bahkan melakukannya lebih baik dari kita. Betapa banyaknya komunitas-komunitas yang tak pernah terikat oleh tempat, waktu, dan jarak, hidup dalam sebuah ikatan yang kuat dan terus berkembang seperti sel yang membelah diri secara organik. Tentu saja itu bukan gereja. Walau menyerupai gereja. Maka, saat saya merenungkan ini semakin dalam, akhirnya, saya berniat untuk mencoba merenungkan apa yang Yesus lakukan ketika Dia hidup, dan apa yang dilakukan oleh murid-muridNya kemudian. Untuk mengetahui seperti apa gereja seharusnya, tentulah kita harus mempelajari siapa orang yang membangun gereja itu sendiri, yaitu Yesus. Dan juga kita harus mempelajari prorotype pertama, atau model original gereja itu sendiri, yaitu komunitas para rasul beserta jemaat mula-mula. Memang tampak sederhana, dan sesungguhnya tidak pernah menjadi rumit. Tidak butuh teori yang rumit untuk memahami gereja itu apa sesungguhnya karena kehidupan Yesus, murid-muridNya, dan jemaat mula-mula yang tertulis di Alkitab sudah memberikan kita gambaran yang sungguhsungguh jelas. Dan tidak dibutuhkan IQ jenius, maupun seorang sarjana teologi cumlaude untuk mengetahui apa sebenarnya esensi gereja. Semuanya sudah tampak jelas. Sejelas kenyataan bahwa semua esensi itu sudah hilang dan sulit lagi dijumpai di tengah-tengah (banyak – tapi tak semua) gereja hari ini Jika esensi sebuah iPhone, iPad, dan iMac terletak pada OS (operating systemnya), maka ketika OS itu digantikan dengan windows, masihkah ia disebut “Apple”? 7 Jika esensi sebuah garam adalah rasa asinnya, maka ketika ia terasa bukan asin, masihkah ia bisa disebut sebagai garam (meski penampilannya masih garam)? Jika esensi seruling adalah menghasilkan bunyi saat ditiup, maka ketika ia sama sekali tak bersuara walau ditiup setengah mati, masihkah ia bisa disebut seruling, meski bentuknya masih seruling? Dan jika semua yang esensi dari gereja kemudian hilang, maka masihkah ia bisa disebut gereja meski bentuk dan tampilannya menyerupai gereja? Jika Anda menjawab “bisa”, maka di luar sana ada banyak gereja yang bahkan tak kenal Yesus. Jika Anda menjawab “tidak bisa”, maka itulah yang disebut sebagai The Lost Church… Gereja yang Hilang. Sama seperti anak sulung yang kehilangan esensi hidup ke’anak’annya namun masih tetap nampak seperti anak dan tinggal di rumah bapanya. Saya tahu sudah ada banyak sekali buku dan seminar yang mengajarkan mengenai esensi gereja. Dan tentu saja buku serta seminar itu ditulis oleh hamba Tuhan kaliber dunia dengan pendidikan teologia yang bertingkattingkat serta diajarkan oleh bapak-bapak gereja yang sudah puluhan tahun malang melintang di ladang penggembalaan dengan jemaat hingga ribuan bahkan puluhan dan ratusan ribu (hingga jutaan!) Dibandingkan dengan saya, tentulah saya bukan siapa-siapa dalam dunia per’gereja’an. Namun apa yang akan membedakan buku ini dari sekian banyak buku yang sudah ada? Mungkin Anda akan menemukan pesan-pesan yang masih sama. Namun mungkin Anda akan melihat pesan itu dari sudut yang berbeda. Mengapa? Karena saya menuliskannya bukan dari sisi seorang “pengelola” gereja atau “pembangun” gereja. Saya menulisnya dari sisi orang biasa, 8 dari sisi seorang individu yang digembalakan dan dibangun, dan dari sisi orang yang menjadi bagian kecil dari kelompok besar bernama gereja. Buku ini tidak ditulis dari sisi seorang pemimpin, tapi dari sisi orang yang dipimpin. Buku ini tidak ditulis dari seorang ahli dunia per’gereja’an, melainkan dari sisi seorang yang awam yang biasa digembalakan. Buku ini tidak ditulis dari sisi seorang pakar teologi dan pengajaran, melainkan hanya dari seorang yang mencoba menjalani kehidupan sebagai orang Kristen yang bergereja Sebuah benda, jika dilihat dari sisi yang berbeda, bisa memberikan pemandangan dan makna yang berbeda pula. Sehingga saya sangat sangat yakin dan percaya, meski buku ini mungkin sedang membicarakan sebuah pesan yang sama dengan pesan yang sudah ribuan kali Anda baca, dengar, bahkan kotbahkan dan seminarkan, tapi pasti ada sebuah makna berbeda yang akan berguna untuk Anda, pelayanan Anda, maupun masa depan kita sebagai sebuah gereja. Jadi, sebelum saya mulai menuliskan semuanya, izinkanlah dengan sadar Anda melengahkan diri Anda dari setiap perasaan curiga, apatis, perasaan “sudah tahu”, dan kebanggaan ke’gereja’an kita dan duduklah dalam buku ini sebagai seorang teman curhat. Berhentilah menangkap pengetahuan intelektual dari buku ini, dan mulailah menangkap semangat dan isi hati yang tercurah melalui buku ini. Karena, sejak awal buku ini bukan ditulis sebagai semacam eksposisi teori tentang gereja, melainkan lebih kepada ungkapan suara hati seorang manusia (dan bisa juga mungkin ungkapan suara hati Tuhan sendiri). Lagian, ini bukan buku yang susah dan mendalam kok. Ini hanya buku “sharing-sharing” yang ringan dan singkat saja. Jadi bacalah dengan relax dan santai juga. 9 - CHAPT. #1 - YANG PALING ESENSI Mengapa sebuah gereja disebut gereja? Seperti yang kita sudah terlalu sering dengar, bahwa gereja mulamula mendapat sebutan “Kristen” yang artinya adalah “Pengikut Kristus”. Artinya, jelas sekali gereja akan menjadi gereja yang sesungguhnya jika Kristus menjadi pusat dari segala sesuatu. (karena gereja adalah pengikutnya Kristus). Gereja muncul sebagai akibat dari Kristus. Gereja muncul sebagai perwujudan iman murid-murid Yesus beserta orang-orang percaya yang lahir baru di kemudian hari. Gereja muncul untuk membicarakan dan terus-menerus mengingat akan Yesus dan semua yang sudah Dia lakukan. Gereja muncul sebagai “rumah” untuk orang-orang yang percaya Yesus saling menjaga, saling bertumbuh, dan saling menguatkan. Gereja muncul untuk 10 meradiasikan keyakinan orangorang yang percaya Yesus yang ditunjukkan melalui pelayanan dan penginjilan yang mereka lakukan. Gereja muncul sebagai “platform” untuk melatih orang-orang yang baru percaya dengan pengajaranpengajaran yang pernah diajarkan Yesus semasa Dia hidup. Intinya, gereja muncul karena, oleh, dan gara-gara Yesus seorang! Gereja muncul akibat Yesus, karena Yesus, untuk Yesus, dan oleh Yesus! Jadi, apa esensi sebuah gereja? Tentu saja jawabnya Yesus! Dan bukan hanya sekedar ada, tapi Yesus haruslah menjadi pusat dari segala sesuatu karena Dialah penyebab tunggal munculnya gereja! Pernah memasak nasi goreng? Dalam masakan nasi goreng, penyebab tunggal munculnya masa- kan itu adalah karena adanya nasi. Ketika kita mengambil nasinya, ia tidak lagi disebut nasi goreng. Ketika Anda mencoba menggantikan porsi nasinya, misalnya, Anda memasak setumpuk daging lalu dicampuri sesendok nasi, maka tetap saja ia tidak disebut nasi goreng (meski ada nasi disana). Begitu pula yang terjadi ketika Yesus diambil dari gereja atau dikurangi porsinya hingga cuma menjadi “dekorasi”, maka sesungguhnya gereja tidak bisa lagi disebut sebagai gereja. Saya rasa, ketika Yesus dengan berani berkata bahwa “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup”, jelas sekali bahwa pernyataan kuat ini ingin menegaskan bahwa Yesuslah satu-satunya solusi mutlak untuk apa yang dicari-cari orang di seluruh dunia. Dia menegaskan bahwa Dialah sentral dari semuanya, topik utamanya, “main course” dari seluruhnya, adegan klimaks dari rangkaian kehidupan, dan benar-benar pusat dari segala sesuatunya. Maka, jika gereja lahir dari penyebab tunggal karena Yesus. Maka sudah seharusnya pula esensi gereja adalah menjadikan Yesus tetap sang tokoh utama, topik utama, “makanan” utama, dan pusat dari segala sesuatu yang dilakukan. Sehingga ketika seseorang bertemu dengan gerejaNya, tentu saja Yesus berharap orang-orang itu akan bertemu dengan Yesus yang adalah satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup. Maka, ketika Yesus tidak lagi menjadi pusat dari gereja. Ketika Yesus jarang dibicarakan dan hanya dijadikan pelengkap sekedar ada (seperti timun atau tomat dalam nasi goreng), maka jelas bahwa gereja sedang “terhilang”. Saya mencoba mencerna fenomena gereja akhir-akhir ini, dimana topiktopik mengenai uang, karir, kekayaan, dan berbagai topik motivasional lainnya menjadi tampak begitu menggoda. Saya adalah seorang trainer. Saya tahu persis nyaris semua materi-materi self development, management, motivasional, psikologi, dan sebagainya. Memang itu topik-topik 11 yang menarik dan sebenarnya memang tidak ada yang salah sama sekali dengan topik-topik itu karena memang perlu untuk diajarkan. Tetapi jika Anda cermati, setiap kali Yesus mengajar tentang uang, kekayaan, leadership, Kecerdasan Emosi (EQ), teambuilding, communication skill, manajemen (ya, Yesus juga membicarakan itu dalam ajaran-ajaranNya), Dia selalu mengarahkan semuanya kembali kepada Kerajaan Allah dan ketuhanan’Nya. Artinya, sekali lagi Yesus beserta Kerajaan Allah’Nya, tetaplah menjadi klimaks dan tokoh utamanya. “You’re going to find that there will be times when people will have no stomach for solid teaching, but will fill up on spiritual junk food—catchy opinions that tickle their fancy. They’ll turn their backs on truth and chase mirages. But you—keep your eye on what you’re doing; accept the hard times along with the good; keep the Message alive; do a thorough job as God’s servant.” 