TheLostChurch-JIW - Josua Iwan Wahyudi

advertisement
THE LOST CHURCH
Copyright ©2014, Iwan Wahyudi
Diterbitkan oleh:
Get Your Wisdom Publishing
Ruko Garden Shopping Arcade Blok B / 8 DH,
Jl. S. Parman – Kompleks Podomoro City
(021) 30045339
Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang mengkomersialkan
sebagian atau seluruh buku ini untuk tujuan apapun tanpa izin tertulis
dari penerbit dan penulis.
Desain cover & layout: Iwan Wahyudi
Editor & Proofreading: Vonny C. Thamrin
Anda diperbolehkan untuk menggandakan dan menyebarkan sebagian atau
seluruh buku ini DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN JUDUL BUKU DAN
PENULISNYA SERTA SUMBER WEB buku ini yaitu: www.josuawahyudi.com
Segala jenis bentuk pengomersialan buku ini akan bertentangan dengan Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Kekayaan Intelektual. Demikian
pula dengan mengutip, memakai, menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa menyebutkan nama penulis dan judul bukunya.
buku ini didistribusikan secara
GRATIS!
jika Anda kebetulan menerima buku
ini dalam bentuk hard copy, Anda bisa
DOWNLOAD GRATIS buku ini di:
www.josuawahyudi.com
jika Anda ingin mengutip / memuat sebagian tulisan dalam
buku ini untuk blog / majalah / materi presentasi / tujuan
apapun, Anda WAJIB menuliskan judul dan penulis buku ini
serta WAJIB menyertakan link download buku ini.
diterbitkan oleh
MEET THE
AUTHOR
JOSUA IWAN WAHYUDI
adalah trainer EQ (Kecerdasan Emosi) yang
aktif memberikan pelatihan kepada berbagai
perusahaan dan organisasi. Selama bertahuntahun beliau mendalami mengenai EQ dan
aplikasinya untuk organisasional perusahaan,
leadership, selling &marketing, serta untuk
meningkatkan communication skill dan relationship management.
MASTER TRAINER EQ INDONESIA
www.josuawahyudi.com
email: [email protected]
@josuawahyudi
4
@josuaiwanwahyudi
Josua terdaftar sebagai International Certified
EQ Trainer dari Six Seconds USA, International
Certified MBTI Practitioner dari CPP International, Certified Grapholog, dan juga penulis 27
buku bestseller! Ia juga pernah mendapat kepercayaan untuk memberikan sesi EQ Coaching pada 4 besar Indonesian Idol 2012, 6 besar
Indonesian Idol 2014, dan Top 7 Rising Star Indonesia 2014.
Bersama dengan istrinya, Vonny Cicilia Thamrin, beliau juga aktif memberikan program
equipping dan training sosial untuk kampuskampus dan komunitas anak-anak muda.
Josua Iwan Wahyudi Josua Iwan Wahyudi
JOSUA
WANT
TO SAY
MY WONDERFUL SAVIOR, Jesus Christ!
My precious, my all of all, the only one i want most in my life!
THE AWESOME LADY, Vonny Cicilia Thamrin!
Dirimu adalah harta terindah yang pernah kumiliki!
MY MOM, Fong Ik Tjen
Awesome super mother!
MY MOM & DAD in LAW, Papa Ho & Mama Hong
Thank you for giving me a very great place called “family”!
MY DAUGHTERS IN GOD,
Friska Setiokoadiputro, Go Funny, & Dina Margaretha
This “generation battle” become so fun because of you girls!
5
- PENGANTAR -
THE VERY BEGINNING
Ide untuk menulis buku ini mendadak sekali (tepatnya 4 hari
lalu - 17 Nov 2014). Sama mendadaknya dengan ide untuk
meng’gratis’kannya yang muncul sedetik kemudian setelah ide
menulis buku ini tercetus.
Dan judul “The Lost Church” juga
melompat begitu saja dari pikiran
saya dibarengi dengan bayangan
mengenai salah satu perumpamaan paling populer dalam
Alkitab, yaitu anak yang hilang.
Dalam kisah itu kita mengetahui bahwa anak bungsulah yang
menghilang dan kemudian akhirnya ia berhasil pulang kembali.
Namun akhir dari kisah itu menyelipkan sebuah fakta lain, yaitu
saat sang anak bungsu telah menemukan jalan pulangnya kembali,
justru si anak sulung yang kemudian terhilang di rumahnya sendiri.
6
Memang buku ini tidak exact persis akan membahas hal tersebut.
Tapi setidaknya, fenomena tersebut mengungkapkan keadaan
yang mirip dengan (banyak – tapi
tak semua) gereja hari-hari ini.
Kita semakin “gemerlap” dan hebat dalam melakukan pelayanan.
Kita semakin “advanced” dalam
melakukan semua kegiatan kekristenan kita, namun sesungguhnya
mungkin kita sedang terhilang.
Selama 5 tahun terakhir ini, saya
sungguh bertanya-tanya, “gereja
itu harusnya seperti apa?
Pertanyaan ini berulangkali membuat saya terjaga di malam hari,
kesulitan untuk melelapkan diri,
dan semakin saya memikirkannya
membuat saya semakin gelisah.
Gereja adalah kita. Anda dan saya.
Ya, saya tahu itu. Puluhan tahun
saya sudah mendengar bahwa ge-
reja bukanlah bangunannya, gereja adalah orang-orangnya. Gereja adalah
organisme, bukan organisasinya. Gereja adalah individunya, bukan tembok dan tiang yang membentuk sebuah tempat.
Ya kita semua tahu itu.
Tapi, kalau hanya begitu, banyak orang bisa melakukannya. Orang yang
tak kenal Yesuspun sudah melakukannya dan bahkan melakukannya lebih
baik dari kita. Betapa banyaknya komunitas-komunitas yang tak pernah
terikat oleh tempat, waktu, dan jarak, hidup dalam sebuah ikatan yang
kuat dan terus berkembang seperti sel yang membelah diri secara organik.
Tentu saja itu bukan gereja. Walau menyerupai gereja.
Maka, saat saya merenungkan ini semakin dalam, akhirnya, saya berniat
untuk mencoba merenungkan apa yang Yesus lakukan ketika Dia hidup,
dan apa yang dilakukan oleh murid-muridNya kemudian.
Untuk mengetahui seperti apa gereja seharusnya, tentulah kita harus
mempelajari siapa orang yang membangun gereja itu sendiri, yaitu Yesus.
Dan juga kita harus mempelajari prorotype pertama, atau model original
gereja itu sendiri, yaitu komunitas para rasul beserta jemaat mula-mula.
Memang tampak sederhana, dan sesungguhnya tidak pernah menjadi rumit. Tidak butuh teori yang rumit untuk memahami gereja itu apa sesungguhnya karena kehidupan Yesus, murid-muridNya, dan jemaat mula-mula
yang tertulis di Alkitab sudah memberikan kita gambaran yang sungguhsungguh jelas. Dan tidak dibutuhkan IQ jenius, maupun seorang sarjana
teologi cumlaude untuk mengetahui apa sebenarnya esensi gereja.
Semuanya sudah tampak jelas.
Sejelas kenyataan bahwa semua esensi itu sudah hilang dan sulit lagi dijumpai di tengah-tengah (banyak – tapi tak semua) gereja hari ini
Jika esensi sebuah iPhone, iPad, dan iMac terletak pada OS (operating
systemnya), maka ketika OS itu digantikan dengan windows, masihkah ia
disebut “Apple”?
7
Jika esensi sebuah garam adalah rasa asinnya, maka ketika ia terasa bukan
asin, masihkah ia bisa disebut sebagai garam (meski penampilannya masih
garam)?
Jika esensi seruling adalah menghasilkan bunyi saat ditiup, maka ketika
ia sama sekali tak bersuara walau ditiup setengah mati, masihkah ia bisa
disebut seruling, meski bentuknya masih seruling?
Dan jika semua yang esensi dari gereja kemudian hilang, maka masihkah
ia bisa disebut gereja meski bentuk dan tampilannya menyerupai gereja?
Jika Anda menjawab “bisa”, maka di luar sana ada banyak gereja yang bahkan tak kenal Yesus.
Jika Anda menjawab “tidak bisa”, maka itulah yang disebut sebagai The
Lost Church… Gereja yang Hilang. Sama seperti anak sulung yang kehilangan esensi hidup ke’anak’annya namun masih tetap nampak seperti
anak dan tinggal di rumah bapanya.
Saya tahu sudah ada banyak sekali buku dan seminar yang mengajarkan
mengenai esensi gereja. Dan tentu saja buku serta seminar itu ditulis oleh
hamba Tuhan kaliber dunia dengan pendidikan teologia yang bertingkattingkat serta diajarkan oleh bapak-bapak gereja yang sudah puluhan tahun malang melintang di ladang penggembalaan dengan jemaat hingga
ribuan bahkan puluhan dan ratusan ribu (hingga jutaan!)
Dibandingkan dengan saya, tentulah saya bukan siapa-siapa dalam dunia
per’gereja’an.
Namun apa yang akan membedakan buku ini dari sekian banyak buku
yang sudah ada? Mungkin Anda akan menemukan pesan-pesan yang
masih sama. Namun mungkin Anda akan melihat pesan itu dari sudut
yang berbeda.
Mengapa? Karena saya menuliskannya bukan dari sisi seorang “pengelola” gereja atau “pembangun” gereja. Saya menulisnya dari sisi orang biasa,
8
dari sisi seorang individu yang digembalakan dan dibangun, dan dari sisi
orang yang menjadi bagian kecil dari kelompok besar bernama gereja.
Buku ini tidak ditulis dari sisi seorang pemimpin, tapi dari sisi orang yang
dipimpin. Buku ini tidak ditulis dari seorang ahli dunia per’gereja’an, melainkan dari sisi seorang yang awam yang biasa digembalakan. Buku ini
tidak ditulis dari sisi seorang pakar teologi dan pengajaran, melainkan
hanya dari seorang yang mencoba menjalani kehidupan sebagai orang
Kristen yang bergereja
Sebuah benda, jika dilihat dari sisi yang berbeda, bisa memberikan pemandangan dan makna yang berbeda pula. Sehingga saya sangat sangat
yakin dan percaya, meski buku ini mungkin sedang membicarakan sebuah
pesan yang sama dengan pesan yang sudah ribuan kali Anda baca, dengar,
bahkan kotbahkan dan seminarkan, tapi pasti ada sebuah makna berbeda
yang akan berguna untuk Anda, pelayanan Anda, maupun masa depan
kita sebagai sebuah gereja.
Jadi, sebelum saya mulai menuliskan semuanya, izinkanlah dengan sadar
Anda melengahkan diri Anda dari setiap perasaan curiga, apatis, perasaan
“sudah tahu”, dan kebanggaan ke’gereja’an kita dan duduklah dalam buku
ini sebagai seorang teman curhat. Berhentilah menangkap pengetahuan
intelektual dari buku ini, dan mulailah menangkap semangat dan isi hati
yang tercurah melalui buku ini.
Karena, sejak awal buku ini bukan ditulis sebagai semacam eksposisi teori
tentang gereja, melainkan lebih kepada ungkapan suara hati seorang manusia (dan bisa juga mungkin ungkapan suara hati Tuhan sendiri).
