PENERAPAN ASSESMENT AUTENTIC DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 DELANGGU KABUPATEN KLATEN Oleh : Gunarto ABSTRACT Tujuan dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana pemahaman guru Bahasa Indonesia tentang Assesment Autentic (Penilaian Berbasis Kelas) atau penilaian sebenarnya dan bagaimana penerapan dalam melaksanakan penilaian. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan data melalui dokumen, wawancara mendalam (Interview dept) dan kuesioner, analisis data dengan analisis data kualitatif, sedangkan validasi datanya menggunakan validasi sumber dokumen, hasil dan selanjutnya direduksi terus diambil keputusan. Hasil panel menunjukan bahwa format penilaian yang dipakai guru belum mengkaver semua komponen PBK utamanya aspek non kognitif. Pemahaman guru mengenai PBK masih minim dari 8 guru yang diteliti baru 2 guru yang paham oleh sebab itu dari 32 rencana pelaksanaan pembelajaran yang diteliti hanya di temukan 8 RPP yang mencantumkan penilai PBK minimalis (komponen tugas saja). Kesimpulan pemahaman tentang PBK sangat perlu ditingkatkan sebagai modal kemampuan dan kemauan guru dalam penerapan PBK, disamping memberikan motivasi yang kontinu. Kata kunci : Penilaian, Penelitian kualitatif. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 57 menyatakan bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, (2) evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Sementara dalam pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Isi undang-undang tersebut, pada dasarnya mengisyaratkan bahwa fungsi penilaian di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan penilaian itu sendiri. Sebagaimana dilihat dari hakikat penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu satuan pendidikan tidak akan dapat diketahui hasilnya apabila guru tidak mampu melakukan pengukuran hasil belajarnya. Dengan dilakukannya pengukuran hasil belajar, guru akan mengetahui keberhasilan belajar peserta didiknya dan menjadi umpan balik bagi guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hakikat penilaian tersebut tersirat bahwa tujuan penilaian ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan Gunarto : adalah Guru SMP Negeri 2 Delanggu Kab. Klaten 6 Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuantujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman belajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi penilaian itu dalam proses belajar-mengajar. Dalam arti luas, penilaian adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik. Secara rinci, fungsi penilaian dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu (a) untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil penilaian ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formati), dan untuk menentukan kenaikan kelas atau untuk menentukan lulus-tidaknya seorang peserta didik dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif); (b) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran. pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. komponen- Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 komponen yang dimaksud antara lain ialah tujuan, materi atau bahan pembelajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber belajar, dan prosedur serta alat penilaian; (c) untuk keperluan bimbingan dan konseling, terutama untuk mengetahui hal-hal apa seorang peserta didik atau sekelompok peserta didik memerlukan pelayanan remedial, sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu di antara peserta didik; dan sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam rangka bimbingan karir; (d) untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik dan menilai program pembelajaran, yang berarti pula menilai ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Terkait dengan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, mengapa menjadi sangat penting dilakukan oleh guru. Salah satu alasannya adalah karena pendidikan bahasa Indonesia di sekolah bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan sosial. Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif, berpikir pun menggunakan bahasa. Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses 7 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam sosial. Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan alat komunikasi arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan. Sementara menurut Longstreet, dkk (1993: 298) “… the mastery of language skills is a yang paling efektif, berpikir pun menggunakan bahasa. Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) prerequisite to over-all academic success at every stage of development from childhood to adult years.” Begitu pentingnya keberhasilan pembelajaran bahasa menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan Indonesia, maka untuk melihat keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia, memerlukan sistem penilaian yang tepat, dipertanggungjawabkan. akurat, dan dapat PENGERTIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi tersebut dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi multiglobal lokal yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasadepanan. Untuk itu, maka guru harus dapat membantu mereka membangun berbagai strategi komunikasi yang membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang akan mereka hadapi. Terkait dengan kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran bahasa Indonesia, secara khusus pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan 8 papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan. PENILAIAN BERBASIS KELAS Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hamalik (dalam Mulyasa, 2004: 170), mengemukakan bahwa penilaian adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengelohan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/ atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Menurut Burhan Nurgiantoro (2001: 163), penilaian dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. sastra harus disesuaikan dengan penekanan tujuan pembelajaran kebahasaan dan kesastraan yang hendak Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai. dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata Tujuan penilaian dalam pembelajaran bahasa pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam menurut Hughes (1997: 7), adalah: 1) mengetahui kecakapan berbahasa siswa; 2) mengetahui seberapa Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) jauh siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ada; 3) mengdiagnosis kekuatan dan kelemahan (Sarwiji Suwandi, 2005: 3). siswea terhadap hal yang dipelajari. Dilihat dari sisi guru, assessment didefinisikan oleh Nunan (1995:3), sebagai suatu rangkaian proses seberapa jauh guru dapat memperkirakan mengenai tingkat keterampilan dan pengetahuan murid. Sehubungan dengan definisi assessment pendidikan, Popham (1993: 3), menyatakan bahwa assessment pendidikan merupakan upaya formal untuk menetapkan status murid berkenaan dengan variabel pendidikan yang diperhatikan. Tujuan penilaian yang telah ditentukan akan menjadi dasar bagi guru untuk memilih dan menentukan berbagai teknik penilaian dalam kegiatan pengumpulan informasi. Selanjutnya, dengan berbagai teknik penilaian akan diperoleh sejumlah data atau informasi yang harus diolah atau dianalisis. Penganalisisan dapat denagn kuantitatif (dengan teknik statistik) maupun dengan kualitatif (dengan analisis teman sejawat dalam rumpun keahlian). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat memperoleh dan mempergunakan informasi (secara PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA kuantitatif dan kualitatif) untuk membuat Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran pertimbangan yang digunakan sebagai dasar ini, terdapat model-model penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulis. Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lisan, meliputi disimpulkan bahawa penilaian adalah kegiatan pengambilan keputusan. Dengan demikian terdapat tiga komponen penting dalam penelitian yaitu informasi, pertimbangan dan keputusan. penilaian menyimak dan berbicara, sementara penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan membaca dan menulis. Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan menurut Oller ( Rofi’uddin, 1999) jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai kemamampuan Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 9 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis tes untuk penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, tes komunikasi luas, dan dikte. Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, bercerita, diskusi, dan tes ujaran terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat, dan membuat kalimat. Adapun model penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbahasa tulis mencakup penilaian membaca dan menulis. Aspek penting dalam penilaian membaca adalah pemahaman. Jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan membaca peserta didik SMP, di antaranya adalah tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana, menceritakan kembali, tes meringkas, tes subjektif, dan tes objektif. Sementara penilaian menulis, di antaranya meliputi tes pratulis, tes menulis terpadu, dan tes menulis bebas, tes menulis berdasarkan rangsangan gambar, tes menulis berdasarkan rangsangan suara, tes menulis dengan rangsangan buku, tes menulis laporan. Dengan demikian, maka penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengamatan (nontes) dan pengukuran (tes). Kedua macam penilaian ini, dapat digunakan untuk saling melengkapi sehingga dapat memberikan gambaran hasil belajar peserta didik secara lengkap dan holistik. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen kurikulum yang memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/ hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. PBK dilakukan untuk 10 memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan. PBK merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsipprinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, buktibukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan. PBK menggunakan arti penilaian sebagai “assessment” yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar peserta didik pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian ini merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Dengan demikian, maka PBK merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen). PBK yang dilakukan guru secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk (a) umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya; (b) memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan peserta Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya; (c) memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas; (d) memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda; (e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Dilihat dari keterkaitan antara penilaian berbasis kelas dengan proses belajar mengajar bahasa Indonesia, bahwa penilaian mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses pembelajaran. Demikian pula, proses belajar mengajar akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian berbasis kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Stigging (Furqon, 2001) bahwa “Assessment as instruction”, maksudnya bahwa “Assessment and teaching can be one and the same”. Dengan demikian penilaian pembelajaran bahasa Indonesia harus dilakukan guru secara terencana, sistematik, dan berkesinambungan sebagai strategi dalam quality assurance. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Delanggu Kabupaten Klaten. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei Tahun 2010. Adapun jadwal penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Penelitian Bulan Pelaksanaan Penelitian Tahun 2010 No Jadwal Penelitian Pebruari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap persiapan Penyusunan proposal Mengurus perijinan Menyusun instrumen 2. Tahap pelaksanaan Pengumpulan data Analisis data Perumusan hasil penelitian 3. Tahap penyelesaian Penyelesaian kerangka laporan Peneyelesaian Penulisan laporan Revisi Laporan Penyerahan Laporan Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 11 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... B. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini termasuk penelitian diskriptif kualitatif, karena hasilnya merupakan pa dari penerapan PBK di SMP Negeri 2 Delanggu, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data PBK pada guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Delanggu Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut. 1. Metode Dokumentasi Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 1997: 206). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai PBK antara lain pengamatan terhadap RPP mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Metode Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang membeikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam terhadap guru Bahasa Indonesia. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang pemahaman guru mengenai PBK, serta kemampuan dan kemauan guru dalam penerapan PBK. 12 3. Metode Observasi Metode observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran dan pengecap (Arikunto, 1997: 204). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa lembar observasi atau lembar pengamatan yang terdiri dari lembar pengamatan silabus, lembar pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru, dan lembar pengamatan komponen pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. D. Sumber data Sumber data diperoleh dari dokumen, wawancara mendalam dan kuesioner. Sedangkan analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan cara trianggulasi dokumen, sumber, dan hasil. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Langkah awal penelitian adalah mengamati langsung dokumen RPP dan buku nilai yang dimintakan tanda tangan kepala sekolah yang kebetulan Kepala Sekolah (sebagai peneliti), namun demikian saya sebagai peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian meninggalkan atribut Kepala Sekolah. Dari hasil pengumpulan RPP dan Buku Nilai dilanjutkan pengisian kuesioner sederhana tentang PBK dan akhirnya penulis mengadakan wawancara mendalam dengan guru Bahasa Indonesia. Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... Pelaksanaan tahapan tersebut disesuaikan jadwal. Namun demikian ada kalanya kegiatan penelitian sesuai jadwal tergeser karena bebenturan dengan kegiatan sekolah yang non terprogram. Perolehan data disinkronkan, dianalisis, direduksi kemudian diambil keputusan untuk disajikan sebagai data valid. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi RPP Komponen RPP yang baku adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi ajar, metode dan model pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi atau penilaian. Tabel 2. Hasil Penelitian RPP Penilaian No. Jumlah RPP 1. 32 Tes 24 Keterangan Yang diteliti RPP B. Indonesia Non Tes 8 Dari tabel di atas, terbukti bahwa dari 32 RPP yang diteliti ternyata ditemukan 8 RPP menggunakan penilaian non tes. Sedangkan yang 24 RPP penilaiannya menggunakan penilaian tes. B. Daftar Buku Nilai Tabel 3. Format Buku Nilai DAFTAR NILAI SEMESTER : DUA TAHUN PELAJARAN : 2009 / 2010 Ulangan Harian No No. Induk 1. 4501 Andri Maulana 2. 4503 Agustina P 3. 4769 Anggita Dwi S 4. 4697 Ayu Setyorini 5. … … 6. … … Nama Siswa R U H NH NA RTg (3A + B) UU NH + 2R Nilai 1 2 3 ® Rapot U P U P U P (A) 1 2 3 4 4 Tugas Keterangan : Ulhar RUH/A RT/B NH : Ulangan harian : Rata-rata Ulangan Harian : Rata-rata Tugas : Rata-Rata Nilai Harian Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 UU (R) : Nilai Ulangan Umum NR : Nilai Rapot U : Ulangan Harian Utama P : Ulangan Perbaikan 13 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... Dari format buku nilai yang disediakan sekolah belum menunjukkan atau mengknver keseluruhan komponen penilaian berbasis kelas. Di situ baru muncul kolom untuk nilai tugas (proyek). Sedangkan portofolio, unjuk kerja produk, rubrik belum disediakan. Hasil supervisi / autentik terhadap dokumen buku nilai pada semester II tahun pelajaran 2009/2010 pada 8 guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Delanggu adalah sebagai berikut. Tabel 4. Guru yang menyertakan nilai tugas dalam pemberian Nilai Raport pada siswa No. Kode Guru 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. SR JS SD AT AN SM SW GY Guru menyertakan nilai tugas dalam pemberian nilai raport pada siswa Ya Tidak - - Ket. Dari tabel di atas terlihat bahwa baru 2 guru yang menyertakan nilai tugas non tes pada siswa untuk diikutkan menjadi penentu nilai Raport sedangkan yang 6 guru belum menyertakan nilai tugas untuk diikutkan menjadi penentu nilai Raport. C. Diskripsi Pemahaman Guru Tentang PBK Tabel 5. Pemahaman Guru Tentang PBK Pemahaman Guru Tentang PBK No Kode Tidak Krg Agak Paham Sgt. Ket. Guru Paham Paham Paham Paham (4) (1) (2) (3) (5) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. SR JS SD AT AN SM SW GY - - - - - Dari tabel terbaca dari 8 guru baru dua guru yang paham mengenai PBK (assesment autentik). Guru yang agak paham mengenai PBK ada 3, paham 2 guru, sedangkan 3 guru masih kurang paham mengenai PBK (assesment autentik). D. Deskripsi Kemampuan dan Kemauan Guru dalam PBK Tabel 6. Kemampuan dan Kemauan Guru dalam PBK No Kode Guru 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. SR JS SD AT AN SM SW GY Kemampuan Kemauan Mampu Kurang Tinggi Rendah Ket. Mampu - - Hasil wawancara mendalam yang dilakukan pada tanggal 15 April 2010 di ruang Kepala Sekolah ditunjukkan pada tabel berikut ini. 14 Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... Tabel di atas menunjukkan bahwa semua guru cukup berkemauan tinggi untuk melaksanakan PBK tetapi kemampuan memahami atau melakukan PBK masih kurang. E. Pembahasan Dalam perencanaan awal sudah terlihat di RPP, karena aspek penilaian merupakan bagian dari RPP yang akan menjadi alat untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi-kompetensi yang akan dicapai. Dari tabel 2 terbaca sebagian besar aspek penilaian yang dicantumkan kurang jelas, tidak mencantumkan soal berikut pensekorannya. Kemudian format penilaian (Buku Nilai) pada tabel 3 yang disediakan sekolah terlihat kurang lengkap sehingga daya dukung terhadap PBK belum maksimal. Mengenai buku nilai yang diformat sekolah tidak harus dipakai guru. Dalam KBK/KTSP guru berwenang mengambil inisiatif untuk menerapkan model penilaian autentik yang formatnya bisa dibuat sendiri. Kemauan guru untuk mengerti PBK sangat tinggi terlihat pada tabel 6. Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa yang diprioritaskan guru dalam mengajar supaya nilai UAN dapat bagus. Dan kita ketahui bersama UAN adalah termasuk propertes, sehingga hanya menilai satu aspek kognitif saja. Sedangkan aspek afektif dan pshichomotorik tidak muncul dalam UAN. Hasil inilah yang menjadi salah satu sebab keengganan guru menerapkan model Assesment Autentic. Kemampuan dan kemauan guru yang tertuang pada tabel 6 terbaca jelas bahwa sebagian besar guru berkemauan tinggi untuk mengetahui dan menerapkan PBK. Ini adalah modal baik untuk mengajak guru menyusun sistem penilaian autentik assessment, mengingat autentik assesment (PBK) merupakan model penilaian yang seharusnya dipakai oleh KBK/ KTSP. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil pengamatan dan supervisi khusus PBK pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 di SMPN 2 Delanggu Klaten, maka kesimpulannya sebagai berikut. 