2 TIM 4:3-5 | The Message Harus diakui, banyak orang lebih pilih mendengar tentang kekayaan, tentang self development, tentang hal-hal psikologi modern. Itu semua sedang tren. Sedikit orang yang tertarik mendengar tentang prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Tapi meski banyak orang tidak menyukai berita mengenai Kristus, salibNya, dan ajaranNya tentang Kerajaan Allah, tapi sesungguhnya itu adalah berita yang paling mereka butuhkan. Jika anak Anda sakit keras, dan supaya sembuh ia harus minum obat yang ia tidak sukai. Ketika ia lebih memilih permen daripada obat yang ia butuhkan, apakah kemudian serta merta Anda akan mengganti obat itu dengan permen hanya karena lebih pilih dan suka permen? 12 Jika banyak orang tidak menyukai kabar mengenai Yesus, dan lebih memilih topik-topik “psikologi modern”, bukan berarti kita kemudian menggantinya begitu saja dengan alasan “pelayanan kontekstual”, “pelayanan marketplace”, dan “pelayanan yang relevan” Kita adalah gereja! Dan sudah menjadi esensi gereja untuk terus-menerus menunjukkan, merepresentasikan, dan memberitakan mengenai Yesus karena Dialah yang menjadikan kita ini ada sebagai sebuah gereja. Sehingga ketika Yesus tidak lagi ada di panggung utama dan hanya sekedar menjadi pemain figuran dalam kotbah kita, pelayanan kita, dan semua aktifitas gerejawi kita, masih bisakah dan pantaskah kita disebut sebagai gereja? Lalu bagaimana jika orang semakin tak tertarik dengan topik Yesus? Justru itulah yang menjadi tantangan kita sebagai gereja. Setiap generasi punya tantangannya masing-masing. Pada zaman para rasul, Yesus adalah topik yang menarik karena Dia begitu fenomenal waktu itu, tapi tantangan mereka adalah penganiayaan dan perlawanan justru dari kaum rohaniwan yahudi. Pada zaman kita, mungkin kita tidak lagi dianiaya. Tapi tantangan kita adalah bagaimana “menyajikan” Yesus dalam bahasa dan penampilan yang sesuai dengan zaman kita, tanpa menghilangkan keTuhan’anNya, kebenaranNya, kuasaNya, dan semua prinsip kerajaanNya. Bukannya mengganti diriNya dengan hal-hal yang lain. 13 - CHAPT. #2 - ONCE AGAIN, LOVE Gereja sama dengan Yesus. Orang yang melihat dan bersentuhan dengan gereja, harus bisa melihat dan bersentuhan dengan Yesus. Bagaimana caranya? Yesus sudah tidak muncul lagi dalam bentuk nyata seperti ketika Dia masih hidup di bumi. Lebih mudah memperkenalkan dan memper”sentuh”kan seseorang dengan sesuatu yang real, ketimbang dengan seorang figur roh seperti Dia. Maka, tidak ada cara lain, gereja harus hidup seperti Yesus. Gereja harus menjadi “hosting” dari Yesus. Mungkin ini agak “creepy” dan liar, tapi saya terpaksa memakai contoh ini. Pernahkah Anda melihat acara-acara semacam “dunia lain”, “pemburu hantu”, dan sebagainya? Terlepas dari itu rekayasa dan 14 buat-buat’an, tapi Anda tentu pernah melihat adegan ketika seorang “pakar” dengan sengaja mengundang roh atau makhluk halus tertentu untuk masuk ke dalam tubuh seseorang yang disebut sebagai “media”. Ketika roh itu merasuki sang media, mendadak suaranya berubah, tatapan matanya berubah, bahkan “aura”nya berubah, dan si media benar-benar menjadi seolah-olah sama dengan roh yang merasukinya. Bedanya, hanyalah tampilan luarnya dia tetap manusia. Walau ini sebenarnya contoh yang saya kurang sukai, namun setidaknya Anda menjadi punya gambaran bahwa ketika Yesus sudah tidak lagi bersama-sama dengan kita, itu sebabnya Roh Kudus menolong dengan cara “merasuki” (bahasanya memang liar, tapi tangkaplah esensinya) gereja. Se- hingga meski tampilan luar kita sebagai gereja masih berupa sekumpulan manusia yang tampak manusiawi, namun sesungguhnya segala sesuatunya sudah berbeda di dalam diri kita karena kita (gereja) adalah Yesus itu sendiri (melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam kita). If you love me, show it by doing what I’ve told you. I will talk to the Father, and he’ll provide you another Friend so that you will always have someone with you. This Friend is the Spirit of Truth. The godless world can’t take him in because it doesn’t have eyes to see him, doesn’t know what to look for. But you know him already because he has been staying with you, and will even be in you! YOHANES 16:15-17 | The Message Maka, dengan demikian, ketika orang bersentuhan dengan gereja yang adalah representasi dari Yesus sendiri, dia dengan sendirinya akan menyadari dan mengalami siapakah Yesus itu tanpa harus bersentuhan secara “nyata” seperti pada zaman Dia masih di dunia. Itu sebabnya, ketika esensi pertama gereja, yaitu Kristus itu sendiri terpenuhi dan benar-benar ada dalam gereja, maka dengan sendirinya, esensiesensi berikutnya, yaitu semua unsur yang ada dalam Kristus, harusnya juga muncul menyusul kemudian. Apa saja unsur-unsur mutlak yang ada dalam Yesus? #1 KASIH Mungkin Anda sudah sampai tahap “eneg” untuk mendengar ini. Karena sejak zaman mungkin kita belum bertobat, sampai sekarang, mungkin Anda sudah terlalu sangat sering mendengar kalimat “Tuhan adalah 15 kasih” dan berbagai slogan “kasih” lainnya yang menjadi trade mark agama Kristen. Tidak diragukan kasih adalah tema terbesar yang Yesus bawa. Maka jika kita berbicara Yesus, mustahil untuk melepaskan kasih dariNya. Dimana kita membahas Yesus, disitu kita akan menemukan kasih karena Yesus adalah kasih itu sendiri. Seperti nafas yang menjadi bagian hidup kita, begitulah kasih di dalam Yesus. Dan bukankah seluruh dunia mencari-cari kasih? Bukankah banyak orang mencoba mencari jalan untuk menemukan kasih? Bukankah banyak orang mempertanyakan kebenaran dari apakah dan dimanakah kasih sejati itu? Dan bukankah banyak orang merasa kehilangan hidup karena tidak dikasihi? Itu sebabnya mereka mereka mengejar-ngejar kasih hanya supaya merasa hidup. Maka ketika Yesus berbicara “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup”, salah satu yang Dia ingin tegaskan adalah semua pencarian tentang kasih itu akan selalu bermuara pada satu ujung, yaitu Kristus Yesus! Maka sekali lagi, berbicara tentang Yesus adalah sama dengan berbicara tentang kasih. Dan sebaliknya, berbicara tentang kasih, pasti akan bermuara pada Yesus. Sementara, berbicara tentang gereja adalah berbicara tentang Yesus karena gereja sama dengan Yesus. Maka, dengan sendirinya, berbicara tentang gereja, adalah mustahil untuk tidak membicarakan kasih. Karena, Gereja = Yesus = Kasih 16 Oke, ini hal yang kita semua sudah sama-sama ketahui dan tak perlu diperpanjang lagi. Pertanyaan yang lebih urgent adalah, benarkah orang akan menemukan kasih ketika dia berjumpa dengan gereja (dengan kita)? Apa yang disentuh dan dialami oleh orang ketika ia terlibat dengan gereja? Dan pertanyaan yang lebih jauh dari itu. Jika (andaikan) seseorang tidak menemukan kasih di dalam gereja, bukankah itu artinya dia juga tidak menemukan Yesus disana? Dan jika Yesus tidak ada di dalam gereja, maka masihkah ia bisa disebut sebagai gereja? APAKAH KASIH ITU? Ketika kita belum bisa mengindikasikan seperti apakah kasih itu, maka kita akan sulit mengetahui apakah kita sudah praktek kasih atau belum. Tentu saja 1 Korintus 13 sudah dengan sangat detail menjelaskan kepada kita apakah kasih itu. Namun, untuk mempermudah, saya akan meringkasnya menjadi 2 hal: To TRUST and to GIVE. Selama saya hidup dan mengamati kehidupan, setiap kali kita berbicara mengenai kasih, kita tidak bisa melepaskan diri dari MEMPERCAYAI dan MEMBERI. (Kalau Anda sudah menikah), mengapa Anda menikahi pasangan Anda? Karena Anda mengasihi dia, yang dengan kata lain, karena Anda PERCAYA kepadanya. Anda memasrahkan sisa hidup Anda bersama dengan dia karena Anda PERCAYA bahwa dia adalah orang yang terbaik untuk hidup dengan Anda selamanya. Semakin besar kita mempercayai, semakin besar pula kita mengasihi Dia. Mengapa Yesus sanggup memberi kita nyawaNya, yaitu sesuatu yang paling berharga dalam diri seseorang? Karena Dia MEMPERCAYAI kita. Bahkan ketika Dia melihat manusia berteriak “salibkan Dia”, bahkan ketika 17 murid-murid yang paling dekat denganNya lari meninggalkan Dia (setelah salah satunya mengkhianatiNya), Dia tetap memberi nyawa bagi manusia karena Dia PERCAYA bahwa suatu saat manusia akan berpaling kepadaNya. Dia mengasihi kita begitu rupa, itu sebabnya Dia mempercayakan nyawaNya untuk kita. Karena begitu besar kasih (rasa percaya) Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. YOHANES 3:16 | LAI (dalam kurung adalah tambahan penulis) Mengapa Allah memberikan putraNya yang tunggal untuk manusia yang sebenarnya