Lagian, ini bukan buku yang susah dan mendalam kok. Ini hanya buku
“sharing-sharing” yang ringan dan singkat saja. Jadi bacalah dengan relax
dan santai juga.
9
- CHAPT. #1 -
YANG PALING ESENSI
Mengapa sebuah gereja disebut
gereja?
Seperti yang kita sudah terlalu sering dengar, bahwa gereja mulamula mendapat sebutan “Kristen”
yang artinya adalah “Pengikut
Kristus”. Artinya, jelas sekali gereja
akan menjadi gereja yang sesungguhnya jika Kristus menjadi pusat
dari segala sesuatu. (karena gereja adalah pengikutnya Kristus).
Gereja muncul sebagai akibat dari
Kristus. Gereja muncul sebagai
perwujudan iman murid-murid
Yesus beserta orang-orang percaya
yang lahir baru di kemudian hari.
Gereja muncul untuk membicarakan dan terus-menerus mengingat
akan Yesus dan semua yang sudah
Dia lakukan. Gereja muncul sebagai “rumah” untuk orang-orang
yang percaya Yesus saling menjaga, saling bertumbuh, dan saling
menguatkan. Gereja muncul untuk
10
meradiasikan keyakinan orangorang yang percaya Yesus yang ditunjukkan melalui pelayanan dan
penginjilan yang mereka lakukan.
Gereja muncul sebagai “platform”
untuk melatih orang-orang yang
baru percaya dengan pengajaranpengajaran yang pernah diajarkan
Yesus semasa Dia hidup.
Intinya, gereja muncul karena,
oleh, dan gara-gara Yesus seorang!
Gereja muncul akibat Yesus, karena Yesus, untuk Yesus, dan oleh
Yesus!
Jadi, apa esensi sebuah gereja?
Tentu saja jawabnya Yesus! Dan
bukan hanya sekedar ada, tapi
Yesus haruslah menjadi pusat dari
segala sesuatu karena Dialah penyebab tunggal munculnya gereja!
Pernah memasak nasi goreng?
Dalam masakan nasi goreng, penyebab tunggal munculnya masa-
kan itu adalah karena adanya nasi. Ketika kita mengambil nasinya, ia tidak
lagi disebut nasi goreng. Ketika Anda mencoba menggantikan porsi nasinya, misalnya, Anda memasak setumpuk daging lalu dicampuri sesendok
nasi, maka tetap saja ia tidak disebut nasi goreng (meski ada nasi disana).
Begitu pula yang terjadi ketika Yesus diambil dari gereja atau dikurangi
porsinya hingga cuma menjadi “dekorasi”, maka sesungguhnya gereja
tidak bisa lagi disebut sebagai gereja.
Saya rasa, ketika Yesus dengan berani berkata bahwa “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup”, jelas sekali bahwa pernyataan kuat ini ingin menegaskan bahwa Yesuslah satu-satunya solusi mutlak untuk apa yang dicari-cari
orang di seluruh dunia. Dia menegaskan bahwa Dialah sentral dari semuanya, topik utamanya, “main course” dari seluruhnya, adegan klimaks
dari rangkaian kehidupan, dan benar-benar pusat dari segala sesuatunya.
Maka, jika gereja lahir dari penyebab tunggal karena Yesus. Maka sudah
seharusnya pula esensi gereja adalah menjadikan Yesus tetap sang tokoh
utama, topik utama, “makanan” utama, dan pusat dari segala sesuatu
yang dilakukan. Sehingga ketika seseorang bertemu dengan gerejaNya,
tentu saja Yesus berharap orang-orang itu akan bertemu dengan Yesus
yang adalah satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup.
Maka, ketika Yesus tidak lagi menjadi pusat dari gereja. Ketika Yesus jarang dibicarakan dan hanya dijadikan pelengkap sekedar ada (seperti
timun atau tomat dalam nasi goreng), maka jelas bahwa gereja sedang
“terhilang”.
Saya mencoba mencerna fenomena gereja akhir-akhir ini, dimana topiktopik mengenai uang, karir, kekayaan, dan berbagai topik motivasional
lainnya menjadi tampak begitu menggoda.
Saya adalah seorang trainer.
Saya tahu persis nyaris semua materi-materi self development, management, motivasional, psikologi, dan sebagainya. Memang itu topik-topik
11
yang menarik dan sebenarnya memang tidak ada yang salah sama sekali
dengan topik-topik itu karena memang perlu untuk diajarkan.
Tetapi jika Anda cermati, setiap kali Yesus mengajar tentang uang, kekayaan, leadership, Kecerdasan Emosi (EQ), teambuilding, communication
skill, manajemen (ya, Yesus juga membicarakan itu dalam ajaran-ajaranNya), Dia selalu mengarahkan semuanya kembali kepada Kerajaan Allah
dan ketuhanan’Nya. Artinya, sekali lagi Yesus beserta Kerajaan Allah’Nya,
tetaplah menjadi klimaks dan tokoh utamanya.
“You’re going to find that there will be times when people will have no
stomach for solid teaching, but will fill up on spiritual junk food—catchy
opinions that tickle their fancy. They’ll turn their backs on truth and
chase mirages. But you—keep your eye on what you’re doing; accept the
hard times along with the good; keep the Message alive; do a thorough
job as God’s servant.”
2 TIM 4:3-5 | The Message
Harus diakui, banyak orang lebih pilih mendengar tentang kekayaan, tentang self development, tentang hal-hal psikologi modern. Itu semua sedang tren. Sedikit orang yang tertarik mendengar tentang prinsip-prinsip
Kerajaan Allah.
Tapi meski banyak orang tidak menyukai berita mengenai Kristus, salibNya, dan ajaranNya tentang Kerajaan Allah, tapi sesungguhnya itu adalah
berita yang paling mereka butuhkan.
Jika anak Anda sakit keras, dan supaya sembuh ia harus minum obat yang
ia tidak sukai. Ketika ia lebih memilih permen daripada obat yang ia butuhkan, apakah kemudian serta merta Anda akan mengganti obat itu dengan permen hanya karena lebih pilih dan suka permen?
12
Jika banyak orang tidak menyukai kabar mengenai Yesus, dan lebih memilih topik-topik “psikologi modern”, bukan berarti kita kemudian menggantinya begitu saja dengan alasan “pelayanan kontekstual”, “pelayanan
marketplace”, dan “pelayanan yang relevan”
Kita adalah gereja! Dan sudah menjadi esensi gereja untuk terus-menerus
menunjukkan, merepresentasikan, dan memberitakan mengenai Yesus
karena Dialah yang menjadikan kita ini ada sebagai sebuah gereja.
Sehingga ketika Yesus tidak lagi ada di panggung utama dan hanya sekedar menjadi pemain figuran dalam kotbah kita, pelayanan kita, dan semua
aktifitas gerejawi kita, masih bisakah dan pantaskah kita disebut sebagai
gereja?
Lalu bagaimana jika orang semakin tak tertarik dengan topik Yesus? Justru
itulah yang menjadi tantangan kita sebagai gereja.
Setiap generasi punya tantangannya masing-masing. Pada zaman para rasul, Yesus adalah topik yang menarik karena Dia begitu fenomenal waktu
itu, tapi tantangan mereka adalah penganiayaan dan perlawanan justru
dari kaum rohaniwan yahudi.
Pada zaman kita, mungkin kita tidak lagi dianiaya. Tapi tantangan kita adalah bagaimana “menyajikan” Yesus dalam bahasa dan penampilan yang
sesuai dengan zaman kita, tanpa menghilangkan keTuhan’anNya, kebenaranNya, kuasaNya, dan semua prinsip kerajaanNya. Bukannya mengganti diriNya dengan hal-hal yang lain.
13
- CHAPT. #2 -
ONCE AGAIN, LOVE
Gereja sama dengan Yesus.
Orang yang melihat dan bersentuhan dengan gereja, harus bisa
melihat dan bersentuhan dengan
Yesus.
Bagaimana caranya? Yesus sudah
tidak muncul lagi dalam bentuk nyata seperti ketika Dia masih hidup
di bumi. Lebih mudah memperkenalkan dan memper”sentuh”kan
seseorang dengan sesuatu yang
real, ketimbang dengan seorang
figur roh seperti Dia.
Maka, tidak ada cara lain, gereja harus hidup seperti Yesus. Gereja harus menjadi “hosting” dari
Yesus. Mungkin ini agak “creepy”
dan liar, tapi saya terpaksa memakai contoh ini. Pernahkah Anda
melihat acara-acara semacam “dunia lain”, “pemburu hantu”, dan
sebagainya?
Terlepas dari itu rekayasa dan
14
buat-buat’an, tapi Anda tentu pernah melihat adegan ketika seorang
“pakar” dengan sengaja mengundang roh atau makhluk halus tertentu untuk masuk ke dalam tubuh
seseorang yang disebut sebagai
“media”. Ketika roh itu merasuki
sang media, mendadak suaranya
berubah, tatapan matanya berubah, bahkan “aura”nya berubah,
dan si media benar-benar menjadi
seolah-olah sama dengan roh yang
merasukinya.
Bedanya, hanyalah tampilan luarnya dia tetap manusia.
Walau ini sebenarnya contoh
yang saya kurang sukai, namun
setidaknya Anda menjadi punya
gambaran bahwa ketika Yesus sudah tidak lagi bersama-sama dengan kita, itu sebabnya Roh Kudus
menolong dengan cara “merasuki” (bahasanya memang liar, tapi
tangkaplah esensinya) gereja. Se-
hingga meski tampilan luar kita sebagai gereja masih berupa sekumpulan
manusia yang tampak manusiawi, namun sesungguhnya segala sesuatunya sudah berbeda di dalam diri kita karena kita (gereja) adalah Yesus itu
sendiri (melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam kita).
If you love me, show it by doing what I’ve told you. I will talk to the
Father, and he’ll provide you another Friend so that you will always have
someone with you. This Friend is the Spirit of Truth. The godless world
can’t take him in because it doesn’t have eyes to see him, doesn’t know
what to look for. But you know him already because he has been staying
with you, and will even be in you!
YOHANES 16:15-17 | The Message
Maka, dengan demikian, ketika orang bersentuhan dengan gereja yang
adalah representasi dari Yesus sendiri, dia dengan sendirinya akan menyadari dan mengalami siapakah Yesus itu tanpa harus bersentuhan secara
“nyata” seperti pada zaman Dia masih di dunia.
Itu sebabnya, ketika esensi pertama gereja, yaitu Kristus itu sendiri terpenuhi dan benar-benar ada dalam gereja, maka dengan sendirinya, esensiesensi berikutnya, yaitu semua unsur yang ada dalam Kristus, harusnya
juga muncul menyusul kemudian.
Apa saja unsur-unsur mutlak yang ada dalam Yesus?
#1 KASIH
Mungkin Anda sudah sampai tahap “eneg” untuk mendengar ini. Karena sejak zaman mungkin kita belum bertobat, sampai sekarang, mungkin Anda sudah terlalu sangat sering mendengar kalimat “Tuhan adalah
15
kasih” dan berbagai slogan “kasih” lainnya yang menjadi trade mark agama Kristen.
Tidak diragukan kasih adalah tema terbesar yang Yesus bawa.
Maka jika kita berbicara Yesus, mustahil untuk melepaskan kasih dariNya.