1. Pemahaman PBK pada Guru. Persepsi guru bahasa Indonesia tentang Penilaian Berbasis Kelas baik dan positif namun masi sanggup masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dicermati dari pengetahuan dan pemahaman guru yang baik tentang konsep KBK/ KTSP, konsep Penilaian Berbasis Kelas, prinsip yang mendasari penilaian, tujuan dan fungsi penilaian, ranah penilaian dan pola penilaian. Guru juga memiliki perhatian dan minat yang positif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KBK/ KTSP yang lebih banyak melatih dan menilai Pemahaman guru mengenai PBK pada tabel 5 praktik berbahsa, lebih variatif, sehingga menunjukkan bahwa sebagian besar guru baru agak memahami PBK (assesment autentik) dan hanya dua guru yang paham mengenai PBK. membuat anak aktif kreatif dan suasana belajar lebih menyenangkan. Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 15 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... 2. berbentuk pilihan ataupun benar salah kedua bentuk tes ini faktor gembler (untung- Penerapan Penilaian Berbasis Kelas Perencanaan penilain yang dilakukan untungan) terlalu dominan bagi peserta didik, tanpa mengetahui soalpun peserta didik dapat memilih. oleh guru masih kurang. Hal ini dapat dicermati dari masih adanya ketergantungan guru pada perencanaan hasil MGMP, penataran dan workshop. Guru belum membuat sendiri perencanaan pembelajaran dan perencanaan penilaian. Meskipun demikian perencanaan pembelajaran dan penilaian yang digunakan oleh guru yaitu hasil MGMP Kabupaten yang merupakan hasil olahan bersama dan mengacu pada kurikulum dan pedoman penyusunan silabus dari BSNP telah memenuhi standar KTSP berikut penilaiannya. Disamping itu tampak keengganan guru dalam menentukan format dan mengisi sejumlah komponen PBK. (Projek, Unjuk kerja, Produk,Porto folio, Kuis, Rubrik) C. Saran Bagi siswa supaya rajin mengumpulkan karya-karya nyata yang dimiliki untuk dikumpulkan dan dinilaikan kepada guru. 1. Bagi guru untuk selalu mengamati dan menghargai semua kegiatan peserta didik untuk dinilai selain mencari tahu konsep model penilaian berbasis kelas secara benar. 2. Bagi Kepala Sekolah untuk menyediakan buku-buku referensi guru, mengikutsertakan work shop, Loka karya, Seminar untuk topik model penilaian berbasis kelas khususnya dan pengetahuan pada umumnya. B. Implikasi Jika P dan Q adalah sebuah komplikasi suatu kejadian analok logika di atas maka dapat ditarik implikasi atau sebab akibatnya sbb: 1. Bagi siswa kurang mendapat penilaian yang sebenarnya tentang kemampuan yang di milikinya, Karena penilaian hanya menggunakan satu patokan yaitu aspek kognitif yang instrumennya menggunakan tes tertulis, sehingga niali yang diperoleh siswa kurang adil. 2. Bagi guru dalam memberi nilai kemajuan belajar terlalu bias karena mengukur kemajuan belajar peserta didik hanya dengan tes tertulis saja. Karenanya kurang lengkap dan sangat tidak adil. Terlebih kalau tesnya 16 DAFTAR PUSTAKA Azies, Furqonul & Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdikbud. (1990). Mengajar Bahasa Indonesia: Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Fillmore, Lily Wong dan Meyer, Lois M. (1992). “The Curriculum and Linguistic Minorities”, dalam Handbook of Research on Curriculum. America: American Eucational research Association. Fisher, Carol J. & Terry, C. Ann. (1982). Children’s Language and the Language Arts. New York: McGraw-Hill Book Company. Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Penerapan Assesment Autentic dalam Pembelajaran ...... Furqon. (2001). Evaluasi Belajar di Sekolah. Mimbar Pendidikan No. 3 Tahun XX, Bandung: UPI. Popham, W. James, 1993. Educational Evaluation. Hasan, S. Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Pusat Kurikulum (2007). Model Penilaian Kelas Kuriikulum Berbasis Kompetensi. http:// Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan. Hasan, S. Hamid & Zainul, Asmawi (1993). Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud. Hidayat S., Kosadi. (2002).Pembelajaran Bahasa komunitas Melalui Pembelajaran. Elekronika. Bandung: Mimbar Pendidikan No. 1 tahun XXI. Mulyasa E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nunan, David. 1999. Second Language Teaching and Learning. Boston, Massachusetts, USA: Heinle & Heinle Publisher. Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 ISSN 0215-9511 Third edition. Boston: Allyn and Bacon. www.Puskur. Net. Suwandi, Sarwiji. 2005. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Staley, Amy. (1991). Reading Aloud: Bringing Whole Language into the ESL WritingClassroom.(Online): http:// langue.hyper.chubu.ac.jp/jalt/pub/tlt/97/mar Sumardi .(2002). Peningkatan Mutu Pendidikan Lewat Bahasa Indonesia. (Online). Tersedia: http://@www.goodle/search. (30 Oktober 2010). Suprihatin, Darmi. (2007). Penilaian Berbasis Kelas Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Tesis. UNS. Tesis, UNS 2007. 17