hina? Mengapa Dia memberikan hal yang sangat berkelas dan mulia untuk kita makhluk yang kelasnya lebih rendah dari Dia? Karena begitu besar PERCAYAnya akan dunia ini! Karena Dia masih percaya bahwa kita ini layak untuk diselamatkan, akan kembali kepadaNya, dan akan menyambut uluran tanganNya! Pada saat Anda bisa MEMPERCAYAI, Anda akan sanggup MEMBERI. Kenapa Anda meminjami uang kepada teman baik Anda? Karena Anda percaya padanya. Kenapa Anda menyumbang banyak-banyak kepada yayasan sosial? Karena Anda percaya pada yayasan itu. Ketika Anda mempercayai, Anda sanggup memberi. Dengan kata lain, orang yang tak punya kasih, kesulitan untuk mempercayai dan akibatnya ia sulit memberi juga. 18 “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” MATIUS 24:12 | LAI Inilah kondisi hari ini. Yesus, ribuan tahun yang lalu, menubuatkan ini akan terjadi. Dan semua nubuat ini kini sedang terjadi. Kita menjadi semakin sulit mempercayai satu sama lain, orang dengan mudah berkhianat, menipu, memperdaya, men’jahati, dan menelantarkan kita. Bertambahnya perilaku durhaka manusia membuat kita menjadi sulit percaya pada siapapun. Dengan kondisi seperti ini, orang semakin menyimpan untuk dirinya sendiri (atau untuk kumpulannya sendiri), sehingga semakin sedikit orang yang berani memberi untuk sesamanya. Saya pikir saya tak perlu menjelaskan panjang lebar untuk meyakinkan Anda bahwa dunia ini sedang krisis kasih. Dalam kondisi seperti ini, harusnya gereja akan dengan mudah berdiri bersinar karena saat sekeliling kita kasihnya menjadi dingin, kita masih punya kasih yang hangat itu. Tapi, kenyataannya tidak begitu bukan? Faktanya, kasih dalam gereja juga sudah menjadi dingin. Di dalam (banyak – tapi tak semua) gereja, rasa percaya menjadi sulit ditemui. Kita mulai sulit mempercayai pemimpin kita sendiri, kita sulit mempercayai rekan pelayanan kita, kita sulit mempercayai jemaat yang kita gembalakan. Maka, jika ada orang yang belum kenal Yesus bersentuhan dengan ge-reja yang saling kehilangan rasa percaya, saling mencurigai satu sama lain, saling menyerang dan saling antipati, kira-kira, bisakah dia berjumpa dengan sosok Yesus di dalam gambaran gereja yang seperti ini? 19 Kenapa kehadiran Yesus di bumi pada zamanNya menjadi seperti embun sejuk di tengah tanah kering? Karena masyarakat waktu itu sedang hidup dalam keadaan yang krisis kasih. Hukum yang berlaku diantara mereka adalah mata ganti mati dan gigi ganti gigi. Mereka hidup dalam keadaan dimana segala sesuatunya bersifat transaksional, untuk mendapatkan sesuatu, Anda harus menukarnya dengan sesuatu yang lain. Banyak janda yang terlantar dan tak dipedulikan hidupnya. Orang memikirkan keuntungannya sendiri dan mengamankan hidupnya sendiri. Dan mempercayai orang artinya meresikokan diri untuk kecewa dan terluka. Apalagi di dalam pemerintahan Romawi yang kasar dan kejam. Maka, ketika Yesus “memberi pipi kiri sebagai bonus untuk pipi kanan” dan “memberi jubah untuk bonus dari mendapat pakaian”, itu menjadi sesuatu yang mengejutkan! Kasih yang sudah dingin selama beberapa generasi mendadak menghangat ketika sesosok mentari itu muncul di tengah-tengah mereka! Klimaksnya, ketika Dia meregang nyawa di atas kayu salib. Bukti dari semua yang Dia ajarkan selama ini bahwa seorang sahabat rela memberi nyawa, dan bahwa karena Dia mempercayai kitalah, maka Dia dengan sengaja “mengosongkan” diriNya, melupakan semua kemuliaanNya dan berkorban segala yang terbaik yang Dia miliki demi kita. Maka nafas kasih inilah yang menghidupkan seluruh rasul-rasulNya di kemudian hari dan kehangatan kasih sebesar itulah yang membuat mereka terus berlari ke berbagai penjuru dunia tanpa lelah untuk meneriakkan “kalau kamu tak jumpai kasih di dunia manapun, kami punya kasih yang kau cari itu! Namanya Yesus!” Itulah gereja! Meneriakkan kasih yang dipertontonkan Yesus sambil terus mempraktekkannya sebagai sebuah “platform demo” dimana orang bisa langsung 20 “mencoba”nya, merasakannya, dan diubah oleh kasih yang seperti itu! Itulah gereja! Semuanya diawali dengan mempercayai. Sama seperti Yesus mempercayai sekumpulan nelayan hopeless yang tak jelas. Sama seperti Yesus mempercayai Petrus yang sudah 3 kali menyangkali Dia (dengan sepenuh hati). Sama seperti Yesus yang mempercayai para pendosa yang ia ajak makan bersama. Sama seperti Yesus yang mempercayai wanita pelacur. Sama seperti Yesus yang mempercayai penjahat di samping salib hina itu. Dan sama seperti Yesus yang percaya kepada kita saat dia berucap “sudah selesai” sambil menghembus nafas terakhirnya. Bisakah kita mulai saling mempercayai satu sama lain sekarang? Bisakah kita menghidupkan kembali kasih yang dingin itu? Bisakah kita percaya bahwa dia tak akan “mencuri” jemaat kita, bahwa dia tak akan membangun gereja sendiri dan memisahkan diri dari kita, bahwa dia tak akan mengkorupsi uang persembahan, bahwa dia dengan gaya menyanyinya yang berbeda itu sebenarnya juga mengabdi dan mencintai Yesus dengan cinta yang sama besarnya seperti yang kita miliki? Bisakah kita mempercayakan mimbar dan panggung kepada dia yang memang lebih ahli berkotbah? Bisakah kita mempercayakan penggembalaan kepada dia yang memang lebih diurapi untuk melakukannya? Bisakah kita mempercayakan divisi itu karena memang Tuhan jelas-jelas memberi dia talenta untuk mengelolanya? Bisakah kita mempercayakan tanpa takut kehilangan kemuliaan kita? TAPI, DIA TAK BISA DIPERCAYA! Oke, dia memang sudah terbukti berkali-kali korup. Oke, dia memang sudah berkali-kali merusak semuanya. Oke, mulutnya memang jahat dan menyebar kebencian walau kita sudah berusaha mempercayainya dengan 21 tulus. Oke, sebagian orang memang tampak benar-benar tak bisa dipercaya! Bahkan bukti sudah berkali-kali memperlihatkan betapa durhakanya perilaku orang-orang itu! Tapi, bukankah kita juga begitu? Menurut Anda, bisakah Yesus benar-benar percaya pada kita? Setelah semua janji-janji rohani yang senantiasa Anda ucapkan dan (berkali-kali) juga Anda ingkari. Setelah kesekian kalinya Anda bertobat, jatuh, bertobat, jatuh, dan terus melakukannya (entah sampai kapan). Setelah dosa-dosa “kecil” yang Anda selipkan di ruang-ruang sempit tak terlihat. Setelah perasaan sombong dan kebanggaan pribadi atas semua pelayanan hebat yang Anda bangun dan miliki (yang sebenarnya karena kuasa Roh Kudus). Masih bisakah sebenarnya Yesus mempercayai kita? (maksud saya, BENAR-BENAR mempercayai 100%!) Bukankah manusia itu susah dipercaya? Dengan kata lain, manusia itu tak layak dikasihi. Lagu “Amazing Grace” melukiskan dengan jelas ketika John Newton memakai kata “wretch” (bajingan) untuk menggambarkan kondisi kita di hadapan kasih karuniaNya. Tapi itulah yang membuat kasih Yesus justru tampak makin besar dan mengagumkan! Karena setelah Dia mengetahui semua kartu kita dan jelas-jelas melihat betapa payahnya kita dalam urusan dipercayai, Dia tetap mempercayai kita juga dengan turun ke bumi dan naik ke atas salib! Sebagian orang menyebutnya “bodoh”, tapi saya menyebutnya “kasih”. 22 Lagian, mempercayai bukan berarti Anda harus setuju. Mengasihi bukan berarti Anda harus selalu memeluk dan membelai. Saat seorang pemuda terjerat narkoba, mungkin sang orang tua terpaksa mengkarantina dia, menjauhkan dia dari siapapun, mengisolasi, membiarkan dia kesakitan dan “tampak menderita” justru karena kasih mereka kepadanya. Justru karena sang orang tua masih berusaha mempercayai bahwa anaknya bisa pulih, maka ia menempuh jalan “keras” tersebut. Mengasihi bukan berarti Anda harus membiarkan dia melakukan kejahatan itu berulang-ulang sambil menutup mata. Bukan. Mengasihi adalah sikap hati. Beberapa orang memukul dengan sikap hati mengasihi, beberapa memukul dengan sikap hati membenci. Bukan memukulnya yang harus dipermasalahkan, tetapi bagaimana sikap hati kita. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk kita tidak mengasihi, terutama diantara kita sendiri sesama gerejaNya. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 1 YOHANES 4:18 | LAI Mengapa kita takut jabatan kita berakhir? Karena kita tak percaya dengan para penerus kita. Mengapa kita takut jemaat kita habis? Karena kita tak percaya dengan kualitas jemaat kita (atau kualitas kita sendiri). Mengapa kita takut mempercayakan sebuah tanggung jawab? Karena kita tak percaya dia akan setia 23 Mengapa kita takut miskin dalam pelayanan? Karena kita tak percaya dengan Tuhan yang memelihara Mengapa kita takut dia akan buka gereja sendiri? Karena kita tak percaya dengan tujuan dia melayani Terlalu banyak ketakutan dalam gereja karena kita gagal mempercayai, baik mempercayai orang lain, maupun mempercayai Tuhan sendiri. Pada saat kita kehilangan rasa percaya dan ketakutan mengambil alih, kasih menjadi dingin. Dan saat kasih gereja menjadi dingin, maka gereja menjadi tidak ada bedanya dengan tempat lain manapun di dunia. Jika demikian, masihkah kita bisa disebut gereja? MEMBERI Sekarang soal memberi. Saya paham sudah terlalu banyak pengajaran tentang memberi. Saya yakin Anda juga lebih ahli mengajarkan dan mengkotbahkannya. Namun ijinkan saya hanya menyampaikan sedikit saja. Pada saat saya membaca kitab Kisah Para Rasul, para jemaat mula-mula, gereja mula-mula, begitu heboh dan fenomenal karena cara mereka dalam memberi. Tidak pernah terjadi dalam sejarah sekumpulan orang bersatu begitu lekat dan kepunyaan seseorang menjadi kepunyaan bersama. Bahkan, saya menilai mereka cukup ekstrim dalam memberi. Bayangkan jika hari ini semua aset yang Anda miliki, Anda jual dan hasilnya Anda bawa kepada pemimpin komsel Anda. Dan bukan hanya Anda, semua orang dalam komsel itu melakukan hal yang sama (termasuk si pemimpin komsel). Lalu, hasil gabungan itu dipakai untuk membiayai hidup 24 semua anggotanya secara merata. Dan itu terus-menerus berlangsung setiap hari! Sampai dikatakan tidak ada lagi yang berkekurangan diantara mereka! Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasulrasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. KISAH PARA RASUL 4: 32-35 | LAI Dibutuhkan rasa percaya (kasih) yang amat sangat besar untuk melakukan itu bukan? Tapi mereka sanggup melakukannya, karena kasih Yesus yang malah jauh lebih besar sudah “merasuki” mereka. Dan orang-orang di sekitar mereka, tentu saja takjub dan tergila-gila melihat gaya hidup “penuh kasih” seperti ini! Apalagi dengan dinginnya kasih yang mereka rasakan atas dunia ini, maka ketika mereka melihat ada “apiapi unggun kasih” yang menyala di rumah-rumah para jemaat gereja mula-mula, jelas itu menarik mereka dengan cepat. Dan saat mereka masuk di dalamnya dan mengalaminya, kasih itu dengan cepat melumerkan setiap trauma ketika mereka ditinggalkan, dikhianati, 25 dikecewakan, dan disisihkan. Kasih Yesus dengan cepat mengambil alih hati mereka yang tadinya kering dan gersang menjadi hidup kembali! Saya tidak sedang berbicara mengenai uang, sama sekali bukan itu! Anda bisa menguasai dan mengontrol orang dengan uang. Ya Anda bisa. Saya melihat banyak orang melakukannya. Saya melihat banyak pelayan Tuhan melakukannya. Dan saya melihat banyak gereja juga mencoba melakukannya. Dan saya juga banyak melihat orang-orang kaya mengontrol gereja dengan uangnya. Yang mengubah hidup banyak orang waktu itu bukan bagi-bagi hartanya! Yang mempesona mereka adalah “kok ada yang mau melakukan itu!” The way they live that change people! Mereka hidup seperti Yesus hidup, itu sebabnya gereja mula-mula begitu transformasional. Saya yakin mereka bukan hanya memberi dan berbagi soal uang. Saya yakin mereka akan berbagi ilmu, berbagi obat, berbagi makanan, berbagi pencaharian, berbagi pakaian, dan berbagi apa saja (kecuali berbagi suami istri mereka tentunya!). Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, 2 TIMOTIUS 3:1-2 | LAI 26 Seperti yang Yesus katakan, kasih semakin dingin. Paulus makin menegaskan dengan menyatakan bahwa orang semakin self center. Mereka menyimpan peluang dan kesempatan untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan pengetahuan dan trik untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan resource untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan jalur supplier untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan konsumen untuk diri mereka sendiri. Dan mereka juga menyimpan mimbar dan pelayanan untuk diri mereka sendiri! Tidak ada yang mau berbagi dan memberi, itu sebabnya kita begitu mudah haus (dan tertipu) dengan promosi “gratis” atau hal-hal yang berbau “berbagi”. Kenapa? Karena itu langka! Siapa yang mau melakukannya? Kalau toh ada, pasti ada strategi di balik semua itu. Siapa yang mau benar-benar tulus berbagi hal-hal penting dan berharga? Gereja mula-mula melakukannya dalam komunitas mereka. Mereka tak perlu teriak-teriak, atau datang ke acara-acara “Car Free Day” untuk mempropagandakan kasih Yesus. Mereka Cuma hidup berbagi dan memberi yang dilandasi rasa saling percaya. Dengan kata lain, mereka cuma hidup saling mengasihi! Itu saja! Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat sebuah ledakan kasih yang fenomenal. Inti dari semua urusan memberi ini bukan di uangnya. Kalau Anda seorang konglomerat dengan kekayaan triliunan, membagi-bagi uang 1 milyar bukanlah hal sulit bagi Anda. Walau itu masuk kategori memberi, tapi itu tidak masuk dalam kategori memberi dalam kamus Yesus. Oh ya? Kenapa saya bisa tahu itu? 27 “Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” LUKAS 21:1-4 | LAI Definisi memberi yang diakui Yesus adalah sampai terjadinya pengorbanan. Pengorbanan artinya ada sesuatu yang kita rasa kehilangan. Ada rasa sakit yang muncul akibat ada bagian penting dalam diri kita yang terambil. Itulah memberi. Sampai itu terjadi, Anda belum benar-benar memberi. Saya yakin tidak mudah untuk jemaat gereja mula-mula hidup dalam gaya memberi yang seekstrim itu. Pasti ada masa-masa ketika seseorang harus menenangkan diri, melihat buku rekeningnya untuk terakhir kalinya, memandangi motor favoritnya sebelum dijual, dan mungkin karaoke sepuas-puasnya karena besok mesin karaoke itu akan dibawa ke tempat pelelangan. (tentu saja mereka tidak memiliki semua itu pada zaman itu, ini hanya untuk membuat Anda lebih memahami perasaan mereka waktu itu). Tapi sekali lagi, Bapa di surga mengawali semuanya dengan menanggung rasa sakit yang teramat besar ketika Dia mengorbankan anak-Nya Yesus Kristus. Max Lucado dalam salah satu bukunya menggambarkan adegan penyaliban Yesus adalah adegan yang membuat surga hening dalam kedukaan yang mendalam karena sang Kekasih Surga harus teraniaya untuk hal yang sebenarnya tak pantas Dia tanggung. 28 Perasaan sakit yang sama besarnya yang ditanggung Yesus sang Anak ketika Dia berkorban posisi muliaNya di surga, hidup dalam keterbatasan sebagai manusia, menanggung semua hukuman paling sadis untuk dosa-dosa kita, dan didirikan sebagai monumen kehinaan di atas kayu salib hingga teriakan “BapaKu mengapa Engkau meninggalkan Aku” terdengar begitu desperate dan merana. Bukankah berkali-kali kita mengucapkan bahwa “Dialah yang terlebih dulu mengasihi kita”? Jadi, menutup bagian ini. Apakah esensi gereja? Gereja adalah tempat demontrasi kasih Yesus melalui praktek yang mereka lakukan setiap hari yang saling berkorban untuk satu sama lain karena mereka saling mempercayai satu sama lain. Terdengar indah ya? Tapi untuk melakukannya? Saya tahu tidak semudah menulis dan mengucapkannya. Tapi Kisah Para Rasul membuktikan bahwa ini pernah dan sudah dilakukan sebelumnya. Justru ketika kita bertanya-tanya apakah ini bisa dilakukan atau tidak, maka sebenarnya kita perlu memeriksa apakah kasih Yesus sudah pernah menyentuh hidup kita atau belum. Karena orang yang belum “dirasuki” kasih Kristus memang akan mustahil bisa melakukan ini, tapi kalau kita adalah kumpulan orang-orang yang sudah dan terus “dirasuki” kasih Yesus, bukankah seharusnya ini yang hal yang sangat masuk akal untuk dilakukan? Jika gereja dijalankan oleh orang-orang yang belum atau tidak lagi “dirasuki” kasih Yesus, maka bukankah itu artinya kasih sudah meninggalkan gereja itu? Kalau kasih sudah tiada, bukankah itu artinya Yesus juga sudah tidak disana lagi? Lalu kalau Yesus sudah hilang juga, masihkah ia disebut gereja? Jangan-jangan kita harus berhenti berdoa supaya kasih Kristus menyentuh dunia. Jangan-jangan kita harus berdoa supaya kasih Kristus menyentuh gerejaNya lebih dulu. 29 - CHAPT. #3 - THE RELATING GOD Unsur kedua yang ada dalam Yesus adalah: 30 #2 RELATIONSHIP gilan untuk seorang ayah yang sangat akrab, seakrab ketika kita memanggil ayah kita dengan sebutan “papa”, “daddy”, “dad”, dan sebutan-sebutan akrab lainnya. Selama 20 tahun saya menjadi orang Kristen, yang membuat saya terkagum-kagum dengan Kristus adalah kenyataan bahwa diantara semua “tuhan” yang ada di dunia ini, Dialah satu-satunya yang dengan jelas-jelas menunjukkan diri sebagai The Relating God. Yohanes 15 lebih fenomenal, Yesus tidak lagi menyebut kita hamba, tetapi kita dipanggilnya sebagai SAHABAT! Dan lebih jauh dari semua itu, kita bahkan diproyeksikan akan menjadi KEKASIH! Seperti mempelai yang menyongsong pesta pernikahan! Pernahkah Anda bertanya-tanya kenapa Tuhan menyebut dirinya Allah “BAPA” dan “ANAK”? Kenapa Dia memposisikan Yesus sebagai yang SULUNG (kakak) bagi kita semua? Bahkan yang paling menarik ketika Roma 8 menyebutkan bahwa karya yang dilakukan Yesus membuat kita menjadi mungkin menyebut Allah dengan panggilan “Abba ya Bapa” yaitu pang- Tidak ada agama atau “tuhan” lain yang bersedia relate dengan kita sepersonal dan sedalam ini. Ini menunjukkan bahwa relationship adalah sebuah unsur mutlak yang ada di dalam Tuhan kita. Tidak heran manusia begitu membutuhkan relationship satu