Dimana kita membahas Yesus, disitu kita akan menemukan kasih karena
Yesus adalah kasih itu sendiri. Seperti nafas yang menjadi bagian hidup
kita, begitulah kasih di dalam Yesus.
Dan bukankah seluruh dunia mencari-cari kasih? Bukankah banyak orang
mencoba mencari jalan untuk menemukan kasih? Bukankah banyak orang
mempertanyakan kebenaran dari apakah dan dimanakah kasih sejati itu?
Dan bukankah banyak orang merasa kehilangan hidup karena tidak dikasihi? Itu sebabnya mereka mereka mengejar-ngejar kasih hanya supaya
merasa hidup.
Maka ketika Yesus berbicara “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup”, salah
satu yang Dia ingin tegaskan adalah semua pencarian tentang kasih itu
akan selalu bermuara pada satu ujung, yaitu Kristus Yesus!
Maka sekali lagi, berbicara tentang Yesus adalah sama dengan berbicara
tentang kasih. Dan sebaliknya, berbicara tentang kasih, pasti akan bermuara pada Yesus.
Sementara, berbicara tentang gereja adalah berbicara tentang Yesus karena gereja sama dengan Yesus. Maka, dengan sendirinya, berbicara tentang
gereja, adalah mustahil untuk tidak membicarakan kasih.
Karena,
Gereja = Yesus = Kasih
16
Oke, ini hal yang kita semua sudah sama-sama ketahui dan tak perlu
diperpanjang lagi. Pertanyaan yang lebih urgent adalah, benarkah orang
akan menemukan kasih ketika dia berjumpa dengan gereja (dengan kita)?
Apa yang disentuh dan dialami oleh orang ketika ia terlibat dengan gereja?
Dan pertanyaan yang lebih jauh dari itu. Jika (andaikan) seseorang tidak
menemukan kasih di dalam gereja, bukankah itu artinya dia juga tidak
menemukan Yesus disana? Dan jika Yesus tidak ada di dalam gereja, maka
masihkah ia bisa disebut sebagai gereja?
APAKAH KASIH ITU?
Ketika kita belum bisa mengindikasikan seperti apakah kasih itu, maka kita
akan sulit mengetahui apakah kita sudah praktek kasih atau belum.
Tentu saja 1 Korintus 13 sudah dengan sangat detail menjelaskan kepada
kita apakah kasih itu. Namun, untuk mempermudah, saya akan meringkasnya menjadi 2 hal: To TRUST and to GIVE.
Selama saya hidup dan mengamati kehidupan, setiap kali kita berbicara
mengenai kasih, kita tidak bisa melepaskan diri dari MEMPERCAYAI dan
MEMBERI.
(Kalau Anda sudah menikah), mengapa Anda menikahi pasangan Anda?
Karena Anda mengasihi dia, yang dengan kata lain, karena Anda PERCAYA
kepadanya. Anda memasrahkan sisa hidup Anda bersama dengan dia karena Anda PERCAYA bahwa dia adalah orang yang terbaik untuk hidup
dengan Anda selamanya.
Semakin besar kita mempercayai, semakin besar pula kita mengasihi Dia.
Mengapa Yesus sanggup memberi kita nyawaNya, yaitu sesuatu yang paling berharga dalam diri seseorang? Karena Dia MEMPERCAYAI kita. Bahkan ketika Dia melihat manusia berteriak “salibkan Dia”, bahkan ketika
17
murid-murid yang paling dekat denganNya lari meninggalkan Dia (setelah
salah satunya mengkhianatiNya), Dia tetap memberi nyawa bagi manusia
karena Dia PERCAYA bahwa suatu saat manusia akan berpaling kepadaNya.
Dia mengasihi kita begitu rupa, itu sebabnya Dia mempercayakan nyawaNya untuk kita.
Karena begitu besar kasih (rasa percaya) Allah akan dunia ini , sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
YOHANES 3:16 | LAI
(dalam kurung adalah tambahan penulis)
Mengapa Allah memberikan putraNya yang tunggal untuk manusia yang
sebenarnya hina? Mengapa Dia memberikan hal yang sangat berkelas dan
mulia untuk kita makhluk yang kelasnya lebih rendah dari Dia? Karena begitu besar PERCAYAnya akan dunia ini!
Karena Dia masih percaya bahwa kita ini layak untuk diselamatkan, akan
kembali kepadaNya, dan akan menyambut uluran tanganNya!
Pada saat Anda bisa MEMPERCAYAI, Anda akan sanggup MEMBERI.
Kenapa Anda meminjami uang kepada teman baik Anda? Karena Anda
percaya padanya. Kenapa Anda menyumbang banyak-banyak kepada
yayasan sosial? Karena Anda percaya pada yayasan itu. Ketika Anda mempercayai, Anda sanggup memberi. Dengan kata lain, orang yang tak punya
kasih, kesulitan untuk mempercayai dan akibatnya ia sulit memberi juga.
18
“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan
orang akan menjadi dingin.”
MATIUS 24:12 | LAI
Inilah kondisi hari ini.
Yesus, ribuan tahun yang lalu, menubuatkan ini akan terjadi. Dan semua
nubuat ini kini sedang terjadi. Kita menjadi semakin sulit mempercayai
satu sama lain, orang dengan mudah berkhianat, menipu, memperdaya,
men’jahati, dan menelantarkan kita. Bertambahnya perilaku durhaka manusia membuat kita menjadi sulit percaya pada siapapun.
Dengan kondisi seperti ini, orang semakin menyimpan untuk dirinya
sendiri (atau untuk kumpulannya sendiri), sehingga semakin sedikit orang
yang berani memberi untuk sesamanya.
Saya pikir saya tak perlu menjelaskan panjang lebar untuk meyakinkan Anda bahwa dunia ini sedang krisis kasih. Dalam kondisi seperti ini,
harusnya gereja akan dengan mudah berdiri bersinar karena saat sekeliling kita kasihnya menjadi dingin, kita masih punya kasih yang hangat itu.
Tapi, kenyataannya tidak begitu bukan?
Faktanya, kasih dalam gereja juga sudah menjadi dingin. Di dalam (banyak
– tapi tak semua) gereja, rasa percaya menjadi sulit ditemui. Kita mulai
sulit mempercayai pemimpin kita sendiri, kita sulit mempercayai rekan
pelayanan kita, kita sulit mempercayai jemaat yang kita gembalakan.
Maka, jika ada orang yang belum kenal Yesus bersentuhan dengan ge-reja yang saling kehilangan rasa percaya, saling mencurigai satu sama lain,
saling menyerang dan saling antipati, kira-kira, bisakah dia berjumpa dengan sosok Yesus di dalam gambaran gereja yang seperti ini?
19
Kenapa kehadiran Yesus di bumi pada zamanNya menjadi seperti embun
sejuk di tengah tanah kering? Karena masyarakat waktu itu sedang hidup
dalam keadaan yang krisis kasih. Hukum yang berlaku diantara mereka
adalah mata ganti mati dan gigi ganti gigi. Mereka hidup dalam keadaan
dimana segala sesuatunya bersifat transaksional, untuk mendapatkan
sesuatu, Anda harus menukarnya dengan sesuatu yang lain.
Banyak janda yang terlantar dan tak dipedulikan hidupnya. Orang memikirkan keuntungannya sendiri dan mengamankan hidupnya sendiri. Dan
mempercayai orang artinya meresikokan diri untuk kecewa dan terluka.
Apalagi di dalam pemerintahan Romawi yang kasar dan kejam.
Maka, ketika Yesus “memberi pipi kiri sebagai bonus untuk pipi kanan”
dan “memberi jubah untuk bonus dari mendapat pakaian”, itu menjadi
sesuatu yang mengejutkan! Kasih yang sudah dingin selama beberapa
generasi mendadak menghangat ketika sesosok mentari itu muncul di
tengah-tengah mereka!
Klimaksnya, ketika Dia meregang nyawa di atas kayu salib.
Bukti dari semua yang Dia ajarkan selama ini bahwa seorang sahabat rela
memberi nyawa, dan bahwa karena Dia mempercayai kitalah, maka Dia
dengan sengaja “mengosongkan” diriNya, melupakan semua kemuliaanNya dan berkorban segala yang terbaik yang Dia miliki demi kita.
Maka nafas kasih inilah yang menghidupkan seluruh rasul-rasulNya di kemudian hari dan kehangatan kasih sebesar itulah yang membuat mereka
terus berlari ke berbagai penjuru dunia tanpa lelah untuk meneriakkan
“kalau kamu tak jumpai kasih di dunia manapun, kami punya kasih yang
kau cari itu! Namanya Yesus!”
Itulah gereja!
Meneriakkan kasih yang dipertontonkan Yesus sambil terus mempraktekkannya sebagai sebuah “platform demo” dimana orang bisa langsung
20
“mencoba”nya, merasakannya, dan diubah oleh kasih yang seperti itu!
Itulah gereja!
Semuanya diawali dengan mempercayai.
Sama seperti Yesus mempercayai sekumpulan nelayan hopeless yang tak
jelas. Sama seperti Yesus mempercayai Petrus yang sudah 3 kali menyangkali Dia (dengan sepenuh hati). Sama seperti Yesus yang mempercayai
para pendosa yang ia ajak makan bersama. Sama seperti Yesus yang mempercayai wanita pelacur. Sama seperti Yesus yang mempercayai penjahat
di samping salib hina itu. Dan sama seperti Yesus yang percaya kepada kita
saat dia berucap “sudah selesai” sambil menghembus nafas terakhirnya.
Bisakah kita mulai saling mempercayai satu sama lain sekarang?
Bisakah kita menghidupkan kembali kasih yang dingin itu?
Bisakah kita percaya bahwa dia tak akan “mencuri” jemaat kita, bahwa dia
tak akan membangun gereja sendiri dan memisahkan diri dari kita, bahwa
dia tak akan mengkorupsi uang persembahan, bahwa dia dengan gaya
menyanyinya yang berbeda itu sebenarnya juga mengabdi dan mencintai
Yesus dengan cinta yang sama besarnya seperti yang kita miliki?
Bisakah kita mempercayakan mimbar dan panggung kepada dia yang memang lebih ahli berkotbah? Bisakah kita mempercayakan penggembalaan
kepada dia yang memang lebih diurapi untuk melakukannya? Bisakah kita
mempercayakan divisi itu karena memang Tuhan jelas-jelas memberi dia
talenta untuk mengelolanya? Bisakah kita mempercayakan tanpa takut
kehilangan kemuliaan kita?
TAPI, DIA TAK BISA DIPERCAYA!
Oke, dia memang sudah terbukti berkali-kali korup. Oke, dia memang sudah berkali-kali merusak semuanya. Oke, mulutnya memang jahat dan
menyebar kebencian walau kita sudah berusaha mempercayainya dengan
21
tulus. Oke, sebagian orang memang tampak benar-benar tak bisa dipercaya! Bahkan bukti sudah berkali-kali memperlihatkan betapa durhakanya
perilaku orang-orang itu!
Tapi, bukankah kita juga begitu?
Menurut Anda, bisakah Yesus benar-benar percaya pada kita?
Setelah semua janji-janji rohani yang senantiasa Anda ucapkan dan
(berkali-kali) juga Anda ingkari. Setelah kesekian kalinya Anda bertobat,
jatuh, bertobat, jatuh, dan terus melakukannya (entah sampai kapan).