sama lain dan merasa seperti mati ketika ia ditinggal sendirian tanpa ter- hubung dengan siapapun. Bukankah kita diciptakan dengan nature yang sama seperti Tuhan? Termasuk nature untuk relate. Dan itu belum apa-apa, yang ini lebih menggemparkan lagi: Tahukah Anda, tujuan paling utama Yesus turun ke dunia dan mati di atas kayu salib ternyata bukanlah untuk menebus dosa manusia! Bukan itu yang paling utama. Yang paling utama adalah, Dia ingin MEMULIHKAN HUBUNGAN kita dengan Bapa! Menebus dosa adalah cara supaya hubungan kita dengan Bapa dibereskan. Dosa adalah perintang diantara kita dan Bapa. Maka, Yesus bersedia melakukan apapun caranya (termasuk mengorbankan diri) untuk supaya penghalang itu hilang dan kita dengan penuh keberanian bisa menghampiri lagi Bapa. Begitu pentingnyakah hubungan Bapa kepada kita? Sampai-sampai Yesus harus berkorban? Bukan karena kita yang terlalu keren sebenarnya, tapi karena Tuhan begitu menghargai relationship. Dia tidak bisa membuang kita begitu saja dan kemudian menciptakan makhluk lain menggantikan kita. Maka sebegitu hebatnya Yesus menghidupi relationship, begitu pula seharusnya gereja. Apakah esensi gereja? Gereja adalah tempat dimana hubungan dipulihkan. Hubungan dengan Bapa dan hubungan diantara kita sendiri. Gereja adalah tempat bertemunya semua kasta, ras, perbedaan, dan semuanya terhubung karena kasih Kristus yang saling mempercayai dan kesediaan berkorban. 31 Dari sekian banyak kisah fenomenal yang dilakukan oleh Yesus, barangkali kebiasaanNya untuk berdekatan dengan pendosa dan kaum terbuang adalah salah satu yang paling menggegerkan dan sering menjadi masalah bagi sebagian orang. Budaya pengkastaan yang kuat pada masa itu memang membuat apa yang Yesus lakukan seolah-olah seperti merusak tatanan sistem sosial yang sudah tersusun demikian rapi dan kokohnya selama bertahun-tahun. Tapi sadarkah Anda bahwa apa yang coba Yesus lakukan sebenarnya adalah mengembalikan hakikat relationship itu sendiri. Dia menerobos dan meruntuhkan semua tembok-tembok yang dibangun untuk memisahkan manusia satu sama lain berdasarkan kelas-kelas tertentu. Karena penebusan Yesus meruntuhkan tembok bagi siapapun dengan model seperti apapun untuk bisa bertemu dengan Bapa, maka seharusnya diantara sesama manusia sendiri juga tidak boleh ada tembok yang menghalangi terwujudnya relationship itu. Gereja seharusnya memang menjadi tempat yang bisa menerima siapa saja sama seperti Yesus yang bisa makan malam bersama siapa saja, baik orang terhormat maupun para pendosa dan bahkan para nelayan. CONNECTING LOVE Ini sebenarnya bukan soal susunan kelas sosial. Ini sebenarnya soal hubungan. Anda tidak bisa memberi dampak kepada orang yang tidak terhubung dengan Anda. Anda tidak bisa mempraktekkan kasih tanpa saling terhubung. Percuma Anda mendengar kotbah tentang kasih kalau tak saling terhubung dengan satu sama lain, karena sama saja kasih itu takkan pernah menjadi kenyataan tanpa adanya hubungan. Banyak kali gereja gagal memberikan dampak untuk kelompok masyarakat tertentu karena gereja hanya memposisikan sebagai outsider yang mencoba menolong mereka. 32 Yesus tidak menjadi outsider, Dia menjadi bagian dari kelompok masyarakat itu dan terhubung dengan mereka. Ketika bersentuhan dengan orang berdosa, Dia tidak memposisikan diri seperti ahli taurat yang berdiri di luar lingkaran pendosa itu seolah-olah orang yang asing dan berbeda “habitat”. Dan kembali lagi, untuk terhubung dengan seseorang Anda harus bisa mendapat kepercayaan dan juga mempercayainya, dan untuk itulah Anda harus siap berkorban. Disinilah mengapa tanpa adanya esensi kasih, takkan terwujud esensi relationship. Tanpa Kristus, tidak akan ada kasih, dan tanpa kasih, tidak akan terbangun hubungan. Tanpa hubungan? Segala sesuatu terhenti. Maka saya percaya, bahwa membangun relationship dengan Tuhan dan dengan sesama (seperti 2 hukum yang terutama) adalah esensi gereja. Ketika Anda hadir di sebuah gereja dan merasa menjadi seperti orang asing yang tak saling terkoneksi satu sama lain, mungkin Anda perlu bertanyatanya benarkah Anda sedang berada dalam sebuah gereja? Lebih parah lagi, kalau sampai Anda hadir di sebuah tempat yang Anda sama sekali tak terkoneksi dan asing dengan satu sama lain, DAN Anda juga merasa tidak terkoneksi dengan Tuhan disana! Mungkin ini kedengaran konyol, tapi sesungguhnya (banyak – tapi tak semua) “gereja” yang seperti ini. Inilah gereja-gereja yang terhilang... Jemaat gereja mula-mula yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul jelas gereja yang terus-menerus berfokus kepada relationship vertical-horizontal. Mereka terus bertekun untuk mengenal Tuhan tapi juga sekaligus terbangun ikatan satu sama lain yang kuat. 33 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. 2 TIMOTIUS 3:1-8 | LAI Dari 18 ciri manusia akhir zaman yang Paulus sebutkan, separuhnya adalah masalah hubungan. Dan ini sedang terjadi di depan mata kita setiap hari dan bukan hal yang susah ditemukan lagi. Hari-hari ini hubungan menjadi sesuatu yang langka. Secara formal, banyak keluarga yang terbentuk, tapi di dalam keluarga-keluarga ini, hubungan telah lama putus. Saya sebagai orang yang selama 5 tahun terakhir ini bergelut dalam pelayanan anak muda dan terus-menerus mengamati dan mencoba meneliti anak-anak muda hari ini, menemukan kenyataan bahwa problem hilangnya bapa untuk generasi ini masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. 34 Lalu, sebagai trainer Kecerdasan Emosi (EQ), sudah tak terhitung berapa kali di sela-sela training yang saya berikan, selalu ada peserta yang curhat mengenai kritisnya pernikahan mereka, hubungan ayah-anak, hubungan ibu-anak, dan juga hubungan-hubungan keluarga lainnya. Padahal konteks training yang saya bawakan topiknya sama sekali bukan tentang keluarga. Belum lagi curhatan orang-orang yang pahit hati, kecewa, dan sakit perasaannya karena perlakuan atasan, pemimpin, rekan kerja, klien, pacar, sahabat, dan orang-orang yang tadinya mereka percayai (dan kasihi). Tak terhitung kisah hubungan rusak yang sudah kita saksikan di sekitar kita. Ini menunjukkan bahwa kehancuran hubungan sedang terjadi dimanamana meski orang berusaha keras menutupinya. Gereja sekali lagi, seharusnya menjadi mercu suar yang berteriak “disinilah hubungan dipulihkan”. dan ia akan berjalan mendahului Tuhan x dalam roh dan kuasa Elia 1 y untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya 2 z dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan a suatu umat yang layak bagi-Nya LUKAS 1:17 | LAI Namun, sekali lagi pula, kita harus menjumpai fakta (banyak – tapi tak semua) gereja yang justru menjadi “reality show” hancurnya hubungan yang ditonton publik dan menjadi bahan pembicaraan seru di dunia maya maupun di ruang-ruang gosip kita. Jika seseorang datang kepada gereja, dan dia masih tetap merasa terasing. Jika seseorang datang kepada gereja dan dia tak menemukan bapa. Jika seseorang datang kepada gereja dan tidak ditemukan hati-hati anak. 35 Jika seseorang datang kepada gereja dan kasih persaudaraan tak dapat dijumpai disana. Jika seseorang datang kepada gereja dan tidak ada pemulihan hubungan. Lalu harus kemana lagi orang ini harus mencari? Dan jika gereja tak mampu lagi menunjukkan pemulihan hubungan, baik dengan Bapa maupun dengan sesama, untuk apa gereja ada? Masihkah ia bisa disebut gereja? 36 - CHAPT. #4 - KINGDOM LIVING Unsur Ketiga dalam Yesus adalah: #3 KERAJAAN ALLAH DAN SEMUA KEBENARANNYA. Yesus adalah representasi kerajaan Allah. Yesus juga adalah kerajaan Allah itu sendiri. Maka tidak heran di sepanjang pelayanannya, Yesus berulang-ulang terus mengajarkan tentang kerajaan Allah. Bahkan, ketika Yesus bangkit kembali setelah 3 hari kematianNya, selama 40 hari Dia terus mengajarkan tentang Kerajaan Allah. Bagi saya, jelas sekali hal Kerajaan Allah amat sangat penting kalau sampai Yesus memperlakukannya dengan cara yang demikian. Seolah-olah, di waktu yang terbatas ketika di bumi, Yesus ingin sebisa mungkin memberikan gambaran dan penjelasan mengenai prinsipprinsip kerajaan Allah. 