Setelah dosa-dosa “kecil” yang Anda selipkan di ruang-ruang sempit tak
terlihat. Setelah perasaan sombong dan kebanggaan pribadi atas semua
pelayanan hebat yang Anda bangun dan miliki (yang sebenarnya karena
kuasa Roh Kudus).
Masih bisakah sebenarnya Yesus mempercayai kita? (maksud saya, BENAR-BENAR mempercayai 100%!)
Bukankah manusia itu susah dipercaya? Dengan kata lain, manusia itu tak
layak dikasihi.
Lagu “Amazing Grace” melukiskan dengan jelas ketika John Newton memakai kata “wretch” (bajingan) untuk menggambarkan kondisi kita di hadapan kasih karuniaNya.
Tapi itulah yang membuat kasih Yesus justru tampak makin besar dan
mengagumkan! Karena setelah Dia mengetahui semua kartu kita dan jelas-jelas melihat betapa payahnya kita dalam urusan dipercayai, Dia tetap
mempercayai kita juga dengan turun ke bumi dan naik ke atas salib!
Sebagian orang menyebutnya “bodoh”, tapi saya menyebutnya “kasih”.
22
Lagian, mempercayai bukan berarti Anda harus setuju. Mengasihi bukan
berarti Anda harus selalu memeluk dan membelai.
Saat seorang pemuda terjerat narkoba, mungkin sang orang tua terpaksa
mengkarantina dia, menjauhkan dia dari siapapun, mengisolasi, membiarkan dia kesakitan dan “tampak menderita” justru karena kasih mereka
kepadanya. Justru karena sang orang tua masih berusaha mempercayai
bahwa anaknya bisa pulih, maka ia menempuh jalan “keras” tersebut.
Mengasihi bukan berarti Anda harus membiarkan dia melakukan kejahatan itu berulang-ulang sambil menutup mata. Bukan.
Mengasihi adalah sikap hati. Beberapa orang memukul dengan sikap hati
mengasihi, beberapa memukul dengan sikap hati membenci. Bukan memukulnya yang harus dipermasalahkan, tetapi bagaimana sikap hati kita.
Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk kita tidak mengasihi, terutama
diantara kita sendiri sesama gerejaNya.
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan
ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa
takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
1 YOHANES 4:18 | LAI
Mengapa kita takut jabatan kita berakhir? Karena kita tak percaya dengan
para penerus kita.
Mengapa kita takut jemaat kita habis? Karena kita tak percaya dengan
kualitas jemaat kita (atau kualitas kita sendiri).
Mengapa kita takut mempercayakan sebuah tanggung jawab? Karena kita
tak percaya dia akan setia
23
Mengapa kita takut miskin dalam pelayanan? Karena kita tak percaya dengan Tuhan yang memelihara
Mengapa kita takut dia akan buka gereja sendiri? Karena kita tak percaya
dengan tujuan dia melayani
Terlalu banyak ketakutan dalam gereja karena kita gagal mempercayai,
baik mempercayai orang lain, maupun mempercayai Tuhan sendiri. Pada
saat kita kehilangan rasa percaya dan ketakutan mengambil alih, kasih
menjadi dingin. Dan saat kasih gereja menjadi dingin, maka gereja menjadi tidak ada bedanya dengan tempat lain manapun di dunia.
Jika demikian, masihkah kita bisa disebut gereja?
MEMBERI
Sekarang soal memberi. Saya paham sudah terlalu banyak pengajaran tentang memberi. Saya yakin Anda juga lebih ahli mengajarkan dan mengkotbahkannya.
Namun ijinkan saya hanya menyampaikan sedikit saja.
Pada saat saya membaca kitab Kisah Para Rasul, para jemaat mula-mula,
gereja mula-mula, begitu heboh dan fenomenal karena cara mereka dalam
memberi. Tidak pernah terjadi dalam sejarah sekumpulan orang bersatu
begitu lekat dan kepunyaan seseorang menjadi kepunyaan bersama.
Bahkan, saya menilai mereka cukup ekstrim dalam memberi.
Bayangkan jika hari ini semua aset yang Anda miliki, Anda jual dan hasilnya
Anda bawa kepada pemimpin komsel Anda. Dan bukan hanya Anda, semua orang dalam komsel itu melakukan hal yang sama (termasuk si pemimpin komsel). Lalu, hasil gabungan itu dipakai untuk membiayai hidup
24
semua anggotanya secara merata. Dan itu terus-menerus berlangsung
setiap hari! Sampai dikatakan tidak ada lagi yang berkekurangan diantara
mereka!
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup
dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang
mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil
penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasulrasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
KISAH PARA RASUL 4: 32-35 | LAI
Dibutuhkan rasa percaya (kasih) yang amat sangat besar untuk melakukan
itu bukan?
Tapi mereka sanggup melakukannya, karena kasih Yesus yang malah jauh
lebih besar sudah “merasuki” mereka.
Dan orang-orang di sekitar mereka, tentu saja takjub dan tergila-gila melihat gaya hidup “penuh kasih” seperti ini! Apalagi dengan dinginnya kasih
yang mereka rasakan atas dunia ini, maka ketika mereka melihat ada “apiapi unggun kasih” yang menyala di rumah-rumah para jemaat gereja mula-mula, jelas itu menarik mereka dengan cepat.
Dan saat mereka masuk di dalamnya dan mengalaminya, kasih itu dengan
cepat melumerkan setiap trauma ketika mereka ditinggalkan, dikhianati,
25
dikecewakan, dan disisihkan. Kasih Yesus dengan cepat mengambil alih
hati mereka yang tadinya kering dan gersang menjadi hidup kembali!
Saya tidak sedang berbicara mengenai uang, sama sekali bukan itu!
Anda bisa menguasai dan mengontrol orang dengan uang. Ya Anda bisa.
Saya melihat banyak orang melakukannya. Saya melihat banyak pelayan
Tuhan melakukannya. Dan saya melihat banyak gereja juga mencoba melakukannya. Dan saya juga banyak melihat orang-orang kaya mengontrol
gereja dengan uangnya.
Yang mengubah hidup banyak orang waktu itu bukan bagi-bagi hartanya!
Yang mempesona mereka adalah “kok ada yang mau melakukan itu!” The
way they live that change people!
Mereka hidup seperti Yesus hidup, itu sebabnya gereja mula-mula begitu
transformasional.
Saya yakin mereka bukan hanya memberi dan berbagi soal uang. Saya
yakin mereka akan berbagi ilmu, berbagi obat, berbagi makanan, berbagi
pencaharian, berbagi pakaian, dan berbagi apa saja (kecuali berbagi suami
istri mereka tentunya!).
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.
Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi
pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu
berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
2 TIMOTIUS 3:1-2 | LAI
26
Seperti yang Yesus katakan, kasih semakin dingin. Paulus makin menegaskan dengan menyatakan bahwa orang semakin self center.
Mereka menyimpan peluang dan kesempatan untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan pengetahuan dan trik untuk diri mereka sendiri.
Mereka menyimpan resource untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan jalur supplier untuk diri mereka sendiri. Mereka menyimpan konsumen untuk diri mereka sendiri. Dan mereka juga menyimpan mimbar
dan pelayanan untuk diri mereka sendiri!
Tidak ada yang mau berbagi dan memberi, itu sebabnya kita begitu mudah haus (dan tertipu) dengan promosi “gratis” atau hal-hal yang berbau
“berbagi”. Kenapa? Karena itu langka! Siapa yang mau melakukannya?
Kalau toh ada, pasti ada strategi di balik semua itu.
Siapa yang mau benar-benar tulus berbagi hal-hal penting dan berharga?
Gereja mula-mula melakukannya dalam komunitas mereka. Mereka tak
perlu teriak-teriak, atau datang ke acara-acara “Car Free Day” untuk mempropagandakan kasih Yesus. Mereka Cuma hidup berbagi dan memberi
yang dilandasi rasa saling percaya. Dengan kata lain, mereka cuma hidup
saling mengasihi! Itu saja!
Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat sebuah ledakan kasih
yang fenomenal.
Inti dari semua urusan memberi ini bukan di uangnya. Kalau Anda seorang
konglomerat dengan kekayaan triliunan, membagi-bagi uang 1 milyar bukanlah hal sulit bagi Anda. Walau itu masuk kategori memberi, tapi itu
tidak masuk dalam kategori memberi dalam kamus Yesus.
Oh ya? Kenapa saya bisa tahu itu?
27
“Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat
juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini
memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua
memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi
dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
LUKAS 21:1-4 | LAI
Definisi memberi yang diakui Yesus adalah sampai terjadinya pengorbanan. Pengorbanan artinya ada sesuatu yang kita rasa kehilangan. Ada rasa
sakit yang muncul akibat ada bagian penting dalam diri kita yang terambil.
Itulah memberi. Sampai itu terjadi, Anda belum benar-benar memberi.
Saya yakin tidak mudah untuk jemaat gereja mula-mula hidup dalam gaya
memberi yang seekstrim itu.
Pasti ada masa-masa ketika seseorang harus menenangkan diri, melihat
buku rekeningnya untuk terakhir kalinya, memandangi motor favoritnya
sebelum dijual, dan mungkin karaoke sepuas-puasnya karena besok mesin
karaoke itu akan dibawa ke tempat pelelangan. (tentu saja mereka tidak
memiliki semua itu pada zaman itu, ini hanya untuk membuat Anda lebih
memahami perasaan mereka waktu itu).
Tapi sekali lagi, Bapa di surga mengawali semuanya dengan menanggung
rasa sakit yang teramat besar ketika Dia mengorbankan anak-Nya Yesus
Kristus. Max Lucado dalam salah satu bukunya menggambarkan adegan
penyaliban Yesus adalah adegan yang membuat surga hening dalam kedukaan yang mendalam karena sang Kekasih Surga harus teraniaya untuk hal
yang sebenarnya tak pantas Dia tanggung.
28
Perasaan sakit yang sama besarnya yang ditanggung Yesus sang Anak ketika Dia berkorban posisi muliaNya di surga, hidup dalam keterbatasan sebagai manusia, menanggung semua hukuman paling sadis untuk dosa-dosa kita, dan didirikan sebagai monumen kehinaan di atas kayu salib hingga
teriakan “BapaKu mengapa Engkau meninggalkan Aku” terdengar begitu
desperate dan merana.
Bukankah berkali-kali kita mengucapkan bahwa “Dialah yang terlebih dulu
mengasihi kita”?
Jadi, menutup bagian ini. Apakah esensi gereja?
Gereja adalah tempat demontrasi kasih Yesus melalui praktek yang mereka lakukan setiap hari yang saling berkorban untuk satu sama lain karena
mereka saling mempercayai satu sama lain.
Terdengar indah ya? Tapi untuk melakukannya? Saya tahu tidak semudah
menulis dan mengucapkannya. Tapi Kisah Para Rasul membuktikan bahwa
ini pernah dan sudah dilakukan sebelumnya.
Justru ketika kita bertanya-tanya apakah ini bisa dilakukan atau tidak, maka
sebenarnya kita perlu memeriksa apakah kasih Yesus sudah pernah menyentuh hidup kita atau belum. Karena orang yang belum “dirasuki” kasih
Kristus memang akan mustahil bisa melakukan ini, tapi kalau kita adalah
kumpulan orang-orang yang sudah dan terus “dirasuki” kasih Yesus, bukankah seharusnya ini yang hal yang sangat masuk akal untuk dilakukan?