37 Dan saya yakin, tujuan Yesus begitu getol mengulang-ulang semua pengajaran kerajaan Allah ini adalah karena Dia ingin gerejaNya hidup dalam gaya hidup kerajaan Allah ini. Dia ingin kerajaan Allah hadir di bumi melalui gerejaNya, maka ketika Dia ada di bumi, selain Dia memberikan contoh dan menjadi role model bagi muridmuridNya, Dia juga mengajari mereka semuanya, supaya ketika Dia kembali ke surga, gerejaNyalah yang akan meneruskan kehadiran kerajaan Allah di bumi ini. Maka, saya membayangkan betapa kecewanya Yesus kalau gerejaNya bukan hanya tidak lagi mengajarkan kebenaran kerajaan Allah, tetapi juga sudah lupa untuk mempraktekkannya. Gereja tanpa kerajaan Allah? Saya tidak yakin itu bisa disebut gereja. Dunia tidak pernah berhenti mencari-cari kebenaran. Hari-hari ini, lebih-lebih lagi kebenaran menjadi semakin kabur karena mendadak semua orang punya versi kebenarannya masing-masing dan ketika kita mencoba mencernanya, semuanya nampak masuk akal. Lalu kita mulai bertanya-tanya yang manakah kebenaran? Itu sebabnya muncul teori kebenaran relative karena apa yang dianggap seseorang benar, bisa saja menjadi kesalahan bagi orang lain dalam kondisi dan situasi yang berbeda. Yesus sudah bisa membaca ini. Itu sebabnya Dia ingin kebenaran Kerajaan Allah diajarkan dan dihidupi sampai menjadi bagian dari diri kita agar kita tidak diombang-ambingkan oleh “kebenaran-kebenaran” lain. Pernyataan Yesus sebagai “Akulah Jalan, KEBENARAN, dan Hidup” juga menegaskan kepada kita bahwa kebenaran Kerajaan Allah yang Dia hidupi, lakukan, dan ajarkan adalah kebenaran absolut yang dibawa oleh Tuhan untuk dihadirkan di dunia ini. Lalu mengapa gereja tidak lagi menjadi pusat kebenaran? Mengapa gereja justru ditinggalkan dan tidak diperhitungkan jika sudah berkaitan dengan urusan kebenaran? Karena kita sudah tidak lagi bertekun dengan Kerajaan Allah dan semua kebenarannya. Kita lebih bertekun kepada hal-hal lain yang sebenarnya hanyalah “tambahan” (aksesoris) saja. Saya tidak perlu mengulang ayat emas kita bersama di Matius 6:33 bukan? Hal yang mencolok dalam gaya hidup gereja mula-mula adalah mereka setiap hari bertekun dalam pengajaran para rasul. Menurut Anda apa yang akan diajarkan para rasul itu tiap hari? Stress management? Rahasia menjadi kaya? Bagaimana meningkatkan karir? Financial Planning? Leadership for Success? Bagaimana komunikasi persuasive? Negotiation Skill? 38 C’mon, mereka cuma nelayan. Darimana mereka akan memahami ilmuilmu canggih itu? 2 hal yang paling mereka kuasai hanyalah pekerjaan masa lalu mereka (dunia per’nelayan’an, pemungutan cukai, dan apapun profesi mereka sebelumnya), dan jelas yang kedua adalah tentang KERAJAAN ALLAH! Saya berani bertaruh dalam pengajaran tiap malam itu, Petrus tidak akan berbicara tentang teknik menangkap ikan dan bagaimana membuatnya menjadi ikan asin yang bisa dijual untuk meningkatkan kualitas hidup! Saya berani bertaruh yang mereka ajarkan setiap hari adalah apa yang Yesus ajarkan kepada mereka setiap hari juga, yaitu KERAJAAN ALLAH dan semua kebenarannya! Selama sekitar hampir 4 tahun hanya itu yang mereka dengar dan saksikan! Itu sebabnya, gereja yang tidak lagi mengajarkan apa yang Yesus ajarkan pada waktu Dia masih di dunia, berarti berhenti mengajarkan tentang kerajaan Allah. Jika gereja tidak lagi diajar tentang kerajaan Allah, bagaimana mungkin mereka akan hidup di dalamnya? HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH Bagaimana gereja mula-mula mampu mengajarkan kerajaan Allah dengan luar biasa? Karena mereka menghidupi semua prinsip-prinsip kerajaan Allah. Semula, ketika mereka masih bersama Yesus, saya yakin mereka pasti belum menangkap sepenuhnya dan masih ragu-ragu apakah prinsip-prinsip itu benar-benar cocok untuk mereka. Namun kebangkitan Yesus dan 40 hari ekstra berikutnya adalah hari-hari dimana kerajaan Allah di”embed” dalam diri mereka. Itu sebabnya mengajarkannya ulang bukanlah hal yang sulit. Mereka sudah mempraktekkan dan hidup di dalamnya! 39 Gereja takkan bisa mengajarkan kerajaan Allah sebelum gereja mampu hidup di dalamnya. Seperti seseorang takkan pernah bisa mengajarkan cara berenang sebelum ia sendiri mampu masuk ke dalam air dan berenang di air. Mengapa mereka bisa menghidupi prinsip kerajaan Allah yang sebenarnya aneh, berlawanan dengan hukum dunia, dan seringkali tampak konyol untuk dilakukan? Mengapa mereka bisa hidup baik-baik saja dengan keadaan “melawan” dunia? Mengapa mereka malah semakin berkembang padahal hidup dalam aliran yang kontras dengan seharusnya? Karena mereka hidup dengan saling mempercayai dan berkorban satu sama lain. Mereka punya kasih yang saling menjaga satu sama lain, dan kemudian mereka punya relationship yang kuat. Percayalah saya, asalkan Anda punya sekelompok orang yang sehidup semati dengan Anda, maka meski Anda harus hidup dengan cara yang sangat berbeda sekalipun dengan sekeliling Anda, maka Anda pasti tetap akan baik-baik saja, itulah kekuatan kasih dan relationship. Apalagi jika itu dilakukan oleh komunitas berjumlah 3000 orang lebih (jumlah yang bertobat dalam kotbah Petrus yang diindikasikan sebagai gereja mula-mula). Bahkan cara hidup “aneh” itu malah menarik perhatian karena terbukti menghasilkan hal-hal luar biasa yang tak pernah mereka jumpai selama ini. Disinilah kebenaran kerajaan Allah mulai mengambil alih kebenaran dunia melalui gaya hidup menghadirkan kerajaan Allah setiap hari dalam komunitas mereka. Mengapa hari-hari ini kita terasa sulit menerapkan prinsip Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus dalam kotbah-kotbahNya? Mengapa itu terasa seperti to good to be true dan hanya enak didengar tapi susah dilakukan? Barangkali karena kasih dan relationship kita tidak cukup untuk menopang kita sebagai gereja, sehingga saat kita mencoba melakukan kebenaran kerajaan Allah itu, kita terlibas oleh hukum dunia. 40 Ada alasannya mengapa Yesus memilih 12 orang dalam kelompokNya dan tidak memutuskan untuk mengerjakan semuanya sendirian. Ada alasan mengapa Yesus seolah-oleh terindikasi membagi kelompok 12 muridNya dalam kelompok-kelompok kecil berdua atau bertiga. Mempraktekkan kerajaan Allah adalah hal yang menantang dan berat, sehingga tanpa kasih dan relationship yang menjaga, akan menjadi sulit untuk melakukannya. Mengapa orang menjadi tidak percaya dengan kebenaran Kerajaan Allah yang kita beritakan? Mengapa mereka mentertawakannya? Karena mereka tidak punya bukti kuat bahwa kebenaran itu berhasil dan menunjukkan diri sebagai sebuah kebenaran absolute yang mengalahkan “kebenaran” lain. Ketika gereja berhenti bertekun dalam pengajaran kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semakin sedikit orang yang mengerti. Dan jika mereka tidak begitu mengerti, bagaimana mereka akan mempraktekkannya? Dan jika mulai tak ada yang menghidupi dan mempraktekkannya, bagaimana dunia bisa melihat kerajaan Allah dan kebenarannya itu? Dan jika dunia tak bisa melihat “contoh demo”nya, bagaimana mereka mau mempercayai kebenaran kerajaan Allah itu? Itu sebabnya ketika sesekali kita coba meneriakkan kebenaran Kerajaan Allah itu, mereka akan membalas dengan berkata “kamu dulu deh hidup kayak gitu, coba lihat hasilnya kalo bagus aku ikutan…” Sayangnya, tidak banyak gereja hari ini yang berhasil menunjukkan pada dunia bahwa kebenaran “aneh” yang mereka tertawakan itu terbukti menjadi satu-satunya jawaban karena mereka keburu frustasi dengan betapa sulitnya hidup dalam prinsip kerajaan Allah. 41 Kalimat “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN kepadamu” menunjukkan kepada kita bahwa segala hal diluar kerajaan Allah hanyalah tambahan semata. Tambahan tidak boleh menggantikan yang utama. Ketika gereja mulai bertekun pada yang tambahan dan meninggalkan yang utama, maka gereja telah terhilang. 42 - CHAPT. #5 - WHERE IS THE POWER? Unsur keempat yang ada dalam Yesus adalah: (bahkan Yesus bilang kita akan melakukan LEBIH dari yang pernah Dia lakukan sewaktu di bumi!). #4 KUASA Kehilangan yang paling besar yang saya rasakan selama 10 tahun terakhir adalah hilangnya kuasa dari tengah-tengah (kebanyakan –tapi tak semua) gereja. Tidak diragukan lagi, apa yang membuat Yesus berbeda dengan para imam dan ahli taurat itu adalah kuasa yang nyata-nyata hanya bisa dilakukan olehNya. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. MARKUS 1:22 | LAI Maka, jika gereja adalah Yesus dan Yesus adalah gereja, sudah seharusnya juga kita sebagai gerejaNya memiliki kuasa yang sama 43 Saya masih ingat masa-masa dimana kotbah yang buruk, sound system yang payah, gitar dengan senar berkarat, dan pelayan Tuhan yang “culun” sama sekali tidak menghentikan orang untuk berjumpa dengan Yesus karena ada kuasa yang bekerja. Saya masih ingat waktu-waktu dimana doa di kamar-kamar tersembunyi sanggup melantakkan hati orang paling keras sekalipun. Dan saya masih ingat dimana ucapan 1 kalimat “kamu butuh Yesus” seolah-olah seperti bom atom yang bisa membuat seseorang yang bertahun-tahun menolak Tuhan tibatiba tersungkur seperti anak kecil sambil bertobat. Semua itu karena kuasa, bukan karena strategi, teknik, dan skill. Memang itu masih terjadi, tapi frekuensi dan “kepekatannya” tidak seperti dulu lagi. Suatu hari, seseorang berkata kepada saya bahwa pada zaman dahulu Tuhan bekerja dengan banyak mukjizat. Pada tahun 80an, KKR kesembuhan Ilahi adalah cara Tuhan menyatakan lawatanNya. Dia lalu berkata bahwa era itu sudah selesai. Dia meyakini bahwa sekarang adalah era “Character Building”, dimana Tuhan bergerak melalui pengajaran-pengajaran self development yang kontekstual dan relevan dengan budaya modern kita. Secara pribadi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan perkataannya. Bagi saya, jelas sekali bahwa kuasa dan mukjizat adalah bagian dari Yesus yang tak pernah bisa dipisahkan. Kemanapun Dia pergi, selalu terjadi demonstrasi kuasa Tuhan. Lalu, bagaimana mungkin, kalau bagian dari diriNya itu, tiba-tiba berhenti, selesai, finish, tamat, dan digantikan oleh hal lain yang sebenarnya hanyalah “ilmu pengetahuan”? Saya sebagai seorang trainer yang jungkir balik mempelajari semua pengetahuan mulai Law of Attraction (LOA), NLP, Hypnotherapy, Psikologi personality, EQ, AQ, Leadership, Communication Skill, Human Performance Troubleshooting, Negotiation Skill, Time Management, Persuasive Speaking, Accelerated Writing, hingga Business Development, Financial Management, dan semua ilmu-ilmu “keren” itu, meyakini betul bahwa semua itu dilandasi secara kuat oleh science. Dan siapakah pencipta ilmu pengetahuan? manusia. Ilmu pengetahuan hanyalah hasil pembelajaran manusia atas dirinya, alam semesta, makhluk lain, dan dunia ini. 44 Bagaimana mungkin, hasil produk manusia (yang notabene manusia itu sendiri adalah produknya Tuhan) menggantikan Tuhan itu sendiri? kita yang adalah manusia saja tidak mungkin menggantikan Tuhan, apalagi ilmu pengetahuan yang adalah produk manusia? Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh. MARKUS 16:17-18 | LAI Menurut ayat di atas, kuasa akan menjadi sebuah marking dari gereja Tuhan. Kuasa adalah bagian tak terpisahkan dari gereja sama seperti kuasa adalah bagian tak terpisahkan dari Kristus. Seperti yang saya selalu katakan berulang-ulang di berbagai kesempatan. Character building inspire people and try to guide people to change. But only God’s power that can transform people! Sebagai trainer yang sudah mengajar di berbagai perusahaan, di berbagai level audience, dan berjumpa dengan banyak kasus psikologis dan perilaku aneh-aneh, saya menemukan kenyataan keterbatasan ilmu pengetahuan. Ada kasus-kasus dimana terapi dan konseling semata tidak mampu membawa sebuah transformasi. Saya bisa mengubah beberapa hal, tapi ada bagian-bagian yang tak tersentuh dan tak terjamah. Saya yakin, hanya kuasa Tuhanlah yang sanggup melakukan bagian itu. Itu sebabnya gereja menjadi jawaban, karena ada problem-problem di dunia ini yang tak bisa diselesaikan hanya dengan ilmu pengetahuan. 45 Saya mengerti, generasi muda hari ini begitu terkoneksi dengan ilmu pengetahuan. Itulah yang membuat mereka menjadi generasi yang harihari ini lebih kuat memperbandingkan alkitab dengan science dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Memang kita perlu mempelajari ilmu pengetahuan untuk membuat pengajaran kerajaan Allah menjadi lebih “membumi” dan sesuai dengan “bahasa” generasi modern. Namun, adalah hal yang keliru ketika gereja menurunkan standar dengan cara ikut-ikutan bersaing dengan pengajaran-pengajaran yang based on science saja. Kuasa Tuhan itu jauh melampaui science! Dan itulah yang selalu membuat orang tergila-gila. Mengapa sulap begitu memukau? Karena seolah-olah orang yang melakukan sulap seperti punya “kuasa” yang mengalahkan ilmu pengetahuan yang mereka ketahui selama ini. Gereja harusnya seperti itu! Dipenuhi oleh kuasa Tuhan yang terlihat dengan intens (bukan setahun sekali saja). Permasalahannya, (banyak - tapi tak semua) gereja sudah kehilangan kuasa Tuhan. Maka, untuk mempertahankan “ketertarikan” jemaat, adalah strategi yang sangat masuk akal untuk mengikuti tren dengan bersaing memberikan pengajaran-pengajaran yang based on science only. Sekali lagi, saya seorang trainer. Jelas saya tidak menentang pengajaran seperti itu diajarkan untuk memperlengkapi gereja. Tapi kita harus mengetahui bahwa posisi pengajaran itu seharusnya untuk mendukung pengajaran kerajaan Allah, bukan untuk mengambil alih. Kisah Para Rasul dipenuhi oleh kisah-kisah demonstrasi kuasa Tuhan di tengah-tengah jemaat gereja mula-mula. Bayangkan, komunitas ini satu-satunya yang punya kasih demikian besar, satu-satunya yang menunjukkan adanya hubungan kuat satu sama lain, 46 satu-satunya yang hidup mempraktekkan kebenaran dengan obsesif, dan satu-satunya yang memperlihatkan kuasa yang mencengangkan dan tak pernah dijumpai di tempat lain! Masih perlukan iklan dan propaganda? Dan jika Anda berkata dalam hati, “kereeen ya…” Itulah gereja! SUMBER KUASA Darimanakah jemaat gereja mula-mula itu mendapatkan kuasa itu? Dari Yesus yang hidup sebagai pusat, dari praktek kebenaran Kerajaan Allah yang dilandasi oleh kasih saling mempercayai dan berkorban yang mengikat relationship mereka. Darisanalah kuasa muncul. Mengapa (banyak – tapi tak semua) gereja hari-hari ini sudah seperti macan ompong? Begitu meriah saat menyanyi “ku di’bri kuasa” tapi melempem tak bisa menunjukkan kuasa itu. Begitu lantang berteriak di atas mimbar tapi keok dalam rumah tangga, pekerjaan, dan hidup sehari-hari? Kemana perginya semua kuasa yang digembar-gemborkan itu? Mungkin karena kita sudah kehilangan semua esensi gereja yang lainnya, maka sebagai gilirannya, kita juga kehilangan kuasa gereja yang diberikan oleh Yesus. Apa yang dibutuhkan oleh dunia ini untuk membuat mereka percaya bahwa Yesus benarlah Dia Tuhan? Sebuah kenyataan bahwa kuasa di dalam namaNya sungguh tak terbantahkan. Mengapa waktu Yesus hidup semua orang pada akhirnya percaya bahwa sungguh Dialah Anak Allah? Karena Dia terus-menerus mendemonstrasikan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh Anak Allah. 47 Bagaimana dunia percaya bahwa kita gerejaNya? Dengan menunjukkan bahwa kita memiliki kuasa yang Dia wariskan kepada kita. Pada saat dunia percaya bahwa kita adalah gerejaNya, maka mereka akan percaya dengan semua pesan yang kita beritakan! Secara pribadi, saya menanti-nantikan waktu ketika gereja akan bangkit di akhir zaman dan kuasa Tuhan kembali diperlihatkan di tengah-tengah kita. Saya menantikan waktu dimana orang-orang akan berkata bahwa kerajaan Allah sungguh di tengah-tengah kita. Namun sebelum semua itu terjadi, mungkin kita sebagai gerejaNya harus kembali “pulang” dulu. Mungkin kita tidak menjadi anak bungsu yang meninggalkan rumah. Tapi mungkin kita justru terhilang di dalam rumah kita sendiri. Saatnya kita kembali kepada hakikat siapa diri kita sesungguhnya. Kita adalah gerejaNya. Ada karena Dia, untuk Dia, dan oleh Dia, tak ada alasan lain diluar itu. 48 - CHAPT. #6 - AND FINALLY... Recruitment pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah Petrus. Dan kalimat perekrutanNya adalah “ikutlah Aku, dan Aku akan menjadikanmu PENJALA MANUSIA” dan kata-kata terakhir Yesus kepada seluruh murid-muridNya sebelum Dia naik ke Surga adalah “PERGILAH dan jadikanlah semua bangsa muridKu” Maka, dari awal hingga akhir, fokus Yesus sudah sangat jelas: jiwa-jiwa harus mendengarkan kabar mengenai pemulihan hubungan dengan Bapa melalui karya salibNya. Bahkan sepanjang proses pelayanan Yesus, Dia tak henti-hentinya berkeliling ke berbagai tempat untuk secara konsisten memperlihatkan kasih dan relationship yang memulihkan, mengajarkan kerajaan Allah dan seluruh kebenaranNya, serta mendemonstrasikan 49 kuasa dari Surga yang meyakinkan. Fokusnya adalah jiwa-jiwa. Yesus mencoba untuk memberikan role model bagaimana nantinya gereja seharusnya meneruskan semua yang sudah Dia mulai. Maka, esensi gereja jelas salah satunya adalah MENJALA JIWA. Gereja yang tidak berfokus kepada misi dan menjangkau jiwa, kehilangan tujuan penting eksistensinya. Beberapa orang berkata bahwa misi bukanlah esensi gereja karena sebelum manusia jatuh dalam dosa esensi Tuhan Allah tidak pernah memikirkan misi. Misi muncul setelah manusia jatuh dalam dosa. Misi muncul belakangan, dan karena misi bukanlah identitas Tuhan Allah, maka dianggap bukan pula identitas esensial gereja. Namun, sadarkah Anda, bukankah Yesus membangun gerejaNya di tengah-tengah usaha penyelamatan itu? Dan bukankah jelas sekali tujuan Yesus mengumpulkan murid-muridNya untuk misi menjala manusia? Memang, banyak juga orang yang berkata bahwa panggilan tertinggi kita adalah untuk menyembah dan intim dengan Tuhan karena untuk itulah awal mula manusia diciptakan, yaitu untuk memiliki relationship mendalam dengan Dia. Namun, ketika dosa merintangi hubungan itu dan membuat manusia tak bisa lagi terkoneksi dengan Bapa, apa yang harus kita lakukan? Bukankah itu alasan Yesus turun ke bumi? Supaya hakikat awal kita untuk terkoneksi dengan Bapa bisa dipulihkan. Dan berita mengenai Yesus yang mengadakan pemulihan inilah yang harus diberitahukan kepada semua bangsa agar mereka semua kembali kepada hakikat awal mereka untuk memiliki relationship dengan Bapa. Untuk itulah Yesus memilih kita, memulihkan kita, “merekrut” kita untuk menjadi gerejaNya. Yesus yang mengadakan pemulihan, kita yang menyebarkan berita pemulihan itu. Mengapa