Jika gereja dijalankan oleh orang-orang yang belum atau tidak lagi “dirasuki” kasih Yesus, maka bukankah itu artinya kasih sudah meninggalkan
gereja itu? Kalau kasih sudah tiada, bukankah itu artinya Yesus juga sudah
tidak disana lagi? Lalu kalau Yesus sudah hilang juga, masihkah ia disebut
gereja?
Jangan-jangan kita harus berhenti berdoa supaya kasih Kristus menyentuh
dunia. Jangan-jangan kita harus berdoa supaya kasih Kristus menyentuh
gerejaNya lebih dulu.
29
- CHAPT. #3 -
THE RELATING GOD
Unsur kedua yang ada dalam Yesus
adalah:
30
#2 RELATIONSHIP
gilan untuk seorang ayah yang
sangat akrab, seakrab ketika kita
memanggil ayah kita dengan sebutan “papa”, “daddy”, “dad”, dan
sebutan-sebutan akrab lainnya.
Selama 20 tahun saya menjadi
orang Kristen, yang membuat saya
terkagum-kagum dengan Kristus
adalah kenyataan bahwa diantara
semua “tuhan” yang ada di dunia
ini, Dialah satu-satunya yang dengan jelas-jelas menunjukkan diri
sebagai The Relating God.
Yohanes 15 lebih fenomenal, Yesus
tidak lagi menyebut kita hamba,
tetapi kita dipanggilnya sebagai
SAHABAT! Dan lebih jauh dari
semua itu, kita bahkan diproyeksikan akan menjadi KEKASIH! Seperti mempelai yang menyongsong pesta pernikahan!
Pernahkah Anda bertanya-tanya
kenapa Tuhan menyebut dirinya
Allah “BAPA” dan “ANAK”? Kenapa
Dia memposisikan Yesus sebagai
yang SULUNG (kakak) bagi kita
semua? Bahkan yang paling menarik ketika Roma 8 menyebutkan
bahwa karya yang dilakukan Yesus
membuat kita menjadi mungkin
menyebut Allah dengan panggilan “Abba ya Bapa” yaitu pang-
Tidak ada agama atau “tuhan” lain
yang bersedia relate dengan kita
sepersonal dan sedalam ini. Ini
menunjukkan bahwa relationship
adalah sebuah unsur mutlak yang
ada di dalam Tuhan kita.
Tidak heran manusia begitu membutuhkan relationship satu sama
lain dan merasa seperti mati ketika ia ditinggal sendirian tanpa ter-
hubung dengan siapapun. Bukankah kita diciptakan dengan nature yang
sama seperti Tuhan? Termasuk nature untuk relate.
Dan itu belum apa-apa, yang ini lebih menggemparkan lagi:
Tahukah Anda, tujuan paling utama Yesus turun ke dunia dan mati di atas
kayu salib ternyata bukanlah untuk menebus dosa manusia! Bukan itu
yang paling utama.
Yang paling utama adalah, Dia ingin MEMULIHKAN HUBUNGAN kita dengan Bapa!
Menebus dosa adalah cara supaya hubungan kita dengan Bapa dibereskan. Dosa adalah perintang diantara kita dan Bapa. Maka, Yesus bersedia
melakukan apapun caranya (termasuk mengorbankan diri) untuk supaya
penghalang itu hilang dan kita dengan penuh keberanian bisa menghampiri lagi Bapa.
Begitu pentingnyakah hubungan Bapa kepada kita? Sampai-sampai Yesus
harus berkorban? Bukan karena kita yang terlalu keren sebenarnya, tapi
karena Tuhan begitu menghargai relationship. Dia tidak bisa membuang
kita begitu saja dan kemudian menciptakan makhluk lain menggantikan
kita.
Maka sebegitu hebatnya Yesus menghidupi relationship, begitu pula seharusnya gereja.
Apakah esensi gereja?
Gereja adalah tempat dimana hubungan dipulihkan. Hubungan dengan
Bapa dan hubungan diantara kita sendiri.
Gereja adalah tempat bertemunya semua kasta, ras, perbedaan, dan semuanya terhubung karena kasih Kristus yang saling mempercayai dan kesediaan berkorban.
31
Dari sekian banyak kisah fenomenal yang dilakukan oleh Yesus, barangkali kebiasaanNya untuk berdekatan dengan pendosa dan kaum terbuang
adalah salah satu yang paling menggegerkan dan sering menjadi masalah
bagi sebagian orang.
Budaya pengkastaan yang kuat pada masa itu memang membuat apa
yang Yesus lakukan seolah-olah seperti merusak tatanan sistem sosial
yang sudah tersusun demikian rapi dan kokohnya selama bertahun-tahun.
Tapi sadarkah Anda bahwa apa yang coba Yesus lakukan sebenarnya adalah mengembalikan hakikat relationship itu sendiri. Dia menerobos dan
meruntuhkan semua tembok-tembok yang dibangun untuk memisahkan
manusia satu sama lain berdasarkan kelas-kelas tertentu.
Karena penebusan Yesus meruntuhkan tembok bagi siapapun dengan
model seperti apapun untuk bisa bertemu dengan Bapa, maka seharusnya diantara sesama manusia sendiri juga tidak boleh ada tembok yang
menghalangi terwujudnya relationship itu.
Gereja seharusnya memang menjadi tempat yang bisa menerima siapa
saja sama seperti Yesus yang bisa makan malam bersama siapa saja, baik
orang terhormat maupun para pendosa dan bahkan para nelayan.
CONNECTING LOVE
Ini sebenarnya bukan soal susunan kelas sosial. Ini sebenarnya soal hubungan. Anda tidak bisa memberi dampak kepada orang yang tidak terhubung
dengan Anda. Anda tidak bisa mempraktekkan kasih tanpa saling terhubung. Percuma Anda mendengar kotbah tentang kasih kalau tak saling
terhubung dengan satu sama lain, karena sama saja kasih itu takkan pernah menjadi kenyataan tanpa adanya hubungan.
Banyak kali gereja gagal memberikan dampak untuk kelompok masyarakat
tertentu karena gereja hanya memposisikan sebagai outsider yang mencoba menolong mereka.
32
Yesus tidak menjadi outsider, Dia menjadi bagian dari kelompok
masyarakat itu dan terhubung dengan mereka. Ketika bersentuhan dengan orang berdosa, Dia tidak memposisikan diri seperti ahli taurat yang
berdiri di luar lingkaran pendosa itu seolah-olah orang yang asing dan berbeda “habitat”.
Dan kembali lagi, untuk terhubung dengan seseorang Anda harus bisa
mendapat kepercayaan dan juga mempercayainya, dan untuk itulah Anda
harus siap berkorban. Disinilah mengapa tanpa adanya esensi kasih, takkan terwujud esensi relationship.
Tanpa Kristus, tidak akan ada kasih, dan tanpa kasih, tidak akan terbangun
hubungan. Tanpa hubungan? Segala sesuatu terhenti.
Maka saya percaya, bahwa membangun relationship dengan Tuhan dan
dengan sesama (seperti 2 hukum yang terutama) adalah esensi gereja. Ketika Anda hadir di sebuah gereja dan merasa menjadi seperti orang asing
yang tak saling terkoneksi satu sama lain, mungkin Anda perlu bertanyatanya benarkah Anda sedang berada dalam sebuah gereja?
Lebih parah lagi, kalau sampai Anda hadir di sebuah tempat yang Anda
sama sekali tak terkoneksi dan asing dengan satu sama lain, DAN Anda
juga merasa tidak terkoneksi dengan Tuhan disana! Mungkin ini kedengaran konyol, tapi sesungguhnya (banyak – tapi tak semua) “gereja” yang
seperti ini. Inilah gereja-gereja yang terhilang...
Jemaat gereja mula-mula yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul jelas
gereja yang terus-menerus berfokus kepada relationship vertical-horizontal. Mereka terus bertekun untuk mengenal Tuhan tapi juga sekaligus terbangun ikatan satu sama lain yang kuat.
33
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau
berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang,
tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara
lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya
mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara
mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain
dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa
dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin
diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Sama seperti
Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang
kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
2 TIMOTIUS 3:1-8 | LAI
Dari 18 ciri manusia akhir zaman yang Paulus sebutkan, separuhnya adalah masalah hubungan. Dan ini sedang terjadi di depan mata kita setiap
hari dan bukan hal yang susah ditemukan lagi.
Hari-hari ini hubungan menjadi sesuatu yang langka. Secara formal, banyak keluarga yang terbentuk, tapi di dalam keluarga-keluarga ini, hubungan telah lama putus. Saya sebagai orang yang selama 5 tahun terakhir
ini bergelut dalam pelayanan anak muda dan terus-menerus mengamati
dan mencoba meneliti anak-anak muda hari ini, menemukan kenyataan
bahwa problem hilangnya bapa untuk generasi ini masih menjadi masalah
yang belum terselesaikan.
34
Lalu, sebagai trainer Kecerdasan Emosi (EQ), sudah tak terhitung berapa
kali di sela-sela training yang saya berikan, selalu ada peserta yang curhat
mengenai kritisnya pernikahan mereka, hubungan ayah-anak, hubungan
ibu-anak, dan juga hubungan-hubungan keluarga lainnya. Padahal konteks
training yang saya bawakan topiknya sama sekali bukan tentang keluarga.
Belum lagi curhatan orang-orang yang pahit hati, kecewa, dan sakit perasaannya karena perlakuan atasan, pemimpin, rekan kerja, klien, pacar,
sahabat, dan orang-orang yang tadinya mereka percayai (dan kasihi). Tak
terhitung kisah hubungan rusak yang sudah kita saksikan di sekitar kita.
Ini menunjukkan bahwa kehancuran hubungan sedang terjadi dimanamana meski orang berusaha keras menutupinya.
Gereja sekali lagi, seharusnya menjadi mercu suar yang berteriak “disinilah
hubungan dipulihkan”.
dan ia akan berjalan mendahului Tuhan x dalam roh dan kuasa Elia 1 y
untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya 2 z dan
hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan
demikian menyiapkan bagi Tuhan a suatu umat yang layak bagi-Nya
LUKAS 1:17 | LAI
Namun, sekali lagi pula, kita harus menjumpai fakta (banyak – tapi tak
semua) gereja yang justru menjadi “reality show” hancurnya hubungan
yang ditonton publik dan menjadi bahan pembicaraan seru di dunia maya
maupun di ruang-ruang gosip kita.
Jika seseorang datang kepada gereja, dan dia masih tetap merasa terasing.
Jika seseorang datang kepada gereja dan dia tak menemukan bapa.
Jika seseorang datang kepada gereja dan tidak ditemukan hati-hati anak.
35
Jika seseorang datang kepada gereja dan kasih persaudaraan tak dapat
dijumpai disana.
Jika seseorang datang kepada gereja dan tidak ada pemulihan hubungan.
Lalu harus kemana lagi orang ini harus mencari?
Dan jika gereja tak mampu lagi menunjukkan pemulihan hubungan, baik
dengan Bapa maupun dengan sesama, untuk apa gereja ada?
Masihkah ia bisa disebut gereja?