Yesus harus menunggu 3,5 tahun untuk kemudian mati di kayu salib? Kalau memang tujuan Dia datang hanya untuk melakukan penebusan dosa yang memulihkan, maka harusnya Dia langsung saja mati. 3,5 tahun yang Dia gunakan sebenarnya bukanlah untuk menyiapkan diri Yesus. Melainkan lebih kepada menyiapkan gerejaNya agar ketika karya pemulihan itu nantinya terjadi, gerejaNya sudah siap memulai misi untuk menyebarkan berita pemulihan itu dan menjadi kepanjangan tangan Yesus untuk menyentuh jiwa-jiwa dengan kasih, relationship, kebenaran kerajaan Allah, dan kuasa Surga. Gereja memang disiapkan untuk misi menjala jiwa. Maka, ketika gereja tidak melakukan misi itu, lalu untuk apa gereja ada? 50 Saya bukanlah orang misi. Bahkan sebenarnya, kalau mau jujur, saya orang yang paling malas untuk melakukan penginjilan, mission trip, dan berbagai hal yang berbau “memberitakan kabar baik” terutama untuk orang awam. Namun, ketika menyadari esensi-esensi gereja, saya menemui kenyataan bahwa ini bukan tentang suka dan tidak suka. Ini bicara tentang sebuah naluri otomatis dari Tuhan Yesus sendiri. Artinya, orang yang terjamah oleh kasih Tuhan TIDAK MUNGKIN TIDAK pasti akan berpikir tentang menjala jiwa. Jika tidak, ada yang salah dengan kekristenan kita. Untuk apa kita membangun pelayanan marketplace, pelayanan dance, pelayanan musik, pelayanan pelatihan sumber daya manusia, dan berbagai pelayanan modern lainnya? Semua itu muaranya haruslah untuk memperkuat misi menjala manusia dan tujuan akhirnya haruslah membawa kabar penebusan Yesus! 51 Kalau semua pelayanan itu dibuat hanya sebagai “variasi produk” dari sebuah gereja agar jemaat ter”maintain” dan punya banyak alternatif “menu” untuk disantap setiap minggu tanpa diarahkan kepada tujuan akhir yaitu misi, maka kita sedang membangun apa yang Yesus tidak pernah bangun. Dan satu hal, otoritas dan kuasa diberikan Yesus in order untuk melakukan misi menjala manusia. Ketika gereja tidak lagi fokus kepada jiwa-jiwa, jangan heran kalau otoritas dan kuasa diambil dari gereja. Barangkali, salah satu alasan kenapa (banyak - tapi tak semua) gereja harihari ini tidak lagi menunjukkan otoritas dan kuasa Tuhan, bisa jadi karena fokus gereja sudah bukan lagi melakukan misi menjala jiwa. Dan ketika kita berbicara misi, sebenarnya kita tidak sedang berbicara mengenai penginjilan “keras” yang turun ke jalan-jalan atau sebuah perjalanan misi ke pedalaman suku-suku terasing dan berbagai bayangan “penderitaan” lainnya. Misi tidak melulu tentang itu. Misi itu sangatlah luas dan lebih dari yang bisa kita bayangkan selama ini. Anda bisa menjala manusia bisa melalui berbagai macam cara. Saya mengenal ada sebuah yayasan yang melakukan penjalaan melalui social media, YouTube, dan digital technology. Saya mengenal ada yang melakukannya melalui rumah bagi orang-orang gila, melalui sekolah, melalui game online (?!), dan berbagai “dunia” yang mungkin selama ini asing bagi kita. Variasi pelayanan dibangun bukan untuk menjadi menu tambahan. Variasi pelayanan muncul sebagai usaha kita untuk memperluas jangkauan jala kita agar sebisa mungkin semua sudut dunia ini kita jala sehingga tak satupun jiwa akan lolos dari kabar baik yang Yesus bawa untuk dunia! Apakah kita sudah mengarah kepada jalan misi menjala manusia? 52 53 - CLOSING - LAST NOTE Buku ini tidak pernah dimaksudkan untuk menyerang siapapun, apalagi menghakimi. Jauh dari itu. Buku ini hanyalah ungkapan hati ketika bertahun-tahun melihat apa yang sedang terjadi di tengahtengah kekristenan yang modern. Lebih jauh dari itu, buku ini justru merupakan sebuah ajakan untuk bersama-sama bergandeng tangan membangun gereja seperti yang Kristus inginkan. Bagaimanapun, Yesus pernah berdoa supaya tubuhNya menjadi satu sama seperti Dia dan Bapa adalah satu. Sebagai sesama tubuh, tentu ketika kita melihat ada anggota tubuh lain yang tidak berfungsi 54 sebagaimana seharusnya, anggota tubuh lain akan sekuat tenaga melakukan apapun untuk mengembalikan anggota tubuh yang “terhilang” itu agar berfungsi seperti sediakala. Hanya anggota tubuh yang “konyol” yang justru malah menyakiti dan merusak anggota tubuh yang sudah “terhilang” itu. Maka, marilah kita bersama-sama sebagai anggota tubuh Kristus dan sebagai gerejaNya, berjuang untuk mengembalikan gereja kepada esensi sejatinya, hingga slogan “Indonesia Penuh Kemuliaan” itu tidak lagi menjadi slogan indah semata, tapi benar-benar menjadi nyata. Tuhan Yesus memberkati! YANG INI WAJIB DIBACA! DAPATKAN BUKU-BUKU INSPIRATIF DARI JOSUA IWAN WAHYUDI! E-FACTOR Tanpa ragu lagi inilah buku EQ paling aplikatif, paling mudah dipahami dan sangat fun membacanya karena diolah oleh pakar yang ahli dalam menuliskan dengan bahasa yang sederhana! Kami menjamin di Indonesia tidak ada buku sehebat ini yang mampu membahas EQ secara komplit tapi mudah dipraktikkan pada detik pertama Anda membacanya! MASTERING PEOPLE SKILL WITH MBTI Buku ini fenomenal karena hanya satu-satunya di Indonesia ada buku yang membahas MBTI secara komplit dan disertai tes serta panduan lengkap masing-masing tipe. Buku ini tidak dijual umum dan hanya dicetak 1000 eksemplar. Saat ini, stok buku ini hanya tinggal 100 eksemplar, bergegaslah! MENIKAH ADALAH BUNUH DIRI? Buku ini menjadi bestseller karena isinya menjawab pertanyaan banyak orang mengenai pernikahan. Ratusan testimoni masuk ke dalam inbox kami, bahkan buku ini menyelamatkan pernikahan yang diambang perceraian! Anda penasaran kenapa belasan ribu orang membeli buku ini? Segera pesan sebelum kehabisan! EQ@OFFICE & CUSTOMER ORIENTED Tingkatkan karirmu dengan menguasai 2 skill wajib ini. Melalui tuntunan yang simpel, praktis, dan disampaikan dengan seru, kamu akan dipandu untuk meningkatkan kemampuan Kecerdasan Emosi (EQ) dan Customer Management’mu secara drastis! 55 PEMESANAN VIA www.carikesini.com DATING YOUR DESTINY! Buku NEW RELEASE yang langsung menjadi best seller karena satu-satunya buku yang menjelaskan mengenai tujuan hidup, Life Calling, dan destiny secara komplit, mudah, ringan, dan dilengkapi berbagai kuisioner, tuntunan, dan action plan form aplikatif. 56 BUKU WAJIB BACA! [order via email [email protected]] BECOMING THE TOP PERFORMER Jumlah karyawan yang berhasil menjadi top executive di dalam sebuah perusahaan tidak sampai 10%. Bagaimana rahasia untuk menembus kelompok Top Performer ini? Kualitas-kualitas seperti apa yang harus Anda kuasai yang kebanyakan orang tidak miliki? Semua rumusan rahasia menjadi Top Performer ada dalam buku ini! DILARANG JATUH CINTA? Pacaran menjadi masa-masa paling menyenangkan sekaligus paling membingungkan. Kapan kita idealnya mulai pacaran? Bagaimana mengetahui dia pacar terbaik buat saya? Bagaimana kalau orang tua tidak setuju? Lalu bolehkah kita TTM atau HTS? Semua pertanyaan seputar cinta dan pacaran akan dijawab tuntas berdasarkan kasus nyata penulis! 2 SPECIES 1 LOVE Seringkali konflik dalam hubungan pria & wanita bukan karena beratnya masalah, melainkan karena kita belum memahami perbedaan penting diantara keduanya. Temukan 21 perbedaan mendasar antara pria & wanita yang sering menjadi sumber kehancuran hubungan! 57 ANOTHER FIVE STARS LEADERSHIP WORKSHOP Professional Standard and International Training Material with Fun Delivery DISC for LEADER DISC adalah sebuah tool psikologi yang sangat efektif untuk membaca karakter orang dengan sangat cepat dan mudah. Banyak sekali digunakan dalam dunia profesional untuk recruitment, coaching, selling, relationship building, dan juga melatih social skill kita. Dapatkan pelatihan DISC yang aplikatif untuk leader Anda! BONUS: SOFTWARE alat tes DISC | MODUL Train for the Trainer MBTI for LEADER MBTI digunakan 75% perusahaan Fortune 500 dan tesnya diikuti 2 juta orang tiap tahun. Sangat efektif untuk talent mapping, conflict mapping, people placement, coaching, team building, dan untuk assessment performance seseorang. Dapatkan pelatihan berkualitas langsung dari International Certified MBTI Practitioner kami! BONUS: SOFTWARE alat tes MBTI | MODUL Train for the Trainer EQ for LEADER Bukanlah rahasia bahwa Kecerdasan Emosi (EQ) memegang peranan hampir di semua aspek leadership. Tingkatkan EQ para pemimpin Anda. Jangan ikuti sembarang training EQ, pastikan leader Anda hanya mendapatkan dari ahlinya. Kami menemukan metode training EQ teraplikatif di Indonesia! Kami berani menjaminnya! BONUS: Hasil Assessment EQ COMMUNICATION SKILL for LEADER 80% tugas pemimpin adalah berkomunikasi. 80% masalah muncul akibat miskomunikasi. latih para pemimpin Anda untuk memiliki communication skill yang baik, maka Anda sudah mencegah 3050% potensi konflik yang muncul. Dapatkan pelatihan yang memberikan banyak praktek dan latihan bersama kami! BONUS: Hasil Assessment Communication Skill 58 contact us now: ShifThink Training Center [email protected] | www.shifthinknow.com