36
- CHAPT. #4 -
KINGDOM LIVING
Unsur Ketiga dalam Yesus adalah:
#3 KERAJAAN ALLAH
DAN SEMUA KEBENARANNYA.
Yesus adalah representasi kerajaan
Allah. Yesus juga adalah kerajaan
Allah itu sendiri. Maka tidak heran
di sepanjang pelayanannya, Yesus
berulang-ulang terus mengajarkan
tentang kerajaan Allah. Bahkan,
ketika Yesus bangkit kembali setelah 3 hari kematianNya, selama 40
hari Dia terus mengajarkan tentang Kerajaan Allah.
Bagi saya, jelas sekali hal Kerajaan
Allah amat sangat penting kalau
sampai Yesus memperlakukannya
dengan cara yang demikian. Seolah-olah, di waktu yang terbatas
ketika di bumi, Yesus ingin sebisa
mungkin memberikan gambaran
dan penjelasan mengenai prinsipprinsip kerajaan Allah.
37
Dan saya yakin, tujuan Yesus begitu getol mengulang-ulang semua pengajaran kerajaan Allah ini
adalah karena Dia ingin gerejaNya
hidup dalam gaya hidup kerajaan
Allah ini. Dia ingin kerajaan Allah
hadir di bumi melalui gerejaNya,
maka ketika Dia ada di bumi, selain Dia memberikan contoh dan
menjadi role model bagi muridmuridNya, Dia juga mengajari
mereka semuanya, supaya ketika
Dia kembali ke surga, gerejaNyalah
yang akan meneruskan kehadiran
kerajaan Allah di bumi ini.
Maka, saya membayangkan betapa kecewanya Yesus kalau gerejaNya bukan hanya tidak lagi
mengajarkan kebenaran kerajaan
Allah, tetapi juga sudah lupa untuk
mempraktekkannya. Gereja tanpa
kerajaan Allah? Saya tidak yakin
itu bisa disebut gereja.
Dunia tidak pernah berhenti mencari-cari kebenaran.
Hari-hari ini, lebih-lebih lagi kebenaran menjadi semakin kabur karena
mendadak semua orang punya versi kebenarannya masing-masing dan
ketika kita mencoba mencernanya, semuanya nampak masuk akal. Lalu
kita mulai bertanya-tanya yang manakah kebenaran? Itu sebabnya muncul teori kebenaran relative karena apa yang dianggap seseorang benar,
bisa saja menjadi kesalahan bagi orang lain dalam kondisi dan situasi yang
berbeda.
Yesus sudah bisa membaca ini. Itu sebabnya Dia ingin kebenaran Kerajaan
Allah diajarkan dan dihidupi sampai menjadi bagian dari diri kita agar kita
tidak diombang-ambingkan oleh “kebenaran-kebenaran” lain.
Pernyataan Yesus sebagai “Akulah Jalan, KEBENARAN, dan Hidup” juga
menegaskan kepada kita bahwa kebenaran Kerajaan Allah yang Dia hidupi, lakukan, dan ajarkan adalah kebenaran absolut yang dibawa oleh
Tuhan untuk dihadirkan di dunia ini.
Lalu mengapa gereja tidak lagi menjadi pusat kebenaran? Mengapa gereja
justru ditinggalkan dan tidak diperhitungkan jika sudah berkaitan dengan
urusan kebenaran?
Karena kita sudah tidak lagi bertekun dengan Kerajaan Allah dan semua
kebenarannya.
Kita lebih bertekun kepada hal-hal lain yang sebenarnya hanyalah “tambahan” (aksesoris) saja.
Saya tidak perlu mengulang ayat emas kita bersama di Matius 6:33 bukan?
Hal yang mencolok dalam gaya hidup gereja mula-mula adalah mereka setiap hari bertekun dalam pengajaran para rasul. Menurut Anda apa yang
akan diajarkan para rasul itu tiap hari? Stress management? Rahasia menjadi kaya? Bagaimana meningkatkan karir? Financial Planning? Leadership
for Success? Bagaimana komunikasi persuasive? Negotiation Skill?
38
C’mon, mereka cuma nelayan. Darimana mereka akan memahami ilmuilmu canggih itu?
2 hal yang paling mereka kuasai hanyalah pekerjaan masa lalu mereka (dunia per’nelayan’an, pemungutan cukai, dan apapun profesi mereka sebelumnya), dan jelas yang kedua adalah tentang KERAJAAN ALLAH!
Saya berani bertaruh dalam pengajaran tiap malam itu, Petrus tidak akan
berbicara tentang teknik menangkap ikan dan bagaimana membuatnya
menjadi ikan asin yang bisa dijual untuk meningkatkan kualitas hidup!
Saya berani bertaruh yang mereka ajarkan setiap hari adalah apa yang
Yesus ajarkan kepada mereka setiap hari juga, yaitu KERAJAAN ALLAH
dan semua kebenarannya! Selama sekitar hampir 4 tahun hanya itu yang
mereka dengar dan saksikan!
Itu sebabnya, gereja yang tidak lagi mengajarkan apa yang Yesus ajarkan pada waktu Dia masih di dunia, berarti berhenti mengajarkan tentang kerajaan Allah. Jika gereja tidak lagi diajar tentang kerajaan Allah,
bagaimana mungkin mereka akan hidup di dalamnya?
HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH
Bagaimana gereja mula-mula mampu mengajarkan kerajaan Allah dengan
luar biasa? Karena mereka menghidupi semua prinsip-prinsip kerajaan Allah. Semula, ketika mereka masih bersama Yesus, saya yakin mereka pasti
belum menangkap sepenuhnya dan masih ragu-ragu apakah prinsip-prinsip itu benar-benar cocok untuk mereka.
Namun kebangkitan Yesus dan 40 hari ekstra berikutnya adalah hari-hari
dimana kerajaan Allah di”embed” dalam diri mereka. Itu sebabnya mengajarkannya ulang bukanlah hal yang sulit. Mereka sudah mempraktekkan
dan hidup di dalamnya!
39
Gereja takkan bisa mengajarkan kerajaan Allah sebelum gereja mampu
hidup di dalamnya. Seperti seseorang takkan pernah bisa mengajarkan
cara berenang sebelum ia sendiri mampu masuk ke dalam air dan berenang di air.
Mengapa mereka bisa menghidupi prinsip kerajaan Allah yang sebenarnya
aneh, berlawanan dengan hukum dunia, dan seringkali tampak konyol untuk dilakukan? Mengapa mereka bisa hidup baik-baik saja dengan keadaan
“melawan” dunia? Mengapa mereka malah semakin berkembang padahal
hidup dalam aliran yang kontras dengan seharusnya?
Karena mereka hidup dengan saling mempercayai dan berkorban satu
sama lain. Mereka punya kasih yang saling menjaga satu sama lain, dan
kemudian mereka punya relationship yang kuat.
Percayalah saya, asalkan Anda punya sekelompok orang yang sehidup
semati dengan Anda, maka meski Anda harus hidup dengan cara yang
sangat berbeda sekalipun dengan sekeliling Anda, maka Anda pasti tetap
akan baik-baik saja, itulah kekuatan kasih dan relationship. Apalagi jika itu
dilakukan oleh komunitas berjumlah 3000 orang lebih (jumlah yang bertobat dalam kotbah Petrus yang diindikasikan sebagai gereja mula-mula).
Bahkan cara hidup “aneh” itu malah menarik perhatian karena terbukti
menghasilkan hal-hal luar biasa yang tak pernah mereka jumpai selama
ini. Disinilah kebenaran kerajaan Allah mulai mengambil alih kebenaran
dunia melalui gaya hidup menghadirkan kerajaan Allah setiap hari dalam
komunitas mereka.
Mengapa hari-hari ini kita terasa sulit menerapkan prinsip Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus dalam kotbah-kotbahNya? Mengapa itu terasa
seperti to good to be true dan hanya enak didengar tapi susah dilakukan?
Barangkali karena kasih dan relationship kita tidak cukup untuk menopang
kita sebagai gereja, sehingga saat kita mencoba melakukan kebenaran
kerajaan Allah itu, kita terlibas oleh hukum dunia.
40
Ada alasannya mengapa Yesus memilih 12 orang dalam kelompokNya dan
tidak memutuskan untuk mengerjakan semuanya sendirian. Ada alasan
mengapa Yesus seolah-oleh terindikasi membagi kelompok 12 muridNya
dalam kelompok-kelompok kecil berdua atau bertiga.
Mempraktekkan kerajaan Allah adalah hal yang menantang dan berat,
sehingga tanpa kasih dan relationship yang menjaga, akan menjadi sulit
untuk melakukannya.
Mengapa orang menjadi tidak percaya dengan kebenaran Kerajaan Allah
yang kita beritakan? Mengapa mereka mentertawakannya?
Karena mereka tidak punya bukti kuat bahwa kebenaran itu berhasil dan
menunjukkan diri sebagai sebuah kebenaran absolute yang mengalahkan
“kebenaran” lain.
Ketika gereja berhenti bertekun dalam pengajaran kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semakin sedikit orang yang mengerti. Dan jika mereka
tidak begitu mengerti, bagaimana mereka akan mempraktekkannya? Dan
jika mulai tak ada yang menghidupi dan mempraktekkannya, bagaimana
dunia bisa melihat kerajaan Allah dan kebenarannya itu? Dan jika dunia
tak bisa melihat “contoh demo”nya, bagaimana mereka mau mempercayai kebenaran kerajaan Allah itu?
Itu sebabnya ketika sesekali kita coba meneriakkan kebenaran Kerajaan
Allah itu, mereka akan membalas dengan berkata “kamu dulu deh hidup
kayak gitu, coba lihat hasilnya kalo bagus aku ikutan…”
Sayangnya, tidak banyak gereja hari ini yang berhasil menunjukkan pada
dunia bahwa kebenaran “aneh” yang mereka tertawakan itu terbukti menjadi satu-satunya jawaban karena mereka keburu frustasi dengan betapa
sulitnya hidup dalam prinsip kerajaan Allah.
41
Kalimat “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN kepadamu” menunjukkan kepada kita
bahwa segala hal diluar kerajaan Allah hanyalah tambahan semata. Tambahan tidak boleh menggantikan yang utama.
Ketika gereja mulai bertekun pada yang tambahan dan meninggalkan
yang utama, maka gereja telah terhilang.
42
- CHAPT. #5 -
WHERE IS THE POWER?
Unsur keempat yang ada dalam
Yesus adalah:
(bahkan Yesus bilang kita akan
melakukan LEBIH dari yang pernah
Dia lakukan sewaktu di bumi!).
#4 KUASA
Kehilangan yang paling besar yang
saya rasakan selama 10 tahun terakhir adalah hilangnya kuasa dari
tengah-tengah (kebanyakan –tapi
tak semua) gereja.
Tidak diragukan lagi, apa yang
membuat Yesus berbeda dengan
para imam dan ahli taurat itu adalah kuasa yang nyata-nyata hanya
bisa dilakukan olehNya.
Mereka takjub mendengar
pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang
berkuasa, tidak seperti ahli-ahli
Taurat.
MARKUS 1:22 | LAI
Maka, jika gereja adalah Yesus
dan Yesus adalah gereja, sudah
seharusnya juga kita sebagai gerejaNya memiliki kuasa yang sama
43
Saya masih ingat masa-masa dimana kotbah yang buruk, sound
system yang payah, gitar dengan
senar berkarat, dan pelayan Tuhan
yang “culun” sama sekali tidak
menghentikan orang untuk berjumpa dengan Yesus karena ada
kuasa yang bekerja.
Saya masih ingat waktu-waktu dimana doa di kamar-kamar tersembunyi sanggup melantakkan hati
orang paling keras sekalipun.
Dan saya masih ingat dimana ucapan 1 kalimat “kamu butuh Yesus”
seolah-olah seperti bom atom
yang bisa membuat seseorang yang bertahun-tahun menolak Tuhan tibatiba tersungkur seperti anak kecil sambil bertobat.
Semua itu karena kuasa, bukan karena strategi, teknik, dan skill.
Memang itu masih terjadi, tapi frekuensi dan “kepekatannya” tidak seperti dulu lagi.
Suatu hari, seseorang berkata kepada saya bahwa pada zaman dahulu Tuhan bekerja dengan banyak mukjizat. Pada tahun 80an, KKR kesembuhan
Ilahi adalah cara Tuhan menyatakan lawatanNya.
Dia lalu berkata bahwa era itu sudah selesai. Dia meyakini bahwa sekarang
adalah era “Character Building”, dimana Tuhan bergerak melalui pengajaran-pengajaran self development yang kontekstual dan relevan dengan
budaya modern kita.
Secara pribadi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan perkataannya. Bagi
saya, jelas sekali bahwa kuasa dan mukjizat adalah bagian dari Yesus yang
tak pernah bisa dipisahkan. Kemanapun Dia pergi, selalu terjadi demonstrasi kuasa Tuhan.
Lalu, bagaimana mungkin, kalau bagian dari diriNya itu, tiba-tiba berhenti,
selesai, finish, tamat, dan digantikan oleh hal lain yang sebenarnya hanyalah “ilmu pengetahuan”?
Saya sebagai seorang trainer yang jungkir balik mempelajari semua pengetahuan mulai Law of Attraction (LOA), NLP, Hypnotherapy, Psikologi
personality, EQ, AQ, Leadership, Communication Skill, Human Performance Troubleshooting, Negotiation Skill, Time Management, Persuasive
Speaking, Accelerated Writing, hingga Business Development, Financial
Management, dan semua ilmu-ilmu “keren” itu, meyakini betul bahwa semua itu dilandasi secara kuat oleh science.
Dan siapakah pencipta ilmu pengetahuan? manusia. Ilmu pengetahuan
hanyalah hasil pembelajaran manusia atas dirinya, alam semesta, makhluk
lain, dan dunia ini.
44
Bagaimana mungkin, hasil produk manusia (yang notabene manusia itu
sendiri adalah produknya Tuhan) menggantikan Tuhan itu sendiri?
kita yang adalah manusia saja tidak mungkin menggantikan Tuhan, apalagi
ilmu pengetahuan yang adalah produk manusia?
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan
mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam
bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular,
dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat
celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang
itu akan sembuh.
MARKUS 16:17-18 | LAI
Menurut ayat di atas, kuasa akan menjadi sebuah marking dari gereja Tuhan. Kuasa adalah bagian tak terpisahkan dari gereja sama seperti kuasa
adalah bagian tak terpisahkan dari Kristus.
Seperti yang saya selalu katakan berulang-ulang di berbagai kesempatan.
Character building inspire people and try to guide people to change. But
only God’s power that can transform people!
Sebagai trainer yang sudah mengajar di berbagai perusahaan, di berbagai
level audience, dan berjumpa dengan banyak kasus psikologis dan perilaku
aneh-aneh, saya menemukan kenyataan keterbatasan ilmu pengetahuan.
Ada kasus-kasus dimana terapi dan konseling semata tidak mampu membawa sebuah transformasi. Saya bisa mengubah beberapa hal, tapi ada
bagian-bagian yang tak tersentuh dan tak terjamah. Saya yakin, hanya
kuasa Tuhanlah yang sanggup melakukan bagian itu.
Itu sebabnya gereja menjadi jawaban, karena ada problem-problem di dunia ini yang tak bisa diselesaikan hanya dengan ilmu pengetahuan.
45
Saya mengerti, generasi muda hari ini begitu terkoneksi dengan ilmu
pengetahuan. Itulah yang membuat mereka menjadi generasi yang harihari ini lebih kuat memperbandingkan alkitab dengan science dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Memang kita perlu mempelajari ilmu pengetahuan untuk membuat pengajaran kerajaan Allah menjadi lebih “membumi” dan sesuai dengan “bahasa” generasi modern.
Namun, adalah hal yang keliru ketika gereja menurunkan standar dengan
cara ikut-ikutan bersaing dengan pengajaran-pengajaran yang based on
science saja.
Kuasa Tuhan itu jauh melampaui science! Dan itulah yang selalu membuat
orang tergila-gila. Mengapa sulap begitu memukau? Karena seolah-olah
orang yang melakukan sulap seperti punya “kuasa” yang mengalahkan
ilmu pengetahuan yang mereka ketahui selama ini.
Gereja harusnya seperti itu! Dipenuhi oleh kuasa Tuhan yang terlihat dengan intens (bukan setahun sekali saja).
Permasalahannya, (banyak - tapi tak semua) gereja sudah kehilangan kuasa Tuhan. Maka, untuk mempertahankan “ketertarikan” jemaat, adalah
strategi yang sangat masuk akal untuk mengikuti tren dengan bersaing
memberikan pengajaran-pengajaran yang based on science only.
Sekali lagi, saya seorang trainer. Jelas saya tidak menentang pengajaran
seperti itu diajarkan untuk memperlengkapi gereja. Tapi kita harus mengetahui bahwa posisi pengajaran itu seharusnya untuk mendukung pengajaran kerajaan Allah, bukan untuk mengambil alih.
Kisah Para Rasul dipenuhi oleh kisah-kisah demonstrasi kuasa Tuhan di
tengah-tengah jemaat gereja mula-mula.
Bayangkan, komunitas ini satu-satunya yang punya kasih demikian besar,
satu-satunya yang menunjukkan adanya hubungan kuat satu sama lain,
46
satu-satunya yang hidup mempraktekkan kebenaran dengan obsesif, dan
satu-satunya yang memperlihatkan kuasa yang mencengangkan dan tak
pernah dijumpai di tempat lain!
Masih perlukan iklan dan propaganda?
Dan jika Anda berkata dalam hati, “kereeen ya…”
Itulah gereja!
SUMBER KUASA
Darimanakah jemaat gereja mula-mula itu mendapatkan kuasa itu? Dari
Yesus yang hidup sebagai pusat, dari praktek kebenaran Kerajaan Allah
yang dilandasi oleh kasih saling mempercayai dan berkorban yang mengikat relationship mereka. Darisanalah kuasa muncul.
Mengapa (banyak – tapi tak semua) gereja hari-hari ini sudah seperti
macan ompong? Begitu meriah saat menyanyi “ku di’bri kuasa” tapi melempem tak bisa menunjukkan kuasa itu. Begitu lantang berteriak di atas
mimbar tapi keok dalam rumah tangga, pekerjaan, dan hidup sehari-hari?
Kemana perginya semua kuasa yang digembar-gemborkan itu?
Mungkin karena kita sudah kehilangan semua esensi gereja yang lainnya,
maka sebagai gilirannya, kita juga kehilangan kuasa gereja yang diberikan
oleh Yesus.
Apa yang dibutuhkan oleh dunia ini untuk membuat mereka percaya
bahwa Yesus benarlah Dia Tuhan? Sebuah kenyataan bahwa kuasa di
dalam namaNya sungguh tak terbantahkan.
Mengapa waktu Yesus hidup semua orang pada akhirnya percaya bahwa
sungguh Dialah Anak Allah? Karena Dia terus-menerus mendemonstrasikan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh Anak Allah.
47
Bagaimana dunia percaya bahwa kita gerejaNya? Dengan menunjukkan
bahwa kita memiliki kuasa yang Dia wariskan kepada kita. Pada saat dunia
percaya bahwa kita adalah gerejaNya, maka mereka akan percaya dengan
semua pesan yang kita beritakan!
Secara pribadi, saya menanti-nantikan waktu ketika gereja akan bangkit di
akhir zaman dan kuasa Tuhan kembali diperlihatkan di tengah-tengah kita.
Saya menantikan waktu dimana orang-orang akan berkata bahwa kerajaan Allah sungguh di tengah-tengah kita.
Namun sebelum semua itu terjadi, mungkin kita sebagai gerejaNya harus
kembali “pulang” dulu.
Mungkin kita tidak menjadi anak bungsu yang meninggalkan rumah. Tapi
mungkin kita justru terhilang di dalam rumah kita sendiri.
Saatnya kita kembali kepada hakikat siapa diri kita sesungguhnya. Kita
adalah gerejaNya. Ada karena Dia, untuk Dia, dan oleh Dia, tak ada alasan
lain diluar itu.
48
- CHAPT. #6 -
AND FINALLY...
Recruitment pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah Petrus. Dan
kalimat perekrutanNya adalah
“ikutlah Aku, dan Aku akan menjadikanmu PENJALA MANUSIA”
dan kata-kata terakhir Yesus kepada seluruh murid-muridNya
sebelum Dia naik ke Surga adalah
“PERGILAH dan jadikanlah semua
bangsa muridKu”
Maka, dari awal hingga akhir, fokus
Yesus sudah sangat jelas: jiwa-jiwa
harus mendengarkan kabar mengenai pemulihan hubungan dengan Bapa melalui karya salibNya.
Bahkan sepanjang proses pelayanan Yesus, Dia tak henti-hentinya berkeliling ke berbagai tempat
untuk secara konsisten memperlihatkan kasih dan relationship yang
memulihkan, mengajarkan kerajaan Allah dan seluruh kebenaranNya, serta mendemonstrasikan
49
kuasa dari Surga yang meyakinkan.
Fokusnya adalah jiwa-jiwa.
Yesus mencoba untuk memberikan role model bagaimana nantinya gereja seharusnya meneruskan semua yang sudah Dia mulai.
Maka, esensi gereja jelas salah satunya adalah MENJALA JIWA.
Gereja yang tidak berfokus kepada misi dan menjangkau jiwa,
kehilangan tujuan penting eksistensinya.
Beberapa orang berkata bahwa
misi bukanlah esensi gereja karena sebelum manusia jatuh dalam
dosa esensi Tuhan Allah tidak pernah memikirkan misi.
Misi muncul setelah manusia jatuh
dalam dosa. Misi muncul belakangan, dan karena misi bukanlah identitas Tuhan Allah, maka dianggap
bukan pula identitas esensial gereja.
Namun, sadarkah Anda, bukankah Yesus membangun gerejaNya di tengah-tengah usaha penyelamatan itu? Dan bukankah jelas sekali tujuan
Yesus mengumpulkan murid-muridNya untuk misi menjala manusia?
Memang, banyak juga orang yang berkata bahwa panggilan tertinggi kita
adalah untuk menyembah dan intim dengan Tuhan karena untuk itulah
awal mula manusia diciptakan, yaitu untuk memiliki relationship mendalam dengan Dia.
Namun, ketika dosa merintangi hubungan itu dan membuat manusia tak
bisa lagi terkoneksi dengan Bapa, apa yang harus kita lakukan? Bukankah
itu alasan Yesus turun ke bumi? Supaya hakikat awal kita untuk terkoneksi
dengan Bapa bisa dipulihkan.
Dan berita mengenai Yesus yang mengadakan pemulihan inilah yang harus
diberitahukan kepada semua bangsa agar mereka semua kembali kepada
hakikat awal mereka untuk memiliki relationship dengan Bapa.
Untuk itulah Yesus memilih kita, memulihkan kita, “merekrut” kita untuk
menjadi gerejaNya. Yesus yang mengadakan pemulihan, kita yang menyebarkan berita pemulihan itu.
Mengapa Yesus harus menunggu 3,5 tahun untuk kemudian mati di kayu
salib? Kalau memang tujuan Dia datang hanya untuk melakukan penebusan dosa yang memulihkan, maka harusnya Dia langsung saja mati.
3,5 tahun yang Dia gunakan sebenarnya bukanlah untuk menyiapkan diri
Yesus. Melainkan lebih kepada menyiapkan gerejaNya agar ketika karya
pemulihan itu nantinya terjadi, gerejaNya sudah siap memulai misi untuk menyebarkan berita pemulihan itu dan menjadi kepanjangan tangan
Yesus untuk menyentuh jiwa-jiwa dengan kasih, relationship, kebenaran
kerajaan Allah, dan kuasa Surga.
Gereja memang disiapkan untuk misi menjala jiwa. Maka, ketika gereja
tidak melakukan misi itu, lalu untuk apa gereja ada?
50
Saya bukanlah orang misi. Bahkan sebenarnya, kalau mau jujur, saya orang
yang paling malas untuk melakukan penginjilan, mission trip, dan berbagai
hal yang berbau “memberitakan kabar baik” terutama untuk orang awam.
Namun, ketika menyadari esensi-esensi gereja, saya menemui kenyataan
bahwa ini bukan tentang suka dan tidak suka. Ini bicara tentang sebuah
naluri otomatis dari Tuhan Yesus sendiri. Artinya, orang yang terjamah
oleh kasih Tuhan TIDAK MUNGKIN TIDAK pasti akan berpikir tentang menjala jiwa. Jika tidak, ada yang salah dengan kekristenan kita.
Untuk apa kita membangun pelayanan marketplace, pelayanan dance, pelayanan musik, pelayanan pelatihan sumber daya manusia, dan berbagai
pelayanan modern lainnya?
Semua itu muaranya haruslah untuk memperkuat misi menjala manusia
dan tujuan akhirnya haruslah membawa kabar penebusan Yesus!
51
Kalau semua pelayanan itu dibuat hanya sebagai “variasi produk” dari
sebuah gereja agar jemaat ter”maintain” dan punya banyak alternatif
“menu” untuk disantap setiap minggu tanpa diarahkan kepada tujuan
akhir yaitu misi, maka kita sedang membangun apa yang Yesus tidak pernah bangun.
Dan satu hal, otoritas dan kuasa diberikan Yesus in order untuk melakukan misi menjala manusia. Ketika gereja tidak lagi fokus kepada jiwa-jiwa,
jangan heran kalau otoritas dan kuasa diambil dari gereja.
Barangkali, salah satu alasan kenapa (banyak - tapi tak semua) gereja harihari ini tidak lagi menunjukkan otoritas dan kuasa Tuhan, bisa jadi karena
fokus gereja sudah bukan lagi melakukan misi menjala jiwa.
Dan ketika kita berbicara misi, sebenarnya kita tidak sedang berbicara
mengenai penginjilan “keras” yang turun ke jalan-jalan atau sebuah perjalanan misi ke pedalaman suku-suku terasing dan berbagai bayangan
“penderitaan” lainnya.
Misi tidak melulu tentang itu. Misi itu sangatlah luas dan lebih dari yang
bisa kita bayangkan selama ini. Anda bisa menjala manusia bisa melalui
berbagai macam cara.
Saya mengenal ada sebuah yayasan yang melakukan penjalaan melalui social media, YouTube, dan digital technology.
Saya mengenal ada yang melakukannya melalui rumah bagi orang-orang
gila, melalui sekolah, melalui game online (?!), dan berbagai “dunia” yang
mungkin selama ini asing bagi kita.
Variasi pelayanan dibangun bukan untuk menjadi menu tambahan. Variasi
pelayanan muncul sebagai usaha kita untuk memperluas jangkauan jala
kita agar sebisa mungkin semua sudut dunia ini kita jala sehingga tak satupun jiwa akan lolos dari kabar baik yang Yesus bawa untuk dunia!
Apakah kita sudah mengarah kepada jalan misi menjala manusia?
52
53
- CLOSING -
LAST NOTE
Buku ini tidak pernah dimaksudkan untuk menyerang siapapun,
apalagi menghakimi. Jauh dari itu.
Buku ini hanyalah ungkapan hati
ketika bertahun-tahun melihat
apa yang sedang terjadi di tengahtengah kekristenan yang modern.
Lebih jauh dari itu, buku ini justru merupakan sebuah ajakan
untuk bersama-sama bergandeng
tangan membangun gereja seperti
yang Kristus inginkan.
Bagaimanapun, Yesus pernah berdoa supaya tubuhNya menjadi
satu sama seperti Dia dan Bapa
adalah satu.
Sebagai sesama tubuh, tentu
ketika kita melihat ada anggota
tubuh lain yang tidak berfungsi
54
sebagaimana seharusnya, anggota tubuh lain akan sekuat
tenaga melakukan apapun untuk
mengembalikan anggota tubuh
yang “terhilang” itu agar berfungsi
seperti sediakala.
Hanya anggota tubuh yang “konyol” yang justru malah menyakiti
dan merusak anggota tubuh yang
sudah “terhilang” itu.
Maka, marilah kita bersama-sama
sebagai anggota tubuh Kristus
dan sebagai gerejaNya, berjuang
untuk mengembalikan gereja kepada esensi sejatinya, hingga slogan “Indonesia Penuh Kemuliaan”
itu tidak lagi menjadi slogan indah
semata, tapi benar-benar menjadi
nyata.
Tuhan Yesus memberkati!
YANG INI WAJIB
DIBACA!
DAPATKAN BUKU-BUKU INSPIRATIF DARI JOSUA IWAN WAHYUDI!
E-FACTOR
Tanpa ragu lagi inilah buku EQ paling aplikatif, paling mudah
dipahami dan sangat fun membacanya karena diolah oleh pakar
yang ahli dalam menuliskan dengan bahasa yang sederhana! Kami
menjamin di Indonesia tidak ada buku sehebat ini yang mampu
membahas EQ secara komplit tapi mudah dipraktikkan pada detik
pertama Anda membacanya!
MASTERING PEOPLE SKILL WITH MBTI
Buku ini fenomenal karena hanya satu-satunya di Indonesia ada
buku yang membahas MBTI secara komplit dan disertai tes serta
panduan lengkap masing-masing tipe. Buku ini tidak dijual umum
dan hanya dicetak 1000 eksemplar. Saat ini, stok buku ini hanya
tinggal 100 eksemplar, bergegaslah!
MENIKAH ADALAH BUNUH DIRI?
Buku ini menjadi bestseller karena isinya menjawab pertanyaan
banyak orang mengenai pernikahan. Ratusan testimoni masuk ke
dalam inbox kami, bahkan buku ini menyelamatkan pernikahan
yang diambang perceraian! Anda penasaran kenapa belasan ribu
orang membeli buku ini? Segera pesan sebelum kehabisan!
EQ@OFFICE & CUSTOMER ORIENTED
Tingkatkan karirmu dengan menguasai 2
skill wajib ini. Melalui tuntunan yang simpel,
praktis, dan disampaikan dengan seru, kamu
akan dipandu untuk meningkatkan kemampuan Kecerdasan Emosi (EQ) dan Customer
Management’mu secara drastis!
55
PEMESANAN VIA www.carikesini.com
DATING YOUR DESTINY!
Buku NEW RELEASE yang langsung menjadi best seller karena satu-satunya
buku yang menjelaskan mengenai tujuan hidup, Life Calling, dan destiny
secara komplit, mudah, ringan, dan dilengkapi berbagai kuisioner, tuntunan,
dan action plan form aplikatif.
56
BUKU WAJIB BACA! [order via email [email protected]]
BECOMING THE TOP PERFORMER
Jumlah karyawan yang berhasil menjadi top executive di
dalam sebuah perusahaan tidak sampai 10%. Bagaimana rahasia untuk menembus kelompok Top Performer
ini? Kualitas-kualitas seperti apa yang harus Anda kuasai
yang kebanyakan orang tidak miliki? Semua rumusan rahasia menjadi Top Performer ada dalam buku ini!
DILARANG JATUH CINTA?
Pacaran menjadi masa-masa paling menyenangkan
sekaligus paling membingungkan. Kapan kita idealnya mulai pacaran? Bagaimana mengetahui dia pacar
terbaik buat saya? Bagaimana kalau orang tua tidak
setuju? Lalu bolehkah kita TTM atau HTS? Semua pertanyaan seputar cinta dan pacaran akan dijawab tuntas
berdasarkan kasus nyata penulis!
2 SPECIES 1 LOVE
Seringkali konflik dalam hubungan pria & wanita bukan
karena beratnya masalah, melainkan karena kita belum memahami perbedaan penting diantara keduanya.
Temukan 21 perbedaan mendasar antara pria & wanita
yang sering menjadi sumber kehancuran hubungan!
57
ANOTHER FIVE STARS
LEADERSHIP WORKSHOP
Professional Standard and International Training Material with Fun Delivery
DISC for LEADER
DISC adalah sebuah tool psikologi yang sangat efektif untuk
membaca karakter orang dengan sangat cepat dan mudah. Banyak sekali digunakan dalam dunia profesional untuk recruitment,
coaching, selling, relationship building, dan juga melatih social skill
kita. Dapatkan pelatihan DISC yang aplikatif untuk leader Anda!
BONUS: SOFTWARE alat tes DISC | MODUL Train for the Trainer
MBTI for LEADER
MBTI digunakan 75% perusahaan Fortune 500 dan tesnya diikuti 2
juta orang tiap tahun. Sangat efektif untuk talent mapping, conflict
mapping, people placement, coaching, team building, dan untuk
assessment performance seseorang. Dapatkan pelatihan berkualitas langsung dari International Certified MBTI Practitioner kami!
BONUS: SOFTWARE alat tes MBTI | MODUL Train for the Trainer
EQ for LEADER
Bukanlah rahasia bahwa Kecerdasan Emosi (EQ) memegang peranan hampir di semua aspek leadership. Tingkatkan EQ para pemimpin Anda. Jangan ikuti sembarang training EQ, pastikan leader
Anda hanya mendapatkan dari ahlinya. Kami menemukan metode
training EQ teraplikatif di Indonesia! Kami berani menjaminnya!
BONUS: Hasil Assessment EQ
COMMUNICATION SKILL for LEADER
80% tugas pemimpin adalah berkomunikasi. 80% masalah muncul
akibat miskomunikasi. latih para pemimpin Anda untuk memiliki
communication skill yang baik, maka Anda sudah mencegah 3050% potensi konflik yang muncul. Dapatkan pelatihan yang memberikan banyak praktek dan latihan bersama kami!
BONUS: Hasil Assessment Communication Skill
58
contact us now: ShifThink Training Center
[email protected] | www.shifthinknow.com
Download